BAB III DESKRIPSI PERUSAHAAN. A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III DESKRIPSI PERUSAHAAN. A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan"

Transkripsi

1 BAB III DESKRIPSI PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau lebih dikenal dengan sebutan Pelindo III merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam sektor perhubungan dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk mengelola Pelabuhan Umum pada 7 wilayah provinsi di Indonesia meliputi wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Perusahaan dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan III Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Peraturan tersebut ditandatangani oleh Presiden ke-2 Republik Indonesia HM. Soeharto pada tanggal 19 Oktober Selanjutnya, pembentukan Pelindo III dituangkan dalam Akta Notaris Imas Fatimah, S.H Nomor : 5 tanggal 1 Desember 1992 sebagaimana telah mengalami beberapa kali perubahan hingga perubahan terakhir dalam Akta Notaris Yatiningsih, S.H, M., Nomor : 72, tanggal 10 Juli Bagan 3.1: Perkembangan PT. Pelindo III (Persero)

2 Sumber : Humas PT. Pelindo III (Persero) Sejarah Pelindo III terbagi menjadi beberapa fase penting. Perseroan pada awal berdirinya adalah sebuah Perusahaan Negara yang pendiriannya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun Selanjutnya pada kurun waktu bentuk Perusahaan Negara diubah dengan nama Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun Kemudian pada kurun waktu untuk membedakan pengelolaan Pelabuhan Umum yang diusahakan dan tidak diusahakan diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1983 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia usaha maka, status Perum diubah menjadi Perseroan pada tahun 1992 hingga saat ini dan tertuang dalam Akta Notaris Imas Fatimah, SH Nomor 5 Tanggal 1 Desember 1992 dan telah diubah terakhir dengan Akta Perubahan Nomor 189 Tanggal 24 Maret 2015 yang dibuat dihadapan Notaris Yatiningsih,SH. MH. Pelindo III mengelola sebanyak 43 cabang pelabuhan terdiri atas cabang utama, kelas 1, 2 dan 3, juga kawasan serta memiliki 7 anak perusahaan yang tersebar di 7 Provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Kantor Pusat Pelindo III terletak di Surabaya. Pelindo III yang menjalankan bisnis inti sebagai penyedia fasilitas jasa kepelabuhan, memiliki peran kunci untuk menjamin kelangsungan dan kelancaran angkutan laut. Dengan tersedianya prasarana transportasi laut yang memadai Pelindo III mampu menggerakkan dan menggairahkan kegiatan ekonomi negara dan masyarakat. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Umum, Pelindo III bertanggung jawab atas Keselamatan Pelayaran, Penyelenggaraan Pelabuhan, Angkutan Perairan dan Lingkungan Maritim. Dengan demikian status Pelindo III bukan lagi sebagai regulator melainkan operator Pelabuhan, yang secara otomatis mengubah bisnis Pelindo dari Port Operator menjadi Terminal Operator.

3 B. Visi Perusahaan dan Misi Perusahaan 1. Visi Perusahaan Visi Perusahaan dari PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) adalah sebagai berikut : Berkomitmen Memacu Integrasi Logistik dengan Layanan Jasa Pelabuhan yang Prima Pelindo III ingin menjadi perusahaan pelaku penyedia jasa pelabuhan yang prima. Prima yang dimaksud adalah dengan menjadikan Pelindo III sebagai perusahaan yang menggunakan prinsip-prinsip manajemen modern yang diakui secara global, yang antara lain : a) Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence, yang lazim dikenal dengan KPKU (Kriteria Penilaian Kinerja Unggul); b) Prinsip ISO 9001, ISO dan SMK3; c) Sistem pengukuran kinerja menggunakan BSC (Balanced Scorecard); d) Prinsip supply chain management yang terintegrasi serta penyederhanaan bisnis proses yang dilakukan secara berkesinambungan. Pelindo III juga ingin menjadi penyedia jasa yang berkomitmen memacu integrasi logistik nasional. Ini berarti Pelindo III memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus (continues improvement) melalui penggunaan teknologi tepat guna dan bekerja sama dengan berbagai instansi terkait untuk meningkatkan distribusi logistik nasional. 2. Misi Perusahaan Misi Perusahaan dari PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) adalah sebagai berikut : a) Menjalin penyediaan jasa pelayanan prima melampaui standar yang berlaku secara konsisten Misi ini mengandung makna bahwa produk utama Pelindo III adalah jasa kepelabuhan. Jasa kepelabuhan Pelindo III harus memenuhi kualitas jasa yang dikehendaki oleh pelanggan dan sesuai dengan standar jasa kepelabuhanan nasional dan internasional. Pemenuhan kualitas jasa ini dilakukan dengan cara selalu mendengarkan keinginan pelanggan, kecepatan

4 penanganan keluhan, kemudahan pembayaran, dan sebagainya. Pelayanan yang prima akan membuat pelanggan merasakan manfaat yang tinggi dari Pelindo III. b) Memacu kesinambungan daya saing industri nasional melalui biaya logistik yang kompetitif. Misi ini mengandung makna bahwa Pelindo III selalu melakukan berbagai upaya efisiensi biaya guna menekan biaya logistik. Dengan biaya logistik yang kompetitif, diharapkan industri kepelabuhan nasional dapat tumbuh dan bersaing, baik secara regional maupun internasional. c) Memenuhi harapan semua stakeholders melalui prinsip kesetaraan dan tata kelola perusahaan yang baik (GCG). Misi ini mengandung makna bahwa Pelindo III diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan, khususnya kinerja finansial, sesuai dengan harapan stakeholders. Upaya peningkatan kinerja ini dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dimana stakelolders berperan aktif sebagai fungsi kontrol. d) Mendukung perolehan devisa negara dengan memperlancar arus perdagangan. Misi ini mengandung makna bahwa Pelindo III ingin meningkatkan usaha kepelabuhan yang berorientasi kepada perdagangan internasional. Dengan memperlancar distribusi barang baik ke dalam maupun ke luar negeri, Pelindo III dapat meningkatkan pendapatan yang secara langsung berkontribusi dalam perolehan devisa negara. C. Struktur Organisasi Perusahaan Berdasarkan Peraturan Direksi PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Nomor : PER.III/ /P.III-2015 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat, secara umum dapat diketahui Struktur Organisasi Perusahaan sebagai berikut :

5 Bagan 3.2: Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Sumber : Humas PT. Pelindo III (Persero) Adapun penjelasan dan penjabaran dari masing-masing unit serta tugas pokok dan fungsinya dijelaskan sebagai berikut : 1. Dewan Komisaris 2. Direksi, yang terdiri dari : a. Direktur Utama sebagai pimpinan utama para Direktur.

6 Dalam rangka terselenggaranya tata laksana organisasi secara mandiri, efektif dan efisien dilaksanakan pendelegasian kewenangan secara berjenjang dengan mengikuti levelling Senior Manager Assistantial dan jabatan tertinggi hingga terendah. Kebijakan Perusahaan diatur dalam Peraturan Direksi PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Nomor: PER.III/ /P.III-2015 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat. Pola umum pendelegasian kewenangan pada Pelindo III secara berjenjang sebagai berikut : 1) Direktur Utama a) Sebagai pembuat kebijakan dan pengambilan keputusan pada level strategis perusahaan, berwenang memutuskan kebijakan umum dan strategi umum perusahaan; b) Sebagai koordinator, yaitu merupakan ketua serta melakukan koordinasi pembinaan dan pengawasan terhadap totalitas pembinaan perusahaan. 2) Para Direktur sebagai pembuat kebijakan dan pengambil keputusan pada level strategis fungsional, berwenang memutuskan kebijakan dan strategi fungsional perusahaan dengan ketentuan yang berlaku. 3) Senior Manager melakukan fungsi eksekutif yang bersifat rutin dan terbatas, yaitu berwenang menjabarkan kebijakan dan strategi fungsional kedalam program masing-masing bidang yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengarahan serta melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan program fungsional terkait pada tingkat cabang/ unit kerja, serta anak perusahaan. 4) Pembantu Direktur Utama yaitu Satuan Pengawas Internal dan Sekretaris Perusahaan, melakukan fungsi pertimbangan dan memberikan masukan kepada Direktur Utama dalam penyusunan kebijakan perusahaan sesuai dengan bidangnya masing-masing. 5) Pembantu Direksi yaitu Biro Perencanaan Strategis dan Kinerja Perusahaan, serta Biro Hukum melakukan fungsi pertimbangan dan memberikan masukan kepada Direksi dalam penyusunan kebijakan perusahaan sesuai dengan bidangnya masing-masing.

7 Dalam rangka penerapan kebijakan yang digunakan perusahaan yakni pendekatan satu pihak dari atas ke bawah (top down) pembinaan kepada organ-organ dibawah Direksi, ditetapkan pembina utamanya sebagai berikut : Biro Hukum dibawah pembinaan Direktur Operasi dan Pengembangan Bisnis; Biro Perencanaan Strategis dan Kinerja Perusahaan dibawah pembinaan Direktur Teknik, Teknologi Informasi dan Komunikasi; Sekretariat Perusahaan dibawah pembinaan Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum; Satuan Pengawas Internal dibawah pembinaan Direktur Keuangan. Selain hal diatas, terkait kesejahteraan pegawai merupakan balas jasa baik dalam bentuk materi maupun non materi yang diberikan perusahaan kepada pegawai selama masa pengabdiannya ataupun setelah berhenti karena pensiun dengan tujuan untuk memberikan semangat atau dorongan kerja kepada pegawai. Penghargaan atau reward yang diberikan oleh Pelindo III meliputi penghasilan, tunjangan pendidikan, bonus tahunan, bantuan cuti tahunan, tunjangan hari raya, asuransi kesehatan dan lainnya. Sedangkan untuk mengimbangi adanya sistem penghargaan reward kepada pegawai yang berprestasi maka diterapkan pula sistem hukuman punishment. b. Direktorat Operasi dan Pengembangan Bisnis Memiliki tugas pokok melaksanakan pembinaan dalam kegiatan merencanakan, menetapkan, mengendalikan, menganalisis dan megevaluasi serta melaporkan kegiatan pelayanan jasa kapal, pelayanan jasa barang, pelayanan jasa terminal, rupa-rupa usaha, pemasaran, kerjasama dan peningkatan usaha, penerapan sistem manajemen dan resiko, serta manajemen properti sesuai dengan arah dan sasaran serta strategi bisnis (pengusahaan) perusahaan yang telah ditetapkan dalam Master Plan Perusahaan, Rencana Jangka Pendek, Menengah dan Panjang Perusahaan. Bagian ini membina beberapa kegiatan yakni : Pelayanan Kapal dan Terminal; Pemasaran dan Pengembangan Bisnis; Manajemen Properti; dan Sistem Manajemen dan Manajemen Resiko.

8 Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Direktur Operasi dan Pengembangan Bisnis dibantu oleh beberapa Senior Manajer yang membawahi Asisten Senior Manajer dan Staff sebagai berikut : 1) Senior Manajer Pemasaran dan Pengembangan Bisnis a) Asisten Senior Manajer Pemasaran dan Bina Pelanggan b) Asisten Senior Manajer Pengembangan Bisnis 2) Senior Manajer Pelayanan Kapal dan Terminal a) Asisten Senior Manajer Pelayanan Kapal b) Asisten Senior Manajer Pelayanan Terminal 3) Senior Manajer Manajemen Properti a) Asisten Senior Manajer Manajemen Properti Wilayah I b) Asisten Senior Manajer Manajemen Properti Wilayah II 4) Senior Manajer Sistem Manajemen dan Manajemen Resiko a) Asisten Senior Manajer Sistem Manajemen b) Asisten Senior Manajer Manajemen Resiko c. Direktorat Teknik Teknologi dan Informasi Komunikasi Memiliki tugas pokok melaksanakan pembinaan dalam kegiatan merencanakan, menetapkan, mengendalikan, menganalisis dan megevaluasi serta melaporkan kegiatan penyediaan dan pemeliharaan fasilitas pelabuhan, peralatan, dan kolam pelabuhan, investasi, studi kelayakan, bangunan pelabuhan, bangunan sipil, manajemen proyek, pengembangan teknologi informasi komunikasi sesuai dengan arah dan sasaran serta strategi bisnis perusahaan yang telah ditetapkan dalam Master Plan Perusahaan, Rencana Jangka Pendek, Menengah dan Panjang Perusahaan. Bagian ini membina beberapa kegiatan yakni : Peralatan; Fasilitas Pelabuhan; Supervisi Teknik; dan Teknik Informasi dan Komunikasi. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Direktur Teknik Teknologi dan Informasi Komunikasi dibantu oleh beberapa Senior Manajer yang membawahi Asisten Senior Manajer dan Staff sebagai berikut : 1) Senior Manajer Peralatan

9 a) Asisten Senior Manajer Peralatan b) Asisten Senior Manajer Kapal dan Instalasi 2) Senior Manajer Fasilitas Pelabuhan a) Asisten Senior Manajer Perencanaan Teknik b) Asisten Senior Manajer Pemeliharaan dan Survei 3) Senior Manajer Supervisi Teknik a) Asisten Senior Manajer Supervisi Fasilitas b) Asisten Senior Manajer Supervisi Peralatan c) Pimpinan Proyek 4) Senior Manajer Teknologi Informasi dan Komunikasi a) Asisten Senior Manajer Risiko dan Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi b) Asisten Senior Manajer Solusi dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi c) Asisten Senior Manajer Operasi dan Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi d. Direktorat Keuangan Memiliki tugas pokok melaksanakan pembinaan dalam kegiatan merencanakan, menetapkan, mengendalikan, menganalisis dan megevaluasi serta melaporkan kegiatan keuangan perusahaan meliputi, perencanaan dan pengendalian anggaran, manajemen resiko keuangan, akuntansi keuangan, perpajakan, pengelolaan dana termasuk sumber pendanaan, hutang piutang, manajemen aset perusahaan, perencanaan strategis dan monitoring kinerja serta supervisi bisnis anak perusahaan sesuai dengan arah dan sasaran serta strategi bisnis perusahaan yang telah ditetapkan dalam Master Plan Perusahaan, Rencana Jangka Pendek, Menengah dan Panjang Perusahaan. Bagian ini membina beberapa kegiatan yakni : Manajemen dan Resiko Keuangan; Akuntansi dan Perpajakan; Keuangan Korporat dan Tresuri; dan Pembinaan Anak Perusahaan.

10 Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Direktur Keuangan dibantu oleh beberapa Senior Manajer yang membawahi Asisten Senior Manajer dan Staff sebagai berikut : 1) Senior Manajer Manajemen dan Resiko Keuangan a) Asisten Senior Manajer Perencanaan dan Pengendalian Anggaran b) Asisten Senior Manajer Analisis dan Risiko Keuangan 2) Senior Manajer Akuntansi dan Perpajakan a) Asisten Senior Manajer Pelaporan dan Akuntansi Keuangan b) Asisten Senior Manajer Manajemen Perpajakan dan Aset 3) Senior Manajer Keuangan Korporat dan Tresuri a) Asisten Senior Manajer Tresuri dan Pengelolaan Dana b) Asisten Senior Manajer Keuangan Koorporat 4) Senior Manajer Pembinaan Anak Perusahaan a) Asisten Senior Manajer Perencanaan Strategis dan Kinerja Anak Perusahaan b) Asisten Senior Manajer Supervisi Bisnis Anak Perusahaan e. Direktorat SDM dan Umum Memiliki tugas pokok melaksanakan pembinaan dalam kegiatan merencanakan, menetapkan, mengendalikan, menganalisis dan megevaluasi serta melaporkan kebijakan kegiatan perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia, sistem kepegawaian, penilaian kinerja pegawai, umum, pengelolaan Kantor Pusat, pengadaan barang dan jasa sesuai dengan arah dan sasaran serta strategi bisnis perusahaan yang telah ditetapkan dalam Master Plan Perusahaan, Rencana Jangka Pendek, Menengah dan Panjang Perusahaan. Bagian ini membina beberapa kegiatan yakni : Strategi dan Kesisteman Sumber Daya Manusia; Pelayanan Sumber Daya Manusia; Umum; dan Pengadaan Barang dan Jasa. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Direktur SDM dan Umum dibantu oleh beberapa Senior Manajer yang membawahi Asisten Senior Manajer dan Staff sebagai berikut : 1) Senior Manajer Strategi dan Kesisteman SDM

11 a) Asisten Senior Manajer Perencanaan SDM dan Manajemen Talenta b) Asisten Senior Manajer Pengembangan Organisasi dan Kesisteman SDM 2) Senior Manajer Pelayanan SDM a) Asisten Senior Manajer Administrasi SDM, Kesejahteraan dan Hubungan Industrial b) Asisten Senior Manajer Pengembangan SDM 3) Senior Manajer Umum/ Kepala Kantor Pusat a) Asisten Senior Manajer Tata Usaha dan Rumah Tangga Kantor Pusat b) Asisten Senior Manajer Keuangan Kantor Pusat c) Supervisor Pemeliharaan Fasilitas 4) Senior Manajer Pengadaan Barang dan Jasa a) Asisten Senior Manajer Perencanaan Pengadaan Barang dan Jasa b) Asisten Senior Manajer Pengadaan Barang dan Jasa Untuk klasifikasi SDM, Pelindo III memiliki pegawai secara kompilasi per 31 Desember 2014 sebanyak orang, dibandingkan dengan target dalam RKAP 2014 sebanyak dan jika dibandingkan dengan posisi pegawai pada tahun 2013 sebanyak orang. Grafik 3.1: Klasifikasi Pegawai PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Tahun 2014 Sumber : Annual Report PT.Pelindo III (Persero) tahun 2014

12 Jumlah pegawai yang diperbantukan di anak perusahaan sebanyak 326 orang, dipekerjakan di anak perusahaan 315 orang, pengelolaan kantor pusat 283 orang, penunjang operasi 511 orang, operasi tidak langsung 329 orang, operasi langsung sebanyak 557 orang. Sehingga total sebaran pegawai di Pelindo III (Persero) sebanyak orang. Jika dibandingkan dengan target RKAP 2014 masih terdapat selisih. Pelindo III akan memenuhi sesuai target tersebut secara bertahap. Berdasarkan sebaran pegawai Pelindo III bahwa jumlah pegawai paling banyak terdapat pada Kantor Pusat, hal ini dikarenakan terdapat pegawai yang dipekerjakan dan diperbantukan di anak perusahaan. Dan untuk pegawai operasi, baik operasi langsung, operasi tak langsung dan penunjang operasi, paling banyak terdapat di cabang Tanjung Perak yang merupakan salah satu cabang terbesar Pelindo III (Persero). Grafik 3.2: Komposisi Pegawai PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Berdasarkan Pendidikan Tahun 2014 Sumber : Annual Report PT. Pelindo III (Persero) tahun 2014 Grafik di atas menunjukkan bahwa realisasi 2014 telah melebihi dari target RKAP 2014 yang telah ditetapkan. Dari data tersebut sebagian besar pegawai Pelindo III memiliki pendidikan SLTA/SMK tampak pada diagram sebesar

13 47% dari pegawai Pelindo III. Hal ini dikarenakan persyaratan pegawai fungsional khususnya operator adalah pendidikan SLTA. Sedangkan untuk komposisi pegawai dilihat dari usia dapat dilihat dari grafik di bawah ini : Grafik 3.3: Komposisi Pegawai PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Berdasarkan Pendidikan Tahun 2014 Sumber : Annual Report PT. Pelindo III (Persero) tahun 2014 Komposisi pegawai berdasarkan usia menunjukan pegawai Pelindo III paling banyak berada di bawah usia 30 tahun, terbanyak kedua berada di usia tahun kemudian pada usia tahun. Hal ini menunjukkan pegawai Pelindo III sebagian besar masih berada pada usia produktif. f. Sekretariat Perusahaan Sekretariat Perusahaan memiliki tugas pokok berkaitan dengan beberapa kegiatan sebagai berikut : Melaksanakan penanganan dan pembinaan hubungan masyarakat; Pengelolaan tata usaha Direksi; Menangani kegiatan yang berhubungan dengan investor atau calon investor, pasar modal, hubungan kelembagaan; Monitoring pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (Good Coorporate Govermance);

14 Pengelolaan Kantor Perwakilan Jakarta; Mengkoordinasikan penyelenggaraan rapat laporan hasil kerja Kantor Pusat, Unit/ Cabang dan anak perusahaan, sesuai dengan arah dan sasaran serta strategi bisnis perusahaan yang telah ditetapkan dalam Master Plan Perusahaan, Rencana Jangka Pendek, Menengah dan Panjang Perusahaan. Kemitraan dan Bina Lingkungan. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Sekretaris Perusahaan dibantu oleh beberapa Asisten Sekretais Perusahaan yang membawahi Staff dan seorang Manajer Kantor Perwakilan sebagai berikut : 1) Asisten Sekretaris Perusahaan Hubungan Masyarakat 2) Asisten Sekretaris Perusahaan Hubungan Investor dan Administrasi Perusahaan 3) Asisten Sekretaris Perusahaan Kemitraan dan Bina Lingkungan 4) Manajer Kantor Perwakilan g. Satuan Pengawas Interal Satuan Pengawasan Internal Perusahaan memiliki tugas pokok sebagai berikut : Melaksanakan pengawasan melalui audit internal terhadap semua unit kerja; Pengawasan kegiatan dan hasil asesmen resiko; Monitoring tindak lanjut atas hasil pemeriksanaan yang telah dilaporkan; Pendamping bagi auditor eksternal; Penilaian atas sistem pengendalian manajemen, penyusunan kebijakan, strategi dan prosedur audit, administrasi dan dokumentasi audit; Memberikan rekomendasi perbaikan kepada Direktur Utama sesuai dengan arah dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Master Plan Perusahaan, Rencana Jangka Pendek, Menengah dan Panjang Perusahaan. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Kepala SPI dibantu oleh beberapa Pengawas dan Staff sebagai berikut : 1) Pengawas Bidang Keuangan, SDM dan Umum 2) Pengawas Bidang Teknik dan Teknologi Informasi 3) Pengawas Bidang Operasi dan Pengembangan Bisnis 4) Supervisor Administrasi dan Evaluasi SPI

15 Pelaksanaan Sistem Pengendalian dan Pengawasan dilakukan secara internal di Pelindo III mengacu pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) mengharuskan Direksi BUMN menetapkan Sistem Pengendalian Internal perusahaan yang efektif untuk mengamankan Investasi dan Aset BUMN. Pelindo III telah memiliki Kebijakan Sistem Pengendalian Internal yang terdapat dalam Pedoman Tata Kelola Perusahaan. Sistem Pengendalian Internal adalah suatu proses yang terintegrasi pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan terus menerus oleh pimpinan dan seluruh Insan Pelindo III untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui: kegiatan yang efektif dan efisien, kendala pelaporan keuangan, pengamanan aset perusahaan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pelindo III menggunakan sistem pengawasan fungsional dalam melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap setiap aktivitas dan kinerja perusahaanya. Hal tersebut berarti pengawasan yang dilakukan Satuan Pengawas Internal (SPI) sebagai pihak yang memahami substansi kerja objek yang diawasi dan ditunjuk khusus untuk melakukan audit independen terhadap objek yang diawasi 1) Audit Internal Satuan Pengawasan Internal (SPI) merupakan bagian dari manajemen yang independen dan mempunyai tanggung jawab untuk membantu seluruh jajaran organisasi perusahaan dalam mengevaluasi keseluruhan aktivitas operasional usahanya. Dalam hubungannya dengan Dewan Komisaris dan/atau Komite Audit, Satuan Pengawasan intern (SPI) harus memenuhi permintaan untuk menyajikan data atau laporan kepada Dewan Komisaris dan/atau Komite Audit. Kepala Satuan Pengawas Internal (KSPI) diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris. 2) Wewenang Satuan Pengawas Internal

16 Ruang lingkup tugas/ wewenang Satuan Pengawas Internal beberapa cakupan meliputi: a) Memperoleh informasi dari seluruh unit kerja dan pegawai di lingkungan Pelindo III; b) Mengakses, melihat dan memeriksa semua dokumen dan pencatatan Perusahaan pada periode yang ditentukan; c) Mengalokasikan sumber daya audit, menentukan fokus, ruang lingkup dan rencana atau jadwal audit serta menerapkan teknik yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan; d) Mendapatkan tambahan nara sumber profesional baik internal maupun eksternal dalam kaitan dengan kegiatan audit; e) Melakukan konsultasi dengan Direksi dan/atau Dewan Komisaris. Dalam memenuhi kewajibannya, SPI bertanggung jawab untuk memberikan analisa, penilaian, rekomendasi, konsultasi dan informasi mengenai aktifitas yang diperiksa yang dilakukan sesuai standar audit dan standar perilaku professional yang dituntut kode etik. Tanggung jawab ini juga meliputi koordinasi pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor eksternal sehingga tujuan audit semua pihak tercapai. Satuan Pengawasan Intern berada dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. h. Biro, terdiri dari : 1) Biro Perencanaan Strategis dan Kinerja Perusahaan Memiliki tugas pokok melaksanakan kegiatan perencanaan dan evaluasi strategis korporat, meliputi Master Plan Perusahaan, rencana bisnis, penelitian dan pengembangan, kajian perencaan dan pengembangan perusahaan, penganggaran jangka panjang, studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), monitoring Rencana Kerja Manajemen Korporat, pengelolaan dan pengendalian Key Performance Indicator (KPI) korporat. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Kepala Biro Perencanaan Strategis dan Kinerja Perusahaan dibantu oleh beberapa Asisten Kepala Biro dan Staff sebagai berikut : a) Asisten Kepala Biro Perencanaan Strategis Korporat b) Asisten Kepala Biro Kinerja Koorporat dan Riset

17 2) Biro Hukum Memiliki tugas pokok melaksanakan kegiatan menangani urusanurusan perusahaan yang berkaitan dengan aspek legal, bantuan hukum, perikatan, menyusun kodifikasi peraturan dan perundangan, serta memberikan pendapat hukum. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Kepala Biro Hukum dibantu oleh beberapa Asisten Kepala Biro dan Staff sebagai berikut : a) Asisten Kepala Biro Perikatan b) Asisten Kepala Biro Bantuan Hukum dan Peraturan Perusahaan Selain struktur organisasi pejabat struktural di lingkungan Pelindo III seperti yang sudah dijelaskan diatas, terdapat jabatan utama di cabang perusahaan yakni sebagai General Manajer 17 Pelabuhan yang berada wilayah kerja Pelindo III yakni : 1. General Manajer Pelabuhan Tanjung Perak; 2. General Manajer Pelabuhan Banjarmasin; 3. General Manajer Pelabuhan Tanjung Emas; 4. General Manajer Terminal Petikemas Semarang; 5. General Manajer Pelabuhan Tanjung Intan; 6. General Manajer Pelabuhan Gresik; 7. General Manajer Pelabuhan Kota Baru; 8. General Manajer Pelabuhan Tenau Kupang; 9. General Manajer Pelabuhan Benoa; 10. General Manajer Pelabuhan Sampit; 11. General Manajer Pelabuhan Tanjung Wangi; 12. General Manajer Pelabuhan Kumai; 13. General Manajer Pelabuhan Lembar; 14. General Manajer Pelabuhan Celukan Bawang; 15. General Manajer Pelabuhan Maumere; 16. General Manajer Pelabuhan Probolinggo; 17. General Manajer Pelabuhan Bima.

18 D. Bidang Usaha Perusahaan, Produk Perusahaan dan Layanan Perusahaan Sebagai perusahaan jasa yang besar Pelindo III memiliki beberapa bidang usaha, produk dan layanan sebagai berikut : 1. Bidang Usaha Sebagai operator terminal pelabuhan, Pelindo III memiliki beberapa bidang usaha yang menjadi bisnis inti perusahaan. Lingkup usaha yang dijalankan oleh Pelindo III diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 88 Tahun 2011 tentang Pemberian Izin Usaha kepada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) sebagai Badan Usaha Pelabuhan. a. Usaha-usaha yang dijalankan oleh Pelindo III meliputi : 1) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat; 2) Penyediaan dan/atau pelayanan pengisian bahan bakar dan pelayanan air bersih; 3) Penyediaan dan/atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang dan/atau kendaraan; 4) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas; 5) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan; 6) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering dan Ro-Ro; 7) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang; 8) Penyediaan dan/atau pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang; 9) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa penundaan kapal; Bidang usaha tersebut dijalankan oleh Pelindo III secara profesional demi memberikan pelayanan terbaik demi terciptanya kepuasan pelanggan. b. Bidang Usaha Penunjang Selain kegiatan usaha utama sesuai yang dimaksud pada ayat 2 anggaran dasar Perseroan, Perseroan ini dapat melakukan kegiatan usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan Perseroan dan dalam rangka

19 optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan. Bidang usaha penunjang Pelindo III adalah antara lain : 1) Pelayanan Air; 2) Pelayanan Listrik; 3) Pengusahaan Peralatan; 4) Pelayanan Konsolidasi Muatan; 5) Pengusahaan Properti; 6) Pengusahaan Docking Kapal; 7) Pengusahaan Forwarding; 8) Pelayanan Kesehatan. c. Bidang Usaha Kepelabuhan Bidang Usaha Pelayanan Kapal, yang meliputi : 1) Pelayanan labuh, yaitu pelayanan penyediaan kolam kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat tempat berlabuhnya kapal; 2) Pelayanan Pemanduan, yaitu kegiatan pelayanan membantu Nakhoda kapal agar navigasi dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib, dan lancar; 3) Pelayanan Penundaan, yaitu kegiatan pelayanan menarik mendorong atau menggandeng kapal yang berolah gerak untuk tambat ke atau untuk melepas dari dermaga, jetty, trestel, pier, pelampung, dolphin, kapal, dan fasilitas tambat lainnya menggunakan kapal tunda; 4) Pelayanan Penambatan, yaitu kegiatan pelayanan kapal melakukan ikat tali di tambatan/ dermaga untuk melakukan bongkar muat barang atau kegiatan lainnya. Bidang usaha Pelayanan Barang, yang meliputi: 1) Pelayanan Bongkar Muat, yaitu pelayanan pembongkaran pemuatan muatan dari atau ke kapal; 2) Pelayanan Gudang Penumpukan, yaitu pelayanan penimbunan sementara muatan setelah dibongkar atau dimuat dari atau ke kapal pada ruangan tertutup; 3) Pelayanan Lapangan Penumpukan, yaitu pelayanan penumpukan sementara muatan setelah dibongkar atau akan dimuat dari atau ke kapal pada lapangan penumpukan terbuka.

20 2. Produk Perusahaan Merujuk pada Anggaran Dasar Perseroan, bidang usaha Pelindo III adalah menyediakan dan mengusahakan jasa kepelabuhanan untuk menunjang kelancaran angkatan laut dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, yaitu meliputi pengusahaan : a. Kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat berlabuhnya kapal; b. Jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan (pilotage) dan penundaan kapal; c. Dermaga dan fasiltias lain untuk bertambat, bongkar muat barang termasuk hewan dan fasilitas naik turunnya penumpang; d. Gudang-gudang dan tempat penimbunan barang-barang angkutan bandar, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan; e. Tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri dan gedung-gedung, bangunan yang berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan laut; f. Penyediaan listrik, bahan bakar minyak, air bersih dan instalasi limbah pembuangan; g. Jasa terminal, kegiatan konsolidasi dan distribusi barang termasuk hewan; h. Pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kepelabuhanan; i. Jasa pelayanan kesehatan; j. Jasa transportasi laut; k. Jasa persewaan fasilitas dan peralatan di bidang pelabuhan; l. Jasa perbaikan fasilitas dan peralatan pelabuhan; m. Properti di daerah lingkungan pelabuhan; n. Kawasan industri di daerah lingkungan pelabuhan; o. Kawasan wisata di daerah lingkungan pelabuhan; p. Depo petikemas; q. Jasa konsultan di bidang kepelabuhanan; r. Jasa komunikasi dan informasi di bidang kepelabuhanan; s. Jasa konstruksi di bidang kepelabuhanan.

21 3. Layanan Perusahaan Melalui berbagai anak perusahaannya, Pelindo III juga menyediakan berbagai layanan yang turut mendukung kegiatan usaha utama, diantaranya sebagai berikut: a. Pengusahaan Air dan Listrik Dalam memberikan kemudahan kepada pengguna jasa dan penduduk di lingkungan pelabuhan, Pelindo III berkerja sama dengan PDAM Kota Surabaya menyediakan air bersih bagi kapal kapal laut yang sedang berlabuh dan bertambat di perairan pelabuhan, serta berkerjasama dengan PLN menyediakan suply listrik untuk perkantoran dan rumah tangga di lingkungan sekitar pelabuhan. b. Pengusahaan Properti Pelindo III membentuk anak perusahaan PT. Pelindo Properti Indonesia yang membidangi pengusahaan properti yang bergerak dalam sewa tanah, bangunan dan perairan di wilayah Pelindo III. c. Pengusahaan Docking Dalam upaya meningkatkan kelancaran kinerja pemanduan dan penundaan Pelindo III membentuk anak perusahan PT. Pelindo Marine Service yang bergerak dalam usaha perbaikan kapal, penyewaan kapal, dan penyediaan tenaga Anak Buah Kapal. E. Wilayah Usaha Perusahaan PT. Pelindo III (Persero) memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk mengelola Pelabuhan Umum pada 7 (tujuh) wilayah provinsi yakni : 1. Provinsi Jawa Timur, meliputi: Tanjung Perak Surabaya (Pelabuhan Utama yang berfungsi sebagai kolektor dan distributor barang dari dan ke kawasan timur Indonesia karena letaknya yang strategis dan didukung oleh hinterland yang potensial maka pelabuhan ini merupakan pusat pelayaran interinsulair kawasan timur Indonesia). Pelabuhan Gresik (Pelabuhan kelas II yang letaknya berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya) meliputi Kawasan Kalianget dan Madura. Pelabuhan Tanjung Wangi (Banyuwangi).

22 Pelabuhan Tanjung Tembaga (Probolinggo) meliputi kawasan Pasuruan dan Kawasan Panarukan. 2. Provinsi Jawa Tengah, meliputi: Tanjung Emas Semarang (Pelabuhan kelas I yang nonpetikemas yang telah diresmikan pengoperasiannya oleh Manteri Perhubungan pada awal tahun 1999). Terminal Petikemas Semarang (Pelabuhan Petikemas yang pengoperasiannya diresmikan oleh Menteri Perhubungan bersamaan dengan Pelabuhan Tanjung Emas diresmikan, yaitu awal tahun 1999). Tanjung Intan Cilacap (Pelabuhan kelas I yang merupakan pintu gerbang perekonimian bagi daerah Jawa Tengah bagian selatan) meliputi kawasan Tegal. 3. Provinsi Kalimantan Selatan, meliputi: Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin (Pelabuhan kelas I yang terletak di Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan). Pelabuhan Kotabaru (Cabang Pelabuhan kelas II yang lokasinya sangat strategis, karena berada pada dua Kabupaten yaitu Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu) dan beberapa kawasan. 4. Provinsi Kalimantan Tengah, meliputi: Pelabuhan Sampit (Cabang Pelabuhan kelas II yang terletak di Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah) dan beberapa kawasan, Pulau Pisau dan Kawasan Kuala Kapuas. Juga meliputi kawasan Bagendang, Samuda, Kuala Pambuang dan Pagatan. Pelabuhan Kumai (Cabang Pelabuhan kelas III yang lokasinya berada di Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah) dan beberapa kawasan yakni Pangkalan Bun, Sukamara dan Bumiharjo. 5. Provinsi Bali, meliputi: Pelabuhan Benoa (Pelabuhan kelas II yang berada di ujung sebelah selatan Pulau Bali). Pelabuhan Celukan Bawang. 6. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), meliputi: Pelabuhan Lembar. Pelabuhan Bima dan Kawasan Badas.

23 7. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), meliputi: Pelabuhan Tenau Kupang (Pelabuhan kelas II), meliputi kawasan Waingapu dan Kalabahi. Pelabuhan Maumere, meliputi kawasan Ende dan Ippi. Sebagai perusahaan yang besar, PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) memiliki beberapa cabang unit usaha yakni : Bagan 3.3: Anak Perusahaan dan Afiliasi PT. Pelindo III (Persero) Sumber : Humas PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) 1. Anak Perusahaan (Subsidiary) a. PT. Terminal Petikemas Surabaya b. PT. RS Primasatya Husada Citra

24 c. PT. Berlian Jasa Indonesia d. PT. Pelindo Marine Service e. PT. Terminal Teluk Lamong f. PT. Pelindo Daya Sejahtera 2. Cucu Perusahaan (Sub-Subsidiary) a. PT. Alur Pelayaran Barat Surabaya b. PT. Pelindo Energi Logistik c. PT. Berlian Manyar Sejahtera d. PT. Terminal Nilam Utara e. PT. Pelindo Properti Indonesia f. PT. Berkah Kawasan Manyar Sejahtera g. PT. Tanjung Emas Daya Sejahtera 3. Afiliasi a. PT. Portek Indonesia b. PT. Jasa Marga Bali Tol c. PT. Ambang Barito Nusapersada d. PT. Terminal Petikemas Indonesia F. Profil Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya merupakan salah satu dari 13 dermaga yang berada di wilayah kerja PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak yang berada di Kawasan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

25 Gambar 3.1: Peta Pelabuhan di Wilayah Tanjung Perak Surabaya Sumber : Situs Resmi PT. Pelindo III (Persero) bawah ini : Adapun informasi yang termuat dari gambar diatas dijelaskan dalam tabel di Tabel 3.1: Informasi Dermaga di Wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Dermaga Panjang Lebar Kedalaman Kolam (m) (m) (M LWS) A Dermaga Jamrud Utara B Dermaga Jamrud Barat C Dermaga Jamrud Selatan D Dermaga Kalimas ,5 E Dermaga Mirah F Dermaga Berlian Timur ,7 G Dermaga Berlian Utara

26 H Dermaga Berlian Barat ,2 I Dermaga Nilam Timur J Dermaga Domestik TPS ,5 K Dermaga Internasional TPS ,5 L Dermaga Internasional TTL ,5 M Dermaga Domestik TTL Sumber : Situs Resmi PT. Pelindo III (Persero) Dari gambar dan tabel diatas dapat diketahui bahwa, lokasi Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya dalam gambar 3.20 ditunjukkan dengan huruf I sesuai keterangan yang tertera dalam tabel 3.1. Informasi lainnya adalah Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya mempunyai panjang dermaga 920 m, lebar dermaga 15 m dan kedalaman kolam 8 M LWS. Sebagai sebuah tempat keluar masuk arus barang, Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya memiliki beberapa fasilitas dan peralatan yakni : 1. 3 (tiga) unit Ship to Shore Crane kapasitas 35 Ton; 2. 5 (lima) unit Rubber Tyred Gantry kapasitas 40 Ton; (tujuh belas) unit Truk; dan 4. Lapangan penumpukan 3,4 Ha. Informasi lain, penulis memperoleh data terkait Standar Kinerja Bongkar dan Muat Petikemas dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

27 Tabel 3.2: Standar Kinerja Bongkar Muat Petikemas di Wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Dermaga Dermaga UPTK Lokasi Konvensional Receiving Delivery Box/CC/Jam Box/Crane/Jam Menit Menit Terminal Jamrud Terminal Nilam Terminal Mirah BJTI TPS Sumber : Situs Resmi PT. Pelindo III (Persero) Dari tabel diatas dapat diketahui informasi mengenai waktu kinerja bongkar muat petikemas dan proses receiving serta delivery di beberapa dermaga di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Di Terminal Jamrud, standar kinerja bongkar muat petikemas adalah 10 box/crane/jam, sedangkan receiving selama 60 menit dan delivery 90 menit. Di Terminal Nilam standar kinerja bongkar muat petikemas adalah 18 box/crane/jam, sedangkan receiving selama 60 menit dan delivery selama 90 menit. Di Terminal Mirah standar kinerja bongkar muat petikemas 10 box/crane/jam, sedangkan proses receiving selama 60 menit dan proses delivery 90 menit. Sedangkan di Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI), standar kinerja bongkar dan muat petikemas adalah 15 box/crane/jam, proses receiving selama 60 menit dan proses delivery selama 90 menit. Sedangkan di Terminal Petikemas Surabaya (TPS) standar kinerja bongkar muat petikemas adalah 25 box/crane/jam, sedangkan receiving selama 30 menit dan delivery 45 menit. Dari kesemuanya hanya TPS yang dermaganya bukan jenis dermaga konvensional, melainkan terminal UPTK atau Unit Terminal Petikemas.

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/ INSTANSI A. SEJARAH

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/ INSTANSI A. SEJARAH BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/ INSTANSI A. SEJARAH Sejarah PT PELINDO III (Persero) terbagi menjadi beberapa fase penting.perseroan pada awal berdirinya adalah sebuah Perusahaan Negara yang pendiriannya dituangkan

Lebih terperinci

1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Barat, dan Nusa Tenggara Timur, serta memiliki 7 anak perusahaan.

1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Barat, dan Nusa Tenggara Timur, serta memiliki 7 anak perusahaan. 1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat yang berkantor di Surabaya, mengelola 43 pelabuhan yang tersebar di 7 Propinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Sejarah PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Sejarah PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) 2.1.1 Sejarah PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DAN PROSES BISNIS PT PELINDO III (PERSERO) pendiriannya dituangkan dalam PP No.19 Tahun 1960.

BAB II PROFIL DAN PROSES BISNIS PT PELINDO III (PERSERO) pendiriannya dituangkan dalam PP No.19 Tahun 1960. BAB II PROFIL DAN PROSES BISNIS PT PELINDO III (PERSERO) 2.1 Sejarah Perusahaan Sejarah PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) terbagi menjadi beberapa fase penting berikut ini: 1. Perseroan pada awal berdirinya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), untuk selanjutnya disebut PT Pelindo III (Persero), adalah Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT (Persero) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT (Persero) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT (Persero) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SURABAYA 2.1. SEJARAH PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SURABAYA 2.1. SEJARAH PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SURABAYA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SURABAYA 2.1. SEJARAH PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SURABAYA 2.1.1. SEJARAH PERUSAHAAN PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Berdirinya PT. Pelabuhan Indonesia III

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Berdirinya PT. Pelabuhan Indonesia III BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Berdirinya PT. Pelabuhan Indonesia III PT. Pelabuhan Indonesia III pada awal berdirinya adalah sebuah Perusahaan Negara yang pendiriannya dituangkan dalam PP

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN A. SEJARAH SINGKAT PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan berdasarkan Perturan Pemerintah No. 56 tahun 1991 dengan akte Notaris Imas Fatimah

Lebih terperinci

1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), untuk selanjutnya disebut PT Pelindo III (Persero), adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam sektor perhubungan.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Pelabuhan Indonesia III PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) pada awal berdirinya adalah sebuah Perusahaan Negara yang pendiriannya dituangkan dalam PP

Lebih terperinci

BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO)

BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) lahir melalui berbagai perubahan bentuk usaha dan status hukum pengusahaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) CABANG TANJUNG EMAS SEMARANG

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) CABANG TANJUNG EMAS SEMARANG BAB II GAMBARAN UMUM PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) CABANG TANJUNG EMAS SEMARANG 2.1 Sejarah Perusahaan 2.1.1 Sejarah Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Sejak jaman kerajaan Mataram, Pelabuhan Semarang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) selanjutnya disingkat Pelindo IV merupakan bagian dari transformasi sebuah perusahaan yang dimiliki pemerintah,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia Cabang Belawan Pada zaman Hindia Belanda, perusahaan Pelabuhan Belawan ini bernama HAVEN BEDRIJF" dan nama ini masih di pakai

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I ( PERSERO )

BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I ( PERSERO ) BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I ( PERSERO ) A. Sejarah Singkat PT Pelabuhan Indonesia I PT Pelabuhan Indonesia I (persero) berdiri pada awal massa penjajahan Belanda dengan nama perusahaan "Haven Bedrijf".

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) CABANG TANJUNG PERAK SURABAYA. 2.1 Gambaran Umum PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO)

BAB II GAMBARAN UMUM PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) CABANG TANJUNG PERAK SURABAYA. 2.1 Gambaran Umum PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) 6 BAB II GAMBARAN UMUM PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) CABANG TANJUNG PERAK SURABAYA 2.1 Gambaran Umum PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) 2.2.1. Sejarah PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) Tanjung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT A. SEJARAH RINGKAS Belawan Internasional Container Terminal disingkat BICT merupakan salah satu cabang pelaksana PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN. A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang

BAB II. GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN. A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang BAB II GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan

Lebih terperinci

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. berlokasi di Gabion, Belawan. Disini, PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero )

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. berlokasi di Gabion, Belawan. Disini, PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero ) BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT A. SEJARAH RINGKAS Belawan Internasional Container Terminal disingkat BICT merupakan salah satu cabang pelaksana PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero ) yang berlokasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA PELABUHAN PELABUHAN BATAM INDONESIA (PT)

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA PELABUHAN PELABUHAN BATAM INDONESIA (PT) PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA PELABUHAN PELABUHAN BATAM INDONESIA (PT) SALINAN OLEH : WALIKOTA BATAM NOMOR : 1 TAHUN 2013 TANGGAL : 22 JANUARI 2013 SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara kepaulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau dan dengan bentangan laut yang sangat panjang yaitu 94.166

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelabuhan merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi laut yang prosesnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di dalam bidang transportasi kargo dan pelayanan logistik yang

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI ALOR, : a. bahwa pelabuhan mempunyai peran

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) TANAH LAUT

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PELABUHAN INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang perekonomian nasional, Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Deskripsi Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua pertiga luas wilayahnya terdiri dari wilayah perairan dan terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh dalam perkembangan dunia usaha dan masyarakat dalam menjalankan usahanya, karena

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PELABUHAN INDONESIA III

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BAB 2 PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN BAB 2 PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau lebih dikenal dengan sebutan Pelindo 3 merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 66 TAHUN 2000 (66/2000) TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PELABUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi dan Dunia Usaha dewasa ini terasa begitu. cepat hal ini ditandai dengan perubahan pandangan dalam berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi dan Dunia Usaha dewasa ini terasa begitu. cepat hal ini ditandai dengan perubahan pandangan dalam berbagai hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Ekonomi dan Dunia Usaha dewasa ini terasa begitu cepat hal ini ditandai dengan perubahan pandangan dalam berbagai hal seperti perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Perkembangan ketenaga listrikan di Indonesia terjadi sejak awal abad

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA PELABUHAN PT. PELABUHAN TANJONG BATU BELITONG INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu

Lebih terperinci

PP 58/1991, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PELABUHAN III MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

PP 58/1991, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PELABUHAN III MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PP 58/1991, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PELABUHAN III MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 58 TAHUN 1991 (58/1991) Tanggal: 19 OKTOBER 1991 (JAKARTA)

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

Menimbang. Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA,

Menimbang. Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA NOMOR: PER 10/MI3U/2012 TENTANG ORGAN PENDUKUNG DEWAN KOMISARIS/DEWAN PENGAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN DUMAI BERSEMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, semakin banyak perusahaan yang berdiri dengan melahirkan berbagai inovasi. Tentunya, inovasi yang baru melibatkan banyak biaya yang muncul

Lebih terperinci

NILAI PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PELABUHAN INDONESIA III

NILAI PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PELABUHAN INDONESIA III LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 66 TAHUN 2000 TANGGAL : 21 AGUSTUS 2000 NILAI PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PELABUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9 Tim GCG Hal : 1 of 9 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 1.1 Definisi Good Corporate Governance 3 1.2 Prinsip Good Corporate Governance 3 1.3 Pengertian dan Definisi 4 1.4 Sasaran dan Tujuan Penerapan GCG 5

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 108, 1999 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN (Persero) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup 2 BAB II KERANGKA UMUM PENYAJIAN 3 BAB III MATERI LAPORAN TAHUNAN 4

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup 2 BAB II KERANGKA UMUM PENYAJIAN 3 BAB III MATERI LAPORAN TAHUNAN 4 D A F T A R I S I Halaman BAB I PENDAHULUAN 1 1. Latar Belakang 1 2. Tujuan 2 3. Ruang Lingkup 2 BAB II KERANGKA UMUM PENYAJIAN 3 BAB III MATERI LAPORAN TAHUNAN 4 1. Informasi Umum 4 2.Informasi Penerapan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 220, 2015 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5742). PERATURAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1997 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PELABUHAN INDONESIA III

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial dan Non Komersial a. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial 1) Memiliki fasilitas

Lebih terperinci

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayaran memiliki peran penting dalam perdagangan antar negara saat ini. Kemampuan kapal-kapal besar yang mampu mengangkut barang dalam jumlah besar dengan biaya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Hal tersebut membuat negara Indonesia membutuhkan

Lebih terperinci

-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un

-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un pas GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN,SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEPARA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi pengembangan wilayah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SETARA DENGAN ESELON II

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SETARA DENGAN ESELON II Lampiran 1 Pengumuman Nomor : PENG-01/JPT.Pratama/MBU/10/2015 Tanggal : 30 Oktober 2015 RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN NO. A. KELOMPOK JABATAN I 1. Nama

Lebih terperinci

7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Perusahaan Daerah;

7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Perusahaan Daerah; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Perusahaan Daerah; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pedoman

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN 27 BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero) PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero) Jakarta, 17 Januari 2017 DAFTAR ISI Halaman A. PENDAHULUAN... 1 I. Latar Belakang... 1 II. Maksud dan Tujuan Charter Satuan Pengawasan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai akibat dari krisis yang berkepanjangan telah menimbulkan

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PELALAWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PELALAWAN Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PELALAWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Menimbang : Mengingat BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5742 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 220). PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (OBJEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (OBJEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (OBJEK PENELITIAN) 2. 1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) adalah perusahaan jasa angkutan penyeberangan dan pengelolaan pelabuhan penyeberangan untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. berlabuh kapal milik pedagang Cina, Arab, India, Portugis, dan VOC Belanda

BAB III PEMBAHASAN. berlabuh kapal milik pedagang Cina, Arab, India, Portugis, dan VOC Belanda 24 BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Sebelum berubah menjadi Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas, mulanya pelabuhan ini bernama Pelabuhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 634 /KPTS/013/2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 634 /KPTS/013/2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 634 /KPTS/013/2013 TENTANG PANITIA PENYELENGGARA PERINGATAN HARI PERHUBUNGAN NASIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT. BJTI) adalah perusahaan

1. BAB I PENDAHULUAN. PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT. BJTI) adalah perusahaan 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT. BJTI) adalah perusahaan dengan bisnis utama di bidang jasa bongkar muat di pelabuhan Tanjung Perak. PT. BJTI merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1983 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PELABUHAN II PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1983 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PELABUHAN II PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1983 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PELABUHAN II PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K E P E L A B U H A N A N KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21

LEMBARAN DAERAH K E P E L A B U H A N A N KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG K E P E L A B U H A N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci