PEMANFAATAN PENCIRI GEN К-KASEIN UNTUK SELEKSI PADA SAPI DAN KERBAU
|
|
- Leony Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMANFAATAN PENCIRI GEN К-KASEIN UNTUK SELEKSI PADA SAPI DAN KERBAU HASANATUN HASINAH dan EKO HANDIWIRAWAN Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jl. Raya Pajajaran Kav E-59, Bogor ABSTRAK Kasein merupakan salah satu protein yang paling banyak ditemukan di dalam susu. Polimorfisme gen kasein susu telah diduga berhubungan dengan perbedaan komposisi nutrisi susu, prosesing dan kualitas dan juga dengan karakteristik produksi. Apabila hubungan itu dapat ditemukan dan cukup erat dan hubungan itu merupakan sifat khas dari seluruh populasi, maka dapat digunakan untuk seleksi sebagai indikator produktivitas. Dengan penciri genetik tersebut potensi produksi ternak dapat diketahui secara lebih dini dan lebih efisien. Polimorfisme genetik κ-kasein telah dapat dideteksi pada level protein maupun DNA, pada sapi yang telah diidentifikasi umumnya terdiri dari dua alel yaitu A dan B dengan menggunakan teknik PCR- RFLP dan enzim restriksi Hind III dan Taq I. Alel B dilaporkan sangat menguntungkan untuk produksi susu tetapi mungkin bersifat resesif karena tidak ada perbedaan antara genotipe AA dan AB. Alel B juga bertanggung jawab untuk protein susu dan persen protein susu yang tinggi, tetapi tidak berpengaruh pada persen lemak susu. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penciri genetik gen κ-kasein pada sapi dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam menseleksi produksi susu dan komposisi susu. Beberapa laporan hasil penelitian pada beberapa bangsa kerbau menunjukkan bahwa frekuensi alel pada gen κ-kasein berbeda dengan yang ditemukan pada sapi. Beberapa peneliti melaporkan tidak ditemukannya alel A pada kerbau, keseluruhan melaporkan monomorfik, baik dengan teknik PCR-RFLP maupun SSCP. Alel yang ditemukan pada penelitian tersebut adalah hanya alel B, keseluruhan individu kerbau bergenotipe BB. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan tidak adanya polimorfisme pada lokus gen κ-kasein tidak memungkinkan mengetahui pengaruh alel terhadap produksi dan komposisi susu pada kerbau. Dengan demikian penciri PCR-RFLP (dengan enzim restriksi Hind III dan Hinf I) dan SSCP tidak dapat dipergunakan sebagai penciri genetik sebagai alat bantu seleksi pada kerbau. Masih diperlukan penelitian lebih jauh mengenai hal ini untuk kerbau Indonesia atau pencarian penciri genetik lain yang menunjukkan polimorfisme dan berhubungan erat dengan produksi dan komposisi susu untuk dapat dipergunakan sebagai alat seleksi. Kata Kunci: Penciri genetik, κ-kasein, seleksi, sapi, kerbau PENDAHULUAN Susu dan produk susu telah dikenal sebagai bahan makanan yang bergizi tinggi dan sangat penting untuk kebutuhan manusia karena mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Susu juga dapat dibuat antara lain menjadi produk olahan asal susu, seperti susu bubuk, keju dan lain-lain. Komposisi kandungan utama susu bervariasi di antara spesies, tetapi semua susu mengandung kandungan nutrisi yang sama. Di dalam spesies faktor genetik dan kondisi lingkungan mempengaruhi komposisi susu (OTAVIANO et al., 2005). Oleh karena itu, peningkatan produktivitas ternak dapat dilakukan melalui perbaikan faktor lingkungan yang meliputi pemberian pakan, perawatan, lingkungan atau melalui perbaikan genetik. Kelompok ternak yang baik dapat diperoleh dengan cara seleksi terhadap kemampuan produksi dan komposisi susu yang dihasilkan, yang merupakan sifat yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Beberapa variasi genetik ditemukan pada sebagian besar protein susu dan menunjukkan pengaruh pada produksi susu dan komposisi susu serta secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil pengolahan susu seperti keju. Polimorfisme yang ada pada protein susu disebabkan oleh variasi genetik dan varian tersebut diwariskan berdasarkan hukum Pewarisan Mendel sederhana non dominan (OTAVIANO et al., 2005). Variasi tersebut pada umumnya dapat dideteksi melalui teknik elektroforesis berdasarkan perbedaan struktur atau muatan listrik molekul. 132
2 Kasein merupakan salah satu protein dalam susu yang diketahui jumlahnya di dalam susu paling banyak. Polimorfisme gen kasein susu telah dihubungkan dengan perbedaan komposisi susu, prosesing dan kualitas (MCLEAN, 1987) dan juga dengan karakteristik produksi (LIN et al., 1986). Apabila hubungan itu dapat ditemukan dan cukup erat dan hubungan itu merupakan sifat khas dari seluruh populasi, maka dapat digunakan untuk seleksi sebagai indikator produktivitas (WARWICK et al., 1990). Penciri indikator sifat produksi tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan seleksi dengan lebih efisien. Seleksi dapat dilakukan pada saat ternak masih belum menunjukkan kemampuan produksinya, akan tetapi dengan penciri genetik tersebut potensi produksi ternak dapat diketahui secara lebih dini. Penelitian dalam usaha menentukan hubungan antara perbedaan biologis atau polimorfisme dengan sifat produksi dari ternak telah banyak dilakukan. Produksi susu dunia saat ini umumnya dipenuhi dari ternak sapi dan kerbau, demikian pula di Indonesia oleh karena itu dalam makalah ini dibahas pemanfaatan penciri gen kasein sebagai alat seleksi pada ternak tersebut. KOMPOSISI SUSU SAPI DAN KERBAU Produksi susu di Indonesia sekitar 577,6 ribu ton (DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN, 2006) yang sebagian besar dihasilkan oleh sapi perah dan hanya sebagian kecil yang diproduksi ternak kerbau. Sapi perah yang utama di Indonesia adalah sapi Friesian Holstein (FH). Di Indonesia, rata-rata produksi susu sapi FH/PFH berkisar antara kg per laktasi dengan kadar lemak 3,7% (SYARIEF dan SUMOPRASTOWO, 1990). Sementara itu, HARDJOSUBROTO (1994) mengemukakan bahwa lebih dari 5% produksi susu di dunia berasal dari ternak kerbau. Di India, 60% konsumsi susu berasal dari susu kerbau. Produksi susu di India tercatat rata-rata 4 sampai 7 kg per hari selama masa laktasi 285 hari. Di Pakistan dilaporkan bahwa produksi susu kerbau Nili/Ravi sebesar kg dengan masa laktasi selama 282 hari. Secara umum produksi susu kerbau lumpur di Indonesia adalah rendah, sekitar 2 liter/ekor/hari (COCKRILL, 1974 yang disitasi SIREGAR et al., 1997). Susu kerbau, seperti halnya dengan susu sapi dapat diproses menjadi berbagai macam produk seperti keju, mentega, es krim, yoghurt dan buttermilk. Untuk membuat 1 kg keju dibutuhkan 8 kg susu sapi, tetapi dengan susu kerbau hanya 5 kg, sedangkan untuk membuat 1 kg mentega yang dengan susu sapi dibutuhkan 14 kg, dengan susu kerbau hanya membutuhkan 10 kg. Susu dari spesies yang berbeda secara umum mengandung penyusun yang sama tetapi mempunyai komposisi yang bervariasi dan tergantung pada banyak faktor. Tabel 1 memperlihatkan variasi komposisi air susu kerbau di berbagai tempat dan sapi Zebu. Tabel 1. Komposisi susu kerbau dan sapi Zebu Ternak/Negara Air (%) Lemak (%) Protein (%) Laktosa (%) S.N.F. (%) Kerbau: Mesir 82,4 7,9 4,2 4,8 9,9 Kaukasia 82,7 7,6 4,1 5,0 9,8 China 76,8 12,6 6,0 3,8 10,6 Murrah/ India 82,7 7,1 4,6 3,6 10,2 Murrah /Bulgaria 81,8 8,0 4,5 4,8 10,2 Sapi Zebu 86,6 4,2 3,6 4,9 9,2 Sumber: HÖGBERG dan LIND (2003) 133
3 Perbedaan terbesar komposisi susu kerbau dan sapi adalah pada kandungan lemak. Pada sapi kandungan lemak antara 3 5%, sedangkan pada kerbau kandungan lemak berkisar antara 7 12% tetapi bisa juga mencapai 13%. Sementara itu, kandungan protein, laktosa dan abu agak lebih tinggi pada susu kerbau dibandingkan pada susu sapi (Tabel 1). Komposisi susu dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk bangsa, variasi genetik dalam bangsa, kesehatan, lingkungan, manajemen, stadium laktasi, pakan dan umur (ECKLES et al., 1957, LAMPERT, 1975; BATH et al., 1985). Protein Susu Susu mengandung sejumlah protein yang jumlahnya berkisar antara 2,8-4,0% (ECKLES et al., 1957) dan menurut SOEPARNO et al. (2001) protein dalam susu terdiri atas kasein (80%), laktalbumin (18%) dan laktoglobulin (0,05-0,07%). Kasein merupakan komplek senyawa protein dengan garam Ca, P dan sejumlah kecil Mg dan sitrat sebagai agregat makromolekul yang disebut kalsium fosfo-kaseinat atau misel kasein (ESKIN et al., 1990). Kasein dapat dipresipitasi oleh asam atau enzim rennin dan presipitasi kasein oleh rennin ini merupakan dasar untuk pembentukan curd dalam keju (BATH et al., 1985). Kasein terdapat dalam susu sebagai suatu suspensi koloidal partikel-partikel kompleks yang disebut misel (SOEPARNO, 1992). Kasein terdiri dari tiga komponen yaitu α-kasein, β- kasein dan δ-kasein. Alfa-kasein dan β-kasein terbentuk di dalam kelenjar susu atau ambing sedang δ-kasein mula-mula ditemukan di dalam aliran darah kemudian masuk ambing lalu bergabung dengan kompleks α-kasein dan dikenal sebagai κ-kasein (LAMPERT, 1975). κ-kasein adalah protein susu yang menyusun sekitar 12-15% dari total kasein pada susu sapi dan bertindak sebagai stabilisasi, yaitu mempertahankan seluruh kompleks kasein dalam suspensi koloidal yang memberikan warna putih susu (SOEPARNO, 1992). Jumlah dan tipe κ-kasein persentasenya berbeda-beda tergantung pada individu sapi itu sendiri (NG-KWAI-HANG et al., 1991). Seleksi menggunakan Penciri Genetik Teknik genetika molekuler dapat memberikan hasil yang lebih menguntungkan untuk program pemuliaan karena dapat menentukan potensi seekor ternak, sebelum fenotipenya diketahui. Menurut HALEY (1995), penciri DNA menunjukan ada dua kemungkinkan aplikasi program seleksi untuk ternak yaitu kombinasi dua alel atau lebih bangsa dan seleksi alel dalam satu bangsa. Hal ini memberikan peluang untuk mempergunakan genotipe κ-kasein sebagai alat bantu dalam pelaksanaan seleksi pada sapi dan kerbau. Pada Sapi Perah Gen kasein sapi meliputi sebuah fragmen sepanjang 200 kb di kromosom 6, yang dirangkai secara tandem dengan urutan : α-s1, β, α-s2, dan κ (LIEN dan ROGNE, 1993). Khusus gen κ-kasein meliputi sebuah fragmen sepanjang 13 kb yang dibagi ke dalam 5 ekson (ALEXANDER et al., 1998). Polimorfisme genetik κ-kasein telah dapat dideteksi pada level protein maupun DNA. Perbedaan kedua alel tersebut adalah alel B mempunyai isoleusin dan alanin berturut-turut pada posisi 136 dan 148 urutan asam amino sebagai pengganti treonin dan aspartat pada alel A (MIRANDA et al., 1993). Hubungan antara alel A dan alel B κ-kasein dengan produksi susu, lemak susu dan protein susu telah banyak dilaporkan dengan sedikit perbedaan disebabkan oleh perbedaan bangsa, populasi dan metode analisis. Alel B dilaporkan sangat menguntungkan untuk produksi susu tetapi mungkin bersifat resesif karena tidak ada perbedaan antara genotipe AA dan AB. Alel B juga bertanggung jawab untuk protein susu dan persen protein susu yang tinggi, tetapi tidak berpengaruh pada persen lemak susu. LIN et al. (1992) dan MCLEAN (1987) menyatakan bahwa genotipe κ-kasein BB berhubungan dengan proses pembuatan keju. SABOUR et al. (1993) menyatakan beberapa variasi genetik pada kasein susu tersebut mempengaruhi komposisi susu serta hasil pengolahan susu seperti keju. Genotipe AB dilaporkan menunjukkan produksi susu yang lebih tinggi dibanding genotipe AA dan 134
4 BB, tetapi pada laporan lain disebutkan bahwa genotipe BB lebih tinggi dibandingkan kedua genotipe lain (MAO et al., 1992). Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penciri genetik gen κ-kasein pada sapi dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam menseleksi produksi susu dan komposisi susu. Seleksi terhadap alel B mulai dilakukan terhadap pejantan IB sapi perah di Kanada. Seleksi pejantan IB diarahkan ke pejantan dengan genotipe BB, karena sifat-sifat baik seperti heat stability dan curd yang padat serta kandungan protein yang tinggi terutama kasein susu yang dibutuhkan oleh industri keju (SABOUR et al., 1993). EENENNAAM dan MEDRANO (1991) melaporkan penggunaan susu dari sapi yang bergenotipe κ-kasein BB mempengaruhi hasil/proses pembuatan keju, waktu koagulasi rennet lebih pendek, bentuk curd lebih padat dan produk keju yang dihasilkan lebih bagus dibandingkan dengan penggunaan susu yang berasal dari sapi yang bergenotipe κ-kasein AA. Pengaruh ini berhubungan dengan misel kasein susu yang ukurannya bervariasi antara sapi yang membawa genetik κ-kasein yang berbeda. Misel yang kecil mengandung proporsi κ- kasein lebih baik daripada misel yang besar. Susu yang berasal dari sapi yang membawa genotipe κ-kasein AA mengandung banyak misel yang besar, ini dikarenakan oleh rendahnya proporsi κ-kasein dalam fraksi kasein pada susu dari κ-kasein AA. κ-kasein BB dalam susu penyebaran ukuran misel lebih homogen, curd saling berikatan didalam proses pembuatan keju (EENENNAAM dan MEDRANO, 1991). Alel A dan B terdapat pada Bos Taurus dan Bos indicus, frekuensinya hampir sama pada semua bangsa kecuali untuk FH (produksi susu) dan Jersey (produksi lemak) mempunyai frekuensi B masing-masing 0,32 dan 0,77 (BARROSO et al., 1997). Alel A banyak terdapat pada sapi Friesian, Ayrshire, Red Danish dan Zebu India, sedangkan alel B banyak ditemukan pada sapi Jersey, Normande, dan Zebu Afrika. Sapi potong umumnya mempunyai alel B. MITRA et al. (1998) dengan teknik PCR-RFLP (Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism) telah menemukan alel A dan B pada sapi Sahiwal dengan menggunakan enzim restriksi Hind III, Hinf I dan Taq I dengan frekuensi alel B sebesar 0,16. Pada sapi Sahiwal ditemukan genotipe AA dan genotipe AB sedangkan genotipe BB pada sapi ini tidak terdeteksi. HASINAH (2003) dengan teknik PCR-RFLP melaporkan telah mengidentifikasi 3 genotipe κ-kasein pada sapi perah di BPTU Baturaden yaitu AA, AB dan BB, hasil digesti fragmen DNA κ-kasein ukuran 780 bp dengan enzim Hind III dan Pst I dengan frekuensi alel A dan alel B berturut-turut sebesar 0,67 dan 0,33, yang berhubungan dengan kualitas susu. Pengaruh ketiga macam genotipe κ-kasein tersebut terhadap kadar lemak dan protein susu tidak menunjukkan perbedaan. Meskipun demikian hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan genotipe BB mempunyai kadar lemak dan protein lebih tinggi dibandingkan AA dan AB. Pada Kerbau Kendala dalam seleksi ternak kerbau adalah masih lemahnya identifikasi ternak dan rekording yang dilakukan. Belum terwujudnya identifikasi dan rekording yang baik dikarenakan umumnya kerbau dipelihara oleh peternak dalam jumlah kecil dan dipelihara secara tradisional serta belum cukupnya pemahaman dan kesadaran peternak terhadap mutu genetik ternak yang dipelihara, tidak sebagaimana sapi perah yang telah banyak diusahakan oleh perusahaan peternakan dengan identifikasi dan rekording yang sudah cukup baik. Oleh karena itu seleksi dengan memanfaatkan penciri genetik yang berhubungan dengan sifat produksi dan komposisi susu akan mempermudah dalam melakukan seleksi pada ternak kerbau. Beberapa laporan hasil penelitian pada beberapa bangsa kerbau menunjukkan bahwa frekuensi alel pada gen κ-kasein berbeda dengan yang ditemukan pada sapi. Sejauh ini beberapa penulis melaporkan bahwa pada kerbau alel A tidak ditemukan. MITRA et al. (1998) dengan teknik PCR-RFLP dan enzim restriksi Hind III dan Hinf I melaporkan bahwa pada bangsa kerbau Murrah dan Nili-Ravi ditemukan monomorfik, yang kesemuanya mempunyai alel B. Demikian pula MERCIER et 135
5 al. (1998), DENICOURT et al. (1990) dan PINDER et al. (1991) telah mempelajari ekson IV dari alel B gen κ-kasein pada kerbau Murrah, Nili-Ravi dan kerbau Mesir dengan teknik RFLP dan memperoleh hasil yang sama. Hasil serupa didapatkan oleh PIPALIA (1999) dengan menggunakan teknik PCR-RFLP dan menggunakan enzim restriksi Hind III dan Hinf I pada kerbau Jaffarabadi, Mehsani, Surti dan Pandharpuri. Keseluruhan sampel pada lokus gen κ-kasein menunjukkan monomorfisme. Dengan teknik yang berbeda yaitu SSCP (Single Strand DNA Conformation Polymorphism), OTAVIANO et al. (2005) tidak menemukan polimorfisme pada semua sampel kerbau betina Murrah yang diuji. Alel yang ditemukan pada penelitian tersebut adalah hanya alel B, keseluruhan individu kerbau bergenotipe BB. Diduga genotipe BB inilah yang menyebabkan kandungan lemak, protein dan curd pada susu kerbau lebih tinggi dari sapi Taurus maupun Zebu. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan tidak adanya polimorfisme pada lokus gen κ-kasein tidak memungkinkan mengetahui pengaruh alel terhadap produksi dan komposisi susu pada kerbau. Dengan demikian penciri PCR-RFLP (dengan enzim restriksi Hind III dan Hinf I) dan SSCP tidak dapat dipergunakan sebagai penciri genetik sebagai alat bantu seleksi pada kerbau. Sejauh ini, belum diketahui pula apakah ditemukan polimorfisme kerbau Indonesia dengan dua penciri tersebut. Jika terdapat variasi produksi dan komposisi susu kerbau lokal Indonesia maka hal tersebut merupakan peluang untuk melakukan seleksi dengan penciri genetik lain yang berhubungan dengan sifat tersebut. KESIMPULAN Beberapa variasi genetik ditemukan pada protein κ-kasein dan menunjukkan hubungan dengan produksi susu dan komposisi susu yang secara tidak langsung mempengaruhi hasil pengolahan susu seperti keju. Pada sapi (sapi Taurus dan sapi Zebu) dengan teknik PCR- RFLP telah ditemukan dua macam alel yaitu alel A dan B (sapi dengan genotipe AA, AB dan BB). Beberapa peneliti melaporkan bahwa genotipe BB terkait erat dengan produksi dan komposisi susu. Alel B bertanggung jawab untuk protein susu dan persen protein susu yang tinggi (mempengaruhi komposisi susu serta hasil pengolahan susu seperti keju), tetapi tidak berpengaruh pada persen lemak susu. Genotipe AB dilaporkan menunjukkan produksi susu yang lebih tinggi dibanding genotipe AA dan BB, tetapi pada laporan lain disebutkan bahwa genotipe BB lebih tinggi dibandingkan kedua genotipe lain. Hasil ini menunjukkan bahwa penciri genetik gen κ- kasein pada sapi dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam menseleksi produksi dan komposisi susu. Berbeda dengan pada sapi, pada kerbau beberapa peneliti dengan teknik PCR-RFLP dan SSCP tidak menemukan polimorfisme pada gen κ-kasein. Sejauh ini, alel yang ditemukan pada kerbau hanya alel B, keseluruhan individu kerbau bergenotipe BB. Dengan demikian belum dapat diketahui pengaruh alel B tersebut terhadap produksi dan komposisi susu kerbau, sehingga penciri genetik tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat bantu seleksi pada kerbau. Masih diperlukan penelitian lebih jauh mengenai hal ini untuk kerbau Indonesia atau pencarian penciri genetik lain yang menunjukkan polimorfisme dan berhubungan erat dengan produksi dan komposisi susu. DAFTAR PUSTAKA ALEXANDER, L. J., A. J. STEWART, A. G. MACHINLAY, T. V. KAPELINSKAYA, T. M. TKACH and S. I. GORODETSKY Isolation and characterization of the bovine kappacasein gene. Europe Journal Biochemical 178 : BARROSO, A., S. DUNNER and J. CANON Use of single-strand conformation polymorphisme analysis to perform simple genotyping of bovine κ-casein A, and B variants. J. Dairy Res. 64: BATH, D. L., F. N. DICKINSON, H. A. TUCKER and R. D. APPLEMEN Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger. Philadelphia. DENICOURT, G., L. FERRETI, G. ROGNONI and V. SGARAMELLA Restriction fragment length polymorphism analysis of the κ-kasein locus in cattle. Animal Genetics 21 :
6 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. ECKLES, C. H., W. B. COMBS and H. MACY Milk and Milk Products. Tata McGraw-Hill Publ. Co., Ltd. Bombay. New Delhi. EENENNAAM, A. L. V. and J. F. MEDRANO Differences in allelic protein expression in the milk of heterozygous κ-casein cows. J. Dairy Sci. 74: ESKIN, N. A. M., H. M. HANDERSON and R. J. TOWNSEND Biochemistry of Foods. Academic Press, Inc. New York. HALEY, C.S Livestock QTLs Bringing home the bacon? Trends Genetics 11: HARDJOSUBROTO, W Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. HASINAH, H Efek genotype kappa kasein dan paritas terhadap kadar lemak dan protein susu sapi FH di BPTU Baturraden. Thesis. UGM. Yogyakarta. HÖGBERG, M. S. and O. LIND Milk Production of Buffalo. In: Buffalo Milk Production. les/ Buffalo_Milk_Production_Chapter_5_Milk_p roduction_of_the_buffalo.htm [2 Juli 2007]. LAMPERT, L. M., Modern Dairy Product. 3rd ed. Chemical Publishing Company, Inc. New York. LIEN, S. and S. ROGNE Bovine casein haplotypes number, frequencies and applicability as genetic markers. Animal Genetics 24 : LIN, C. Y., M. P. SABOUR and A. J. LEE Direct typing of milk proteins as an aid for genetic improvement of dairy bulls and cows: A review. Animal Breeding Abstract 60 : MAO, I. L., L. G. BUTTAZZONI and R. ALEANDRI Effect polymorphic milk protein genes on milk yield and composition traits in Holstein Cattle. Sect. A, Animal Sci. 42 : 1-7. MCLEAN, D. M Influence of milk protein variants on milk composition, yield, and cheese making properties. Animal Genetics 18: MERCIER, J.C., J. M. CHOBERT and F. ADDEO Comparative study of the amino acids sequences of the caseinomacropeptides from seven species. FEBS Lett 72 : MIRANDA, P, P. ANGLADE, M. F. MAHE and G. ERHARDT Biochemical characterization of the bovine genetic κ-casein C dan E variants. Animal Genetics 24: MITRA, A., P. SCHLEE, I. KRAUSE, J. BLUSCH, T. WEMER, C. R. BALAKRISHNAN and F. PIRCHNER Kappa-casein polymorphisms in Indian Dairy cattle and buffalo: A new genetic variant in buffalo. Animal Biotechnology 9 (2): NG-KWAI HANG, K. F., D. ZADWORNY, J. F. HAYES and U. KUHNLEIN Identification of κ- casein genotype in Holstein sires: Comparison between analysis of milk sample from daughters and direct analysis of semen samples from sires by polymerase chain reaction. J. Dairy Sci. 74: OTAVIANO, A. R., H. TONHATI, J. A. D. SENA and M. F. C. MUÑOZ Kappa-casein gene study with molecular markers in female buffaloes (Bubalus bubalis). Genetics and Molecular Biology 28 (2): PINDER, S. J., B. N. PERRY, C. J. SKIDMORE and D. SAVVA Analysis of polymorphism in the bovine casein genes by use of the polymerase chain reaction. Animal Genetics 22: PIPALIA, D. L Genotyping of various buffalo breeds for κ-casein using PCR-RFLP technique. Thesis. Department of Animal Genetics and Breeding. Gujarat Agricultural University. Anand. openmed.nic.in/2261/01/dr._d.l.pipaliya_m. V.Sc._Thesis.pdf [2 Juli 2007]. SABOUR, M. P., C. Y. LIN, A. KEOUGH, S. M. MECHANDA and A. J. LEE Effects of Selection Practiced on the Frequencies of κ- casein and β-lactoglobulin genotypes in Canadian artivicial insemination bulls. J. Dairy Sci. 76: SIREGAR, A. R., K. DIWYANTO, E. BASUNO, A. THALIB, T. SARTIKA, R.H. MATONDANG, J. BESTARI, M. ZULBARDI, M. SITORUS, T. PANGGABEAN, E. HANDIWIRAWAN, Y. WIDIAWATI dan N. SUPRIYATNA Karakteristik performan nutrisi, mikroba rumen, morfologi darah dan dinamika populasi kerbau lumpur di Pulau Jawa. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner Pulitbang Peternakan. Bogor. Hlm
7 SOEPARNO, Susu dan Komposisi Susu. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. SYARIEF, M. Z. dan R. M. SUMOPRASTOWO Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta. WARWICK, E. J., J. M. ASTUTI dan W. HARDJOSUBROTO Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 138
IDENTIFIKASI GEN κ-kasein UNTUK SELEKSI PADA SAPI PERAH
IDENTIFIKASI GEN κ-kasein UNTUK SELEKSI PADA SAPI PERAH (Gen κ-kasein Identification for Dairy Cattle Selection) HASANATUN HASINAH dan BESS TIESNAMURTI Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR
IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR 1 (PIT1) PADA KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DAN SAPI FH (Friesian-Holstein) SKRIPSI RESTU MISRIANTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis
Lebih terperinciIDENTIFIKASI GENOTIPE Κ-CASEIN PADA POPULASI SAPI BALI DI PUSAT PEMBIBITAN SAPI BALI
IDENTIFIKASI GENOTIPE Κ-CASEIN PADA POPULASI SAPI BALI DI PUSAT PEMBIBITAN SAPI BALI (Identification of K-Casein Genetype in Population of Bali Cattle at Bali Cattle Breeding Center) M. A. MU IN dan A.
Lebih terperinciFREKUENSI GEN κ-kasein FRIESIAN-HOLSTEIN DI WILAYAH SENTRA PRODUKSI SUSU
FREKUENSI GEN κ-kasein FRIESIAN-HOLSTEIN DI WILAYAH SENTRA PRODUKSI SUSU (The Frequency of κ-casein Gene of Holstein-Friesian in Dairy Central Region) C. SUMANTRI 1, 4, A. ANGGRAENI 2,4 dan A. FARAJALLAH
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.
Lebih terperinciPENGARUH GENOTIPE KAPPA KASEIN (κ-kasein) TERHADAP KUALITAS SUSU PADA SAPI PERAH FH DI BPTU BATURRADEN
PENGARUH GENOTIPE KAPPA KASEIN (κ-kasein) TERHADAP KUALITAS SUSU PADA SAPI PERAH FH DI BPTU BATURRADEN (The Effect of κ-casein Genotype on Milk Quality of Holstein-Friesian (HF) Dairy Cattle in BPTU Baturraden)
Lebih terperinciFREKUENSI GEN KAPPA KASEIN (κ-kasein) PADA SAPI PERAH FH BERDASARKAN PRODUKSI SUSU DI BPTU BATURRADEN
FREKUENSI GEN KAPPA KASEIN (κ-kasein) PADA SAPI PERAH FH BERDASARKAN PRODUKSI SUSU DI BPTU BATURRADEN (The Frequency of κ-casein Gene of Holstein-Friesian (HF) Dairy Cattle Based on Milk Production in
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan bagian penting dari sektor pertanian dalam sistem pangan nasional. Industri peternakan memiliki peran sebagai penyedia komoditas pangan hewani. Sapi
Lebih terperinciVerifikasi Kontrol Gen Kappa Kasein pada Protein Susu Sapi Friesian- Holstein di Daerah Sentra Produksi Susu Jawa Barat
Verifikasi Kontrol Gen Kappa Kasein pada Protein Susu Sapi Friesian- Holstein di Daerah Sentra Produksi Susu Jawa Barat ANNEKE ANGGRAENI 1, C. SUMANTRI 2, A. FARAJALLAH 3 dan E. ANDREAS 4 1 Balai Penelitian
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ketersediaan susu sebagai salah satu bahan pangan untuk manusia menjadi hal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Gen GH exon 3 pada kambing PE, Saanen, dan PESA (Persilangan PE dan Saanen) berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Panjang fragmen
Lebih terperinciSUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.
SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan
Lebih terperinciGambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)
TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produksi Susu Sapi Perah Nasional Industri persusuan sapi perah nasional mulai berkembang pesat sejak awal tahun 1980. Saat itu, pemerintah mulai melakukan berbagai usaha
Lebih terperinciPENGARUH PEJANTAN TERHADAP KERAGAMAN DNA MIKROSATELIT DARI LOKUS CSN-3, BM 143, BM 415 DI KROMOSOM BTA-6
PENGARUH PEJANTAN TERHADAP KERAGAMAN DNA MIKROSATELIT DARI LOKUS CSN-3, BM 143, BM 415 DI KROMOSOM BTA-6 C. SUMANTRI 1, A. ANGGRAENI 2. dan A. FARAJALLAH 3 1 Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah
Lebih terperinciRINGKASAN PENDAHULUAN
POTENSI SUSU KAMBING SEBAGAI OBAT DAN SUMBER PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN GIZI PETANI ATMIYATI Balai Penelitian Terak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan budidaya ternak kambing sangat
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI
PENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI THE EFFECT OF USING PROBIOTIC IN COMPLETE FEED ON QUANTITY AND QUALITY OF MILK PRODUCTION
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH
62 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler,
Lebih terperinciPenyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah
Penyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah (Creating milk production correction factors of dairy cattle) Setya Agus Santosa 1, Anjang Taruno Ari Sudewo 1 dan Agus Susanto 1 1 Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciGambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)
TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Sapi Perah di Indonesia Usaha peternakan sapi perah yang diusahakan oleh pribumi diperkirakan berdiri sekitar tahun 1925. Usaha ini berlanjut secara bertahap sampai saat ini.
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Sapi Friesian Holstein (FH) Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (2009)
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) menduduki populasi terbesar hampir di seluruh dunia. Sapi FH berasal dari nenek moyang sapi liar Bos taurus, Typicus primigenius yang
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan
8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN.1. Sapi Perah Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI HASIL TERNAK
KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI HASIL TERNAK ILMU PASCA PANEN PETERNAKAN Kuliah TM 3 (16 Sept 2014) DUA SISI HASIL TERNAK 1 KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI SUSU SEGAR Buku: Walstra et al. (2006). Dairy Science
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sumber :
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein merupakan bangsa sapi perah yang banyak terdapat di Amerika Serikat dengan jumlah sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang ada. Sapi ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan
Lebih terperinciZat makanan yang ada dalam susu
Zat makanan yang ada dalam susu Zat makanan yang ada dalam susu berada dalam tiga bentuk yaitu 1.larutan sejati (karbohidrat, garam anorganik dan vitamin) 2.larutan koloidal (protein dan enzim) 3.emulsi
Lebih terperinciFaktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah
Faktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah Edy Kurnianto, Sutopo, Seno Johari dan Irene Sumeidiana Fakultas Peternakan Univesitas Diponegoro Kampus Tembalang-Semarang 50275
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan memegang peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama pada ternak penghasil susu yaitu sapi perah. Menurut Direktorat Budidaya Ternak
Lebih terperinciHubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga
HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BOBOT BADAN KAWIN PERTAMA SAPI PERAH FRIES HOLLAND DENGAN PRODUKSI SUSU HARIAN LAKTASI PERTAMA DAN LAKTASI KEDUA DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS) PANGALENGAN JAWA
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul-Sapi Perah (BBPTU-SP) Baturraden, Purwokerto, lebih tepatnya di Farm Tegalsari. BBPTU-SP Baturraden
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sejarah Asal Usul Sapi Lokal Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Asal Usul Sapi Lokal Indonesia Ternak sapi merupakan anggota famili bovidae yang muncul pada era Pleistosen. Ternak sapi berasal dari keturunan aurok liar (Bos primigenius) (Mannen
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan sapi kacang atau sapi kacangan, sapi pekidulan, sapi
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Pasundan merupakan sapi lokal di Jawa Barat yang diresmikan pada tahun 2014 oleh Menteri pertanian (mentan), sebagai rumpun baru berdasarkan SK Nomor 1051/kpts/SR.120/10/2014.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu
HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi
Lebih terperinciIdentifikasi dan Karakterisasi Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan pada Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi Benggala
B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 3, Nomor 1 Januari 2002 Halaman: 169-173 Identifikasi dan Karakterisasi Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan pada Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi Benggala
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki banyak bangsa sapi dan hewan-hewan lainnya. Salah satu jenis sapi yang terdapat di Indonesia adalah
Lebih terperinciCROSSBREEDING PADA SAPI FH DENGAN BANGSA SAHIWAL. Oleh: Sohibul Himam Haqiqi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008
CROSSBREEDING PADA SAPI FH DENGAN BANGSA SAHIWAL Oleh: Sohibul Himam Haqiqi 0710510087 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 PENDAHULUAN Saat ini jenis sapi perah yang ada di Indonesia
Lebih terperinciKorelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland
ISSN 1978-3000 Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland Genetic and phenotypic correlation between first lactating milk production and milk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri
Lebih terperinciPolymorphism of GH, GHRH and Pit-1 Genes of Buffalo
Polymorphism of GH, GHRH and Pit-1 Genes of Buffalo Nama : Rohmat Diyono D151070051 Pembimbing : Cece Sumantri Achmad Farajallah Tanggal Lulus : 2009 Judul : Karakteristik Ukuran Tubuh dan Polimorfisme
Lebih terperinciKERAGAMAN DNA MIKROSATELIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL (BPTU) SAPI PERAH BATURRADEN
KERAGAMAN DNA MIKROSATELIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL (BPTU) SAPI PERAH BATURRADEN (Microsatellite DNA Variation of Holstein Friesian (HF) Dairy Cattle in BPTU Baturraden)
Lebih terperinciEKSPLORASI GEN GROWTH HORMONE EXON 3 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE), SAANEN DAN PESA MELALUI TEKNIK PCR-SSCP
EKSPLORASI GEN GROWTH HORMONE EXON 3 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE), SAANEN DAN PESA MELALUI TEKNIK PCR-SSCP (Exon 3 Growth Hormone Gene Exploration in Etawah Grade, Saanen and Pesa by PCR-SSCP Method)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara umum telah dilakukan secara turun temurun meskipun dalam jumlah kecil skala rumah tangga, namun usaha tersebut telah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Sapi Fries Holland (FH) berasal dari Propinsi Belanda Utara dan Propinsi Friesland Barat. Bulu sapi FH murni umumnya berwarna hitam dan putih, namun
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN -KASEIN (CSN2) PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH, SAANEN DAN PERSILANGANNYA DENGAN METODE PCR-SSCP
IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN -KASEIN (CSN2) PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH, SAANEN DAN PERSILANGANNYA DENGAN METODE PCR-SSCP Identification of β-casein Gene Variability (CSN2) in Etawah Grade, Saanen and
Lebih terperinciESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH
ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH (The Estimation of Beef Cattle Output in Sukoharjo Central Java) SUMADI, N. NGADIYONO dan E. SULASTRI Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Lebih terperinciKORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung
GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION BETWEEN BIRTH WEIGHT AND WEANING WEIGHT ON MADURA CATTLE Karnaen Fakulty of Animal Husbandry Padjadjaran University, Bandung ABSTRACT A research on estimation of genetic
Lebih terperinciPERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan
PERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan Didin S. Tasripin ; Asep Anang ; Heni Indrijani Fakultas Peternakan Universitas Padjadjarani Disampaikan pada Ruminant
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan
Lebih terperinciTatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU
Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui sistem produksi ternak kerbau sungai Mengetahui sistem produksi ternak kerbau lumpur Tujuan
Lebih terperinciSELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN
SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN Prihandini, P.W. *, L. Hakim ** dan V.M.A. Nurgiartiningsih ** * Loka Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produksi dan Kualitas Susu Sapi 2.1.1. Produksi susu Produksi susu merupakan faktor esensial dalam menentukan keberhasilan usaha sapi perah, karena jumlah susu yang dihasilkan
Lebih terperinciKANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA
Animal Agriculture Journal 5(1): 195-199, Juli 2015 On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perserikatan Bangsa Bangsa telah mendirikan FAO Global Strategy for the Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan mengatur pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi susu sangat menentukan bagi perkembangan industri susu sapi perah nasional. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah di dalam negeri sampai saat ini baru memenuhi
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI. Disusun oleh: DEDDI HARIANTO NIM:
PENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) Pada Program Studi Peternakan Disusun
Lebih terperinciEVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG
EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG NANIK RAIImAm1, PALLAwARuKKA 1, dan A 4NEKE ANGGRAENI2 Fakultas Peternakan JPB, Jalan Rasamala, Darmaga, Bogor a Balai Penelitian
Lebih terperinciPERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI
PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI (Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle Based on Monthly Record) E. Kurnianto
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura adalah salah satu plasma nutfah yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan sebagai ternak
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... v vi viii ix x xiii
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang mempunyai tanduk berongga. Sapi perah Fries Holland atau juga disebut Friesian Holstein
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung
Lebih terperinciDAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1
DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1 Kromosom Meiosis Dan Mitosis Biokimia Sifat Keturunan Apakah Gen Itu? Regulasi Gen Mutasi Gen, Alel, dan Lokus Pewarisan Sederhana atau Mendel Keterpautan (Linkage) Inaktivasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari
Lebih terperinciPENGEMBANGAN POTENSI SAPI PERAH DI PROVINSI JAMBI MELALUI PERBAIKAN GENETIK. ABSTRAK
PENGEMBANGAN POTENSI SAPI PERAH DI PROVINSI JAMBI MELALUI PERBAIKAN GENETIK Sari Yanti Hayanti 1) dan Gohan Octora Manurung 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi 2) Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah FH Sapi perah Fries Holland (FH) sering dikenal dengan nama Holstein Friesian. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi struktur hemoglobin yang menyebabkan fungsi eritrosit menjadi tidak normal dan berumur pendek.
Lebih terperinciMEDIA INFORMASI TENTANG MANFAAT SUSU SAPI
BAB II MEDIA INFORMASI TENTANG MANFAAT SUSU SAPI 2.1 Definisi Susu Susu adalah cairan bergizi yang dihasilkan oleh mamalia. Yang termasuk mamalia diantaranya adalah sapi, kambing, kuda, kerbau dan lain-lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging
Lebih terperinciKolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria
Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium
Lebih terperinciE. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK
PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI (Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle Based on Monthly Record) E. Kurnianto,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein Sapi memiliki peran utama dalam evolusi kebudayaan manusia dan penting dalam segi ekonomi. Semua ternak sapi saat ini diperkirakan telah di domestikasi dari Bos
Lebih terperinciSELEKSI ANTAR POPULASI
SELEKSI ANTAR POPULASI Seleksi buatan terjadi ketika manusia memilih mengawinkan dari hewan tertentu dan bukan dari lainnya. Pilihan tersebut dapat dibuat antar populasi dan/atau dalam populasi. Pada seleksi
Lebih terperinciPOLIMORFISME GEN GROWTH HORMONE SAPI BALI DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH NUSA PENIDA
TESIS POLIMORFISME GEN GROWTH HORMONE SAPI BALI DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH NUSA PENIDA NI LUH MADE IKA YULITA SARI HADIPRATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS POLIMORFISME
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN β-laktoglobulin PADA SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI KPSBU LEMBANG SKRIPSI RATNA YUNITA HANDAYANI
IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN β-laktoglobulin PADA SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI KPSBU LEMBANG SKRIPSI RATNA YUNITA HANDAYANI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciMoch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Makin, M. Dan Suharwanto, D., Performa Sifat Produksi dan Reproduksi Performa Sifat-Sifat Produksi Susu dan Reproduksi Sapi Perah Fries Holland Di Jawa Barat (Milk Production and Reproduction Performance
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang
TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Penemuan-penemuan arkeologi di India menyatakan bahwa kerbau di domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang lalu. Hampir tidak ada bangsa kerbau
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Pakan Bahan pakan sapi perah terdiri atas hijauan dan konsentrat. Hijauan adalah bahan pakan yang sangat disukai oleh sapi. Hijauan merupakan pakan yang memiliki serat
Lebih terperinciEFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA
EFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA (The Effect of Feed Supplement on Peak Milk Yield on Dairy Cows in First Lactation) SUHARYoNo l, LAiLATuL FARIDA 2, ASIH
Lebih terperinciKontrak Pembelajaran
Kontrak Pembelajaran Pangan dan Gizi Hasil Ternak (PET A55) Semester : V/ 2 sks Prodi : Peternakan Fakultas : Pertanian Oleh: 1. Muhammad Cahyadi, S.Pt, M.Biotech Ketua 2. Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Anggota
Lebih terperinciGambar 2. Produksi susu selama masa laktasi dengan tingkat persistensi yang berbeda (Tyler dan Ensminger 2006)
TINJAUAN PUSTAKA Susu Susu adalah sekresi kelenjar ambing dari hewan mammalia tidak ditambah atau dikurangi suatu zat apa pun ke dalamnya dan diperoleh dari pemerahan ternak yang sehat (Sudono, 1985).
Lebih terperinciPENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2
PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2 Komposisi dan Nutrisi Susu Zat makanan yang ada dalam susu berada dalam 3 bentuk yaitu a) sebagai larutan sejati (karbohidrat, garam anorganik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada dinding-dinding alveoli dalam pundi susu hewan yang sedang menyusui anaknya.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN β-laktoglobulin PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK SAPI PERAH CIKOLE, LEMBANG
IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN β-laktoglobulin PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK SAPI PERAH CIKOLE, LEMBANG SKRIPSI HENTI SYLVIA NURY DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI
Lebih terperincidisusun oleh: Willyan Djaja
disusun oleh: Willyan Djaja 0 PENDAHULUAN Produksi sapi perah dipengaruhi oleh factor genetic, lingkungan, dan interaksi genetic dan lingkungan. Factor genetic berpengaruh sebesar 30 % dan lingkungan 70
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi yang diperoleh dari hasil pemerahan hewan seperti sapi, kerbau, kuda, kambing dan unta (Usmiati, 2009). Komponen
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha
Lebih terperinciDASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN
DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN Darda Efendi, Ph.D Nurul Khumaida, Ph.D Sintho W. Ardie, Ph.D Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB 2013 Marka = tanda Marka (marka biologi) adalah sesuatu/penanda
Lebih terperinciSEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN HORMON PERTUMBUHAN DAN RESEPTORNYA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKSI SUSU KUMULATIF PARSIAL PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI SENTRA PRODUKSI JAWA BARAT RESTU MISRIANTI SEKOLAH
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Sapi Perah FH di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Sapi Perah FH di Indonesia Sapi perah merupakan hasil domestikasi dari Bos taurus primigenius sekitar 2000 tahun yang lalu (Anderson & Kiser 1966; Mason 1984; Gillespie 1992).
Lebih terperinciSELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT
Media Akuakultur Vol. 10 No. 2 Tahun 2015: 65-70 SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT Didik Ariyanto Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl. Raya 2 Pantura Sukamandi, Patokbeusi, Subang 41263, Jawa
Lebih terperinci