BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu kompleks gagasan dan pikiran manusia bersifat tidak teraga.
|
|
- Farida Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kebudayaan Minangkabau Menurut Rapoport (1969) dalam Nuraini (2004) bahwa kebudayaan adalah merupakan suatu kompleks gagasan dan pikiran manusia bersifat tidak teraga. Kebudayaan akan terwujud melalui pandangan hidup, tata nilai, gaya hidup dan aktivitas yang bersifat konkrit. Aktivitas ini secara langsung akan mempengaruhi wadah, yakni lingkungan yang diantaranya adalah ruang-ruang di dalam permukiman. Dengan demikian sebagai wujud fisik, kebudayaan merupakan hasil kompleks gagasan yang tercermin dalam pola aktivitas masyarakatnya. Hal ini seperti apa yang dinyatakan Rapoport (1969) dalam Nuraini (2004) bahwa budaya merupakan faktor utama dalam proses terjadinya bentuk, sedang faktor lain seperti iklim, letak dan kondisi geografis, politik serta ekonomi merupakan faktor kedua. Sementara Koentjaraningrat (1979) dalam Asri (2004) mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan melalui proses belajar. Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor dan sebagainya. Hal ini terjadi karena kebudayaan tersebut 7
2 8 diselimuti nilai-nilai moral, dimana sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap manusia. Berdasrkan beberapa pengertian dari kebudayaan yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan dari hakekat kebudayaan tersebut yaitu: 1. Kebudayaan tersebut hanya dimiliki oleh masyarakat manusia. 2. Kebudayaan tidak diturunkan secara biologis, melainkan diperoleh melalui proses belajar. 3. Kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Koentjaraningrat (1979), mencoba mendefinisikan wujud dari kebudayaan, dimana wujud dari kebudayaan dapat dibagi dalam 3 bentuk yaitu: 1. Wujud budaya sebagai hasil kumpulan pendapat, gagasan, nilai-nilai, normanorma, peraturan, prinsip. 2. Wujud kebudayaan sebagai hasil kumpulan kegiatan dan kelakuan yang berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan hadir dalam berbagai benda hasil karya manusia yang sering disebut dengan kebudayaan materi. Yang kesemuanya itu merupakan wujud dari rasa, kemampuan berpikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan pada manusia serta kehendak untuk hidup sempurna, mulia dan bahagia yang menimbulkan kehidupan beragama dan berkesusilaan.
3 9 Masing-masing wujud budaya saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Kebudayaaan ideal yang mengatur pola aktivitas manusia akhirnya akan menghasilkan kebudayaan fisik dan demikian juga sebaliknya kebudayaan fisik akan membentuk lingkungan tertentu yang akan mempengaruhi pola aktivitas manusia dan cara berpikirnya (Koentjaraningrat, 1990 dalam Nuraini, 2004). Demikian halnya dengan kebudayaan Minangkabau, ianya berkaitan dengan alam pikiran, adat istiadat, perilaku dan kebiasaan masyarakatnya. Demikian juga dengan ciptaan hasil kebudayaan fisiknya. Hasil kebudayaan fisik Minangkabau merupakan perwujudan perilaku, pemikiran masyarakat Minangkabau. Ada beberapa macam wujud budaya Minangkabau antara lain: 1. Adat istiadat masyarakat Minangkabau. 2. Kekeluargaan dan kekerabatan. 3. Kesastraan. 4. Kebiasaan dalam membina rumah serta cara permukiman masyarakat Minangkabau. Wujud budaya berupa sistem kekeluargaan dan kekerabatan, dimana masyarakat Minangkabau menganut sistem kekeluargaan berdasarkan garis keturunan dari ibu (matrilineal). Menurut Ali Akbar Navis (1984) dalam Asri (2004), budaya seperti ini akibat kebiasaan yang terjadi apabila lelaki meninggalkan isterinya dan pergi dalam waktu yang lama (migrasi). Hal ini
4 10 menyebabkan kaum perempuan dan garis keturunan garis ibu yang mengatur hidup dan menguasai harta perserikatan mereka. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial salah satu cirinya adalah berinteraksi antar sesama. Masyarakat adalah merupakan salah satu contoh bentuk interaksi yang terjadi dalam kehidupan manusia. Menurut Koentjaraningrat (1971), masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi dalam suatu sistem adat istiadat tertentu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Ciri-ciri masyarakat sendiri adalah: 1. Kesatuan antar individu (gabungan dari beberapa individu). 2. Menempati suatu wilayah tertentu. 3. Terdapat sistem yang berlaku dan telah disepakati bersama. 4. Terdapat interaksi antar sesama. Masyarakat Minangkabau sangat menonjol dalam hal asas kegotong royongannya. Hampir semua hal dalam kehidupannya selalu di lakukan dengan bergotong royong, baik dalam usaha agraris, karya seni dan kerajinan, membangunan rumah (rumah adat) dan permukimannya. Hal ini dapat dilihat bagaimana masyarakat Minangkabau yang berada di perantauan, mereka akan menerapkan kebiasaan (budaya) saling mengangkat dalam arti orang yang telah lama tinggal dan secara ekonomi mulai mapan, mereka bersedia menampung dan membiayai keluarga yang datang merantau untuk mencari kehidupan baru yang lebih baik. Atau mereka akan berusaha mengajak keluarga mereka dari kampung halamannya agar dapat mengikuti jejak mereka dalam berbagai usaha dengan
5 11 bantuan biaya mereka sampai keluarga yang baru datang tersebut dapat hidup mandiri. Kebiasaan saling mengangkat berakar dalam 2 (dua) hal yaitu: 1. Persepsi atau pandangan yang dibentuk oleh adat, khususnya menyangkut persepsi tentang keluarga sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahpisahkan yang para anggotanya mempunyai kewajiban untuk saling membantu, bahkan tidak hanya dalam lingkungan keluarga besar, namun meluas sampai pada ikatan-ikatan sesuku, sekampung halaman, atau sesama orang Minangkabau. 2. Kebiasaan saling mengangkat berakar juga pada sistem matrilineal orangorang Minangkabau. Pada sistem tersebut saudara laki-laki dari ibu (mamak) berkewajiban untuk bertanggaung jawab terhadap nasib dan masa depan anakanak dari saudara perempuannya atau kemenakannya. 2.2 Komunitas Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling memiliki keterkaitan fisik dan non fisik, ruang dan non ruang. Kelompok manusia yang bermukim pada suatu tempat atau ruang belumlah merupakan komunitas jika tidak ada keterikatan hubungan diantara mereka yang dapat terjadi secara sosial, budaya maupun ekonomi. Salah satu ciri komunitas adalah adanya kegiatan yang disepakati dan dilakukan secara bersama diantara komunitas tersebut. Menurut Tetuko (2001) dalam Nurmaidah (2006) bahwa komunitas memiliki makna dalam tiga hal yaitu: 1. Suatu kelompok yang mempunyai ruang tertentu.
6 12 2. Suatu kelompok yang mempunyai sifat sama. 3. Suatu kelompok yang dibatasi oleh identitas budaya yang sama dan dibentuk dengan hubungan sosial yang kental. Menurut Cohen (1989) dalam Sativa (2005) bahwa di dalam sebuah komunitas anggotanya mempunyai sesuatu yang secara bersama membedakan mereka dengan kelompok manusia lainnya. Oleh karena itu perbedaan karakter menjadi penting untuk membedakan komunitas antara satu dengan lainnya. Lebih lanjut batas (boundary) menjadi penting untuk menunjukkan identitas sebuah komunitas. Akan tetapi dalam hal ini batas tidak selalu harus berupa fisik seperti pagar, sungai atau batas wilayah, dapat juga batas tersebut berupa ras, bahasa, religi atau merupakan konsep /makna/simbol yang telah melekat pada komunitas tertentu. 2.3 Peranan Sosial Budaya Terhadap Ruang Permukiman Permukiman merupakan wujud dari ide pikiran manusia dan dirancang semata-mata untuk memudahkan dan mendukung setiap kegiatan atau aktifitas yang akan dilakukannya. Permukiman merupakan gambaran dari hidup secara keseluruhan, sedangkan rumah adalah bagian dalam kehidupan pribadi. Pada bagian lain dinyatakan bahwa rumah adalah gambaran untuk hidup secara keseluruhan, sedangkan permukiman sebagai jaringan pengikat dari rumah tersebut. Oleh karena itu, permukiman merupakan serangkaian hubungan antara benda dengan benda, benda dengan manusia dan manusia dengan manusia. Permukiman sebagai suatu tempat terjadinya interaksi dalam masyarakat, tentunya memiliki karakteristik yang khas dari masing-masing masyarakat yang
7 13 ada didalamnya. Hal tersebut sangat bergantung pada faktor-faktor pendukungnya, baik dari sosio-kultural masyarakat, maupun dari bentuk adaptasi terhadap lingkungan di sekitar permukiman dan sejarah kawasan yang pernah muncul, sebagai awal terbentuknya suatu permukiman. Sistem sosial dan budaya memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan tata ruang permukiman. Keadaan tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Rapoport (1990) dalam Citrayati dkk (2008), bahwa terbentuknya lingkungan pemukiman dimungkinkan karena adanya proses pembentukan hunian sebagai wadah fungsional yang dilandasi oleh pola aktivitas manusia serta pengaruh setting atau rona lingkungan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik (sosial-budaya) yang secara langsung mempengaruhi pola kegiatan dan proses pewadahannya. Sedangkan rona lingkungan akan saling berpengaruh dengan lingkungan fisik yang terbentuk oleh kondisi lokasi, kelompok masyarakat dengan sosial budaya (Rapoport,1969 dalam Ardian Masyarakat dalam menempati wilayah permukimannya, tentunya ada beberapa kebutuhan utama yang diharapkan didalamnya. Menurut Sujarto (1977) dalam Citrayati dkk (2008) ada tiga kebutuhan utama masyarakat di dalam permukimannya yaitu: 1. Suatu tempat untuk hidup, yang dapat terlindungi dari alam sekitarnya. 2. Tempat untuk melaksanakan kegiatan kerjanya untuk mencari nafkah guna menjamin eksistensi kehidupan. 3. Tempat-tempat yang dapat memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari.
8 14 Dalam pembentukan permukiman atau rumah kekerabatan dapat menjadi faktor penentu, karena sangat terkait dengan sebuah bentuk ikatan sosial, aturanaturan yang bernuansa budaya dan religi dan juga adanya kegiatan yang bersifat ekonomi (Lowi dalam Mulyati, 1995). Hubungan antara kekerabatan dalam aspek sosial-kultural dan permukiman sebagai perwujudan fisiknya, secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Kelompok kekerabatan mempengaruhi lokasi dan tata lahan/rumah sesuai dengan prinsip yang dianut. 2. Peran sosial antara kekerabatan mempengaruhi terbentuknya ruang-ruang yang menjadi sarana interaksi antara kerabat. Perubahan budaya berpengaruh terhadap rumah dan lingkungannya. Bentuk perubahan tidak berlangsung secara spontan dan menyeluruh, tetapi tergantung kepada elemen rumah dan lingkungannya dalam sistem budaya. Hal ini mengakibatkan ada elemen-elemen yang tidak berubah dan ada elemen yang berubah mengikuti perkembangan zaman (Rapoport, 1983 dalam Nuraini, 2004). Selanjutnya Rapoport (1969) dalam Nuraini (2004), mengemukakan bahwa sesuai dengan kondisinya masyarakat tidak pernah diam, tetapi akan selalu berubah dan berkembang. Sesuatu yang dihasilkan manusia terbentuk karena latar belakang sosial budaya atau kondisi sosial manusianya. Tradisi perubahan yang terjadi selama ini karena masyarakat tertarik pada kesinambungan dan keotentikan sehingga manusia cenderung mengabaikan perubahan dan ambiguitas. Sementara itu, adanya proses kesinambungan dan perubahan adalah untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan baru dan kepentingan lama. Pada
9 15 hakikatnya, kebudayaan merupakan reaksi umum terhadap perubahan kondisi kehidupan manusia dalam suatu proses pembaharuan terus menerus terhadap tradisi yang memungkinkan kondisi kehidupan manusia menjadi lebih baik (Papageorgiu, 1971 dalam Nuraini, 2004). Permukiman merupakan suatu kawasan yang berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat melakukan kegiatan yang menopang kehidupan penghuninya dan merupakan wadah hidup bersama dalam menjalani suatu proses bermukim. Dalam menjalani proses tersebut, tentunya terjadi hubungan antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan alam sekitar dan demikian juga hubungan antara manusia dengan sang pencipta-nya. Karena itu, permukiman merupakan cermin dari pengaruh aspek sosial budaya masyarakatnya, faktor sejarah kepenghunian, konsep lokasi, etika dan religius pemukimnya (Nuryanti dalam Mulyati, 1995). Permukiman selain merupakan kebutuhan dasar manusia juga mempunyai fungsi yang strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang serta mengaktualisasikan jati diri. Perwujudan kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat melalui pemenuhan kebutuhan papannya. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Koentjaraningrat dalam Mulyati (1995), permukiman memiliki bentuk yang khas sesuai dengan kekuatan non fisik yang tumbuh dalam masyarakatnya, diantaranya berupa sistem sosial budaya, pemerintahan, tingkat pendidikan serta teknologi yang akan memberikan kontribusi fisik pada lingkungannya.
10 Permukiman Etnis Minangkabau di Tempat Asal Menyangkut rumah sebagai tempat bernaung bagi masyarakat Minangkabau, pengaruh budaya dan adat istiadat sebagai perwujudannya memberikan kontribusi terhadap pola pembagian dan pembentukan ruang, baik ruang dalam maupun ruang luar. Rumah gadang adalah rumah tradisional yang merupakan hasil kebudayaan dari suku Minangkabau. Keberadaan rumah adat dalam hal ini rumah gadang adalah perkembangan lebih lanjut dari rumah biasa menjadi rumah khas seperti rumah raja, rumah ibadat dan sebagainya. Perkembangan langsung itu sebagai akibat dari pada kepandaian (keahlian) membuat rumah biasa ke rumah khas (Djauhari Suminta,1975 dalam Asri, 2004). Rumah Gadang bukan hanya merupakan suatu bangunan besar, panjang dan tinggi menjulang, tetapi adalah sebuah bangunan rumah adat yang bagian luar dan dalamnya mengandung arti dan makna tersendiri yang secara keseluruhan merupakan cerminan dari sistem kekerabatan matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau itu sendiri. Pada ruang luar rumah gadang dalam hal ini halaman, ada satu elemen pengikat yakni rangkiang dan pandam kuburan. Rangkiang berfungsi sebagai menyimpan hasil panen padi. Adanya rangkiang ini memberikan identitas bagi pemilik rumah gadang. Ada beraneka ragam bentuk dan ukuran rangkiang. Masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda, seperti rangkiang untuk menyimpan padi yang dipergunakan sehari-hari, rangkiang guna menyimpan padi untuk perhelatan dan rangkiang yang berguna menyimpan padi untuk dijual.
11 17 Sementara pandam kuburan di ruang luar rumah gadang merupakan pernyataan klaim atas tanah yang mereka miliki. Selain rangkiang dan pandam kuburan, pada bagian luar rumah gadang ada juga yang disebut ruang komunal yakni ruang yang keberadaannya diantara jarak rumah yang saling berhadapan atau halaman depan. Dari pengelompokan rumah gadang yang saling berhadapan, jarak antara bangunanlah yang menciptakan ruang komunal. Bila dilihat dari fungsinya ruang komunal berfungsi sebagai ruang berinteraksi sosial dari masing-masing penghuni rumah gadang tersebut. Ruang ini juga dimanfaatkan sebagai ruang tempat bermain anak, menjemur padi, bahkan berjualan makanan kecil. Ruang ini juga menjadi sarana penghubung dari suatu tempat ke tempat lain dan juga menjadi ruang peralihan dari ruang publik yaitu jalan menjadi ruang semi publik yakni halaman. Disamping itu ruang komunal ini juga menjadi penyerap air hujan karena ditanam beraneka jenis tanaman. Ruang komunal selalu digunakan sebagai aktivitas secara bersama-sama pada saat-saat tertentu sehingga terciptanya suatu wadah komunikasi antara masyarakat yang ada disana. Jadi dapat dikatakan ruang komunal merupakan ruang yang bersangkutan dengan wilayah tertentu yang ditandai oleh pemilikan dan pemakaian secara bersama-sama (Mutia, ICCI/ 12006S5PP23.pdf). Dengan demikian bangunan sebuah rumah (tempat tinggal) merupakan sebuah fenomena budaya yang bentuk dan organisasi ruangnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya dari etnis tertentu sebagai pemiliknya. Di masyarakat
12 18 pola ruang publik adalah ekspresi dari nilai-nilai budaya. Sementara ruang publik memegang peranan penting sebagai bentuk dari sifat-sifat nilai budaya. Dinamika ruang publik akan menggambarkan perubahan nilai-nilai budaya di masyarakat (Rapoport, 1969 dalam Nuraini, 2004) 2.5 Tipologi Ruang Terbuka/Luar Menurut klassifikasi Rob Krier (1979) dalam Adhi (2002), bahwa ruang terbuka/luar adalah semua tipe ruang yang berada diantara bangunan dan termasuk halaman. Ruang-ruang ini seperti geometri diikat oleh bermacammacam ketinggian dan fasade bangunan. Ruang luar bersifat lebih terbuka tidak terhalang untuk pergerakan di udara terbuka dengan berbagai sifat ruangan, dari publik, semi-publik hingga privat. Lain halnya pendapat Slamet Wirasonjaya (1998) dalam Adhi (2002) yang mengatakan bahwa ruang luar/terbuka kota tradisional Indonesia tidak dapat didefenisikan jenisnya secara jelas. Sementara dalam satu kajian ruang terbuka Zahnd (1999) menerangkan bahwa: 1. Secara prinsip, ruang kota yang terbuka dibutuhkan serta digunakan dalam setiap kota di dunia ini, walaupun pendekatan terhadapnya dapat berbeda. 2. Kebanyakan konsep ruang terbuka di Asia (tidak seluruhnya) dilihat sebagai pendekatan pasif (ruang sebagai tujuan pembentukan massa). 3. Kebanyakan konsep ruang terbuka di Asia (tidak seluruhnya) dilihat sebagai pendekatan pasif (ruang sebagai tujuan pembentukan massa). 4. Dalam sikap pasif, kualitasnya dilihat dari segi sosial yang disusun secara organis.
13 19 Dari fungsinya, ruang terbuka/luar dapat tergolong menjadi: 1. Ruang terbuka/luar tingkat lingkungan yakni ruang luar/terbuka dengan skala pelayanan lingkungan. 2. Ruang terbuka/luar tingkat wilayah yakni ruang luar/terbuka dengan skala pelayanan blok (wilayah). 3. Ruang terbuka/luar tingkat kota yakni ruang luar/terbuka yang melayani kegiatan skala kota. Untuk kampung kota ruang terbuka lebih berfungsi pada tingkat skala lingkungan atau lokal. Tipologi bangunan hunian pada kampung kota juga sempit, memanjang dan ada yang bertingkat, serta kadang-kadang bagian depan dari bangunan dipergunakan untuk tempat berdagang atau tempat kerja. Para penghuni kampung kota lebih senang diluar rumah karena kekurangan ruang gerak, juga kebutuhan sinar matahari, serta berinteraksi dengan penghuni lainnya. Ruang terbuka yang membentuk suatu perkampungan yang terjadi secara spontan disepanjang jalan, maka ruang disekitarnya menyebar tak terbatas dapat dikatakan sebagai ruang negatif. Meskipun tidak direncanakan, ruang semacam itu dapat berkembang terus menerus tak terbatas sesuai dengan meningkatnya kebutuhan dan keinginan manusia. Sedangkan kelompok-kelompok bangunan yang dikelilingi oleh ruang-ruang seolah-olah menjadi background. Ruang luar pada kampung kota selalu difungsikan bermacam-macam kegiatan antara lain ruang sosial ataupun untuk kegiatan sehari-hari seperti menjemur pakaian dan juga sebagai tempat anak-anak bermain.
14 20 Konsep ruang dalam lingkungan permukiman, berkaitan erat dengan manusia dengan seperangkat pikiran dan perilakunya, yang bertindak sebagai subjek yang memanfaatkan ruang-ruang yang ada dalam hubungan kepentingan kehidupannya. Dalam hal ini, gagasan pola aktivitas suatu masyarakat yang merupakan inti dari sebuah kebudayaan, menjadi faktor utama dalam proses terjadinya bentuk rumah dan lingkungan suatu hunian (Rapoport, 1969 dalam Burhan dkk, 2008). Dari bentuknya ruang terbuka/luar dapat dibedakan dalam 2 (dua) bentuk dasar yaitu bidang dan koridor. Karakteristik geometri dan bentukan spasialnya adalah sama, keduanya dibedakan dari dimensi dan dinding-dinding yang mengikatnya, serta pola fungsinya dan sirkulasi yang menjadi identitas. Terbentuknya ruang luar pada permukiman yang tidak terencana adalah dengan tidak melalui bentukan atau rancangan terlebih dahulu, melainkan terbentuk karena adanya blok-blok bangunan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Harmen van de Wal dalam Zahnd (1999), bahwa kecenderungan ruang luar di Indonesia hanya dilihat sebagai sesuatu yang kosong dan tidak dibentuk. Kebanyakan ruang luar yang ada sebagai akibat pembentukan massa. Ruang luar adalah sebuah wadah untuk menampung aktivitas tertentu dari warga atau masyarakat suatu lingkungan. Dia juga merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas kehidupan manusia baik secara emosional maupun secara psikologis.
15 21 Dalam tekstur figure/ground, Zahnd (1999), mengutarakan bahwa ada 4 (empat) elemen ruang, yang keseluruhannya bersifat abstrak atau kosong (spasial) yaitu: 1. Elemen sistem tertutup yang linier, ruang yang bersifat linier, tetapi tertutup Gambar 2.1: Ruang sistem tertutup yang linier Sumber: Zahnd (1999), Perancangan Kota Secara Terpadu 2. Elemen tertutup yang memusat, jumlahnya sedikit karena memiliki pola ruang yang berkesan terfokus dan tertutup. Ruang ini di kota dapat diamati pada skala besar misalnya pusat kota maupun beberapa kawasan (kampung). Gambar 2.2: Ruang sistem tertutup yang sentral Sumber: Zahnd (1999), Perancangan Kota Secara Terpadu 3.Sistem terbuka yang sentral, dimana ruang bersifat terbuka namun masih tampak terfokus misalnya taman kota.
16 22 Gambar 2.3: Ruang sistem terbuka yang sentral Sumber: Zahnd (1999), Perancangan Kota Secara Terpadu 3. Elemen sistem terbuka yang linier merupakan pola ruang yang berkesan terbuka dan linier misalnya kawasan sungai dan lain-lain. Gambar 2.4 Ruang sistem terbuka yang linier Sumber: Zahnd (1999), Perancangan Kota Secara Terpadu Selanjutnya, elemen-elemen tersebut pada dasarnya didefinisikan sebagai statis dan dinamis, keduanya mempunyai perbedaan spasial terletak pada arah dan gerakan di dalam lingkungan. Adapun yang bersifat statis ada yang berbentuk bidang dan linier/jalan/gang yang dalam pergerakannya diperuntukkan bagi warga setempat. Sedangkan yang bersifat dinamis adalah bidang linier/jalan/gang didalam pergerakannya berkaitan antara bentuk dan fungsi (misalnya tempat lalu lintas orang, dimana siapa saja boleh mengadakan pergerakan di tempat tersebut) Tipologi Ruang Statis Karakter ruang terbuka yang bersifat statis di dalam kota hanya dianggap sebagai tempat estetik perkotaan (secara khusus di Eropah). Karena itu, karakter tempat tersebut hanya digolongkan kepada geometrinya saja tanpa memperhatikan
17 23 fungsinya di dalam kota. Rob Krier berusaha menggolongkan semua tempat tersebut sesuai bentuknya dengan pemakaian elemen geometri dasar saja, yaitu lingkaran, segi tiga, bujur sangkar serta kombinasinya (Zahnd, 1999) Tipologi Ruang Dinamis Ruang dinamis mempunyai kaitan tersendiri antara bentuk dan fungsinya, sehingga Spiro Kostof mengatakan bahwa ruang dinamis yang disebut jalan sekaligus adalah selemen dan institusi perkotaan (Zahnd, 1999). Bentuknya bisa juga sangat berbeda sesuai lokasi dan fungsi di dalam kota, sebab itu sering diberikan padanya nama yang sesuai keadaannya. 2.6 Pola Ruang Luar Pola ruang luar di lingkungan kota adalah sebagian dari pola ruang luar kota itu sendiri. Pada dasarnya dalam sejarah perkotaan terdapat dua aliran yang berbeda dan dua tradisi yang berbeda pula, yaitu tradisi yang berfokus pada geometri atau yang bersifat teknis dan teoritis dimana kota-kota yang dibangun secara demikian disebut kota terencana. Sedangkan tradisi yang berfokus pada organik atau yang bersifat tradisional dan praktis (populer), kota-kota yang dibangun secara demikian disebut kota tumbuh (Spiro Kostof, 1991 dalam Zahnd, 1999).
TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY
TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY D://Vero/Juta/Akademik/Bahankulia h/peranc.kota Teori Perancangan Kota (Urban Design) ( Roger Trancik ) TEORI PERANCANGAN KOTA 1. Teori Figure Ground 2. Teori
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Permukiman tradisional nelayan suku Makasar dengan permukiman resettlement Untia memiliki banyak perbedaan dibanding persamaan ditinjau dari aspek budaya dan gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kawasan Gunung Jati sebagai suatu tempat terjadinya interaksi dalam masyarakat suku Muna, memiliki karakteristik yang khas dari masing-masing masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.1.1 Judul Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual 1.1.2 Pemahaman Esensi Judul Ruang komunal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari kelompok etnik, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Di mana setiap dalam suatu kelompok
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciMUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian
Lebih terperinci2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan dan memenuhi segala kebutuhannya. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (2007, hlm.23) Manusia senantiasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung
Lebih terperinciPENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik
BAB IV PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4. 1 Pendekatan Konsep Dasar Perencanaan 4. 1. 1 Pendekatan Konsep Tata Ruang Makro Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat perempuan di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Kreatifitas pengrajin bambu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari keadaan lingkungan yang mulai tidak terjaga kebersihannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Isu Perkembangan Properti di DIY Jogjakarta semakin istimewa. Kekuatan brand Jogja di industri properti merupakan salah satu kota atau daerah paling
Lebih terperinciPERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA
PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka budaya dengan lebih dari 700 suku bangsa. Terdapat 74.754 desa yang memiliki hukum/aturan lokal di
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dan memiliki penduduk dengan beraneka ragam suku. Suku Batak merupakan salah satu suku yang dapat ditemui
Lebih terperinciPenerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Lebih terperinciTujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)
PENGAMBILAM KEPUTUSAN DALAM KELUARGA MENURUT BUDAYA MINANGKABAU Oleh : Dra. Silvia Rosa, M. Hum Ketua Jurusan Sastra Daerah Minangkabau FS--UA FS Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus
Lebih terperinciIndonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang lain. Perbedaan suku bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah sebagai Wujud Fisik Kebudayaan Budaya menurut Amos Rapoport didefinisikan sebagai cara hidup yang khas, serangkaian simbol dan kerangka pikir, dan cara beradaptasi dengan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Dari berbagai analisa dan uraian yang terkait dengan dinamika ruang publik eksklusif dan inklusif di permukiman masyarakat menengah ke bawah, maka dapat disimpulkan
Lebih terperinciKeluarga merupakan tempat berlindung dari tekanan-tekanan fisik maupun psikis yang datang dari lingkungannya. Untuk melindungi diri maka diperlukan
ABSTRAK PENELITIAN Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa konsekuensi bertambahnya jumlah lansia. Abad 21 ini merupakan abad lansia (era of population ageing), karena pertumbuhan lansia
Lebih terperinciKAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR
KAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : NURUL FATIMAH Y.M. L2D 002 422 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa
Lebih terperinciKARAKTERISTIK TERITORIALITAS RUANG PADA PERMUKIMAN PADAT DI PERKOTAAN
KARAKTERISTIK TERITORIALITAS RUANG PADA PERMUKIMAN PADAT DI PERKOTAAN Burhanuddin Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako bur_arch07@yahoo.co.id Abstrak Perkembangan kota yang begitu cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup
Lebih terperinci4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5
4. KARAKTERISTIK DESA Pertemuan 5 TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami berbagai karakteristik desa 2. Mahasiswa mampu menganalisa berbagai karakteristik desa KARAKTERISTIK DESA Secara umum dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari ujung Utara sampai Selatan dan Timur sampai ke Barat baik kebudayaan asli dari bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Suku Dayak Provinsi Timur, dikenal dengan keragaman suku asli pedalamannya. Jika kita mendengar Timur, pastilah teringat dengan suku Dayak dan rumah
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Interaksi itu terjadi kalau satu individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan suatu kesatuan individu yang dipandang dalam keseluruhannya satu dengan yang lain, berada dalam interaksi yang berulang tetap. Interaksi itu terjadi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. para ahli. Makna berasal dari bahasa Jerman meinen yang artinya ada di pikiran atau benar
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Makna Tradisi Untuk memberikan gambaran yang memperjelas permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, berikut penulis menyajikan beberapa
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI
STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI Disajikan pada kegiatan PPM Di UPTD BALEENDAH KAB BANDUNG Oleh BABANG ROBANDI JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Makna Kompetensi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Moral Ekonomi Pedagang Kehidupan masyarakat akan teratur, baik, dan tertata dengan benar bila terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu
Lebih terperinciBAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial
BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggarapan produk kerajinan tradisional pada kelompok masyarakat pekriya tradisional di daerah-daerah di Indonesia banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial
Lebih terperinciTeori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground
Teori Urban Desain Mata Kuliah Arsitektur Kota Figure ground 1 Teori Figure/ ground Teori ini dapat dipahami melalui pola perkotaan dengan hubungan antara bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang penduduknya memiliki aneka ragam adat kebudayaan. Mayoritas masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal di pedesaan masih berpegang teguh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Manusia merupakan makhluk individu dan juga makhluk sosial yang hidup saling membutuhkan. Sebagai makhluk sosial manusia saling berinteraksi satu dengan lainnya,
Lebih terperinciInisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA
Inisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA Saudara mahasiswa yang saya hormati. Salam sejahtera dan selamat bertemu lagi dalam kegiatan tutorial online yang kedua mata kuliah Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 terjadi gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli kontrak akibat
Lebih terperinciKEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN
KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN Oleh Drs. Bakti Ritonga, SH.,MH. 1 Assalmu alaikum wr.wb. Salam sejahtera untuk kita semua Yang Terhormat; Bapak dan Ibu Pembina, jajaran pengurus, dan seluruh pesrta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciFAKTOR PENENTU ORIENTASI RUMAH DI PERMUKIMAN NELAYAN DUSUN SALARANG KABUPATEN MAROS
PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK FAKTOR PENENTU ORIENTASI RUMAH DI PERMUKIMAN NELAYAN DUSUN SALARANG KABUPATEN MAROS Ria Wikantiri, Venni Veronica & Marwah M. Jurusan Teknik Arsitektur
Lebih terperinciTARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan
Lebih terperinciBAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP
BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijabarkan pada dua bab sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa komunitas karakter sosial dan juga karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendidikan nasional pada hakikatnya mencari nilai tambah melalui pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia atau kualitas manusia utuh jasmaniah rohaniah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang cukup besar, bukan hanya di kawasan Asia Tenggara, atau kawasan Asia, tetapi dalam lingkup yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.
BAB VI HASIL PERANCANGAN Revitalisasi kawasan wisata makam Kartini ini berlandaskan pada konsep simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257. Nilai-nilai Islam yang terkandung
Lebih terperinciIdentitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.
PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Dalam memahami citra kota perlu diketahui mengenai pengertian citra kota, elemenelemen pembentuk citra kota, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan citra kota dan metode
Lebih terperinciINTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi
INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA (Suatu penelitian di Desa Argakencana Kecamatan Toili Kabupaten Banggai) Skripsi Diajukan sebagai Persyaratan Ujian Sarjana Jurusan Sejarah Prodi Pendidikan S1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arti kata Vernakular itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu verna yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki berbagai macam etnis yang tersebar di pelosok Nusantara yang salah satunya etnis Minangkabau yang berpusatkan di Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan
Lebih terperinciKONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan
KONSEP KEBUDAYAAN Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan Apakah Kebudayaan Hofstede (dalam Berry, 1997): Merupakan seperangkat asumsi, keyakinan, nilai, dan persepsi yang khas Parsudi Suparlan (1998): Merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia lahir pada 17 Agustus 1945 adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Indonesia terdiri atas beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinci4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha
PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi pembangunan hukum nasional. Unsur kejiwaan hukum adat yang berintikan kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia
Lebih terperinci