TEKNIK PENANGKARAN RUSA TIMOR (Rusa timorensis Blainville, 1822)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNIK PENANGKARAN RUSA TIMOR (Rusa timorensis Blainville, 1822)"

Transkripsi

1 A. Latar Belakang TEKNIK PENANGKARAN RUSA TIMOR (Rusa timorensis Blainville, 1822) Oleh : Mariana Takandjandji Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan Jl.Gunung Batu No. 5 Bogor PENDAHULUAN Status rusa di Indonesia hingga saat ini masih merupakan satwaliar yang dilindungi oleh Undang-undang sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999 tanggal 27 Januari 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) pada tahun 2007 mengelompokkan rusa timor sebagai jenis dengan kategori kurang beresiko dan sedikit perhatian (low risk/low concern), kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi rentan (vulnerable) (Hedges et al., 2008). Namun berdasarkan Konvensi CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wildlife Fauna and Flora), status rusa timor tidak masuk dalam daftar yang diatur kuotanya (Departemen Kehutanan, 2006). Rusa timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu potensi sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia yang perlu dipertahankan. Potensi ini dapat dimanfaatkan hasilnya dengan tetap memperhatikan unsur kelestariannya. Namun, apabila rusa terus diburu tanpa suatu upaya menjaga kelestariannya, suatu saat akan mengalami kepunahan. Selain diburu, pengrusakan habitat sehubungan dengan pertambahan penduduk yang cenderung meningkat, serta pola perladangan yang berpindah-pindah turut pula menyebabkan menurunnya populasi rusa di alam. Pemanfaatan rusa dapat dilakukan berdasarkan PP No. 8 Tahun 1999 tanggal 27 Januari 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar dalam bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan; penangkaran; perburuan; perdagangan; peragaan; pertukaran; dan pemeliharaan untuk kesenangan. Pemanfaatan dapat dilakukan oleh perorangan, badan hukum, koperasi, atau lembaga konservasi. Pemanfaatan rusa diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) No. P.19/Menhut-II/2005 Tanggal 19 Juli 2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar (Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, 2006). Penangkaran rusa adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran di luar habitat alami (ex-situ) dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Pemanfaatan hasil penangkaran berupa keturunan pertama (F1) dapat ditransfer kepada penangkar lain sebagai induk, sedang keturunan kedua (F2) dan seterusnya dapat diperdagangkan. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan kegiatan pengembangan penangkaran rusa timor, yaitu: - Melakukan aplikasi IPTEK penangkaran rusa timor melalui pengembangan breeding center dan demplot penangkaran rusa, baik untuk pelestarian jenis maupun untuk produksi 1

2 - Menyediakan IPTEK penangkaran rusa timor, baik tata kelola teknis maupun administrasi, serta pengelolaan produk hasil penangkaran dan hasil ikutan lainnya dalam rangka mendukung pengembangan penangkaran rusa dan pemanfaatannya - Menyediakan sarana penangkaran percontohan dan pelayanan produksi bagi penangkar rusa dan pengguna lainnya untuk pemenuhan kebutuhan induk atau bibit (parent stock) bersertifikat dan kebutuhan lainnya terhadap anakan rusa hasil penangkaran - Menyediakan sarana pendukung bagi kegiatan penelitian, pendidikan, pariwisata - Menciptakan lapangan kerja Sasaran penangkaran rusa timor adalah terselenggara kegiatan pengembangan penangkaran rusa timor dan diperolehnya IPTEK tentang penangkaran rusa timor yang tepat guna dan berhasil guna sehingga user (pengguna) dapat mengadopsi teknologi yang telah dihasilkan. SISTEM PENANGKARAN Penangkaran rusa terbagi atas tiga (3) sistem yakni sistem terkurung (kandang/pedok), semi terkurung (mini ranch), dan sistem bebas (ranch). Penetapan sistem penangkaran tergantung pada ketersediaan dana atau biaya, luas lahan, tenaga kerja, dan tujuan penangkaran. Penangkaran rusa timor yang dilakukan oleh Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (PuskonseR) di Hutan Penelitian (HP) Dramaga Bogor sejak tahun 2008, menggunakan sistem terkurung yang dilakukan dengan cara rusa dipelihara pada suatu areal yang dikelilingi pagar dan pakan diberikan dari luar dengan cara pengaritan (cut and carry). Penangkaran rusa timor tersebut menggunakan lahan seluas 7,0 ha yang terdiri dari: - Kandang pembiakan (kandang tertutup yang berukuran 6 x 2 m 2 dan disekat menjadi tiga ruang yakni untuk kandang kawin (2 x 3 m 2 ), kandang melahirkan dan menyusui (2 x 1,5 m 2 ) dan kandang sapih anak (2 x 1,5 m 2 ), - Kandang individu dan penelitian (masing-masing berukuran 2 x 2 m), - Kandang transit (kandang terbuka seluas ± 560 m 2 untuk menampung rusa yang baru datang), - Kandang pembesaran seluas ± 288 m 2 yang dibagi menjadi empat sub unit masingmasing seluas ± 72 m 2 untuk seleksi pasangan, pembesaran anak dan pelatihan (exercise) bagi salah satu pasangan untuk menyegarkan kondisi tubuh dari kandang pembiakan, serta isolasi untuk kasus tertentu. Kandang ini biasanya disebut yard dan sebaiknya berbentuk bulat atau melingkar yang digunakan untuk perawatan rusa, dan tempat bagi rusa yang sedang bunting atau melahirkan. Dinding kandang yard terbuat dari papan yang kuat dengan tinggi minimum 2,0 m, dan tertutup rapat agar rusa mudah diberi perlakuan tanpa menimbulkan kepanikan atau stres. Kandang berbentuk bulat agar rusa lebih mudah diberi perlakuan karena rusa akan berada di bagian tengah kandang. Namun apabila kandang berbentuk persegi, rusa cenderung lebih senang berada di sudut-sudut sehingga sulit untuk memberi perlakuan. Lantai kandang terdiri dari lantai kasar atau paving block. 2

3 - Kandang pedok atau mini ranch (kandang pemeliharaan terbuka ukuran 38 x 38 m 2 ), pengolahan limbah (untuk mengolah dan memanfaatkan limbah pakan dan kotoran rusa, terdiri dari 2 buah masing-masing berukuran 4 x 2 x 1 m 3 dan 2 x 2 x 1 m 3 ), - Gudang pakan (bangunan permanen berukuran 8 x 6 m 2 yang digunakan sebagai gudang pakan, obat-obatan dan peralatan penangkaran), - Pusat informasi (bangunan permanen berukuran 10 x 6 m 2 untuk pusat data dan informasi penangkaran rusa serta kegiatan administrasi dan pelatihan). Sistem semi terkurung, dilakukan dalam bentuk mini ranch dengan cara memelihara pada areal yang luas (± 1,0 ha), dipagari, dan rusa dibiarkan merumput sendiri tetapi kadang-kadang pakan disuplai dari luar apabila pakan di dalam areal tidak mencukupi. Sistem bebas (ranch) adalah sistem penangkaran rusa yang dilakukan secara ekstensif dalam areal yang luas dan berpagar (± 1,0 5,0 ha atau tergantung ketersediaan lahan dan tujuan penangkaran). Rusa dibiarkan merumput secara alami tanpa campur tangan manusia kecuali mengontrol dan mengatur daya dukung. Pemeliharaan rusa dengan sistem ranch dan mini ranch sebaiknya memenuhi kebutuhan hidup seperti habitat alamnya. Oleh sebab itu, habitat buatan dalam kandang penangkaran yang berpagar keliling dapat dilengkapi dengan areal pepohonan dan bersemak, sumber air, tempat pakan dan lapangan perumputan. Areal berpohon sangat bermanfaat untuk berlindung dan tempat tidur, sedangkan areal bersemak dapat dijadikan tempat istirahat, pengasuhan anak dan kebutuhan biologis lainnya. Jenis-jenis pohon yang ditanam mempunyai tajuk yang cukup rindang sebagai peneduh, seperti: beringin, sawo, mangga, lengkeng, dan berbagai jenis tanaman hutan lainnya. Beberapa jenis pohon sering dimakan kulitnya oleh rusa. Oleh sebab itu, pemagaran beberapa jenis pohon perlu dilakukan apabila dikuatirkan cepat rusak atau mati karena dimakan kulitnya oleh rusa. Pemagaran pohon dilakukan setinggi 1-2 meter menggunakan bahan bambu, kayu atau kawat harmonika. Apabila peneduh alami dianggap kurang, peneduh buatan (shelter) dapat dibuat dengan ukuran setinggi 2 meter dari bahan yang tidak mudah rusak dengan jumlah dan penempatan peneduh yang terpisah sesuai kebutuhan. Tempat pakan harus mudah dijangkau petugas yang memberi pakan, tetapi penempatannya memungkinkan bagi rusa memakan dari segala arah. Tempat pakan diberi peneduh untuk menghindari pakan mudah kering karena kepanasan atau basah karena kehujanan. Apabila jumlah rusa yang ditangkar cukup banyak dalam satu areal penangkaran, tempat pakan dapat dibuat di beberapa tempat agar tidak terjadi persaingan makanan antara individu rusa. Ukuran tempat pakan yang disesuaikan dengan jumlah rusa yang dipelihara. Lantai tempat pakan dapat dibuat dari semen atau papan. Bentuk tempat pakan yang dibuat panggung akan mengurangi sisa pakan yang terbuang karena diinjak-injak atau bercampur dengan kotoran (faeses dan urine). LOKASI PENANGKARAN Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam penetapan lokasi penangkaran rusa, antara lain berada di luar kawasan suaka alam; terletak di tempat yang tenang; aman dari gangguan; mudah dicapai atau ditempuh pada musim hujan dan musim kemarau; tersedia air yang banyak sepanjang tahun untuk keperluan minum, 3

4 pembersihan kandang, penyiraman pakan, dan untuk berkubang; topografi rata sampai bergelombang ringan; luas lahan minimal 0,5 ha dan atau sesuai kebutuhan; terisolasi dari pengaruh binatang atau ternak lain; permukaan tanah bertekstur halus bukan batu karang; tersedia pohon-pohon peneduh atau shelter karena rusa memerlukan tempat berteduh dan berlindung dari panas atau hujan; dan mudah mendapatkan hijauan yang dapat dijadikan sebagai pakan. 1. Kandang SARANA DAN PRASARANA PENANGKARAN Kandang berfungsi sebagai tempat berlindung dari hujan, panas, dan predator; tempat berteduh, beristirahat, berkembangbiak, makan dan minum; perawatan bagi yang sakit; dan untuk memudahkan dalam pengontrolan. Bahan kandang yang digunakan terdiri dari kayu, paku, besi, kawat harmonika atau ram, batako, semen, dan pasir. Tiang-tiang beton dibangun di atas pondasi dengan ukuran kandang untuk satu individu rusa dewasa adalah 2,0 m². Kandang rusa diberi pintu, agar mudah dalam penanganan untuk pemberian pakan, penangkapan untuk penimbangan, pengukuran, pemberian tanda, pemeriksaan kesehatan, atau pemberian perlakuan. Drainase pada lantai kandang dibuat agak miring dan diusahakan agar tidak becek; kandang rusa sebaiknya disekat sesuai dengan status fisiologis. Kandang rusa terdiri dari berbagai bentuk tergantung kegunaannya, antara lain bangunan peneduh. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat berteduh karena mempunyai atap dan dinding sehingga terhindar dari terpaan air hujan. Bangunan ini sangat diperlukan dalam penangkaran rusa yang menganut sistem terkurung (kandang). Atap bangunan terdiri dari genteng, alang-alang atau rumbia, sedang dindingnya dari tembok dengan tinggi minimal 50 cm. Bangunan berukuran 1 m² untuk satu individu rusa dewasa. Penangkaran rusa yang menggunakan sistem bebas (ranch), dapat menggunakan pohon-pohon yang rindang atau semak belukar. 2. Pagar Pagar dibuat mengelilingi areal penangkaran dan bahannya adalah tiang pagar (besi, beton, atau pohon hidup), dan kawat (harmonika atau ram, kawat duri). Tinggi tiang pagar minimum 2,5 m dari permukaan tanah, ditanam cm dengan pondasi beton dan ujung bagian atas dibengkokkan sepanjang 0,5 m dan diberi kawat duri sebanyak 3 4 baris. Jarak antar tiang pagar maksimal 2,0 m. Tiang pagar yang berasal dari pohon hidup, ditanam di sekitar pagar setinggi 2,5 m dari permukaan tanah dengan diameter batang minimum 10 cm dan ditanam cm. Pohon hidup ditanam di antara tiang besi siku, untuk membantu penguatan pagar. 3. Areal pengembangan pakan Areal pengembangan pakan merupakan salah satu sarana yang sangat penting di dalam penangkaran karena produktivitas dan perkembangbiakan rusa sangat tergantung oleh pakan. Oleh karena itu perlu dikelola secara intensif untuk menjaga kualitas dan kuantitas jenis pakan. Jenis pakan yang ditanam disesuaikan dengan jenis-jenis yang disukai rusa, tahan terhadap kekeringan yang terdiri dari jenis rumput (poaceae) dan leguminosae. Pakan rusa berupa hijauan, baik jenis rumput, rambatan maupun dedaunan, dan pakan tambahan (konsentrat). Pakan hijauan rumput antara lain rumput gajah, rumput raja, 4

5 rumput setaria, sorghum, dan rumput lapangan seperti kolonjono, rumput pait, a awian, gewor, bayondah, dan padi-padian. Pakan hijauan rambatan dan dedaunan, antara lain mikania, kangkung, daun ubi, daun kacang, kaliandra, daun jagung, daun nangka, daun jati, daun lamtoro, daun turi, daun beringin, daun Acacia l., daun mangkokan, daun nampong, dan daun gamal. Jenis pakan tambahan berupa dedak, kulit kacang, bungkil kelapa, kulit pisang, ubi, jagung dan kulitnya, wortel, pellet ternak. Selain itu, diberikan pula vitamin organik, obat-obatan, dan pupuk organik. Pengadaan bahan tersebut digunakan untuk memacu pertumbuhan dan reproduksi rusa. Pakan diberikan 2 atau 3 kali sehari, terutama pagi dan sore hari, dengan rata-rata persentase kebutuhan pakan segar berdasarkan bobot badan (BB) rusa masing-masing sebesar 28,70% - 18,75% (umur kurang dari 12 bulan), kemudian semakin menurun menjadi 19,60% - 13,91% (umur bulan) dan 12,32% - 10,93% (umur bulan). Waktu pemberian pakan terbanyak adalah pada sore hari (Setio et al., 2009). 4. Tempat makan Tempat makan yang biasa digunakan berbentuk palungan berukuran panjang 1,5 2,0 m dan lebar 0,5 m atau berbentuk bulat segi enam berukuran diameter cm dengan tinggi 30 cm dari atas permukaan tanah. Bahan yang digunakan terdiri dari papan, kayu, atau seng polos atau licin. Tempat makan diletakkan di tengah atau di sudut kandang dan diusahakan setiap kandang terdapat satu buah tempat makan. 5. Tempat minum Rusa memerlukan air untuk minum, dan berkubang sehingga sebaiknya selalu bersih dan sering diganti. Pada musim kawin, rusa jantan sangat menyenangi air sebagai tempat berkubang. Tempat minum yang digunakan berbentuk kolam dilengkapi dengan pembuangan untuk menghindari rusa jantan yang sering menanduk terutama apabila memasuki musim kawin. Letak tempat minum berada di tengah atau di sudut kandang dan setiap kandang diusahakan terdapat satu tempat minum. 6. Jalan kontrol Jalan kontrol berfungsi untuk pengontrolan dan pemberian pakan dengan lebar jalan 1,5 2,0 m dan sebaiknya terletak di sepanjang pinggiran kandang atau pagar. 7. Saluran air Air diperlukan untuk mengairi pakan, pemeliharaan kandang dan rusa. Penangkaran sebaiknya mempunyai bak penampung dan menara air lengkap dengan generator. Saluran air perlu dibersihkan setiap hari agar tidak tergenang dan menimbulkan bau yang kurang sedap, serta sebaiknya dibuat agak miring menuju tempat pembuangan. 8. Gudang dan peralatan Bangunan ini berfungsi untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan penangkaran, pemeliharaan pakan (alat-alat pertanian), pakan, dan obat-obatan. Di samping itu, diperlukan pula sarana dan prasarana pendukung penangkaran berupa sekat harmonika, sekat portable, kandang jepit, instalasi air (sumur, menara air, tanki air, pipa saluran), instalasi listrik (pemasangan listrik PLN VA, tiang dan kabel, lampu penerangan, gardu meteran), dan pos jaga. 5

6 TEKNIK PEMELIHARAAN A. Pemeliharaan Rusa Pemeliharaan rusa terdiri dari pengelompokan rusa, penyapihan anak, kesehatan, dan penandaan atau pemberian nomor (tagging). 1. Pengelompokkan rusa Pemeliharaan rusa timor dikelompokkan berdasarkan status fisiologi yakni jantan dan betina yang telah siap kawin, jantan yang belum siap kawin (baru disapih), betina yang belum siap kawin (baru disapih), betina yang sedang bunting, betina yang melahirkan, dan rusa yang sakit. Pengelompokan tersebut bermanfaat untuk memudahkan dalam pemberian pakan sesuai kebutuhan, memudahkan dalam pengaturan perkawinan, menjaga pejantan agar tidak mengganggu rusa yang lain, keamanan bagi induk yang bunting dalam proses kelahiran, ketenangan bagi induk yang menyusui dalam merawat anak, menghindari perkawinan sebelum waktunya, memperoleh kesempatan makan bagi rusa yang baru disapih, dan memudahkan penanganan bagi rusa yang sakit. 2. Penyapihan rusa Penyapihan adalah induk betina bersatu dengan anaknya sampai berumur 4 bulan, agar anak rusa mendapat air susu lebih banyak. Penyapihan sebelum berumur 4 bulan, misalnya ditinggal mati oleh induk, diperlukan penambahan air susu dari luar dengan menggunakan dot atau sendok. 3. Kesehatan Kesehatan rusa perlu diperhatikan agar produktivitas semakin meningkat. Kematian dalam penangkaran rusa lebih banyak terjadi pada musim hujan dan penyakit yang sering menyerang adalah pneumonia (radang paru-paru) karena kandang yang becek dan lembab. Kematian pada rusa dewasa lebih banyak disebabkan oleh faktor makanan, lingkungan, dan stres akibat penanganan. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit pada rusa timor, dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sanitasi lingkungan kandang, pemberian pakan yang memenuhi standar gizi, memperbaiki teknik penanganan, dan vaksinasi, serta pemberian obat sesuai jenis penyakit dan anjuran medis. 4. Penandaan (tagging) Penandaan (tagging) pada rusa merupakan hal penting dalam manajemen penangkaran. Penandaan sebaiknya dilakukan sebelum anak rusa disapih dan tujuannya adalah untuk mengetahui silsilah (pedigree), umur, memudahkan dalam pengontrolan, memudahkan dalam pengenalan individu, dan untuk memudahkan pengaturan perkawinan. Cara pemberian nomor pada rusa timor di penangkaran Balai Penelitian Kehutanan Kupang di NTT adalah nomor ditulis pada potongan plastik yang tebal atau papan menggunakan paku atau kawat agar tidak mudah hilang, kemudian plastik digunting atau dipotong, dan digantung pada leher rusa menggunakan tali tambang berdiameter 5 mm lalu dimasukkan ke dalam selang berukuran 2 dim. Penulisan nomor menggunakan 4 5 angka. Angka pertama menunjukkan tahun kelahiran; angka kedua dan ketiga adalah bulan kelahiran; angka keempat menunjukkan nomor induk (angka akhir); dan angka kelima merupakan nomor urut anak. Contoh nomor 3223, yaitu 3 menunjukkan rusa lahir pada tahun 2003; 2 menandakan bulan Pebruari; 2 6

7 menandakan induk yang melahirkan mempunyai nomor berakhiran 2; dan 3 berarti induk tersebut telah melahirkan sebanyak 3 kali (Gambar 1). Gambar 1. Contoh penomoran rusa di NTT Cara pemberian nomor pada rusa di penangkaran di HP Dramaga, Bogor adalah menggunakan nomor yang banyak dijual di pasaran (poultry shop) dengan angka yang telah tersedia dan kualitas yang relatif lebih bagus. Pengelola menyesuaikan angka yang telah tersedia dengan silsilah (tanggal lahir, kode, dan keturunan) yang ada. Nomor tersebut dipasang pada telinga bagian kanan untuk rusa jantan dan bagian kiri untuk rusa betina, dengan bantuan tagger (Gambar 2). Gambar 2. Nomor tagging, tagger, dan bahan-bahan lain B. Pemeliharaan Pagar dan Kandang Pemeliharaan pagar dan kandang dilakukan secara teratur agar rusa tidak ke luar kandang karena kerusakan pagar. Kerusakan pagar lebih sering terjadi pada saat musim kawin karena pada saat itu, ranggahnya gatal sehingga kawat adalah salah satu sasaran yang ditanduk. Lingkungan dan sanitasi dalam kandang harus tetap terjaga agar tidak lembab terutama pada saat musim hujan. Pemeliharaan kandang dilakukan dengan cara pembersihan setiap pagi hari sebelum pemberian pakan sehingga rusa dapat mengkonsumsi pakan dalam kondisi bersih dan kesehatanpun terjamin. Pencarian dan pengambilan pakan dilakukan pada kebun pakan yang telah dikelola dan juga berasal dari lingkungan sekitar HP Dramaga. Alokasi tenaga kerja yang digunakan untuk pemeliharaan kandang, pencarian, pengambilan dan pemberian 7

8 pakan, pengolahan kebun pakan, pengolahan limbah penangkaran dan lingkungan sekitar serta pengamanan rusa dilakukan selama 24 jam secara bergantian. C. Pemeliharaan Pakan Pemeliharaan pakan dilakukan agar memperoleh pakan yang baik dan selalu tersedia secara kontinyu sepanjang musim, dengan cara pembersihan, pengolahan tanah, pemupukan, pendangiran, dan penyiraman. Pembersihan rumput liar dan pendangiran dilakukan tiga bulan sekali sedang pengolahan tanah dan pemupukan setahun sekali. D. Teknik Pemberian Pakan Pemberian pakan segar pada rusa timor didasarkan pada perhitungan 10% x bobot badan x 2. Maksud dikalikan dua yakni diperhitungkan dengan jumlah hijauan yang tidak dimakan karena sudah tua, tidak disenangi, kotor karena terinjak-injak, dan telah bercampur dengan urine dan faeces. Pemberian pakan selalu disertai dengan pemberian garam sebagai perangsang nafsu makan dan untuk memenuhi kebutuhan mineral. Pemberian pakan dilakukan dengan cara pengaritan dimana hijauan dipotong 3 5 cm lalu diberikan pada rusa dalam kandang, baik musim hujan maupun musim kemarau. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 atau 3 kali sehari (pagi, siang, dan sore) sedang pemberian pakan tambahan berupa dedak padi diberikan tiga kali dalam seminggu, sebanyak 0,5 kg/individu. Pemberian pakan pada rusa bunting, harus lebih intensif baik kualitas maupun kuantitas karena peranan makanan sangat penting untuk pertumbuhan janin di dalam rahim dan juga berguna untuk mempertahankan kondisi tubuh induk. Sedang pemberian pakan pada anak rusa, dimulai pada umur dua minggu dengan cara memberikan hijauan muda (pucuk) yang dipotong kecil-kecil. Selain itu, dilakukan pula pemberian vitamin organik, obat-obatan, dan pupuk organik untuk memacu pertumbuhan dan reproduksi rusa, serta mengurangi bau kotoran. TEKNIK REPRODUKSI Reproduksi adalah suatu proses biologi yang terjadi antara jantan dan betina dengan tujuan membentuk satu individu baru di dalam kehidupannya. Perbandingan yang ideal di dalam suatu penangkaran adalah 1 : 4 atau 5 yaitu 1 individu jantan dan 4 atau 5 betina. Berahi menandakan bahwa betina telah mengalami dewasa kelamin dan bersedia menerima pejantan dalam perkawinan. Tanda-tanda berahi pada betina adalah nafsu makan berkurang, tidak tenang, berdiri tenang apabila dinaiki pejantan atau sesama betina, sering kencing, mencium dan menjilat alat kelamin jantan, vulva (alat kelamin betina paling luar) terlihat membengkak, merah, dan apabila dipegang terasa hangat. Tanda-tanda berahi pada jantan adalah sering meraung, berkubang, menancapkan ranggah ke tanah atau pohon, bahkan sering mencium dan membaui urine yang dikeluarkan rusa betina sambil menjulurkan lidah. Lama berahi pada rusa diamati mulai dari permulaan timbulnya keinginan untuk kawin hingga saat terakhir yakni 2,25 hari dengan siklus berahi 20,25 hari (Takandjandji, et al., 1998). Pubertas atau dewasa kelamin pada jantan ditandai oleh kesanggupan berkopulasi (kawin) dan menghasilkan sperma, serta perubahan-perubahan kelamin sekunder lain. Pubertas pada betina ditandai oleh terjadinya estrus, ovulasi, dapat bereproduksi atau 8

9 Foto: P. Setio menghasilkan keturunan walau belum mencapai ukuran bobot badan dewasa, pubertas pada rusa jantan 8 bulan dan betina 8,13 bulan (Takandjandji, et al., 1998). Perkawinan pertama pada rusa timor betina dara dilakukan beberapa bulan setelah mencapai dewasa kelamin (pubertas). Apabila perkawinan dilakukan pada saat pubertas, induk akan sulit melahirkan bahkan anak yang dilahirkan cenderung lemah, kurang sehat, bobot lahir rendah, dan pertumbuhan induk akan kerdil karena organorgan reproduksi belum berkembang secara sempurna. Umur yang tepat untuk mengawinkan betina dara pada rusa timor adalah 15,25 bulan dan jantan 12,67 bulan. Rata-rata lama kawin 2,33 detik dengan frekuensi kawin 2,14 kali/hari. Permulaan pembuahan pada rusa sulit diketahui, sehingga yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan kebuntingan adalah perilaku setelah terjadi perkawinan dimana terlihat rusa betina lebih tenang, perut sebelah kanan membesar, susu (ambing) menurun, dan selalu menolak atau menghindar apabila didekati pejantan. Rata-rata lama bunting pada rusa timor 8,38 bulan dan umur kebuntingan pertama 17,00 bulan. Aktivitas kelahiran (partus) pada rusa sama seperti halnya mamalia lainnya, terdiri dari tiga tahap yakni kontraksi uterus, pengeluaran anak (foetus), dan pengeluaran placenta. Rusa timor termasuk golongan beranak tunggal dan rata-rata umur beranak pertama 25,50 bulan dengan interval kelahiran pertama dan kedua 13,25 bulan. A. Penangkapan rusa TEKNIK PEMINDAHAN Cara menangkap rusa di penangkaran agar tidak menimbulkan cidera baik pada petugas maupun rusa itu sendiri, ada beberapa cara antara lain dengan cara menjepit leher dengan tangan kanan; kedua mata ditutup menggunakan tangan kiri, agar dapat mengurangi stress; petugas lainnya, memegang kedua pangkal paha dari arah samping; dan penangkapan pada rusa jantan yang mempunyai ranggah yang kokoh atau sempurna, harus mendapat perhatian lebih serius karena sangat galak dan liar. Cara lain dalam penangkapan rusa di penangkaran dilakukan dengan cara menggiring rusa ke kandang jepit atau kandang yang lebih kecil, lalu dimasukan ke kotak angkut (Gambar 3). Penggiringan dilakukan dengan memberi umpan pakan. Penangkapan yang terbaik adalah pada sore hari ketika pengaruh panas sinar matahari sudah berkurang atau pagi hari sebelum temperatur udara panas. Pembiusan hanya dianjurkan apabila cara penggiringan tidak dapat dilakukan dan dalam pengawasan tenaga kesehatan hewan (dokter hewan). Gambar 3. Contoh kotak atau kandang angkut rusa (Sumber: Setio, 2008) 9

10 B. Pengangkutan rusa Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan rusa, adalah apabila jarak pengangkutan sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama, sebaiknya menggunakan peti atau kandang berbentuk persegi empat; peti atau kandang terbuat dari kayu atau papan yang tertutup rapat agar rusa tidak terlalu stres; peti atau kandang harus mempunyai lubang udara; ukuran kandang dibuat agar rusa dapat berdiri tegak dan bergerak bebas; satu buah kandang sebaiknya berisi satu ekor rusa; selama dalam perjalanan, rusa harus diberi makan dan minum; sebaiknya pengangkutan dilakukan pada sore atau malam hari, agar rusa tidak kepanasan; dan sebelum berangkat dan setelah tiba di tempat yang dituju, rusa sebaiknya disuntik dengan obat anti stress. Bentuk dan model kotak angkut harus kompak, kokoh, mampu menahan beban tubuh rusa, tetapi mudah untuk diangkat atau dipindahkan. Ukuran kotak angkut (pxlxt) sekitar 150x70x120 cm (Gambar 3). Bahan kotak berasal dari kayu (papan, balok atau kayu lapis tebal), besi, atau kombinasi berbagai bahan. Kotak angkut sebaiknya tertutup sebagian besar dan terbuka sebagian kecil (untuk sirkulasi udara). Seluruh sisi kotak angkut dibuat permanen, kecuali untuk pintu masuk atau keluar (bagian muka dan belakang) dibuat dengan sistem geser ke arah atas. Bagian dalam kotak sebaiknya kering dan lembut, atau dapat dimasukkan jerami kering (Setio, et al 2009). Proses pemasukan ke kotak angkut dan teknik pengangkutan menjadi sangat penting untuk mengurangi stres pada rusa. Setiap individu dimasukkan ke dalam satu kotak angkut, kecuali yang sedang mengasuh anak. Setelah penangkapan dan pemasukan rusa ke kotak angkut, rusa segera diangkut. Pengangkutan rusa menggunakan alat angkut yang terlindung dari gangguan dan pengaruh cuaca (panas atau hujan). Stres pada rusa dapat dihindari dengan pengelolaan pengangkutan yang baik dan saat pelepasannya. Pemberian vitamin anti stres melalui makanan atau minuman dapat dilakukan pada waktu sebelum dan sesudah pengangkutan. Stres juga dapat dikurangi dengan cara mengurangi kebisingan dan gangguan lainnya selama proses penangkapan, pengangkutan hingga pelepasan di tempat pemeliharaan yang baru. Pemberian pakan hijauan segar yang berserat (rumput) sangat dianjurkan untuk pengangkutan jarak jauh, sehingga rusa dapat mengkonsumsi pakan dan memamah biak. Selanjutnya, pelepasan dilakukan dengan cara membuka pintu pada arah kepala rusa dan membiarkannya keluar sendiri untuk proses adaptasi di lokasi atau kandang pemeliharaan yang baru (Setio, et al 2009). C. Teknik adaptasi Rusa yang berasal dari tempat lain umumnya akan melakukan kompetisi atau berkelahi apabila langsung dicampur dengan rusa yang sudah ada, sehingga perlu waktu beradaptasi. Namun demikian, proses adaptasi dapat dipersingkat baik terhadap lingkungan yang baru maupun dengan rusa lainnya. Proses pengangkutan dengan kandang tertutup adalah upaya awal untuk mengurangi stres pada rusa, sehingga mudah beradaptasi di lingkungan yang baru. Selanjutnya, kelompok rusa dari satu lokasi ditempatkan di kandang adaptasi yang tidak terlalu luas sebelum dilepas di kandang yang lebih luas (Gambar 4). 10

11 Gambar 4. Kandang adaptasi bagi setiap individu atau kelompok rusa yang baru pindah Adaptasi rusa terhadap lingkungan penangkaran yang baru dipengaruhi oleh cara pelepasan dalam kelompok, keberadaan rusa lain yang telah menetap, kondisi kandang yang tersedia, pakan dan air minum dan tingkat gangguan. Rusa yang dilepas keluar dari kotak angkut akan mudah beradaptasi di lingkungan kandang penangkaran yang baru apabila dilakukan bersama-sama dalam kelompok. Bahkan, rusa yang berasal dari lingkungan awal yang berbeda dengan rusa lainnya yang juga bersamasama dilepaskan dalam satu kandang yang sama dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang baru. Dalam hal ini, semua individu rusa tersebut dianggap belum memiliki penguasaan teritori dan hirarki antar individu. Keberadaan rusa lain yang menetap pada kandang yang berdekatan juga sangat membantu mempercepat proses adaptasi. Suara dan bau rusa penetap mengurangi sifat keasingan lingkungan, sehingga rusa yang baru dilepaskan tersebut akan merasa aman dalam kelompoknya. Perilaku rusa yang lebih cenderung berkelompok, pernah dilaporkan oleh Komarudin- Ma sum et al., (1990) terhadap rusa bawean (Axis kuhlii). Selain itu, pencampuran rusa sebaiknya menghindari dua atau lebih rusa jantan dewasa yang sedang maksimal tumbuh ranggahnya (ranggah keras). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perkelahian antar pejantan rusa. Pelepasan rusa ke kandang baru yang tersedia pakan dan air minum, sangat mendukung proses adaptasi terhadap lingkungan yang baru. Berdasarkan hasil pengamatan perilaku, rusa biasanya akan makan atau minum untuk mengurangi cekaman. Pakan hijauan segar sangat baik diberikan karena mengandung kadar air tinggi, sehingga dapat membantu mengurangi dehidrasi (sebagai salah satu faktor cekaman) pada rusa selama pengangkutan. Menurut Komarudin-Ma sum et al., (1990) konsumsi air minum rusa sebagian besar dipenuhi dari kandungan kadar air pada hijauan (72-87%) dan kebutuhan air minum langsung sangat sedikit dibandingkan ternak lainnya (dalam kondisi normal sekitar 100 g/individu/hari). Sementara menurut Kii dan Dryden (2001) bahwa rusa timor yang dipelihara dalam kandang tertutup dengan pemberian pakan hijauan kering (dry pasture) membutuhkan konsumsi air sekitar 1-2,5 liter/hari. Gangguan lingkungan (seperti keramaian dan kebisingan) mempengaruhi perilaku dan tingkat cekaman pada rusa, sehingga kondisi ini harus dihindari. Proses transportasi, mulai dari penangkapan hingga pelepasan ke kandang yang baru, sarat dengan gangguan terhadap tanggap lingkungan. Oleh sebab itu, proses transportasi pada 11

12 penelitian ini dilakukan dalam kondisi lingkungan tenang dan teduh. lingkungan yang baik dapat terjadi bila rusa sudah dapat beradaptasi. Tanggap ANALISIS EKONOMI Pemanfaatan rusa di Indonesia umumnya masih mengandalkan potensi di alam dan masih terbatas hanya untuk pemenuhan kebutuhan keluarga akan daging padahal rusa memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi baik daging maupun hasil ikutan lainnya. Daging, kulit, dan ranggah (muda dan tua) merupakan komoditas yang bernilai mahal karena mempunyai tekstur lembut, berwarna merah, dan kolesterol rendah sehingga sangat digemari orang. Produk hasil rusa memiliki keunggulan antara lain kulit, dan ranggah dengan nilai jual yang cukup tinggi dan dapat diproduksi tanpa harus menyembelih rusa. Dalam dunia pengobatan, ranggah muda (velvet) dapat digunakan orang sebagai ramuan obat-obatan. Harga ranggah muda (velvet) tahun 1981 di pasaran international adalah $ 90/kg. Berat velvet rata-rata 1,0-2,5 kg tergantung pada umur pejantan, umur velvet dan jenis rusa. Velvet digunakan sebagai bahan obatobatan tradisional Cina karena mengandung mineral dan hormon testoteron. Velvet dipotong pada umur hari, dikeringkan dan dihaluskan lalu dimasukkan ke dalam kapsul kemudian dieksport. Menurut Takandjandji dan Garsetiasih (2002), rusa timor dewasa di NTT mempunyai berat hidup kg dengan rata-rata berat karkas sebesar 20,0-31,0 kg atau 44,3 62,0% dari berat hidup. Karkas adalah berat daging tanpa kepala, kaki, dan jeroan dan berat karkas dipengaruhi oleh pakan, umur, jenis kelamin, dan lingkungan. Rusa yang dijadikan sebagai bibit berumur bulan atau yang telah siap kawin. Umumnya rusa berproduksi tahun dan waktu yang dibutuhkan sampai menghasilkan keturunan kemudian dijual yakni ± 30 bulan (2,5 tahun). Umur yang tepat untuk dijual 18 bulan karena bobot badan rusa sudah stabil; penjualan di bawah umur akan rugi karena harganya rendah dan kesempatan untuk memanfaatkan kecepatan pertumbuhan badan yang optimal akan hilang; penjualan di atas umur, akan rugi karena biaya pemeliharaan terus berjalan sedangkan pertambahan bobot badan tidak ada. Waktu yang tepat untuk penjualan rusa, pada saat musim kemarau dimana pakan segar sulit dijumpai. Harga jual daging rusa, didekati dengan cara mengetahui dan mempertimbangkan harga daging eceran serta produk lainnya di pasaran. Rusa yang disisakan setelah dimanfaatkan harus lebih sedikit agar hemat biaya, lahan, dan memperoleh keuntungan yang cukup besar, minimal 10 ekor (2 jantan dan 8 betina) dengan perbandingan ideal 1 : 4 atau 5. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut diperoleh perkiraan nilai-nilai Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate Ratio (IRR) di penangkaran rusa timor di NTT, masing-masing ; 2,96 dan 38,77%. Hasil penelitian analisis finansial penangkaran rusa timor di HP Dramaga memberi keuntungan nilai NPV pada tingkat suku bunga 18% sebesar , BCR 20,82 dan IRR 19,75% serta kemampuan mengembalikan modal seluruh biaya investasi (payback period) pada 2,12 tahun. Kondisi ini menggambarkan bahwa upaya penangkaran rusa timor di NTT dan di HP Dramaga Bogor layak untuk dilaksanakan. Kegiatan tersebut cukup menguntungkan walaupun pada awalnya memerlukan biaya dan investasi yang lebih 12

13 besar. Usaha ini memerlukan luas lahan yang lebih kecil, akan tetapi dapat memberikan keuntungan yang jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan ternakternak yang sudah umum dikenal. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penangkaran rusa timor, yakni : 1. Rusa timor (Rusa timorensis) mudah ditangkarkan atau dipelihara karena daya adaptasi terhadap lingkungan di luar habitatnya cukup tinggi 2. Penangkaran rusa timor apabila dalam jumlah banyak atau besar, sebaiknya ditangkarkan dalam areal semi terkurung (mini ranch) sedang apabila dalam jumlah kecil, bisa menggunakan sistem terkurung 3. Nilai ekonomi rusa timor cukup tinggi karena selain dapat menghasilkan daging yang berkolesterol rendah, juga dapat menghasilkan ranggah (muda, tua) dan kulit yang dapat dijadikan obat dan souvenir 13

14 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kehutanan Handbook CITES. Departemen Kehutanan, Jakarta. Hedges, S., Duckworth, J.W., Timmins, R.J., G. Semiadi & A.P. Priyono Rusa timorensis. In: IUCN. IUCN Red List of Threathened Species. ( Downloaded on 05 November Kii, W. Yape & GMcL. Dryden Water consumption by rusa stags. Asia Pasific Journal of Clinical Nutrition, 10(suppl.): S38. Komarudin-Ma sum., Gunawan, D., B. Wijono & L. Affandhy Efek pengandangan terhadap pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan tingkah laku rusa bawean (Axis kuhlii): Pengamatan pendahuluan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati, 1(1): Setio, P., M. Takandjandji., S. Iskandar dan C. Sudaryo Pengetahuan dan teknologi penangkaran rusa. Materi Sosialisasi Pengetahuan dan Teknologi Penangkaran Rusa, di Jawa Barat dan Banten, Nopember Takandjandji, M Penangkaran Rusa Timor di Oilsonbai dan permasalahannya. Ekspose hasil-hasil penelitian BPK Kupang ; N. Ramdhani; dan M. Sinaga Penampilan reproduksi Rusa Timor (Cervus timorensis) di penangkaran. Buletin Penelitian Kehutanan. Volume 3 Nomor 1. BPK Kupang dan R. Garsetiasih Pengembangan penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis) dan permasalahannya di NTT. Prosiding Seminar Nasional Bioekologi dan Konservasi Ungulata. PSIH-IPB; Puslit Biologi; Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Bogor 14

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan LAPORAN PENYULUHAN DALAM RANGKA MERESPON SERANGAN WABAH PENYAKIT NGOROK (Septicae epizootica/se) PADA TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SAMOSIR BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang- I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah langka. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN PERKANDANGAN KANDANG TERNAK LEBIH NYAMAN MEMUDAHKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN LEBIH EFISIEN KANDANG - KONTRUKSI KANDANG SESUAI - MANAJEMEN KESEHATAN BAIK - KONTRUKSI KANDANG TIDAK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tapir asia dapat ditemukan dalam habitat alaminya di bagian selatan Burma, Peninsula Melayu, Asia Tenggara dan Sumatra. Berdasarkan Tapir International Studbook, saat ini keberadaan

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Nilai Gizi Pakan Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang Penentuan Kuota Panenan dan Ukuran Populasi Awal Rusa Timor di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga ini dilakukan di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2011. Lokasi penelitian di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas, berlokasi di lereng Gunung Tampomas,

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG Oleh : Ir. BERTI PELATIHAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE TA. 2014 1. Sapi Bali 2. Sapi Madura 3.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR U M U M Bangsa Indonesia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia. Rusa di Indonesia terdiri dari empat spesies rusa endemik yaitu: rusa sambar (Cervus unicolor),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di penangkaran rusa Hutan Penelitian (HP) Dramaga- Bogor yang dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D

PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D MK : Produksi Ternak Babi dan Kuda Dosen : Dr. Ir. Salundilk, M Si Asisten : Desmawita K Barus, S Pt, M Si Jadwal : Kamis, 07.00-10.00 WIB PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Penangkaran Rusa Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (PPPKR) yang terletak di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012 di penangkaran rusa dalam kawasan Hutan Penelitian (HP) Dramaga milik Pusat Penelitian

Lebih terperinci

5 KINERJA REPRODUKSI

5 KINERJA REPRODUKSI 5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong Keberadaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan cerminan performa Dinas Peternakan dalam pembangunan

Lebih terperinci

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB). CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB). Peningkatan produktifitas ternak adalah suatu keharusan, Oleh karena itu diperlukan upaya memotivasi

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) R. H. MATONDANG dan A. Y. FADWIWATI Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Gorontalo Jln. Kopi no. 270 Desa Moutong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK HASTONO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Salah satu upaya peningkatan sefisensi reproduksi ternak domba

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah kelinci Menurut Kartadisatra (2011) kelinci merupakan hewan mamalia dari family Leporidae yang dapat ditemukan di banyak bagian permukaan bumi. Dulunya, hewan ini adalah

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI BUSTAMI dan ENDANG SUSILAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Ternak kerbau mempunyai nilai sejarah kebudayaan masyarakat Jambi. Pada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian 2015 LUWAK Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian LUWAK A. Biologi Luwak Luwak merupakan nama lokal dari jenis musang

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA NIFUBOKE KECAMATAN NOEMUTI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA. (Selasa, 19 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA NIFUBOKE KECAMATAN NOEMUTI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA. (Selasa, 19 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA NIFUBOKE KECAMATAN NOEMUTI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA (Selasa, 19 Mei 2015) Sebagian Kondisi awal lahan Kebun Buah Naga Disusun oleh: TIM KEM NIFUBOKE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Perkandangan Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus sampai

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna 1 Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna Kita semua pasti tahu kalau di gurun sangatlah panas. Fakta lainnya kurang dikenal, tetapi akan jadi penting jika menyangkut tentang hewan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN LAMPIRAN Lampiran 1. Form Kuesioner Wawancara Peternak Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN I. Identitas Responden

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP INTENSIF SEMI INENSIF EKSTENSIF SAPI Karbohidrat yg mudah larut Hemiselulosa Selulosa Pati Volatile Vatti Acids Karbohidrat By pass

Lebih terperinci

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi Yudi Setiadi Damanik, Diana Chalil, Riantri Barus, Apriandi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman jenis satwa liar yang tinggi,dan tersebar di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung Gambar 3. Foto Udara PT.Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung (Sumber: arsip PT.Widodo Makmur Perkasa) PT. Widodo Makmur

Lebih terperinci

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur Latar Belakang 1. Kebutuhan konsumsi daging cenderung mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN PENDAHULUAN Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Perencanaan Program PP (Menyusun Proposal Evaluasi Dampak Dengan Judul Sistem Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran

Tugas Mata Kuliah Perencanaan Program PP (Menyusun Proposal Evaluasi Dampak Dengan Judul Sistem Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran Saputra. 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam Buras (Bukan Ras) atau ayam kampung banyak dijumpai di daerah pedesaan dan hampir setiap rumah tangga memeliharanya.

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Integrasi Tanaman Ternak Pertanian terintegrasi (integrasi tanaman-ternak) adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman

Lebih terperinci

Opsi bagi Petani Kecil: Prinsip- prinsip Rancangan Tata Kelola Air

Opsi bagi Petani Kecil: Prinsip- prinsip Rancangan Tata Kelola Air Echo Asia Notes, Issue 26 December 2015 Gundukan, Tandon Air dan Model Sawah Opsi bagi Petani Kecil: Prinsip- prinsip Rancangan Tata Kelola Air Dicetak ulang dengan seijin Natural Farming Journal, September

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus) Oleh: Rizki Kurnia Tohir Rizki Amalia Adinda Putri Priyatna Windya Giri E34120028 E34120047 E34120074 DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA Tatap muka ke 6 POKOK BAHASAN : PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program penggemukan dan cara penggemukan sapi potong di Indonesia. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui

Lebih terperinci

UNIVERSITI PUTRA MALAYSIA

UNIVERSITI PUTRA MALAYSIA OPERASI PERKHIDMATAN SOKONGAN TAMAN PERTANIAN UNIVERSITI Kod Dokumen : OPR/TPU/BP/TERNAKAN/Itik Pedaging BUKU PANDUAN TERNAKAN ITIK PEDAGING TAMAN PERTANIAN UNIVERSITI UNIVERSITI PUTRA MALAYSIA TARIKH

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Alikodra, 2002). Tingkah laku hewan adalah ekspresi hewan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Alikodra, 2002). Tingkah laku hewan adalah ekspresi hewan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Rusa Sambar Perilaku satwa liar merupakan gerak gerik satwa liar untuk memenuhi rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan rangsangan yang diperoleh dari lingkungannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat. Tipe ayam pembibit atau parent stock yang ada sekarang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB Totok B Julianto dan Sasongko W R Ayam KUB Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras), masih digemari oleh masyarakat baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN Oleh : Ir. Suwignyo Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Samarinda Abstrak Ulin adalah salah satu jenis pohon

Lebih terperinci

Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan

Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR NEWS Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga tak hanya memiliki fasilitas akademik yang menunjang kegiatan belajar mahasiswa, tetapi juga

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005). 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam ras merupakan ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

Lebih terperinci