LAPORAN ANALISIS DAYA SAING INDONESIA DAN ASEAN LAINNYA DI PASAR PRODUK UTAMA INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN ANALISIS DAYA SAING INDONESIA DAN ASEAN LAINNYA DI PASAR PRODUK UTAMA INDONESIA"

Transkripsi

1 LAPORAN ANALISIS DAYA SAING INDONESIA DAN ASEAN LAINNYA DI PASAR PRODUK UTAMA INDONESIA PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2015

2 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR v KATA PENGANTAR vii ABSTRAK Viii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Kajian 6 BAB II. TINJAUAN TEORITIS Teori Perdagangan Internasional Konsep Daya Saing Penelitian Terdahulu 12 BAB III METODE PENELITIAN Daya Saing Komparatif Daya Saing Kompetitif 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Posisi dan Daya Saing Produk Alas Kaki Indonesia dan 23 Negara ASEAN Lainnya 4.2. Posisi dan Daya Saing Produk Kimia Indonesia dan 32 Negara ASEAN Lainnya 4.3. Posisi dan Daya Saing Produk Otomotif Indonesia dan 41 Negara ASEAN Lainnya 4.4. Posisi dan Daya Saing Produk Plastik Indonesia dan 50 Negara ASEAN Lainnya 4.5. Posisi dan Daya Saing Produk Logam Indonesia dan 58 Negara ASEAN Lainnya 4.6. Posisi dan Daya Saing Produk Mesin Indonesia dan 68 Negara ASEAN Lainnya i

3 4.7. Posisi dan Daya Saing Produk Kayu Indonesia dan 75 Negara ASEAN Lainnya 4.8. Posisi dan Daya Saing Produk Karet Indonesia dan 84 Negara ASEAN Lainnya 4.9. Posisi dan Daya Saing Produk TPT Indonesia dan 95 Negara ASEAN Lainnya Posisi dan Daya Saing Produk Elektronik Indonesia 107 dan Negara ASEAN Lainnya BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan 5.2. Rekomendasi Kebijakan DAFTAR PUSTAKA 121 LAMPIRAN 123 ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Perkembangan Perekonomian Global dan Perkembangan Perekonomian Beberapa Negara Tujuan Ekspor Non Migas Indonesia... 1 Tabel 1.2. Target Pertumbuhan Ekspor Non Migas Indonesia... 3 Tabel 1.3. Perkembangan Posisi Ekspor Indonesia di Pasar China... 4 Tabel 4.1. Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Alas Kaki Dunia Tabel 4.2. Nilai RCA Produk Alas Kaki Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 Negara Tujuan Utama Tabel 4.3. Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Produk Kimia Dunia Tabel 4.4. RCA Produk Kimia Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 Negara Tujuan Utama Tabel 4.5. Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Otomotif Dunia Tabel 4.6. Nilai RCA Produk Otomotif Indonesia Dan Negara Asean Pesaing Di 10 Negara Tujuan Utama Tabel 4.7. Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Produk Plastik Dunia Tabel 4.8. Nilai RCA Produk Plastik Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 negara tujuan utama Tabel 4.9. Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Produk Logam Dunia Tabel Nilai RCA Produk Logam Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 Negara Tujuan Utama Tabel Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Mesin-Mesin Dunia Tabel Nilai RCA Produk Mesin Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 negara tujuan utama Tabel Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Kayu Dunia Tabel Nilai RCA Produk Kayu Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 negara tujuan utama Tabel Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Karet Dunia iii

5 Tabel Nilai RCA Produk Karet Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 negara tujuan utama Tabel Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama TPT Dunia Tabel Nilai RCA TPT Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 negara tujuan utama Tabel Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Elektronik Dunia Tabel Nilai RCA Elektronik Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 negara tujuan utama iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Model Diamond Porter Gambar 4.1. Interaksi Antar Faktor Daya Saing Dalam Porter s Diamond Gambar 4.2. Posisi Produk Alas Kaki Indonesia dan ASEAN Lainnya Di Pasar Dunia Gambar 4.3. Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Produk Alas Kaki Indonesia Gambar 4.4. Diagram Analisis Porter Diamond Produk Alas Kaki Gambar 4.5. Posisi Produk Kimia Indonesia dan ASEAN Lainnya di Pasar Dunia Gambar 4.6. Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Produk Kimia Indonesia.. 35 Gambar 4.7. Diagram Analisis Porter Diamond Produk Kimia Gambar 4.8. Posisi Indonesia dan Eksportir Produk Otomotif ASEAN Lainnya di Pasar Dunia Gambar 4.9. Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Otomotif Indonesia Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Otomotif Gambar Posisi Produk Plastik Indonesia dan ASEAN Lainnya di Pasar Dunia Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Produk Plastik Indonesia 52 Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Plastik Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir Produk Logam ASEAN Lainnya di Pasar Dunia Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Logam Indonesia Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Logam Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir Produk Mesin ASEAN lainnya di Pasar Dunia Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Mesin Indonesia Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Mesin v

7 Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir Produk Kayu ASEAN lainnya di Pasar Dunia Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Kayu Indonesia Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Kayu Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir Produk Karet ASEAN lainnya di Pasar Dunia Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Karet Indonesia Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Karet Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir TPT ASEAN lainnya di Pasar Dunia.. 97 Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor TPT Indonesia Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk TPT Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir Elektronik ASEAN lainnya di Pasar Dunia Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Elektronik Indonesia Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Elektronik vi

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kajian dengan judul Analisis Daya Saing Indonesia dan ASEAN lainnya di Pasar Produk Utama Indonesia ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. Ekspor non migas Indonesia saat ini masih didominasi oleh komoditas primer. Dominasi komoditas primer tersebut menjadikan ekspor Indonesia sangat rentan terhadap perubahan harga di pasar internasional yang dinamis. Selain itu, kebergantungan terhadap ekspor komoditas primer menjadikan peran perdagangan Indonesia dalam perdagangan global relatif stagnan yaitu hanya sekitar 1% dari total ekspor dunia selama 5 tahun terakhir, Di sisi lain, permintaan dunia justru menunjukkan hal yang sebaliknya dimana permintaan impor akan produk manufaktur jauh lebih besar dibandingkan dengan permintaan akan komoditas primer. Salah satu langkah yang harus dilakukan agar Indonesia dapat meningkatkan ekspor adalah dengan merubah struktur ekspor Indonesia dari dominasi komoditas primer menjadi dominasi produk manufaktur. Dengan demikian, tantangan ke depan adalah bagaimana pemerintah Indonesia dan para stakeholders dapat bekerjasama membangun sektor manufaktur yang berorientasi ekspor. Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, maka Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri melakukan kajian Daya Saing Indonesia dan ASEAN lainnya di Pasar Produk Utama Indonesia. Kajian ini hanya akan berfokus pada sepuluh produk manufaktur utama Indonesia dan juga fokus pada perbandingan daya saing Indonesia dengan negara ASEAN mengingat ASEAN merupakan pesaing terdekat bagi Indonesia. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan masukan dari semua pihak untuk tahap pengembangan dan penyempurnaan kajian ini di masa akan datang. Jakarta, September 2015 Tim Pengkaji vii

9 ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi posisi Indonesia dan ASEAN lainnya serta melakukan evaluasi daya saing sepuluh produk manufaktur utama Indonesia di pasar tujuan utama ekspor Indonesia. Untuk mengidentifikasi posisi dan daya saing Indonesia, kajian ini menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menganalisis daya saing komparatif, sedangkan metode Porter Diamond s digunakan untuk menganalisis daya saing kompetitif. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum, produk manufaktur Indonesia yang masih memiliki keunggulan yang cukup baik dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya adalah Alas Kaki, TPT, produk kayu dan otomotif. Vietnam dan Thailand merupakan pesaing utama Indonesia yang berasal dari ASEAN. Produk tersebut sebagian besar merupakan industri padat karya. Berdasarkan hasil analisis daya saing kompetitif untuk produk-produk tersebut, permasalahan utama yang dihadapi oleh industri dalam negeri adalah belum terciptanya iklim investasi yang kondusif di Indonesia, seperti kenaikan UMP dan demo buruh serta prosedur yang berbelit untuk mendapatkan insentif pajak. Dengan demikian, salah satu alternatif strategi dalam rangka peningkatan daya saing produk manufaktur Indonesia adalah hanya dengan menciptkan iklim investasi yang kondusif karena ekspor prduk manufaktur sangat bergantung pada FDI yang masuk ke Indonesia. Kata kunci: Daya Saing, Revealed Comparative Advantage (RCA), Porter Diamonds ABSTRACT This study aims to identify Indonesia s position and other ASEAN countries and to evaluate the competitiveness of Indonesian ten major manufactured products in the main export destinations for Indonesia. Revealed Comparative Advantage (RCA) is used for analyzing the comparative competitiveness, while Porter Diamond's method is used for analyzing the competitive competitiveness. The results show that in general, Indonesian manufacturing products that still have a comparative advantage compared to other ASEAN countries are Footwear, textile, wood products and automotive. Vietnam and Thailand are the Indonesia s main competitors for those products. Moreover, those products are largely come from labor-intensive industry. Based on the results of the analysis of the competitive competitiveness, the main problem faced by the domestic industry is that conducive condition for investment in Indonesia is not yet developed, for instance the regulation on employee s minimum salary and their strike and also complicated procedures to obtain tax incentives. Thus, the main strategy in order to increase the competitiveness of Indonesian manufactured products is only by creating a conducive investment climate because the export of manufacture products is really related to the FDI come in to Indonesia. Keywords: Competitiveness, Revealed Comparative Advantage (RCA), Porter Diamonds viii

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia hingga semester I 2015 menunjukkan adanya perlambatan. Hal tersebut ditandai oleh perekonomian pada kuartal II 2015 yang hanya tumbuh sebesar 4,67%, turun dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,12% (BPS, 2015). Perlambatan ekonomi Indonesia tersebut tentu tidak terlepas dari situasi perekonomian dunia yang masih belum menunjukkan kondisi yang menggembirakan dimana di tahun 2015 diprediksi hanya akan tumbuh sebesar 3,3% dan 3,6% di tahun 2016 (WEO, 2015). Perekonomian beberapa negara-negara tujuan ekspor non migas Indonesia seperti India, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Inggris (UK) dan AS juga mengalami pelemahan pada triwulan II 2015 sehingga berdampak pada melambatnya kinerja ekspor Indonesia terutama sektor non migas (trading economics, 2015) (Tabel 1.1). Tabel 1.1. Perkembangan Perekonomian Global dan Perkembangan Perekonomian Beberapa Negara Tujuan Ekspor Non Migas Indonesia Sumber: WEO dan trading economics, 2015 Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 1

11 Lebih lanjut, menurut klasifikasi World Bank (2014), Indonesia masuk kedalam kelompok negara world middle income country, yaitu negara dengan pendapatan per kapita antara USD 1026 sampai dengan USD Wilson (2014) menyatakan bahwa beberapa negara di Amerika Latin yang masuk kedalam kelompok world middle income countries akan mengalami fenomena middle income trap yaitu dimana negara tidak mengalami pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut. Oleh karena itu, Diop (2014) merekomendasikan agar Indonesia tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 6% agar dapat terhindar dari middle income trap. Dengan demikian, strategi yang dilakukan untuk meningkatkan dan atau menahan pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih dalam adalah dengan mengembangkan dan meningkatkan kinerja ekspor sehingga dapat terhindar dari middle income trap. Performa ekspor yang baik akan menarik investor dan selanjutnya akan menyerap tenaga kerja, memberi kontribusi pada penerimaan pajak, serta dampak multiplier lainnya yang mendorong pada pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, kinerja ekspor non migas semester I 2015 turun sebesar 6,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Di samping pelemahan perekonomian negara tujuan ekspor non migas Indonesia, merosotnya harga komoditas di pasar internasional juga diperkirakan menjadi salah satu pemicu melemahnya kinerja ekspor Indonesia. Ekspor non migas Indonesia saat ini masih didominasi oleh komoditas primer dengan pangsa sebesar 65%, sementara ekspor produk manufaktur hanya memiliki pangsa sebesar 35% dari total ekspor non migas Indonesia (BPS, 2015). Dominasi produk primer tersebut menjadikan ekspor Indonesia sangat rentan terhadap perubahan harga di pasar internasional yang sangat dinamis. Selain itu, kebergantungan terhadap ekspor komoditas primer menjadikan peran perdagangan Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 2

12 Indonesia dalam perdagangan global relatif stagnan yaitu hanya pada tingkatan 1% dari total ekspor dunia selama 5 tahun terakhir, (UN Comtrade, 2015). Sementara itu, permintaan dunia justru menunjukkan hal yang sebaliknya dimana permintaan impor akan produk manufaktur mencapai 67% sementara permintaan impor akan komoditas primer hanya mencapai 33%. salah satu langkah yang harus dilakukan agar Indonesia dapat meningkatkan ekspor adalah dengan merubah struktur ekspor Indonesia dari dominasi komoditas primer menjadi dominasi produk manufaktur guna mendukung pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pada tahun 2019, kontribusi produk manufaktur ditargetkan mencapai 65% dari total ekspor Indonesia (Tabel 1.2). Tabel 1.2. Target Pertumbuhan Ekspor Non Migas Indonesia Indikator Sasaran Tahun Pertumbuhan Ekspor Non Migas (%) Kontribusi Produk Manufaktur Terhadap Total Ekspor (%) Pertumbuhan Ekspor Jasa (%) Pertumbuhan Ekspor Non Migas ke Pasar Utama (%) Pertumbuhan Ekspor Non Migas ke Pasar Prospektif (%) Sumber: Renstra Kementerian Perdagangan, Di tengah kondisi pasar yang semakin terbuka, persaingan diantara negara eksportir semakin ketat untuk memenangkan pasar di negara tujuan yang sama. Sebagai contoh di pasar China, posisi ekspor Indonesia bersaing dengan Philipina dan Vietnam (Tabel 1.3). Pada tabel tersebut terlihat nilai ekspor posisi Indonesia dipasar China unggul dibandingkan Philipina dan Vietnam pada tahun 2010 dan 2014, namun pada triwulan pertama 2015 (Januari-Maret), posisi ekspor Philipina (USD 4.3 milyar) telah menyamai Indonesia, Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 3

13 Rank bahkan Vietnam lebih unggul dari Indonesia (USD 4.9 milyar). Penurunan performa ekspor pada triwulan pertama 2015, menunjukkan perlunya upaya untuk mempertahankan daya saing produk ekspor. Tabel 1.3. Perkembangan Posisi Ekspor Indonesia di Pasar China Partner Country Sumber: Trademap, 2015 (diolah) USD Miliar Jan-Mar 2015 Trend (%) Growth (%) 15/14 Share (%) 2015 World 1, , (21.45) Korea, South (8.15) Japan (3.36) (11.30) United States (10.40) Taiwan (2.59) China (3.61) Malaysia (8.30) Thailand (11.81) Singapore (15.58) Indonesia (47.10) Philippines Vietnam Myanmar (49.71) Brunei Darussalam (34.95) (91.53) 0.00 Perdagangan antar negara yang semula berdasarkan pada teori keunggulan comparatif, kini telah bergeser menjadi keunggulan kompetitif. Pengembangan teknologi memungkinkan negara-negara yang semula tidak memiliki keunggulan komparatif, bisa menjadi produsen utama produk ekspor yang memiliki keunggulan kompetitif. Untuk itu Indonesia perlu sekali mengembangkan keunggulan kompetitif produk ekspornya di pasar global. Langkah tersebut tentu sejalan dengan salah satu misi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk dapat meningkatkan peran Indonesia di perdagangan global. Dengan demikian, tantangan ke depan adalah bagaimana pemerintah Indonesia dan para stakeholders dapat bekerjasama membangun sektor manufaktur yang berorientasi ekspor. Oleh karena itu, dalam rangka mendukung misi pemerintah tersebut, Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Kementerian Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 4

14 Perdagangan membuat kajian dengan judul Analisis Daya Saing Indonesia dan ASEAN lainnya di Pasar Produk Utama Indonesia. Kajian ini hanya akan berfokus pada 10 produk manufaktur utama Indonesia serta hanya akan berfokus pada perbandingan posisi dan daya saing Indonesia dengan negara ASEAN karena negara-negara ASEAN merupakan pesaing terdekat dan memiliki karakteristik sosial budaya yang hampir serupa dengan Indonesia. Selain itu, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diimplementasikan pada awal tahun 2016 memberikan peluang dan tantangan bagi perkembangan ekspor Indonesia kedepan terutama menyangkut daya saing produk sektor manufaktur sehingga sangat penting bagi Indonesia untuk mengetahui posisi dan daya saing produk Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya di pasar tujuan utama produk Indonesia Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana posisi Indonesia dan negara ASEAN lainnya di beberapa pasar produk utama Indonesia; 2. Bagaimana daya saing beberapa produk utama Indonesia di pasar ekspor utama; 3. Apa rekomendasi kebijakan yang perlu dirumuskan dalam rangka peningkatan daya saing produk unggulan di pasar produk utama Indonesia Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui posisi Indonesia dan negara ASEAN lainnya di beberapa pasar produk utama Indonesia; Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 5

15 2. Untuk mengetahui daya saing beberapa produk utama Indonesia di pasar ekspor utama; 3. Untuk memberikan rekomendasi kebijakan dalam rangka peningkatan daya saing produk unggulan di pasar produk utama Indonesia Ruang Lingkup Kajian Kajian ini hanya akan berfokus pada 10 produk manufaktur utama Indonesia antara lain: Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), Elektronika, Produk Kimia, Produk Kayu, Kertas dan Furniture, Otomotif, Alas Kaki, Mesin-Mesin, Produk Logam, Produk Plastik dan Produk Karet. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 6

16 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional telah terjadi sejak berabad-abad yang lalu. Teori yang mendasarinya pun telah mengalami banyak perubahan. Pada dasarnya teori perdagangan internasional merupakan aplikasi prinsip-prinsip makroekonomi dan mikroekonomi ke dalam konteks nasional. Namun banyak pula teori-teori lanjutan yang berakar dalam ilmu ekonomi internasional itu sendiri. Pada awalnya, orang-orang berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor. Filosofi ekonomi ini disebut merkantilisme. Pada masa ini pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor dan mengurangi serta membatasi impor. Dalam setiap kesempatan, kaum merkantilis selalu melakukan pengendalian pemerintah yang ketat terhadap semua aktivitas ekonomi dan mengajarkan nasionalisme ekonomi karena mereka percaya bahwa sebuah negara hanya dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara lain (Salvatore, 1997). Pandangan para merkantilis terhadap perdagangan internasional menimbulkan teori-teori lain (teori klasik) mengenai perdagangan internasional sebagai reaksi terhadap merkantilisme. Teori yang pertama adalah teori keunggulan absolut yang dikemukakan oleh Adam Smith. Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 7

17 kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut (Salvatore, 1997). Teori keunggulan absolut yang dikemukakan oleh Adam Smith pada kenyataannya sulit untuk diimplementasikan karena tidak ada negara yang benar-benar memiliki keunggulan absolut atas suatu komoditas. Selain itu, ada pula beberapa negara yang memiliki keunggulan absolut atas komoditas yang sama. Teori keunggulan absolut Adam Smith tidak mampu menjelaskan fenomena-fenomena tersebut sehingga muncul teori baru dalam menjelaskan perdagangan internasional, yakni teori keunggulan komparatif (comparative advantage) oleh David Ricardo. Teori ini mejelaskan bahwa negara-negara harus berspesialisasi dalam memproduksi komoditas dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut yang lebih besar (jika negara itu memiliki keunggulan absolut atas kedua komoditas yang diperdagangkan) atau dimana negara tersebut memiliki kerugian absolut lebih kecil (jika negara itu memiliki kerugian absolut atas kedua komoditas yang diperdagangkan) (Husted dan Melvin, 2004). Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Teori keunggulan komparatif ini didasari oleh beberapa asumsi, yaitu (1) hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, (2) perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5) Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 8

18 tidak terdapat biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan teknologi, (7) menggunakan teori nilai tenaga kerja (Salvatore, 1997). Teori klasik mengenai perdagangan internasional yang dikemukakan oleh Adam Smith dan David Ricardo juga memiliki beberapa kekurangan. Hal itu menyebabkan timbulnya teori baru yang dikemukakan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin. Menurut Heckscher dan Ohlin, sebuah negara mampu untuk berproduksi dengan biaya yang lebih rendah (mempunyai keunggulan komparatif pada) produk-produk yang dalam proses produksinya membutuhkan jumlah faktor produksi (factor endowments) yang relatif banyak yang terdapat pada negara tersebut (Husted dan Melvin, 2004). Dengan kata lain, suatu negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan ia akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu (Salvatore, 1997) Konsep Daya Saing Berdasarkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang tercantum dalam kamus Bahasa Indonesia tahun 1995, daya saing adalah kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuannya untuk bertahan di dalam pasar tersebut. Sedangkan menurut Porter (2005), daya saing didefinisikan oleh produktivitas suatu negara yang menggunakan sumber daya manusia, modal, dan sumber daya alamnya. Pandangan daya saing sebagai zero-sum game dibantah oleh Porter, karena menurutnya daya saing berkaitan erat dengan produktivitas suatu negara dan dengan meningkatkan produktivitas maka negara tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Adapun yang dimaksudkan dengan daya saing menurut World Economic Forum (WEF) adalah seperangkat institusi, aturan, dan faktor yang Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 9

19 menentukan level produktivitas suatu negara. Menurut WEF ada 12 pilar daya saing yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Kebutuhan dasar: a. Institusi b. Infrastruktur c. Kestabilan makroekonomi d. Kesehatan dan pendidikan dasar 2. Penambah/peningkat efisiensi: a. Pendidikan lanjut dan pelatihan b. Efisiensi pasar barang c. Efisiensi pasar tenaga kerja d. Pasar keuangan yang baik e. Ketersediaan teknologi f. Ukuran pasar 3. Faktor inovasi dan kecanggihan: a. Kecanggihan bisnis b. Inovasi Terdapat dua cara untuk mengukur daya saing suatu komoditas, yaitu melalui keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif komoditas tersebut. Keunggulan komparatif merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh David Ricardo. Ricardo menganggap keabsahan teori nilai berdasar tenaga kerja (labor theory of value) yang menyatakan hanya ada satu faktor produksi yang menentukan nilai suatu komoditas, yaitu faktor tenaga kerja. Menurut teori nilai tenaga kerja, nilai atau harga sebuah komoditi tergantung dari jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk membuat komoditi tersebut (Salvatore, 1997). Teori ini tidak dapat digunakan karena tenaga kerja bukanlah satu-satunya faktor produksi dan tenaga kerja tidak bersifat homogen. Selanjutnya seorang ekonomi bernama Haberler mendasarkan teori keunggulan Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 10

20 komparatif berdasarkan teori biaya oportunitas. Menurut teori biaya oportunitas, biaya sebuah komoditi adalah jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya yang cukup untuk emproduksi satu unit tambahan komoditi pertama sehingga konsekuensinya adalah negara yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi sebuah komoditas akan memiliki keunggulan komparatif atas komoditas tersebut. Pemikiran para ekonom klasik seperti keunggulan komparatif masih memiliki kekurangan karena menurut mereka keunggulan komparatif di suatu negara bersumber dari perbedaan tingkat produktivitas tenaga kerja (satu-satunya faktor produksi yang secara eksplisit mereka perhitungkan). Namun, penjelasan yang cukup rinci mengenasi sebab-sebab perbedaan tingkat produktivitas itu sendiri tidak diberikan. Oleh karena itu Eli Heckscher dan Bertil Ohlin mengembangkan lebih lanjut teori keunggulan komparatif yang biasa disebut teori kepemilikan faktor (faktor endowment theory). Menurut Heckscher dan Ohlin, sebuah negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan ia akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu (Salvatore, 1997). Adapun teori keunggulan kompetitif pertama kali dikembangkan oleh Porter pada tahun Keunggulan kompetitif suatu komoditi merupakan keunggulan yang dapat dikembangkan dengan berbagai usaha, oleh karena itu keunggulan kompetitif tidak menekankan pada kondisi alami suatu komoditi. Menurut Porter (1990), daya saing dapat diidentifikasikan dengan produktifitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Adapun faktor-faktor utama yang menentukan daya saing suatu komoditi adalah: (1) kondisi faktor; (2) kondisi permintaan; (3) industri terkait dan penunjang; (4) strategi, struktur, dan persaingan perusahaan. Terdapat dua hal yang menentukan interaksi antara keempat faktor Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 11

21 tersebut, yaitu kesempatan dan kebijakan pemerintah. Secara bersama-sama faktor-faktor tersebut membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter s Diamond Theory Penelitian Terdahulu Telah banyak penelitian mengenai daya saing yang dilakukan di Indonesia.Salah satunya adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Ismail (2005). Penelitian tersebut secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan daya saing industri pariwisata serta perannya terhadap perekonomian Indonesia. Analisis yang digunakan adalah analisis trend dengan pembobotan rating scale, serta analisis SWOT (strength, weak, opportunities, threat). Penelitian lain mengenai daya saing juga telah dilakukan oleh Kartikasari (2008) dalam analisis daya saing komoditi tanaman hias dan aliran perdagangan anggrek Indonesia di pasar internasional. Penelitian tersebut menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Seyoum (2007) juga telah melakukan penelitian dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menganalisa daya saing usaha jasa tertentu, yaitu bisnis, keuangan, jasa transprotasi dan pariwisata di negara berkembang pada periode Penelitian tersebut menunjukkan bahwa negara-negara berkembang memiliki keunggulan komparatif pada bidang travel/pariwisata dan transportasi. Beberapa negara juga menunjukkan keunggulan komparatif pada bidang keuangan dan bisnis. Walau begitu, liberalisasi perdagangan dan kurangnya persiapan mengurangi keunggulan komparatifnya pada beberapa tahun terakhir. Amador dan Cabral (2008) melakukan penelitian mengenai daya saing dengan menggunakan metode Constant Market Share Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 12

22 Analysis (CMSA). Penelitian tersebut menganalisa performa ekspor Portugal pada tahun Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah bahwa rata-rata pertumbuhan ekspor Portugal selama periode tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total ekspor dunia sehingga tiap tahunnya pangsa pasar ekspor Portugal naik sebesar 0,4 persen. Penelitian lain yang menggunakan metode Constant Market Share Analysis (CMSA) telah dilakukan oleh Jiménez dan Martín (2010), untuk mengetahui penyebab terjadinya perubahan pangsa ekspor Euro Area dan negara-negara anggotanya pada periode Penelitian tersebut menggunakan data nominal perdagangan bilateral dari UNComtrade. Klasifikasi satu dan dua digit digunakan untuk mengelompokkan produk menjadi 14 (tidak termasuk produk minyak dan barang-barang yang tidak terklasifikasi (unclassifiable goods), dimana masing-masing kelompok produk diklasifikasikan sesuai dengan tingkat teknologinya, yaitu: rendah, medium, dan tinggi. Penelitian ini juga menggunakan 14 pasar tujuan ekspor. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa negara-negara yang semakin baik perdagangan internasionalnya adalah: Slovakia, Belanda, Finlandia, Slovenia, Ireland dan Spanyol dimana efek daya saing memberikan dampak yang besar terhadap perubahan pangsa pasar ekspornya. Adapun Perancis, Italia, Yunani, Portugal, dan Jerman, kekuatan daya saing produk-produknya dalam perdagangan internasional semakin menurun. Lestari (2011) menganalisis daya saing ekspor produk alas kaki indonesia di pasar Amerika Serikat periode 2000 sampai 2009 menggunakan metode RCA dan CMSA. Hasil analisis RCA menunjukkan bahwa produk alas kaki Indonesia terlihat lebih unggul secara komparatif jika dibandingkan dengan produk China. Penelitian Narulita, dkk (2014) menyebutkan bahwa berdasarkan analisis daya saing, nilai indeks RCA rata-rata sebesar Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 13

23 6,54 untuk produk kopi. Artinya, secara komparatif kopi Indonesia memiliki daya saing di pasar internasional. Berdasarkan analisis Berlian Porter, kopi Indonesia juga memiliki keunggulan secara komparatif yang didukung oleh kondisi faktor (sumber daya alam, modal, tenaga kerja, IPTEK), industri terkait dan pendukung, peran pemerintah dan kesempatan. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 14

24 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini akan menganalisis bagaimana kondisi daya saing dari komoditi ekspor Indonesia baik daya saing komparatif maupun daya saing kompetitif. Daya saing komparatif dapat melihat perbandingan daya saing 1 negara dengan negara lain yang menjadi mitra dagang. Daya saing kompetitif hanya melihat dari sisi 1 negara saja. Dengan menganalisis daya saing komoditi dari dua sisi (komparatif dan kompetitif), maka akan diperoleh gambaran utuh mengenai keunggulan dari komoditi tersebut. Untuk menganalisis daya saing komparatif maka akan digunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA), sedangkan metode Porter Diamond s digunakan untuk menganalisis daya saing kompetitif. Data untuk analisis daya saing merupakan data sekunder dari UNcomtrade, WITs serta BPS. Data yang digunakan adalah data panel dengan time series tahun dan cross section Negara-negara pesaing di pasar utama. Data primer yang dikumpulkan melalui survei, diperlukan untuk menggali informasi terkait dengan hambatan untuk meningkatkan daya saing serta program prioritas Daya Saing Komparatif Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan sebuah index yang digunakan untuk mengukur keuntungan maupun kerugian relatif komoditi tertentu pada suatu negara yang tercermin pada pola perdagangannya, seperti pangsa pasar ekspor. Metode yang pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965 ini didasari oleh konsep keunggulan komparatif Ricardian. Berdasarkan metode RCA, perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur pada metode ini meliputi kinerja ekspor suatu produk pada wilayah terhadap total ekspor wilayah tersebut yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 15

25 Metode RCA telah mengalami beberapa revisi dan modifikasi (Vollrath, 199). Namun pada penelitian ini, metode RCA yang digunakan adalah sama dengan RCA originalnya seperti yang pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun Pada penelitian ini, metode RCA digunakan untuk mengukur posisi daya saing dan ekspor buah-buahan tropis Indonesia di pasar dunia. Adapun formula RCA tersebut adalah sebagai berikut: Dengan: RCA = X i X t Wi Wt X i = Nilai ekspor komoditi i Indonesia ke negara j X t = Nilai total ekspor Indonesia ke negara j W i = Nilai ekspor komoditi i dunia W t = Nilai total ekspor dunia Terdapat dua kemungkinan hasil yang dapat diperoleh, yaitu: 1. Nilai RCA yang diperoleh bernilai lebih dari satu (RCA>1). Hal tersebut berarti negara tersebut memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia hingga komoditi tersebut memiliki daya saing yang kuat. 2. Nilai RCA yang diperoleh kurang dari satu (RCA<1), yang berarti bahwa negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dibawah rata-rata dunia sehingga negara tersebut memiliki daya saing yang lemah pada komoditas tersebut. Keunggulan metode RCA adalah mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah, sehingga keunggulan komparatif suatu produk dari waktu ke waktu dapat terlihat secara jelas. Adapun kekurangan dari metode RCA adalah sebagai berikut: 1. Asumsi bahwa suatu negara dianggap mengekspor semua komoditi. 2. Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung sudah optimal atau belum. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 16

26 3. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi di masa mendatang Daya Saing Kompetitif Untuk melakukan analisis daya saing kompetitif yang lebih cenderung pada analisis deskriptif dapat digunakan metode model daya saing internasional Porter. Teori Porter tentang daya saing berangkat dari keyakinannya bahwa teori ekonomi klasik yang menjelaskan tentang keunggulan komparatif tidak mencukupi, atau bahkan tidak tepat. Menurut Porter, suatu negara memperoleh keunggulan daya saing jika perusahaan (yang ada di negara tersebut) kompetitif. Daya saing suatu negara ditentukan oleh kemampuan industri melakukan inovasi dan meningkatkan kemampuannya. Porter menawarkan Diamond Model sebagai tool of analysis sekaligus kerangka dalam membangun resep memperkuat daya saing. Gambar 3.1. Model Diamond Porter Dalam perjalanan waktu, diamond model-nya Porter menuai kritik dari berbagai kalangan. Ada beberapa aspek yang tidak Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 17

27 termasuk dalam persamaan Porter. Pertama, model diamond dibangun dari studi kasus di sepuluh negara maju, sehingga tidak terlalu tepat jika digunakan untuk menganalisis negara negara sedang berkembang. Kedua, meningkatnya kompleksitas akibat globalisasi, serta perubahan sistem perekonomian mengikuti perubahan rezim politik, menjadikan model diamond Porter hanya layak sebagai pioner dan acuan pertama dalam kancah studi membangun daya saing negara. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 18

28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian daya saing Indonesia dan ASEAN lainnya di pasar produk manufaktur Indonesia, bertujuan untuk mengidentifikasi posisi Indonesia dan negara ASEAN lainnya di beberapa pasar produk manufaktur unggulan Indonesia, mengevaluasi daya saing beberapa produk manufaktur unggulan Indonesia di pasar ekspor utama, dan memberikan rekomendasi kebijakan dalam rangka peningkatan daya saing produk manufaktur unggulan di pasar utama produk. Produk manufaktur unggulan ditetapkan berdasarkan nilai ekspor tertinggi. Dari data Trade Map, 10 produk manufaktur dengan nilai ekspor tertinggi berdasarkan HS 6 yaitu alas kaki, elektronik, karet, kayu kertas & furnitur, kimia, logam, mesin, otomotif, plastik, dan TPT (tekstil dan produk tekstil). Untuk menjawab tujuan kajian, setiap produk ekspor unggulan masing-masing dibahas mulai dari tujuan pertama sampai ketiga. Tujuan pertama tentang posisi Indonesia dan negara ASEAN lainnya di beberapa pasar produk manufaktur unggulan Indonesia dibahas menggunakan hasil analisis kuadran berdasarkan nilai ekspor tahun 2013 dan pertumbuhan nilai ekspor dari tahun Sumbu-X menunjukkan nilai ekspor dari 10 negara ASEAN ke dunia (dalam ribu US$), sedangkan sumbu-y menunjukkan pertumbuhan nilai ekspor (persen). Garis tengah kuadran sejajar sumbu Y merupakan rata-rata nilai ekspor, dan garis tengah kuadran sejajar sumbu X merupakan rata-rata pertumbuhan ekspor. Posisi di kuadran I menunjukkan nilai ekspor dan pertumbuhan ekspor tinggi. Di kuadran II menunjukkan nilai ekspor tinggi dan pertumbuhan ekspor rendah. Ada 2 analisis kuadran yang dilakukan. Pertama untuk menjawab tujuan satu yaitu mengetahui posisi Indonesia dibandingkan dengan ekportir negara ASEAN lainnya di pasar dunia. Negara ASEAN yang menjadi pesaing Indonesia di pasar dunia yaitu negara yang berada pada kuadran I dan kuadran II untuk masing-masing produk. Analisis kuadran Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 19

29 yang kedua untuk menentukan 10 Negara tujuan utama yang diperlukan untuk menjawab tujuan dua. Daya saing produk manufaktur Indonesia di 10 pasar utama yang merupakan tujuan kedua, dibahas dari keunggulan komparatifnya berdasarkan hasil analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) tahun Negara pesaing Indonesia di 10 pasar utama tersebut, ditetapkan 5 negara pesaing dari ASEAN yang memiliki kontribusi ekspor tertinggi. Tahun 2013 dijadikan dasar untuk menentukan daya saing, dengan mempertimbangkan kelengkapan data pada saat penelitian dilakukan. Disamping itu, nilai RCA pada tahun 2013 dianggap dapat merepresentasikan kondisi daya saing terkini produk yang dianalisis. Keunggulan metode RCA adalah mengukur share ekspor produk suatu negara dibandingkan dengan share ekspor dunia produk tersebut ke pasar tujuan yang sama. Nilai RCA yang dihasilkan berkisar antar nol sampai tak terhingga. Suatu produk dikatakan memiliki daya saing di negara tujuan ekspor apabila memiliki nilai RCA diatas satu. Sebaliknya, produk yang memiliki nilai RCA dibawah satu dapat diklasifikasikan sebagai produk yang tidak berdaya saing di negara tujuan ekspor. Tujuan ketiga yaitu rekomendasi kebijakan dalam rangka peningkatan daya saing menggunakan analisis Porter s diamond dengan mempertimbangkan hasil dari analisis kuadran dan RCA. Analisis daya saing menggunakan model Porter s Diamond ditujukan untuk menyusun strategi-strategi kebijakan yang dapat meningkatan daya saing 10 produk unggulan. Analisis dilakukan terhadap empat faktor utama dalam model Porter s Diamond, yaitu: a. Kondisi faktor (Factor Condition, FC) yaitu posisi Indonesia dilihat dari kondisi faktor faktor produksi seperti Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia dari sisi keterampilan dan jumlah, modal, infrastruktur serta IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi). Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 20

30 b. Kondisi permintaan (Demand Condition, DC) yaitu keadaan permintaan atas tekstil dan produk tekstil di dalam negeri maupun di negara-negara tujuan ekspor. c. Industri terkait dan industri pendukung (Related and Supporting Industries, RSI) yaitu keberadaan atau ketiadaan industri pemasok bahan baku dan industri terkait lainnya di negara tersebut yang secara internasional bersifat kompetitif. d. Strategi perusahaan, struktur dan persaingan (Firm Strategy, Structure, and Rivalry, FSSR) yaitu strategi yang umum dianut perusahaan, struktur industri dan persaingan antar perusahaan dalam industri, baik pesaing domestik maupun pesaing di pasar dunia. Selain keempat komponen utama tersebut, ada dua faktor pendukung yaitu peran pemerintahan (government) dan kesempatan (opportunity). Keempat faktor utama dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi (Porter 1998). Gambar 4.1 menunjukkan hubungan interaksi antar faktor-faktor utama dan faktor pendukung penentu daya saing menurut Porter. Kesempatan Strategi Perusahaan, struktur dan Persaingan Peran pemerintah Kondisi faktor Kondisi Permintaan Peran pemerintah Industri terkait dan penunjang Kesempatan Gambar 4.1. Interaksi Antar Faktor Daya Saing Dalam Porter s Diamond Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 21

31 Dari hasil analisis faktor utama penentu, selanjutnya ditetapkan faktor yang menjadi keunggulan dan faktor yang menjadi kelemahan bagi daya saing masing-masing produk manufaktur. Faktor yang menjadi keunggulan dalam menentukan daya saing produk manufaktur dilambangkan dengan (+) sedangkan faktor yang menjadi kelemahan disimbolkan dengan (-). Hasil keseluruhan interaksi antar faktor yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage produk manufaktur. Analisis Porter s Diamond untuk kesepuluh produk manufaktur unggulan Indonesia dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui studi literatur, survey lapangan dan diskusi terbatasi. Survey lapangan dilakukan pada 2 lokasi yakni Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dan Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Baik survey lapangan Cikarang maupun Batam dilakukan pada tanggal 1 4 September Secara umum, hasil yang didapat dari kedua survey lapangan adalah sebagai berikut: a. Pada aspek kondisi permintaan, baik perusahaan eksportir di Cikarang dan Batam menyatakan bahwa pihaknya melakukan ekspor sesuai dengan pesanan dari pembeli luar negeri, sehingga desain atau spesifikasi juga tergantung dari pesanan tersebut. b. Pada aspek faktor kondisi, perusahaan eksportir masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada bahan baku impor. Selain itu, perusahaan juga kerap terkendala dengan kondisi SDM. c. Pada aspek industri terkait dan industri pendukung, perusahaan eksportir saat ini tidak menghadapi kendala dalam mendapatkan pasokan bahan baku. d. Pada aspek strategi, struktur dan persaingan, perusahaan eksportir menyatakan bahwa produk Indonesia memiliki kualitas lebih bagus dibandingkan negara kompetitor, namun market campaign untuk mempromosikan produk Indonesia belum optimal. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 22

32 e. Pada aspek kebijakan pemerintah, sejauh ini regulasi dirasakan sudah lebih baik dan perusahaan eksportir mengharapkan regulasi dan aturan agar lebih ditingkatkan. f. Pada aspek peluang, sebagian besar perusahaan eksportir menyatakan optimis menghadapi perdagangan bebas Posisi dan Daya Saing Produk Alas Kaki Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Daya Saing Komparatif Produk Alas Kaki Ekspor Indonesia ke pasar produk alas kaki utama dunia, yaitu Amerika Serikat, Jerman dan Perancis masih unggul dibandingkan negara ASEAN lainnya, kecuali Vietnam. Vietnam berhasil mengungguli Indonesia di tiga pasar utama tersebut. Selain Vietnam, Kamboja juga muncul menjadi negara pesaing sekaligus ancaman bagi produk alas kaki Indonesia. Kamboja merupakan negara ASEAN yang posisinya tepat berada di bawah Indonesia. Impor AS, Jerman dan Perancis dari Kamboja selama mengalami pertumbuhan yang signifikan masing-masing sebesar 57,6%; 9,2% dan 16,6% per tahun (Tabel 4.1). Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 23

33 Pasar Utama Tabel 4.1. Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Alas Kaki Dunia Nilai Impor Dari Dunia 2014 (US$ Miliar) USA Germany France 7.87 Sumber: Trademap, 2015 (diolah Puska Daglu) Pemasok by Negara Ranking Nilai Impor dari Pemasok Trend Impor dari Pemasok Pertumb. Impor dari Pemasok 2014 (US$ Miliar) (%) 2014/2013 (%) China Viet Nam Italy Viet Nam Indonesia Cambodia Thailand Myanmar n/a Malaysia Singapore Philippines Lao People's Democratic Republic n/a Brunei Darussalam n/a n/a China Italy Netherlands Viet Nam Indonesia Cambodia Thailand Malaysia Myanmar Philippines Singapore Lao People's Democratic Republic n/a Brunei Darussalam n/a n/a Italy China Belgium Viet Nam Indonesia Cambodia Thailand Myanmar Singapore Malaysia Lao People's Democratic Republic Philippines Brunei Darussalam n/a Pada Gambar 4.1. dapat diketahui bahwa untuk produk alas kaki, posisi Indonesia di pasar dunia berada di kuadran II dimana nilai ekspor produk alas kaki berada di atas rata-rata namun pertumbuhan ekspornya berada di bawah rata-rata negara ASEAN lainnya. Selain Indonesia, Vietnam juga merupakan negara yang berada di kuadran II, dengan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkn dengan Indonesia. Selain Vietnam, Filipina juga merupkan eksportir alas kaki yang memiliki pertumbuhan ekspor yang tinggi, jauh di atas rata-rata negara ASEAN lainnya dan dapat menjadi ancaman Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 24

34 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Alas Kaki Negara ASEAN Tahun (Persen) bagi Indonesia. Dengan demikian, Vietnam dan Filipina merupakan pesaing utama produk alas kaki Indonesia. Nilai Ekspor Komoditi Alas Kaki Negara-Negara ASEAN (USD Ribu) Gambar 4.2. Posisi Produk Alas Kaki Indonesia dan ASEAN Lainnya Di Pasar Dunia Sumber: Hasil Analisis Amerika Serikat (AS) merupakan negara tujuan ekspor utama produk alas kaki Indonesia dan terletak pada kuadran II yang berarti bahwa nilai ekspornya besar namun pertumbuhan ekspornya cenderung mengalami penurunan. Negara tujuan ekspor produk alas kaki Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekspor tinggi meskipun nilai ekspornya masih relatif rendah antara lain Portugal dan Iran. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 25

35 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Alas kaki Tahun (Persen) Nilai Ekspor Produk Alas kaki Indonesia ke Negara Mitra Dagang (USD Ribu) Gambar 4.3. Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Produk Alas Kaki Indonesia Sumber: Hasil Analisis Tabel 4.2. menunjukkan nilai RCA produk alas kaki dari Indonesia di 10 negara tujuan ekspor utama serta nilai RCA 5 negara pesaing utama dari ASEAN. Produk alas kaki Indonesia seluruhnya memiliki daya saing (comparative advantege) di seluruh 10 negara tujuan ekspor. Negara pesaing utama produk alas kaki Indonesia, Vietnam juga memiliki daya saing di seluruh 10 negara tujuan utama ekspor Indonesia. Bahkan, Vietnam selalu memiliki nilai RCA yang selalu lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 26

36 Tabel 4.2. Nilai RCA Produk Alas Kaki Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 Negara Tujuan Utama Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Philipina Singapura Amerika Serikat Inggris Belanda Jepang Jerman Cina Belgium Peru Italy Australia Sumber: Hasil Analisis Daya Saing Kompetitif: Analisis Porter s Diamond Produk Alas Kaki Kondisi Faktor Kondisi faktor meliputi semua ketersediaan sumber daya input, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, sumber daya IPTEK dan sumber daya infrastruktur. Ketersediaan input dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan serta semakin tinggi kualitas input, semakin besar pula peluang industri dan negara dalam meningkatkan daya saing. Kondisi faktor industri alas kaki di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur, survey lapangan dan diskusi terbatas, secara rinci diuraikan berikut ini: 1. Bahan baku masih harus impor karena belum mampu menghasilkan produk plastik yang berkualitas di dalam negeri (-); 2. SDM lokal sudah cukup terampil dan memahami industri plastik (+); 3. Energi sudah mencukupi sesuai dengan yang dbutuhkan namun yang menjadi masalah adalah harga yang cukup Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 27

37 tinggi. Saat ini, sebagian besar industri alas kaki Indonesia menggunakan listrik yang disuplai oleh pihak swasta dengan jaminan bahwa tidak akan terjadi gangguan dalam pasokan, namun demikian harga yang dibayarkan lebih besar jika dibandingkan dengan yang disediakan oleh PLN (-); 4. Untuk pengembangan teknologi hingga saat ini masih diadopsi dari perusaan dari luar negeri (-); 5. Selain itu, kondisi politik nasional yang selalu berpolemik dan tututan buruh yang tidak bisa ditangani oleh pemerintah. (-); 6. Pelemahan IDR terhadap US Dollar menjadi permasalahan bagi industri (-); 7. Terdapat permasalahan modal dalam pengembangan produksi, untuk mengadopsi teknologi membutuhkan investasi yang sangat besar, mesin-mesin yang digunakan saat ini sudah puluhan tahun sehingga harus diremajakan (-); 8. Infrastruktur saat ini sudah cukup bagus namum perlu perbaikan dalam proses pelayanan di pelabuhan dan proses dokumen (+); 9. Jaringan pemasaran saat ini sudah cukup baik baik di dalam maupun di luar negeri (+). Industri Terkait dan Penunjang Peran industri pendukung dan industri terkait dengan industri alas kaki Indonesia merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang daya saing produk alas kaki Indonesia. Kondisi industri yang terkait dengan industri berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 28

38 1. Ketersediaan bahan baku penunjang di dalam negeri sudah cukup banyak dengan harga yang terjangkau dan bersaing dengan satu dan lainnya (+); 2. Bahan baku utama saat ini masih tergantung ke luar negeri, produsen-produsen biji plastik belum membuka pabriknya di Indonesia. Biji plastik tersebut diperlukan terutama untuk memproduksi sepatu olahraga (sportwear) (-); 3. Bahan baku utama lainnya yaitu kulit juga masih bergantung pada bahan baku impor karena pasokan dalam negeri yang tidak mencukupi (-). Kondisi Permintaan Permintaan produk alas kaki terdiri dari permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Adanya permintaan akan menciptakan pasar. Kondisi permintaan produk alas kaki berdasarkan hasil studi literatur, survey lapangan dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Desain dan spesifikasi produk dibuat berdasarkan permintaan customer yang dikembangkan di luar negeri (-); 2. Kuantitas barang tergantung dari customer yang melakukan pemesanan tidak ada batasan jumlah baik untuk lokal maupun ekspor serta negara tujuan ekspor dari head office. (+); 3. Saat ini permintaan pasar secara rata-rata memiliki pangsa sekitar 30% dari total penjualan dan cenderung menurun beberapa tahun terakhir mulai dari tahun 2006 (-); 4. Tujuan ekspor utama adalah pasar Amerika Serikat yang tren pertumbuhannya terus meningkat (+). Strategi, Struktur dan Persaingan Perusahaan Kondisi persaingan dalam industri alas kaki sangat ketat terutama dengan negara-negara tetangga ASEAN. Produk alas kaki nasional bersaing cukup ketat dengan produk terutama dari negara Vietnam di pasar internasional. Kondisi Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 29

39 strategi, struktur dan persaingan pada industri alas kaki berdasarkan hasil studi literatur, survey lapangan dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Untuk barang sejenis yang diproduksi di dalam atau di luar negeri secara kualitas tidak jauh berbeda dan terkadang barang di dalam negeri jauh lebih bagus (+); 2. Marketing campaign terhadap produk alas kaki Indonesia di pasar luar negeri dirasa sudah cukup baik (+); 3. Negara seperti RRT dan Vietnam telah menghasilkan barang subtitusi (-); 4. Salah satu pemicu menurunnya tren permintaan impor dunia akan produk alas kaki Indonesia adalah karena perusahaan asing lebih memilih melakukan investasinya ke negara-negara lain seperti Vietnam dan Kamboja (-); 5. Sebagian besar produk alas kaki Indonesia yang diekspor merupakan produk dari merk yang telah dikenal secara internasional, dengan demikian layanan purna jual tentu berkaian dengan pemegang merk langsung (+). Kebijakan Pemerintah Industri alas kaki merupakan industri padat karya sehingga kebijakan pemerintah terkait dengan tenaga kerja dan upah tenaga kerja merupakan faktor yang paling esensial. Berikut merupakan beberapa kebijakan pemerintah yang memberikan dampak signifikan dalam mempengaruhi daya saing produk alas kaki Indonesia antara lain: 1. Insentif yang diberikan pemerintah adalah pemberian program restrukturisasi dalam hal investasi. Hingga saat ini, tidak terdapat kebijakan pemerintah yang berpengaruh terhadap industri yang terkait (-); 2. Kebijakan pemerintah terkait upah buruh masih sangat memberatkan pelaku usaha. Kenaikan upah buruh saat ini tengah dijadikan salah satu senjata kampanye bagi para Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 30

40 pemimpin daerah. Penentuan upah buruh tanpa didasari dengan perhitungan dan proyeksi yang matang menjadi beban bagi para pelaku usaha (-); 3. Belum terdapat regulasi atau kebijakan yang dapat mengontrol aksi demo buruh (-); 4. Birokrasi pemerintah masih dirasa berbelit-belit dan harus terus ditingkatkan (-). Kesempatan 1. Depresiasi IDR terhadap US Dollar dirasa merugikan karena hampir sebagian besar bahan baku industri alas kaki Indonesia masih didominasi dan bergantung pada bahan baku impor (-); 2. Beberapa perjanjian perdagangan bebas memberikan pengaruh bagi ekspor produk alas kaki Indonesia terutama untuk membuka akses pasar (+); 3. Produk alas kaki yang berasal dari kulit atau alas kaki untuk pria dan wanita cukup tinggi. Industri banyak memanfaatkan AKFTA untuk dapat masuk ke pasar Korea Selatan yang demandnya terus meningkat (+). Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 31

41 Gambar 4.4. Diagram Analisis Porter Diamond Produk Alas Kaki Sumber: Hasil Analisis 4.2. Posisi dan Daya Saing Produk Kimia Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Daya Saing Komparatif Produk Kimia AS, Jerman dan RRT merupakan pasar utama produk kimia dunia. Ekspor Indonesia ke pasar produk kimia utama dunia, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Jerman masih unggul dibandingkan negara ASEAN lainnya, kecuali Malaysia dan Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 32

42 Singapura. Sementara untuk pasar RRT, Indonesia masih unggul dibandingkan negara ASEAN lainnya, kecuali Singapura dan Thailand. Namun demikian, tren pertumbuhan impor produk kimia di pasar RRT dari Indonesia selama periode menunjukkan pertumbuhan yang positif hampir setara dengan singapura dengan pertumbuhan lebih dari 10% per tahun. Lebih lanjut, pada periode yang sama impor produk kimia AS dari Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura. Negara ASEAN lain yang juga memiliki performa ekspor yang cukup baik adalah Vietnam, meskipun secara umum posisinya masih berada di bawah Indonesia (Tabel 4.3). Tabel 4.3. Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Produk Kimia Pasar Utama Nilai Impor Dari Dunia 2014 (US$ Miliar) USA Germany China Sumber: Trademap, 2015 (diolah Puska Daglu) Dunia Pemasok by Negara Ranking Nilai Impor dari Pemasok Trend Impor dari Pemasok Pertumb. Impor dari Pemasok 2014 (US$ Miliar) (%) 2014/2013 (%) Ireland Germany Canada Singapore Malaysia Indonesia Thailand Viet Nam Philippines Brunei Darussalam Lao People's Democratic Republic Cambodia n/a Netherlands Belgium Switzerland Singapore Malaysia Indonesia Thailand Viet Nam Philippines Lao People's Democratic Republic Brunei Darussalam n/a n/a Myanmar n/a Cambodia n/a Korea, Republic of Japan United States of America Singapore Thailand Indonesia Malaysia Viet Nam Philippines Brunei Darussalam Lao People's Democratic Republic Myanmar Cambodia Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 33

43 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Kimia Negara ASEAN Tahun (Persen) Pada Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa untuk produk kimia, posisi Indonesia di pasar dunia berada di kuadran I dimana nilai ekspor dan pertumbuhan ekspornya berada di atas rata-rata negara ASEAN. Selain Indonesia, Malaysia dan Thailand juga berada di kuadran I dengan nilai dan pertumbuhan ekspor produk kimia di atas rata-rata negara ASEAN. Dengan demikian, pesaing utama produk kimia Indonesia yang berasal dari negara ASEAN di pasar dunia adalah Malaysia, Thailand dan Singapura. Nilai ekspor produk kimia Singapura tertinggi dibandingkan dengan ASEAN lainnya meskipun pertumbuhan ekspornya cenderung menurun berada di bawah rata-rata ASEAN. Sumber: Hasil Analisis Nilai Ekspor Produk Kimia Negara-Negara ASEAN (Ribu US$) Gambar 4.5. Posisi Produk Kimia Indonesia dan ASEAN Lainnya di Pasar Dunia Negara tujuan ekspor produk kimia Indonesia sebagian besar besar berada di kuadran II antara lain: RRT, Malaysia dan India. Ekspor Indonesia ke negara tersebut memiliki nilai yang cukup besar namun pertumbuhan ekspornya cenderung Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 34

44 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Kimia Tahun (Persen) stagnan dan atau mengalami penurunan. Pasar tujuan ekspor yang dinilai prospektif adalah pasar ASEAN yaitu Vietnam dan Filipina karena pertumbuhan ekspor yang tinggi pada tahun 2013 meskipun nilai ekspornya masih relatif rendah (Gambar 4.5). Nilai Ekspor Produk Kimia Indonesia ke Negara Mitra Dagang (USD Ribu) Sumber: Hasil Analisis Gambar 4.6. Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Produk Kimia Indonesia Di pasar tujuan utama eskpor produk kimia Indonesia, yaitu RRT dan Malaysia, produk kimia Indonesia mampu berdaya saing dengan produk dari negara lain. Sementara itu, di pasar India dan Amerika Serikat yang juga merupakan importir utama produk kimia dunia, Indonesia masih kalah bersaing jika dibandingkan dengan Singapura. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 35

45 Tabel 4.4. RCA Produk Kimia Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 Negara Tujuan Utama Negara Tujuan Ekspor Indonesia Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Philipina Singapura United States of America China India Mexico Singapore Turkey Malaysia Viet Nam Philippines Nigeria Sumber: Hasil Analisis Daya Saing Kompetitif: Analisis Porter s Diamond Produk Kimia Kondisi Faktor Kondisi faktor industri Kimia di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur, survey dan diskusi terbatas, secara rinci diuraikan berikut ini: 1. Kebutuhan produk kimia domestik sangat tinggi. Sebagai contoh, kebutuhan propilena dalam negeri pada saat ini mencapai 4,5 juta ton per tahun. Sedangkan industri hulu dalam negeri hanya mampu menghasilkan propilena sebesar 2,5 juta ton (-); 2. Bahan baku masih sangat bergantung pada impor (-); 3. Masih rendahnya penelitian dan pengembangan pada industri kimia. Penelitian dan pengembangan di industri kimia diharapkan dapat meningkatkan proses produksi untuk memangkas biaya produksi, melakukan diversifikasi produk, dan mengembangkan produk baru (-); Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 36

46 4. Infrastruktur belum memadai, seperti pengolahan limbah, jalur hijau yang memisahkan unit industri dari pemukiman manusia, terminal penyimpanan bahan kimia, dan pelabuhan (-); 5. Ketatnya regulasi lingkungan. Industri kimia harus memperhatikan masalah keamanan, kesehatan, dan lingkungan (+); 6. industri kimia adalah industri terbesar kedua yang dikenai tindakan anti-dumping di dunia (-); 7. Pemeriksaan Bareskrim dan BNN menjadi salah satu penghambat ekspor (-). Industri Terkait dan Penunjang Peran industri pendukung dan industri terkait dengan industri Kimia Indonesia merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang daya saing. Industri yang terkait dengan industri Kimia berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Rantai nilai industri kimia terkait erat dengan sektor ekonomi produktif yaitu pangan, sandang, dan papan, serta penyediaan bahan baku berbagai industri hilir antara lain industri cat dan coating, elektronik, serta otomotif (-); 2. Bahan baku penunjang masih dipenuhi dari impor (-). Kondisi Permintaan Permintaan produk Kimia terdiri dari permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Adanya permintaan akan menciptakan pasar. Baik konsumen dalam negeri maupun luar negeri, permintaan terhadap produk Kimia sangat tinggi. Kondisi permintaan produk industri Kimia berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Impor dunia USD 1,7 triliun (2013), tumbuh rata-rata 7,4% per tahun (+). Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 37

47 2. Pasar utama: AS (10,6%), Jerman (7,6%), China (7,5%), dan Belgia (5,9%). 3. pemasok utama: Jerman (11,3%), AS (10,2), Belgia (7,5%), dan China (6,1%). Indonesia peringkat ke-30 (0,6%), atau tumbuh 20,3% per tahun dengan pasar utama ekspor China, Malaysia, dan Singapura (+). Strategi, Struktur dan Persaingan Perusahaan Kondisi strategi, struktur dan persaingan pada industri Kimia berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. investasi pembangunan pabrik kimia membutuhkan dana sangat besar dan membutuhkan dukungan kebijakan serta insentif dan iklim usaha yang kondusif (-); 2. Pasar Fokus pasar: AS, China, Belanda, Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand, India, Korsel, dan Filipina; Pasar potensial: Jerman, Belgia, Perancis, Inggris, dan Italia (+); 3. Meningkatkan teknologi industri kimia untuk meningkatkan proses produksi maupun pengembangan produk baru dengan cara transfer teknologi intra-firm dan transfer teknologi dari perusahaan asing melalui FDI (+); 4. Meningkatkan standar keamanan, kesehatan, dan perlindungan lingkungan dan regulasi lingkungan karena banyak negara pengimpor produk kimia yang memilih produk/proses produksi produk kimia yang lebih aman. Selain itu, regulasi lingkungan merupakan salah satu alasan negara maju untuk merelokasi pabrik kimia ke negara berkembang (+); 5. Fokus kepada penelitian dan pengembangan untuk pengembangan produk, inovasi proses produksi, dan penelitian mengenai keamanan pemakaian produk kimia. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 38

48 Hal ini juga dapat dilakukan dengan kerjasama antara industri dengan akademisi (+); 6. Melakukan promosi dan pemasaran produk kimia Indonesia di pasar internasional (+). Kebijakan Pemerintah 1. Perlunya perbaikan infrastruktur terutama logistik dan proses handling di pelabuhan (-); 2. Iklim usaha dalam negeri kondusif, terutama isu ketenagakerjaan, energi, kepastian hukum dan biaya tidak jelas (-); 3. Peraturan pemerintah dirasa masih banyak kontra produktif dan belum ada sinergi antar K/L terkait (-); 4. Perlu adanya pengembangan PTA, FTA, dsb untuk menghadapi non-tariff barriers (-); 5. investasi pembangunan pabrik kimia membutuhkan dana sangat besar dan membutuhkan dukungan kebijakan serta insentif dan iklim usaha yang kondusif (-); 6. Regulasi lingkungan. Industri kimia harus memperhatikan masalah keamanan, kesehatan, dan lingkungan. (+); 7. Perijinan yang dibutuhkan untuk melakukan impor sangat berbelit-belit (-). Kesempatan 1. Belum ada Banyak pabrik yang berusia relatif tua dengan teknologi proses yang kurang up-to-date, sehingga membutuhkan dukungan revitalisasi; 2. Industri kimia dasar diproyeksikan bakal tumbuh sejauh 6% bila penerapan program penghiliran berlangsung lebih intensif (+); 3. Selama triwulan ketiga tahun ini industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi termasuk dalam tiga besar bidang usaha yang mendapat kucuran investasi terbanyak. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 39

49 Penanaman modal dalam negeri (PMDN) ke sektor itu adalah yang terbanyak kedua senilai Rp5,6 triliun dari 32 proyek. Nilai penanaman modal asing (PMA) adalah yang terbesar ketiga US$998,9 juta dari 115 proyek (+). Gambar 4.7. Diagram Analisis Porter Diamond Produk Kimia Sumber: Hasil Analisis Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 40

50 4.3. Posisi dan Daya Saing Produk Produk Otomotif Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Daya Saing Komparatif Produk Otomotif Tiga pasar otomotif utama dunia mulai dari yang terbesar berturut-turut adalah Amerika Serikat, Jerman, dan RRT (Tabel 4.5). Di pasar Amerika Serikat, negara eksportir terbesar adalah Mexico, Kanada dan Jepang. Adapun Indonesia berada pada urutan ke 51, kalah bersaing dengan Thailand dan Vietnam. Di pasar Jerman, Indonesia berada pada posisi 45, lebih rendah dibandingkan Thailand, Kamboja, Malaysia dan Vietnam. Adapun di pasar RRT, produk otomotif Indonesia juga kalah dengan Malaysia dan Thailand. Dari ketiga pasar otomotif utama dunia tersebut, pesaing utama Indonesia dari negara ASEAN antara lain Thailand, Vietnam dan Malaysia. Thailand merupakan negara yang paling unggul dibandingkan Indonesia dan negara ASEAN lainnya sebagai pemasok produk otomotif dunia. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 41

51 Tabel 4.5. Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Otomotif Dunia Pasar Utama Nilai Impor Dari Dunia 2014 (US$ Miliar) USA Germany China Sumber: Trademap, 2015 (diolah Puska Daglu) Pemasok by Negara Ranking Nilai Impor dari Pemasok Trend Impor dari Pemasok Pertumb. Impor dari 2014 (US$ Miliar) (%) Pemasok 2014/2013 (%) Mexico Canada Japan Thailand Viet Nam Indonesia Malaysia Singapore Philippines Cambodia Brunei Darussalam n/a Myanmar n/a n/a Czech Republic Spain France Thailand Cambodia Malaysia Viet Nam Indonesia Singapore Philippines Myanmar n/a Brunei Darussalam n/a 0.00 Germany Japan United States of America Malaysia Thailand Indonesia Viet Nam Philippines Singapore Cambodia n/a Lao People's Democratic Republic n/a Brunei Darussalam n/a n/a Gambar 4.7 juga menunjukkan bahwa pesaing utama Indonesia di pasar otomotif global adalah Thailand. Thailand berada pada kuadran pertama karena selain memiliki nilai ekspor otomotif yang tinggi, ekspor otomotif Thailand juga mencatatkan pertumbuhan yang tinggi lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor Indonesia dan rata-rata negara ASEAN lainnya. Indonesia berada di kuadran II bersama Singapura yang berarti nilai ekspor Indonesia cenderung lebih besar dibandingkan rata-rata negara ASEAN lainnya, namun memiliki nilai pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan negara ASEAN lainnya. Adapun pesaing prospektif Indonesia berada pada kuadran IV Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 42

52 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Otomotif Tahun (Persen) yakni Laos, Kamboja, Vietnam dan Malaysia. Walaupun keempat negara ini memiliki nilai ekspor yang lebih rendah dibandingkan rata-rata negara ASEAN lainnya, namun nilai pertumbuhan ekspor jauh lebih tinggi. Sumber: Hasil Analisis Nilai Ekspor Produk Otomotif 10 Negara Asean ke Dunia (USD Ribu) Gambar 4.8. Posisi Indonesia dan Eksportir Produk Otomotif ASEAN Lainnya di Pasar Dunia Pasar utama ekspor produk otomotif Indonesia belum menyasar ke negara importir utama dunia, khususnya Amerika Serikat. Pada Gambar 4.6 (kuadran I dan II) terlihat bahwa 10 negara tujuan ekspor utama produk otomotif Indonesia adalah Australia, Brazil, RRT, Perancis, Jerman, India, Jepang, Korea Selatan, Malaysia dan Filipina. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 43

53 Pertumbuhan Nilai Ekspor Otomotif Tahun (Persen) Nilai Ekspor Otomotif Indonesia ke Negara Mitra Dagang (USD Ribu) Sumber: Hasil Analisis Gambar 4.9. Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Otomotif Indonesia Tabel 4.6. menunjukkan untuk produk otomotif, negara ASEAN belum mampu untuk berdaya saing di pasar Jerman dan RRT yang dapat dilihat dari nilai RCA di pasar tujuan ekspor tersebut kurang dari satu. Sementara itu, produk otomotif Indonesia ternyata juga belum mampu untuk berdaya saing dengan negara ASEAN lainnya. Produk ekspor Indonesia ini hanya memiliki dayas aing di pasar Filipina, walaupun masih kalah jika dibandingkan dengan Thailand. Filipina dan Thailand merupakan negara pesaing utama Indonesia. Selain itu, diperkirakan Vietnam juga akan menjadi pesaing prospektif bagi Indonesia di pasar otomotif. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 44

54 Tabel 4.6. Nilai RCA Produk Otomotif Indonesia Dan Negara Asean Pesaing Di 10 Negara Tujuan Utama Sumber: Hasil Analisis Indonesia Thailand Malaysia Philiphina Vietnam Singapore Australia Brazil China France Germany India Japan Korea, Republic of Malaysia Philippines Daya Saing Kompetitif: Analisis Porter s Diamond Produk Otomotif Kondisi Faktor Kondisi faktor industri otomotif di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas, secara rinci diuraikan berikut ini: 1. Bahan baku otomotif sebagian besar berasal dari lokal (55%) sedangkan impor (45%) (-); 2. Sudah banyaknya SDM dalam jasa Service Otomotif yang telah dibuat. (+); 3. Produktivitas faktor produksi, khususnya tenaga kerja rendah. besaran kenaikan UMP (Upah Minimum Provinsi) tidak sebanding dengan besaran kenaikan produktivitas (-); 4. Masih banyak impor komponen otomotif ke dalam negeri sementara peruntukakannya masih belum jelas apakah tujuannya untuk produksi ataukah tujuannya untuk after market (-); 5. Ada indikasi impor ilegal karena impor komponen CKD (completely knock down) tidak terlalu besar namun mobil yang ada di dalam negeri jumlahnya sangat besar (-); Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 45

55 6. Keleluasaan untuk melakukan pengembangan usaha sangat terbatas bagi Indonesia (-); 7. Semua bahan baku (spesifikasi, dll), teknologi yang digunakan, kuantitas dan negara tujuan ekspor masih ditentukan oleh pihak prinsipal (luar negeri) (-); 8. Perjanjian ASEAN Industrial Cooperation (AICO) membuat sistem produksi otomotif menjadi terfragmentasi khususnya di negara-negara ASEAN sehingga negara A khusus untuk membuat produk tertentu, sementara negara B khusus untuk membuat bagian yang lain (+). Industri Terkait dan Penunjang Peran industri pendukung dan industri terkait dengan industri otomotif Indonesia merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang daya saing otomotif. Industri yang terkait dengan industri otomotif berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Industri terkait dalam otomotif yang paling utama adalah industri besi dan baja serta mesin sebagai komponen utama. Saat ini Produksi besi dan baja Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan nasional. Setidaknya setiap tahun Indonesia masih mengimpor 2 Juta Ton Baja. Industri mesin juga belum menunjukan kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan dalam negeri (-); 2. Krakatau Steel sebagai produsen baja nasional dinilai sudah tidak lagi efisien namun tetap terus diberikan perlindungan melalui pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap produk-produk baja dari luar negeri. Dengan demikian, industri hulu tidak berkembang di Indonesia (-). Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 46

56 Kondisi Permintaan Permintaan produk otomotif terdiri dari permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Adanya permintaan akan menciptakan pasar. Baik konsumen dalam negeri maupun luar negeri, permintaan terhadap produk otomotif sangat tinggi untuk keperluan sehari-hari. Kondisi permintaan produk industri otomotif berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Permintaan produk otomotif di dalam negeri tinggi (90%), 10% ekspor (+); 2. Konsumen lokal dalam memilih produk produk otomotif, mengutamakan faktor kualitas, sehingga cenderung memilih merek Jepang (-); 3. Pendapatan serta kemampuan daya beli masyarakat Indonesia masih relatif rendah (-); 4. Di pasar suku cadang domestik, masih banyak terdapat merk-merk palsu (bajakan) (-); 5. PMA mampu mengekspor sekitar 15-30% dari produksinya sementara untuk produk after market (suku cadang) dapat mengekspor sekitar 70% dari produksi (+); 6. Produk otomotif Indonesia banyak diekspor ke negaranegara Timur Tengah dan Afrika karena spesifikasi otomotif yang digunakan masih berbentuk Euro 4. Untuk negara tujuan ekspor lainnya, seperti pasar Eropa dan Amerika Serikat karena di pasar tersebut spesifikasi otomotif yang digunakan adalah Euro 2. Indonesia belum mampu memproduksi Euro 2 (-). Strategi, Struktur dan Persaingan Perusahaan Kondisi persaingan dalam industri otomotif sangat ketat terutama perusahaan di luar negeri. Perusahaan luar negeri masuk sebagai pesaing industri otomotif nasional, karena Indonesia menganut sistem perdagangan bebas, terutama Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 47

57 dengan negara-negara ASEAN-RRT. Sehingga produk otomotif nasional akan bersaing dengan produk negara lain baik di pasar dalam negeri maupun di pasar internasional. Kondisi strategi, struktur dan persaingan pada industri otomotif berdasarkan hasil studi literatur dan otomotif diantaranya sebagai berikut: 1. Perusahaan otomotif terus tumbuh. Jumlah Perusahaan sedang dan besar Industri otomotif dan perlengkapan pada tahun 2009 mencapai 282 dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 286 perusahaan (+); 2. Di pasar internasional, industri otomotif nasional menghadapi pesaing produsen otomotif murah seperti China dan India (-); 3. Keseluruhan anggota dari GAIKINDO merupakan OEM (Original Equipment Manufacturer) baik untuk produk mobil, motor dan juga sparepart (genuine sparepart) sehingga sebagian besar mempunyai hak untuk memproduksi tetapi tidak mempunyai hak untuk menjual secara umum tanpa seijin pemilik merk dagang (investor) (-). Kebijakan Pemerintah 1. Kebijakan Mobil Murah LCGC meningkatkan Pasar dikalangan menengah kebawah (+); 2. Meningkatkan penggunaan mobil hibrida sebagai program jangka pendek dan mengembangkan teknologi mobil listrik untuk program jangka panjang. Kedua kebijakan itu sudah ditegaskan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pecanangan gerakan penghematan energi nasional pada Selasa (29/5) (+); 3. Di Indonesia insentif pajak, seperti tax holiday merupakan sesuatu yang sangat sulit didapatkan, sementara itu negara pesaing Indonesia seperti Vietnam, pemerintah Vietnam justru berani memberikan banyak sekali tax holiday (-); Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 48

58 4. Terhambat perizinan SNI yang saat ini dijadikan perizinan teknis (-). Kesempatan 1. Ketidakstabilan politik dan ekonomi, menganggu kestabilan nilai tukar yang selanjutnya berdampak pada fluktuasi biaya produksi. (-); 2. Permintaan produk otomotif dalam negeri maupun luar negeri selalu tinggi (+); 3. Program pemerintah tentang pengembangan industri otomotif dalam negeri (+). Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Otomotif Sumber: Hasil Analisis Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 49

59 4.4. Posisi dan Daya Saing Produk Plastik Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Daya Saing Komparatif Produk Plastik Ekspor Indonesia ke tiga pasar produk plastik utama dunia, yaitu RRT, Amerika Serikat, dan Jerman masih kalah bersaing dengan Thailand, Singapura, Malaysia dan Vietnam. Tren impor produk plastik Indonesia di ketiga importir utama produk plastik dunia tersebut cenderung mengalami penurunan kecuali di pasar RRT yang tetap tumbuh sebesar 11,5% per tahun (Tabel 4.7). Tabel 4.7. Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Produk Plastik Dunia Pasar Utama Nilai Impor Dari Dunia 2014 (US$ Miliar) China USA Germany Sumber: Trademap, 2015 Pemasok by Negara Ranking Nilai Impor dari Pemasok Trend Impor dari Pemasok Pertumb. Impor dari Pemasok 2014 (US$ Miliar) (%) 2014/2013 (%) Korea, Republic of Taipei, Chinese Japan Singapore Thailand Malaysia Indonesia Viet Nam Philippines Cambodia Myanmar Lao People's Democratic Republic n/a n/a Brunei Darussalam n/a n/a China Canada Mexico Thailand Singapore Malaysia Viet Nam Indonesia Philippines Cambodia Lao People's Democratic Republic Brunei Darussalam n/a n/a Myanmar n/a n/a Netherlands Belgium France Viet Nam Thailand Malaysia Singapore Indonesia Philippines Cambodia Myanmar n/a Lao People's Democratic Republic Brunei Darussalam n/a n/a Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 50

60 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Plastik Negara ASEAN Tahun (Persen) Pada Gambar 4.10 dapat diketahui bahwa untuk produk plastik, posisi Indonesia di pasar dunia berada di kuadran III dimana nilai ekspornya masih relatih rendah, namun pertumbuhan ekspornya tinggi. Singapura, Thailand dan Malaysia merupakan eskportir terbesar produk plastik yang berasal dari ASEAN. Ketiga negara tersebut berada di kuadran I dan II sehingga ketiga negara tersebut merupakan pesaing utama produk plastik Indonesia. Sumber: Hasil Analisis Nilai Ekspor Produk Plastik Negara-Negara ASEAN (USD Ribu) Gambar Posisi Produk Plastik Indonesia dan ASEAN Lainnya di Pasar Dunia Jepang merupakan negara tujuan ekspor utama produk plastik Indonesia dan terletak pada kuadran II yang berarti bahwa nilai ekspornya besar namun pertumbuhan ekspornya cenderung mengalami penurunan. Negara tujuan ekspor produk plastik Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekspor Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 51

61 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Plastik Tahun (Persen) tinggi dan dapat menjadi negara tujuan ekspor potensial antara lain China, Vietnam dan India. Sumber: Hasil Analisis Nilai Ekspor Produk Plastik Indonesia ke Negara Mitra Dagang (USD Ribu) Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Produk Plastik Indonesia Tabel 4.8 menunjukkan nilai RCA produk plastik dari Indonesia di 10 negara tujuan ekspor utama serta nilai RCA 5 negara pesaing utama dari ASEAN. Produk plastik Indonesia hanya memiliki daya saing (comparative advantage) di negara Filipina, di negara tujuan ekspor lainnya kirang berdaya saing karena memiliki nilai RCA di bawah 1. Sementara itu, pesaing utama produk plastik Indonesia yaitu Thailand dan Filipina, hampir seluruhnya memiliki daya saing di negara tujuan ekspor Indonesia. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 52

62 Tabel 4.8. Nilai RCA Produk Plastik Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 negara tujuan utama Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Philipina Singapura Amerika Serikat Jepang Cina Malaysia Philipina Singapura Vietnam Belanda Bangladesh Taipei Chinese Sumber: Hasil Analisis Daya Saing Kompetitif: Analisis Porter s Diamond Produk Plastik Kondisi Faktor Kondisi faktor industri plastik di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur, survey lapangan dan diskusi terbatas, secara rinci diuraikan berikut ini: 1. Bahan baku masih sangat bergantung pada impor. Di Indonesia, biji plastik yang berkualitas belum mampu diproduksi (-); 2. Belum adanya integrasi yang baik antara industri hulu dengan industri hilir serta utilisasi yang rendah (-); 3. Biaya infrastruktur dan logistik yang tinggi merupakan hambatan bagi industri petrokimia (-); 4. Gas alam yang notabenenya digunakan sebagai sumber energi merupakan salah satu bahan baku dari industri plastik. Indonesia kaya akan gas alam, sehingga bahan Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 53

63 baku tersebut tidak harus diekspor tapi dapat digunakan sebagai bahan baku industri plastik (+). Industri Terkait dan Penunjang Peran industri pendukung dan industri terkait dengan industri plastik Indonesia merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang daya saing produk plastik Indonesia. Kondisi industri yang terkait dengan industri berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Tidak banyak industri yang bermain di bidang industri plastik sehingga terkait dengan bahan baku dan penunjang masih sepenuhnya bergantung pada impor (-). Kondisi Permintaan Permintaan produk alas kaki terdiri dari permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Adanya permintaan akan menciptakan pasar. Kondisi permintaan produk alas kaki berdasarkan hasil studi literatur, survey lapangan dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Impor dunia terus tumbuh sebesar rata-rata 9,6% per tahun (+); 2. Permintaan akan produk plastik dunia meningkat seiring dengan naiknya produk makanan olahan karena plastik merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari industri makanan (+); Strategi, Struktur dan Persaingan Perusahaan Kondisi persaingan dalam industri plastik sangat ketat terutama dengan negara-negara tetangga ASEAN. Kondisi strategi, struktur dan persaingan pada industri plastik berdasarkan hasil studi literatur, survey lapangan dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 54

64 1. Industri plastik dalam negeri saat ini sedang menghadapi dilema, apabila gas tersebut diolah menjadi bahan baku maka energi dalam negeri akan kekurangan dan sebaliknya (-); 2. Biji plastik yang merupakan bahan baku utama industri plastik masih impor, pemain utama industri plastik dalam negeri adalah satu-satunya PT. Candra Asih (-); 3. Di Thailand, industri petrokiamia merupakan state company sehingga sangat dilindungi (-); 4. Di Singapura, industri petrokimia sangat berkembang karena pemerintah mengizinkan pulau-pulau yang ada sebagai pusat refinery sehingga Singapura memanfaatkan gas yang diekspor oleh Indonesia untuk diolah lebih lanjut (-); 5. Sementara Di vietnam, keunggulan Vietnam adalah bagaimana pemerintah menarik investor, pemerintah Vietnam banyak memberikan keringanan pajak sehingga invesasi masuk (-). Kebijakan Pemerintah Berikut merupakan beberapa kebijakan pemerintah yang memberikan dampak signifikan dalam mempengaruhi daya saing produk plastik Indonesia antara lain: 1. Insentif yang diberikan pemerintah adalah pemberian program restrukturisasi dalam hal investasi, untuk mendapatkan tax holiday diperlukan waktu lebih dari 1 tahun dan belum jelas (-); 2. Perlu ada pendekatan terkait standar technical barrier, misalnya walaupun Indonesia sudah memiliki FTA bilateral dengan Jepang namun produk ekspor Indonesia masih susah untuk masuk ke pasar Jepang (-); Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 55

65 3. Hendaknya pemerintah dapat fokus pada produk dimana Indonesia telah memiliki keunggulkan komparatif setidaknya dalam hal bahan baku (-) Kesempatan 1. Depresiasi IDR terhadap US Dollar dirasa merugikan karena hampir sebagian besar bahan baku masih didominasi dan bergantung pada bahan baku impor (-) Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 56

66 Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Plastik Sumber: Hasil Analisis Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 57

67 4.5. Posisi dan Daya Saing Produk Logam Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Daya Saing Komparatif Produk Logam Ekspor Indonesia ke pasar produk logam utama dunia, yaitu Amerika Serikat, Jerman dan RRT masih kalah bersaing dibandingkan negara ASEAN lainnya, terutama Thailand, Vietnam dan Malaysia. Di samping ketiga negara tersebut, Kamboja memiliki performa ekspor produk logam yang cukup baik. Impor AS dan RRT selama 5 tahun terakhir dari Kamboja menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar persen dan 88.5 persen meskipun nilai impornya masih relatif sangat kecil (Tabel 4.9). Tabel 4.9. Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Produk Logam Dunia Pasar Utama Nilai Impor Dari Dunia 2014 (US$ Miliar) USA Germany China Sumber: Trademap, 2015 Pemasok by Negara Ranking Nilai Impor dari Pemasok Trend Impor dari Pemasok Pertumb. Impor dari 2014 (US$ Miliar) (%) Pemasok 2014/2013 (%) China Canada Mexico Thailand Viet Nam Malaysia Indonesia Philippines Singapore Cambodia Lao People's Democratic Republic Brunei Darussalam n/a n/a Italy Netherlands France Viet Nam Thailand Malaysia Indonesia Philippines Singapore Cambodia Brunei Darussalam n/a Myanmar n/a Lao People's Democratic Republic n/a n/a Japan Korea, Republic of Germany Singapore Myanmar n/a Malaysia Thailand Viet Nam Indonesia Philippines Lao People's Democratic Republic n/a Cambodia Brunei Darussalam n/a n/a Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 58

68 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Logam Negara ASEAN Tahun (Persen) Kinerja ekspor produk logam Indonesia relatif lebih baik di pasar tujuan ekspor Amerika Serikat (USA) dibandingkan dengan Jerman dan Cina. Indonesia perlu mencermati kinerja ekspor produk logam di pasar Jerman karena trendnya menunjukkan penurunan sebesar persen selama periode Nilai Ekspor Komoditi Produk Logam Negara-Negara ASEAN (USD Ribu) Sumber: Hasil Analisis Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir Produk Logam ASEAN Lainnya di Pasar Dunia Gambar juga menunjukkan bahwa, posisi Indonesia di pasar produk logam dunia berada pada kuadran II dimana nilai ekspor relatif tinggi dan diatas rata-rata, sedangkan pertumbuhan ekspor masih dibawah rata-rata dari seluruh negara ASEAN. Tidak ada negara-negara ASEAN yang berada di kuadran I, artinya baik nilai ekspor maupun pertumbuhan ekspor produk logam tidak ada yang tinggi. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 59

69 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Logam Tahun (Persen) Akan tetapi, produk logam Singapura, Malaysia, dan Thailand menjadi pesaing utama Indonesia di pasar. Pada Gambar 4.14 (kuadran I dan II), ditunjukkan bahwa 10 negara tujuan ekspor utama produk logam Indonesia adalah Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Thailand, Uruguay, Kongo, Belanda, dan UEA. Di pasar utama tersebut Indonesia harus bersaing dengan eksportir dari negara ASEAN seperti yang ditunjukkan oleh nilai RCA (daya saing comparative) pada Tabel Nilai Ekspor Produk Logam Indonesia ke Negara Mitra Dagang (USD Ribu) Sumber: Hasil Analisis Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Logam Indonesia Tabel 4.10 menunjukkan nilai RCA produk logam dari Indonesia di 10 negara tujuan ekspor utama serta nilai RCA 5 negara pesaing utama dari ASEAN. Produk logam Indonesia dapat mengungguli produk yang sejenis dari negara ASEAN lainnya, dimana daya saing produk ini dapat jauh lebih tinggi di pasar tujuan ekspor Indonesia. Adapun pasar tujuan ekspor Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 60

70 dimana produk logam Indonesia lebih berdaya saing dibandingkan dengan negara ASEAN adalah Australia, Kongo, Belanda, dan Uruguai. Akan tetapi, di pasar Jepang produk logam Indonesia kurang berdaya saing jika dibandingkan dengan Thailand. Sedangkan di pasar Malaysia, Thailand, Amerika Serikat dan EU produk logam Indonesia tidak memiliki daya saing. Tabel Nilai RCA Produk Logam Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 Negara Tujuan Utama Sumber: Hasil Analisis Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Philipina Singapura Singapura Jepang Amerika Serikat Australia Malaysia Thailand Uruguai Kongo Belanda UEA Daya Saing Kompetitif: Analisis Porter s Diamond Produk Logam Kondisi Faktor Kondisi faktor industri logam di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas, secara rinci diuraikan berikut ini: 1. Impor bahan baku industri masih relatif tinggi, yaitu sekitar persen terhadap nilai ekspor nasional. Padahal kalau ditelusuri barang yang diimpor tersebut berasal dari bahan alam yang banyak terdapat di Indonesia. Sampai sejauh ini, kemandirian industri dalam negeri dengan pengolahan Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 61

71 bahan mentah sampai menjadi bahan jadi di negeri sendiri masih jauh dari harapan. Bahkan pada sektor industri logam Aluminium (AL), Ferro Nikel (Fe-Ni) dan Tembaga (Cu) yang notabene sebagian besar masih merupakan industri asing sehingga seluruh produknya diperuntukkan bagi negara asing tersebut. 2. Industri logam seperti baja sudah mulai menyesuaikan diri dengan kondisi keterbatasan bahan baku. Di antaranya mengganti bahan baku serap dengan bahan baku yang sudah diolah terlebih dahulu. 3. Bahan baku tidak diproduksi di dalam negeri, sehingga industri baja Indonesia mengalami kesulitan untuk berkembang. Industri Terkait dan Penunjang Peran industri pendukung dan industri terkait dengan industri logam Indonesia merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang daya saing logam. Industri yang terkait dengan industri logam berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Industri logam merupakan salah satu industri dasar yang menunjang produksi barang modal yang menopang industri lainnya. Dengan logam sebagai bahan baku utama, industri ini diakui memiliki peran terhadap pengembangan industri nasional. 2. Komponen utama dari peralatan atau mesin yang digunakan dalam kegiatan industri disuplai oleh industri logam. Kondisi Permintaan Permintaan produk logam terdiri dari permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Adanya permintaan akan menciptakan pasar. Baik konsumen dalam negeri Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 62

72 maupun luar negeri, permintaan terhadap produk logam sangat tinggi untuk keperluan seharai. Kondisi permintaan produk industri logam berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Permintaan produk logam pada 2013, yakni Besi dan Baja mencapai 6.93 persen atau meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 5.86 persen. Salah satu hal yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan tersebut adalah adanya realisasi beberapa proyek pada industri material dasar logam, antara lain PT Krakatau Posco, PT Delta Prima Steel, PT Indobaja Dayatama dan PT Molten Aluminium Indonesia. 2. Permintaan logam seperti besi dan baja diproyeksi akan naik sesuai dengan dimulainya berbagai proyek pembangunan oleh pemerintah. Begitu pula dengan proyek pembangunan properti dan infrastruktur dari kalangan swasta dinilai masih akan menunjukkan pertumbuhan permintaan produk logam. China, Jerman, dan Jepang merupakan pemasok utama Produk Logam dunia dengan pangsa masing-masing 15,5%, 8,8%, dan 6,5% terhadap total ekspor Produk Logam dunia Sementara itu, permintaan dunia akan produk logam meningkat rata-rata 7,8% per tahun selama dan mencapai USD 717,6 miliar di tahun Meskipun Indonesia masih kecil dalam memenuhi kebutuhan dunia dengan pangsa 0,4% (USD 2,9 miliar), namun ekspor Produk Logam Indonesia naik cukup signifikan 8,7% per tahun selama 5 tahun terakhir. Negara utama tujuan ekspornya adalah Australia dengan pangsa 19,1%, Singapura (14,3%), dan Malaysia (9,4%). Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 63

73 Strategi, Struktur dan Persaingan Perusahaan Kondisi persaingan dalam industri logam sangat ketat terutama perusahaan di luar negeri. Kondisi strategi, struktur dan persaingan pada industri logam berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Dari berbagai aspek yang mendukung masuknya barang logam Cina ke Indonesia, yang paling berpengaruh adalah Cost (Harga). Dengan harga murah yang ditawarkan, peralatan canggih yang mampu memproduksi ribuan barang dalam sekali produksi, membuat Cina mampu menguasai industri logam Indonesia. 2. Produksi baja dalam setahun 8 juta ton/ tahun, sedangkan China memproduksi 850 juta ton per tahun. Oleh karena itu, industri baja nasional sangat terancam dan bersaing ketat dengan China. 1% produksi China sama dengan produksi baja Indonesia setahun. Kebijakan Pemerintah 1. Investiasi di sektor industri logam saat ini belum banyak padahal sangat dibutuhkan untuk pengembangan industri. Di antaranya untuk produk seperti pelat besi, pig iron, green pipe, slab stainless steel, billet stainless steel, atau batang stainless steel. 2. Kebijakan pemerintah untuk menumbuhkan industri pengkayaan mineral (Mineral Enrichment Industry) sehingga dapat diproses dengan mudah untuk menyuplai industri hilirnya. Hal ini menandakan sangat diperlukannya upaya untuk meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam negeri dalam mengolah sumber daya alam Indonesia sedemikian rupa sehingga ketergantungan pada impor bisa dikurangi. 3. Adanya kebijakan pembatasan impor bahan baku besi bekas (scrap) karena isu lingkungan membuat Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 64

74 pertumbuhan sektor industri logam di tahun 2013 ini turun di kisaran 4-5 persen. 4. Pemberlakuan tarif bea masuk produk-produk impor melalui skema kerjasama internasional relatif rendah, sedangkan non-tariff measure untuk produk logam perlu dikembangkan secara optimal. Hal ini dilakukan untuk menekan penggunaan jumlah produk impor dan mendorong tumbuhnya industri dalam negeri 5. Pemerintah melalui Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) diharapkan dapat memberikan dukungan agar mampu menjadi pemicu penggunaan produk logam dalam negeri, terutama proyek yang dibiayai oleh APBN. 6. Teknologi dan kapasitas belum memadai untuk pembangunan industri pengolahan logam yang besar 7. Biaya energi di Indonesia cukup mahal. 8. Inefisiensi biaya produksi 9. Kesulitan dalam membuang limbah karena diperlukan perijinan yang sangat panjang dan rumit untuk membuang limbah (manajemen pembuangan limbah). 10. Kesulitan memperoleh bahan baku berupa scrap yang merupakan bahan baku daur ulang industri karena KemenhutLH dimasukkan ke dalam kategori limbah B Terkait SNI wajib, saat ini Indonesia sangat mudah dalam mengimpor baja. Kesempatan 1. Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor (-) 2. Semakin meningkatnya realisasi proyek-proyek pemerintah dan swasta yang membutuhkan bahan baku dari produk logam. (+) 3. Ekspansi industri menuju logam modern dan efisien (+) 4. Kebijakan ekspor mineral logam berjalan efektif (+) Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 65

75 5. Perijinan harus trasparan dan cepat selain ijin ekspor juga ijin pengelolaan limbah. Selain itu, hendaknya scrap tidak lagi dikategorikan dalam limbah B3. (+) 6. Penyediaan tenaga listrik dan teknologi yang lebih maju untuk dapat menarik investasi asing dalam menanamkan modal di industri pengolahan logam nasional. (+) 7. Perbaikan manajemen industri kecil agar tetap bertahan (+) Strategi pengembangan ekspor produk logam 1. Perluas fokus pasar: Australia, Singapura, Malaysia, dan Jepang. Semantara itu, ada sar potensial: Korea dan Meksiko 2. Pengembangan industri logam nasional menuju industri logam modern dan efisien dengan memanfaatkan sumber daya lokal. 3. R&D bagi pengembangan produk baru untuk diversifikasi produk 4. Memberikan insentif fiskal kepada perusahaan yang melakukan ekspor 5. Meningkatkan peran market intelligence Perwakilan Perdagangan (Atdag) dan ITPC dalam identifikasi peluang pasar, informasi kebutuhan produk, hambatan perdagangan, jaringan distribusi dan logistik di negara tujuan ekspor Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 66

76 Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Logam Sumber: Hasil Analisis Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 67

77 4.6. Posisi dan Daya Saing Produk Mesin Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Daya Saing Komparatif Produk Alas Mesin Tiga pasar mesin-mesin utama dunia mulai dari yang terbesar berturut-turut adalah Amerika Serikat, RRT, dan Jerman (Tabel 4.11). Di pasar Amerika dan Jerman, Posisi pertama dikuasai China. Indonesia berada diranking 36 untuk pasar Amerika dan ranking 51 di pasar Jerman. Sementara di pasar China, posisi pertama dikuasai Jepang, sedangkan Indonesia di ranking 31. Tabel Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Mesin-Mesin Dunia Pasar Utama Nilai Impor Dari Dunia 2014 (US$ Miliar) USA China Germany Sumber: Trademap, 2015 Pemasok by Negara Ranking Nilai Impor dari Pemasok Trend Impor dari Pemasok Pertumb. Impor dari 2014 (US$ Miliar) (%) Pemasok 2014/2013 (%) China Mexico Japan Thailand Singapore Malaysia Philippines Viet Nam Indonesia Cambodia Brunei Darussalam Lao People's Democratic Republic n/a n/a Japan Germany United States of America Singapore Thailand Malaysia Viet Nam Philippines Indonesia Cambodia Lao People's Democratic Republic Myanmar Brunei Darussalam n/a n/a China Austria France Thailand Malaysia Singapore Viet Nam Philippines Indonesia Lao People's Democratic Republic n/a Myanmar n/a Brunei Darussalam Cambodia n/a Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 68

78 Pertumbuhan Nilai Ekspor Mesin-Mesin Tahun (Persen) Jika dibandingkan dengan dengan eksportir mesin dari negara ASEAN lainnya, Indonesia kalah bersaing dengan Thailand, Singapura, Vietnam, dan Malaysia. Bahkan Thailand menjadi yang paling unggul diantara negara ASEAN sebagai pemasok mesin-mesin di ketiga importir mesin-mesin dunia (Tabel 4.11). Nilai Ekspor Mesin-Mesin 10 Negara Asean ke Dunia (USD Ribu) Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir Produk Mesin ASEAN lainnya di Pasar Dunia Sumber: Hasil Analisis Gambar 4.16 juga menunjukkan bahwa, posisi Indonesia di pasar produk mesin dunia berada pada kuadran III dimana nilai ekspor dan pertumbuhan ekspor masih dibawah rata-rata dari seluruh negara ASEAN. Pesaing utama Indonesia dari negara ASEAN untuk produk mesin di pasar dunia berdasarkan Gambar 13 adalah Malaysia, Thailand, dan Singapura (nilai ekspor tinggi di kuadran II). Negara-negara ASEAN tersebut juga menjadi pesaing Indonesia di pasar utama tujuan ekspor Indonesia untuk produk mesin. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 69

79 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Mesin-mesin Tahun (Persen) Pasar utama ekspor produk mesin Indonesia belum menyasar ke negara importir utama dunia (Tabel 4.11). Pada Gambar 4.17 (kuadran I dan II), ditunjukkan bahwa 10 negara tujuan ekspor utama produk mesin Indonesia adalah Australia, Brazil, Jepang, Malaysia, Belanda, Oman, Peru, Philipina, Saudi Arabia dan Singapura. Di pasar utama tersebut Indonesia harus bersaing dengan ekportir dari Negara ASEAN seperti yang ditunjukkan oleh nilai RCA (daya saing comparative) pada Tabel Nilai Ekspor Komoditi Mesin Indonesia ke Negara Mitra Dagang (USD Ribu) Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Mesin Indonesia Sumber: Hasil Analisis Tabel menunjukkan nilai RCA produk mesin dari Indonesia di 10 negara tujuan ekspor utama serta nilai RCA 5 negara pesaing utama dari ASEAN. Di 10 negara tujuan utama, hanya di pasar Peru produk mesin Indonesia memiliki daya saing dengan nilai RCA 1. Di 9 negara tujuan lainnya, nilai RCA dibawah satu atau tidak berdaya saing. Sedangkan di pasar negara tujuan ekspor lainnya daya saing Indonesia Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 70

80 masih kalah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Sebagai contoh, di pasar Jepang maka pesaing Indonesia yang lebih berdaya saing daripada Indonesia adalah Thailand, Philipina, Vietnam dan Singapura. Tabel Nilai RCA Produk Mesin Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 negara tujuan utama Indonesia Thailand Malaysia Philiphina Vietnam Singapore Australia Brazil Japan Malaysia Netherlands Oman Peru Philippines Saudi Arabia Singapore Sumber: Hasil Analisis Daya Saing Kompetitif: Analisis Porter s Diamond Mesin Kondisi Faktor Kondisi faktor meliputi semua ketersediaan sumberdaya input, yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal, sumberdaya IPTEK dan sumberdaya infrastruktur. Ketersediaan input dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan serta semakin tinggi kualitas input, semakin besar pula peluang industri dan negara dalam meningkatkan daya saing. Kondisi faktor industri mesin di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas, secara rinci diuraikan berikut ini: 1. Bahan baku mesin sebagian besar berasal dari impor (65%) sedangkan lokal (35%) (-) 2. Bahan baku dikenakan Bea Masuk sebesar 0%-10% Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 71

81 3. Tenaga kerja kurang berkualitas. 4. Kurangnya SDM dalam jasa Service Mesin yang telah dibuat. Industri Terkait dan Penunjang Peran industri pendukung dan industri terkait dengan industri mesin Indonesia merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang daya saing mesin. Industri yang terkait dengan industri mesin berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya Industri terkait dalam mesin yang paling utama adalah industri besi dan baja sebagai komponen utama. Saat ini Produksi besi dan baja Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan nasional. Setidakanya setiap tahun Indonesia masih mengipor 2 Juta Ton Baja. (-) Kondisi Permintaan Permintaan produk mesin terdiri dari permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Adanya permintaan akan menciptakan pasar. Baik konsumen dalam negeri maupun luar negeri, permintaan terhadap produk mesin sangat tinggi untuk keperluan seharai. Kondisi permintaan produk industri mesin berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Permintaan produk mesin di dalam negeri tinggi (senbagian besar masih impor). Pasar mesin perkakas di Tanah Air mencapai Rp 856 miliar pada 2012 dibandingkan tahun sebelumnya Rp 800 miliar (+) 2. Konsumen lokal dalam memilih produk produk mesin, mengutamakan faktor harga, sehingga cenderung memilih produk impor yang murah (dari China) 3. Permintaan produk mesin di pasar internasional semakin berkembang seiring dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Impor dunia terhadap mesin mencapai USD 1,8 Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 72

82 triliun (2013), tumbuh rata-rata 9,4% per tahun: pasar utama: AS (13,1%), China (8,0%), dan Jerman (7,0%) (+) Strategi, Struktur dan Persaingan Perusahaan Kondisi persaingan dalam industri mesin sangat ketat terutama perusahaan di luar negeri. Perusahaan luar negeri masuk sebagai pesaing industri mesin nasional, karena Indonesia menganut sistem perdagangan bebas, terutama dengan negara-negara ASEAN China. Sehingga produk mesin nasional akan bersaing dengan produk negara lain baik di pasar dalam negeri maupun di pasar internasional. Kondisi strategi, struktur dan persaingan pada industri mesin berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Perusahaan mesin terus tumbuh. Jumlah Perusahaan sedang dan besar Industri mesin dan perlengkapan pada tahun 2009 mencapai 285 dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 312 perusahaan.. 2. Di pasar internasional, industri mesin nasional menghadapi pesaing produsen mesin murah seperti China (-) Kebijakan Pemerintah 1. Alokasi dana research and development (R&D) yang hanya mencapai 0,1% (-) 2. Tidak ada upaya Pemerintah untuk melindungi perusahaan dalam negeri dari pesaing-pesaing luar (-) 3. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong realisasi penurunan bea masuk (BM) komponen kapal menjadi nol persen. Pasalnya, saat ini pelaku industri galangan kapal dalam negeri dikenakan PPN (pajak pertambahan nilai) sebesar 10 persen dan BM untuk komponen produksi kapal sebesar 5-10 persen. Dengan Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 73

83 begitu, industri galangan kapal lebih berdaya saing dan meningkatkan produksi serta pasokan kapal dari industri dalam negeri. Kesempatan 1. Ketidakstabilan politik dan ekonomi, menganggu kestabilan nilai tukar yang selanjutnya berdampak pada fluktuasi biaya produksi. (-) 2. Permintaan produk mesin dalam negeri maupun luar negeri selalu tinggi (+) 3. Program pemerintah tentang pengembangan industri mesin kapal. (+) Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Mesin Sumber: Hasil Analisis Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 74

84 4.7. Posisi dan Daya Saing Produk Kayu Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Daya Saing Komparatif Produk Kayu Tiga pasar kayu utama dunia mulai dari yang terbesar berturut-turut adalah Amerika Serikat, Jerman dan Perancis (Tabel 4.13). Di pasar Amerika posisi pertama dikuasai China, sementara di pasar Perancis dikuasai oleh Polandia. Indonesia berada diranking 5 untuk pasar Amerika dan ranking 25 di pasar Jerman. Sementara di pasar Perancis, posisi pertama dikuasai Jerman, sedangkan Indonesia di ranking 22. Diduga produk kayu yang masuk ke Jerman di reekspor ke Negara Perancis. Jika dibandingkan dengan dengan eksportir kayu dari negara ASEAN lainnya, Indonesia kalah bersaing dengan Vietnam. Di pasar Perancis, Vietnam jauh lebih unggul (rangking 17). Bahkan di tahun , ekspor Indonesia ke Perancis turun hingga 10% sementara Vietnam justru meningkat 6.3%. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 75

85 Tabel Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Kayu Dunia Pasar Utama Nilai Impor Dari Dunia 2014 (US$ Miliar) USA Germany France Sumber: Trademap, 2015 (diolah Puska Daglu, BPPKP) Pemasok by Negara Ranking Nilai Impor dari Pemasok Trend Impor dari Pemasok Pertumb. Impor dari Pemasok 2014 (US$ Miliar) (%) 2014/2013 (%) China Canada Mexico Viet Nam Indonesia Malaysia Thailand Philippines Cambodia Singapore Myanmar n/a 6.89 Lao People's Democratic Republic Brunei Darussalam n/a n/a Poland Austria China Viet Nam Indonesia Malaysia Thailand Philippines Singapore Myanmar Cambodia Brunei Darussalam n/a Lao People's Democratic Republic n/a Germany Italy Belgium Viet Nam Indonesia Malaysia Thailand Philippines Singapore Cambodia Lao People's Democratic Republic Myanmar Brunei Darussalam n/a n/a Gambar juga menunjukkan bahwa, posisi Indonesia di pasar produk kayu dunia berada pada kuadran II dimana nilai ekspor masih diatas rata-rata dari seluruh negara pesaing ASEAN, sedangkan pertumbuhan ekspor dibawah rata-rata dari seluruh Negara pesaing ASEAN. Pesaing utama Indonesia dari negara ASEAN untuk produk kayu di pasar dunia berdasarkan Gambar 4.1 adalah Malaysia, Thailand, Philipina dan Vietnam (nilai ekspor tinggi di kuadran II). Negara-negara ASEAN tersebut juga menjadi pesaing Indonesia di pasar utama tujuan ekspor Indonesia (Gambar 4.2.) untuk produk kayu. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 76

86 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Kayu Tahun (Persen) Nilai Ekspor Produk Kayu 10 Negara Asean ke Dunia (USD Ribu) Sumber: Hasil Analisis Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir Produk Kayu ASEAN lainnya di Pasar Dunia Pasar utama ekspor produk kayu Indonesia belum menyasar ke negara importir utama dunia (Tabel 4.13). Pada Gambar 4.20 (kuadran I dan II), ditunjukkan bahwa 10 negara tujuan ekspor utama produk kayu Indonesia adalah China, India, Vietnam, Jepang, Malaysia, Philipina, Saudi Arabia, Singapura, Taipei dan Uni Emirat Arab. Di pasar utama tersebut Indonesia harus bersaing dengan ekportir dari Negara ASEAN seperti yang ditunjukkan oleh nilai RCA (daya saing comparative) pada Tabel Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 77

87 Pertumbuhan Nilai Ekspor Produk Kayu Tahun (Persen) Sumber: Hasil Analisis Nilai Ekspor Produk Kayu Indonesia ke Negara Mitra Dagang (USD Ribu) Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Kayu Indonesia Tabel 4.14 menunjukkan nilai RCA produk kayu dari Indonesia di 10 negara tujuan ekspor utama serta nilai RCA 5 negara pesaing utama dari ASEAN. Di 10 negara tujuan utama, Indonesia memiliki daya saing dengan nilai RCA antara 1.16 (di pasar India) hingga 6.38 (di pasar China). Di pasar China, Vietnam, Saudi Arabia, dan pasar Singapura daya saing Indonesia kalah jika dibandingkan dengan daya saing Malaysia. Di pasar India, daya saing Indonesia kalah dengan Thailand. Sementara di Uni Emirat Arab daya saing Indonesia jauh dibawah daya saing Vietnam. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 78

88 Tabel Nilai RCA Produk Kayu Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 negara tujuan utama Indonesia Thailand Malaysia Philiphina Vietnam Singapore China India Viet Nam Japan Malaysia Philippines Saudi Arabia Singapore Taipei, Chinese United Arab Emirates Sumber: Hasil Analisis Daya Saing Kompetitif: Analisis Porter s Diamond Produk Kayu Kondisi Faktor Kondisi faktor meliputi semua ketersediaan sumber daya input, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, sumber daya IPTEK dan sumber daya infrastruktur. Ketersediaan input dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan serta semakin tinggi kualitas input, semakin besar pula peluang industri dan negara dalam meningkatkan daya saing. Kondisi faktor industri kayu di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas, secara rinci diuraikan berikut ini: 1. Indonesia memiliki cadangan hutan alami terbesar di Asia dan ketiga terbesar di dunia, dengan luas sekitar lebih dari 100 juta hektar. (+) Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 79

89 2. Industri kayu masih kekurangan bahan baku kayu (BBK) dengan kualitas A. (-) 3. Rasio antara bahan baku lokal dan impor: industri kayu lapis (95% lokal dan 5% impor), industri kertas (70% lokal dan 30% impor), dan industri furnitur (95% lokal dan 5% impor). 4. Kualitas kayu Indonesia lebih baik dibandingkan kayu China seperti Eboni, Jati, Mahoni, Merbau, Ulin dan lainlain. (+) 5. Teknologi produk kayu yang digunakan masih rendah tingkat efisiensi dan efektivitasnya. 6. Inovasi dan design SDM untuk produk kayu masih rendah. 7. Infrastruktur yang masih sulit menjadikan harga bahan baku kayu menjadi terlalu tinggi. Industri Terkait dan Penunjang Peran industri pendukung dan industri terkait dengan industri kayu Indonesia merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang daya saing produk kayu. Industri yang terkait dengan industri kayu berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Ketersediaan bahan baku kayu (BBK) untuk jenis tertentu dengan kualitas A seperti kayu jati semakin sulit untuk didapatkan oleh industri. Kelangkaan BBK tersebut menyebabkan harga semakin meningkat, yang artinya biaya produksi industri kayu juga akan meningkat. (-) 2. Industri hilir kayu terus berkembang antara lain furniture, pulp, kertas, kerajinan, plywood, moulding dan produk kayu lainnya. (+) Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 80

90 Kondisi Permintaan Permintaan produk kayu terdiri dari permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Adanya permintaan akan menciptakan pasar. Baik konsumen dalam negeri maupun luar negeri, permintaan terhadap produk kayu sangat tinggi untuk keperluan industri. Kondisi permintaan produk industri kayu berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Sebagian besar produk kayu Indonesia telah diekspor ke berbagai negara dan kawasan. (+) 2. Produk industri kayu lapis hampir 90% ekspor ditujukan ke pasar Jepang, industri kertas ditujukan untuk pasar AS, Asia dan Timur Tengah, serta industry furnitur telah menembus pasar AS, EU, dan Asia Timur. (+) 3. Sementara itu, untuk permintaan domestik untuk produk kayu dengan kualitas baik menurun karena harganya yang meningkat. (-) Strategi, Struktur dan Persaingan Perusahaan Kondisi strategi, struktur dan persaingan pada industri karet berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Perusahaan produk kayu Indonesia cukup terdiferensiasi berdasarkan produk kayu yang semakin berkembang. (+) 2. Pemasaran produk kayu Indonesia telah berhasil mencapai Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Korea dan kawasan Timur Tengah. Indonesia memiliki pesaing di produk kayu yaitu China, Brasil dan negara ASEAN. Indonesia masih memiliki daya saing pada kualitas bahan baku dan design produk kayu. (+) 3. Tarif bea masuk (BM) impor produk kayu di beberapa negara tujuan ekspor potensial masih tinggi. (-) Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 81

91 4. Terdapat beberapa tuduhan dumping terhadap produk kayu Indonesia seperti kertas. (-) Kebijakan Pemerintah 1. Pemerintah berperan dalam menjaga pasokan bahan baku dengan melarang ekpor kayu log/gelondongan. 2. Pemerintah mengeluarkan peraturan untuk produk kayu Indonesia yang berorientasi ekspor agar memiliki sertifikasi Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK). Kesempatan 1. Depresiasi Rupiah terhadap Dollar dalam jangka pendek akan menyebabkan ekspor produk kayu meningkat karena harga produk kayu Indonesia menjadi lebih murah, maka untuk bertahan di jangka panjang maka daya saing, inovasi dan efisiensi industri kayu harus ditingkatkan. 2. Penggunaan jenis bahan baku kayu yang belum dimanfaatkan dan dikenal (lesser-known species) sebagai solusi bahan baku kayu alternatif. 3. Penelitian dan pengembangan produk kayu sehingga inovasi dan design akan lebih baik. 4. Produk kayu Indonesia telah memiliki sertifikat SVLK. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 82

92 Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Kayu Sumber: Hasil Analisis Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 83

93 4.8. Posisi dan Daya Saing Produk Karet Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Daya Saing Komparatif Produk Karet Tiga pasar karet utama dunia mulai dari yang terbesar berturut-turut adalah Amerika Serikat, Jerman dan China (Tabel 4.15). Di pasar Amerika, posisi pertama dikuasai China, di pasar Jerman didominasi oleh Perancis. Indonesia berada diranking 10 untuk pasar Amerika dan ranking 25 di pasar Jerman. Sementara di pasar China, posisi pertama dikuasai Thailand, sedangkan Indonesia di ranking 7. Tabel Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Karet Dunia Pasar Utama Nilai Impor Dari Dunia 2014 (US$ Miliar) USA Germany China 8.41 Sumber: Trademap, 2015 (diolah Puska Daglu) Pemasok by Negara Ranking Nilai Impor dari Pemasok Trend Impor dari Pemasok Pertumb. Impor dari 2014 (US$ Miliar) (%) Pemasok 2014/2013 (%) China Canada Japan Thailand Malaysia Indonesia Viet Nam Philippines Singapore Cambodia Lao People's Democratic Republic n/a Brunei Darussalam n/a n/a France Czech Republic Poland Malaysia Thailand Indonesia Viet Nam Singapore Philippines Cambodia Myanmar n/a n/a Brunei Darussalam n/a Thailand Malaysia Japan Indonesia Viet Nam Singapore Philippines Myanmar Cambodia Lao People's Democratic Republic n/a Brunei Darussalam n/a n/a Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 84

94 Meskipun Indonesia termasuk penghasil karet terbesar dunia, namun jika dibandingkan dengan eksportir karet dari negara ASEAN lainnya, Indonesia kalah bersaing dengan Thailand dan Malaysia (Tabel 4.15). Selama periode ekspor Indonesia pertumbuhannya negative di pasar Amerika dan Jerman. Di pasar China, pada periode yang sama pertumbuhannya positif. Namun pada setahun terakhir (periode ), pertumbuhan ekspor Indonesia di ketiga pasar utama negatif antara -4% (di pasar Amerika) hingga -44% (di pasar China). Sumber: Hasil Analisis Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir Produk Karet ASEAN lainnya di Pasar Dunia Gambar juga menunjukkan bahwa, posisi Indonesia di pasar produk karet dunia berada pada kuadran II dimana nilai ekspor masih diatas rata-rata dari seluruh negara pesaing ASEAN, sedangkan pertumbuhan ekspor sedikit Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 85

95 dibawah rata-rata dari seluruh Negara pesaing ASEAN. Pesaing utama Indonesia dari negara ASEAN untuk produk karet di pasar dunia berdasarkan Gambar 4.22 adalah Malaysia dan Thailand (nilai ekspor tinggi di kuadran II). Negara-negara ASEAN tersebut juga menjadi pesaing Indonesia di pasar utama tujuan ekspor Indonesia (Gambar 4.23) untuk produk karet. Ada kemungkinan karet yang di ekspor ke Malaysia dan Thailand, hanya transit sementara, atau diolah lebih lanjut, kemudian di re-ekspor oleh kedua Negara tersebut ke pasar utama dunia. Pasar utama ekspor produk karet Indonesia belum menyasar ke negara importir utama dunia (Tabel 4.22). Pada Gambar 4.23 (kuadran II dan II), ditunjukkan bahwa 10 negara tujuan ekspor utama produk karet Indonesia adalah Amerika, Jepang, China, Australia, Philipina, Malaysia, Jerman, Singapura, India dan Meksiko. Di pasar utama tersebut Indonesia harus bersaing dengan ekportir dari Negara ASEAN seperti yang ditunjukkan oleh nilai RCA (daya saing comparative) pada Tabel Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 86

96 Sumber: Hasil Analisis Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Karet Indonesia Tabel 4.23 menunjukkan nilai RCA produk karet dari Indonesia di 10 negara tujuan ekspor utama serta nilai RCA 5 negara pesaing utama dari ASEAN. Di 10 negara tujuan utama, hanya di pasar Malaysia produk karet Indonesia yang tidak memiliki daya saing dengan nilai RCA Di 9 negara tujuan lainnya, nilai RCA diatas satu atau berdaya saing. Daya saing tertinggi terjadi di pasar karet Amerika. Di Pasar karet China, Indonesia bersaing dengan Malaysia dan Thailand. Daya saing karet Indonesia kalah dengan Thailand kecuali di pasar Amerika, Jerman dan Meksiko. Secara umum produk karet Indonesia lebih berdaya saing dibandingkan dengan Malaysia, Vietnam, Philipina dan Singapura. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 87

97 Tabel Nilai RCA Produk Karet Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 negara tujuan utama Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Philipina Singapura Amerika Serikat Jepang Cina Australia Philipina Malaysia Jerman Singapura India Meksiko Sumber: Hasil Analisis Daya Saing Kompetitif: Analisis Porter s Diamond Produk Karet Kondisi Faktor Kondisi faktor meliputi semua ketersediaan sumber daya input, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, sumber daya IPTEK dan sumber daya infrastruktur. Ketersediaan input dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan serta semakin tinggi kualitas input, semakin besar pula peluang industri dan negara dalam meningkatkan daya saing. Kondisi faktor industri karet di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas, secara rinci diuraikan berikut ini: 1. Persaingan antara penggunaan karet alam dan karet sintetis semakin meningkat ditunjukkan oleh semakin menurunnya laju permintaan di negara asia pasifik termasuk China. (-) Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 88

98 2. Perkembangan teknologi karet remah saat ini sudah sedemikian pesat dikarenakan tingginya permintaan pasar terhadap karet remah untuk dijadikan bahan pembuatan komponen teknik terutama ban kendaraan bermotor, dan ditunjang dengan jaminan ketersediaan bahan bakunya (bahan oleh karet). Pada tahun 1969 terdapat 65 pabrik, kini terdapat sekitar 115 pabrik karet remah yang aktif beroperasi di Indonesia. (+) 3. Faktor gangguan alam dan harga masih menjadi faktor penentu utama dalam peningkatan produksi karet di Indonesia. (-) 4. Lahan perkebunan karet Indonesia merupakan lahan perkebunan karet terbesar di dunia dengan luas lahan yang dimiliki pada tahun 2010 sekitar 3,44 juta hektar ((Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011). (+) 5. Kepemilikan perkebunan karet di Indonesia didominasi oleh perkebunan karet rakyat yang hampir 85% perkebunan karet Indonesia merupakan perkebunan rakyat. (+) 6. Industri menyediakan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja di Indonesia dimana tenaga kerja yang terserap oleh industri ini tahun 1993 hingga 2008 lebih dari tenaga kerja setiap tahunnya. (+) 7. Mutu karet yang dihasilkan oleh Indonesia masih dibawah karet Thailand dan Malaysia walaupun dilihat kuantitas produksinya tinggi. Karet yang dihasilkan dari segi mutu masih belum bisa bersaing dengan produsen lain. Hal tersebut diduga karena proses produksi karet Indonesia kurang efektif, bahan baku yang digunakan tidak memenuhi standar mutu, dan teknologi yang digunakan belum maksimal (-) Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 89

99 8. Pengusahaan karet rakyat sebagian besar masih menggunakan alat tradisional dan belum menggunakan teknologi modern sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal. (-) 9. Karet alam yang dijual oleh rakyat kurang memenuhi standard dan kotor yang tidak memenuhi ketentuan dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 38/2008 bahwa karet yang dijual harus dalam keadaan bersih. 10. Sarana transportasi masih buruk dan menyebabkan biaya yang besar bagi industri sehingga industri tersebut menjadi kurang efektif seperti yang terjadi di daerah Kalimantan dan Sumatera. (-) 11. Infrastruktur-infrastruktur tidak dibangun secara langsung. Keadaan infrastruktur yang kurang memadai menyebabkan proses pemasaran dan pengangkutan komoditi karet kurang efektif. (-) Industri Terkait dan Penunjang Peran industri pendukung dan industri terkait dengan industri karet Indonesia merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang daya saing karet. Industri yang terkait dengan industri karet berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Sebagian besar bahan baku karet untuk produksi karet diperoleh dari hasil perkebunan karet rakyat. Perkebunan karet rakyat merupakan perkebunan yang diusahakan sendiri oleh rakyat dengan menggunakan peralatan yang masih sederhana dan cenderung memiliki produktivitas kecil. Bibit karet yang digunakan bukan merupakan bibit unggul sehingga kurang produktif. Karet alam yang diperoleh dari haisl perkebunan karet rakyat sebagai bahan baku industri karet remah tidak sesuai dengan standar Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 90

100 mutu yang dibutuhkan industri. Karet yang dijual oleh rakyat cenderung kotor sehingga memerlukan proses pembuatan karet remah dengan bahan baku yang kotor dan menjadikan proses produksi kurang efektif dan memerlukan modal besar. (-) 2. Industri karet hilir belum berkembang dan terdiferensiasi dengan baik dimana hanya pabrik ban otomotif yang telah bersaing di internasional. Kondisi Permintaan Permintaan produk karet terdiri dari permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Adanya permintaan akan menciptakan pasar. Baik konsumen dalam negeri maupun luar negeri,permintaan terhadap produk karet sangat tinggi untuk keperluan industri. Kondisi permintaan produk industri karet berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Sebagian besar karet Indonesia diekspor ke luar negeri dan hanya sekitar tujuh persen karet yang dikonsumsi oleh industri dalam negeri. 2. Pangsa pasar karet Indonesia adalah negara yang memerlukan karet untuk bahan baku industri dalam negerinya seperti industri ban, sarung tangan, dan barangbarang yang terbuat dari karet. (+) 3. Tujuan ekspor karet Indonesia terbesar adalah ke Amerika Serikat, Jepang, dan disusul oleh China. (+) Strategi, Struktur dan Persaingan Perusahaan Kondisi persaingan dalam industri karet sangat ketat, baik antar perusahaan di dalam negeri, maupun dengan perusahaan di luar negeri. Perusahaan luar negeri masuk sebagai pesaing industri karet nasional, karena Indonesia Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 91

101 menganut sistem perdagangan bebas, terutama dengan negara-negara ASEAN China. Sehingga produk karet nasional akan bersaing dengan produk negara lain baik di pasar dalam negeri maupun di pasar internasional. Kondisi strategi, struktur dan persaingan pada industri karet berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Perusahaan karet khususnya karet remah Indonesia berjumlah 183 perusahaan dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia (BPS, 2010) (+) 2. Sistem tata niaga pada karet rakyat memperlihatkan struktur yang sangat kompleks dan mengarah pada bentuk pasar oligopsonistik. (-) 3. Komoditi karet Indonesia di pasar internasional sangat bersaing karena Indonesia merupakan penghasil karet terbesar kedua setelah Thailand yang disusul dengan Malaysia. (+) 4. Pemasaran karet Indonesia dipasarkan ke Amerika Serikat, Jepang, China, Korea, dan lain-lain. Persaingan yang ketat antar negara produsen karet dunia merupakan suatu tantangan yang besar bagi Indonesia. Persaingan tersebut terkait dengan jumlah produksi, penjualan, dan standar mutu karet dari masing-masing negara. (+) 5. Karet yang dipasarkan baik di pasar internasional maupun dalam negeri berupa karet alam dan karet sintesis. Salah satu jenis karet yang menjadi komoditi ekspor unggulan Indonesia adalah karet remah (crumb rubber). (+) 6. Karet remah yangdiproduksi Indonesia dideferensasikan berdasarkan mutu. Strategi tersebut diterapkan agar konsumen memiliki pilihan untuk menggunakan karet remah berdasarkan mutu dan kualitas sesuai dengan kebutuhan. (+) Kebijakan Pemerintah Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 92

102 1. Pemerintah berperan dalam mengembangkan industri karet terkait dengan permodalan, penetapan harga, dan pemasaran karet baik dalam negeri maupun luar negeri 2. Pemerintah membuat aturan untuk melindungi industri karet Indonesia seperti standar karet alam yang digunakan untuk bahan baku karet alam bersih. Kesempatan 1. Peran kesempatan merupakan peluang yang terjadi di luar kendali produsen karet, pemerintah, dan industri. Dalam hal ini peran kesempatan terjadi pada saat krisis ekonomi tahun Krisis menyebabkan nilai rupiah terdepresiasi terhadap dollar US. Hal ini menyebabkan harga karet Indonesia murah sedangkan nilai dollar meningkat, maka dari krisis ini nilai ekspor karet Indonesia meningkat sehingga meningkatkan pendapatan petani karet Indonesia. 2. Penggunaan produk karet untuk proyek infrastruktur pemerintah akan segera dilakukan. 3. Penelitian dan pengembangan produk karet selain ban masih sedikit. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 93

103 Kesempatan: 1. Depresiasi nilai rupiah 2. Penggunaan produk karet untuk proyek infrastruktur pemerintah akan segera dilakukan. 3. Penelitian dan pengembangan produk karet selain ban masih sedikit Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan 1. Perusahaan karet remah Indonesia bertambah, 183 perusahaan dan tersebar. (+) 2. Struktur tata niaga karet rakyat sangat kompleks dan oligopsonistik. (-) 3. Sangat bersaing di pasar internasional karena Indonesia penghasil karet terbesar kedua. (+) 4. Pemasaran karet Indonesia dipasarkan ke Amerika Serikat, Jepang, China, Korea, dan lain-lain. (+) 5. Komoditi ekspor unggulan Indonesia adalah karet remah (crumb rubber). (+) 6. Karet remah yang diproduksi Indonesia dideferensasikan berdasarkan mutu. (+) Kondisi faktor: 1. Permintaan impor dari China menurun (-) 2. Teknologi karet terus berkembang (+) 3. Produksi terkendala harga rendah (-) 4. Lahan perkebunan karet Indonesia besar (+) 5. 85% perkebunan rakyat (+) 6. Tenaga kerja yang diserap sangat besar (+) 7. Mutu karet Indonesia masih dibawah karet Thailand dan Malaysia (-) 8. Pengusahaan karet rakyat masih tradisional seringkali masih kotor (-). 9. Infrastruktur buruk, sehingga biaya distribusi besar (-) Industri terkait dan penunjang 1. Perkebunan sebagian besar perkebunan rakyat yang tidak menggunakan bibit unggul sehingga produktivitas kecil. (-) 2. Penyadap menggunakan alat sederhana sehingga produktivitas karet kecil (-) 3. Karet alam rakyat untuk bahan baku karet remah tidak sesuai standar industri (-). Kondisi Permintaan 1. Sebagian besar diekspor, hanya sekitar 7% untuk dalam negeri (+) 2. Pangsa pasar negara yang membutuhkan ban, sarung tangan dan produksi barangbarang terbuat dari karet, (+) 3. Tujuan ekspor terbesar Amerika Serikat, Jepang dan China. Kesempatan 1. Pertumbuhan industri otomotif menjadi acuan pertumbuhan industri ban yang menggunakan karet. Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk Karet Sumber: Hasil Analisis Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 94

104 4.9. Posisi dan Daya Saing TPT Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Daya Saing Komparatif TPT Ekspor Indonesia ke tiga pasar utama TPT dunia, yaitu Amerika Serikat (AS), Jerman dan Jepang masih unggul dibandingkan negara ASEAN lainnya, kecuali Vietnam. Vietnam merupakan salah satu pesaing utama TPT Indonesia yang berasal dari kawasan ASEAN. Tren Impor pasar utama TPT dunia, AS, Jerman dan Jepang dari Vietnam menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan yaitu masing-masing sebesar 11,5%; 7,4% dan 21,1%. Sementara itu, tren pertumbuhan impor ketiga negara tersebut dari Indonesia menunjukkan hal sebaliknya dimana justru mengalami penurunan di pasar Jerman sebesar 5,1% per tahun, sementara tren impor AS dari Indonesia pada periode yang sama hanya tumbuh 1,3% per tahun. Di pasar Jepang, tren impor produk TPT dari Indonesia masih cukup baik dibandingkan dengan pasar AS dan Jerman dengan pertumbuhan sebesar 20,6% per tahun. Selain Vietnam, Kamboja dan Thailand juga menjadi pesaing produk TPT Indonesia meskipun posisinya masih berada di bawah Indonesia. Namun demikian, kedua negara tersebut dapat menjadi ancaman bagi produk TPT Indonesia karena tren impor TPT ketiga pasar utama dunia yaitu AS, Jerman dan Jepang yang cukup besar (Tabel 4.17). Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 95

105 Tabel Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama TPT Dunia Pasar Utama Nilai Impor Dari Dunia 2014 (US$ Miliar) USA Germany Japan Pemasok by Negara Ranking Nilai Impor dari Pemasok 2014 Trend Impor dari Pemasok Pertumb. Impor dari Pemasok (US$ Miliar) (%) 2014/2013 (%) China Viet Nam India Indonesia Cambodia Thailand Philippines Malaysia Singapore Myanmar n/a Lao People's Democratic Republic Brunei Darussalam China Turkey Netherlands Viet Nam Indonesia Cambodia Thailand Myanmar Philippines Lao People's Democratic Republic Malaysia Singapore Brunei Darussalam n/a China Viet Nam Indonesia Thailand Myanmar Cambodia Malaysia Philippines Lao People's Democratic Republic Singapore Brunei Darussalam n/a n/a Sumber: Trademap, 2015 (diolah Puska Daglu) Berdasarkan kuadran nilai ekspor dan pertumbuhan nilai ekspor dapat diketahui bahwa posisi Indonesia berada di kuadran IV. Artinya nilai ekspor dan pertumbuhan ekspor produk TPT Indonesia relatif rendah. Jika dibandingkan dengan Thailand, Singapura, dan Malaysia maka posisi produk TPT Indonesia masih kalah. Produk TPT dari ketiga negara tersebut berada pada kuadran I dan II. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 96

106 Sumber: Hasil Analisis Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir TPT ASEAN lainnya di Pasar Dunia Indonesia mengekspor TPT ke beberapa negara tujuan ekspor utama seperti Jepang, Amerika Serikat, Cina, Mesir, Korea Selatan, Kanada, dan Thailand. Dimana di pasar tersebut, TPT Indonesia harus bersaing dengan TPT dari negara ASEAN lainnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai RCA yang tersedia pada Tabel Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 97

107 Sumber: Hasil Analisis Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor TPT Indonesia Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu produk unggulan ekspor Indonesia yang memiliki daya saing. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan TPT dari negara ASEAN lainnya yang juga mengekspor ke negara tujuan yang sama maka TPT Indonesia masih kalah bersaing. Hal ini terjadi di pasar Jepang, Amerika Serikat, Cina, Mesir, Korea Selatan, Kanada, dan Thailand. Bahkan di Jepang, TPT Indonesia tidak memiliki daya saing. TPT Indonesia hanya dapat mengalahkan TPT dari negara ASEAN lainnya di pasar Italia, Turki, dan Australia. Untuk menghadapi persaingan pasar global yang semakin ketat, produk TPT Indonesia dituntut untuk terus melakukan peningkatan daya saingnya. Upaya untuk peningkatan daya saing industri TPT dapat Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 98

108 dilakukan melalui: substitusi bahan baku/bahan penolong impor, pemanfaatan energi secara efisien dan diversifikasi energi, serta minimalisasi dan pemanfaatan kembali limbah industri. Tabel Nilai RCA TPT Indonesia dan Negara ASEAN Pesaing di 10 negara tujuan utama Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Philipina Singapura Jepang Amerika Serikat Cina Mesir Italia Turki Australia Korea Selatan Kanada Thailand Sumber: Hasil Analisis Daya Saing Kompetitif: Analisis Porter s Diamond TPT Kondisi Faktor Kondisi faktor meliputi semua ketersediaan sumberdaya input, yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal, sumberdaya IPTEK dan sumberdaya infrastruktur. Ketersediaan input dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan serta semakin tinggi kualitas input, semakin besar pula peluang industri dan negara dalam meningkatkan daya saing. Kondisi faktor industri TPT di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas, secara rinci diuraikan berikut ini: Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 99

109 1. Bahan baku tekstil sebagian besar berasal dari impor. Impor bahan baku kapas hingga 99,2%dari kebutuhan ( rayon impor dari Polandia. Tingginya komponen bahan baku impor tersebut menyebabkan biaya input sangat tergantung dari nilai tukar dan harga di pasar internasional. Jika nilai tukar melemah atau gagal panen di negara asal,maka akan meningkatkan harga bahan baku selanjutnya akan mengganggu produksi(-) 2. Kebijakan pemberian fasilitas KITE (kemudahan impor tujuan ekspor) untuk bahan baku (raw material) impor berupa pembebasan bea masuk (melalui restitusi) bagi industri TPT yang berlokasi di kawasan berikat (+) 3. Harga energi tidak stabil (kadang solar murah, kadang gas yang murah). Pengusaha harus menyesuaikan peralatan pabrik untuk memperoleh bahan bakar relatif murah. Mengubah peralatan pabrik memerlukan biaya mahal. (-) 4. Listrik sering mati tanpa pemberitahuan, menyebabkan inefisiensi tenaga kerja. Pada pabrik pemintalan (yarn), jika terjadi mati listrik secara tiba-tiba pada saat produksi berjalan, diperlukan waktu sekitar 4-5 jam bagi operator untuk mengatur kembali posisi benang pintal. (-) 5. Industri produk tektil (garmen) bersifat padat karya. Upah buruh selalu naik, sementara produktivitas tidak berubah, ditambah dengan kenaikan harga bahan baku, akibatnya margin keuntungan industri TPT semakin kecil. (-) 6. Tenaga kerja kurang berkualitas, produktivitas tenaga rendah karena sering melakukan demo, didominasi oleh tenaga kerja wanita yang sering cuti, dan turn over (pergantian buruh) tinggi. 7. Buruh sering melakukan demo yang bersifat anarkhist (merusak)(-) Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 100

110 8. Hampir semua teknologi dipasok dan dikendalikan secara eksternal (-) 9. Mesin-mesin yang digunakan menggunakan teknologi lama (-) Industri Terkait dan Penunjang Peran industri pendukung dan industri terkait dengan industri TPT Indonesia merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang daya saing TPT. Industri yang terkait dengan industri TPT berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Industri TPT dibangun oleh subsector industri TPT yang terdiri dari subsektor fiber, yarn, fabric, garment, dan other textile. Sub industri garment memerlukan bahan baku fabric memerlukan bahan baku yarn, sedangkan yarn menggunakan bahan baku fiber (serat, rayon atau polyester). Rantai pasok tersebut mengilustrasikan bahwa antar sub sistem memiliki ketergantungan yang sangat tinggi. Akan tetapi industri paling hulu (yaitu kapas) belum bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri, sehingga industri TPT sangat terpengaruh oleh nilai tukar. 2. Pabrik polyolefindi dalam negeri dapat memenuhi seluruh kebutuhan bahan baku tekstil polyester (+) 3. Ketersediaan kain perca impor sebagai bahan baku tekstil murah (+) 4. Perbankan menyediakan kredit untuk peremajaan mesin sejak tahun 2005 (+) Kondisi Permintaan Permintaan produk TPT terdiri dari permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Adanya permintaan akan menciptakan pasar. Baik konsumen dalam negeri maupun luar negeri, permintaan terhadap produk TPT sangat Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 101

111 tinggi untuk keperluan seharai. Neraca perdagangan TPT selalu positif meskipun impor TPT juga tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa produk TPT Indonesia diminati oleh konsumen luar negeri. Kondisi permintaan produk industri TPT berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Permintaan produk TPT di dalam negeri tinggi (hampir 60% dari produksi). (+) 2. Konsumen lokal dalam memilih produk TPT, mengutamakan faktor harga, sehingga cenderung memilih produk impor yang murah (dari Korea, China) 3. Permintaan produk TPT di pasar internasional semakin berkembang seiring dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Permintaan impor produk TPT tidak hanya oleh pasar tradisionil (Jepang, Amerika, Eropa), tetapi sudah penetrasi ke pasar non tradisionil (Turki, Amerika Latin, Afrika) (+) 4. Bea masuk ke negara tujuan ekspor tinggi (Turki bisa mencapai 150% dari nilai invoice). 5. Tuduhan dumping sering terjadi di negara-negara yang menerapkan safeguard di sektor tekstil dari produk hulu sampai dengan produk hilir (seperti di Turki dan Argentina), sehingga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk lawyer. (-) Strategi, Struktur dan Persaingan Perusahaan Kondisi persaingan dalam industri TPT sangat ketat, baik antar perusahaan di dalam negeri, maupun dengan perusahaan di luar negeri.perusahaan luar negeri masuk sebagai pesaing industri TPT nasional, karena Indonesia menganut sistem perdagangan bebas, terutama dengan negara-negara ASEAN China. Sehingga produk TPT nasional akan bersaing dengan produk negara lain baik di pasar dalam Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 102

112 negeri maupun di pasar internasional.kondisi strategi, struktur dan persaingan pada industri TPT berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi terbatas diantaranya sebagai berikut: 1. Perusahaan TPT terus tumbuh.dari hasil kajian sebelumnya diperoleh informasi bahwa jumlah industri TPT di Indonesia tahun 2010 mencapai perusahaan, atau meningkat sebesar 0,99 persen dibandingkan dengan tahun Di pasar internasional, industri TPT nasional menghadapi pesaing produsen TPT murah seperti Vietnam, India, China, dan Srilanka (-) 3. Struktur produk tekstil bervariasi, yaitu berbahan baku katun (sekitar 42 persen dari seluruh produksi tekstil nasional), tekstil sintetis (sekitar 50 persen) dan sisanya tekstil rayon, sehingga ada alternatif produk lain jika ada goncangan di produk jenis tertentu (+) 4. Beberapa industri TPT melakukan integrasi secara vertical, atau melakukan kontrak kerjasama dengan supplyer bahan baku. Strategi ini dapat meningkatkan efisiensi karena bahan baku dan proses produksi berada pada satu lokasi (atau saling berdekatan), serta menjamin kontinuitas pasokan bahan baku. (+) 5. Praktek-praktek oportunistik perusahaan TPT yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek, mengakibatkan industri tidak memperhatikan strategi jangka panjang untuk menciptakan teknologi produksi yang efisien. (-) 6. Tuduhan dumping sering ditujukan kepada ekportir TPT nasional oleh negara-negara yang menerapkan safeguard,mulai dari produk hulu sampai dengan produk hilir di sektor tekstil (seperti di Turki dan Argentina). Perlakuan seperti ini otomatis menambah pengeluaran untuk biaya lawyer. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 103

113 Kebijakan Pemerintah 1. Tingginya biaya kapital (suku bunga) (-) 2. Tidak ada upaya Pemerintah untuk melindungi perusahaan TPT dalam negeri dari pesaing-pesaing luar (contoh Turki melakukan safeguard bagi industri TPT dari hulu hingga hilir). (-) 3. Produk tekstil mulai dari benang, kain, hingga baju, dikenai PPn di tiap tahap, sehingga pajak keseluruhan menjadi besar, sehingga harga tidak kompetitif. (-) 4. PMK No. 147/PMK.04/2011 menuntut bahwa tahun 2016, semua kawasan berikat harus berlokasi di kawasan industri. Padahal tidak semua kota penghasil produk tekstil tujuan ekspor memiliki kawasan industri (contoh di Bandung, pengusaha tekstil untuk ekspor tidak berada di kawasan industri). (-) 5. Kebijakan yang mensyaratkan luas industri minimum 2 ha untuk memperoleh fasilitas berikat (bounded area), menghambat pengusaha tekstil skala kecil untuk terlibat dalam ekspor kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) (-) 6. Import kain perca untuk bahan baku benang dianggap import limbah sehingga dikenai tarif tinggi. (-) 7. Permendag 56M/DAG/PER/12/2008 tentang pengaturan produk tertentu, salah satunya produk garmen, mengurangi impor garmen illegal. (+) 8. Keberadaan BUMN ASEI yang menjamin transaksi ekspor, terutama untuk memperlancar pencairan LC dengan jaminan 180 hari (masuk produk manufacture), serta menjamin barang (non transportasi) sebesar 85 persen dari nilai barang bila importir gagal bayar.(-) Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 104

114 9. Keberadaan lembaga internasional WCO (World Customs Organization), Certification of Conformit (perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah Saudi Arabia), yang menfasilitasi informasi persyaratan-persyaratan ekspor (apa saja yang diperlukan) di negara tujuan. (-) 10. Keberadaan Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (Ikatsi), API menjadi katalisator antara pengusaha dan pemerintah, untuk mengatasi persoalan terkait industri TPT. (-) 11. Pembayaran restitusi tarif impor bahan baku tektil yang jangka waktunya lama antara 1-2 tahun, sehingga mengganggu cash flow perusahaan. (-) Kesempatan 1. Ketidakstabilan politik dan ekonomi, menganggu kestabilan nilai tukar yang selanjutnya berdampak pada fluktuasi biaya produksi. (-) 2. Permintaan produk TPT dalam negeri maupun luar negeri selalu tinggi (+) 3. Kreavititas dan daya inovasi dapat menciptakan pasar garmen (-) 4. Insentif dari Kementrian Perindustrian bagi industri yang melakukan restrukturisasi mesin (yang sudah tua) dengan harga mesin lebih dari 500 juta, berupa pengembalian biaya pembelian sebesar 10% dari harga. (+) 5. Investasi pada industri fabric (spinning, painting maupun finishing), yang mempekerjakan minimum 150 orang TK, mendapatkan fasilitas pengurangan biaya investasi sebesar 30% dari penanamam modal.(+) 6. Program MP3EI, mendorong Kementerian Perindustrian menyediakan dana pengembangan industri tektil untuk meningkatkan daya saing tekstil. (+) Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 105

115 7. Industri TPT negara lain (Vietnam, India, China, dan Srilanka) memiliki rancangan produk yang selalu up to date menjual dengan harga murah (-) 8. Program pemerintah tentang pengembangan industri tekstil rayon (yang bahan bakunya relatif melimpah). (+) Kesempatan: 1. Ketidakstabilan sosial ekonomi dan politik, menyebabkan nilai tukar berfluktuasi 2. Insentif dari pemerintah untuk restrukturisasi, dan investasi industri TPT Strategi Perusahaan, struktur dan Persaingan 1. Pertumbuhan pelaku industri, persaingan makin ketat (-) 2. Persaingan dengan produk TPT impor yang murah (-) 3. Produk tekstil bervariasi, sesuai bahan baku (+) 4. Integrasi vertical oleh beberapa perusahaan (+) 5. Opportunistik perusahaan, strategi jangka panjang tidak diperhatikan (-) 6. Ekportir menyewa lawyer untuk melawan tuduhan dumping Kondisi faktor: 1. bahan baku kapas 99,2% impor (-) 2. fasilitas KITE impor bahan baku (+) 3. listrik makin mahal & sering mati (-) 4. tenaga kerja upah naik, produktivitas rendah (-) 5. teknologi relatif tua, dikendalikan secara eksternal (-) Kondisi Permintaan 1. Pasar produk TPT selalu tumbuh baik di dalam maupun luar negeri (+) 2. Konsumen lokal pertimbahan utama harga murah, meskipun didominasi produk impor (-) 3. Hambatan perdagangan: bea masuk tinggi dan tuduhan dumping (-) Industri terkait dan penunjang 1. Industri bahan baku, pengolah produk antara, jumlahnya cukup banyak (+) 2. Bahan baku bisa menggunakan kain perca (+) 3. Perbankan menyediakan kredit peremajaan mesin (+) Kesempatan 1. Permintaan produk TPT dalam dan luar negeri tinggi 2. Kreativitas dan inovasi bisa menciptakan pasar Gambar Diagram Analisis Porter Diamond Produk TPT Sumber: Hasil Analisis Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 106

116 4.10. Posisi dan Daya Saing Elektronik Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Daya Saing Komparatif Elektronik Secara umum, ekspor Indonesia ke tiga pasar produk elektronik utama dunia, yaitu Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Amerika Serikat (AS) dan Jerman masih kalah bersaing dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, terutama Malaysia, Filipina, Vietnam dan Singapura. Tren pertumbuhan impor negara-negara yang pasar utama elektronik dunia, RRT, AS dan Jerman dari Indonesia selama 5 tahun terakhir, seluruhnya menunjukkan penurunan masing sebesar -6,9%; -1,9% dan -4,2% per tahun. Sementara itu, tren pertumbuhan impor ketiga pasar utama tersebut dari negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Filipina, Vietnam dan Singapura sebagian besar masih menunjukkan pertumbuhan yang positif meskipun nilainya menunjukkan angka yang tidak signifikan masih berada di bawah 10%. Negara ASEAN lain yang juga dapat menjadi ancaman bagi produk elektronik Indonesia adalah Kamboja. Ekspor elektronik Kamboja selama 5 tahun terakhir menunjukkan performa yang cukup baik, hal tersebut terlihat dari tingginya tren pertumbuhan impor elektronik tiga pasar utama elektronik dunia dari Kamboja yang masing-masing tumbuh sebesar 671,2%; 169,1% dan 113,2% per tahun (Tabel 2). Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 107

117 Tabel Posisi Indonesia dan ASEAN di Pasar Utama Elektronik Dunia Pasar Utama Nilai Impor Dari Dunia 2014 (US$ Miliar) China USA Germany Pemasok by Negara Ranking Nilai Impor dari Pemasok Trend Impor dari Pemasok Pertumb. Impor dari 2014 (US$ Miliar) (%) Pemasok 2014/2013 (%) China Taipei, Chinese Korea, Republic of Malaysia Philippines Thailand Singapore Viet Nam Indonesia Myanmar Cambodia Lao People's Democratic Republic Brunei Darussalam n/a n/a China Mexico Japan Malaysia Thailand Viet Nam Philippines Singapore Indonesia Cambodia Brunei Darussalam Lao People's Democratic Republic n/a n/a Myanmar n/a n/a China Netherlands Czech Republic Malaysia Viet Nam Philippines Thailand Singapore Indonesia Brunei Darussalam Myanmar Cambodia Lao People's Democratic Republic n/a Sumber: Trademap, 2015 (diolah Puska Daglu) Pesaing utama Indonesia dalam memasuki pasar TPT dunia dari sesama negara ASEAN adalah Singapura, Thailand, Malaysia dan Vietnam. Singapura memiliki nilai ekspor TPT yang lebih tinggi di pasar dunia dibandingkan negara ASEAN lainnya. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 108

118 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Elektronik Negara ASEAN Tahun (Persen) Nilai Ekspor Komoditi Elektronik Negara-Negara ASEAN (Ribu USD) Sumber: Hasil Analisis Gambar Posisi Indonesia dan Eksportir Elektronik ASEAN lainnya di Pasar Dunia Dalam Gambar 4.28 terlihat bahwa dibandingkan negara ASEAN lainnya, Singapura merupakan negara pemasok TPT terbesar di pasar dunia. Kendati demikian, pertumbuhan ekspor Singapura tidak jauh lebih besar dibandingkan rata-rata pertumbuhan negara ASEAN lainnya. Hal yang sama juga dialami oleh Thailand. Nilai Ekspor Thailand memang cenderung lebih besar dibandingkan negara ASEAN lainnya, namun pertumbuhan Thailand hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ASEAN. Adapun posisi Indonesia juga tidak begitu menguntungkan. Secara nilai, ekspor TPT Indonesia berada dibawah nilai ratarata ASEAN. Selain itu, pertumbuhan ekspor Indonesia pun hanya berada sedikit diatas rata-rata pertumbuhan ASEAN. Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 109

119 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Elektronik Tahun (Persen) Adapun pesaing prospektif yang justru harus diwaspadai oleh Indonesia adalah Vietnam dan Kamboja. Kendati memiliki nilai ekspor yang relatif lebih rendah dibandingkan rata-rata negara ASEAN lainnya, namun pertumbuhan kedua negara tersebut cukup tinggi. Berdasarkan gambar 4.29 dapat terlihat bahwa pasar produk utama TPT Indonesia antara lain Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Jerman, Thailand, RRT, Malaysia, Philipina, Cina, Hongkong dan Korea Republik. Negara-negara ini akan dihitung nilai RCAnya dibandingkan dengan ekspor dari negara ASEAN lain. Nilai Ekspor Komoditi Elektronik Indonesia ke Negara Mitra Dagang (USD Ribu) Sumber: Hasil Analisis Gambar Posisi Negara Tujuan Utama Ekspor Elektronik Indonesia Untuk produk elektronik, Indonesia hanya memiliki daya saing di pasar Jerman yang ditunjukkan oleh nilai RCA Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 110

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang disampaikan Salvatore

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional REFERENSI : CHARLES W. L. HILL INTERNATIONAL BUSINESS EDISI 7 PERTEMUAN KETIGA Outline Gambaran Tentang Teori Perdagangan Merkantilisme

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Indonesia Tahun 2011 Melampaui Target USD 200 Miliar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 Policy Dialogue Series (PDS) OUTLOOK PERDAGANGAN INDONESIA 2016 CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 BP2KP Kementerian Perdagangan, Kamis INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS AND FINANCE

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 KESIMPULAN A. Hasil tipologi berdasarkan tingkat penggangguran dan openness dalam penelitian ini menemukan: 1. Posisi negara Indonesia dan Filipina rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh posisi persaingan..., Rahmitha, FE UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh posisi persaingan..., Rahmitha, FE UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Industri Tekstil dan Produk Tekstil sudah ada sejak lama di Indonesia. Industri ini bemula dari industri rumahan di tahun 1929 yang kemudian terus mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 1 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Bulan Februari 2012 Naik 8,5% Jakarta, 2 April 2012

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football Oleh Ketua Umum KADIN Indonesia Pada Rapat Kerja Kementerian Perdagangan RI Jakarta, 20 Februari 2016 Strategi Mendobrak Ekspor 1. Memanfaatkan

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF Wahono Diphayana 1. MERKANTILISME a. Pandangan Merkantilisme Mengenai PI Suatu negara akan kaya atau makmur dan kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi KOPI, Jakarta Kinerja industri nasional kembali menunjukkan agresivitasnya seiring dengan peningkatan permintaan pasar domestik dan adanya perluasan usaha. Capaian ini terungkap berdasarkan laporan indeks

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan

Lebih terperinci

DAYA SAING SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA (MENGHADAPI ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA)

DAYA SAING SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA (MENGHADAPI ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA) DAYA SAING SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA (MENGHADAPI ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA) Hery Winoto Tj. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida Wacana Abstract: In the Year of 2010 faced tough challenges

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018 Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018 Genderang perang dagang yang ditabuh oleh Amerika Serikat (AS) meresahkan banyak pihak. Hal ini akibat kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang membatasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING PERIKANAN INDONESIA DIBANDINGKAN NEGARA ASEAN LAINNYA DI PASAR ASEAN

ANALISIS DAYA SAING PERIKANAN INDONESIA DIBANDINGKAN NEGARA ASEAN LAINNYA DI PASAR ASEAN ANALISIS DAYA SAING PERIKANAN INDONESIA DIBANDINGKAN NEGARA ASEAN LAINNYA DI PASAR ASEAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Ifara Arijanto Putri

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan ASEAN, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sejak 1980 sampai dengan 2012 (dihitung dengan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (competitiveness) menjadi topik yang banyak diperdebatkan. Fagerberg (1988)

BAB I PENDAHULUAN. (competitiveness) menjadi topik yang banyak diperdebatkan. Fagerberg (1988) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang ekonomi internasional, diskusi mengenai daya saing (competitiveness) menjadi topik yang banyak diperdebatkan. Fagerberg (1988) menyatakan bahwa pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan penting terhadap pembangunan perekonomian suatu negara. Struktur perekonomian suatu negara

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Kinerja Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus dan Bayu Geo Sandy Silalahi

Muhammad Firdaus dan Bayu Geo Sandy Silalahi Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 23 POSISI BERSAING NENAS DAN PISANG INDONESIA DI PASAR DUNIA Muhammad Firdaus 1 dan Bayu Geo Sandy Silalahi 2 1 Departemen Ilmu Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR PRODUK ALAS KAKI INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT PERIODE OLEH UKKE HENTRESNA LESTARI H

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR PRODUK ALAS KAKI INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT PERIODE OLEH UKKE HENTRESNA LESTARI H ANALISIS DAYA SAING EKSPOR PRODUK ALAS KAKI INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT PERIODE 2000-2009 OLEH UKKE HENTRESNA LESTARI H14062739 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Ekspor Nonmigas 21 Mencapai Rekor Tertinggi Jakarta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS PROYEKSI EKSPOR PRODUK UTAMA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA INDONESIA

ANALISIS PROYEKSI EKSPOR PRODUK UTAMA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA INDONESIA ANALISIS PROYEKSI EKSPOR PRODUK UTAMA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA INDONESIA Vicky Louisa Marlan Alamat Email :Vicky.louisa@yahoo.com Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Abstraction

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 14/03/31/Th. XV, 1 Maret 2013 EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.02/01/33/Th.III, 05 Januari 2009 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008 Nilai ekspor Jawa Tengah bulan September 2008 mencapai 286,02 juta USD, meningkat sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK MAKANAN OLAHAN

KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK MAKANAN OLAHAN KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK MAKANAN OLAHAN Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Badan Penelitian Dan Pengembangan Perdagangan Departemen Perdagangan 2008 KAJIAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori perdagangan internasional Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT.

SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT. SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 1 PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR SEKTOR TRANSPORTASI MELALUI

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 34/08/31/Th. XVII, 3 Agustus EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JUNI MENCAPAI 1.119,04 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta

Lebih terperinci

Ekspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi Sepanjang Sejarah

Ekspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi Sepanjang Sejarah SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp/Fax: 021-3860371 www.depdag.go.id Ekspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 06/02/31/Th. XVI, 3 Februari 2014 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN DESEMBER 2013 MENCAPAI 953,15 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.02/03/33/Th.III, 02 Maret 2009 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008 Nilai ekspor Jawa Tengah bulan Nopember 2008 mencapai 231,78 juta USD, naik sebesar 8,88 persen

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 53/12/31/Th. XIV, 3 Desember 2012 EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

T R A D E. Grafik 7.1/Figure 7.1. Volume Impor 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, ,247 3,507 3,067 2,627 1,747

T R A D E. Grafik 7.1/Figure 7.1. Volume Impor 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, ,247 3,507 3,067 2,627 1,747 Trade T R A D E Grafik 7.1/Figure 7.1 Volume Ekspor dan Impor Menurut Pelabuhan di Jawa Barat Volume of Imports by Port in Jawa Barat (Ton/Tons) 2006 20100 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 000 4,247

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 02/01/31/Th.XVI, 2 Januari 2014 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN NOVEMBER 2013 MENCAPAI 921,44 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 14/03/12/Thn. XIX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$574,08 JUTA Nilai ekspor

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 3 No BAB I. PENDAHULUAN

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 3 No BAB I. PENDAHULUAN Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 3 No. 1 2011 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. L ATAR BELAKANG Peranan sektor pertanian dalam kegiatan perekonomian di Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH DESEMBER 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH DESEMBER 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.02/04/33/Th.III, 01 April 2009 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH DESEMBER 2008 Nilai ekspor Jawa Tengah bulan Desember 2008 mencapai 243,46 juta USD, naik sebesar 5,04 persen

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Farid Ustriaji Fakultas Ekonomi dan Bisnis PT. Bank Mandiri Tbk. fariedustriaji@gmail.com ABSTRACT Research aimed to investigate

Lebih terperinci

2. Ekspor Produk DKI Jakarta

2. Ekspor Produk DKI Jakarta BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 28/06/31/Th. XVII, 1 Juni EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN APRIL MENCAPAI 1.022,66 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak mewarnai pengembangan dan aplikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh dari

Lebih terperinci

Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim

Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim Krisis finansial yang tengah melanda Amerika Serikat (AS) diperkirakan dapat membawa kepada resesi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1980-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci