ANALISIS PEMINTAAN GURU SMK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMINTAAN GURU SMK"

Transkripsi

1 Purnomo, Analisis Permintaan Guru SMK ANALISIS PEMINTAAN GURU SMK Oleh: Purnomo Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang Abstrak: Sekolah Menengah Kejuruan adalah bentuk pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. Kualitas tenaga pendidik adalah salah satu yang menjadi faktor penentu tinggi rendahnya mutu pendidikan. Jika kekurangan guru baik dari segi kuantitas maupun kualitas tidak segera diatasi, maka mutu pendidikan di masa depan semakin tidak menentu. Tujuan studi analisis permintaan guru SMK ini untuk mendapatkan keseragaman dan kesamaaan persepsi dalam menghitung permintaan guru, terutama dalam pengadaan dan rekruitmen guru baru. Selain itu untuk mendapatkan kesesuaian kualifikasi dan spesialisasi guru yang diminta dengan latar belakang pendidikan dan kualifikasi guru yang direkrut. Komponen-komponen untuk menghitung permintaan guru SMK meliputi: struktur kurikulum, jumlah jam diklat selama 3 tahun atau dapat dijabarkan tiap tahun, waktu belajar efektif per minggu, jam wajib mengajar guru, jumlah kelas atau rombel, dan jumlah kelompok belajar (untuk program normatif dan adaptif 1, sedangkan untuk program produktif. Apabila analisis permintaan guru SMK ini dapat dilaksanakan dengan baik pada tingkat paling bawah yaitu satuan pendidikan dalam hal ini SMK, maka kekurangan guru secara nasional baik dari segi kuantitas maupun kualitas dapat segera diatasi. Abstract: School Vocational is organized in order to continue and expand basic education and prepare students to enter employment and develop a professional attitude. The quality of educators is one of the determinants of high to low quality of education. If the teacher shortage both in terms of quantity and quality are not immediately addressed, the quality of education in the future increasingly uncertain. The purpose of the study this Vocational School teachers demand analysis to get uniformity and kesamaaan perceptions in calculating demand for teachers, especially in procurement and recruitment of new teachers. In addition to getting the suitability of teacher qualifications and specializations required by educational background and qualifications of teachers recruited. The components for calculating demand for vocational school teachers include: the structure of the curriculum, number of hours of training for 3 years or can be spelled out per year, effective learning time per week, mandatory teaching hours of teachers, the number of classes or rombel, and number of study groups (normative and adaptive program for 1, while for a productive program. If the teacher requests analysis of Vocational School can be implemented properly on the bottom level of the educational unit in this Vocational School, the shortage of teachers nationally both in terms of quantity as well as quality can be immediately resolved. Kata Kunci: permintaan, guru, smk Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu

2 88 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 2, NO 3, DESEMBER 2013 sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut. Untuk menjamin pencapaian lulusan yang mampu dan berdaya saing, satuan pendidikan dituntut memenuhi standar minimum yang mengacu pada standar nasional pendidikan sebagaimana yang tertera pada PP No. 19 Tahun Untuk itu, pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi peserta didik untuk menjawab tantangan yang terus berkembang. Tiga isu pokok di bidang pendidikan saat ini adalah (1) mutu pendidikan, (2) pemerataan akses, dan (3) efisiensi anggaran. Mutu pendidikan terkait dengan: kualitas input, kualitas pendidik, kurikulum, metode pembelajaran, bahan ajar, media pembelajaran, relevansi, dan manajemen program studi. Seluruh aspek mutu tersebut saling kait mengait, namun kualitas input dan kualitas tenaga pendidik tetap menjadi faktor penentu tinggi rendahnya mutu pendidikan. Sekolah Menengah Kejuruan selanjutnya disingkat SMK adalah bentuk pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. Oleh karena itu SMK salah satu dari sistem pendidikan yang lulusannya akan langsung memasuki dunia kerja, maka mutu lulusannya harus dijaga. Tenaga pendidik dalam hal ini guru sebagai sumber daya manusia yang ada di sekolah khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempunyai peranan yang menentukan dan merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan institusional, karena guru adalah pengelola kegiatan belajar mengajar. Menurut Prosser dan Allen (1925) pendidikan kejuruan akan efektif jika diajar oleh guru dan instruktur yang telah memiliki pengalaman dan berhasil di dalam menerapkan keterampilan dan pengetahuan mengenai operasi dan proses kerja yang dilakukan. Oleh karena itu agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif dan efisien harus disediakan guru yang sesuai dengan permintaan tiap-tiap SMK baik kuantitas (jumlah) maupun kualitasnya. Oleh sebab itu pemenuhan permintaan guru di SMK baik kuantitas maupun kualitas perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak yang terkait. Data dari Depdiknas Guru SMK yang memenuhi kualifikasi sebanyak guru dari guru atau 56,4%, dan yang tidak memenuhi kualifikasi 43,6%. (Suara Merdeka, 28 Juni 2005). Persentase guru yang tidak memenuhi kualifikasi tersebut sangat besar. Dengan demikian dapat dipahami jika mutu pendidikan nasional masih rendah. Ini berarti 43,6% tersebut

3 Purnomo, Analisis Permintaan Guru SMK mengajar apa adanya atau bahkan kurang selayaknya mengajar. Implikasinya sudah sangat jelas, yakni makin merosotnya mutu pendidikan nasional. Jika kekurangan guru yang berkualifikasi tersebut tidak segera diatasi, maka mutu pendidikan semakin tidak menentu di masa depan. Dalam Renstra Depdiknas pada butir utama menambah jumlah dan kualitas SMK di Indonesia. Kemudian menurut Direktur Pembinaan SMK menyebutkan pada tahun 2009 perbandingan SMK dengan SMA menjadi 50:50 yang pada tahun :62. Dari kebijakan ini maka kekurangan guru akan lebih banyak lagi, baik dari segi kuantitas (jumlah) atau kualitasnya (kompetensinya). Selain itu Direktur Pembinaan SMK dalam Kompas, 23 Juli 2008 mengatakan lonjakan daya tampung siswa SMK beberapa tahun terakhir belum mampu diikuti dengan peningkatan kuantitas guru. Di SMK yang memiliki berbagai bidang keahlian dan program keahlian dalam menghitung permintaan guru harus diperhatikan spesialisasinya dan kewenangannya. Di lapangan sering dijumpai adanya perbedaan cara menghitung permintaan guru yang dilakukan oleh sekolah/smk. Dari permasalahan di atas agar terdapat persamaan persepsi antara pihak-pihak terkait dalam perencanaan ketenagaan SMK, khususnya dalam menghitung permintaan guru SMK maka diperlukan studi analisis permintaan guru SMK. Tujuan studi analisis permintaan guru SMK ini untuk mendapatkan keseragaman dan kesamaaan persepsi dalam menghitung permintaan guru, terutama dalam pengadaan dan rekruitmen guru baru. Selain itu untuk mendapatkan kesesuaian kualifikasi dan spesialisasi guru yang diminta dengan latar belakang pendidikan dan kualifikasi guru yang direkrut. Pengertian permintaan guru SMK adalah jumlah guru yang seharusnya ada di SMK baik jumlah maupun spesialisasi agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien. Guru spesialisasi adalah guru yang mengajar satu atau lebih mata pelajaran tertentu baik teori maupun praktik sesuai dengan spesialisasinya. Kebutuhan Guru SMK adalah guru yang dibutuhkan baik dalam jumlah maupun kesesuaian dengan mata pelajaran (normatif, adaptif dan produktif) untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang bermutu. Kelas atau Rombongan Belajar (Rombel) adalah rombongan belajar klasikal, dengan rasio layanan kelas dan siswa antara (30-40 siswa). Kelompok Praktik adalah bagian dari kelas pada suatu tingkat pendidikan yang mengikuti mata pelajaran praktik (jumlah maksimal siswa). Guru Spesialisasi (Guru mata pelajaran produktif) adalah guru yang layak mengajarkan dan/atau melatih satu atau lebih mata pelajaran tertentu baik teori dan/atau praktik sesuai dengan kompetensi profesinya. Guru Bimbingan dan Konseling adalah guru dengan beban mengajar tatap muka 6 jam pelajaran per minggu dan mengampu bimbingan dan konseling sekurang-kurangnya 150 siswa.

4 90 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 2, NO 3, DESEMBER 2013 Prinsip perhitungan permintaan guru SMK adalah sebagai berikut. a. Setiap program studi atau spesialisasi sekurang-kurangnya 1 (satu) orang guru dengan beban mengajar wajib minimal 2 jam pelajaran per minggu. b. Guru yang mengajar kurang dari 24 jam pelajaran per minggu, diserahi mengajar mata pelajaran lain yang sesuai dengan spesialisasi pendidikannya atau diserahi mengajar di sekolah lain baik negeri maupun swasta terdekat atau diserahi kegiatan bimbingan dan konseling apabila yang bersangkutan pernah mengikuti penataran atau diserahi kegiatankegiatan lain yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. c. Kepala SMK wajib mengajar tatap muka 6 jam pelajaran per minggu sesuai kompetensinya. d. Jumlah wakil kepala sekolah minimal 1 orang dan maksimum 4 orang (bidang Kurikulum, Sarana dan Prasarana, Kesiswaan, dan Humas), tergantung jumlah siswa. 1) 500 siswa, seorang wakil kepala sekolah 2) siswa, 2 orang wakil kepala sekolah 3) siswa, 3 orang wakil kepala sekolah 4) 1501 siswa, 4 orang wakil kepala sekolah e. Wakil Kepala Sekolah wajib mengajar sekurang-kurangnya 12 jam pelajaran/minggu sesuai dengan kompetensinya. f. Guru Bimbingan dan Konseling sekurang-kurangnya diberi tugas beban mengajar tatap muka 6 jam pelajaran per minggu dan membimbing sekurang kurangnya 150 orang siswa. g. Khususnya guru agama, apabila di sekolah lebih dari satu mata pelajaran agama, maka perlu diadakan perhitungan sesuai dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku. Komponen dasar perhitungan kebutuhan guru sebagai berikut. a. Struktur kurikulum edisi tahun 2004, yang berisi program keahlian, mata diklat program normatif, adatif, dan produktif, serta durasi waktu dan jam. b. Jumlah Kelas/Rombel menurut tingkat atau jumlah kelas seluruh tingkat. c. Kelompok Praktik adalah bagian dan kelas/rombel pada suatu tingkat yang mengikuti pelajaran produktif. d. Jumlah jam mata diklat per minggu pada suatu mata pelajaran sama dengan durasi waktu mata diklat dibagi 3 tahun, dan dibagi 38 minggu e. Jam wajib mengajar bagi seorang guru per minggu adalah 24 jam pelajaran. f. Pembulatan dilakukan pada akhir perhitungan setiap hasil perhitungan kebutuhan guru. Formula perhitungan permintaan guru SMK mengunakan rumus sebagai berikut. a. Formula menghitung jumlah permintaan guru per mata pelajaran (kelompok normatif dan adaptif):

5 Purnomo, Analisis Permintaan Guru SMK Keterangan : KG = Jumlah guru per mata pelajaran/bidang studi (guru mata pelajaran kelompok normatif dan adaptif ) MP = Jumlah jam mata pelajaran per minggu pada suatu mata pelajaran adalah Durasi Waktu (DW) Mata Diklat dibagi 3 tahun, dan dibagi 38 minggu K = Jumlah kelas/rombel pada suatu tingkat yang mengikuti mata pelajaran yang sama untuk semua spesialisasi; W = Jumlah jam wajib per minggu (24 jmp) 1,2...n = Tingkat kelas b. Formula menghitung permintaan guru spesialisasi (guru mata pelajaran kelompok produktif): setiap rombel pada suatu tingkat yang mengikuti mata pelajaran produktif tertentu. W = Jumlah jam wajib mengajar guru spesialisasi per minggu (24 jmp) 1,2...n = Tingkat kelas METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 6 Malang pada tahun ajaran 2008/2009. Analisis data yang digunakan mengacu pada perhitungan perencanaan kebutuhan guru yang dikeluarkan oleh Direktorat Profesi Pendidik Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional Tahun Keterangan: KGs = permintaan guru per spesialisasi (guru mata pelajaran kelompok produktif) MP = Jumlah jam mata pelajaran per minggu pada suatu mata pelajaran adalah Durasi waktu DW mata diklat produktif dibagi 3 tahun, dan dibagi 38 minggu K = Jumlah kelas/rombel pada suatu tingkat yang mengikuti mata pelajaran produktif pada spesialisasi tertentu; KP = Jumlah kelompok pelajaran produktif (teori dan praktik) HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif 1. SMK Negeri 6 Malang dipimpin oleh 1 orang Kepala Sekolah, 1 orang Wakil Manajemen Mutu, dan 4 orang Wakil Kepala Sekolah. 2. SMK Negeri 6 Malang mempunyai 98 orang guru, yang terdiri dari PNS 57 orang, Guru Bantu 1 orang, dan GTT 40 orang. 3. SMK Negeri 6 Malang mempunyai 4 Bidang Keahlian yaitu a. Teknik Mesin (membuka Program Keahlian Permesinan dan Teknik Mekanik Otomotif). b. Teknologi Informasi dan Komunikasi (membuka Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan dan Teknik Rekayasa Perangkat Lunak).

6 92 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 2, NO 3, DESEMBER 2013 c. Teknik Bangunan (membuka Program Keahlian Perabot Kayu dan Teknik Gambar Bangunan). d. Ketenagalistrikan membuka Program Keahlian Pemanfaatan Tenaga Listrik. 4. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum SMK Edisi Tahun SMK Negeri 6 Malang mempunyai 65 kelas/rombel, yang terdiri dari kelas X ada 28 rombel, kelas XI ada 23 Rombel, kelas XII ada 14 rombel. 6. Jumlah siswa SMK Negeri 6 Malang ada 2392 orang, yang terdiri dari kelas X 1099 orang (Laki-laki 849 orang dan perempuan 250 orang), kelas XI 848 orang (Laki-laki 684 orang dan perempuan 164 orang), kelas XII 445 orang (Laki-laki 390 orang dan perempuan 55 orang). Hasil Analisis Permintaan Guru SMK Negeri 6 Malang Dari data analisis deskriptif di atas program keahlian yang dibuka dan komposisi kelas/rombel dapat dilihat pada Tabel 1. Perhitungan permintaan guru program diklat Normatif Di SMK Negeri 6 Malang program diklat normatif dan Adaptif diajarkan pada kelas X dan kelas XII dengan komposisi kelas X 2/3 x Durasi/Waktu (jam) dan Kelas XII 1/3 x Durasi/Waktu (jam). Pembagian ini karena sistem pembelajaran di SMK Negeri 6 Malang pada kelas XI praktik industri selama 1 tahun (untuk program keahlian TPM, TMO, dan PK) dan praktik industri 1 semester (untuk program keahlian TKJ, RPL, GB, dan PTL). Permintaan guru normatif SMK Negeri 6 Malang dapat pada Tabel 2. Perhitungan permintaan guru program diklat Adaptif Perhitungan permintaan guru adaptif SMK Negeri 6 dipaparkan pada Tabel 3. Perhitungan permintaan guru program diklat Produktif Di SMK Negeri 6 Malang program diklat Produktif diajarkan pada kelas X 1/4 x Durasi/Waktu (jam) produktif, kelas XI 1/2 x Durasi/Waktu (jam) produktif dan Kelas XII 1/4 x Durasi/Waktu (jam) produktif. Pembagian ini karena sistem pembelajaran di SMK Negeri 6 Malang pada kelas XI praktik industri selama 1 tahun (untuk program keahlian TPM, TMO, dan PK) dan praktik industri 1 semester (untuk program keahlian TKJ, RPL, GB, dan PTL). Permintaan guru normatif SMK Negeri 6 Malang dapat pada Tabel 4. Guru Bimbingan dan Konseling sekurang-kurangnya diberi tugas beban mengajar tatap muka 6 jam pelajaran per minggu dan membimbing sekurang kurangnya 150 orang siswa. Jumlah siswa SMK Negeri 6 Malang ada 2392 orang maka diperlukan guru Bimbingan Konseling 16 orang. Hasil dari perhitungan permintaan guru SMK tersebut akhirnya dapat digunakan untuk menghitung kelebihan (Surplus) dan kekurangan (Shortage) guru sesuai dengan mata diklat yang ada di SMK. Selisih permintaan guru dengan guru yang ada di SMK Negeri 6 Malang dipaparkan pada Tabel 5.

7 Purnomo, Analisis Permintaan Guru SMK Tabel 1. Program keahlian yang dibuka dan komposisi kelas/rombel SMK Negeri 6 Malang Keterangan: TPM = Teknik Permesinan TMO = Teknik Mekanik Otomotif TKJ = Teknik Komputer dan Jaringan RPL = Teknik Rekayasa Perangkat Lunak PK = Perabot Kayu GB = Gambar Bangunan PTL = Pemanfaatan Tenaga Listrik Tabel 2 Perhitungan Permintaan Guru SMK pada Program Normatif Keterangan: DW = adalah durasi/waktu (jam) mata diklat, 1 jam = 45 menit Rombel = Rombongan belajar ME = Minggu efektif, (kelas X = 38 jam dan kelas XII = 14 jam) Jam Wajib = Jam wajib mengajar guru dalam 1 minggu Pokjar = Kelompok Belajar (teori 1, praktik 2) DW x Rombel Hasil = ME Hasil Hasil Bagi = x Pokjar Jam Wajib Tabel 3 Perhitungan Permintaan Guru SMK pada Program Adaptif Keterangan: DW = adalah durasi/waktu (jam) mata diklat, 1 jam = 45 menit Rombel = Rombongan belajar ME = Minggu efektif, (kelas X = 38 jam dan kelas XII = 14 jam) Jam Wajib = Jam wajib mengajar guru dalam 1 minggu Pokjar = Kelompok Belajar (teori 1, praktik 2)

8 94 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 2, NO 3, DESEMBER 2013 DW x Rombel Hasil = ME Hasil Hasil Bagi = x Pokjar Jam Wajib Tabel 4 Perhitungan Permintaan Guru SMK pada Program Produktif Keterangan: DW = adalah durasi/waktu (jam) mata diklat, 1 jam = 45 menit Rombel = Rombongan belajar ME = Minggu efektif, (kelas X = 38 jam dan kelas XII = 14 jam) Jam Wajib = Jam wajib mengajar guru dalam 1 minggu Pokjar = Kelompok Belajar (teori 1, praktik 2) DW x Rombel Hasil Hasil = Hasil Bagi = x Pokjar ME Jam Wajib Tabel 4. Selisih Permintaan dengan Guru yang Ada di SMK Negeri 6 Malang

9 Purnomo, Analisis Permintaan Guru SMK Pada Tabel 5 ditemukan bahwa SMK Negeri 6 Malang secara keseluruhan kekurangan guru pada mata diklat normatif, adaptif, produktif (kecuali bidang keahlian bangunan dan ketenagalistrikan mengalami surplus/ kelebihan), dan guru Bimbingan Konseling. Dari Tabel 4 menurut perhitungan permintaan guru seharusnya 181 orang, namun yang ada.hanya 98 orang, jadi SMK Negeri 6 kekurangan guru 83 orang. Secara rinci untuk mata diklat normatif kekurangan guru agama 2 orang, pendidikan kewarganegaraan dan sejarah 5 orang, bahasa Indonesia 2 orang dan pendidikan jasmani dan olah raga 7 orang. Sementara untuk mengatasi kekurangan guru mata diklat normatif ini Kepala SMK Negeri 6 menambah jam minggu efektif dari 38 jam per minggu menjadi jam/minggu. Untuk mata diklat adaptif kekurangan guru matematika 16 orang, bahasa Inggris 9 orang, KKPI 6 orang, kewirausahaan 5 orang, dan fisika 4 orang. Sementara untuk mengatasi kekurangan guru matematika dan fisika Kepala Sekolah menerapkan alih spesialisasi, yaitu guru produktif teknik bangunan dan ketenagalistrikan mengajar matematika dan fisika, selain juga menambah jam minggu efektif dari 38 jam/minggu menjadi jam/minggu. Untuk mata diklat bahasa Inggris dan kewirausahan belum ada jalan pemecahannya. Untuk mata diklat KKPI pihak SMK Negeri 6 memang tidak menyediakan guru, tetapi proses belajar mengajarnya dilaksanakan melalui kerjasama dengan lembaga pelatihan komputer. Informasi dari Kepala Sekolah hal ini dilakukan karena lebih efisien dan murid langsung dapat sertifikat. Untuk mata diklat produktif kekurangan bidang teknik mesin (program keahlian teknik permesinan dan teknik mekanik otomotif) 4 orang, teknik informasi dan komunikasi (program keahlian teknik komputer dan jaringan dan teknik rekayasa perangkat lunak) 20 orang. Sedang untuk bidang teknik bangunan (perabot kayu dan gambar bangunan) kelebihan 6 orang dan ketenagalistrikan kelebihan 2 orang. Untuk guru bimbingan konseling kalau dibuat rasio guru dan siswa 1:50 kekurangan 11 guru bimbingan konseling. Untuk mengatasi kekurangan guru mata diklat produktif dengan cara mengalihkan spesialisasi guru lebih untuk mengisi kekurangan guru pada mata diklat produktif yang mengalami kekurangan. Selain itu kegiatan belajar mengajar pada mata diklat produktif menggunakan sistem blok untuk kelas X dan XII. Sedangkan untuk kelas XI kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di lapangan/industri selama 1 tahun untuk program keahlian teknik permesinan, teknik mekanik otomotif, dan perabot kayu. Kelas XI program keahlian teknik komputer dan jaringan, teknik rekayasa perangan lunak, gambar bangunan, dan pemanfaatan tenaga listrik kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di lapangan/industri selama 1 semester. Kelebihan dan kekurangan guru tersebut merupakan masalah bagi SMK, karena dapat menimbulkan tidak efektif dan efisiennya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengatasi masalah tersebut kepala sekolah

10 96 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 2, NO 3, DESEMBER 2013 menginformasikan kepada guru untuk didiskusikan dan dicari solusi terbaik dengan hasil optimal tanpa mengganggu pada kegiatan operasional sekolah. Sekolah yang kelebihan guru ditawarkan untuk alih spesialisasi atau mutasi ke sekolah lain yang mengalami kekurangan. Sedangkan sekolah yang kekurangan guru kepala sekolah segera menginformasikan ke Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten di mana sekolah berada. Kemudian kalau permasalahan kekurangan dan kelebihan guru di tingkat kota/kabupaten tidak dapat diselesaikan, maka Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten meinformasikan/ melaporkan ke Dinas Pendidikan Provinsi dan selanjutnya membahas bersama-sama dengan pihak terkait, sehingga menghasilkan kesepakatan yang konkrit untuk melakukan alih spesialisasi atau mutasi guru SMK di provinsi masing-masing. PENUTUP Kesimpulan Dari analisis permintaan guru SMK studi kasus di SMK Negeri 6 Malang dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Untuk menghitung permintaan guru SMK harus dikelompokkan menjadi 3, yaitu kelompok guru program normatif, guru adaptif dan guru produktif. 2. Hasil permintaan guru SMK dikurangi guru yang ada di SMK merupakan kekurangan dan kelebihan guru di SMK yang bersangkutan. 3. Hasil analisis permintaan guru SMK Negeri 6 ditemukan kekurangan guru mata diklat normatif 16 orang, adaptif 20 orang, produktif bidang keahlian teknik mesin 4 orang, bidang teknik informasi dan komunikasi 20 orang. Sedang untuk bidang teknik bangunan kelebihan 5 orang dan ketenagalistrikan kelebihan 2 orang. Untuk guru bimbingan konseling kekurangan 11 orang. 4. Apabila analisis permintaan guru SMK ini dapat dilaksanakan dengan baik pada tingkat paling bawah yaitu satuan pendidikan dalam hal ini SMK, maka kekurangan dan kelebihan guru secara nasional baik dari segi kuantitas maupun kualitas dapat segera diatasi. 5. Dengan analisis permintaan guru SMK ini dapat juga digunakan untuk memprediksi permintaan guru 10 atau 15 tahun ke depan dengan cara memasukan variabel umur guru yang ada dan prediksi siswa masuk SMK. Saran Dari analisis permintaan guru SMK studi kasus di SMK Negeri Malang ini dapat disarankan sebagai berikut. 1. SMK jika akan membuka program keahlian menghitung permintaan guru dengan mengacu pada struktur kurikulum yang digunakan. 2. Jumlah kelas atau rombongan belajar mempengaruhi jumlah permintaan guru, oleh karena itu dalam menerima siswa juga memperhitungkan jumlah guru yang ada. 3. Kepala SMK secara periodik minimal 1 tahun harus melaporkan hasil analisis permintaan guru ke dinas pendidikan, sehingga kelebihan atau kekurangan guru dapat segera diatasi.

11 Purnomo, Analisis Permintaan Guru SMK Analisis permintaan guru SMK ini masih terbatas permintaan pada kuantitas (jumlah), maka disarankan ada studi lagi permintaan guru SMK pada kualitasnya. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas Kurikulum SMK Edisi 2004, Bagian I, II, dan III. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Depdiknas. Depdiknas Pedoman Analisis Kebutuhan Guru Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Menengah Kejuruan, Dirjen Dikdasmen. Depdiknas Perhitungan Perencanaan Kebutuhan. Guru Jakarta: Depdiknas Depdiknas Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun Jakarta: Depdiknas Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kebijakan Pembinaan SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Kompas, 23 Juli Indonesia Kekurangan guru SMK Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah, Nomor 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006, tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Sinar Grafika. Prosser, C.A.& Allen, C.R Vocational Education in a Democracy. New York: Century SMK Negeri Buku Panduan Siswa Tahun Malang: SMK Negeri 6 Suara Merdeka, 28 Juni Tantangan Guru Profesional.

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya Manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI KEBUTUHAN GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI PROPINSI BANGKA BELITUNG

STUDI EVALUASI KEBUTUHAN GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI PROPINSI BANGKA BELITUNG Proceedings of The 4 th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 STUDI EVALUASI KEBUTUHAN GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI PROPINSI

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KURIKULUM SMK

BAB III ANALISIS KURIKULUM SMK 55 BAB III ANALISIS KURIKULUM SMK Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta diklat mampu: 1. menyebutkan tujuan kurikulum SMK program keahlian teknik audio video atau teknik transmisi; 2. menyebutkan/menjelaskan

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK) STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK) KOMPONEN DURASI WAKTU (Jam) A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 192 2. Pendidikan Kewarganegaraan 192 3. Bahasa Indonesia 192 4. Bahasa Inggris 440 5. Matematika

Lebih terperinci

Dr.Burhanuddin Tola, M.A. NIP i

Dr.Burhanuddin Tola, M.A. NIP i KATA PENGANTAR Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

ISBN LAPORAN EKSEKUTIF

ISBN LAPORAN EKSEKUTIF ISBN 978 603 8613 08 8 LAPORAN EKSEKUTIF PENGKAJIAN PENINGKATAN MUTU, RELEVANSI, DAN DAYA SAING PENDIDIKAN SECARA KOMPREHENSIF: PENDIDIKAN KEJURUAN DALAM PENYIAPAN TENAGA KERJA PUSAT PENELITIAN, KEBIJAKAN

Lebih terperinci

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Pengertian kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2O16 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2O16 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2O16 TENTANG PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad 21, perekonomian ditandai dengan globalisasi ekonomi dimana negaranegara didunia menjadi satu kekuatan pasar. Indonesia sebagai negara yang menempati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN GURU KELAS BERSTATUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN TAHUN

ANALISIS KEBUTUHAN GURU KELAS BERSTATUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN TAHUN ANALISIS KEBUTUHAN GURU KELAS BERSTATUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN TAHUN 2017-2021 Yeni Linda Fitria Maisyaroh Desi Eri Kusumaningrum E-mail: yenilindaf@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 Ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan

Lebih terperinci

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN M. Syaom Barliana Universitas Pendidikan Indonesia L A T A R B E L A K A N G Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI MURUNG RAYA PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI MURUNG RAYA PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI MURUNG RAYA PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1 IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PENGERTIAN KURIKULUM (Pasal 1 UU No. 0 Tahun 00) Seperangkat rencana & pengaturan SNP Tujuan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang sekolah menengah yang mengembangkan kemampuan siswanya pada bidang pekerjaan tertentu. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS. Oleh: Winarno, M.Sc

KEBIJAKAN TEKNIS. Oleh: Winarno, M.Sc KEBIJAKAN TEKNIS Oleh: Winarno, M.Sc 1 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2004-2009 menetapkan bahwa

Lebih terperinci

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 Peraturan Akademik DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA : Jl. Raya Solo Jogya Km 13, Pucangan, Kartasura, ( 0271 ) 780593

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mendapat bonus demografi berupa populasi usia produktif yang paling besar sepanjang sejarah berdirinya negara ini. Bonus demografi ini adalah masa

Lebih terperinci

HAYAT AL RAKHA

HAYAT AL RAKHA PROPOSAL PENELITIAN PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN KELULUSAN PESERTA DIDIK HAYAT AL RAKHA 5215062168 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PROGRAM ALIH FUNGSI PEDOMAN. Program Sertifikasi Keahlian dan Sertifikasi Pendidik Bagi Guru SMK/SMA

PROGRAM ALIH FUNGSI PEDOMAN. Program Sertifikasi Keahlian dan Sertifikasi Pendidik Bagi Guru SMK/SMA PEDOMAN PROGRAM ALIH FUNGSI Program Sertifikasi Keahlian dan Sertifikasi Pendidik Bagi Guru SMK/SMA Upaya Pemenuhan Guru Produktif Di SMK Tahun 2016-2017 Strategi Pemenuhan Guru SMK Produktif MASALAH Kondisi

Lebih terperinci

Lampiran: 1 PROFILE SEKOLAH. 1. Sejarah Singkat

Lampiran: 1 PROFILE SEKOLAH. 1. Sejarah Singkat Lampiran: 1 PROFILE SEKOLAH 1. Sejarah Singkat SMK Negeri 2 Pandeglang berdiri Tanggal 16 Mei tahun 1997 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, tentang Pembukaan dan Penegrian sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sebagaimana dinyatakan para ahli, bahwa keberhasilan pembangunan negara-negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah besar yang saat ini sedang dihadapi oleh pemerintah adalah pengangguran, karena masih lemahnya mutu pendidikan dan mencari lapangan pekerjaan. Kemudian, salah

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KABUPATEN SLEMAN

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KABUPATEN SLEMAN Proyeksi Kebutuhan Guru...(Pipit Nurhalimah) 65 PROYEKSI KEBUTUHAN GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KABUPATEN SLEMAN 2017-2021 THE PROJECTION OF JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS DEMANDS IN SLEMAN REGENCY

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN... 1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN... 2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...

DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN... 1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN... 2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN... 1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN... 2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN... 5 1. Kompetensi Umum... 5 2. Kompetensi Kejuruan... 6 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...10

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SMK NEGERI 1 BLITAR Nomor : 420 / 631.a / / 2017

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SMK NEGERI 1 BLITAR Nomor : 420 / 631.a / / 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 BLITAR Jl. Kenari No. 30 Telp./Fax. (0342) 801947 e-mail : info@smkn1blitar.sch.id BLITAR 66134 SURAT KEPUTUSAN KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara yang baik. Untuk itu, sekolah-sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Abstrak Evaluasi kinerja penyelenggaraan rintisan SMA bertaraf

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SAMPANG TAHUN

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SAMPANG TAHUN PROYEKSI KEBUTUHAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SAMPANG TAHUN 2017-2021 Nur Fathiroh Lailina Burhanuddin lailinanurf@gmail.com Jurusan Administrasi Pendidikan

Lebih terperinci

2. Rumus perhitungan jumlah kebutuhan Guru Agama dan Penjas

2. Rumus perhitungan jumlah kebutuhan Guru Agama dan Penjas LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pengangguran saat ini masih harus tetap memperoleh perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pengangguran saat ini masih harus tetap memperoleh perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pengangguran saat ini masih harus tetap memperoleh perhatian khusus dari berbagai pihak. Dalam kerangka kebijakan makro, perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan merupakan salah satu sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan merupakan salah satu sasaran pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerataan pendidikan merupakan salah satu sasaran pembangunan pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerataan ini meliputi kualitas, efisiensi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LANDASAN KONSEPTUAL Definisi Umum: SBI adalah sekolah/madrasah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Berbicara tentang proses

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK UU SISDIKNAS NO 20 TH 2003 BAB IX STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Pasal 35 (1) dan (2): (1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diberlakukannya Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi titik tolak acuan standarisasi dalam pengelolaan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era globalisasi harus dapat memberi dan menfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2006 TENTANG JABATAN WAJIB LAPOR KEKAYAAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 36, NO. 1, PEBRUARI 2013:1-8 PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK Hari Amanto Amat Mukhadis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu menjadi ahli serta dapat bekerja dalam bidang tertentu. Salah satu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMENUHAN JAM MENGAJAR GURU SERTIFIKASI DI SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMENUHAN JAM MENGAJAR GURU SERTIFIKASI DI SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA Implementasi Kebijakan Pemenuhan...(W akit Nurdiansah) 684 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMENUHAN JAM MENGAJAR GURU SERTIFIKASI DI SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA THE IMPLEMENTATION OF A CERTIFIED TEACHER

Lebih terperinci

RELEVANSI PENERAPAN KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN AUDIO VIDEO SMK NEGERI 2 DENGAN KEBUTUHAN INDUSTRI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

RELEVANSI PENERAPAN KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN AUDIO VIDEO SMK NEGERI 2 DENGAN KEBUTUHAN INDUSTRI DI KOTA BANDAR LAMPUNG Relevansi Penerapan Kurikulum...(M. Ridho Yoga)37 RELEVANSI PENERAPAN KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN AUDIO VIDEO SMK NEGERI 2 DENGAN KEBUTUHAN INDUSTRI DI KOTA BANDAR LAMPUNG RELEVANCE OF THE APPLICATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, salah satu masalah yang menarik untuk dikaji yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan adalah mengenai kesiapan kerja siswa. Saat ini, banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dan keterampilan yang mereka miliki dalam dunia kerja dengan

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dan keterampilan yang mereka miliki dalam dunia kerja dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu lembaga pendidikan juga perlu diupayakan peningkatan kualitasnya agar mampu berkontribusi melahirkan tenaga

Lebih terperinci

Kebijakan Teknis PPPPTK Matematika

Kebijakan Teknis PPPPTK Matematika I TU URI HANDAY AN TW DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA SMK JENJANG DASAR TAHUN 2009 Kebijakan Teknis PPPPTK Matematika GY A Y O M AT E M A T AK A R DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N: Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK DI UNIVERSITAS INDONESIA.

M E M U T U S K A N: Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK DI UNIVERSITAS INDONESIA. KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 1335 /SK/R/UI/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem pendidikan nasional

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK & KKPI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK & KKPI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK & KKPI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 PENGGUNAAN TIK 1. Pencarian informasi 2. Mengakses jejaring sosial 3. Mengakses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan aktifitas yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan aktifitas yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan aktifitas yang paling penting, karena melalui proses itulah tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk perubahan perilaku

Lebih terperinci

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTRUMEN 3 INSTRUMEN UJI PUBLIK STANDAR PELAYANAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU BUKAN PNS DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UJI PUBLIK STANDAR

Lebih terperinci

KONDISI PENGELOLAAN, PENDIDIK, DAN SARANA PRASARANA SEKOLAH DASAR NEGERI DI PROVINSI BANTEN

KONDISI PENGELOLAAN, PENDIDIK, DAN SARANA PRASARANA SEKOLAH DASAR NEGERI DI PROVINSI BANTEN KONDISI PENGELOLAAN, PENDIDIK, DAN SARANA PRASARANA SEKOLAH DASAR NEGERI DI PROVINSI BANTEN Sugilar (gilar@ut.ac.id) UPBJJ-UT Makassar ABSTRACT The purpose of this study is to describe the condition of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior

Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior Jurnal Riset Pendidikan ISSN: 2460-1470 Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior STKIP Al Hikmah Surabaya e-mail: kurnia.noviartati@gmail.com Abstrak Guru

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Sekretaris Jenderal, Ainun Na im NIP

KATA PENGANTAR. Sekretaris Jenderal, Ainun Na im NIP KATA PENGANTAR Peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama Nomor: 05/x/pb/2011,spb/03/m.pan-rb/10/2011,48

Lebih terperinci

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...4

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...4 1. Kompetensi Umum...4 2. Kompetensi Kejuruan...5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...8 SUBSTANSI

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh

Lebih terperinci

BAGIAN II GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN KURIKULUM SMK EDISI 2004 PROGRAM KEAHLIAN: SENI MUSIK NON KLASIK (DRUM)

BAGIAN II GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN KURIKULUM SMK EDISI 2004 PROGRAM KEAHLIAN: SENI MUSIK NON KLASIK (DRUM) BAGIAN II GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN PROGRAM KEAHLIAN: (DRUM) BAGIAN II Halaman i DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PENGAJARAN MIKRO MODUL DWI RAHDIYANTA FT-UNY

MATERI KULIAH PENGAJARAN MIKRO MODUL DWI RAHDIYANTA FT-UNY MATERI KULIAH PENGAJARAN MIKRO MODUL DWI RAHDIYANTA FT-UNY Pengertian Modul Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan khususnya di Indonesia, selalu mengalami penyempurnaan yang pada dasarnya menghasilkan suatu hasil pendidikan yang berkualitas. Berbagai

Lebih terperinci

4. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII 1. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA, Program IPS, Pro-

4. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII 1. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA, Program IPS, Pro- 3. Struktur Kurikulum SMA/MA Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII. Struktur kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya sangat diperlukan. Terutama untuk mengantisipasi era globalisasi yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting di dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Terutama dalam menghadapi arus globalisasi saat ini, dimana perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tahun 2004-2009, salah satu target yang ingin dicapai dalam jenjang pendidikan menengah

Lebih terperinci

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...7

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...7 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...7 1. Umum...7 2. Kejuruan...8 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...15 SUBSTANSI PEMELAJARAN...16 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi. Demikian halnya dengan sumber daya manusia dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi. Demikian halnya dengan sumber daya manusia dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia atau ketenagaan merupakan potensi sumber daya yang menjadi bagian integral, aset serta modal penggerak dalam pencapaian tujuan organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Upaya yang telah dilakukan

Lebih terperinci

PEMETAAN SMK: STUDI EKSPLORATIF DI PROVINSI DIY, KALSEL, DAN KALTIM

PEMETAAN SMK: STUDI EKSPLORATIF DI PROVINSI DIY, KALSEL, DAN KALTIM JURNAL KEPENDIDIKAN Volume 40, Nomor 1, Mei 2010, hal. 73 86 PEMETAAN SMK: STUDI EKSPLORATIF DI PROVINSI DIY, KALSEL, DAN KALTIM Sudji Munadi Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta e-mail.sudji.munadi@uny.ac.id

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii v viii xi ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan terus dikembangkannya kurikulum pendidikan di Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan pendidikan adalah mengenai mutu hasil pembelajaran. Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG EKUIVALENSI KEGIATAN PEMBELAJARAN/PEMBIMBINGAN BAGI GURU YANG

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU MELALUI PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2015

SERTIFIKASI GURU MELALUI PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2015 BAHAN INFORMASI DAN PUBLIKASI SERTIFIKASI GURU MELALUI PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2015 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA

KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA Tugas Individu : Tugas 7 Filsafat Pendidikan Kejuruan Dosen : Dr. Hj. Hasanah Nur. MT. KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA Oleh ; Muhammad Riska Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

Indonesia KURIKULUM SMK. Sekolah Menengah Kejuruan. Dadang Hidayat M LOGO

Indonesia KURIKULUM SMK. Sekolah Menengah Kejuruan. Dadang Hidayat M LOGO Add Universitas your company Pendidikan slogan Indonesia KURIKULUM SMK Sekolah Menengah Kejuruan Dadang Hidayat M LOGO Contents Latar Belakang Landasan kurikulum Program Pembelajaran Tujuan Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN

PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN SK DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMEN AGAMA RI NOMOR: Dj.I/Dt.I.IV/470/2009 PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1) BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menempati peran sangat strategis dalam pembangunan nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.282, 2015 KEMENDIKBUD. Guru. SMP/SMA/SMK. Kurikulum 2013. Semester Pertama. Kurikulum 2006. Semester Kedua. Tahun Pelajaran 2014-2015. Pembelajaran/Pembimbingan. Ekuivalensi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, terjadi perkembangan dan persaingan yang sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, 2010:10) teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI...1 TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LU LUSAN...4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...

DAFTAR ISI...1 TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LU LUSAN...4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LU LUSAN...4 1. KOMPETENSI UMUM...4 2. KOMPETENSI KEJURUAN...5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...7 SUBSTANSI

Lebih terperinci

JURNAL INFORMASI DAN KOMUNIKASI ADMINISTRASI PERKANTORAN Vol.1, No.1, Mei 2017

JURNAL INFORMASI DAN KOMUNIKASI ADMINISTRASI PERKANTORAN Vol.1, No.1, Mei 2017 75 ANALISIS KOMPETENSI GURU BERBASIS UJI KOMPETENSI GURU (UKG) PADA GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) BIDANG KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015 / 2016 Farida Retno Wardhani

Lebih terperinci

PENDIDIKAN VOKASI BERKELANJUTAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PENDIDIKAN VOKASI BERKELANJUTAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENDIDIKAN VOKASI BERKELANJUTAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL Dasar Hukum UU No. 23 Tahun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

Acuan Pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan Sebagaimana Tertuang Dalam Pasal 6 Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 Tentang

Acuan Pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan Sebagaimana Tertuang Dalam Pasal 6 Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Acuan Pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan Sebagaimana Tertuang Dalam Pasal 6 Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN RUANG PENDIDIKAN JURUSAN BANGUNAN SMK NEGERI 1 PADANG BERDASARKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN RUANG PENDIDIKAN JURUSAN BANGUNAN SMK NEGERI 1 PADANG BERDASARKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 228 * PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN RUANG PENDIDIKAN JURUSAN BANGUNAN SMK NEGERI 1 PADANG BERDASARKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Kapten Harahap*, An Arizal**, Zahrul Harmen*** Email: kaptenharahap91@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan Undang Undang nomor 20 tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 JUKNIS ANALISIS STANDAR SARANA DAN PRASARANA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 G. URAIAN

Lebih terperinci