LOSSING FRICTION COUPLING KIJANG 5 K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LOSSING FRICTION COUPLING KIJANG 5 K"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR LOSSING FRICTION COUPLING KIJANG 5 K Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar sarjana stara satu (S-I) Disusun oleh : NAMA : MUSOFAN NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008

2 Lembar pengesahan : LAPORAN TUGAS AKHIR LOSSING FRICTION COUPLING KIJANG 5 K Di ajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar setara satu (S1) Universitas Mercu Buana Laporan tugas akhir ini telah diteliti dan di setujui oleh MENYETUJUI Ir. Rully Nurtranta, M.Eng Nanang Rukyat ST, MT. Ketua Jurusan Pembimbing 1 ii

3 ABSTRAK Dalam dunia otomotif yang semakin maju dengan seiring ke majuan teknologi maka otomotif menjadi salah satu alat transportasi yang banyak digunakan oleh umat manusia.ada dua faktor yang menjadi tujuan setiap dalam pengembangan otomotif yaitu mempermudah pengendalian kendaraan dan meningkatkan keselamatan bagi para pengguna otomotif. Penulis dengan adanya tugas akhir ini mempunyai gagasan merancang ulang dengan cara memotong sebagian mesin supaya jelas cara kerjanya ( CUT WAY ENGINE ). Adapun judul tugas akhir ini adalah : LOSSING FRICTION COUPLING KIJANG 5 K Maka dari itu kopling sebagai sasaran utama karena ada gesekan pada kopling ada momen puntir yang penulis hitung dengan hasil akhir adalah 120 N. Begitu pula antara lain sistem kemudi dari manual yang mengandalkan mekanik terus beralih ke power setering sistem kemudi yang memiliki fungsi untuk mengrahkan kendaraan kemudi menjadi sangat mudah. Untuk kopling juga beralih dari kopling yang mengandalkan mekanik menjadi kopling yang otomatis dan mudah sekali mengoprasikannya semoga dengan kemajuan teknologi sekarang ini akan membawa banyak manfaatnya bagai penulis. iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunian Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini dengan baik. Dimana tugas akhir ini penulis sajikan dalam bentuk buku yang sederhana adapun judul penulis Tugas yang ambil adalah: LOSSING FRICTION COUPLING KIJANG 5 K Tujuan penulisan tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan program Stara Satu (S1) Universitas Mercu Buana. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan hasil penelitian (experiment), observasi dan beberapa sumber literature yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, penulisan tugas akhir ini tidak akan berjalan lancer. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Bapak Nanang Ruhyat, ST, MT Selaku dosen dan pembimbing 1 tugas akhir. 2. Bapak Ir. Rully Nutranta, M. Eng Selaku dosen jurusan teknik mesin dan kepala jurusan tenik mesin. 3. Bapak Dr. Abdul Hamid, M.Eng selaku dosen jurusan teknik mesin. 4. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma, M. Eng selaku dosen jurusan teknik mesin. 5. Bapak Prof. Dr. Ing. Usman Sudjadi selaku dosen jurusan teknik mesin. 6. Bapak Mardani ST. M. Eng selaku dosen jurusan teknik mesin. 7. Bapak Ir. Yenon Orsa, MT selaku direktur PKK Mercubuana. 8. Bapak R. Ariosuko, Dh, ST selaku dosen teknik mesin. IV

5 v 9. Kedua orang tua serta keluarga besar penulis yang telah banyak membantu baik dalam bentuk dorongan moril dan material. 10. Roiyah selaku istri dan anak Fanny Nurmila, Rafly Irza Sofyan yang tak kenal lelah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir ini. 11. Teman-temen mahasiswa teknik mesin angkatan 5 (2004/2005) yang secara langsung maupun tidak langsung turut membnatu dalam menysun Tugas Akhir. 12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan dating. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Jakarta, 2008 (Musofan)

6 DAFTAR ISI Lembar Judul...i Lembar Pengesahan...ii Abstrak...iii Kata Pengantar...v Daftar Isi...vii Bab I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pokok Masalah Batasan Masalah Metode Penelitian Sistemmatika penulisan...7 Bab II TEORI DASAR 2.1 Kopling Macam Macam Kopling Tetap Hal-hal penting tentang perencanaan kopling tetap Kopling kaku...11 Bab III CASIS DAN PEMINDAHAN TENAGA 3.1 Kopling kering plat tunggal Kemampuan pindah momen putar Kopling basah plat banyak Perhitungan gaya gesek Perhitungan kemamapuan momen putar...26 vi

7 vii Bab IV PROSES ANALISIS UNJUK KERJA (PERFORMANCE ) KOPLING 4.1 Cara kerja kopling Funsi Kopling Penstarteran mesin dan perpindahan roda gigi presneling Konstruksi kopling Cakram Gesek Kopling pegas ulir Kopling pegas diafragma Kopling cakram ganda Jenis jeis sambungan kopling Diagnosa ganguan kopling...49 Bab VI PENUTUP 5.1Kesimpulan Saran...69 DAFTAR PUSTAKA...71 LAMPIRAN...72

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemacetan berlalu lintas dengan mobil sudah terjadi di mana-mana kemacetan bukan saja terjadi di kota akan tetapi sudah sampai di pinggiran kota. Ketika terjadi di musim hujan dan banjir, maka tampak deretan panjang mobil yang bergerak merayap. Kemacetan lalu lintas sangat menggangu kenyamanan sekaligus mempercepat kerusakan komponen mobil diantaranya kopling. Kopling yang tidak bisa membebaskan putaran transmisi dari putaran mesin akan mengakibatkan setip pemindahan gigi transmisi terjadi dalam kondisi tidak mulus, bahkan bisa jadi tidak bisa pindah gigi. Kalaupun dapat bisa dipindahkan sering kali dengan tenaga ekstra sehingga menimbulkan bunyi kasar. Sama halnya dengan manusia. Komunikasi yang baik pun membutuhkan kopling atau basa-basi dalam berkomunikasi dengan orang lain, agar pembicaraan menjadi enak. Kopling di mobil sangat diperlukan ketika mobil sedang berjalan atau mesinnya hidup ditempat, tanpa kopling anda tidak bisa begitu saja menarik tuas tranmisi untuk memindahkan gigi gigi, untuk meggerakan mobil. Pasti tuas transmisi tidak bisa berpindah kedudukannya. Karena putaran mesin yang menggerakan poros harus dihentikan terlebih dahulu oleh koling. Di kota yang padat dan sering terjebak oleh kemacetan lalu lintas, mobil sering berhenti mendadak dan sering di pakainya kopling maka kopling akan menjadi boros. Maka kopling adalah komponen yang sangat penting di kendaraan yang mengunakannya kopling otomatis maupun manual maka dari itu saya tertarik untuk mengupas permasalahan yang terkandung dalam komponen kopling itu sendiri. Secara garis besar dapat dikatakan kopling mempunyai 3 bagian pokok yaitu : 1. Tutup kopling (clutc cover) 2. Plat kopling (disc cluth) 3. Mekanisme pengontrol 1

9 2 Ketiga bagian itu sendiri berbeda fungsi tetapi bekerja pada saat yang bersamaan. Begitu pedal kopling ditekan, terjadi reaksi pada tutup kopling dan plat kopling berhanti berputar. Walaupun putaran mesin tidak lagi memutar plat Gambar 1.1 Penampang sebuah kopling memperlihatkan Penghubung ke sebuah pedal kopling kopling tetap berputar akibat sisa tenaga.namun sisa putaran kopling ini mudah diberhentikan oleh ring sinkromis selanjutnya gigi dengan mudah dipindahkan. 1.2 Pokok Masalah Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk menjelaskan komponen komponen sistim kopling dan cara kerja pada mesin, cara kerja dari komponen sistim kopling dan efek terhadap mesin yang mempengaruhi hasil perpindahan daya pada kopling. Gambar 2.1 komponen-komponent kopling

10 3 1.3 Batasan Masalah Permasalahan yang akan di bahas dalam penulisan tugas akhir ini di batasi hanya masalah kopling saja tentang dan gangguan-ganguan pada kopling dan penyebab-penyebabnya. Untuk pengoprasian yang tepat dari suatu kopling secara umum dan secara khusus seperti contoh : 1. Kopling sulit terhubung : a. Penyambungan kopling tidak tepat b. Pegas tekan lemah atau patah c. Sambungan kopling macet/terjepit d. Dudukan enjin patah/rtak e. Permukaan cakram gesek aus f. Oli atau gemuk pada permukaan cakram g. Setelan tuas pelepas tidak tepat h. Cakram gesek melengkung Untuk itu semua yang akan dibahas dalam tugas akhir ini dan cara penangulangannya. 1.4 Metode Penelitian Metode penulisan dalam menyusun tugas akhir ini adalah di lakukan dengan melalui beberapa tahapan, yang di antaranya : a. Studi reverensi, dilakukan oleh penulis guna mendukung dalam penulisan serta mencari referensi data yang bersifat teoritis, penegem bangan asapek tehnologi dan lingkungan. b. Metode observasi,dilakukan dengan cara melakukan pengamatan cara kerja sistem kopling secara detail seblum melakukan perhitungan daya gesek terhadap sistim. c. Metode pengujian, dilkukan terhadap mesin secara langsung terhadap komponen tersebut. d. Diskusi dengan beberapa dosen dalam waktu-waktu tertentu sebagai tambahan reverensi terhadap pembahasan tugas akhir ini. Berdasarkan metode penelitian yang telah di jelaskan pada bagian

11 4 sebelumnya, penelitian dalam setudi kasus ini di jadualkan untuk dilaksanakan dalam kurun waktu lima bulan dan secara garis besar dibagi ke dalam lima tahap,yang meliputi : Tahap 1, yaitu persiapan penelitian dalam setudi kasus, yang mencakup aktivitas penentuan tujuan dalam penelitian,mencari landasan teori, indentifikasi variable-variabel penelitian serta indentifikasi elemen-elemen dari setiap variable penelitian setudy khasus sistim kopling tersebut. Tahap 2, yaitu setudy pendahuluan setudi pengamatan terhadap sistim kerja bagian bagian kopling cara pengoprasiannya. Tahap 3, yaitu studi kasus yang mencakup indetifikasi data yang di perlukan,indentifikasi cara pengumpulan data dan indentifikasi sampel penelitian.pada tahap ini akan dilakukan modifikasi terhadap alat yang sudah ada dan kemudian dipasang pada cut-way mesin untuk di buat simulasi. Tahap 4, yaitu aplikasi kopling dimana hasil dari kemudian di realisasikan dalam wujud benda jadi dan sekaligus perakitanya. Tahap 5,yaitu pengolahan data perancangan dan pengujian awal yang mencakup aktifitas persiapan data karakteristik obyek penelitian dan proses transfer teknologi beserta factor-faktor yang mempengaruhinya.hal ini di maksudkan unntuk mendapatkan desain rancanga dan data awal dalam pengujian alat. Tahap 6,yaitu penyusunan laporan akhir,yang mencakup aktifitas analisa dan penarikan kesimpulan dari pola disain akhir dan runnig test alat yang telah di dapat.pada tahapan ini akan di susun hasil yang telah di dapat dari penelitian sehingga bisa menghasilkan suatu laporan yang komprehensif.

12 5 Bar chart/tabel dari jadwal penelitian dapat dilihat di bawah ini : Tujuan penelitian:studi khasus sistim koplng dengan cara pengoprasian komponen Landasan teori Observasi obyek penelitaian Indentifikasi Variabelvariabel penelitian : STUDI PENDAHULUAN Identifikasi Penentuan cara kerja kopling Survay Lokasi Pabrikasi & penempatan lokasi Pabrikasi cut-way PERANCANGAN Studi Dokumentasi,oby ek penelitian :pustaka,website /internet,seminar Pemilhan rancangan Verifikasi Rancangan Perakitan alat kopling PENGUJIAN AWAL Indentifikasi komponen rancagan Kondisi Setelah Awal Pengujian Running Test Kreteria keberhasilan proses kopling KESIMPULAN Hasil Pengujian dan Kendala- Kedala Pengujian Saran Dan Perbaikan Perbaikan dan modifikasi Perhitungan tingkat keberhasilan Gambar 1.1. Metodologi Penelitian yang di terapkan

13 6 KEGIATAN feb 2008 mar2008 Apr 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Minggu ke persiapan penelitaian 2.Studi pendahuluan 3.Perancangan 4.pabrikasi pembuatan cutway 5.penyusunan laporan Tabel 1.1 Jadual penelitian

14 Sistimatika Penulisan Untuk memudahkan proses penulisan dan pembahasan perancangan ini penulis membuat sistimatika penulisan berdasarkan data yang di dapat sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan latar belakang naskah,tujuan penulisan,pembatasan masalah,metode penulisan dan sistimatika penulisan. BAB II TEORI DASAR Berisi tentang teori dasar cara kerja komponen-komponen sistim kopling yang di gunakan untuk menunjang dalam kopling pada cut-way mesin sebagai media untuk simulasi, dengan menggunakan hipotesa dan pendekatan rumus bantuan dalam penentuan komponen-komponen kopling. BAB III CASIS DAN PEMINDAHAN TENAGA Pada bab ini berisi tentang asumsi-asumsi awal yang di gunakan dan perhitungan system kopling agar bisa menentukan gesekan yang menyangkut di dalamnya pengumpulan data-data dan perhitungan berdasarkan teori-teori dan hasil-hasil yang di dapat (rekapitulasi perhitungan) BAB IV PROSES ANALISIS UNJUK KERJA (PERFORMANCE) KOPLING Pada bab ini berisi tentang analisa sistim kopling pada kendaraan, dari tahapan pemilihan komponen ( spar parts) yang akan di gunakan dalam analisis kopling) dan komponen pendukungnya serta hasil pengujian awal saat alat di simulasikan.

15 BAB II TEORI DASAR 2.1. KOPLING Kopling : adalah alat untuk menghubungkan dan memutus putaran atau tenaga ke transmisi. Kopling (clutch) terletak diantara mesin dan transmisi, seperti diperlihatkan pada fungisnya untuk menghubungkan dan melepaskan tenaga dari mesin ke transmisi melalui kerja pedal selamapengkaitan roda gigi. Demikian juga kopling dapat memindahkan tenaga secaraperlahan-lahan dari mesin ke roda-roda penggerak (drive wheel) agar gerak mulai kendaraan dapat berlangusng dengan lembut dan perpindahan roda-roda penggerak (drive wheel) agar gerak mula kendaraan dapat berlangsung dengan lembut sesuai dengan kondisi jalannya kendaraan. Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun ketidak lurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan dan getaran transmisi. Pada waktu pemasangan, sumbu kedua poros harus lurus. Rangkaian kopling : - Pelat kopling (Clutch disc) - Tutup kopling (clutch cover) - Mekanisme penggerak /pengontrol Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan gaya dari poros penggerak ke poros yang digerakan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua tersebut terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tak tetap yang dapat dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tak tetap yang dapat 8

16 9 dilepaskan dan dhibungkan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu dalam keadaan terhubung. Gambar 2.1 Ookasi di antara mesin dan transetel Persyaratan kopling Harus dapat menghubungkan transmisi dengan mesin secara lembut Pada saat menghubungkan ke transmisi harus dapat memindahkan tenaga tanpa terjadi slip. Harus dapat membebaskan hubungan dari transmisi dengan sempurna dan cepat. 2.2 Macam-macam Kopling Tetap Kopling tetap mencakup kopling kaku yang tidak mengizinkan ketidak lurusan kedua sumbu poros, kopling luwes (fleksibel) yang mengizinkan

17 10 sedikit ketidak lurusan sumbu poros, dan kopling universal yang dipergunakan bila kedua poros akan membentuk sudut yang cukup besar : (a) Kopling Kaku (1) Kopling bus (2) Kopling Flens kaku 3) kopling flens tempa (b) Kopling Luwes (1) Kopling Flens luwes (2) Kopling karet ban (3) kopling karet bintang (4) Kopling gigi (5) Kopling Rantai (c) Kopling Universal (1) Kopling Universal Hook (2) Kopling universal kecepatan tetap 2.3 Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap Dalam merencanakan suatu kopling tetap, hal-hal berikut ini menjadi pertimbangan.

18 11 1) Pemasangan yang mudah dan cepat 2) Ringkas dan ringan 3) Aman pada putaran tinggi ; getaran dan tumbukan kecil. 4) Tidak ada atau sesedikit mungkin bagian yang menjorok (menonjol). 5) Dapat mencegah pembebanan lebih. 6) Terdapat sedikit kemungkinan gerakan aksial pada poros sekiranya terjadi pemuaian karena panas, dll. 2.4 Kopling Kaku Kopling kaku di pergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Kopling felns kaku terdiri atas naf dengan flens yang trebuat dari besi cor atau baja cor, dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat dengan baut pada flensnya. Dalam beberapa hal naf dipasang pada poros dengan sambungan pres. Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun ketidak lurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan dan getaran transmisi. Pada waktu pemasangan, sumbu kedua poros harus terlebih dahulu diusahakan segaris dengan tepat sebelum baut-baut flens dikeraskan. Tata cara perencanaan di susun sebagai diagram aliran di dalam Diagram 5. Tata cara ini sudah barang tentu dapat disusun lain, yaitu secara lebih sederhana atau secara lebih terperinci. Urutannya dapat dirubah.

19 12 Mula-mula perlu diketahui besarnya daya dan putaran yang akan diteruskan poros penggerak. Jika diameter poros penggerak sudah tertentu seperti pada poros motor listrik, periksalah diameter tersebut dan ambil diameter yang sama untuk porosyang digerakan. Menurut tata cara dalam Diagram 1, periksalah sifat dari daya yang kana diteruskan, tentukan factor koreksi dan daya rencana, dan hitunglah momen rencana. Bila bahan poros ditentukan sesuai dengan standar, maka kekuatannya dapat diketahui dengan jelas. Tetapio jika bahan tersebut ditentukan sebagai baja liat misalnya, T Gambar 2.2 Ukuran Flange ( JIS B ) Tabel 2.1 menunjukan bentuk dan ukuran kopling flens kaku. G D F H D A Tanpa bingkai (Halus saja) Diameter luang max. Diameter lubang min L C B Kasar Halus Kasar Halus K n Kasar Halus

20 13 (112) (100) (180) (160) (224) (200) (280) (250) (355) (315) Keterangan : 1. Jika tidak disebutkan secara khusus, angka-angka di dalam table berlaku umum biak untuk hakus maupun untuk kasar. 2. Pemakaian angka-angka di dalam kurung sejauh mungkin dihindarkan.

21 14 Diagram aliran untuk memilih kopling tetap Maka ambilah harga kadar karbon terendah sebesar 0,2 (%) dari kadar yang dimungkinkan antara 0,2 dan 0,3 %, lalu dikalikan dengan 100 dan tambahkan

22 15 20 pada hasil perkalian tersebut untuk memperoleh harga kekuatan tarik τ B dari bahan yang bersangkutan. Selanjutnya pilih Sƒ 1 sebesar 6 atau 5,6 dan tentukan Sƒ 2 dengan memperhatikan apakah ada alur pasak atau tangga pada poros, untuk memperoleh tegangan geser yang diizinkan τ a (kg/mm 2 ). Kemudian tentukan factor koreksi K t (lihat 1.3). jika dapat memberikan momen lentur, maka ambillah factor koreksi lenturan C b = 1, dan jika nanti ada kemungkinan mengganti kopling dengan sabuk-v atau alat transmisi lain yang menimbulkan lenturan maka harga C b perlu diambil antara 1,2 hingga 2,3. diameter polos d 3 (mm) selanjutnya dapat dihitung dengan persamaan (1.6) dan ukuran yang diambil dapat diperoleh dari harga-harga dalam Tabel 1.7. Jika kopling akan dipasang pada poros dengan menggunakan pasak, tentukan diameter luar kopling sedemikian rupa hingga harga diameter poros yang diperoleh dari hitungan terletak antara harga diameter lubang maksimum dan minimum dari table 2.1. dengan demikian maka seluruh ukuran kopling dapat ditentukan. Selajutnya hanya perlu dilakukan pemeriksaan pada diameter baut serta jumlahnya, dan tebal flens. Bahan kopling dari standar yang ada mencakup SS41B untuk baut dan mur FC20, SC42, SF45, dsb untuk flens, dll (Tabel 2.2). dalam hal ini telah diambil Elemen Tipe standar Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik (kg/mm 2 ) Keterangan Flens Besi cor kelabu (JIS G 5501) FC20 FC25 FC30 Perlunakan temperatur Rendah Rendah 20 25

23 16 FC35 Rendah Baja karbon cor (JIS G 5101) SC37 SC42 SC46 SC49 Perlunakan Penormalan. Kadang-kadang setelah penormalan dilanjutkan dengan distemper. Baja karbon tempa (JIS G 3201) SF50 SF55 Perlunakan Perlakuan panas yang lain juga dilakukan. SF Baja karbon untuk konstruksi mesin (JIS G 3102) S20C S35C S40C S45C - 70 Baja Karbon Untuk Konstruksi Biasa (JIS G 3101) Baja batang difinis dingin (JIS G 3123) SS41B SS50B S20C-D S35C-D Factor-faktor keamanan yang cukup besar hingga pada umumnya ukuran yang ditentukan secara di atas akan lulus dari hampir semua pemeriksaan. Namun demikian jika ternyata masih kurang kuat, dapat diambil bahan baut yang mempunyai kadar karbon yang lebih tinggi, atau ambil bahan lain untuk flensnya.

24 17 Untuk dapat menyetel lurus kedua sumbu poros secara mudah, permukaan flens yang satu dapat dibubut ke dalamdan permukaan flens yang menjadi pasangannya dibubut menonjol sehingga dapat saling mengepas. Bagian yang perlu diperiksa adalah baut. Jika ikatan antara kedia flens dilakukan dengan buat-baut pas, dimana lubang-lubangnya dirim, maka mesikpun diusahakan ketelitian yang tinggi, distribusi tegangan geser pada semua baut tetap tidak dapat dijamin seragam. Makin banyak jumlah baut yang dipakai, makin sulit untuk menjamin keseragaman tersebut. Sebagai contoh dalam hal kopling yang mempunyai ketelitian rendah, dapat terjadi bahwa hanya satu baut saja yang menerima seluruh beban transmisi hingga dalam waktu singkat akan putus. Jika setelah baut ini putus terjadi lagi pembebanan pada satu baut, maka seluruh baut dapat mengalami hal yang sama dan putus secara bergantian. Biasanya dalam perhitungan dianggap bahwa hanya 50 (%) saja dari seluruh baut yang berjumlah n buah menerima seluruh beban secara merata. Jika jumlah baut efektif yang menaggung beban dinyatakan dengan n e maka, dengan menggunakan lambing lambing dari Diagram 5, besarnya tegangan geser pada baut dapat dihitung sbb. π 2 Τ = d n 4 bτ b e B ( kg. mm) 2 (2.1) T τ b = 2 ( kg. mm πd n B 8 2 b e ) τ b < τ ba

25 18 τ ba adalah suatu harga yang diperoleh misalnya dengan membagi kekuatan tarik 41 (kg/mm 2 ) dari bahan SS41 dengan factor keamanan Sƒ b = 6. Bagian yang mengalami konsentrasi tegangan seperti bagian ulir harus dijatuhkan dari permukaan kontak dari kopling. Dalam hal ada tumbukan, maka τ b harus dikalikan dengan factor K b yang dipilih antara 1,5 dan 3. Bagian berikutnya yang memerlukan perhatian adalah flens. Untuk kopling yang dipergunakan bagi tugas - tugas penting seperti menghubungkan turbin dengan generator, pakailah baja tempa untuk menghindari adanya bagian yang keropok. Untuk pemakaian lain umumnya dipakai besi cor, dan jika dikehendaki bahan yang agak lebih kuat dapat dipakai baja cor. Karena bagian yang keropok peka terhadap tumbukan, maka factor koreksi K f harus diambil sebesar 2 atau 3 dan dikalikan pada τ F. Dengan memakai lambing-lambang dalam Diagram 5, rumus perencanaanya adalah : T = π CF τ F C 2 Maka λ F 2T = 2 πc F λ F < λ fa

26 19 Jika baut pas dipakai [penyelesaian] 1) p = 65 (PS) = 0, = 47,78(kW), n 1 = 180 (rpm) 2) f c = 1,2 3) p d = 1,2 47,78 = 57,34(kW) 4) T = 9, ,34/180 = 3, (kg. mm) 5) dengan mengambil kadar karbon untuk baja liat sebesar 0,20 (%), maka kekuatan tariknya σ b adalah σ B = 0, = 40 (kg/mm 2 ) sf 1 = 6,0, sf 2 = 2,0 6) τ sa = 40/(6,0 2,0) = 3,33 (kg/mm 2 ) 7) K t = 2,0 C b = 1,0 8) d s = 5,1 3,33 1/ 3 5 2,0 1,0 3,10 10 = 98,2(mm) 100 (mm) 9) dari table 2.1, A = 355 (mm),b = 260 (mm), C = 180 (mm),l = 125 (mm) a = 25 (mm), n = 8 10) ε = 0,5, n e = 0,5 8 = , ) τ b = = 1,21 (kg/mm 2 ) 2 π

27 20 12) dengan bahan baut SS41B, σ b = 41 (kg/mm 2 ) factor keamanan sf b = 6, factor koreksi K b = 3,0 13) τ b 13) τ ba = 41/(6 3) = 2,28 (kg/mm 2 ) 14) 1,21 < 2,28, baik 15) bahan flens FC20, F = 35,5 (mm), σ b = 17 (kg/mm 2 ), sf F = 6, factor koreksi K F = 3 16) τ Fa = 17/(6 3) = 0,94 (kg/mm 2 ) 5 2 3, ) τ F = = 0, 17 2 π ,5 (kg/mm 2 ) 18) 3,0 0,17 = 0,51 < 0,94 (kg/mm 2 ),baik 19) diameter luar kopling A = 35 (mm) kopling standar d s = 100 (mm), Baut : M25 x 8 (pcs) Bahan baut : SS41. Bahan flens : FC20 Ujung poros mesin yang digerakkan sering kali pendek dari pada panjang naf.

28 21 Kopling standar. Dalam hal demikian ukuran kopling standar harus dirubah. Disini perlu diperhatikan bahwa pasak juga akan menjadi lebih pendek. Di dalam JIS B1451, diameter luar maksimum kopling standar adalah 355 (mm). jika suatu poros harus dibuat lebih besar dari yang diperlukan, maka kopling perlu direncanakan tersendiri. Untuk melakukan perencanaan tersebut, pengetahuan dasar dan tata cara standar seperti yang diuraikan diatas tetap dapat dipergunakan.

29 BAB II TEORI DASAR 2.1. KOPLING Kopling : adalah alat untuk menghubungkan dan memutus putaran atau tenaga ke transmisi. Kopling (clutch) terletak diantara mesin dan transmisi, seperti diperlihatkan pada fungisnya untuk menghubungkan dan melepaskan tenaga dari mesin ke transmisi melalui kerja pedal selamapengkaitan roda gigi. Demikian juga kopling dapat memindahkan tenaga secaraperlahan-lahan dari mesin ke roda-roda penggerak (drive wheel) agar gerak mulai kendaraan dapat berlangusng dengan lembut dan perpindahan roda-roda penggerak (drive wheel) agar gerak mula kendaraan dapat berlangsung dengan lembut sesuai dengan kondisi jalannya kendaraan. Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun ketidak lurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan dan getaran transmisi. Pada waktu pemasangan, sumbu kedua poros harus lurus. Rangkaian kopling : - Pelat kopling (Clutch disc) - Tutup kopling (clutch cover) - Mekanisme penggerak /pengontrol Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan gaya dari poros penggerak ke poros yang digerakan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua tersebut terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tak tetap yang dapat dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tak tetap yang dapat 8

30 9 dilepaskan dan dhibungkan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu dalam keadaan terhubung. Gambar 2.1 Ookasi di antara mesin dan transetel Persyaratan kopling Harus dapat menghubungkan transmisi dengan mesin secara lembut Pada saat menghubungkan ke transmisi harus dapat memindahkan tenaga tanpa terjadi slip. Harus dapat membebaskan hubungan dari transmisi dengan sempurna dan cepat. 2.2 Macam-macam Kopling Tetap Kopling tetap mencakup kopling kaku yang tidak mengizinkan ketidak lurusan kedua sumbu poros, kopling luwes (fleksibel) yang mengizinkan

31 10 sedikit ketidak lurusan sumbu poros, dan kopling universal yang dipergunakan bila kedua poros akan membentuk sudut yang cukup besar : (a) Kopling Kaku (1) Kopling bus (2) Kopling Flens kaku 3) kopling flens tempa (b) Kopling Luwes (1) Kopling Flens luwes (2) Kopling karet ban (3) kopling karet bintang (4) Kopling gigi (5) Kopling Rantai (c) Kopling Universal (1) Kopling Universal Hook (2) Kopling universal kecepatan tetap 2.3 Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap Dalam merencanakan suatu kopling tetap, hal-hal berikut ini menjadi pertimbangan.

32 11 1) Pemasangan yang mudah dan cepat 2) Ringkas dan ringan 3) Aman pada putaran tinggi ; getaran dan tumbukan kecil. 4) Tidak ada atau sesedikit mungkin bagian yang menjorok (menonjol). 5) Dapat mencegah pembebanan lebih. 6) Terdapat sedikit kemungkinan gerakan aksial pada poros sekiranya terjadi pemuaian karena panas, dll. 2.4 Kopling Kaku Kopling kaku di pergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Kopling felns kaku terdiri atas naf dengan flens yang trebuat dari besi cor atau baja cor, dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat dengan baut pada flensnya. Dalam beberapa hal naf dipasang pada poros dengan sambungan pres. Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun ketidak lurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan dan getaran transmisi. Pada waktu pemasangan, sumbu kedua poros harus terlebih dahulu diusahakan segaris dengan tepat sebelum baut-baut flens dikeraskan. Tata cara perencanaan di susun sebagai diagram aliran di dalam Diagram 5. Tata cara ini sudah barang tentu dapat disusun lain, yaitu secara lebih sederhana atau secara lebih terperinci. Urutannya dapat dirubah.

33 12 Mula-mula perlu diketahui besarnya daya dan putaran yang akan diteruskan poros penggerak. Jika diameter poros penggerak sudah tertentu seperti pada poros motor listrik, periksalah diameter tersebut dan ambil diameter yang sama untuk porosyang digerakan. Menurut tata cara dalam Diagram 1, periksalah sifat dari daya yang kana diteruskan, tentukan factor koreksi dan daya rencana, dan hitunglah momen rencana. Bila bahan poros ditentukan sesuai dengan standar, maka kekuatannya dapat diketahui dengan jelas. Tetapio jika bahan tersebut ditentukan sebagai baja liat misalnya, T Gambar 2.2 Ukuran Flange ( JIS B ) Tabel 2.1 menunjukan bentuk dan ukuran kopling flens kaku. G D F H D A Tanpa bingkai (Halus saja) Diameter luang max. Diameter lubang min L C B Kasar Halus Kasar Halus K n Kasar Halus

34 13 (112) (100) (180) (160) (224) (200) (280) (250) (355) (315) Keterangan : 1. Jika tidak disebutkan secara khusus, angka-angka di dalam table berlaku umum biak untuk hakus maupun untuk kasar. 2. Pemakaian angka-angka di dalam kurung sejauh mungkin dihindarkan.

35 14 Diagram aliran untuk memilih kopling tetap Maka ambilah harga kadar karbon terendah sebesar 0,2 (%) dari kadar yang dimungkinkan antara 0,2 dan 0,3 %, lalu dikalikan dengan 100 dan tambahkan

36 15 20 pada hasil perkalian tersebut untuk memperoleh harga kekuatan tarik τ B dari bahan yang bersangkutan. Selanjutnya pilih Sƒ 1 sebesar 6 atau 5,6 dan tentukan Sƒ 2 dengan memperhatikan apakah ada alur pasak atau tangga pada poros, untuk memperoleh tegangan geser yang diizinkan τ a (kg/mm 2 ). Kemudian tentukan factor koreksi K t (lihat 1.3). jika dapat memberikan momen lentur, maka ambillah factor koreksi lenturan C b = 1, dan jika nanti ada kemungkinan mengganti kopling dengan sabuk-v atau alat transmisi lain yang menimbulkan lenturan maka harga C b perlu diambil antara 1,2 hingga 2,3. diameter polos d 3 (mm) selanjutnya dapat dihitung dengan persamaan (1.6) dan ukuran yang diambil dapat diperoleh dari harga-harga dalam Tabel 1.7. Jika kopling akan dipasang pada poros dengan menggunakan pasak, tentukan diameter luar kopling sedemikian rupa hingga harga diameter poros yang diperoleh dari hitungan terletak antara harga diameter lubang maksimum dan minimum dari table 2.1. dengan demikian maka seluruh ukuran kopling dapat ditentukan. Selajutnya hanya perlu dilakukan pemeriksaan pada diameter baut serta jumlahnya, dan tebal flens. Bahan kopling dari standar yang ada mencakup SS41B untuk baut dan mur FC20, SC42, SF45, dsb untuk flens, dll (Tabel 2.2). dalam hal ini telah diambil Elemen Tipe standar Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik (kg/mm 2 ) Keterangan Flens Besi cor kelabu (JIS G 5501) FC20 FC25 FC30 Perlunakan temperatur Rendah Rendah 20 25

37 16 FC35 Rendah Baja karbon cor (JIS G 5101) SC37 SC42 SC46 SC49 Perlunakan Penormalan. Kadang-kadang setelah penormalan dilanjutkan dengan distemper. Baja karbon tempa (JIS G 3201) SF50 SF55 Perlunakan Perlakuan panas yang lain juga dilakukan. SF Baja karbon untuk konstruksi mesin (JIS G 3102) S20C S35C S40C S45C - 70 Baja Karbon Untuk Konstruksi Biasa (JIS G 3101) Baja batang difinis dingin (JIS G 3123) SS41B SS50B S20C-D S35C-D Factor-faktor keamanan yang cukup besar hingga pada umumnya ukuran yang ditentukan secara di atas akan lulus dari hampir semua pemeriksaan. Namun demikian jika ternyata masih kurang kuat, dapat diambil bahan baut yang mempunyai kadar karbon yang lebih tinggi, atau ambil bahan lain untuk flensnya.

38 17 Untuk dapat menyetel lurus kedua sumbu poros secara mudah, permukaan flens yang satu dapat dibubut ke dalamdan permukaan flens yang menjadi pasangannya dibubut menonjol sehingga dapat saling mengepas. Bagian yang perlu diperiksa adalah baut. Jika ikatan antara kedia flens dilakukan dengan buat-baut pas, dimana lubang-lubangnya dirim, maka mesikpun diusahakan ketelitian yang tinggi, distribusi tegangan geser pada semua baut tetap tidak dapat dijamin seragam. Makin banyak jumlah baut yang dipakai, makin sulit untuk menjamin keseragaman tersebut. Sebagai contoh dalam hal kopling yang mempunyai ketelitian rendah, dapat terjadi bahwa hanya satu baut saja yang menerima seluruh beban transmisi hingga dalam waktu singkat akan putus. Jika setelah baut ini putus terjadi lagi pembebanan pada satu baut, maka seluruh baut dapat mengalami hal yang sama dan putus secara bergantian. Biasanya dalam perhitungan dianggap bahwa hanya 50 (%) saja dari seluruh baut yang berjumlah n buah menerima seluruh beban secara merata. Jika jumlah baut efektif yang menaggung beban dinyatakan dengan n e maka, dengan menggunakan lambing lambing dari Diagram 5, besarnya tegangan geser pada baut dapat dihitung sbb. π 2 Τ = d n 4 bτ b e B ( kg. mm) 2 (2.1) T τ b = 2 ( kg. mm πd n B 8 2 b e ) τ b < τ ba

39 18 τ ba adalah suatu harga yang diperoleh misalnya dengan membagi kekuatan tarik 41 (kg/mm 2 ) dari bahan SS41 dengan factor keamanan Sƒ b = 6. Bagian yang mengalami konsentrasi tegangan seperti bagian ulir harus dijatuhkan dari permukaan kontak dari kopling. Dalam hal ada tumbukan, maka τ b harus dikalikan dengan factor K b yang dipilih antara 1,5 dan 3. Bagian berikutnya yang memerlukan perhatian adalah flens. Untuk kopling yang dipergunakan bagi tugas - tugas penting seperti menghubungkan turbin dengan generator, pakailah baja tempa untuk menghindari adanya bagian yang keropok. Untuk pemakaian lain umumnya dipakai besi cor, dan jika dikehendaki bahan yang agak lebih kuat dapat dipakai baja cor. Karena bagian yang keropok peka terhadap tumbukan, maka factor koreksi K f harus diambil sebesar 2 atau 3 dan dikalikan pada τ F. Dengan memakai lambing-lambang dalam Diagram 5, rumus perencanaanya adalah : T = π CF τ F C 2 Maka λ F 2T = 2 πc F λ F < λ fa

40 19 Jika baut pas dipakai [penyelesaian] 1) p = 65 (PS) = 0, = 47,78(kW), n 1 = 180 (rpm) 2) f c = 1,2 3) p d = 1,2 47,78 = 57,34(kW) 4) T = 9, ,34/180 = 3, (kg. mm) 5) dengan mengambil kadar karbon untuk baja liat sebesar 0,20 (%), maka kekuatan tariknya σ b adalah σ B = 0, = 40 (kg/mm 2 ) sf 1 = 6,0, sf 2 = 2,0 6) τ sa = 40/(6,0 2,0) = 3,33 (kg/mm 2 ) 7) K t = 2,0 C b = 1,0 8) d s = 5,1 3,33 1/ 3 5 2,0 1,0 3,10 10 = 98,2(mm) 100 (mm) 9) dari table 2.1, A = 355 (mm),b = 260 (mm), C = 180 (mm),l = 125 (mm) a = 25 (mm), n = 8 10) ε = 0,5, n e = 0,5 8 = , ) τ b = = 1,21 (kg/mm 2 ) 2 π

41 20 12) dengan bahan baut SS41B, σ b = 41 (kg/mm 2 ) factor keamanan sf b = 6, factor koreksi K b = 3,0 13) τ b 13) τ ba = 41/(6 3) = 2,28 (kg/mm 2 ) 14) 1,21 < 2,28, baik 15) bahan flens FC20, F = 35,5 (mm), σ b = 17 (kg/mm 2 ), sf F = 6, factor koreksi K F = 3 16) τ Fa = 17/(6 3) = 0,94 (kg/mm 2 ) 5 2 3, ) τ F = = 0, 17 2 π ,5 (kg/mm 2 ) 18) 3,0 0,17 = 0,51 < 0,94 (kg/mm 2 ),baik 19) diameter luar kopling A = 35 (mm) kopling standar d s = 100 (mm), Baut : M25 x 8 (pcs) Bahan baut : SS41. Bahan flens : FC20 Ujung poros mesin yang digerakkan sering kali pendek dari pada panjang naf.

42 21 Kopling standar. Dalam hal demikian ukuran kopling standar harus dirubah. Disini perlu diperhatikan bahwa pasak juga akan menjadi lebih pendek. Di dalam JIS B1451, diameter luar maksimum kopling standar adalah 355 (mm). jika suatu poros harus dibuat lebih besar dari yang diperlukan, maka kopling perlu direncanakan tersendiri. Untuk melakukan perencanaan tersebut, pengetahuan dasar dan tata cara standar seperti yang diuraikan diatas tetap dapat dipergunakan.

43 BAB III CASIS DAN PEMINDAHAN TENAGA 3.1 Kopling Kering Plat Tunggal 1.1. Gaya Gesek Kopling Gambar FBD 3.1 cara berputarnya kopling dan plat kopling Gaya reaksi sama besar dengan gaya tekan Kedua penampang plat kopling menerima gaya tekan Nilai gesek antara kanvas dan permukaan gesek 0,25 Luas penampang kanvas tidak mempengaruhi gaya gesek Perhitungan gaya gesek Fμ = Gaya gesek F μ = Ft μ i Ft = Gaya tekan μ = Nilai gesek i = Jumlah penampang gesek Contoh : Gaya gesek pada sebuah kopling plat tunggal adalah 1 kn, μ = 0,25 Hitunglah gaya tekan Fr 1000 Ft = = = 2000 μ i 0,25 2 N 22

44 Kemampuan Pindah Momen Putar Ft = Gaya tekan Ft = Gaya reaksi F R = Gaya lingkaran R = Radius tengah kanvas Gambar FBD 3.2 momen punter Gaya lingkaran sama dengan gaya gesek F R = Fμ Momen putar adalah perkalian gaya lingkaran dan radiusnya M = F R R Contoh hitungan Seperti kopling contoh terakhir, radius tengah kanvas adalah 15 cm. Berapa kemampuan pindah momen putar oleh kopling? M = F R R = ,15 = 150 Nm Contoh : Momen putar motor * Kijang ( 1500 cc ) 120 Nm Hardtop ( 4200 cc ) 250 Nm

45 R = = = 14 R Gambar 3.3 gaya gesek dan momen putar kopling maksimum Hitunglah gaya gesek dan momen putar kopling maksimum! Penyelesaian Fμ = Ft μ i = 1500 N 0,3 2 = 900 N M = F R R fr = fμ R = = = 14 Cm = 0, 14 M 2x2 4 = 900 0,14 = 126 Nm

46 Kopling Basah Plat Banyak -Gaya Gesek Kopling Gambar 3.4 kopling plat banyak Seluruh penampang plat kopling mendapat tekanan Nilai gesek kanvas ( kena oli ) 0, Perhitungan gaya gesek F μ = Ft μ i Fμ = Gaya gesek Ft = Gaya tekan μ = Nilai gesek i = Jumlah penampang gesek Contoh : Gaya gesek pada sebuah kopling basah 0,5 kn, nilai gesek kanvas Basah = 0,15 jumlah plat kopling 4 buah.

47 26 Fμ Ft = = = = 416, 6N μ i 0,15 8 1,2 3.5 Perhitungan Kemampuan Pindah momen Putar F R = gaya lingkaran R = Radius kanvas tengah M = Momen Putar Gaya lingkaran sama dengan gaya gesek F R = Fμ Contoh hitungan : Seperti kopling diatas, hitunglah radius tengah kanvas jika momen putar maksimum yang dapat dipindahkan 30 Nm F M = M R = F R R x R 30 = 500 = 0,06 M = 6 Cm Contoh Perhitungan : Hitunglah nilai gesek antara kanvas dan plat gesek bila gaya gesek ( Fπ ) = 600 N dan gaya tekan ( Ft ) =750 N Hitunglah besar momen putar maksimum yang dapat dipindahkan jika diameter tengah kanvas 140 mm Penyelesaian : μ = Fμ Ft i 600 = = = 0,1 M = Fr R = 600 0,07 = 42Nm

48 BAB IV PROSES ANALISIS UNJUK KERJA (PERFORMANCE) KOPLING 4.1 Cara Kerja Kopling Penggerak tenaga atau daya pada otomotif, membawa daya dari mesin ke roda-roda penggerak. Dalam sebuah kendaraan yang menggunakan transmisi manual, daya tersebut mengalir melalui sebuah kopling (Gbr. 3.1 dan 3.2). Berarti ini berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan transmisi atau transaksel manual dengan enjin. Kopling biasanya dioperasikan melalui kaki pengemudi. Dari beberapa jenis kopling terdapat suatu alat Bantu daya untuk mengurangi tenaga pengemudi. Berbagai peranti elektronik juga digunakan dalam kopling yang digerakkan secara otomatik.. Gambar 4.1 Lokasi kopling di antara mesin dan transaksel 27

49 28 Kopling ditempatkan di antara roda gaya mesin dan transmisi atau transaksel. Gambar 4-2 memperlihatkan lokasi kopling pada sebuah kendaraan berpenggerak roda depan. Mesin ini dipasang secara memanjang (membujur). Sedangkan gambar 4-3 memperlihatkan lokasi kopling pada sebuah mobil berpenggerak roda depan yang dipasang secara melintang. Tata letak kopling pada sebuah mobil dengan mesin di depan yang menggerakkan roda belakang diperlihatkan pada gambar 4-2. Gambar. 4.2 mesin membujur berpenggerak roda depan, memperlihatkan kopling dan transmisi manual lima kecepatan

50 29 Gbr. 4.3 Dengan menginjak pedal kaki atau pedal kopling maka kopling tersebut akan bekerja Dengan menggerakkan pedal kaki maka kopling tersebut akan bekerja (Gambar 4-3 dan.-4). Pada saat pengemudi menginjak pedal kopling ke bawah, kopling tersebut akan terlepas atau terpisah dari roda gayaenjin. Dengan demikian tidak ada daya enjin yang dapat mengalir menuju transmisi atau transaksel. Ketika pengemudi melepas pedal kopling, maka kopling tersebut akan melekat atau terhubung. Hal ini akan mengakibatkan daya dari mesin dapat mengalir melewatinya. 4.2 Fungsi Kopling Kopling memiliki empat fungsi, yaitu : a) Ketika kopling tersebut dilepas (pedal kopling ke bawah/di injak), hal ini menjadikan enjin dapat berputar secara bebas tanpa menghantarkan daya menuju transmisi. b) Ketika kopling dilepas ( pedal kopling ke bawah/diinjak), hal ini menyebabkan pengemudi dapat memindahkan/mengoper persneling tranmisi ke dalam berbagai kecepatan rodagigi. Dengan demikian pengemudi tersebut dapat memilih roda gigi perseneling sesuai

51 30 dengan kondisi kerja kendaraan tersebut (pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, mundur atau netral). c) Saat terhubung ( pedal kopling dalam keadaan bergerak naik), kopling akan selip sesaat. Hal ini menyebabkan terjadi keterhubungan yang lembut dan tidak menimbulkan goncangan dalam rodagigirodagigi, poros dan bagian-bagian bergerak lainnya. Sesaat setelah enjin tersebut menghasilkan torsi yang cukup untuk mengatasi inersia kendaraan, maka roda penggerak akan berputar sehingga kendaraan tersebut mulai melaju. d) Selama terhubung (pedal kopling sudah terangkat), kopling memindahkan daya dari mesin ke transmisi. Keselipan yang terjadi pada kopling sudah hilang. 4.3 Penstarteran mesin dan Perpindahan Roda gigi Presneling Mesin otomotif tidak dapat bergerak apabila terdapat beban. Untuk mengeluarkan beban, tempatkan tuas perseneling rodagigi atau tuas pemindah transmisi (Gbr. 1-4) dalam posisi netral atau kopling dalam keadaan terlepas (Gbr. 1-5A). Kedua tindakan tersebut akan melepaskan rodagaya dari transmisinya. Dengan demikian tidak ada daya yang dipindahkan melaluinya. Sebuah mesin otomotif secara normal dapat dihidupkan apabila engkol diputarpada putaran 200rpm (revolusi per menit) atau lebih. Setelah mesin tersebut hidup dan dengankeadaan pedal kopling diturunkan (diinjak), pengemudi menggerakkan tuas perseneling rodagigi dari posisi netral ke gigi pertama. Sesaat setelah pengemudi melepaskan pedal kopling, gaya pegas mengalir melalui transmisi menuju roda penggerak dan dengan demikian kendaraan tersebut dapat bergerak. Untuk meningkatkan kecepatan kendaraan, selanjutnya pengemudi membebaskan kopling kembali dan memindahkan perseneling pada roda gigi yang lebih tinggi.

52 31 Gambar 4-4 dan gambar 4-5 Cara kerja kopling. (A) pada saat pedal kopling ditekan ke bawah/diinjak, kopling tersebut terbebas sehingga daya tidak mengalir melalui transmisi. (B) Ketika pedal kopling tersebut dilepas, kopling akan terhubung, memindahkan daya dari rodagaya poros engkol menuju transmisi. 4.4 Konstruksi Kopling Bentuk kopling terdiri dari tiga bagian utama (gambar 4.4 A dan B). Bagian-bagian tersebut terdiri dari rodagaya mesin, sebuah cakram gesek,dan sebuah pelat tekan. Rodagaya dan pelat tekan menggerakkan atau bagian yang bergerak. Keduanya berkaitan dan berputar dengan poros engkol enjin. (Gambar 4-5 dan 4-6).

53 32 Gambar 4-6 Tiga bagian utama pada sebuah kopling, yaitu roda gaya, pelat tekan, dan cakram gesek Cakram gesek merupakan bagian yang digerakkan (juga dinamakan pelat yang digerakkan atau cakram yang digerakkan). Dengan ukuran diameter sekitar 305 mm atau kurang dan berputar bersama-sama dengan poros kopling atau poros input transmisi (Gambar 4-7 dan 4-8). Keduanya harus berputar bersama-sama, akan tetapi cakram gesek dapat meluncur maju mundur melalui poros bintang. Pelat tekan, dengan adanya pegas yang jumlahnya satu atau lebih disatukan dnegan penutup kopling (Gambar 4-7). Rakitan pelat tekan ini akan diikat dengan menggunakan baut terhadap roda gaya dan berputar bersama-sama dengannya. Gaya pegas tersebut menyebabkan cakram tekanan menekan rodagaya selama kopling tersebut dalam keadaan terhubung. Poros input transmisi memiliki garis sumbu yang sama dengan poros engkol mesin (Gambar. 4-7). Ujung kecil pada poros input tersebut yang dinamakan bantalan pilot atau bos masuk pada ujung poros engkol. Bantalan depan transmisi atau bantalan poros input transmisi menumpu ujung satunya lagi dari poros input tersebut.

54 33 Gambar 4-7 Kopling pegas ulir, sebagian dipotong untuk memperlihatkan konstruksi bagian dalamya Gambar 4-8 Rakitan kopling di antara mesin dan transmisi. Pada poros input transmisi tersebut memiliki garis sumber yang sama denganporos engkol mesin.

55 34 Pelepasan kopling (dengan menekan pedal kopling ke bawah/menginjak), akan menggerakkan pelat tekan untuk menjauhi cakram gesek. Kemudian apabila pedal kopling dilepas (tidak diinjak lagi), akan mengakibatkan koplingnya terhubung. Gaya pegas akan menjepit cakram gesek di antara pelat tekandan rodagaya. Selanjutnya cakram gesek dan poros input transmisi berputar bersama-sama dengan rodagaya. Beberapa jenis kopling, ketika pengemudi menginjak pedal kopling (Gambar 4-9), penghubung pada garpu kopling mengakibatkan terjadi pergerakkan melalui sumbu putarnya (pivot). Dorongan garpu mendesak bantalan pelepas atau bantalan pembebas (Gambar 4-7 dan 1-9). Gaya ini akan mengakibatkan bantalan pelepas masuk ke dalam melawan jari-jari pelepas atau tuas-tuas (akan dibahas secara terpisah) di dalam rakitan pelat tekan. Melalui pivot tersebut akan mengakibatkan terjadi dorongan pada pelat tekan untuk menjauh dari cakram gesek. Gambar 4-9 Penampang potong sebuah kopling memperlihatkan penghubung

56 35 Sesaat setelah pelat tekan bergerak menjauh dari cakram gesek, suatu celah yang sempit terbuka di antara pelat tekan dan cakram gesek (Gambar 4-9). Celah sempit lainnya terjadi jug adi antara cakram gesek dan rodagaya. Celah tersebut akan membebaskan kopling sedemikian sehingga tidak ada daya yang mengalir melauinya. Pergerakkan cakram gesek tersebut sekira 1,5 mm mulai dari terhubung hingga terlepas. 4.5 Cakram Gesek Gambar 1-6 dan 1-10 memperlihatkan cakram gesek. Di sini terdapat sebuah gub dan pelat, pegas bantalan, dan pegas peredam. Pegas bantalan yang sedikit bergelombang ditempatkan pada pelatnya. Sedangkan permukaan gesek ditempatkan dalam pegas bantalan tersebut. Ketika kopling tersebut terhubung, pegas bantalan tersebut akan menekan secara perlahan untuk meredam goncangan saat terjadi hubungan. Pegas peredam atau pegas torsi yang berbentuk pegas ulir dipasang di sekeliling hub. Hub tersebut digerakkan melalui pegaspegas. Hal ini akan membantu mengurangi getaran torsi yang ditimbulkan oleh impuls daya mesin. Dengan demikian akan melembutkan aliran daya yang menuju transmisi. Gambar 4-10 Cakram gesek, atau cakram kopling. Permukaan dan cincin penggerak telah dipotong untuk memperlihatkan pegas-pegasnya.

57 36 Permukaan beberapa jenis cakram gesek terbuat dari katun dan serat asbes yang dianyam atau dicetak bersama-sama. Selanjutnya bahan-bahan tersebut disatukan dengan menggunakan resin atau bahan pengikat lainnya. Ada beberapa jenis cakram gesek yang menggunakan kawat tembaga yang dianyam atau disisipkan (dipres) ke dalam permukaannya untu menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi. Namun demikian, karena asbes dapat membayakan kesehatan, maka sekarang sudah banyak yang diganti dengan bahan-bahan lainnya. Ada juga beberapa jenis cakram gesek yang permukaannya menggunakan keramik logam. 4.6 Kopling Pegas Ulir Gaya jepit ada rakitan pelat tekan dihasilkan melalui pegas diafragma tunggal atau melalui beberapa pegas ulir. Dalam hal ini suatu setelan di sekeliling antara penutup dan pelat tekan (Gambar 4-8 dan 4-11). Dengan melakukan penginjakan pedal kopling akan memberikan gaya sedemikian sehingga bantalan pelepas akan mendesak tuas pelepas. Ketiganya diperlihatkan dalam Gambar-11. Sumbu putar (pivot) berada di baut mata. Penopang selanjutnya membawa gereakan menuju pelat tekan. Hal ini akan menyebabkan terjadi gerakan yang menjauhi cakram gesek 9 Gambar 4-8 dan 4-9), menekan pegas dan melawan penutup kopling. Dengan demikian kopling tersebut akan terlepas. Dengan melepas pedal kopling akan mengakibatkan pegas ulir tersebut memanjang, sehingga akan menjepit cakram gesek kembali di antara pelat tekan dan rodagaya. Dengan demikian kopling akan terhubung kembali (Gambar 4-4 dan gambar 4-5).

58 37 Gbr Pembongkaran kopling pegas ulir. (Chrysler Corporation) Pegas ulir harus cukup kuat untuk mencegah agar kopling tersebut tidak terjadi keselipan. Namun demikian, apabila pegas tersebut sangat kuat akan menyebabkan pengemudi harus menginjak pedal kopling secara keras. Untuk mengatasi hal ini, salah satu penyelesaiannya adalah dengan menggunakan kopling semi sentrifugal (Gambar 4-9). Kopling jenis ini terdapta pemberat pada ujung tuas pelepasnya. Ketika kecepatannya ditingkatkan, gaya sentrifugal akan mengakibatkan pemberat menambahkan gaya terhadap pegas. (Gambar 4-11) memperlihatkan jenis lain dari kopling semi sentrifugal. Saat kecepatannya ditingkatkan, peluncur bergerak keluar untuk menaikkan gaya jepit terhadap cakram geseknya. 4.7 Kopling Pegas Diafragma Kopling pegas diafragma (Gambar 4-1 dan 4-12) kebanyakan digunakan dalam transaksel manual dan beberapa kendaraan berpenggerak roda belakang. Sebuah pegas Belleville atau pegas diafragma (Gambar 4-13A )memberikan daya melalui cakram gesek untuk menekan rodagaya. Pada pegas tersebut terdapat jari-jari yang mengerucut menuju bagian dalam dari sebuah gelang padat. Pegas

59 38 diafragma bekerja seperti halnya tuas pelepas untuk menghasilkan gaya pegas saat kopling dibebaskan. Diafragma bekerja sebagaimana halnya menekan tutup sebuah kaleng oli. Setelah didorong ke dalam, diafragma tersebut akan memegas kembali apabila gaya yang dikenakan terhadapnya dilepas. Gambar 4-13 memperlihatkan kopling dalam keadaan terhubung. Saat pengemudi menhinjak pedal kopling, bantalan pelepas terdorong mendesak jari-jari pada pegas diafragma. Hal ini mengakibatkan diafragma melalui pivot yang ad adi sekitar gelang pivot baagian dalam dan piringan ke dalam. Pada saat yang sama, bagian luarnnya bergerak pada arah yang berlawanan dan mendorong pelat tekan menjauh dari cakram gesek. Hal yang demikian akan menyebabkan kopling tersebut terbebas (Gambar 4-13). Gaya pegas yang dihasilkan bervariari tergantung ukuran dan ketebalan dari pegas diafragma tersebut. Ada beberapa mobil menggunakan kopling tarik pegas diafragma (Gamabr 4-14). Dalam bantalan pelepasnya terdapat flens yang ditumpangkan pada permukaan dalam jari-jari pegas diafragma. Penginjakan pedal kopling menyebabkan garpunya menarik bantalan pelepas dan jari-jari untuk keluar. Hal ini akan menarik pelat tekan menjauh dari cakram gesek sehingga membebaskan kopling.

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap

3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap BAB III KOPLING TETAP Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), di mana sumbu

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

KOPLING. Gb. 1 komponen utama kopling

KOPLING. Gb. 1 komponen utama kopling KOPLING Kopling adalah suatu mekanisme yang dirancang mampu menghubungkan dan melepas/memutuskan perpindahan tenaga dari suatu benda yang berputar kebenda lainnya. Pada bidang otomotif,kopling digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros penggerak ke poros yang digerakkan degan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kopling Kopling adalah satu bagian yang mutlak di perlukan pada kendaraan di mana penggerak utamanya di peroleh dari hasil pembakaran di dalam silinder mesin. Sumber :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

POROS dengan BEBAN PUNTIR

POROS dengan BEBAN PUNTIR POROS dengan BEBAN PUNTIR jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros, maka kemungkinan adanya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder,

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder, BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder, ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil penampang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco G16ADP 2 langkah 160cc Dari pembongkaran yang dilkukan didapat spesifikasi komponen kopling kering mekanis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Strata Satu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

MESIN PERAJANG SINGKONG

MESIN PERAJANG SINGKONG PROPOSAL MERENCANA MESIN MESIN PERAJANG SINGKONG Diajukan oleh : 1. Aan Setiawan ( 04033088 ) 2. Muhammad Wibowo ( 04033146 ) 3. Wisnu Kusuma Wardhani ( 04033159 ) 4. Andi Mardiyansah ( 04033160 ) kepada

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Spesifikasi New Mazda 2 Dari data yang diperoleh di lapangan (pada brosur), mobil New Mazda 2 memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya Maksimum (N) : 103 PS 2. Putaran

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

Pembuatan Trainer Cutting Kopling Hidraulis Mobil Toyota Kijang KF 40

Pembuatan Trainer Cutting Kopling Hidraulis Mobil Toyota Kijang KF 40 Pembuatan Trainer Cutting Kopling Hidraulis Mobil Toyota Kijang KF 40 Kusnadi D-III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal ABSTRAK Kendaraan bermotor berjalan dengan normal jika salah satu syaratnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tugas Elemen Mesin adalah salah satu kurikulum jurusan teknik mesin Institut Teknologi Medan. Tugas ini adalah untuk merancang sebuah kopling. Pada pergerakan mesin

Lebih terperinci

PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM TRANSMISI MANUAL

PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM TRANSMISI MANUAL SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM TRANSMISI MANUAL 48 PRAKTEK PERAWATAN DAN PERBAIKAN TRANSMISI MANUAL 1. Gambar Komponen Transmisi Manual. 2.

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600 LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600 Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada pembuatan rancang bangun kendaraan mobil mini ini kami menggunakan engine (mesin) suzuki smash 4 tak 110 cc dengan bahan bakar bensin dengan kemampuan ankut 50 150 kg. Dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING 7 PENDAHULUAN SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN). Pemindah tenaga (Power Train) adalah sejumlah mekanisme

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK PROS ID I NG 0 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

Fungsi Utama Rem: Menghentikan putaran poros Mengatur Putaran Poros Mencegah Putaran yang tak dikehendaki. Fungsi rem selanjutnya?

Fungsi Utama Rem: Menghentikan putaran poros Mengatur Putaran Poros Mencegah Putaran yang tak dikehendaki. Fungsi rem selanjutnya? Fungsi Utama Rem: Menghentikan putaran poros Mengatur Putaran Poros Mencegah Putaran yang tak dikehendaki Fungsi rem selanjutnya? Cara Kerja Rem Rem:: 1. Secara Mekanis : dengan gesekan 2. Secara Listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Skuter Skuter adalah kendaraan roda 2 yang diameter rodanya tidak lebih dari 16 inchi dan memiliki mesin yang berada di bawah jok. Skuter memiliki ciri - ciri rangka sepeda

Lebih terperinci

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan Rangka CASIS GEOMETRI RODA 1. Komponen kendaraan Motor : Blok motor dan kepala silinder serta perlengkapannya sistem bahan bakar bensin atau diesel Casis : 1. Sistem kemudi 2. Pegas dan peredam getaran

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KASUS

BAB III ANALISIS KASUS A. Analisis BAB III ANALISIS KASUS Penulis mengumpulkan data-data teknis pada mobil Daihatsu Gran Max Pick Up 3SZ-VE dalam menganalisis sistem suspensi belakang untuk kerja pegas daun (leaf spring), dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mesin Pemarut Serbaguna

Gambar 2.1 Mesin Pemarut Serbaguna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Dalam kehidupan sehari hari kita sering menjumpai mesin pemarut yang ada di pasar. Mesin pemarut digunakan untuk memarut kelapa dan sebagainya. Mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

ANALISIS RANCANGAN. penggetar. kopling. blade. motor listrik. beam

ANALISIS RANCANGAN. penggetar. kopling. blade. motor listrik. beam IV. ANALISIS RANCANGAN A. RANCANGAN FUNGSIONAL Ide rancangan penggetaran mole plow adalah mengaplikasikan forced vibrations pada kantilever beam dari mole plow. Beam mole plow terbuat dari baja S45C yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS (1) Sobar Ihsan, (2) Muhammad Marsudi (1)(2) Prodi Teknik Mesin, Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Kalimantan MAB Jln. Adhyaksa (Kayutangi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batok Kelapa Batok Kelapa (endocrap) merupakan bagian buah kelapa yang bersifat keras yang diselimuti sabut kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa (Lit.5 diunduh

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dimulai dari bulan September 2005 sampai Juni 2006 di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Departemen Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN LIFT UNTUK KEPERLUAN GEDUNG PERKANTORAN BERLANTAI SEPULUH Oleh : R O I M A N T A S. NIM : 030421007 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

2. Mesin Frais/Milling

2. Mesin Frais/Milling 2. Mesin Frais/Milling 2.1 Prinsip Kerja Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya Macam-macam Tegangan dan ambangnya Tegangan Normal engetahuan dan pengertian tentang bahan dan perilakunya jika mendapat gaya atau beban sangat dibutuhkan di bidang teknik bangunan. Jika suatu batang prismatik,

Lebih terperinci

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk 0/0/0 ELEMEN MESIN FLEKSIBEL RINI YULIANINGSIH Elemen mesin ini termasuk Belts, Rantai dan ali Perangkat ini hemat dan sering digunakan untuk mengganti gear, poros dan perangkat transmisi daya kaku. Elemen

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN REM TROMOL

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN REM TROMOL 16 BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN REM TROMOL 3.1 Definisi Rem Rem adalah elemen mesin untuk memperlambat atau menghentikan putaran poros, dan juga mencegah putaran yang tidak dikehendaki. Efek pengereman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan umum mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Dalam hal ini, mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN 3.1 Metode Perancangan Metode yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode sistematis. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : 1. Penjabaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Pompa adalah mesin atau peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci