PERATURAN BERSAMA MENTERI KEHUTANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : NK. 14/MENHUT-II/2011 NOMOR : 31 TAHUN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN BERSAMA MENTERI KEHUTANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : NK. 14/MENHUT-II/2011 NOMOR : 31 TAHUN 2011"

Transkripsi

1 PERATURAN BERSAMA MENTERI KEHUTANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : NK. 14/MENHUT-II/2011 NOMOR : 31 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI KEHUTANAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 42 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan dan Angka Kreditnya, perlu menetapkan Peraturan Bersama Menteri Kehutanan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3000), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

2 2 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2797); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4015), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4332); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 195, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4016), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4192); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara

3 3 Republik Indonesia Nomor 4017), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4193); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4019); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 164); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 15. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 16. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah enam kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; 17. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah tujuh kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005; 18. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 19. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 20. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 597/Kpts-II/ 1998 tentang Satuan Tugas Operasional Jagawana;

4 4 21. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 378/Kpts-V/ 1999 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor. 471 / Kpts-II / 1988 tentang Pemberian/ Penggunaan Nama/Istilah/Bagi Alat alat Kepolisian Khusus dengan nama Jagawana diganti dengan nama/istilah Polisi Kehutanan; 22. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 14 Tahun 2008; 23. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.40 / Menhut II / 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan; 24. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan dan Angka Kreditnya; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BERSAMA MENTERI KEHUTANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI KEHUTANAN DAN ANGKA KREDITNYA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan: 1. Jabatan fungsional Polisi Kehutanan adalah jabatan dalam lingkungan instansi Kehutanan Pusat dan Daerah yang sesuai dengan sifat pekerjaannya menyelenggarakan dan atau melaksanakan usaha perlindungan hutan yang oleh kuasa Undang-Undang diberikan wewenang kepolisian khusus di bidang kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil. 2. Polisi Kehutanan adalah Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan instansi Kehutanan Pusat dan Daerah yang sesuai dengan sifat pekerjaannya menyelenggarakan dan atau melaksanakan usaha perlindungan hutan yang oleh kuasa Undang-Undang diberikan wewenang kepolisian khusus di bidang kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

5 5 3. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. 4. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 5. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 6. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. 7. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 8. Kepolisian Khusus Kehutanan yang disebut dengan Kepolisian Kehutanan adalah segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan kelembagaan Polisi Kehutanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 9. Polisi Kehutanan Terampil adalah Pejabat Fungsional Polisi Kehutanan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu. 10. Polisi Kehutanan Ahli adalah Pejabat Fungsional Polisi Kehutanan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi dan teknik analisis tertentu. 11. Kegiatan Polisi Kehutanan adalah segala aktivitas Polisi Kehutanan dalam penyelenggaraan perlindungan dan pengamanan hutan serta peredaran hasil hutan yang meliputi pendidikan, penyiapan prakondisi, perlindungan dan pengamanan kawasan, peredaran hasil hutan serta pengendalian kebakaran, monitoring dan evaluasi, pengembangan profesi dan penunjang kegiatan Kepolisian Kehutanan. 12. Penyiapan prakondisi adalah rangkaian upaya yang perlu dipersiapkan dalam rangka perlindungan dan pengamanan kawasan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran yang meliputi penyusunan rancangan kebijakan, evaluasi

6 6 kebijakan, penyusunan rancangan strategi kegiatan, penyusunan rancangan program kerja, penyusunan petunjuk operasional, penyusunan rencana operasi dan penyusunan rencana kerja personal. 13. Perlindungan dan pengamanan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi dan perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. 14. Beban kerja Polisi Kehutanan adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh Polisi Kehutanan dalam jangka waktu tertentu. 15. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan. 16. Tim Penilai Angka Kredit jabatan fungsional Polisi Kehutanan adalah tim penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai prestasi kerja Polisi Kehutanan. 17. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional Polisi Kehutanan dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan. 18. Karya tulis ilmiah adalah tulisan hasil pokok pikiran, pengembangan dan hasil kajian/penelitian yang disusun oleh perorangan atau kelompok, yang membahas suatu pokok bahasan ilmiah dengan menuangkan gagasan tertentu melalui identifikasi, tinjauan pustaka, deskripsi, analisis permasalahan, kesimpulan dan saran-saran pemecahannya. 19. Tanda jasa/penghargaan adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Negara Asing, atau organisasi ilmiah nasional/regional/internasional yang diakui oleh masyarakat ilmiah. 20. Organisasi profesi adalah organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada disiplin ilmu pengetahuan di bidang perlindungan dan pengamanan hutan serta etika profesi di bidang kepolisian kehutanan.

7 7 BAB II KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN BEBAN KERJA, RUMPUN JABATAN, DAN JENJANG JABATAN DAN PANGKAT Bagian Pertama Kedudukan Pasal 2 Polisi Kehutanan berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional perlindungan dan pengamanan hutan serta pengawasan peredaran hasil hutan pada instansi pemerintah baik pusat maupun daerah. Bagian Kedua Tugas Pokok dan Beban Kerja Pasal 3 (1) Tugas pokok Polisi Kehutanan adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, memantau, dan mengevaluasi serta melaporkan kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan serta pengawasan peredaran hasil hutan. (2) Beban kerja Polisi Kehutanan dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang digunakan untuk kenaikan jabatan/pangkat adalah sebagai berikut: a. Bagi Polisi Kehutanan Madya paling sedikit mengumpulkan angka kredit sebanyak 40 (empat puluh) dari unsur penyiapan prakondisi perlindungan dan pengamanan hutan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran, dan dari unsur perlindungan dan pengamanan kawasan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran; b. Bagi Polisi Kehutanan Muda paling sedikit mengumpulkan angka kredit sebanyak 26 (dua puluh enam) dari unsur penyiapan prakondisi perlindungan dan pengamanan hutan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran, dan dari unsur perlindungan dan pengamanan kawasan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran; c. Bagi Polisi Kehutanan Pertama paling sedikit mengumpulkan angka kredit sebanyak 14 (empat belas) dari unsur penyiapan prakondisi perlindungan dan pengamanan hutan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran, dan dari unsur perlindungan dan pengamanan kawasan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran; d. Bagi Polisi Kehutanan Penyelia paling sedikit mengumpulkan angka kredit sebanyak 26 (dua puluh enam) dari unsur perlindungan dan pengamanan kawasan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran;

8 8 e. Bagi Polisi Kehutanan Pelaksana Lanjutan paling sedikit mengumpulkan angka kredit sebanyak 12 (dua belas) dari unsur perlindungan dan pengamanan kawasan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran; f. Bagi Polisi Kehutanan Pelaksana paling sedikit mengumpulkan angka kredit sebanyak 5 (lima) dari unsur perlindungan dan pengamanan kawasan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran; g. Bagi Polisi Kehutanan Pelaksana Pemula paling sedikit mengumpulkan angka kredit sebanyak 4 (empat) dari unsur perlindungan dan pengamanan kawasan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran. Bagian Ketiga Rumpun Jabatan Pasal 4 Jabatan fungsional Polisi Kehutanan termasuk dalam rumpun penyidik dan detektif. Bagian Keempat Jenjang Jabatan dan Pangkat Pasal 5 (1) Jenjang jabatan dan pangkat Polisi Kehutanan Terampil, yaitu: a. Polisi Kehutanan Pelaksana Pemula: Pengatur Muda, golongan ruang II/a. b. Polisi Kehutanan Pelaksana: 1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b; 2. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d. c. Polisi Kehutanan Pelaksana Lanjutan: 1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b. d. Polisi Kehutanan Penyelia: 1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d. (2) Jenjang jabatan dan pangkat Polisi Kehutanan Ahli, yaitu: a. Polisi Kehutanan Pertama: 1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b. b. Polisi Kehutanan Muda: 1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

9 9 c. Polisi Kehutanan Madya: 1. Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c. BAB III RINCIAN KEGIATAN DAN UNSUR YANG DINILAI DALAM PEMBERIAN ANGKA KREDIT Pasal 6 (1) Rincian kegiatan Polisi Kehutanan Terampil sesuai dengan jenjang jabatan, sebagai berikut: a. Polisi Kehutanan Pelaksana Pemula, meliputi: 1. Menyusun rencana kerja personal Polisi Kehutanan; 2. Melakukan inventarisasi potensi permasalahan; 3. Gladi posko pengendalian perlindungan dan pengamanan hutan; 4. Menyiapkan sarana/prasarana patroli darat; 5. Melakukan penjagaan di pos jaga /pondok jaga/ pondok kerja; 6. Melakukan penjagaan di pengawasan peredaran hasil hutan di terminal bus/stasiun kereta api; 7. Melakukan penjagaan barang bukti; 8. Melakukan penjagaan di kapal patroli; 9. Melakukan penjagaan di tempat peredaran hasil hutan lainnya; 10. Melakukan penjagaan di pasar satwa/tumbuhan; 11. Melakukan patroli darat; 12. Melakukan patroli perairan; 13. Melaksanakan operasi fungsional pengamanan hutan; 14. Melaksanakan operasi gabungan pengamanan hutan; 15. Melakukan penangkapan tersangka; 16. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga sebagai tersangka; 17. Melakukan pengamanan barang bukti; 18. Melakukan pengawalan barang bukti; 19. Melakukan serah terima barang bukti; 20. Mencari dan menangkap tersangka; 21. Menjadi saksi dalam proses penyidikan; 22. Menjadi saksi dalam proses persidangan; 23. Melakukan apel siaga dalam rangka pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan;

10 Menyiapkan sarana dan prasarana pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan; 25. Membuat sekat bakar; 26. Melaksanakan ground check hotspots; 27. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di areal gambut; 28. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di dataran tinggi; 29. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di dataran rendah; 30. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di padang rumput; dan 31. Mengumpulkan data keamanan hutan dan kawasan. b. Polisi Kehutanan Pelaksana, meliputi: 1. Menyusun rencana kerja personal Polisi Kehutanan; 2. Anjangsana/kunjungan ke tokoh masyarakat; 3. Gladi posko pengendalian perlindungan dan pengamanan hutan; 4. Melakukan pembimbingan dan pembinaan kepada Polhut yang ada di bawahnya; 5. Menyiapkan sarana/prasarana patroli perairan; 6. Melakukan penjagaan di pos jaga/pondok jaga/pondok kerja; 7. Melakukan penjagaan pengawasan peredaran hasil hutan di terminal bus/stasiun KA; 8. Melakukan penjagaan barang bukti; 9. Melakukan penjagaan di kapal patroli; 10. Melakukan penjagaan di tempat peredaran hasil hutan lainnya; 11. Melakukan penjagaan di pasar satwa/tumbuhan; 12. Melakukan patroli daratan; 13. Melakukan patroli perairan; 14. Melakukan patroli udara; 15. Melakukan pemeriksaan peredaran tumbuhan dan satwa pada tempat/agen pengumpul tumbuhan dan satwa; 16. Melaksanakan operasi fungsional pengamanan hutan; 17. Melaksanakan operasi gabungan pengamanan hutan; 18. Melakukan penangkapan tersangka; 19. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga sebagai tersangka; 20. Melakukan pengamanan barang bukti; 21. Melakukan pengawalan barang bukti;

11 Melakukan serah terima barang bukti; 23. Melakukan tindakan akhir penanganan barang bukti; 24. Melakukan pengumpulan dan penanganan barang bukti; 25. Melakukan penanganan/olah TKP; 26. Memanggil tersangka/saksi dalam proses penyidikan; 27. Mencari dan menangkap tersangka; 28. Memeriksa tersangka dalam proses penyidikan; 29. Meminta keterangan saksi dalam proses penyidikan; 30. Melakukan penahanan tersangka; 31. Menitipkan tersangka; 32. Menitipkan barang bukti; 33. Melaksanakan gelar perkara sebagai penyidik; 34. Menyusun berkas perkara ke kejaksaan; 35. Menyerahkan berkas perkara ke kejaksaan; 36. Memperbaiki berkas perkara (P19) hingga P21; 37. Menjadi saksi dalam proses penyidikan; 38. Menjadi saksi dalam proses persidangan; 39. Melakukan apel siaga dalam pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan; 40. Melakukan pemeliharaan sekat bakar; 41. Melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana; 42. Melaksanakan pengelolaan bahan bakar (umpan api); 43. Melaksanakan ground check hotspots; 44. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di areal gambut; 45. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di dataran tinggi; 46. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di dataran rendah; 47. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di padang rumput; 48. Inventarisasi areal bekas kebakaran; 49. Pengumpulan bahan keterangan pasca kebakaran hutan; 50. Melakukan penggiringan/pengusiran satwa; 51. Melakukan penangkapan dalam penanganan satwa liar; 52. Melakukan pemusnahan satwa liar yang mengganggu dan atau tidak memiliki harapan untuk direlokasi dan atau tidak memiliki harapan hidup pada habitatnya; 53. Menyusun register perkara; dan 54. Mengolah data keamanan hutan dan kawasan.

12 12 c. Polisi Kehutanan Pelaksana Lanjutan, meliputi: 1. Mengevaluasi kebijakan lingkup unit kerja sebagai anggota; 2. Mengevaluasi kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sebagai anggota; 3. Menyusun rencana kerja personal Polisi Kehutanan; 4. Gladi posko pengendalian perlindungan dan pengamanan hutan; 5. Melakukan pembimbingan dan pembinaan kepada Polisi Kehutanan yang ada di bawahnya; 6. Menyiapkan sarana/prasarana patroli udara; 7. Melakukan penjagaan di pos jaga/pondok jaga/pondok kerja; 8. Memantau potensi kebakaran di menara pengawas kebakaran; 9. Melakukan penjagaan dan pengawasan peredaran hasil hutan di bandar udara/pelabuhan laut; 10. Melakukan penjagaan dan pengawasan peredaran hasil hutan di terminal bus/stasiun kereta api; 11. Melakukan penjagaan di care center/pusat rehabilitasi satwa/pusat penyelamatan satwa (PPS); 12. Melakukan penjagaan di pusat informasi; 13. Melakukan penjagaan barang bukti; 14. Melakukan penjagaan di kapal patroli; 15. Melakukan penjagaan di tempat peredaran hasil hutan lainnya; 16. Melakukan penjagaan di pasar satwa/tumbuhan; 17. Melakukan patroli daratan; 18. Melakukan patroli perairan; 19. Melakukan patroli udara; 20. Melakukan pemeriksaan peredaran tumbuhan dan satwa pada penangkar tumbuhan dan satwa; 21. Melaksanakan operasi intelejen pengamanan hutan; 22. Melaksanakan operasi fungsional pengamanan hutan; 23. Melaksanakan operasi gabungan pengamanan hutan; 24. Melaksanakan operasi khusus pengamanan hutan; 25. Melakukan penangkapan tersangka; 26. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga sebagai tersangka; 27. Melakukan pengawalan tersangka; 28. Melakukan penyerahan tersangka; 29. Melakukan pengamanan barang bukti; 30. Menaksir volume/ukuran barang bukti;

13 Melakukan pengawalan barang bukti; 32. Melakukan serah terima barang bukti; 33. Melakukan tindakan akhir penanganan barang bukti; 34. Melakukan penyelidikan/investigasi tindak pidana/ pelanggaran di bidang kehutanan; 35. Melakukan pengumpulan dan penanganan barang bukti; 36. Melakukan penanganan/olah TKP; 37. Memanggil tersangka/saksi dalam proses penyidikan; 38. Mencari dan menangkap tersangka; 39. Memeriksa tersangka dalam proses penyidikan; 40. Meminta keterangan saksi dalam proses penyidikan; 41. Melakukan penahanan tersangka; 42. Menitipkan tersangka; 43. Menitipkan barang bukti; 44. Melaksanakan gelar perkara sebagai penyidik; 45. Menyusun berkas perkara ke kejaksaan; 46. Memperbaiki berkas perkara (P19) hingga P21; 47. Menjadi saksi dalam proses penyidikan; 48. Menjadi saksi dalam proses persidangan; 49. Membuat peta kerawanan kebakaran hutan; 50. Melakukan apel siaga dalam rangka pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan; 51. Melaksanakan ground check hotspots; 52. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di areal gambut; 53. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di dataran tinggi; 54. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di dataran rendah; 55. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di padang rumput; 56. Membuat peta daerah rawan konflik; 57. Melakukan penjagaan dalam penanganan satwa liar; 58. Melakukan pemindahan dalam penanganan satwa liar; 59. Melakukan pelepasliaran dalam penanganan satwa liar; 60. Mengevakuasi masyarakat; 61. Mengkompilasi register perkara; dan 62. Membuat peta kerawanan hutan.

14 14 d. Polisi Kehutanan Penyelia, meliputi: 1. Menyusun rancangan kebijakan lingkup unit kerja sebagai anggota; 2. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sebagai anggota; 3. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Provinsi sebagai anggota; 4. Mengevaluasi kebijakan lingkup unit kerja sebagai anggota; 5. Mengevaluasi kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sebagai anggota; 6. Mengevaluasi kebijakan tingkat Provinsi sebagai anggota; 7. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Seksi Wilayah/Pengelolaan sebagai anggota; 8. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Bidang Wilayah/Pengelolaan sebagai anggota; 9. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup unit kerja sebagai anggota; 10. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Kabupaten/Kota sebagai anggota; 11. Menyusun program kerja lingkup Seksi Wilayah/Pengelolaan sebagai anggota; 12. Menyusun program kerja lingkup Bidang Wilayah/Pengelolaan sebagai anggota; 13. Menyusun program kerja lingkup unit kerja sebagai anggota; 14. Menyusun program kerja lingkup Kabupaten/Kota sebagai anggota; 15. Menyusun petunjuk operasional penjagaan; 16. Menyusun rencana kerja personal Polisi Kehutanan; 17. Gladi posko pengendalian perlindungan dan pengamanan hutan; 18. Melakukan pembimbingan dan pembinaan kepada Polisi Kehutanan yang ada di bawahnya; 19. Melakukan penjagaan di pos jaga/pondok jaga/pondok kerja; 20. Memantau potensi kebakaran di menara pengawas kebakaran; 21. Melakukan penjagaan dan pengawasan peredaran hasil hutan di bandar udara/pelabuhan laut; 22. Melakukan penjagaan dan pengawasan peredaran hasil hutan di terminal bus/stasiun kereta api; 23. Melakukan penjagaan di care center/pusat rehabilitasi satwa/pusat penyelamatan satwa (PPS);

15 Melakukan penjagaan di pusat informasi; 25. Melakukan penjagaan barang bukti; 26. Melakukan penjagaan di kapal patroli; 27. Melakukan penjagaan di tempat peredaran hasil hutan lainnya; 28. Melakukan penjagaan di pasar satwa/tumbuhan; 29. Melakukan patroli daratan; 30. Melakukan patroli perairan; 31. Melakukan patroli udara; 32. Melakukan pemeriksaan peredaran tumbuhan dan satwa pada eksportir tumbuhan dan satwa; 33. Melaksanakan operasi intelejen pengamanan hutan; 34. Melaksanakan operasi fungsional pengamanan hutan; 35. Melaksanakan operasi gabungan pengamanan hutan; 36. Melakukan penangkapan tersangka; 37. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga sebagai tersangka; 38. Melakukan pengamanan barang bukti; 39. Melakukan tindakan akhir penanganan barang bukti; 40. Melakukan penyelidikan/investigasi tindak pidana/ pelanggaran di bidang kehutanan; 41. Melakukan pengumpulan dan penanganan barang bukti; 42. Membuat laporan kejadian (LK); 43. Melakukan penanganan/olah TKP; 44. Memanggil tersangka/saksi dalam proses penyidikan; 45. Mencari dan menangkap tersangka; 46. Memeriksa tersangka dalam proses penyidikan; 47. Meminta keterangan saksi dalam proses penyidikan; 48. Melakukan penahanan tersangka; 49. Menitipkan tersangka; 50. Menitipkan barang bukti; 51. Melaksanakan gelar perkara sebagai penyidik; 52. Menyusun berkas perkara ke kejaksaan; 53. Menyerahkan berkas perkara ke kejaksaan; 54. Memperbaiki berkas perkara (P19) hingga P21; 55. Menjadi saksi dalam proses penyidikan; 56. Menjadi saksi dalam proses persidangan; 57. Membentuk masyarakat peduli api (MPA); 58. Melakukan apel siaga dalam rangka pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan; 59. Melakukan bimbingan teknis pemadaman;

16 Melaksanakan ground check hotspots; 61. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di areal gambut; 62. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di dataran tinggi; 63. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di dataran rendah; 64. Melakukan pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan di padang rumput; dan 65. Melakukan mobilisasi sumber daya pemadaman kebakaran hutan dan/atau lahan. (2) Rincian kegiatan Polisi Kehutanan Ahli sesuai dengan jenjang jabatan, sebagai berikut: a. Polisi Kehutanan Pertama, meliputi: 1. Menyusun rancangan kebijakan lingkup unit kerja sebagai anggota; 2. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sebagai anggota; 3. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Provinsi sebagai anggota; 4. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Nasional sebagai anggota; 5. Menyusun rancangan kebijakan tingkat internasional sebagai anggota; 6. Mengevaluasi kebijakan lingkup unit kerja sebagai anggota; 7. Mengevaluasi kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sebagai anggota; 8. Mengevaluasi kebijakan tingkat Provinsi sebagai anggota; 9. Mengevaluasi kebijakan tingkat Nasional sebagai anggota; 10. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Seksi Wilayah/Pengelolaan sebagai anggota; 11. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Bidang Wilayah/Pengelolaan sebagai anggota; 12. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup unit kerja sebagai anggota; 13. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Kabupaten/Kota sebagai anggota; 14. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Provinsi sebagai anggota; 15. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Nasional sebagai anggota;

17 Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup internasional sebagai anggota; 17. Menyusun program kerja lingkup Seksi Wilayah/Pengelolaan sebagai anggota; 18. Menyusun program kerja lingkup Bidang Wilayah/Pengelolaan sebagai anggota; 19. Menyusun program kerja lingkup unit kerja sebagai anggota; 20. Menyusun program kerja lingkup Kabupaten/Kota sebagai anggota; 21. Menyusun program kerja lingkup lintas provinsi/nasional sebagai anggota; 22. Menyusun program kerja lingkup internasional sebagai anggota; 23. Menyusun petunjuk operasional operasi intelejen/deteksi dini; 24. Menyusun petunjuk operasional operasi fungsional; 25. Menyusun petunjuk operasional lainnya (gangguan satwa, evakuasi satwa, dll); 26. Menyusun rencana operasi intelejen/deteksi dini; 27. Menyusun rencana operasi fungsional; 28. Menyusun rencana operasi gabungan; 29. Menyusun rencana operasi lainnya (gangguan satwa, evakuasi satwa, dll); 30. Menyusun rencana kerja personal Polisi Kehutanan; 31. Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat luas dan badan hukum; 32. Gladi posko pengendalian perlindungan dan pengamanan hutan; 33. Melakukan pembimbingan dan pembinaan kepada Polisi Kehutanan yang ada di bawahnya; 34. Mengkoordinir patroli darat; 35. Mengkoordinir patroli perairan; 36. Mengkoordinir penjagaan; 37. Melakukan pemeriksaan peredaran tumbuhan dan satwa pada lembaga konservasi; 38. Melaksanakan operasi intelejen pengamanan hutan; 39. Mengkoordinir operasi fungsional pengamanan hutan; 40. Melaksanakan operasi gabungan pengamanan hutan; 41. Melaksanakan operasi khusus pengamanan hutan; 42. Melakukan penangkapan tersangka; 43. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga sebagai tersangka;

18 Melakukan pengamanan barang bukti; 45. Melakukan tindakan akhir penanganan barang bukti; 46. Melakukan penyelidikan/investigasi tindak pidana/ pelanggaran di bidang kehutanan; 47. Melakukan penanganan/olah TKP; 48. Memeriksa tersangka dalam proses penyidikan; 49. Meminta keterangan saksi dalam proses penyidikan; 50. Melakukan penahanan tersangka; 51. Menitipkan tersangka; 52. Menitipkan barang bukti; 53. Melaksanakan gelar perkara sebagai penyidik; 54. Melaksanakan gelar perkara sebagai peserta; 55. Menyusun berkas perkara ke kejaksaan; 56. Menyerahkan berkas perkara ke kejaksaan; 57. Memperbaiki berkas perkara (P19) hingga P21; 58. Mewakili lembaga dalam proses persidangan peradilan; 59. Menjadi saksi ahli dalam proses penyidikan; 60. Menjadi saksi ahli dalam proses persidangan; 61. Menjadi saksi dalam proses penyidikan; 62. Menjadi saksi dalam proses persidangan; 63. Analisis hot spots; 64. Melakukan pembinaan masyarakat peduli api (MPA); 65. Mensosialisasikan pengolahan lahan tanpa bakar (penerapan teknologi); 66. Melakukan apel siaga pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan; 67. Melakukan pendampingan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan konflik satwa liar; 68. Memfasilitasi kerjasama dalam penanggulangan konflik satwa liar dengan masyarakat; dan 69. Melakukan monitoring. b. Polisi Kehutanan Muda, meliputi: 1. Menyusun rancangan kebijakan lingkup unit kerja sebagai anggota; 2. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sebagai anggota; 3. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Provinsi sebagai anggota; 4. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Nasional sebagai anggota;

19 19 5. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Internasional sebagai anggota; 6. Mengevaluasi kebijakan lingkup unit kerja sebagai ketua; 7. Mengevaluasi kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sebagai ketua; 8. Mengevaluasi kebijakan tingkat Provinsi sebagai anggota; 9. Mengevaluasi kebijakan tingkat Nasional sebagai anggota; 10. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Seksi Wilayah/Pengelolaan sebagai ketua; 11. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Bidang Wilayah/Pengelolaan sebagai ketua; 12. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup unit kerja sebagai ketua; 13. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Kabupaten/Kota sebagai ketua; 14. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Provinsi sebagai anggota; 15. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Nasional sebagai anggota; 16. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup internasional sebagai anggota; 17. Menyusun program kerja lingkup Seksi Wilayah/Pengelolaan sebagai ketua; 18. Menyusun program kerja lingkup Bidang Wilayah/ Pengelolaan sebagai ketua; 19. Menyusun program kerja lingkup unit kerja sebagai ketua; 20. Menyusun program kerja lingkup Kabupaten/Kota sebagai ketua; 21. Menyusun program kerja lingkup lintas provinsi/nasional sebagai anggota; 22. Menyusun program kerja lingkup internasional sebagai anggota; 23. Menyusun petunjuk operasional patroli pengamanan; 24. Menyusun petunjuk operasional operasi gabungan; 25. Menyusun rencana kerja personal Polisi Kehutanan; 26. Melakukan ceramah, diskusi dan dialog interaktif dengan kelompok masyarakat; 27. Konsultasi/koordinasi dengan mitra instansi terkait; 28. Gladi posko pengendalian perlindungan dan pengamanan hutan;

20 Melakukan pembimbingan dan pembinaan kepada Polisi Kehutanan yang ada di bawahnya; 30. Supervisi dan pendampingan patrol darat; 31. Supervisi dan pendampingan patrol perairan; 32. Supervisi dan pendampingan penjagaan; 33. Mengkoordinir operasi intelejen pengamanan hutan; 34. Supervisi operasi fungsional pengamanan hutan; 35. Mengkoordinir operasi gabungan pengamanan hutan; 36. Mengkoordinir operasi khusus pengamanan hutan; 37. Melakukan penangkapan tersangka; 38. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga sebagai tersangka; 39. Melakukan penyelidikan/investigasi tindak pidana/ pelanggaran di bidang kehutanan; 40. Membuat laporan kejadian (LK); 41. Melakukan penanganan/olah TKP; 42. Memeriksa tersangka dalam proses penyidikan; 43. Meminta keterangan saksi dalam proses penyidikan; 44. Melakukan penahanan tersangka; 45. Menitipkan tersangka; 46. Menitipkan barang bukti; 47. Melaksanakan gelar perkara sebagai penyidik; 48. Melaksanakan gelar perkara sebagai peserta; 49. Menyusun berkas perkara ke kejaksaan; 50. Menyerahkan berkas perkara ke kejaksaan; 51. Memperbaiki berkas perkara (P19) hingga P21; 52. Melakukan telaahan hukum; 53. Menjadi saksi ahli dalam proses penyidikan; 54. Menjadi saksi ahli dalam proses persidangan; 55. Menjadi saksi dalam proses penyidikan; 56. Menjadi saksi dalam proses persidangan; 57. Melakukan apel siaga dalam rangka pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan; 58. Melakukan supervisi posko pengendalian kebakaran hutan dan lahan; 59. Melakukan supervisi pemadaman kebakaran; 60. Menganalisis kejadian konflik satwa liar dengan masyarakat; 61. Melakukan pembinaan masyarakat; 62. Memfasilitasi kelembagaan masyarakat;

21 Mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan konflik satwa liar dengan masyarakat; 64. Menganalisis peta kerawanan hutan; dan 65. Melakukan evaluasi perlindungan dan pengamanan kawasan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran. c. Polisi Kehutanan Madya, meliputi: 1. Menyusun rancangan kebijakan lingkup unit kerja sebagai ketua; 2. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sebagai ketua; 3. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Provinsi sebagai ketua; 4. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Nasional sebagai ketua; 5. Menyusun rancangan kebijakan tingkat Internasional sebagai ketua; 6. Mengevaluasi kebijakan tingkat Provinsi sebagai ketua; 7. Mengevaluasi kebijakan tingkat Nasional sebagai ketua 8. Mengevaluasi kebijakan tingkat Internasional; 9. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Provinsi sebagai ketua; 10. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Nasional sebagai ketua; 11. Menyusun rancangan strategi kegiatan lingkup Internasional sebagai ketua; 12. Menyusun program kerja lingkup lintas provinsi/nasional sebagai ketua; 13. Menyusun program kerja lingkup internasional sebagai ketua; 14. Menyusun petunjuk operasional operasi khusus; 15. Menyusun rencana operasi khusus; 16. Menyusun rencana kerja personal Polisi Kehutanan; 17. Melakukan kampanye kepada masyarakat dan badan hukum; 18. Gladi posko pengendalian perlindungan dan pengamanan hutan; 19. Melakukan pembimbingan dan pembinaan kepada Polisi Kehutanan yang ada di bawahnya; 20. Supervisi operasi intelejen pengamanan hutan; 21. Supervisi operasi gabungan pengamanan hutan; 22. Supervisi operasi khusus pengamanan hutan; 23. Melakukan penangkapan tersangka;

22 Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga sebagai tersangka; 25. Melakukan penanganan/olah TKP; 26. Memeriksa tersangka dalam proses penyidikan; 27. Meminta keterangan saksi dalam proses penyidikan; 28. Melakukan penahanan tersangka; 29. Menitipkan tersangka; 30. Menitipkan barang bukti; 31. Melaksanakan gelar perkara sebagai penyidik; 32. Melaksanakan gelar perkara sebagai peserta; 33. Menyusun berkas perkara ke kejaksaan; 34. Menyerahkan berkas perkara ke kejaksaan; 35. Memperbaiki berkas perkara (P19) hingga P21; 36. Menjadi saksi ahli dalam proses penyidikan; 37. Menjadi saksi ahli dalam proses persidangan; 38. Menjadi saksi dalam proses penyidikan; 39. Menjadi saksi dalam proses persidangan; 40. Melakukan apel siaga dalam rangka pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan; 41. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam penanggulangan konflik satwa liar; dan 42. Memfasilitasi kolaborasi dalam rangka penanggulangan konflik satwa liar. BAB IV PEJABAT YANG BERWENANG MENGANGKAT, PENGANGKATAN PERTAMA, PENGANGKATAN DARI JABATAN LAIN, DAN PERPINDAHAN DARI TINGKAT TERAMPIL KE TINGKAT AHLI Bagian Pertama Pejabat Yang Berwenang Mengangkat Pasal 7 Pejabat Pembina Kepegawaian merupakan pejabat yang berwenang mengangkat Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan fungsional Polisi Kehutanan.

23 23 Bagian Kedua Pengangkatan Pertama Pasal 8 (1) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan fungsional Polisi Kehutanan Terampil harus memenuhi syarat: a. berijazah paling rendah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di bidang Kehutanan atau Sekolah Menengah Atas (SMA) yang kualifikasinya ditetapkan oleh Menteri Kehutanan; b. pangkat paling rendah Pengatur Muda, golongan ruang II/a; dan c. setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3), paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (2) Pegawai Negeri Sipil yang di angkat untuk pertama kali dalam jabatan fungsional Polisi Kehutanan Ahli harus memenuhi syarat: a. berijazah paling rendah Sarjana (S1)/Diploma IV di bidang Kehutanan, Pertanian, Biologi, Perikanan/Kelautan, Teknik Lingkungan, Hukum, Sospol dan kualifikasi lain yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan; b. pangkat paling rendah Penata Muda, golongan ruang III/a; dan c. setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3), paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (3) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus lulus uji kompetensi. (4) Ketentuan mengenai uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) lebih lanjut ditetapkan oleh Menteri Kehutanan selaku pimpinan instansi pembina jabatan fungsional Polisi Kehutanan. (5) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), paling lama 2 (dua) tahun setelah diangkat dalam jabatan fungsional Polisi Kehutanan harus mengikuti dan lulus diklat dasar fungsional di bidang kepolisian kehutanan sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan oleh instansi pembina jabatan fungsional Polisi Kehutanan. (6) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah pengangkatan untuk mengisi lowongan formasi dari Calon Pegawai Negeri Sipil.

24 24 (7) Pengangkatan pertama kali dalam jabatan fungsional Polisi Kehutanan dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran I Peraturan Bersama ini. Bagian Ketiga Pengangkatan dari Jabatan Lain Pasal 9 (1) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dari jabatan lain ke dalam jabatan fungsional Polisi Kehutanan harus memenuhi syarat: a. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), atau ayat (2) dan ayat (3); b. tersedia formasi untuk jabatan fungsional Polisi Kehutanan; c. memiliki pengalaman di bidang kepolisian kehutanan paling kurang 2 (dua) tahun; d. usia paling tinggi 35 (tiga puluh lima) tahun untuk Polisi Kehutanan Terampil dan 40 (empat puluh) tahun untuk Polisi Kehutanan Ahli; e. telah mengikuti dan lulus diklat dasar fungsional di bidang kepolisian kehutanan; dan f. sehat jasmani dan rohani dan dibuktikan dengan surat keterangan sehat yang keluarkan oleh Dokter pemerintah. (2) Pangkat yang ditetapkan bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sama dengan pangkat yang dimilikinya, dan jenjang jabatan ditetapkan sesuai dengan jumlah angka kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit. (3) Jumlah angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dari unsur utama dan unsur penunjang. (4) Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah angka kredit yang diperoleh berdasarkan penilaian sejak melaksanakan tugas di bidang kepolisian kehutanan sepanjang bukti fisik lengkap dan butir kegiatan yang diusulkan sesuai dengan tugas pokok jabatan fungsional Polisi Kehutanan. (5) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke dalam jabatan fungsional Polisi Kehutanan dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran II Peraturan Bersama ini.

25 25 Bagian Keempat Perpindahan dari Tingkat Terampil ke Tingkat Ahli Pasal 10 (1) Polisi Kehutanan Terampil yang memperoleh ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV (D.IV) dapat dipindahkan dalam jabatan Polisi Kehutanan Ahli, apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. tersedia formasi untuk jabatan fungsional Polisi Kehutanan Ahli; b. berijazah di bidang Kehutanan, Pertanian, Biologi, Perikanan/Kelautan, Teknik Lingkungan, Hukum, Sospol dan kualifikasi lain yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan; c. telah mengikuti dan lulus diklat fungsional alih tingkat dari jabatan fungsional Polisi Kehutanan Terampil ke jabatan fungsional Polisi Kehutanan Ahli; dan d. memenuhi jumlah angka kredit kumulatif yang ditentukan. (2) Polisi Kehutanan Terampil yang akan dipindahkan dalam jabatan Polisi Kehutanan Ahli diberikan angka kredit sebesar 65 % (enam puluh lima persen) angka kredit kumulatif dari diklat, tugas pokok dan pengembangan profesi ditambah angka kredit ijazah sarjana (S1)/Diploma IV (D.IV) yang sesuai kompetensi dengan tidak memperhitungkan angka kredit dari unsur penunjang. (3) Penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran III Peraturan Bersama ini. (4) Perpindahan Polisi Kehutanan Terampil ke dalam Polisi Kehutanan Ahli bagi jenjang Pelaksana Pemula, pangkat Pengatur Muda, golongan ruang II/a sampai dengan Pelaksana, pangkat Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d harus ditetapkan terlebih dahulu kenaikan pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang III/a. BAB V PENGUSULAN PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT Pasal 11 (1) Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka kredit, setiap Polisi Kehutanan wajib mencatat dan menginventarisir seluruh kegiatan yang dilakukan. (2) Hasil catatan dan inventarisasi kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam bentuk Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) wajib diusulkan paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun.

26 26 Pasal 12 (1) Bahan penilaian angka kredit Polisi Kehutanan disampaikan oleh pimpinan unit kerja paling rendah pejabat struktural eselon IV yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian setelah diketahui atasan langsung pejabat fungsional yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk, kepada pejabat yang berwenang mengusulkan penetapan angka kredit. (2) Pejabat yang berwenang mengusulkan penetapan angka kredit Polisi Kehutanan menyampaikan usul penetapan angka kredit kepada pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit. (3) Usul penetapan angka kredit untuk: a. Polisi Kehutanan Terampil dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran IV-A sampai dengan Lampiran IV-D Peraturan Bersama ini; b. Polisi Kehutanan Ahli dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran V-A sampai dengan Lampiran V-C Peraturan Bersama ini. (4) Setiap usul penetapan angka kredit Polisi Kehutanan harus dilampiri dengan: a. surat pernyataan mengikuti diklat, dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran VI Peraturan Bersama ini; b. surat pernyataan melakukan kegiatan penyiapan prakondisi perlindungan dan pengamanan hutan, peredaran hasil hutan dan pengendalian kebakaran dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran VII Peraturan Bersama ini; c. surat pernyataan melakukan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan, peredaran hasil hutan serta pengendalian kebakaran dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran VIII Peraturan Bersama ini; d. surat pernyataan melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran IX Peraturan Bersama ini; e. surat pernyataan melakukan kegiatan pengembangan profesi dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran X Peraturan Bersama ini; f. surat pernyataan penunjang kegiatan Polisi Kehutanan dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran XI Peraturan Bersama ini.

27 27 (5) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus disertai dengan bukti fisik. Pasal 13 (1) Setiap usul penetapan angka kredit Polisi Kehutanan harus dinilai secara seksama oleh Tim Penilai berdasarkan rincian kegiatan dan nilai angka kredit sebagaimana tercantum dalam Lampiran I atau Lampiran II Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun (2) Hasil penilaian Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit untuk ditetapkan angka kreditnya. Pasal 14 Penilaian dan penetapan angka kredit Polisi Kehutanan dilakukan paling kurang 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun, yaitu 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil, dengan ketentuan sebagai berikut: a. untuk kenaikan pangkat periode April angka kredit ditetapkan paling lambat pada bulan Januari tahun yang bersangkutan; b. untuk kenaikan pangkat periode Oktober angka kredit ditetapkan paling lambat pada bulan Juli tahun yang bersangkutan. Pasal 15 (1) Penetapan Angka Kredit Polisi Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran XII Peraturan Bersama ini. (2) Asli Penetapan Angka Kredit disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara, dan tembusannya disampaikan kepada: b. Polisi Kehutanan yang bersangkutan; c. Sekretaris Tim Penilai Polisi Kehutanan yang bersangkutan; d. Kepala Biro/Badan Kepegawaian Daerah/Sekretaris Direktorat Jenderal yang membidangi Polisi Kehutanan; dan e. Pejabat lain yang dipandang perlu.

28 28 BAB VI PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT, TIM PENILAI DAN PEJABAT YANG MENGUSULKAN PENETAPAN ANGKA KREDIT Bagian Pertama Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit Pasal 16 (1) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit: a. Direktur Jenderal yang membidangi Polisi Kehutanan bagi Polisi Kehutanan Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b dan Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c di lingkungan Kementerian Kehutanan, Provinsi dan Kabupaten/Kota. b. Sekretaris Direktorat Jenderal yang membidangi Polisi Kehutanan bagi Polisi Kehutanan Pelaksana Lanjutan, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Polisi Kehutanan Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d dan Polisi Kehutanan Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Polisi Kehutanan Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a di lingkungan Kementerian Kehutanan. c. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan bagi Polisi Kehutanan Pelaksana Pemula, pangkat Pengatur Muda, golongan ruang II/a sampai dengan Polisi Kehutanan Pelaksana, pangkat Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d di lingkungan Kementerian Kehutanan. d. Kepala Dinas Provinsi yang membidangi Kehutanan bagi Polisi Kehutanan Pelaksana Pemula, pangkat Pengatur Muda, golongan ruang II/a sampai dengan Polisi Kehutanan Penyelia, Pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d dan bagi Polisi Kehutanan Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Polisi Kehutanan Madya pangkat Pembina, golongan ruang IV/a di lingkungan Provinsi. e. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Kehutanan bagi Polisi Kehutanan Pelaksana Pemula, pangkat Pengatur Muda, golongan ruang II/a sampai dengan Polisi Kehutanan Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d dan bagi Polisi Kehutanan Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Polisi Kehutanan Madya pangkat Pembina golongan ruang IV/a di lingkungan Kabupaten/Kota.

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI KEHUTANAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.22/MenLHK-II/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.22/MenLHK-II/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 013 NOMOR : P.22/MenLHK-II/2015 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL POLISI KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2 Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomo

2 Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1227, 2014 KEMENHUT. Polisi Kehutanan. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P. 54/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BlROKRASl NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLlSl KEHUTANAN DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DAN ANGKA

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.111, 2014 KEMENHUT. Polisi Kehutanan. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.9/Menhut-II/2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB. 01/MEN/2009 NOMOR : 14 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERBER-MKP/2014 NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PNDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan No.409, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 04/PRT/M/2014 NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAN. KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB.1/Menhut-IX/2014 NOMOR : 05 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAN. KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB.1/Menhut-IX/2014 NOMOR : 05 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR PB.1/Menhut-IX/2014 NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Merk. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.265, 2015 PERATURAN BERSAMA. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.9/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.9/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.9/Menhut-II/2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL POLISI KEHUTANAN DAN NYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2013 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Jabatan Fungsional. Auditor Kepegawaian. Ketentuan Pelaksana. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN:

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN: - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEIMIGRASIAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA -1- PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGANGKATAN, KENAIKAN JABATAN/PANGKAT, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENURUNAN JABATAN, PENGANGKATAN

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambaha

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambaha - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.750, 2014 PERATURAN BERSAMA. Penyuluh Hukum. Jabatan Fungsional. Angka Kredit Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 19/PER/M.KOMINFO/8/2006 NOMOR : 18 A TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/2/M.PAN/3/2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.697, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Statistisi. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 7 Tahun 2005 NOMOR : 17 Tahun 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2015 PERATURAN BERSAMA. Jabatan Fungsional Perawat. Angka Kredit. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.458, 2015 PERATURAN BERSAMA. Penera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Ketentuan Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.410, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Rescuer. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10

Lebih terperinci

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 27 TAHUN 2014 NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 27 TAHUN 2014 NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/10/M.PAN/2007 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.459, 2015 PERATURAN BERSAMA. Pengamat Tera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 12/M-DAG/PER/1/2015

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.875, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI.. Auditor Kepegawaian. Jafung. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA - 1 - SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA KERJA DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA - 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jabatan Fungsional. Pengendali. Dampak Lingkungan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1096, 2013 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN DAN APARATUR NEGARA. Penyuluh Kehutanan. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Rep

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Rep PERATURAN BERSAMA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 15 TAHUN 2012 NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 59/PERMENTAN/OT.140/9/2012 NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1 -2-3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

- 5 - k. memfasilitasi

- 5 - k. memfasilitasi - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH HUKUM DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 06/PKS/M/2007 NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 06/PKS/M/2007 NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 06/PKS/M/2007 NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN

Lebih terperinci

2015, No.75 2 Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2015, No.75 2 Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja No.75, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Jabatan Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Angka Kredit. Ketentuan Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2014 NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 20 TAHUN 2005 NOMOR : 14A TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin pembinaan profesi, karir, kepangkatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1797, 2014 KEMENPAN RB. Pranata Laboratorium Kemetrelogian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.639 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA SANDI NEGARA. Tim Penilai Angka Kredit. Sandiman. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.505, 2015 KEMENHUB. Jabatan Fungsional. Perencana. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 58 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS DAN ANGKA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

2014, No

2014, No 2014, No.889 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 143 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN JABATAN/PANGKAT, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... - 1 - Menimbang PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1340, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Desain Industri. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege No.439, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Inpassing. Jabatan Fungsional Auditor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI,

Lebih terperinci

- 3 - Pasal Jabatan

- 3 - Pasal Jabatan PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ASISTEN PELATIH OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN XV : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TANGGAL : 17 Februari 2004 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara No. 888, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPS. Formasi. Jabatan Fungsional. Statistisi. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 142 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R No.1800, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Penguji Mutu Barang. Angka Kredit. Jabatan Fungsional. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5

2016, No Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5 No.2075, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Jabatan Fungsional. AnalisPasir Hasil Perikanan. Pedoman Formasi. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PERMEN-KP/2016

Lebih terperinci

2017, No KEP/58/M.PAN/6/2004 tentang Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dan Angka Kreditnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

2017, No KEP/58/M.PAN/6/2004 tentang Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dan Angka Kreditnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seb No.272, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Penggerak Swadaya Masyarakat. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB Sekretariat Jenderal DPR RI 15 April 2014 Setyanta Nugraha Karo Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 10/22/2013 Karo Analisa APBN 1 PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci