KOREKSI BIAS BETA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOREKSI BIAS BETA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE"

Transkripsi

1 KOEKSI BIAS BETA SAHAM DI BUSA EFEK INDONESIA PEIODE Indah Saptorn (Perum Bulog Kalsel) Ff Swandar (Unverstas Lambung Mangkurat Banjarmasn) ABSTACT Ths study ams to determne whether the beta value of shares lsted on the Indonesa Stock Exchange (BEI) s a bas beta due to nonsynchronous tradng actvtes. There are 310 companes lsted on the Stock Exchange perod sampled n ths study. The bas needs to be corrected. From three methods employed : the Scholes and Wllams (1977), the Dmson (1979), and the Fowler and orke (1983). esults of the analyss conclude that the shares on the Stock Exchange has a bas beta caused by not havng a securtes tradng for some tme. Ths resulted n the calculaton of IHSG the perod of t was based because t uses the closng prce of the perod t-1. In ths study bas beta correcton method Scholes and Wllams (1977), both one lag one lead and two lag two lead are better than the bas beta correcton method Dmson (1979) and the bas beta correcton method Fowler and orke (1983) because the value of beta Scholes and Wllams after corrected close to one. Keywords : Nonsynchronous tradngs, thn tradngs, bas ABSTAK Peneltan n bertujuan untuk mengetahu apakah nla beta saham yang terdaftar d Bursa Efek Indonesa (BEI) merupakan beta bas yang dsebabkan oleh perdagangan yang tdak snkron. Terdapat 310 perusahaan yang terdaftar d BEI perode yang djadkan sampel dalam peneltan n. Metode koreks beta yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode koreks beta Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), dan Fowler dan orke (1983). Hasl analss menympulkan bahwa saham-saham d BEI memlk beta bas yang dsebabkan oleh beberapa sekurtas tdak mengalam perdagangan 425

2 426 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 untuk beberapa waktu. Hal n mengakbatkan perhtungan IHSG perode ke-t mengalam bas karena menggunakan harga penutupan saham perode ke- t-1. Dalam peneltan n metode koreks bas beta Scholes dan Wllams (1977) satu lag satu lead maupun dua lag dua lead lebh bak darpada metode koreks bas beta Dmson (1979) dan metode koreks bas beta Fowler dan orke (1983) karena nla beta Scholes dan Wllams setelah dkoreks mendekat satu. Kata kunc: Pasar tdak snkron, pasar tps dan bas PENDAHULUAN Investor sebaga phak yang memlk kelebhan dana dapat melakukan nvestas pada sektor rl dan atau sektor keuangan. Investas d sektor keuangan dapat dlakukan pada pasar uang dan pasar modal. Pasar modal sebaga sarana nvestas menawarkan berbaga nstrumen nvestas, sepert saham, oblgas, dervarf keuangan, dan reksa dana. Saham sebaga alternatf nvestas menawarkan sejumlah keuntungan yang menark bag nvestor, bak dalam bentuk dvden maupun captal gan, dsampng tu nvestor juga dhadapkan pada rsko. sko dapat dartkan sebaga kemungknan tngkat keuntungan yang dperoleh menympang dar tngkat keuntungan yang dharapkan (Husnan,2009: 52), dmana besarnya rsko yang dhadap oleh nvestor bergerak searah dengan return yang dperoleh, semakn tngg rsko maka semakn tngg return yang dtawarkan, demkan sebalknya. Menurut Hartono (2010: 278), bagan dar rsko saham yang dapat dhlangkan dengan membentuk portofolo yang well-dversfed dsebut dengan rsko yang dapat ddversfkas (dversfabel rsk) atau rsko perusahaan (company rsk) atau rsko spesfk (specfc rsk) atau rsko unk (unque rsk) atau rsko tdak sstemats (unsystematc rsk). Sebalknya, rsko yang tdak dapat ddversfkaskan oleh portofolo dsebut dengan undversfable rsk atau rsko pasar (market rsk) atau rsko umum (general rsk) atau rsko sstematk (systematc rsk). sko n terjad karena kejadan-kejadan d luar kegatan perusahaan, sepert nflas, reses dan lan sebaganya. Ukuran rsko sstemats adalah beta saham. Perhtungan beta saham dantaranya dapat dlakukan dengan menggunakan market model dengan metode Ordnary Least Squares (OLS). Nla beta untuk pasar modal yang berkembang perlu dsesuakan. Alasannya adalah beta yang belum dsesuakan mash merupakan beta yang bas dsebabkan oleh perdagangan yang tdak snkron (non-synchronous tradng). Perdagangan tdak snkron n terjad d pasar yang transaks perdagangannya jarang terjad atau dsebut dengan pasar yang tps (thn market). Pasar modal yang tps merupakan cr dar pasar modal yang sedang berkembang (Hartono, 2010: 403) dan pasar modal Indonesa masuk dalam kelompok pasar modal yang sedang berkembang (emergng market). Menurut Hartono (2010: 415), pengujan untuk mengetahu kebasan beta dapat dlakukan dengan membandngkan rata-rata tertmbang beta semua sekurtas d pasar dengan nla 1. Beta pasar merupakan rata-rata tertmbang dar beta masng-masng

3 Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa sekurtas d pasar. Jka tdak terjad bas, maka beta pasar hasl dar rata-rata tertmbang n akan sama dengan 1, akan tetap jka terjad perdagangan tdak snkron, sehngga beta untuk ndvdual sekurtas akan menjad bas, maka beta pasar hasl rata-rata tertmbang tersebut akan tdak sama dengan 1. Beta pada pasar modal yang sedang berkembang cenderung bas karena tpsnya perdagangan saham. Koreks terhadap bas yang terjad untuk beta saham akbat perdagangan tdak snkron dapat dlakukan dantaranya dengan menggunakan (Hartono, 2010: 418) metode yang dusulkan oleh Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), dan Fowler dan orke (1983). Pengujan efek perdagangan tdak snkron (thn market) d pasar modal yang sedang berkembang (emergng market) terhadap bas nla beta pasar telah dlakukan oleh beberapa penelt terdahulu, Hartono dan Suranto (2000) melakukan peneltan d Bursa Efek Jakarta dengan perode observas Me 1995 Me 1997 dengan data return haran, hasl peneltan mereka menunjukkan adanya bas beta dan dar ketga model beta koreksan Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), dan Fowler dan orke (1983), model Fowler dan orke merupakan metode terbak dalam mengurang bas beta, temuan lan dar peneltan Hartono dan Suranto (2000) adalah data yang tdak berdstrbus normal dapat menyebabkan bas beta dan dbutuhkan penyesuaan perode yang panjang (4 lag dan 4 lead) untuk mengurang bas beta, sedangkan setelah dlakukan normalsas data bas beta dapat dkurang dengan hanya dbutuhkan penyesuaan 1 lag dan 1 lead perode. Sercu, Vandebroek dan Vnamont (2008) melakukan peneltan Thn In Eeffects n Beta: Bas v. Estmaton Error d New York Stock Exchange. Peneltan n menghaslkan bahwa dsemua perkraan percobaan serta dalam rl-data, bas cenderung rendah namun standar error lebh tngg. Percobaan pada hedge-portofolo menunjukkan bahwa prosedur estmas apapun, meskpun sudah yang palng aman dan sesua dengan ukuran serta jens ndustr, hanya akan menambah gangguan. Ada hubungan yang jelas antara varans portofolo dan varans dar estmator beta yang dgunakan d portofolo penetral-pasar, jauh melebh efek menguntungkan dar bas. Pasarbu (2009) melakukan peneltan bas beta d Bursa Efek Indonesa perode tahun 2007 dengan menggunakan data return haran, ternyata hasl peneltannya berbeda dengan yang dlakukan oleh Hartono dan Suranto, saham-saham d Bursa Efek Indonesa terjad bas beta, tetap dar ketga metode beta koreksan tersebut, pada data tdak berdstrbus normal metode terbak adalah metode Scholes-Wllams dengan perode koreks 2 lag dan 3 lead, sedang untuk data return berdstrbus normal, metode Fowler- orke adalah metode yang memada dalam mengurang bas pada beta saham dengan perode koreks 3 lag dan 1 lead. Hasl peneltan Lucky dan Kurnasar (2006) d Bursa Efek Jakarta, juga berbeda dengan hasl peneltan Hartono dan Suranto (2000), pada nterval waktu yang sama, yatu 2 tahun dengan menggunakan data return haran, dmana metode terbak dalam mengurang bas beta adalah metode Dmson. Peneltan lannya, dlakukan oleh Dacoganns dan Makr (2008) pada Athens Stock Exchange (ATSE) perode Januar 2001 sampa dengan 2004 dengan menggunakan data return haran, mngguan dan bulanan, hasl peneltan mereka dengan menggunakan model Hawawn (1983) menunjukkan bahwa estmas beta

4 428 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 terbak dengan menggunakan data return haran dengan portofolo berkaptalsas kecl dan hasl perbandngan antara nla beta hasl perhtungan market model dengan Ordnary Least Square (OLS) dengan model Dmson (1977) dan Cohen et. al (1983a) tdak ada perbedaan yang sqnfkan. Peneltan analss koreks bas beta lannya, dlakukan oleh Saputra (2010) pada Bursa Efek Indonesa (BEI) perode menggunakan nterval waktu 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun dengan menggunakan data return haran, hasl peneltan menunjukkan bahwa metode koreks bas beta Blume (1971) lebh bak darpada metode koreks bas beta Dmson (1979). Mollk dan Bepar (2010) melakukan peneltan pada Dhaka Stock Exchange (DSE) perode mengena ketdakstablan beta, hasl peneltan menunjukkan bahwa tngkat ketdakstablan beta tdak turun secara sgnfkan pada saat dperksa dalam tradng non-keseluruhan dan tradng kecl yang dgambarkan oleh metoda Dmson bahkan tngkat ketdakstablan beta sama dengan pasar yang berkembang. Berdasarkan latar belakang masalah d atas serta adanya perbedaan dalam hasl peneltan terdahulu, maka penelt tertark untuk melakukan peneltan tentang Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa Perode A. umusan Masalah 1. Apakah nla beta saham yang terdaftar d Bursa Efek Indonesa (BEI) merupakan nla yang bas? 2. Apakah metoda Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), atau Fowler dan orke, (1983) merupakan metode yang mengarah ke nla 1 dalam mengkoreks bas beta? B. Tujuan Peneltan Berdasarkan rumusan masalah d atas, maka tujuan peneltan n adalah sebaga berkut: 1. Mengetahu apakah nla beta saham yang terdaftar d Bursa Efek Indonesa merupakan beta yang bas. 2. Menentukan nla beta koreksan dengan menggunakan metode Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), atau Fowler dan orke, (1983) dan menentukan metode mana yang mengarah ke nla 1 dalam mengoreks bas beta. C. Manfaat Peneltan Manfaat peneltan yang dharapkan dalam peneltan adalah sebaga berkut: 1. Member masukan kepada manajer maupun nvestor agar dapat mengetahu koreks beta mana yang terbak, karena beta merupakan faktor yang sangat pentng dalam pengamblan keputusan dalam bernvestas. 2. Peneltan n juga dharapkan dapat menjad bahan acuan bag penelt selanjutnya yang berhubungan dengan beta koreksan pada perdagangan saham d bursa efek.

5 Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa A. TINJAUAN TEOITIS 1. sko Pengertan sko TINJAUAN PUSTAKA Menurut Hanaf (2009: 1), rsko ddefnskan sebaga kejadan yang merugkan, defns lan yang serng dpaka untuk analss nvestas, adalah kemungknan hasl yang dperoleh menympang dar yang dharapkan. Jens sko sko nvestas total dapat dpsahkan menjad dua jens rsko. Kedua jens rsko tersebut menurut Tandelln (2010: 104) adalah rsko sstemats dan rsko tdak sstemats. 2. eturn Model Indeks Tunggal Secara matemats, model ndeks tunggal adalah sebaga berkut (Tandelln, 2010: 132) : = á + e 3. Beta M Pengertan Beta Menurut Hartono (2010: 376), beta adalah pengukur rsko sstematk dar suatu sekurtas atau portofolo relatf terhadap rsko pasar. Mengestmas Beta Beta suatu sekurtas dapat dhtung dengan teknk estmas yang menggunakan data hstors. Bukt-bukt emprs menunjukkan bahwa hstors mampu menyedakan nformas tentang beta masa depan (Elton dan Gruber, 1994) dalam Hartono (2010: 377). Beta Pada Thn Market Beta untuk pasar modal yang sedang berkembang perlu dsesuakan. Alasannya adalah beta yang belum dsesuakan mash merupakan beta yang bas dsebabkan oleh perdagangan tdak snkron (Hartono, 2010: 403). Koreks Terhadap Bas Beta Saham Beberapa metode yang dgunakan untuk mengkoreks bas yang terjad untuk beta sekurtas akbat perdagangan tdak snkron. Metode-metode n dantaranya adalah yang dusulkan oleh Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979) dan Fowler dan orke (1983)

6 430 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 B. HASIL PENELITIAN TEDAHULU Adapun rngkasan atas penjelasan rset terdahulu dapat dlhat pada tabel berkut: Tabel 2.1. Peneltan Peneltan Terdahulu Terdahulu No Penelt Judul Peneltan Metode dan alat analss 1. Hartono dan Suranto, (2000) Bas In Beta Values and Its Correcton: Emprcal Evdence from the Jakarta Stock Exchange Model Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), dan Fowler dan orke (1983). Hasl Dar ketga model koreksan yang dgunakan: Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), dan Fowler dan orke (1983), model Fowler dan orke merupakan model yang palng bak dalam mengurang bas beta. Selan tu, bas nla beta dperkuat dengan data return yang tdak berdstrbus normal. Sedangkan data return yang berdstrbus normal dapat mengurang bas beta dengan segera, bas beta dengan data return tdak berdstrbus normal penyesuaan membutuhkan perode yang lebh panjang (4 lag dan 4 lead), sedangkan dengan data return yang berdstrbus normal penyesuaan hanya membutuhkan 1

7 Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa Sercu, Vandebroek dan Vnamont (2008) Dacoganns dan Paraskev Makr (2008) Thn In Eeffects n Beta: Bas v. Estmaton Error Estmatng Betas n Thnner Markets: The Case of the Athens Stock Exchange Model smulas Monte-Carlo, Dmson s beta, dan Hansen- Hodrck orgn al OLS beta Model Hawawn (1983), market model dengan metode OLS, model Scholes and Wllams (1977), dan Cohen et. al (1983a). perode lag dan lead. Dsemua perkraan percobaan serta dalam rl-data, bas cenderung rendah namun standar error lebh tngg. Percobaan pada hedge-portofolo menunjukkan bahwa prosedur estmas apapun, meskpun sudah yang palng aman dan sesua dengan ukuran serta jens ndustr, hanya akan menambah gangguan. Ada hubungan yang jelas antara varans portofolo dan varans dar estmator beta yang dgunakan d portofolo penetralpasar, jauh melebh efek menguntungkan dar bas. Hasl menggunakan Model Hawawn, Menunjukkan knerja yang bak untuk memperkrakan beta nla nterval kembal lag untuk hgh-cap portofolo. Namun, untuk portofolo lowcap portofolo dapat damat knerja yang relatf buruk ketka kta bekerja kembal setap har untuk memperkrakan beta bulanan.

8 432 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober Pasarbu, (2009) Lucky dan Wdur Kurnasar (2006) Saputro (2010) Koreks Bas Koefsen Bas D Bursa Efek Indonesa Koreks Beta Pada Pasar Thn Tradng (LQ-45 D BEJ Perode ) Analss Koreks Bas Beta d Bursa Efek Indonesa Beta pasar dhtung dengan Market model dengan metode OLS, dan koreks beta bas menggunakan metode Scholes & Wllams, Dmson, dan Fowler & orke Beta saham sebelum koreks dhtung dengan pendekatan OLS dan setelah koreks menggunakan metode Scholes & Wllams, Dmson, Fowler & orke. Beta saham sebelum koreks dhtung dengan pendekatan OLS dan setelah koreks menggunakan metode Blume (1971) dan metode Dmson (1979). bulanan. Beta saham d BEI merupakan beta bas, untuk data return dengan data berdstrbus tdak normal, metode Scholles dan Wllam dengan perode 2 lag dan 3 lead koreks merupakan metode yang palng tepat dgunakan, sedang untuk data return dengan data berdstrbus normal adalah metode Fowler- orke dengan perode koreks 3 lag dan 1 lead. Beta saham LQ45 d Bursa Efek Jakarta adalah beta bas, metode Dmson merupakan metode terbak dgunakan pada saham-saham yang masuk dalam ndeks LQ 45. Beta saham d BEI Indonesa merupakan beta bas, dar analss bas beta selama 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun. Metode Blume merupakan metode yang lebh banyak mengoreks bas beta pada perode 1 tahun dan 2 tahun perusahaan sampel dbandngkan metode Dmson.

9 Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa Mollk dan Bepar (2010). Instablty of Stock Beta n Dhaka Stock Exchange, Bangladesh. (1979). Beta saham sebelum koreks dhtung dengan pendekatan OLS dan setelah koreks menggunakan metode Dmson. metode Dmson. Perkraan OLS dalam beta CAPM tradsonal dan beta Dmson dar sekurtas ndvdual tdak dtemukan perbedaan statstk secara sgnfkan satu dengan yang lan untuk perode berjalan tahun ketga, empat dan delapan.tngkat ketdakstablan beta tdak turun secara sgnfkan pada saat dperksa dalam tradng nonkeseluruhan dan tradng kecl yang dgambarkan oleh metoda Dmson Sumber : dolah untuk tess, 2013 Persamaan peneltan n dengan peneltan terdahulu adalah mengukur beta pasar sebelum koreks dan setelah dlakukan koreks dengan menggunakan market model dengan Ordnary Least Square (OLS), model Scholes dan Wllams (1977), model Dmson (1979), dan model Fowler dan orke (1983). Perbedaan peneltan n dengan peneltan terdahulu, penelt menggunakan data return bulanan perode peneltan selama 4 tahun dar Januar 2009 sampa dengan 2012 yang mana dalam perode tahun tersebut tdak terjad krss keuangan global. KEANGKA KONSEPTUAL Kerangka Konseptual Investas d sektor keuangan dapat dlakukan pada pasar uang dan pasar modal. Pasar modal sebaga sarana nvestas menawarkan berbaga nstrumen nvestas, salah satunya saham. Saham sebaga alternatf nvestas menawarkan sejumlah return saham yang menark bag nvestor, bak dalam bentuk dvden maupun captal gan dsampng tu nvestor juga dhadapkan pada rsko. Ukuran rsko yang berasal dar hubungan antara tngkat keuntungan suatu saham dengan pasar dnamakan beta (Suad Husnan, 2009: 112).

10 434 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 Gambar kerangka konseptual sebaga berkut : Perusahaan lsted d Bursa Efek Indonesa (BEI)) eturn Saham Beta OLS Menentukan Beta Koreksan Model Scholes dan Wllams (1973) Model Dmson (1977) Model Fowler dan orke (1983) Membandngkan beta koreks terbak sebaga estmator beta pasar (palng mendekat 1) Kesmpulan Gambar 3 : Kerangka Konseptual Sumber : Hasl Pengembangan Peneltan A. Jens Peneltan METODE PENELITIAN Jens peneltan yang dlakukan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf kuanttatf. 1. Unt Analss Unt analss dalam peneltan n adalah nla beta saham sebelum koreks menggunakan market model dengan metode Ordnary Lease Squares (OLS) dan beta saham setelah dlakukan koreks dengan menggunakan metode Scholes dan Wllams (1973), Dmson (1977), dan Fowler dan orke (1983). 2. Populas Populas adalah keseluruhan kelompok orang, kejadan, atau hal mnat yang ngn penelt nvestgas (Sekaran, 2009: 241). Populas dalam peneltan n adalah seluruh perusahaan yang tercatat d Bursa Efek Indonesa selama perode tahun 2009 sampa dengan tahun 2012 dengan jumlah populas sebanyak 367 perusahaan (lhat Lampran 1) dan sampel sebanyak 310 perusahaan. 3. Teknk Samplng Sampel adalah subset atau subkelompok dar populas. (Sekaran, 2009: 244). Krtera sampel yang dperlukan dalam peneltan n adalah:

11 Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa a. Perusahaan memlk data harga penutupan saham bulanan lengkap selama 4 tahun perode tahun 2009 sampa dengan Tabel 4.1. Proses Penentuan Sampel Uraan Populas Perusahaan yang tdak memlk data harga penutupan saham bulanan lengkap bulanan Sampel Jumlah Sumber: IDX , dolah untuk tess, 2013 Berdasarkan krtera tersebut, jumlah perusahaan yang menjad sampel dalam peneltan n adalah sebanyak 310 perusahaan (lhat Lampran 2). 4. Defns Operasonal Varabel Defns operasonal varabel peneltan n dapat ddeskrpskan sebaga berkut: 5. Beta Saham Beta merupakan suatu pengukur volatltas (volatlty) return suatu sekurtas atau return portofolo terhadap return pasar. Beta sekurtas ke- mengukur volatltas return sekurtas ke- dengan return pasar. Beta portofolo mengukur volatltas return portofolo dengan return pasar. Volatltas adalah fluktuas dar return-return suatu sekurtas atau portofolo dalam suatu perode waktu tertentu. 6. Pengukuran Varabel Pengukuran data dalam peneltan n dengan menggunakan skala raso. Skala n menunjukkan nla sesungguhnya dar obyek yang dukur sehngga memberkan tngkat keteltan yang lebh tngg. B. Pengumpulan Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data kuanttatf, yatu data yang berupa angka-angka. Sumber data dalam peneltan n adalah bersumber dar webste Bursa Efek Indonesa (BEI) d dan Yahoo! Fnance d yahoo.com. C. Metode Analss Data Metode analss data yang dgunakan adalah regres lner berganda (mult lner regresson method), pengolahan datanya berdasarkan aplkas SPSS dalam saham (Had, Hartatk dan Pramest, 2012) dengan software SPSS (Statstcal Package for Socal Scence) dan perhtungan hasl menggunakan program Mcrosoft Excel. Adapun langkah-langkah analss data dalam peneltan n adalah sebaga berkut:

12 436 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober Melakukan perhtungan return saham dan return pasar. Perhtungan untuk return saham dan return pasar dgunakan rumus sebaga berkut: t Pt P = P t 1 t 1 m = IHSGt IHSGt-1 IHSGt-1 2. Melakukan perhtungan beta saham. Perhtungan untuk beta saham dgunakan market model dengan metode Ordnary Lease Squares (OLS) berkut n: = á ( ) + å t 3. Melakukan perhtungan beta koreksan. Perhtungan untuk beta koreksan dgunakan 3 metode koreksan, yatu: a. Metode Scholes dan Wllams (1973) Perhtungan beta koreksan menggunakan metode Scholes dan Wllams (1973) dengan 1 Lag dan 1 Lead dgunakan rumus sebaga berkut: â â = 1 0 mt 1+ 2 ñ 1 Perhtungan beta koreksan menggunakan metode Scholes dan Wllams (1973) dengan 2 Lag dan 2 Lead dgunakan rumus sebaga berkut: â â = ñ ñ b. Metode Dmson (1977) Metode n merupakan smplfkas metode Scholes dan Wllams (Hartono,2010: 426). umus koreks beta untuk saham : 2 t + 2 n 0 + n, t = á Mt n + + â Mt + + â Mt + n åt + Nla beta koreks adalah koefsen mult regres, sehngga metode Dmson n juga dkenal dengan stlah metode penjumlahan koefsen (aggregate coeffcent method). Menurut Hartono (2010: 427) besarnya beta koreks adalah sebaga berkut: â n 0 = â + + â + + â c. Metode Fowler-orke (1983) Untuk satu perode lag dan lead, koreks Beta dlakukan dengan mengoperaskan regres berganda, rumus bobot dan rumus Beta koreksan sebaga berkut : + n

13 Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa , t = á Mt 1 Mt Mt + 1 åt + = á + ρ + å Mt 1 Mt -1 t w 1 1+ ñ1 = 1+ 2 ñ 1 â = w 1 â 1 0 Untuk dua perode lag dan lead, koresk Beta dlakukan dengan mengoperaskan regres berganda, rumus bobot dan rumus Beta koreksan sebaga berkut: , t = á Mt 2 Mt 1 Mt Mt + 1 Mt + 2 åt + Mt 1 Mt -1 2 Mt + 1 = á + ρ + ρ + å -2 w w ñ1 + ρ2 = 1+ 2 ñ + 2 ρ 1+ ñ1 + ρ2 = 1+ 2 ñ + 2 ρ â = w 2 â 2 + w 1 â Membandngkan Metode Koreks Beta Perbandngan tersebut dlakukan dengan cara melhat hasl perhtungan beta saham sebelum dan setelah koreks yang lebh mendekat angka satu dnyatakan lebh bak dar metode lannya. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Peneltan Berdasarkan data dar Bursa Efek Indonesa (BEI), jumlah perusahaan yang go publc d Indonesa pada akhr tahun 2012 berjumlah 467 perusahaan. Obyek dalam peneltan n adalah 310 perusahaan yang telah tercatat d BEI selama 4 tahun perode tahun 2009 sampa dengan 2012 dan memlk data harga penutupan saham bulanan lengkap selama 4 tahun perode tahun 2009 sampa dengan Adapun secara sngkat obyek peneltan dapat dlhat pada Lampran 3. B. Bas Beta d Bursa Efek Indonesa (BEI) Beta yang bas dsebabkan oleh perdagangan tdak snkron (Hartono, 2010: 403). Jumlah har perdagangan d BEI selama tahun 2012 dapat dlhat pada Tabel 5.1. berkut n :

14 438 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 No Tpe Industr Tabel 5.1. Jumlah Har Perdagangan d BEI Selama Tahun 2012 Jumlah Emten Total Har Perdagangan ata-ata Har Perdagangan Aktf Tap Emten Persentase Har Perdagangan Per Tahun (1) (2) (3 )= (2)/(1) a) (4 )= (3)/246 har b) 1 Perkebunan 18 3, % 2 Tambang 37 7, % 3 Industr Dasar 59 11, % dan Kma 4 Industr Lannya 42 6, % 5 Consumer Goods 37 6, % Propert, eal 54 9, % 6 Estate dan Kontruks Bangunan Infrastructure, 43 7, % 7 Utltes dan Jasa Transportas 8 Keuangan 74 12, % 9 Perdagangan, Jasa , % dan Investas , % Keterangan : Total har perdagangan dbag dengan jumlah emten ata-rata har perdagangan aktf tap emten dbag dengan 246 har Sumber : IDX Statstcs 2012 (dolah untuk tess, 2013) Berdasarkan pada Tabel 5.1. bahwa pada tahun 2012 terdapat 246 har perdagangan aktf dalam setahun, rata-rata har perdagangan aktf perusahaan hanya sebesar har atau sektar 71%, dan ssanya sebesar 29% adalah rata-rata har perdagangan tdak aktf. C. Perhtungan eturn Saham dan eturn Pasar. Harga setap saham harus dketahu terlebh dahulu sebelum melakukan perhtungan return saham dan return pasar.

15 Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa D. Nla Beta yang Belum Dkoreks Nla beta masng-masng saham yang belum dkoreks dalam peneltan n ddapatkan dar hasl regres Ordnary Least Square (OLS). Koefsen β merupakan beta sekurtas ke- yang dperoleh dar teknk regres. Beta pasar yang belum dkoreks yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas adalah sebesar , menunjukkan beta yang bas, yatu tdak sama dengan 1. Hasl n menunjukkan bahwa beta saham yang terdaftar d Bursa Efek Indonesa merupakan beta yang bas. E. Koreks Bas Beta Metode Scholes dan Wllams (1977) 1. Satu lag satu lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Scholes dan Wllams (1977) satu lag satu lead selama perode dengan metode Scholes dan Wllams (1977) satu lag satu lead palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar , sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten PNSE sebesar Nla rata-rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas adalah sebesar , menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan satu perode mundur (lag) dan maju (lead) mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut lebh bak dar pada nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu Dua lag dua lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Scholes dan Wllams (1977) dua lag dua lead selama perode dengan metode Scholes dan Wllams (1977) dua lag dua lead palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar , sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten HEO sebesar Nla rata rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas adalah sebesar , menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan dua perode mundur (lag) dan maju (lead) mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut lebh bak dar pada nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu F. Koreks Bas Beta Metode Dmson (1979) 1. Satu lag satu lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Dmson (1979) satu lag satu lead selama perode palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar 6.232, sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten PNSE sebesar Nla rata-rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas adalah sebesar 0.914, menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan satu perode mundur (lag) dan satu perode maju (lead) mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut lebh bak dar pada nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu

16 440 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober Dua lag dua lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Dmson (1979) dua lag dua lead selama perode palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar 6.087, sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten HEO sebesar Nla rata-rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas sebesar 0.858, menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan satu perode mundur (lag) dan satu perode maju (lead) mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut lebh bak dar pada nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu G. Koreks Bas Beta Metode Fowler dan orke (1983) 1. Satu lag satu lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Fowler dan orke (1983) satu lag satu lead selama perode palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar 4.123, sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten PSAB sebesar Nla rata rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas sebesar 0.816, belum menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan satu perode mundur (lag) dan satu perode maju (lead) tdak mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut tdak mendekat ke arah 1 dbandngkan dengan nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu Dua lag dua lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Fowler dan orke (1983) dua lag dua lead selama perode palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar 6.246, sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten HEO sebesar Nla rata rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas adalah sebesar 0.860, menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan dua perode mundur (lag) dan dua perode maju (lead) mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut lebh bak dar pada nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu H. Perbandngan Metode Koreks Bas Beta 1. Satu lag satu lead Berdasarkan hasl peneltan terlhat bahwa beta pasar yang belum dkoreks merupakan beta yang bas karena terjadnya perdagangan yang tdak snkron. Beta yang bas dtunjukkan oleh nla OLS lebh kecl dar satu (karena beta pasar seharusnya 1) yatu sebesar Koreks menggunakan satu perode mundur (lag) dan maju (lead) mengurang bas beta yang terjad. Pengurangan bas beta terjad pada metode koreks Scholes dan Wllams karena dhaslkan nla sebesar dan metode koreks Dmson karena dhaslkan nla sebesar , sedangkan untuk Metode Fowler dan orke tdak mengurang bas beta karena dhaslkan nla sebesar Hasl dar Tabel 5.9. adalah sebaga contoh untuk saham IIKP, apabla kta menghtung koreks beta menggunakan metode Scholes dan Wllams akan menghaslkan nla

17 Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa (satu lag satu lead), dengan menggunakan metode Dmson menghaslkan nla (satu lag satu lead ) dan dengan menggunakan metode Fowler dan orke menghaslkan nla (satu lag satu lead). Hal n membuktkan bahwa untuk saham IIKP, metode Scholes dan Wllams mengoreks bas beta lebh bak dbandngkan dengan metode Dmson dan Fowler dan orke karena lebh mendekat satu. 2. Dua lag dua lead Berdasarkan hasl peneltan pada Tabel terlhat bahwa beta pasar yang belum dkoreks merupakan beta yang bas karena terjadnya perdagangan yang tdak snkron. Beta yang bas dtunjukkan oleh nla OLS lebh kecl dar satu (karena beta pasar seharusnya 1) yatu sebesar Koreks menggunakan dua perode mundur (lag) dan maju (lead) mengurang bas beta pada semua metode koreksan dmana dhaslkan nla sebesar pada metode koreks Scholes dan Wllams, nla sebesar pada metode koreks Dmson menghaslkan, dan untuk Metode Fowler dan orke dhasl nla sebesar 0.860, sedangkan hasl nla beta pasar sesudah dkoreks drangkum pada Tabel berkut n : Tabel 5.11 Perbandngan Nla Beta Pasar Sesudah Dkoreks Perode Perode Koreks Scholes dan Wllams Dmson Fowler dan orke satu lag satu lead dua lag dua lead Sumber : dolah untuk tess, 2013 Berdasarkan hasl analss perbandngan metode koreks bas beta bak satu lag satu lead maupun dua lag dua lead, dapat dsmpulkan bahwa metode Scholes dan Wllams berhasl mengoreks lebh bak bas beta saham apabla dbandngkan dengan metode Dmson dan metode Fowler dan orke karena nla beta setelah dkoreks mendekat satu. Secara umum ada tga metode koreks beta, yatu metode Scholes & Wllams (1977), metode Dmson (1979) dan metode Fowler & orke (1983). Ketga metode n pernah dlakukan pengujan oleh beberapa penelt d Indonesa dantaranya Hartono dan Suranto (2000), Lucky dan Kurnasar (2006), Pasarbu (2009), Saputro (2010). Kebanyakan hasl peneltan mereka mengatakan bahwa metode Fowler & orke merupakan metode yang bak untuk mengurang bas, sedangkan dalam peneltan n metode Scholes & Wllams merupakan metode yang dapat dpaka untuk mengurang bas karena data yang menjad sampel telah mengurang bas secara tdak langsung (data emten dan data bulanan). Hasl peneltan n mendukung peneltan yang telah dlakukan Pasarbu (2009), bedanya data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data bulanan.

18 442 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 I. Implkas Peneltan eturn dan rsko merupakan dua hal dalam nvestas yang selalu berpasangan. Prnsp dalam bernvestas adalah hgh rsk hgh return perlu dperhatkan agar nvestor tdak terjebak oleh tawaran return saja. Saham sebaga salah satu alternatf nvestas menjanjkan keuntungan bag nvestornya. Investas pada saham selalu mengandung unsur rsko, bak unsystematc rsk maupun systematc rsk. Besarnya rsko perusahaan dtentukan oleh beta. Nla β>1 menunjukan harga saham perusahaan lebh mudah berubah dbandngkan ndeks pasar atau saham cenderung nak dan turun lebh tngg darpada pasar. Hal n menunjukkan bahwa konds saham menjad lebh bersko, artnya jka saat terjad perubahan pasar 1% maka pada saham X akan mengalam perubahan lebh besar dar 1%. Nla β<1 menunjukkan tdak terjadnya konds yang mudah berubah berdasarkan konds pasar atau saham cenderung nak dan turun lebh rendah darpada ndeks pasar secara umum (general market ndex). Nla β=1 menunjukkan bahwa kondsnya sama dengan ndeks pasar. Beta yang bak dan efsen seharusnya mendekat beta pasar, yatu beta = 1. Hasl koreks beta dengan ketga metode koreks dalam peneltan n memberkan hasl yang mengarah ke nla 1. Metode Scholes & Wllams bak menggunakan 1 lag 1 lead maupun 2 lag 2 lead dalam peneltan n merupakan metode yang dapat dpaka untuk mengurang bas karena data yang menjad sampel telah mengurang bas secara tdak langsung (data emten dan data bulanan). Beta saham bak dgunakan nvestor untuk mengambl keputusan dalam stuas pasar bullsh atau bearsh. Suatu saham yang yang memlk beta d atas 1, maka saham akan cenderung volatle dbandng IHSG. Saham yang memlk beta sama atau d bawah 1, cenderung sama dengan IHSG. Sebaga contoh saham PT Wjaya Karya Tbk (WIKA), yang memlk beta 2,0. Berdasarkan analsa beta, kalau ndeks nak atau turun 5%, maka harga saham WIKA bsa nak atau turun, melebh volatltas ndeks. Nla beta saham juga mencermnkan rsko suatu saham. Saham dengan beta tngg menunjukkan tngkat rsko yang tngg, keuntungan berbandng lurus dengan rskonya. Saham dengan beta d bawah 1,0 memlk rsko lebh kecl, berbandng lurus dengan tngkat keuntungan. Pemahaman mengena rsko terutama mengena rsko sstematk (beta) dharapkan dapat menngkatkan kemampuan nvestor untuk secara selektf menentukan unt-unt bsns atau sekurtas berharga yang dmasukkan ke dalam keranjang (portofolo) nvestasnya. Kegunaan mengetahu nla beta bag nvestor adalah untuk mengambl keputusan buy atau sell suatu saham. Ketka saham bearsh sebaknya memlh saham yang memlk nla beta negatf. Keadaan pasar sedang bergerak turun, untuk tu kta memlh saham yang arah pergerakannya berlawanan dengan pasar. Beta dengan nla negatf berart arah pergerakan harganya berlawanan dengan pasar. Keberadaan dan pemanfaatan beta bukan lag merupakan plhan melankan telah menjad suatu kebutuhan dalam peneltan dan dalam praktk. Ketersedaan beta yang dpublkas secara rutn (setap har) akan sangat bermanfaat tdak hanya bag para penelt dalam mendesan peneltan tap juga bag para nvestor, prakts dalam membuat keputusan. Kerumtan dalam pengestmasan beta

19 Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa mungkn menjad kendala terbesar bag penelt, nvestor dan prakts untuk penerapannya. Keberadaan suatu nsttus yang dapat dpercaya untuk mempublkas beta perusahaan secara perodk dan rutn sangat dperlukan. J. Keterbatasan Peneltan Peneltan n memlk keterbatasan sepert : 1. Peneltan n hanya menggunakan rata-rata beta ndvdual bukan rata-rata tertmbang beta ndvdual. 2. Perode peneltan n hanya 4 tahun ( ) mash terlalu sngkat untuk menympulkan metode yang terbak mengkoreks bas beta, bla dbandngkan dengan peneltan d luar neger dengan perode yang lebh lama. 3. Metode koreks beta yang dgunakan hanya menggunakan perode satu lag satu lead dan dua lag dua lead karena adanya keterbatasan waktu sehngga perbandngan yang dlakukan terbatas. Peneltan n hanya menggunakan pendekatan lebh mendekat nla satu untuk analss perbandngan metode bas beta mana yang lebh bak, sehngga untuk mendapatkan hasl yang lebh bak lag dbutuhkan analss tambahan. PENUTUP A. Kesmpulan Bursa Efek Indonesa merupakan pasar modal yang sedang berkembang yang perdagangannya mash tps (thn tradng). Akbat dar perdagangan yang tps n adalah terjadnya perdagangan yang tdak snkron. Efek selanjutnya adalah beta saham yang terdaftar d Bursa Efek Indonesa adalah bas. Beta saham yang bas perlu dkoreks agar dalam pembuatan peneltan ataupun keputusan yang berhubungan dengan beta lebh akurat haslnya. Secara umum ada tga metode koreks beta, yatu: metode Scholes dan Wllams (1977), metode Dmson (1979) dan Metode Fowler dan orke (1983). Hasl perhtungan koreks bas beta perode satu lag satu lead dengan metode Scholes dan Wllams sebesar 0.947, metode Dmson sebesar dan metode Fowler dan orke sebesar 0.816, sedangkan perhtungan koreks bas beta perode dua lag dua lead dengan metode Scholes dan Wllams sebesar 1.077, metode Dmson sebesar dan metode Fowler dan orke sebesar Perbandngan hasl analss metode koreks bas beta bak satu lag satu lead maupun dua lag dua lead, dapat dsmpulkan bahwa metode Scholes dan Wllams berhasl mengoreks lebh bak bas beta saham apabla dbandngkan dengan metode Dmson dan metode Fowler dan orke karena nla beta setelah dkoreks mendekat satu. B. Saran-Saran 1. Bag Investor Investor dalam pengamblan keputusan terkat dengan rsko saham (beta) dsarankan menggunakan metode koreks beta Scholes dan Wllams satu lag satu lead dan dua lag

20 444 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 dua lead, karena beta saham d Bursa Efek Indonesa merupakan beta yang bas. Selan tu nvestor dharapkan dapat menggunakan metode koreks bas beta Blume (1971) untuk menghaslkan perbandngan yang lebh bak. 2. Bag Peneltan Selanjutnya Peneltan selanjutnya dsarankan agar dapat menambah market captalzaton sebaga pembobot dalam menentukan beta pasar, menggunakan normaltas data, menambah jumlah perode peneltan sehngga mendapatkan hasl yang lebh bak, penggunaan ndeks lannya selan IHSG sepert LQ 45, return haran dan mngguan serta dsarankan agar menambah varas peneltan. Peneltan selanjutnya dharapkan dapat menambah metode koreks bas, msalnya dengan metode Vascek, Merrll Lynch Adjusted Beta, fundamental beta, cash-flow beta, osenberg dan Guy Beta, atau Leverage Adjusted Betas. DAFTA PUSTAKA Brealey, Myers dan Marcus Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan Jld 1 (Alh Bahasa). Eds Kelma. Erlangga. Brgham dan Houston Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Alh Bahasa). Eds Kesepuluh. Salemba Empat. Jakarta. Dacoganns, George dan Paraskev Makr Estmatng Betas n Thnner Markets: The Case of the Athens Stock Exchange. Internatonal esearch Journal of Fnance and Economcs - Issue 13. Euro Journals Publshng. Had, Abdul, Hartatk dan Pramest,Getut Aplkas SPSS dalam Saham. Grameda. Jakarta. Hanaf, Mamduh. Maret Manajemen sko. Eds Kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Hartono, Jogyanto dan Suranto. September Bas n Beta Values and Its Correcton: Emprcal Evdence from The Jakarta Stock Exchange. Gadjah Mada Internatonal Journal of Busness. Vol. 2 No.3. Hartono, Jogyanto, 2010, Teor Portofolo dan Analss Investas, Eds Ketujuh. BPFE. Yogyakarta. Husnan, Suad Dasar-Dasar Teor Portofolo dan Analss Sekurtas. Eds Keempat. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Lucky, Elzabeth dan Wdur Kurnasar, Aprl 2006, Koreks Beta Pada Pasar Thn Tradng (LQ-45 d BEJ Perode ). Jurnal Koperts. Volume 1 No.1. Mollk, Taher dan Khokan, Bepar Instablty of Stock Beta n Dhaka Stock Exchange, Bangladesh. Manageral Fnance, Vol.36 No.10. Saputro, dha Analss Koreks Bas Beta d Bursa Efek Indonesa. Tess. Unverstas Indonesa. Jakarta. Sekaran, Uma esearch Methods For Busness (Alh Bahasa). Eds Keempat. Salemba Empat. Jakarta.

21 Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa Sercu, Vandebroek dan Vnamont, Maret Thn In Eeffects n Beta: Bas v. Estmaton Error d New York Stock Exchange. Sharpe, Alexander dan Baley Investas (Alh Bahasa). Eds evs. Prenhallndo. Jakarta. Tandelln, Eduardus Portofolo dan Investas: Teor dan Aplkas. Eds Pertama. Kansus. Yogyakarta. Pasarbu, owland Bsmark Fernando, Jul Koreks Bas Koefsen Beta D Bursa Efek Indonesa. Jurnal Ekonom dan Bsns. Nomor 2 volume 3. Zubr, Zalmy, Manajemen Portofolo : Penerapannya dalam Investas Saham. Salemba Empat. Jakarta. Internet:

22

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lngkup Peneltan Reksadana yang dgunakan dalam peneltan n adalah reksadana yang terdaftar dalam stus BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI

RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI 1 Return (Imbal hasl) nvestas Expected return (Return ekspetas) return yang dharapkan akan ddapat oleh nvestor d masa depan Actual return/ Realzed return (Return aktual)

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

PERILAKU HARGA SAHAM (STUDI DAMPAK RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU TERHADAP RETURN SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA) Oleh: Gunistiyo ABSTRAK

PERILAKU HARGA SAHAM (STUDI DAMPAK RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU TERHADAP RETURN SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA) Oleh: Gunistiyo ABSTRAK PEILAKU HAGA SAHAM (STUDI DAMPAK ESHUFFLE KABINET INDONESIA BESATU TEHADAP ETUN SAHAM LQ 45 DI BUSA EFEK JAKATA) Oleh: Gunstyo ABSTAK Stud n bertujuan untuk menganalss perbedaan abnormal return saham dar

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/40

OVERVIEW 1/40 http://www..deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolo optmal. Perbedaan tentang aset bersko dan aset bebas rsko. Perbedaan preferens nvestor dalam memlh portofolo

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Analisis Model Indeks Tunggal Portofolio Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode

Analisis Model Indeks Tunggal Portofolio Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Analss Model Indeks Tunggal Portofolo Saham d Bursa Efek Indonesa (BEI) Perode 009-011 Mrah (mrah_vezmle@ymal.com) Trsnad Wjaya (trsnad@mdp.ac.d) Jurusan Manajemen STIE MDP Abstrak : Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tga konsep dasar yang perlu dketahu untuk memaham pembentukan portofolo optmal, yatu: portofolo efsen dan portofolo optmal fungs utltas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM-SAHAM PADA PERIODE BULLISH DI BURSA EFEK INDONESIA

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM-SAHAM PADA PERIODE BULLISH DI BURSA EFEK INDONESIA PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM-SAHAM PADA PERIODE BULLISH DI BURSA EFEK INDONESIA Suramaya Suc Kewal Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Mus Palembang suramayasuc@yahoo.com Abstrak: Pembentukan Portofolo Optmal

Lebih terperinci

Fauzi Adi Kurniawan Raden Rustam Hidayat Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Fauzi Adi Kurniawan Raden Rustam Hidayat Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang PENEAPAN METODE CAPITAL ASSET PICING MODEL (CAPM) UNTUK PENETAPAN KELOMPOK SAHAM-SAHAM EFISIEN (Stud pada Perusahaan Industr Barang Konsums yang Terdaftar d Bursa Efek Indonesa Perode 2011-2013) Fauz Ad

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

PENELITIAN DOSEN PEMULA

PENELITIAN DOSEN PEMULA Kode/Nama Rumpun Ilmu : 56 / Akuntans PENELITIAN DOSEN PEMULA ANALISIS PORTOFOLIO UNTUK MENENTUKAN EXPECTED RETURN OPTIMAL DAN RISIKO MINIMAL PADA SAHAM PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA

Lebih terperinci

Dan untuk memperoleh persentase tingkat pengembalian selama setahun adalah:

Dan untuk memperoleh persentase tingkat pengembalian selama setahun adalah: 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 DEFINISI ANAJEEN PORTOFOLIO anajemen portofolo berkatan erat dengan nvestas. enurut Relly dan Brown, nvestas adalah komtmen untuk menyshkan uang (pendapatan) dalam suatu perode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN. APT (Arbritage Pricing Theory) Overview. Pengujian CAPM. CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar.

CAKUPAN PEMBAHASAN. APT (Arbritage Pricing Theory) Overview. Pengujian CAPM. CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar. http://www.deden08m.wordpress.com CAKUPAN PEBAHASAN Overvew CAP (Captal Asset Prcng odel) Portofolo pasar Gars pasar modal Gars pasar sekurtas Estmas Beta Pengujan CAP APT (Arbrtage Prcng Theory) 1/40

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, LIQUIDITY, ASSETS GROWTH DAN ASSETS SIZE TERHADAP BETA SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, LIQUIDITY, ASSETS GROWTH DAN ASSETS SIZE TERHADAP BETA SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, LIQUIDITY, ASSETS GROWTH DAN ASSETS SIZE TERHADAP BETA SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA Chrstan Hery Masrendra Alumnus Fakultas Ekonom Jurusan Manajemen Unverstas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

PROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI

PROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI JEMI, Vol 1, No 1, Desember 2010 PROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI Des Rahmatna, SPd, MSc (Unverstas Martm Raja Al Haj) ABSTRAKSI Peneltan n dmaksudkan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian.

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian. BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN Bab n dbag menjad dua bagan, yatu objek peneltan dan desan peneltan. III.1 Objek Peneltan Objek peneltan dalam skrps n adalah nla perusahaan LQ 45 perode 2009-2011.

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INDEKS TUNGGAL PORTOFOLIO SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

ANALISIS MODEL INDEKS TUNGGAL PORTOFOLIO SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) AALISIS ODEL IDEKS TUGGAL POTOFOLIO SAHA PADA PEUSAHAA AUFAKTU IDOESIA YAG TEDAFTA DI BUSA EFEK IDOESIA (BEI) Apryan Wdya Turangga luphyaya@ymal.com Dnnul Alfan Akbar dnnul_alfan_akbar@yahoo.com Jurusan

Lebih terperinci