EFEK PENAMBAHAN PADUAN, PERLAKUAN SINTERING, DAN PERLAKUAN HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN Nd-Fe-B DENGAN METODE METALURGI SERBUK
|
|
- Handoko Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UNIVERSITAS INDONESIA EFEK PENAMBAHAN PADUAN, PERLAKUAN SINTERING, DAN PERLAKUAN HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN Nd-Fe-B DENGAN METODE METALURGI SERBUK IRMA RAHMA YANTI NUR AINI RININTA TRIASWINANTI FAKULTAS TEKNIK TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL DEPOK A. Latar Belakang
2 Magnet telah banyak diaplikasikan pada berbagai bidang, seperti peralatan rumah tangga, peralatan elektronik, atau komponen pada kendaraan bermotor karena sifat magnetnya yang baik. Sifat yang dibutuhkan antara lain adalah koersivitas dan remanen yang tinggi [1]. Koersivitas adalah kemampuan material untuk menahan demagnetisasi. Semakin tinggi nilai koersivitas, semakin sulit gaya magnet eksternal untuk mengganggu muatan magnet pada magnet permanen. Remanen menunjukkan kekuatan magnet [2]. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan koersivitas dan remanen yang tinggi. Pourarian, et.al [3] pada penelitiannya menambahkan elemen logam tanah jarang untuk meningkatkan koersivitas. Jones, et.al [4] pada penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan temperatur sintering pada fabrikasi magnet menghasilkan peningkatan ukuran butir yang berujung pada peningkatan remanen. Selain itu, penambahan logam tanah jarang juga dapat meningkatkan remanen. Kedua sifat ini sangat penting karena dapat memfungsikan magnet secara baik pada berbagai kondisi ekstrem di berbagai aplikasi [2]. Selain koersivitas dan remanen, magnet juga membutuhkan sifat temperatur Curie yang tinggi dan ketahanan terhadap temperatur tinggi yang baik karena beberapa aplikasi yang menggunakan magnet, seperti magnet motor listrik pada kendaraan listrik atau hybrid, beroperasi pada temperatur yang cukup tinggi, yakni sekitar C [1]. Selain neodium (Nd), dysprosium (Dy) dan terbium (Tb) juga ditambahkan pada paduan magnet ini dengan komposisi Nd:Dy:Tb adalah 29:3:1 (dengan Fe sebesar 66 % dan B sebesar 1 %). Dy dan Tb membantu meningkatkan koersivitas dan ketahanan demagnetisasi pada temperatur tinggi. Namun, penambahan Dy dapat mengurangi remanen. Hal ini dipengaruhi konsentrasi Dy yang ditambahkan pada Nd-Fe-B [2]. Selain itu, karena kebutuhan aplikasi yang beroperasi pada temperatur tinggi, ketahanan Nd-Fe-B dalam temperatur tinggi juga harus ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai dengan menambahkan elemen paduan Co sehingga temperatur Curie dan kestabilan temperatur tinggi dapat dicapai [1]. Pada penelitian ini, akan dikembangkan magnet Nd-Fe-B dengan penambahan elemen logam tanah jarang berupa Tb dan Dy dan penambahan aditif dalam skala mikro berupa Co, Zr, Al, dan Cu serta parameter proses yang optimal untuk menghasilkan magnet dengan koersivitas dan remanen yang tinggi, serta kestabilan di temperatur tinggi yang baik dengan metode fabrikasi metalurgi serbuk. B. Magnet Nd-Fe-B
3 Beberapa dari mineral tanah jarang saat ini menjadi sangat penting untuk aplikasi yang menghendaki kemampuan magnetic dari materialnya. Dalam magnet, sifat magnetic yang sangat menjadi perhatian adalah koersivitas, remanence dan Curie temperature [1]. Koersivitas adalah kemampuan dari material untuk dapat didemagnetisasi, semakin tinggi nilai dari koersivitas berbarti semakin sulit sifat magnet dari komponen magnet tersebut hilang. Remanence menunjukkan kekuatan dari sifat magnet itu sendiri. Curie temperature adalah suatu titik temperatur dimana magnet akan kehilangan muatan magnetnya karena terlalu panas sehingga meningkatkan risiko terjadinya demagnetisasi. Artinya magnet juga sebaiknya mempunyai kemampuan untuk beroperasi pada temperature tinggi. Ketiga sifat ini hanya sebagian dari banyak sifat magnetik yang ada pada magnet permanen. Akan tetapi, umumnya ketiga hal inilah yang menjadi patokan kemampuan magnet permanen [1]. Saat ini, secara komersial hanya ada dua tipe dari permanen magnet yang berasal dari logam tanah jarang; Samarium-Cobalt (Sm-Co) dan Neodymium-Iron-Boron (Nd-Fe-B). Dalam perkembangannya, kerap diciptakan magnet yang lebih kuat, ringan, kecil. Sm-Co dikenal sebagai magnet dengan nilai koersivitas tinggi dan kemampuannya dapat bekerja pada temperature tinggi, sampai C, sedangakan Nd-Fe-B dikenal sebagai magnet yang mempunyai temperature Curie yang lebih rendah dibanding Sm-Co dan nilai koersivitas dan remanence yang serupa, tetapi lebih murah [1]. Magnet Nd-Fe-B mempunyai sifat anistoropi sehingga proses magnetisasi hanya dapat berlangsung satu arah.saat ini aplikasi dari magnet Nd-Fe-B mayoritas digunakan pada mesin penggerak, mobil listrik/hybrid, dan headphones. Aplikasi-aplikasi ini tentu saja mempunyai karakteristik magnet yang berbeda. Tentu saja ada aplikasi yang membutuh nilai koersivitas (H cj ) dan nilai magnetisasi (B) yang lebih besar. Untuk meningkatkan nilai B dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain [6] : Meningkatkan rasio volum dari fasa Nd 2 Fe 14 B. Meningkatkan orientasi butir saat proses pressing. Meningkatkan densitas melalui proses sintering.
4 Gambar 1. Proses magnetisasi magnet Nd-Fe-B (anisotropi) [6] Magnet Nd-Fe-B terbagi atas tiga fasa yaitu Nd 2 Fe 14 B sebagai fasa utama Nd 1+ᵋFe 4 B 4 dan fasa kaya-nd. Volum rasio dari fasa utama dapat berkurang karena adanya inklusi atau impuritas lain. Orientasi butir juga langsung berpengaruh terhadap nilai koersifitas Nd-Fe-B, semakin turunnya rasio dari nilai koersifitas dari magnet yang disusun acak. Dari hasil penelitian, nilai koersifitas berbanding terbalik terhadap peningkatan orientasi butir [6]. C. Pengaruh Elemen Paduan terhadap Sifat Magnet Nd-Fe-B 1. Logam Tanah Jarang Untuk mendapatkan sifat magnetik yang sesuai, biasanya ditambahkan paduan untuk meningkatkan sifat magnetiknya. Penambahan elemen paduan seperti Dy atau Tb ditujukan sebagai pengganti Nd sebagai heavy rare earth metals. Tb dan Dy akan meningkatkan nilai anistropi dari magnet kemudian akan meningkatkan koersivitas magnet. Akan tetapi, penambahan paduan ini dapat saja menurunkan nilai saturation magnetization, remanence dan energi yang dihasilkan dari magnet [7]. Sama halnya, apabila fasa kaya-nd terlalu banyak maka bukannya meningkatkan nilai koersivitas, tetapi menurunkan remanence dari magnet. Menurut studi yang dilakukan oleh Ding Kaihong, Liu Guozheng et.al [7], salah satu solusi dari permasalahan ini adalah dengan cara membentuk senyawa yang berisikan paduan dari logam tanah jarang, dapat berisikan dua atau lebih unsur didalamnya seperti Dy, Tb, Co, Cu, Ga, Ti, dan lain-lain. Senyawa ini kemudian dicampur dengan paduan NdFeB saat proses mixing pada metalurgi serbuk. Selama proses sintering, senyawa ini akan bereaksi dengan fasa Nd menghasilkan suatu fasa yang dapat meningkatkan koersiftas tanpa mereduksi nilai remanence magnet.
5 2. Kobalt (Co) Sementara paduan lain seperti Co untuk menggantikan Fe dan ditambahkan Zr, Ga, Hf, Nb, atau Ta digunakan untuk dapat menginduksi orientasi dari anisotropi magnet [8]. Dari studi yang dilakukan Gao, Jian Rong et.al [8], penambahan Zr akan meningkatkan stabilitas dari fasa Nd 2 Fe 14 B dan membantu untuk mempertahankan orientasi butir.akan tetapi, proporsi dari Zr harus diatur seoptimal mungkin karena bila berlebihan dapat membentuk fasa tunggal Zr yang kemudian akan menurunkan sifat magnetic dari magnet. Penambahan Co digunakan untuk mengimbangi elemen Zr agar Zr masih dalam senyawa NdFeZrB tidak membentuk fasa tunggal. 3. Aluminium (Al) dan Tembaga (Cu) Unsur Al dengan temperatur leburnya yang rendah mempengaruhi perilaku kebasahan dari fasa yang kaya akan logam tanah jarang dimana fasa-fasa seperti itu banyak terdapat pada magnet Nd-Fe-B dengan cara memodifikasi batas fasa sedemikian rupa sehingga koersifitasnya bertambah [9]. Strzeszewski,et.al [10] dalam penelitiannya membuktikan bahwa magnet Nd-Fe-B dengan unsur Al memiliki nilai koersifitas yang jauh lebih tinggi, kurva magnetisasi awal yang lebih curam, kurva koersifitas yang berbeda, dan koefisien suhu koersifitas yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengandung Al. Selain itu dari analisa XRD, nilai rasio fasa Nd 2 Fe 14 B pada sampel dengan Al lebih besar dari sampel tanpa Al. Mekanisme pembalikan magnetisasi juga berbeda di mana pada sampel yang mengandung Al, magnetisasi mengalami pembalikan dengan mengubah magnetisasi seluruh butir sedangkan pada sampel tanpa Al, magnetisasi berbalik dengan membagi butir menjadi domain. Sama dengan Al, unsur Cu dengan temperatur leburnya yang juga rendah memengaruhi perilaku kebasahan dari fasa yang kaya akan logam tanah jarang dimana fasa-fasa seperti itu banyak terdapat pada magnet Nd-Fe-B dengan cara memodifikasi batas fasa sedemikian rupa sehingga koersifitasnya bertambah. Selain itu unsur tersebut mengakibatkan pembentukan fasa baru pada mikrostruktur magnet. Penambahan unsur Cu mengurangi energi bebas fasa liquid yang kaya akan Nd yang mengakibatkan pergeseran garis liquidus sistem Nd-O ke suhu yang lebih rendah dan menambah kelarutan maksimum unsur oksigen. Dikarenakan peningkatan nilai kemampubasahan dan penambahan batas kelarutan, liquid yang mengandung Cu dengan mudah menyebar
6 dan membentuk fasa liquid yang homogen ketika di-sinter. Fenomena ini meningkatkan cleaning effet dari fasa yang kaya akan Nd sehingga menyebabkan koersifitas meningkat [9]. Kianvash, et.al [11] membuktikan bahwa sedikit kandungan Cu membuat perilaku magnet Nd-Fe-B berbeda ketika dianil. Ketika dianil, magnet Nd-Fe-B dengan kandungan unsur Cu membuat nilai koersifitas berkurang sedangkan yang tidak mengandung Cu justru nilai koersifitasnya bertambah karena perlakuan anil. D. Pengaruh Sintering dan Heat Treatment pada Fabrikasi Magnet Nd-Fe-B 1. Pengaruh Perlakuan Sintering pada Fabrikasi Magnet Nd-Fe-B Dalam produksi magnet dengan kandungan logam jarang, salah satu kriterianya ialah memiliki densitas yang tinggi dan dapat dicapai dengan sintering. Begitu juga dengan sifat lainnya seperti kekuatan pada magnet Nd-Fe-B dimana pertama-tama naik hingga maksimum kemudian turun seiring bertambahnya suhu sinter [12]. Proses sintering pada magnet Nd-Fe-B dibantu oleh fasa yang kaya akan logam jarang di batas butir yang berupa liquid pada sedikit dibawah suhu sinter yang meningkatkan kebasahan fasa matrix Nd 2 Fe 14 B. Selain itu fasa tersebut membantu meningkatkan densitas magnet. 2. Pengaruh Perlakuan Panas Setelah Sintering terhadap Sifat Magnet Nd-Fe-B Kianvash,et.al [11] membuktikan bahwa perlakuan panas setelah sintering memiliki pengaruh terhadap sifat magnet Nd-Fe-B diantaranya sifat koersivitas, densitas energi dan bentuk kurva demagnetisasi. Sedangkan terhadap remanensitas tidak ada pengaruhnya. Rentang suhu perlakuan panas optimum untuk magnet Nd-Fe-B yang telah disinter yaitu sekitar C diikuti dengan pendinginan oleh udara hingga suhu ruang yang akan menyebabkan koersivitas bertambah. Jika kurang dari suhu tersebut, tidak akan terjadi perubahan fasa yang mengakibatkan perubahan sifat magnetik selama pendinginan dari suhu C. Selain suhu annealing, laju pendinginan juga mempengaruhi sifat magnet dimana koersivitas magnet Nd-Fe-b yang didinginkan dengan media udara lebih tinggi daripada yang didinginkan dalam furnace. Terutama pada magnet yang dianil pada suhu 500 C. Hal tersebut karena mayoritas transformasi fasa terjadi pada saat pendinginan. Sedangkan ketika dianil, hanya sebagian kecil fasa yang kaya akan unsur Nd mengalami presipitasi. Jika didinginkan dengan media udara, akan terbentuk fasa kaya akan Nd dalam struktur DHCP sedangkan jika dengan furnace strukturnya FCC.
7 Sedangkan pada anil rentang suhu C, transformasi kebanyakan terjadi pada saat anil itu sendiri. Jika dianil terlalu lama, magnet Nd-Fe-B akan mengalami degradasi sifat magnetik permanen yang drastis. Hal itu disebabkan oleh oksidasi pada batas fasa yang kaya akan Nd dan Nd 2 Fe 14 B. Oksidasi fasa Nd 2 Fe 14 B mengakibatkan pengurangan sifat anisotropi magnetokristalin. E. Metodologi Penelitian 1. Alat Mesin hydrogen decrepitation (HD) Mesin jet milling (JM) Mesin kompaksi Vacuum furnace Scanning Electron Microscope (SEM) Laser diffraction particle size analyzer Physical Properties Measurement System (PPMS) VSM Instrumen pengukur kurva B-H 2. Bahan Potongan (strip) Nd-Fe-Tb-Dy-Co-Zr-Al-Cu-B Gas N 2 Gas Ar 3. Prosedur Penelitian 3.1. Preparasi Sampel Paduan Nd-Fe-Tb-Dy-Co-Zr-Al-Cu-B dalam bentuk potongan (strip) dipanggang dengan hydrogen decrepitation (HD) hingga menjadi partikel kasar. Partikel kasar ini kemudian dimasukkan ke jet milling (JM) dalam kondisi dialirkan gas N 2 sehingga dihasilkan serbuk yang halus. Serbuk halus Nd-Fe-Tb-Dy-Co-Zr-Al-Cu-B ini dianalisis distribusi partikelnya dengan laser diffraction particle size analyzer.
8 3.2. Proses Kompaksi dan Sinter Serbuk halus Nd-Fe-Tb-Dy-Co-Zr-Al-Cu-B disusun menjadi berdimensi diameter 14 mm dan tinggi 15 mm dengan perlakuan penjajaran (alignment) dengan pemberian medan magnet sebesar 2 Tesla. Selanjutnya, serbuk magnet ditekan isostatis dingin (cold isostatic pressing) dengan tekanan 300 MPa. Serbuk magnet yang telah dikompaksi diberi perlakuan sintering pada kondisi vakum 10-3 Pa dengan variasi temperatur 1000, 1100, dan C selama 4 jam. Selanjutnya, magnet dikuens dari temperatur sintering ke temperatur ruang dengan tekanan gas Ar Proses Perlakuan Panas Sampel hasil sintering di semua temperatur sintering diberi dua perlakuan panas yang berbeda. Perlakuan panas pertama dilakukan pada temperatur C selama 2 jam dan diikuti kuens ke temperatur ruang dengan gas Ar. Perlakuan panas kedua dilakukan pada temperatur lebih rendah, yakni C selama 2 jam dengan teknik kuens yang sama Karakterisasi Material Pengujian sifat magnet pada temperatur ruang dilakukan dengan Physical Properties Measurement System (PPMS). Setelah itu, magnet diberi perlakuan magnetisasi utuh dengan medan magnet dinamik 3 T dengan instrument B-H untuk mengetahui kurva demagnetisasi pada temperatur tinggi. Untuk menghubungkan koersivitas dan remanen terhadap proses sintering dan proses anil pasca-sintering, dilakukan pengamatan struktur mikro dengan SEM. Semua struktur mikro diamati pada potongan sampel tegak lurus dengan arah penjajaran (alignment). Selain itu, kurva magnetisasi yang dipengaruhi temperatur sintering diukur dengan VSM dengan medan magnet 1000 Oe pada temperatur ruang hingga 1273 K.
9 DAFTAR PUSTAKA [1] Yan, G. H., Chen, R. J., Ding, Y., Guo, S., Lee, D., & Yan, A. R. (2010). The preparation of sintered NdFeB magnet with high-coercivity and high temperature-stability. Journal of Physics: Conference Series [2] Hart, M. T., (2013). Thesis: Evaluating United States and World Consumption Of Neodymium, Dysprosium, Terbium, and Praseodymium in Final Products. Colorado: Colorado School of Mines. [3] Pourarian, F., Sankar, S. G., & Wallance, W. E. (1988) J. Magn. Magn. Mater [4] Jones, F.G., Doser, M. Nezu, T. (1977). IEEE Trans. Magn. Mag [5] Mottram R. S., Williams A. J., & Harris, I. R. (2000). J. Magn. Magn. Mater [6] Matsuura, Yutaka, (2006). Recent development of Nd Fe B sintered magnets and their applications. Journal of Magnetism and Magnetic Materials, [7] Ding Kaihong, Lie Guozheng, Li Zhejun. (2000). High Energy and High Coercivity Sintered NdFeB Magnets by Low Oxygen Process. J.Mater Sci. Technol., Vol.16. No.2. [8] Gao Jian Rong, Song Xiao-Ping, Xiao-Tian Wang. (1997). Effect of Co and Zr addition on microstructure and anisotropy of HDDR-treated NdFeB alloy powders. Journal of Alloys and Compounds, [9] Pandian S., Chandrasekaran, V., Markandeyulu, G., Iyer, K. J. I., & Rao, K. V. S. (2002). Effect of Al, Cu, Ga, and Nb additions on magnetic properties and microstructural features on sintered NdFeB. Journal of Applied Physics [10] Strzeszewski, J. Hadjipanayis, G. C., & Kim, A. S. (1988). The effect of Al substitution on the coercivity of Nd Fe B magnets. Journal of Applied Physics [11] Kianvash, A. (1998). Effect Of Post-Sintering Annealing Treatment On Magnetic Properties Of Some Nd-Fe-B Based Magnets. Archive of SID. [12] Wang, G. P., Liu, W. Q., Huang, Y. L., Ma, S. C., & Zhong, Z. C. (2014). Effect of Sintering temperature on the mechanical properties of sintered NdFeB permanent magnets prepared by spark plasma Sintering. Journal of Magnetism and Magnetic Materials
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan magnetik digunakan pada peralatan tradisional dan modern. Magnet permanen telah digunakan manusia selama lebih dari 5000 tahun seperti medium perekam pada komputer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang berperan penting dalam teknologi listrik, elektronik, otomotif, industri mesin, dan lain-lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Magnet permanen adalah salah satu jenis material maju dengan aplikasi yang sangat luas dan strategis yang perlu dikembangkan di Indonesia. Efisiensi energi yang tinggi
Lebih terperinciErfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL MAGNET HIBRIDA BaFe 12 O 19 - Sm 2 Co 17 Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah "anisotropi magnetik" mengacu pada ketergantungan sifat magnetik pada arah dimana mereka diukur. Anisotropi magnetik mempengaruhi sifat magnetisasi dan kurva
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan magnet permanen setiap tahun semakin meningkat terutama untuk kebutuhan hardware komputer dan energi. Suatu magnet permanen harus mampu menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Magnet permanen merupakan salah satu material strategis yang memiliki banyak aplikasi terutama dalam bidang konversi energi, sensor, dan elektronika. Dalam hal konversi
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI
PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI 130801041 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet
Lebih terperinciPREPARASI ALLOY MAGNETIK Sm-Co MELALUI TEKNIK ARC MELTING FURNACE
J. Sains MIPA, Desember 2009, Vol. 15, No. 3, Hal.: 186-190 ISSN 1978-1873 PREPARASI ALLOY MAGNETIK Sm-Co MELALUI TEKNIK ARC MELTING FURNACE Erfan Handoko* dan Azwar Manaf Program Pascasarjana FMIPA Program
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B
PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B William 1,a), Tua Raja Simbolon 1,b), Herli Ginting 1, Prijo Sardjono 2, Muljadi 2,c) 1 Departemen Fisika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciPEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI
PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI Oleh AHMAD EFFENDI 04 04 04 004 6 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 PEMBUATAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.
10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B
DOI: doi.org/10.21009/spektra.011.03 PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B William 1,a), Tua Raja Simbolon 1,b), Herli Ginting 1, Prijo Sardjono 2, Muljadi
Lebih terperinciAsyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS
PENGARUH TEKANAN KOMPAKSI DAN WAKTU PENAHANAN TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT MAGNETIK DAN KEKERASAN PADA PEMBUATAN IRON SOFT MAGNETIC DARI SERBUK BESI Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam komponen pembentuknya. Menurut sifatnya terhadap pengaruh kemagnetan, bahan dapat diklasifikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemadaman listrik yang dialami hampir setiap daerah saat ini disebabkan kekurangan pasokan listrik. Bila hal ini tidak mendapat perhatian khusus dan penanganan
Lebih terperinciEFEK WAKTU WET MILLING DAN SUHU ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS, MIKROSTRUKTUR, DAN MAGNET DARI FLAKES NdFeB SKRIPSI WAHYU SOLAFIDE SIPAHUTAR
EFEK WAKTU WET MILLING DAN SUHU ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS, MIKROSTRUKTUR, DAN MAGNET DARI FLAKES NdFeB SKRIPSI WAHYU SOLAFIDE SIPAHUTAR 110801087 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciANALISIS SIFAT MEKANIK DAN MAGNET TERHADAP VARIASI MATRIKS POLIESTER DAN SILICONE RUBBER PADA MAGNET PERMANEN BONDED Pr-Fe-B
ANALISIS SIFAT MEKANIK DAN MAGNET TERHADAP VARIASI MATRIKS POLIESTER DAN SILICONE RUBBER PADA MAGNET PERMANEN BONDED Pr-Fe-B Candra Kurniawan 1), Hilda Ayu Marlina 2) Perdamean Sebayang 1) 1) Pusat Penelitian
Lebih terperinciJournal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) Pembuatan Hybrid Magnet Berbasis NdFeB / BaFe 12 O 19 dan Karakterisasinya
Journal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) 25-29 Journal of Mechanical Engineering: PISTON Pembuatan Hybrid Magnet Berbasis NdFeB / BaFe 12 O 19 dan Karakterisasinya Djuhana 1, Muljadi 1,2 *, Sunardi
Lebih terperinciAnalisa Sifat Magnetik dan Morfologi Barium Heksaferrit Dopan Co Zn Variasi Fraksi Mol dan Temperatur Sintering
1 Analisa Sifat Magnetik dan Morfologi Barium Heksaferrit Dopan Co Zn Variasi Fraksi Mol dan Temperatur Sintering dengan Metode Sol-Gel Auto Combustion Putu Ary Kresna Mudra dan Widyastuti Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic
Lebih terperinciSINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING
Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/27 Tanggal 26 Juni 27 SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING Suryadi 1, Budhy Kurniawan 2, Hasbiyallah 1,Agus S.
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah industri baja. Peningkatan jumlah industri di bidang ini berkaitan dengan tingginya kebutuhan
Lebih terperinci4.2 Hasil Karakterisasi SEM
4. Hasil Karakterisasi SEM Serbuk yang melewati proses kalsinasi tadi selain dianalisis dengan XRD juga dianalisis dengan menggunakan SEM untuk melihat struktur mikro, sehingga bisa dilihat bentuk dan
Lebih terperinciANALISIS MIKROSTRUKTUR MATERIAL MAGNETIK BERBASIS Nd-Fe B DAN Sm Co UNTUK APPLIKASI MAGNET PERMANEN HIBRID
ANALISIS MIKROSTRUKTUR MATERIAL MAGNETIK BERBASIS Nd-Fe B DAN Sm Co UNTUK APPLIKASI MAGNET PERMANEN HIBRID Mabe Siahaan Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN Kawasan LAPAN, Rumpin, Bogor Email: mabesiahaan@yahoo.co.uk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan di Laboratorium Magnet Pusat Penelitian Fisika-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riset pengolahan pasir besi di Indonesia saat ini telah banyak dilakukan, bahkan karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus dilakukan
Lebih terperinciSIDANG TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 SENIN, 14 MARET 2014 MT 204 SIDANG TUGAS AKHIR TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS
Lebih terperinci350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2
Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Paduan Fe-Al merupakan material yang sangat baik untuk digunakan dalam berbagai aplikasi terutama untuk perlindungan korosi pada temperatur tinggi [1]. Paduan ini
Lebih terperinciGambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)
BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel magnetik adalah partikel yang bersifat magnetik, berukuran dalam kisaran 1 nm sampai 100 nm. Ukuran partikel dalam skala nanometer hingga mikrometer identik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibayar oleh umat manusia berupa pencemaran udara. Dewasa ini masalah lingkungan kerap
Lebih terperinciDiagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam
Diagram Fasa Latar Belakang Umumnya logam tidak berdiri sendiri (tidak dalam keadaan murni Kemurnian Sifat Pemaduan logam akan memperbaiki sifat logam, a.l.: kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan korosi,
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.
PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.6Fe 2 O 3 Kharismayanti 1, Syahrul Humaidi 1, Prijo Sardjono 2
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH UKURAN GRAIN TERHADAP KOERSIVITAS ALLOYMAGNETIK FESI (SI = 3,2 AT%) Zulkarnain 1, D. Triyono 2 ABSTRAK
Studi Pengaruh Ukuran Grain Terhadap Koersivitas Alloy Magnetik FeSi STUDI PENGARUH UKURAN GRAIN TERHADAP KOERSIVITAS ALLOYMAGNETIK FESI (SI = 3, AT%) Zulkarnain, D. Triyono ABSTRAK Telah dilakukan penelitian
Lebih terperinciPerbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC
Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC Suhariyanto Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Telp. (031) 5922942, Fax.(031) 5932625, E-mail : d3mits@rad.net.id
Lebih terperincipendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta
BAB V DIAGRAM FASE Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu) komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa
Lebih terperinci14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)
14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) Magnesium adalah logam ringan dan banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan massa jenis yang ringan. Karakteristik : - Memiliki struktur HCP (Hexagonal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam
Lebih terperinciPENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING
PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING Kafi Kalam 1, Ika Kartika 2, Alfirano 3 [1,3] Teknik Metalurgi
Lebih terperinciBAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar
BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Momen Magnet Arus yang mengalir pada suatu kawat yang lurus akan menghasilkan medan magnet yang melingkar di sekitar kawat, dan apabila kawat tersebut dilingkarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dengan meningkatnya perkembangan industri otomotif dan manufaktur di Indonesia, dan terbatasnya sumber energi mendorong para rekayasawan berusaha menurunkan berat mesin,
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan
Lebih terperinciPERUBAHAN BUTIR DAN PENENTUAN TEMPERATUR PEMBENTUKAN BARIUM HEXAFERRITE TERSUBSTITUSI ION Mn +2 Dan Ti +4 MELALUI MEKANISME MEKANIKA MILLING
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 15, No. 2, April 2012, hal 57-62 PERUBAHAN BUTIR DAN PENENTUAN TEMPERATUR PEMBENTUKAN BARIUM HEXAFERRITE TERSUBSTITUSI ION Mn +2 Dan Ti +4 MELALUI MEKANISME MEKANIKA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN
BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN IV.1 Karakterisasi Serbuk Alumina Hasil Milling Menggunakan SEM Proses milling ditujukan untuk menghaluskan serbuk sehingga diperoleh gradasi ukuran partikel yang tinggi
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Magnet, Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPF-LIPI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh medan..., Nelson Saksono, FT UI., Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembentukan deposit kerak CaCO 3 oleh air sadah pada sistem perpipaan di industri maupun rumahtangga menimbulkan banyak permasalahan teknis dan ekonomis. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Pengujian TGA - DTA Gambar 4.1 memperlihatkan kuva DTA sampel yang telah di milling menggunakan high energy milling selama 6 jam. Hasil yang didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dunia penelitian sains hari ini dapat dikatakan telah dan akan terus memberikan banyak perhatian pada bidang nanoteknologi. Karakternya yang unik membuat
Lebih terperinciBAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH
BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)
10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan
Lebih terperinciPengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron
1 Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron Luthfi Fajriani, Bambang Soegijono Departemen Fisika, Fakultas
Lebih terperinciJournal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal , Masuk : 23 Februari 2017 Direvisi : 1 Maret 2017 Disetujui : 10 April 2017
Journal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal. 30-34, 2017. Journal of Technical Engineering: PISTON Efek Penambahan Fe 3 Mn 7 Terhadap Sifat Fisis dan Mekanik α-fe 2 O 3 Eko Arief Setiadi
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA PEMBUATAN SOFT MAGNETIC DARI SERBUK BESI
PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA PEMBUATAN SOFT MAGNETIC DARI SERBUK BESI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh:
Lebih terperinciStudi Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Sifat Mekanis Pada Pengecoran Paduan Al-4,3%Zn Alloy
Studi Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Sifat Mekanis Pada Pengecoran Paduan -4,3% loy Tugiman 1,Suprianto 2,Khairul S. Sihombing 3 1,2 Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBackground 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si
Background Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA Umumnya logam tidak berdiri sendiri (tidak dalam keadaan murni) Kemurnian Sifat Pemaduan logam akan memperbaiki sifat logam, a.l.: kekuatan, keuletan, kekerasan,
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP SIFAT MAGNETIK PADA PEMBUATAN SOFT-MAGNETIC DARI SERBUK BESI SKRIPSI
PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP SIFAT MAGNETIK PADA PEMBUATAN SOFT-MAGNETIC DARI SERBUK BESI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: NOVIANTA MAULANA
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN
BAB III PROSEDUR PENELITIAN III.1 Umum Penelitian yang dilakukan adalah penelitian berskala laboratorium untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi aditif (additive) yang efektif dalam pembuatan keramik
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil-hasil pengujian yang telah dilakukan pada material hasil proses pembuatan komposit matrik logam dengan metode semisolid dan pembahasannya disampaikan pada bab ini. 4.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan penelitian dan pengembangan teknologi pada level atom, molekul dan makromolekul, dengan rentang skala 1-100 nm. Nanoteknologi dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Material berukuran nano atau yang dikenal dengan istilah nanomaterial merupakan topik yang sedang ramai diteliti dan dikembangkan di dunia sains dan teknologi. Material
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al
PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al Effect of Additional Alloy Compostion AI in Fe-Ni-Al Dianasanti Salati Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta Tanggal Masuk: (19/7/2014) Tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal
Lebih terperinciAnalisis Sifat Magnet Dan Mekanik Pada Permanent Bonded Magnet Pr-Fe-B Dengan Matriks Bakelit
Analisis Sifat Magnet Dan Mekanik Pada Permanent Bonded Magnet Pr-Fe-B Dengan Matriks Bakelit Tian Havwini 1)*, Syahrul Humaidi 1), Muljadi 2) 1) Departemen Fisika, Universitas Sumatera Utara Kampus Padang
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini secara umum adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Tahapan Penelitian 3.2 Bahan dan Peralatan Bahan
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode eksperimen. Eksperimen dilakukan di beberapa tempat yaitu Laboratorium Kemagnetan Bahan, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas
Lebih terperinciSINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI
SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI EL INDAHNIA KAMARIYAH 1109201715 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciPEMBUATAN PADUAN NdFeB UNTUK APLIKASI BAHAN BAKU MAGNET PERMANEN. NdFeB ALLOYS MAKING FOR PERMANENT MAGNET RAW MATERIALS APPLICATIONS
JMI Vol. 38 No. 2 Desember 2016 METAL INDONESIA Journal homepage: http://www.jurnalmetal.or.id/index.php/jmi p-issn: 0126 3463 e-issn : 2548-673X PEMBUATAN PADUAN NdFeB UNTUK APLIKASI BAHAN BAKU MAGNET
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT
STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT Al/Al2O3 HASIL PROSES CANAI DINGIN Asfari Azka Fadhilah 1,a, Dr. Eng. A. Ali Alhamidi, ST.,MT. 1, dan Muhammad
Lebih terperinciPengaruh Serbuk Nikel dan Waktu Sintering Terhadap Induksi Remanen Magnetik dan Kekerasan Pada Nickel-Iron Soft Magnetic Alloys
Pengaruh Serbuk Nikel dan Waktu Sintering Terhadap Induksi Remanen Magnetik dan Kekerasan Pada Nickel-Iron Soft Magnetic Alloys Moch.Syaiful Anwar, Mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS Ir. Sadino,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Magnet Secara Umum Magnet adalah suatu benda yang mempunyai medan magnet dan mempunyai gaya tolak menolak dan tarik menarik terhadap benda-benda tertentu. Efek
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta 3.1.2. Alat dan bahan 3.2.1 Alat Alat yang dipergunakan
Lebih terperinciOPTIMASI PROSES PEMBUATAN HARD-MAGNETIC MATERIAL BERBASIS BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF FeMn SKRIPSI MARTA MASNIARY NAINGGOLAN
OPTIMASI PROSES PEMBUATAN HARD-MAGNETIC MATERIAL BERBASIS BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF FeMn SKRIPSI MARTA MASNIARY NAINGGOLAN 120801034 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
24 3.1. Metodologi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan menggunakan diagram alir seperti Gambar 3.1. PEMOTONGAN SAMPEL UJI KEKERASAN POLARISASI DICELUPKAN DALAM LARUTAN DARAH
Lebih terperinciVARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK
VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. XRD Uji XRD menggunakan difraktometer type Phylips PW3710 BASED dilengkapi dengan perangkat software APD (Automatic Powder Difraction) yang ada di Laboratorium UI Salemba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanomaterial memiliki sifat unik yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam bidang industri. Sebuah material dapat dikatakan sebagai nanomaterial jika salah satu
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN
PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Lebih terperinciKARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN
No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN Martoyo, Ahmad Paid, M.Suryadiman Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -
Lebih terperinciPENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 43-50 PENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK Priska R. Nugraha
Lebih terperinciPASI NA R SI NO L SI IK LI A KA
NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERCOBAAN
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Diagram Alir Percobaan Gambar 3.1: Diagram Alir Percobaan Jurusan Teknik Material dan Metalurgi 25 3.2 Bahan Percobaan Bahan percobaan yang dipakai dalam tugas akhir ini
Lebih terperinciPENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO
PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO Fahmi 1109201707 Dosen Pembimbing Dr. Mochammad Zainuri, M.Si PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
Lebih terperinciPEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu
PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu Seri Dermayu Siregar 1), Syahrul Humaidi 1), Perdamean S ) 1) Departemen Fisika, Universitas Sumatera Utara Kampus Padang Bulan, Medan, 155 )
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN
PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN *Bagus Sigit Pambudi 1, Rusnaldy 2, Norman Iskandar 2 1
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) F-108
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-108 Pengaruh Dopan Co-Zn dengan Variasi Fraksi Mol Dan Variasi Ph terhadap Sifat Magnetik dan Struktur Mikro Barium Heksaferrit
Lebih terperinciEfek Aditiv Al 2 O 3 Terhadap Struktur dan Sifat Fisis Magnet Permanen BaO.6(Fe 2 O 3 )
Berkala Fisika ISSN : 141-9662 Vol. 7, No. 2, April 24, hal 69-73 Efek Aditiv Al 2 O 3 Terhadap Struktur dan Sifat Fisis Magnet Permanen BaO.6(Fe 2 O 3 ) Priyono 1), Yuly Astanto 1), Happy Traningsih 1),
Lebih terperinciPEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3 Sri Handani 1, Sisri Mairoza 1 dan Muljadi 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas 2 Lembaga Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Penambahan penghalus butir titanium Karakterisasi: Uji komposisi Uji kekerasan Karakterisasi: Uji kekerasan Mikrostruktur (OM) Penuaan (T4 dan T6) T = 28
Lebih terperinciPENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI
PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI Oleh DEDI IRAWAN 04 04 04 01 86 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah sejak lama studi dan penelitian tentang magnet telah menghasilkan berbagai produk yang bermanfaat bagi umat manusia. Produk-produk seperti motor listrik, generator
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 PENGARUH DOPAN Co-Zn DENGAN VARIASI FRAKSI MOL DAN VARIASI ph TERHADAP SIFAT MAGNETIK DAN STRUKTUR MIKRO BARIUM HEKSAFERRIT DENGAN METODE SOL-GEL AUTO COMBUSTION
Lebih terperinciBAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM
BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM 4.1. Proses Perlakuan Panas pada Aluminium Proses perlakuan panas merupakan suatu proses yang mengacu pada proses pemanasan dan pendinginan, dengan tujuan untuk
Lebih terperinciPengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1-5 1 Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying Rizky Kurnia Helmy dan Rindang Fajarin
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT FISIS, MAGNET DAN MIKROSTRUKTUR DARI BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF Al 2 O 3 SKRIPSI
PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT FISIS, MAGNET DAN MIKROSTRUKTUR DARI BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF Al 2 O 3 SKRIPSI TABITARIA M SIANIPAR 110801007 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH ANNEALING 290 C PADA PELAT ALUMINUM PADUAN (Al-Fe) DENGAN VARIASI HOLDING TIME 30 MENIT DAN 50 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh
Lebih terperinci