BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun RPJMD ini selanjutnya menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Desa dalam menyusun rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) masingmasing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan daerah. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMD akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengungkap hal sebagai berikut : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJMD disusun memuat strategi, kebijakan umum, dan kerangka ekonomi makro yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Aksi serta prioritas pembangunan daerah dari Bupati Wakil Bupati, H.A KHOLIQ ARIF dan Hj. MAYA ROSIDA dengan visi: WONOSOBO YANG SEMAKIN MAJU DAN SEJAHTERA. Dengan demikian, RPJMD adalah pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Wonosobo, Pemerintahan Desa, masyarakat, dan dunia usaha dalam melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional dan tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun , disusun berdasarkan Visi dan Misi Bupati Wonosobo, sekaligus berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat yang ada dalam lingkup wilayah Kabupaten 1

2 Wonosobo, serta menjawab tiga pertanyaan dasar yaitu kemana Kabupaten Wonosobo akan diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam lima tahun mendatang, bagaimana mencapainya dan menetapkan sasaran-sasaran pembangunan dalam menentukan tujuan yang akan dicapai. B. Dasar Hukum Penyusunan 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah ; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421 ; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia; Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).; 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 2

3 10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 03 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepada Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737): 16. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 18. Peraturan PresidenNomor 1 Tahun 2007 Tentang Penetapan, Pengesahan, Dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008tentangTahapan,Tatacara Penyusunan Pengendalian, dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 3

4 21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 06 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6); 22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 133); 23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun ; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 1997 Nomor 6 Seri D Nomor 4); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Wonosobo (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2008 Nomor 7,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 7); Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 6). C. Hubungan Antar Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wonosobo Tahun pada dasarnya merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati Wakil Bupati, yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kabupaten Wonosobo tahun dengan memperhatikan RPJM Nasional tahun , RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun , merupakan tahapan II dari RPJP Kabupaten Wonosobo tahun dimana merupakan tahap dinamisasi kegiatan pembangunan disemua bidang dalam pembangunan daerah yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan kualitas output yang berupa pelayanan publik dan produksi Daerah. Untuk itu aparatur pemerintahan dan serta sistem prosedur serta sarana prasarana penunjang yang dibutuhkan dalam dinamisasi pembangunan Daerah harus sudah tertata dengan baik. Selain itu, juga memperhatikan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Rencana Tata Ruang Nasional. Oleh karena itu, RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam penyusunan RENSTRA SKPD tahun dan pedoman bagi Desa se- 4

5 Kabupaten Wonosobo dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Tahun D. Sistematika Penulisan Sistmatika penulisan RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun dijabarkan sebagai berikut : Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Pendahuluan Menguraikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum penyusunan RPJMD, hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penulisan RPJMD. Gambaran Umum dan Kondisi Daerah Bagian ini sangat penting untuk menjelaskan dan menyajikan secara logis dasardasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Bagian ini dijabarkan berdasarkan hasil analisis dan kajian gambaran umum kondisi daerah pada tahap perumusan capaian hasil pembangunan daerah Gambaran Pengelolaan Keuangan serta Kerangka Pendanaan Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah dilakukan pada tahap perumusan ke dalam sub-bab, sebagai berikut kinerja Keuangan Masa Lalu yaitu Pelaksanaan APBD dan Neraca Daerah, Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu yaitu Proporsi Penggunaan Anggaran dan Analisis Pembiayaan, Kerangka Pendanaan yaitu Analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama, Proyeksi Data Masa Lalu dan Penghitungan Kerangka Pendanaan Analisis isu Isu Strategis Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dokumen RPJMD karena menjadi dasar utama visi dan misi pembangunan jangka menengah. Oleh karena itu, penyajian analisis ini harus dapat menjelaskan butir-butir penting isu isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang. Penyajian isu-isu strategis meliputi permasalahan pembangunan daerah dan isu strategis yang meliputi Permasalahan Pembangunan dan Isu Strategis Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Menggambarkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah kabupaten Wonosobo tahun

6 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan Dalam bagian ini diuraikan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih. Merupakan kebijakan dalam mengimplementasi program Bupati dan Wakil Bupati yang merupakan payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujudkan visi dan misi. Berisi tentang strategi pembangunan dan arah kebijakan pembangunan dalam tahun Bab VII Kebijakan Umum dan Program Prioritas Pembangunan Daerah Dalam bagian ini diuraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan sasaran yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja, dan program prioritas pembangunan daerah beserta kegiatan pokok yang menjadi prioritas pembangunan daerah. Bab VIII Penetapan Indikator Kinerja Daerah Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. Bab IX Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan Dalam bagian ini dinyatakan bahwa RPJMD menjadi pedoman penyusunan RKPD dan RAPBD tahun pertama dibawah kepemimpinan Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) pada periode berikutnya. Hal ini penting untuk menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan RKPD setelah RPJMD berakhir. Pedoman transisi dimaksud antara lain bertujuan menyelesaikan masalah masalah pembangunan yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan akhir periode RPJMD dan masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi dalam tahun pertama masa pemerintahan baru. E. Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dimaksudkan untuk menjabarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah menjadi dokumen RPJMD digunakan sebagai arah, dasar, acuan, dan pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan daerah, yang akan dilaksanakan oleh segenap pemangku 6

7 kepentingan, baik dari unsur pemerintah maupun non pemerintah selama kurun waktu lima tahun dan untuk menjamin agar kegiatan pembangunan daerah yang berkeadilan dan demokratis, dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran. Sedangkan tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Wonosobo , antara lain : 1. Meningkatkan koordinasi antar pelaku pembangunan; 2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Wilayah, antar sektor, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Desa; 3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; 4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat, 5. Memberikan pedoman bagi penyusunan RKPD yang memuat strategi dan arah kebijakan, program kegiatan serta prakiraan maju pendanaan, ; dan 6. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. 7

8 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Geografi dan Demografi 1. Geografi Wilayah Kabupaten Wonosobo terletak pada dan garis Lintang Selatan (LS) serta dan garis Bujur Timur (BT), dengan luas ha (984,68 km 2 ) atau 3,03 % luas Jawa Tengah. Komposisi tata guna lahan terdiri atas tanah sawah mencakup ,68 ha (18,99 %), tanah kering seluas ,80 ha (55,99.%), hutan negara ,72 ha (19.20.%), perkebunan negara/swasta 2.764,51 ha (2,80.%) dan lainnya seluas 2.968,07 ha (3,01.%). Dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Wonosobo bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, daerah dengan ketinggian m dpl seluas 33,33% dari seluruh wilayah. Daerah dengan ketinggian m dpl seluas 50,00% dari seluruh areal dan daerah dengan ketinggian > m dpl seluas 16,67% dari seluruh wilayah, sehingga menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wajah Kabupaten. Kabupaten Wonosobo sebagai daerah yang terletak di sekitar gunung api muda menyebabkan tanah di Wonosobo termasuk subur. Hal ini sangat mendukung pengembangan pertanian, sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo. Namun demikian karena topografinya dengan lembah yang masih curam. menyebabkan sering timbul bencana alam seperti tanah longsor. Posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada di antara Jalur Pantai Utara dan Jalur Pantai Selatan. Selain itu menjadi bagian terpenting dari jaringan Jalan Nasional ruas jalan Buntu-Pringsurat yang memberi akses dari dan menuju dua jalur strategis nasional tersebut. Secara administratif Wonosobo berbatasan langsung dengan enam kabupaten, yaitu: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang; b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang; c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen; d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen. Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan penghujan. Suhu udara rata-rata o C di siang hari, turun menjadi 20 o C pada malam hari. Pada bulan Juli Agustus turun menjadi o C pada malam hari dan o C di 8

9 siang hari. Rata-rata hari hujan adalah 196 hari, dengan curah hujan rata-rata mm, tertinggi di Kecamatan Garung (4.802 mm) dan terendah di Kecamatan Watumalang (1.554 mm). Berdasarkan kajian Tata Ruang Kabupaten Wonosobo sistem perdesaan yang dikembangkan sebagai kawasan Agropolitan adalah Kawasan Rojonoto, yang meliputi Kecamatan Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto. Pada Kawasan Agropolitan Rojonoto terdapat kota tani utama yaitu Kota Tani Sawangan serta 4 Kota Tani lainnya yaitu Kota Tani Sukoharjo, Kota Tani Tlogo, Kota Tani Selomerto dan Kota Tani Kaliwiro. Sistem Pusat Pelayanan terdiri dari : PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) yang mencakup wilayah Kecamatan Wonosobo PKLp (Pusat Kegiatan Lokal promosi) yang mencakup wilayah Kecamatan Kertek dan Selomerto PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang mencakup wilayah Kecamatan Mojotengah, Kejajar dan Sapuran PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) yang mencakup wilayah Kecamatan Kepil, Kaliwiro, Wadaslintang, Leksono, Kalikajar, Garung, Watumalang, Sukoharjo dan Kalibawang. Berdasarkan pola ruang wilayah dibagi menjadi 2 (dua) besar yaitu Kawasan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi melindungi kelestarian lingkungan Hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Mengingat posisi geografis Kabupaten Wonosobo yang berada di wilayah atas maka Kawasan lindung ini hampir meliputi seluruh wilayah. Kawasan ini terdiri dari : a. Kawasan Hutan Lindung b. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya. c. Kawasan perlindungan setempat. d. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya e. Kawasan rawan bencana alam, dan f. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah. Sedangkan Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya ini meliputi: a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kawasan Budidaya hutan produksi terdapat di Kecamatan Kaliwiro, Leksono, Watumalang, Sukoharjo, Sapuran, Kalibawang, Wadaslintang dan Kepil. b. Kawasan Peruntukan Pertanian yang terdiri dari : 9

10 1). Kawasan pertanian lahan basah dikembangkan di semua kecamatan kecuali Kecamatan Kejajar 2). Kawasan pertanian lahan kering dikembangkan pada daerah yang tidak terjangkau jaringan irigasi, bukan hutan lindung atau kemiringan lereng kurang dari 40 % dan terdapat pada semua kecamatan pada lahan yang sesuai. c. Kawasan Peruntukan Perkebunan terdapat pada semua wilayah kecamatan sesuai dengan komoditas yang berkembang di kabupaten Wonosobo. d. Kawasan Peruntukan Perikanan diprioritaskan dikembangkan disemua kecamatan didaerah yang tersedia pasokan air yang cukup. e. Kawasan Peruntukan Peternakan, yang terdiri dari : 1). Kawasan peternakan ternak besar diprioritaskan dikembangkan di kecamatan Wadaslintang, Kepil, Leksono, Kalikajar, Sapuran, Kaliwiro, Kalibawang, Sukoharjo, Kertek, Selomerto, Watumalang, Wonosobo dan Mojotengah. 2). Kawasan Peternakan unggas di Kecamatan Kejajar, Kalikajar, Garung, Mojotengah, Watumalang, Wadaslintang, Kalibawang, Kaliwiro, Leksono, Sukoharjo, Wonosobo, Kepil, Sapuran, Kertek dan Selomerto. f. Kawasan Peruntukan Pertambangan dikembangkan pada kawasan yang potensial bahan tambang namun bukan pada Kawasan Lindung, yang dikelola secara berkelanjutan dengan mengedepankan aspek lingkungan dalam ekploitasinya. g. Kawasan Peruntukan Pemukiman sebagaimana dikembangkan di daerah yang datar, bukan lahan irigasi teknis, bukan kawasan lindung, aksesibilitas baik dan tersedia air bersih. h. Kawasan Peruntukan Industri, untuk industri menengah dan besar dikembangkan di sepanjang jalur regional Temanggung-Wonosobo-Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo dan Selomerto serta Jalur Kertek-Sapuran-Kepil dengan lokasi di Kecamatan Sapuran. Sedangkan sentra-sentra industri kecil dan Industri Rumah tangga dikembangkan di seluruh wilayah Kecamatan. i. Kawasan peruntukan pariwisata diarahkan pada kawasan sebagai berikut : 1). Kawasan Wisata Alam, 2). Kawasan Wisata Budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan, 3). Kawasan Wisata Religius terdapat di Kecamatan Kaliwiro,Selomerto dan Kejajar, 4). Kawasan Wisata Buatan terdapat di Kecamatan Kejajar, Wonosobo dan Wadaslintang, 5). Kawasan Wisata Tradisi terdapat di Kecamatan Kejajar, Selomerto, Kertek, Garung, Kalikajar, Wonosobo, 6). Kawasan Wisata sejarah di Kecamatan Wonosobo, 10

11 7). Kawasan wisata minat khusus terdapat di Kecamatan Selomerto dan Kejajar. 2. Demografi Sampai dengan akhir bulan Mei 2010, penduduk Kabupaten Wonosobo berjumlah jiwa, yang terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Jika jumlah penduduk tersebut dirinci menurut sebaran wilayah, dan struktur usia dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel II.1 Jumlah Penduduk dirinci per Wilayah Kecamatan Kondisi Bulan Mei 2010 No Kecamatan Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Prosentase Laki-laki Perempuan 1. Wonosobo ,23 2. Kertek ,96 3. Selomerto ,42 4. Leksono ,22 5. Garung ,16 6. Kejajar ,11 7. Mojotengah ,91 8. Watumalang ,43 9. Sapuran , Kepil , Kalikajar , Kaliwiro , Wadaslintang , Sukoharjo , Kalibawang ,15 JUMLAH Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Menurut data dalam tabel di atas jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Wonosobo yang mencapai 10,23 % dan tersedikit di Kecamatan Kalibawang yang mencapai 3,15 %. Hal ini sejalan dengan luas wilayah Kecamatan Kalibawang yang lebih sempit dibandingkan dengan Kecamatan Wonosobo. 11

12 No Tabel II.2 Jumlah Penduduk dirinci menurut Struktur Usia Kondisi Bulan Mei 2010 Kelompok Umur (th) Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Prosentase Laki-laki Perempuan , , , , , , , , , , , , , , , ,26 JUMLAH Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Menurut tabel 2 diatas, bahwa prosentase terbesar penduduk berada pada kelompok umur antara tahun yang mencapai 9,35 % dari seluruh penduduk dan terkecil berada pada kelompok umur tahun yang mencapai 1,78 %. B. Kesejahteraan Masyarakat 1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kabupaten Wonosobo selama periode tahun dapat dilihat dari indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB perkapita, dan angka kriminalitas yang tertangani. Perkembangan kinerja pembangunan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah sebagai berikut : a. Pertumbuhan Ekonomi / PDRB Salah satu tolok ukur untuk mengukur pembangunan ekonomi regional adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan Nilai PDRB dari tahun dapat dilihat dari tabel berikut ini : 12

13 Tabel II.3 Perkembangan Nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun (dalam jutaan rupiah) Tahun Harga Berlaku Harga Konstan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan ,86 169, ,68 115, ,89 193, ,33 119, ,79 217, ,17 123, ,77 244, ,31 127, ,92 263, ,67 133,05 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan PDRB Kabupaten Wonosobo selama 5 tahun atas dasar harga berlaku sebesar Rp atau 217,73%. Sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp atau 123,75%. Kondisi semacam itu menunjukkan bahwa selama 5 tahun penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan terjadi peningkatan di bidang ekonomi. Tabel II.4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo (%) Tahun Tahun Pertumbuhan 3,19 3,24 3,58 3,69 4,02 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo Data dalam tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo dalam kurun waktu 2005 s/d 2009 mencapai 3,54%. Kondisi tersebut juga tidak lepas dari kebijakan ekonomi ekonomi regional dan nasional. Tabel II.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo (%) Tahun No. Lapangan Usaha Pertanian 3,41 3,34 3,31 3,36 3,85 2 Pertambangan dan Penggalian 4,33 4,68 3,60 1,67 0,11 3 Industri Pengolahan 1,89 2,77 2,70 2,55 2,41 4 Listrik, Gas, dan Air bersih 3,97 0,32 2,59 3,07 3,34 5 Bangunan 3,38 3,06 4,34 4,39 6,01 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,62 4,03 4,56 4,09 4,62 7 Angkutan dan Komunikasi 2,39 2,75 5,89 5,88 5,6 8 Bank, Persewaan, dan Jasa perusahaan 3,41 2,68 3,98 4,17 4,39 9 Jasa-jasa 3,22 3,14 2,89 3,81 4,16 PDRB 3,19 3,24 3,58 3,69 4,02 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo 13

14 Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB tertinggi disumbang oleh Sektor Bangunan yang rata-rata setiap tahunnya mencapai 4,23%. Sedangkan laju pertumbuhan terendah PDRB terletak pada sektor Industri pengolahan yang rata-rata setiap tahun mencapai 2,46%. Tabel II.6 Peranan Masing-Masing Sektor Dalam PDRB (%) Tahun No. Lapangan Usaha Pertanian 45,04 45,61 46,88 47,33 47,42 2 Pertambangan dan Penggalian 0,69 0,68 0,66 0,63 0,60 3 Industri Pengolahan 12,17 11,72 11,27 10,86 10,55 4 Listrik, Gas, dan Air bersih 1,08 1,01 0,96 0,94 0,92 5 Bangunan 4,06 4,01 4,01 4,04 4,09 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 12,54 12,49 12,29 12,33 12,28 7 Angkutan dan Komunikasi 6,67 6,63 6,46 6,43 6,46 8 Bank, Persewaan, dan Jasa perusahaan 6,16 6,18 6,01 6,02 6,06 9 Jasa-jasa 11,58 11,66 11,47 11,43 11,63 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo Menurut data dalam tabel diatas, bahwa kontribusi terbesar PDRB Kabupaten Wonosobo disumbang oleh sektor Pertanian yang setiap tahun rata-rata mencapai 46,45%. Sedangkan kontribusi terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian yang setiap tahun rata-rata mencapai 0,65%. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor dominan di Kabupaten Wonosobo. Tabel II.7 Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Kabupaten Wonosobo Tahun PDRB Perkapita (Rp) Tahun Harga Konstan Harga Berlaku , , , , , , , , , ,76 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa PDRB Perkapita berdasarkan harga konstan rata-rata selama 5 tahun yaitu Rp ,37. Sedangkan berdasarkan harga berlaku rata-rata selama 5 tahun adalah Rp ,60. 14

15 b. Inflasi Tabel II.8 Laju Inflasi Kabupaten Wonosobo Tahun Tahun Kumulatif Inflasi (%) , , , , ,01 Rata-rata 9,47 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo Data dalam tabel diatas menunjukkan bahwa kumulatif inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2005 yang mencapai 16,77%. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan harga BBM sedangkan kumulatif inflasi terendah terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 3,01%. Untuk rata-rata kumulatif inflasi selama periode 2005 s/d 2009 mencapai 9,47%. Kondisi tersebut memberi arti bahwa selama 5 tahun terakhir terjadi kenaikan indeks harga konsumen sekitar 10%. 2. Kesejahteraan Sosial Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator kinerja pembangunan dengan dimensi yang lebih luas yaitu dimensi kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Hal ini disebabkan karena pada semua tingkatan pembangunan beberapa kapasitas dasar diperlukan bagi pembangunan manusia yaitu Sehat dan berumur panjang, berpengetahuan dan memiliki akses kepada sumber daya ekonomi. Pada tahun 2009 IPM Kabupaten Wonosbo telah mencapai 70,40, angka tersebut masih dibawah angka rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 72,10. menggambarkan perkembangan indikator IPM tahun Tabel II.9 Perkembangan Indikator IPM tahun Tabel berikut Komponen Satuan Tahun Angka Harapan Hidup Tahun 69,00 69,20 69,49 69,74 Angka melek Huruf % 88,90 88,91 88,91 89,27 Paritas Daya Beli Rupiah Rata-rata lama sekolah Tahun 6,00 6,11 6,11 6,27 Indeks Pembangunan Manusia 68,80 69,22 69,55 70,08 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo 15

16 Dalam konteks pencapaian IPM sesuai target 72 pada tahun 2010, memang harus disadari ada beberapa point titik lemah yaitu belum optimalnya penganggaran pada beberapa prioritas pembangunan yang bisa meningkatkan IPM. Ke depan, merumuskan konsensus dan mengawalnya pada tahap implementasi merupakan agenda bersama bagi eksekutif dan legislatif agar sumber daya APBD yang terbatas bisa efektif dalam mencapai sasaran visi dan misi RPJMD pada periode lima tahun berikutnya. Kinerja Pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial meliputi indikator di bidang pendidikan (Angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, Angka Partisipasi Kasar, Angka Partisipasi Murni, kesehatan (Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu, Prevalensi Gizi Kurang), Kemiskinan, Kepemilikan Tanah, tenaga kerja dan keamanan dan ketertiban umum. Capaian Kinerja pembangunan focus kesejahteraan sosial Kabupaten Wonosbo periode pada masing-masing bidang sebagai berikut : a. Pendidikan Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategis dalam keseluruhan upaya membangun kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana dicita-citakan oleh para pendiri bangsa dan dirumuskan dalam Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pendidikan. Selain itu, berbagai kesepakatan internasional khususnya millennium development goals (MDGs), yang menetapkan bahwa sebelum tahun 2015 semua anak baik laki-laki maupun perempuan menyelesaikan pendidikan dasar, dan Deklarasi UNESCO tentang Education for All (EFA) telah pula menjadi dasar pelaksanaan pembangunan pendidikan di Indonesia. Pembangunan pendidikan telah berhasil meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata lama sekolah dari 5,70 tahun pada tahun 2005 menjadi sebesar 6,18 tahun pada tahun 2009, meningkatnya angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas dari 85,60 persen pada tahun 2005 menjadi 89,15 persen pada tahun 2009, serta meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) pada semua jenjang pendidikan. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/sederajat pada tahun 2005 sebesar 95,15 persen meningkat menjadi 97,26 persen pada tahun 2009, dan APK SMP/MTs/sederajat pada tahun 2005 adalah sebesar 65,12 persen meningkat menjadi 68,98 persen pada tahun Sementara itu, APK SMA/SMK/MA/sederajat pada tahun 2005 sebesar 25,00 persen meningkat menjadi 16

17 29,13 persen pada tahun Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/sederajat pada tahun 2005 adalah sebesar 49,15 persen meningkat menjadi 52,00 persen pada tahun Sementara itu, APK SMA/SMK/MA/sederajat pada tahun 2005 sebesar 17,12 persen meningkat menjadi 20,38 persen pada tahun Angka putus sekolah SD dan SLTP, dari 0,36 persen pada tahun 2005 turun menjadi 0,18 persen pada tahun 2009 untuk tingkat SD, dan untuk tingkat SLTP dari 1,29 persen turun menjadi 0,18 persen pada tahun 2009 sedangkan tingkat SLTA dari 2,80 persen menjadi 0,42 persen pada tahun Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan dalam upaya meningkatkan akses pelayanan pendidikan baik pada tingkatan Pendidikan Usia Dini, Pendidikan Dasar 9 tahun maupun tingkat Pendidikan Menengah yang diikuti oleh upaya meningkatkan kualitas layanan pendidikan disemua jenjang pendidikan. Dalam rangka mendukung peningkatan kualitas pendidikan, kualifikasi guru ditingkatkan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dalam kurun waktu 2006 sampai dengan 2009, terdapat peningkatan persentase guru yang telah memenuhi kualifikasi akademik D4/S1 menjadi sebesar 14,66 persen untuk SD/MI, 76,15 persen untuk SMP/MTs, 88,47 persen untuk SMA/SMK. Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan tata kelola pendidikan dilakukan berbagai perbaikan manajemen pendidikan yang ditujukan untuk memantapkan manajemen pelayanan pendidikan dan memberdayakan sekolah melalui penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang ditujukan untuk meningkatkan kemandirian, kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, dan peran serta masyarakat. Untuk meningkatkan standar dan kualitas tata kelola pendidikan, telah dilakukan penjaminan mutu pekerjaan manajerial dan administratif sesuai dengan Permendiknas Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Sistem Perencanaan Tahunan dan Permendiknas Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Koordinasi dan Pengendalian Program. b. Kesehatan Pencapaian status kesehatan dan gizi masyarakat merupakan kinerja sistem kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah serta berbagai komponen masyarakat. Kinerja pembangunan kesehatan dicapai melalui pendekatan enam sub-sistem dalam sistem kesehatan nasional (SKN), yaitu subsistem: (1) upaya kesehatan; (2) pembiayaan kesehatan; (3) sumberdaya manusia kesehatan; (4) sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; (5) manajemen dan informasi kesehatan; dan (6) pemberdayaan masyarakat. Keenam sub sistem 17

18 tersebut saling terkait dengan berbagai sistem lain di luar SKN antara lain sistem pendidikan, sistem ekonomi, dan sistem budaya. Status kesehatan dan gizi masyarakat diukur dari umur harapan hidup (UHH), angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan prevalensi kekurangan gizi pada balita terus menunjukkan perbaikan selama kurun waktu Tabel II.10 Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat Tahun No. Indikator Satuan Angka Harapan Hidup Tahun 68,9 69, ,44 2 Angka Kematian Ibu 3 Angka Kematian Bayi per seratus ribu kelahiran hidup per mil kelahiran hidup 71,68 174,68 123,39 115,75 14,34 21,51 15,35 15,84 4 Prevalensi Gizi Kurang % 11,33 10,26 14,03 10,02 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo Derajat kesehatan Ibu dan anak terus mengalami perbaikan, hal ini dapat dilihat dari menurunnya Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adanya peningkatan kualitas pelayanan ibu hamil melalui peningkatan sarana kesehatan dasar maupun rujukan dan kemampuan tenaga kesehatan, meningkatnya kesadaran ibu untuk menggunakan tenaga kesehatan dalam proses persalinan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel II.11 Data Pertolongan Persalinan Tenaga kesehatan Tahun No. 1 Cakupan Tahun Indikator Satuan Persalinan ditolong tenaga kesehatan Orang Prosentase % 67,96 69,42 79,92 86,4,42 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo Status Gizi masyarakat juga mengalami peningkatan selama Hal ini disebabkan karena disamping adanya peningkatan ekonomi keluarga juga karena adanya peningkatan keluarga sadar gizi, adanya surveylens gizi buruk melalui posyandu dan pemberian makanan tambahan bagi balita. Capaian indikator program gizi masyarakat seperti tabel berikut : 18

19 Tabel II.12 Data Cakupan Program Gizi Masyarakat Tahun No. Indikator Satuan Berat bayi lahir rendah Anak Prosentase dari total kelahiran % 1,99 1,65 1,68 1,69% 3 Berat bayi lahir normal Anak Prosentase dari total kelahiran % 98,01 98,35 98,32 98,30 5 Prevalensi Status Gizi Balita: a. Gizi Buruk % 1,79 1,21 1, b. Gizi Kurang % 11,33 10,26 14, c. Gizi Baik % 84,60 86,75 79,36 84,28 d. Gizi Lebih % 2,28 1,78 4,81 3,96 6 Prevalensi kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil % 3,51 3,51 3,25 2,67 7 Rata-rata konsumsi energi K.kal Rata-rata konsumsi protein Gr 49,9 39,6 39,6 40,1 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo Upaya perbaikan layanan kesehatan kepada masyarakat terus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Wonosobo termasuk juga upaya perbaikan manajemen kesehatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan terus dikembangkan. Upaya untuk menyusun perumusan kebijakan kesehatan yang berbasis bukti, survailans secara menyeluruh juga terus ditingkatkan. Sementara itu, pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan juga terus dikembangkan melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dengan pelibatan lintas sektor. c. Kepemilikan tanah Berdasarkan sumber dari Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosbo tahun 2010, Masih rendahnya kepemilikan sertifikat tanah sebagai bukti sah atas kepemilikan tanah merupakan permasalahan pertanahan yang mendasar di Kabupaten Wonosobo yang bisa menjadi permasalahan serius. Sampai dengan tahun 2009 dari bidang tanah sudah bidang atau 20,41 % tanah bersertifikat dan meningkat 2,5 % dalam kurun waktu 5 tahun. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah bersertifikat yang berarti bahwa kesadaran masyarakat mulai terketuk akan arti penting sertifikat sebagai alat bukti sah kepemilikan atas tanah. d. Kesempatan Kerja Salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dilakukan melalui perluasan kesempatan kerja. Selama tahun jumlah angkatan kerja yang ditempatkan dapat dilihat pada tabel berikut : 19

20 Tabel II.13 Data Penempatan Tenaga Kerja Kabupaten Wonosobo Tahun Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo Perluasan kesempatan kerja dilakukan melalui penyiapan tenaga kerja siap pakai, peningkatan pelayanan transmigrasi, pengembangan sistem informasi pasar kerja melalui bursa kerja on line (BKO) sehingga informasi lowongan pekerjaan lebih mudah dan cepat, pelatihan manajemen kewirausahaan dan keterampilan penerapan teknologi tepat guna (TTG). Padat Karya Infrastruktur sebagai upaya pemberdayaan masyarakat penganggur dan setengah menganggur dalam pembuatan atau rehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi daerah setempat juga dilakukan untuk meningkatkan kesempatan kerja yang bersifat sementara. Upaya perlindungan tenaga kerja juga dilakukan melalui penetapan Upah Minimum Kegional (UMK) yang disesuaikan dengan Kebutuhan Hidup Layak meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Perkembangan Upah Minimum Kabupaten Kabupaten Wonosobo, dapat dilihat pada tabel sebagi berikut : Gambar II.1 Grafik Rata-Rata UMK Kabupaten Wonosobo tahun Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo 20

21 Gambar. II.2 Perbandingan UMK dengan KHL di kabupaten Wonosobo Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo e. Angka Kriminalitas Upaya penanggulangan gangguan keamanan, ketertiban dan tindak kriminalitas menunjukkan peningkatan walaupun masih banyak ditemukan gangguan keamanan dan hambatan. Upaya pemberantasan yang relatif intensif dengan penggelaran Operasi Kepolisian Kewilayahan maupun Operasi Kepolisian terpadu dengan Instansi terkait menunjukkan hasil yang signifikan. Langkah Pemerintah tersebut akan terus dilakukan secara konsisten dan seyogyanya didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat agar kondisi aman dan tertib dapat semakin diwujudkan. Turunnya kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum serta berbagai tindak kejahatan yang semakin berani berakibat pudarnya rasa persatuan dan kesatuan masyarakat. Kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum merupakan prasyarat sekaligus tantangan dalam menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif. Perbedaan pemahaman terhadap keanekaragaman budaya, kondisi sosial, kesenjangan kesejahteraan, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, serta kepadatan penduduk juga merupakan faktor korelatif kriminogen yang apabila tidak dibina dan dikelola secara baik dapat mendorong munculnya kejahatan dan konflik horizontal. Faktor korelatif kriminogen ini hanya dapat diredam oleh sikap, perilaku dan tindakan masyarakat yang patuh dan disiplin terhadap hukum. Perkembangan jumlah kasus kriminalitas di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut ini : 21

22 Tabel II. 14 Jumlah Kasus Kriminalitas Tahun NO URAIAN Pembunuhan Aniaya Berat Pencurian dg pemberatan Pencurian dg kekerasan Curanmor Kebakaran / pembakaran Uang Palsu Narkotika Perkosaan Kenakalan Remaja Pencurian biasa/ringan Aniaya ringan / biasa Penipuan Penggelapan Perjudian Pengrusakan Pengroyokan Pemerasan Perbuatan cabul / zinah Pencurian kayu UU Darurat (petasan, bw sajam) Buang bayi Pemalsuan / Palsu Surat Penyuapan Penghinaan Pencemaran Perambahan Tanah Hutan Melarikan Perempuan K D R T TKI Illegal Korupsi Subsidi Pupuk Traficking Perbuatan tdk menyenangkan UU Lingkungan Hidup BBM / Minyak Tanah bersubsidi JUMLAH TINDAK KRIMINAL JUMLAH PENDUDUK ANGKA KRIMINALITAS 2,11 3,31 3,57 4,08 Sumber : Polres Kabupaten Wonosobo Kasus kriminalitas yang terjadi didominasi oleh kasus pencurian baik pencurian dengan pemberatan, pencurian biasa/ringan dan pencurian kendaraan bermotor. Kasus pencurian cenderung meningkat dari tahun ke tahun, tahun 2006 kasus pencurian sebanyak 60 kasus meningkat menjadi 107 kasus pada tahun

23 atau meningkat 78,3%. Sedangkan jumlah tindak kriminal secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 97,54%, yaitu dari tahun 2006 sebesar 163 kasus menjadi 322 kasus pada tahun 2009, sehingga terjadi peningkatan angka kriminalitas sebesar 1, Seni Budaya dan Olahraga Kinerja Pembangunan dibidang seni dan budaya meliputi indikator jumlah grup kesenian dan gedung olahraga. Upaya mengembangkan kesenian tradisional diharapkan akan mampu memberikan dampak kesejahteraan bagi para pelaku seni. Dalam pelaksanaan pengembangan nilai budaya kegiatan seremonial seperti peringatan HUT Kabupaten Wonosobo setiap tanggal 24 Juli dan Peringatan HUT RI setiap tanggal 17 Agustus terus dilaksanakan tidak ketinggalan. Pentas Seni dan Budaya yang diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah yang menampilkan bakat dan potensi seniman-seniman lokal dalam memperkenalkan dan mempromosikan budaya Kabupaten Wonosobo pun terus digalakkan. Kesemuanya itu dilakukan dalam upaya mengembangkan dan melestarikan seni budaya daerah. Pembinaan terhadap seni budaya daerah dilakukan melalui pembinaan terhadap grup kesenian dan penyelenggaraan event-event baik yang bersifat Lokal maupun internasional. Dibawah ini tersaji data jumlah event yang diselenggarakan di Kabupaten Wonosobo : Fasilitas Pementasan Tabel II.15 Jumlah Event Seni Budaya Tahun Tahun Lokal Regional Nasional Internasional Jumlah Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo Sedangkan jumlah grup kesenian di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut : 23

24 Tabel II.16 Daftar Kelompok Kesenian di Kabupaten Wonosobo Tahun Tahun No. Jenis Kesenian Angguk Kuda Kepang Daeng Rodat Bangilun Kubrosiswo Cepetan Dayakan Monyetan Gambus Cekok Mondol Barongsay Liongsay Andu Reog Wulang Bunu Campur Bawur Sanggar Tari Rebana Band Karawitan Campursari Rosidah Jamjanen Genjringan Ayun - Ayun Kulintang Keroncong Solo Organ Terbang Jawa Bundengan Calung Dangdut/Orkes Melayu Thek Thek Terbang Arab Lainnya Jumlah Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo C. Pelayanan Umum Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi pelayanan 24

25 umum yang mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga. Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi pelayanan umum yang mencakup layanan urusan wajib. Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan pada aspek pelayanan umum selama periode adalah sebagai berikut : 1. Layanan urusan wajib a. Pendidikan Angka Partisipasi sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah. Capaian APS Kabupaten Wonosobo tahun 2009 pada pendidikan dasar mencapai 71,91%, pada jenjang pendidikan menengah mencapai 32,61%. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah pada pendidikan dasar sebesar 1 : 222,5. Pada jenjang pendidikan menengah mencapai 1 : 3,93. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. Rasio guru dengan murid pada tahun 2009 untuk tingkat SD/MI mencapai 1 : 18, untuk tingkat SMP/MTS 1 : 14 sedangkan untuk tingkat SMA/SMA/MA 1 : 14. Rasio murid dengan kelas untuk jenjang pendidikan SD/MI pada tahun 2009 mencapai 1 : 26, jenjang SMP/MTS mencapai 1 : 33 sedangkan jenjang SMA/SMK/MA mencapai 1 : 33. Upaya peningkatan daya tampung sekolah diarahkan pada pendidikan kejuruan/smk dalam usaha mewujudkan rasio SMA dan SMK menjadi 33 : 67 (target nasional). Untuk Kabupaten Wonosobo rasio SMA dan SMK baru mencapai 50 :

26 No b. Kesehatan Keberhasilan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terlihat dari keberhasilan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan. Dari tahun dalam hal penyediaan prasarana dan sarana kesehatan, sudah dibangun/direhab 87 PKD, 9 Puskesmas, 14 Puskesmas Pembantu, dan membangun 3 Puskesmas Rawat Inap, sehingga pada setiap desa/kelurahan sudah tersedia prasarana kesehatan dasar (PKD) berikut dengan tenaga kesehatannya. Kecamatan Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Khusus Tabel II.17 Fasilitas Kesehatan dirinci per Kecamatan di Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 Rumah Bersalin Balai Pengoba tan/rb Fasilitas Kesehatan Balai Laboratori Pengobat Apotik um an Puskes mas / Pustu Pos- Yandu 1 Wonosobo / Kertek / Selomerto 2 1/ Leksono 2/ Kalikajar 1 2/ Sapuran / Kepil 2/ Kalibawang 1/ Garung 2 1/ Mojotengah 1 1/ Kejajar / Watumalang 1 1/ Kaliwiro / Wadaslintang 1 2/ Sukoharjo 2/ JUMLAH / Sumber data Dinas Kesehatan Kab. Wonosobo Pus- Ling Capaian pelayanan kesehatan tercermin pada upaya untuk menyediakan pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten maupun desa. Pada tahun 2009, rasio Posyandu persatuan balita sudah mencapai 1: 39, Rasio Puskesmas, Poliklinik Pustu per satuan penduduk sudah mencapai 1 : 9.079, Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk mencapai, Rasio Dokter per satuan penduduk mencapai 1 : dan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani mencapai 100 %, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan mencapai 86,41 %, Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) mencapai 87,17%, Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan mencapai 100%, Angka kesembuhan penderita penyakit TBC BTA (+) mencapai 93 %, Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD mencapai 100 %, Cakupan 26

27 pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin mencapai 0,66 % dan Cakupan kunjungan bayi mencapai 98,24 %. c. Pekerjaan Umum Urusan pekerjaan umum dilaksanakan dalam dua koridor kebijakan pemerintah daerah yaitu peningkatan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kualitas dan efektifitas pembangunan infrastruktur yang juga diharapkan dapat mendorong kebijakan pemerintah daerah dalam pengurangan ketimpangan antar wilayah. Secara garis besar, pembangunan infrastruktur dalam upaya pelaksanaan urusan pekerjaan umum dijabarkan dalam berbagai program untuk kemudian dilaksanakan dalam paket-paket pekerjaan pengadaan saran dan prasarana infrastruktur. Program Pembangunan/Rehabilitasi Jalan dan Jembatan, Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya dan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan merupakan tiga besar program priotas pemerintah daerah dalam upaya penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan fungsi pembangunan infrastruktur fasilitas umum, adalah fungsi yang mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya melalui peningkatan kualitas dan efektivitas pembangunan infrastruktur, yang mencakup urusan pekerjaan umum dan urusan perumahan dan permukiman. Dalam konteks Urusan Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah memiliki tanggungjawab penanganan jalan sepanjang 810 km dan jembatan mencapai m, irigasi mencapai 718 Daerah Irigasi (DI) terdiri dari irigasi teknis mencapai Ha, irigasi ½ teknis mencapai 710 Ha dan irigasi sederhana mencapai Ha. Selama kurun waktu sudah dilakukan pembangunan / rehabilitasi jalan, jembatan dan irigasi. Dalam tahun 2006 panjang jalan dalam kondisi baik mencapai 386,752km atau 47,75% dan tahun 2009 mencapai 408,55 km atau 50,43 %. Jembatan dalam kondisi baik tahun 2009 mencapai 1,85 km / 230 (buah) atau 76,16 %. Sedangkan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana umum tempat pemakaman umum, rasio per 1000 penduduknya tahun 2006 mencapai 10 dan tahun 2009 mencapai Untuk tempat pembuangan sampah (TPS), rasio per penduduknya tahun 2006 mencapai 2 dan tahun 2009 mencapai 3. 27

28 d. Perumahan Sebagai upaya aksi pelaksanaan urusan perumahan segaris dalam tujuan yang hendak dicapai dalam RPJMD yaitu meningkatkan kualitas dan efektivitas penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman, telah pula dilaksanakan pembangunan fisik terhadap sarana dan prasarana dasar. Selama kurun waktu tahun 2006 sampai dengan 2009 tidak kurang 12 kegiatan pengembangan perumahan, 230 kegiatan lingkungan sehat perumahan juga dilaksanakan 21 kegiatan pembangunan fasilitas penunjang areal pemakaman, 1 kegiatan rehabilitasi rumah korban terorisme dan pengadaan fasilitas pemadam kebakaran berupa 2 mobil pemadam kebakaran yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas penanggulangan pemadam kebakaran. Peningkatan kesejahteraan masyarakat juga terlihat dari tercukupinya kebutuhan perumahan. Oleh karena itu, pengelolaan Urusan Perumahan dan Permukiman, terus diupayakan dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman, meningkatkan fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat termasuk PNS yang belum memiliki rumah dalam pembangunan dan perbaikan rumah, meningkatkan pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan keselamatan bangunan perumahan dan gedung lainnya. Untuk luas wilayah permukiman kumuh tahun 2009 seluas 242,81 Ha atau 3 %. Tahun 2009 jumlah yang layak huni sebanyak rumah atau 91,51 % dan yang tidak layak huni rumah atau 8,49 %. Tahun 2009 yang mengakses air bersih sebanyak rumah tangga (KK) atau 98,23 %. Untuk sanitasi, pada tahun 2006 rumah tangga (KK) yang sudah bersanitasi sebanyak rumah tangga (KK) atau 57,6 % sedangkan yang belum bersanitasi sebanyak rumah tangga (KK) atau 42,4 %, tahun 2009 yang bersanitasi mencapai rumah tangga (KK) atau 57,6 %. e. Penataan Ruang Wonosobo yang memiliki luas wilayah ha terbagi atas beberapa wilayah yang bersifat pedesaan maupun perkotaan. Perkembangan wilayah beserta komunitasnya antara satu wilayah dengan wilayah yang lain cenderung tidak sama. Hal ini tidak saja karena perbedaan kondisi geografis maupun kultur masyarakat namun juga dipengaruhi kebijakan pembangunan dan pengelolaan tata ruang. Degradasi lingkungan bisa menjadi penyebab munculnya ketimpangan 28

29 wilayah, sedangkan ketimpangan pertumbuhan antar wilayah sering menjadi penyebab lambatnya pertumbuhan tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya selama kurun sudah dilakukan berbagai upaya pengurangan ketimpangan wilayah, dengan mengoptimalkan pengelolaan urusan Penataan Ruang dan urusan Pertanahan. Dalam konteks Urusan Penataan Ruang, Pemerintah Daerah terus berupaya meningkatkan akselarasi pembangunan di wilayah-wilayah strategis dan wilayah-wilayah tertinggal, meningkatkan keseimbangan pertumbuhan antar kawasan pedesaan dan perkotaan, menyerasikan pemanfaatan dan pengendalian ruang dalam suatu sistem wilayah pembangunan yang berkelanjutan, dan meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi antar wilayah perkotaan dan pedesaan dalam suatu sistem pengembangan ekonomi yang saling menguntungkan. Wonosobo dengan luas wilayah Ha, memiliki luas ruang terbuka hijau dalam tahun 2006 seluas 28,5 Ha atau 28,9 % dan tahun 2009 seluas 25,78 Ha atau 26,2 %.. Kegiatan perencanaan tata ruang yang telah dilaksanakan adalah Revisi RIK Wonosobo, Penyusunan Masterplan Kawasan Alun-Alun dan DED Alun-Alun Kota Wonosobo, Penyusunan RTRW Kabupaten Wonosobo, Masterplan GOR, Perencanaan Lingkungan Pendopo, Penyusunan RDTRK Kec. Watumalang, RDTRK Kec. Kalibawang, Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Data Spasial, Penyusunan RDTRK Kec. Wadaslintang dan RDTRK Kec. Kertek. f. Perhubungan Kinerja pembangunan pada pelayanan pada urusan perhubungan di Kabupaten Wonosbo selama periode dilihat dari jumlah arus penumpang angkutan umum selama 5 tahun yang mengalami penurunan dari penumpang tahun 2005 menjadi penumpang pada tahun Penurunan jumlah penumpang lebih disebabkan adanya pergeseran penggunaan moda angkutan umum ke angkutan pribadi. Persentase jumlah angkutan darat dibanding jumlah penumpang angkutan darat mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 9,30% menjadi 11,01% pada tahun 2009, jumlah terminal dan sub terminal tidak mengalami perubahan atau tetap sebanyak 7 unit. Tantangan kedepan adalah bagaimana menyediakan pelayanan angkutan masal yang murah, nyaman, aman dan tepat waktu agar kemacetan yang disebabkan oleh banyaknya angkutan pribadi tidak terjadi. Akselerasi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonosobo sangat didukung dengan pembangunan di sektor perhubungan. Perhubungan yang lancar dan nyaman memicu distribusi produk barang dan jasa dari satu wilayah ke wilayah yang 29

30 lain. Distribusi barang dan jasa yang lancar akan menekan biaya produksi dan pada muaranya akan menekan harga pasar. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perhubungan dimaksudkan untuk meningkatkan ketertiban lalu lintas dan kenyamanan pengguna jalan, sehingga diharapkan dapat meminimalisasi resiko yang diakibatkan dalam berlalu lintas. Data Sarana prasarana pendukkungkeselatan dan kenyamanan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II.18 Sarana Prasarana Pendukung Keselamatan dan Kenyamanan transportasi No. Fasilitas Jumlah Jalur Penyelamat Rest Area Shelter/ Halte Lampu Pengatur Lalu Lintas Rambu-Rambu Marka Jalan (m2) Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Dalam penyelenggaraan urusan perhubungan, Pemerintah Kabupaten Wonosobo memberikan pelayanan ijin trayek dan pengujian kendaraan bermotor bagi angkutan umum dan angkutan barang. Kegiatan pengujian kendaraan bermotor bertujuan agar tingkat kelaikan kendaraan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga kecelakaan lalu lintas akibat dari penggunaan kendaraan dapat ditekan. Untuk mendukung kegiatan tersebut dilaksanakan kegiatan perbaikan dan modifikasi peralatan pengujian kendaraan guna lebih mengoptimalkan kegiatan pelayanan pengujian kendaraan bermotor. No. Tabel II.19 Tabel Jumlah dan Alokasi Kendaraan Angkutan Pedesaan Trayek Jarak (km) Jml Armada Wonosobo- Kertek Wonosobo- Sawangan Wonosobo- Leksono Wonosobo- Garung Wonosobo- Mojotengah Wonosobo- Limbangan Wonosobo- Gondang Wonosobo- Andongsili- Keseneng Wonosobo- Wonolelo Wonosobo- Pacarmulyo- Gondang Wonosobo- Madukoro- Keseneng Wonosobo- Jetis- Wonokasihan Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi 30

31 Tabel II.20 Alokasi Kendaraan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) No. Trayek Jarak (km) Jml Armada Wonosobo- Jakarta Wonosobo- Bandung Wonosobo- Purwokerto Wonosobo- Magelang Wonosobo- Purworejo Wonosobo- Kebumen Wonosobo- Semarang Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Peningkatan ketersediaan sarana pendukung transportasi berupa ramburambu lalu-lintas sejumlah 72 unit pada tahun 2006 menjadi 458 unit pada tahun 2009 dan pengadaan marka jalan sepanjang 6287 m 2 pada tahun g. Lingkungan Hidup Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, urusan lingkungan hidup di Wonosobo menjadi masalah prioritas. Hal ini berdasarkan realitas adanya kecenderungan terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup memerlukan perhatian serius karena sifatnya yang khusus dan melibatkan banyak sektor. Adanya keterkaitan ini membuat urusan lingkungan hidup harus dilihat secara menyeluruh dari berbagai sudut pandang yang berbeda serta dalam penanganannya tidak bisa dilakukan secara sektoral. Keberhasilan pengelolaan sampah di Wonosobo juga didukung adanya keikutsertaan pihak ketiga (Yayasan Danamon Peduli) dalam pengelolaan sampah. Wonosobo merupakan salah satu daerah (Wonosobo merupakan peringkat ke empat terbaik dari 30 daerah di Indonesia) yang menjalin kerjasama dengan Yayasan Danamon Peduli, membangun fasilitas sampah pasar tradisional yang bertujuan untuk mengkonversi sampah pasar tradisional menjadi kompos berkualitas tinggi untuk didistribusikan kepada para petani. Program ini secara sistematis meningkatkan kondisi kesehatan dan kebersihan serta memberikan manfaat sosial ekonomi bagi komunitas pasar tradisional dan petani. Program Kompos Sampah Pasar NOTHING WASTED ini juga telah mendapat apresiasi dari dunia internasional, tahun lalu, program ini terpilih menjadi juara 2 dari BBC World Challenge 2009 yang terpilih dari 900 program pengembangan 31

32 masyarakat di seluruh dunia, dan juga menjadi pemenang Metro TV/MDGs Award 2009 untuk pengentasan kemiskinan h. Pertanahan Untuk Urusan Pertanahan, Pemerintah Daerah terus mendorong dilakukan perubahan sistem pengelolaan tanah agar efisien, efektif serta terlaksananya penegakan hukum terhadap hak atas tanah masyarakat dengan menerapkan prinsipprinsip keadilan, transparansi dan demokrasi. Masih rendahnya kepemilikan sertifikat tanah sebagai bukti sah atas kepemilikan tanah merupakan permasalahan pertanahan yang mendasar di Kabupaten Wonosobo yang bisa menjadi permasalahan serius. Sampai dengan tahun 2009 dari bidang tanah sudah bidang atau 20,41 % tanah bersertifikat dan meningkat 2,5 % dalam kurun waktu 5 tahun. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah bersertifikat yang berarti bahwa kesadaran masyarakat mulai terketuk akan arti penting sertifikat sebagai alat bukti sah kempemilikan atas tanah. Sedangkan untuk pemenuhan sarana kesehatan berupa pengadaan tanah untuk puskesmas yang bertujuan untuk menunjang pelayanan kesehatan masyarakat demikian juga penyediaan tanah yang akan digunakan untuk pembangunan GOR yang bertujuan untuk menyediakan sarana olah raga bagi masyarakat Wonosobo. Disisi lain pemerintah juga menyediakan sarana untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo berupa pengadaan tanah untuk menunjang kelancaran lalu lintas yang menguhubungkan objek pariwisata maupun penunjang pengembangan sektor pariwisata itu sendiri. Seperti pengadaan tanah untuk Tuk Bimo Lukar yang ditujukan untuk pengembangan obyek wisata Tuk Bimo Lukar dimana menurut sejarahnya merupakan sumber mata air Sungai Serayu yang kondisinya pada saat ini debit airnya sudah sangat minim apalagi bila musim kemarau tiba. Sebagai antisipasinya ada beberapa lahan yang harus dibebaskan untuk penyelamatan sumber mata air yang selanjutnya untuk reboisasi di sekitar lahan tersebut mengingat kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya penyelamatan wilayah Dieng sudah relatif kurang. Dalam rangka peningkatan sarana perekonomian maka pemerintah daerah memfasilitasi melalui pengadaan tanah yang ditujukan untuk pembangunan pasar, baik pasar sayur maupun pasar buah yang nantinya dapat menampung dan memasarkan komoditi buah dan sayur dikarenakan Wonosobo merupakan salah satu sentra penghasil sayur dan buah terbesar di Jawa Tengah. 32

33 Untuk pelaksanaan program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dari tahun 2006 s/d Tahun 2009 juga diperuntukkan bagi pelaksanaan kegiatan program daerah (PRODA) berupa pensertifikatan hak milik masyarakat ekonomi kurang mampu sebanyak 800 bidang yang seluruh pembiayaannya ditanggung pemerintah daerah. Selain itu untuk tertib administrasi dan kejelasan status tanah baik tanah milik pemerintah daerah termasuk di dalamnya tanah-tanah hasil penyerahan eks instansi vertikal/ departemen sebagai akibat dari penyerahan otonomi daerah maupun eks tanah bengkok dari desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan, telah dilaksanakan kegiatan pensertifikatan 108 bidang eks tanah bengkok dan 38 bidang eks tanah instansi vertikal/departemen. Untuk tahun 2010 sebagian besar kegiatan telah selesai dilaksanakan yaitu berupa pengadaan tanah untuk Tuk Bimo Lukar serta pengadaan tanah untuk SMK Kalikajar tinggal penyelasaian administrasi, sedangkan kegiatan lainnya baru dalam tahap proses pelaksanaan. i. Kependudukan dan Catatan Sipil Penanganan tertib administrasi kependudukan dan catatan sipil berupa KTP, KK, akte kelahiran dan dokumen lainnya sudah cukup optimal. Adapun kelemahan yang masih sering terjadi antara lain kesadaran penduduk untuk melaporkan setiap peristiwa penting kependudukan dan catatan sipil masih rendah, padahal hal ini berpengaruh besar bagi kesempurnaan administrasi kependudukan. Pada tahun 2007 program penataan administrasi kependudukan difokuskan pada kegiatan pembangunan dan pengoperasian SIAK secara terpadu, yang merupakan program pembangunan di bidang sistem administrasi kependudukan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi serta penerapan sistem komputerisasi yang semakin maju. Pada awalnya spesifikasi SIAK yang dikeluarkan oleh Depdagri bersifat online yang menghubungkan setiap Kabupaten/Kota dengan Depdagri. Pada sistem online ini, data kependudukan setiap daerah diverifikasi secara nasional dan real time. Penerapan sistem online tersebut banyak mengalami kendala. Pada akhirnya kebijakan SIAK itu mengalami beberapa perubahan fundamental. Kebijakan offline yang hanya menghubungkan semua data kependudukan dalam satu daerah (Kabupaten/Kota) mulai ditoleran. Depdagri pun pada akhirnya memberikan bantuan sarana komputer sebagai salah satu upaya untuk merespon keterbatasan daerah dalam mempersiapkan sarana dan pra sarana pendukung SIAK. 33

34 Pembangunan jaringan hingga ke titik lokasi unit pelayanan telah dirintis antara lain dengan memanfaatkan jaringan yang sudah ada di Kabupaten Wonosobo dengan melakukan beberapa penyempurnaan. Dengan alokasi dana yang tersedia pada tahun 2007, pembangunan jaringan hanya cukup dilaksanakan di 6 kecamatan. Walaupun program SIAK ini belum dapat dioperasionalisasikan secara serentak di 15 kecamatan, akan tetapi program SIAK ini sudah mulai diujicoba untuk dioperasikan pada pembuatan KK gratis dan KTP masal. Keduanya telah menggunakan spesifikasi model SIAK Depdagri, atau lebih dikenal dengan sebutan KK/KTP Nasional. KK/KTP Nasional ini pada hakekatnya adalah pelaksanaan amanat Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 yang menyebutkan perlunya penerapan suatu standar nasional di bidang administrasi kependudukan. Kegiatan pembuatan KK gratis dan KTP masal dilaksanakan oleh Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil bekerja sama dengan pihak ketiga (CV DELTRON COMPUTER, Boyolali) dalam hal pencetakannya, sedangkan dalam hal pendaftaran dan pendistribusiannya bekerja sama dengan pemerintahan kecamatan, kelurahan/desa. Kegiatan penyediaan KK gratis ini diawali dengan penyusunan database kependudukan, dimana setiap kepala keluarga wajib mengisi dokumen F1-01 dengan data pribadi yang lengkap. Kegiatan ini berhasil menyusun data kependudukan sebanyak ± KK. Karena keterbatasan dana yang dimiliki, maka untuk tahun 2007 hanya mampu mencetak lembar KK. Sedangkan sisanya akan dicetak pada tahun anggaran Untuk kegiatan penyediaan KTP masal berhasil menyerap ± pemohon. Kesiapan yang diperlukan untuk melaksanakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) terdiri dari pengadaan sarana perangkat keras seperti komputer, kemudian SDM, kabel jaringan, revisi peraturan daerah Kabupaten Wonosobo tentang SIAK, serta perangkat pendukung lainnya seperti blanko, format dan buku register. Untuk keperluan tersebut pemerintah daerah sudah mulai merintis mempersiapkan pada tahun Untuk rasio kepemilikan Kartu Keluarga dengan jumlah Kepala Keluarga sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 96,19% (target RPJMD sebesar 95%). Jumlah Kepala Keluarga adalah orang dan jumlah Kepala Keluarga yang memiliki kartu keluarga adalah orang. Untuk rasio kepemilikan KTP dengan jumlah penduduk wajib KTP yang memiliki KTP adalah sebesar 98,8% (target RPJMD sebesar 85%). Jumlah Penduduk wajib KTP adalah orang dan jumlah 34

35 penduduk wajib KTP yang memiliki KTP sebanyak orang. Untuk kepemilikan akte kelahiran belum mencapai target yang diinginkan yaitu sebesar 60%. Sampai dengan tahun 2010 rasio kepemilikan akte kelahiran dengan jumlah penduduk adalah 53,44%. Jumlah penduduk adalah orang dan penduduk yang memiliki akte kelahiran sebanyak orang. j. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dalam pembangunan pemberdayaan perempuan, permasalahan mendasar yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, disamping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi terhadap perempuan. Permasalahan mendasar lainnya adalah masih terdapat kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan, hal ini tercermin pada tahun 2006 dari 45 anggota DPRD Kabupaten Wonosobo hanya 4 orang (8,89%) yang berjenis kelamin perempuan. Pada tahun 2007 meningkat dari 45 anggota DPRD tercatat 5 orang (11,11 %), sementara hasil Pemilu Legislatif tahun 2009 menurun dari 45 anggota DPRD hanya 3 orang wakil rakyat perempuan (6,67 %). Sementara untuk Jabatan Ketua Partai Politik di Kabupaten Wonosobo sampai dengan tahun 2009 kedudukan perempuan belum nampak. Rendahnya keterwakilan perempuan di parlemen disebabkan berbagai faktor, diantaranya masih adanya pandangan gender yang mensubordinasi perempuan, anggapan bahwa perempuan irrasional dan emosional yang menyebabkan perempuan dianggap tidak layak memimpin, akibatnya muncul sikap yang menempatkan perempuan pada posisi tidak penting serta diragukan kapasitas dan kompetensinya, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan dalam kegiatan publik yang lebih luas. Secara umum, keberhasilan pelaksanaan urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak selama tahun 2006 s.d adalah adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya komitmen daerah, dukungan dan peran stakeholders melalui pelaksanaan dan penerapan strategi pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah. 2. Meningkatnya partisipasi, akses, kontrol dan peran serta manfaat perempuan dalam jabatan publik dan politik yang ditandai dengan peningkatan pejabat dan anggota legislatif perempuan. 3. Meningkatnya upaya-upaya yang dilakukan untuk kesejahteraan dan perlindungan terhadap perempuan dan anak. 35

36 4. Meningkatnya kesadaran dan responsivitas masyarakat dan aparat terhadap No. kekerasan berbasis gender. Tabel II.21 Data Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun Jumlah Kasus Tahun Kekerasan terhadap perempuan Kekerasan yang difasilitasi penyelesaiannya Kekerasan yang sudah selesai ditangani Kekerasan yang masih dalam proses penyelesaian Kekerasan yang belum tertangani Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa jumlah kekerasan terhadap perempuan cenderung menurun. Walaupun demikian, masih ada beberapa kasus yang belum selesai tertangani karena beberapa kendala. Tabel II.22 Data Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Kabupaten Wonosobo Tahun Tahun No. Jumlah Kasus Kekerasan terhadap anak Kekerasan yang difasilitasi penyelesaiannya Kekerasan yang sudah selesai ditangani Kekerasan yang masih dalam proses penyelesaian Kekerasan yang belum tertangani Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa jumlah kekerasan terhadap anak cenderung meningkat. Peningkatan yang terjadi bukan bermakna peningkatan jumlah kasus semata setiap tahunnya, akan tetapi juga menunjukkan peningkatan responsivitas pemerintah Kabupaten Wonosobo terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak serta peningkatan kesadaran dan keberanian masyarakat utamanya perempuan dan anak untuk melaporkan kekerasan yang menimpa mereka. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga dan juga berkat kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti UPIPA GOW Wonosobo, Kepolisian dan Kejaksaan. Tolok ukur keberhasilan pengintegrasian strategi pengarusutamaan 36

37 gender (PUG) dalam pembangunan dapat dilihat dari capaian Indek Pembangunan Gender (IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender (GEM). Gambar II.3 Grafik Pencapaian GDI dan GEM Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda Merujuk pada data tiga tahun terakhir tahun 2006 s/d 2008 menunjukkan adanya tren peningkatan dalam pencapaian GDI maupun GEM di Kabupaten Wonosobo. Namun jika dibandingkan dengan capaian GDI dan GEM Provinsi Jawa Tengah capaian tersebut masih tergolong rendah, dimana pada tahun 2008 capaian GDI Provinsi Jawa Tengah sebesar dan GEM Provinsi Jawa Tengah sebesar Sementara apabila disandingkan dengan capaian Human Develepmen Indek (HDI) Kabupaten Wonosobo masih terlihat adanya kesenjangan yang ada sebagaimana tabel berikut : Gambar II.4 Grafik Pencapaian IPM dan GDI Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber : BPS Kabupaten k. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan selama 5 tahun ( ) untuk menunjang keberhasilan pembinaan keluarga kecil dan sejahtera, alokasi dana yang signifikan pada program pelayanan kontrasepsi dengan kegiatan pengadaan alat dan obat kontrasepsi pil KB, pengelolaan data keluarga berencana serta pelayanan KB medis operasi bagi keluarga miskin yang bertujuan mempermudah akses serta penggunaan metode kontrasepsi yang aman, efisien, 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010-2015 merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya Aksesibilitas dan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2016

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2016 BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN 2015 Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA 1 Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI.......................................................... i DAFTAR TABEL....................................................... iii DAFTAR GAMBAR....................................................

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4 DAFTAR ISI Halaman: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Pemerintahan... 1 1.2 Kepegawaian... 2 1.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3)

3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3) 3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3) URUSAN WAJIB 1. Urusan Pendidikan Capaian kinerja penyelenggaraan Urusan Pendidikan diukur dari 14 (empat belas) Indikator

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii iii xxi Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen I-6 1.4 Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia,

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia, KATA PENGANTAR Dengan niat yang tulus, segala bentuk kebijakan, program dan kegiatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan dengan harapan semoga gerak langkah kita selalu diberkahi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iv ix BAB I PENDAHULUAN... I - 1 I.1 Latar Belakang... I - 1 I.2 Dasar Hukum Penyusunan... I - 3 I.3 Hubungan Antar Dokumen... I - 7 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun =

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun = TATARAN PELAKSANA KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN DALAM RANGKA EKPPD TERHADAP LPPD TAHUN 2013 KABUPATEN : BANGGAI KEPULAUAN IKK RUMUS/PERSAMAAN KETERANGAN URUSAN

Lebih terperinci

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012-2017 NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH SATUAN 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja Kabupaten Parigi Moutong bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR xi I PENDAHULUAN 1-1 1.1 LATAR BELAKANG 1-2 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN 1-3 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN 1-5 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii xx BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 10 1.4. Sistematika

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab telah menjadi tuntutan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki hak dan kewenangan dalam mengelola

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN

TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN NO URUSAN INDIKATOR KINERJA KUNCI URUSAN WAJIB 1 Pendidikan Pendidikan Luar Biasa (PLB) jenjang SD/MI 1. Jumlah

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. PEDOMAN TRANSISI Walaupun masa jabatan Walikota Lubuklinggau periode 2013 2018 akan berakhir pada bulan Pebruari 2018, namun pelaksanaan RPJMD Kota Lubuklinggau

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

Lampiran Meningkatnya cakupan

Lampiran Meningkatnya cakupan Lampiran : Peraturan Walikota Pagar Alam Nomor : Tahun 2017 Tanggal : 2017 I II Pemerintah Visi Kota Pagar Alam Terwujudnya Keseimbangan Masyarakat Pagar Alam Yang Sehat, Cerdas, Berakhlaq Mulia, Dan Didukung

Lebih terperinci

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak k G 1 Pi ( Qi 1) i 1 Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR KONDISI KINERJA PADA AWAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN A. Visi BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan Kabupaten Pati tidak terlepas dari hirarki perencanaan pembangunan nasional, dengan merujuk pada pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA Salah satu visi penting dalam rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 yang disusun adalah pentahapan pembangunan yang dilaksanakan untuk

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO

A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO 1. Kondisi Geografi Secara geografis Kabupaten Wonosobo terletak antara 7. 11 dan 7. 36 Lintang Selatan (LS), 109. 43 dan 110. 04 Bujur Timur (BT).

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Pertumbuhan Ekonomi % 6,02 6,23 6,07 6,45 6,33 6,63 5,89** 2 PDRB Per Kapita (Harga Berlaku) Rp. Juta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Per-Kecamatan di Kabupaten Sintang Tahun... Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun 2010... Jumlah Kebutuhan

Lebih terperinci