LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH (KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH (KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY)"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH (KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY) PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN DAERAH 2007

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... SAMBUTAN BUPATI BANDUNG... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii vi x BAB 1. PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Tujuan... I Sasaran... I Ruang Lingkup Wilayah... I-4 BAB 2. KERANGKA PEMIKIRAN... II-1 BAB 3. TINJAUAN KEBIJAKAN... III Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang... III Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bandung Tahun III Visi Kabupaten Bandung... III Misi Kabupaten Bandung... III Prioritas Pembangunan Daerah di Kabupaten Bandung... III Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung III Rencana Struktur Tata Ruang Kota... III Rencana Pola Pemanfaatan Ruang... III Rencana Pengembangan Sarana Transportasi... III Pengendalian... III Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR) Kota Ciwidey III Struktur Pusat-pusat Pelayanan... III Rencana Pemanfaatan Ruang... III Rencana Moda Angkutan Umum... III Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah) (RIPPDA) Kabupaten Bandung III Arah Kebijakan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung... III Rencana Pengembangan Pariwisata Partisipatif... III Rencana Pembangunan Kawasan Lingkungan (Kawasan Agro Ciwidey)... III-19 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah i

3 BAB 4. METODOLOGI... IV Metode Pendekatan... IV Metoede Analisis... IV Metode Analisis Kesesuaian Lahan... IV Metode Partisipatif... IV Analisis Perkembangan Wilayah... IV Keterkaitan Biofisik Tata Ruang... IV-18 BAB 5. GAMBARAN UMUM... V Batas Administrasi Wilayah dan Batas Fisik Kota... V Fisik Dasar... V Hidrologi... V Geologi/Bahan Induk... V Topografi... V Tanah... V Penggunaan Lahan... V Kependudukan... V Jumlah dan Persebaran Penduduk... V Jumlah Angkatan Kerja... V Struktur Mata Pencaharian Penduduk... V Tingkat Pendidikan Penduduk... V Kondisi Perekonomian... V Pertumbuhan dan Struktur Ekonomi Regional... V Pemusatan Ekonomi Penduduk... V Keterkaitan Sektor Pertanian, Industri dan Perdagangan... V Kondisi Sarana dan Prasarana... V Sarana Pendidikan... V Sarana Kesehatan... V Air Bersih... V Sarana Peribadatan... V Sarana dan Prasarana Informasi dan Telekomunikasi... V Perdagangan dan Jasa... V Koperasi... V Transportasi... V Pertanian... V Rantai Tata Niaga Komoditas Unggulan... V-61 BAB 6. POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN... VI Kesesuaian Lahan... VI Komoditas Unggulan Partisipatif... VI Sub Sektor dan Jenis Komoditas... VI Sebaran Jenis Komoditas... VI Komoditas Unggulan Kawasan... VI Komoditas Unggulan Prioritas... VI Kajian per Komoditas Unggulan Prioritas... VI Permasalahan... VI Strategi Pelaksanaan... VI Analisis Finansial Komoditas Unggulan... VI Komoditas Unggulan... VI Home Industry... VI Pusat-Pusat Pertumbuhan Wilayah... VI-36 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah ii

4 Skalogram... VI Analisis SQ dan SSA... VI Dinamika Kependudukan... VI Kecamatan Ciwidey... VI Kecamatan Rancabali... VI Kecamatan Pasirjambu... VI Aksesibilitas Wilayah... VI Kondisi Jalan... VI Moda Angkutan Umum... VI Lalu Lintas... VI Aksesibilitas Informasi dan Komunikasi... VI-63 BAB 7. RENCANA PENGEMBANGAN 7.1. Penetapan Zona Pengembangan... VII Penetapan Pusat-Pusat Pengembangan... VII Rencana Pengembangan Aksesibilitas Wilayah... VII Kesimpulan... VII Penutup... VII-11 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah iii

5 DAFTAR TABEL No. Teks Halaman 3.1 Pengendalian Pemanfaatan Ruang per WP... III Daftar Peserta Pelatihan... IV Sebaran Sumber Daya Manusia pada Proses Pelaksanaan.. IV Jadwal Pelaksanaan RRA dan FGD tiap Desa... IV Jenis dan Kriteria Penetapan Kawasan Budidaya Berdasarkan Undang-undang No. 47 Tahun Pemanfaatan Ruang dan Kesesuaiannya untuk Kegiatan Pertanian... IV-19 IV Alokasi Ruang dan Kesesuaiannya untuk Kegiatan Pertanian IV Interaksi Matriks Penggunaan Lahan dan Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang... IV Luas Wilayah per Desa... V Jumlah Curah Hujan di Daerah Penelitian... V Temperatur Rata-rata,Maksimum dan Minimum Daerah Cirata dan pada Ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut Sebaran Bahan Induk di Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Bentuk Wilayah Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Sebaran Landform Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Legenda Peta Tanah Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun V Jumlah dan Persebaran Penduduk Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun V Kepadatan Penduduk Rata-rata per Desa Kawasan Agropolitan Ciwidey (jiwa/ha) Tahun V Jumlah Angkatan Kerja per Kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Persentase Angkatan Kerja per Kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Jumlah Angkatan Kerja Kawasan Agropolitan Ciwidey Menurut Kelompok Umur... V-27 V-6 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah iv

6 Lanjutan Daftar Tabel No. Teks Halaman Persentase Angkatan Kerja Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Jumlah Penduduk per Lapangan Usaha... V Persentase Penduduk per Lapangan Usaha... V Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun V Jumlah Unit Sekolah (Sekolah Negeri dan Swasta) di Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 (jiwa)... V PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan Tahun (juta rupiah)... V PDRB Kabupaten Bandung Atas Harga Konstan (juta rupiah) Tahun V PDRB Kecamatan Sektor Kegiatan Atas Dasar Harga Konstan (juta Rp) Tahun V Distribusi Persentase PDRB Kecamatan Ciwidey Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006 (% persen)... V Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Ciwidey Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006 (% persen)... V Nilai LQ Ketiga Kecamatan Berdasar Lapangan Usaha di Kabupaten Bandung Tahun V Jumlah Sekolah (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun V Jumlah Lembaga Pendidikan/Keterampilan (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun V Jumlah Sarana Kesehatan (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun V Sumber Air Bersih untuk Minum Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun V Jumlah Sarana Peribadatan (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun V Jumlah Sarana dan Prasarana Infokom (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun V Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun V Jumlah Koperasi (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun V Jarak dan Waktu Tempuh Desa-Ibukota Kecamatan... V-51 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah v

7 Lanjutan Daftar Tabel No. Teks Halaman Kondisi Aksesibilitas di Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Kondisi Kelas Jalan di Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Perbandingan Volume Lalu-Lintas (smp/jam) Tahun V Perbandingan Pertumbuhan Volume Lalu-Lintas (%) Tahun V Jumlah Kendaraan (unit) per Jenis... V Persentase Kendaraan (%) per Jenis... V Rata-Rata Produksi Komoditas Pertanian (Kw/Ha) di Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Komoditas dan Kelas Kesesuaian Lahan... VI Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan... VI Kelas Kesesuaian Lahan di Kawasan Agropolitan... VI Matriks Sebaran Jenis Komoditas per Desa... VI Luas Areal, Mulai Dikelola, dan Jasa Wisata... VI Pengelolaan dan Perawatan... VI Jumlah Pengunjung... VI Matriks Masalah per Komoditas... VI Analisis Finansial dari Berbagai Komoditas Unggulan Kawasan Agropolitan Ciwidey... VI Hasil Analisis Skalogram Kawasan Agropolitan Ciwidey... VI Pola Pemusatan Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Pola Pemusatan Berdasarkan Luas Tanam Hortikultur dan Palawija Tahun 2006 Kawasan Agropolitan Ciwidey Pola Pemusatan Komoditas Berdasarkan Luas Panen Hortikultura dan Palawija Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun Nilai Shift share Analysis Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun Nilai Shift share Analysis Luas Tanam Hortikultura Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun Nilai Shift Share Analisis Luas Panen Hortikultura Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun Luas Kegiatan per Zone Pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey... VI-42 VI-44 VI-45 VI-47 VI-50 VI-51 VII-2 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah vi

8 Lanjutan Daftar Tabel No. Teks Halaman 7.2. Luas Kegiatan per Zone Pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey Pembagian Zona Pengembangan I di Kawasan Agropolitan Ciwidey Matriks Kebijakan, Strategi, Indikasi Program Pengembangan Komoditas... VII-4 VII-5 VII Matriks Kebijakan, Strategi, Indikasi Program Tata Ruang... VII-18 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah vii

9 DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1.1. Peta Situasi Lokasi Studi.. I Pendekatan Permasalahan.. II Rencana Struktur Ruang Kota Kabupaten Bandung.. III Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bandung.. III Rencana Peningkatan Pembangunan Terminal dan Pengembangan Sarana Angkutan Massal Tahun III Kerangka Pendekatan... IV Proses Kajian Lapang Komoditas Unggulan. IV Peta Administrasi Kawasan... V Peta Sebaran Bahan Induk Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Peta Kemiringan Lereng Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Peta Jenis Tanah Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Peta Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Ciwidey... V Persentase PDRB per Kecamatan di Ciwidey Tahun V Kontribusi PDRB per Sektor di Kecamatan Ciwidey Tahun V Kontribusi PDRB per Sektor di Kecamatan Rancabali Tahun V Kontribusi PDRB per Sektor di Kecamatan Pasirjambu Tahun V Rata-rata Produksi Padi Sawah (Kw/Ha)... V Rata-rata Produksi Padi Ladang (Kw/Ha)... V Rata-rata Produksi Palawija (Kw/Ha)... V Rata-rata Produksi Hortikultura (Kw/Ha)... V Rantai Tata Niaga Komoditas Hortikulutura... V Rantai Tata Niaga Komoditas Strawberry... V Rantai Tata Niaga Komoditas Padi Sawah... V Rantai Tata Niaga Komoditas Teh Rakyat... V Jumlah Jenis Komoditas Unggulan untuk Setiap Sub Sektor Agribisnis... VI Sebaran Komoditas Unggulan per Desa... VI Sebaran Komoditas Unggulan per Sub-Sektor Agribinis... VI Jumlah Jenis Komoditas yang Menjadi Prioritas di Kawasan Ciwidey... VI Strategi Pelaksanaan... VI Analisis Tujuan... VI-30 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah viii

10 Lanjutan Daftar Gambar No. Teks Halaman 6.7. B/C Ratio Rata-rata Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey L/R Rata-rata Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey Analisis B/C Ratio Home Industry di Kawasan Agropoliitan Ciwidey... VI-32 VI-32 VI Peta Hirarki Desa... VI Pertumbuhan Penduduk di Kawasan Agropolitan Ciwidey... VI Pertumbuhan Penduduk di Tiga Kecamatan... VI Pertumbuhan Penduduk Desa di Kecamatan Ciwidey... VI Kepadatan Penduduk Desa di Kecamatan Ciwidey Tahun VI Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas per Tingkat Pendidikan di Kecamatan Ciwidey... VI Pertumbuhan Penduduk Desa di Kecamatan Rancabali... VI Kepadatan Penduduk Desa di Kecamatan Rancabali Tahun VI Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas per Tingkat Pendidikan di Kecamatan Rancabali... VI Pertumbuhan Penduduk Desa di Kecamatan Pasirjambu... VI Kepadatan Penduduk Desa di Kecamatan Pasirjambu Tahun VI Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas per Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pasirjambu... VI Persentase Kerusakan Jalan di Kecamatan Ciwidey... VI Persentase Kerusakan Jalan di Kecamatan Rancabali... VI-59 Persentase Kepemilikan Telepon Kabel per Keluarga Tahun VI Peta Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan Ciwidey Peta Struktur Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan Ciwidey... VII-5 VII-6 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah ix

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu misi pembangunan Kabupaten Bandung tahun adalah meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Bandung melalui pengembangan potensi ekonomi daerah. Hal ini telah tercantum dalam visi Kabupaten Bandung yaitu Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bandung yang Repeh Rapih Kertaraharja, melalui Akselerasi Pembangunan Partisipatif yang Berbasis Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan, dengan Berorientasi pada Peningkatan Kinerja Pembangunan Desa. Sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun Kabupaten Bandung merupakan daerah yang memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi terutama pada sektor pertanian dan industri, sehingga paradigma pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung harus dititikberatkan pada keselarasan pengembangan pertanian yang kuat dengan industri yang maju dengan bertumpu pada pengembangan potensi sumberdaya lokal. Selain itu, pengembangan potensi ekonomi daerah juga harus membuka ruang bagi terciptanya demokrasi ekonomi yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan. Pemanfaatan dan pengembangan potensi ekonomi daerah sesuai sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Bandung merupakan salah satu kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Pengembangan pertanian (agribisnis) merupakan salah satu kekuatan inti (core business) perekonomian daerah yang secara alami mempunyai prospek tidak dalam skala lokal dan regional, namun harus mampu bersaing dalam skala nasional maupun internasional. Salah satu yang menjadi core pembangunan perdesaan dan pertanian di Indonesia saat ini adalah konsep agropolitan. Sejak ditetapkannya 8 kawasan perintis agropolitan tahun 2002, konsep ini semakin dikenal oleh banyak daerah. Konsep ini semakin diperkuat dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 26 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah I - 1

12 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (sebagai revisi Undang-Undang 24 Tahun 1992). Pengembangan kawasan pertanian di Kabupaten Bandung diprioritaskan pada kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan agropolitan, melalui kegiatan: (1) Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian yang dilakukan dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien dan menguntungkan serta berwawasan lingkungan (2) Penguatan kelembagaan petani (3) Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengolahan hasil, pemasaran dan penyedia jasa), (4) Pengembangan kelembagaan penyuluh pembangunan terpadu (5) Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi (6) Peningakatan sarana dan prasarana umum (7) Peningkatan sarana dan prasarana kesejahteraan sosial Sehubungan dengan itu, kegiatan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Bandung diperlukan sebagai dasar perencanaan pembangunan pertanian, khususnya menyangkut keterpaduan kegiatan pembangunan infrastruktur yang mendukung terhadap peningkatan produksi pertanian agar memiliki daya saing dan bernilai jual tinggi. Penyusunan masterplan pengembangan kawasan agropolitan pertama kali dilaksanakan di Kabupaten Bandung tahun 2006, yaitu Kawasan Agropolitan Pangalengan. Pada tahun 2007 dilakukan penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey, yang meliputi tiga kecamatan yaitu: (1) Kecamatan Ciwidey; (2) Kecamatan Pasirjambu; dan (3) Kecamatan Rancabali. Hasil pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey diharapkan dapat mewujudkan: (1) Keberimbangan pembangunan per kawasan; dan (2) Pembangunan perdesaan yang berbasis pertanian. Hasil masterplan tersebut diharapkan dapat menjadi arahan bagi penyelenggara pengembangan agribisnis secara menyeluruh dan terpadu yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan, dan kebutuhan nyata serta dapat mengakomodasi aspirasi masyarakat tumbuh dan berkembang. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah I - 2

13 1.2. Tujuan Tujuan kegiatan pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey ini adalah menyusun Masterplan Pembangunan Kawasan Agropolitan Ciwidey yang dipergunakan sebagai kerangka acuan dan panduan bagi wilayah Kabupaten Bandung, khususnya pengembangan kawasan agropolitan di wilayah Ciwidey (Kecamatan Ciwidey, Pasirjambu dan Rancabali) Sasaran Sasaran yang akan dicapai melalui penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey ini adalah: 1. Teridentifikasinya permasalahan tata ruang kawasan studi 2. Teridentifikasinya potensi kawasan pada masing-masing wilayah yang termasuk ke dalam wilayah studi Kawasan Agropolitan Ciwidey. 3. Teridentifikasinya komoditas unggulan di masing-masing daerah yang termasuk dalam wilayah studi Kawasan Ciwidey. 4. Teridentifikasinya sebaran pusat-pusat kegiatan yang meliputi pusat produksi, pusat permukiman, pusat perdagangan dan lain sebagainya yang tersusun dalam rangkaian orde kota-kota kecamatan di wilayah studi. 5. Teridentifikasinya aliran barang dan manusia di dalam kawasan studi (internal) dan interaksinya dengan kawasan di sekitarnya (eksternal). 6. Teridentifikasinya kebutuhan prasarana sistem jaringan infrastruktur wilayah yang meliput sistem transportasi, listrik, air bersih, drainase, air kotor dan telekomunikasi. 7. Teridentifikasinya sarana dan prasarana sosial ekonomi yang meliputi pusat kegiatan masyarakat (civic centre) seperti fasilitas perdagangan, pendidikan, kesehatan, keuangan, koperasi dan lembaga lainnya. 8. Teridentifikasinya kebutuhan sarana dan prasarana kegiatan ekonomi dan sosial 9. Tersusunnya struktur tata ruang kawasan studi. 10. Tersusunnya lokasi prioritas pengembangan pada tiap unit kawasan agropolitan berdasarkan potensi, masalah dan arahan pengembangannya. 11. Tersusunnya skenario pengembangan dan rencana tata ruang kawasan. 12. Tersusunnya skenario kawasan terpilih yang mencakup fungsi kawasan berdasarkan hierarki sistem pusat-pusat pengembangan (ordo-ordo kota Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah I - 3

14 kecamatan) yang didalamnya memuat fungsi kegiatan ekonomi, sosial, permukiman, sistem produksi, sistem sarana dan prasarana, sumberdaya air, komunikasi dan pemasaran lain sebagainya. 13. Tersusunnya memorandum (indikasi) program dalam perwujudan Kawasan Agropolitan Ciwidey dalam skala program pembangunan jangka menengah yang dijabarkan dalam kegiatan tahunan selama 5 (lima) tahun Ruang Lingkup Wilayah Pengembangan kawasan agropolitan pada intinya tidak terikat oleh batasan wilayah administratif, melainkan lebih ditekankan pada skala ekonomi dan struktur kawasannya. Sesuai dengan arahan kebijakan pembangunan wilayah Kabupaten Bandung, maka ruang lingkup lokasi penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey ini akan mencakup 3 (tiga) wilayah administrasi tingkat kecamatan, yang termasuk dalam wilayah barat daya Kabupaten Bandung yang meliputi: (1) Kecamatan Pasirjambu; (2) Kecamatan Ciwidey; dan (3) Kecamatan Rancabali. Wilayah-wilayah tersebut saat ini merupakan wilayah-wilayah yang berpotensi untuk pengembangan pertanian termasuk peternakan, perkebunan dan wisata (Peta situasi lokasi studi dapat dilihat pada (Gambar 1.1). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah I - 4

15 Laporan Akhir Soreang Ciwidey Rancabali Pasir Jambu Lokasi Studi Gambar 1.1. Peta Situasi Lokasi Studi Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah I-5

16 BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN Paradigma lama dalam pembangunan ekonomi yang lebih mengutamakan dominansi beberapa kelompok pelaku ekonomi ternyata tidak mampu menghasilkan fundamental perekonomian yang kuat. Eksistensi para pengusaha kecil di tengah krisis ekonomi memberikan bukti bahwa pengembangan ekonomi kerakyatan harus dilakukan untuk mendorong terbangunnya struktur perekonomian yang lebih tangguh dan stabil. Disisi lain otonomi daerah dapat mengakibatkan munculnya fenomena persaingan antar wilayah (inter regional competition), dimana pengukuran eksistensi suatu wilayah ditentukan berdasarkan kemampuannya menciptakan basis keunggulan wilayahnya masing-masing. Pertumbuhan ekonomi di daerah dapat dicapai melalui: 1) Kesuksesan menjual produk dan jasa di dalam dan di luar daerah. 2) Peningkatan pendapatan daerah melalui pendapatan ekspor yang didapat dari jual beli barang dan jasa. 3) Keterkaitan ekonomi yang efisien antara produsen, pedagang dan pasar di wilayah perdesaan dan perkotaan. Pengembangan ekonomi terpadu di setiap wilayah atau kawasan merupakan kebutuhan suatu daerah untuk mendayagunakan seluruh potensi dan sumber daya yang dimilikinya dengan jalan memadukan antara pendekatan berorientasi kepada sumberdaya (resources based oriented) dan pendekatan berorientasi kepada manusia (people centered approach). Usaha mengembangkan ekonomi daerah dimulai dari pemetaan kebutuhan dan kesempatan pasar. Untuk mengubah cara berpikir dan membangun kepercayaan diri masyarakat, dibutuhkan pendekatan-pendekatan kepada para stakeholder, pengusaha kecil, perusahaan swasta, pegawai pemerintah dan DPRD. Untuk memberdayakan kemitraan pemerintah-swasta-masyarakat, diperlukan pengembangan kapasitas yang dilakukan secara intensif, kontinyu dan komprehensif. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah II - 1

17 Pembangunan pertanian pada era otonomi daerah harus mampu berperan dalam: 1) Pemanfaatan sumber daya lahan secara optimal, 2) Peningkatan produktivitas lahan, 3) Peningkatan peran petani dalam pengelolaan sumber daya, 4) Peningkatan daya saing produk pertanian, 5) Mekanisme yang sehat dalam penentuan harga yang mencerminkan pembagian keuntungan secara adil di antara para pelaku agribisnis. Hal ini secara jelas terlihat pentingnya interaksi antara pembangunan ekonomi daerah dan kebijakan pemerintahan daerah. Bila tidak, harapan bahwa otonomi daerah bermakna peningkatan kesejahteraan masyarakat kemungkinan tidak akan menjadi kenyataan. Pembangunan pertanian dengan memperhatikan peran-peran tersebut akan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat petani, mengurangi tingkat pengangguran yang selama ini menjadi masalah utama dalam pembangunan wilayah. Pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan penguatan sentra-sentra produksi pertanian yang berbasiskan kekuatan internal mampu berperan sebagai kawasan/kluster pertumbuhan ekonomi yang mempunyai daya kompetensi inter dan intra regional. Permasalahan pengembangan pertanian pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok utama, yaitu: (1) Lemahnya posisi tawar petani; (2) Belum optimalnya pengelolaan SDA; (3) Rendahnya mutu SDM; dan (4) Ketersediaan Infrastruktur Penunjang (Gambar 2.1). Keberhasilan petani dalam peningkatan produksi ternyata tidak serta merta meningkatkan pendapatan usahatani. Nilai tambah ekonomi ternyata tidak hanya berasal dari usahatani tapi juga dari kegiatan off-farm nya. Dari paradigma pendekatan pembangunan ekonomi berbasis pertanian harus diubah, dari yang semula lebih banyak bertumpu pada pembangunan produksi (sub sistem budidaya), kepada pembangunan sistem agribisnis dimana seluruh sub-sistem agribisnis (budidaya, sarana-prasarana produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan jasa), dibangun secara silmutan dan harmonis. Penyusunan masterplan kawasan agropolitan pada kawasan agribisnis merupakan program pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agropolitan yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah II - 2

18 berdaya saing, berbasis kerakyatan berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Gambar 2.1. Pendekatan Permasalahan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah II - 3

19 BAB 3 TINJAUAN KEBIJAKAN Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey diarahkan pada: (1) keberimbangan pembangunan per kawasan; dan (2) pembangunan perdesaan berbasis pertanian. Sehubungan dengan hal tersebut, penyusunan masterplan ini mengacu pada: (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UU Penataan Ruang); (2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RJPMD) Kabupaten Bandung ; (3) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung ; Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTR) Kota Ciwidey ; dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Bandung Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007, kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Rencana tata ruang kawasan agropolitan merupakan rencana rinci tata ruang 1 (satu) atau beberapa wilayah kabupaten. Rencana tata ruang kawasan agropolitan memuat: a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan agropolitan; b. Rencana struktur ruang kawasan agropolitan yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan agropolitan; c. Rencana pola ruang kawasan agropolitan yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya; d. Arahan pemanfaatan ruang kawasan agropolitan yang berisi indikasi program utama yang bersifat interdependen antardesa; dan e. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan agropolitan yang berisi Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -1

20 arahan peraturan zonasi kawasan agropolitan, arahan ketentuan perizinan, arahan ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bandung Tahun Visi Kabupaten Bandung Berdasarkan potensi, permasalahan, dan peluang yang dimiliki Kabupaten Bandung dengan memperhatikan nilai-nilai visi daerah, aspirasi, dan dinamika yang berkembang pada masa kepemimpinan tahun , visi Kabupaten Bandung adalah: Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bandung yang Repeh Rapih Kertaraharja, melalui Akselerasi Pembangunan Partisipatif yang Berbasis Religius, Kultural, dan Berwasasan Lingkungan dengan Berorientasi pada Peningkatan Kinerja Pembangunan Desa Makna dari visi tersebut adalah: Repeh Rapih Kertaraharja adalah tujuan yang ingin dicapai yaitu suatu kondisi masyarakat Kabupaten Bandung yang hidup dalam keadaan aman, tertib, tenteram, damai, sejahtera, dan senantiasa berada dalam lindungan, bimbingan, dan rahmat dari Allah. Akselerasi Pembangunan atau Percepatan Pembangunan adalah segala upaya yang dilakukan untuk membuat proses pembangunan lebih cepat sehingga manfaatnya dapat langsung segera dirasakan oleh masyarakat. Percepatan pembangunan tersebut mengandung maksud menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi cepatnya pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di Indonesia Partisipatif merupakan pendekatan yang diterapkan dalam upaya pencapaian tujuan, dengan pengertian bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang sangat luas untuk berperan aktif dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan. Sesuai dengan paradigma kepemerintahan yang baik bahwa kedudukan masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai subjek yang turut menentukan arah pembangunan sesuai dengan prakarsa, tuntutan, kehendak dan kebutuhannya secara proporsional dan bertanggung jawab. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -2

21 Religius mengandung pengertian bahwa nilai-nilai, norma, semangat, dan kaidah agama, khususnya islam yang diyakini dan dianut serta menjadi karakter dan identitas mayoritas Kabupaten Bandung, harus menjiwai, mewarnai, menjadi ruh dan pedoman seluruh aktivitas kehidupan, termasuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, dengan tetap menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan hidup beragama. Kultural mengandung pengertian bahwa nilai-nilai budaya Sunda yang baik, melekat dan menjadi jati diri masyarakat Kabupaten Bandung, harus tumbuh dan berkembang seiring dengan laju pembangunan, serta menjadi perekat keselarasan dan stabilitas sosial. Pengembangan budaya Sunda tersebut dilakukan dengan tetap menghargai pluralitas kehidupan masyarakat secara proporsional. Berwawasan Lingkungan mengandung pengertian dan kepedulian yang tinggi terhadap keseimbangan alam dan kelestarian lingkungan yang didasari oleh kesadaran akan fungsi strategis lingkungan terhadap keberlangsungan kehidupan manusia. Daya dukung dan kualitas lingkungan harus menjadi acuan utama segala aktivitas pembangunan, agar tercipta tatanan kehidupan yang seimbang, nyaman, dan berkelanjutan Misi Kabupaten Bandung Untuk mewujudkan visi di atas, dirumuskan 8 (delapan) misi, yaitu: 1. Mewujudkan kepemerintahan yang baik; 2. Memelihara stabilitas kehidupan masyarakat yang aman, tertib, tenteram, dan dinamis; 3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia; 4. Meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat; 5. Memantapkan kesalehan sosial berlandaskan iman dan taqwa; 6. Menggali dan menumbuhkembangkan budaya sunda; 7. Memelihara keseimbangan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan; 8. Meningkatkan kinerja pembangunan desa. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -3

22 Prioritas Pembangunan Daerah di Kabupaten Bandung Di dalam pembangunan, manusia mempunyai kedudukan dan peranan sangat penting. Pada satu sisi, manusia adalah subjek pembangunan yang bertindak sebagai pelaku (stakeholders), pada sisi yang lain, manusia juga merupakan sasaran yang harus menikmati hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu, segala aktivitas pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Bandung pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kualitas manusia (human development). Sehubungan dengan pemikiran tersebut, pada hakekatnya perencanaan strategis pembangunan Kabupaten Bandung diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar manusia yang semuanya bermuara pada Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator keberhasilan pembangunan yang merupakan gabungan komposit dari tiga komponen pokok, yaitu pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat. Berdasarkan pada kondisi, permasalahan, potensi, dan peluang yang dimiliki Kabupaten Bandung, dengan tetap memandang semua bidang pembangunan dalam kedudukan yang penting, ditetapkan prioritas pembangunan sebagai berikut: 1. Peningkatan pemahaman nilai-nilai luhur agama dan budaya serta penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat dan berpemerintahan. 2. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas melalui peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, peningkatan kualitas dan kesejahteraan tenaga kependidikan, peningkatan sarana/prasarana pendidikan dan penuntasan wajar diknas 9 tahun. 3. Peningkatan perekonomian daerah, melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat (UMKM), revitalisasi pertanian, pengembangan industri manufaktur, dan pengembangan iklim usaha yang kondusif. 4. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat, melalui peningkatan kesadaran budaya sehat, peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, peningkatan sarana/prasarana kesehatan, dan perbaikan gizi masyarakat. 5. Peningkatan ketersedian dan kualitas infrastruktur sebagai upaya mendukung percepatan pembangunan, peningkatan keterpaduan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -4

23 pemanfaatan ruang kota dan pusat pertumbuhan, peningkatan gairah investasi serta aktivitas ekonomi lainnya. 6. Peningkatan kualitas, daya dukung dan daya tampung lingkungan serta pencegahan dini terhadap bencana. 7. Peingkatan kualitas pelayanan publik melalui peningkatan profesionalisme, efektivitas, dan efisiensi kinerja birokrasi, serta peningkatan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan. 8. Peningkatan optimalisasi pengawasan dan penegakan hukum berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan prinsip keadilan. 9. Peningkatan kinerja pembangunan desa, melalui peningkatan kapasitas pemerintahan desa, peningkatan keberdayaan masyarakat desa, pengembangan ekonomi dan pembangunan kawasan perdesaan, serta pengembangan alokasi dana desa (ADD) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung RTRW Kabupaten Bandung telah mengalokasikan pemanfaatan ruang secara rinci dalam: (1) Rencana Struktur Ruang Kota (Gambar 3.1); (2) Rencana Pola Pemanfaatan Ruang (Gambar 3.2); (3) Rencana Peningkatan, Pembangunan Terminal, dan Pengembangan Prasarana Angkutan Massal Tahun 2026 (Gambar 3.2). Sedangkan untuk Pengendalian Pemanfaatan Ruang tertera pada Tabel Rencana Struktur Ruang Kota Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -5

24 Struktur Ruang Kota Kabupaten Bandung NON WP MARGAHAYU -MARGAASIH Industri Non Polutif, Permukiman dan Jasa & Perdagangan NON WP CILENGKRANG - CIMENYAN Konservasi, Permukiman, Pertanian, Pariswisata dan Jasa & Perdagangan WP CILEUNYI - RANCAEKEK CILEUNYI (Rancaekek) Permukiman, Jasa & Perdagangan, Industri Non Polutif, Pertanian dan Konservasi WP SOREANG-KATAPANG SOREANG (Katapang, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali) Pemerintahan, Jasa & Perdagangan, Permukiman, Pertanian, Pariwisata dan Industri Non Polutif WP BANJARAN BANJARAN (Pangalengan, Cangkuang, Cimaung, Arjasari, Pameungpeuk) Industri Non Polutif, Jasa & Perdagangan, Permukiman, Pertanian, dan Pariwisata WP BALEENDAH BALEENDAH (Dayeuhkolot, Bojongsoang) Jasa & Perdagangan, Pertanian, Industri Non Polutif, Permukiman dan Pendidikan WP CICALENGKA CICALENGKA (Nagreg, Cikancung) Industri Non Polutif, Jasa & Perdagangan, Pertanian dan Permukiman WP MAJALAYA MAJALAYA (Ciparay, Solokanjeruk, Pacet, Kertasari, Paseh dan Ibun) Industri Non Polutif, Permukiman, Pertanian, Jasa & Perdagangan Gambar 3.1. Rencana Struktur Ruang Kota Kabupaten Bandung Sesuai dengan rencana struktur ruang , Kabupaten Bandung terbagi ke dalam beberapa WP (Wilayah Pengembangan) yaitu : 1. WP Soreang-Katapang dengan pusat Kota Soreang, meliputi Kecamatan Soreang, Katapang, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali. 2. WP Banjaran dengan pusat Kota Banjaran, meliputi Kecamatan Banjaran, Pameungpeuk, Cangkuang, Arjasari, Cimaung, Pangalengan. 3. WP Baleendah dengan pusat Kota Baleendah, meliputi Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang. 4. WP Majalaya dengan pusat Kota Majalaya, meliputi Kecamatan Majalaya, Ciparay, Solokanjeruk, Pacet, Kertasari, Paseh, dan Ibun. 5. WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat kota Cileunyi meliputi Kecamatan Cileunyi, dan Rancaekek 6. WP Cicalengka dengan pusat kota Cicalengka meliputi Kecamatan Cicalengka, Nagreg, dan Cikancung. 7. Non WP (yang merupakan bagian dari PKN Kota Bandung) meliputi Kecamatan Margahayu, Margaasih, Cilengkrang dan Cimenyan Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -6

25 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bandung Kawasan Lindung ,86 Ha (26,26 %) Taman Hutan Raya 265,37 Ha (0,15%) Cagar Alam/Wisata Alam 8.592,14 Ha (4,88%) Sempadan 1.029,93 Ha (0,58%) Hutan Lindung Ha(13,13%) Ruang Terbuka Hijau ha 348,20 (0,20%) Perairan 1.008,91 Ha (0,57%) Hutan Produksi Terbatas ,85 Ha (6,30%) Kawasan Budidaya Pertanian ,71 Ha (26,35%) Pertanian Lahan Basah23.055,68 Ha (13,08%) Pertanian Lahan Kering ,83 Ha (12,79%) Perikanan 746,93 Ha (0,42%) Peternakan 107,27 Ha (0,06%) Kawasan Budidaya Berfungsi Lindung ,59 Ha 24,86 % Hutan Produksi Tetap 40,29 Ha (0,002%) Tanaman Tahunan/Perkebunan ,91 Ha (23,20%) Hutan Rakyat 2.877,40 Ha (1,63%) Kawasan Budidaya Non Pertanian ,51 Ha 22,53 % Pariwisata Terpadu 86,32 Ha 0,05%) Peruntukan Industri 5.752,64 Ha (3,26%) Pemerintahan/Fasum 696,25 Ha (0,40%) Permukiman ,93 Ha (17,63%) Hankam 596,91 Ha (0,34%) Perdaganagn & Jasa 1.491,50 Ha (0,85%) Tertentu 166,60 Ha (9,4%) Gambar 3.2. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bandung Rencana Pengembangan Sarana dan Prasarana A. Rencana Pengembangan Transportasi A.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Jalan Peningkatan jalan sepanjang ± 649 Km Rencana pembangunan jalan baru sepanjang ± 240 Km Panjang total peningkatan jalan dan rencana pembangunan jalan baru di Kabupaten Bandung sampai tahun 2026 adalah ± 889 Km A.2. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -7

26 Pengembangan sistem angkutan massal (Monorail, Busline, LRT dan peningkatan jalur Kereta Api ) (Gambar 3.3) Gambar 3.3. Rencana Peningkatan Pembangunan Terminal dan Pengembangan Prasarana Angkutan Massal Tahun 2026 B. Rencana Sistem Telekomunikasi Tahun 2006, penyediaan kebutuhan telepon sebanyak ± SST sampai tahun 2026 sebanyak ± SST atau mengalami kenaikan % Sedangkan untuk kelompok sosial ekonomi lemah sebanyak ± 3529 SST pada tahun 2006 dan pada tahun 2026 diperkirakan ± 6463 SST atau mengalami kenaikan sekitar % C. Rencana Sistem Prasarana Energi Rencana penyediaan kebutuhan energi listrik untuk kebutuhan rumah tangga pada tahun 2006 adalah kav dan pada tahun 2026 diperkirakan kav atau mengalami kenaikan sebesar 83%. Untuk kelompok sosial ekonomi rencana penyediaan kebutuhan energi Listrik pada tahun 2006 sebanyak kav dan pada tahun 2026 sebanyak 38,780,696 kav atau mengalami kenaikan sebesar 83%. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -8

27 Untuk penerangan jalan rencana penyediaan kebutuhan energi listrik pada tahun kav dan pada tahun 2026 sebanyak kav atau mengalami kenaikan sebesar 83% Pengendalian Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan faktor kunci agar alokasi pemanfaatan ruang tidak melanggar dari alokasi pemanfaatan ruang yang sudah ditetapkan. Derajat perangkat pengendalian untuk masing-masing Wilayah Pengembangan (WP) tertera pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Pengendalian Pemanfaatan Ruang per WP Wilayah Pengembangan No. PERANGKAT PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG 1. PERIJINAN 1.1 Pendayagunaan perijinan yang terkait dengan pemanfaatan ruang Perijinan pemanfaatan ruang WP WP WP WP WP Soreang Majalaya Banjaran Baleendah Cileunyi- Rancaekek WP Cicalengka (Izin pemanfaatan tanah) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Perijinan lingkungan *** *** *** *** *** *** ** ** ** ** ** ** *** *** *** *** *** *** 1.2 (Amdal, RPL, RKL, Ijin Gangguan) Perijinan khusus (pengambilan air tanah, dll) Penerapan perijinan perubahan pemanfaatan lahan melalui prosedur khusus, dengan mekanisme disinsentif : Development charge sesuai dengan jenis ketidaksesuaian RTRW ** *** *** *** *** *** Pengenaan biaya dampak pembangunan sesuai dengan dampak yang harus diatasi 2. PENGAWASAN 2.1 Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dan penyimpangan/pelanggaran RTRW Kabupaten *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -9

28 Lanjutan Tabel 3.1. Wilayah Pengembangan No. PERANGKAT PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WP Soreang WP Majalaya WP Banjaran WP Baleendah WP Cileunyi- Rancaekek WP Cicalengka 3. PENERTIBAN 3.1 Inventarisasi jenis pelanggaran pemanfaatan ruang: Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi intensitas pemanfaatan ruang menyimpang Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi tidak sesuai dengan ketentuan teknis Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi bentuk tidak sesuai dengan ketentuan teknis *** *** *** *** *** *** 3.2 Tindakan Penertiban Pemanfaatan Ruang : Peringatan dan/atau teguran Penghentian sementara ** ** ** Pencabutan ijin ** ** ** Pemulihan fungsi ruang / kawasan Pembongkaran Pelengkapan/pemutihan perijinan Pengenaan denda dan/atau sanksi ** : Sedang, *** : Tinggi 3.4. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR) Kota Ciwidey Ruang lingkup wilayah RDTR Kota Ciwidey adalah Kecamatan Pasirjambu dan Ciwidey, dengan lingkup kawasan perkotaan yang meliputi 7 desa di Kecamatan Pasirjambu dan 4 desa di Kecamatan Ciwidey. Desa-desa tersebut adalah sebagai berikut: Desa Ciwidey, Lebak Muncang, Panyocokan, Panundaan, Cisondari, Marga Mulya, Cukang Genteng, Pasirjambu, Mekarmaju, Tenjolaya, dan Sugihmukti Struktur Pusat-Pusat Pelayanan o o o Bagian Wilayah Kota (BWK) Kota Ciwidey dibagi 3 (tiga) bagian menjadi: Bagian Utara (sub BWK Pasir Jambu) Bagian Tengah (Pusat BWK Ciwidey) Bagian Selatan (sub BWK Panundaan) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -10

29 Pusat BWK Ciwidey melayani 2 sub BWK dan seluruh unit lingkungan di kawasan perencanaan. Untuk pelayanan skala unit lingkungan dikembangkan pusat-pusat lingkungan pada masing-masing desa sebagai unit lingkungan terkecil. Fungsi utama Pusat BWK Ciwidey adalah sebagai pusat kota. Adapun fungsi penunjangnya adalah: o Komersial (perdagangan dan jasa) o Perkantoran o Fasilitas sosial dan pemerintahan Fungsi utama Sub BWK Pasirjambu adalah pertanian berbasis agribisnis. Adapun fungsi penunjangnya adalah: o Komersial (perdagangan dan jasa) o Perumahan o Fasilitas sosial dan pemerintahan Fungsi utama Sub BWK Panundaan adalah jasa pendukung kegiatan pariwisata. Adapun fungsi penunjangnya adalah: o Fasilitas pemerintahan o Pertanian berbasis agribisnis o Perumahan o Fasilitas sosial Arahan komponen-komponen utama kegiatan Kota Ciwidey adalah sebagai berikut: 1. Pusat kota dengan kegiatan utama perdagangan dan jasa, diarahkan pada bagian central wilayah perencanaan, yaitu Desa Ciwidey. 2. Perumahan, akan dikembangkan di Sub BWK Pasirjambu dan Sub BWK Panundaan dengan mengikuti jaringan jalan utama dan pada daerah kosong yang potensial. 3. Komersial (perdagangan dan jasa), dikonsentrasikan pada kawasan pusat kota termasuk Pasar Ciwidey dan juga pada koridor jalan utama kota, dengan struktur sebagai berikut: Koridor primer/utama: sepanjang jalan Ciwidey Koridor sekunder: sepanjang jalan Lebak Muncang, jalan Panyocokan, dan jalan baru Terminal-Panyocokan 4. Pengembangan fasilitas pendidikan dan fasilitas umum lainnya di Desa Panyocokan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -11

30 5. Ruang Terbuka (open space) dengan struktur sebagai berikut: Bersifat linier, yaitu sempadan sungai di kawasan perencanaan, dan sepanjang jalan utama Ciwidey Bersifat modern, yaitu pada kawasan: o Pertigaan jalan Ciwidey dan Cisondari o Taman kota alun-alun Ciwidey Rencana Pemanfaatan Ruang A. Rencana Penggunaaan Lahan Pusat BWK A (BWK Ciwidey) Pengembangan kawasan pemerintahan dan fasilitas penunjangnya Pengembangan fasilitas umum dan perkantoran sebagai pendukung kegiatan pemerintahan Pengembangan kawasan komersial perdagangan dan jasa berupa pertokoan pada koridor jalan raya Ciwidey dan pengembangan ke koridor jalan raya Lebak Muncang Pengembangan fasilitas jasa Pengembangan kegiatan komersial yang bersatu dengan pasar Cibeureum yang saat ini telah ada, sebagai pengembangan Pelestarian kembali fasilitas stasiun kereta api, dengan melakukan kerjasama dengan pihak PT KAI melalui Pemerintah Kabupaten Bandung atau instansi lain yang berhubungan Pengalihan lokasi kantor Polsek Ciwidey ke sebelah selatan taman Kota Ciwidey, yaitu tanah milik Pemerintah Kabupaten Bandung bekas Dinas Pekerjaan Umum Peningkatan jaringan jalan dari terminal menuju jalan Lebak Muncang, sebagai alternatif jalan utama Ciwidey dari arah objek wisata Rancabali menuju Bandung Pengembangan permukiman perkotaan Pengembangan RTH pada koridor jalan raya Ciwidey dekat lokasi pasar Cibeureum sebagai buffer kegiatan perdagangan dan kegiatan lainnya Pengembangan taman kota dilengkapi fasilitas rekreasi anak, dekat alunalun sebagai salah satu sarana rekreasi kota dan juga pendukung taman kota yang telah ada Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -12

31 B. Rencana Penggunaan Lahan Sub BWK Pasir Jambu Sub BWK Pasir jambu dibagi dalam 4 blok, yaitu: B.1. Blok Utara 1 (Desa Cukang Genteng) Pengembangan guna lahan kawasan industri kecil, sekitar koridor jalan Raya Ciwidey dan memanjang ke arah Desa Cukang Genteng Pengembangan guna lahan fasilitas jasa pelayanan, sepanjang jalan raya Ciwidey Guna lahan untuk perumahan penduduk pedesaan Pengembangan guna lahan sebagai kawasan pertanian yang berbasis agribisnis, sebagai rencana guna lahan yang memiliki proporsi luas lahan yang lebih besar diantara rencana guna lahan lainnya B.2. Blok Utara 2 (Desa Mekar Maju) Direncanakan tetap sebagai kawasan dengan guna lahan kegiatan pertanian dan peternakan Pengembangan kegiatan perdagangan pada jalur jalan Ciwidey- Mekarmaju Pengembangan kegiatan permukiman. B.3. Blok Utara 3 (Desa Pasirjambu) Tetap sebagai kawasan perkantoran kecamatan dengan pengembangan guna lahan fasilitas perkantoran dan fasilitas umum penunjang kegiatan pemerintahan Pengembangan kawasan areal olahraga sebagai sarana kegiatan olahraga bagi aktivitas perkantoran dan juga sekaligus sebagai RTH bagi lingkungan Kecamatan Pasirjambu Penggunaan dominan pada blok ini seperti halnya wilayah lain adalah sebagai kawasan pengembangan pertanian berbasis agribisnis dan juga guna lahan bagi permukiman penduduk pedesaan. B.4. Blok Utara 4 (Desa Panyocokan) Lebih didominasi oleh penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian yang berbasis agribisnis dan permukiman penduduk Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -13

32 Pengembangan campuran penggunaan lahan perdagangan sepanjang jalan Lebak Muncang-Mekar Maju Pengembangan fasilitas penunjang pemerintahan Kecamatan Ciwidey terutama pada perbatasan Desa Lebak Muncang. C. Rencana Penggunaan Lahan Sub BWK Panundaaan Sub BWK Panundaan dibagi dalam 6 blok, yaitu: C.1. Blok Selatan 1 (Desa Lebak Muncang) Pengembangan fasilitas pemerintahan dan fasilitas penunjangnya Pengembangan perkantoran dan fasilitas umum penunjang kegiatan pemerintahan Pengembangan area olahraga sebagai pemenuhan kebutuhan fasilitas pemerintahan dan perkantoran Pengembangan permukiman perkotaan terutama pada wilayah perbatasan dengan Desa Ciwidey Pengembangan kawasan perdagangan skala lokal Pengembangan kegiatan perkebunan dan perikanan dengan berbasis agribisnis dan komoditi penunjang kegiatan pariwisata, yang merupakan rencana dominasi penggunaan lahan blok ini Pengembangan permukiman penduduk perdesaan. C.2. Blok Selatan 2 (Desa Panundaan) Pengembangan fasilitas penunjang kegiatan pariwisata, seperti: (a) Pengembangan penginapan atau hotel; (b) Pengembangan rumah makan; dan (c) Pengembangan kawasan perdagangan penjaja cindera mata bagi pengunjung pariwisata Pembangunan areal parkir, sebagai sarana penunjang kegiatan pariwisata, pada kawasan penunjang pariwisata Pembangunan sub terminal agribisnis, sebagai sarana penunjang kegiatan pertanian Desa Panundaan khususnya dan juga Kota Ciwidey umumnya Pengembangan pertanian hortikultura berbasis agribisnis dengan komoditas yang mempunyai nilai pasar tinggi dan dapat digunakan sebagai cindera mata bagi pengunjung pariwisata Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -14

33 Pengembangan kegiatan pariwisata penunjang pariwisata Bandung Selatan dengan lebih mencirikan budaya Ciwidey ataupun bernuansa lainnya yang berbeda dengan objek wisata yang sudah ada di Kawasan Bandung Selatan C.3. Blok Selatan 3 (Desa Marga Mulya) Pengembangan kawasan permukiman, sebagai penunjang kawasan CBD (BWK Ciwidey) Pengembangan fasilitas jasa pelayanan/rukan pada koridor jalan raya Ciwidey sebagai pendukung kegiatan pusat Kota Ciwidey Pengembangan penggunaan lahan campuran antara kegiatan permukiman dengan kegiatan perdagangan sepanjang koridor jalan Desa Margamulya Pengembangan kegiatan pertanian perkebunan yang berbasis pada agribisnis. C.4. Blok Selatan 4 (Desa Tenjolaya) Pengembangan perdagangan skala kecil berupa pertokoan pada koridor jalan raya Ciwidey Pengembangan untuk pembangunan perumahan oleh pengembang terutama pada area perbatasan dengan pusat kota Pengembangan kegiatan pertanian dengan basis agribisnis dan mempunyai nilai jual yang baik Pengembangan perumahan bagi penduduk setempat. C.5. Blok Selatan 5 (Desa Cisondari) Pengembangan fasilitas jasa pelayanan/rukan sepanjang koridor jalan raya Ciwidey Pengembangan kawasan pendidikan semua tingkatan pada suatu kawasan, terutama tingkat SLTP dan SLTA dengan skala kota yang didukung oleh pengembangan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, seperti perpusatakaan umum, balai penelitian, GOR, kolam renang, RTH, dan ruang terbuka lainnya yang dapat menunjang kegiatan pendidikan, bahkan dapat dikembangkan kegiatan jasa usaha pelayanan pendidikan, seperti toko buku, percetakan, fotokopi, dan usaha sejenis lainnya Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -15

34 Pengembangan kegiatan pertokoan sepanjang koridor jalan utama Desa Cisondari Pembangunan taman pada pertigaan jalan raya Ciwidey-jalan Cisondari Pengembangan permukiman penduduk dan kegiatan pertanian dengan basis agribisnis sebagai dominasi guna lahan blok ini. C.6. Blok Selatan 6 (Desa Sugih Mukti) Pengembangan permukiman sebagai penunjang kegiatan perkotaan CBD ataupun penunjang aktivitas Sub BWK Panundaan sebagai kawasan penunjang kegiatan pariwisata Pengembangan kegiatan berbasis agribisnis dengan jenis komoditas menyesuaikan dengan pengembangan komoditas pertanian Desa Panundaan Pengembangan permukiman penduduk dan pengembangan kegiatan pertanian sebagai dominasi penggunaan lahan blok ini Rencana Moda Angkutan Umum Rute angkutan yang ada saat ini adalah: Rute terminal Ciwidey-Soreang Rute terminal Ciwidey-Gambung Rute terminal Ciwidey-Panyocokan-kawasan wisata Bandung Selatan Dengan mempertimbangkan rute angkutan yang ada, ada beberapa wilayah yang tidak terlayani. Ada pertimbangan perencanaan rute angkutan baru, yaitu: Rute angkutan Terminal Ciwidey-jalan Lebak Muncang-jalan Desa Mekar Maju-jalan Pasir Jambu-Terminal Ciwidey Pengaturan rute angkutan delman agar tidak lagi beroperasi di kawasan pusat Kota Ciwidey. Hal ini karena Jalan Ciwidey merupakan jalan regional sehingga akan mengganggu kelancaran lalu-lintas. Beberapa alternatif yang bisa digunakan sebagai angkutan delman adalah: a. Rute jalan Desa Panyocokan-Terminal Ciwidey b. Rute jalan Desa Pasirjambu yang menuju kantor Kecamatan Pasirjambu c. Rute rencana pengembangan jalan terminal-panundaan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -16

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG sebagai Dokumen ROADMAP KECAMATAN, dimana, berdasarkan (1) luas, (2) jumlah desa dan (3) jumlah penduduk. LANDASAN PENYUSUNAN ROADMAP Pasal 223 Desa/kelurahan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI

BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 SAMPAI TAHUN 2036 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan

Lebih terperinci

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan UU No.23 Tahun 2014 3 Indikator - Jumlah Penduduk - Luas Wilayah - Jumlah Desa/Kelurahan Klasifikasi : Tipe A (beban besar) Tipe B (beban kecil) 6 Dimensi 28 Aspek (Kreasi Tim: Pemetaan Pembanguna) Intervensi

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU Pekerjaan Jasa Konsultansi STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU Pada bagian ini akan dijelaskan analisis mengenai analisis strategi pengembangan kawasan industri

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Letak Geografis Letak Geografis Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung terletak pada koordinat 107 0 14 107 0 56 bujur timur dan 6 0 49 7 0 18 lintang selatan. Kecamatan Pasirjambu

Lebih terperinci

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG 2011-2015 TUJUAN Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas pertanian dan wilayah sentra produksi Menciptakan sistem produksi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang :

Lebih terperinci

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan RENCANA STRATEGIS PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT

TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT Pada bagian ini akan dibahas mengenai kebijakan yang terkait dengan pengembangan industri tembakau, yang terdiri dari : 1) Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 SAMPAI TAHUN 2027

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 SAMPAI TAHUN 2027 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 SAMPAI TAHUN 2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG; Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana arah RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2010 2015 dan RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2012, Kabupaten Bandung berupaya melakukan akselerasi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH 2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Banda Aceh dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

BAB VI KEBIJAKAN UMUM BAB VI KEBIJAKAN UMUM Visi sekaligus tujuan pembangunan jangka menengah Kota Semarang tahun 2005-2010 adalah SEMARANG KOTA METROPOLITAN YANG RELIGIUS BERBASIS PERDAGANGAN DAN JASA sebagai landasan bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki matapencaharian dalam sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor pertanian merupakan sektor yang

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah Kabupaten Ngawi 2010 2015, Pemerintah Kabupaten Ngawi menetapkan strategi yang merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016-2036 I. UMUM Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1. Visi Proses Pembangunan Kabupaten Musi Rawas lima tahun ke depan tidak bisa dilepaskan dari capaian kinerja lima tahun terakhir, selain telah menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sub-sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung

Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung 1 Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung Dimas Darmawansyah dan Sardjito Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016-2036 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI 4.1. Letak Geografis Posisi geografis Wilayah Pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey menurut Peta Rupa Bumi Bakorsurtanal adalah antara 107 0 31 30 BB 107 0 31 30 BT dan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan merupakan upaya pemerintah daerah secara keseluruhan mengenai cara untuk mencapai visi dan melaksanakan misi, melalui penetapan kebijakan dan program

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini secara garis besar membahas tinjauan mengenai gambaran wilayah studi yaitu Kota Soreang. Gambaran umum Kota Soreang dibagi dua bagian utama yaitu tinjauan eksternal

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional

Lebih terperinci

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN 163 METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN A.1 METODE ANALSISIS STURGESS Dalam mencari rangking untuk faktor penduduk penulis terlebih dahulu menentukan kelas wilayah yang dan melakukan

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

BAB III Visi dan Misi

BAB III Visi dan Misi BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032 1. PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor

Lebih terperinci

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Visi Pemerintah 2014-2019 adalah : Terwujudnya Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Perumusan dan penjelasan terhadap visi di maksud, menghasilkan pokok-pokok visi yang diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2011 2031 UMUM Ruang wilayah Kabupaten Karawang dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 TAHAPAN I (2005-2009) TAHAPAN I (2010-2014) TAHAPAN II (2015-2019) TAHAPAN IV (2020-2024) 1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana pemerintah Kabupaten Pinrang bersama seluruh pemangku kepentingan mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 VISI Visi Kabupaten Bintan Tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut : Menuju Bintan Yang Maju, Sejahtera dan Berbudaya A. Bintan Yang Maju : Bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Sesuai dengan Permendagri 54/2010, visi dalam RPJMD ini adalah gambaran tentang kondisi Provinsi Sulawesi Selatan yang diharapkan terwujud/tercapai pada akhir

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci