II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS Kredit diartikan sebagai kesanggupan individu untuk memperoleh barang, jasa atau uang, dengan perjanjian akan membayar kembali di kemudian hari (Nizar, 2004). Tidak setiap orang memiliki kesanggupan untuk memperoleh kredit, termasuk petani. Kenyataannya, sebagian besar petani tidak cukup memiliki aset berharga sebagai jaminan bagi pengembalian kreditnya dan disisi lain, mereka sangat memerlukan kredit untuk mendanai usahanya. Tidak sedikit pula petani terpaksa menggunakan kredit usaha untuk keperluan konsumsi rumahtangga (Fajardo, 1992 dalam Asih, 2008). Pada umumnya kredit pertanian khususnya kredit program ditujukan untuk melindungi golongan ekonomi lemah. Kredit program bertujuan selain meningkatkan produksi melalui introduksi teknologi juga ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi kemiskinan (Azhari, 1984). Tujuan lain pemberian kredit adalah sebagai bantuan modal usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada mereka yang berpartisipasi. Hal senada juga diungkapkan Braverman dan Guasch (1986) bahwa tujuan kredit program di negara berkembang (khususnya di pedesaan) adalah: (1) meningkatkan output dan produktivitas pertanian, (2) induksi secara optimal laju adopsi teknologi baru, (3) memperbaiki distribusi pendapatan, (4) mengurangi kemiskinan, dan (5) meningkatkan jumlah kesempatan kerja. Masalah kredit tidak terlepas dari unsur kepercayaan, bahwa kredit dapat dikembalikan oleh peminjam pada waktunya dengan imbalan bagi pemberi kredit

2 10 dalam bentuk bunga ataupun bentuk lain. Kepercayaan dalam pemberian kredit hanya akan timbul apabila suatu usaha mampu menunjukkan kemandiriannya, artinya mampu mengerjakan sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri. Dengan demikian, kredit seharusnya dianggap sebagai pendukung bukan penopang berdirinya usaha. Dalam hal ini jelas kiranya dari segi usaha, kredit hanyalah merupakan salah satu faktor dari kombinasi faktor-faktor produksi yang harus secara bersama-sama mensukseskan suatu usaha. Dalam kredit terdapat juga unsur prestasi yaitu objek kredit itu sendiri baik uang, barang maupun jasa, dan unsur waktu yang mengandung pengertian nilai uang yang ada sekarang dan nilainya pada masa mendatang. Akibat dari unsur waktu terdapat suatu tingkat resiko yang harus dihadapi. Semakin lama kredit diberikan maka semakin tinggi pula tingkat resikonya, hal ini tidak terlepas dari unsur ketidakpastian di masa mendatang yang akhirnya menyebabkan munculnya jaminan dalam pemberian kredit (Suyatno et al., 1999 dalam Thamrin, 2002) Teori Pasar Kredit Menurut Jaffee dan Stiglitz (1990) dalam Nuryartono (2005), teori permintaan kredit berbeda dengan teori permintaan barang dalam pasar pada umumnya. Pada pasar barang, untuk memenuhi permintaan dan penawaran barang, harga barang akan melakukan penyesuaian. Jika permintaan barang tertentu meningkat maka harga barang tersebut akan naik dan jumlah persediaan barang akan meningkat. Sebaliknya dalam pasar kredit, jika terjadi kelebihan permintaan kredit, maka terdapat keterbatasan untuk memenuhi peningkatan permintaan tersebut. Mengikuti aturan umum yang berlaku dalam pasar kredit, jika permintaan kredit melebihi persediaannya, maka akan diikuti dengan

3 11 peningkatan jumlah pinjaman dan tingkat suku bunga yang dikenakan tetap. Faktor resiko merupakan salah satu faktor yang membedakan permintaan kredit dan permintaan barang, dimana dalam permintaan kredit resiko yang dihadapi adalah pengembalian kredit. Rendahnya pengembalian kredit dapat menyebabkan kredit macet sehingga untuk menghindari resiko tersebut diperlukan jaminan sebagai alat pengaman bila penerima kredit tidak dapat melunasi kreditnya. Dalam pengembalian pinjaman akan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku. Gambar 1 menunjukkan hubungan antara tingkat pengembalian yang diharapkan atas suatu kredit dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Peningkatan suku bunga yang dibebankan tidak didasarkan pada peningkatan dan penurunan jumlah permintaan, tetapi lebih dipengaruhi oleh faktor lain seperti ekonomi dan politik. Pada titik R*, tidak ada insentif bagi bank untuk meningkatkan suku bunga karena tingkat pengembaliannya akan menurun. Oleh karena itu bank tidak akan mengenakan suku bunga di atas R* sehingga diharapkan pengembalian pinjaman akan maksimal. Pada Gambar 1 terlihat tingkat pengembalian kredit ditandai dengan kurva menurun jika dikenakan suku bunga di atas suku bunga R*. Tingkat pengembalian R* Tingkat suku bunga Sumber: Jaffee dan Stiglitz, 1990 dalam Nuryartono, 2005 Gambar 1. Hubungan Pengembalian Kredit dengan Tingkat Suku Bunga

4 12 Interaksi antara permintaan dan penawaran memimpin ke arah suatu kondisi keseimbangan (Gambar 2). Jika permintaan berada pada kurva LD 1, dan persediaan berada pada kurva LS, maka tingkat bunga nominal berada pada R 1. Apabila jumlah permintaan meningkat dan bergeser ke kurva LD 2, maka akan menunjuk pada kondisi dimana kurva penawaran dan permintaan tidak saling tumpang tindih. Dalam kondisi seperti ini keseimbangan pasar kredit akan memberlakukan pemberian pinjaman yang terbatas ditandai oleh tingkat bunga nominal pada titik R* dan tidak ada laba untuk pihak bank. Volume kredit Keseimbangan kelebihan permintaan LD 2 LD 1 LS R 1 R* Tingkat suku bunga Sumber: Freixas dan Rochet, 1998 dalam Nuryartono, 2005 Gambar 2. Interaksi Permintaan dan Penawaran ke Arah Keseimbangan Kredit Menurut Asih (2008), pada dasarnya sumber permodalan usaha berasal dari modal sendiri dan modal dari luar dalam bentuk pinjaman atau kredit. Kredit sebagai modal usaha secara tidak langsung mencerminkan bahwa kredit terpaut dalam kegiatan produksi, yaitu berperan dalam pengadaan faktor-faktor produksi. Tambahan modal dari kredit, dalam beberapa hal dapat mengembangkan kegiatan peternak dalam usaha produksinya. Terhadap program perkreditan, petani dapat memandangnya sebagai volume effect yaitu pinjaman petani untuk memperbesar

5 13 modal tetap (fixed cost). Hal ini berarti bahwa peternak menggunakan kredit ternak ke arah pemanfaatan yang lebih baik, sehingga akan menambah kemampuan produksinya. Pemerintah dalam memberikan penawaran (supply) kredit bermaksud untuk mendorong menghasilkan produksi ternak yang lebih banyak. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa rendahnya produksi yang dicapai selama ini karena rendahnya tingkat pemilikan modal untuk membeli input produksi. Selama penggunaan input masih berada pada tingkat produksi rata-rata yang meningkat, maka input masih dapat ditingkatkan sampai produk rata-rata mulai menurun dan produk marjinal lebih besar dari nol, yaitu di daerah pada tingkat usaha yang rasional. Adanya kredit domba yang digunakan sebagai tambahan input produksi berarti mampu menggunakan input bibit yang lebih baik. Hal ini akan menyebabkan bergeraknya fungsi produksi ke atas yaitu dari t 1 menjadi t 2 seperti yang terlihat pada Gambar 3. Sumber: Mankiw, 2003 Gambar 3. Pengaruh Penambahan Modal terhadap Fungsi Produksi

6 14 Dengan demikian, dapat dianalogkan bahwa peningkatan fungsi produksi akan meningkatkan penerimaan total. Namun meningkatnya penerimaan total belum tentu akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh, hal ini disebabkan adanya biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan kredit seperti cicilan kredit, dan biaya lainnya Teori Ekonomi Rumahtangga Memahami sebuah skim kredit usaha ternak bagi rumahtangga peternak tentu terkait dengan pemahaman tentang perilaku rumahtangga pengguna kredit. Hiershleifer (1958) dalam Syukur (2002) mengembangkan model ekonomi rumahtangga yang digunakan untuk menganalisis perilaku rumahtangga terhadap kredit. Model ekonomi rumahtangga menganggap bahwa tiap individu berusaha untuk memaksimumkan utility dari kegiatan produksi, konsumsi dan kegiatan santai (leisure), yang dapat dituliskan sebagai berikut: U = μ (Xi, Xc, Lj, Fl) (3.2.1) keterangan: U = Kepuasan (utility) Xi = Input faktor i Xc = Barang dan jasa konsumsi Lj = Waktu santai (leisure) Fl = Faktor lain Untuk meningkatkan kepuasan dari ketiga jenis kegiatan yaitu dari U ke U* maka rumahtangga dihadapkan pada berbagai kendala, salah satunya adalah kendala likuiditas. Setelah mempertimbangkan resiko kegagalan dan ketidakpastian, maka rumahtangga dapat menilai kelayakan mengambil kredit.

7 15 Tambahan dana berupa kredit yang diperoleh rumahtangga ditujukan untuk meningkatkan utilitasnya, sehingga persamaan (3.2.1) dapat dituliskan menjadi: U * = μ (Xi, Xc, Lj, K, Fl)... (3.2.2) keterangan: K = Besarnya kredit yang diperlukan untuk diambil Kendala yang dihadapi rumahtangga untuk memaksimumkan U* adalah: 1. Kendala Produksi Q = g (Xi, Lw)... (3.2.3) Dalam hal ini setiap input dibayar sesuai produktivitasnya dengan mempertimbangkan biaya alternatif masing-masing input. Apabila kredit yang diambil berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi, maka persamaan kendala produksi akan mengalami perubahan karena dimasukkannya peubah kredit (K) sebagai salah satu faktor dalam produksi. Dengan demikian kendala produksi bagi petani yang menggunakan kredit menjadi: Q = g (Xi, Lw, K)... (3.2.4) keterangan: Q = Output barang atau jasa Xi = Input faktor Lw = Jam kerja yang dicurahkan 2. Kendala Waktu untuk Bekerja Lw = L Lj... (3.2.5) keterangan: L = Waktu yang tersedia

8 16 3. Kendala Anggaran (L-Lj)W + In = Xc x P... (3.2.6) keterangan: (L-Lj) = Waktu bekerja W = Tingkat upah In = Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan produksi (3.1.4) Persamaan (3.2.6) berlaku apabila tingkat upah yang diterima sudah dipotong untuk pelunasan kredit berikut bunganya. Kendala produksi, anggaran dan waktu bekerja akan menghasilkan kendala anggaran secara menyeluruh yaitu: W.Lw + In = Xc x P... (3.2.7) Karena In adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan produksi (3.2.4), maka akan diperoleh pendapatan menyeluruh sebagai berikut: Lw.W + g(xi, Lw, K)P = Xc x P... (3.2.8) Untuk menurunkan fungsi atau model empirik permintaan kredit dapat diperoleh melalui metode Lagrange. Fungsi permintaan Xi, Lw dan K dapat diturunkan dengan maksimumkan fungsi La-grange tersebut sebagai berikut: Maks μ = U* (Xi, Xc, Lw, K, Fl) + δ [P.Xc-(Lw.w) g (Xi, Lw, K)P] dμ/dxi = Ui δ.gi = 0 atau δ = Ui/gi... (3.2.9) dμ/dlw = Uw δ.w gw = 0 atau δ = Uw/(w-gw)... (3.2.10) dμ/dk = Uk δ.gk = 0 atau δ = Uk/gk... (3.2.11) dμ/dδ = Xc Lw.w g (Xi, Lw, K) = 0... (3.2.12) Penggunaan sumberdaya akan optimum jika nilai produk marginal penggunaan tenaga kerja (Lw), faktor produksi (Xi) dan kredit (K) sama dengan masing-

9 17 masing harganya yaitu w, Pi dan r. Fungsi permintaan terhadap faktor produksi (Xi), tenaga kerja (Lw) dan kredit (K) dapat diturunkan menjadi: Xi = f (Pi, w, r, Xc, Fl)... (3.2.13) Lw = f (w, Pi, r, Xc, Fl)... (3.2.14) K = f (r, Pi, w, Xc, Fl)... (3.2.15) keterangan: Pi = Harga input faktor W = Tingkat upah R = Tingkat bunga pinjaman Fl = Faktor lain Kegiatan produksi, leisure dan konsumsi erat kaitannya dengan pendapatan yang diterima oleh rumahtangga. Pendapatan yang diperoleh dari berbagai sumber merupakan total pendapatan yang diterima oleh rumahtangga. Setelah dikurangi pajak, maka akan diperoleh sisa pendapatan yang siap dibelanjakan Dampak Kredit Terhadap Pendapatan Petani Peranan kredit domba dalam pengembangan usaha bidang peternakan pada prinsipnya bertujuan memperbaiki perekonomian petani sekaligus mendorong kenaikan produksi yang lebih besar. Pentingnya peranan kredit tergantung pada seberapa besar tambahan input yang dialokasikan mampu menaikkan tambahan penerimaan. Fungsi produksi digunakan untuk menggambarkan hubungan teknis antara input dan output yang dihasilkan dalam proses produksi. Fungsi produksi dibangun dengan asumsi bahwa petani berusaha mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan memaksimumkan output dan

10 18 mengoptimumkan penggunaan faktor produksi. Keuntungan jangka pendek merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya input variabel. Sedangkan pada konsep jangka panjang, karena semua input dianggap variabel, maka keuntungan adalah nilai output dikurangi total biaya input. Selanjutnya, fungsi produksi yang dihadapi petani diasumsikan sebagai berikut: Q f ( Xi,... Xn, Zi,... Zn)... (3.3.1) keterangan: Q = Jumlah output yang dihasilkan X i = Input variabel Z i = Input tetap Jika harga per satuan produk adalah P, maka total penerimaan menjadi: TP = Pf (X 1, X 2 )... (3.3.2) Sementara itu, biaya total yang dikeluarkan sebesar: C = R 1 X 1 + R 2 X 2 + V... (3.3.3) dimana R 1 dan R 2 adalah harga per satuan input X 1 dan X 2, V adalah biaya tetap. Keuntungan diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya totalnya yaitu: Pf ( X, X R X R X V... (3.3.4) 1 2) Keuntungan maksimum dicapai dengan menurunkan fungsi keuntungan terhadap masing-masing input yaitu: PF1 X 1 X 2 PF 2 R 1 R atau PF 1 = R 1... (3.3.5) atau PF 2 = R 2... (3.3.6) Sehingga diperoleh produk marginal input X 1 (MPx 1 ) dan X 2 (MPx 2 ) adalah:

11 19 Y R MPx1... (3.3.7) X P 1 F 1 1 Y R MPx2... (3.3.8) X P 2 F 2 2 Keuntungan maksimum tercapai bila tingkat penggunaan input optimal yaitu nilai produk marginal input sama dengan rasio harga input (R i ) dan harga output (P). Baker (1968) menyatakan bahwa dalam kegiatan produksi kredit berperan sebagai penambah modal untuk membiayai input produksi sehingga produsen dapat meningkatkan produknya pada tingkat yang lebih tinggi. Input produksi yang dibiayai dengan kredit mempunyai biaya tambahan sebesar bunga kredit dan biaya transaksi lainnya. Adanya tambahan biaya ini dengan sendirinya dapat mempengaruhi komposisi penggunaan input optimum. Jika pengusaha menggunakan kombinasi dua input dengan bentuk fungsi produksi seperti pada persamaan (3.3.1), maka total penerimaan seperti persamaan (3.3.2) dan biaya yang dikeluarkan seperti persamaan (3.3.3). Jika sekarang hanya tersedia sejumlah modal tertentu sebesar C 0, maka persamaan biaya menjadi sebagai berikut: C 0 = R 1 X 1 + R 2 X 2 + V... (3.3.9) Dari persamaan (3.3.9), dapat diturunkan persamaan isocost yang menggambarkan jumlah input X 1 yang dapat dibeli dengan modal C 0 yaitu: X C V R... (3.3.10) X 2 R1 R1 X C V R... (3.3.11) X1 R2 R2 Pada jumlah biaya sebesar C 0, produsen dapat memaksimumkan Q pada kondisi: X X (3.3.12) 1 R R 2

12 20 Dimana dx 2 /dx 1 merupakan sudut kemiringan garis isoquant dan R 1 /R 2 merupakan sudut kemiringan garis isocost. Jika input X 1 diperoleh dari kredit, maka harga satuan input menjadi lebih mahal yaitu R 1 + k, dimana k merupakan biaya kredit. Kemudian keseimbangan penggunaan input optimal akan terganggu X X (3.3.13) 1 R k R 2 Untuk mengembalikan pada keseimbangan semula maka produsen harus mengurangi jumlah input X 1. Jika jumlah produk Q dipertahankan pada kondisi semula maka modal perlu ditambah menjadi Ck, sehingga diperoleh jalur perluasan usaha baru. Gambar 4 menunjukkan perubahan yang terjadi sebelum dan setelah adanya kredit. Penggunaan input untuk biaya minimum tanpa biaya kredit diperoleh pada titik K. Jalur perluasan usaha tanpa biaya kredit ditunjukkan dengan garis S 1. Jalur perluasan usaha setelah X 1 dibiayai kredit cenderung akan mengurangi penggunaan input X 1. Jika input X 1 dibiayai kredit sehingga harganya lebih mahal sebesar k, maka kombinasi penggunaan input optimum diperoleh pada titik L dan jalur perluasan usaha menjadi garis S Konsep Pengembalian Kredit Ternak Domba Pengembalian kredit domba sangat terkait dengan produksi dan suplai seperti yang disajikan pada Gambar 5. Fungsi produksi menggambarkan hubungan teknis antara tingkat penggunaan input dan output. Setiap output ternak yang diperoleh petani digunakan untuk dua tujuan yaitu: (1) dikembalikan untuk pembayaran kredit, dan (2) dijual ke pasar. Pada X 1 diperoleh output Q 1 dan jika semua output dikembalikan maka output untuk dijual menjadi nol, begitu juga

13 21 X 2 Ck r 2 C r 2 0 S 2 S 1 L K C0 r k 1 C k r k 1 C r 1 0 X 1 Sumber: Baker, 1968 Gambar 4. Pengaruh Kredit terhadap Kombinasi Input Biaya Minimum dan Jalur Perluasan Usaha sebaliknya. Jika titik Q 1 dan Q 1 dihubungkan akan membentuk kombinasi alokasi output bagi peternak dengan dua kewajiban. Seberapa besar output yang dikembalikan dan yang dijual tergantung pada harga yang berlaku di pasar. Jika harga di pasar tinggi maka output dijual lebih besar dari yang dikembalikan, demikian juga sebaliknya. Jika harga di pasar sebesar P 1, maka jumlah ternak yang dikembalikan sebesar K 1 dan ternak yang dijual sebesar J 1. Jika terjadi kenaikan harga dari P 1 ke P 2 maka jumlah yang dijual meningkat dari J 1 ke J 2 dan ternak yang dikembalikan berkurang dari K 3 menjadi K 2. Dengan hal yang sama, apabila petani menambah penggunaan input dari X 1 menjadi X 2, maka output juga akan meningkat dari Q 1 menjadi Q 2. Dengan demikian kurva kemungkinan alokasi produksi akan bergeser dari Q 1 Q 1 menjadi

14 22 Q 2 Q 2. Dalam kondisi demikian, jika harga di pasar tetap sebesar P 1, maka petani akan cenderung mempertahankan penjualan ternak sebesar J 1 dan menambah besar pengembalian kredit dari K 1 menjadi K 3. Output yang dikembalikan (Q) Q 2 Q 1 K3 K1 Output yang dijual (Q ) Q 2 Q 1 J 2 J 1 K2 P1 X 1 X 2 Input (X) P2 Harga (P) Sumber: Sembiring, 1996 Gambar 5. Keterkaitan Antara Produksi, Suplai dan Pengembalian Kredit Domba 2.5. Konsep Evaluasi dan Monitoring Efektivitas kredit merupakan kegiatan penyediaan dan penyaluran kredit yang dilaksanakan dengan tepat serta mencapai sasaran yang telah ditentukan. Program kredit domba dapat dikatakan efektif, efisien dan berhasil atau telah berjalan lancar melalui kegiatan evaluasi dan monitoring (Yani, 2008). Selanjutnya disebutkan juga bahwa, monitoring merupakan proses kajian yang dilakukan secara berkesinambungan terhadap pelaksanaan suatu kegiatan.

15 23 Selanjutnya, evaluasi merupakan suatu proses kajian yang dilakukan secara berkala menyangkut relevansi, kinerja, efisiensi dan dampak terkait dengan tujuan yang telah ditetapkan di awal desain proyek. Monitoring dan evaluasi pada program kredit domba sangat bermanfaat dalam memberikan informasi kinerja program tersebut, apakah pelaksanaannya sudah efektif sehingga menjadi pertimbangan menentukan program selanjutnya. Menurut Muljadi (2006) dalam Yani (2008), terdapat lima indikator kinerja organisasi yaitu: 1. Input/masukan yaitu sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan menghasilkan output yang ditentukan misalnya dengan informasi dan lainnya. 2. Output/keluaran adalah sesuatu yang langsung dicapai dari kegiatan berupa fisik maupun non fisik. 3. Outcome/hasil adalah sesuatu yang mencerminkan efek langsung. 4. Benefit/manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir pelaksanaan kegiatan. 5. Impact/dampak adalah ukuran yang ditimbulkan setiap kegiatan baik positif maupun negatif pada setiap indikator berdasarkan asumsi yang ditetapkan Keberlanjutan Skema Kredit Keberlanjutan dalam sebuah skema kredit terkait dengan persoalan sumber-sumber pembiayaan. Keberlanjutan pembiayaan adalah kemampuan sebuah lembaga kredit untuk mempertahankan atau meningkatkan aliran manfaat, menyalurkan melalui dana-dana yang diciptakan secara internal. Keberlanjutan sebuah skema kredit sangat erat kaitannya dengan kelembagaan, khususnya kelembagaan tentang aturan main terutama menyangkut prosedur seleksi

16 24 (screening), sistem insentif (incentive) dan persoalan yang berkaitan dengan enforcement. Dilihat dari sisi lembaga (lender), ketiga masalah tersebut sangat menentukan apakah sebuah skema kredit akan dapat mencapai sasaran kredit (borrower) secara tepat, yang selanjutnya akan dapat menjamin tercapainya viabilitas finansial yang merupakan komponen penting untuk mencapai keberlanjutan (sustainability). Kelembagaan (institution) secara umum didefinisikan sebagai aturan main dalam masyarakat yang menjadi pedoman dalam memenuhi kebutuhan tertentu (North, 1991 dalam Syukur, 2002). Uphoff (1986) dalam Syukur (2002) juga memberikan batasan kelembagaan dan membandingkannya dengan batasan organisasi yang seringkali tertukar dalam penggunaannya. Kelembagaan adalah kumpulan norma-norma dan perilaku yang berlangsung sepanjang waktu dengan melayani beberapa tujuan nilai sosial. Sementara itu organisasi merupakan struktur aturan formal dan informal yang diakui dan diterima. Kelembagaan berfungsi sebagai suatu unsur pendukung informasi yang merupakan wadah informasi untuk menyediakan pengetahuan dan melakukan hubungan interpersonal. Peran kelembagaan yang ada harus memungkinkan informasi yang diperlukan masyarakat untuk memberdayakan dirinya dapat diperoleh. Kemampuan akses terhadap kelembagaan merupakan kondisi yang memungkinkan masyarakat mampu meningkatkan produktivitas yang selanjutnya dengan bimbingan kelembagaan peningkatan produktivitas tersebut dapat ditransfer ke peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

17 Penelitian Terdahulu Penelitian yang didasari oleh model ekonomi rumahtangga usahatani yang menekankan pada kredit dan tabungan relatif belum banyak dilakukan. Model Hiersleifer (1958) dalam Syukur (2002) merupakan salah satu model ekonomi rumahtangga yang berusaha memaksimumkan manfaat dari kegiatan produksi, santai dan konsumsi. Model permintaan Hiersleifer merupakan model permintaan turunan dimana dengan menggunakan model ekonometrika fungsi permintaan kredit dapat diturunkan. Aplikasi model Hiersleifer juga dilakukan Binari (1993) untuk menganalisis perilaku meminjam dan menabung rumahtangga di tiga desa di Kabupaten Sumedang. Hanya saja peubah-peubah yang digunakan dalam penelitian terbatas pada peubah yang terkait langsung dengan kredit, tabungan dan konsumsi. Padahal kenyataannya perilaku rumahtangga pengguna kredit sangat dipengaruhi banyak peubah yang sangat terkait satu sama lain. Selanjutnya peubah-peubah tersebut dicoba dielaborasi dalam penelitian Syukur (2002) misalnya pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, biaya investasi dan lainnya. Namun kelemahan penelitian ini adalah peubah pendapatan rumahtangga dalam analisis rumahtangga, tidak dikelompokkan menjadi berbagai sumber pendapatan, demikian juga halnya dengan curahan waktu kerja. Dengan demikian pengaruh sumber pendapatan, curahan kerja antar kegiatan dan pelaku terhadap model ekonomi rumahtangga tidak dapat dievaluasi. Selama ini kredit program yang telah dilaksanakan Pemerintah sebagian besar ditujukan untuk pembiayaan subsektor tanaman pangan. Nizar (2004) melakukan penelitian di Sumatera Barat menggunakan pendekatan ekonomi rumahtangga Hiersleifer untuk menganalisis determinan perilaku permintaan

18 26 kredit usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan kredit petani padi nyata dipengaruhi oleh suku bunga, nilai produksi usahatani dan biaya produksi. Sementara itu, pengembalian kredit usahatani (KUT) sebagai hasil analisis model logit nyata dipengaruhi oleh frekuensi kontak petani dengan petugas lapangan, konsumsi, luas lahan, jarak antara rumah petani dengan sumber kredit dan jenis bantuan kredit. Faktor lain yang tidak nyata berpengaruh adalah pendidikan, jumlah anggota keluarga, nisbah penerimaan dengan nilai kredit dan status penggarapan lahan. Pola kredit yang dianalisis dibedakan menjadi pola umum dan pola khusus, yang semuanya merupakan kredit program dalam bentuk uang tunai. Adanya pengaruh positif dari variabel frekuensi kontak menunjukkan bahwa program kredit sangat berkaitan erat dengan kualitas hubungan antara petani dengan petugas kredit seperti penyuluh lapangan, ketua kelompok dan pengurus KUD. Untuk meningkatkan kinerja pemanfaatan kredit, mekanisme hubungan antara petani dan petugas perlu dikembangkan. Sanim (1998a) mengkaji sejauhmana peran lembaga yang terlibat dalam peningkatan efektivitas penyaluran dan pengembalian KUT pola khusus. Hasil menunjukkan bahwa peran kelembagaan sangat mendukung dalam proses pencairan, penyaluran dan pengembalian kredit. Tingkat pengembalian kredit lebih tinggi pada petani yang memperoleh pembinaan intensif dari petugas lapangan. Disebutkan juga bahwa KUT pola khusus telah memberikan dampak positif bagi petani dalam peningkatan produksi dan pendapatannya (Sanim, 1998b). Hasil penelitian Kuntjoro (1983) menggunakan model analisis fungsi diskriminan menunjukkan bahwa faktor-faktor positif yang nyata mendorong

19 27 sejumlah petani peserta Bimas padi di Propinsi Jawa Barat mengembalikan kredit adalah lama petani mengikuti program Bimas, tagihan langsung yang dilakukan oleh petugas Bimas, dan nisbah penerimaan total produksi padi dengan jumlah pinjaman kredit Bimas. Sementara faktor-faktor yang cenderung membuat petani tidak membayar pinjaman adalah tingginya pengeluaran konsumsi keluarga dan nisbah jumlah kredit Bimas padi terhadap penerimaan tunai keluarga yang semakin meningkat. Braverman dan Guasch (1986) mencoba menunjukkan bukti intervensi pemerintah dalam pasar kredit pedesaan di negara berkembang selama 3 dekade terakhir dan membandingkannya dengan teori modern. Bukti tersebut menunjukkan kegagalan signifikan dari kredit program selain untuk mencapai peningkatan output pertanian dengan biaya efektif juga gagal dalam memperbaiki distribusi pendapatan di pedesaan dan mengurangi kemiskinan. Hal ini akibat kecerobohan dan kehilangan akuntabilitasnya dari banyak institusi finansial yang diciptakan sebagai channel kredit pedesaan. Analisis institusi dan lingkungan institusi yang lebih sistematis sangat penting untuk memahami dan mengimplementasikan bentuk kebijakan efektif pasar kredit pedesaan. Studi identifikasi pengembalian kredit ternak domba yang dikembangkan secara terintegrasi dengan perkebunan telah diteliti oleh Sembiring (1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit adalah produksi ternak, sex ratio betina, strategi pengembalian setoran cicilan yang tidak terikat dan keaktifan petani dalam kegiatan kelompok tani. Keterlambatan pengembalian kredit lebih disebabkan masalah teknis yang berkaitan dengan pengembangan produktivitas. Petani lebih menyukai pengembalian bentuk ternak karena sex ratio

20 28 betina di atas 50 persen dan juga karena harga jual di tingkat petani masih rendah. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada faktor teknis dan tidak mengkaitkannya dengan pengeluaran rumahtangga. Hambatan dalam pengembalian kredit akan berdampak pada rendahnya penyaluran kredit selanjutnya. Syafa at dan Djauhari (1992) dalam penelitiannya mengidentifikasi penyebab rendahnya penyaluran KUT. Salah satu penyebab rendahnya penyaluran KUT adalah adanya kemacetan yang bersifat struktural akibat tidak diperbolehkannya Koperasi Unit Desa mengambil kredit berikutnya bila tunggakan kredit sebelumnya melebihi 20 persen. Kemudian disarankan agar penyaluran kredit berikutnya berdasarkan pada jumlah kredit sebelumnya yang sudah dikembalikan untuk menjamin kredit yang berkelanjutan. Disamping itu juga disarankan terus melakukan upaya penyesuaian paket kredit sesuai kebutuhan petani untuk mengurangi tunggakan KUT. Adanya bantuan modal petani dalam bentuk pemberian kredit tentunya akan memberikan perubahan dalam tingkat pendapatan petani. Penelitian Thamrin (2002) yang menganalisis dampak kredit usaha kecil terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan pada usaha kecil kasus nasabah BRI cabang Bogor menyatakan bahwa kredit usaha kecil berperan baik meningkatkan pendapatan pengusaha pada sektor pertanian. Lebih lanjut, faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan adalah besar kredit yang diambil, pengalaman usaha, pendidikan pekerja, nilai penjualan, umur pekerja dan pendidikan pemilik usaha. Asih (2008) dalam penelitiannya menganalisis dampak dan kelayakan kredit terhadap usaha perikanan dan ekonomi rumahtangga nelayan tradisional di

21 29 Kabupaten Tojo Una-una, Provinsi Sulawesi Tengah. Dari hasil analisis menggunakan model ekonomi rumahtangga nelayan dan kelayakan finansial, kredit yang diberikan kepada nelayan tradisional memberikan dampak positif. Hal ini terlihat dari peningkatan pendapatan, tambahan manfaat serta peningkatan produksi yang dihasilkan oleh nelayan. Hasil analisis finansial dengan menggunakan discount rate 12 persen, menunjukkan usaha perikanan nelayan tradisional memenuhi Net Present Value (NPV) > 0, Net Benefit Cost (B/C) > 1 dan Internal Rate of Return (IRR) > discount rate. Hal ini berarti bantuan kredit di Kabupaten Tojo Una-una, Provinsi Sulawesi Tengah layak dilakukan. Pada penelitian ini sumber pendapatan rumahtangga hanya dibedakan menjadi pendapatan dari perikanan dan di luar perikanan, sedangkan alokasi tenaga kerja dipisahkan menurut gender. Namun demikian, pada penelitian ini tidak dibahas mengenai tingkat kemampuan pengembalian kredit nelayan tradisional sebagai tolak ukur keberhasilan pemberian kredit program. Hal senada juga diungkapkan Azriani (2008) yang menganalisis dampak Bank Perkreditan Rakyat terhadap kinerja usaha kecil menggunakan model persamaan simultan. Hasil menunjukkan bahwa kredit yang diterima usaha kecil berpengaruh positif dan berbeda nyata terhadap nilai omset penjualan, namun tidak berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja usaha kecil Kerangka Pemikiran Penelitian Peternak membutuhkan kredit ternak untuk menambah modal dalam kegiatan usaha ternaknya. Kebutuhan modal peternak dalam hal ini disediakan pemerintah dalam bentuk kredit domba secara bergulir di Kabupaten Bogor.

22 30 Secara lengkap bagan kerangka pemikiran operasional penelitian kredit domba ditunjukkan pada Gambar 6. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Program Kredit Ternak Domba Efektivitas Program Kredit Monitoring dan Evaluasi Tingkat pendapatan dan pengembalian kredit 1. Input 2. Proses 3. Output 4. Outcome 5. Benefit 6. Impact Ekonomi rumahtangga peternak: 1. Produksi 2. Pendapatan 3. Curahan waktu kerja 4. Konsumsi Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian Kredit Domba di Kabupaten Bogor Pada tahap awal, kredit domba akan digulirkan pemerintah kepada peternak yang telah diseleksi sebelumnya. Setelah kesepakatan usaha dilaksanakan dan waktu pengembalian kredit berakhir, maka dilaksanakan tahap kedua yaitu penyebaran ternak domba yang berasal dari pengembalian kredit tahap awal kepada petani berikutnya. Apabila pelaksanaan kredit domba berjalan baik, maka akan terjadi kontinuitas perguliran yang disertai dengan peningkatan populasi ternak dan nantinya diharapkan meningkatkan pendapatan petani. Namun

23 31 jika terjadi hambatan, tentunya akan mengurangi efektivitas dari skema program kredit domba itu sendiri sehingga manfaat yang diinginkan tidak dapat tercapai. Hambatan bisa terjadi pada tahap awal, tahap proses penyaluran maupun tahap pengembalian kredit. Untuk itu dalam penelitian akan dianalisis efektivitas skema kredit domba melalui kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan program meliputi 6 aspek yaitu aspek kinerja input, proses, output, outcome, benefit dan impact. Analisis dilakukan dengan metode skoring menggunakan beberapa indikator untuk setiap aspek. Skema program yang efektif tentunya akan memberi dampak positif terhadap penerima kredit yaitu peningkatan pendapatan petani sesuai dengan sasaran dan tujuan dari program tersebut. Perilaku rumahtangga sebagai penyedia tenaga kerja, produsen sekaligus konsumen, akan mempengaruhi keputusannya dalam mengembalikan ternak, dimana kredit domba akan mempengaruhi produksi, curahan waktu kerja dan pendapatan yang akhirnya akan mempengaruhi konsumsi rumahtangga. Hal ini selanjutnya mempengaruhi tingkat pengembalian kredit, sehingga model operasional yang menunjukkan keterkaitan antar peubah yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit domba dan ekonomi rumahtangga petani akan dianalisis secara simultan.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal 18 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal dikarenakan sebagian besar pola usaha nelayan masih berskala kecil, bersifat tradisional

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Bahasan Teori produksi (teori perilaku produsen) Bentuk-bentuk organisasi perusahaan Perusahaan ditinjau dari sudut teori ekonomi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk

KERANGKA PEMIKIRAN. diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk 43 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual yang dibangun pada penelitian ini didasari adanya anggapan bahwa rendahnya produktivitas yang dicapai petani tomat dan kentang diduga

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian 3.1.1 Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Pada umumnya rumahtangga pertanian di pedesaan mempunyai ciri semi komersial karena penguasaan skala

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Perusahaan ditinjau dari sisi Teori Ekonomi Tidak dibedakan atas kepemilikanya, jenis usahanya maupun skalanya. Terfokus pada bagaimana

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Terminologi penting dalam teori produksi 1. Fungsi produksi 2. Biaya produksi minimum 3. Jangka waktu analisis 4. Perusahaan dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modal merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting keberadaannya dalam usahatani. Keterbatasan modal masih menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemberian kredit pada saat ini telah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Jenis kredit yang diberikan pun sudah menyesuaikan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin et al,1999). Dibutuhkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pengaruh Variabel Kinerja Perbankan terhadap Tingkat Bunga Deposito Syakir (1995) dalam penelitiannya yang mengambil judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Peternakan didefinisikan sebagai usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam berupa ternak, dengan cara produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional 2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Kusafarida (2003) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Transportasi Transportasi dapat didefinisikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pengangkutan atau pemindahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada potensi hutan rakyat yang terdapat di desa/kelurahan yang bermitra dengan PT. Bina Kayu Lestari Group.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan di era globalisasi ini semakin berkembang pesat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia. Dalam rantai produk (barang/jasa) dibutuhkan peranan

Lebih terperinci

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Analisis biaya dan Pendapatan Pendekatan nominal (nominal approach) Pendekatan nilai yang akan datang (Future value approach)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2)

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) M a n a j e m e n K e u a n g a n 103 Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Accounting

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terjadi seiring dengan perkembangan UKM serta masih banyaknya hambatan UKM dalam mengakses sumber-sumber

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN

SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN Dalam menerangkan mengenai sewa ekonomi dan pendapatan pindahan ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

08. Tabel biaya dan produksi suatu barang sebagai berikut : Jumlah produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total 4000 unit 5000 unit 6000 unit

08. Tabel biaya dan produksi suatu barang sebagai berikut : Jumlah produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total 4000 unit 5000 unit 6000 unit EKONOMI KHUSUS 01. Dalam rangka menjaga kestabilan arus uang dan arus barang dalam perekonomian, bank sentral dapat melakukan penjualan dan pembelian surat-surat berharga di bursa efek. Kebijaksanaan bank

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci