BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam berbagai upacara tradisional di tengah-tengah masyarakat seperti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam berbagai upacara tradisional di tengah-tengah masyarakat seperti"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Karo adalah salah satu dari beberapa etnis yang terdapat di daerah Propinsi Sumatera Utara. Masyarakat Karo yang tinggal di dataran tinggi Tanah Karo, yang sekarang menjadi wilayah administratif Kabutapen Karo sering disebut sebagai Karo Gugung 1. Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (1986), menyebutkan kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur kebudayaan dan salah satu diantaranya adalah yang berhubungan dengan kesenian. Kesenian selalu muncul dalam berbagai upacara tradisional di tengah-tengah masyarakat seperti upacara keagamaan, upacara kematian, upacara perkawinan, dan berbagai macam aktivitas keseharian masyarakat tradisional lainnya. Kesenian sudah menjadi tradisi secara turun temurun mewarisi kekayaan budaya dari para leluhur, yang pada masa lalu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pola kehidupan masyarakatnya. Di masyarakat Karo masih banyak hidup kesenian 2, dan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian kesenian Karo adalah seni tarinya. 1 Karo Gugung adalah masyarakat karo yang bermukim di dataran tanah tinggi karo. Lihat Pilar Budaya Karo oleh Sempa Sitepu, dkk (1996;05) 2 Kesenian yang hidup dalam masyarakat Karo seperti seni sastra, seni musik, seni suara, seni tari, seni lukis, seni pahat, seni drama, seni ukir, seni pakaian (Ose), perhiasan dan kerajinan. Lihat Pilar Budaya Karo oleh Sempa Sitepu, dkk (1996; )

2 Menurut buku Pilar Budaya Karo (1996), tari tradisional Karo dilihat dari bentuk dan acara penampilannya dapat dibedakan atas 3 jenis yakni: 1. Tari yang berkaitan dengan adat 2. Tari yang berkaitan dengan religi 3. Tari yang berkaitan dengan hiburan. Tari Karo terbentuk sejak adanya masyarakat Karo, walaupun tidak diketahui secara tepat kapan adanya masyarakat Karo tersebut. Tari yang diteliti adalah tari Lima Serangkai yang diperkirakan ada sejak tahun 1956 yang merupakan tarian yang bersifat hiburan (wawancara dengan Bpk. M. Ukur Ginting). Tari Lima Serangkai merupakan tari tradisional, tari tradisional adalah semua tarian yang telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, yang selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah ada (Soedarsono,1986:93). Tari Lima Serangkai biasanya ditampilkan dalam kegiatan Gendang Guro-guro Aron. Gendang Guro-guro Aron berasal dari kata Guro-guro dan Aron. Guro-guro artinya senda gurau atau bermain, sedangkan Aron artinya muda-mudi (usia tidak dibatasi) dalam satu kelompok kerja berbentuk arisan untuk mengerjakan ladang. Gendang Guro-guro Aron merupakan suatu pertunjukan seni budaya karo yang dilakukan oleh muda-mudi yang terdapat dalam kelompok kerja yang mengerjakan ladang, dengan menampilkan gendang karo dan perkolong-kolong (penyanyi) diiringi tarian yang dilakukan oleh muda mudi (Skripsi Sarjana Arapenta Barus, Peranan Pemusik Tradisional Pada Masyarakat Karo).

3 Pada saat pelaksanaan Gendang Guro-guro Aron, keterlibatan unsur kekerabatan masyarakat Karo yang tergabung pada Rakut Si Telu 3 mempunyai peranan yang sangat penting walaupun secara teknis pelaksanaannya dilakukan oleh muda-mudi yang tergabung dalam kelompok aron. Sejak pemerintahan Bupati Karo Matang Sitepu (sekitar tahun 1960-an) tari Lima Serangkai sering difestivalkan, hal yang sama juga terjadi pada masa pemerintahan Bupati Karo Sinar Peranginangin ( ) hampir setiap tahunnya dilakukan festival Tari lima Serangkai oleh instansi-instansi pemerintah, Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) atau pun sekolah-sekolah. Dalam tulisan ini penulis akan menjelaskan tari lima Serangkai dalam konteks pertunjukan festival, karena dimasa sekarang ini lebih sering dilakukan pertunjukan festival dibandingkan dengan penampilan Tari Lima Serangkai dalam Gendang Guro-guro Aron. Menurut Bpk. M. Ukur Ginting secara koreografi, tari Lima Serangkai merupakan satu tarian yang diiringi lima gendang 4 yaitu gendang morah-morah, gendang perakut, gendang patam-patam sereng, gendang sipajok dan gendang kabangkiung, yang menghasilkan komposisi pola gerak tari dan gerak tersebut memiliki nilai-nilai estetis dalam penyajiannya. Keindahan dalam suatu tarian tidak terlepas dari unsur pembentuk, maka unsur pembentuk tarian tersebut adalah: 3 Rakut Sitelu pada masyarakat Karo terdiri dari Kalimbub,Senina dan Anak Beru. Lihat Adat Karo oleh Darwan Prinst, S.H. (2004;46) 4 Gendang = lagu/irama

4 1. Gerak endek (gerak naik turun) 2. Gerak jole (gerak goyang badan) 3. Gerak lampir tan (gerak kelentikan jari) Dari struktur tari ini ada bagian-bagian gerak yang berkaitan satu dengan yang lainnya dan gerak tersebut dianggap memiliki makna. Bagi masyarakat Karo, gerakan tari (landek) selalu berhubungan dengan perlambangan tertentu. Perlambangan yang dimaksud yaitu menggambarkan makna yang terkandung pada tari Lima Serangkai. Biasanya menceritakan sifat manusia hubungan dengan individu maupun hubungan dengan kehidupan sosialnya. Tari Lima Serangkai ini menceritakan tentang muda mudi yang bertemu dan ertutur (berkenalan) satu dengan yang lainnya, hingga mereka menjalin hubungan dan menuju perkawinan. Walaupun dibeberapa daerah makna tari Lima Serangkai tidak selalu sama, ini dikarenakan perbedaan kebiasaan dan pola pikir masyarakat didaerah tersebut. Pengaruh modernisasi, pendidikan dan lainnya dapat membuat pola pikir masyarakat berubah, sehingga menghasilkan kebiasaan, adat istiadat, tingkah laku, budaya, serta tradisinya sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1986:160), bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat tertentu yang bersifat kontiniu dan terikat oleh rasa identitas bersama. Tari Lima Serangkai ditarikan oleh sepasang muda mudi (usia tidak dibatasi), dalam bentuk perkelompok (biasanya 5 pasang muda-mudi). Pertunjukan tari Lima Serangkai menggunakan pakaian adat, beka buluh (lakilaki) dan uis nipes (perempuan). Pakaian adat akan dipakaikan secara bersama-

5 sama setelah semua penari sudah berdiri di atas panggung, sambil memasang pakaian tersebut para penari melakukan endek (gerakan naik turun) sesuai iringan musik dalam hitungan tertentu. Bagi penari perempuan uis nipes dilingkarkan dari pundak sebelah kanan menuju bawah lengan sebelah kiri, seperti menggendong anak menggunakan kain panjang. Tetapi dalam hal ini kain yang digunakan adalah kain adat Karo yang disebut uis nipes. Ada 2 buah beka buluh yang digunakan oleh penari laki-laki, yaitu beka buluh yang sudah terpasang di pundak, dan beka buluh yang dipegang didepan dada. Beka buluh yang dipegang didada, pada saat menari akan dilipatkan dikepala membentuk penutup kepala yang disebut bulang-bulang. Pembentukan bulang-bulang itu akan dilakukan bersamaan dengan penari perempuan yang memasangkan uis nipes dipundaknya yang membentuk kain seperti menggendong anak. Bulang-bulang merupakan beka buluh yang telah berbentuk menyerupai topi untuk penutup kepala. Banyak tempat di Kabupaten Karo yang tetap menjalankan tradisi karo, salah satunya adalah Kabanjahe. Peneliti memilih Kabanjahe sebagai tempat penelitian tentang kesenian masyarakat karo khususnya seni tari. Lokasi penelitian dipilih dengan perhitungan tempat hidup dan berkembang tari Lima Serangkai. Tari Lima Serangkai hidup di Kabanjahe dan terus berkembang, hal ini dapat dilihat dari beberapa sekolah dan sanggar tari yang tetap mengajarkan tari Lima Serangkai yaitu sanggar Sertali, sanggar Pemkab Karo, dan lain-lain. Dalam sebuah tarian peranan musik sangat penting, karena bisa dirasakan kehadiran tari tanpa musik terasa hambar dan tidak menarik untuk ditonton. Menurut Soedarsono (1986:109) dikatakan bahwa musik dalam tari bukan hanya

6 sekedar iringan, tetapi musik adalah partner tari yang secara langsung dapat mendukung dan memperkuat sajian tari. Begitu juga dalam penyajian tari Lima Serangkai, musik berperan penting sehingga membicarakan hubungan musik dengan tari merupakan hal yang menarik, penggabungan antara tari dan musik merupakan sesuatu hal yang sangat mempengaruhi. Dimana kecepatan gerakan tarian sejalan dengan tempo musik, semakin cepat musik semakin cepat juga para penari menari. Masyarakat Karo memiliki beberapa ensembel musik yaitu ensembel Gendang Telu Sedalanen dan ensembel Gendang Lima Sedalanen. Menurut Bpk. M. Ukur Ginting untuk penyajian tari Lima Serangkai digunakan ensembel Gendang Lima Sedalanen, yaitu seperangkat alat musik yang terdiri dari gendang singindungi (membranophone konis), gendang singanaki (membranophone konis lebih kecil dari gendang indung), gung (suspended idiophone), penganak (idiophone berpencu lebih kecil dari gung), sarunei (aerophone yang double reed) 5. Gendang Lima Sedalanan inilah yang menjadi musik pengiring para penari dalam menyajikan tari Lima Serangkai. Ekstensi musik iringan dalam tari Lima Serangkai merupakan hal yang penting dimana musik menjadi pembentuk suasana dan juga untuk memperjelas tekanan-tekanan gerak. Bunyi sarunei yang berfungsi membawa melodi menjadi tanda dalam pergantian pola gerak tari, dan bunyi gung serta penganak menjadi penentu tempo sebuah repertoar lagu. Semakin dekat jarak antara satu gung dengan pukulan gung berikutnya maka semakin cepat pula tempo lagu itu dimainkan. Semakin cepat tempo dimainkan, maka semakin cepat tempo pergerakan tari tersebut. 5 Pengklasifikasian alat musik menggunakan metode Sachs-Hornbostel, yaitu pengelompokan alat musik berdasarkan sumber getar utamanya.

7 Hal-hal di atas menarik perhatian peneliti untuk meneliti dan melihat pertunjukan tari Lima Serangkai pada masyarakat Karo. Dimana semua komponen termasuk tari, musik, perlengkapan serta persiapan yang dilakukan serta hal-hal lain yang mendukung pertunjukan menjadi bahan penelitian yang menarik untuk dibahas. Jadi dalam hal ini penulis akan mengangkat dan mendeskripsikan suatu penampilan tari Lima Serangkai melalui gerakan tari tersebut. Penulis juga tertarik untuk meneliti makna, fungsi tari Lima Serangkai dan peranan musik terhadap tari, dengan latar belakang masalah diatas penulis mengambil judul: STUDI DESKRIPTIF TARI LIMA SERANGKAI PADA MASYARAKAT KARO 1.2 Pokok Permasalahan Melihat latar belakang yang dipaparkan, maka ada beberapa permasalahan yang menarik untuk dikaji dari topik penelitian ini sehingga penulis membuat pokok permasalahan yaitu: 1. Bagaimana penyajian tari Lima Serangkai pada masyarakat Karo 2. Bagaimana fungsi tari Lima Serangkai pada masyarakat Karo dan peranan musik terhadap tari tersebut. 3. Makna apa saja yang terkandung dalam gerak tari Lima Serangkai.

8 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan Setiap kegiatan senantiasa berorientasi pada tujuan. Tanpa ada tujuan yang jelas maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidak terarah dan tidak dapat diketahui apa yang hendak dicapai dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini sesuai dengan pendapat Muhammad Ali (1987:9) yang mengatakan: Kegiatan seseorang dalam merumuskan tujuan penelitian sangat mempengaruhi keberhasilan penelitian yang dilaksanakan, karena penelitian pada dasarnya merupakan titik anjak dari titik tuju yang akan dicapai seseorang dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Itu sebabnya tujuan penelitian harus mempunyai rumusan yang jelas, tegas dan operasional. Untuk penulisan ini dirumuskan beberapa hal yang merupakan tujuan, yaitu: 1. Untuk mendeskripsikan tari Lima Serangkai pada masyarakat Karo, baik pola gerak maupun pola lantai tarian tersebut dan mendeskripsikan makna gerak tari Lima Serangkai. 2. Mendeskripsikan keberadaan tari Lima Serangkai pada masyarakat Karo dimasa sekarang ini khususnya muda-mudi Manfaat Manfaat penelitian diharapkan dapat mengisi kebutuhan segala komponen masyarakat baik dari instansi terkait, lembaga-lembaga kesenian maupun praktisi

9 kesenian. Setelah melihat dan membaca tujuan diatas maka manfaat yang ingin dicapai dari tulisan ini adalah: 1. Menjadi media informasi dan data tertulis bagi masyarakat umum dan secara khusus bagi masyarakat Karo, mengenai jenis tari tradisi khususnya tari Lima Serangkai pada masyarakat Karo. 2. Sebagai dokumentasi dan bahan literatur dalam disiplin Etnomusikologi berkaitan tentang kesenian Karo terutama dalam seni tari Lima Serangkai pada masyarakat Karo. 3. Pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Etnomusikologi yang berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai budaya daerah khususnya Karo. 1.4 Konsep dan Teori Konsep Konsep merupakan gejala yang paling penting dalam penulisan yang akan digunakan sebagai alat menggambarkan fenomena dengan adanya penjabaran masalah dari kerangka teoritisnya. Kata studi berasal dari bahasa Inggris yaitu study yang berarti proses belajar atau pembelajaran. Sedangkan deskripsi adalah menceritakan atau menggambarkan apa adanya (Depdikbud 2005:201). Berbicara tentang tari, tari adalah segala gerak yang berirama atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun keduaduanya (Tengku Luckman Sinar, 1996:5). Dalam tulisan ini yang penulis maksud

10 dengan tari Lima Serangkai adalah tari tradisional Karo yang bersifat hiburan, yang pada masa lampau ditampilkan dalam acara Gendang Guro-guro Aron dan sekarang ini lebih sering difestivalkan. Secara goreografi tari Lima Serangkai merupakan satu tarian yang diiringi lima gendang yaitu gendang morah-morah, gendang perakut, gendang patam-patam sereng, gendang sipajok dan gendang kabangkiung, yang menghasilkan komposisi pola gerak tari dan gerak tersebut memiliki nilai-nilai estetis dalam penyajiannya. Tarian ini dilakukan oleh penari yang berpasangan (laki-laki dan perempuan). Tari Lima Serangkai bukan hanya sekedar tarian yang menghibur tetapi juga memiliki makna pada gerak tarinya. Tari tersebut menceritakan tentang muda-mudi yang berkenalan (ertutur), kemudian menjalin hubungan hingga akhirnya menuju perkawinan. Dalam menampilkan tari Lima Serangkai digunakan alat musik tradisional sebagai musik pengiringnya, yang terdiri dari gendang singindungi, gendang singanaki, gung, penganak, sarunei, yang kesemuanya ini sering disebut Gendang Lima Sedalanen. Masyarakat Karo terdiri dari 2 bagian besar, yaitu masyarakat Karo Gugung dan masyarakat Karo Jahe. Masyarakat yang penulis maksud dalam tulisan ini adalah masyarakat Karo Gugung. Masyarakat Karo Gugung adalah orang Karo yang mendiami dataran tinggi (pegunungan) tanah Karo (taneh Karo), sedangkan masyarakat Karo Jahe ialah sebagian masyarakat Karo yang tinggal di dataran rendah wilayah Langkat dan Deli Serdang. Hal yang diakui secara umum, baik orang Karo Gugung maupun orang Karo Jahe adalah kenyataan bahwa Karo Gugung di anggap sebagai pusat kebudayaan Karo 6. 6 Laporan penelitian Keterikatan Endek Terhadap Gong Pada Tari Guro-guro Aron Karo, oleh Drs. Bebas Sembiring, dkk. (1994:1).

11 Kelompok masyarakat secara umum memiliki kebiasaan, adat istiadat, tingkah laku, budaya, serta tradisinya sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1986:160) bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat tertentu yang bersifat kontiniu dan terikat oleh rasa identitas bersama. Tari Lima Serangkai merupakan komposisi tari pada masyarakat Karo yang dijadikan menjadi satu tarian yang menggambarkan rasa ekspresif dari pada masyarakat Karo untuk mengatakan keindahan Teori Landasan teori yang dimaksud adalah sebagai pedoman berpikir dalam melaksanakan penelitian atau sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian yang merumuskan suatu uraian teoritis dari suatu masalah yang akan dipecahkan. Untuk pembahasan tari Lima Serangkai, penulis mempergunakan teori-teori yang relevan serta mendukung tulisan sebagai acuan untuk menjawab permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Menurut Murgiyanto (1996:156) kata seni pertunjukan secara umum memiliki arti tontonan yang bernilai seni, seperti drama, tari, musik yang disajikan secara khusus di depan penonton. Dalam mendeskripsikan tari Lima Serangkai penulis juga menggunakan teori Milton Siger (MSPI, 1996: ) 7 yang menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki: (1) Waktu pertunjukan yang 7 Skripsi Sarjana Analisis Pertunjukan Tari Piring Pada Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan, oleh Flora Hutagalung (2009:11).

12 terbatas, (2) Awal dan akhir, (3) Acara kegiatan yang terorganisir, (4) Sekelompok pemain, (5) Sekelompok penonton, (6) Tempat pertunjukan dan, (7) Kesempatan untuk mempertunjukkannya. Bentuk adalah wujud dan susunan yang ditampilkan dan pengertian penyajian yang kata dasarnya saji yaitu mempersembahkan, sedangkan penyajian mengandung arti yaitu proses, cara dan perbuatan menyajikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:135,979). Dari pengertian diatas yang dimaksud dengan bentuk penyajian dalam penelitian ini adalah susunan cara menyajikan tari Lima Serangkai pada masyarakat Karo. Bentuk penyajian tersebut dapat mengarah kepada elemen-elemen tari yaitu: 1. Tema 2. Gerak 3. Iringan Musik 4. Tata Rias 5. Tata Busana 6. Tempat (Pentas) Fungsi adalah kegunaan atau tujuan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W. J. S. Poerwadarminta 1972:22), fungsi adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Menurut Soedarsono (1972:22), tari dapat berfungsi sebagai: a. Sarana upacara keagamaan yang masih kuat dengan unsur kepercayaan kuno.

13 b. Sarana untuk mengungkapkan perasaan emosional (kegembiraan) dan pergaulan. c. Sarana pertunjukan untuk memberikan hiburan atau kepuasan batin manusia. Sejalan dengan pendapat Soedarsono bahwa tari Lima Serangkai termasuk dalam fungsi mengungkapkan kegembiraan, pergaulan, dan hiburan. Bagi masyarakat Karo gerakan tari (landek) selalu berhubungan dengan perlambangan tertentu, yang menggambarkan sifat manusia hubungan dengan individu maupun hubungan dengan kehidupan sosialnya. Gerak tari juga memiliki unsur-unsur pembentuk yang membuat tari Lima Serangkai menjadi indah dan memiliki nilai-nilai estetis. Unsur pembentuk tari Lima Serangkai adalah: 1. Gerak endek (gerak naik turun) 2. Gerak jole (gerak goyang badan) 3. Gerak lampir tan (gerak kelentikan jari) Untuk menggambarkan makna yang terkandung pada pertunjukan tari Lima Serangkai, penulis menggunakan pendekatan yang dikatakan Soedarsono (1972:81-98) yang mengatakan bahwa tari adalah seni yang memiliki substansi dasar yaitu gerak yang telah diberi bentuk ekspresif dimana gerakan itu memiliki hal-hal yang indah dan menggetarkan persaan manusia, yang didalamnya mengandung maksud-maksud tertentu dan juga mengandung maksud-maksud simbolis yang sukar untuk dimengerti. Dalam meneliti gerak tari tersebut terdapat teori Notasi Laban yang membahas secara detail bentuk dan polanya, akan tetapi mengingat penulis tidak

14 memfokuskan secara detail pada gerak tari dan penulis tidak bergerak dibidang tari, maka dalam tulisan ini penulis akan menggunakan lambang-lambang umum dan sederhana yang dapat mewakilkan pola gerak tari Lima Serangkai. Untuk membahas aspek musik, penulis menggunakan teori Bruno Nettl (1964:131) mengatakan bahwa untuk mendapatkan seluruh benda musikal harus dilakukan analisis: perbendaharaan nada, modus, ritem, nada dasar, bentuk, dan tempo. Sesuai dengan landasan teori yang diuraikan di atas, penelitian dan pengkajian Studi Deskriptif Tari Lima Serangkai Pada Masyarakat Karo merupakan ulasan menyeluruh dari berbagai aspek disiplin ilmu seni. Tari Lima Serangkai memiliki makna sebagai ungkapan tertentu yang mewakili zamannya. Tari Lima Serangkai merupakan suatu pola budaya yang tumbuh dan dapat dikaji dari dua kategori yakni sebagai produk dan proses. Sebagai produk budaya, dapat dikaji dari bentuk penyajian dan nilai estetisnya. Sedangkan sebagai proses budaya yakni, tari Lima Serangkai bisa dipahami bahwa keberadaannya merupakan proses perilaku manusia beserta lingkup budaya yang mengiringinya. 1.5 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian penulis mengacu pada pendapat Nettl (1964:62) yang mengatakan ada 2 hal yang esensial untuk melakukan aktivitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi, yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Koentjaraningrat (1991:6) menyebutkan bahwa

15 metode adalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu sebuah metodologi penelitian yang mencakup pandanganpandangan falsafi mengenai disiplin inquiry dan mengenai realitas obyek studi dalam ilmu-ilmu sosial dan tingkah laku (Sanapiah, 1990:1) Untuk mendapat data yang akurat, penulis mengadakan: 1). Penelitian lapangan, dengan cara melihat langsung Festival Tari Lima Serangkai yang dilaksanakan di Open Stage Berastagi, dan Festival tari Lima Serangkai yang dilaksanakan di Hotel Sibayak Berastagi. 2). Studi kepustakaan dan 3). Kerja Laboratorium Penelitian Lapangan Dalam penelitian lapangan, penulis mengadakan observasi dan wawancara, dimana wawancara yang penulis lakukan yaitu wawancara terbuka dan tidak berstruktur (Maleong, 2002: ). Dengan demikian penulis dapat mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pengamatan penulis lakukan secara langsung, namun segala kekurangan atau hal-hal yang meragukan saat penelitian segera penulis tanyakan terhadap informan.

16 Menurut Narbuko dan Achmadi observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik... (2001:70) Untuk mendapat data-data yang diperlukan penulis melakukan observasi secara langsung. Observasi secara langsung dimaksudkan untuk mencari gambaran yang nyata terhadap keberadaan tari Lima Serangkai di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Tanah Karo, usaha ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana latar belakang dan keberadaan tari Lima Serangkai. Adanya observasiobservasi ini semakin dapat diyakinkan adanya data-data yang diperlukan sebagai bahan yang dapat dikenali adanya indikasi tertentu. Untuk mendukung hasil penelitian dari observasi yang dilakukan, penulis mengadakan wawancara langsung dengan narasumber. Wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya secara langsung kepada subjek peneliti. Sebagai modal awal penulis berpedoman pada pendapat Koentjaraningrat (1981:136) yang menyatakan: Kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi 3 kelompok yaitu: persiapan wawancara, tehnik bertanya dan pencatatan data hasil wawancara. Koentjaraningrat (1981:139) juga mengemukakan bahwa wawancara itu sendiri terdiri dari beberapa bagian yaitu: Wawancara terfokus, bebas dan sambil lalu. Dalam wawancara berfokus diskusi berpusat pada pokok permasalahan. Dalam wawancara bebas diskusi

17 berlangsung dari satu masalah ke masalah lain tetapi tetap menyangkut pada pokok permasalahan. Wawancara sambil lalu adalah diskusi-diskusi yang dilakukan untuk menambah/melengkapi data yang sudah terkumpul. Sesuai dengan pendapat dari Koentjaraningrat mengenai kegiatan wawancara maka sebelum wawancara penulis telah mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan wawancara demi kelancarannya seperti alat tulis, daftar pertanyaan dan tape recorder/handycam. Materi pertanyaan yang penulis arahkan adalah yang berkaitan dengan pertunjukan tari Lima Serangkai. Pertanyaan itu penulis kembangkan untuk menjaring data dan keterangan yang lebih banyak sebagaimana kebutuhan penelitian ini. Wawancara menjadi salah satu proses pengumpulan data yang cukup jelas, sebab melalui wawancara dapat ditanyakan secara langsung kondisi yang sebenarnya tentang tari Lima Serangkai. Penulis juga mengumpulkan data dari beberapa penari, pemusik dan pelatih tari. Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu menetapkan informan yang dapat memberikan informasi yang mendukung tulisan. Terdapat dua jenis informan, yaitu informan pangkal dan informan pokok (Koentjaraningrat, 1997: ). Sebagai awal penulis melakukan penelitian ini adalah mencari informasi melalui wawancara dengan informan pangkal, yaitu Bapak Kumalo Tarigan selaku dosen Etnomusikologi. Melalui beliau, penulis mendapatkan informan yang dapat dijadikan sebagai informan kunci, yaitu Bapak Malem Ukur Ginting. Penulis juga melakukan wawancara dengan Bapak Seter Ginting (panarune), Bapak Lukas Tarigan seorang guru kesenian di sebuah

18 sekolah negeri di Kabanjahe dan merupakan pelatih tari Lima Serangkai. Penulis tidak terfokus pada satu informan saja tetapi juga mencari informan lain yang terlibat dalam pertunjukan tersebut (para penari, pelatih dan pemusik). Hasil wawancara dengan informan, penulis mengabadikan dalam pita kaset MAXXEL 60 IEC TYPE I yang berdurasi 60 menit dan juga menggunakan tape Recorder Sony TCM-150. Selain itu penulis juga mengabadikan hasil wawancara dalam pita kaset Mini DV MAXXEL dan Mini DV SONY yang berdurasi 60 menit dengan menggunakan Handycam JVC GR-D820E Studi Kepustakaan Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, penulis juga mencari keterangan dan data-data dari berbagai sumber termasuk buku-buku, majalah, koran dan sebagainya. Melalui segala keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki, data-data dan keterangan sengaja penulis cari sebanyak-banyaknya. Hal ini penulis maksudkan untuk menjaring data dan keterangan yang dapat dipakai untuk melengkapi materi penulisan ini. Mengingat buku-buku dan majalah yang berkenaan dengan tari Lima Serangkai tidak penulis temukan, maka akhirnya proses dan analisis data hanya mengandalkan sumber-sumber yang ada. Studi kepustakaan hanya digunakan untuk mendukung proses dan analisa dari data-data yang telah ada. Diantaranya, yaitu buku Pilar Budaya Karo oleh Sempa Sitepu,dkk yang membahas tentang adat istiadat Karo, skripsi mahasiswa Etnomusikologi seperti Arapenta Barus

19 tentang pemusik tradisional Karo, skripsi Flora Hutagalung yang membahas tentang tari Piring masyarakat Minangkabau, Indra Juli H. Hutapea tentang tari Manulangat masyarakat Papak Suak Pegagan, jurnal penelitian, dan lain-lain. Berkaitan dengan materi penelitian ini penulis lebih mengarah kepada studi kepustakaan mengenai seni pertunjukan dalam seni tari beserta elemen-elemen pokoknya Kerja Laboratorium Semua data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan dan studi kepustakaan akan dianalisis untuk selanjutnya diadakan penyeleksian agar selesai dengan pembahasan sehingga menghasilkan suatu tulisan yang baik dalam melakukan penelitian. Ketika penulis terbentur pada masalah kekurang jelasan data-data, maka untuk mengatasi hal tersebut penulis mengulang-ulang hasil rekaman yang telah dilakukan, kemudian dicatat dan diklasifikasikan. Data-data yang penulis dapatkan kemudian disusun dan diatur kembali untuk mendapatkan hasil yang diperlukan. Pengumpulan data dilakukan secara bertahap dengan melakukan beberapa kali pengamatan dan wawancara. Untuk mentranskrip musik, penulis melakukan perekaman dan kemudian hasil rekaman didengarkan secara berulang-ulang, sehingga menghasilkan data yang akurat. Hasil rekaman diolah kembali dalam program Sibelius, untuk menuliskan bunyi musik kedalam bentuk not balok secara rapi.

20 Hasil-hasil dari pengolahan dan analisis tersebut disusun secara sistematis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, sehingga hasilnya dapat dilihat dalam satu bentuk laporan ilmiah atau skripsi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan memiliki norma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk mengekspresikan apa yang kita rasakan, dari dalam diri kita.kesenian dalam Suku Karo sangat beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat umum dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Negara yang banyak memiliki beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak etnis yang ada di Kepulauan Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, yang di dalam kebudayaan tersebut terdapat adat istidat, seni tradisional dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya hampir disemua bidang termasuk bidang kesenian terkhusus seni musiknya, dimana terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. M usik tak sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Utara Indonesia, yang memiliki berbagai ragam kebudayaan yang unik. Setiap etnis di sumatera Utara

Lebih terperinci

EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK. Tugas Akhir S1 Seni Musik. Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM

EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK. Tugas Akhir S1 Seni Musik. Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK Tugas Akhir S1 Seni Musik Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM. 1011587013 Program Studi Seni Musik Jurusan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Timbangan Perangin-angin : Medan Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) 2. Nama : Mail bangun : kabanjahe Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah BAB III METODE PENELITIAN Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah metode yang tepat guna mendapatkan berbagai data otentik dan akurat. Dikatakan demikian agar seluruh data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan suku lain. Ciri khas inilah yang akan membentuk identitas suatu suku bangsa. Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku yang kaya akan seni budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan, dengan ciri khas daerahnya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. yang berada di provinsi Sumatera Utara. Gendang singindungi (double sided

BAB IV PENUTUP. yang berada di provinsi Sumatera Utara. Gendang singindungi (double sided 52 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya maka ada beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis yaitu. Gendang singindungi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk yang memiliki akal pikiran untuk melakukan inovasiinovasi dalam mencapai tujuan tertentu sesuai yang diinginkannya. Di dalam proses pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Karo merupakan suku bangsa tersendiri dalam tubuh bangsa Indonesia. Suku Karo mempunyai bahasa tersendiri yaitu bahasa Karo. Suku Karo yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah, misalnya; kesenian, sopan santun, ilmu pengetahuan. Hampir setiap daerah yang ada di berbagai pelosok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara. Secara geografis, wilayah Karo terletak di antara 02 o o 19 LU dan 97 o 55

BAB I PENDAHULUAN. Utara. Secara geografis, wilayah Karo terletak di antara 02 o o 19 LU dan 97 o 55 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karo merupakan salah satu suku bangsa yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis, wilayah Karo terletak di antara 02 o 50 03 o 19 LU dan 97 o

Lebih terperinci

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN SKIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : TUMPAK JOSEPIN SINAGA NIM :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keauntetikan sebuah karya ilmiah. Kajian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari berbagai etnis, dan tersebar di berbagai wilayah kepulauan. Sumatera Utara sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai macam kekayaan tradisional yang memiliki jenis dan ciri khas dari tiap daerahnya masing-masing. Baik itu adat istiadat, pakaian

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Batak. Gondang Sabangunan (Gondang Bolon) untuk mengiringi upacara adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia, yang terletak di ujung pulau Sumatera. Aceh dikenal dengan keunikan dan kekayaan yang dimilikinya, baik kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, hal ini didasarkan atas faktor sejarah terbentuknya Kota Medan yang memiliki cikal bakal dari wilayah

Lebih terperinci

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GENDANG PATAM-PATAM DALAM MUSIK TRADISIONAL KARO

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GENDANG PATAM-PATAM DALAM MUSIK TRADISIONAL KARO KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GENDANG PATAM-PATAM DALAM MUSIK TRADISIONAL KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NOVALINDA TRINGANI GINTING NIM : 060707015 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PEMBUATAN INSTRUMEN TIUP BALOBAT

PEMBUATAN INSTRUMEN TIUP BALOBAT 10 PEMBUATAN INSTRUMEN TIUP BALOBAT Abraham Roma Virganta Abstrak Musik tradisional Karo sebagai salah satu bentuk kebudayaan adalah merupakan peninggalan dari leluhurnya, sebuah komitmen bagi suku karo

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 6/2 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur

BAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara adalah suatu kawasan yang banyak menyimpan bentukbentuk kesenian tradisional Melayu. Hal ini berkaitan dengan sejarah masa lampau dimana kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian oleh peneliti yaitu Sanggar Leuweung Seni yang beralamatkan di Kelurahan Ciseureuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang

BAB I PENDAHULUAN. Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang perludilestarikanadalahrengget. Menurut Kumalo Tarigan (dalam Kaban 2007:18), Rengget dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni.

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni. 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah merupakan suatu negara yang terdiri dari beriburibu pulau dengan berbagai ragam suku bangsa dan adat istiadat, seni dan budayanya tentu berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi,

BAB I PENDAHULUAN. T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu mata kuliah praktek yang saya ikuti selama empat semester (sejak T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara, yang didiami oleh beberapa suku seperti suku Batak Toba, Karo, Mandailing. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan merupakan hasil cipta manusia dan juga merupakan suatu kekayaan yang sampai saat ini masih kita miliki dan patut kita pelihara. Tiap masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 69 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sanggar Seni Mejuah-Juah Medan terbentuk berawal

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini memuat metode dan pendekatan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber Silabus SBK SD 15 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. 9.1. Mengidentifikasi jenis pada karya seni Jenis motif hias motif hias rupa nusantara pada karya daerah lain. seni rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara merupakan kebanggaan yang luar biasa bagi negaranya sendiri. Begitu juga dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Ekspresi ini akan mengikuti perkembangan kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Ekspresi ini akan mengikuti perkembangan kemajuan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam bentuk bunyi berirama sebagai wujud pikiran dan perasaannya. Setiap daya cipta manusia dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Indonesia terdiri dari berbagai bmacam budaya yang merupakan sarana untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pesisir timurnya. Batang Kuis merupakan daerah pertanian dan juga

BAB I PENDAHULUAN. berada di pesisir timurnya. Batang Kuis merupakan daerah pertanian dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batang Kuis adalah sebuah kawasan kota di Kabupaten Deli Serdang, yang berada di pesisir timurnya. Batang Kuis merupakan daerah pertanian dan juga terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan, dengan keanekaragaman budaya disetiap daerah dan wilayah yang dimiliki bangsa Indonesia. Adalah suatu kebanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiono (2011:15) : Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO

KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO 86 " Kerja Tahunan, Pesta Tradisi Masyarakat Karo. Junita Setiana Ginting. KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO Junita Setiana Ginting Staf Pengajar FIB Universitas Sumatera Utara Abstrak: Karya

Lebih terperinci

PERANAN ALAT MUSIK KEYBOARD PADA MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO

PERANAN ALAT MUSIK KEYBOARD PADA MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO PERANAN ALAT MUSIK KEYBOARD PADA MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO Lamhot Basani Sihombing Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Peranan dan fungsi pada alat-alat musik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan zaman, kebudayaan dan masyarakat akan selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tari adalah ekspresi jiwa manusia, dalam mengekspresikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Tari adalah ekspresi jiwa manusia, dalam mengekspresikan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari adalah ekspresi jiwa manusia, dalam mengekspresikan diri dibutuhkan tempat atau wadah untuk seseorang yang ingin belajar menari, mengeksplorasi (menjelajahi)

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani

DAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun 2. Nama : Rustina Br Sembiring (Nd.Mena) Umur : 52 tahun 3. Nama : Sanggup Br Ginting (Nd.Atin) Umur : 65 tahun 4. Nama : Ngasali

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. lahir ide, gagasan, benda, maupun produk budaya lainnya. Produk-produk budaya

BAB I. Pendahuluan. lahir ide, gagasan, benda, maupun produk budaya lainnya. Produk-produk budaya BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang memiliki akal, pikiran, dan rasa. Di dalam kehidupan yang dijalani manusia banyak terdapat cara hidup yang kompleks. Cara hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku Melayu di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri dari: Melayu

BAB I PENDAHULUAN. suku Melayu di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri dari: Melayu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dari penjajahan bangsa Belanda dan Jepang. Pulau Sumatera sejak tahun 1945 sampai tahun 1957 terbagi ke dalam

Lebih terperinci

DALAN GENDANG: ANALISIS POLA RITEM DALAM ANSAMBEL GENDANG LIMA SENDALANEN OLEH TIGA MUSISI KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

DALAN GENDANG: ANALISIS POLA RITEM DALAM ANSAMBEL GENDANG LIMA SENDALANEN OLEH TIGA MUSISI KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN DALAN GENDANG: ANALISIS POLA RITEM DALAM ANSAMBEL GENDANG LIMA SENDALANEN OLEH TIGA MUSISI KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H VANESIA AMELIA SEBAYANG NIM : 060707019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang memiliki beberapa kabupaten dengan berbagai macam suku. Salah satu suku yang terdapat di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan induk dari beberapa bentuk cabang seni yang ada di Indonesia, diantaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Bangka Belitung. Dari data Badan Pusat Statistik, secara geografis terletak antara 107 45 BT sampai 108 18 BT dan 02 30 LS sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Pakpak kaya akan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Pakpak kaya akan budaya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Pakpak adalah salah satu dari beberapa etnis yang terdapat di daerah provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Pakpak kaya akan budaya dan kesenian.dalam bukunya

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah produk atau hasil yang dilakukan atau diciptakan oleh sekelompok masyarakat dalam berbagai aktifitas kegiatan yang mempunyai tujuan sesuai

Lebih terperinci