BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skizofrenia 1. Definisi Skizofrenia Istilah skizofrenia berasal dari kata Scihzo yaitu perpecahan atau bercabang dan phrenos yaitu jiwa. Istilah ini digunakan Euge Bleuler (1911). Karena penyakit ini menonjolkan gejala utama yaitu jiwa yang terpecah belah. Bleuler berpendapat bahwa istilah untuk menandakan adanya perpecahan antara pikiran emosi, dan perilaku pada pasien yang terkena. (Sinaga, 2007). Adolf Meyer menerangkan bahwa skizofrenia dan gangguan mental lainnya adalah reaksi terhadap berbagai stress kehidupan yang dinamakannya sindrom suatu reaksi skizofrenik (Kaplan, dkk 1997). Skizofrenia adalah adalah suatu gambaran sindrom dengan berbagai penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang dipengaruhi oleh faktor genetik, fisik, dan sosial budaya, ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak wajar, kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual yang tetap terpelihara meskipun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. (Maslim, 2001). Gangguan skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikiatri dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas proses pikir, waham yang kadangkadang aneh, gangguan persepsi, efek abnormal yang tak terpadu dengan situasi nyata/sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu. (Depkes, 1985). 2. Etiologi Skizofrenia

2 Penyebab Skizofrenia adalah : a. Biologis 1) Abnormalitas otak yang menyebabkan respons neurobiologik yang maladaktif yang baru mulai dipahami yaitu bahwa otak terlibat luas dalam perkembangan skizofrenia, lesi pada daerah area frontal, temperal, dan limbic paling berhubungan dengan perilaku psikotik. 2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia yaitu dopamine neurotransmmiter yang berlebihan, ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmmiter lain, masalah-masalah pada system reseptor dopamine. b. Genetik Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasi penyebab genetik pada skizofrenia. Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara terpisah mempunyai angka kejadian tinggi pada skizofrenia daripada pasangan saudara sekandung yang tidak identik. Penelitian genetic terakhir memfokuskan pada gene maping (pemetaan gen) dalam keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi. Perlu ditekankan bahwa menjadi saudara kembar satu telurpun secara otomatis tidak menjadi kepastian predisposisi dai perkembangan skizofrenia. (Stuart dkk, 1998) Faktor genetik telah terbukti ada sangkut pautnya dalam perkembangan penyakit itu, tetapi adanya angka ketidakserasian yang cukup berarti (substantial discordance rate), didalam anak kembar satu telur sekalipun, memberi petunjuk akan pentingnya faktor non genetik. (Depkes, 1985) c. Psikologis Teori psikodinamika untuk terjadinya respons neurobiologik yang maladaptive belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini. Sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa professional. d. Sosiobudaya

3 Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lain tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan. (Stuart, dkk 1998 ). e. Endokrin Teori ini ditemukan berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu purbertas, kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterum. f. metabolisme Banyak orang menyangka penderita skizofrenia di sebabkan oleh gangguan metabolisme, karena penderita tampak pucat dan tidak sehat, ujung ekstrimitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. Pada penderita stupor katatonik, konsumsi zat asam menurun. g. Kelainan susunan kelainan syaraf pusat, yaitu pada diensefalon atau kortex otak. h. Teori Adolf Meyer Teori Adolf Meyer, yang mengatakan bahwa penyakit ini tidak disebabkan suatu penyakit badaniah, tetapi ia mengakui bahwa suatu konsitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mepengaruhi timbulnya skizofrenia. i. Teori sigmun freud Menurut teori ini maka pada skizofrenia terdapat : 1) Kelemahan ego yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik. 2) Super ego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi sehingga yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fasenarsisme. 3) Kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference). Sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin. j. Sebagai suatu sindroma Skizofrenia merupakan suatu syndrome yang disebabkan keturunan, badaniah seperti lesi otak, aterosklerosis otak dan penyakit lainnya yang belum diketahui. k. Gangguan psikomatik Skizofrenia sebagai suatu gangguan psikosomatik, gejala pada badan hanya sekunder karena gangguan dasar yang psikogenik, atau merupakan manifestasi

4 somatic dari gangguan psikogenik. Tetapi pada skizofrenia justru kesukaran ialah untuk menentuka mana yang primer dan mana yang sekunder, mana yang merupakan penyebab dan mana yang akibatnya saja. Adapun penyebab gangguan skizofrenia, pada tingkat tertentu akan menghasilkan suatu gangguan biokimia di otak. 1. Gejala Skizofrenia Menurut Bleuler (1911) membagi gejala skizofrenia menjadi dua kelompok : a. Gejala primer meliputi gangguan proses pikir, gangguan emosi, gangguan kemauan, dan otisme. b. Gejala sekunder meliputi waham, halusinasi, dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik atau lainnya. Walaupun tidak ada gejala-gejala yang patognomonik khusus, dalam praktek ada manfaat untuk membagi gejala tersebut kedalam kelompok-kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapatnya bersama-sama. Harus ada satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejalagejala itu kurang tajam atau kurang jelas) : a. Thought echo, isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau berbema dalam kepalanya, thought insertion or withdrawal, isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal), thought broadcasting, isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya. b. Delusion of control, waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar, atau delusion of influence, waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau delusion of passivity, waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar, (tentang dirinya, secara jelas merujuk kepergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan, atau penginderaan khusus), delusional perception, pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

5 c. Halusinasi auditorik yaitu suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa.(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain). Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas : a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disetai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus. b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau neologisme. c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor. d. Gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara social. (Maslim, 2001)

6 2. Tipe tipe Skizofrenia a. F.20 Skizofrenia Paranoid b. F20.1 Skizofrenia hebefrenik c. F20.2 Skizofrenia katatonik d. F20.3 Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated) e. F20.4 Depresi Pasca Skizofrenia f. F20.5 Skizofrenia Residual B. Usia Lanjut Usia lanjut merupakan masa atau tahap hidup manusia : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, usia lanjut. Manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya berlangsung sepanjang masa hidup sejak bayi hingga dewasa sampai masa tua. Didalam struktur anatomis proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran dalam sel. Proses ini berlangsung secara alami, terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokomia pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Umur manusia sebagai makhluk hidup terbatas maksimal sekitar 120 tahun, namun pada kenyataannya banyak faktor yang menyebabkan manusia tidak dapat mencapai usia tersebut (Depkes. RI, 2003). Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi jaringan sel dan non sel. Telah banyak teori yang menjelaskan proses menua, salah satunya adalah teori kerusakan akibat radikal bebas. Kerusakan acak dijaringan akibat terbentuknya radikal bebas pada metabolisme aerob normal dianggap penyebab proses menua. Radikal bebas juga menyebabkan disfungsi sel yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit degeneratif. Tubuh sebenarnya telah menyiapkan pertahanannya, pertahanan berupa antioksidan terhadap serangan radikal bebas ditingkat sel, membran dan ekstra sel,

7 sehingga akan ada keseimbangan antara akibat produksi radikal bebas dan antioksida. (Soejono H, 1996) Teori yang mencoba menerangkan proses menua tidak sedikit, namun harus diakui bahwa tidak satupun yang dapat secara mendasar menjelaskan mekanisme utama terjadinya proses menua (Soejono H, 1996). Teori radikal bebas dalah salah satu teori yang saat ini paling banyak dianut. Sebagaimana oleh Harman, teori ini mencoba menerangkan proses menua berdasarkan timbulnya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau molekul dengan susunan elektron tak lengkap, terbentuk dari reaksi transfer elektron tunggal dan merupakan molekul yang sangat reaktif (Soejono H, 1996). Radikal bebas dapat dirusak oleh enzim-enzim protektif, yaitu superoksidismutase, katalase dan glutasi peroksidase. Bila terdapat radikal bebas yang tidak terdestruksi, maka radikal bebas tersebut akan merusak membrane organel subseluler seperti membran mitokondria dan membran mikrosom. Keadaan tersebut akan mengakibatkan terjadinya kerusakan sel. Bentuk kerusakan yang tampak misalnya munculnya proses degeneratif (Soejono H, 1996). Teori radikal bebas ini lebih dapat memberikan gambaran proses menua ditingkat selular secara lebih fundamental, yang dapat terjadi pada tiap jenis sel. Proses menua sangat individual dan berbeda perkembangannya bagi setiap individu karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang saling mempengaruhi. Asupan gizi atau konsumsi makanan sangat mempengaruhi proses menjadi tua (age related disease), mengingat seluruh aktifitas sel atau metabolisme dalam tubuh memerlukan zat gizi yang cukup disamping faktor penyakit dan lingkungan. Proses menua dapat dilihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologi ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua, antara lain: a. Massa otot yang berkurang dan masa lemak yang bertambah, mengakibatkan jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengkerut dan

8 kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap. Oleh karena itu, pada usia lanjut seringkali terlihat kurus. b. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran. c. Dengan banyaknya gigi geligi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanut. d. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut. Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir. e Kemampuan motorik yang menurun, selain menyebabkan usia lanjut menjadi lamban, kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan, dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari-hari. f. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas bertujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyusun rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti-sosial lainnya. g. Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran Natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang menumbulkan rasa lelah. h. Incotenensia Urine (UI) adalah pengeluaran urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok

9 usia lanjut, sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi. Secara singkat, proses menua adalah kombinasi dari : a. Suatu proses yang telah ditentukan secara genetik pada setiap spesies. b. Adanya mutasi somatik yang beruntun secara berantai hingga pada suatu waktu kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat meledak sebagai katastrop. Disini tersangkut kesalahan pada proses transkripsi dan translasi (pembentukan RNA dan protein ). c. Adanya kerusakan system imun tubuh, terbentuk sebagai proses hetero-imunitas maupun auto-imunitas. d. Adanya kerusakan sel, jaringan dan organ tubuh akibat radikal bebas yang dapat terbentuk dalam badan sendiri. Tubuh sendiri sebetulnya dapat menangkal hal ini dalam bentuk enzim seperti superoksida, katalase, glutation peroksida dan sebagainya.ada pula zat-zat penangkal seperti vitamin C, E, beta karoten dan sebagainya. e. Peristiwa menua akibat metabolisme badan sendiri, antara lain karena kalori yang berlebihan atau kurang aktivitas dan sebagainya 1. Penggolongan Lanjut Usia Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO) yang dimaksud dengan usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas atau lebih. Sedangkan menurut Undang-Undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut, batasan usia lanjut di Indonesia adalah 60 tahun atau lebih. Menurut Depkes RI (2003) pengelompokan lanjut usia adalah sebagai berikut : a. Kelompok pra usia lanjut (45 tahun 59 tahun) b. Kelompok usia lanjut (60 tahun 69 tahun) c. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

10 2. Keadaan Kesehatan Lanjut Usia Status kesehatatan lanjut usia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian kebutuhan akan gizi. Ada lansia yang tergolong sehat, dan ada pula yang mengidap penyakit kronis. Di samping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara sebagian lain sangat bergantung pada belas kasian orang lain. Kebutuhan zat gizi mereka yang tergolong aktif biasanya tidak berbeda dengan orang dewasa sehat. a Perubahan fisiologis akibat penuaan Usia tua hampir selalu datang bersama Kesengsaraan fisik, psikis, sosial, dan ekonomi. Kekuatan, ketahanan dan kelenturan otot rangka berkurang mengalami pembengkokan ( kifosis ), panggul dan lutut juga terfleksi sedikit.keadaan tersebut menyebapkan postur tubuh terganggu. b. Perubahan pada saluran pencernaan Data mengenai keterpengaruhan sistim saluran cerna akibat kekuatan sangat terbatas karena kemampuan penyesuaian diri sistim pencernaan tidak mempengaruhi fungsinya. Rongga Mulut Bagian dalam rongga mulut yang lazim terpengaruh adalah gigi, gusi dan ludah. Tanggalnya gigi bukan hanya disebabkan oleh ketuaan, tetapi juga dikondisikan oleh pemeliharan yang tidak baik. Ketidakbersihan mulut menyebabkan gigi dan gusi kerap terinfeksi. Selain itu, sekresi air ludah berkurang sampai kira- kira 75% sehingga mengakibatkan pengeringan rongga mulut, dan berkemungkinan menurunkan cita rasa. Esofagus Penuaan esophagus berupa pengerasan sfingter bagian bawah sehingga sukar mengendur (relaksasi) dan mengakibatkan esofagus melebar (presbyesofagus).keadaan ini memperlambat pengosongan esofagus, dan tidak jarang berlanjut sebagai hernia hiatal. Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah presofagus, tepatnya didaerah orofaring. Penyebabanya

11 tersembunyi dalam sistem syaraf sentral atau akibat gangguan neuromuscular, seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot polos menebal. Dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan esofagus. Lambung Lapisan lambung lansia menipis. Diatas usia 60 tahun, sekresi HCl (Asam Clorida) dan pepsin berkurang. Dampaknya, penyerapan vitamin B12 dan zat besi menurun. Usus Berat total usus (diatas 40 tahun) berkurang, meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecuali kalsium (diatas usia 60 tahun) dan zat besi. c. Perubahan pada sistem endokrin Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi, respon terhadap stimulasi dan struktur kelenjar endokrin. Pada usia diatas 60 tahun sekresi testosterone akan menurun. Produksi esterogen dan progesterone pada usia diatas juga menurun. d. Perubahan pada sistem pernafasan Diameter anteroposterior paru membesar sehingga menimbulkan barrel chest. Pengapuran tulang rawan menyebabkan kelenturan tulang iga berkurang. Disamping itu, osteoporosis yang progresif dan kifosis menyebebkan gangguan kelenturan (fleksibilitas) paru yang selanjutnya menurunkan kapasitas vital. Sakus paru membesar, sementara dindingnya menipis, untuk kemudian bersatu sama lain membentuk sakus baru yang lebih besar. Semua perubahan ini berujung pada penurunan fungsi paru, dan tampak sebagaiemfisema pada klise foto rontgen. e. Perubahan pada sistem kardiovaskular Perubahan yang terkait dengan ketuaan sulit dibedakan dengan perubahan yang diakibatkan oleh penyakit. Pembesaran bilik kiri jantung disertai oleh fibrosisi dan skerosis di endokardium. Katub mitral mengeras (fibrosis dan kalsifikasi). Jumlah jaringan ikat meningkat sehingga efisiensi fungsi pemompaan jantung

12 berkurang. Pembuluh darah membesar, terutama aorta, menebal dan menjadi fibrosis. Pengerasan ini selai mengurangi aliran darah dan meningkatkan kerja bilik kiri jantung, juga mengakibatkan ketidakefisienan baroreseptor (tertanam pada dinding aorta, arteri pulmonalis, sinus karotikus, dan pembuluh darah didaerah dada), mengurangi kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Itulah sebabnya para lansia cenderumg menderita hipotensi postural. Curah jantung menyusut sebesar 50% pada usia 80 tahun, sementara tekanan sisitolik dan diastolic cenderung meningkat. 3. Menaksir Kebutuhan Basal dengan Perhitungan Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat pernafasan telah dikembangkan cara menaksir angka metabolisma basal (AMB) dengan perhitungan. Untuk sebagian besar manusia,kebutuhan energi dasar yang ditentukan melalui kalorimetri langsung atau tidak langsung hanya berbeda sebesar +10 % dari angka yang di peroleh dengan cara perhitungan. Kebutuhan energi basal atau AMB pada dasarnya ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh serta umur. Hubungan antara tiga perubahan ini sangat kompleks. AMB per satuan berat badan berbeda menurut umur, yaitu lebih tinggi dari anak-anak dan lebih rendah pada orang dewasa dan tua. AMB per unit berat badan juga berbeda juga berbeda menurut tinggi badan. AMB per kg berat badan lebih tinggi pada orang pendek dan kurus serta lebih rendah dari orang tinggi dan gemuk. Menurut Cera (1984) dan Stump (1992) secara umum kebutuhan energi total (TEE) sehari dapat dihitung dari perkalian resting metabolic expenditure (RME), dengan factor stress (FS), dan activity energy expenditure (AEE) dengan persamaan sebagai berikut (Titus, 2000) : TEE = RME x FS x AEE Dengan perhitungan berat badan,tinggi badan dan umur,harris dan benedict menentukan rumus untuk menghitung kebutuhan basal sebagai berikut : Laki-laki : RME = 66 + (13,7 X BB) + (5 X TB) (6,8 X U)

13 Perempuan : RME = (9,6 X BB) + (1,8 X TB) (4,7 X U) BB adalah berat badan dalam kg; TB adalah tinggi badan dalam cm; U adalah umur dalam tahun (Almatsier, 2003) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap angka metabolisme basal : - Ukuran tubuh. Ukuran tubuh merupakan perubah utama dalam menentukan pengeluaran energi seseorang yang memberi sumbangan lebih dari separuh AMB. Tubuh yang besar mempunyai AMB lebih tinggi daripada tubuh yang kecil. Perbedaan berat sebanyak 10 kg pada orang dewasa laki-laki atau perempuan menyebabkan perbedaan AMB sebanyak kurang lebih120 kkal sehari. - Komposisi tubuh. Semua jaringan tubuh aktif secara metabolik. Ada jaringan yang pecah dan diganti dan melakukan fungsi-fungsi vital. Namun kecepatannya berbeda-beda. Otot, organ tubuh, dan kelenjar secara metabolik lebih aktif daripada lemak dan tulang. - Jenis Kelamin. Laki-laki dan permpuan dengan umur, tinggi badan, dan berat badan yang sama mempunyai komposisi tubuh yang berbeda. - Umur. AMB lebih tinggi pada usia muda dari pada usia tua. Pada usia muda tubuh lebih banyak mengandung jaringan tanpa lemak atau otot. - Tidur. Selama tidur, otot-otot tubuh dan emosi mengalami relaksasi. Ini akan menurunkan AMB sebanyak kurang lebih 10%. - Suhu tubuh. Suhu bertindak sebagai katalisator terhadap sebagian besar reaksi kimia. Oleh karena itu, AMB meningkat dengan peningkatan suhu tubuh. - Suhu lingkungan/iklim. Iklim berpengaruh terhadap AMB karena kebutuhan tubuh akan energi untuk mempertahankan suhu tubuh. - Sekresi kelenjar endokrin. Sekresi kelenjar-kelenjar tiroid dan adrenal meningkatkan AMB. Kekurangan sekresi kelenjar tiroid berupa hormon tiroksin (hipotiroidisme) menurunkan AMB. Sebaliknya kebanyakan tiroksin (hipertiroidisme) meningkatkan AMB. Sekresi kelenjar adrenalin berupa epinefrin atau adrenalin terjadi sebagai akibat stimuli emosional yang

14 berlebihan misalnya terjadi pada waktu marah, ketakutan atau dibawah tekanan (stres). Akibatnya AMB akan meningkat. - Status gizi. Keadaan gizi kurang, menurunkan AMB sampai 20%. Ini merupakan upaya tubuh untuk beradaptasi mempertahankan berat badan pada konsumsi makanan dibawah kebutuhan, sebagaimana terjadi didaerah yang konsumsi energinya rata-rata rendah. Konsumsi energi rendah menurunkan AMB sebesar 10%-20%. Fator Aktifitas fisik : 1. Bedrest = RME x 1,2 2. Ringan = RME x 1,3 3. Sedang = RME x 1,4 4. Berat = RME x 1,5 (Titus,2000) Aktifasi 1. Aktifitas berat yaitu aktifitas yang banyak menggunakan tenaga otot, seperti gaduh, gelisah, banyak bicara, main tennis, main bulu tangkis, dan lain-lain. 2. Aktifitas sedang yaitu aktifitas yang menggunakan tenaga otot agak banyak seperti senam, mencuci piring, menyapu, menjahit, dan lain-lain. 3. Aktifitas ringan yaitu aktifitas yang sedikit menggunakan tenaga otot seperti banyak tidur, banyak melamun, merawat diri, dan lain-lain. Faktor stress 1. Stress ringan = 1,2 2. Stress sedang = 1,3 3. Stress berat = 1,5 (Titus, 2000) Keadaan emosi dan mental menurut Harris Bennedict dapat meningkatkan kebutuhan energi 4% (Suharjo dkk, 1992). 4. Asupan Energi Protein a. Keseimbangan Energi Keseimbangan energi bergantung pada asupan dan keluaran energi. Besarnya asupan bisa diperkirakan berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan, bukan menghitung langsung asupan perorangan. Total asupan merupakan penjumlahan langsung dari BMR/AMB,energi yang dihabiskan untuk kegiatan fisik, dan

15 pengaruh termis dari makanan. Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia,karena metabolisma seluruh sel dan kegiatan otot berkurang secara umum terjadi penurunan asupan energi sebesar 5% per dekade. Penyusutan BMR 10 % sampai 20 %, antara usia 30 dan 75 tahun merupakan cermin dari perubahan komposisi tubuh: penambahan massa lemak, dan penyusutan massa otot. Yang pertama di sebabkan oleh berkurangnya kekurangan fisik. Boleh juga di katakan sebaliknya, penyusutan massa tubuh tak berlemak merupakan imbas dari kekurangngnya kegiatan fisik. Penilaian terhadap kebutuhan akan zat gizi di bangsal didasarkan pada keadaan kesehatan pasien. Untuk lansia yang sehat, besarnya asupan disamakan dengan asupan orang dewasa sehat. Untuk lansia yang sedang sakit akut, besaran asupan dihitung berdasarkan peningkatan yang dibutuhkan untuk merespon keadan hiperkatabolik yang di sebabkan oleh stress penyakit. Sementara lansia yang lemah dan telah kehilangan napsu makan, serta asupan zat gizinya rendah, memerlukan peningkatan zat gizi yang khas. b. Protein Jika diacu pada RDA, besaran protein dipatok pada angka 0,8gr/KgBB/hari. Tanpa penyakit ginjal dan hati, diet protein harus mengkontribusi energi sebesar % total asupan kalori. Dengan acuan ini,jika asupan energi menurua tajam, asupan protein juga menurun tajam. Dengan demikian jumlah protein yang seharusnya dikonsumsi harus dihitung berdasarkan orang perorang. Beberapa literatur mengatakan bahwa kebutuhan protein pada lanjut usia secara umur tidak mengalami perubahan, namun mengingat kebutuhan energi menurun maka prosentase kalori yang berasal dari protein dianjurkan sekitar % dari total kalori atau 0,8 1 gr/kgbb/hari. Jumlah tersebut dianggap cukup untuk mempertahankan keseimbangan netrogin pada lanjut usia dalam keadan sehat (Purba, 2004). Untuk kelompok usia lanjut dengan penyakit penyerta yang kronis seperti trauma, infeksi atau stress dibutuhkan asupan protein yang lebih tinggi yaitu 1-1,5 gr/kgbb/hari agar keseimbangan nitrogen tetap di pertahankan. (Purba, 2004)

16 c. Lemak Asupan lemak dalam jumlah cukup yaitu 20 25% dari total energi, sementara sisanya diupayakan dari karbohidrat. Pembatasan lemak kurang dari 20% akan mempengaruhi mutu makanan, karena kandungan asam lemak esensial berkurang. Untuk usia lanjut dianjurkan untuk mengkonsumsi jenis asan lemak tak jenuh ganda yaitu asam linoleat dan asam linolenat. Asam linolenat ( asam lemak omega-3) merupakan substrat untuk sintesis asam eikosapentanoat dan asam dokosaheksanoat yang berperan dalam agregasi trombosit. Oleh karena itu omega-3 dikatakan factor protektif terhadap kelainan kardiovaskuler (Purba, 2004). d. Karbohidrat Merupakan sumber energi utama didalam menu makanan Indonesia. Penggunaan karbohidrat relatif menurun pada usia lanjut karena kebutuhan kalori juga menurun. Untuk usia lanjut dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat komplek karena juga mengandung vitamin, mineral dan serat dari pada mengkonsumsi karbohidat murni seperti gula. Dianjurkan pada usia lanjut mengkonsumsi % karbohidrat sebagai kebutuhan energi. C. Penilaian Asupan Zat Gizi Dalam kegiatan pengkajian status gizi individu atau kelompok selalu dilakukan pengkajian asupan makan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai asupan zat gizi yaitu penentuan sisa makanan dengan metode taksiran visual Comstock. Sisa makan atau plate waste merupakan makanan yang tidak habis termakan dan dibuang sebagai sampah ( Azwar, 1990 ). Menurut Muwarni (2001 ) yang dimaksud sisa makanan pasien adalah semua atau sebagian makanan yang disajikan kepada pasien dan benar-benar dapat dimakan, tetapi tidak habis dimakan atau tidak dimakan dan dibuang sebagai sampah. Sisa makanan diukur dengan menggunakan observasional method, pada metode ini sisa makanan diukur dengan cara menaksir secara visual banyaknya sisa

17 makanan untuk setiap jenis hidangan. Hasil taksiran bisa dalam bentuk berat makanan untuk setiap jenis hidangan. Hasil taksiran bisa dalam bentuk gram atau dalam bentuk skor bila menggunakan skala pengukuran. Comstock mengembangkan metode taksiran visual dengan menggunakan skala 6 point untuk mengukur sisa makanan. Berat sisa makanan diperkirakan dengan cara hasil pengukuran dikonversi kedalam persen kemudian dikalikan dengan berat penyajian. Skala 6 point yang dimaksud yaitu : 0 = Tidak ada sisa makanan atau bila makanan yang disajikan dikonsumsiseluruhnya 1 = Terdapat sisa seperempat (1/4) atau bila makanan yang disajikan dikonsumsi 75%. 2 = Terdapat sisa setengah (1/2) atau bila makanan yang disajikan dikonsumsi 50% 3 = Terdapat sisa tiga perempat (3/4) atau bila makanan yang disajikan dikonsumsi 25% 4 = Terdapat banyak sisa makanan atau biala makanan yang disajikan dikonsumsi hanya 5%. 5 = Terdapat sisa makanan penuh atau bila makanan yang disajikan tidak ada yang dikonsumsi (Astuti, 2002).. D. Penilaian Status Gizi Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output). Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik

18 yang membahayakan. Baik status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Status gizi lansia dapat dinilai dengan cara-cara yang baku bagi berbagai tahapan umur yakni penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung (Jelliffe, 1966). Penilaian status gizi secara langsung dilakukan melalui pemeriksaan klinik, antropometrik, biokomia dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi, faktor eksternal antara lain konsumsi makanan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, infeksi, aktifitas dan lain-lain. Faktor internal seperti jaringan tubuh, jenis kelamin, usia, sekkresi hormone, tonus pada waktu tidur, kondisi emosi dan mental, tonus otot, status kesehatan, kondisi khusus (Apriliadji, 1986). Pemeriksaan antropometerik adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan. Pengukuran yang dilakukan meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit. Semua hasil pengukuran tersebut harus dikontrol terhadap umur dan jenis kelamin. Dalam melakukan intepretasi, digunakan berbagai baku (standar) internasional maupun nasional seperti baku WHO, NCHS, Harvard dan sebagainya. Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena telah terjadinya osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna vertebral. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat dipakai panjang rentang lengan (armspan) dalam penentuan indeks massa tubuh (BMI) (Schultink et al, 1995). Ternyata korelasi koefisien antara BMI dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi yaitu 0,83 dan 0,81 untuk wanita dan pria dengan nilai p-0,001. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak remaja, ibu hamil dan olahragawan.

19 Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya oedema, ascites, dan hepatomagali. Rumus perhitungan IMT adalah : IMT = Berat badan (kg) Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m) Atau berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter). TABEL 1 KATEGORI AMBANG BATAS INDEKS MASSA TUBUH UNTUK ORANG INDONESIA Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,5 Normal > 18,5 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

20 E. Kerangka Teori JUMLAH MAKANAN MUTU MAKANAN KOMSUMSI MAKANAN STATUS GIZI PENAMPILAN MENTAL FISIK SOSIAL TINGKAT KEBUTUHAN PENGGUNAAN METABOLIK 1. Faktor jaringan aktif dalam tubuh 2. Besar dan luas bidang permukaan tubuh 3. Komposisi tubuh 4. Jenis Kelamin 5. Usia

21 GAMBAR 1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI (APRILIADJI, 1986)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skizofrenia 1. Definisi Skizofrenia Istilah skizofrenia berasal dari kata Scihzo yaitu perpecahan atau bercabang dan phrenos yaitu jiwa. Istilah ini digunakan Euge Bleuler (1911).

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG LANSIA

GIZI SEIMBANG LANSIA GIZI SEIMBANG LANSIA Batasan usia Lansia Durmin (1992) membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75 tahun ke atas). Munro (1987) membagi older elderly menjadi 2 yaitu usia 75-84

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka 2. 1.1 Skizofrenia A. Definisi Skizofrenia Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah, dan frenia yang artinya jiwa. Dengan

Lebih terperinci

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar

Lebih terperinci

Munro, dkk (1987), older elderly: tahun -.85 tahun M. Alwi Dahlan : -. > 60 tahun Gerontologi ilmu yang mempelajari tetang proses penuaan.

Munro, dkk (1987), older elderly: tahun -.85 tahun M. Alwi Dahlan : -. > 60 tahun Gerontologi ilmu yang mempelajari tetang proses penuaan. Gizi Manula Batasan: Usia 65 tahun > Menurut WHO: -.Usia pertengahan ( Middle Age) 45-59 th -.Lanjut usia (Ederly) 60-74 th -.Lanjut Usia Tua (Old) 75 90 th -.Usia sangat tua (Very Oil) > 90 th Durmin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengukuran Antropometri Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk lanjut usia pria lebih rendah dibanding wanita. Terlihat dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi dan proyeksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ENERGI SEHARI

KEBUTUHAN ENERGI SEHARI PENENTUAN GIZI INDIVIDU DAN KGA Muslim, MPH STIKES HANGTUAH Tanjungpinang Pertemuan Ke-2, Tgl: 10 Oktober 2009 PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI 1. ENERGI Gambaran klinis, status gizi Umur, jenis kelamin, aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia tidak dapat mengunyah makanan. Gigi berfungsi untuk mengunyah beraneka ragam makanan dengan tekstur dan nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan pustaka Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai Aplikasi Informasi Diet Berdasarkan Golongan Darah, aplikasi ini dirancang untuk dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air merupakan komponen utama dari semua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Status Gizi Status Gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan salah satu bagian dari rongga mulut yang digunakan untuk pengunyahan. Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.

KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II. KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN Lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup manusia yang menjadi tahap akhir dari kehidupan. Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai dari janin sampai dewasa. Proses perkembangan antara individu satu dengan yang lainya tidak sama

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Medis Kurang Energi Protein (KEP) 1. Pengertian Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian

Lebih terperinci

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar Gemukkah saya? Kuruskah saya? Sudah cukupkah saya makan? Sehatkah saya?.. Berapa kebutuhan gizi kita? Kebutuhan gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak a. Definisi Banyak perbedaan definisi dan batasan usia anak, menurut Depkes RI tahun 2009, kategori umur anak ialah usia 5-11 tahun. Undang- undang nomor

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Proses Penuaan Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas hidup 2.1.1. Definisi kualitas hidup Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya karena kualitas

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

Nutrition in Elderly

Nutrition in Elderly Nutrition in Elderly Hub gizi dg usia lanjut Berperan besar dalam longevity dan proses penuaan Percobaan pada tikus: restriksi diet memperpanjang usia hidup Menurunkan peny kronis Peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi sangat penting bagi kesehatan manusia dan diperlukan untuk menentukan kualitas fisik, biologis, kognitif dan psikososial sepanjang hayat manusia. Komposisi zat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

c. Turunnya fungsi otak membawa akibat terjadinya perubahan kepribadian anak. Secara keseluruhan gizi buruk yang terjadi pada anak diusia muda

c. Turunnya fungsi otak membawa akibat terjadinya perubahan kepribadian anak. Secara keseluruhan gizi buruk yang terjadi pada anak diusia muda GIZI DAUR HIDUP 1. Aspek Gizi Dalam Pertumbuhan Fisik Sel telur yang telah dibuahi dalam rahim ibu, pada proses selanjutnya akan tumbuh dan berkembang sehingga mencapai tingkatan yang telah memungkinkan

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kanker Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hiperurisemia telah dikenal sejak abad ke-5 SM. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada perempuan, karena pria memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi daripada perempuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lansia Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Manusia lanjut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi kelebihan bobot badan akibat penimbunan lemak yang melebihi 20% pada pria dan 25% pada wanita dari bobot badan normal. Kondisi tersebut

Lebih terperinci

ENERGI. Universitas Gadjah Mada

ENERGI. Universitas Gadjah Mada ENERGI Energi Bahan Pangan Energi adalah kapasitas untuk mengerjakan sesuatu untuk mengerjakan sesuatu kegiatan dan dalam hal ini energi mengalami transformasi menjadi jenis energi yang sesuai dengan jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan teknologi tersebut berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk

Lebih terperinci

Specific Dynamic Action

Specific Dynamic Action Kebutuhan Energi Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Primer 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang biasa menyerang paru tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. AIR SUSU IBU 1. ASI Sebagai Makanan Bayi ASI merupakan emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang diekresi oleh kedua belah kelenjar mammae dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan dari seluruh makhluk hidup.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Bicara tentang diabetes pasti juga perlu membicarakan mengenai diet makanan bagi penderita diabetes. Diet makanan bagi penderita diabetes dapat

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengunyahan atau sistem mastikasi merupakan suatu proses penghancuran makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial antara lain meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bedasarkan hasil data riskesdas tahun 2010, rata-rata kecukupan konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda Nyeri di Sekitar Dada Charles mengungkapkan bahwa salah satu gejala utama dari adanya risiko serangan jantung adalah adanya rasa nyeri di sekitar dada. Tak

Lebih terperinci

PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS

PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS Secara garis besar kompartemen tubuh terdiri atas massa bebas lemak atau fat free mass (FFM) dan massa

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci