PENGARUH TASK ORIENTED APPROACH (TOA) TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN AKTIVITAS BERPAKAIAN PADA PASIEN PASCA STROKE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH TASK ORIENTED APPROACH (TOA) TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN AKTIVITAS BERPAKAIAN PADA PASIEN PASCA STROKE"

Transkripsi

1 PENGARUH TASK ORIENTED APPROACH (TOA) TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN AKTIVITAS BERPAKAIAN PADA PASIEN PASCA STROKE EFFECT OF TASK ORIENTED APPROACH (TOA) ON DRESSING OF ABILITY ACTIVITIES THE POST- STROKE PATIENTS Erna Ariyanti Kurnianingsih dan Wawan Ridwan Mutaqin Poltekkes Surakarta Jurusan Okupasi Terapi dan Abstrak Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Stroke dapat menyebabkan gangguan-gangguan antara lain kelumpuhan anggota gerak, perubahan mental, seperti gangguan daya pikir, kesadaran, konsentrasi, kemampuan belajar, mem-baca dan fungsi intelektual lainnya, gangguan komunikasi, gangguan emosional, dan kehilangan indra rasa. Jika kondisi ini dibiarkan, maka pasien tidak hanya akan mengalami kecacatan tetapi juga akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari seperti aktivitas berpakaian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh task oriented approach (TOA) terhadap kemampuan aktivitas berpakaian pada pasien pasca stroke. Penelitian ini termasuk peneli-tian eksperimen dengan metode nonrandomized control group pretest-posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Jumlah sampel 50 pasien stroke di Kabupaten Boyolali, yang terdiri dari 25 sampel kelompok perlakukan dan 25 sampel kelompok kontrol. Analisis data dilakukan dengan uji Wilcoxon diketahui bahwa nilai signifikansi (p<0.05), sehingga terdapat perbedaan kemampuan aktivitas berpakaian yang bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan responden kelompok perlakuan. Sedangkan nilai signifikansi responden kelompok control (p>0.05), sehingga tidak terdapat perbedaan kemampuan aktivitas berpakaian yang bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan responden kelompok kontrol. Simpulan hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pemberian task oriented approach (TOA) terhadap kemampuan aktivitas berpakaian pada pasien pasca stroke. Kata Kunci : Pasca stroke, task oriented approach, kemampuan aktivitas berpakaian Abstract Stroke is a condition that occurs when the blood supply to a part of the brain is suddenly interrupted. Stroke cause disturbances among others paralysis, mental changes, such as power thought disorders, awareness, concentration, learning ability, reading and other intellectual functions, communication disorders, emotional disorders, and loss of sense of taste. If condition is unchecked, then patients will experience a disability not only but would have difficulty doing everyday functional activities such as dressing activity. The aim of this study is to determine the effect of task-oriented approach (TOA) on the ability of activity post-stroke patients to dress on. This research included experiments with research methods randomized control group pretest-posttest design. Sampling was conducted with purposive sampling. The tumber of samples was 50 Stroke Patients in Boyolali, consisting of 25 samples treated group and 25 samples control group. Data analysis was performed Wilcoxon known that the significance value of (p <0.05), so the differences were significant ability dressing activities before and after treatment respondents treatment group. While the significance of respondents value The control group (p> 0.05), so the differences are not significant ability dressing activities before and after treatment responder control group. Conclusion the findings of this study indicate a significant influence approach the task-oriented approach (TOA) the ability of activity post-stroke patients to dress on. Keywords: Post-stroke, task-oriented approach, the ability of dressing activity 24

2 PENDAHULUAN Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh dunia terserang stroke. Di Amerika Serikat sekitar 5 juta orang pernah mengalami stroke. Sedangkan di Inggris sekitar orang. Di Indonesia, stroke menyerang 35,8% pasien usia lanjut dan 12,9% pada usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Anggarini, 2009). Diperkirakan setiap tahun terjadi penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Yastroki, 2003). Stroke menduduki posisi ketiga di Indonesia setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28.5% penderita stroke meninggal dunia, sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke atau kecacatan. Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) pada tahun 2007 menyebutkan bahwa 63,52 per penduduk Indonesia berumur di atas 65 tahun ditaksir menderita stroke. Bahkan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif, dan terbanyak karena stres (Hernowo, 2007). Penderita stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk serta yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stroke tertinggi dijumpai di NAD (16,6%) dan terendah di Papua (3,8%). Terdapat 13 provinsi dengan prevalensi stroke lebih tinggi dari angka nasional (Riskesdas, 2007). Stroke dapat menyebabkan gangguangangguan antara lain: 1) kelumpuhan anggota gerak, 2) perubahan mental, seperti gangguan daya pikir, kesadaran, konsentrasi, kemampuan belajar, membaca dan fungsi intelektual lainnya, 3) gangguan komunikasi, 4) gangguan emosional, dan 5) kehilangan indra rasa (Farida & Amalia, 2009). Begitu banyaknya manifestasi yang muncul akibat penyakit stroke sehingga secara langsung maupun tidak langsung stroke juga akan berpengaruh terhadap munculnya hambatan-hambatan yang dialami penderita stroke dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Hambatan-hambatan yang seringkali muncul akibat serangan stroke antara lain adalah hambatan pada area: 1) perawatan diri, orang yang mengalami serangan stroke pada umumnya akan mengalami kesulitan melakukan aktivitas kesehariannya (makan, berpakaian, merias diri, dan toileting), orang mungkin tidak dapat manahan diri, mengalami kesulitan menelan (dysphagia), sulit mengucapkan kata-kata (dysarthria); 2) produktivitas, kebanyakan masalah terjadi karena kelumpuhan yang terjadi baik di sisi kanan maupun sisi kiri, penderita tidak mampu melibatkan tangan yang mengalami gangguan; dan 3) pemanfaatan waktu luang, penderita tidak mampu terlibat dalam aktivitas leisure karena permasalahan gerak dan sensoris yang dialaminya, kehilangan minat untuk melakukan aktivitas leisurenya karena masalah kognitif yang dialaminya (Reed, 2001). Studi dari 494 pasien stroke setelah enam bulan mengalami serangan stroke menunjukkan bahwa 47% dapat mandiri, 9% ketergantungan penuh dalam aktivitas (Barthel Index skor kurang dari 45), dan 44% mengalami ketergantungan ringan (Barthel Index skor 50-95), kemudian 2 sampai 5 tahun setelah serangan, 40%-60% mandiri dalam aktivitas fungsional dan 10%-25% ketergantungan sedang, sedangkan sisanya ketergantungan penuh (Trombly, 2008). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka okupasi terapis mempunyai peran yang sangat penting pada penanganan pasien pasca stroke. Pelayanan okupasi terapis bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan mengembalikan peran pasien pada aktivitas kehidupan sehariharinya self care, productivity dan leisure (Trombly, 2002). Okupasi terapis juga melakukan pemeriksaan terhadap aktivitas yang penting bagi pasien, serta melakukan penilaian terhadap gangguan yang dialami pasien, seperti gangguan sensorimotor, perubahan musculoskeletal (biomechanical), kognitif, persepsi serta aspek psikososial, kemudian membuat perencanaan untuk melakukan intervensi. Selain itu okupasi terapis juga harus mampu memberikan alternatif/adaptasi baik alat, cara, maupun lingkungan yang dapat dilakukan oleh pasien agar dapat membantunya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan meningkatnya kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, maka kualitas hidup pasien dapat meningkat (Rowland, 2008). 25

3 Menurut Latham, dkk (2006) dalam jurnal Occupational Therapy Activities and Intervention Techniques for Clients With Stroke in Six Rehabilitation Hospitals Stroke pada Juli-Agustus Tahun 2006, menjelaskan bahwa kemajuan yang signifikan telah dibuat dalam perawatan stroke selama 30 tahun yang lalu dan sebagai hasilnya proporsi orang yang bertahan hidup karena stroke meningkat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perbedaan dalam perawatan paska stroke dan rehabilitasi memiliki pengaruh yang signifikan pada hasil, yaitu pasien yang menerima perawatan di unit stroke lebih mungkin untuk hidup mandiri dan Okupasi terapis memainkan peran penting dalam rehabilitasi paska stroke. Informasi terbaru bahwa pelayanan okupasi terapi pasca stroke meningkatkan kinerja dari beberapa tugas fungsional dan mengurangi beberapa gangguan yang terjadi pada pasien stoke. Pelayanan okupasi terapi pada pasien stroke tidak hanya dilakukan di rumah sakit, tetapi juga dilakukan di rehabilitasi bersumberdaya masyarakat (RBM). RBM merupakan strategi dalam pengembangan masyarakat untuk rehabilitasi, dan pemerataan kesempatan (mendapatkan kesempatan yang sama). RBM dimplementasikan melalui gabungan dari orang-orang cacat itu sendiri, keluarga dan masyarakat, dan kesehatan yang sesuai, pendidikan, kejuruan, dan pelayanan sosial (Moller & Huschka, 2009). Berdasarkan data awal di lahan RBM, Kecamatan Ngemplak, Kabupatan Boyolali, setiap pasien stroke yang sudah mendapatkan penanganan medis di rumah sakit ketika mendapat serangan stroke pertama kali, setelah pulang dari rumah sakit rata-rata pasien melanjutkan pengobatan dengan pijat saraf dan pengobatan alternatif, tetapi belum pernah mendapatkan penanganan dari tim rehabilitasi medis (fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara). Padahal penanganan rehabilitasi yang berorientasi pada kegiatan/aktivitas (task oriented) sangat penting untuk melatih kemampuan pasien pasca stroke dalam okupasi sehingga dapat meningkatkan kemandirian pasien. Sejauh ini, belum ditemukan studi mengenai terapi dengan menggunakan task oriented approach (TOA) dalam meningkatkan kemampuan occupation pasien stroke khususnya aktivitas berpakaian. Berdasarkan permasalahan tersebut maka terapi dengan menggunakan TOA sangat penting dalam mendukung proses terapi sehingga dapat diperoleh hasil terapi yang maksimal. METODE PENELITIAN Desain penelitian dilakukan menurut rancangan nonrandomized control group pretestposttest design. Dalam rancangan dilakukan pemilihan sampel, kemudian dilakukan pretest (O1), diikuti intervensi (X), dan posttest (O2). Sampel diberikan latihan aktivitas berpakaian dengan TOA. Populasi dalam penelitian adalah semua pasien stroke di Kecamatan Ngemplak Boyolali. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah sampel 50 responden yang terdiri dari 25 responden kelompok perlakuan dan 25 responden kelompok kontrol. Kriteria inklusi sampel adalah: 1). pasien pasca stroke yang mendapatkan pelayanan di Puskesmas Ngemplak, 2). mengalami ganggu-an aktivitas berpakaian, 3). tidak mengalami gangguan kognitif, dan 4). dapat memahami instruksi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakterisitik Responden Penelitian Rerata umur responden kelompok perlakuan adalah 57,6 tahun dan paling banyak pada umur responden tahun yaitu sebanyak 9 responden. Pada kelompok kontrol rerata usia 54,44 tahun, dengan responden terbanyak pada usia sama tahun dengan jumlah 9 orang. Dari 25 responden pada kelompok perlakuan 72% berjenis kelamin laki-laki dan 28% perempuan, sedangkan pada kelompok kontrol 52% responden berjenis kelamin laki-laki dan 48% perempuan. Jenis pekerjaan terbanyak baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol adalah petani yaitu 48% atau 12 orang responden. Diagnosis penyakit pada kelompok perlakuan 13 responden mempunyai diagnosis klinis hemiparese dekstra dan 12 responden hemiparese sinistra, sedangkan pada kelompok kontrol 12 responden hemiparese dekstra dan 13 responden hemiparese sinistra. Lamanya menderita stroke pada kelompok perlakuan lama menderita stroke terbanyak 40% atau 10 responden masing-masing selama 0-1 tahun dan 1-2 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol, lama menderita stroke didominasi oleh sampel yang mengalami stroke selama 2-3 tahun sebanyak 36% atau 9 responden. 26

4 Tingkat kemandirian aktivitas berpakaian pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan terapi/treatmen kepada responden, diketahui bahwa dari 25 responden, 11 responden mengalami ketergantungan dalam aktivitas berpakaian dan 14 responden mengalami ketergantungan hanya pada bantuan lisan. Sesudah perlakuan terdapat peningkatan kemampuan aktivitas berpakaian responden, yaitu 13 responden mandiri, 6 responden ketergantungan hanya pada bantuan lisan, dan 6 responden mengalami ketergantungan. Sedangkan pada kelompok control sebelum pemberian treatmen, 12 responden mengalami ketergantungan aktivitas berpakaian dan 13 responden ketergantungan hanya pada bantuan lisan dalam melakukan aktivitas berpakaian. Sesudah treatmen, ada sedikit peningkatan kemampuan aktivitas berpakaian, 3 responden menjadi mandiri dalam aktivitas berpakaian dan 10 responden ketergantungan hanya pada bantuan lisan. Sementara responden yang mengalami ketergantungan tidak ada perubahan. Hasil uji disteibusi normal menggunakan uji Wilcoxon Rank Test dengan hasil sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Uji Wilcoxon Perubahan Kemampuan Aktivitas Berpakaian pada Responden Kelompok Perlakuan sesudah - sebelum perlakuan Negative Positive Ties N Mean Rank Sum of 0 a b c Total 25 a. sesudah perlakuan < sebelum perlakuan b. sesudah perlakuan > sebelum perlakuan c. sesudah perlakuan = sebelum perlakuan Berdasarkan hasil uji tersebut diketahui bahwa pada kelompok perlakuan terdapat 17 responden yang mempunyai nilai lebih tinggi sesudah perlakuan yang berarti ada peningkatan kemampuan aktivitas berpakaian setelah pemberian treatmen, 8 responden mempunyai nilai yang sama (ties) sebelum dan sesudah perlakuan yang berarti tidak terdapat perubahan kemampuan aktivitas berpakaian. Serta tidak terdapat responden yang mempunyai nilai lebih rendah sesudah perlakuan. Berdasarkan data pada tes statistik responden kelompok perlakuan diketahui bahwa nilai signifikansi (p<0.05) dengan demikian disimpulkan terdapat perbedaan kemampuan aktivitas berpakaian yang bermakna antara sebelum dan sesudah treatmen pada kelompok perlakuan. Hal ini berarti treatmen task oriented approach tersebut mampu meningkatkan kemam-puan aktivitas berpakaian responden pada kelom-pok perlakuan. Pada kelompok kontrol, uji statistik menunjukkan hasil sebagai berikut: akhir awal Tabel 2. Hasil Uji Perubahan Kemampuan Aktivitas Berpakaian pada Responden Kelompok Kontrol N Mean Rank Sum of Negative 3 a Positive 8 b Ties 14 c Total 25 a. akhir < awal b. akhir > awal c. akhir = awal Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa dari 25 responden, 3 responden pada kelompok kontrol yang mempunyai nilai di akhir penelitian lebih rendah daripada di awal penelitian yang berarti terdapat penurunan kemampuan aktivitas berpakaian, 8 responden mempunyai nilai di akhir penelitian lebih besar daripada di awal penelitian yang artinya ada peningkatan kemampuan aktivitas berpakaian diakhir penelitian dan 14 responden mempunyai nilai yang sama di awal dan di akhir penelitian (ties) artinya tidak terjadi perubahan kemampuan aktivitas berpakaian. Berdasarkan tes statistik responden kelompok kontrol diketahui bahwa nilai signifikansi (p> 0.05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna kemampuan aktivitas berpakaian di awal dan akhir penelitian. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan task oriented approach terhadap kemampuan aktivitas berpakaian pada 27

5 pasien pasca stroke. Artinya treatmen dengan menggunakan task oriented approach dapat diandalkan sebagai salah satu metode yang baik untuk melatih pasien dalam meningkatkan kemampuan aktivitas berpakaian pasien stroke. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan secara nyata pada kelompok perlakuan, dimana pada evaluasi awal hasil menunjukkan bahwa dari 25 responden, 11 responden mengalami ketergantungan dalam aktivitas berpakaian dan 14 responden mengalami ketergantungan hanya pada bantuan lisan, dan setelah diberi terapi/ treatmen dengan TOA meningkat menjadi 13 responden mandiri, 6 responden ketergantungan hanya pada bantuan lisan, dan 6 responden mengalami ketergantungan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Khader Almhdawi (2011) yang meneliti tentang efek TOA pada pemulihan ektremitas atas pada rehabilitasi stroke, yang dilakukan terhadap 20 sampel dan hasilnya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Lynn Leggs dkk. (2007) melakukan studi systematic review of randomised trials terhadap 1258 responden. Pasien diberikan treatmen okupasi terapi dengan aktivitas keseharian (activity of daily living). Hasil studi menunjukkan adanya peningkatan kinerja okupasional aktivitas keseharian dan penurunan ketergantungan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Trombly (1995), bahwa Task Oriented Approach merupakan pendekatan yang berorientasi pada aktifitas, sedangkan terapi okupasi merupakan bentuk terapi yang berpusat pada aktifitas keseharian klien, dalam hubungannya dengan orang, lingkungan, bentuk aktifitas di masyarakat, serta aktifitas fungsional seseorang. Tujuan yang akan dicapai pada TOA adalah: 1) mampu mandiri dalam aktifitas keseharian, 2) mampu menciptakan makna hidup dan produktif dengan melaksanakan perannya di kehidupan, 3) analisis aktifitas digunakan sebagai dasar untuk mencapai tujuan (Trombly & Radomski, 2002) Pendekatan ini mempunyai asumsi bahwa: 1) aktifitas fungsional akan membantu mengorganisasi perilaku motor, 2) occupational performance muncul dari interaksi berbagai macam sistem sehingga memiliki karakteristik yang unik pada tiap individu dan lingkungannya, 3) setelah kerusakan central nerve system (CNS) atau perubahan perilaku personal maupun lingkungan, klien akan berusaha melakukan perubahan tingkah laku untuk mencapai kemampuan fungsional, 4) praktik secara aktif menggunakan strategi dan konteks yang bervariasi untuk mencapai solusi yang optimal. Prinsip terapi (strategi dan teknik) pada TOA yang digunakan pada proses terapi ini, yaitu: 1) client centered focus, 2) occupation based focus, 3) person and environment, 4) practice and feedback, 5) general treatment goals (Trombly & Radomski, 2002). Caugh, dkk. (2005) menambahkan bahwa aktivitas dapat menurunkan inhibisi interhemisfer karena adanya aktivasi kedua hemisfer secara simultan. K. Lin, dkk. Menambahkan bahwa efektifitas pemakaian TOA karena (1) anggota gerak saling berpasangan, (2) hemisfer yang mengalami lesi difasilitasi (rebalanced interhemisphereic activation & inhibition), dan (3) praktek secara pengulangan (repetitifve practice). Latimer (2010) mnengatakan bahwa setelah terjadi stroke, stimulasi magnetik transkranial mengalami putus inhibisi transkallosal yang mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara kedua hemisfere. Keadaan ini dapat menyebabkan over-excitation pada hemisfere sisi sehat dan meningkat inhibisi ipsilateral hemisfere sisi lesi. Dengan aktivitas mampu memperbaiki keseimbangan kedua hemisfere dan mempercepat berfungsinya sisi hemiplegi. Pada dasarnya intervensi okupasi terapi melalui empat tahapan, yaitu: 1). adjunctive methode (metode penunjang), pemberian latihan dengan teknik fasilitasi dan inhibisi dengan stimulasi sensori, menggerakan lingkup gerak sendi secara pasif dan lain-lain; 2). enabling activities, pemberian aktivitas bertujuan seperti menyusun kerucut, aktivitas di meja; 3). purposeful activity (aktivitas bertujuan), seperti latihan aktivitas berpakaian, makan, minum; dan 4). occupation (okupasi), melaksanakan tugas-tugas aktivitas kehidupan sehari-hari (Pedretti & Early, 2001). Melalui ke empat tahapan ini TOA dapat diaplikasikan sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional pasien. Ismanto, Wignyosumarto & Sumarni (2003), mengemukakan bahwa terapi/treatmen oleh responden kepada penderita yang dilakukan secara terus menerus maka penderita akan: (1) mempunyai inisiatif sendiri, (2) mempunyai perasaan puas terhadap apa yang telah dikerjakannya, (3) bersikap obyektif, dan (4) mampu menjalankan kewajiban dengan dirinya sendiri tanpa perintah orang lain (Fikriyah, 2005). Pada akhirnya akan mampu meningkatkan kemampuan 28

6 fungsional kemampuan aktivitas berpakaian penderita stroke. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh task oriented approach terhadap kemampuan aktivitas berpakaian pada pasien pasca stroke dengan nilai p=0,000. Saran untuk penelitian ini adalah lingkup penelitian tidak terbatas hanya pada satu kecamatan saja, tetapi lingkup lokasi lebih luas dengan sampel yang lebih banyak sehingga bisa mewakili kuantitas dan kualitas penelitian yang pada akhirnya hasil penelitian dapat digeneralisasi. Pemberian terapi sebaiknya lebih lama sehingga dapat membawa dampak yang signifikan. DAFTAR RUJUKAN Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2007). Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Farida, I,N. & Amalia,N. (2009). Mengantisipasi stroke. Yogyakarta: Buku Biru. Latham (2006), Occupational Therapy Activities and Intervention Techniques for Clients with Stroke in Six Rehabilitation Hospitals stroke, American Journal of Occupational Therapist. Legg, L., Drummod, A., Leonardi-Bee,J., Gladman, J. R. F., Corr, S., Donkervoort, M., Edmans, J., Gilbertson, L., Jongbloed, L., Logan, P., Sackley, C., Walker,M., Langhorne., P. (2007). Occupational Therapy for Patients with Problems in Personal Activities of Daily Living after Stroke: Systematic Review of Randomised Trials. BMJ.online. Moller and Hunscha (2009). Quality of Life and the Millennium Challenge. Berlin: Springer Publisher. Pedretti (2001). Practice Skills for Physical Dysfunction, ( 5 rd ed). California: Mosby. Reed, K.L. (2001). Quick Reference to Occupational Therapy. Texas: Aspen Publishers. Rowland, T (2008). Role of Occupational Therapy After Stroke. Retrieved November 25, Trombly, C. A. & Radomsky M. V. (2002). Occupational Therapy for Physical Dysfunction. (5 ed). Baltimore: Williams and Walkins. Trombly, C. A. (1989). Occupational Therapy for Physical Dysfunction. (3 rd ed). Baltimore: Williams and Walkins. Yastroki. (2007). Angka Kejadian Stroke Meningkat Tajam. Retrieved November 23,

PENGARUH TASK ORIENTED APPROACH (TOA) TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN AKTIVITAS BERPAKAIAN PADA PASIEN PASCA STROKE

PENGARUH TASK ORIENTED APPROACH (TOA) TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN AKTIVITAS BERPAKAIAN PADA PASIEN PASCA STROKE PENGARUH TASK ORIENTED APPROACH (TOA) TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN AKTIVITAS BERPAKAIAN PADA PASIEN PASCA STROKE Erna Ariyanti Kurnianingsih, Wawan Ridwan M Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta

Lebih terperinci

AKTIVITAS BILATERAL DAN UNILATERAL PADA KEMAMPUAN OKUPASI PASIEN PASCA STROKE

AKTIVITAS BILATERAL DAN UNILATERAL PADA KEMAMPUAN OKUPASI PASIEN PASCA STROKE AKTIVITAS BILATERAL DAN UNILATERAL PADA KEMAMPUAN OKUPASI PASIEN PASCA STROKE Khomarun 1, Wawan Ridwan Mutaqin 2, Endang Sri Wahyuni 3 Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Okupasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap arteri utama menuju dan berada di otak, stroke terjadi ketika pembuluh darah yang mengangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bertambahnya usia, kondisi lingkungan yang tidak sehat, baik karena polusi udara serta pola konsumsi yang serba instan ditambah lagi dengan pola rutinitas yang padat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING S) PADA PASIEN PASCA STROKE

KARYA TULIS ILMIAH KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING S) PADA PASIEN PASCA STROKE KARYA TULIS ILMIAH KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING S) PADA PASIEN PASCA STROKE Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan Oleh : WULAN JUNIARTI AMI SUSENO NIM : 11611945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun banyak orang dalam hidupnya tidak ingin menghabiskan kegiatan yang bersangkutan dengan nilai kesehatan. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan oleh berhentinya suplai darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap tahunnya terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab kematian dan kecacatan dari fungsional tubuh manusia setelah penyakit kanker dan jantung. Setiap tahunnya

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BASIC ACTIVITY DAILY LIVING (BADL) DENGAN KEPUTUSASAAN PADA PASIEN STROKE DI RSUD ULIN BANJARMASIN

KEMAMPUAN BASIC ACTIVITY DAILY LIVING (BADL) DENGAN KEPUTUSASAAN PADA PASIEN STROKE DI RSUD ULIN BANJARMASIN KEMAMPUAN BASIC ACTIVITY DAILY LIVING (BADL) DENGAN KEPUTUSASAAN PADA PASIEN STROKE DI RSUD ULIN BANJARMASIN Sartika Pebri Pratami, Noor Diani, Abdurrahman Wahid Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Data epidemiologis menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan penyakit cerebrovaskular

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO], 2014). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan aktivitas fisik seseorang. Penurunan aktivitas fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan aktivitas fisik seseorang. Penurunan aktivitas fisik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup pada masyarakat di dunia dewasa ini yang dipengaruhi oleh semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan adanya gangguan aliran darah ke otak baik merupakan penyumbatan atau perdarahan pada otak yang mengelola bagian tubuh yang kehilangan fungsi (Cahyono,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini adalah stroke. Stroke merupakan suatu sindrom dengan tanda dan gejala kehilangan fungsi saraf pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah utama dalam pelayanan kesehatan dan sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit yang ditakuti karena menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah penyakit neurologis terbanyak yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan sensorik. Kelemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat lebih dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan fungsi serebral secara fokal ataupun global yang berkembang dengan cepat, dengan gejala berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di Asia, karena berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak ( GPDO) merupakan penyakit neurologik yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan besar dalam kehidupan modern saat ini. Jumlah penderitanya semakin meningkat setiap tahun, tidak hanya menyerang usia tua

Lebih terperinci

ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP

ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN HEMIPARISE PASCA STROKE NON HEMORAGIK DI RS DR. KARIADI SEMARANG

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab utama kecacatan fisik dan mental pada usia produktif dan usia lanjut. Stroke juga merupakan penyebab kematian dalam waktu yang singkat, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer & BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer & Suzane, 2001). Hal ini

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan Oleh : MUHAMAD IKHSAN SANTOSO NIM 12612130 PRODI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung, juga merupakan penyebab kecacatan nomor satu baik di negara maju maupun di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologis) akibat terhambatnya aliran darah karena perdarahan ataupun sumbatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang sering terjadi saat ini. Stroke adalah penyakit gangguan fungsional pada otak yang bersifat akut karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sehingga dapat terbentuk sumber daya manusia yang produktif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak (Wardhani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung (Maggioni, 2005). Kejadian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP KEMANDIRIAN MELAKUKAN AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN STROKE ISKEMIK

PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP KEMANDIRIAN MELAKUKAN AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN STROKE ISKEMIK PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP KEMANDIRIAN MELAKUKAN AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN STROKE ISKEMIK IM Mertha 1 dan Ade Laksmi 2 Abstract.Stroke causes a variety of neurologic deficit and impairment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merokok, mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang memiliki. kurang beristirahat dan berolahraga. (Auryn, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. merokok, mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang memiliki. kurang beristirahat dan berolahraga. (Auryn, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini semakin pesat perkembangan di berbagai bidang teknologi, termasuk bidang informasi. Perkembangan informatika mengakibatkan ketidak berjarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya tingkat sosial dalam kehidupan masyarakat dan ditunjang pula oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berdampak pada peningkatan usia harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, sehingga stroke menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting saat ini. Dua pertiga stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian dalam beraktifitas menjadi kebutuhan utama pada pasien pasca stroke, kemampuan dalam transfer dan ambulasi sering menjadi prioritas yang pertama ingin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah BAB I Pendahuluan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah satu

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN DENGAN METODE PROPIOSEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION (PNF) PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM ACUTE DI BANGSAL CEMPAKA 4 RSUD

Lebih terperinci

ABSTRAK. I G. B. Indra Angga P. J., Pembimbing 1 : Felix Kasim, DR., dr., M.Kes. Pembimbing 2 : Dedeh Supantini, dr.,sp.s,m.pd.

ABSTRAK. I G. B. Indra Angga P. J., Pembimbing 1 : Felix Kasim, DR., dr., M.Kes. Pembimbing 2 : Dedeh Supantini, dr.,sp.s,m.pd. ABSTRAK Peran Rehabilitasi Medik Terhadap Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke di Bagian Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Imanuel Bandung Periode Juni-Juli 2009 I G. B. Indra Angga P. J., 2009. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar & Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini sering terjadi bahwa perawatan tubuh pada pasien Cerebro Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai nutrisi (Fundamental,

Lebih terperinci

FUNGSI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PENDERITA STROKE PASCA PERAWATAN RUMAH SAKIT

FUNGSI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PENDERITA STROKE PASCA PERAWATAN RUMAH SAKIT FUNGSI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PENDERITA STROKE PASCA PERAWATAN RUMAH SAKIT Arif Bachtiar, Nurul Hidayah, Ratih Poltekkes Kemenkes Malang Jl.Besar Ijen No 77 C Malang e-mail: nh_07@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Proses alami ditandai

Lebih terperinci

Kata kunci: Penyakit periodontal, Gingivitis, Kualitas Hidup, OHIP-14

Kata kunci: Penyakit periodontal, Gingivitis, Kualitas Hidup, OHIP-14 ABSTRAK Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian fundamental dari kesehatan secara umum serta berpengaruh terhadap kesejahteraan. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan perawatan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan kesehatan masyarakat dan harapan-harapannya. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang memerlukan gerak dan berpindah tempat. Aktivitas pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan sehari-hari. Pergerakan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Responden penelitian ini melibatkan 56 pasien diabetes melitus yang melakukan kontrol rutin di poli penyakit dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk biopsikososial dan spiritual yang utuh dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul secara mendadak dan terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Penyakit ini menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN PASIEN PASCA STROKE

MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN PASIEN PASCA STROKE KARYA TULIS ILMIAH MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN PASIEN PASCA STROKE Di Poli Saraf RSUD Dr. Hardjono Ponorogo Oleh : LINDA YULIANTI NIM : 11611935 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang masih merupakan masalah dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit maupun di masyarakat. Anggaran besar harus dialokasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan memiliki dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Lebih dari orang meninggal

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Lebih dari orang meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara maju, setelah penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Lebih dari 140.000 orang meninggal setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi WHO tahun 2005, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Erika Dewi Noorratri 1, Wahyuni 2 1,2 Stikes Aisyiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Siti Romadoni, Aryadi, Desy Rukiyati PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang Rumah

Lebih terperinci

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014 PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014 Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan OLEH : I KETUT ERI DARMAWAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologik yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke sebagai penyebab kematian ketiga masih merupakan masalah kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1 dari 15 orang yang meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dari menurunnya angka kesakitan, angka kematian bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics) 2010, orang dengan serangan stroke berulang (NCHS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics) 2010, orang dengan serangan stroke berulang (NCHS, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics) 2010, stroke menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit jantung dan kanker (Heart

Lebih terperinci

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri VISUAL SCHEDULE TERHADAP PENURUNAN BEHAVIOR PROBLEM SAAT AKTIVITAS MAKAN DAN BUANG AIR PADA ANAK AUTIS (Visual Schedule towards the Decline of Behavioral Problems in Feeding Activities and Defecation in

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan kejadian serebrovaskular yang terjadi mendadak dengan tanda-tanda klinis gangguan fokal atau global dari fungsi serebral yang menetap minimal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah gangguan di dalam otak yang ditandai dengan hilangnya fungsi dari bagian tubuh tertentu (kelumpuhan), yang disebabkan oleh gangguan aliran darah pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke adalah terganggunya fungsi otak baik lokal ataupun global yang berlangsung secara mendadak dan cepat sehingga menimbulkan gejala dan tanda klinis. Gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Telah diperkirakan bahwa pada tahun 1990-an stroke menyebabkan 4,4 juta kematian per tahun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan pre and post test control design. Pengambilan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan pre and post test control design. Pengambilan data BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasy-experimental (eksperimen semu) dengan pendekatan pre and post test control design. Pengambilan data menggunakan kuesioner

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENGARUH MOTOR RELEARNING PROGRAM (MRP) TERHADAP PENINGKATAN KESIMBANGAN DUDUK PASIEN PASCA STROKE NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rahma Hanifa Ristiawati J 120 110 063 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus. Penyakit serebrovaskular ini merupakan salah satu penyebab utama kecacatan fisik dan kematian

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang efek terapi dengan pendekatan Cognitive-Behavioral (C-B) dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah (NPB) kronik.

Lebih terperinci

BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba

BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman terjadi beberaapa pergeseran pola kehidupan semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba instan, gaya hidup yang tidak

Lebih terperinci