HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG
|
|
- Hartanti Utami Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG Disampaikan oleh : Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Jakarta, 16 Februari
2 TOPIK BAHASAN A PENDAHULUAN B D C ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI PROGRAM HILIRISASI INDUSTRI LOGAM ROADMAP HILIRISASI INDUSTRI E EXECUTIVE SUMMARY ROADMAP INDUSTRI LOGAM 2
3 A PENDAHULUAN PERKEMBANGAN INDUSTRI LOGAM DASAR DUNIA Share Persentase Produksi Logam Dunia Share Persentase Konsumsi Logam Dunia Dari perspektif ekonomi, besi baja merupakan logam dasar paling utama, dengan nilai penjualan global sebesar USD 225 Miliar per tahun. Produsen utama besi baja adalah Tiongkok yang memberikan kontribusi sebesar 50% produksi dunia, yang kemudian diikuti Jepang, USA dan India. Industri logam tembaga (copper) berada di peringkat 2 sebagai logam dasar utama, dengan nilai penjualan global mencapai USD 130 miliar per tahun. Produsen tembaga terbesar berasal dari Chili, yang diikuti Tiongkok dan Peru. Aluminium berada di peringkat ke 3 sebagai logam dasar utama, dengan nilai penjualan global USD 90 miliar per tahun. Produsen utama berasal dari Tiongkok, diikuti Rusia, Kanada, dan Uni Emirat Arab. Nikel berada di peringkat ke 4, dengan nilai penjualan global USD 40 miliar per tahun. Nikel digunakan sebagai paduan untuk membuat Stainless steel. Produsen utama berasal dari Brazil diikuti oleh Rusia. No Jenis Logam Produksi tahun 2015 (dalam Juta) 1 Iron Ore 3,000 2 Aluminium Copper Nickel 2.40 Sumber: World Economy Outlook, IMF (Oct 15) 3
4 A PENDAHULUAN (Lanjutan..) Potensi Mineral Logam Indonesia Pasir Besi : 2,05 Miliar ton Bijih Besi: 935 Juta Ton Bijih Bauksit: 918 Juta Ton Bijih Nikel : 1,5 Miliar ton Bijih Tembaga : 23,8 Miliar ton Sumber: Kajian Roadmap Industri Logam
5 A PENDAHULUAN (Lanjutan..) Kinerja Industri Logam (Prognosa) Industri Logam Ekonomi Nasional Industri Non Migas Trend (%) No. Uraian Satuan ( ) Smt. 1 Prognosa 1 Jumlah Perusahaan Unit 988 1,005 1,036 1,131 1, Jumlah Tenaga Kerja Orang 226, , , , , , ,529 3 Utilisasi * % Ekspor Juta USD 10, , , , , , , Impor Juta USD 13, , , , , , ,643.7 Total Investasi 6 (1 US$ : Rp Rp. Triliun Rp ) a. Investasi dalam USD Juta USD 5, , , , , , ,097.6 b. Investasi dalam Rp. Miliar Rp. 24, , , , , , ,634.4 Catatan : *) Angka Utilisasi pada kolom Trend (%) ( ) adalah angka rata-rata ( ) 5
6 B ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI INDUSTRI PRIORITAS TAHUN Industri Pangan Industri Pembangkit Energi Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka Industri Hulu Agro Industri Alat Transportasi Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam Industri Elektronika dan Telematika / ICT Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan Batubara 6
7 B ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI BANGUN INDUSTRI NASIONAL VISI & MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL Industri Andalan Industri Pangan Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan Industri Tekstil dan Alas Kaki & Aneka Industri Alat Transportasi Industri Elektronika & Telematika Industri Pembangkit Energi Industri Pendukung Industri Barang Modal Industri Komponen Industri Bahan Penolong & Aksesoris Industri Hulu Industri Hulu Agro Industri Hulu Mineral Tambang Industri Hulu Migas dan Batubara Modal Dasar Sumber Daya Alam Sumber Daya Manusia Teknologi, Inovasi & Kreativitas Prasyarat Infrastruktur Kebijakan & Regulasi Pembiayaan 7 7
8 C PROGRAM HILIRISASI INDUSTRI LOGAM Komoditas Utama dalam Program hilirisasi industr INDUSTRI BESI BAJA INDUSTRI ALUMINIUM INDUSTRI TEMBAGA INDUSTRI NIKEL 8
9 C PROGRAM HILIRISASI INDUSTRI LOGAM (Lanjutan) POHON INDUSTRI BESI BAJA Pig Iron 9 9
10 C PROGRAM HILIRISASI INDUSTRI LOGAM (Lanjutan) POHON INDUSTRI ALUMINIUM Al Rod Lithographic Printing Plates Ladders Al Scrap Al Sheet High Pressure Gas Cylinder Al Flat Bar Bauxite Bayer Process Alumina Hall-Heroult Process Al Ingot Al Tube Sporting Goods Machined Components Al Round Bar Available in Indonesia Not Available in Indonesia Al Square Bar Road Barriers & Signs Furniture Ore Mining Smelting Forming Application 10 10
11 C PROGRAM HILIRISASI INDUSTRI LOGAM (Lanjutan) POHON INDUSTRI TEMBAGA Available in Indonesia Not Available in Indonesia Ore Mining & Smelting Forming Application 11 11
12 C PROGRAM HILIRISASI INDUSTRI LOGAM (Lanjutan) POHON INDUSTRI NIKEL Available in Indonesia Not Available in Indonesia Ore Mining & Smelting Forming Application 12 12
13 Juta Ton D 25 ROADMAP HILIRISASI INDUSTRI KEBUTUHAN DAN PASOKAN BAJA (CRUDE STEEL) Taget penambahan kapasitas produksi 6 juta ton dan tambahan energi 480 MW Penambahan kapasitas produksi 4 juta ton dan tambahan energi 374 MW 10,84 Juta Ton Penambahan kapasitas produksi 4 juta ton dan tambahan energi 320 MW 14,84 Juta Ton 14,57 Juta Ton 20,84 Juta Ton 19,12 Juta Ton 10 10,29 Juta Ton 5 1, 71 Juta Ton 0 0, 55 Juta Ton 0, 26 Juta Ton Produksi Demand Impor *)Dengan adanya penambahan investasi baru 13 13
14 D ROADMAP HILIRISASI INDUSTRI PENJELASAN KEBUTUHAN DAN PASOKAN BAJA 1. Pada tahun 2015, KS Posco mulai berproduksi dengan kapasitas 3 juta ton crude steel dan peningkatan kapasitas produksi KS sebesar 1 juta ton crude steel, sehingga menambah kapasitas produksi domestik menjadi 10,84 Juta Ton. 2. Pada Tahun 2020 ditargetkan penambahan kapasitas sebesar 4 Juta Ton dari perluasan PT. Krakatau Posco tahap II (3 Juta Ton) dan pengolahan produk yang dihasilkan PT. Jogja Magasa Iron (1 juta Ton), sehingga menambah kapasitas produksi domestik menjadi 3. Pada Tahun 2025 ditargetkan tambahan produksi 6 Juta Ton untuk memenuhi kebutuhan crude steel pada tahun 2025 yang diperkirakan mencapai 20 Juta Ton. 4. Total Investasi yang dibutuhkan s.d tahun 2025 guna membangun fasilitas smelter industri besi baja dengan total kapasitas 14 Juta Ton adalah USD ± 14 miliar atau setara Rp 140 Triliun. 5. Total Kebutuhan Energi s.d tahun 2025 guna membangun fasilitas smelter industri besi baja dengan total kapasitas 14 Juta Ton adalah sebesar MW. 6. Untuk memenuhi demand produk besi/baja dari tahun 2013 s/d tahun 2025 dengan mengoptimalkan bahan baku dari dalam negeri, diperkirakan setidaknya harus membutuhkan bahan baku bijih besi sebesar 250 juta ton dan pasir besi sebesar 110 juta ton
15 GAMBARAN INDUSTRI BESI BAJA POTRET INDUSTRI BIJIH BESI/PASIR BESI LOGAM Sumber daya : bijih besi (712 juta ton); Pasir besi ( 2 milyar ton) Cadangan : Bijih besi (65 juta ton) ; Pasir besi (173 juta ton) Produksi: No. 16 di dunia (2011) Produksi Baja : 6 Juta Ton Konsumsi Domestik : 8,6 Juta Ton (2012) PRODUK ANTARA DAN HILIR Ekspor produk 200 ribu ton Impor produk 2,02 juta ton (2012) KONSUMSI PER KAPITA Saat ini: 29.6 kg (2012) Target : 70 kg (2025) SEKTOR INDUSTRI PENGGERAK TRANSPORTASI Terutama untuk industri pembuatan mobil dan perkapalan Pertumbuhan 12% per tahun KONSTRUKSI BANGUNAN Didominasi oleh kebutuhan untuk pembangunan infrastruktur dan konstruksi bangunan INFRASTRUKTUR ENERGI Utamanya digunakan pada pipa industri Minyak, Gas, Geothermal Pertumbuhan 10% per tahun ENGINEERING PROCUREMENT CONSTRUCTION Utamanya digunakan untuk produk produk engineering Pertumbuhan 10% per tahun 15 15
16 Juta Ton D ROADMAP HILIRISASI INDUSTRI 4.0 KEBUTUHAN DAN PASOKAN ALUMINIUM Penambahan kapasitas produksi 1 juta ton dan tambahan energi 3776 MW 2,5 Juta Ton 3,5 Juta Ton Target penambahan kapasitas 1 juta ton dan tambahan energi MW 2,73 Juta Ton 2.0 Penambahan kapasitas produksi 1,1 juta ton dan tambahan energi 224 MW 2,19 Juta Ton 1.5 1,5 Juta Ton 1,48 Juta Ton 1.0 0,99 Juta Ton 0.5 0,67 Juta Ton 0,32 Juta Ton 0,011 Juta Ton 0.0 0,31 Juta Ton ,76 Juta Ton -1.0 Produksi Demand Impor *)Dengan adanya penambahan investasi baru 16 16
17 D ROADMAP HILIRISASI INDUSTRI PENJELASAN KEBUTUHAN DAN PASOKAN ALUMINIUM 1. Demand sampai tahun 2025 diperkirakan sebesar 2,73 Juta Ton, dengan produksi dalam negeri sebesar 0,25 Juta Ton pada tahun 2013 maka dibutuhkan minimal 2,5 Juta Tambahan produksi dalam jangka waktu 12 tahun 2. Sampai tahun 2017 terdapat tambahan kapasitas produksi 0,15 Juta Ton dari PT. Inalum. 3. Pada tahun 2016, terdapat penambahan fasilitas pengolahan bauksit menjadi alumina (PT. Harvest sebesar 1 juta ton dan PT. Antam sebesar 1,2 juta ton), ditargetkan pada tahun 2018 sudah mendirikan smelter untuk mengolah alumina tersebut untuk menghasilkan aluminium ingot sebesar 1,1 juta ton. 4. Untuk memenuhi demand yang ada : pada tahun 2022 ditargetkan sudah membangun tambahan smelter dengan kapasitas 1 juta ton. Pada Tahun 2025 ditargetkan juga menambah kapasitas smelter sebesar 1 juta ton. Sehingga bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan terdapat kelebihan supply yang dapat diekspor. 5. Guna memenuhi kebutuhan energi atas pembangunan smelter dengan kapasitas total 3,5 juta ton pada tahun 2025 maka dibutuhkan kepastian supply energi listrik sebesar Mega Watt (asumsi : untuk menghasilkan 1000 ton Al ingot membutuhkan 3 MW dan 1000 ton Alumina membutuhkan 0,32 MW). 6. Untuk memenuhi kebutuhan demand produk Aluminium (Al Ingot) dari tahun 2013 s/d tahun 2025 dengan mengoptimalkan bahan baku dari dalam negeri, diperkirakan setidaknya harus membutuhkan bahan baku bauksit sebesar 74,4 Juta Ton
18 GAMBARAN INDUSTRI ALUMINIUM POTRET INDUSTRI BIJIH BAUKSIT LOGAM Cadangan: No. 15 di dunia (2010). Sumber daya : 971 juta ton Cadangan : 432 juta ton Produksi: No. 3 di dunia (2011). Produksi Aluminium Primer : Ton Konsumsi Domestik : Ton (2012) PRODUK ANTARA DAN HILIR Ekspor produk ton Impor produk ton (2012) KONSUMSI PER KAPITA Saat ini: 2.9 kg (2012) Target :10 kg (2025) TRANSPORTASI Didominasi industri mobil dan sepeda motor Konsumsi :400,000 ton per tahun Pertumbuhan 10% Per Tahun KONSTRUKSI Aplikasi fasad untuk perumahan dan bangunan tinggi Konsumsi billet Aluminium sebesar ton per tahun Pertumbuhan 12-15% per tahun LISTRIK SEKTOR INDUSTRI PENGGERAK Digunakan terutama dalam Transmisi Listrik Konsumsi : ton per tahun Pertumbuhan 10% per tahun TELEKOMUNIKASI Kabel aluminium untuk telekomunikasi Saat ini jumlahnya belum signifikan, namun terus tumbuh 18 18
19 Juta Ton D ROADMAP HILIRISASI INDUSTRI KEBUTUHAN DAN PASOKAN TEMBAGA Penambahan kapasitas produksi 400 ribu ton dan tambahan energi 120 MW Target penambahan kapasitas produksi 400 ribu ton dan tambahan energi 120 MW 1,58 Juta Ton 1.0 Penambahan kapasitas produksi 600 ribu ton dan tambahan energi 180 MW 1,18 Juta Ton 1,37 Juta Ton 0,94 Juta Ton 0,78 Juta Ton 0.5 0,52 Juta Ton 0,21 Juta Ton 0,26 Juta Ton 0,24 Juta Ton Produksi Demand Impor *)Dengan adanya penambahan investasi baru 19 19
20 D ROADMAP HILIRISASI INDUSTRI Penjelasan Kebutuhan dan PasokanTembaga [Dengan adanya penambahan investasi baru] 1. Demand sampai tahun 2025 diperkirakan sebesar 1,37 Juta Ton, dengan produksi dalam negeri sebesar 0,18 Juta Ton pada tahun 2013 maka dibutuhkan minimal 1,19 Juta Tambahan produksi dalam jangka waktu 12 tahun. 2. Untuk memenuhi demand yang ada : pada tahun 2020 ditargetkan sudah membangun tambahan smelter dengan kapasitas 400 ribu ton. Pada Tahun 2025 ditargetkan juga menambah kapasitas smelter dengan kapasitas 400 ribu ton. Sehingga bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan terdapat kelebihan supply yang dapat diekspor. 4. Guna memenuhi kebutuhan energi atas pembangunan smelter tembaga dengan kapasitas total 1,5 juta ton pada tahun 2025 maka dibutuhkan kepastian supply energi setara energi listrik sebesar 475 Mega Watt. 5. Untuk memenuhi kebutuhan demand produk Tembaga (Katoda Tembaga) dari tahun 2013 s/d tahun 2025 dengan mengoptimalkan bahan baku dari dalam negeri, diperkirakan setidaknya harus membutuhkan bahan baku bijih tembaga sebesar 202 Juta Ton
21 GAMBARAN INDUSTRI TEMBAGA POTRET INDUSTRI BIJIH TEMBAGA Cadangan: No. 9 di dunia (2011). Sumber daya : 17 milyar Cadangan : 3 milyar ton Produksi: No. 8 di dunia (2011). LOGAM Produksi Copper Cathode : 280,000 Ton Konsumsi Domestik : 350,000 Ton PRODUK ANTARA DAN HILIR Ekspor produk 180,000 ton Impor produk 4,000 ton (2012) KONSUMSI PER KAPITA Saat ini: 1.2 kg (2012) Target : 5 kg (2025) SEKTOR INDUSTRI PENGGERAK TRANSPORTASI Terutama untuk pembuatan mobil Pertumbuhan 12% per tahun ALAT ALAT ELEKTRONIKA Terutama digunakan untuk heat exchanger (penghantar panas) Pertumbuhan : 12 15% per tahun LISTRIK & ENERGI Utamanya digunakan untuk Distribusi Listrik Pertumbuhan: 10% per tahun SANITARY Penggunaan untuk Pipa dan Keran Perumahan Saat ini belum signifikan 21 21
22 D ROADMAP HILIRISASI INDUSTRI 700,000 KEBUTUHAN DAN PASOKAN STAINLESS STEEL 600, ,000 Penambahan kapasitas produksi ferronickel 400 ribu ton; 600 ribu ton stainless steel dan tambahan energi 520 MW 400,000 Ton 300, ,000 Penambahan kapasitas produksi ferronickel 300 ribu ton dan tambahan energi 300 MW Penambahan kapasitas produksi ferronickel 200 ribu ton dan tambahan energi 200 MW 100, Tahun Produksi (nickel) Demand Produksi stainless steel 22 22
23 D ROADMAP HILIRISASI INDUSTRI PENJELASAN KEBUTUHAN DAN PASOKAN STAINLESS STEEL 1. Demand stainless steel sampai tahun 2025 diperkirakan sebesar 410 Ribu Ton, dengan produksi ferronickel dalam negeri sebesar 180 Ribu Ton pada tahun 2013 maka dibutuhkan minimal 720 Ribu Ton tambahan produksi dalam jangka waktu 12 tahun. 2. Untuk memenuhi demand yang ada pada tahun 2025 ditargetkan sudah membangun tambahan smelter dengan tambahan kapasitas 1,68 juta ton, dengan rincian Pada tahun 2014, terdapat tambahan kapasitas poduksi ferronickel PT. Feni Haltim sebesar 300 Ribu Ton dan PT. Bumi Selaras sebesar 600 Ribu Ton Pada tahun 2015, terdapat tambahan kapasitas poduksi ferronickel PT. Weda Bay Nickel sebesar 600 Ribu Ton. Ditargetkan hingga tahun 2025, terdapat penambahan investasi pada industri ferronickel 300 Ribu Ton diantaranya dari perluasan kapasitas produksi PT. Antam Unit Pomalaa sebesar Ton, investasi baru PT. Multi Baja sebesar 100 Ribu Ton dan investor lainnya sebesar 190 Ribu Ton Direncanakan PT. Antam akan membangun pabrik stainless steel pada tahun 2020 dengan kapasitas produksi sebesar 600 Ribu Ton 3. Guna memenuhi kebutuhan energi atas pembangunan smelter ferronickel dan pabrik stainless steel pada tahun 2025 maka dibutuhkan kepastian supply energi setara energi listrik sebesar MW. 4. Untuk memenuhi kebutuhan demand produk Stainless Steel dari tahun 2013 s/d tahun 2025 dengan mengoptimalkan bahan baku dari dalam negeri, diperkirakan setidaknya harus membutuhkan bahan baku bijih nikel sebesar 80 Juta Ton 23 23
24 GAMBARAN INDUSTRI NIKEL POTRET INDUSTRI BIJIH NIKEL Cadangan No. 6 di dunia Sumber daya : 3 milyar ton Cadangan : 1 milyar ton Produksi No. 2 di dunia (2011). LOGAM Produksi Ferro Nickel : 180,000 Ton Konsumsi Domestik (stainless steel) : 150,000 Ton 98% Produksi Ferro Nickel digunakan dalam industri stainless steel PRODUK ANTARA DAN HILIR Ekspor produk ton Impor produk ton (2012) KONSUMSI PER KAPITA Stainless Steel: 0.6 kg Target : 1.5 kg (2025) SEKTOR INDUSTRI PENGGERAK TRANSPORTASI Terutama untuk industri pembuatan mobil Konsumsi: ton per tahun Pertumbuhan 12% per tahun HOME APPLIANCES Terutama digunakan untuk alat alat rumah tangga Pertumbuhan : 10% per tahun ALAT ALAT KESEHATAN Terutama digunakan untuk peralatan yang memprioritaskan sterilisasi Pertumbuhan 10% per tahun 24 24
25 E EXECUTIVE SUMMARY ROADMAP INDUSTRI LOGAM INDUSTRI BESI BAJA Proyeksi konsumsi baja (crude steel) pada tahun 2025 sebesar 70 kg perkapita, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan konsumsi saat ini sebesar 36 kg perkapita. Faktor penggerak cabang industri baja adalah sektor transportasi, konstruksi bangunan, permesinan, infrastruktur, kemasan dan energi. Tahun 2013 ini produksi crude steel dalam negeri sekitar 6,8 juta ton, sehingga dengan target konsumsi 70 kg perkapita kebutuhan baja kasar yang akan mencapai 20 juta ton, memerlukan tambahan produksi sebesar 14 juta ton. Pada tahun 2015 akan terdapat tambahan kapasitas sekitar 4 juta ton crude steel yang diperoleh dari PT. Krakatau Posco, PT. Indoferro dan PT. Meratus Jaya Iron & Steel. Target tambahan kapasitas produksi berikutnya sebesar 10 juta ton. Sehingga sampai tahun 2025 akan memerlukan bijih besi sebesar 250 juta ton dan pasir besi sebesar 110 juta ton. Untuk mencapai target kebutuhan di tahun 2025 diperlukan tambahan energi sebesar MW dan investasi sebesar Rp. 140 triliun. MW dan investasi sebesar Rp. 186 triliun INDUSTRI ALUMINIUM Proyeksi konsumsi (ingot) pada tahun 2025 sebesar 10 kg perkapita, meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan konsumsi saat ini sebesar 2,9 kg perkapita. Faktor penggerak cabang industri aluminium adalah sektor transportasi, konstruksi bangunan, permesinan, infrastruktur, energi, listrik, telekomunikasi, dan kemasan. Tahun 2013 produksi aluminium dalam negeri sekitar 250 ribu ton, sehingga dengan target konsumsi 10 kg perkapita kebutuhan aluminium akan mencapai 2,73 juta ton, memerlukan tambahan produksi sebesar 3,1 juta ton. Pada tahun 2018 diproyeksikan akan terdapat tambahan kapasitas sebesar 1,1 juta ton yang akan menyerap alumina produksi dari PT. Antam dan PT. Well Harvest Winning. Target tambahan kapasitas berikutnya sebesar 2 juta ton. Sehingga sampai tahun 2025 akan memerlukan bauksit sebesar 74,4 Juta Ton. Untuk mencapai target kebutuhan di tahun 2025 diperlukan tambahan energi sebesar MW dan investasi sebesar Rp. 186 triliun. 25
26 E EXECUTIVE SUMMARY ROADMAP (Lanjutan..) INDUSTRI NIKEL Proyeksi konsumsi pada tahun 2025 dalam bentuk stainless steel sebesar 1,5 kg perkapita, meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan konsumsi saat ini 0,6 kg perkapita. Faktor penggerak cabang industri pengolah nikel adalah sektor transportasi, alat rumah tangga, alat kesehatan, dan konstruksi. Tahun 2013 produksi nikel dalam ferronickel sebesar 18 ribu ton, sehingga dengan target konsumsi stainless steel 1,5 kg per kapita kebutuhan stainless steel akan mencapai 400 ribu ton. Hal ini sesuai dengan rencana PT Antam yang akan membangun pabrik stainless steel pada tahun 2020 dengan kapasitas 600 ribu ton. Adapun rencana investasi yang akan membangun smelter ferronickel adalah PT. Bumi Makmur Selaras, PT. Feni Haltim, PT. Antam, PT. Weda Bay Nickel dan PT.Multi Baja Selaras dengan kapasitas total sebesar 1,3 juta ton dan diproyeksikan akan terdapat investasi lain sebesar 200 ribu ton sampai tahun Sehingga sampai tahun 2025 memerlukan bijih nikel sebesar 80 juta ton, dengan tambahan energi sebesar 900 MW dan investasi sebesar Rp. 72 trilliun. INDUSTRI TEMBAGA Proyeksi konsumsi copper cathode pada tahun 2025 sebesar 5 kg perkapita, meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan konsumsi saat ini adalah 2,2 kg perkapita. Faktor penggerak cabang industri tembaga adalah sektor transportasi, elektronik, listrik, dan energi. Tahun 2013 produksi tembaga (copper cathode) sebesar 280 ribu ton, sehingga dengan target konsumsi 5 kg perkapita kebutuhan tembaga akan mencapai 1,37 juta ton, memerlukan tambahan produksi sebesar 1,19 juta ton. Rencana investasi dalam smelter tembaga adalah PT. Indovasi, PT Nusantara Smelting Corporation, dan PT Indosmelt dengan kapasitas total sebesar 500 ribu ton dan diproyeksikan akan terdapat investasi lain 900 ribu ton hingga tahun Sehingga sampai tahun 2025 akan memerlukan bijih tembaga sebesar 202 Juta Ton. Untuk mencapai target kebutuhan di tahun 2025 diperlukan tambahan energi sebesar 330 MW dan investasi sebesar Rp. 110 triliun. 26
27 Terima Kasih
HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG
HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG Disampaikan oleh : Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Jakarta, 16 Februari 2016 1 TOPIK BAHASAN A PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. ada baru mampu memproduksi 4 juta ton per tahun.
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN Di dalam negeri, kebutuhan besi baja industri nasional belakangan ini begitu tinggi. Namun, produksi industri besi baja nasional belum mampu menutupi kebutuhan, akibatnya pintu
Lebih terperinciJakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;
Sambutan Menteri Perindustrian Pada Acara Pengukuhan Pengurus Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) & Talkshow Realita dan Arah Keberlanjutan Industri Pengolahan dan Pemurnian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber daya alam yang tidak terbaharukan (non renewable) yang dikuasai negara, oleh karena itu pengelolaannya
Lebih terperinciTentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri
Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri LATAR BELAKANG 1. Selama ini beberapa komoditas mineral (a.l. Nikel, bauksit, bijih besi dan pasir besi serta mangan) sebagian besar dijual ke luar
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL Jakarta, 12 Februari 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi
Lebih terperinciBedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral
Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral LATAR BELAKANG 1. Selama ini beberapa komoditas mineral (a.l. Nikel, bauksit,
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,
Lebih terperinciRENCANA AKSI HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG
RENCANA AKSI HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG Disampaikan oleh : Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Jakarta, 17 Februari 2016 1 TOPIK BAHASAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara
KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN
Lebih terperinciTabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja
Selanjutnya indikator-indikator dan target kinerja dari setiap sasaran strategis tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Indikator Target 2011 1. Meningkatnya
Lebih terperinciKontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI
Kontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI *) Bahan disusun berdasarkan paparan Bappenas dan Kemen ESDM dalam Acara Sosialisasi EITI di Jogjakarta, Agustus 2015 2000 2001 2002
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN DALAM KULIAH UMUM UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI (UIGM) DI PALEMBANG MENGENAI GERAKAN NASIONAL DALAM RANGKA MEMASUKI ERA MASYARAKAT
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG
KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG Yogyakarta, 19 Juni 2012 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DAFTAR ISI I. KEBIJAKAN SUBSEKTOR
Lebih terperinciINDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI
Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan baja yang masih terus tumbuh didukung oleh pembangunan sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual Growth Rate/CAGR (2003 2012)
Lebih terperinciEnergy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;
Lebih terperinciRencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi
Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015
Lebih terperinciEkspor Non Migas Indonesia ke Jepang Triwulan I 2018 Tumbuh 21,1%, Melampaui Ekspektasi Pencapaian Target Ekspor Triwulan Pertama
Ekspor Non Indonesia ke Jepang Triwulan I 2018 Tumbuh 21,1%, Melampaui Ekspektasi Pencapaian Target Ekspor Triwulan Pertama Osaka, 22 Mei 2018 Ekspor Indonesia ke Jepang selama Bulan Maret 2018 mengalami
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI
DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS
Lebih terperinciCAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI
invest in Jakarta 15 Maret 2016 CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved Rp
Lebih terperinciBAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
Lebih terperinciFGD PENYELARASAN ROADMAP INDUSTRI DAN PASAR BAJA NASIONAL
FGD PENYELARASAN ROADMAP INDUSTRI DAN PASAR BAJA NASIONAL Disampaikan oleh : Direktur Industri Material Dasar Logam Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Jakarta, 21 Januari
Lebih terperinciDitulis oleh David Dwiarto Kamis, 21 Februari :41 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 21 Februari :47
Oleh : Hendra Sinadia & Joko Susilo Meskipun pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 11 Tahun 2012 sebagai revisi dari Permen ESDM No. 7 Tahun 2012, namun Kementerian ESDM merasa
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia BUTIR-BUTIR BICARA MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH, DAN BANK INDONESIA MEMPERCEPAT DAYA SAING INDUSTRI UNTUK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas
Lebih terperinciEkspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan
Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini masih timpang karena produksi tak mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi yang terus
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciPROFIL INDUSTRI BAJA
PROFIL INDUSTRI BAJA Profil Industri Baja I. Pendahuluan Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor industri ke depan dilakukan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan
Lebih terperinciINDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI
Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.
BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri adalah baja tahan karat (stainless steel). Bila kita lihat di sekeliling kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan yang signifikan pada industri dunia, diantaranya industri otomotif, konstruksi, elektronik dan industri lainnya pada beberapa dasawarsa terakhir
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun
Lebih terperinciPeluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar
Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar Oleh : Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kalimantan Barat Pada Acara Seminar dan Workshop MKI Wilayah Kalimantan Barat 2013 Pontianak. 13 Maret
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN ALOKASI SUMBERDAYA MINERAL & BATUBARA UNTUK KEBUTUHAN BAHAN BAKU SEBAGAI SUBSTITUSI IMPOR
ARAH KEBIJAKAN ALOKASI SUMBERDAYA MINERAL & BATUBARA UNTUK KEBUTUHAN BAHAN BAKU SEBAGAI SUBSTITUSI IMPOR DISAMPAIKAN PADA RAPAT KERJA KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 DIREKTUR PEMBINAAN PENGUSAHAAN
Lebih terperinciTERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012
1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Energi merupakan sarana/komponen vital pendukung
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan
Lebih terperinciMENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT PIMPINAN NASIONAL KADIN TAHUN 2012 YOGYAKARTA, 3 OKTOBER 2012
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT PIMPINAN NASIONAL KADIN TAHUN 202 YOGYAKARTA, 3 OKTOBER 202 DAFTAR ISI I. KINERJA INDUSTRI NASIONAL 3 II. III. IV. PENGAMANAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI No. 15/V/1 APRIL EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Februari mencapai US$ 4,18 milyar atau naik 4,36 persen dibanding ekspor bulan Januari sebesar
Lebih terperinciProspek PT Inalum Pasca Pengambilalihan oleh Pemerintah. Oleh: Hilman Qomarsono 1
Prospek PT Inalum Pasca Pengambilalihan oleh Pemerintah Oleh: Hilman Qomarsono 1 Latar Belakang & Urgensi Akuisisi PT Inalum PT Inalum merupakan perusahaan penghasil aluminium hasil kerjasama Pemerintah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08
Lebih terperinciKEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN
KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN Disampaikan pada Diklat Evaluasi RKAB Perusahaan Pertambangan Batam, Juli 2011 Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011
RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 20 DIREKTORAT PERDAGANGAN, INVESTASI DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 20 Perkembangan Ekspor Nilai ekspor
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015
No. 38/08/36/Th.IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 TUMBUH 5,26 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN SEBELUMNYA
Lebih terperinciTrenggono Sutioso. PT. Antam (Persero) Tbk. SARI
Topik Utama Strategi Pertumbuhan Antam Melalui Penciptaan Nilai Tambah Mineral Trenggono Sutioso PT. Antam (Persero) Tbk. trenggono.sutiyoso@antam.com SARI Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016 Yang terhormat Mr. Shosuke Mori, Chairman Kansai Economic Federation, Jepang; Rekan-rekan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara telah digunakan sebagai sumber energi selama beratus-ratus tahun dan telah diperdagangkan secara internasional mulai jaman Kekaisaran Romawi. Batubara tidak
Lebih terperinciPENGUATAN STRUKTUR INDUSTRI MANUFAKTUR MENUJU AKSELERASI PEMBANGUNAN INDUSTRI
DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR PENGUATAN STRUKTUR INDUSTRI MANUFAKTUR MENUJU AKSELERASI PEMBANGUNAN INDUSTRI PadaAcara: Raker Kemenperin Tahun 2013 Jakarta, 12 Februari 2013 1. PERTUMBUHAN
Lebih terperinciKajian SUPPLY DEMAND MINERAL
Kajian SUPPLY DEMAND MINERAL KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena perkenan-nya Laporan Kajian Supply dan Demand Mineral 2012 ini dapat selesai. Laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, posisi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan-batasan serta sistematika penulisan laporan yang digunakan dalam penelitian.
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010
KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2017
No. 20/04/36/Th.XI, 3 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI NAIK 0,74 PERSEN MENJADI US$911,19 JUTA Nilai ekspor Banten pada Februari naik 0,74 persen
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Desember 2014, neraca perdagangan Thailand
Lebih terperinciEkspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1%
Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Osaka, 24 April 2018 - Ekspor Indonesia ke Jepang selama Bulan Februari 2018 mencapai USD 1,6 miliar, mengalami peningkatan
Lebih terperinciPDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.
Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016
No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen
Lebih terperinciLAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh
Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode
Lebih terperinciStatistik KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI MALUKU UTARA, BULAN MARET 2017
No 25/05/82/Th XVI, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI MALUKU UTARA, BULAN MARET EKSPOR MARET SEBESAR US$19,24 JUTA Nilai ekspor Provinsi Maluku Utara pada Maret sebesar US$19,24 juta dengan volume
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Kondisi umum Tujuan dan Sasaran Strategi 1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
BAB I PENDAHULUAN Sesuai dengan tema RPJMN Tahun 2015-2019 atau RPJM ke-3, yaitu: Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Saudara Rektor Universitas Nusa
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI MALUKU UTARA, BULAN MEI 2017
No 38/07/82/Th XVI, 03 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI MALUKU UTARA, BULAN MEI EKSPOR MEI SEBESAR US$19,21 JUTA Nilai ekspor Provinsi Maluku Utara pada pada sebesar US$19,21 juta mengalami penurunan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2017
No. 27/05/72/Th.XX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2017 EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2017 TUMBUH 3,91 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian Sulawesi Tengah yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI MALUKU UTARA, BULAN DESEMBER 2016
No 08/02/82/Th XVI, 01 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI MALUKU UTARA, BULAN DESEMBER EKSPOR DESEMBER MENCAPAI US$8,00 JUTA Nilai ekspor Provinsi Maluku Utara pada sebesar US$8,00 juta.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2017
No. 34/06/36/Th.XI, 2 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL TURUN 8,52 PERSEN MENJADI US$911,08 JUTA Nilai ekspor Banten pada April turun 8,52 persen dibanding
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI MALUKU UTARA, BULAN APRIL 2017
No 34/06/82/Th XVI, 02 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI MALUKU UTARA, BULAN APRIL EKSPOR APRIL SEBESAR US$21,41 JUTA Nilai ekspor Provinsi Maluku Utara pada sebesar US$21,41 juta dengan volume sebesar
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinciPERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS
PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS Jakarta, 27 Mei 2015 Pendahuluan Tujuan Kebijakan Industri Nasional : 1 2 Meningkatkan produksi nasional. Meningkatkan
Lebih terperinciINDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH
INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Februari 21 Pada Februari 21, seluruh indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif dengan pertumbuhan tertinggi
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, pertumbuhan industri dunia yang mencapai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, pertumbuhan industri dunia yang mencapai sekitar 5% pertumbuhan tiap tahunnya (www.indexmundi.com) menunjukkan bahwa industri
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND BULAN : JANUARI 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND BULAN : JANUARI 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama bulan Januari 2015, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia defisit sebesar
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009
INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan
Lebih terperinciKebutuhan dan Penyediaan Energi di Industri Smelter Aluminium
Kebutuhan dan Penyediaan Energi di Industri Smelter Aluminium Irawan Rahardjo Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, BPPT, Jakarta Email: irawanrahardjo@yahoo.com Abstract Increasing the value-added
Lebih terperinciStatistik KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinciBAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR
BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 2009 dinyatakan bahwa daya saing industri manufaktur perlu terus ditingkatkan agar tetap dapat berperan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015
No. 05/02/Th. IX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,88 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Sulawesi Tenggara
Lebih terperinciPerkembangan Ekspor Impor Provinsi Maluku Utara, Bulan Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Maluku Utara, Bulan Ekspor Provinsi Maluku Utara pada adalah sebesar US$21,66 juta Nilai ekspor Provinsi Maluku Utara pada
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN
No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH
LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan I Tahun 2010 Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciTadinya, PT Freeport mematok penjualan emas akan 50,5% dibanding tahun lalu
Tadinya, PT Freeport mematok penjualan emas akan 50,5% dibanding tahun lalu JAKARTA. FT Freeport Indonesia (PTFI) kemungkinan gagal memenuhi target peningkatan produksi maupun penjualan emas dan tembaga,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016
BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG Jakarta, 9 April 2015 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua, Yang saya hormati,
Lebih terperinciINDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH
INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, April 2008 Pusat Data dan Informasi. iii
KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbedaan Keramik Konvensional dengan Advanced Ceramics Karakteristik Konvensional Advanced Temperatur maksimal C
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri keramik Indonesia merupakan salah satu sektor unggulan yang telah berkembang baik selama lebih dari 30 tahun (Kemenperin RI, 2016). Nilai penjualan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008
RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015
No. 02/02/Th. VII, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan 2015 tercatat US$ 30,04 juta atau mengalami peningkatan sebesar
Lebih terperinciDAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI MALUKU UTARA, BULAN JUNI 2017
No 43/08/82/Th XVI, 01 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI MALUKU UTARA, BULAN JUNI EKSPOR JUNI SEBESAR US$12,75 JUTA Nilai ekspor Provinsi Maluku Utara pada pada sebesar US$12,75 juta mengalami
Lebih terperinci