BAB II KAJIAN PUSTAKA
|
|
- Farida Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan Ibu Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan ebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010 : 27). Dalam hal ini pengetahuan orang tua (ibu) tentang penatalaksanaan diare yang diperoleh melalui penginderaan terhadap objek tertentu Tingkatan Pengetahuan Taksonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh Aderson dan Kratwohl (2001), terdapat perbedaan yang tidak banyak pada dimensi Kognitif. Anderson (dalam Widodo, 2006: 140) menguraikan dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup: a. Mengingat (Remembering) Dapat mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama. Misalnya seorang ibu dapat mengingat kembali pengetahuannya tentang bagaimana perawatan diare pada balita. b. Memahami (Understanding) Membangun makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk lisan, tulisan, dan grafik komunikasi, termasuk di dalamnya: meringkas, menyimpulkan,
2 12 mengklasifikasi, membandingkan, menjelaskan, mencontohkan. Misalnya seorang ibu yang mempunyai balita diare dapat menyimpulkan dan menjelaskan tentang apa dan bagaimana sebaiknya tindakan yang tepat untuk dilakukan pada anak yang diare. c. Menerapkan (Apply) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau mengaplikasikan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Misalnya seorang ibu yang telah paham tentang tata laksana diare pada balita maka dia dapat mengaplikasikannya pada saat anaknya mengalami diare. d. Menganalisis (Analysze) Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian yang satu dengan yang lainnya. Contoh : seorang ibu dapat membedakan antara diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan/sedang, diare dehidrasi berat, dan sebagainya. e. Mengevaluasi ( Evaluating) Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide atau mampu melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan standar. Misalnya : seorang ibu dapat menilai seorang anak menderita diare atau tidak, dan sebagainya. f. Menciptakan (Creating) Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru,
3 13 termasuk didalamnya hipotesa (Generating), perencanaan (Planning), penghasil (Producing) Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman ibu sebelumnya dalam merawat anaknya yang diare dapat memperluas pengetahuannya tentang bagaimana penatalaksanaan diare pada anak yang benar dan tepat. 2. Umur Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu mengingat atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Seorang ibu yang berumur 40 tahun pengetahuannya akan berbeda dengan saat dia sudah berumur 60 tahun.
4 14 3. Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah. 4. Sumber Informasi Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televise, majalah, koran dan buku. Walaupun seorang ibu berpendidikan rendah tetapi jika dia memperoleh informasi tentang penatalaksanaan diare pada balita secara benar dan tepat maka itu akan menambah pengetahuannya. 5. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. Ibu yang keluarganya berpenghasilan rendah akan sulit mendapatkan fasilitas sumber informasi. Tetapi apabila berpenghasilan cukup maka dia mampu menyediakan fasilitas sumber informasi sehingga pengetahuannya akan bertambah.
5 15 6. Sosial Budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Misalnya di daerah lain seorang ibu mempunyai persepsi lain tentang cara merawat balita diare maka hal itu akan mempengaruhi pengetahuannya tentang perawatan diare pada balita Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare Pada Balita Pengertian Diare Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah (Roni, 2010). Sedangkan menurut Depkes RI (2005) diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari (Roni, 2010). Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di Negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis), atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronik (Wong, 2009 : 995).
6 Etiologi Diare Menurut Suharyono (2008) Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada anak dan balita. Infeksi Rotavirus biasanya terdapat pada anak-anak umur 6 bulan-2 tahun (Silvana, 2010). Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan Rumah Sakit karena diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme pathogen. Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri pathogen yang paling sering diisolasi. Mikroorganisme Giardia lambia dan Cryptosporidium merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksi akut (Wong, 2009:999). Kebanyakan mikroorganisme penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal-oral melalui makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat, malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi (Wong, 2009:999). Gangguan penyerapan makanan akibat malabsorbsi karbohidrat, pada bayi dan anak tersering karena intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan protein. Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan Gejala Klinis Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai : muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, tinja berdarah, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang
7 17 perut serta gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang dan sakit kepala. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah (Widoyono,2008). Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007) Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penatalaksanaan Diare Teori Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri dalam hal ini penatalaksanaan diare pada balita ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : 1. Faktro-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2. Faktro-faktor pendukung (Enabling factors) yang terwujud dalam keterampilan orang tua (ibu), fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, ketersediaan pelayanan, dan sebagainya. 3. Faktro-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Seseorang yang tidak tepat dalam penatalaksanaan diare pada balita dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui bagaimana cara yang tepat dan benar dalam melakukan perawatan pada anaknya (predisposing
8 18 factors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari puskesmas tempat untuk membawa anaknya saat mengalami diare (enabling factors). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan disekitarnya tidak memberikan perawatan yang baik dan benar pada anaknya (reinforcing factors) Dehidrasi Menurut Suharyono (2007) kehilangan cairan akibat diare akut menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat. Pada diare akut, dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi pemasukannya (Silvana, 2010) Derajat Dehidrasi Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga yaitu : 1. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih mau makan dan minum seperti biasa. 2. Dehidrasi ringan atau sedang, defisit cairan 5-10 % dari berat badan mengakibatkan dehidrasi sedang. Menyebabkan anak rewel atau gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit. 3. Dehidrasi berat, defisit cairan lebih dari 10% berat badan. Anak apatis, (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan turgor kulit kembali lambat, napas cepat, anak terlihat lemah. (Widoyono, 2008 :150)
9 19 Gejala & Tanda Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan- Sedang Dehidrasi Berat Keadaan Umum Mata Tabel 2.1 Derajat Dehidrasi Mulut /Lidah Baik, Sadar Normal Basah Gelisah, Rewel Letargi, Kesadaran Menurun Cekung Sangat Cekung dan Kering Kering Sangat Kering Rasa Haus Minum Normal, Tidak Haus Tampak Kehausan Sulit, tidak bisa minum Kulit Dicubit kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat % turun BB Estim asi def. cairan <5 50% 5-10 > % >100 % World Health Organization Pocket Book of Hospital Care for Children Penatalaksanaan/Perawatan Balita Diare Dalam Suraatmaja (2007) menjelaskan saat ini WHO menganjurkan 4 hal utama yang efektif dalam menangani anak balita yang menderita diare akut, yaitu penggantian cairan (rehidrasi), cairan diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi yang sudah terjadi, pemberian makanan terutama ASI selama diare dan pada masa penyembuhan diteruskan, tidak menggunakan obat antidiare, serta petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang perawatan anak yang sakit di rumah, terutama cara membuat dan memberi oralit, tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membawa anak kembali berobat serta metode yang efektif untuk mencegah diare (Silvana, 2010). Menurut Kemenkes RI 2011 (dalam Tami, 2011) prinsip tatalaksana diare pada balita adalah Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi mempebaiki kondisi usus serta
10 20 mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program Lintas Diare yaitu : 1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. Teruskan pemberian ASI dan makanan 4. Antibiotik selektif 5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh. A. Diare Tanpa Dehidrasi Bila terdapat dua tanda atau lebih : i. Keadaan umum baik, sadar ii. iii. iv. Mata tidak cekung Minum biasa, tidak haus Turgor kulit kembali segera 1. Oralit Menurut Kemenkes RI (2011) untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera dibawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Tami, 2011). Pemberian oralit :
11 21 Umur < 1 tahun : 3 jam pertama 1 ½ gelas selanjutnya ½ gelas tiap kali mencret. Umur 1 4 tahun : 3 jam pertama 3 gelas selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret. Umur diatas 5 Tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1 ½ gelas tiap mencret. Tabel 2.2 Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur Umur Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang disediakan di diberikan tiap BAB rumah < 12 bulan ml 400 ml/hari ( 2 bungkus) 1-4 tahun ml ml/hari ( 3-4 bungkus) > 5 tahun ml ml/hari (4-5 bungkus) Dewasa ml ml/hari World Health Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children Sumber: Depkes RI, Zinc Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitrit Oxide Synthase) dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi BAB, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita : a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari. b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari. Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
12 22 3. Pemberian ASI/Makanan Mencegah Kurang Gizi Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya BB. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra selama 2 minggu untuk membantu pemulihan BB (Kemenkes RI, 2011). 4. Pemberian Antibiotika Hanya Atas Indikasi Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011). 5. Pemberian Nasihat Kepada Ibu/Pengasuh Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang : 5.1 Cara memberikan cairan dan obat di rumah 5.2 Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : Diare lebih sering Muntah berulang Sangat haus Makan/minum sedikit
13 Timbul demam Tinja berdarah Tidak membaik dalam 3 hari B. Diare dengan dehidrasi ringan - sedang Bila terdapat dua tanda atau lebih : a) Gelisah, rewel b) Mata cekung c) Ingin minum terus, ada rasa haus d) Cubitan kulit perut/turgor kembali lambat Pada keadaan dehidrasi ringan, rehidrasi dapat dilakukan oleh ibu dengan menggunakan prinsip penanganan diare di rumah yaitu : 1. Beri cairan tambahan sebanyak anak mau, dengan memberi penjelasan kepada ibu : a. ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian. b. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif beri oralit atau air matang sebagai tambahan. c. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif berikan 1 atau lebih cairan oralit, larutan gula garam, kuah sayur, air tajin dan air matang. Ajari ibu mencampur dan memberi oralit dengan memberi 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.
14 24 Katakan pada ibu: a. Agar meminumkan sedikit demi sedikit tetapi sering dari cangkir. b. Jika timbul muntah, berikan ASI sesering mungkin tetapi sedikit demi sedikit. Berikan juga minuman rehidrasi sedikit demi sedikit setiap 5 sampai 10 menit (David Werner dkk, 2010 : ). c. Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti. 2. Memberikan suplemen zinc dengan dosis sebagai berikut dan berikan selama hari : Dosis pemberian Zinc pada balita : Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari. 3. Lanjutkan pemberian makanan karena nutrisi sangat penting dalam tata laksana diare. a) Dalam 4 jam pertama, jangan memberikan makanan kecuali ASI. Menyusui ASI diberikan setiap selesai diare. b) Setelah 4 jam, jika anak tetap dehidrasi ringan dan tetap berikan CRO, berikan makanan setiap 3-4 jam. c) Setiap anak antara 4-6 bulan seharusnya diberikan sedikit makanan. d) Anak dianjurkan makan sebanyak 6 kali per hari. Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan ekstra sehari dalam 2 minggu.
15 25 e) Jika anak berusia kurang dari 1 bulan, usahakan untuk menemui petugas kesehatan atau dokter sebelum memberikan obat obatan (Davir Werner dkk, 2010 : ). 4. Kapan harus kembali ke Puskesmas Tabel 2.3 Jumlah CRO yang diberikan berdasarkan umur dan berat badan pada 4 jam pertama Umur* 4 bulan 4 12 bulan 12 bln 2 thn 2 th 5 th Berat < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg kg Cairan Rehidrasi Oral World Health Organization Pocket Book of Hospital Care for Children. C. Diare Dengan Dehidrasi Berat Bila terdapat dua tanda atau lebih : 1. Lesu, lunglai, tidsk sadar 2. Mata cekung 3. Malas minum 4. Turgor kulit kembali sangat lambat 2 detik Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai dengan muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau rumah akit untuk diinfus RL ( Ringel Laktat ). Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus. (Kemenkes RI, 2011). Diare terutama berbahaya bagi bayi dan anak kecil. Seringkali tidak diperlukan pengobatan, tetapi perawatan khusus harus diberikan karena bayi cepat meninggal dunia akibat kekurangan air (dehidrasi).
16 Pencegahan Diare Tujuan pencegahan diare adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan. Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006 dalam Tami 2011) adalah sebagai berikut: 1. Memberikan ASI ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibody dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula. Flora normal usus bayi-bayi yang disusui mencegah timbulnya bakteri penyebab diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI penuh pada 6 bulan pertama kehidupan resiko mendapat diare 30x lebih besar (Depkes RI, 2006). 2. Makanan Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatkan resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan (Depkes RI, 2006).
17 27 3. Menggunakan air bersih yang cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006). 4. Mencuci Tangan Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006). 5. Menggunakan Jamban Pengalaman di beberapa Negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus BAB di jamban (Depkes RI, 2006). 6. Membuang tinja bayi yang benar Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan : a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di jamban. b. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan, kemudian buang ke dalam WC dan bilas wadahnya.
18 28 c. Bersihkan anak segera setelah buang air besar dan cuci tangannya (Depkes RI, 2006). 7. Pemberian Imunisasi Campak Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006). Pengetahuan ibu sangat berpengaruh dalam penatalaksanaan diare di rumah. Karena bila pengetahuannya baik maka ibu akan mengetahui tentang cara merawat anak sakit diare di rumah, terutaa tentang upaya rehidrasi oral dan juga ibu akan mengetahui tentang tanda-tanda untuk membawa anak berobat atau merujuk ke sarana kesehatan. Tindakan pengobatan yang dilakukan di umah adalah titik tolak keberhasilan pngelolaan penderita tanpa dehidrasi, juga tindakan untuk mendorong ibu memberikan pengobatan di rumah secepat mungkin ketika diare baru mulai. Bila ibu mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan efektif diare, misalnya bila ibu memberikan pengobatan cairan secara oral pada anak di rumah segera setelah anak menderita diare, ini dapat mencegah terjadinya dehidrasi atau mengurangi beratnya dehidrasi. Untuk itulah penting sekali ibu-ibu mengetahui tentang rencana penanganan penderita diare dengan baik. Tetapi bila pengetahuan ibu kurang maka anak yang menderita diare dapat mengalami dehidrasi dan keadaan anak tidak bertambah baik,karena ibu tidak mengetahui tentang cara penanganan penderita diare yang tepat.
19 Konsep Sikap Ibu Pengertian Sikap Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa: sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tetentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup Tingkatan Sikap Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010:30-31) : 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap penatalaksanaan diare dapat diketahui dari penanganan awal diare yang dilakukan di rumah. 2. Menanggapi (responding) Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya : sikap ibu terhadap penatalaksanaan diare dapat diketahui dari tanggapan atau jawaban ibu bahwa diare harus segera ditangani. 3. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
20 30 4. Bertanggung jawab (responsibel) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu bertanggung jawab atas perawatan diare yang diberikan kepada anaknya saat anaknya mengalami diare dengan segala resiko yang ada Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap a. Pengalaman pribadi Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan dalam stimulus sosial, tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan sikap, untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki pengamatan yang berkaitan dengan obyek psikologis. b. Orang lain Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan atau sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh antara lain adalah orang tua, teman dekat, teman sebaya. c. Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, surat kabar mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. d. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar dan pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
21 31 e. Faktor Emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego Sikap Ibu Dalam Penatalaksanaan Diare Sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap merupakan predisposisi dari perilaku atau suatu tindakan. Sehingga sikap ibu dalam penatalaksanaan diare merupakan predisposisi dari tindakan ibu dalam penatalaksanaan diare pada balita. Sikap merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Sikap merupakan perasaan seseorang untuk mendukung atau tidak mendukung terhadap objek tertentu (G.J Ebrahim). Dengan demikian ibu yang kurang baik sikapnya dalam penatalaksanaan diare tidak mendukung praktek ibu dalam penatalaksanaan diare. Selain pengetahuan sikap juga berpengaruh dalam penatalaksanaan diare di rumah. Misalnya, tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu dini, pemberian susu botol) akan mengakibatkan diare pada anak. Sikap ibu yang kurang baik misalnya tidak memberikan makanan pada anak yang diare (memuasakan) daripada harus menyiapkan makanan khusus dan membujuk atau memaksa anakyang sakit untuk makan. Ini bisa menyebabkan keadaan anak akan bertambah buruk. Jika pemberian oralit atau cairan rumah tangga lainnya menyebabkan muntah, maka sebaiknya ibu menghentikan pemberian cairan atau
22 32 oralit tersebut. Sedangkan sikap ibu yang baik misalnya, bila terjadi dehidrasi maka anak segera dibawa ke petugas kesehatan. Tanda-tanda anak diare yang harus dibawa ke sarana kesehatan yaitu bila tanda-tanda kekurangan cairan, keadaan anak tidak bertambah baik, bila anak tidak mau makan dan minum secara normal dengan baik, anak demam, anak sering buang air besar disertai darah. Sikap ibu yang baik akan mendukung terhadap kesembuhan anak yang menderita diare. Contoh sikap ibu yang baik dalam penatalaksanaan diare diantaranya : 1. Memberikan cairan secara oral di rumah segera setelah anak menderita diare. 2. Segera membawa anaknya ke Puskesmas atau sarana kesehatan bila diare bertambah parah dan anak mengalami tanda-tanda dehidrasi. 3. Tidak menghentikan pemberian ASI secara dini dan selama anak mengalami diare. 4. Tidak memberikan obat antidiare kepada anaknya tanpa resep dokter. 5. Selalu mengutamakan kebersihan (cuci tangan) dalam menangani anak yang diare. Peralatan makan atau botol susu anak di cuci dengan air yang bersih. 6. Mengetahui cara pemberian oralit di rumah saat anak mengalami diare. 7. Jika anak muntah saat pemberian oralit maka pemberiannya dihentikan kemudian dilanjutkan lagi secara perlahan. 8. Memberikan makanan yang lunak sedikit demi sedikit tapi sering pada anak yang sedang diare.
23 Hasil Penelitian Terkait a) Penelitian yang dilakukan oleh Fediani (2011) dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Tindakan Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Tanjung Sari. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang (48%) dengan sebagian besar berpendidikan SMA (48%). Didapatkan mayoritas tindakan termasuk dalam kategori baik (58%). Didapati hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita dengan hasil p value chi square (<0.05). b) Penelitian yang dilakukan oleh Noverica (2010) dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Tatalaksana Diare Pada Balita Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun Dari penelitian ini diperoleh bahwa pengetahuan responden terhadap tatalaksana diare pada balita berada pada kategori baik, yaitu sebanyak 67 responden (67%), kategori sedang sebanyak 33 responden (33%), dan tidak ditemukan responden yang berada pada kategori kurang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan ibu tentang tatalaksana diare pada balita di Kecamatan Medan Sunggal berada pada kategori baik. c) Penelitian yang dilakukan oleh Yurita (2010) dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Diare Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan tahun 2010 Universitas Muhammadiyah Semarang. Dengan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu memiliki tingkat pengetahuan rendah
24 34 tentang diare sebesar 71 orang (53%) dan sikap kurang baik sebesar 69 orang (51,5%) sehingga menyebabkan balita menderita diare sebesar 71 orang (53%). Hasil analisis ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang diare dengan kejadian diare pada anak balita ditunjukkan dengan hasil semua nilai p < 0,05. d) Penelitian yang dilakukan oleh Purbasari (2009) dengan judul Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Dalam Penanganan Awal Diare Pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten Pada Bulan September Tahun 2009 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan hasil : Hasil Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku responden mayoritas adalah cukup, nilai untuk masing-masing yaitu sebanyak 33 orang (48.5 %) responden, 57 orang (83.8 %) responden, dan 47 orang (69.1 %) responden. Kesimpulan Hasil penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penanganan awal diare pada balita di Puskesmas Ciputat pada bulan September tahun 2009 adalah cukup.
25 Kerangka Berpikir Kerangka Teori Pengetahuan ; Tahu Memahami Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi ( Notoadmodjo, 2010) Pengetahuan Tentang Penatalaksanaan Diare : - Pengertian - Penyebab - Gejala dan tanda - Pencegahan - Perawatan/penatalaksanaan ( Wong, 2009; Widoyono, 2008; Werner dkk, 2010) Penatalaksanaan Diare Pada Balita Faktor yang mempengaruhi perawatan balita diare : 1. Faktor Predisposisi: Pengetahuan, Sikap, pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, keyakinan dll. 2. Faktor pendukung: keterampilan orang tuan ( ibu ), Sarana dan prasarana kesehatan, terjangkaunya fasilitas kesehatan, ketersediaan pelayanan kesehatan. 3. Faktor pendorong: Sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2007) Sikap : Menerima Menanggapi Memahami Menghargai Bertanggung jawab ( Notoadmodjo, 2010) Sikap dalam penatalaksanaan diare pada balita - Pemberian ASI - Pemberian oralit atau CRO - Pemberian makanan pendamping ASI - Pemberian zinc - Pemberian antibiotik - Membawa anak diare ke sarana keseharan (Kemenkes RI, 2011; Werner, 2010) Gambar 2.1 Kerangka Teori
26 Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan Penatalaksanaan Diare : - Pengertian - Penyebab - Gejala dan tanda - Penatalaksanaan Diare Penatalaksanaan Diare Pada Balita Sikap Dalam Penatalaksanaan Diare : - Penanganan awal - Pemberian ASI - Pemberian oralit atau CRO - Pemberian makanan pendamping ASI - Pemberian zinc - Pemberian antibiotik - Menjaga kebersihan - Membawa anak diare ke sarana kesehatan. Gambar 2.2 Kerangka Konsep
27 Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Nol/H0( hipotesis statistik ) Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. 2. Hipotesis Alternatif/HA ( Hipotesis penelitian ) Ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecatamatn Tilango Kabupaten Gorontalo.
RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)
RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DI RUMAH: BERI CAIRAN TAMBAHAN a. Jelaskan kepada ibu: - Pada bayi muda, pemberian ASI
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE
KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan
Lebih terperinciPola buang air besar pada anak
Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. Pengertian Buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku saku diare adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Diare adalah BAB (Buang Air Besar) lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali dalam sehari) (Depkes RI, 2000).
Lebih terperinciSUMMARY. Jihan S. Nur NIM :
SUMMARY HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PENATALAKSANAAN DIARE PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TILOTE KECAMATAN TILANGOKABUPATEN GORONTALO Jihan S. Nur NIM : 841 409 024 Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit diare 1. Definisi Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek dan dapat berupa air saja dengan frekuensi buang air besar lebih dari normalnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN DIARE Diare adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan keadaan feses bayi encer dan atau berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, kadang disertai muntah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Pengertian diare Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar
Lebih terperinciPENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE
PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE No. Dokumen: SOP No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/1 UPT PUSKESMAS DLINGO II dr. Sigit Hendro Sulistyo NIP. 198111262009031006 1. Pengertian Salah satu elemen yang
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Perawatan Anak Dengan Diare Hari/Tanggal : Rabu/ 23 Januari 2008 Pukul : 11.00-11.45 Sasaran: Seluruh orang tua bayi/anak di RT 02 / RW 04 Kel. Andalas Timur Tempat
Lebih terperinciPENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat
Yusi Meilia, S.ST, M.Kes Halaman : 1 / 5 NIP A. Pengertian Buang air besar yang frekuensi, lebih sering dari biasnya pada umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair berlangsung < 7 hari
Lebih terperinciDIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.
DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria
Lebih terperinciBuku Saku Petugas Kesehatan
Buku Saku Petugas Kesehatan Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011 Publikasi ini dibuat oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan dukungan
Lebih terperinciGrafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya
Lebih terperinciOleh: Aulia Ihsani
Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Perilaku Menurut Bloom, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Faktor perilaku
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Definisi Diare Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan. 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit infeksi pencernaan yang merupakan masalah masyarakat di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.1.1. Definisi Menurut Merck Manuals, diare merupakan sebuah penyakit di saat feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam
Lebih terperinci2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1
105 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU IBU TENTANG PENANGANAN AWAL DIARE DALAM MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI PADA BALITA DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA III KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2012 I. Data
Lebih terperinciINOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk
INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK I. Pengertian Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. dengan kata lain, pencegahan penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
Lebih terperinciPENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :
UPTD PUSKESMAS PAUH SOP PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : dr. Hj. Nurlia, MM NIP.197306162006042011 1. Pengertian Buang air besar yg frekwensinya, lebih sering dari
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,
Lebih terperinciPERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE
PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit pada penderita diare sering disebabkan oleh diare itu sendiri dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare Menurut WHO (2005), diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam sehari, dan biasanya berlangsung selama dua hari
Lebih terperinciSOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE
No. Dokumen SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE No. Revisi : Halaman 79 /A/P2M/2013 Tanggal Ditetapkan : Disusun oleh : 1 Ditetapkan KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN Pengertian Tujuan Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan Hidup anak ditunjukkan dengan Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciSOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE
PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE 79 /A/P2M/203 Salah satu elemen yang sangat penting untuk mendapat gambaran dan informasi program pengendalian penyakit diare Tujuan. Mendapatkan informasi hasil pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di sektor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
Lebih terperinciDIARE Oleh: Astrie Rezky Defri Yulianti Intan Farah Diba Angela Juliana Nur Aira Juwita Risna Sri Mayani Syarifa Andiana Tri wardhana Yuvi Zulfiatni
DIARE Oleh: Astrie Rezky Defri Yulianti Intan Farah Diba Angela Juliana Nur Aira Juwita Risna Sri Mayani Syarifa Andiana Tri wardhana Yuvi Zulfiatni Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi tinja encer, dapat berwarna hijau atau dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Pengertian diare Diare adalah penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali disertai
Lebih terperinciApa Penyebab Diare? Penyebab diare pada bayi/anak dan dewasa ada yang berbeda. Penulis akan menjelaskan penyebab bayi/anak dan dewasa tersebut.
Apa Diare itu...? Alhamdulillaah, Buletin ketiga dari UGD RSI Aisyiyah Malang telah selesai dibuat. Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah memberikan kemudahan dalam menulis buletin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa karena mereka adalah sebagai salah satu penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan sangat tergantung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Konsep diare a. Definisi Diare Diare pada dasarnya adalah buang air besar dengan konsistensi encer dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Definisi diare Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair, dengan atau tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak di bawah umur 5 tahun.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur 1 sampai 4 tahun, yang memerlukan penatalaksanaan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang harus dijaga dan dilindungi. Anak merupakan generasi penerus bangsa maka dari itu harus tumbuh menjadi
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP. I. Data Pribadi : Tami Fediani Tempat/ Tanggal Lahir : Pekanbaru/ 15 Februari 1991
Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Data Pribadi Nama : Tami Fediani Tempat/ Tanggal Lahir : Pekanbaru/ 15 Februari 1991 Agama : Islam Alamat : Kompleks Villa Setia Budi Garden No B-25 Pasar 2 Telepon :
Lebih terperinciIII. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan ibu ibu atau warga desa mampu : Menjelaskan pengertian diare
SAP DIARE PADA BALITA Topik : Penyakit Berbasis Lingkungan Sub topik : Diare dan pertolongan pertama penderita diare Sasaran : Warga Desa / Ibu Balita Tempat : Desa Ciawi Hari/Tanggal : Selasa, 13 Agustus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya yang terjadi paling sedikit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DRPs 2.1.1 Definisi DRPs DRPs adalah adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait terapi obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang diinginkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Kepatuhan a. Pengertian Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.. Diare 2.. Definisi Diare Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak terutama di negara berkembang, dengan perkiraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka kesakitan diare pada tahun 2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sindrom penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (Ngastiyah,
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk
Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi
Lebih terperinci6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare A.1. Definisi Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Angka kesakitan 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian diperkirakan
Lebih terperinciPENANGANAN DIARE DI RUMAH TANGGA MERUPAKAN UPAYA MENEKAN ANGKA KESAKITAN DIARE PADA ANAK BALITA. Ade Wulandari. Abstrak
PENANGANAN DIARE DI RUMAH TANGGA MERUPAKAN UPAYA MENEKAN ANGKA KESAKITAN DIARE PADA ANAK BALITA Ade Wulandari Abstrak Penatalaksanaan diare akut (tanpa darah) yang dapat dilakukan di rumah tangga bertujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu Sejak lahir makanan pokok bayi adalah Air Susu Ibu. Air Susu Ibu merupakan makanan paling lengkap, karena mengandung zat pati, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare atau sering disebut dengan gastroenteritis merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas atau Balai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih
Lebih terperinciAndi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu
PENGARUH PEMBERIAN SUSU BEBAS LAKTOSA TERHADAP KARAKTERISTIK BUANG AIR BESAR PASIEN ANAK 1 24 BULAN DENGAN DIARE AKUT DI RUANG PERAWATAN ANAK RSU ANUTAPURA PALU 2013 Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty
Lebih terperinciMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah dan/lendir (Karyana dan Putra, 2011). Sedangkan menurut Kemenkes RI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diare 2.1.1 Definisi Diare Diare didefinisikan sebagai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terjadinya Diare Anak Usia Toodler (1-3 Tahun) 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak dan sering terjadi di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Anak yang sehat merupakan dambaan dari semua orang tua,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun 1990, terdapat 12 juta kematian anak yang diakibatkan oleh diare. Kejadian diare tersebut mengalami
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.
BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada
Lebih terperinciLampiran 1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011
43 44 Lampiran 1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 KUESIONER PENELITIAN EVALUASI PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG OBAT ANTI DIARE PADA MASYARAKAT DESA KARANGPELEM KECAMATAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Dari hasil penelitian Heny Subekti (2009) dengan judul skripsi Hubungan antara pengetahuan Ibu Tentang Diare dengan Tindakan penanganan pada Balita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun
Lebih terperinciPOLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK
POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK Latar Belakang : Penyakit diare merupakan penyebab kematian pertama pada usia balita. Penatalaksanaan yang sesuai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.
Lebih terperinciSAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE
SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE Disusun Oleh : 1. Agustia Hastami P17420108041 2. Arsyad Sauqi P17420108044 3. Asih Murdiyanti P17420108045 4. Diah Ariful Khikmah P17420108048 5. Dyah Faria Utami P17420108050
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi feces encer,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyapihan 1. Pengertian Penyapihan adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara berangsur-angsur atau sekaligus. Proses tersebut dapat disebabkan oleh berhentinya sang
Lebih terperinciDehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:
Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam
Lebih terperinciA. Gambaran Berdasarkan Survei dan Penelitian
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis. lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini berada jauh dari yang
Lebih terperinci