DESAIN PENCAHAYAAN BUATAN PADA PROSES RELAKSASI PENGGUNA PUSAT KEBUGARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESAIN PENCAHAYAAN BUATAN PADA PROSES RELAKSASI PENGGUNA PUSAT KEBUGARAN"

Transkripsi

1 Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain DESAIN PENCAHAYAAN BUATAN PADA PROSES RELAKSASI PENGGUNA PUSAT KEBUGARAN Nama Mahasiswa: Azhar Ridwan Azis Nama Pembimbing: Bagus Handoko, S.Sn.,M.T. Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Kata Kunci : Desain, Pencahayaan, Relaksasi, Pusat Kebugaran. Abstrak Tujuan dari analisis yang dilakukan ialah untuk memperdalam pengetahuan akan efek desain pencahayaan pada manusia dalam suatu lingkup ruang, dan penerapannya yang dilakukan pada perencanaan sebuah pusat kebugaran yang selama ini kurang diakomodir pada area sejenis di Indonesia. Hipotesa yang pertama ialah berbagai macam efek dari tipe penerangan yang digunakan. Kedua ialah berbagai macam efek dari teknik penerangan yang diterapkan pada interior. Dan yang ketiga ialah efek dari berbagai macam warna cahaya pada penggunanya. Hasilnya ialah tipe pencahayaan aksen non-uniform, teknik pencahayaan tidak langsung wallwash. Dan juga warna dingin sebagai aspek yang paling mempengaruhi dalam relaksasi mood sebuah pusat kebugaran. Abstract The purpose conducted from this analysis is to deepen the knowledge of lighting design influences on humans in a spatial environment, and apply the conducted planning at a Wellness Centre which never really accomodated in similar places in Indonesia nowadays. The first hipotesis is the various effect of the illumination type used. The second one is the various effect of the illuminating technique used on an interior. And the third is the influence of the lighting color used on it s users. The results are the type of non-uniform accent illumination, indirect techniques wall wash, and also cool color tones as the most influential aspect in particular relaxation mood at a wellness center. 1. Pendahuluan SPA, Yoga Studio, dan fasilitas relaksasi dalam pusat kebugaran lainnya merupakan sedikit contoh tempat yang dapat mewadahi penggunanya dalam rangka menyediakan sarana relaksasi dan pengobatan juga penanggulangan stress. Fasilitas relaksasi dapat menaungi fasilitas pemulihan pikiran, fisikal, atau bahkan spiritual. Ketiga aspek tersebut merupakan aspek yang dapat diolah lebih dalam sekaligus dalam sebuah kegiatan, yang secara keseluruhan dapat ditemui atau disediakan oleh fasilitas relaksasi. Dengan begitu, target konsumen yang akan memenuhi tempat yang satu ini sebagian adalah penderita stress yang memang ingin mencari ketenangan dan relaksasi juga pengobatan disaat senggang mereka. Desain dari sebuah fasilitas relaksasi sendiri sangatlah krusial bagi para penderita stress. Teori dari diagram Healing Design pada buku Innovations in healthcare Design menjelaskan bahwa untuk mendapatkan aspek-aspek penyembuhan pada diri manusia yang berupa gabungan antara unsur internal problem dan unsur physical seperti stress, dan juga letih, bahkan hingga penyakit anemia, migraine, insomnia, dan sebagainya, perlu diawali dengan beberapa unsur dari psycho-spiritual seperti self-healing intent, will to live, engaging inner healer, prayer, dan juga meditation yang semuanya tersedia pada fasilitas-fasilitas relaksasi. Maka dari itu, akibat dari teori akan adanya komunikasi antara sebuah interior dengan pengguna ruangnya, sebuah fasilitas relaksasi haruslah memiliki desain yang bersifat membantu pemulihan dari tekanan para pengunjungnya. Namun permasalahan yang ada di Indonesia ialah walaupun ada tempat sejenis sekalipun, belum ada tempat yang khusus mempraktekkan suatu ilmu desain spesifik dengan tujuan relaksasi penggunanya sehingga semua efek relaksasi yang diperuntukkan bagi para kostumer dititik beratkan pada servis yang disediakan oleh tempat tersebut, dan teori ruang mempengaruhi pengguna pada desain interior yang relaksatif pun tidak dirasakan. Padahal, banyak sekali unsur desain pada interior yang dapat dimanfaatkan dalam proses penciptaan ketenangan dan relaksasi, baik secara konvensional, komplementar maupun alternatif demi mendapatkan kesehatan, selain dari servis fasilitas relaksasi itu sendiri, namun belum tergali secara matang, dan salah satunya yaitu aspek pencahayaan buatan didalam interior.

2 Pencahayaan dalam sebuah interior memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai titik relaksatif para penggunanya. Menurut artikel dalam sebuah website berjudul arefianatelier.com oleh Arefian (2011: Belakangan ini, para ilmuan, desainer, dan psikologmempercayai bahwa cahaya memiliki peranan yang amat penting pada mood seorang manusia sikap sosial seseorang. Karena dijuluiki sebagai animator utama ruang, maka dari itu cahaya merupakan sebuah subjek dari pengaplikasian yang luas dalam disiplin ilmu desain lingkungan. Akhir-akhir ini pula para penelitipun beranggapan bahwa cahaya sering kali diaplikasikan pada solusi desain interior sebagai tambahan fungsional dan tanpa menganggapnya lebih dulu sebagai esensi elemen desain bersama dengan bentukan, warna, tekstur, dan lain-lain. Hal ini menimbulkan pertanyaan akan bagaimana pendekatan para desainer, pendidik, dan pelajar dalam mendesain pencahayaan bisa diperbaharui untuk menganggap cahaya sebagai kontributor komposisi spatial yang signifikan. Maka dari itu,tidaklah heran bagaimana pencahayaan dapat menciptakan berbagai macam efek yang secara visual berpengaruh sangat besar bagi keadaan pengguna ruang tertentu. Dalam penggunaannya, banyak jenis dan juga teknik pencahayaan yang dapat diaplikasikan pada interior untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Akmal dalam bukunya Lighting (2006: 8) menjelaskan bahwa pengetahuan cahaya dan tata cahaya yang baik akan membantu kita untuk dapat mengetahui sumber-sumber cahaya, memilih sumber cahaya buatan yang sesuai dengan kebutuhan, dan akan lebih baik lagi bila kita dapat menerapkan sendiri teknik-teknik tata cahaya. Dengan mengetahui sejak awal akan kebutuhan ruang yang ingin dituju, yang pada kasus ini yaitu relaksasi, kita perlu menentukan beberapa teknik dan jenis tersebut sehingga dapat memenuhi kriteria ruang dan individu yang menempatinya. Berikut ini adalah beberapa tipe penerangan ruang dalam buku Lighting Styles oleh Rees (1999: 9) : - Ambient Lighting: Pencahayaan yang satu ini merupakan sumber pencahayaan yang paling umum dalam suatu area spatial. Pencahayaan merupakan dasar dari sebuah pencahayaan, dimana jenis ini menerangi sebuah ruang interior secara umum dan menyeluruh. - Task lighting: Jenis pencahayaan ini merupakan jenis pencahayaan yang tujuan utamanya adalah menerangi dan membantu setiap proses kegiatan khusus atau tertentu yang dilakukan oleh pengguna ruang. beberapa contohnya yaitu lampu yang diletakkan khusus diatas meja tulis, lemari pakaian, dan sebagainya. - Accent Lighting: pencahayaan aksen merupakan jenis pencahayaan yang digunakan untuk mengekspos suatu area atau benda tertentu dengan hanya sedikit atau tidak ada sama-sekali sisi fungsi yang ditujukan, atau bersifat lebih kearah dekoratif. Contoh dari penggunaannya ialah untuk menyinari beberapa benda seperti hiasan dalam atau lura ruang, tanaman, atau bagian dinding tertentu. - Decorative lighting: dan yang terakhir adalah jenis pencahayaan dekoratif dimana pencahayaan ini tidak memiliki unsur fungsional sama sekali dan hanya memiliki unsur estetik sebagai daya tarik utamanya. Contohcontohnya ialah, chandelier, lilin, perapian, dan lain-lain. Selanjutnya, untuk mengetahui lebih baik lagi efek cahaya pada segi relaksasi manusia dan ruang, maka kita perlu mengetahuin teknik dari penerangan buatan tersebut. Menurut buku panduan Lighting oleh Akmal (2006:34), ada beberapa jenis teknik standar penerangan didalam ruang yang patut kita ketahui, diantaranya ialah: - Direct lighting: Atau disebut juga pencahayaan langsung. Pencahayaan ini ditempatkan pada tempat-tempat yang dimana pencahayaan tersebut dapat secara langsung menerangi ruangan melalui sumber cahaya yang dikeluarkannya tanpa ada media lain yang dibutuhkan. Cahaya yang dikeluarkan sangatlah terang karena fungsinya yang diumumkan atau tersamaratakan. - Indirect lighting: Pencahayaan tidak langsung merupakan teknik pencahayaan yang ditempatkan pada area dengan kriteria tidak terlihat langsung oleh mata pengguna ruang.. Cahaya yang dikeluarkan memiliki media lain untuk penyampaiannya karena tidak dapat menerangi raungan secara langsung, seperti ceiling ataupun dinding. Efek yang tercipta ialah suasana yang lebih bersih dan sederhana. - Downlight: Penerangan dengan teknik menyinari ruangan dengan sumber cahaya diatas dan menerangi apa yang ada dibawahnya. Cahaya yang dikeluarkan bersifat merata dan menyeluruh. Beberapa jenis downlight memiliki intensitas cahaya yang cuukup tinggi sehingga sering digunakan sebagai pencahayaan umur suatu ruang, namun seringkali juga menggunakan jenis pencahayaan yang penyebaran cahayanya kecil sehingga dijadikan jenis accent lighting. - Uplight: Teknik penerangan yang selanjutnya ialah tipe uplight, dimana cahaya bersumber dari arah bawah dan diarahkan keatas. Biasanya digunakan dengan jenis penerangan indirect agar tidak mengganggu pengelihatan pengguna ruang. Efek yang dihasilkan secara dominan ditujukan untuk kepentingan estetik, yang mencitrakan kemegahan dan eksklusifitas pada ruang interior. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 2

3 Azhar Ridwan Azis - Sidelight: Berbeda dengan tipe sebelumnya, tipe sidelight digunakan dengan teknik menyamping, baik dari kiri ke kanan, kanan ke kiri, ataupun keduanya. Biasanya digunakan untuk menerangi suatu objek tertentu atau mengeksposnya sehingga tercipta titik fokus penerangan ataupun menonjolkan tekstur yang ada pada sisi yang diterangi. - Frontlight: frontlight merupakan penerangan dengan teknik yang hampir sama dengan sidelight, yaitu memiliki sumber cahaya dengan arah penerangan horizontal. Penerangan biasa digunakan untuk menerangi beberapa benda seni dua dimensional seperti lukisan untuk mendapatkan terang yang merata bagi benda tersebut saja. - Backlight: Berbeda dengan frontlight, backlight tidak menerangi sebuah benda untuk mendapatkan visualisasi yang ingin diekpos, tetapi justru memanfaatkan kegelapan dari objek untuk menitik beratkan bentuk bayangan atau siluet yang tercipta dari objek tersebut. - Wall washer: Dan teknik penerangan yang terakhir merupakan teknik yang cukup unik, yaitu dengan menerangi suatu bidang dinding atau bidan vertikal lainnya sehingga tercipta suatu bidang dengan efek yang terang dan terkesan bersinar. Menurut Akmal (2006:47), Ada tiga cara untuk menciptakan tata wall washer ini. Pertama dengan spot downlight. Lampu sorot dari atas atau langit-langit diarahkan ke sisi dinding shingga menerangi sisi dinding tersebut. Biasanya di sisi atas dinding tercipta lengkungan-lengkungan bayangan lampu sorot yang cantik. Kedua, wall washer bisa dibuat dengan spot uplight atau pengarahan lampu dari bawah atau lantai keatas. Bias sinarnya mirip dengan menggunakan spot downlight. Ketiga, wall washer yang dibuat dengan indirect lighting yang diarahkan ke dinding. Di sini dinding berfungsi sebagai reflector yang memantulkan bias sinar lampu kea rah ruang secara keseluruhan. Dan aspek selanjutnya dari pencahayaan yang tidak kalah pentingnya sebagai pelengkap interior yang dapat membantu proses relaksasi ialah warna dan dinamisme dari cahaya yang dikeluarkan oleh sumber penerangan tersebut. Seperti yang diterangkan dalam artikel The Influence of Lighting Color and Dynamics on Atmosphere Perception and Relaxation oleh S. H. Wan, J. Ham, D. Lakens, J. Weda, dan R. Cuppen2 (2009: didalam beberapa penelitian, mereka mengemukakan bahwa dinamisme pencahayaan dengan perubahan yang lambat namun jelas dapat berpengaruh pada perubahan persepsi atmosfir dan relaksasi Secara umum, sebuah lingkungan dapat menghilangkan tingkat stress yang ada didalamnya dan meningkatkan keefektifitasan dalam memfasilitasi penanggulangan stress (Ulrich, 1991). ). Ulrich (1991) menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat mewadahi distraksi positif, layaknya sebuah music di rumah sakit, yang membawa perasaan positif dan menangkap atensi dan keingintahuan tanpa menekan individu, dan selanjutnya dapat membendung dan mengurangi kerisauan pikiran. Bahkan selain itu, ada beberapa teknik kebugaran baru bernama Color therapy (juga dikenal sebagai chromotherapy), dimana beberapa warna tertentu digunakan pada pasien untuk mencapai akibat tertentu yang diinginkan oleh pasien tersebut. Ditambah lagi dengan adanya pendapat dari sebuah artikel mengenai warna dari pencahayaan yang berhubungan dengan emosi dan perilaku pengguna ruang oleh Haryanto (2012: republika.rumah123.com/detil-beritaproperti/15855) dan ( yang menyatakan bahwa ada beberapa spektrum warna tertentu pada cahaya yang akan membawa pengguna ruang menuju kea rah mood tertentu, dan warna pencahayaan seperti hijau dan biru akan membawa kesan yang relaksatif 2. Proses Studi Kreatif Untuk penerapan dari penelitian yang akan dilakukan, maka akan digunakan proyek non-exixtence Wellness Centre for Male Executive yang merupakan tugas akhir dari mahasiswa sebagai media penyampaiannya. Sekilas dari deskripsi proyek yang telah didesain, Wellness Centre ini dibangun berdasarkan dogma akan berkembangnya tingkat stress dan tekanan kerja beberapa tahun belakangan ini bagi para pria eksekutif yang ada di perkotaan. Maka dari itu, yang menjadi tujuan pertama dari Wellness Centre ini ialah agar bisa memfasilitasi proses relaksasi dan juga pencegahan stress bagi para penggunanya dengan servis pengobatan alternatif dan komplementer yang disediakan. Selain itu tujuan kedua dari adanya Wellness Centre ini ialah untuk menyediakan sebuah tempat bagi para pria eksekutif tersebut untuk menjadikan sebuah kesehatan menjadi gaya hidup standar yang mereka miliki, sehingga kebiasaan berkehidupan sehat dapat menjadi landasan keseharian para eksekutif metropolitan tersebut. Dengan kata lain, tujuan utama dari Wellness Centre ini ialah menyediakan sebuah pusat kesehatan bagi pria eksekutif di wilayah perkotaan. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 3

4 1. Sebagai tahap pertama, untuk mempersempit dan menitik fokuskan percobaan yang akan dilakukan, maka akan diambil beberapa pendapat mayoritas para ahli dalam jenis, teknik, dan juga warna dari pencahayaan yang bersumber dari Artikel berjudul A Summary of Lighting Cues to Produce Specific Impressions oleh Flynn (asherharder.weebly.com/uploads/3/4/3/0/ /flynn_impressions.pdf) dan How to Achieve Relaxation with Lighting oleh Kbanks (2011: prescolite.com/blog/?p=501). Kesimpulan dari sumber tersebut ialah sebagai berikut ini: Jenis Pencahayaan relaksasi : non-uniform, Teknik Pencahayaan relaksasi : Peripheral Wall Lighting atau teknik Wall wash. Warna Pencahayaan relaksasi : Biru, Hijau, dan Oranye. 2. Tahap berikutnya ialah dengan menentukan area yang akan digunakan sebagai visualisasi penelitian, yaitu denah lobi utama dari pusat kebugaran sebagai area interior yang menggambarkan keseluruhan area pusat kebugaran. Ruang ini juga tentunya harus menonjolkan image relaks yang kuat pada visual pencahayaannya. Gambar 1. Denah Main Lobby Wellness Centre 3. Tahap ketiga yaitu menetapkan satu buah perspektif 3 dimensi dari ruangan yang akan menjadi visualisai penelitian Gambar 2. Perspektif 3D Main Lobby Wellness Centre Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 4

5 Azhar Ridwan Azis 4. Tahap berikutnya ialah memberi visualisasi beragam tipe pencahayaan berdasarkan standar non-uniform lighting dengan contoh penggunaan lampu downlight sebagai standar pencahayaan umum ruang. percobaan dilakukan untuk mengetahui tipe non-niform lighting mana yang lebih menciptakan kesan rileks pada penggunannya, secara direct atau indirect. Berikut adalah visual ruang yangt telah diberi percobaan pencahayaan tersebut: Gambar 3. Non-uniform direct downlight lighting + Ceiling lighting plan Pada gambar 3, ruangan menggunakan penerangan berupa downlight non-uniform, atau downlight dengan titik penerangan yang memiliki beberapa sumber saja (sekitar area dinding), tidak seperti general yang bersifat menyeluruh dan bersifat formal. Sumber cahaya non-uniform menciptakan efek aksen pada daerah sekitar lampu karena penyebaran terindividualisasi. Kesan yang diciptakan adalah efek visual yang menarik dan juga tidak terciptanya keterlebihan pencahayaan yang dapat membuat mata pengguna berinteraksi secara intens. Gambar 4. Non-uniform indirect downlight lighting + Ceiling lighting plan Gambar 4, yang merupakan pencahayaan downlight dengan tipe indirect, menghasilkan tipe ruang yang lebih menenangkan dibanding tipe direct non-uniform sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan oleh teknik pencahayaan indirect yang memiliki sumber cahaya yang tidak terlihat dan biasanya menggunakan cove yang merupakan sunken/recessed ceiling untuk penempatan sumber cahaya. Sedangkan tipe direct memiliki sumber cahaya yang jelas terlihat oleh mata sehingga terjadi kontak langsung antara visualisasi pengguna ruang dengan sumber dan arah cahaya yang datang. 5. Sebagai tahap selanjutnya, membandingkan teknik-teknik dari pencahayaan yang akan digunakan dilakukan untuk membawa atmosfir ruang yang bersifat lebih relaksatif. Setelah sebelumnya telah diberi contoh bagailmana tipe indirect downlight lebih cocok untuk visual mata pengunjung, berikutnya akan ada tampilan bagaimana efek dari indirect lighting namun dengan teknik yang bukan berupa teknik downlight, yaitu teknik uplight dan wall wash. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 5

6 Gambar 5. Non-uniform indirect uplight lighting + Floor lighting plan Untuk pencahayaan tipe uplight standar, pencahayaan ditempatkan pada beberapa area yang dibuat khusus untk menempatkan sumber cahayanya. Biasanya cahaya tipe ini dibutuhkan pemikiran yang lebih matang dan dimulai sejak dini karena menyangkut tubuh bangunan atau arsitektural sehingga didesain dan diwujudkan bersamaan dengan pembangunan fisik ruang. salah satu contohnya dalah gambar diatas yang menempatkan cahaya berupa LED stripes kedalam flooring atau disebut floor recessed uplight. Pencahayaan menerangi beberapa sisi flooring, baik logo Wellness Centre yang berada pada ceiling dengan lapisan sandblast glass, beberapa area dinding dan partisi, juga furniture berupa meja resepsionis. Gambar 6. Non-uniform indirect wall wash lighting + Floor lighting plan Untuk teknik wall wash seperti gambar diatas, pencahayaan di titikberatkan pada media dinding sebagai perantara pencahayaan ruangan. Ruangan akan tetap terasa terang walaupun memiliki sedikit sumber general lighting diakibatkan oleh teknik wall wash yang memiki media dinding sebagai perantara rambat cahaya dan juga pantulan cahaya tersebut yang ikut menerangi ruangan. Walaupun begitu, sumber pencahayaan general tetap dibutuhkan untuk menutupi sebagian besar ruang yang tidak terkena cahaya karena berjarak jauh daripada dinding. Sama seperti direct lighting, indirect lighting tipe uplight juga memiliki sisi yang merugikan dalam hal visualisasi pengguna. Hal tersebut dikarenakan visual yang terganggu oleh arah sinar datang yang memiliki kontak langsung dengan mata pengguna ruang. maka dari itu intensitas cahaya, lokasi, dan material yang dipergunakan sebagai finishingnya pun harus dipikirkan secara matang. Bagi teknik wall wash, cahaya difokuskan dengan lokasi dinding dan partisi sehingga dapat dikatakan lebih aman dibandingkan uplight biasa. Selain itu pencahayaan yang non-uniform, namun dengan lokasi yang jelas (hanya bidang vertikal saja yang tersinari) m,embawakan kesan yang lebih teratur dan simpel pada pencahayaan ruang. Untuk itu dapat dikatakan bahwa teknik wall wash dapat dikatakan lebih cocok sebagai pencahayaan yang membawa ruang kearah atmosfir relaksasi. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 6

7 Azhar Ridwan Azis 6. Tahapan final dari proses penelitian yang dilakukan adalah dengan penjabaran teori pencahayaan dan relaksasi yang terakhir, yaitu warna dari cahaya. Setelah mengetahui tipe, dan teknik dari cahaya yang cocok untuk digunakan, berikutnya akan ditampilkan berbagai warna sebagai top notch tone dari cahaya yang ada didalam ruang berupa warna biru, hijau, dan oranye, berdasarkan teori warna relaksasi dalam How to Achieve Relaxation with Lighting oleh Kbanks (2011: prescolite.com/blog/?p=501). Gambar 7. Non-uniform indirect wall wash lighting : biru Gambar 8. Non-uniform indirect wall wash lighting : hijau Gambar 9. Non-uniform indirect wall wash lighting : oranye Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 7

8 Menurut artikel tersebut, warna dari cahaya yang memiliki efek relaksatif ialah warna dengan tone hangat. Selain dari artikel tersebut pun banyak sekali komentar dari para ahli yang menyebutkan bahwa tone hangat memiliki efek yang serupa, seperti kuotasi seorang tokoh Flynn dalam buku Interior Lighting for Designer oleh Gary Gordon (2003: 46) yang menyatakan bahwa Flynn menjabarkan kategori impresi secara visual pencahayaan dengan tone hangat dan dingin sebagai berikut : warna dingin (4100K) menstimulasi impresi kejelasan dalam ruang, sedangkan warna hangat (3000K) menunjukan impresi kenyamanan, terutama disaat perasaan rileks sangat dibutuhkan. Jadi, warna yang hangat sangatlah membantu seseorang didalam ruang untuk mencapai ketenangan dan relaksasi. Didalam contoh gambar tersebut, ada 3 jenis warna, yaitu biru, hijau, dan oranye, dimana biru dan hijau tergolong warna dengan tone dingin, sedangkan oranye tergolong warna dengan tone hangat. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa interior dengan warna tone oranye lebih memiliki efek relaksasi dibandingkan kedua warna lainnya. Akan tetapi beberapa pendapat membantah bahwa warna hangat membawa efek relaksasi. Beberapa beranggapan bahwa warna biru pada cahaya memilik spektrum yang paling nyaman diterima oleh mata karena sama dengan warna dari langit. Maka dari itu, dalam sebuah artikel berjudul Self-chosen Colored Light Induces Relaxation oleh A. Johnson, & P. Toffanin (2012: experiencinglight.nl/doc/2.pdf) menjabarkan hasil penelitiannya, dimana beberapa individu dicoba untuk menentukan cahaya mana yang dapat membuatnya merasa rileks. Secara dominan mengatakan biru atau hijau sebagai warna yang membuat mereka rileks, akan tetapi sebagian lainnya menganggap merah muda, ungu, dan oranye sebagai warna yang membuat mereka rileks. Maka dari itu mereka menyimpulkan bahwa efek relaksasi dari warna tidak dipengaruhi oleh hangat atau dinginnya tone, akan tetapi lebih kepada warna yang dianggap nyaman oleh masingmasing individu. 3. Hasil Studi dan Pembahasan Gambar 10, 11, 12. Berbagai perspektif ruang sebagai hasil akhir penelitian dengan pencahayaan yang dituju. Dengan Beberapa jenis, teknik, dan warna dari cahaya yang telah dicoba sebelumnya, maka kita akan mengetahui dengan jelas jenis pencahayaan apa yang cocok untuk ditempatkan pada ruang demi menciptakan suasana yang dituju. Gambar diatas menunjukan perspektif ruang lainnya yang diberi pencahayaan teknik uplight wall wash, seperti gambar dikanan atas yang merupakan area yoga privat. Ruang memberikan perasaan menenangkan dan teduh karena tidak terlalu banyak cahaya yang terpancar. Cahaya yang ditujukan sebagai sumber relaksasi menjadi aksen yang kental didalam ruang. Hal tersebut berguna untuk membawa kesan khusyuk dan meningkatkan daya konsentrasi para yogis yang melakukan yoga di studio tersebut. Kesan lain yang dibawa oleh tipe pencahayaan ini ialah efek eksklusif namun dengan pembawaan yang simple dan berkelas. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 8

9 Azhar Ridwan Azis Selain daripada ketiga unsur yang telah dibahas sebelumnya, masih banyak hal lainnya yang perlu dipertimbangakn seorang desainer dalam menciptakan sebuah atmosfer relaksatif dalam ruang yang tepat pada sasarannya. Aspek lainnya seperti lighting control, dinamisme, lux yang dibutuhkan, tipe reflektor dalam fixture, yang semuanya saling berketerkaitan satu dengan yang lainnya. Dan hal lain yang perlu ditekankan selain atmosfer yang dibahas sebelumnya ialah sebelum mempertimbangkan atmosfer yang ingin diciptakan, kita juga harus mengetahui berbagai jenis dan teknik pencahayaan bersama dengan aspek-aspek lainnya yang telah disebutkan sehingga kita tahu fungsi utama dari ruang yang menjadi esensi dari fasilitas interior. Karena sesempurna apapun atmosfer yang diciptakan, bila penerangan tersebut tidak memenuhi kriteria penerangan yang dibutuhkan ruang sebagai fungsi utamanya, maka desain tersebut dapat dikatakan gagal. Seperti yang disebutkan dalam buku Lighting Design for Urban Environment and Architecture : Design with Shadow karya Mende (2010: 111), Tidak peduli seberapa bagusnya produksi skema pencahayaan tersebut bisa tercipta, kehebatannya akan hilang apabila sang desainer gagal dalam berkemampuan untuk berintegrasikannya dengan fungsi penerangan yang ada di sekitarnya. 4. Penutup / Simpulan Dari beberapa proses studi kreatif yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini: Terdapat berbagai macam jenis pencahayaan yang ada, yang semuanya tergantung dari aspek-aspek seperti jenis pencahayaannya, teknik penerangannya, warna yang dikeluarkan, dan beberapa hal lainnya yang seluruhnya turut berperan serta dalam menentukan efek pada ruang dan para pengguna ruang. Sebagai tempat yang menjanjikan fasilitas relaksatif bagi para pengunjungnya, aspek interior dalam pusat kebugaran pun turut mendukung tujuan akhir tersebut dengan caranya tersendiri, sebagaimana cahaya mempengaruhi sebuah atmosfer dalam ruang yang juga dapat membawa kesan relaksasi bagi seorang individu Untuk jenis pencahayaan dengan hasil akhir yang berkesan relaksatif, sumber cahaya perlu ditempatkan secara non-uniform untuk menghilangkan kesan formal pada ruang. Jenis pencahayaan juga lebih baik menggunakan tipe indirect untuk menghindari terlihatnya sumber cahaya yang dapat meningkatkan tensi pada visual pengguna Dari segi teknik penerangan, tipe uplight juga sebaiknya dihindari untuk menghilangkan pantulan cahaya yang mengganggu jarak pandang pengguna dari arah bawah, sehingga sebaiknya menggunakan tipe uplight yang dipadukan dengan teknik wall-wash. Dengan cara tersebut, pencahayaan difokuskan pada hanya unsur vertical ruang Dengan pencahayaan uplight wall wash, maka akan tercipta pencahayaan yang memungkinkan untuk menciptakan kesan rileks, akan tetapi pencahayaan tersebut kurang memadai dari segi kesanggupan lampu untuk memenuhi standar lux pada ruang. Maka dari itu penggunaan general lighting lainnya diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Selain dari jenis pencahayaan dan teknik penerangan, warna dari lampu pun turut menciptakan beberapa jenis atmosfer pada ruang, dimana cahaya tertentu menimbulkan efek yang tergantung pada tiap individu yang melihatnya. Dengan kombinasi pencahayaan nonformal, indirect wall wash, dan warna biru pada ruang, maka diharapkan akan tercipta suasana ruang interior yang relaksatif dan cocok untuk pengguna pusat kebugaran yang ditentukan. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 9

10 Ucapan Terimakasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya / perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Interior FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Bpk. Bagus Handoko, S.Sn.,M.T. Daftar Pustaka Gordon, Gary Interior Lighting for Designer : Fourth Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Akmal, Imelda Lighting. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rees, Sian Lighting Styles. London: Octopus Publishing Group Limited. Mende, Kaoru Lighting Design for Urban Environment and Architecture: Design with Shadow. Jepang: Rikuyosha Co., Ltd. Lechner, Norbert Heating, Cooling, Lighting: Metode Desain untuk Arsitektur Edisi Kedua. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 10

BAB V KONSEP PERENCANAAN. 5.1 Konsep Desain

BAB V KONSEP PERENCANAAN. 5.1 Konsep Desain BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Desain Jakarta sebagai ibu kota negara merupakan kota tersibuk di Indonesia, banyak sekali kejadian-kejadian yang dapat membuat orang menjadi stress seperti, kemacetan,

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bersamaan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dan mulai bergesernya nilai-nilai gaya hidup masyarakat, bekerja adalah suatu kewajiban bagi hampir setiap golongan

Lebih terperinci

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai BAB V KONSEP DESAIN 5.1 Konsep Citra Konsep merupakan solusi dari permasalahan desain yang ada. Oleh karena itu, dalam pembuatan konsep harus mempertimbangkan mengenai simbolisasi, kebutuhan pengguna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anyaman rata, anyaman soumak, anyaman giordes, dan anyaman ikal. Anyaman

BAB I PENDAHULUAN. anyaman rata, anyaman soumak, anyaman giordes, dan anyaman ikal. Anyaman digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tapestri adalah suatu karya pertenunan dari benang yang berwarna dan tidak berwarna yang biasanya difungsikan untuk bahan penutup lantai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta adalah kota metropolitan, dimana hampir seluruh aktifitas masyarakat Indonesia berpusat di kota tersebut. Masyarakat urban yang tinggal di Jakarta menghabiskan

Lebih terperinci

1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dba.

1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dba. ika penerimanya adalah manusia atau orang, bukan mikrophone untuk perekaman misalnya, maka karakteristik medan suara yang diterima itu dapat dinyatakan dengan 4 parameter utama yaitu : KONSEP DASAR AKUSTIK

Lebih terperinci

ANALISA PENCAHAYAAN BUATAN DAN SIRKULASI PADA AREA DISPLAY KENDARAAN MUSEUM OTOMOTIF SENTUL

ANALISA PENCAHAYAAN BUATAN DAN SIRKULASI PADA AREA DISPLAY KENDARAAN MUSEUM OTOMOTIF SENTUL ANALISA PENCAHAYAAN BUATAN DAN SIRKULASI PADA AREA DISPLAY KENDARAAN MUSEUM OTOMOTIF SENTUL Gusti Hidayat Arief Jurusan Desain Interior, Telkom University Bandung Gustiarief.ga@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA CAHAYA PADA INTERIOR RUMAH TINGGAL

PERANCANGAN TATA CAHAYA PADA INTERIOR RUMAH TINGGAL PERANCANGAN TATA CAHAYA PADA INTERIOR RUMAH TINGGAL Dila Hendrassukma Interior Design Department, School of Design, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 justdila@gmail.com

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 7 juli Penulis

KATA PENGANTAR. Surabaya, 7 juli Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur yang sedalam dalamnya penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir ini. Penulis

Lebih terperinci

Studi aktifitas dan kebutuhan ruang

Studi aktifitas dan kebutuhan ruang Studi aktifitas dan kebutuhan ruang No Pemakai Aktifitas Kebutuhan Ruang Fasilitas Dimensi Perawatan rambut 1.Mencuci rambut sebeum meakukan perawatan untuk rambut 2.Perawatan rambut (cutting/creambath/hairspal/

Lebih terperinci

APARTEMEN. LU 74 m 2

APARTEMEN. LU 74 m 2 LU 74 m 2 Area makan dengan meja yang menyatu dengan kabinet dapur. Di area ini, setiap jengkalnya dimanfaatkan optimal sebagai tempat penyimpanan. Saat tidak digunakan, meja makan dapat dilipat ke atas

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan 73 BAB IV KONSEP DESAIN IV.1 Konsep Ruang (Citra Ruang) Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan dengan bergaya futurisctic. Konsep fun ini diartikan sebagai sesuatu

Lebih terperinci

STUDI PUSTAKA PSIKOLOGI WARNA

STUDI PUSTAKA PSIKOLOGI WARNA STUDI PUSTAKA PSIKOLOGI WARNA 2.6 Psikilogi Warna Pada Ruang Psikologi warna menurut Hideaki Chijawa dalam bukunya "Color Harmony" : a. Warna hangat : merah, kuning, coklat, jingga. Dalam lingkaran warna

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN 5.1. Gaya dan Tema dalam Perancangan Konsep pada Fitness Center, interior desain yang ditampilkan oleh Fitness Center ini bergaya Modern Retro. Tema perancangan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 1.1 Konsep Perencanaan Dan Perancangan Proyek perencanaan dan perancangan untuk interior SCOOTER OWNERS GROUP INDONESIA Club di Bandung ini mengangkat tema umum

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kesimpulan rancangan proyek perencenaan interior Harley Davidson Center

BAB VI KESIMPULAN. Kesimpulan rancangan proyek perencenaan interior Harley Davidson Center BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari rancangan proyek perencanaan interior Harley Davidson Center Jawa Barat adalah, permasalahan yang terdapat di dalam proyek, yaitu perbedaan yang terdapat

Lebih terperinci

Latar Belakang Masalah

Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah Desain interior adalah salah satu bidang ilmu yang mempergunakan perencanaan pencahayaan, khususnya cahaya buatan sebagai salah satu media bagi pemenuhan kenyamanan manusia melakukan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 KONSEP PERANCANGAN Mengacu kepada sasaran fasilitas ini adalah remaja pengguna narkoba, maka diperlukan sebuah tempat dan susunan yang bersifat dapat membangkitkan semangat

Lebih terperinci

Interior. Foto g r a f e r Tri Rizeki Darusman M O D E R N & CLEAN LOOKS. Vol. 14 No. 01 Januari 2013

Interior. Foto g r a f e r Tri Rizeki Darusman M O D E R N & CLEAN LOOKS. Vol. 14 No. 01 Januari 2013 Interior Pe n u lis Mufliah Nurbaiti Foto g r a f e r Tri Rizeki Darusman M O D E R N & CLEAN LOOKS 72 Kian terbatasnya lahan hunian serta keinginan kemudahan akses mencapai tempat beraktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4.1 Alternatif Zoning 1 ANALISA : Letak zona publik berada di dekat pintu masuk karena zona tersebut diperunttukan bagi pengunjung yang baru datang. Pada alternative zona

Lebih terperinci

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1 BAB V KONSEP PERANCANGAN INTERIOR 5. 1. Dasar dan Tujuan Setelah melewati proses analisis, penulis mengambil tema refreshment atau penyegaran sebagai konsep desain yang akan diterapkan pada perancangan

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen. BENTUK Bentuk yang digunakan dapat berupa transformasi dari bentuk Tongkonan, ragam hias tradisional Makassar dan Toraja, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan budaya Makassar dan Toraja. Untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Didalam sebuah perancangan interior, fasilitas sangat menunjang dalam aktifitas yang dilakukan di dalamnya. Fasilitas merupakan hal penting dalam mendesain

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN BUATAN PADA PENDEKATAN TEKNIS DAN ESTETIS UNTUK BANGUNAN DAN RUANG DALAM

PENCAHAYAAN BUATAN PADA PENDEKATAN TEKNIS DAN ESTETIS UNTUK BANGUNAN DAN RUANG DALAM PENCAHAYAAN BUATAN PADA PENDEKATAN TEKNIS DAN ESTETIS UNTUK BANGUNAN DAN RUANG DALAM Budi Setiawan; Grace Hartanti Interior Design Department, School of Design, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No.9,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini tempat kebugaran dan perawatan menjadi kebutuhan masyarakat kota Bandung pada umumnya. Khususnya kalangan remaja, eksekutif muda, dan dewasa yang membutuhkan

Lebih terperinci

Dramatic Lighting. Pencahayaan menjadi kekuatan desain pada apartemen yang terinspirasi dari gaya Jepang ini.

Dramatic Lighting. Pencahayaan menjadi kekuatan desain pada apartemen yang terinspirasi dari gaya Jepang ini. APARTEMEN LU: 60 m² Dramatic Lighting Pencahayaan menjadi kekuatan desain pada apartemen yang terinspirasi dari gaya Jepang ini. TEKS FRANSISCA WUNGU PRASASTI FOTO ADELINE KRISANTI PROPERTI SUMARTONO TAN

Lebih terperinci

perawatan badan, pengencangan bagian tubuh, foot theraphy, gym, serta konsultasi dengan dokter- dokter spesialis.

perawatan badan, pengencangan bagian tubuh, foot theraphy, gym, serta konsultasi dengan dokter- dokter spesialis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior pada Tempat Perawatan Kulit dan Tubuh Cantik memang dambaan setiap insan wanita namun jika ditelaah dengan pikiran yang terbuka, kecantikan memiliki

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus : Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman fungsi cahaya. 2. Memberikan pemahaman karakter cahaya. 3. Memberikan pemahaman arah cahaya. Tujuan Instruksional Khusus : 1. Mahasiswa mampu memahami

Lebih terperinci

hunian lama, BERNYAWA BARU Fotografer Lindung Soemarhadi

hunian lama, BERNYAWA BARU Fotografer Lindung Soemarhadi 1 2 hunian lama, BERNYAWA BARU Penulis Qisthi Jihan Fotografer Lindung Soemarhadi Di tengah maraknya pembangunan rumah modern, seperti cluster atau apartemen, pemilik rumah ini malah memutuskan untuk memilih

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Kerangka Berpikir Konsep Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep 105 106 Dari kerangka berpikir diatas dapat penulis memilih konsep Batik Pekalongan : The Diversity of Culture

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. imajinatif. Untuk menjadi seorang desainer yang benar-benar kreatif diperlukan

ABSTRAKSI. imajinatif. Untuk menjadi seorang desainer yang benar-benar kreatif diperlukan ABSTRAKSI Dunia desain mengalami perkembangan yang sangat pesat selama beberapa tahun terakhir ini. Dalam merespon perkembangan ini, desainer mutlak untuk selalu kreatif dan juga imajinatif. Untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan masa kini yang telah modern ditandai oleh era globalisasi di dalam berbagai hal. Salag satunya dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat dan berkembang

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

Perpustakaan Umum di Yogyakarta dengan Pendalaman Desain Pencahayaan

Perpustakaan Umum di Yogyakarta dengan Pendalaman Desain Pencahayaan JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 1 (2012) 1-5 1 Perpustakaan Umum di Yogyakarta dengan Pendalaman Desain Pencahayaan Daniel Adrianto Saputra, Esti Asih Nurdiah. Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Kristen

Lebih terperinci

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya Cahaya sebagai media Fotografi Pencahayaan merupakan unsur dasar dari fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang cahaya mutlak

Lebih terperinci

2. Sejarah Desain Interior

2. Sejarah Desain Interior 1. Pengertian Interior Menurut Francis D. K. Ching (Chng & Binggeli, 2012) interior desain adalah Interior design is the planning, layout, and design of the interior spaces within buildings. These physical

Lebih terperinci

BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE

BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE Tania Andina Kardin Deni Yana, S.Sn, M.sn Program Studi Sarjana Kriya Keramik, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki kebutuhan primer yang merupakan kebutuhan utama manusia yang harus dipenuhi. Salah satu kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan untuk kesehatan. Pada

Lebih terperinci

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR 5.1 Konsep Citra Ruang Konsep citra ruang yang ingin dicapai adalah ruangan yang memberikan suasana kondusif kepada pengguna perpustakaan. citra ruang dimana pengguna

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep perancangan 4.1.1 Konsep Gaya Konsep gaya pada perancangan Showroom Mabua Harley Davidson ini di desain dengan unik dan memberi kesan tempo dulu, berdasarkan analisa

Lebih terperinci

OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR

OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR Citra Lestari Oktaviana Andriyanto Wibisono Program Studi

Lebih terperinci

Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis)

Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) 101 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Ide Gagasan Ide gagasan perancangan desain interior Resort ini berupa konsep Zen. Zen merupakan konsep yang terinspirasi dari konsep interior Jepang, yang memadukan antara

Lebih terperinci

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING)

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) [2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep/Citra Ruang Citra atau image yang digunakan dalam mendukung karakter desain adalah modern natural with batavian etnic, dengan menggunakan bentuk bentuk yang geometris

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA 3.1 Tema dan Penggayaan Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia merupakan sebuah sarana yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Bab IV. Konsep Perancangan

Bab IV. Konsep Perancangan Bab IV Konsep Perancangan 4.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada proyek ini didasari oleh tinjauan data mengenai sifat dan karakteristik pasien, dimana beberapa dari pasien dewasa maupun anak-anak

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP 42 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Perancangan desain interior pada suatu bangunan menjadi hal yang esensial untuk dapat melihat siapakah klien dan apa fungsi sesungguhnya dari suatu ruang atau satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Konsep Sebuah konsep desain tempat pendidikan yang ramah lingkungan dengan membawa suasana yang asri membawa kehangatan keluarga dalam sebuah wadah pendidikan. Anak anak

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BEAUTY CLINIC DAN WELLNESS CENTER. Penggabungan 2 fungsi dalam 1 bangunan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BEAUTY CLINIC DAN WELLNESS CENTER. Penggabungan 2 fungsi dalam 1 bangunan BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN WELLNESS CENTER 4.1 Konsep Umum Beauty Clinic (aesthetic) Wellness Center (health) Penggabungan 2 fungsi dalam 1 bangunan Gambar 4.1 Diagram Konsep Umum Sumber : analisa penulis

Lebih terperinci

Desain Interior Nahdlatul Ulama Jombang dengan Konsep Therapeutic Environment

Desain Interior Nahdlatul Ulama Jombang dengan Konsep Therapeutic Environment JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) F-7 Desain Interior Nahdlatul Ulama Jombang dengan Konsep Therapeutic Environment Miftah A. Rahmati, Anggra Ayu Rucitra, dan Thomas

Lebih terperinci

ABSTRACT INTERIOR DESIGN OF DESTINATION SPA WITH THE COCEPT OF REJUVENATION THROUGH NATURE

ABSTRACT INTERIOR DESIGN OF DESTINATION SPA WITH THE COCEPT OF REJUVENATION THROUGH NATURE ABSTRACT INTERIOR DESIGN OF DESTINATION SPA WITH THE COCEPT OF REJUVENATION THROUGH NATURE Nowadays the lifestyle of big city people is keeps getting unhealthy so that it leads to stress and diseases.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini, salon kecantikan merupakan tempat wajib terutama bagi kaum wanita untuk datang dan melakukan perawatan-perawatan untuk memperindah dan mempercantik tubuh,

Lebih terperinci

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, BAB.IV. KONSEP DESAIN IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, Refreshing, berarti tidak kaku, mampu memotivasi pengguna Relaxing, mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merilekskan pikiran dan tubuh dari kesibukan mereka sehari-hari seperti tempat

BAB I PENDAHULUAN. merilekskan pikiran dan tubuh dari kesibukan mereka sehari-hari seperti tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap wanita memiliki kebutuhan untuk mempercantik diri dan untuk merilekskan pikiran dan tubuh dari kesibukan mereka sehari-hari seperti tempat salon, spa, refleksi,

Lebih terperinci

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO KONSEP MAKRO & KONSEP MAKRO Pemilihan langgam Post-modern di rasa lebih sesuai pengaplikasian nya pada konsep desain interior clubhouse eastcoast residence ini, ditambah dengan nuansa natural. Konsep ini

Lebih terperinci

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER PEWARNAAN Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. KOMPONEN WARNA Warna terbentuk dari: 1. Hue (Corak) 2. Intensity (Intensitas) 3. Saturation (Kejenuhan atau Jumlah Putih pada

Lebih terperinci

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku G254 Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Satriani Dian Pertiwi dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture Architecture Natural Friendly Neoclassical Style Teks: Widya Prawira Foto: BambangPurwanto Desain rumah yang everlasting dengan mengoptimalkan potensi lingkungan, menjadikan rumah ini bersahabat dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Kerangka Konsep Aktif Fashionable Berjiwa Muda Semangat Produktif Mapan Dewasa Merah Muda Organis Biru & Hijau Karakteristik Warna Bentuk Warna Wanita Urban Refresh TEA SPA

Lebih terperinci

ELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi

ELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi AUDITORIUM BENTUK WARNA MATERIAL Menggunakan sistem dinding panel berporiyang terdiri dari dua konfigurasi : 1. Konfigurasi penyerap (pori terbuka) 2. Konfigurasi pemantul (pori tertutup) Dan dapat di

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN V.1 Konsep Perancangan Interior V.1..1 Konsep Desain Perancangan interior untuk Interior Design Department of Binus University ini memiliki tema Dynamic

Lebih terperinci

Konsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic

Konsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic BAB V KONSEP 5.1 Kerangka Konsep Konsep Sekolah Fotografi Darwis Triadi adalah sebuah sekolah fotografi yang didirikan oleh seorang fotografer profesional bernama Andreas Darwis Triadi pada tahun 2003.

Lebih terperinci

BAB 4. Analisis dan Bahasan

BAB 4. Analisis dan Bahasan BAB 4 Analisis dan Bahasan 4.1 Konsep Perancangan Makanan kini tak lagi hanya menjadi sekedar pengisi perut. Masyarakat kini menyadari makanan dengan segi kultural yang varian telah menjadi lifestyle yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring 151 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Perkembangan jaman yang melaju dengan pesat, membuat sebuah kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring dengan itu, sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebuah bangunan baru dapat berfungsi apabila bangunan tersebut dapat mengakomodir aktifitas dari fungsi yang terdapat di dalamnya. Pemakai bangunan adalah setiap orang

Lebih terperinci

Produksi Media PR Audio-Visual

Produksi Media PR Audio-Visual Modul ke: Produksi Media PR Audio-Visual Pencahayaan Kamera Fakultas FIKOM Eppstian Syah As ari Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id PENCAHAYAAN KAMERA SIFAT DASAR CAHAYA 1. Cahaya dapat

Lebih terperinci

Private Elemen Interior Layout ruang Model meja

Private Elemen Interior Layout ruang Model meja BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENENTUAN VARIABEL DAN PARAMETER Variabel Sub Variabel Parameter Pengunjung Berkelompok Umur Latar belakang Individual pendidikan Sosial budaya Status Furniture Dimensi Furniture

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Padatnya aktivitas pada zaman modern ini menyebabkan banyak orang yang mengalami stress, lelah, dan jenuh. Untuk itu dibutuhkan sebuah sarana yang mampu memberikan fasilitas yang lengkap bagi pengunjungnya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Zoning & Grouping Terpilih BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Zoning Gambar 4.1 Zoning lt. 1 Gambar 4.2 Zoning lt. 2 Gambar 4.3 Zoning lt. 3 Gambar 4.4 Zoning lt. 4 B. Grouping Gambar 4.5 Grouping lt. 1

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III OBJEK STUDI 3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi Tinjauan Umum Tinjauan Lokasi Analisa Tapak...

DAFTAR ISI. BAB III OBJEK STUDI 3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi Tinjauan Umum Tinjauan Lokasi Analisa Tapak... ABSTRAK Dengan berkembangnya Bandung menjadi salah satu lokasi wisata belanja bagi para wisatawan domestik, maka dengan bertambahnya volume orang yang ada di Bandung kebutuhan akan fasilitas tempat makan

Lebih terperinci

BAB IV SINTESA PEMBAHASAN. yang diusung dalam sebuah konsep desain Hotel Mulia adalah luxurious

BAB IV SINTESA PEMBAHASAN. yang diusung dalam sebuah konsep desain Hotel Mulia adalah luxurious BAB IV SINTESA PEMBAHASAN 4.1 Gaya Dan Tema Perancangan Menentukan jenis tema merupakan langkah awal dalam membangun suatu ruangan. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada klien akan interior Hotel Mulia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perancangan desain interior pada suatu perusahaan menjadi hal yang esensial untuk dapat melihat siapakah klien dan apa fungsi sesungguhnya dari suatu ruang atau satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masyarakat. Perancangan interior bertema Fragment of Spirit dengan gaya

BAB V PENUTUP. masyarakat. Perancangan interior bertema Fragment of Spirit dengan gaya BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Perancangan interior UB Sport Center bertujuan untuk meningkatkan minat masyarakat. Perancangan interior bertema Fragment of Spirit dengan gaya kontemporer dikemas dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pencahayan merupakan sebuah elemen penting dalam desain interior. Hal ini dikarenakan peran cahaya sebagai penampil wujud warna, bentuk, tekstur, dan material

Lebih terperinci

Pemasaran Ritel. Sessi

Pemasaran Ritel. Sessi Pemasaran Ritel Sessi Store Layout, Design, and Visual Merchandising Layout Toko, Desain dan Display Produk KUWAT RIYANTO, SE, M.M. 081319434370 Kuwat_riyanto@yahoo.com http://kuwatriy.wordpress.com Store

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia desain atau commercial art seperti graphic and communication design, photography, interior design, fashion design, product design, dan lainlain, sedang mengalami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user digilib.uns.ac.id 101 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Ide Gagasan Ide gagasan perancangan desain interior Resort ini berupa konsep Bali Style. Bali Style merupakan konsep yang sering digunakan pada bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Gaya dan Tema Perancangan Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya modern etnik. Pemilihan gaya modern etnik berdasarkan

Lebih terperinci

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 279 Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Lebih terperinci

Modern Understated HOME IDEAS SHOPPING FOOD TRAVEL 56 PAGES SLEEK AND COSY INTERIOR INSPIRATIONS FEBRUARI

Modern Understated HOME IDEAS SHOPPING FOOD TRAVEL 56 PAGES SLEEK AND COSY INTERIOR INSPIRATIONS FEBRUARI HOME IDEAS SHOPPING FOOD TRAVEL FEBRUARI 2017 46 FEBRUARI 2017 P. Jawa Rp 67.000 Luar P. Jawa RP 72.500 ISSN: 2338-1167 Modern Understated 56 PAGES SLEEK AND COSY INTERIOR INSPIRATIONS TEXT NARIDA BASREDO

Lebih terperinci

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA Anita Iskhayati, S.Kom Apa Itu Three-Point Lighting? Three-point lighting (pencahayaan tiga titik) adalah metode standar pencahayaan yang digunakan dalam fotografi,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 189 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Penentuan konsep perancangan interior didasarkan atas analisa dan pertimbangan beberapa faktor yang telah dibahas pada bab 2 yaitu tinjauan museum

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. aktivitas dan kegiatan yang bergerak di bidang fashion muslimah dan. optimalitas dalam mendukung perkembangan dunia

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. aktivitas dan kegiatan yang bergerak di bidang fashion muslimah dan. optimalitas dalam mendukung perkembangan dunia BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.I. Fungsi Perancangan Muslimah Fashion center ini bertujuan untuk menghimpun aktivitas dan kegiatan yang bergerak di bidang fashion muslimah dan kebutuhan wanita. Untuk menciptakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simond dan Starke (2006) menyebutkan bahwa karakter lanskap terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu lanskap alami dan lingkungan terbangun (lanskap terbangun). Lanskap alami

Lebih terperinci

Galeri Kerajinan Kayu di Kota Batu Melalui Penerapan Pencahayaan Alami pada Bukaan Dinding dan Atap

Galeri Kerajinan Kayu di Kota Batu Melalui Penerapan Pencahayaan Alami pada Bukaan Dinding dan Atap Galeri Kerajinan Kayu di Kota Batu Melalui Penerapan Alami pada Bukaan Dinding dan Atap Puspita Ardi Nugroho 1, Heru Sufianto 2 dan Beta Suryokusumo Sudarmo 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM. A. Teori Perancangan Ruang Dalam.

TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM. A. Teori Perancangan Ruang Dalam. A. Teori Perancangan Ruang Dalam. TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM Perancangan ruang dalam atau yang lebih populer disebut dengan desain interior adalah suatu proses menata sebuah ruang dalam baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cahaya matahari sebagai sumber pencahayaan alami merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat berlimpah di Indonesia. Sebagai negara yang melintang

Lebih terperinci

TATA CAHAYA. Arah Cahaya ( Direction of Light ) 1. Frontlight

TATA CAHAYA. Arah Cahaya ( Direction of Light ) 1. Frontlight TATA CAHAYA Arah Cahaya ( Direction of Light ) Cahaya yang datang sangat mempengaruhi penampilan subjek secara keseluruhan. Dengan mengetahui arah datangnya cahaya, fotografer dapat membuat foto yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangnya mobilitas kegiatan masyarakat kelas menengah atas mempengaruhi perkembangan bisnis.bisnis Spa And Fitness Centre merupakan bisnis yang menjanjikan. Pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai denah khusus dengan tujuan pendalaman lebih pada kedua bidang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai denah khusus dengan tujuan pendalaman lebih pada kedua bidang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam perancangan interior Hotel Mulia ini, penulis membatasi ruang lingkup perancangan dengan mengambil lobby dan kamar tamu pada hotel ini sebagai denah khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan salah satu bangunan yang ditujukan untuk singgah dalam jangka waktu sementara dengan layanan dan fasilitas lainnya. Sebagai pokok akomodasi yang terdiri

Lebih terperinci

5.2 Konsep Citra Konsep citra ruang yang ingin dicapai adalah ruang yang memberikan kesan menyegarkan, nyaman dan menonjolkan suasana alami namun teta

5.2 Konsep Citra Konsep citra ruang yang ingin dicapai adalah ruang yang memberikan kesan menyegarkan, nyaman dan menonjolkan suasana alami namun teta BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Penelusuran Konsep Berdasarkan Analisa Konsep perencanaan interior yang digunakan dalam perancangan ini adalah refresh yang berarti to give new freshness or brightness to;

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.I. Fungsi Perancangan Fashion center ini bertujuan untuk menghimpun aktivitas dan kegiatan yang bergerak di bidang fashion. Untuk menciptakan efisiensi,efektivitas dan optimalitas

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Lebih terperinci

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI AR 3232 - Arsitektur Indonesia Pasca Kemerdekaan Dosen : Dr. Ir. Himasari Hanan, MAE Nama / NIM : Teresa Zefanya / 152 13 035 DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI Sebuah bidang yang diangkat dapat membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi. Dalam prosesnya, sebuah budaya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi. Dalam prosesnya, sebuah budaya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses perkembangan budaya saat ini melaju dengan sangat cepat seiring dengan perkembangan teknologi. Dalam prosesnya, sebuah budaya menghasilkan tren gaya hidup. Gaya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia 5.1.1. Gaya Perancangan Gaya arsitektur yang dipakai pada bangunan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia ini direncanakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Interior Gambar 4.1 Mind Map Sumber: Penulis Konsep perancangan interior pada museum ini ingin mengubah sebuah museum yang memiliki pencitraan yang sedikit

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perencanaan dan perancangan interior rumah sakit umum di Surakarta (lobby, ruang rawat inap anak dan perpustakaan)

TUGAS AKHIR. Perencanaan dan perancangan interior rumah sakit umum di Surakarta (lobby, ruang rawat inap anak dan perpustakaan) TUGAS AKHIR Perencanaan dan perancangan interior rumah sakit umum di Surakarta (lobby, ruang rawat inap anak dan perpustakaan) Diajukan Untuk Melengkapi Tugas tugas dan Memenuhi Syarat syarat Guna Kelulusan

Lebih terperinci