*Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "*Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten"

Transkripsi

1 PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK PADA USIA DEWASA TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI DUKUH JOMBOR DESA DANGURAN KECAMATAN KLATEN SELATAN Marwanti* ABSTRAK Latar Belakang: Masalah merokok mulai diperhatikan baik didunia maupun diindonesia. Lima ratus juta orang yang dewasa ini hidup dimuka bumi akan meninggal akibat kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok ini merupakan penyebab kematian 10% penduduk dunia. Pada tahun 2030, atau bahkan mungkin lebih cepat dari itu, satu dari enam manusia akan meninggal akibat kebiasaan merokok Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti memperoleh data bahwa penduduk di Desa Danguran berjumlah orang, terdiri dari jumlah laki-laki orang dan jumlah perempuan orang, jumlah usia dewasa yang merokok di Dukuh Jombor 74 orang dan yang terjadi hipertensi 47 orang. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok pada usia dewasa terhadap kejadian hipertensi. Metode: penelitian deskriptif analitik, Populasi pada penelitian ini adalah semua usia dewasa yang merokok di wilayah Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan. Hasil: penelitian menunjukkan karakteristik dari 74 responden sebagian besar pada kelompok umur antara tahun sebanyak 32 responden (43,2%), berpendidikan SMA sebanyak 33 responden (44,6%), jenis pekerjaan sebanyak 41responden (55,4%). Kesimpulan: dari penelitian ini bahwa ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi. Kata Kunci: Pengaruh kebiasaan merokok, kejadian hipertensi *Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten

2 PENDAHULUAN Hipertensi merupakan faktor risiko penting dari kejadian kardiovaskuler diderita oleh lebih dari 800 juta orang seluruh dunia. Sekitar 10-30% penduduk dewasa didunia menderita hipertensi. Beban kesehatan akibat hipertensi sangat besar, karena merupakan faktor pemicu utama stroke, serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal (Hananto, 2007). Indonesia Society of Hipertension (Ina SH) mendefinisikan hipertensi sebagai suatu keadaan dimana upaya penurunan tekanan darah akan memberikan manfaat lebih besar dibanding tidak melakukan upaya apapun. Risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler akan meningkat, setiap peningkatan tekanan darah 200/100 mmhg (Hananto Andrianto, 2007). Tekanan darah tinggi ditegakkan pada tekanan sistolik 140 mmhg, atau lebih saat beristirahat, tekanan diastolik 90 mmhg atau lebih saat beristirahat, atau keduanya. Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar risiko hipertensi, bahkan jika tekanan masih dalam batas normal. Karenanya, nilai batas ini masih bersifat arbiter. Nilai batas ini ditentukan karena orang dengan tekanan darah diatas nilai ini, berisiko tinggi mengalami komplikasi (Hananto, 2007). Obesitas, gaya hidup, stress, merokok, dan minum alkohol berlebihan dan garam berperan dalam berkembangnya tekanan darah tinggi pada orang yang memiliki kecenderungan secara genetik untuk mengalaminya. Stress cenderung menyebabkan tekanan darah meningkat sementara, tapi tekanan darah biasanya kembali normal ketika stress berakhir (IMS, 2006). Hipertensi sering disertai faktor risiko lainnya dari penyakit kardiovaskuler. Faktor risiko ini meliputi kolesterol tinggi, merokok, diabetes dan obesitas, dapat meningkatkan risiko terjadinya morbiditas akibat hipertensi ( Brunner GA, Hirschberger s, 2006). Berdasarkan data WHO jumlah perokok didunia sebesar 1,3 M orang sementara kematian yang diakibatkan olehnya mencapai 4,9 juta orang per tahun. Berdasarkan data WHO ini jika kebiasaan merokok masyarakat terus berlanjut, maka pada tahun 2020 angka kematian akibat merokok diperkirakan akan meningkat menjadi 10 juta per tahun dimana 70 persennya terjadi dinegaranegara berkembang (Kosasih Padmawinata, 2001). Banyak perokok mulai

3 merokok pada usia dewasa. Dinegara berpendapatan tinggi, sekitar 8 dari 10 perokok mulai merokok sejak mereka berusia belasan tahun. Sementara banyak perokok dinegara berkembang mulai merokok pada awal umur 20-an ( Shanty, 2007). Berdasarkan data susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) penduduk Indonesia usia dewasa yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 31,6%. Dengan besarnya jumlah dan tingginya presentasi penduduk yang mempunyai kebiasaan merokok, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima didunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi sebanyak 199 miliar batang rokok per tahun. Angka ini merupakan angka tertinggi kelima didunia, setelah cina 1,679 miliar batang, AS 480 miliar batang, Rusia 230 miliar batang, dan Jepang 230 miliar batang per tahunnya (Charles, 2008) (Prasetyo,2007). Masalah merokok mulai diperhatikan baik didunia maupun diindonesia karena merokok merupakan suatu kebiasaan yang merugikan kesehatan sebagai penyebab utama yang meruntuhkan kesehatan manusia serta menyebabkan kematian dini. Lima ratus juta orang yang dewasa ini hidup dimuka bumi akan meninggal akibat kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok ini merupakan penyebab kematian 10% penduduk dunia. Artinya, satu dari sepuluh penghuni kita meniggal akibat asap rokok. Pada tahun 2030, atau bahkan mungkin lebih cepat dari itu, satu dari enam manusia akan meninggal akibat kebiasaan merokok (Prasetyo, 2007). Kompleksnya masalah rokok didunia termasuk Indonesia, akibat kurangnya pengetahuan dan kesadaran seseorang terhadap zat-zat yang terkandung dalam rokok dan dampak dari bahaya rokok. Pengetahuan yang kurang baik akan cenderung membuat seseorang berperilaku merokok. Ataupun sebaliknya jika pengetahuan dan kesadaran seseorang terhadap zat-zat yang terkandung dalam rokok serta dampak dari bahaya merokok baik, maka akan mencegah timbulnya perilaku merokok (Yayan,2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5 Februari 2011 peneliti memperoleh data bahwa penduduk di Desa Danguran berjumlah orang, terdiri dari jumlah laki-laki orang dan jumlah

4 perempuan orang, jumlah penduduk di Dukuh Jombor Desa danguran 585 orang, jumlah usia dewasa di Dukuh jombor 135 orang yang merokok di Dukuh Jombor 74 orang dan yang terjadi hipertensi 47 orang. Berdasarkan data diatas maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh kebiasaan merokok pada usia dewasa terhadap kejadian hipertensi di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah usia dewasa yang berjumlah 135 orang, dan orang yang merokok ada 74 orang yang berada di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Klaten Selatan.Sampel penelitian yaitu semua lakilaki dewasa yang merokok di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan yang berjumlah 74 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampel. Cara pengumpulan data dengan: (1) Data primer, data yang diperoleh secara langsung dari penelitian terhadap subyek penelitian, dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner; (2) Data sekunder, data yang digunakan sebagai data penunjang dan pelengkap dari data primer yang ada relevensinya dengan keperluan peneitian. Data ini diperoleh dari Puskesmas Klaten Selatan dan Kelurahan Desa Danguran. Penelitian ini dilakukan di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu yaitu dimulai pada tanggal Juni Analisis univariat dengan data frekuensi dan distribusi variabel-variabel yang diteliti disajikan dalam bentuk tabel. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dengan program komputer, untuk mengetahui hubungan atau pengaruh setiap variabel dengan taraf kepercayaan 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Jenis Pekerjaan

5 Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis pekerjaan Frekuensi Persen Buruh Petani Wiraswasta Tidak bekerja Total Berdasarkan tabel 1 jumlah responden yang merokok paling banyak adalah pekerja Buruh dengan jumlah 41 responden (55,4%), sedangkan yang paling sedikit adalah yang tidak bekerja dengan jumlah 2 responden (2,7%). 2. Tingkat Pendidikan Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan Frekuensi Persen SD SMP SMA PT Total Berdasarkan tabel 2 jumlah responden yang merokok yang paling banyak adalah SMA dengan jumlah 33 responden (44,6%), sedangkan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi dengan jumlah 3 responden (4,1%). 3. Usia Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia Frekuensi Persen tahun tahun tahun tahun

6 Total Berdasarkan tabel 3 jumlah responden yang merokok paling banyak adalah usia tahun dengan jumlah 32 responden (43.2%), sedangkan yang paling sedikit adalah tahun dengan jumlah 8 responden (10,8%). 4. Jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi Tabel 4 Crosstabulation Responden Menurut jumlah rokok Kejadian hipertensi Hipertensi Tidak hipertensi Total X 2 P <10 batang ,441 0,035 >10 batang Total Berdasarkan tabel 4 penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 10 batang setiap hari dengan jumlah 40 responden, sedangkan penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok kurang dari 10 batang setiap hari dengan jumlah 7 responden. Menurut nilai Odd Ratio jumlah rokok lebih dari 10 batang itu lebih berisiko terjadi hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulation jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 4,441, sedangkan X 2 tabel= 3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X 2 hitung > X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,035 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 2,873 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency).

7 5. Jenis rokok terhadap kejadian hipertensi Tabel 5 Crosstabulation Responden Menurut jenis rokok Kejaadian hipertensi Hipertensi Tidak hipertensi Total X 2 P filter ,274 0,000 Non filter Total Berdasarkan tabel 5 penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok dengan jenis rokok filter dengan jumlah 20responden, sedangkan penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok dengan jenis rokok non filter dengan jumlah 27 responden.menurut nilai Odd Ratio jenis rokok non filter lebih berisiko terjadi hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulationjenis merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 15,274, sedangkan X 2 tabel=3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05. Hal ini berarti bahwa X 2 hitung > X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,001 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 13,412 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). 6. Lama merokok terhadap kejadian hipertensi Tabel 6 Crosstabulation Responden Menurut lama merokok Kejadian hipertensi Hipertensi Tidak Total X 2 P hipertensi <10 tahun ,306 0,253 >10 tahun

8 Total Berdasarkan tabel 6 penderita hipertensi yang menghisap rokok lebih dari 10 tahun dengan jumlah 37 responden, sedangkan penderita hipertensi yang menghisap rokok kurang dari 10 tahun dengan jumlah 10responden. Menurut nilai Odd Ratio lama merokok >10 tahun lebih berisiko terjadi hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulationlama merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 1,306, sedangkan X 2 tabel=3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, pada taraf kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X 2 hitung < X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara lama merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif ditolak dan hipotesis nol diterima. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,253 yang berarti p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara lama merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 0,751 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). B. Pembahasan 1. Jenis pekerjaan Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang paling banyak merokok adalah pekerja buruh dengan jumlah 41 responden (54%), sedangkan yang paling sedikit adalah yang tidak bekerja dengan jumlah 2 responden (2,7%). Pekerja buruh lebih banyak merokok karena dalam bekerja sambil merokok dapat menambah semangat bekerja dan status sosio ekonomi lebih tinggi, sedangkan yang tidak bekerja hanya beberapa saja karena sosio ekonomi rendah (Padmawinata, 2003). Berdasarkan teori (Padmawinata, 2000) tersebut jenis pekerjaan sangatlah berpengaruh terhadap kejadian hipertensi, semakin pendapatan lebih tinggi semakin

9 besar pula keinginan untuk merokok, karena rokok juga memberikan perasaan yang tidak enak menjadi enak pada saat bekerja. 2. Tingkat pendidikan Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang paling banyak merokok adalah tingkat SMA dengan jumlah 33 responden (44,6%), sedangkan yang paling sedikit adalah Perguruan Tingi dengan jumlah 3 responden (4,1%). Pada tingkat SMA lebih banyak merokok karena kurang mengetahui tentang dampak bahaya merokok, sedangkan Perguruan Tinggi hanya sedikit yang merokok karena lebih banyak pengetahuan tentang dampak bahaya merokok (Sitepoe, 2007). Pendidikan seseorang merupakan faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang (Notoatmojo, 2005). Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk lebih memahami tentang sesuatu (Notoatmojo, 1993) dalam hal ini adalah merokok terhadap kejadian hipertensi. Status pendidikan mempengaruhi kesempatan memperoleh informasi mengenai dampak bahaya dalam merokok. 3. Usia Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang paling banyak merokok adalah usia tahun dengan jumlah 32 responden (43,2%), sedangkan yang paling sedikit adalah tahun dengan jumlah 8 responden (10,8%). Pada usia tahun lebih banyak merokok karena pada usia tersebut mempunyai ketergantungan terhadap rokok dan lebih lama memakai rokok, sedangkan pada usia tahun mempunyai kebiasaaan merokok karena lingkungannya adalah perokok (Sitepoe, 2007).Tingginya kejadian hipertensi pada usia produktif (36-40 tahun)dapat dikaitkan bahwa kelompok usia ini cenderung lebih luas aktivitas dan pergaulannya yang cenderung lebih mudah mengalami stress dan lebih banyak berhubungan dengan faktor merokok. Kondisi stress merupakan faktor yang mempengaruhi orang merokok, sehingga semakin banyak merokok,semakin besar pula terjadi hipertensi.

10 4. Jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang merokok >10 batang per hari berjumlah 40 responden dan menderita hipertensi, sedangkan hanya 7 responden merokok <10 batang per hari. Hasil ini menunjukan bahwa kebiasaan merokok lebih dari 10 batang setiap hari mempunyai risiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan kebiasaan merokok kurang dari 10 batang setiap hari. Karena merokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah yang menjadikan tekanan darah meningkat. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah sistolik mmhg dan menambah detak jantung 5-10 kali tiap menitnya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. Dalam sebatang rokok mengandung banyak bahan kimia dan beberapa diantaranya dinyatakan beracun (Suheni,2007). Sehingga semakin banyak jumlah rokok yang dihisap maka semakin banyak juga zat beracun yang masuk kedalam tubuh yang bisa meningkatkan kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulation jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 4,441, sedangkan X 2 tabel = 3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X 2 hitung > X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,035 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 2,873 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). 5. Jenis rokok yang dihisap Dari hasil penelitian menunjukan 30 responden menggunakan jenis rokok non filter dan mengalami hipertensi sebanyak 27 responden, sedangkan 44 responden menggunakan rokok filter mengalami hipertensi

11 dengan jumlah 20 responden. Hal ini menunjukan bahwa merokok dengan jenis rokok non filter mempunyai risiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan merokok jenis filter karena kandungan zat dalam rokok non filter selain dari tembakau rokok non filter juga mengandung zat kimia yang lain yaitu zat nikotin dan tar (Nofa,2010). Nikotin adalah zat atau bahan senyawa porilidin yang terdapat dalam Nicotiana Tabacum yang bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya (Nofa, 2010). Sehingga pemakaian filter dalam rokok sangatlah berpengaruh karena dapat menekan jumlah nikotin yang masuk kedalam tubuh perokok. Karena semakin banyak jumlah nikotin yang masuk kedalam tubuh akan meninggkatkan kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulation jenis merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 15,274, sedangkan X 2 tabel=3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05. Hal ini berarti bahwa X 2 hitung > X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,001 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 13,412 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). 6. Lama merokok Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama merokok lebih dari 10 tahun mempunyai risiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan lama merokok yang kurang dari 10 tahun, dengan hasil penelitian,dari total responden 74 orang, 55 responden yang lama merokok diatas 10 tahun. Hal ini sesuai dengan Penelitian (Suheni, 2010). Dampak

12 rokok akan terasa setelah pemakaian tahun karena zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif, sehingga dengan jelas dampak rokok berupa kejadian hipertensi akan muncul kurang lebih setelah 10 tahun pemakaian. Berdasarkan hasil crosstabulation lama merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 1,306, sedangkan X 2 tabel=3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, pada taraf kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X 2 hitung < X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara lama merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif ditolak dan hipotesis nol diterima. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,253 yang berarti p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara lama merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 0,751 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). SIMPULAN DAN SARAN A. SImpulan Ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi. B. Saran 1. Untuk mengurangi risiko hipertensi, hendaknya mengurangi dalam mengkonsumsi rokok khususnya pada usia dewasa di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan 2. Meningkatkan sosialisasi mengenai bahaya merokok dalam hubungannya dengan penyakit hipertensi yang merupakan salah satu penyakit yang memiliki risiko kematian khususnya pada siswa SLTA 3. Hendaknya tidak mengkonsumsi rokok karena bisa menyebabkan berbagai macam penyakit khususnya pada siswa SLTA 4. Pada sosio ekonomi yang lebih tinggi, hendaknya mengurangi kebiasaan merokok karena merokok tidak baik untuk kesehatan dan merupakan faktor terjadinya penyakit khususnya pada usia dewasa di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan

13 5. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang faktor-faktor lain yang menyebabkan hipertensi. DAFTAR REFERENSI Budi Sarwo dan Bagus Wismanto, Y Strategi Penghentian Perilaku Merokok. Unika Soegijapranata. Semarang. Padmawinata, Prof. Dr. Kosasih Pengendalian Hipertensi World Health Organistion, ITB. Bandung. Suzanne C. Smeltzer, Beranda G. Bare Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Jakarta. Mansjoer, Arif Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta. David Chaney Http ://id. wikipedia. org/wiki/dewasa Husaini, A Tobat Merokok. Pustaka Iman. Jakarta. Suheni Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia 40 tahun ke Atas. Skripsi. FIK UNES Semarang. Tidak Dipublikasikan. Ning Sulastri Faktor-faktor Resiko Terjadinya Hipertensi Primer di Desa Cawan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. Skripsi. Stikes Muhammadiyah Klaten. Tidak dipublikasikan. Nofa Tri Martana Karakteristik Kebiasaan Merokok Pada Pasien Laki-laki Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Islam. Skripsi. Stikes Muhammadiyah Klaten. Tidak dipublikasikan. Komang Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Praktik Merokok dengan Kesehatan Gigi dan Mulut. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Groves, Colin Usia Dewasa.

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Oleh: dr. Budi T. Ratag, MPH, dkk. Dipresentasikan dalam

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN Sunyoto. Sutaryono, Nofa Martono. Intisari Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah di kenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang umum di masyarakat Indonesia. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pola perilaku yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami peningkatan tekanan. Tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama yang mengakibatkan kematian nomor satu secara global dan umum terjadi di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok kemudian menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada prilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial, baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi maupun pada orang-orang yang berpendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan derajat berat merokok dengan kejadian infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari 2015. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik dan Ruang Rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya manusia. Nuansa pembangunan di masa mendatang terletak pada pembangunan sumber daya manusia,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

WIJI LESTARI J

WIJI LESTARI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MANAJEMEN STRES PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN MANAJEMEN STRES DI POSYANDU LANSIA AISIYAH TIPES SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N., BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan prevalensi cukup tinggi dan terus meningkat di berbagai negara. Hipertensi dapat menyebabkan serangan stroke,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner atau PJK adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan hambatan arteri koroner yang mengalirkan darah ke otot jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Arni Wianti ABSTRAK Hipertensi termasuk ke dalam kelompok sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kekhawatiran terbesar yang dihadapi dunia kesehatan karena dapat menyebabkan hampir 6 juta orang meninggal dalam setahun. Lebih dari 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan kegiatan membakar tembakau kemudian asapnya dihisap. Kecanduan rokok banyak terjadi pada usia remaja. Remaja adalah masa transisi antara masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia, masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkerja dan memiliki waktu yang sangat sedikit untuk melakukan pola hidup sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16,

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1) BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah rokok merupakan pembicaraan yang selalu berkembang di dunia. Dari tahun ke tahun prevalensi perokok di dunia semakin meningkat. Jumlah perokok saat ini mencapai

Lebih terperinci

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 DATA UMUM RESPONDEN No. Responden : 1. Identitas Responden : a. Nama Responden : b. Jenis Kelamin : ( L

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang tidak sehat akan tetapi merokok dikalangan masyarakat adalah sebuah hal yang biasa, masyarakat menganggap merokok sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya juga sangat bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL 1) Rustam I. Laboko 1) Dinas Kesehatan Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah ABSTRAK Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI ABSTRAK FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Tekanan darah tinggi biasanya

Lebih terperinci

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur Dewi Susanti 1,2, Deni K Sunjaya 1,3, Insi Farisa Desy Arya 1,3 1 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih tinggi. Penyakit tidak menular tersebut antara lain, penyakit jantung koroner, penyakit stroke, hipertensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Penderita hipertensi setiap tahunnya terus menerus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok adalah salah satu zat adiktif yang apabila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus,

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Lilies Sundari*, Merah Bangsawan** * Aulmni Jurusan Keperawatan Tanjungkarang ** Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang sundarililies@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah faktor resiko utama dari penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara. Data WHO (2011) menunjukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. Bila telah mengalami ketergantungan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal penting dalam kehidupan manusia dan sangat mahal harganya. Setiap orang selalu mendambakan tubuh yang sehat. Supaya mendapatkan tubuh yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan/atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit kardiovaskuler menempati ranking pertama sebagai penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti Indonesia (Setianto, 2004). Penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesakitan dan kematian yang diakibatkan rokok adalah bagian dari bentuk kelalaian atau kesalahan yang disengaja, karena itu identik dengan bunuh diri. Padahal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci