BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Pengertian Investasi Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto, 2003:5). Menurut Jones (2004:3) investment is the commitment of funds to one or more assets, that will be held over some future time period. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang akibat dari pengalokasian dana konsumsi masa sekarang ataupun tabungan para masyarakat pemodal. Namun, seorang investor yang rasional tidak boleh hanya mempertimbangkan tingkat return saja, tetapi juga harus memperhitungkan risiko investasi tersebut. Menurut Tandelilin (2001:5), hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return kenyataannya (realized return). Begitu pula dengan risiko, risiko dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu systematic risk (risiko yang tidak dapat dihilangkan) dan non-systematic risk (risiko yang dapat

2 dikurangi dengan membentuk portofolio yang well diversified). Investor yang rasional tentunya tidak menyukai ketidakpastian atau risiko. Investor tersebut baru akan berani mengambil risiko yang jika investasi tersebut juga menjanjikan return yang lebih tinggi daripada investasi yang berisiko kecil. Sikap investor yang seperti itu disebut sebagai risk-averse investor Portofolio Investasi Menurut Jogiyanto (2003: ), Jika investor adalah rasional, maka mereka akan memilih portofolio yang optimal. Portofolio optimal dapat ditentukan dengan menggunakan Model Markowitz atau dengan Model Indeks Tunggal. Untuk model-model ini, semua portofolio yang optimal adalah portofolio yang efisien (efficient portfolio). Portofolio efisien (efficient portfolio) adalah portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan risiko yang sudah pasti atau portofolio yang mengandung risiko yang terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sudah pasti (Jogiyanto, 2003:180). Investor dapat saja memilih kombinasi aktiva untuk membentuk portofolionya. Seluruh set yang memberikan kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi aktiva yang tersedia disebut dengan opportunity set atau attainable set. Kumpulan (set) dari portofolio yang efisien ini disebut dengan efficient set atau efficient frontier (Jogiyanto, 2003:201). Dua aktiva yang membentuk portofolio dapat berkorelasi secara positip sempurna, negatip sempurna atau tidak mempunyai korelasi sama sekali. Bentuk dari attainable set dan efficient

3 set akan berbeda-beda tergantung dari korelasi antar aktiva tersebut. Model Markowitz dapat digunakan untuk menentukan portofolio yang efisien ini (Jogiyanto, 2003:180). Tiap-tiap investor mempunyai tanggapan risiko yang berbeda-beda. Portofolio mana yang akan dipilih oleh investor tergantung dari fungsi utilitinya masing-masing. Portofolio yang optimal untuk tiap-tiap investor terletak pada titik persinggungan antara fungsi utiliti investor dengan efficient set. E(Rp) Sumber: Jogiyanto (2003:203) σσ pp Gambar 2.1 Portofolio Optimal berdasarkan Preferensi Masing-masing Investor

4 2.2 Reksa Dana Pengertian Reksa Dana Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil, pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risk and return atas investasi mereka. Reksa dana menawarkan bagi investor diversifikasi rendah biaya dan manajemen profesional. Bagi sebagian besar investor, akan lebih efisien membeli reksa dana daripada merakit sendiri portofolio saham dan obligasi yang terdiversifikasi (Brealey et. al, 2008:39). Dalam kelompok instrumen investasi, reksa dana berada dalam kelompok instrumen investasi derivatif. Karena instrumen lahir dari hasil portofolio yang dibuat manajer investasi (Widoatmojo, 2009:83). Dalam kamus keuangan, reksa dana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya. Terdapat berbagai macam istilah yang digunakan untuk reksa dana di berbagai negara. Di Inggris, Australia, dan Malaysia dikenal dengan sebutan Unit Trust. Di Amerika Serikat, reksa dana dikenal dengan istilah Mutual Fund atau terkadang disebut Investment companies. Sedangkan di Jepang, reksa dana lebih dikenal dengan Investment Trust, yang juga sering digunakan di Malaysia. Menurut Rose et al. (2009:483) Investment companies provide an outlet for the saving of thousands of individual investors, directing their funds into bonds,

5 stocks, and money market securities. These companies are especially attractive to small investor, to whom they offer continuous management services for a large and varied security portfolio. Dengan demikian reksa dana adalah diversifikasi dalam portofolio yang dikelola oleh manajer investasi di perusahaan reksa dana (Sitompul, 2002:2). Reksa dana bisa menyediakan dua fasilitas yang sulit dipenuhi oleh pemodal kecil, yaitu pertama, membuat investasi mencapai skala ekonomis melalui penggabungan dana antara para investor kecil yang jika digabungkan jumlahnya menjadi amat besar untuk menciptakan investasi dalam skala yang besar pula. Dengan investasi berskala ekonomis dan menyebar inilah dimungkinkan mendapatkan penghasilan yang maksimal dengan biaya minimal (Widoatmojo, 2009:112). Kedua, mampu menyediakan tenaga profesional pengelola investasi efek secara kolektif. Perusahaan manajer investasi menyediakan tenaga ahli untuk mengelola portofolio investor agar meminimalisir risiko namun dengan return yang diharapkan (Widoatmojo, 2009:112) Jenis-Jenis Reksa Dana Berdasarkan undang-undang pasar modal nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal pasal 18 ayat (1), reksa dana dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu:

6 1. Reksa dana Berbentuk Perseroan (corporate type) Dalam bentuk reksa dana ini, perusahaan penerbit reksa dana menghimpun dana dengan menjual saham untuk diinvestasikan kembali pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. 2. Reksa Dana berbentuk Kontak Investasi Kolektif (contractual type) Reksa dana bentuk ini, merupakan kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor, di mana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif sedangkan bank kustodian berwenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi kolektif. Perbedaan ciri-ciri reksa dana berbentuk perseroan dan reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dipaparkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbedaan Reksa Dana Perseroan dan Reksa Dana Kontrak Kolektif Reksa Dana Kontrak Keterangan Reksa Dana Perseroan Kolektif Bentuk Hukum Perseroan Terbatas (PT) Kontrak Investasi Kolektif Pengelolaan Kekayaan Didasarkan pada kontrak Dilakukan manajer investasi antara berdasarkan dewan direksi dan manajer Kontrak investasi yang ditunjuk Penyimpanan Kekayaan Didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian Sumber : Darmadji dan Fakhruddin (2001:47) Dilaksanakan oleh bank kustodian berdasarkan kontrak

7 Dilihat dari sifatnya, reksa dana dapat dibedakan menjadi : 1. Reksa Dana Bersifat Tertutup (Closed End Fund) Reksa dana jenis ini tidak bersedia membeli lembar saham mereka sendiri saat pemilik saham berniat menjual sahamnya. Sebaliknya, saham mereka ditransaksikan di bursa saham atau di pasar over the counter. Sharpe et. al (2006:225) berpendapat bahwa: Secara umum, lembar saham close-end fund pada mulanya ditawarkan ke publik pada harga sekitar 10% diatas nilai aktiva nettonya karena adanya biaya bank investasi yang ditagihkan ke reksa dana itu. Hal ini menunjukkan bahwa saham itu overpriced karena sebagian besar lembar saham reksa dana itu dijual pada harga dibawah nilai aktiva netto di pasar sekunder. 2. Reksa Dana Bersifat Terbuka (Open End Fund) Perusahaan investasi yang siap membeli kembali sahamnya pada atau di sekitar nilai aktiva nettonya. Angka NAB ini akan berubah setiap saat, sesuai dengan perubahan harga saham yang menjadi portofolio perusahaan manajer investasi. BAPEPAM mengklasifikasikan reksa dana konvensional berdasarkan karakteristik portofolio investasinya sebagai berikut, Rudiyanto (2013:37-38) : 1. Reksa Dana Pasar Uang Reksa Dana yang berinvestasi 100% di pasar uang. Reksa dana ini berinvestasi pada efek yang bersifat hutang yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun, seperti deposito tabungan, SBI dan obligasi yang diterbitkan dengan jangka waktu kurang dari 1 tahun. Tujuan dari Reksa Dana pasar uang

8 umumnya untuk perlindungan kapital dan untuk menyediakan likuiditas yang tinggi dan pemeliharaan modal. 2. Reksa Dana Pendapatan Tetap Jenis reksa dana ini berinvestasi minimal 80% dari portofolio yang dikelola ke dalam efek yang bersifat hutang (obligasi) dengan ketentuan bahwa pihak berutang akan membayar sejumlah kupon (bunga) dan pokok pinjaman dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Reksa dana pendapatan tetap merupakan Reksa dana jangka menengah dan panjang (1-3 tahun) dengan memiliki risiko yang menengah tetapi risiko yang dimiliki oleh reksa dana pendapatan tetap lebih besar daripada risiko yang dimiliki reksa dana pasar uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. 3. Reksa Dana Saham Reksa dana jenis ini berinvestasi minimal 80% dari portofolionya kedalam bentuk saham sebagai bukti kepemilikan pada suatu perusahaan. Reksa dana saham merupakan reksa dana jangka panjang (diatas 5 tahun). Dengan harga- harga saham yang sangat berfluktuasi, Reksa dana saham dapat memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar, demikian juga risikonya. Return dapat berupa perubahan harga saham (capital gain) maupun dividen. Tujuan dari reksa dana ini adalah untuk memudahkan masyarakat pemodal dalam memilih, mengelola, mengontrol portofolio saham mereka agar risiko yang ada tetap terkendali dan return yang diharapkan dapat tercapai.

9 4. Reksa Dana Campuran Reksa dana pada jenis ini melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang. Komposisi investasinya maksimum 79% di setiap instrumen. Reksa dana campuran memiliki fleksibilitas yang tinggi. Dari sisi pengelolaan investasi, fleksibilitas ini dapat dimanfaatkan ntuk berpindahpindah dari saham ke obligasi atau deposito, atau sebaliknya tergantung pada kondisi pasar dengan melakukan aktivitas trading, atau sering juga disebut usaha dalam melakukan market timing. Menurut Widoatmojo (2009:117), ada empat hal yang biasanya dijadikan sasaran oleh reksa dana, yaitu : 1. Pertumbuhan Reksa dana dengan sasaran pertumbuhan selalu berkonsentrasi pada pertumbuhan dalam jangka panjang. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan penghasilan yang besar di masa mendatang (jangka panjang). Pendapatan tinggi itu berasal dari apresiasi harga sertifikat reksa dana yang dipegang. Reksa dana ini biasanya mengalokasikan dananya pada saham. 2. Pendapatan Apabila pendapatan merupakan sasaran, maka reksa dana demikian akan mementingkan kupon (bagi reksa dana yang menginvestasikan dananya pada obligasi) dan dividen (bagi reksa dana yang menginvestasikan dananya pada saham). Capital gain hanya sebagai pertimbangan tambahan.

10 Reksa dana dengan sasaran ini akan memilih investasi pada obligasi, saham preferen, atau saham blue chips, yang secara historis memberikan dividen tunai yang tinggi. Reksa dana ini mengutamakan pendapatan yang konstan. 3. Pertumbuhan dan Pendapatan Investor yang memilih reksa dana dengan sasaran kombinasi ini bersiikap mengambil jalan tengah terhadap penghasilan yang diberikan reksa dana tersebut. 4. Keseimbangan Reksa dana dengan sasaran keseimbangan adalah reksa dana yang bersikap moderat terhadap pendapatan dan pertumbuhan. Reksa dana ini mirip dengan sasaran kombinasi. Bedanya, disamping bersikap moderat terhadap pendapatan dan pertumbuhan, reksa dana dengan sasaran keseimbangan juga moderat terhadap situasi ekonomi makro. Dalam keadaan bullish market, misalnya reksa dana akan memberikan pendapatan dan pertumbuhan harga yang tinggi kepada investornya dengan memilih saham-saham blue chips sebagai portofolionya. Dan dalam situasi bearish market, reksa dana dengan sasaran keseimbangan akan meminimumkan risiko dan memberikan dividen, pendistribusian capital gain, dan apresiasi harga yang kecil saja dengan memilih obligasi, sebagai upaya bertahan atau menghindari kerugian.

11 2.2.3 Biaya- Biaya Dalam Reksa Dana Menurut Manurung (2008) biaya dapat mengurangi tingkat pengembalian yang diterima investor. Biaya diharapkan sangat kecil agar hasil yang diperoleh cukup besar. Dengan biaya yang kecil maka diharapkan tingkat pengembalian menjadi lebih besar. Pembagian biaya reksa dana lebih didasarkan pada siapa pihak yang membayarkan, yang dikelompokkan dalam 3 kategori (Rudiyanto, 2013:83), yaitu: 1. Biaya yang dibayarkan oleh reksa dana Biaya yang dibebankan pada reksa dana terdiri dari: a) Biaya manajemen dan biaya kustodian b) Biaya transaksi dan registrasi efek c) Biaya auditor dan notaris d) Biaya percetakan dan distribusi prospektus pembaharuan e) Biaya percetakan dan distribusi bukti konfirmasi dan laporan bulanan reksa dana f) Biaya lain-lain dan pajak (jika ada) 2. Biaya yang dibayarkan oleh Manajer Investasi a) Biaya persiapan pembentukan dan distribusi prospektus awal dan biaya terkait seperti biaya akuntan, konsultan hukum dan notaris b) Biaya administtasi pengelolaan c) Biaya pemasaran dan promosi

12 d) Biaya penerbitan dan distribusi formulir untuk kepentingan transaksi reksa dana e) Biaya pengumuman di surat kabar setelah mendapat pernyataan efektif f) Biaya pembubaran dan likuidasi 3. Biaya yang dibayarkan oleh investor a) Biaya transaksi yang mencakup biaya pembelian (subscription fee), penjualan (redemption fee), dan pengalihan (switching fee) reksa dana b) Biaya transfer bank terkait transaksi c) PPn atas biaya transaksi Risiko dan Return Reksa Dana Return Reksa Dana Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003:109). Suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya (Tandelilin, 2001:6). Imbal hasil yang dihitung dengan cara ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja portofolio manajer reksadana karena metode ini menunjukkan hasil keputusan investasi manajer Sharpe et. al (2006:234) Risiko Reksa Dana Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasikan (Van Horne dan Wachowics Jr., dalam

13 Jogiyanto, 2003:130). Return dan risiko mempunyai hubungan yang berbanding lurus. Umumnya, semakin besar risiko, maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan (Tandelilin, 2001:6). Dalam berbagai prospektus reksa dana, maka risiko yang dihadapi investor (Manurung, 2008) yaitu : 1. Risiko ekonomi saat ini Risiko yang menggambarkan situasi perekonomian yang dapat mempengaruhi nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana. 2. Risiko berfluktuasinya nilai aktiva bersih Risiko ini dapat terjadi karena adanya perubahan portofolio maupun kebijakan pemerintah yang mempengaruhi tingkat suku bunga yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer investasi. 3. Risiko likuiditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi yang tidak dapat membayar jika sebagian besar pemegang unit sekaligus melakukan penjualan kembali (redemption) atas segala unit yang dipegangnya. Manajer investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut. Risiko ini juga dikenal sebagai redemption effect. 4. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portofolio reksa dana tersebut.

14 5. Risiko Pertanggungaan atas harta atau kekayaan reksa dana Risiko yang dihadapi oleh para investor karena perubahan nilai aktiva bersih (NAB) saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan reksa dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih). Risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendahdari nilai pertanggungan Pengelolaan Reksa Dana Terdapat dua pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan reksa dana (Pratomo dan Nugraha, 2009:51). Dua pihak tersebut adalah Manajer Investasi dan Bank Kustodian. Manajer Investasi atau Fund Manager adalah perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah untuk melakukan kegiatan pengelolaan dana melalui investasi di pasar modal (Rudiyanto, 2013:23). Personel perorangan yang bekerja di perusahaan ini wajib lulus ujian Wakil Manajer Investasi (WMI) yang diselenggarakan pemerintah. Pengelola reksa dana berikutnya adalah Bank Kustodian. Bank kustodian memegang peranan penting dalam reksa dana karena:

15 1. Merupakan pihak yang melakukan administrasi baik dari sisi Manajer Investasi maupun Investor. 2. Merupakan pihak yang melakukan pengawasan terkait kepatuhan Manajer Investasi. 3. Merupakan pihak yang melakukan safekeeping atas aset reksa dana (penyimpan kekayaan) Namun, berbeda dengan manajer investasi, izin bank kustodian hanya berlaku untuk perusahaan-tidak ada izin khusus untuk perorangan bekerja dalam bank kustodian (Rudiyanto, 2013:25) Dalam mengelola reksadana, manajer investasi menggunakan dua strategi, yaitu strategi investasi aktif dan strategi investasi pasif (Hendrayana, 2013:57). Strategi investasi aktif adalah strategi buy and hold dimana pengelola berinvestasi di sekelompok saham, dengan bobot tertentu yang dianggap paling optimal. Manajer investasi akan mempertahankan komposisi itu dengan transaksi jual beli yang tidak sering. Sedangkan, strategi investasi aktif terjadi jika manajer investasi secara aktif melakukan jual beli saham. Strategi ini dikenal juga dengan istilah market timing. Pengelolaan reksa dana merupakan gabungan dari strategi buy and hold serta market timing. Manajer investasi juga memiliki gaya pengelolaan yang beragam. Berdasarkan perbandingan total risikonya, gaya pengelolaan manajer investasi dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok (Hendrayana, 2013:57) yaitu:

16 1. Aggresive fund Reksa dana saham dengan gaya pengelolaan investasi agresif karena memiliki risiko penurunan harga lebih besar dibandingkan indeks pasar (IHSG). Biasanya gaya pengelolaan ini diterapkan dalam kondisi pasar saham bullish. 2. Index fund Reksadana saham dengan gaya pengelolaan investasi yang moderat atau cenderung mengikut indeks sehingga risiko penurunan harganya hampir sama dengan indeks pasar (IHSG). Biasanya gaya pengelolaan ini diterapkan pada saat pasar saham sedang bergerak datar tidak menentu (flat). 3. Defensive fund Reksadana saham dengan gaya pengelolaan berlawanan dengan arah pergerakan investasi pada umumnya sehingga menghasilkan risiko penurunan harga yang lebih kecil dibandingkan dengan total risiko IHSG. Biasanya gaya pengelolaan ini diterapkan pada saat pasar saham sedang bearish Kinerja Reksa Dana Menurut Haslem (1988:79), performance is most important when selecting a mutual fund. Dengan mengetahui informasi tentang kinerja reksa dana, investor dapat membuat suatu keputusan dalam pengoptimalan portofolio reksa dananya. Kinerja masa lalu tidak dapat menjadi patokan masa depan, tetapi tetap dapat menjadi referensi pengambilan keputusan (Hendrayana, 2013:119).

17 Dari hasil pengukuran kinerja, akan didapat apakah kinerja masa lalu tergolong unggul (superior) atau inferior. Untuk menyebut kinerja manajer sebagai unggul atau inferior, diperlukan imbal hasil atas portofolio yang sama yang dikelola secara aktif atau pasif untuk perbandingan (Sharpe et. al, 2006:336). Artinya, jika kinerja suatu reksa dana lebih unggul daripada kinerja pembandingnya, maka dapat dikatakan reksa dana tersebut berkinerja superior, dan sebaliknya, jika kinerja suatu reksa dana tidak lebih baik daripada kinerja pembandingnya, maka dapat dikatakan reksa dana tersebut berkinerja inferior. Pembagian antara NAB dan Unit Penyertaan (bukti kepemilikan reksa dana) disebut NAB/Up atau lazim dikenal sebagai harga reksa dana (Rudiyanto, 2013:67). Oleh karena itu, NAB/Up merupakan suatu data yang dibutuhkan untuk menilai kinerja investasi suatu reksa dana. Kinerja portofolio sering diukur secara periodik dengan interval sekurang-kurangnya empat tahun, dengan imbal hasil diukur untuk sejumlah periode dalam interval itu-biasanya bulanan atau triwulanan. (Sharpe et. al, 2006:333). Dalam pengukuran kinerja, sering ditemukan kesalahan yang justru merugikan investor. Kesalahan yang sering ditemukan dalam kinerja reksa dana antara lain berkaitan dengan hal-hal berikut ini (Pratomo dan Ubaidillah,2005): 1. Menilai kinerja berdasarkan pertumbuhan dana (NAB). 2. Menghitung kinerja reksa dana tanpa memperhatikan adanya pembagian keuntungan (dividen).

18 3. Membandingkan kinerja reksa dana untuk periode yang berbeda serta tidak menggunakan tolak ukur (benchmark) tertentu. 4. Membandingkan kinerja reksa dana yang mempunyai portofolio investasi berlainan. Pengukuran kinerja masing-masing reksa dana dengan menggunakan model risk-adjusted return, yaitu: Sharpe s Measure, Treynor s Measure, dan Jensen s Measure (Bodie et. al, 2006). Namun, dalam penelitian ini ditambahkan Metode M 2 karena M 2 sendiri merupakan pengembangan Metode Sharpe yang lebih terukur. Penjelasan semua metode pengukuran kinerja reksa dana saham yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1. The Sharpe Performance Measure Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut dengan Reward-to-Variability Ratio (RVAR). Rasio Sharpe adalah ukuran kinerja yang menyesuaikan risiko dengan menggunakan acuan Capital Market Line (CML) ex post. (Sharpe et. al, 2006:333). Rasio ini mengukur imbal hasil dibanding risiko total portofolio, dimana risiko total adalah deviasi standar imbal-hasil portofolio itu. Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi Indeks Sharpe suatu portofolio dibanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut (Tandelilin, 2001:325).

19 2. The Treynor Performance Measure Indeks Treynor (Reward-to-Volatility) merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor. Sama halnya seperti Indeks Sharpe, pada Indeks Treynor, kinerja portofolio dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. (Tandelilin, 2001:327). Perbedaannya dengan Indeks Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagi patok duga, dan bukan garis pasar modal seperti pada Indeks Sharpe. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis (diukur dengan Beta) (Tandelilin, 2001:327). Menurut Tandelilin (2001:329), Indeks Sharpe dan Treynor akan memberikan informasi peringkat kinerja portofolio yang berbeda. Perbedaan peringkat kedua pengukuran tersebut menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio tersebut relatif terhadap portofolio sejenis. Oleh karena itu, kedua pengukuran tersebut sebaiknya dilakukan bersama, namun pilihan indeks mana yang sebaiknya dipakai tergantung dari persepsi investor terhadap tingkat diversifikasi dari portofolio tersebut. Seperti halnya Metode Sharpe, dengan mempertimbangkan risiko, semakin tinggi nilai pengukuran Treynor semakin baik kinerja reksa dana tersebut.

20 3. The Jensen Performance Measure Metode Jensen menyatakan perbedaan tingkat pengembalian aktual dari suatu portofolio selama periode tertentu dengan premium risiko (risk premium) tersebut yang seharusnya diperoleh berdasarkan risiko sistematik portofolio tersebut dan penggunaan CAPM. Metode Jensen melakukan pengukuran dengan menilai kinerja dari manajer investasi didasarkan atas seberapa besar manajer investasi tersebut mampu memberikan kinerja diatas kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Persamaan Indeks Jensen dan Indeks Treynor adalah sama-sama menggunakan garis pasar sekuritas sebagai dasar untuk membuat persamaan.sedangkan perbedaannya adalah Indeks Treynor sama dengan slope garis yang menghubungkan posisi portofolio dengan return bebas risiko, sedangkan Indeks Jensen merupakan selisih antara return portofolio dengan return portofolio yang tidak dikelola dengan cara khusus (hanya mengikuti return pasar). Nilai Indeks Jensen yang positif menyatakan portofolio memiliki rata-rata tingkat pengembalian diatas pasar dan dikatakan memiliki kinerja superior (unggul). Sedangkan nilai indeks negatif menandakan portofolio tersebut memiliki rata-rata pengembalian dibawah pasar dan dikatakan memiliki kinerja inferior (buruk).

21 4. The M 2 Performance Measure Metode M 2 merupakan pengembangan dari Metode Sharpe, yang dimodifikasi oleh Franco Modigliani dan cucunya, Leah Modigliani, sehingga nama metode tersebut disesuaikan dengan dengan nama penemunya menjadi M-Squared-Method (M 2 ). Pada dasarnya metode ini sama dengan Metode Sharpe yaitu pengukurannya didasarkan pada CML ex post. Namun, pada metode ini ada unsur risiko dan return benchmarknya. Metode ini menghitung berapa besar tingkat pengembalian suatu portofolio jika memiliki standar deviasi yang sama dengan portofolio pasar atau Bechmark-nya (Sharpe et. al, 2006). Agar standar deviasi portofolio sama dengan standar deviasi benchmark, maka investasi pada portofolio dapat digabungkan dengan investasi pada risk free. Misalnya jika suatu portofolio memiliki standar deviasi yang lebih rendah dari pada standar deviasi benchmark, maka investor dapat memberi leverage dengan meminjam dana pada tingkat risk free untuk selanjutnya diinvestasikan pada portofolio (Bodie, Kane, Marcus. 2006). Untuk mengetahui apakah portofolio berkinerja baik atau buruk, M 2 dapat dibandingkan secara langsung dengan imbal hasil ratarata portofolio pasar untuk melihat apakah portofolio itu berkinerja diatas atau dibawah kinerja portofolio pasar yang berbasis risiko disesuaikan (Sharpe et. al, 2006:353)

22 2.3 Penelitian Terdahulu Wahdah dan Hartanto (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengukuran Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja dari sejumlah reksa dana saham di Indonesia berdasarkan nilai aktiva bersihnya, menafsirkan besar risikonya, dan mengukur return-nya dibandingkan dengan tingkat return pasarnya. Penelitian yang menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen ini meneliti Reksa Dana Saham yang aktif beroperasi di Bursa Efek selama periode 2008 sampai Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. 9 dari 10 Reksa Dana Saham memperoleh hasil positif yang menandakan berinvestasi di reksa dana saham dapat memberikan keuntungan, terkecuali untuk Reksadana Mega Dana Saham menanggung kerugian dengan return negatif sebesar 5,01%. 2. Berdasarkan tingkat risiko dimana standar deviasi digunakan sebagai tolak ukur penyimpangan menandakan bahwa 10 (sepuluh) reksa dana saham mempunyai standar deviasi lebih kecil yang berarti memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dari pasar. 3. Berdasarkan kinerja pembanding yaitu kinerja pasar dan investasi bebas risiko, dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia dengan average return 7,42%, terdapat 6 (enam) reksa dana saham yang menghasilkan kinerja lebih baik. Dengan tolak ukur LQ-45 yang memiliki average return 20,73% terdapat 2(dua) reksa dana saham yang mempunyai

23 kinerja lebih baik yaitu Panin Dana Maxima sebesar 38,36% dan Panin Dana Prima sebesar 31,12%, dan dengan tolak ukur IHSG sebesar 33,20% hanya reksa dana saham Panin Dana Maxima yang menghasilkan kinerja terbaik. Berdasarkan Metode Sharpe dan Jensen terdapat 2 (dua) reksa dana saham yang mampu melampaui kinerja IHSG dan LQ-45 yaitu reksa dana saham Panin Dana Maxima dan Panin Dana Prima. Berdasarkan metode Treynor terdapat 3 (tiga) Reksa Dana Saham yang mempunyai kinerja lebih baik dari pasar yaitu Reksa Dana Saham Panin Dana Maxima, Panin Dana Prima dan Manulife Saham Andalan. Ibad dan Adhidarma (2011) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham Di Indonesia Menurut Metode Sharpe, Treynor dan Jensen Serta Perbandingan Return Reksa Dana Saham Dengan LQ45 Periode Januari 2009 Juni Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja reksa dana saham dengan menggunakan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen serta membandingkan return reksa dana saham dengan return LQ45. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Kinerja Reksa Dana Saham keseluruhan periode yang terbaik diukur dari Metode Sharpe, Treynor dan Jensen adalah pada produk Reksa Dana Saham Panin Dana Maksima, sedangkan kinerja terburuk berdasarkan ketiga metode tersebut adalah produk Reksa Dana Saham BNI Dana Berkembang.

24 2. Dalam keseluruhan periode, Reksa Dana Saham yang memberikan return diatas return LQ45 terdapat 19 produk Reksa Dana Saham. 3. Dalam keseluruhan periode, 24 produk Reksa Dana Saham memberikan return diatas return SBI. Warsini, Suhartati, Fatimah (2011) melakukan penelitian dengan judul Pengukuran Kinerja Reksa Dana Dengan Menggunakan Besaran Alpha ( α ) Hasil Perhitungan Indeks Jensen Di Pasar Modal Idonesia. Penelitian ini terfokus pada reksa dana saham yang aktif diperdagangkan selama periode 2009 sampai Agustus Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 80 % dari Reksa Dana tersebut mempunyai kinerja yang baik yang ditunjukkan dengan besaran alpha yang positif. Sisanya yang 20 % dari Reksa Dana tersebut mempunyai kinerja yang tidak baik karena mempunyai besaran alpha yang negatif. Athanassios et. al (2005) melakukan penelitian dengan judul Performance of Mutual Fund dengan menggunakan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen untuk mengukur kinerja reksa dana saham di Greece selama periode 1997 sampai Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Dengan metode Jensen, diperoleh rangking kinerja reksa dana yang superior 2. Dengan metode Sharpe dan Treynor, diperoleh reksa dana yang berkinerja diatas kinerja benchmark-nya

25 Modigliani dan Modigliani (1997) melakukan penelitian dengan judul Risk Adjusted Performance (How to Measure it And Why) dengan menggunakan metode baru yang merupakan pengembangan dari Metode Sharpe yaitu M 2. Penelitian ini dilakukan pada reksa dana saham selama 10 tahun periode sampai tahun 1996 kuartal dua di Amerika Serikat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja reksa dana dapat lebih baik daripada kinerja pasarnya apabila dikelola dengan baik.

26 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Metode No. Peneliti Judul Penelitian Analisis 1. Wahdah dan Analisis Pengukuran Metode Sharpe, Hartanto Kinerja Reksa Dana Treynor, Jensen (2012) Saham di Indonesia 2. Ibad dan Adhidarma (2011) 3. Warsini, Suhartati, Fatimah (2011) 4. Athanassios et. al (2005) 5. Modigliani dan Modigliani (1997) Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham Di Indonesia Menurut Metode Sharpe, Treynor dan Jensen Serta Perbandingan Return Reksa Dana Saham Dengan LQ45 Periode Januari 2009 Juni 2010 Pengukuran Kinerja Reksa Dana Dengan Menggunakan Besaran Alp h a( α ) Hasil Perhitungan Indeks Jensen Di Pasar Modal Indonesia Performance of Mutual Fund Risk Adjusted Performance (How to Measure it And Why) Metode Sharpe, Treynor, Jensen Hasil Penelitian Rata-rata Reksa Dana Saham memperoleh hasil positif yang menandakan berinvestasi di reksa dana saham dapat memberikan keuntungan Terdapat 19 produk Reksa Dana Saham memberi return diatas return LQ45, dan 24 produk diatas return SBI Metode Jensen 80 % dari Reksa Dana tersebut mempunyai kinerja yang baik yang ditunjukkan dengan besaran alpha yang positif. Selebihnya buruk dengan alpha negatif Metode Sharpe, Diperoleh reksa dana Treynor, Jensen yang berkinerja diatas kinerja benchmark-nya Metode M 2 Kinerja reksa dana dapat lebih baik daripada kinerja pasarnya apabila dikelola dengan baik

27 2.4 Kerangka Pemikiran Ketika seorang investor berinvestasi di reksa dana saham, hal yang harus dipantau dan dievaluasi adalah kinerja reksa dana saham tersebut yang didapat dengan mengukur dan menganalisis NAB/unit untuk mendapatkan return yang diharapkan dari reksa dana saham tersebut. Selain return, hal lain yang harus diperhatikan adalah volalitas pasar yang dapat membuat NAB/unit berfluktuasi, seperti krisis global yang mengakibatkan terjadinya market crash atau market bearish. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran dan analisis kinerja reksa dana saham dalam pemilihan produk reksa dana saham untuk mendapatkan reksa dana saham yang berkinerja lebih unggul dari kinerja pasarnya (outperformed) sebelum membentuk portofolio optimal. Karena portofolio investasi yang optimal seharusnya berisi instrumen investasi yang dapat memaksimalkan return dan meminimalkan risiko. Untuk mengurangi risiko portofolio investasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mendiversifikasi portofolio dengan pemilihan instrumen investasi yang berkinerja dengan baik. Pembentuan Portofolio dalam penelitian ini menggunakan Model Markowitz. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah,dan tujuan yang dikemukakan, maka model kerangka pemikiran dapat digambarkan pada gambar berikut ini:

28 volalitas pasar menyebabkan NAB/Up berfluktuasi investor harus mengukur dan mengevaluasi kinerja reksa dana saham sebelum memilih reksa dana saham yang tepat Sharpe s Measure Jensen s Measure Treynor s Measure M 2 s Measure mendapatkan reksa dana saham yang memiliki kinerja outperformed membentuk portofolio optimal dengan Model Markowitz Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

BAB II Tinjauan Pustaka. Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor

BAB II Tinjauan Pustaka. Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor 14 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Reksa Dana Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor 49, pengertian reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Teori 3.1.1. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva lengkap atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Reksadana Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) disebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Single Index Model Pada dasarnya Single Index Model menyederhanakan masalah portofolio dengan mengkaitkan hubungan antara setiap saham dalam portofolio

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meskipun sejak tahun 2008 perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan dikarenakan krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Reksa Dana Apa sebenarnya reksadana itu? Beberapa definisi di bawah ini akan menjelaskannya : Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksadana Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang lebih besar pada masa mendatang. Investasi merupakan penanaman dana yang bertujuan untuk mendapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dalam pemecahan masalah penelitian dan perumusan hipotesis.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dalam pemecahan masalah penelitian dan perumusan hipotesis. BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Tinjauan teoretis menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan pokok masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini. Tinjauan teoretis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27). Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investor dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini atau di investasikan pada berbagai jenis pilihan instrumen

Lebih terperinci

INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL)

INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL) INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL) Oleh: DEDEN MULYANA Disampaikan pada Seminar Bulanan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi 15 Mei 2013 Pendahuluan Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada pasar modal merupakan salah satu cara bagi masyarakat pemodal untuk memperoleh keuntungan dengan cepat. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia yang semakin lanjut. Hal ini juga dapat dikarenakan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. usia yang semakin lanjut. Hal ini juga dapat dikarenakan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu kemampuan seseorang yang saat ini masih berusia produktif dalam bekerja dapat menurun kinerjanya dikarenakan usia yang semakin lanjut.

Lebih terperinci

REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI. Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * Keywords: investment, mutual fund, investment manager

REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI. Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * Keywords: investment, mutual fund, investment manager REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * ABSTRACT There are various types of investment instruments that can be chosen by investors in accordance with

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para. (Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para. (Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu pilar ekonomi di Indonesia yang dapat menjadi penggerak perekonomian nasional melalui peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan tipe sampel yang berbasis pada kemungkinan

Lebih terperinci

Pasar Modal SMAK BPK Penabur, Cirebon 30 April 2015

Pasar Modal SMAK BPK Penabur, Cirebon 30 April 2015 Pasar Modal SMAK BPK Penabur, Cirebon 30 April 2015 Pasar Modal Pasar Modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. 2 Fungsi Pasar

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN Fitaning Intan Pradani R. Rustam Hidayat Topowijono Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada pasar modal merupakan salah satu cara bagi masyarakat pemodal untuk memperoleh keuntungan dengan cepat. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi yang diserahkan oleh investor sedangkan risiko adalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi yang diserahkan oleh investor sedangkan risiko adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam teori investasi dikatakan bahwa setiap sekuritas akan menghasilkan return dan risiko. Return merupakan tingkat pengembalian dari nilai investasi yang diserahkan

Lebih terperinci

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 REKSA DANA PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 Reksa Dana UNDANG-UNDANG PASAR MODAL No. 8 tahun1995, BAB I, Pasal 1 Ayat 27 : Reksa Dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat atau investor masih banyak yang memiliki masalah dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat atau investor masih banyak yang memiliki masalah dalam memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan investasi yang semakin maju terutama investasi di pasar modal Indonesia menjadi salah satu alternatif investasi yang menguntungkan. Masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksa Dana Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial adalah kondisi ketika kita hidup berkecukupan, mempunyai pendapatan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara pihak yang memerlukan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pihak yang memerlukan dana menjual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets menjadi sebuah cara yang banyak digemari oleh para pemilik modal untuk mengembangkan dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya I. PENDAHULUAN I.1 latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2005 hingga 2007 mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya surplus neraca pembayaran serta membaiknya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund Makinta Growth Fund merupakan reksa dana yang dikelola oleh Makinta Securities. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Teori Investasi 2.1.1.1 Pengertian Investasi Menurut Tandelilin (2010: 1) investasi merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice

Lebih terperinci

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh:

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh: REKSADANA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang Disusun Oleh: Fitria Mayasari Evi Atikah Sari Arif Puji Utomo B.241.09.0051 B.241.10.0017 B.241.10.0047 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran dan Evaluasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis, sehingga tidak ada suatu kepastian

Lebih terperinci

Bab I. Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan. jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi.

Bab I. Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan. jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi. Halim (2003:1) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. berbagai macam cara menginvestasikan sejumlah dana pada real aset seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. berbagai macam cara menginvestasikan sejumlah dana pada real aset seperti BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Investasi bisa berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Reksa dana Secara umum Reksa dana adalah wadah dan pola pengelolaan dana bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

Bab 2 SURAT BERHARGA DI PASAR MODAL

Bab 2 SURAT BERHARGA DI PASAR MODAL Bab 2 SURAT BERHARGA DI PASAR MODAL 2.1. Pengertian Surat Berharga Surat Berharga adalah istilah umum di dalam dunia keuangan yang menunjukkan bukti (dapat berupa selembar kertas) hak investor (yaitu pihak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini akan membahas teori dasar portofolio dan teori kinerja portofolio. Secara spesifik teori kinerja portofolio ini akan digunakan pada bab bab selanjutnya untuk mengevaluasi kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu alternatif bagi para pemodal untuk berinvestasi. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat BAB IV PEMBAHAS AN IV.1 Analisis Kinerja Portofolio Melihat kinerja portofolio perlu dilakukan sebelum melakukan keputusan investasi. Dengan membandingkan kinerja antar reksa dana, maka investor mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Reksa Dana 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya II. LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Pustaka 3.1.1.Teori Portofolio Teori portofolio modern berkembang sejak ditemukan cara berinvestasi yang efisien dan optimal oleh Harry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegitan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengusahakan agar pasar modal menjadi salah satu sektor kegiatan penting

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengusahakan agar pasar modal menjadi salah satu sektor kegiatan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya kegiatan investasi membuat pemerintah selalu bertekad untuk mengusahakan agar pasar modal menjadi salah satu sektor kegiatan penting di bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi 1) Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe,

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe, BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Perhitungan Return Pengembalian Bebas Risiko Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe, Treynor, dan Jensen, digunakan suatu tingkat

Lebih terperinci

BAPPENAS, 2010 : 53 Tahun Investasi BAPPENAS, 2010 : 28

BAPPENAS, 2010 : 53 Tahun Investasi BAPPENAS, 2010 : 28 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di bidang ekonomi ditujukan untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan di berbagai bidang yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Portofolio Harry Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950- an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori Markowitz menggunakan beberapa pengukuran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Franchis dalam Ahmad, Kammarudin (2004:1), investment is a

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Franchis dalam Ahmad, Kammarudin (2004:1), investment is a BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi 2.1.1.1 Pengertian Investasi Menurut Franchis dalam Ahmad, Kammarudin (2004:1), investment is a commitment of money that is

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia memerlukan dana investasi yang sangat besar agar mampu menciptakan kesempatan kerja baru dan meningkatkan tingkat pertumbuhan Produk Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Investasi adalah hal yang dilakukan oleh masyarakat agar mendapatkan tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau kekayaaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa. memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa. memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang. BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Di zaman yang serba moidern ini investasi sudah menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Menurut Sharpe (2005: 1) investasi merupakan pengorbanan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. kelas aset investasi

DAFTAR TABEL. kelas aset investasi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL XVIII DAFTAR GAMBAR XX DAFTAR LAMPIRAN XXI DAFTAR PERSAMAAN XXI DAFTAR ISTILAH XXII 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 7 Manfaat Penelitian 7

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil ini,

I. PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil ini, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam situasi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil ini, masyarakat dihadapkan pada berbagai pilihan mengenai cara menginvestasikan dana yang dimiliki agar dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperdagangkan di Bursa Efek dan Pasar Uang, dengan tujuan menyebarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperdagangkan di Bursa Efek dan Pasar Uang, dengan tujuan menyebarkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Portofolio Teori investasi lebih menganjurkan investor untuk membentuk portofolio dalam berinvestasi saham. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian Indonesia, masyarakat dunia semakin menyadari kebutuhannya untuk berinvestasi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2010:1). Pengertian investasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2010:1). Pengertian investasi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin,

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin berkembang saat ini. Salah satu upaya menarik minat investor domestik di pasar modal dapat dilakukan

Lebih terperinci

Aprisya Falahearlya. Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Reksadana (Mutual Fund) By : Aprisya Falahearlya

Aprisya Falahearlya. Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Reksadana (Mutual Fund) By : Aprisya Falahearlya Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Reksadana (Mutual Fund) By : Aprisya Falahearlya Pengertian Reksa Dana Menurut UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. investasi. Investasi adalah penundaan berbagai konsumsi hari ini, dengan tujuan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. investasi. Investasi adalah penundaan berbagai konsumsi hari ini, dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di masa sekarang ini banyak orang berpikir untuk investasi. Banyak juga orang mengatakan investasi tanpa jelas dan mengerti apa itu investasi dan apa contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

EDUKASI & LITERASI KEUANGAN PENGETAHUAN UMUM TENTANG INVESTASI DAN REKSA DANA

EDUKASI & LITERASI KEUANGAN PENGETAHUAN UMUM TENTANG INVESTASI DAN REKSA DANA EDUKASI & LITERASI KEUANGAN PENGETAHUAN UMUM TENTANG INVESTASI DAN REKSA DANA Inflasi Memproteksi nilai asset Meningkatkan nilai asset Mencapai impian 1996 2013 Hero granulated sugar 4 kg 1,700 6,800 Rinso

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals dan Sektor Trade, Service, and Investment) Nama : Golden Jr. Aliakur NIM :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sample Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih sample adalah sebagai berikut: 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham 2. Reksa dana tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi efisien selama periode waktu tertentu (Hartono,2010:5). Investasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Reksadana Secara umum Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrument-instrumen investasi yang tersedia di pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin berkembang saat ini. Salah satu upaya menarik minat investor domestik di pasar modal dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis membahas mengenai pengolahan data-data yang berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data tersebut akan menghasilkan hasil

Lebih terperinci

karena hanya diijinkan usaha reksadana yang berjenis tertutup (close-ended). Kemudian setelah disahkan Undang Undang No. 8 tahun 1995 yang mengatur

karena hanya diijinkan usaha reksadana yang berjenis tertutup (close-ended). Kemudian setelah disahkan Undang Undang No. 8 tahun 1995 yang mengatur Perbandingan Kinerja Reksadana saham Konvensional dan Reksadana Syariah di Indonesia dengan Metode Sharpe, Treynor, Jensen, Rasio Informasi dan Roy Safety First Ratio Oleh : Siti Listiana T (11510032)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut. 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Investasi adalah bentuk penundaan konsumsi masa sekarang untuk memperoleh konsumsi di masa yang akan datang, di mana di dalamnya terkandung

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 71 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi deskriptif, karena tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya nilai rupiah terhadap dollar yang disebabkan oleh faktor eksternal yaitu kebijakan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persen ke depan, dibutuhkan investasi sekitar Rp Trilyun per tahun. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. persen ke depan, dibutuhkan investasi sekitar Rp Trilyun per tahun. Investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dukungan dana / modal yang cukup besar untuk menumbuhkan perekonomiannya. Dukungan dana / modal ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memainkan peran yang strategis dan sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, pasar modal yang berkembang sangat baik akan memberikan

Lebih terperinci

Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan. suatu Negara membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Pasar modal merupakan

Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan. suatu Negara membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Pasar modal merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan perekonomian suatu negara, perlu dibangun dan dikembangkan. Pembangunan suatu Negara membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-552/BL/2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Program Pelatihan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD)

Program Pelatihan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD) Program Pelatihan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD) Pengetahuan Dasar Mengenai Reksa Dana Oleh : Welin Kusuma ST, SE, SSos, SH, SS, SAP, SStat, MT, MKn, RFP-I, CPBD, CPPM, CFP,, Aff.WM, BKP,

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Dan Kinerja Reksa Dana Terproteksi

Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Dan Kinerja Reksa Dana Terproteksi Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Dan Kinerja Reksa Dana Terproteksi Juwita (Juwitakosim92@gmail.com) Trisnadi Wijaya (trisnadi@stie-mdp.ac.id) Jurusan Manajemen STIE MDP Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin sadar akan kebutuhan untuk berinvestasi. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin sadar akan kebutuhan untuk berinvestasi. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin sadar akan kebutuhan untuk berinvestasi. Hal ini dapat terlihat dari berbagai ragam sarana investasi yang ditawarkan kepada masyarakat.

Lebih terperinci