7.1. TAHAPAN PENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "7.1. TAHAPAN PENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN"

Transkripsi

1 BAB 7 RENCANA AKSI 7.1. TAHAPAN PENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN Mewujudakan industri kreatif actual menjadi industri kreatif mapan, memerlukan berbagai tahapan pembangunan yang berkesinambungan dan tersruktur dengan baik. Dalam jangka waktu 5 tahun untuk mewujudkan 100% industri kreatif mapan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dari seluruh pelaku pembangunan. Pembangunan yang dijalankan setiap tahun, tentunya harus mendapatkan raihan pencapaian yang nyata, sesuai dengan target pencapain pembangunan tahunan yang telah di muruskan. Dalam periode lima tahun perencanaan, dimana setiap tahunnya wajib macapai raihan prestasi dari menjalankan seluruh program yang dicanangkan dengan baik. Tahapan dan capaian pembangunan dalam periode lima tahun pembangunan industri kreatif, diantaranya adalah : Tahap 1 (2015) : membangunan konsensus dan motivasi quatret Helix (Asosiasi, Busines, Comunity, Government), untuk mewujudkan industri kreatif. Program utama yang dijalalankan adalah pembentukan Keanggotaan untuk pelaku bisnis industri kreatif untuk membentuk satu kelompok yang dipimbin oleh asosiasi dan bekerjasama dengan pemerintah, memperbanyak MoU yang sesuai dengan kaidah dan upaya pencapaian industri kreatif, pembuatan pedoman atau acuan NSPM yang aplikatif, pengembangan komunitas dan kelembagaan, pengembangan sisem informasi dll. 7 1

2 Tahap 2 (2016) : Penguatan jaringan kelembagaan dan kerjasama. Program utama yang dijalalankan adalah memperkuat kelembagaan, yaitu setiap pelaku binsis industri kreatif actual berada pada naungan kelompok dan oganisasi yang berbadan hukum. Pelaku bisnis terjamin aksesibilitasnya untuk mewujudkan kaidah-kaidah industri kreatif. Tahap 3 (2017) : Penguatan capaian prestasi idustri kreatif actual terhadap kaidah industri kreatif. Program utama yang dijalalankan adalah bergerak cepat untuk mencari penyimpangan dan kegagalan pencapai program dan berupaya memperkuat dan meningkatkan pencapaian program. Tahap 4 (2018) : Mematangkan dan memantapkan industri kreatif actual. Program utama yang dijalalankan adalah pemberian berbagai apresiasi dan bantuan, serta sertifikasi industri kreatif. Tahap 5 (2019) : Mendorong Daya saing komoditas industri kreatif. Program utama yang dijalalankan adalah peningkatan efisiensi produk dan efisiensi bahan baku, melalui pemanfataan teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah teruji dengan baik dan dapat diterapkan RENCANA AKSI Perencanaan Pengembangan Ekonomi kreatif dijabarkan kedalam rencana tahunan, dimana seluruh program pembangunan diarahkan untuk mencapai grand map melalui serangkaian target yang ditetapkan. Rencana tahunan dilengkapi dengan berbagai instrumen yang akan mengarahkan pada tingkat keberhasilan program pembangunan yaitu indikator kinerja dan output/outcome. Untuk lebih jelas rencana aksi pengembangan ekonomi kreatif Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel

3 Tujuan Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun IIK-1 Standar Industri Kreatif 6 bidang (40%), 8 bidang (53,33%) Kemandirian 90%, Lingkungan Kemandirian 10% Kreasi dan Cipta 50%, Respon Terhadap Pasar 30%, Lingkungan Pengembangan Aktif 10%, Lingkungan Pengembangan Pasif 10% periklanan, kerajinan, fashion, Desain, penerbitan dan percetakan, Seni Pertunjukkan, riset dan pengembangan, kuliner arsitektur, pasar seni/barang antik, permainan interaktif, musik, film/video/fotografi, Komputer Memantapkan kreatifitas, Produk, dan dukungan instrumen industri kreatif Mengembangkan referensi pengembangan industri kreatif Merangsang penciptaan baku mutu industri kreatif unggulan Pembuatan Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) Industri Kreatif Fashion Pembuatan Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) Industri Kreatif Kerajinan Pembuatan Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) Industri Kreatif Penerbitan dan Percetakan Pembuatan Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) Industri Kreatif Kuliner Kontes Baku Mutu Produk Unggulan IK Kab Bandung Beasiswa Baku Mutu IK Rasio pelaku industri Kreatif fashion dengan pelaku industri yang menerapkan NSPM sebesar 100% Rasio pelaku industri Kreatif Kerajinan dengan pelaku industri yang menerapkan NSPM sebesar 100% Rasio pelaku industri Kreatif Penerbitan dan Percetakan dengan pelaku industri yang menerapkan NSPM sebesar 100% Rasio pelaku industri Kreatif Kuliner dengan pelaku industri yang menerapkan NSPM sebesar 100% Ratio antara jumlah penyelenggaraan kontes dengan Dokumen Bahu Mutu IK sebesar 100% Rasio antara jumlah penerima bea siswa dengan pendaftar beasiswa IK sebanyak 10% Terdapat 1 Paket NSPM Pashion Terdapat 1 Paket NSPM Kerajinan Terdapat 1 Paket NSPM Penerbitan dan Percetakan Industri Kreatif Industri Kreatif Industri Kreatif Terdapat 1 Paket NSPM Industri Kreatif Kuliner Terdapat 11 Baku Mutu IK ( dan ) Terdapat 200 benerima Bea siswa IK Pemerintah Pusat telah memiliki SNI dan kebijakan serta rencana teknis yang terkait Langkah Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Mengumpulkan NSPM Industri Kreatif Tahun 2015 Waktu 2015 Konsultasi NSPM Industri Kreatif Tahun 2015 Sumber Pembiayaan APBD Uji Materi NSPM Industri Kreatif Tahun 2015 Pelaku Utama Tim Koordinasi Pengembangan Industri Kreatif Daerah Legalisasi NSPM Industri Kreatif Tahun 2015 SKPD Terkait, Asosiasi Sosialisasi NSPM Industri Kreatif Tahun

4 IIK-2 Insentif Tujuan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Industri Kreatif 6 bidang (40%), 7 bidang (46,66%), 2 bidang (13,33%) Kemandirian 70%, Lingkungan Kemandirian 30% Kreasi dan Cipta 35%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 20%, Lingkungan Pengembangan Pasif 20% fashion, penerbitan dan percetakan periklanan, kerajinan, Desain, Seni Pertunjukkan, riset dan pengembangan, kuliner, permainan interaktif arsitektur, pasar seni/barang antik, musik, film/video/fotografi, komputer/piranti lunak, Radio & televisi Memicu ransangan penguatan kemapanan industri kreatif Memberikan kemudahan dan pelayanan administrasi pada IK berprestasi Pelayanan Prima Ratio jumlah penerima pelayanan prima dengan jumlah insan kreatif 20% Punish & Reward Pemberiaan Penghargaan Ratio jumlah penerima penghargaan dengan jumlah insan industri kreatif 0,2% Pemotongan (Discount) Pajak Ratio jumlah industri (bisnis) penerima pemotongan pajak dengan jumlah insan industri kreatif 2% Insan kreatif berada dalam naungan asosiasi Langkah Terdapatnya pelaku usaha yang menerima pelayanan prima (diprioritaskan) Terdapatnya 200 pelaku usaha yang menerima penghargaan prestasi ekspor Terdapatnya 2000 pelaku usaha yang menerima pemotongan pajak Rencana Pelaksanaan Audit (Daftar) Industri kreatif telah tersedia Berkala Setiap Tahun ( ) Kebutuhan Sumberdaya dengan lengkap dan baik Waktu Evaluasi Capaian Kemapanan seluruh Berkala Setiap Tahun ( ) industri Kreatif Sumber Pembiayaan APBD Penetapan Peringkat atau bentuk prestasi Berkala Setiap Tahun ( ) Pelaku Utama Tim Koordinasi Pengembangan Industri Daerah Pemberiaan insentif dan disinsentif Berkala Setiap Tahun ( ) SKPD Terkait 7 4

5 IKK-3 Sertifikasi Tujuan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Industri Kreatif 5 bidang (33,33%), 6 bidang (40%), 4 bidang (26,66%) Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian 50% Memantapkan identitas dan legitimasi industri kreatif daerah Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Menguatkan brand (image) industri kreatif daerah Sertifikasi Produk Ratio antara produk keratif dengan produk yang telah tersertifikasikan sebanyak 20% Sertifikasi Manajemen Ratio jumlah usaha kreatif yang telah memiliki sertifikasi kreatif terhadap jumlah pelaku usaha keratif sebanyak 20% Sertifikasi Kreatifitas Ratio jumlah usaha kreatif yang telah memiliki sertifikasi majamen terhadap jumlah pelaku usaha keratif sebanyak 20% Penguatan badan sertifikasi IK daerah Penjaringan Badan Sertifikasi Ratio bandan sertifikasi terhadapt IK 100% Peningkatan Kapasitas Badan Sertifikasi Ratio jumlah penerbitan sertifikasi dengan Daerah jumlah pelaku usaha mapan 100% Adanya lembaga sertifikasi dan dukungan pemerintah pusat terhadap kehadiran lembaga sertifikasi industri kreatif di daerah Langkah Terdapatnya pelaku usaha yang memiliki sertifikasi produk Terdapatnya pelaku usaha yang memiliki sertifikasi manajemen Terdapatnya pelaku usaha yang memiliki sertifikasi kreatifitas Terdapatnya 4 Badan sertifikasi IK untuk jenis IK Terdapatnya insan kretif yang menerima sertifikasi Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Pembentukan lembaga sertifikasi 2015 Waktu Penetapan bentuk dan jenis sertifikasi 2015 Sumber Pembiayaan APBD, Swasta Penyelenggaraan Sertifikasi 2015 Pelaku Utama Asosiasi Penerbitan sertifikasi 2016 SKPD Terkait, Asosiasi 7 5

6 Tujuan Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun IKK-4 Diklat Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian 50% Industri Kreatif 5 bidang (33,33%), 6 bidang (40%), 4 bidang (26,66%) Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Peningkatan SDM insan kreatif yang berdaya saing tinggi Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Komunitas Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pemerintah Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Akademisi Komunitas Kreatif Mendidik Ratio jumlah penyelenggaraan pendidikan berbasis komunitas dan jumlah komunitas IK sebanyak 100% Penjaringan Sukarelawan Pembagi Ilmu Ratio jumlah sukarelawa dengan jumlah penerima Ilmu dan Keterampilan dan keterampilan sebanyak 10% Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Ratio jumlah peserta penyelenggaraan pendidikan dan Putus Sekolah Pelatihan IK putus sekolah dengan jumlah total peserta sebanyak 80% Pendidikan dan Pelatihan Siswa Baru Lulus Akademisi blusukan Ratio jumlah peserta penyelenggaraan pendidikan dan Pelatihan IK Baru Lulus sekolah dengan jumlah total peserta sebanyak 80% Ratio jumlah akademisi penyelenggarakan pendidikan dan pelaihan dengan jumlah komunitas kreatif sebanyak 100% Kampung Kreatif Rasio jumlah kampung kreatif dengan jumlah penyelenggaran pendidikan dan pelatihan oleh akademisi di kampung kreatif sebesar 100% Terdapat 1600 Penyelenggaraan Pendidikan & pelatihan oleh komunitas sebanyak 100 kali Terdapat relawan pengajar bidang IK Terdapat 100 Penyelenggaraan Pendidikan & pelatihan untuk peserta putus sekolah Terdapat 100 Penyelenggaraan Pendidikan & pelatihan untuk peserta Baru Lulus Sekolah Terdapat 1600 Penyelenggaraan Pendidikan & pelatihan yang dilakukan oleh Akademisi pada komunitas kreatif Terdapat 192 Penyelenggaraan Pendidikan & pelatihan yang dilakukan oleh Akademisi di Kampung Kreatif Terdapat akademisi yang siap menjalankan peran dan fungsinya Langkah Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Identitikasi Kebutuhan Program (Materi/Kurikulum) Diklat 2015 Waktu Identifikasi kelompok IK Diklat 2015 Sumber Pembiayaan CSR (dana akademisi, asosiasi), APBD Pengembangan Badan/organisasi Diklat 2016 Pelaku Utama Pemerintah, Asosiasi, Akademisi Pelaksanaan Penyelenggaraan Diklat SKPD Terkait 7 6

7 Tujuan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun IKK-5 Kerjasama Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian 50% Industri Kreatif 5 bidang (33,33%), 6 bidang (40%), 4 bidang (26,66%) Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Meperkuat dan memperluas jejaring usaha industri kreatif Memperkuat Kerjasama Quartet Helix MoU pemerintah & akademisi Rasio komunitas IK yang memiliki MoU dengan Akademisi terhadap total komunitas IK sebanyak 10% MoU pemerintah dan asosiasi Rasio asosiasi IK yang memiliki MoU dengan Pemerintah terhadap total Asosiasi IK sebanyak 100% MoU antar pemerintah dan pelaku bisnis Rasio pelaku bisnis IK yang memiliki MoU dengan Pemerintah terhadap total pelaku bisnis IK sebanyak 10% Memperkuat Jejaring Usaha IK MoU Insan Kreatif (Bisnis) dan Rasio pelaku bisnis IK yang memiliki MoU dengan Pedagang/penyuplai Bahan Baku Penyedia Bahan Baku terhadap total pelaku bisnis IK sebanyak 10% MoU Insan Kreatif (Bisnis) dan Pedagang/eksportir Rasio pelaku bisnis IK yang memiliki MoU dengan Eksportir terhadap total pelaku bisnis IK sebanyak 10% Langkah Terdapat MoU Pemerintah dan Akademisi Terdapat 1 MoU Pemerintah dan Asosiasi Terdapat MoU Pemerintah dan Pelaku Bisnis Terdapat MoU Pelaku Bisnis dan Penyedia Bahan Baku Terdapat MoU Pelaku Bisnis dan Penyedia Bahan Baku Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Invetrasisasi akademisi, asosiasi, dan komunitas 2015 Waktu Fasilitasi pembuatan MoU Quartet Helix 2016 Sumber Pembiayaan Dana Swasta Pendataan jenis MoU 2016 Pelaku Utama Tim Koordinasi Legitimati MoU oleh pemerintah SKPD Terkait 7 7

8 Tujuan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun IKK-6 R&D Industri Kreatif 5 bidang (33,33%), 6 bidang (40%), 4 bidang (26,66%) Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian 50% Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Memperkuat daya saing produk industri kreatif Memunculkan ciri khas (keunikan) produk IK Penelitian dan Pengembangan Ciri Khas Produk IK Rasio IK yang teridentifikasi Ciri Khas dengan IK yang dikembangkan sebanyak 100% Mengembangkan diversifikasi Produk IK Penelitian dan Pengembangan Diversifikasi Ratio Bidang IK yang memiliki diversifikasi Produk dengan total bidang IK yang ada sebenyak 100% Sistem Riset & Development untuk insan Ratio jumlah insan kreatif yang terlibat dalam kreatif R&D dibandingkan dengan jumlah insan kreatif yang ada sebanyak 50% Mendorong Pembaharuan Budaya Pilot Project Budaya Tandingan Ratio jumlah pilot projek menghasilkan 100% variteas (diversifikasi) produk baru Teridentifikasi 15 Bidang IK dengan ciri khasnya Terdapat 15 bidang IK yang memiliki bentuk diversifikasi baru Terdapat insan kreatif yang partisipasi terhadap R & D sebanyak jiwa Terdapat Turunan Ik sebanyak 1000 produk hasil dari pilot project Tersedianya perangkat peraturan dan dukungan pada pengembangan R & D Langkah Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Membuat Suatu Acara Riset & Development 2015 Waktu Membangun gedung dan infratsruktur R & D 2016 Sumber Pembiayaan APBD Menyediakan tenaga ahli dan peralatan R & D 2016 Pelaku Utama Tim Koordinasi Menyediakan perangkat peraturan R & D 2016 SKPD Terkait Pelaksanaan R & D

9 IKK-7 Pembiayaan Tujuan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian 50% Industri Kreatif 5 bidang (33,33%), 6 bidang (40%), 4 bidang (26,66%) Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Meningkatan kesejahteraan insan kreatif Penguatan akses keuangan berbasis kreativitas Penguatan akses keuangan berbasis lembaga keuangan Arisan Komunitas Kreatif Koperasi Industri Kreatif Rekening kreatif/frenscise KUR Prioritas Bank Prioritas Insan kreatif mampu menyelenggarakan komunitas dan bank bersedia membantu pembiayaan Kebutuhan Sumberdaya Rasio jumlah komunitas yang menyelenggarakan arisan permodalan dengan jumlah komunitas sebanyak 100% Rasio jumlah koperasi dengan jumlah komunitas sebesar 10% Rasio jumlah investor terjaring dengan jumlah insan kreatif sebesar 20% Rasio jumlah insan kreatif yang menerima Prioritas KUR sebanyak 20% Rasio jumlah insan kreatif yang menerima Bantaun Keuangan Prioritas dari bank sebanyak 10% Langkah Terdapat 1600 komunitas yang menyelenggarakan arisan IK Terdapat 160 koperasi IK Terdapat unit investasi (frencise) IK Terdapat Insan Kreatif yang menerima bantuan Priotitas KUR Terdapat Insan Kreatif yang menerima bantuan Prioritas dari Bank Rencana Pelaksanaan Pembentukkan komunitas industri kreatif Waktu Pembentukan koperasi Biaya Fasilitasi komunitas Fasilitasi Kemudahan untuk pengajuan Kredit Usaha Pelaku Utama Pelaku Bisnis, Akademisi Rakyat (KUR) Tim Koordinasi Pengembangan Industri Daerah Fasilitasi Kemudahan untuk pengajuan Kredit pada Bank

10 Tujuan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun IKK 8 Bantuan Teknis Industri Kreatif 5 bidang (33,33%), 6 bidang (40%), 4 bidang (26,66%) Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian 50% Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Pengembangan bantuan teknis bagi insan kreatif Meningkatkan Paritipasi Akademisi untuk pengembangan IK Pengembangan unit bantuan teknis IK Meningkatkan Paritipasi Asosiasi untuk pengembangan IK Akademisi Mendampingi Rasio pendampingan oleh akademisi terhadap jumah komunitas Ik sebanyak 100% Advice Akademisi Rasio jumlah akademisi komit IK yang melaksanakan pelayanan konsultasi terhadap jumlah akademisi sebanyak 20% Pendampingan Rasio pendampingan oleh Unit Bantuan Teknis terhadap jumah komunitas Ik sebanyak 100% Konsultasi Rasio jumlah Unit Bantuan Teknis yang melaksanakan pelayanan konsultasi terhadap jumlah Unit Bantuan Teknis sebanyak 100% Asosiasi Mendampingi Rasio pendampingan oleh Asosiasi pada komunitas Ik terhadap total komunitas IK sebanyak 100% Advice Asosiasi Rasio jumlah Insan Kreatif yang mendapatkan pelayanan advice dari Asosiasi sebanyak 20% Terdapat pendampingan yang dilakukan oleh akademisi Terdapat pelayanan infromasi (advive) yang dilakukan oleh akademisi Terdapat pendampingan yang dilakukan oleh Unit Bantuan Teknis Terdapat 100 pelayanan infromasi (advive) yang dilakukan oleh Unit Bantuan Teknis Terdapat pendampingan yang dilakukan oleh Unit Bantuan Teknis Terjaring insa kreatif yang mendpatkan advice dari Asosiasi Tersedianya tenaga ahli yang membimbing dalam pendidikan & pelatihan serta pendampingan dan penguatan kerjasama dengan akademisi Langkah Kebutuhan Sumberdaya Penyediaan informasi kebutuhan konsultasi dan pendampingan 2016 Waktu Mengajak akademisi, asosiasi untuk terlibat dalam program 2016 pendampingan Sumber Pembiayaan CSR, APBD Penjaringan ketersedian akademisi dan asosiasi 2016 Pelaku Utama Tim Koordinasi, Akademisi, Asosiasi Pelaksanaan program advice, pendapingan dan diklat SKPD Terkait Rencana Pelaksanaan 7 10

11 Tujuan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun IKK - 9 Sistem Informasi Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian 50% Industri Kreatif 5 bidang (33,33%), 6 bidang (40%), 4 bidang (26,66%) Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Meperkuat dan memperluas jejaring infromasi industri kreatif Menumbuhkan centra informasi komunitas Menumbuhkan centra informasi akademisi Menumbuhkan centra informasi marketing Rembug Komunitas Rembug Asosiasi-Komunitas Akademisi berbagi sim-card kreatif Informatika kreatif Kreatif sign Ratio jumlah komunitas yang melakukan rembug secara rutin dengan jumlah komunitas sebanyak 100% Ratio jumlah Asosiasi-komunitas yang melakukan rembug dan jdawal rembuh yang telah disepakati sebanyak 100% Rasio insan kreatif yang hadiri pameran pilot project ekonomi kreatif oleh akademis sebanyak 30% Rasio insan kreatif yang memiliki sim-card kreatif dengan jumlah insan kreatif sebanyak 20% Rasio insan kreatdi yang dapat mengakses internet sebanyak 20% Rasio daya tampung tamu /pengunjung dengan jumlah pengunjung yang hadir pada sentra informasi sebanyak 30% Langkah Terdapat rembug komunitas IK Terdapat 10 rembug Asosiasi-komunitas IK Terdapat 1000 pilot project yang di pamerkan Terjaring anggota yang masuk dalam komunitas Ik yang diprakarsai oleh Akademisi Terdapat jejaring informasi (internet) penghubung Insan Kreatif dan Akademisi Terdapat 30 sentra Informasi IK Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Menjaring rembung komunitas Waktu Menajring rembug asosiasi-komunitas Sumber Pembiayaan APBD, Swasta Menjaring akademisi berbagi Pelaku Utama Tim Koordinasi, Asosiasi, Akademisi Pengembangan sistem informasi SKPD Terkait 7 11

12 Tabel 7.1 Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung Tahun (Terlampir) 7 12

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Penduduk dalam menjalankan aktivitas dan usaha ekonomi telah mengalami transformasi, hal ini sesuai dengan perkembangan daerahnya dan wilayahnya. Pada tahun 50 70-an

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG 2014-2019 1. Pendahuluan PENYAJIAN 2. Kebijakan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 8 TATA KELOLA 8.1. KELEMBAGAAN EKONOMI KREATIF

BAB 8 TATA KELOLA 8.1. KELEMBAGAAN EKONOMI KREATIF BAB 8 TATA KELOLA 8.1. KELEMBAGAAN EKONOMI KREATIF Mewujudkan pembangunan industri Kreatif agar mencapai kondisi yang mapan memerlukan dukungan dan kerjasama semua pihak. Konsep dasar dalam mewujudkan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini menginstruksikan: Kepada : 1. Menteri

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan

Lebih terperinci

5.1. PELUANG PENYEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENDUKUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG

5.1. PELUANG PENYEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENDUKUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG BAB 5 ANALISIS EKONOMI KREATIF 5.1. PELUANG PENYEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENDUKUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG 5.1.1. Potensi Industri Pengolahan Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian, semoga bermanfaat. Bandung, Nopember PT. Metro Network Solutions

KATA PENGANTAR. Demikian, semoga bermanfaat. Bandung, Nopember PT. Metro Network Solutions KATA PENGANTAR Mencapai tahap kemapanan ekonomi kreatif memerlukan visi dan strategi yang diikuti oleh langkah-langkah nyata oleh semua pihak yang terkait. Percepatan pencapaian tahap kemapanan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENJA DISKOP.UKM LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN RENJA DISKOP.UKM LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembentukan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 8 Tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah kota Prabumulih,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis perekonomian global yang dampaknya dirasakan oleh seluruh dunia saat ini. Tidak ada satu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Strategi Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Hasil kajian Tim Inisiasi ( taskforce) Ekonomi Kreatif Propinsi Jawa Barat 2011, bersama Bappeda Jawa Barat, dimana penulis terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi Indonesia mengalami perubahan. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor pertanian. Namun seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rencana pengembangan industri kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya evaluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan A. Dari hasil Analisa Input Output 1. Dari analisa input output yang dilakukan, maka nilai Industri Kreatif di DKI Jakarta pada Tahun 2007 memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu permasalahan yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak. Hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NO INDIKATOR INDIKATOR KINERJA BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN KONDISI KINERJA AWAL TARGET CAPAIAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 KONDISI AKHIR TAHUN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Tertib administrasi pembangunan

Lebih terperinci

PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016

PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016 PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016 Komisi: II (Pelibatan Publik dan Penguatan Kerjasama Pusat dan Daerah dalam Membangun Ekosistem Bidang Cagar Budaya dan Permuseuman) Sub Komisi: II A dan B

Lebih terperinci

LAMPIRAN I.2 : KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN U K M. JUMLAH ( Rp. ) ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN

LAMPIRAN I.2 : KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN U K M. JUMLAH ( Rp. ) ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN LAMPIRAN I.2 : PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RINCIAN LAPORAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAERAH DAN PEMBIAYAAN TAHUN 2014 PERIODE BULAN : DESEMBER

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian. Tahun 2013

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian. Tahun 2013 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian Tahun 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN TAHUN 2013 No. A SASARAN INDIKATOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan menjadikan segala sektor di Indonesia mengalami persaingan yang lebih ketat terutama sektor industri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN rencana kinerja tahunan (rkt) sekretariat ditjen.perkebunan tahun 2015 1 rencana

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya 2012 2013 2014 2012 2013 2014 305,2

Lebih terperinci

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu untuk menggunakan kekreatifitasannya untuk menjadi lebih unggul dibandingkan para pesaing. John Howkins

Lebih terperinci

PEGUKURAN KINERJA KEGIATAN

PEGUKURAN KINERJA KEGIATAN PEGUKURAN KINERJA KEGIATAN SKPD : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM DIY Tahun : 2014 No. Sasaran strategis Indikator Program/Kegiatan Anggaran Kinerja Realisasi Fisik Keuangan % % KOPERASI

Lebih terperinci

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK Industri kreatif telah membuktikan proporsi kontribusinya yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini, industri memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Khususnya di Indonesia yang sering di bahas oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian semakin cepat seiring dengan munculnya potensi ekonomi baru yang mampu menopang kehidupan perekonomian masyarakat dunia. Pada awalnya

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH KEGIATAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN SENTRA INDUSTRI ANEKA TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman saat ini yang ada di Indonesia telah banyak sekali pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi pengembangan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas persaingan di kalangan industri atau dunia bisnis. Setiap perusahaan dituntut untuk semakin

Lebih terperinci

Industri Kreatif Jawa Barat

Industri Kreatif Jawa Barat Industri Kreatif Jawa Barat Dr. Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2007 Daftar Isi Pengantar Industri Kreatif Asal-usul

Lebih terperinci

Program Pelayanan Meningkatnya KPPTSP 12 bulan 488,445, ,308,380

Program Pelayanan Meningkatnya KPPTSP 12 bulan 488,445, ,308,380 TABEL VII Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2017 dan Prakiraan Maju Tahun 2018 Kota Banda Aceh Nama SKPD : Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Lembar 1 dari 5 Rencana Tahun 2017

Lebih terperinci

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah kesenjangan sosial ekonomi dimasyarakat. Sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah kesenjangan sosial ekonomi dimasyarakat. Sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang berupaya dalam menyelesaikan masalah kesenjangan sosial ekonomi dimasyarakat. Sektor pendapatan terbesar negara ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa Koperasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan Kabupaten Bima disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk merencanakan berbagai kebijaksanaan dan strategi percepatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan global dalam transformasi ekonomi, baik secara regional maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu dari era pertanian

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

TABEL 3.3 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN DISDUKCASIP KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2015

TABEL 3.3 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN DISDUKCASIP KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2015 TABEL 3.3 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN DISDUKCASIP KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2015 Kode 01 01 Kegiatan penyediaan jasa surat menyurat Jumlah materai dan perangko yang

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA Sumarno Dwi Saputra Fakultas Ekonomi UNISRI Surakarta ABSTRAK Modal utama dalam menghadapi era globalisasi adalah keatifitas. Untuk membentuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN III : PERATURAN DAERAH NOMOR : 1 TAHUN 2014 TANGGAL : 29 JANUARI 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi negara merupakan suatu hal yang sangat penting karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih baik untuk dicapai sehingga

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) (RENJA TAHUN 2016 DINAS KOPERASI, UKM PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN GRESIK

RENCANA KERJA (RENJA) (RENJA TAHUN 2016 DINAS KOPERASI, UKM PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA (RENJA) (RENJA TAHUN 2016 DINAS KOPERASI, UKM PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN GRESIK Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo 245 Telp. (031) 3956708, 395709 / Fax. (031) 3956710 KEPUTUSAN KEPALA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG EKONOMI KREATIF

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG EKONOMI KREATIF DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG EKONOMI KREATIF Jakarta, 2015 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA -----------

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN SEKTOR RIIL DAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2017

RENCANA KERJA (RENJA) SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2017 RENCANA KERJA (RENJA) SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2017 SKPD : Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi. No Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program/Kegiatan Lokasi (Kab/Kota,Kec, Desa/Kel)

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KOPERASI USAHA KECIL MENENGAH PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ,949,470,000

RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KOPERASI USAHA KECIL MENENGAH PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ,949,470,000 RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KOPERASI USAHA KECIL MENENGAH PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 No. A SEKRETARIAT 1,949,470,000 1) Program Pelayanan Administrasi 1,082,400,000

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. analisis data tentang pemberdayaan industri kecil gitar di desa Mancasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. analisis data tentang pemberdayaan industri kecil gitar di desa Mancasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dalam bab ini akan disajikan kesimpulan dari hasil penelitian dan analisis data tentang pemberdayaan industri kecil gitar di desa Mancasan Kabupaten Sukoharjo.

Lebih terperinci

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015 PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015 LEMBAGA LAYANAN PEMASARAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH www.smescoindonesia.com www.smescotrade.com RAPAT KOORDINASI NASIONAL PEMBERDAYAAN KOPERASI

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Program Utama Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai visi misi Kantor Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal maka ditentukan oleh ketersedian anggaran

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI. Variabel (Bobot) 1.Status Badan Hukum (30)

INSTRUMEN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI. Variabel (Bobot) 1.Status Badan Hukum (30) FORM 5 INSTRUMEN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI No 1. Administrasi Kelembagaan (Bobot:200) 1.Status Badan Hukum (30) a. Sudah Berbadan Hukum b. Dalam Proses Badan Hukum 10/10x 30 = 30

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki keanekaragaman seni dan budaya. Hal ini yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan secara efisien dan efektif

Lebih terperinci

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA -------------------------------------------------------------------------------- I. Gambaran Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1990-an, dimulailah era baru ekonomi dunia yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, era tersebut populer dengan sebutan ekonomi kreatif atau industri

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

RENCANA AKSI DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2017

RENCANA AKSI DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2017 RENCANA AKSI DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2017 URAIAN KEGIATAN TARGET RENCANA AKSI TARGET RENCANA AKSI TRIWULAN I II III IV ANGGARAN PENANGGUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN 2015 DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVNSI LAMPUNG

RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN 2015 DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVNSI LAMPUNG RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN 0 DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVNSI LAMPUNG No Sasaran Strastegis 6 7 8 9 0 () () () () (9) (0) () () I. Melestarikan dan Pengembangan nilainilai budaya lokal

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. produktif, adaptasi produk, kapasitas produksi, dokumen ekspor, dan biaya

BAB VI PENUTUP. produktif, adaptasi produk, kapasitas produksi, dokumen ekspor, dan biaya BAB VI PENUTUP 1.1. Kesimpulan Dalam menghadapi MEA, pemerintah Indonesia mempersiapkan UMKM agar mampu bersaing dan memanfaatkan peluang MEA. Kesiapan UMKM dalam menghadapi MEA dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASER, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

18,834,337,021 9,954,964, % % 5,397,317, % % 4,557,646, % %

18,834,337,021 9,954,964, % % 5,397,317, % % 4,557,646, % % Laporan Realisasi Program/Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2014 Dinas Komunikasi Informatika dan Pengolahan Data Elektronik Provinsi Riau Bulan Oktober 2014 TOTAL PAGU ANGGARAN (TIDAK LANGSUNG & LANGSUNG)

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP PRIORITAS 11 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANGKEBUDAYAAN, KREATIVITAS DAN INOVASI Pengembangan dan perlindungan kebhinekaan budaya, karya seni, dan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM 4.1 Latar Belakang Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Sebagai suatu lembaga pendidikan, IPB memiliki visi dan misi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KEGIATAN DINAS KOPERASI DAN UKM KOTA AMBON KOTA AMBON TAHUN 2014

RENCANA KERJA KEGIATAN DINAS KOPERASI DAN UKM KOTA AMBON KOTA AMBON TAHUN 2014 RENCANA KERJA KEGIATAN DINAS KOPERASI DAN UKM KOTA AMBON KOTA AMBON TAHUN 2014 A PROGRAM DAN KEGIATAN TIAP SKPD 01 Program Pelayanan Administrasi Meningkatnya pelak- Perkantoran sanaan tugas dan pembangunan

Lebih terperinci

DINAS PERDAGANGAN TAHUN 2018

DINAS PERDAGANGAN TAHUN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERDAGANGAN TAHUN 2018 DINAS PERDAGANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Rancangan Rencana Kerja 2018 Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 8 2016 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 08 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BEKASI,

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS Menuju. Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro

PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS Menuju. Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS 2015 2019 Menuju Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro Latar Belakang Visi ITS menjadi perguruan tinggi dengan reputasi internasional dalam ilmu

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN PERFILMAN JAWA TIMUR

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN PERFILMAN JAWA TIMUR - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN PERFILMAN JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016

PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016 PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016 Komisi: 3 Sub Komisi: Sejarah Identifikasi Masalah Gagasan Solutif Rencana Prioritas Kesepakatankesepakatan Pendataan 1. Kurangnya Tenaga Ahli 2. Kurangnya

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM Strategi dan perencanaan program disusun berdasarkan permasalahanpermasalahan yang muncul pada dan potensi yang dimiliki oleh. Program disusun oleh berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

a. PROGRAM DAN KEGIATAN

a. PROGRAM DAN KEGIATAN 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pengembangan perindustrian tidak terlepas dari pengaruh perkembangan lingkungan strategis yaitu pengaruh perkembangan global, regional dan nasional. Untuk itu pembangunan industri

Lebih terperinci