PENDEKATAN COPULA UNTUK PENYUSUNAN PETA KERAWANAN PUSO TANAMAN PADI DI JAWA TIMUR DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN COPULA UNTUK PENYUSUNAN PETA KERAWANAN PUSO TANAMAN PADI DI JAWA TIMUR DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO)"

Transkripsi

1 PENDEKATAN COPULA UNTUK PENYUSUNAN PETA KERAWANAN PUSO TANAMAN PADI DI JAWA TIMUR DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) Pratnya Paramitha O., Stikno dan Heri Kswanto 3 Mahasiswa Jrsan Statistika, ITS, Srabaya,3 Dosen Pembimbing, Jrsan Statistika, ITS, Srabaya pratnya.paramitha@yahoo.co.id; stikno@statistika.its.ac.id; heri_k@statistika.its.ac.id Abstrak Makalah ini membahas identifikasi pola hbngan antara indikator ENSO dan las pso padi di beberapa kabpaten di Jawa Timr dengan metode Copla. Hasil identifikasi dignakan ntk menysn peta kerawanan pso. Metode Copla dignakan karena pola hbngan antara indikator ENSO dan las pso padi tidak mengikti distribsi normal. Penelitian dilakkan di 5 kabpaten, yait : Bojonegoro, Lamongan, Jember, Ngawi, dan Banywangi. Hasil penelitian mennjkkan analisis korelasi pearson tidak bisa dignakan ntk mengidentifikasi pola hbngan indikator ENSO dan las pso padi agregat di Jawa Timr dan kabpaten lokasi penelitian. Kesimplan lain mennjkkan strktr dependensi antara sema indikator ENSO dan las pso padi agregat di Jawa Timr serta Banywangi mengikti Copla Gmbel. Di Bojonegoro, strktr dependensi anomali +, 3, dan las pso padi mengikti Copla Gmbel, 3. mengikti Copla Frank, sedangkan di Lamongan dan Jember tidak mengikti Copla apapn. Di Ngawi, strktr dependensi anomali, SST Nino 3. dan las pso padi mengikti Copla Gmbel. Berdasarkan analisis Copla disimplkan bahwa Kabpaten Bojonegoro, Banywangi dan Ngawi rawan pso padi, sedangkan Kabpaten Lamongan dan Jember tidak rawan pso padi. Kata Knci : Las Pso, ENSO, Copla. PENDAHULUAN Jawa Timr merpakan salah sat proinsi di Indonesia yang sebagian besar penddknya bermatapencaharian sebagai petani. Prodksi padi berkaitan erat dengan keragaman iklim tertama kejadian ekstrem El-Nino dan La-Nina yang seringkali disebt El-Nino Sothern Oscillation (ENSO) (Naylor dkk., 00). Berdasarkan data pada tahn 00, jmlah lahan pso lahan padi di Jawa Timr selas.570 Ha. Upaya penangglangan yait pemberian sbsidi bibit dan ppk. Upaya lain ntk meminimalkan dampak kergian prodksi pertanian akibat iklim adalah identifikasi wilayah rawan pso akibat anomali iklim, tertama lmbng padi, selanjtnya dissn peta kerawanan pso. Penelitian tentang keterkaitan prodksi padi dan indikator ENSO, diantaranya Naylor, Falcon, Wada and Rochberg (00); Irawan (006). Naylor dkk. (00) menyimplkan ada keterkaitan las tanaman padi dengan indikator ENSO di Pla Jawa. Irawan (006) menyimplkan pengarh kejadian El- Nino dan La-Nina terhadap prodksi pangan. Penelitian tersebt masih bersifat agregat lokasi, keterkaitan yang lebih spesifik lokasi belm banyak dilakkan, termask di Jawa Timr. Metode identifikasi pola hbngan prodksi pertanian dan indikator ENSO sering menggnakan korelasi Pearson dan pemodelannya dengan metode regresi. Penggnaan keda metode tersebt hars memenhi asmsi data mengikti distribsi normal. Jika asmsi terlanggar maka kesahihan kesimplan berkrang. Asmsi kenormalan akan sering terlanggar dengan adanya data ekstrem, pola hbngan slit terdeteksi, meskipn terdapat keterkaitan ckp erat antara kejadian ekstrem dengan prodksi pertanian. Pendekatan copla adalah metode yang tepat mengatasi masalah ini. Copla merpakan salah sat metode statistika ntk mengetahi hbngan da ariabel ata lebih, dimana kassnya distribsi yang dimiliki bisa normal mapn tidak (Sklar, 959). Penelitian tentang Copla antara lain Embrechts, Lindskog dan McNeil (00) menerapkan Copla ntk manajemen resiko; Saladori, Michele, Passoni dan Vezzoli (007); Villarini, Serinaldi, dan Krajewski. (008); Schӧlzel dan Friederichs (008); Syahrir (0) menerapkan Copla pada bidang klimatologi, hidrologi dan meteorologi. Hasil penelitian mennjkkan metode Copla merpakan solsi yang tepat dalam kondisi asmsi-asmsi kenormalan terlanggar. Dengan menggnakan Copla dapat diketahi hbngan las pso padi di Jawa Timr dan indikator ENSO, selanjtnya dapat dissn peta kerawanan pso di Jawa Timr. Penelitian ini dilakkan di kabpaten lmbng padi Jawa Timr, yait Bojonegoro, Lamongan, Jember, Banywangi dan Ngawi.

2 . TINJAUAN PUSTAKA. Korelasi Korelasi dibedakan menjadi korelasi ntk statistik parametrik dan nonparamerik. Korelasi ntk statistik parametrik adalah korelasi Pearson, sedangkan korelasi ntk statistik nonparametrik adalah korelasi Spearman dan Ta. Penjelasan dari masing-masing korelasi tersebt sebagai berikt. a. Korelasi Pearson ( r ) Karl Pearson mengembangkan koefisien korelasi pada tahn 896, korelasi ini disebt Korelasi Pearson (Dorey dan Jobert, 007). Menrt Samian (008) korelasi ini mask kategori statistik parametrik sehingga ada syarat yang hars dipenhi. Syarat tersebt adalah data yang dignakan berskala interal ata rasio dan sebaran data mengikti distribsi normal. Formla korelasi Pearson adalah. sy r s s Y n i n i ( i )( Yi Y ) ; - r ( i ) n i ( Y Y ) i dengan dan Y merpakan da ariabel yang akan dihitng korelasinya, n mennjkkan banyaknya amatan. Hipotesis : H 0 : = 0 (tidak ada korelasi antara dan Y) dan H : 0 (ada korelasi antara dan Y) r n Statistik Uji : t ~ T r Tolak H 0 jika t t,dengan = n- ata tolak H 0 jika p-ale < α., b. Korelasi Spearman ( r s ) Pada perhitngan korelasi Spearman, data yang dianalisis tidak hars memenhi asmsi berdistribsi normal. Data yang dignakan ntk korelasi Spearman berskala ordinal. Data merpakan sampel acak yang terdiri atas n pasangan hasil pengamatan (Daniel, 989). Hipotesis : H 0 : = 0 (tidak ada korelasi antara dan Y) dan H : 0 (ada korelasi antara dan Y) Statistik Uji : dengan n t rs ~ T, ntk n > 30 (3) r s n 6di n n i s ; di n( n ) i i r [ R( ) R( Y )] () R( i ) adalah peringkat dari i dan R(Y i ) adalah peringkat dari Y i Tolak H 0 jika t t,dengan = n- ata tolak H 0 jika p-ale < α. (Naga, 005)., i c. Korelasi Ta (ˆ ) Koefisien korelasi Ta didapatkan berdasarkan peringkat pada hasil amatan, dan memiliki nilai dari - hingga +, data yang dignakan berskala ordinal (Daniel, 989). Hipotesis : H 0 : = 0 (tidak ada korelasi antara dan Y) dan H : 0 (ada korelasi antara dan Y) 3ˆ n( n ) Statistik Uji : Z ~ N(0,), ntk n > 0 (5) (n 5) S dengan ˆ ; S P Q (6) n( n ) / dimana P adalah banyaknya pasangan berrtan wajar dan Q merpakan banyaknya pasangan berrtan terbalik. Tolak H 0 jika Z Z / ata p-ale < α. (Naga, 005). i () ()

3 . Uji Kolmogoro-Smirno Uji Kolmogoro-Smirno dignakan ntk mengji normalitas sat data. Hipotesis : H 0 : F(x) = F 0 (x) ntk sema nilai x dan H : F(x) F 0 (x) ntk sekrang-krangnya sebah nilai x Statistik Uji : D= sp x S(x)- F 0 (x) (7) dimana S(x) = (banyaknya nilai pengamatan dalam sampel yang krang dari/sama dengan x)/n. Tolak H 0 jika D > D α, dimana D α didapatkan dari tabel statistik Uji Kolmogoro-Smirno (Daniel, 989)..3 Copla dan Variabel Random Mltiariat Menrt Schölzel dan Friederichs (008), apabila terdapat ektor random x dengan dimensi m yang memiliki fngsi distribsi kmlatif marginal F F,..., F dengan domain R yang tidak trn, yait, F ( ) 0 dan F ( ), maka sesai Teorema Sklar (959), distribsi bersamanya adalah. F ( x) C ( F ( x ), F ( ),..., ( )) x F x m m (8) dimana C :[0,]x x[0,] [0,] merpakan distribsi bersama dari transformasi ariabel random U F ) ntk j =,,,m, dengan U j berdistribsi marginal Uniform. j ( j j Apabila distribsi marginal ) kontin, maka C adalah nik (Nelsen, 005) dan persamaan F j ( j ntk C dapat ditliskan sebagai berikt. C... (,..., m ) c (,..., m ) d... d dimana C adalah Copla dan c adalah persamaan densitas Copla. 0 m 0. Kelarga dari Copla. Copla Elips Copla Elips merpakan Copla dari distribsi elips. Terdapat da tipe Copla yang termask dalam kelarga Copla Elips, yait Copla Normal dan Copla-t. a. Copla Normal Vektor random x dengan dimensi m yang memiliki fngsi distribsi kmlatif marginal F F,..., F, dengan U F ( ) ~ U(0, ), maka ntk masing-masing komponen ektor random bisa, m j j j ditransformasikan ke distribsi normal standar sebagai berikt. Z j FN ( 0,) ( F ( j )) ~ N(0,) j (0) dimana j=,,,m dan diasmsikan bahwa Z = (Z,Z,,Z m ) T mengikti distribsi normal standar mltiariat N(0, ), dengan pdf F N(o, ) dan matriks coarians. Fngsi Copla Normal adalah. C (,..., m ) FN (0, ) ( FN (0,) ( ), FN (0,) ( ),..., FN (0,) ( m )) () Densitas Copla ntk Copla Normal adalah. f N (0, ) (( FN (0,) ( ), FN (0,) ( ),..., FN (0,) ( m )) c (,,..., m ) m () ( f ( F ( ))) j N (0.) N (0,) j b. Copla-t Menrt Schӧlzel dan Friederichs (008), fngsi Copla ntk Copla-t adalah sebagai berikt. C (,..., m ) Ft (, ) ( Ft ( ) ( ), Ft ( ) ( ),..., Ft ( ) ( m )) (3) dimana F t() adalah distribsi t niariat dengan derajat bebas (pada kass biariat, nilai = n-) dan matriks coarians, mempnyai parameter sebanyak +m(m-)/.. Copla Archimedean Copla Archimedean memiliki bentk distribsi yang mempnyai tail dependensi yang mennjkkan probabilitas kondisional daerah ekstrem.persamaan ntk Copla Archimedean adalah. C(,,..., m ) { ( ) ( )... ( m )} () disebt Generator Copla C dan memiliki sat parameter (Kpanzo, 007). Berbagai macam kelarga dari Archimedean Copla dapat dilihat pada Tabel. 3 m m (9)

4 Tabel. Kelarga Copla Archimedean Kelarga Generator () Copla Biariat C, ) Clayton, (0, ) Gmbel ( log( )), [, ) ( ) ( exp [( log( )) ( log( )) ] e Frank log, R \ 0 e ( e )( e ) log e (Smber : Kpanzo, 007) Copla Clayton mempnyai tail dependensi di bagian bawah, Copla Frank tidak mempnyai tail dependensi, dan Copla Gmbel mempnyai tail dependensi di bagian atas..5 Estimasi Parameter Copla Menggnakan Maximm Likelihood Estimation Menrt Mikosch (006), estimasi parameter Copla didapatkan dengan Maximm Likelihood Estimation. Maximm Likelihood Estimation ntk Copla ini diperoleh dari memaksimmkan fngsi log likelihood. Dalam kass biariat, fngsi densitas f dapat ditliskan dalam bentk Copla, yait. i, i f ( x, x ) c{ F ( x ), F ( x )} f i ( x ) ; x x R dengan metode Maximm Likelihood Estimation, fngsi likelihood L dan loglikelihood berikt. L ln L n j n j n f ( x, x ) c{ F ( x ), F ( x )} j i ln c{ F f ( x i i ) n ( x ), F ( x )} ln f i ( xi ) i j Penyelesaian persamaan (7) tidak dapat memperoleh bentk closed form, sebagai alternatif estimasi parameter Copla Archimedean dilakkan dengan pendekatan Ta (Nelsen, 005). Estimasi parameter ntk Copla Archimedean dengan pendekatan Ta sebagai berikt. Tabel. Estimasi Parameter Archimedean Copla Kelarga Estimasi C Clayton maka C Gmbel Frank (Smber : Embrecth dkk., 00) C maka G G ( D ( F ))/ F, D k (x) fngsi Debye, k Dk ( x) k x e x k 0.6 El-Nino Sothern Oscillation (ENSO) ENSO (El-Nino Sothern Oscillation) merpakan fenomena peningkatan SPL (Sh Permkaan Lat)/ SST (Sea Srface Temperatre) yang sebelmnya dingin, mengakibatkan perairan yang sbr dan kaya ikan menjadi sebaliknya. ENSO dibagi menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La- Nina). Fenomena El-Nino biasanya disertai perbahan sirklasi di atmosfer dikenal sebagai osilasi selatan, sehingga El-Nino jga disebt ENSO (El-Nino Sothern Oscillation). Berdasarkan NOAA National Weather Serice, terdapat empat indikator ENSO, yait anomali +, 3, dan 3. yang masing-masing didapatkan dari Nino +, Nino 3, Nino dan Nino 3. sesai dengan letak Nino tersebt. 3. METODE PENELITIAN Data yang dignakan adalah data seknder, yang diperoleh dari Direktorat Perlindngan Tanaman Indonesia dan NOAA National Weather Serice yang diaskses melali Data dari Direktorat Perlindngan Tanaman adalah data las pso tanaman padi di Jawa Timr tahn , melipti 5 kabpaten, yait Kabpaten Bojonegoro, Lamongan, Jember, Banywangi dan Ngawi. Data indikator ENSO melipti anomali +, 3, dan 3. pada tahn yang sama, dengan periode blanan. d (5) (6) (7)

5 Langkah-langkah analisis data yang dignakan dalam penelitian ntk mencapai tjan yang diharapkan adalah sebagai berikt.. Membat scatterplot ntk keda ariabel (indikator ENSO) dan Y (las pso padi), yait. a. (anomali +) dengan Y b. (anomali 3) dengan Y c. 3 (anomali ) dengan Y d. (anomali 3.) dengan Y. Menghitng korelasi Pearson, Ta, dan Spearman ntk ariabel-ariabel pada langkah () 3. Mengji kenormalan data menggnakan histogram dan ji Kolmogoro-Smirno. Membat scatterplot transformasi [0,] ntk keda ariabel (indikator ENSO) dan Y (las pso padi), yait : a. (anomali +) dengan Y b. (anomali 3) dengan Y c. 3 (anomali ) dengan Y d. (anomali 3.) dengan Y 5. Mengidentifikasi strktr dependensi dari scatterplot yang diperoleh 6. Fitting Copla ntk strktr dependensi dari scatterplot yang diperoleh 7. Melakkan Goodness of fit test 8. Melakkan Pemilihan Copla Terbaik 9. Membat Peta Kerawanan Pso Tanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hbngan Las Pso Agregat di Jawa Timr dan Indikator ENSO dengan Korelasi Pearson, Spearman dan Ta Kendal.. Identifikasi Pola Hbngan Menggnakan Scatterplot Strktr dependensi antara masing-masing ariabel anomali +, 3,, 3. dan las pso padi agregat di Jawa Timr digambarkan dalam bentk scatterplot. Scatterplot hasil analisis disajikan pada Gambar. Pso..Jatim Pso..Jatim Pso..Jatim Pso..Jatim ANOM. ANOM3 (a) (b) (c) (d) Gambar. Scatterplot antara Las Pso di Jawa Timr dan Anomali SST : Nino + (a) Nino 3 (b) Nino (c) Nino 3. (d) Gambar mennjkkan bahwa pola hbngan antara las pso padi agregat Jawa Timr dan SST adalah acak, beberapa amatan berdekatan dan beberapa amatan yang lain nampak berjahan. Untk mengidentifikasi hbngan antara ariabel-ariabel tersebt tidak ckp menggnakan scatterplot saja dikarenakan plot-plotnya jga tidak membentk pola yang spesifik, sehingga slit ntk dijelaskan... Analisis Korelasi Analisis hbngan las pso padi agregat Jawa Timr dan indikator ENSO dengan korelasi Pearson, Spearman dan Ta disajikan pada Tabel. ANOM ANOM3. 5

6 Tabel. Nilai Korelasi, Statistik Uji, P-ale antara Anomali SST dan Las Pso Agregat Jawa Timr No SST Metode Nilai Korelasi Statistik Uji P-Vale Nino + Pearson 0,066 t = 0,5063 0,636 Spearman 0,079 S = 6773, 0,35 Ta 0,05 z = 0,86 0,3886 Nino 3 Pearson 0,56 t =,6998 0,098 Spearman 0,8 S = 7,8 0,3 Ta 0,09 z =,696 0,7 3 Nino Pearson 0,8 t =,9 0,989 Spearman 0,089 S = 638, 0,3736 Ta 0,059 z = 0,88 0,076 Nino 3. Pearson 0,5 t =,69 0,098 Spearman 0,98 S = 839,8 0,05 Ta 0,093 z =,855 0,37 Tabel mennjkkan bahwa sema indikator ENSO (anomali +, anomali 3, anomali dan anomali 3.) tidak berkorelasi dengan las pso padi agregat di Jawa Timr. Hal ini ditnjkkan oleh p-ale sema metode baik Pearson, Spearman mapn Ta lebih dari α=0.05, sehingga gagal tolak H 0 (H 0 : tidak ada korelasi antar ariabel)...3 Pengjian Kenormalan Data Pengjian kenormalan data dilakkan menggnakan histogram dan ji Kolmogoro-Smirno. Histogram masing-masing ariabel SST dan las pso padi agregat Jawa Timr disajikan pada Gambar. (a) (b) (c) freqency freqency freqency DataJatim$Pso..Jatim (d) freqency DataJatim$ANOM. (e) freqency DataJatim$ANOM DataJatim$ANOM DataJatim$ANOM3. Gambar. Histogram : Las Pso Jawa Timr (a) Anomali + (b) Anomali 3 (c) Anomali (d) Anomali 3. (e) Gambar (a) mennjkkan bahwa distribsi las pso padi agregat di Jawa Timr tidak berdistribsi normal, karena bentk histogram cenderng trn dan memiliki kemiringan (skewness) ke kanan. Demikian jga anomali +, 3,, dan 3. mennjkkan bahwa tidak memiliki distribsi normal. Hal ini ditnjkkan oleh histogram tidak simetris, memiliki kemiringan dan memiliki tail panjang (Gambar b-e). Selanjtnya dilakkan ji Kolmogoro-Smirno, seperti yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai KS (D) dan P-ale Uji Kolmogoro-Smirno LasPso Jawa Timr dan Anomali SST No. Variabel Nilai KS (D) P-Vale Las Pso Agregat Jawa Timr 0,6 < 0,0 Anomali + 0,0 < 0,0 3 Anomali 3 0,68 < 0,0 Anomali 0,6 < 0,0 5 Anomali 3. 0,083 0,06 Berdasarkan Tabel 5 dapat disimplkan bahwa p-ale dari masing-masing ariabel krang dari α = 0,05 dan nilai D>D 0,05 = 0, kecali ntk Anomali 3., sehingga disimplkan Tolak H 0 yait dengan H 0 : Data mengikti distribsi Normal, maka data Las Pso Jawa Timr, Anomali +, Anomali 3, dan Anomali tidak mengikti distribsi normal. Untk Anomali 6

7 3., nilai D<D 0,05 sedangkan p-ale < α = 0,05. Oleh karena it tidak dapat ditarik kesimplan ntk ji Kolmogoro-Smirno pada ariabel Anomali 3. sehingga dilakkan ji kenormalan lain, yait ji Anderson Darlings. Hasil ji tersebt menyatakan bahwa p-ale < α = 0,05, maka Anomali 3. tidak mengikti distribsi normal. Hasil analisis histogram dan ji Kolmogoro-Smirno indikator ENSO pada Gambar dan Tabel 5 jga dignakan ntk analisis beriktnya di kabpaten lmbng padi di daerah Jawa Timr. Hasil analisis korelasi ternyata tidak ckp bisa mengidentifikasi pola hbngan ariabel-ariabel tersebt, maka dilakkan analisis Copla ntk melihat ada tidaknya strktr dependensi yang khss.. Identifikasi hbngan Las Pso Agregat di Jawa Timr dan Indikator ENSO dengan Pendekatan Copla.. Scatterplot Hasil Transformasi Variabel pada Domain Uniform [0,] Sebelm melakkan analisis Copla, terlebih dahl data yang dignakan hars ditransformasi ke domain Uniform [0,]. Scatterplot ntk masing-masing anomali +, 3,, 3. dan las pso padi agregat di Jawa Timr setelah terlebih dahl ditransformasi ke domain [0,] disajikan pada Gambar (a) (b) (c) (d) Gambar 3. Scatterplot Transformasi [0,] antara Las Pso di Jawa Timr dengan Anomali SST : Nino + (a) Nino 3 (b) Nino (c) Nino 3. (d) Gambar 3 menjelaskan bahwa beberapa amatan berdekatan, sehingga didga antara ariabel tersebt ada hbngan meskipn hbngannya kecil. Selanjtnya dilakkan analisis Copla ntk mengidentifikasi apakah ada strktr dependensi khss... Estimasi Parameter Copla Pendekatan Copla yang dignakan adalah Copla Clayton, Gmbel dan Frank karena ariabel yang dianalisis tidak mengikti distribsi normal. Estimasi parameter Copla Clayton, Gmbel dan Frank dengan pendekatan Ta ntk masing-masing ariabel disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Estimasi Parameter Copla dengan Pendekatan Ta ntk dan Las Pso Agregat di Jawa Timr No. Variabel Copla Parameter P-Vale + dan Las Pso 3 dan Las Pso 3 dan Las Pso 3. dan Las Pso Clayton 0,3 0,395 Gmbel,057 0,0000 Frank 0,876 0,3709 Clayton 0,09 0,8 Gmbel,05 0,0000 Frank 0,839 0,0983 Clayton 0,096 0,3877 Gmbel,058 0,0000 Frank 0,685 0,363 Clayton 0,053 0,7 Gmbel,07 0,0000 Frank 0,839 0,0887 Normal 0,57 0,08 Tabel 6 mennjkkan strktr dependensi masing-masing anomali +, 3, SST Nino, 3. dan las pso padi agregat di Jawa Timr semanya mengikti Copla Gmbel, karena p-ale ntk estimasi parameter Copla tersebt krang dari α = 0,05. Langkah selanjtnya adalah melakkan model fitting Copla Gmbel dengan MLE (Maximm Likelihood Estimation) dengan hasil pada Tabel 7. 7

8 Tabel 7. Model Fitting Copla Gmbel dengan MLE (Jawa Timr) No. Variabel Copla Estimasi Log Likelihood P-Vale + dan Las Pso 3 dan Las Pso 3 dan Las Pso 3. dan Las Pso Gmbel,059 0,39 0,0000 Gmbel,033,5055 0,0000 Gmbel,059 0,76 0,0000 Gmbel,050,996 0,0000 Tabel 7 memperlihatkan bahwa p-ale model fitting Copla Gmbel krang dari α = 0,05. Hal ini mennjkkan estimasi parameter Copla Gmbel menggnakan pendekatan Ta signifikan, sehingga Copla Gmbel yang terpilih. Scatterplot rank Copla Gmbel disajikan pada Gambar. (a) (b) (c) (d) Gambar. Scatterplot rank Copla Gmbel antara Las Pso di Jawa Timr dengan Anomali SST : Nino + (a) Nino 3 (b) Nino (c) Nino 3. (d). Gambar memperlihatkan Scatterplot rank dari Copla Gmbel dengan parameter θ sesai dengan estimasi dengan pendekatan ta kendall. Bentk rank Copla Gmbel yang tail dependensinya pada bagian atas krang begit jelas terlihat, karena terkendala jmlah sampel yang kecil, yait 0. Dengan menggnakan parameter θ dari Copla Gmbel, dapat dibangkitkan data sebanyak 500 yang bentk Copla Gmbelnya akan terlihat lebih jelas pada Gambar 5. (a) (b) (c) (d) Gambar 5. Scatterplot rank Copla Gmbel bangkitan data (n = 500) sesai dengan parameter : θ =,057 (a) θ =,05 (b) θ =,058 (c) θ =,07 (d)..3 Hbngan Las Pso di Kabpaten Lmbng Jawa Timr dan Indikator ENSO dengan Korelasi Pearson, Spearman dan Ta Kendal.3. Identifikasi Pola Hbngan Menggnakan Scatterplot Scatterplot indikator ENSO dan las pso padi yang disajikan adalah di salah sat Kabpaten lmbng padi, yait Bojonegoro, karena kabpaten yang lain memiliki hasil yang hampir sama. Scatterplot yang dihasilkan dapat disajikan pada Gambar 6. 8

9 Pso..Bojonegoro Pso..Bojonegoro Pso..Bojonegoro Pso..Bojonegoro (a) (b) ANOM (c) (d) Gambar 6. Scatterplot antara Las Pso di Bojonegoro dengan Anomali SST : Nino + (a) Nino 3 (b) Nino (c) Nino 3. (d). Gambar 6 memperlihatkan bahwa plot-plot memiliki kerapatan, namn ada beberapa yang terpencar. Hal tersebt menimblkan dgaan adanya hbngan antar ariabel. Kesimplan tentang hbngan antar ariabel slit diperoleh jika hanya melihat bentk scatterplot saja, karena tidak mennjkkan pola spesifik. Kejadian sama jga terjadi di Lamongan, Jember, Banywangi dan Ngawi..3. Analisis Korelasi Analisis korelasi ntk anomali +, 3,, 3. dan las pso padi di kabpaten lmbng padi Jawa Timr disajikan pada Tabel 8-. Tabel 8. Nilai Korelasi, Statistik Uji, P-ale antara Anomali SST dan Las Pso di Bojonegoro No. 3 Variabel + dan Las Pso 3 dan Las Pso dan Las Pso 3. dan Las Pso Tabel 9. Nilai Korelasi, Statistik Uji, P-ale antara Anomali SST dan Las Pso di Lamongan Nilai Korelasi P-Vale No. Variabel Nilai Korelasi P-Vale Korelasi Korelasi Pearson -0,073 0,0 Pearson -0,080 0,387 Spearman 0,063 0,935 + dan Spearman -0,08 0,3606 Ta 0,087 0,90 Las Pso Ta -0,0709 0,33 Pearson 0,0008 0,993 Pearson -0,098 0,866 3 Spearman 0,098 0,05 Spearman -0,068 0,59 dan Las Ta 0,609 0,03 Pso Ta -0,073 0,509 Pearson 0,0600 0,550 Pearson -0,386 0,30 Spearman 0,7 0,057 Spearman -0,5 0,03 3 dan Las Ta 0,38 0,060 Pso Ta -0,0859 0, Pearson 0,0385 0,6760 Pearson -0,7 0,666 Spearman 0,7 0, dan Spearman -0,0938 0,3083 Ta 0,897 0,007 Las Pso Ta -0,0677 0,3356 Tabel 0. Nilai Korelasi, Statistik Uji, P-ale antara Anomali SST dan Las Pso di Jember No. 3 Variabel + dan Las Pso 3 dan Las Pso dan Las Pso 3. dan Las Pso ANOM ANOM Tabel. Nilai Korelasi, Statistik Uji, P-ale antara Anomali SST dan Las Pso di Banywangi Nilai P-Vale No. Variabel Nilai Korelasi P-Vale Korelasi Korelasi Korelasi Pearson -0,079 0,88 Pearson 0,3359 0,000 Spearman -0,039 0,75 + dan Spearman 0,809 0,009 Ta -0,08 0,735 Las Pso Ta 0,67 0,00 Pearson -0,0773 0,05 Pearson 0,3699 0,03 Spearman -0,0795 0,3878 Spearman 0,88 0,00 3 dan Las Ta -0,0656 0,370 Ta 0,38 0,006 Pso Pearson -0,0960 0,967 Pearson 0,679 0,0667 Spearman -0,036 0, dan Las Spearman 0,9 0,0355 Ta -0,09 0,79 Pso Ta 0,535 0,0375 Pearson -0,068 0,58 Pearson 0,398 0,000 Spearman -0,0877 0, dan Spearman 0,697 0,008 Ta -0,075 0,399 Las Pso Ta 0,9 0,0036 ANOM3. 9

10 Tabel. Nilai Korelasi, Statistik Uji, P-ale antara Anomali SST dan Las Pso di Ngawi No. Variabel Korelasi Nilai Korelasi P-Vale 3 + dan Las Pso 3 dan Las Pso dan Las Pso 3. dan Las Pso Pearson -0, 0,9 Spearman -0,796 0,097 Ta -0,36 0,055 Pearson -0,000 0,9967 Spearman 0,06 0,68 Ta 0,0355 0,630 Pearson 0,5 0,00 Spearman 0,56 0,085 Ta 0,093 0,069 Pearson 0,09 0,59 Spearman 0,5 0,3 Ta 0,090 0,9 Tabel 8 memperlihatkan bahwa anomali 3 dan 3. mempnyai korelasi dengan las pso padi Bojonegoro, karena nilai korelasi Spearman dan Ta signifikan. Tabel 9 dan 0 mennjkkan bahwa nilai korelasi antar ariabel tidak ada yang signifikan ntk Kabpaten Lamongan dan Jember. Tabel memperlihatkan sema nilai korelasi signifikan kecali korelasi Pearson antara anomali dan las pso padi di Banywangi karena p-ale > α = 0,05. Tabel mennjkkan bahwa hanya korelasi Spearman ntk + dan las pso padi di Ngawi yang nilainya signifikan. Pola hbngan dan las pso padi Kabpaten lmbng padi Jawa Timr jga tidak bisa langsng disimplkan melali ji korelasi ini, dikarenakan sebelmnya saat pembatan scatterplot terdapat plot yang sangat berdekatan sat sama lain..3.3 Pengjian Kenormalan Data Pengjian kenormalan ntk indikator ENSO, sdah dilakkan sebelmnya yait pada Gambar dan Tabel 5 yang menghasilkan indikator ENSO tidak mengikti distribsi normal. Histogram las pso padi di Kabpaten lmbng padi Jawa Timr disajikan pada Gambar 7. (a) (b) (c) freqency freqency freqency Lmbng$Pso..Bojonegoro Lmbng$Pso...Lamongan Lmbng$Pso..Jember (d) freqency (e) freqency Lmbng$Pso..Banywangi Gambar 7. Histogram Las Pso : Bojonegoro (a) Lamongan (b) Jember (c) Banywangi (d) Ngawi (e) Gambar 7 mennjkkan bahwa las pso padi di lima Kabpaten lmbng padi Jawa Timr didga sebarannya tidak mengikti distribsi normal karena terlihat bahwa histogram tidak simetris, las pso padi rata-rata kebanyakan berada pada rentang 0-50 ha. Untk lebih jelasnya, dilakkan pengjian kenormalan data menggnakan ji Kolmogoro-Smirno yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai KS (D) dan P-ale Uji Kolmogoro-Smirno Las Pso di Kabpaten Lmbng Jawa Timr dan Anomali SST No. Variabel Nilai KS (D) P-Vale Las Pso Bojonegoro 0,0 < 0,0 Las Pso Lamongan 0,0 < 0,0 3 Las Pso Jember 0,7 < 0,0 Las Pso Banywangi 0,8 < 0,0 5 Las Pso Ngawi 0,9 < 0,0 0 Lmbng$Pso...Ngawi

11 Tabel 3 mennjkkan bahwa las pso padi di Bojonegoro, Lamongan, Jember, Banywangi dan Ngawi tidak mengikti distribsi normal, karena didapatkan p-ale < α = 0,05 dan nilai D >D 0,05 = 0, sehingga diambil keptsan tolak H 0 (H 0 : Data mengikti distribsi normal). Sama seperti analisis ntk las pso padi agregat di Jawa Timr sebelmnya, hasil analisis korelasi jga tidak ckp bisa mengidentifikasi pola hbngan ariabel-ariabel di lima Kabpaten lmbng padi. Oleh karena it, dilakkan analisis Copla ntk melihat ada tidaknya strktr dependensi yang khss antara las pso padi di lima Kabpaten lmbng padi tersebt dengan masing-masing indikator ENSO.. Identifikasi hbngan Las Pso di Kabpaten Lmbng di Jawa Timr dan Indikator ENSO dengan Pendekatan Copla.. Scatterplot Hasil Transformasi Variabel pada Domain Uniform [0,] Transformasi sema ariabel ke Uniform [0,] dilakkan sebelm analisis Copla. Scatterplot pada Gambar 8 adalah scatterplot transformasi [0,] ntk indikator ENSO dan las pso padi di Bojonegoro (a) (b) (c) (d) Gambar 8. Scatterplot Transformasi [0,] antara Las Pso di Bojonegoro dengan Anomali SST : Nino + (a) Nino 3 (b) Nino (c) Nino 3. (d). Gambar 8 memperlihatkan bahwa setelah ditransformasi ke domain Uniform [0,], masih terlihat plot-plot yang rapat sat sama lain, maka didga antar ariabel terdapat hbngan. Hal yang sama jga terjadi pada empat kabpaten yang lain, yait Lamongan, Jember, Banywangi dan Ngawi... Estimasi Parameter Copla Indikator ENSO dan las pso padi di Kabpaten lmbng padi Jawa Timr tidak mengikti distribsi normal, sehingga Copla yang dignakan adalah Copla Clayton, Gmbel dan Frank. Estimasi parameter Copla dengan pendekatan Ta pada disajikan pada Tabel -8. Tabel. Estimasi Parameter Copla dengan Pendekatan Ta ntk dan Las Pso di Bojonegoro No. 3 Variabel + dan Las Pso 3 dan Las Pso dan Las Pso 3. dan Las Pso Copla Parameter P-Vale No. Variabel Tabel 5. Estimasi Parameter Copla dengan Pendekatan Ta ntk dan Las Pso di Lamongan Copla Parameter P-Vale Clayton 0,0 0,5965 Clayton -0,35 0,337 + dan Gmbel,05 0,0000 Las Pso Gmbel - - Frank 0,39 0,5793 Frank -0,6 0,373 Clayton 0,3837 0,099 Clayton -0,090 0, dan Gmbel,98 0,0000 Gmbel - - Las Pso Frank,799 0,0565 Frank -0,60 0,5877 Clayton 0,306 0,6 Clayton -0,58 0,3 dan Gmbel,53 0, Gmbel - - Las Pso Frank,30 0,035 Frank -0,7777 0,3679 Clayton 0,68 0,089 Clayton -0,69 0,3 Gmbel,3 0, dan Gmbel - - Frank,7589 0,00 Las Pso Frank -0,69 0,566 Normal 0,936 0,03 Normal -0,06 0,55

12 Tabel 6. Estimasi Parameter Copla dengan Pendekatan Ta ntk dan Las Pso di Jember No. 3 Variabel + dan Las Pso 3 dan Las Pso dan Las Pso 3. dan Las Pso Copla Parameter P-Vale No. Variabel Tabel 7. Estimasi Parameter Copla dengan Pendekatan Ta ntk dan Las Pso di Banywangi Copla Parameter P-Vale Clayton -0,085 0,78 Clayton 0,586 0,050 + dan Gmbel - - Las Pso Gmbel,93 0,0000 Frank -0,38 0,787 Frank,30 0,00 Clayton -0,3 0,889 Clayton 0,6068 0,078 Gmbel dan Las Gmbel,303 0,0000 Frank -0,59 0,589 Pso Frank,96 0,08 Clayton -0,0376 0,869 Clayton 0,366 0,6 Gmbel dan Las Gmbel,83 0,0000 Frank -0,76 0,898 Pso Frank,08 0,3 Clayton -0,335 0,56 Clayton 0,576 0,0703 Gmbel dan Gmbel,738 0,0000 Frank -0,665 0,80 Las Pso Frank,007 0,037 Normal -0, 0,77 Normal 0,333 0,065 Tabel 8. Estimasi Parameter Copla dengan Pendekatan Ta ntk dan Las Pso di Ngawi No. Variabel Copla Parameter P-Vale 3 + dan Las Pso 3 dan Las Pso dan Las Pso 3. dan Las Pso Clayton -0,5 0,99 Gmbel - - Frank -,37 0,005 Clayton 0,0736 0,79 Gmbel,0368 0,0000 Frank 0,397 0,7099 Clayton 0,05 0,3659 Gmbel,07 0,0000 Frank 0,839 0,356 Clayton 0,07 0,3567 Gmbel,0 0,0000 Frank 0,83 0,367 Normal 0, 0,3066 Tabel mennjkkan bahwa ntk ariabel anomali +, 3, dan Las Pso di Bojonegoro, parameter Copla yang signifikan adalah Copla Gmbel karena mempnyai p-ale < α = 0,05, sedangkan ntk anomali 3. dan las pso padi di Bojonegoro, parameter sema Copla (Clayton, Gmbel, Frank dan Normal) signifikan, maka strktr dependensi masing-masing ariabel mengikti Copla yang terpilih. Pada tabel 5 dan 6, yait ntk kabpaten Lamongan dan Jember tidak terdapat parameter Copla apapn yang signifikan, kemdian Copla Gmbel pada tabel tersebt tidak dapat diestimasi karena hasil perhitngan mennjkkan bahwa nilai θ dari Copla Gmbel krang dari, padahal seharsnya berapa pada [, ), hal ini disebabkan nilai korelasi Ta ntk dan las pso padi di Lamongan dan Jember bernilai negatif. Strktr dependensi ariabel di Lamongan dan Jember tidak mengikti Copla. Tabel 7 yang memperlihatkan estimasi parameter ntk Banywangi, menghasilkan bahwa ntk anomali + dan las pso padi, Copla yang parameternya signifikan adalah Gmbel dan Frank. Untk anomali 3 dan las pso padi, strktr dependensinya mengikti Copla Clayton, Gmbel dan Frank, karena semanya signifikan, dengan las pso padi, yang signifikan adalah parameter Copla Gmbel, sedangkan 3. dengan las pso padi, parameter yang signifikan adalah parameter Copla Gmbel, Frank dan Normal. Tabel 8 memperlihatkan bahwa ntk anomali + dengan las pso padi di Ngawi, tidak ada parameter Copla yang signifikan, selain it jga terjadi kass yang sama dengan Lamongan dan Jember, parameter Copla Gmbel tidak dapat diestimasi. Untk anomali 3,, 3. dan las pso padi di Ngawi, Copla Gmbel mempnyai parameter yang signifikan. Model fitting Copla dilakkan dengan memilih nilai loglikelihood terbesar ntk memilih Copla mana yang paling sesai. Hasil model fitting Copla masing-masing Kabpaten disajikan pada Tabel 9.

13 Tabel 9. Model Fitting Copla dengan MLE (Bojonegoro) No. Variabel Copla Estimasi Log Likelihood P-Vale + dan Las Pso Gmbel,08 0,30 0, dan Las Pso Gmbel,675,503 0, dan Las Pso Gmbel,0900 0,636 0,0000 Clayton 0,68,968 0,08 3. dan Las Pso Gmbel,860,8609 0,0000 Frank,9779 3,7583 0,00 Normal 0,35 3,38 0,00 Tabel 9 memperlihatkan bahwa strktr dependensi anomali +, 3, SST Nino dan las pso padi di Bojonegoro mengikti Copla Gmbel yang merpakan Copla Archimedean dengan tail dependensi pada bagian atas. Apabila anomali +, 3 dan mengalami kenaikan, maka las pso padi di Bojonegoro jga akan mengalami penambahan. Terdapat korelasi antara anomali +, 3, dan las pso padi pada titiktitik ekstrim atas. Strktr dependensi anomali 3. dan las pso padi di Bojonegoro mengikti Copla Frank, yait Copla Archimedean yang tidak mempnyai tail dependensi. Masing-masing Copla terpilih di Bojonegoro yang digambarkan sesai parameternya dalam bentk scatterplot disajikan pada Gambar 9. (a) (b) (c) (d) Gambar 9. Scatterplot rank Copla : Gmbel θ =,050 (a) Gmbel θ =,9833 (b) Gmbel θ =,5396 (c) Frank θ =,75893 (d) Model fitting Copla ntk Kabpaten Banywangi disajikan pada Tabel 0. Tabel 0. Model Fitting Copla dengan MLE (Banywangi) No. Variabel Copla Estimasi Log Likelihood P-Vale + dan Las Pso Gmbel,58,7976 0,0000 Frank,70,3886 0,0005 Clayton 0,3,99 0, dan Las Pso Gmbel,856 5,5790 0,0000 Frank,807,760 0, dan Las Pso Gmbel,089 0,75 0,0000 Gmbel,3003 6,00 0, dan Las Pso Frank,7975,583 0,000 Normal 0, 5,58 6,0x0-7 Tabel 0 memperlihatkan bahwa Copla yang terpilih ntk mendeskripsikan strktr dependensi antara sema indikator ENSO ( +, 3,, 3.) dan las pso padi di Banywangi adalah Copla Gmbel, karena nilai loglikelihood pada Copla tersebt terbesar dan mempnyai parameter yang signifikan. Korelasi indikator ENSO dengan las pso padi Jawa Timr lebih tinggi pada titik maksimm. Jika anomali +, 3, dan 3. tinggi, maka las pso padi di Banywangi akan bertambah. Berdasarkan hasil dari estimasi Ta sebelmnya, model fitting Copla pada Kabpaten Ngawi dapat disajikan pada Tabel. Tabel. Model Fitting Copla dengan MLE (Ngawi) Log No. Variabel Estimasi P-Vale Copla Likelihood dan Las Pso Gmbel,0606 0,933 0, dan Las Pso Gmbel,00 0,00 0,0000 3

14 Tabel mennjkkan bahwa Copla Gmbel mewakili strktr dependensi antara anomali SST Nino, 3. dan las pso padi di Ngawi. Hal ini berarti apabila anomali dan SST Nino 3. naik, las pso padi di Ngawi jga akan bertambah jmlahnya..5 Peta Kerawanan Pso Jawa Timr Hasil analisis ntk las pso padi agregat di Jawa Timr, didapatkan bahwa Copla yang mewakili strktr dependensi antara indikator ENSO dan las pso padi agregat di Jawa Timr adalah Copla Gmbel, yait Copla Archimedean yang memiliki tail dependensi pada bagian atas. Hal ini mennjkkan bahwa jika dianalisis secara agregat, sema daerah di Jawa Timr rawan terkena pso padi. Namn, dalam penelitian kali ini lebih difokskan pada lima Kabpaten lmbng padi Jawa Timr. Berdasarkan hasil analisis di lima Kabpaten lmbng padi Jawa Timr, dapat dissn peta kerawanan pso yang disajikan pada Gambar 0. Peta Kerawanan Pso BOJ ON E GO R O LA M O NG AN NG AW I JEM B ER BANYUW ANGI Jatim_.shp Rawan Pso Bkan Wilayah Penelitian Tidak Rawan Pso Gambar 0. Peta Kerawanan Pso Kabpaten Lmbng di Jawa Timr terhadap Indikator ENSO Gambar 0 memperlihatkan bahwa dari lima Kabpaten lmbng padi di Jawa Timr, terdapat tiga Kabpaten yang rawan pso padi terhadap indikator ENSO, yait Bojonegoro, Banywangi dan Ngawi (warna merah pada peta). Hal tersebt ditnjkkan oleh analisis menggnakan Copla sebelmnya, yang menghasilkan bahwa strktr dependensi indikator ENSO dan las pso padi di Bojonegoro, Banywangi dan Ngawi mengikti Copla tertent, maka mengindikasikan adanya hbngan antara indikator ENSO dan las pso padi di tiga Kabpaten tersebt. Lamongan dan Jember tidak rawan pso padi terhadap indikator ENSO (warna hija pada peta), sesai dengan analisis Copla sebelmnya yang mennjkkan bahwa strktr dependensi indikator ENSO dan las pso padi di Lamongan dan Jember tidak mengikti Copla manapn, sehingga tidak ada hbngan antara indikator ENSO dan las pso padi di da Kabpaten lmbng padi tersebt. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil analisis korelasi pearson tidak bisa mengidentifikasi pola hbngan antara indikator ENSO dan las pso padi agregat di Jawa Timr mapn las pso padi di lima kabpaten lmbng padi Jawa Timr. Strktr dependensi anomali +, 3,, 3. dan las pso padi agregat di Jawa Timr dan di Kabpaten Banywangi mengikti Copla Gmbel. Pada Bojonegoro, anomali +, 3, dan las pso padi mengikti Copla Gmbel, sedangkan 3. mengikti Copla Frank. Pada Kabpaten Lamongan dan Jember tidak mengikti Copla manapn. Pada Kabpaten Ngawi, indikator ENSO yang berpengarh pada las pso padi adalah anomali dan 3., dan strktr dependensinya mengikti Copla Gmbel. Berdasarkan hasil penelitian, mennjkkan bahwa yang selal berpengarh terhadap las pso padi adalah 3.. Hal ini mennjkkan bahwa 3. merpakan yang paling berpengarh pada wilayah Indonesia. Peta kerawanan pso padi dissn berdasarkan hasil analisis Copla. Kabpaten Bojonegoro, Banywangi dan Ngawi merpakan Kabpaten yang rawan pso padi. dan Kabpaten Lamongan dan Jember tidak rawan pso padi. Saran yang dapat diberikan adalah analisis menggnakan Copla lebih baik lagi apabila dilakkan dengan jmlah sampel yang besar agar bentk scatterplot rank Copla lebih terlihat jelas. Oleh karena it, ntk penelitian selanjtnya disarankan ntk menggnakan data dengan jmlah n lebih besar agar hasil yang didapatkan lebih baik lagi dan dapat dilakkan di lokasi lain yang berbeda.

15 6. DAFTAR PUSTAKA Daniel, W. W. (989). Statistika Nonparametrik Terapan. George State Uniersity. Jakarta : Gramedia. Dorey, M. dan Jobert, P. (007). Modelling Coplas : An Oeriew. Uniersity of Grenwich and Uniersity of Witwatersrand. Embrechts, P., Lindskog, F., dan McNeil, A. (00). Modelling Dependence with Coplas and Application to Risk Management. Department of Mathematics, ETHZ CH-809 Zürich, Switzerland. Embrechts, P. (009). Coplas : A personal View. Department of Mathematics, ETH Zürich, Switzerland. Genest, C. dan Nešlehoá, J. (007). Modelling Cont Data With Copla : Shold We?. Tart. Genest, C. dan Nešlehoá, J. (00). Coplas : Introdction to the Theory and Implementation in R with Applications in Finance and Insrance. Uniersite Laal and McGill Uniersity. Irawan, B. (006). Fenomena Anomali Iklim El-Nino dan La-Nina : Kecenderngan Jangka Panjang dan Pengarhnya terhadap Prodksi Pangan. Psat Analisis dan Kebijakan Pertanian Bogor. Kpanzo, T.A. (007). Coplas in Statistics. African Institte for Mathematical Sciences (AIMS). Mikosch, T. (008). Coplas: Tales and Facts. Laboratory of Actarial Mathematics, Uniersity of Copenhagen, Uniersitetsparken 5, DK-00, Denmark. Naga, D.S. (005). Statistika Terapan Bab 3A Nonparametrik : Data Peringkat I, <URL: diakses pada tanggal 3 Oktober 0, pkl 8:35 WIB. Naylor, R.L., Falcon, W., Wada, N., dan Rochberg, D. (00). Using El Niño -Sothern Oscillation Climate Data To Predict Rice Prodction In Indonesia. Climatic Change 50, Naylor, R.L., Falcon W., Wada N., dan Rochberg, D. (00). Using El Niño-Sothern Oscillation Climate Data To Improe Food Policy Planning In Indonesia. Blletin of Indonesian Economic Stdies 38: Nelsen, R. B. (005). An Introdction to Coplas : Second Edition. New York : Springer. Saladori, G., Michele, C.D., Passoni, G., dan Vezzoli, R. (007). A Mltiariate Model of Sea Storms Using Coplas. Coastal Engineering, Volme 5, Isse 0, Pages Samian. (008). Korelasi Sederhana Pearson, <URL: diakses pada 9 September 0, pkl 9:53 WIB. Schӧlzel, C. dan Friederichs, P. (008). Mltiariate Non-Normally Distribted Random Variables In Climate Research Introdction to The Copla Approach. Nonlin. Processes Geophys., 5, Serinaldi, F. (009). Comment on "Mltiariate Non-Normally Distribted Random Variables In Climate Research Introdction to The Copla Approach" by C. Schӧlzel and P. Friederichs. Nonlin. Processes Geophys., 6, Setiawan, A. (005). Oseanografi, Awal Kehidpan Bermla di Lat : ENSO, <URL: diakses pada 7 September 0, pkl 0:9 WIB. Sklar, A. (959), Fonctions de répartition à n dimensions et lers marges. Pbl. Inst. Statist. Uni. Paris 8: 9 3 Syahrir, I. (0). Estimasi Parameter Copla dan Aplikasinya pada Klimatologi. Thesis Jrsan Statistika FMIPA ITS. Srabaya : ITS. Villarini, G., Serinaldi, F., dan Krajewski, W. F. (008). Modeling Radar-Rainfall Estimation Uncertainties Using Parametric and Non-Parametric Approaches. Adances in Water Resorces, Volme 3, Isse, Pages Yan, J. (006). Enjoy The Joy Copla. Department of Statistics and Actarial Science, Uniersity of Iowa, Schaeffer Hall, Iowa City, IA 5, USA. Yan, J. (007). Enjoy The Joy of Coplas with a Package Copla. American Statistical Association. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan

Lebih terperinci

Estimasi Parameter Copula Dan Aplikasinya Pada Klimatologi

Estimasi Parameter Copula Dan Aplikasinya Pada Klimatologi Estimasi Parameter Copula Dan Aplikasinya Pada Klimatologi Irwan Syahrir (309 20 00) Dosen Pembimbing: Dr. Ismaini Zaini, M.Si Dr.rer.pol. Heri Kuswanto, M.Si . PENDAHULUAN Latar belakang Analisis Statistik

Lebih terperinci

Penerapan Masalah Transportasi

Penerapan Masalah Transportasi KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi

Lebih terperinci

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE Vale Added, Vol. 11, No. 1, 015 PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE 1 Moh Yamin Darsyah, Ujang Malana 1, Program Stdi Statistika FMIPA Universitas Mhammadiyah Semarang Email:

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN PRODUKSI PADI DAN INDIKATOR ENSO DI KABUPATEN TABANAN DENGAN PENDEKATAN COPULA

ANALISIS HUBUNGAN PRODUKSI PADI DAN INDIKATOR ENSO DI KABUPATEN TABANAN DENGAN PENDEKATAN COPULA E-Jurnal Matematika Vol. 5 (4), November 2016, pp. 164-169 ISSN: 2303-1751 ANALISIS HUBUNGAN PRODUKSI PADI DAN INDIKATOR ENSO DI KABUPATEN TABANAN DENGAN PENDEKATAN COPULA Luh Gede Udayani 1, I Wayan Sumarjaya

Lebih terperinci

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M000259 Di PT.PAL INDONESIA Oleh : Selfy Atika Sary NRP : 1307 030 053 Pembimbing :

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : copula, produksi padi, ENSO, copula Archimedean, copula Frank

ABSTRAK. Kata Kunci : copula, produksi padi, ENSO, copula Archimedean, copula Frank Judul Nama Pembimbing : Analisis Hubungan Produksi Padi dan Indikator ENSO di Kabupaten Tabanan dengan Pendekatan Copula : Luh Gede Udayani : 1. I Wayan Sumarjaya, S.Si., M.Stats. 2. Made Susilawati, S.Si.,

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

Korelasi Kendall (τ) untuk Estimasi Parameter Distribusi Clayton-copula Bivariat

Korelasi Kendall (τ) untuk Estimasi Parameter Distribusi Clayton-copula Bivariat SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Korelasi Kendall (τ) untuk Estimasi Parameter Distribusi Clayton-copula Bivariat S - 9 Apriliana Wiji Nurcahyani, Dewi Retno Sari Saputro,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Sejarah Analisis Jalr Teknik analisis jalr yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahn 1934, sebenarnya merpakan pengembangan korelasi yang dirai menjadi beberapa interpretasi akibat

Lebih terperinci

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI JRISE, Vol.1, No.1, Febrari 2014, pp. 28~40 ISSN: 2355-3677 BEBERAPA SIFA JARAK ROASI PADA POHON BINER ERURU DAN ERORIENASI Oleh: Hasniati SMIK KHARISMA Makassar hasniati@kharisma.ac.id Abstrak Andaikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. Penganggaran Modal (Capital Bdgeting) Modal (Capital) mennjkkan aktiva tetap yang dignakan ntk prodksi Anggaran (bdget)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh BAB LANDASAN TEORI. Sejarah Analisis Jalr (Path Analysis) Analisis jalr yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahn 90-an oleh seorang ahli genetika yait Sewall Wright. Teknik analisis

Lebih terperinci

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 63 Analisis Pelrhan Florine-18 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 717 Wijono dan Pjadi Psat Teknologi Keselamatan dan Metrologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Logika Fzzy Pada awalnya sistem logika fzzy diperkenalkan oleh Profesor Lotfi A. Zadeh pada tahn 1965. Konsep fzzy bermla dari himpnan klasik (crisp) yang bersifat tegas ata

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS Dian Permana Ptri 1, Herri Slaiman FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gnng Jati Cirebon

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA Abstrak TBC penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardioaskler

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umm Bins Bsiness School Bina Nsantara (Bins) University didirikan pada tanggal 1 Oktober 1974 yang berawal dari sebah lembaga pendidikan kompter jangka pendek,

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK)

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) Arif Setiawan 1*, Pratomo Setiaji 1 1 Program Stdi Sistem Informasi, Fakltas Teknik, Universitas Mria Kds Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kds 59352 * Email:

Lebih terperinci

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu Jrnal Gradien Vol. No.2 Jli 2005 : 5-55 Model Hidrodinamika Pasang Srt Di Perairan Pla Baai Bengkl Spiyati Jrsan Fisika, Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan Alam, Universitas Bengkl, Indonesia Diterima

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI Mokhamad Fatoni, Indri Sdanawati Rozas, S.Kom., M.Kom., Latifah Rifani, S.T., MIT. Jrsan Sistem

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM DETEKSI IKLIM EKSTRIM DENGAN PENDEKATAN COPULA SEBAGAI EARLY WARNING SYSTEM PADA PRODUKSI PADI DI LAMONGAN JAWA TIMUR BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate

Lebih terperinci

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1)

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1) tahaean Vol. 4 No. Janari 007 rnal TKNIK SIPIL Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan nergi Syaalddin ) Abstrak Paper ini menyajikan pengerjaan hkm kekekalan energi pada pemodelan

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M. ALJABAR LINEAR (Vektor dirang 2 dan 3) Dissn Untk Memenhi Tgas Mata Kliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdl Aziz Saefdin, M.Pd Dissn Oleh : Kelompok 3/3A4 1. Nrl Istiqomah 14144100130 2. Ambar Retno

Lebih terperinci

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi Jrnal Matematika Integratif ISSN 4-684 Volme No, Oktober 05, pp - 8 Kontrol Optimm pada Model Epidemik SIR dengan Pengarh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi N. Anggriani, A. Spriatna, B. Sbartini, R. Wlantini

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gnawan Semester II, 2016/2017 3 Maret 2017 Kliah yang Lal 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi.

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi. Interasi Metode Interal Kadratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi Gass merpakan metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

(a) (b) Gambar 1. garis singgung

(a) (b) Gambar 1. garis singgung BAB. TURUNAN Sebelm membahas trnan, terlebih dahl ditinja tentang garis singgng pada sat krva. A. Garis singgng Garis singgng adalah garis yang menyinggng sat titik tertent pada sat krva. Pengertian garis

Lebih terperinci

BEBERAPA IDENTITAS PADA GENERALISASI BARISAN FIBONACCI ABSTRACT

BEBERAPA IDENTITAS PADA GENERALISASI BARISAN FIBONACCI ABSTRACT BEBERP IDENTITS PD GENERLISSI BRISN FIBONCCI Sri Melati 1, Mashadi, Msraini M 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika Dosen Jrsan Matematika Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan lam Universitas Ria Kamps

Lebih terperinci

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan:

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan: PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM Perl diingat kembali definisi panjang dan jarak sat ektor pada rang hasil kali dalam Eclid, yait rnag ektor yang hasil kali dlamnya didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor

Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor Swandi *, Sri Gemawati 2, Samsdhha 2 Mahasiswa Program Stdi Magister Matematika, Dosen Pendidikan Matematika Uniersitas Pasir Pengaraian 2 Dosen Jrsan Matematika

Lebih terperinci

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS Mardhika WA 1, Syamsdhha 2, Aziskhan 2 mardhikawirahadi@nriacid 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika 2 Laboratorim Komptasi Jrsan

Lebih terperinci

merupakan kabupaten ke dua terbesar di Jawa Timur. Kabupaten Malang berbatasan dengan dua kota madya yaitu Malang dan Batu dan

merupakan kabupaten ke dua terbesar di Jawa Timur. Kabupaten Malang berbatasan dengan dua kota madya yaitu Malang dan Batu dan IPTEK BAGI MASYARAKAT (IBM) USAHA PENGOLAHAN KURMA TOMAT MENGHADAPI PERMASALAHAN INTENSITAS PERUBAHAN CUACA PADA POSDAYA MANALAGI VI DAN VII DUSUN SUMBERMULYO DESA MADIREDO KECAMATAN PUJON Samsl Arifin

Lebih terperinci

EKSISTENSI BAGIAN IMAJINER PADA INTEGRAL FORMULA INVERSI FUNGSI KARAKTERISTIK

EKSISTENSI BAGIAN IMAJINER PADA INTEGRAL FORMULA INVERSI FUNGSI KARAKTERISTIK Jrnal Matematika UNAND Vol. No. 2 Hal. 39 43 ISSN : 233 29 c Jrsan Matematika FMIPA UNAND EKSISTENSI BAGIAN IMAJINER PADA INTEGRAL FORMULA INVERSI FUNGSI KARAKTERISTIK YULIANA PERMATASARI Program Stdi

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI CONTOH 4 SIMPULAN 5 LATIHAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi 1 ARUS LAUT Ada gaa ang berperan dalam ars ait: gaa-gaa primer dan gaa-gaa seknder. Gaa primer berperan dalam menggerakkan ars dan menentkan kecepatanna, gaa primer ini antara lain adalah: stress angin,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS Ole: Citra Dewi Ksma P. 106 100 007 Dosen pembimbing: DR. Sbiono, MSc. Latar Belakang PENDAHULUAN Penyakit Tberklosis TB adala

Lebih terperinci

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Makalah Seminar Tgas Akhir Jnanto Prihantoro 1, Trias Andromeda. 2, Iwan Setiawan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH ;' I. ~ tr'. T I BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah : TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d lim = lim = 0 0 d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses mencarinya disebt menrnkan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN TEORI

BAB III PENDEKATAN TEORI 9 BAB III PENDEKAAN EORI 3.1. eknik Simlasi CFD Comptational Flid Dnamics (CFD) adalah ilm ang mempelajari cara memprediksi aliran flida, perpindahan panas, rekasi kimia, dan fenomena lainna dengan menelesaikan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com 1 NAMA : KELAS : teresiaeni.wordpress.com TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d ' = = d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses

Lebih terperinci

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb) oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT oleh GURITNA NOOR AINATMAJA M SKRIPSI ditlis dan diajkan ntk memenhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

Analisa Performasi Kolektor Surya Terkonsentrasi Dengan Variasi Jumlah Pipa Absorber Berbentuk Spiral

Analisa Performasi Kolektor Surya Terkonsentrasi Dengan Variasi Jumlah Pipa Absorber Berbentuk Spiral Jrnal Ilmiah EKNIK DESAIN MEKANIKA Vol6 No1, Janari 2017 (11-16) Analisa Performasi Kolektor Srya erkonsentrasi Dengan Variasi Jmlah Pipa Absorber Berbentk Spiral I Gsti Ngrah Agng Aryadinata, Made Scipta

Lebih terperinci

Estimasi Parameter Distribusi Marshall-Olkin Copula dengan Metode Maximum Likelihood

Estimasi Parameter Distribusi Marshall-Olkin Copula dengan Metode Maximum Likelihood SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 S - 26 Estimasi Parameter Distribusi Marshall-Olkin Copula dengan Metode Maximum Likelihood Riris Listya Dahyita Putri, Dewi Retno Sari Saputro,

Lebih terperinci

BAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1)

BAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1) 5 BAB III MTOD LMN HINGGA 3. Tegangan Tegangan adalah gaa per nit area pada sat material sebagai reaksi akibat gaa lar ang dibebankan pada strktr. Pada Gambar 3.. diperlihatkan elemen kbs dalam koordiant

Lebih terperinci

Mata Kuliah: Aljabar Linier Dosen Pengampu: Darmadi, S. Si, M. Pd

Mata Kuliah: Aljabar Linier Dosen Pengampu: Darmadi, S. Si, M. Pd . RUANG BERDIMENSI n EUCLIDIS Mata Kliah: Aljabar Linier Dosen Pengamp: Darmadi S. Si M. Pd Dissn oleh: Kelompok Pendidikan Matematika VA. Abdl Fajar Sidiq (8.). Lilies Prwanti (8.76). Ristinawati (8.)

Lebih terperinci

by Emy 1 IMAGE RESTORATION by Emy 2

by Emy 1 IMAGE RESTORATION by Emy 2 Copyright @ 2007 by Emy 1 IMAGE RESTORATION Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mamp membedakan proses pengolahan citra mengnakan image enhancement dengan image restoration Mamp menganalisis citra yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu konsep yang sangat menarik untuk dikaji adalah konsep copula. Konsep ini banyak digunakan di bidang matematika dan statistika, bahkan aplikasinya

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON

PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON Jrnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 157 161 ISSN : 233 291 c Jrsan Matematika FMIPA UNAND PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON DALIANI Program Stdi Matematika, Fakltas

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gnawan Semester II, 013/014 5 Maret 014 Kliah yang Lal 10.1 Parabola, aboa, Elips, danhiperbola a 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG _ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

Lebih terperinci

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE Inner Prodcts Angle and Orthogonality in Inner Prodct Spaces Orthonormal Bases; Gram-Schmidt Process; QR-Decomposition Best Approximation; Least Sqares Orthogonal Matrices;

Lebih terperinci

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai 6 URUNAN PARSIAL Deinisi Jika ngsi da ariable maka: i Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai ii Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai Tentkan trnan

Lebih terperinci

Pemodelan Matematika Rentang Waktu yang Dibutuhkan dalam Menghafal Al-Qur an

Pemodelan Matematika Rentang Waktu yang Dibutuhkan dalam Menghafal Al-Qur an Pemodelan Matematika Rentang Wakt yang Dibthkan dalam Menghafal Al-Qr an Indah Nrsprianah Tadris Matematika, IAIN Syekh Nrjati Cirebon Email: rizqi.syadida@yahoo.com Abstrak Kegiatan menghafal Al-Qr an

Lebih terperinci

PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALAT PENUKAR KALOR

PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALAT PENUKAR KALOR Diktat Mata Kliah PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALA PENUKAR KALOR Dignakan Khss Di Lingkngan Program Stdi eknik Mesin S-1 Universitas Mhammadiah Yogakarta Oleh: EDDY NURCAHYADI, S, MEng (1979010600310

Lebih terperinci

Simulasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tumor

Simulasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tumor Jrnal Kbik, Volme No. (7) ISSN : 338-896 Simlasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tmor Habib Abdllah, a), Dian Nraiman dan Esih Skaesih Jrsan Matematika UIN Snan Gnng Djati Bandng a) email:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendkng pembahasan dari sistem yang akan dibat. 2.1. Katalog Perpstakaan Katalog perpstakaan adalah sat media yang

Lebih terperinci

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE TEKAA TAAH PADA DIDIG PEAHA METODA RAKIE Moda kernthan F Gaya F dapat disebabkan oleh: gesekan pada dasar (gravity retaining walls) masknya dinding ke dalam tanah (sheet retaining walls) angker dan penahan

Lebih terperinci

TIME SERIES ANALYSIS USING COPULA GAUSS AND AR(1)-N.GARCH(1,1) DOI: /medstat Abstract

TIME SERIES ANALYSIS USING COPULA GAUSS AND AR(1)-N.GARCH(1,1) DOI: /medstat Abstract p-issn 1979 3693 e-issn 2477 0647 MEDIA STATISTIKA 9(1) 2016: 01-13 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/media_statistika TIME SERIES ANALYSIS USING COPULA GAUSS AND AR(1)-N.GARCH(1,1) Rezzy Eko Caraka

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK SIPIL USU

JURNAL TEKNIK SIPIL USU JURNAL TEKNIK SIPIL USU ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK TIANG TEKAN IDROLIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM AKADEMI TEKNIK KESELAMATAN PENERBANGAN MEDAN Inda Yfina 1, Rdi Iskandar 2 1

Lebih terperinci

KINERJA TURBIN AIR TIPE DARRIEUS DENGAN SUDU HYDROFOIL STANDAR NACA 6512

KINERJA TURBIN AIR TIPE DARRIEUS DENGAN SUDU HYDROFOIL STANDAR NACA 6512 Vol. 1, No., Mei 010 ISSN : 085-8817 KINERJA TURBIN AIR TIPE DARRIEUS DENGAN SUDU HYDROFOIL STANDAR NACA 651 Mhammad Irsyad Jrsan Teknik Mesin Uniersitas Lampng email: irsyad71@nila.ac.id Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN / WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN2013 TENTANG PEDOMAN STANDAR KINERJA INDIVIDU PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh. tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh. tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya. 5 BAB TIJAUA PUSTAKA.1 Daya Dkng Tanah Pasir Kapasitas dkng menyatakan tahanan geser tanah ntk melawan penrnan akibat pembebanan, yait tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang-bidang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSIAS INDONESIA PERANANGAN PENGENDALI MODEL PREDIIVE ONROL (MP) PADA SISEM EA EXANGER DENGAN JENIS KARAKERISIK SELL AND UBE ESIS RIDWAN FARUDIN 76733 FAKULAS EKNIK PROGRAM SUDI EKNIK KONROL INDUSRI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada BAB TIJAUA PUSTAKA.. Pendahlan Disain prodk merpakan proses pengembangan konsep aal ntk mencapai permintaan dan kebthan dari konsmen. Sat desain prodk ang baik dapat mendorong pengembangan ang skses, dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Stdi Pendahlan Langkah aal dalam enelitian ini adalah mencari dan mengmlkan smbersmber seerti: bk, jrnal ata enelitian sebelmna ang mendkng enelitian ini. 3. Tahaan Analisis

Lebih terperinci

1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini

1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini 1 1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resltan dengan menggnakan 3 neraca pegas berikt ini Yang sesai dengan rms vektor gaya resltan secara analitis adalah gambar A. (1), (2) dan (3) D. (1), dan

Lebih terperinci

Integra. asi 2. Metode Integral Kuadr. ratur Gauss 2 Titik

Integra. asi 2. Metode Integral Kuadr. ratur Gauss 2 Titik Intera asi Metode Interal Kadr ratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi i Gass merpaka an metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

MODEL P BACK ORDER DAN ALGORITMA PERMASALAHAN INVENTORI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ONGKOS TRANSPORTASI (FIXED AND VARIABLE COST) PERMINTAAN PROBABILISTIK

MODEL P BACK ORDER DAN ALGORITMA PERMASALAHAN INVENTORI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ONGKOS TRANSPORTASI (FIXED AND VARIABLE COST) PERMINTAAN PROBABILISTIK 158 Model P Bak Order dan Algoritma...(Brhan) MODEL P BACK ODE DAN ALGOITMA PEMASALAHAN INVENTOI DENGAN MEMPETIMBANGKAN ONGKOS TANSPOTASI (FIXED AND VAIABLE COST) PEMINTAAN POBABILISTIK Brhan Jrsan Teknologi

Lebih terperinci

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK PEDOMAN KALIBRASI PERALAN VOLUMETRIK 1. PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini ditjkan ntk memberikan petnjk bagi laboratorim kalibrasi dalam melakkan kalibrasi peralatan volmetrik dan mengharmonisasikan praktek

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS BALOK KOLOM BAJA BERPENAMPANG SIMETRIS GANDA BERDASARKAN SNI DAN METODA ELEMEN HINGGA

ANALISIS KAPASITAS BALOK KOLOM BAJA BERPENAMPANG SIMETRIS GANDA BERDASARKAN SNI DAN METODA ELEMEN HINGGA Konferensi asional Teknik Sipil 3 (KoTekS 3) Jakarta, 6 7 ei 29 AAISIS KAPASITAS BAOK KOO BAJA BERPEAPAG SIETRIS GADA BERDASARKA SI 3 729 2 DA ETODA EEE HIGGA Aswandy Jrsan Teknik Sipil, Institt Teknologi

Lebih terperinci

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING Desi Yanti, Sayti Rahman, Rismayanti 3 Jrsan Teknik Informatika Universitas Harapan Medan Jl. HM Jhoni

Lebih terperinci

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN 30 3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN Lat merpakan sat lingkngan yang sangat kompleks baik ditinja dari segi biotik mapn abiotik. Tak terkecali dengan dasar perairan, dasar perairan merpakan sat medim yang

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E. Objektif. Teori. Contoh 4. Simplan

Lebih terperinci

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni Diktat Klia TK Matematika BAB TURUNAN Graien Garis Singgng Tinja seba krva = f() seperti iperliatkan paa Gambar Garis ang melali titik P(, f( )) an Q( +, f( + )) isebt tali bsr Graien tali bsr tersebt

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. return, mean, standard deviation, skewness, kurtosis, ACF, korelasi, GPD, copula,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. return, mean, standard deviation, skewness, kurtosis, ACF, korelasi, GPD, copula, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas semua konsep yang mendasari penelitian ini yaitu return, mean, standard deviation, skewness, kurtosis, ACF, korelasi, GPD, copula, VaR, estimasi VaR dengan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR DEPENDENSI DENGAN COPULA (APLIKASI PADA DATA KLIMATOLOGI)

IDENTIFIKASI STRUKTUR DEPENDENSI DENGAN COPULA (APLIKASI PADA DATA KLIMATOLOGI) IDENTIFIKASI STRKTR DEPENDENSI DENGAN COPLA (APLIKASI PADA DATA KLIMATOLOGI) Mutiah Salamah 1 dan Heri Kuswanto 2 1,2 Jurusan Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya e-mail: 1 mutiah_s@statistika.its.ac.id,

Lebih terperinci

LKPD.3 HUKUM ARCHIMEDES

LKPD.3 HUKUM ARCHIMEDES LKPD.3 HUKUM RCHIMEDES Kelompok : Nama nggota : 1. 2. 3. 4. 5.. Tjan Percobaan. Tjan Percobaan - Melali penyelidikan ini peserta didik mamp mengetahi pengarh volme benda yang tercelp dalam zat cair terhadap

Lebih terperinci