Kaya Raya Berkebun Salak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kaya Raya Berkebun Salak"

Transkripsi

1 Kaya Raya Berkebun Salak 9 Kaya Raya Berkebun Salak Anda pernah membeli salak Pondoh di supermarket? Salak ini ber ukuran besar, dagingnya tebal, tetapi bijinya kecil. Warnanya coklat muda bersih, dan rasanya manis. Mungkin saja itu bukan salak dari Desa Pondoh di Kabupaten Sleman yang terkenal itu, tetapi dari Banjarnegara. Salak Banjarnegara tak kalah lezatnya dengan salak Pondoh _baNjar_OKE.indd /3/08 10:01:38 AM

2 Apabila Anda dari Jakarta hendak menuju kota-kota di Jawa Tengah bagian timur atau ke Yogyakarta, cobalah mengambil jalur tengah: Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, dan Temanggung. Setelah melewati kota Banjarnegara menuju Wonosobo, Anda akan menemukan banyak sekali kebun salak di sepanjang tepi jalan. Rupanya, para petani di Banjarnegara dan sekitarnya tengah dilanda demam salak. Mereka mengganti tanaman jagung, singkong, kayu Albasiah, dan padi dengan pohonpohon salak. Mereka beralasan, salak bisa dipanen dua kali dalam sebulan, terus-menerus sepanjang tahun. Lebih dari itu, harga jualnya jauh lebih tinggi dibanding padi, jagung, apalagi singkong. Salak pula yang menyebabkan Eko Sutarji (43), petani asal Banjarnegara, kini menjadi kaya raya. Berkenalan dengan Salak Eko Sutarji terjun ke dunia salak sejak tahun 1995 dengan menyewa lahan. Setelah mendapat dukungan sebuah Bank Perkreditan Rakyat, kini ia memiliki kebun salak lebih dari 5 hektar, dengan penghasilan puluhan juta rupiah per bulan. Eko Sutarji merupakan salah seorang yang terlibat dalam proses salakisasi di Banjarnegara. Awalnya, Pak Tarji, demikian panggilan sehari-hari Eko Sutarji, bukanlah seorang petani. Sebelum tahun 1995, Pak Tarji bekerja serabutan untuk menghidupi keluarganya. Pria asli kelahiran Kecamatan Madukara, Banjarnegara ini hanya memiliki tanah seluas 300 meter persegi warisan orang tuanya. Untuk menghidupi keluarganya, tentu tanah tersebut tidak cukup. Ia pun harus berjualan makanan. Namun, hasil berjualan makanan belum cukup untuk menopang kebutuhan keluarganya. Tanpa putus asa, Eko Sutarji juga menjajal sebagai penjual kayu. Namun Pak Tarji tidak bertahan lama sebagai penjual kayu. Selain kurang menguntungkan, pekerjaan ini sangat berisiko karena dapat tertimpa pohon saat menebang, jatuh saat memanjat, dan terkena gergaji sewaktu memotong kayu _baNjar_OKE.indd /3/08 10:01:38 AM

3 Kaya Raya Berkebun Salak Eko Sutarji, terlibat dalam proses salakisasi di Banjarnegara. Lahan salaknya kini lebih dari lima hektar. Akhirnya Pak Tarji berkenalan dengan salak pada 1993, ketika pemerintah daerah Banjarnegara menjalankan program penanaman salak di beberapa kecamatan. Demi menyukseskan program tersebut, pemerintah daerah memerlukan sekitar 500 ribu bibit salak untuk dibagikan kepada petani. Pak Tarji yang sedang kesulitan ekonomi, tidak melewatkan kesempatan ini. Dia ikut mencari bibit salak di Kabupaten Sleman untuk dijual ke pemerintah daerah. Usaha ini dijalaninya lebih dari tiga tahun. Sejak itulah Pak Tarji mengenal berbagai jenis salak. Sebenarnya di wilayah Banjarnegara dan Banyumas telah lama tumbuh jenis salak yang oleh kalangan petani disebut sebagai salak Manggala. Orang awam menyebutnya salak Banjarnegara atau salak Banyumas. Jenis salak ini berukuran besar, bijinya besar, dagingnya tipis dan rasanya agak sepat. Meskipun ukurannya besar-besar, salak Banjarnegara berharga murah. Oleh karena itu, petani lebih suka menanam jagung, singkong, dan cengkeh daripada menanam salak jenis ini. Berbeda dengan salak Manggala, petani di Banjarnegara saat ini menggemari salak Lumut. Kata lumut itu sendiri berasal dari Nglumut, nama sebuah desa di Kabupaten Magelang. Orang awam menyebutnya sebagai salak Pondoh, karena memang sama jenisnya dengan salak yang tumbuh di Desa Pondoh yang berada di Kabupaten Sleman. Ukuran salaknya besar, warna kulitnya coklat muda, dagingnya tebal, dan rasanya manis. Jenis salak inilah yang kemudian dibudidayakan oleh Pak Tarji _baNjar_OKE.indd /3/08 10:01:43 AM

4 Pengenalannya pada tanaman salak lebih lanjut diperolehnya saat ia bekerja di kebun salak milik saudaranya. Di sini Pak Tarji beker ja sampingan, karena deraan tekanan ekonomi. Tugas lelaki asal Madukara Banjarnegara ini adalah merawat kebun salak. Di sinilah Pak Tarji belajar banyak cara merawat pohon salak, mulai dari cara menanam, menyiangi, membersihkan, mengawinkan kembang salak, hingga memanen. Dari pekerjaannya ini pula Pak Tarji mengetahui bahwa bertanam salak bisa sangat menguntungkan. Keinginannya untuk mengubah nasib, membuatnya menyewa dua petak berisi 900 batang pohon salak yang tidak terawat. Uang untuk menyewa ia pinjam dari saudaranya. Ia tahu bahwa pohon salak yang dirawat dengan baik, akan menghasilkan buah salak yang baik. Buah salak yang baik harganya mahal, sekitar Rp 5 ribu per kilogram. Perhitungannya tidak meleset. Dari lahan sewaan itu, dalam enam bulan dia berhasil mengumpulkan uang sekitar Rp 16 juta. Angka yang cukup besar bagi Sutarji yang sebelumnya selalu dilanda kesulitan keuangan. Sutarji pun semakin yakin bahwa menjadi petani salak merupakan satu-satunya cara yang ditempuh untuk lepas dari belitan ekonomi. Ketemu Bank Surya Yudha Sejak saat itu, Sutarji meyakini bahwa garis nasibnya berada di kebun salak, sehingga ia mulai berpikir untuk memperluas lahan garapan. Masalahnya, Pak Tarji tidak punya uang untuk menyewa kebun salak lagi. Hasil kebun sewanya selama ini banyak digunakan untuk menutup biaya perawatan. Kesulitan ini oleh Pak Tarji dikemukakannya kepada kerabatnya. Kemudian salah seorang saudaranya, menyarankan agar Pak Tarji mencari modal ke Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Surya Yudha. Memang kebetulan, saudaranya itu juga merupakan karyawan bank tersebut. Pak Tarji sendiri sudah lama mendengar nama Bank Surya Yudha. Petugas Bank Surya Yudha sering mendatangi para petani di daerahnya dan menawarkan kredit usaha. Biasanya para petugas dari Bank Surya Yudha bukan sekadar menawarkan kredit, tetapi _baNjar_OKE.indd /3/08 10:01:43 AM

5 Kaya Raya Berkebun Salak juga memberi saran jenis usaha yang cocok untuk calon nasabahnya. Dorongan yang kuat untuk memperluas lahan membuat Pak Tarji mendatangi Bank Surya Yudha di Banjarnegara, untuk meng ajukan permohonan kredit. Karena ada referensi, proses untuk mendapatkan kredit relatif mudah. Waktu itu Pak Tarji hanya memiliki satu sepeda motor dan tanah sekitar 300 meter persegi yang menjadi tempat tinggalnya. Karena Pak Tarji membutuhkan uang yang cepat untuk memperluas kebun garapannya, ia menjaminkan surat tanda kepemilikan sepeda motor. Menjaminkan tanah yang menjadi tempat tinggalnya terlalu berisiko. Dengan jaminan satu-satunya sepeda motor bebeknya dia berhasil mendapat pinjaman Rp 6 juta. Jangka waktu pinjamannya juga pendek: hanya empat bulan. Tetapi menurut perhitungan Sutarji, dia sudah memiliki kebun salak sewaan yang hasilnya bisa digunakan untuk membayar cicilan utangnya. Dengan uang tersebut, Pak Tarji menyewa tanah seluas 4000 meter. Karena uangnya hanya Rp 6 juta, dia tidak bisa menyewa lahan kebun. Yang ia peroleh adalah lahan kosong yang harus ditanami sendiri. Tetapi Pak Tarji tahu bahwa lahan tersebut cocok untuk salak Lumut. Tanah yang disewa tahun 1989, langsung digarap, ditanami salak Lumut, dan baru menghasilkan setelah empat tahun dirawat. Dalam empat bulan, sesuai perjanjian, Pak Tarji berhasil melunas i pinjamannya. Karena riwayat kredit yang baik, Bank Surya Yudh a menawarkan kredit lagi dalam jumlah lebih besar. Pak Tarji yang masih merasa kekurangan lahan, tidak menolak. Kali ini besarnya kredit adalah Rp 8 juta untuk menyewa lahan salak seluas sekitar 6000 meter. Dengan kredit yang lebih besar, Bank Surya Yudha menginginkan jaminan yang lebih besar pula. Oleh karena itu, selain BPKB sepeda motor bebeknya, Pak Tarji juga menyerahkan girik (surat kewajiban membayar pajak tanah) yang atas bantuan Bank Surya Yudha segera diproses menjadi sertifikat hak milik tanah _baNjar_OKE.indd /3/08 10:01:43 AM

6 Bank Surya Yudha memang memiliki program sertifikasi tanah jaminan. Dengan program ini, bank menyimpan bukti kepemilikan tanah yang syah. Tetapi nasabah juga memiliki keuntungan, karena setelah kredit lunas akan menerima sertifikat tanah. Menjadi Pemilik Tanah Tidak ada kesulitan bagi Pak Tarji untuk menyelesaikan kewajiban pinjaman keduanya ini. Kebun salak sewaannya yang bertambah luas terus menghasilkan salak yang semakin melimpah. Namun bukan Sutarji kalau puas hanya menjadi penyewa. Kali ini dia ingin memilik i sendiri kebun-kebun tersebut. Menurut Sutarji, tanah selain dapat digunakan untuk memperluas lahan salaknya, juga dapat dimanfaatkan sebagai simpanan. Dalam pikirannya, simpanan yang paling baik adalah tanah. Harga tanah tidak pernah turun. Praktis, pada tahun 2000, tanah yang dimiliki hanya tanah 300 meter tempat dia mendirikan rumah untuk keluarganya. Selanjutnya, Sutarji mulai mencari tanah. Ia sangat jeli dalam memilih tanah. Sedapat mungkin dia mencari tanah yang sudah ada kebun salaknya, tetapi tidak terawat. Dengan demikian, dia bukan hanya mendapatkan tanah, tetapi juga memperoleh kebun salaknya. Kalaupun sampai tidak memperoleh tanah yang sudah ada tanaman salaknya, dia akan memperhitungkan apakah tanah itu cocok untuk berkebun salak. Dari pengalaman, Pak Tarji mengetahui bahwa tidak semua tanah cocok untuk berkebun salak. Salak jenis Lumut harus ditanam di daerah berhawa agak sejuk. Apabila ditanam di dataran rendah, rasa buahnya berubah. Oleh karena itu, Pak Tarji berburu tanah di Kecamatan Madukara dan Bawang yang berhawa agak dingin. Benar juga, Pak Tarji menemukan beberapa petak lahan salak yang kurang terurus di Kecamatan Bawang. Sayangnya, setelah dihitung-hitung hasil penjualan salak dari lahan sewa belum memadai untuk membeli lahan tersebut. Dia masih membutuhkan uang sekitar Rp 12 juta. Oleh karena itu, lagi-lagi Pak Tarji mendatangi Bank Surya Yudha. Girik rumah dan pekarang an yang masih dalam proses pengurusan menjadi sertifikat hak milik, diserahkannya kembali kepa _baNjar_OKE.indd /3/08 10:01:43 AM

7 Kaya Raya Berkebun Salak da Bank Surya Yudha. Dengan uang tersebut Pak Tarji bisa membeli lahan salak seluas 750 meter persegi yang resmi menjadi hak miliknya. Tekad Pak Tarji untuk memiliki lahan lebih luas lagi tidak berhenti. Tahun 2002, setelah melunasi pinjaman Rp 8 juta, Sutarji mengajukan kredit baru. Kali ini nilainya Rp 15 juta untuk jangka waktu dua tahun. Untuk kredit sebesar itu, Pak Tarji menyerahkan sertifikat tanah tempat tinggal dan pekarangan serta sertifikat kebun salak yang telah dibelinya. Dari pinjaman tersebut ia bisa membeli tanah seluas 1700 meter dan menyewa satu hektar kebun salak berisi 800 pohon. Tahun 2004, pinjaman tersebut bisa dilunasi sesuai perjanjian. Keberhasilan memiliki tanah dan pendapatan dari kebun salak yang terus meningkat, membuat Pak Tarji tidak ingin menjadi petani salak biasa. Dia berniat memiliki lahan lebih luas lagi. Dia juga tahu di daerahnya masih banyak kebun salak dan tanah yang apabila dikelola dengan baik akan memberi hasil yang menguntungkan. Kembali, Pak Tarji mencari tanah yang cocok untuk kebun salak dan menda pati tanah kebun seluas 2300 meter yang hendak dijual serta meter kebun yang hendak disewakan. Berdasarkan perhitungan, untuk membeli dan menyewa tanah tersebut Pak Tarji membutuhkan dana sekitar Rp 60 juta. Jumlah yang sangat besar menurut ukurannya saat itu. Melihat besarnya dana yang dibutuhkan, semula ada rasa sungkan dalam diri Sutarji untuk meminjam ke Bank Surya Yudha. Namun karena keyakinan bahwa berkebun salak adalah kunci keberhasilan hidupnya, dia memberanikan diri berkonsultasi dengan petugas bank tersebut yang memang rajin mengunjungi para petani, termasuk Pak Tarji. Bank Surya Yudha sendiri menilai bahwa rencana pembelian kebun salak oleh Pak Tarji memiliki prospek yang bagus. Selain itu, riwayat kredit Pak Tarji juga tanpa cacat. Setelah melewati serangkaian pembicaraan, akhirnya Pak Tarji mengajukan kredit sebesar Rp 60 juta untuk jangka waktu 30 bulan. Seperti sebelumnya, agunan yang diberikan adalah kebun salak yang sudah menjadi hak miliknya ditambah dengan rumah dan tanah pekarangan _baNjar_OKE.indd /3/08 10:01:44 AM

8 Sebenarnya, hubungan Pak Tarji dengan Bank Surya Yudha bukan sekadar hubungan pinjam meminjam uang. Setiap kali Pak Tarji mengajukan pinjaman untuk membeli tanah, pihak Bank Surya Yudh a ikut meninjau tanah yang akan dibeli. Petugas bank tersebut ikut memberi nasihat mengenai prospek tanah untuk berkebun salak. Bukan hanya itu, Bank Surya Yudha juga selalu mengingatkan Pak Tarji untuk mencatat lahan miliknya, banyaknya salak yang dihasilkan dari masing-masing kebun, dan uang yang dihasilkan. Bank Surya Yudha memang mengembangkan keakraban dengan nasabahnya. Petugas bank mendatangi para petani di pelosok Banjarnegara yang berbukit-bukit. Mereka mengajak diskusi para petani mengenai prospek usaha yang dapat dikembangkan, termasuk usaha berkebun salak. Apabila ada petani yang rencana usahanya dianggap layak dan membutuhkan dana, bank menawarkan kredit. Dengan cara inilah petugas Bank Surya Yudha mengenal betul karakter calon nasabahnya. Umumnya, petani di Banjarnegara adalah orang yang baik. Mereka merasa bertanggung jawab untuk melunasi kreditnya sesuai perjanjian, kata Agus Budi Santosa, salah seorang Direksi Bank Surya Yudha. Salak hasil kebun Pak Tarji sangat dikenal. Ukurannya besar-besar, warna coklat muda bersih, dan rasanya manis, sering menjadi rebut an para pedagang _baNjar_OKE.indd /3/08 10:01:49 AM

9 Kaya Raya Berkebun Salak Keberhasilan mengelola kredit dalam jumlah besar ini membuat Pak Tarji semakin berani mengajukan pinjaman-pinjaman baru untuk mendanai pembelian kebun salak. Selanjutnya, Pak Tarji mengajukan pinjaman lagi sebesar Rp 100 juta kepada Bank Surya Yudha. Setelah lunas, ia meminjam lagi dengan nilai dua kali lipat: Rp 200 juta. Kini, Pak Tarji memiliki kebun salak lebih dari lima hektar, ditambah dengan lahan sewaan. Rajin Merawat Di kalangan para pedagang salak di wilayah Banjarnegara, salak hasil kebun Pak Tarji sangat dikenal. Ukurannya besar-besar, warnanya coklat muda bersih, dan rasanya manis. Dengan kualitas yang baik, para pedagang dapat menjualnya ke berbagai supermarket. Maka tidak mengherankan, salak Pak Tarji menjadi rebutan para pedagang. Bahkan ada pedagang yang tidak mau membeli kalau bukan salak saya, kata Pak Tarji. Karena menjadi idola, harga salak Pak Tarji juga lebih mahal dibanding salak-salak petani lain. Pada saat panen raya, ketika salak sedang melimpah ruah, harga salak umumnya jatuh hingga Rp per kilogram. Namun demikian, harga salak Pak Tarji masih bertahan Rp per kilogram. Di luar panen raya, harga salak di Banjarnegara sekitar Rp per kilogram. Pada musim langka seperti itu para pedagang salak berani membeli salak Pak Tarji seharga Rp per kilogram. Kelebihan lain dari kebun salak Pak Tarji adalah bisa memanen satu minggu sekali, sementara petani lain hanya bisa memanen dua minggu sekali. Apa rahasianya? Perawatan, kata Pak Tarji. Menurutnya, selain pemilihan bibit yang baik, perawatan sangat menentukan kualitas hasil. Perawatan itu berupa menyiangi kebun sebulan sekali, membersihkan daun-daun kering dari pohon salak, memupuk enam bulan sekali, dan mengawinkan (menyerbukkan) bunga salak yang baik setiap hari. Semuanya harus dilakukan secara disiplin dan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, untuk mengelola kebunnya Pak _baNjar_OKE.indd /3/08 10:01:49 AM

10 Tarji mempekerjakan sekitar 10 orang setiap hektar guna merawat kebun dan memanen buahnya. Mengenai penjualan hasil kebunnya, dia mengaku tidak memiliki masalah. Para pedagang datang sendiri. Pak Tarji juga memiliki hubungan yang lama dan baik dengan seorang pedagang pengumpul. Hubungan baik ini menyebabkan sikap saling percaya. Karena rasa saling percaya ini, bahkan ketika menimbang hasil panen, Pak Tarji tidak perlu menunggui. Dia hanya menerima catatan laporan hasil penimbangan dan menerima pembayaran. Pak Tarji sendiri tidak tahu persis ke mana salak hasil kebunnya dijual. Menurut pedagang pengumpul, salak saya dijual ke berbagai supermarket di Jakarta, bahkan ada yang ke Palembang. Kini, dari setiap hektar kebun salaknya, Pak Tarji bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 12 juta per bulan. Karena Pak Tarji memiliki lima hektar kebun salak, Anda bisa menghitung sendiri berapa kira-kira penghasilan Pak Tarji setiap bulannya. Keberhasil an Pak Tarji ini mengundang banyak rekan petani mendatangi nya untuk meminta nasihat mengenai cara berkebun salak. Mereka pun beramai-ramai mengubah lahan pertaniannya menjadi kebun salak. Itulah sebabnya di pelosok Banjarnegara kita menemukan begitu banyak kebun salak. Petani Banjarnegara benar-benar telah demam salak. Kelebihan lain dari kebun salak Pak Tarji adalah bisa memanen satu minggu sekali, sementara petani lain hanya bisa memanen dua minggu sekali. Apa rahasianya? Perawatan, kata Pak Tarji. Menurutnya, selain pemilihan bibit yang baik, perawatan sangat menentukan kualitas hasil. Perawatan itu berupa menyiangi kebun sebulan sekali, membersihkan daun-daun kering dari pohonnya, memupuk enam bulan sekali, dan mengawinkan (menyerbukkan) bunga salak yang baik setiap hari. Semuanya harus dilakukan secara disiplin dan sungguh-sungguh _baNjar_OKE.indd /3/08 10:01:50 AM

11 Kaya Raya Berkebun Salak Mengenai rencana ke depan, Pak Tarji mengaku akan tetap menjadi petani salak. Sepanjang memiliki dana, ia akan terus membeli kebun salak yang tidak terawat dan mengubahnya menjadi lahan salak produktif. Ia juga akan terus membeli dan menyewa lahan-lahan yang cocok untuk tanaman salak dan menyulapnya jadi kebun salak unggul. Ia begitu yakin, nasib baiknya berada di kebun salak. Pengalaman Eko Sutarji menunjukkan, untuk sukses dia harus memahami betul usaha yang ditekuninya. Dia sangat memahami jenis tanaman salak, lahan yang baik dan metode perawatan yang benar. Pak Tarji juga memiliki ketekunan di atas rata-rata petani pada umumnya dalam merawat kebun salaknya. Dalam hal penggunaan dana kredit, Pak Tarji menggunakanya hanya untuk membeli aset produktif: lahan salak. Dia tidak menggunakan pinjaman dari bank untuk perawatan kebun. Kunci sukses yang lebih penting adalah fokus. Pak Tarji menjaga hubungan baik dengan pedagang yang bisa dipercaya agar bisa fokus pada kebun salaknya. [] ramelan _baNjar_OKE.indd /3/08 10:01:50 AM

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEUANGAN. Swiss Confederation. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

PERENCANAAN KEUANGAN. Swiss Confederation. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia PERENCANAAN KEUANGAN ASET Aktiva/Harta/Kekayaan yang dimiliki, misalnya : uang tunai, tanah, sepeda motor, pohon kakao. LIABILITAS hutang yang dimiliki, misalnya tagihan untuk membayar pinjaman. PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI PENERAPAN IJARAH DAN PENGAMBILAN BESARAN DENDA PADA PERSEWAAN MOBIL DI KELURAHAN MLAJAH KECAMATAN BANGKALAN KABUPATEN BANGKALAN

BAB III APLIKASI PENERAPAN IJARAH DAN PENGAMBILAN BESARAN DENDA PADA PERSEWAAN MOBIL DI KELURAHAN MLAJAH KECAMATAN BANGKALAN KABUPATEN BANGKALAN BAB III APLIKASI PENERAPAN IJARAH DAN PENGAMBILAN BESARAN DENDA PADA PERSEWAAN MOBIL DI KELURAHAN MLAJAH KECAMATAN BANGKALAN KABUPATEN BANGKALAN A. Sekilas Kelurahan Mlajah 1. Keadaan Geografis Kelurahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA. Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA. Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara untuk Petani Penyewa PEDOMAN WAWANCARA Nama : Sebastian R.S. Saragih NIM : 030901012 Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah (Studi Kasus di Desa

Lebih terperinci

TRANSKIP WAWANCARA. : AVI (Nama tidak dipublikasikan) Kode Wawancara : WA/2/26-Maret/2016 Hari/Tgl : Sabtu, 26 Maret 2016 Lokasi Wawancara : Rumah

TRANSKIP WAWANCARA. : AVI (Nama tidak dipublikasikan) Kode Wawancara : WA/2/26-Maret/2016 Hari/Tgl : Sabtu, 26 Maret 2016 Lokasi Wawancara : Rumah TRANSKIP WAWANCARA Nama Informan : AVI (Nama tidak dipublikasikan) Kode Wawancara : WA/2/26-Maret/2016 Hari/Tgl : Sabtu, 26 Maret 2016 Lokasi Wawancara : Rumah Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 43 tahun

Lebih terperinci

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Definisi UMKM UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah berdasarkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Usaha produktif dengan kriteria

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tingkat pendidikan penduduk sebagai berikut : Tabel 1.1 Penduduk Desa Pekandangan Menurut Jenis Pekerjaan:

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tingkat pendidikan penduduk sebagai berikut : Tabel 1.1 Penduduk Desa Pekandangan Menurut Jenis Pekerjaan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan keahliannya masing-masing. Bagi masyarakat pedesaan bidang pertanian

Lebih terperinci

Demikianlah surat permohonan ini besar harapan kami mendapat dukungan dana dari bank yang bapak pimpin.

Demikianlah surat permohonan ini besar harapan kami mendapat dukungan dana dari bank yang bapak pimpin. Contoh Proposal Usaha Bengkel Motor Proposal usaha bengkel motor dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam membuka bisnis rumahan. Usaha bengkel motor dan mobil akan dapat sukses jika diawali dengan perencanaan

Lebih terperinci

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. Sondakh 1), dan Andi Tenrirawe 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Pemasaran melinjo di Desa Kepek Kecamatan Saptosari menerapkan sistem kiloan yaitu melinjo dibeli oleh pedagang dari petani dengan satuan rupiah per kilogram.

Lebih terperinci

Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!!

Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!! KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!! NAMA : ELI RUSTIKA DEWI NIM : 11.01.2930 KELAS JURUSAN : 11-D3TI-02 : TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 a. Abstrak I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN 29 Bab perubahan struktur agraria ini berisi tentang penjelasan mengenai rezim pengelolaan TNGHS, sistem zonasi hutan konservasi TNGHS, serta kaitan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sehingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN A. Kondisi Analisis Kelayakan Debitur Pada Pembiayaan Murabahah Di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan Dalam pemberian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. Lingkungan fisik, lingkungan biologis serta lingkungan sosial manusia akan selalu berubah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA JAW A TENGAH 1996-2011 ISSN : 0854-6932 No. Publikasi : 33531.1204 Katalog BPS : 5203007.33 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : 245 halaman Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

Benang kusut KBI yang sudah kelihatan ujungnya

Benang kusut KBI yang sudah kelihatan ujungnya Benang kusut KBI yang sudah kelihatan ujungnya Minggu, 15 April 2012 23:01 WIB 1394 Views Dahlan Iskan (*) Menteri BUMN Dahlan Iskan (FOTO ANTARA) Jakarta (ANTARA News) - Ada satu BUMN yang sebenarnya

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS. Peluang Bisnis Keripik Singkong Pedas

TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS. Peluang Bisnis Keripik Singkong Pedas TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS Peluang Bisnis Keripik Singkong Pedas Di Susun Oleh: ELWANDA EKO PRASETYO 11-S1TI-14 11.11.5606 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 A. Abstraksi Keripik singkong merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK Hutan rakyat sudah lama ada dan terus berkembang di masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari hutan rakyat sangat dirasakan

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

BOKS LAPORAN SURVEI LAPANGAN PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN HARGA KOMODITAS CABAI DI KABUPATEN MAGELANG DAN WONOSOBO

BOKS LAPORAN SURVEI LAPANGAN PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN HARGA KOMODITAS CABAI DI KABUPATEN MAGELANG DAN WONOSOBO BOKS LAPORAN SURVEI LAPANGAN PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN HARGA KOMODITAS CABAI DI KABUPATEN MAGELANG DAN WONOSOBO I. Latar Belakang Dalam keranjang IHK, komoditas cabai direpresentasikan oleh komoditas cabai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hutan. Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan hutan terluas di dunia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hutan. Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan hutan terluas di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, hutan merupakan vegetasi alami utama dan salah satu sumber daya alam yang sangat penting. Menurut UU No. 5 tahun 1967 hutan didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur Pembiayaan merupakan langkah yang dilakukan KSPPS TAMZIS Bina Utama dalam menyalurkan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat No. 10/ 45 /DKBU Jakarta, 12 Desember 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan 51 BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Harga pasaran yang

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENABUNG MASYARAKAT

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENABUNG MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tabungan merupakan salah satu sarana penting dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga (Yasid, 2009:90). Tabungan berguna untuk menyiapkan kehidupan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usahatani tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) merupakan

I. PENDAHULUAN. Usahatani tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) merupakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usahatani tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) merupakan tanaman yang sudah lama dikenal di Indonesia/di daerah Sumatera Utara. Pada mulanya tanaman ini

Lebih terperinci

Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden. petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah.

Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden. petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah. V. HASIL PENGAMATAN 5.1 Karakteristik Responden Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah. Responden petani berjumlah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Negeri Sakti merupakan salah satu desa di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Negeri Sakti merupakan salah satu desa di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten 45 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Negeri Sakti Desa Negeri Sakti merupakan salah satu desa di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran yang memiliki luas wilayah 400 Ha. Desa tersebut

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA TANAMAN BUAH SIRSAK

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA TANAMAN BUAH SIRSAK KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA TANAMAN BUAH SIRSAK DISUSUN OLEH : NAMA : YULI NURCAHYO NIM : 11.11.5420 KELAS : 11-S1TI-11 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha Bank

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN JASA PEGADAIAN

MEMANFAATKAN JASA PEGADAIAN MEMANFAATKAN JASA PEGADAIAN Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 722/XIV Suatu hari, Bu Broto datang menemui Bu Sri, tetangganya yang kebetulan memiliki sebuah toko. Ia bercerita tentang anaknya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dengan menggambarkan atau menjelaskan suatu obyek kelompok secara detail

METODE PENELITIAN. dengan menggambarkan atau menjelaskan suatu obyek kelompok secara detail III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggambarkan atau menjelaskan suatu obyek kelompok secara detail dan sesuai fakta di lapangan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG IB Rahn Emas adalah fasilitas pembiayaan dengan akad qardh untuk kebutuhan dana tunai dengan jaminan emas 1. Sedangkan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Buka Bengkel Untuk Penghasilan

Peluang Usaha Buka Bengkel Untuk Penghasilan Peluang Usaha Buka Bengkel Untuk Penghasilan Membuka usaha bengkel biasanya memerlukan tempat dan lokasi yang strategis dan dan butuh tempat yang luas untuk menampung kendaraan yang akan anda service,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an.

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi jenis Arabika masuk ke Jawa dari Malabar pada tahun 1699 dibawa oleh kapitalisme Belanda perkembangannya sangat pesat dan hal ini tidak bisa dilepaskan dari sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

Contoh Proposal Usaha Bengkel Sepeda Motor

Contoh Proposal Usaha Bengkel Sepeda Motor Contoh Proposal Usaha Bengkel Sepeda Motor Modifikasi.co.id Saat anda ingin membuka usaha bengkel motor apabila modal sudah mentok alias bingung cari modal maka bisa dengan mengajukan proposal yang ditawarkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG USAHA Durian merupakan salah satu jenis buah yang sangat di idolakan di Indonesia. Sesuai dengan sebutan durian yang di duga berasal dari istilah melayu, buah ini sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman kebutuhan masyarakat terus meningkat dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi sehingga kredit menjadi salah satu alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang peranan penting. Dimana untuk kemajuan perekonomian, kita tidak bisa mengandalkan dalam

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum didapati dalam wilayah agraris yaitu petani. Petani merupakan orang yang bekerja dalam hal bercocok

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG SALINAN PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEGIATAN UNIT USAHA JASA KEUANGAN MIKRO BADAN USAHA MILIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya pemerintah untuk menyehatkan perekonomian nasional adalah dengan penyaluran dana dalam bentuk kredit. Kredit tersebut dapat diberikan kepada masyarakat

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014 No. 76/12/33 Th. VIII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PRODUKSI USAHA TANAMAN CABAI MERAH PER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suaka margasatwa merupakan salah satu bentuk kawasan suaka alam. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah kawasan yang mempunyai fungsi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Rappler.com Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Ari Susanto Published 12:00 PM, August 23, 2015 Updated 4:48 AM, Aug 24, 2015 Selama 20 tahun, Sadiman mengeluarkan uangnya sendiri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mayoritas penduduk di negara berkembang adalah petani. Oleh karena itu, pembangunan pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a.

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada

Lebih terperinci

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

kemudian hari bagi bank dalam arti luas; KAJIAN PUSTAKA Pengertian dasar tentang kredit bermasalah Dalam kasus kredit bermasalah, debitur mengingkari janji membayar bunga dan pokok pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, sehingga dalam hal ini

Lebih terperinci

Handout 1A. Anggaran Bulanan. Anggaran Berimbang

Handout 1A. Anggaran Bulanan. Anggaran Berimbang Handout 1A Anggaran Berimbang Anggaran Bulanan Pendapatan (Uang Masuk) Gaji Pengeluaran (Uang Keluar) 5,000,000 Pengeluaran Tetap Kontrak Rumah 1,500,000 Cicilan Kendaraan 750,000 Asuransi 100,000 Tabungan

Lebih terperinci

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT 6.1 Kelembagaan Pengurusan Hutan Rakyat Usaha kayu rakyat tidak menjadi mata pencaharian utama karena berbagai alasan antara lain usia panen yang lama, tidak dapat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA Lampiran 1 Questioner ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Pertanyaan dalam Kuisioner ini tujuannya hanya semata-mata untuk penelitian

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK WANPRESTASI PEMESANAN BARANG DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BAK TRUK DI C.V SUMBER JATI BATANG DAN TIGA PUTRA WELERI

BAB III PRAKTEK WANPRESTASI PEMESANAN BARANG DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BAK TRUK DI C.V SUMBER JATI BATANG DAN TIGA PUTRA WELERI BAB III PRAKTEK WANPRESTASI PEMESANAN BARANG DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BAK TRUK DI C.V SUMBER JATI BATANG DAN TIGA PUTRA WELERI A. Sejarah dan Perkembangan C.V Sumber Jati Sumber Jati merupakan nama sebuah

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA KENTANG

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA KENTANG KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA KENTANG Di susun oleh : Nama : Suhendra Tampubolon Nim : 10.11.3652 Kelas : S1TI-2B STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI di PT.BANK RAKYAT INDONESIA(PERSERO)Tbk. KANTOR CABANG SIDOARJO SKRIPSI Diajukan oleh : Moch. Adam Sudharta 0513315044/FE/EA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pihak kreditur membuat perjanjian kredit dalam bentuk akta

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pihak kreditur membuat perjanjian kredit dalam bentuk akta BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis paparkan dalam bab sebelumnya dapat disimpulkan : 1. Latar belakang pihak kreditur membuat perjanjian kredit dalam bentuk akta

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH 23 USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH Gambaran Usaha Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) Menjadi wirausahawan merupakan salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan dan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri

BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri 48 BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri 1. Letak Geografis Kabupaten Wonogiri terletak pada posisi

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam meminjam telah dilakukan sejak lama oleh masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran yang sah. Pihak pemberi pinjaman yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bank dikenal sebagai sebuah tempat dimana kita menyimpan uang kita, tempat yang sangat identik dengan kata menabung. Orang tua kita selalu mengajari kita

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN BATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia berusaha untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang guna terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan tabel gambaran umum responden pada penelitian ini: Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan tabel gambaran umum responden pada penelitian ini: Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden Gambaran umum responden penelitian ini yaitu meliputi: usia, jenis kelamin, lama usaha dan pendidikan terakhir. Berikut adalah tabel yang akan menunjukkan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG 1. Lokasi Penelitian Lapang Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, khususnya usaha perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sembunglor merupakan sebuah desa yang terletak dalam cakupan wilayah Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Desa Sembunglor itu desa yang amat kecil dan terpencil

Lebih terperinci

BISNIS PERKEBUNAN MANGGA DENGAN SISTIM BAGI HASIL

BISNIS PERKEBUNAN MANGGA DENGAN SISTIM BAGI HASIL BISNIS PERKEBUNAN MANGGA DENGAN SISTIM BAGI HASIL Di susun Oleh: Nama :Amin Khalim Nim :10.11.4171 Kelas :S1 TI-2I STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jln.Ringroad Utara,Condong Catur,Depok Sleman Yogyakarta www.amikom.ac.id

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci