PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 2 TAHUN 2007 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 2 TAHUN 2007 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,"

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 2 TAHUN 2007 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong perkembangan koperasi perlu diciptakan suasana berusaha yang sehat, produktif, mandiri, maju, dan berdaya saing, dengan memberikan bimbingan, dorongan, kemudahan dan perlindungan bagi koperasi; b. bahwa untuk memenuhi maksud huruf a diatas, dirasa perlu menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat secara berkesinambungan; c. bahwa untuk memenuhi maksud tersebut huruf a dan b diatas, perlu ditetapkan Peraturan Daerah. Mengingat : Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 19),jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970, tentang Pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan Kotamadya Payakumbuh; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3346); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502); Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Nomor 4251); Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 1

2 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Negara Nomor 4438); Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Permasyarakatan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahanan Anggaran Dasar Koperasi (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3540); Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3549); Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3591); Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan (Lembaga Negara Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3718); Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi (Lembaga Negara Tahun 1998 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3744); Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaga Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090); Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaga Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1999 tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Dewan Koperasi Indonesia; Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor 01/Per/M/KUKM/I/2006, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi; Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor 351/KEP/M/XII/1998, tentang Petunjuk pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; 2

3 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor 194/Kep/M.KUKM/XII/ 1998, tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi; Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor, 123/Kep/M.KUKM/X/ 2004, tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan dalam rangka pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar dan pembubaran koperasi pada Propinsi dan Kabupaten/Kota; Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2000 tentang Kewenangan Kota Solok sebagai Daerah Otonom; Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2006, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SOLOK dan WALIKOTA SOLOK MEMUTUSKAN : MENETAPKAN : PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK TENTANG PERKOPERASIAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Solok. 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip negara kesatuan Republik Indoensia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Walikota adalah Walikota Solok. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Solok yang membidangi pembinaan Perkoperasian. 6. Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. 7. Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan Koperasi. 8. Instansi Teknis adalah Instansi atau Lembaga yang terkait dengan Pengembangan Koperasi. 9. Akta Pendirian Koperasi adalah akta perjanjian yang dibuat oleh para pendiri dalam rangka pembentukan koperasi, dan memuat anggaran dasar Koperasi serta disyahkan oleh Notaris. 3

4 10. Anggaran Dasar Koperasi adalah aturan dasar tertulis yang memuat keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. 11. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang. 12. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi. 13. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama Koperasi. 14. Modal Koperasi adalah modal yang dihimpun dari anggota dan atau pihak ketiga untuk menjalankan usaha Koperasi. 15. Modal penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang ditanamkan oleh Pemodal untuk menambah dan memperkuat struktur permodalan Koperasi dalam meningkatkan kegiatan usahanya. 16. Kemitraan adalah kerjasama antara Koperasi dengan Usaha Kecil, Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar dengan memperhatikan prinsipprinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. 17. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi adalah merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikuranggi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 18. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. 19. Pedagang Informal adalah perorangan yang tidak memiliki badan usaha yang melakukan kegiatan perdagangan barang dan atau jasa dalam skala kecil yang dijalankan oleh pengusahanya sendiri berdasarkan azas kekeluargaan. BAB II LANDASAN, AZAS, TUJUAN DAN PRINSIP KOPERASI Bagian Pertama Landasan dan Azas Pasal 2 Koperasi berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta berdasarkan atas azas kekeluargaan. Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

5 Bagian Ketiga Prinsip Koperasi Pasal 4 (1) Dalam upaya mencapai tujuan sebagaimana dimaksud Pasal 3 Koperasi melaksanakan kegiatan berdasarkan kepada prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut : a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; b. pengelolaan dilakukan secara demokratis; c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota; d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; e. kemandirian; f. menghimpun dan mengkoordinir potensi serta sumber daya anggota secara efisien dan efektif. (2) Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip Koperasi sebagai berikut : a. pendidikan perkoperasian; b. kerja sama antar Koperasi. BAB III PEMBENTUKAN, PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI Bagian Pertama Proses dan Persyaratan Pembentukan Koperasi Pasal 5 (1) Sekelompok orang yang akan membentuk Koperasi wajib memahami pengertian, nilai dan prinsip-prinsip sebagaimana Pasal 4. (2) Proses Pembentukan koperasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Koperasi primer dibentuk dan didirikan oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang yang mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi dan usaha yang sama; b. Koperasi sekunder dibentuk dan didirikan oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Badan Hukum koperasi; c. Pendiri Koperasi primer sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah Warga Negara Indonesia yang cakap secara hukum dan mampu melakukan perbuatan hukum; d. Pendiri Koperasi sekunder adalah Pengurus Koperasi primer yang diberi kuasa dari masing-masing Koperasi untuk menghadiri rapat pembentukan koperasi sekunder; e. Usaha yang akan dilaksanakan oleh Koperasi harus layak secara ekomomi: dikelola secara efisien dan mampu memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi anggota; f. Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh Koperasi; g. Memiliki tenaga terampil dan mampu untuk mengelola Koperasi; Pasal 6 (1) Para pendiri wajib mengadakan rapat persiapan yang membahas semua halhal yang berkaitan dengan rencana pembentukan Koperasi dan persyaratanpersyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 5; 5

6 (2) Rapat persiapan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas, dihadiri oleh Pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah, guna menyampaikan penyuluhan tentang Perkoperasian. Pasal 7 (1) Rapat pembentukan Koperasi primer dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua puluh orang pendiri, sedangkan pembentukan koperasi sekunder dihadiri oleh sekurang-kurangnya tiga koperasi yang diwakili orang yang diberi kuasa berdasarkan keputusan Rapat Anggota Koperasi yang bersangkutan; (2) Rapat pembentukan dipimpin oleh seorang atau beberapa orang dari pendiri koperasi primer atau kuasa pendiri dari koperasi sekunder dan dihadiri oleh petugas Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi koperasi; (3) Rapat sebagaimana dimaksud ayat (2) membahas Rancangan Anggaran Dasar, Anggaran rumah tangga serta rencana kerja Koperasi; (4) Rancangan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud ayat (3) memuat sekurang-kurangnya daftar nama pendiri, nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta bidang usaha, ketentuan mengenai keanggotaan, rapat anggota, Pengurus, Pengawas, pengelola, permodalan, jangka waktu berdirinya, pembagian sisa hasil usaha dan ketentuan mengenai sanksi. (5) Pelaksanaan Rapat anggota pembentukan Koperasi harus dituangkan dalam; a. Berita Acara Rapat Anggota Pendirian; b. Pernyataan Keputusan Rapat Anggota Pendirian; Pasal 8 (1) Pembentukan Koperasi sebagaimana dimaksud pasal 5 diatas dinyatakan dengan akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar yang dikeluarkan oleh Notaris yang telah ditunjuk oleh Pemerintah; (2) Koperasi mempunyai tempat kedudukan yang tetap dan jelas di Kota Solok Bagian Kedua Pengesahan Akta Pendirian Pasal 9 (1) Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya dikeluarkan Notaris dan disahkan oleh Pemerintah dengan Surat Keputusan melalui Satuan kerja Perangkat Daerah. (2) Untuk pengesahan Akta Pendirian Koperasi sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas Kuasa Pendiri mengajukan Permohonan kepada Pemerintah melalui Satuan kerja Perangkat Daerah, dengan melampirkan sebagai berikut : a. 1 (satu) salinan akta pendirian Koperasi bermaterai cukup; b. Data akta pendirian Koperasi yang dibuat dan ditandatangani oleh Notaris; c. Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok dan simpanan wajib dilunasi oleh para pendiri; d. Rencana kegiatan usaha Koperasi minimal 3 (tiga) tahun kedepan dan rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi; e. Notulen rapat pembentukan; 6

7 f. Surat kuasa; g. Susunan Pengurus dan Pengawas; h. Daftar Hadir Rapat Pembentukan; i. Untuk Koperasi Primer melampirkan foto kopy KTP dari para pendiri; j. Untuk koperasi Sekunder melampirkan Keputusan Rapat Anggota masing-masing Koperasi pendiri tertuang persetujuan pembentukan Koperasi sekunder dan foto copy Akta Pendirian, dan Anggaran Dasar masing-masing Koperasi Pendiri. Bagian ketiga Perubahan Anggaran Dasar Pasal 10 (1) Anggaran Dasar Koperasi dapat dilakukan perubahan apabila dibutuhkan oleh koperasi dan atau dalam rangka penyesuaian peraturan perundangan koperasi yang berlaku. (2) Perubahan Anggaran Dasar Koperasi tidak dapat dilakukan apabila Koperasi sedang dinyatakan pailit berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kecuali atas persetujuan pengadilan. (3) Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan berdasarkan Keputusan Rapat Anggota sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar koperasi, dan wajib dituangkan dalam : a. Berita Acara Rapat Anggota Perubahan Anggaran Dasar yang dibuat dan ditanda tangani oleh Notaris, apabila rapat perubahan anggaran dasar dihadiri oleh Notaris; atau b. Notulen rapat anggota perubahan anggaran dasar Koperasi yang ditandatangani oleh pimpinan rapat dan sekretaris rapat, apabila rapat perubahan anggaran dasar tidak dihadiri Notaris. (4) Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pasal 1 dihadiri oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah. (5) Apabila dipandang perlu Perubahan Anggaran Dasar dihadiri oleh Notaris dan turut serta menanda tangani berita acara. Pasal 11 (1) Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut Perubahan bidang usaha, penggabungan atau pembagian koperasi wajib mendapat pengesahan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah. (2) Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini pengurus wajib menyampaikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah. (3) Permintaan pengesahan Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud ayat (1), diajukan secara tertulis oleh Pengurus kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah. Pasal 12 (1) Pengajuan Permintaan pengesahan Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut bidang usaha harus melampirkan : a. 1 (satu) salinan Akta Anggaran Dasar Koperasi yang telah dirubah bermaterai cukup; b. Data Akta Perubahan Anggaran Dasar yang ditandatangani Notaris; 7

8 c. Berita Acara Rapat Anggota Perubahan Anggaran Dasar Koperasi; d. Daftar Hadir Rapat Perubahan Anggaran Dasar Koperasi; e. Foto Copy Akta Pendirian dan Anggaran Dasar Koperasi yang lama yang telah dilegalisir oleh Notaris; f. Foto Copy buku daftar anggota; g. Dokumen lain sesuai peraturan yang berlaku. (2) Pengajuan permintaan pengesahan perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut penggabungan koperasi, melampirkan : a. 1 (satu) salinan Akta Anggaran Dasar Koperasi yang telah diubah, bermaterai cukup; b. Data akta pendirian dan perubahan Anggaran Dasar Koperasi hasil penggabungan; c. Berita Acara dan Daftar Hadir Rapat Anggota perubahan Anggaran Dasar Koperasi yang menerima penggabungan; d. Berita Acara dan Daftar Hadir Rapat Anggota dari masing-masing koperasi yang bergabung; e. Neraca Akhir masing-masing koperasi yang bergabung; f. Neraca Awal koperasi hasil penggabungan; g. Foto Copy Akta Pendirian dan Anggaran Dasar yang lama; h. Dokumen lain sesuai peraturan yang berlaku. (3) Pengajuan permintaan pengesahan perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut pembagian koperasi, melampirkan : a. 1 (satu) salinan Akta Anggaran Dasar Koperasi yang telah diubah, bermaterai cukup; b. Data akta pendirian dan perubahan Anggaran Dasar Koperasi yang dibagi; c. Berita Acara Rapat Anggota perubahan Anggaran Dasar Koperasi yang dibagi; d. Neraca yang baru dari koperasi yang dibagi; e. Daftar Hadir Rapat Anggota perubahan Anggaran Dasar Koperasi; f. Neraca Akhir sebelum koperasi dibagi; g. Foto Copy Akta Pendirian dan Anggaran Dasar yang lama; h. Dokumen lain sesuai peraturan yang berlaku. Pasal 13 (1) Pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah melakukan penelitian terhadap materi perubahan Anggaran Dasar yang diajukan Pengurus Koperasi atau kuasanya. (2) Materi perubahan anggaran dasar tidak boleh bertentangan dengan Undang- Undang Perkoperasian dan peraturan perundang-undangan lainnya. (3) Apabila pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pasal ini memandang perubahan anggaran dasar yang diajukan telah memenuhi persyaratan dan tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku, maka pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah akan mengesahkan dengan Surat Keputusan. BAB IV CABANG DAN PERWAKILAN Pasal 14 (1) Koperasi dapat membuka Kantor Cabang dan Perwakilan di Daerah setelah mendapat persetujuan dari Walikota melalui Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah. 8

9 (2) Koperasi yang akan membuka Kantor Cabang di Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1), terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Walikota melalui Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan persyaratan: a Foto copy Akta Pengesahan Badan Hukum dan Anggaran Dasar yang telah dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang dan terlebih dahulu memperlihatkan Pengesahan Akta dan Anggaran Dasar yang asli. b Foto copy SITU dan TDP. c Foto copy SIUP yang dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang, apabila Koperasi tersebut bergerak dibidang usaha perdagangan. d Rencana kegiatan usaha 3 (tiga) tahun kedepan. e Surat bukti modal Investasi pada Bank Pemerintah yang ada di Daerah yang besarannya ditetapkan dengan keputusan Walikota. f Khusus bagi koperasi yang bergerak dibidang usaha simpan pinjam, daftar anggota yang berdomisili di Daerah minimal 20 orang. g Ketentuan suku bunga pinjaman tidak melebihi dari bunga pinjaman Bank yang berlaku di Daerah. BAB V HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Pertama Hak Koperasi Pasal 15 (1) Koperasi mempunyai hak yang sama dengan badan usaha lainnya untuk mengembangkan usahanya. (2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kesempatan dan peningkatan usaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan. (3) Koperasi mempunyai hak memperoleh informasi pelayanan mengenai lapangan kegiatan usaha yang tersedia di Daerah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah. Bagian Kedua Kewajiban Koperasi Pasal 16 (1) Koperasi dikelola secara demokratis, profesional dan ankuntabel sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi. (2) Koperasi wajib melaksanakan usaha yang berbasis kooperatif. (3) Koperasi wajib melaksanakan Rapat Anggota Tahunan. (4) Pengelolaan koperasi sesuai dengan Anggaran Dasar dan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI MODAL KOPERASI Pasal 17 (1) Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman (2) Modal sendiri dapat berasal dari : a. Simpanan pokok b. Simpanan wajib 9

10 c. Dana cadangan d. Hibah/Donasi (3) Modal pinjaman dapat berasal dari : a Anggota b Koperasi lainnya dan /atau anggotanya c Bank dan lembaga keuangan lainnya d Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya e Sumber lain yang sah Pasal 18 (1) Selain modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, koperasi dapat pula melakukan pemupukan modal yang bersumber dari modal penyertaan. (2) Modal Penyertaan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas adalah berasal dari : a. Pemerintah b. Pemerintah Daerah. c. Swasta dan Lembaga keuangan lainnya. BAB VII LAPANGAN USAHA DAN KEMITRAAN Bagian Pertama Lapangan Usaha Pasal 19 (1) Koperasi menjalankan kegiatan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan angota dan masyarakat. (2) Kegiatan dimaksud pada ayat (1) meliputi segala bidang kehidupan ekonomi. (3) Koperasi dapat melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dengan pola konvensional maupun pola konvensional maupun pola syariah. (4) Kegiatan simpan pinjam sebagaimana dimaksud ayat (3) dapat dilakukan sebagai salah satu dan atau satu-satunya kegiatan usaha koperasi yang disebut Koperasi simpan Pinjam (KSP). Bagian Kedua Kemitraan Pasal 20 (1) Koperasi dalam mengembangkan usahanya dapat melakukan Kemitraan. (2) Kemitraan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan antar koperasi, koperasi dengan usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar. (3) Koperasi yang bermitra dengan pengusaha menengah dan pengusaha besar melaporkan hasil kegiatan usaha yang dimitrakan tersebut kepada Walikota melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah. BAB VIII PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA KOPERASI Pasal 21 (1) Sisa hasil usaha koperasi dipergunakan untuk : 10

11 a. Cadangan Koperasi minimal 25 % b. Anggota menurut jasanya dalam koperasi dan anggota menurut perbandingan simpanan. c. Dana Pengurus dan Pengawas d. Dana kesejahteraan karyawan e. Dana Pendidikan f. Dana Sosial g. Dana Pembangunan Daerah Kerja (2) Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi ditetapkan berdasarkan Keputusan Rapat Anggota Koperasi. (3) Sisa hasil Usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pada dasarnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan anggota koperasi dan meningkatkan modal koperasi dalam rangka meningkatkan kemandirian koperasi Pasal 22 (1) Besarnya dana cadangan minimal 25 % dari SHU tahun berjalan dan sekurang-kurangnya 25 % dari besarnya dana cadangan wajib disimpan pada Bank Pemerintah yang disetujui oleh Rapat Anggota. (2) Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk menutup kerugian apabila kerugian tersebut karena kelalaian pengurus/pengelola, atau karena kesengajaan pengurus/pengelola dalam kesalahan perhitungan usaha. (3) Dana cadangan koperasi dapat digunakan apabila : a Koperasi mengalami kerugian setelah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga. b Pengurus mengadakan perluasan usaha dalam bentuk investasi c Koperasi mengalami kerugian yang bukan karena kehendak/disengaja oleh pengurus, seperti musibah kebakaran, bencana alam dan huruhara. (4) Rapat anggota hanya boleh menyetujui penggunaan dana cadangan maksimal 75 % dari jumlah dana keseluruhan. (5) Penggunaan Dana Cadangan oleh pengurus tanpa persetujuan rapat anggota adalah tidak sah. BAB IX PEMBUBARAN KOPERASI Pasal 23 (1) Pembubaran Koperasi dapat dilakukan berdasarkan : a. Keputusan Rapat anggota, atau b. Keputusan Pemerintah (2) Pembubaran sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dapat dilakukan apabila : a. Koperasi tidak memenuhi /melaksanakan ketentuan dan perundangundangan yang berlaku. b. Koperasi tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam anggaran dasarnya. 11

12 c. Koperasi melaksanakan kegiatan yang bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan yang dinyatakan berdasarkan Keputusan Pengadilan. d. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan Keputusan Pengadilan Niaga. BAB X LEMBAGA GERAKAN KOPERASI Bagian Pertama Nama dan Tempat kedudukan Pasal 24 (1) Yang dimaksud dengan Lembaga Gerakan Koperasi dalam Peraturan Daerah ini adalah Dewan Koperasi Indonesia yang disingkat dengan DEKOPIN, sebagaimana diatur dalam Undang Undang Perkoperasian serta peraturan perundang undangan lainnya. (2) Untuk Kota Solok dinamakan Dewan Koperasi Indonesia Daerah yang disingkat dengan DEKOPINDA. (3) Dekopinda berkedudukan didalam Wilayah Kota Solok. Bagian Kedua Tujuan, Fungsi dan Kegiatan Pasal 25 (1) Dekopinda bertujuan membantu Pemerintah Daerah dalam membina dan mengembangkan kemampuan Koperasi dalam kedudukannya sebagai pelaku ekonomi Daerah dan Nasioanl dalam mewujudkan tata ekonomi Daerah dan Nasional berdasarkan Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 dengan tetap menegakkan jati diri Koperasi (2) Dekopinda merupakan Organisasi Tunggal Gerakan Koperasi di Daerah berfungsi sebagai berikut : a. Wadah perjuangan cita-cita, nilai-nilai dan prinsip prinsip Koperasi; b. Wakil Gerakan Koperasi baik didaerah maupun Nasional; c. Mitra Pemerintah dalam rangka mewujudkan pembangunan Koperasi. Pasal 26 (1) Dekopinda melakukan kegiatan : a. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Koperasi; b. Meningkatkan Kerja Sama antar Koperasi dan antar Koperasi dengan badan usaha lainnya, baik tingkat Kota Solok maupun antar Kabupaten/ Kota dan Propinsi; c. Memberikan Advokasi terhadap Koperasi untuk mendapat akses dan peluang yang lebih besar dalam perekonomian daerah; d. Meningkatkan peranan wanita dan pemuda dalam perkoperasian. (2) Dalam rangka menyelenggarakan kegiatan tersebut, anggota Dekopinda atau gerakan Koperasi secara bersama-sama wajib menyisihkan dan menghimpun dana Koperasi. (3) Dana Koperasi yang dihimpun seperti pada pasal (2) tersebut diatas berasal dari perolehan dana pendidikan gerakan koperasi dari perhitungan perolehan Sisa Hasil Usaha Tahunan. 12

13 (4) Jumlah dana yang disisihkan pada pasal (3) tersebut diatas adalah 25 % dari dana Pendidikan perolehan Sisa Hasil Usaha Tahun Buku bersangkutan, serta disetor langsung kepada Dekopinda Kota Solok. (5) Dekopinda dapat menerima perolehan dana dari pihak lain yang sifatnya tidak mengikat. (6) Setiap akhir tahun Dekopinda wajib membuat laporan pertanggung jawaban keuangan atas dana-dana yangt diterima serta disampaikan kepada seluruh anggota atau gerakan Koperasi dan pihak terkait lainnya. (7) Dekopinda wajib menyelenggarakan Rapat Pimpinan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun dan Musda sekali dalam 5 (lima) tahun, sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Dekopin. BAB XI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN Bagian Pertama Kelembagaan Pasal 27 Pemerintah Daerah dalam upaya memperkuat kelembagaan koperasi sebagai lembaga ekonomi masyarakat dapat : a. Membina dan mendorong Koperasi sebagai wadah ekonomi masyarakat yang mempunyai ciri khas yaitu pemilik adalah pelanggan. b. Meningkatkan manajerial koperasi, agar menjadi koperasi yang berkualitas, sehat, produktif, mandiri, maju berdaya saing dan berdaya guna. c. Memberikan bantuan informasi dan konsultasi guna pemecahan masalah yang terjadi dalam organisasi koperasi, dengan tetap memperhatikan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. d. Memberikan Sosialisasi kepada Pengurus Koperasi dan masyarakat luas untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian, pemahaman dan ideologi koperasi. e. Memberikan Advokasi kepada Pengurus koperasi, apabila terjadi permasalahan dengan pihak-pihak lain yang menyangkut pelaksanaan Peraturan dan Perundang-undangan Perkoperasian. f. Mendorong koperasi untuk dapat melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tepat waktunya. g. Mengavaluasi kinerja koperasi secara umum dan teknis. Bagian Kedua U s a h a Pasal 28 Pemerintah Daerah dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim usaha yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan koperasi dapat : a. Memberikan kesempatan usaha yang seluas-luasnya kepada koperasi. b. Mengupayakan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antar koperasi dan antara koperasi dengan Badan Usaha lainnya, baik tingkat lokal, nasional dan internasional. c. Memberikan bantuan perkuatan permodalan kepada koperasi. d. Mengembangkan akses jaringan usaha/pasar dalam rangka membangun posisi tawar koperasi. e. Memberikan perlindungan terhadap usaha koperasi yang mempunyai kaitan dengan ekonomi rakyat sesuai dengan ketentuan dan Perundang-undangan yang berlaku. 13

14 BAB XII PENGENDALIAN / PENGAWASAN Pasal 29 (1) Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan Pengendalian terhadap perkembangan tata kehidupan perkoperasian. (2) Pengendalian dimaksud ayat (1) dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah. Pasal 30 (1) Dalam upaya mengendalikan perkembangan perkoperasian Pemerintah Kota Solok melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah melakukan pengawasan secara rutin dan terus menerus berupa : a. Melakukan pengawasan terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang melaksanakan kegiatan usahanya mengatas namakan koperasi. b. Mengawasi penyelenggaraan organisasi dan usaha koperasi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perkoperasian. c. Mengawasi pelaksanaan dan penerapan prinsip-prinsip koperasi pada masing-masing koperasi. (2) Untuk efektifnya pengawasan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) diatas Pemerintah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah berkewajiban : a. Melakukan Audit manajemen terhadap Organisasi koperasi. b. Melakukan Audit terhadap penyelenggaraan usaha dan laporan keuangan koperasi minimal 1 (satu) kali setahun. (3) Audit sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini dilakukan terhadap koperasi yang dipandang perlu sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. BAB XIII SANKSI Bagian Pertama Sanksi Administrasi dan denda Pasal 31 (1) Setiap pengurus dan atau pengelola koperasi yang melakukan penyimpangan dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan Rapat Anggota, sehingga merugikan koperasi/anggotanya dan pihak lainnya, diberikan sanksi oleh Walikota dan atau Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai berikut : a. Teguran lisan sebanyak 3 (tiga) kali dalam waktu 1 (satu) bulan; b. Teguran tertulis 3 (tiga) kali dalam waktu 3 (tiga) bulan; (2) Setiap Pengurus/Pengelola/anggota yang karena kelalaiannya mengakibatkan kerugian terhadap koperasi dan atau anggota lainnya dikenakan sanksi berupa denda sebesar kerugian yang ditimbulkannya. Bagian Kedua Sanksi Pidana Pasal 32 Bagi Pengurus/Pengawas/Pengelola/anggota koperasi yang karena kelalaiannya dan atau sengaja melanggar ketentuan yang berlaku dalam 14

15 koperasi, sehingga menimbulkan kerugian, dapat diproses sesuai Undang- Undang Hukum Pidana dan Undang-undang Tindak Pidana Korupsi. BAB XIV KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 33 (1) Selain Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu dilingkungan Pemerintahan Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyelidik untuk melakukan penyelidikan tindak pidana di bidang koperasi, penyidikan dapat dilakukan oleh Pejabat Kepolisian Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana agar ketentuan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tidak pidana; c. Meminta, keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. Memberikan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyelidikan; g. Menyuruh berhenti, melarang seorang meninggalkan ruang atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan pemeriksaan identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindakan pidana; i. Memanggil seseorang untuk di dengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran Penyelidikan tindakan pidana menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan (3) Penyelidik sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) memberikan hasi Penyidikan kepada Kepolisian Negara untuk diteruskan kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. BAB XV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 34 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka segala ketentuan yang mengatur hal yang sama yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi. 15

16 BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 35 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang untuk pelaksanaan akan diatur lebih lanjut oleh Walikota. Pasal 36 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Solok. Ditetapkan di : Solok Pada tanggal : April 2007 WALIKOTA SOLOK, Diundangkan di : Solok Pada Tanggal : April 2007 SEKRETARIS DAERAH KOTA SOLOK, SYAMSU RAHIM MASRIAL MAMAR LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK TAHUN 2007 NOMOR.. 16

17 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG PERKOPERASIAN I. UMUM Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan pasal 33 menyatakan bahwa kemakmuran masyarakat yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah Koperasi. Penjelasan itu juga menempatkan Koperasi dalam kedudukan sebagai sokoguru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional. Disamping itu untuk pelaksanaannya juga dijelaskan pada Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian pada pasal 1 ayat (1) bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi segaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi sebagaima tersebut diatas maka peran koperasi sangatlah penting dalam menumbuh kembangkan ekonomi masyarakat yang mempunyai ciri kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan. Dalam kedudukan seperti itu diharapkan koperasi seharusnya mempunyai peluang dan ruang gerak yang luas dalam pengembangan usaha sehingga koperasi kuat dan mandiri. Pembinan pembangunan koperasi perlu lebih terarah sehingga bisa lebih berperan dalam pembangunan perekonomian nasional khusus pembangunan ekonomi masyarakat di kota solok. Pembangunan dimaksud adalah agar koperasi benar-benar menjalankan prinsip koperasi dalam kaidah usaha ekonomi. Dengan demikian koperasi akan menjadi organisasi ekonomi yang mantap, demokratis, otonom, partisipatif dan berwatak sosial. Pemerintah Kota Solok berkewajiban untuk menciptakan dan mengembangkan iklim / kondisi yang mendorong pertumbuhan koperasi dengan memberikan bimbingan, pembinaan, pengawasan dan perlindungan. Atas dasar hal hal tersebut Pemerintah Kota Solok, perlu menetapkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pembinaan Koperasi. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 17

18 Pasal 3 Pasal 4 Prinsip koperasi merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan prinsip tersebut koperasi mewujudkan dirinya menjadi badan usaha sekaligus menjadi gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial. Ayat (1) Prinsip koperasi ini merupakan esensi yang mendasar dan dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain. Huruf a Kesuksesan dalam keanggotaan koperasi bermakna bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksa oleh siapapun, disamping itu juga bermakna seorang anggota dapat mengundurkan diri dari keanggotaan koperasi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar dan sifat terbuka memiliki arti bahwa koperasi tidak ada pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun. Huruf b Demokrasi menunjukan bahwa pengelolaan atas kehendak dan keputusan anggota melalui Rapat Anggota sekaligus memegang dan melaksanakan kekuasaan tertinggi. Huruf c Sisa Hasil Usaha dibagikan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki anggota, tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi ini adalah perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan. Huruf d Modal dalam koperasi dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan untuk mencari sekedar keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada anggota terbatas terhadap modal dengan arti tidak melebihi suku bunga Bank. Huruf e Kemandirian adalah tanpa tergantung pada pihak lain dan percaya atas pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Disamping itu pula pengertian kebebasan yang bertanggung jawab otonom dan swadaya, berani mempertangungjawabkan perbuatan sendiri dan kehendak untuk mengelola diri sendiri. Huruf f Mengkoordinir potensi anggota artinya memperhatikan setiap kemampuan serta produk yang dihasilkan anggota dan dimanfaatkan dalam pengembangan organisasi dan usaha sekaligus meningkatkan profesionalisme dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan anggota. 18

19 Ayat (2) Disamping 6 prinsip yang ada pada ayat (1) untuk pengembangan koperasi juga melaksanakan 2 prinsip yaitu pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar koperasi dalam upaya meningkatkan kemampuan dan memperluas wawasan dan memperkuat solidariotas. Pasal 5 Pasal 6 Para pendiri adalah orang-orang yang pertama memprakarsai berdirinya sebuah koperasi dengan jumlah minimal 20 (dua puluh) orang yang mengadakan rapat persiapan dan menyusun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga pada saat koperasi didirikan. Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Koperasi yang menjadi tanggung jawab mutlak Pemerintah Daerah dalam memberikan pembinaan, perlindungan adalah koperasi yang sudah mempunyai kekuatan hukum/sudah mendapat pengesahan dari Pemerintah dan mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Ayat (2) huruf f Surat kuasa adalah surat kuasa yang diberikan oleh para pendiri koperasi kepada beberapa orang yang diberi kuasa untuk menandatangani Anggaran Dasar Koperasi dan mengurus Permohonan Pengesahan Badan Hukum Koperasi. Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Ayat (1) huruf g Ayat (2) huruf h Ayat (3) huruf h Dokumen lain sesuai peraturan yang berlaku dimaksudkan adalah bila bagi koperasi yang telah mempunyai TDP, SIUP agar melampirkan foto copynya. Pasal 13 Penelitian adalah meneliti isi anggaran dasar apakah tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mengecek kebenaran tempat kedudukan /alamat koperasi dan kegiatan usaha yang telah dilaksanakan. 19

20 Pasal 14 Ayat (1) Kantor Cabang dan Perwakilan adalah kantor yang berfungsi mewakili kantor pusat dalam menjalankan kegiatan usaha. Ayat (2) Modal investasi adalah sejumlah modal yang disediakan kantor pusat untuk menjalankan usaha di kantor cabang yang besarnya ditetapkan dengan keputusan Walikota. Pasal 15 Pasal 16 Ayat (1) demokratis adalah pengelolaan koperasi dilakukan secara musyawarah para anggota yang ditetapkan dalam suatu keputusan rapat anggota karena ditangan rapat anggota, terletak kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 profesional adalah pengelolaan koperasi dilaksanakan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Aturan yang berlaku tersebut meliputi ketentuan peraturan perundangundangan, anggaran dasar (AD) koperasi dan keputusan rapat anggota. ankuntabel adalah pengelolaan koperasi baik itu organisasi maupun usaha harus dapat dipertanggungjawabkan oleh pengurus dalam suatu mekanisme Rapat Anggota. 20

21 Pasal 24 Ayat (1) Lembaga gerakan koperasi adalah organisasi tunggal yang didirikan oleh semua gerakan koperasi yang ada di Kota Solok dan berfungsi sebagai penyalur aspirasi seluruh anggota koperasi serta menjadi mitra Pemerintah dalam mengambil kebijakan dibidang perkoperasian. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Ayat (1) Pengendalian dimaksud adalah semua kelompok usaha masyarakat dan koperasi yang ada melaksanakan kegiatannya sesuai jati diri dan prinsip koperasi. Ayat (2) Pelaksanaan pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh petugas teknis yang ada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi koperasi. Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 ***2007*** 21

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 35 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, USAHA KECIL DAN USAHA MENENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, USAHA KECIL DAN USAHA MENENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, USAHA KECIL DAN USAHA MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SELAYAR, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 116, 1992 (PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warganegara. Kesejahteraan. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa Koperasi,baik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 01/Per/M.KUKM/I/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 01/Per/M.KUKM/I/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Per/M.KUKM/I/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN, PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI SALINAN LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 4 TAHUN 2001 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2002 LEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2002 T E N T A N G PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH POLEWALI MANDAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Menimbang : a. Mengingat : 1.

Menimbang : a. Mengingat : 1. 1958 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TIMOR TENGAH UTARA, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. 3.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN KOPERASI DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENERBITAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAGAR ALAM

PERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENERBITAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAGAR ALAM PERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENERBITAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAGAR ALAM Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan kewenangan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 08 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 08 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 08 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI SERTA

Lebih terperinci

PROSEDUR/TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI Di KALANGAN MASYARAKAT

PROSEDUR/TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI Di KALANGAN MASYARAKAT PROSEDUR/TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI Di KALANGAN MASYARAKAT A. Landasan Hukum Koperasi Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akte Pendirian dan Perubahan

Lebih terperinci

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas).

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas). KOPERASI.. Nomor : 12 Pada hari ini, Kamis, tanggal 10-09-2015 (sepuluh September dua ribu lima belas). Pukul 16.00 (enam belas titik kosong-kosong) Waktu Indonesia Bagian Barat. ------- - Hadir dihadapan

Lebih terperinci

KETENTUAN PEMBERIAN STATUS BADAN HUKUM KOPERASI, SERTA PENGENAAN RETRIBUSI DAN DANA PEMBINAAN/PENGEMBANGAN KOPERASI DI KOTA MAKASSAR

KETENTUAN PEMBERIAN STATUS BADAN HUKUM KOPERASI, SERTA PENGENAAN RETRIBUSI DAN DANA PEMBINAAN/PENGEMBANGAN KOPERASI DI KOTA MAKASSAR WALIKOTA MAKASSAR PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN STATUS BADAN HUKUM KOPERASI, SERTA PENGENAAN RETRIBUSI DAN DANA PEMBINAAN/PENGEMBANGAN KOPERASI DI KOTA MAKASSAR

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA ANGGARAN DASAR Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU Pasal 1 (1) Badan Usaha ini adalah koperasi Pekerja dan Pengusaha Media dengan nama Koperasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 15 TAHUN 2003 SERI D.12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 06 TAHUN 2003 TENTANG PEMBINAAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI 1 LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 40 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 05 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBUBARAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa peran Koperasi dalam menumbuhkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 612 TAHUN : 2003 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2012 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 JANUARI 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG : RETRIBUSI PELAYANAN PASAR Sekretariat Daerah Kota Sukabumi Bagian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi merupakan wadah usaha bersama yang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI

ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Koperasi ini bernama KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI dan selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut KOPERASI.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang ; a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, USAHA KECIL DAN USAHA MENENGAH

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, USAHA KECIL DAN USAHA MENENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, USAHA KECIL DAN USAHA MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2008 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2008 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2008 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM KOPERASI DAN PERUBAHAN ANGGARAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA PANGKALPINANG WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a. bahwa dengan semakin

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 21 TAHUN 2007 SERI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA Menimbang : a. NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA KOPERASI Pendirian koperasi didasarkan oleh keinginan dari beberapa orang yang bersepakat bergabung, mengelola kegiatan dan kepentingan

Lebih terperinci

koperasi perlu diatur pengelolaannya;

koperasi perlu diatur pengelolaannya; PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan bertujuan untuk

Lebih terperinci

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN RETRIBUSINYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Keputusan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA INDUSTRI (SIUI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

GUBERNUR SULAWESI SELATAN, 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR: 1 TAHUN 2006 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, USAHA KECIL DAN USAHA MENENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. bahwa tarif retribusi yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota

Lebih terperinci

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SORONG, Menimbang : a. bahwa koperasi sebagai gerakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2009 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2009 NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2009 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----BAB I ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Lebih terperinci

PUSTAKA ELEKTRONIK YAYASAN ENAMGE UNTUK PRAKTISI MANAJEMEN S.D.M.

PUSTAKA ELEKTRONIK YAYASAN ENAMGE UNTUK PRAKTISI MANAJEMEN S.D.M. PUSTAKA ELEKTRONIK YAYASAN ENAMGE UNTUK PRAKTISI MANAJEMEN S.D.M. UU 25/1992 ttg PERKOPERASIAN Acuan Informasi Tanpa Tuntutan Dikinikan: 11 Juni 2004 IP Umum Rekrutmen K-3 PP-KKB-PK-Konvensi TK Wanita

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRES1K NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : Bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka Pembinaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 8 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 3 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2003 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA TENTANG PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I NAMA TEMPAT KEDUDUKAN. menjalankan kegiatan sebagai berikut: 1. Membina dan mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan di antara para anggotanya.

BAB I NAMA TEMPAT KEDUDUKAN. menjalankan kegiatan sebagai berikut: 1. Membina dan mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan di antara para anggotanya. BAB I NAMA TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Badan Usaha ini bernama Kelompok Simpan Pinjam Warga Sejahtera dengan nama singkatan KSPWS KSPWS berkedudukan hukum di Rt 2/11 Desa Cijujung Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang : a bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 50 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 50 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 50 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 50 TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 50 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 50 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI USAHA KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

1 of 5 02/09/09 11:36

1 of 5 02/09/09 11:36 Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, USAHA KECIL DAN USAHA MENENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa koperasi sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, 1 BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa kemajuan dan peningkatan pembangunan

Lebih terperinci

AKTA PENDIRIAN KOPERASI PEMASARAN... Nomor:.

AKTA PENDIRIAN KOPERASI PEMASARAN... Nomor:. AKTA PENDIRIAN KOPERASI PEMASARAN... Nomor:. Pada hari ini Tanggal ( ) Pukul ( )Waktu Indonesia Bagian. Berhadapan dengan saya,, Sarjana Hukum, Notaris, dengan dihadiri oleh saksi yang saya kenal dan akan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN, PERUBAHAN ANGGARAN DASAR, DAN PEMBUBARAN KOPERASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DI PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA

Lebih terperinci

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut:

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut: Overview Koperasi 1 Pendahuluan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1) menyatakan perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasan pasal 33 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING Menimbang : Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 SERI B. 11 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 SERI B. 11 TAHUN LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 SERI B. 11 TAHUN 2002 ----------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PEMBUATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang Mengingat a. bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan Otonomi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 17 SERI C.17 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 17 SERI C.17 TAHUN LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 17 SERI C.17 TAHUN 2002 ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 15 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DAN PENDAFTARAN DI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 21 TAHUN 2007 SERI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI USAHA BERSAMA ALUMNI STMN CIAMIS. BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

ANGGARAN DASAR KOPERASI USAHA BERSAMA ALUMNI STMN CIAMIS. BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 ANGGARAN DASAR KOPERASI USAHA BERSAMA ALUMNI STMN CIAMIS BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Koperasi ini bernama Koperasi Usaha Bersama Alumni STMN Ciamis dan selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DAERAH BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PANJANG, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa kemajuan dan peningkatan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DAERAH BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 619 TAHUN : 2003 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 03 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DALAM DAERAH KOTA TERNATE

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 03 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DALAM DAERAH KOTA TERNATE PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 03 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DALAM DAERAH KOTA TERNATE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOTA TERNATE Menimbang a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI KARTU KELUARGA, KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI KARTU KELUARGA, KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI KARTU KELUARGA, KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK Menimbang :a.

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2005 SERI E ===================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAH MAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Men im bang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci