ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR MARITIM BAGI PENINGKATAN DAYA ADAPTIF MASYARAKAT SUMBA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR MARITIM BAGI PENINGKATAN DAYA ADAPTIF MASYARAKAT SUMBA"

Transkripsi

1 ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR MARITIM BAGI PENINGKATAN DAYA ADAPTIF MASYARAKAT SUMBA Diusulkan oleh: Rahida Sari Yugiswara, C Budi Prabowo, C INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2 ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR MARITIM BAGI PENINGKATAN DAYA ADAPTIF MASYARAKAT SUMBA Rahida Sari Yugiswara dan Budi Prabowo INSTITUT PERTANIAN BOGOR ABSTRAK Sumba merupakan salah satu pulau yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, terletak di bioregion yang berbatasan dengan Laut Sawu dan Samudera Hindia serta beriklim kering dengan pengaruh kuat Angin Muson. Intensitas dan frekuensi kejadian badai siklon tropis tergolong tinggi, sehingga masyarakat di Pualu Sumba rentan terdampak, khususnya dalam aspek ketahanan pangan. Kawasan tersebut dikelilingi oleh perairan laut yang potensial menjadi penggerak sektor pembangunan maritim, sedangkan kurang berkembangnya sektor perikanan tangkap yang diberikan pemerintah Sumba belum dimanfaatkan secara baik. Masyarakat di empat kabupaten di pulau Sumba berada pada tingkat kemiskinan yang cukup tinggi dengan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga masyarakat kurang adaptif terhadap gangguan alam yang sering melanda kawasan tersebut. Sebaran masyarakat pesisir di pulau Sumba Selatan sebanyak 34 kecamatan dengan masyarakat pesisir lebih banyak dibandingkan masyarakat pegunungan. Masyarakat daerah pesisir yang menggantungkan hidupnya pada sektor budidaya rumput laut dan perikanan tangkap harus dikembangkan sehingga tingkat pendidikan yang rendah tidak akan terlalu mempengaruhi berkembangnya sektor perikanan kelautan. Komoditas rumput laut di daerah pesisir Selatan kurang menerapkan aspek pengolahan pasca panen yang berpotensi meningkatkan nilai ekonomi masyarakatnya, ilmu serta teknologi yang dikembangkan dapat memajukan infrastruktur maritim seperti budidaya kelautan, perikanan tangkap, teknologi pengolahan sumberdaya kelautan, ocean-climatology dan lain sebagainya. Beberapa ilmu dan teknologi yang dapat dikembangkan agar masyarakat lebih adaptif adalah pengembangan early warning system sebagai teknologi agar masyarakat lebih siap menghadapi bencana badai, desalinasi pada sektor sumberdaya air, dan pemberian pengetahuan tambahan mengenai hubungan antara cuaca, arus Arlindo serta jenis budidaya atau perikanan tangkap di Pulau Sumba. Banyaknya sumberdaya alam yang mampu dimanfaatkan masyarakat Sumba dapat meningkatkan berbagai sektor kehidupan serta peningkatan taraf hidup yang berkelanjutan. Masyarakat harus adaptif dengan alam sehingga dapat lebih tanggap terhadap berbagai permasalahan lingkungan yang melanda Pulau Sumba. Kata Kunci: Adaptif, Cuaca, Infrastruktur Maritim, Sumba, Sumberdaya Kelautan

3 ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR MARITIM BAGI PENINGKATAN DAYA ADAPTIF MASYARAKAT SUMBA 1. PENDAHULUAN Sumba merupakan salah satu pulau yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak pada 9 16'32.44" LS '29.40" LS dan '24.48" BT '22.32" BT dengan luas km² serta Sumba diapit oleh Laut Sawu dan Samudera Hindia. Sumba terdiri dari empat kabupaten yaitu Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur. Sumba memiliki iklim kering di karenakan oleh pengaruh kuat dari Angin Muson (Lazuardi 2014) Intensitas dan frekuensi kejadian siklon tropis dengan tipe Catastrophic damage yang terjadi selama empat kali dalam satu siklus (Al-Farisi 2013). Dampak dari siklon ini berpengaruh terhadap ketahanan pangan masyarakat Sumba, bencana ini menyebabkan beberapa sektor penghasilan masyarakat Sumba terhenti. Ketahanan pangan merupakan salah satu hal genting yang menjadi perhatian baik pemerintah daerah maupun daerah pusat. Penduduk Sumba lebih banyak hidup di daerah pesisir dibandingkan dengan daerah perbukitan. Sebanyak 34 kecamatan di pulau Sumba berada pada daerah pesisir pantai dan 19 kecamatan berada di daerah perbukitan, terlihat bahwa banyak kecamatan di pulau Sumba yang menggantungkan hidupnya dari hasil perikanan tangkap beserta usaha - usaha kelautan lainnya seperti rumput laut. Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu daerah yang maju dalam pembudidayaan rumput laut namun dalam hal pasca-panen belum berkembang pesat. Banyak petani rumput laut tidak mengolah rumput laut tersebut agar memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi namun hanya di jual dalam bentuk rumput laut basah yang nilai ekonomisnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang telah diolah. Begitupun dengan sektor perikanan tangkap, masyarakat Sumba tidak memanfaatkannya sebaik mungkin sedangkan perairan di sekitar Sumba merupakan Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang merupakan fishing ground dengan sumberdaya ikan yang melimpah. 1

4 Dari masalah - masalah yang dihadapi oleh masyarakat Sumba menyebabkan tingkat kemiskinan masyarakat Sumba mencapai 28.42% (BPS NTT 2013) meskipun presentase kemiskinan terus menurun setiap tahunnya namun penurunan yang terjadi tidaklah signifikan serta menunjukkan tidak adanya sifat adaptif masyarakat Sumba terhadap hal apa yang terjadi di sekitar lingkungannya. Pendidikan yang rendah merupakan faktor lainnya yang menyebabkan rendahnya sifat adaptif masyarakat Sumba terhadap lingkungan sekitarnya. Perlu adanya pengembangan teknologi - teknologi serta ilmu terutama dalam bidang kelautan yang bisa meningkatkan daya adaptif masyarakat Sumbat seperti halnya masyarakat Sumba harus mengetahui bagaimana teknologi - teknologi pasca-panen rumput laut untuk meningkat nilai ekonomisnya lalu penerapan teknologi early warning system yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat Sumba dari bencana alam yang akan menimpa daerah mereka. Oleh karena itu diperlukan penambahan wawasan tentang permasalahan - permasalahan yang dihadapi masyarakat Sumba dengan penerapan teknologi - teknologi kelautan yang mampu menyelesaikan masalah - masalah yang dihadapi oleh masyarakat Sumba seperti kemiskinan, ketahanan pangan dan rendahnya tingkat pendidikan. Tujuan dari tulisan ini agar dapat meningkatkan daya adaptif masyarakat Sumba melalui penerapan keilmuan dan teknologi - teknologi kelautan serta menambah wawasan masyarakat Sumba tentang hubungan cuaca dengan Arlindo terutama perairan Laut Sawu beserta budidaya yang tepat dan/atau perikanan tangkap di perairan Laut Sawu. 2. PEMBAHASAN Masyarakat Sumba terutama yang tinggal di daerah pesisir banyak menggantungkan hidupnya pada sektor budidaya rumput laut, menurut Santoso (2008) salah satu faktor rumput laut dibudidayakan cukup banyak di Sumba karena modal yang dibutuhkan relatif kecil dan teknologi yang digunakan cukup sederhana sehingga cocok untuk masyarakat pesisir dengan kondisi ekonomi dan 2

5 pendidikan yang masih rendah. Akan tetapi pengolahan dengan teknologi sederhana tidak dapat meningkatkan nilai jual dari rumput laut, pada kenyataannya apabila masyarakat Sumba dapat mengolah rumput laut menjadi produk dengan harga jual yang lebih tinggi maka akan meningkatkan pendapatan dari petani rumput laut itu sendiri. Rumput laut yang banyak dibudidaya di daerah Sumba yaitu jenis Eucheuma spp.. Beberapa potensi yang dapat diambil dari rumput laut jenis ini adalah karaginan, agar - agar pada jenis Gracilaria, dan alginat dari jenis Sargassum (Santoso 2008). Sebenarnya, pengolahan rumput laut menjadi nori merupakan salah satu produk dengan hasil nilai jual tinggi, dengan penelitian dari mahasiswa IPB yang membuat nori dari jenis Glacilaria sp. dapat mempermudah penaikkan pengolahan produk rumput laut agar dapat dijual dengan harga tinggi serta dapat mendongkrak roda ekonomi kehidupan masyarakat pulau Sumba. Hal yang perlu ditingkatkan masyarakat Sumba termasuk peningkatan teknologi untuk early warning system, namun pada kenyataannya pemerintah sangat sulit untuk membuat sistem untuk jenis pendeteksi badai. Jenis teknologi yang dapat membantu daerah Sumba diantaranya buoy yang dapat mengambil data oseanografi dan meteorologi agar dapat mendeteksi badai yang akan melanda tempat tersebut, dengan buoy yang memiliki sensor - sensor seperti barometer, temperatur, anemometer, salinitas dan lainnya akan lebih memudahkan kita untuk mendeteksi secara dini badai siklon yang akan menimpa daerah Sumba. Walaupun teknologi tersebut masih kurang bahkan tidak ada di Indonesia tetapi sistem seperti MIOOS Buoy (Malaysian Integrated Ocean Observation System Buoy) buatan Malaysia dapat menjadi salah satu acuan terutama mahasiswa dan pihak terkait untuk terus meningkatkan teknologi agar masyarakat semakin terbantu dengan adanya sistem pendeteksian ini. Buoy yang dipasang didaerah yang berpotensial dapat disimpan ditengah laut lalu alat ini akan mendeteksi jenis badai yang sekiranyan mengancam masyarakat atau tidak, dengan teknologi ini masyarakat dapat lebih adaptif lagi terhadap bencana alam sehingga dapat mengurangi hambatan masyarakat dalam pengaplikasian teknologi. 3

6 Sebenarnya pengaplikasian buoy telah dapat dibuat oleh Indonesia, salah satunya dari departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan mengenai buoy. Akan tetapi, buoy tersebut belum dapat mendeteksi badai secara langsung. Banyaknya buoy yang dibuat biasanya hanya mendeteksi parameter - parameter oseanografi. Ada beberapa sistem observasi yang akan menjadikan acuan di masa mendatang mengenai hubungan parameter klimatologi dan oseanografi serta dapat diintegrasikan menjadi early warning system seperti contohnya Indonesian Global Ocean Observing System (INAGOOS), sistem ini memberikan data berupa pasang surut; arah dan kecepatan angin serta data kualitas air. Akan tetapi data yang paling mempengaruhi early warning system yang akan dibuat data arah dan kecepatan angin. Data angin dari INAGOOS dapat diintegrasikan dengan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), setelah itu data yang diolah dimasukkan kedalam sistem yang tersebar di pesisir pulau termasuk pulau Sumba. Data real-time yang didapat dapat dianalisis secara cepat sehingga dapat menambah kewaspadaan dan peringatan dini bagi masyarakat terutaman daerah pesisir. Sebenarnya INAGOOS telah memiliki tujuan dalam sistem pemantauan bersama serta skema prediksi untuk di kawasan pesisir, akan tetapi masih dianggap kurang terutama dalam sistem early warning system bencana sejenis badai siklon. Teknologi lain yang masih dapat dimanfaatkan masyarakat daerah Sumba adalah desalinasi air laut menjadi air minum yang layak. Masyarakat di pulau - pulau masih banyak menggunakan air payau, di daerah pesisir lokasi sumber air berada jauh serta rendahnya bulan hujan menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan air bersih. Menurut BPS NTT (2013) bulan hujan dengan rata - rata 1000 mm serta hanya turun sekitar 3-5 bulan dalam setahun juga berpengaruh terhadap banyaknya air yang dapat digunakan masyarakat untuk hidup. Desalinasi ini akan efektif ketika masyarakat dapat mengimbangi dengan persediaan minum di daerah mereka. Air tampungan hujan yang dapat digunakan untuk minum dapat dihemat penggunaannya, air desalinasi dapat dipakai untuk mencuci dan mandi. Keterkaitan dua hal tersebut dapat berjalan secara harmonis 4

7 jika diimbangi dengan masyarakat yang sadar betapa pentingnya teknologi desalinasi sehingga mereka dapat menjaganya dengan baik. Faktor lain yang menyebabkan penyediaan air bersih yang kurang adalah kualitas konstruksi yang buruk, manajemen yang buruk serta kurangnya pelibatan masyarakat itu sendiri. Akibatnya waktu anak - anak bersekolah berkurang karena dihabiskan untuk mengambil air (Kanaf 2011). Dampak tersebut sangat terasa jika banyaknya anak yang putus sekolah karena diharuskan membantu keluarga. Padahal, generasi masyarakat Sumba terletak dari generasi mudanya. Oleh karena itu, pemberian pengetahuan pada masyarakat mengenai pentingnya desalinasi air berpengaruh pada generasi muda disana. Arlindo pun merupakan hal yang mempengaruhi perairan Sumba, Arlindo merupakan sirkulasi penting karena membawa nutrien penting yang berguna bagi kehidupan laut. Walaupun laut Sawu yang berbatasan langsung dengan Pulau Sumba hanya mendapatkan dampak kecil dari Arlindo akan tetapi laju penangkapan ikan dan udang disana cukup meningkat karena didukung dengan ketersediaan nutrien sehingga produktivitas primer sangat tinggi untuk menopang hidup populasi ikan disana. Upwelling yang sering terjadi disanapun merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena faktor maritim tersebut dapat berdampak banyak bagi masyarakat disana. Upwelling yang merupakan fenomena oseanografi dapat membawa dampak sangat penting, upwelling yang hanya terjadi pada kedalaman yang dalam dapat membawa nutrien serta unsur hara yang dapat meningkatkan pula produktivitas primer. Karekterisktik arus juga secara tidak langsung berkontribusi kepada sumber daya perikanan tangkap di Laut Sawu dan dapat meningkatkan laju ekonomi dan daya adaptif masyarakatnya. Pemberian pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya Arlindo baik dari generasi muda maupun usia dewasa dapat berdampak panjang bagi kedepannya. Misalnya tingkat SMP, dari tingkat ini pemberian pengetahuan laut dapat berupa penyampaian secara atraktif dan menyenangkan sehingga tidak membosankan. Narasumber misalkan dari berbagai LSM dapat membuat penyampaian terasa menyenangkan sekaligus dapat memberi pengetahuan yang banyak bagi siswa - siswi disana. 5

8 Tingkat SMA merupakan tingkat yang paling menentukan dalam pemberian pengetahuan mengenai Arlindo ataupun pengetahuan laut lainnya, pada tingkat ini siswa dapat diajak menganalisa manfaat serta dampaknya secara bersama - sama sehingga jika mereka dapat melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi banyak ilmu dan pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah akan bermanfaat selanjutnya di kehidupan mereka terutama jika mereka melanjutkan ke jenjang teknologi dan dapat mengaplikasikannya ke masyarakat. Hal - hal diatas merupakan impian setiap masyarakat sekitar, mereka berharap besar kepada generasi muda untuk dapat mengaplikasikan ilmu mereka ke dalam masyakarat agar masyarakat dapat lebih peka dan adaptif lagi dalam aspek lingkungan terutama maritim. Guna pemerintah dalam hal ini selain menyukseskan begitu pula dengan membantu dalam tingkat infrastruktur agar lebih baik lagi. Sehingga peranan masyarakat, pemerintah dan generasi muda saling berkaitan satu sama lainnya. Tingkat adaptif yang rendah dari masyarakat indonesia terutama masyarakat pulau Sumba dapat terlihat pada gambar dibawah Gambar 1. Grafik Index Kapasitas Adaptif di ASEAN (Yusuf 2009) Menurut Yusuf (2009) kapasitas adaptif didefinisikan sebagai tingkatan penyesuaian praktik, proses, atau struktur yang bisa tolerir dari potensi kerusakan 6

9 atau mengambil kesempatan dari bencana yang ada dan dapat dikalkulasikan sebagai berikut Kapasitas Adaptif = f(faktor sosial-ekonomi, teknologi, infrastruktur) 2 Dengan formula tersebut dapat dilihat bahwa tingkat adaptif merupakan hal yang sangat penting bagi suatu negara, dilihat dari faktor sosial-ekonomi, teknologi dan infrastrukturnya. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain dan berjalan harmonis agar tingkat adaptif semakin meningkat. Dari penyampaian sebelumnya bahwa sosial ekonomi masyarakat Sumba begitu rendah, teknologi juga kurang serta sedikitnya masyakarat yang dilibatkan dalam pengelolaan infrastruktur itu sendiri, padahal peningkatan infrastruktur tersebut juga berpengaruh kedepannya bagi masyarakat Sumba. 3. KESIMPULAN Sumba yang merupakan pulau di Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu pulau dengan dampak bencana cukup tinggi diantaranya curah hujan yang rendah dan badai siklon, ini mengakibatkan masyarakat disana menjadi kurang adaptif terhadap bencana yang ada dan berpengaruh terhadap perekonomian di daerah tersebut. Beberapa hal yang dapat diterapkan dalam hal - hal keilmuan untuk meningkatkan tingkat adaptif masyarakat Sumba antara lain dengan pemberian pengetahuan mengenai Arlindo dari tingkat SMP dan SMA, lalu penerapan berbagai teknologi diantaranya teknologi buoy untuk mendeteksi badai atau sistem pendeteksi yang terintegrasi dan desalinasi air serta peningkatan pengolahan pasca panen produk perikanan (rumput laut). Hal tersebut dapat meningkatkan tingkat adaptif masyarakat Sumba agar lebih peka dan sigap terhadap bencana yang sering melanda. 7

10 DAFTAR PUSTAKA Al-Farisi, S G Pengaruh Siklon Tropis terhadap Karakteristik Gelombang Permukaan di Laut Timor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik Provinsi NTT Kependudukan. [Internet]. [diunduh 20 Desember 2015]. Tersedia pada: Badan Pusat Statistik Provinsi NTT Iklim. [Internet]. [diunduh 20 Desember 2015]. Tersedia pada: Kanaf, Petrus, Moto A U dan Fallo P Implementation of The Indonesian Policy, Community Based Drinking Water and Environmental Sanitation. Jakarta (ID): Deutsche Gesellsohaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Lazuardi M E, Sanjaya W, Hutasoit P, Welly M. dan Subijanto J Kondisi Biofisik dan Sosial Ekonomi di Selatan Pulau Sumba Propinsi Nusa Tenggara Timur. Bali (ID): Coral Triangle Center. Santoso L dan Nugraha T Pengendalian Penyakit Ice Ice untuk Meningkatkan Produksi Rumput Laut Indonesia. Jur Saintek Perikan. 3(2) : Yusuf A A dan Fracisco H A Climate Change Vulnerability Mapping for Southeast Asia. International Development Research Centre (IDRC). H 7-8 8

11

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian bencana dunia meningkat dan 76% adalah bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, siklon tropis, kekeringan). Sebagian besar terjadi di negara-negara miskin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi kekeringan setiap tahunnya. Bencana kekeringan semakin sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia dengan pola dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang terletak diantara Samudra Pasifik-Hindia dan Benua Asia-Australia, serta termasuk wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN OLEH : Arif Satria Fakultas Ekologi Manusia IPB Disampaikan padalokakarya MENGARUSUTAMAKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DALAM AGENDA PEMBANGUNAN, 23 OKTOBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENGADAAN RESEARCH BUOY TAHUN 2016 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR JAKARTA 2016 1 Kementerian : KELAUTAN DAN PERIKANAN 2 Unit Eselon I/II : Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 November 2016 s/d 18 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 November 2016 s/d 18 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 November 2016 s/d 18 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 14 November 2016 Senin, 14 November 2016 BAGIAN BARAT LAMPUNG,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Curah hujan merupakan salah satu parameter atmosfer yang sulit untuk diprediksi karena mempunyai keragaman tinggi baik secara ruang maupun waktu. Demikian halnya dengan

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup

Lebih terperinci

ANALISA PERGERAKAN SIKLON TROPIS STAN DAN SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI SUMBAWA BESAR

ANALISA PERGERAKAN SIKLON TROPIS STAN DAN SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI SUMBAWA BESAR ANALISA PERGERAKAN SIKLON TROPIS STAN DAN SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI SUMBAWA BESAR Oleh : Umam Syifaul Qolby, S.tr Stasiun Meteorologi Klas III Sultan Muhammad Kaharuddin

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pesisir adalah wilayah bertemunya daratan dan laut, dengan dua karakteristik yang berbeda. Bergabungnya kedua karakteristik tersebut membuat kawasan pesisir memiliki

Lebih terperinci

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2012

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2012 E10 SISTEM PREDIKSI DINI DAMPAK ENSO DENGAN DATA BUOY PASIFIK BARAT Dr. Edvin Aldrian, B. Eng., M.Sc, APU Sheila Dewi Ayu Kusumaningtyas, S.Si Mamenun, S.Si Leni Nazarudin, MP Robi Muharsah, S.Si Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus Lintas Indonesia atau ITF (Indonesian Throughflow) yaitu suatu sistem arus di perairan Indonesia yang menghubungkan Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang berada di Pulau Sumatera dengan posisi 1-4 Lintang Utara dan 98-100 Bujur Timur. Letak geografis Sumatera Utara

Lebih terperinci

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji 13 3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitiaan telah dilaksanakan di perairan Teluk Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 2). Jangka waktu pelaksanaan penelitian terdiri

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Deputi Bidang SDA dan LH

Lebih terperinci

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas Dalam kasus perubahan iklim, kota menjadi penyebab, sekaligus penanggung

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 08 Maret 2016 s/d 13 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 08 Maret 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 08 Maret 2016 s/d 13 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 08 Maret 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 08 Maret 2016 s/d 13 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 08 Maret 2016 Selasa, 8 Maret 2016 Laut Andaman, Perairan Barat Aceh,

Lebih terperinci

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten dengan ekosistem kepulauan. Wilayah ini terdiri dari 27 pulau dimana diantaranya masih terdapat 8 pulau yang belum memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Arus Eddy Penelitian mengenai arus eddy pertama kali dilakukan pada sekitar tahun 1930 oleh Iselin dengan mengidentifikasi eddy Gulf Stream dari data hidrografi, serta penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar didunia dengan 17.504 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km. Hal ini semakin memperkuat eksistensi Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.480 buah dan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (Idris, et al. 2007) mempunyai potensi yang besar untuk

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 Juli 2016 s/d 18 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 14 Juli 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 Juli 2016 s/d 18 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 14 Juli 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 Juli 2016 s/d 18 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 14 Juli 2016 Kamis, 14 Juli 2016 Laut Cina Selatan, Laut Andaman bagian

Lebih terperinci

Gambar 1. Peta Lintasan Siklon Tropis Dahlia ( Sumber :

Gambar 1. Peta Lintasan Siklon Tropis Dahlia ( Sumber : ANALISIS DAMPAK SIKLON TROPIS DAHLIA TERHADAP KONDISI GELOMBANG SIGNIFIKAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN SATELIT ALTIMETRI JASON-2 (STUDI KASUS : 26 NOVEMBER 03 DESEMBER 2017) Rizki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau dengan garis pantai sepanjang km, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau dengan garis pantai sepanjang km, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, merupakan garis pantai terpanjang

Lebih terperinci

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM Indonesia diposisi silang samudera dan benua 92 pulau terluar overfishing PENCEMARAN KEMISKINAN Ancaman kerusakan sumberdaya 12 bioekoregion 11 WPP PETA TINGKAT EKSPLORASI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Data Siklon Tropis Data kejadian siklon tropis pada penelitian ini termasuk depresi tropis, badai tropis dan siklon tropis. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama bulan Februari-Mei 2013 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 09 Januari 2017 s/d 13 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 09 Januari 2017 s/d 13 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 09 Januari 2017 s/d 13 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 09 Januari 2017 Senin, 9 Januari 2017 PERAIRAN SABANG - ACEH,

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b a Jurusan Fisika FMIPA Universitas Tanjungpura Pontianak b Program Studi

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Mei 2016 s/d 02 Juni 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 29 Mei 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Mei 2016 s/d 02 Juni 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 29 Mei 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Mei 2016 s/d 02 Juni 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 29 Mei 2016 Minggu, 29 Mei 2016 Laut Andaman bagian Timur, Selat Malaka

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur http://lasiana.ntt.bmkg.go.id/publikasi/prakiraanmusim-ntt/ Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 30 Januari 2016 s/d 04 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 30 Januari 2016 s/d 04 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 30 Januari 2016 s/d 04 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 30 Januari 2016 Sabtu, 30 Januari 2016 BAGIAN BARAT LAMPUNG,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Pada bab IV ini Penulis akan menyajikan Gambaran Umum Obyek/Subyek yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi, kondisi ketenagakerjaan, kondisi penanaman modal

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 Maret 2016 s/d 19 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 14 Maret 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 Maret 2016 s/d 19 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 14 Maret 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 Maret 2016 s/d 19 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 14 Maret 2016 Senin, 14 Maret 2016 SELATAN PULAU JAWA, PERAIRAN SELATAN

Lebih terperinci

SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI CUACA DI INDONESIA (19 23 Desember 2016) Disusun oleh : Kiki, M. Res Rudy Hendriadi

SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI CUACA DI INDONESIA (19 23 Desember 2016) Disusun oleh : Kiki, M. Res Rudy Hendriadi SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI CUACA DI INDONESIA (19 23 ) Disusun oleh : Kiki, M. Res Rudy Hendriadi PUSAT METEOROLOGI PUBLIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Januari 2017

Lebih terperinci

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian PPN/Bappenas + Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) Kementerian PPN/Bappenas Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia 2013 + OUTLINE 2 I. LATAR BELAKANG II. III. IV. HISTORI KONDISI IKLIM INDONESIA

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim global sekitar 3 4 juta tahun yang lalu telah mempengaruhi evolusi hominidis melalui pengeringan di Afrika dan mungkin pertanda zaman es pleistosin kira-kira

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 31 Mei 2016 s/d 04 Juni 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 31 Mei 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 31 Mei 2016 s/d 04 Juni 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 31 Mei 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 31 Mei 2016 s/d 04 Juni 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 31 Mei 2016 Selasa, 31 Mei 2016 Laut Andaman bagian Timur, Selat Malaka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA

PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA OLEH : Dr. Kunarso FOKUSED GROUP DISCUSSION CILACAP JUNI 2016 PERUBAHAN IKLIM GLOBAL Dalam Purwanto

Lebih terperinci

URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG

URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG I. GAMBARAN UMUM. 1. Latar Belakang. Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan terdiri dari 566 pulau dimana 42 pulau berpenghuni

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI BMKG Alamat : Bandar Udara Mali Kalabahi Alor (85819) Telp. Fax. : (0386) 2222820 : (0386) 2222820 Email : stamet.mali@gmail.com

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 23 Mei 2016 s/d 27 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 23 Mei 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 23 Mei 2016 s/d 27 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 23 Mei 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 23 Mei 2016 s/d 27 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 23 Mei 2016 Senin, 23 Mei 2016 Selat Malaka bagian Utara, Perairan pulau

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 21 Agustus 2016 s/d 25 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 21 Agustus 2016 s/d 25 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 21 Agustus 2016 s/d 25 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 21 Agustus 2016 Minggu, 21 Agustus 2016 Laut Andaman bagian Timur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan posisi geografis diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Rektor Institut Teknologi Bandung i. Prakata- Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung iii. Sambutan-Dewan Editorial v

DAFTAR ISI. Sambutan Rektor Institut Teknologi Bandung i. Prakata- Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung iii. Sambutan-Dewan Editorial v DAFTAR ISI Sambutan Rektor Institut Teknologi Bandung i Prakata- Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung iii Sambutan-Dewan Editorial v Dewan Editorial vii ix Daftar Tabel xvi Daftar Gambar xix AMANAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 Desember 2016 s/d 29 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 Desember 2016 s/d 29 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 Desember 2016 s/d 29 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 25 Desember 2016 Minggu, 25 Desember 2016 Mentawai, Perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya Letak geografi Indonesia dan letak astronomis Indonesia adalah posisi negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR No: 880/WM.FT.S/SKR/2015

TUGAS AKHIR No: 880/WM.FT.S/SKR/2015 TUGAS AKHIR No: 880/WM.FT.S/SKR/2015 ANALISA POTENSI AIR HUJAN TERHADAP KEBUTUHAN AIR RUMAH TANGGA (Lokasi Studi Rumah Bapak Josephus Miru dan Alosius Ngasi) DISUSUN OLEH : JESMAGRES ANANDA THOOMASZEN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian berjudul Pemodelan dan Peramalan Angka Curah Hujan Bulanan Menggunakan Analisis Runtun Waktu (Kasus Pada Daerah Sekitar Bandara Ngurah Rai), menjelaskan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun 1989, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena Geosfer dengan sudut

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani Oleh : Made Dwi Jendra Putra, M.Si (PMG Muda Balai Besar MKG III) Abstrak Pertengahan tahun ini pemberitaan media cetak maupun elektronik dihiasi oleh

Lebih terperinci

Rencana Strategis BMKG Tahun

Rencana Strategis BMKG Tahun 2012, No.167 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BMKG NOMOR : KEP.06 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 Desember 2011 Rencana Strategis BMKG Tahun 2010-2014 5 2012, No.167 BMKG TUGAS POKOK dan FUNGSINYA Dasar Hukum Fungsi

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 April 2016 s/d 29 April 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 25 April 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 April 2016 s/d 29 April 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 25 April 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 April 2016 s/d 29 April 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 25 April 2016 Senin, 25 April 2016 Laut Andaman, Perairan Utara dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Verifikasi Model Visualisasi Klimatologi Suhu Permukaan Laut (SPL) model SODA versi 2.1.6 diambil dari lapisan permukaan (Z=1) dengan kedalaman 0,5 meter (Lampiran 1). Begitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 25 September 2016 Minggu, 25 September 2016 PERAIRAN LHOKSEUMAWE,

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGOLAHAN PRODUK RUMPUT LAUT UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NUSA LEMBONGAN SEBAGAI DESTINASI WISATA ABSTRAK ABSTRACT

PELATIHAN PENGOLAHAN PRODUK RUMPUT LAUT UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NUSA LEMBONGAN SEBAGAI DESTINASI WISATA ABSTRAK ABSTRACT JURNAL UDAYANA MENGABDI, VOLUME 15 NOMOR 2, MEI 2016 PELATIHAN PENGOLAHAN PRODUK RUMPUT LAUT UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NUSA LEMBONGAN SEBAGAI DESTINASI WISATA IGB.S. Dharma 1, A.P.W.K.Dewi 1, I M.S.

Lebih terperinci

ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA

ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA ANDI KURNIAWAN Pusat Studi Pesisir & Kelautan Universitas Brawijaya Workshop II - Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim untuk Kota/Kabupaten

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 03 Mei 2016 s/d 07 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 03 Mei 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 03 Mei 2016 s/d 07 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 03 Mei 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 03 Mei 2016 s/d 07 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 03 Mei 2016 Selasa, 3 Mei 2016 Laut Andaman, Perairan Utara dan Barat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 104.000 km serta memiliki 17.504 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang luas

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN Oleh Nur Fitriyani, S.Tr Iwan Munandar S.Tr Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Aji

Lebih terperinci

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang Abstrak Cuaca akhir-akhir ini sulit diprediksi dan tidak menentu, sering terjadi cuaca ekstrem

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci