PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN MELALUI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERKELANJUTAN (Sustainable Consumption And Production)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN MELALUI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERKELANJUTAN (Sustainable Consumption And Production)"

Transkripsi

1 J. Tek. Ling Edisi Khusus Hari Lingkungan Hidup Hal Jakarta, Juni 2012 ISSN X PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN MELALUI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERKELANJUTAN (Sustainable Consumption And Production) Lestario Widodo dan Joko Prayitno Susanto Abstracts Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin meningkatnya laju pertambahan penduduk, pada kenyataannya semakin meningkatkan eksploitasi sumberdaya alam yang terjadi tanpa pengawasan dan kendali yang memadai. Hal tersebut jelas berdampak negatif pada keseimbangan ekologi dan kualitas lingkungan hidup yang makin diperparah oleh rendahnya kesadaran individual dan masyarakat untuk senantiasa menjaga keseimbangan lingkungan. Di dalam era globalisasi dimana terjadi persaingan bisnis yang semakin ketat, industri yang memiliki kinerja pengelolaan lingkungan yang baik akan memiliki daya saing yang lebih tinggi. Pendekatan pengelolaan lingkungan pada awalnya didasarkan pada pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capasity approach). Selanjutnya pengelolaan lingkungan kemudian berkembang menjadi upaya untuk mengatasi masalah pencemaran dengan cara mengelola limbah yang terbentuk (end-of pipe treatment). Namun demikian masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan masih belum terpecahkan. Dalam perkembangannya dengan mempertimbangkan pencegahan pencemaran dengan penekanan bahwa pencemaran seharusnya dapat dicegah seminimal mungkin. Pendekatan ini dekenal dengan nama produksi bersih ( Cleaner Production approach). Pendekatan tersebut kemudian dilengkapi/disempurnakan dengan aspek konsumsi, sehingga dikenal dengan pendekatan Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan (Sustainable Consumption and Production/SCP). Pendekatan ini menitik beratkan keseimbangan produksi dan konsumsi secara berkelanjutan, yaitu penggunaan barang dan jasa dengan cara meminimalkan penggunaan sumber daya alam, bahan beracun dan emisi limbah dan polutan selama siklus hidup, agar tidak membahayakan kebutuhan generasi mendatang. Pusat Teknologi Lingkungan BPPT selama ini telah mengembangkan sistem dan teknologi yang mendukung konsep SCP tersebut seperti pengembangan produksi bersih yang telah diterapkan di berbagai sektor industri, pengelolaan limbah padat dan cair yang kesemuanya mampu memberikan kontribusi pada pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Kata kunci : Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan, Produksi Bersih Abstracts Development of science and technology and the increasing of population rate may result in an increase in the exploitation of natural resources without adequate supervision and control.. It has a negative impact on the ecological balance and environmental quality is exacerbated by low public awareness to always maintain the environmental balance. In the era of globalization where there is business competition is increasingly fierce, the industry with has a good environmental management performance will have a higher competitiveness. First approach of environmental management was originally based Pendekatan Pengelolaan,... Edisi Khusus Hari Lingkungan Hidup :

2 on the carrying capacity (carrying capacity approach). Further environmental management evolved into an effort to address the pollution problem by managing the waste form (end-of pipe treatment), hope that environmental quality can be improved. However, the problem of pollution and environmental damage is still unsolved. Taking into account the fundamental aspects of pollution prevention, the focus that preventive at front of process with an emphasis that pollution should be a minimum. This approach is called cleaner production (Cleaner Production approach). Furthermore this approach was improved with aspects of consumption, so the approach known as the Sustainable Production and Consumption (Sustainable Consumption and Production / SCP). This approach focuses on balance sustainable production and consumption, namely the use of goods and services in ways that minimize the use of natural resources, toxic materials and emissions of waste and pollutants over the life cycle, for the use of future generations. Environmental Technology Center BPPT had been developing systems and technologies that support of SCP such as the development of cleaner production that has been applied in various industrial sectors, the management of solid and liquid wastes that are all can contributing to the implementation of environmentally sound development. Key words : Sustainable Consumption and Production, Cleaner Production 1. LATAR BELAKANG Sektor industri merupakan sektor strategis yang diandalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi baik secara nasional maupun regional. Perannya yang besar dalam pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh kontribusinya dalam PDB Nasional selama 10 tahun terakhir yaitu rata-rata 26 %, dengan laju pertumbuhan rata-rata 4%/ tahun. Namun demikian, sektor industri juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap permasalahan lingkungan dan sumberdaya alam. Pembangunan pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada. Peningkatan kondisi sosial dan pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan SDA terkadang akan merusak ekologi, oleh sebab itu diperlukan suatu sustainable resource management. Kriteria untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan parameter sisi ekonomi dan sosial dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia/IPM dan ekologi dilihat dari Jejak Ekologi (Ecological footprint)menempatkan Indonesia di dibawah criteria minimum. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan yang dilakukan Indonesia belum berkelanjutan. Sebagai negara berkembang yang tengah memacu pertumbuhan ekonomi, Indonesia menggunakan sejumlah besar sumber daya alam yang masih mencemari lingkungan dan menimbulkan limbah baik dari aktivitas industri maupun rumah tangga. Berbagai aktivitas tersebut dapat memperburuk perubahan iklim ke kondisi yang semakin tidak terkendali. Bahkan saat ini indonesia masih berada di bawah kriteria green economy dengan Human Development Index (HDI) 6.17 dan Ecological Footprint ) Karena itu perlu adanya upaya menerapkan konsep konsumsi dan produksi berkelanjutan (Sustainable Consumption and Production/ SCP) menuju ekonomi hijau dalam konteks pembangunan yang pro-poor, pro-job, pro-growth dan pro-environment. Ekonomi hijau bertujuan pada efisiensi sumber daya, pemberantasan kemiskinan, penciptaan pekerjaan yang layak, dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Melalui penerapan SCP, diharapkan eksploitasi dan penggunaan sumberdaya alam baik non terbarukan maupun terbarukan dapat dilakukan secera lebih efisien, proses produksi dalam memanfaatkan sumber daya alam tersebut dapat sehemat mungkin, serta konsumsi produknya dapat dilaksanakan secara rasional, sehingga dapat lebih menjamin keberlanjutannya. 128 Widodo, L dan J. P. Susanto., 2012

3 2. PERKEMBANGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Sedunia yang diselenggarakan pada bulan Juni 1972 di Stockholm, Swedia, dapat dianggap sebagai perwujudan kesadaran masyarakat internasional akan pentingnya kerja sama penanganan masalah lingkungan hidup dan sekaligus menjadi titik awal pertemuan berikutnya yang membicarakan masalah pembangunan dan lingkungan hidup. Konsep lingkungan hidup manusia yang diperkenalkan menekankan perlunya langkah-langkah pengendalian laju pertumbuhan penduduk, menghapuskan kemiskinan dan menghilangkan kelaparan yang diderita sebagian besar manusia di negara berkembang. Perkembangan pengelolaan dan pembangunan lingkungan hidup di Indonesia relatif belum lama dan baru dirintis tahun 1978, diawali dengan dibentuknya Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Men- PPLH) dengan prioritas pada peletakan dasar-dasar kebijaksanaan membangun tanpa merusak, 2) dengan tujuan agar lingkungan dan pembangunan tidak saling dipertentangkan Pendekatan Daya Dukung Lingkungan Kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup yang meliputi ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar dan tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu disebut daya dukung lingkungan. Keberadaan sumber daya alam di bumi tidak tersebar merata sehingga daya dukung lingkungan pada setiap daerah akan berbeda-beda. Oleh karena itu, pemanfaatanya harus dijaga agar terus berkesinambungan dan tindakan eksploitasi harus dihindari. Carrying capacity atau daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan. Dalam pendekatan ini aktivitas yang berdampak lingkungan, diatasi dengan memaksimalkan daya dukung lingkungan, misalnya dengan cara membuang limbah ke sungai pada saat air yang disungai mengalir cukup deras, atau limbah cair sebelum dibuang digelontor air terlebih dahulu agar lebih encer, atau kalau kegiatan industri yang menghasilkan debu pembakaran, maka upayanya adalah dengan cara meninggikan cerobong, dengan maksud daya dukung lingkungannya lebih memadai. Konsep daya dukung ini ternyata sulit untuk diterapkan mengingat kendala-kendala yang timbul dan sering kali harus dilakukan upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang kemudian tercemar dan rusak, sehingga menjadi mahal biayanya Pendekatan End of Pipe Pendekatan pengelolaan lingkungan selanjutnya adalah upaya untuk mengatasi masalah pencemaran dengan cara mengelola limbah yang terbentuk (end-of pipe treatment), dengan harapan kualitas lingkungan hidup dapat lebih ditingkatkan. 3} Konsep end-of-pipe treatment ini menitik beratkan pada pengolahan dan pembuangan limbah, setelah proses produksi. Konsep ini pada kenyataannya tidak dapat sepenuhnya memecahkan permasalahan lingkungan yang ada, sehingga pencemaran dan perusakan masih terus berlangsung. Hal ini disebabkan karena dalam prakteknya pelaksanaan konsep ini menimbulkan banyak kendala, seperti pentaatan peraturan perundangan misalnya tentang baku mutu lingkungan, masalah pembiayaan serta masih rendahnya tingkat kesadaran pelaku pencemaran. Pendekatan Pengelolaan,... Edisi Khusus Hari Lingkungan Hidup :

4 Kendala lain yang dihadapi oleh pendekatan end-of-pipe treatment adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan ini bersifat reaktif, yaitu bereaksi setelah limbah terbentuk. 2. Tidak efektif dalam memecahkan permasalahan lingkungan, karena pengolahan limbah cair, padat atau gas memiliki resiko pindahnya polutan dari satu media ke media lingkungan lainnya, dimana dapat menimbulkan masalah lingkungan yang sama gawatnya, atau berakhir sebagai sumber pencemar secara tidak langsung pada media yang sama. 3. Biaya investasi dan operasi tinggi, karena pengolahan limbah memerlukan biaya tambahan pada proses produksi, sehingga biaya persatuan produk naik. Hal ini menyebabkan para pengusaha enggan mengoperasikan peralatan pengolahan limbah yang telah dimilikinya. 4. Pendekatan pengendalian pencemaran memerlukan berbagai perangkat peraturan, selain menuntut tersedianya biaya dan sumber daya manusia yang handal dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan pemantauan, pengawasan dan penegakkan hukum. Lemahnya kontrol sosial, terbatasnya sarana dan prasarana serta kurangnya jumlah dan kemampuan tenaga pengawas menyebabkan hukum tidak bisa ditegakkan. Oleh karena banyaknya kendala yang dihadapi dalam menerapkan konsep End of Pipe sehingga konsep ini bukan cara yang efektif dalam mengelola lingkungan, maka pendekatan pengelolaan lingkungan telah dirubah ke arah pencegahan pencemaran yang mengurangi terbentuknya limbah dan memfasilitasi semua pihak untuk mengelola lingkungan secara hemat biaya serta memberikan keuntungan baik finansial maupun non finansial Produksi Bersih Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Produksi Bersih (cleaner production) bertujuan untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan diseluruh tahapan proses produksi. 4) Disamping itu, produksi bersih juga melibatkan upayaupaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang dan energi diseluruh tahapan produksi. Dengan menerapkan konsep produksi bersih, diharapkan sumber daya alam dapat lebih dilindungi dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Secara singkat, produksi bersih memberikan dua keuntungan, pertama meminimisasi terbentuknya limbah, sehingga dapat melindungi kelestarian lingkungan hidup dan kedua adalah efisiensi dalam proses produksi, sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih adalah sebagai berikut: 1. Mengurangi dan meminimisasi penggunaan bahan baku, air dan pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga mencegah dan atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan serta resikonya terhadap manusia. 2. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi, berlaku balk pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk. 3. Upaya produksi bersih ini tidak akan berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan 130 Widodo, L dan J. P. Susanto., 2012

5 tingkah laku dari semua pihak terkait baik pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia usaha. Selain itu pula perlu diterapkan pola manajemen di kalangan industri maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan. 4. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur standar operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi seringkali waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal investasi relatif singkat. 5. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan diri sendiri (self regulation) dari pada pengaturan secara command and control. Jadi pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan kesadaran utuk merubah sikap dan tingkah laku. Prinsip-prinsip dalam produksi bersih diaplikasikan dalam bentuk kegiatan yang dikenal sebagai 4R, meliputi: Reuse, atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakukan fisika/kimia/biologi. Reduction, atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang dapat mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran di awal produksi misalnya substitusi bahan baku yang ber B3. Recovery, adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan atau energi dari suatu limbah untuk kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika/ kimia/biologi. Recycling, atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan fisika/kimia/biologi. 3. PENDEKATAN SCP Menurut definisi dari United Nations Environment Programme (UNEP), SCP adalah tentang mempromosikan sumber daya dan efisiensi energi dan infrastruktur yang berkelanjutan dengan menawarkan peluang seperti membuat pasar baru dan menghasilkan pekerjaan yang layak, seperti pasar untuk makanan organik, perdagangan yang adil, perumahan yang berkelanjutan, energi terbarukan, transportasi berkelanjutan dan pariwisata. SCP ini terutama bermanfaat bagi negara berkembang karena menyediakan kesempatan bagi pelaku ekonomi dan usaha untuk melompati menuju teknologi sumber daya yang lebih efisien, ramah lingkungan dan lebih kompetitif, sehingga memungkinkan melewati fase tidak efisien dan menimbulkan polusi pembangunan. SCP menggunakan siklus hidup perspektif sebagai sarana untuk meningkatkan pengelolaan berkelanjutan sumber daya dan mencapai efisiensi sumber daya di semua tahapan rantai nilai. SCP membuka jalan untuk mempercepat transisi menuju ekonomi eko-efisien, sementara memutar tantangan lingkungan dan sosial menjadi peluang bisnis dan pekerjaan. 5) Salah satu tujuan utama SCP adalah untuk pertumbuhan ekonomi memisahkan dan kerusakan lingkungan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dalam distribusi, produksi dan penggunaan produk. SCP bertujuan untuk menjaga intensitas energi, material dan polusi dari semua fungsi produksi dan konsumsi dalam daya dukung ekosistem alam. Definisi konsumsi berkelanjutan sebagai penggunaan barang dan jasa yang merespon kebutuhan dasar dan Pendekatan Pengelolaan,... Edisi Khusus Hari Lingkungan Hidup :

6 membawa kualitas hidup yang lebih baik, dan meminimalkan penggunaan sumber daya alam, bahan beracun dan emisi limbah dan polutan selama siklus hidup, agar tidak membahayakan kebutuhan generasi mendatang. (The Oslo Symposium in 1994 ) 5). Pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan dalam hal ini adalah pola atau mekanisme sistematik yang mengatur produksi dan konsumsi suatu produk benar-benar mengikuti kaidahkaidah yang menjamin keseimbangan ekosistem dan kesinambungan khususnya sumberdaya alam. Pada dunia nyata, produksi suatu produk atau komoditas sejalan dengan adanya konsumsi atau produk atau komoditas itu sendiri. Sebagai bahan baku utama asal muasalnya adalah sumberdaya alam yang secara alami ada dua kemungkinan ketersediaannya, yaitu dapat diperbaharui (renewable resources) dan tidak dapat diperbaharui (non renewable resources) artinya dalam kurun waktu tertentu ketersediaannya akan habis atau musnah dari permukaan bumi. Sebagai contoh misalnya minyak bumi atau gas alam (natural gas) dengan demikian konsumsi bahan baku yang tidak dapat diperbaharui sebagai sumber energi atau sebagai bahan baku industri turunannya pada kondisi dan waktu tertentu tidak akan terpenuhi lagi sekiranya tidak ditemukan teknologi baru yang dapat menggantikannya. Tidaklah mengherankan kalau untuk sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui tersebut saat ini sudah mulai menurun kuantitasnya dan dikampanyekan untuk dihemat penggunaannya. Dari sumber daya alam pada kondisi tertentu dapat dibuat sumberdaya fisik atau buatan yang secara tidak langsung dapat digunakan untuk bahan baku industri produk atau komoditas sebagai sesuatu yang diperlukan guna pemenuhan konsumsi. Namun hal ini juga jumlahnya sangat terbatas manakala tidak dilakukan upaya penghematan sumberdaya alamnya melalui 3 langkah yaitu : Pengurangan Penggunaan (Reduce), Penggunaan Ulang (Reuse) dan Pendaur Ulangan (Recycle) atau yang dikenal dengan istilah 3R. Dengan demikian apabila tindakan melalui 3 langkah tersebut tidak dilakukan maka dapat dipastikan bahwa produksi dan eksploitasi sumberdaya alam akan tidak seimbang dengan konsumsinya. Langkah ini menjadi penting dalam menekan konsumsi dan bertumpuknya limbah dan eksploitasi sumberdaya yang berlebihan. Lebih jelasnya gambaran tersebut di atas dapat diuraikan dengan menggunakan gambar berikut. Sustainable Consumption and Production (SCP) yang dikemas dari proses ekstraski SDA, produksi, market, use and end-of Life suatu produk merupakan konsep integrasi untuk perlindungan lingkungan yang lebih luas. Gambar 1. Cakupan SCP 132 Widodo, L dan J. P. Susanto., 2012

7 Saat ini Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan dengan melakukan pembangunan di 6 koridor ekonomi, yang tertera dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Salah satu strategi utama dalam master plan adalah mempercepat IPTEK Nasional, oleh sebab itu Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi sebagai Pusat Unggulan Teknologi, memacu perekayasaan teknologi hijau-teknologi teknologi-hijau yang dikembangkan untuk perbaikan efisiensi penggunaan sumber daya, pengembangan teknologi dan pasar yang rendah emisi karbon dan berjejak ekologi tinggi serta pengurangan resiko lingkungan yang diiringi dengan peningkatan kualitas manusia,mengembangkan pertumbuhan hijau dan peningkatan kesempatan kerja yang layak.implementasi Teknologi hijau dalam 6 koridor ekonomi akan menciptakan green ecgonomy. Hal ini merupakan paradigma baru yang mendorong pertumbuhan ekonomi,penghasilan dan kesempatan kerja secara berkelanjutan, serta memberikan kontribusi terhadap pengurangan kemiskinan. (pro-job, pro-poor, pro-environment) 4. PRODUKSI BERSIH SEBAGAI KOMPONEN SCP Pada tahun 1990-an UNEP 5) (United Nations Enviroment Program) memperkenalkan konsep produksi bersih yang didefenisikan sebagai : Suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan. Dasar Hukum Pelaksanaan Produksi Bersih adalah UU RI No. 32 Tabun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 6) Sejak tahun 1980-an kajian tentang teknologi yang ramah lingkungan menjadi prioritas. Prinsip utama konsep ini adalah mencegah terjadinya polusi (pollution prevention) dengan menggunakan proses produksi yang lebih bersih (cleaner production) atau mengintegrasikan prinsip ekologi dalam proses (eco-efficiency) 7). Produksi bersih ini merupakan generasi kedua perkembangan teknologi lingkungan. Dalam produksi lebih bersih, langkah praktisnya adalah bagaimana suatu proses dapat : a. Mengurangi pemakaian energi dan bahan mentah produksi. b. Mengurangi limbah yang dihasilkan. c. Memperbesar potensi pendaurulangan bahan mentah produksi dan produk samping (by-product) Ada berbagai cara untuk menerapkan langkah-langkah meningkatkan efisiensi untuk proses, produk dan layanan. Caracara yang potensial untuk penerapan produksi bersih yaitu melalui metodologi untuk mencapai tujuan dalam produksi bersih yang dilengkapi dengan pedoman teknis. Pemilihan teknologi ini dan pedoman berdasarkan penggunaannya di Indonesia termasuk komprehensivitasnya serta kemudahan untuk dipraktekan. Pendekatan yang digunakan dalam penerapan Teknologi Produksi Bersih yaitu dengan cara sebagai berikut : 1. Melakukan Tata kelola yang apik (Good House Keeping, GHK). 2. Pengelolaan Bahan Kimia (Chemical Management, CM) Di dalam hal ini memfokuskan pada peningkatan produktivitas, penghematan biaya, pengurangan dampak lingkungan dan peningkatan prosedur organisasi serta keselamatan di tempat kerja. Metodologi yang lain secara lebih khusus memfokuskan pada penerapan fisik langkah-langkah Pendekatan Pengelolaan,... Edisi Khusus Hari Lingkungan Hidup :

8 Produksi Bersih yang merupakan gabungan antara dua konsep Produksi Bersih dan Efisiensi Energi. Perspektif Ekonomi menjadi kunci utama atas penerapan Produksi Bersih, oleh karena itu dalam pengembilan keputusan upaya perbaikan dijelaskan pula metodologi ekonomi yaitu analisa biaya keuntungan (CBA, Cost Benefit Analysis) ) untuk Produksi Bersih dan Akuntansi Manajemen Lingkungan (EMA, Environmental Management Accounting). Perspektif ekonomi ini menunjukan cara objektif untuk mengetahui dampak finansial terhadap kinerja lingkungan di industri secara fisik dan moneter. 8) Dampak finansial dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan isu-isu lingkungan, seringkali salah dalam perhitungannya akibat adanya biaya yang tidak terlihat (hidden cost) maupun overhead cost apabila menggunakan metode perhitungan akuntansi konvensional. Untuk dapat melihat secara lebih jelas lingkup biaya lingkungan, maka telah dikembangkan Environmental Management Accounting (EMA) 9) sebagai perangkat untuk membantu para pelaku usaha dalam meningkatkan performa finansial sekaligus kinerja lingkungannya. Secara sistematis, EMA mengintegrasikan aspek lingkungan dari perusahaan ke dalam akuntasi manajemen dan proses pengambilan keputusan. Selanjutnya EMA membantu pelaku usaha untuk mengumpulkan, menganalisa dan menghubungkan antara aspek lingkungan dengan informasi moneter maupun fisik. Dalam setiap proses produksi tentu memerlukan bahan baku sebagai input utamanya, energi sebagai sumber bahan bakar, serta air sebagai bahan penunjang. Dengan teknologi proses yang sesuai serta melibatkan tenaga kerja yang ahli dalam tiap tahapan atau sub-prosesnya maka pada akhirnya akan menghasilkan produk sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Melalui langkah-langkah produksi tersebut maka dapat digambar model alur bahan proses produksi, tahapan produksi hingga akhirnya menghasilkan produk. Pada model alur bahan tiap tahapan atau sub-proses produksi akan terlihat dengan jelas dan detail kebutuhan bahan baku, energi, peralatan yang diperlukan serta keterlibatan tenaga kerjanya. Mendasarkan pemahaman singkat tentang alur bahan tersebut maka yang dimaksud dengan Non Produk Output (NPO) adalah keseluruhan materi, energi dan air yang digunakan dalam proses produksi akan tetapi bahan tersebut tidak berakhir (termasuk) ke dalam produk akhir yang direncanakan. 9) Untuk lebih jelasnya pengertian NPO dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar 2 terlihat bahwa NPO berada disebelah kanan yang pada hakekatnya adalah limbah baik limbah cair, limbah padat, produk buangan atau produk gagal, serta emisi. Komponen-komponen atau unsur NPO tersebut mempunyai nilai atau yang disebut dengan biaya NPO 10). Biaya NPO terbentuk dari seluruh komponen yang membentuk NPO yaitu Biaya Input, Biaya Pemrosesan serta Biaya Pembuangan. Lebih lanjut skema perhitungan biaya NPO dapat dilihat seperti pada Gambar. Berdasarkan pada definisi dari NPO seperti terlihat pada Gambar 3, maka tipe dan bentuk-bentuk NPO atau biaya-biayanya yang dapat diidentifikasi adalah : 11) a. Bahan baku yang kurang berkualitas, artinya bahan baku yang tidak memenuhi kualitas (tidak sesuai spesifikasi)) yang sudah ditetapkan oleh industri. b. Barang yang ditolak, diluar spesifikasi produk (semua tipe), dan biaya pemrosesan kembali c. Limbah (padat, cair, beracun, tidak beracun) d. Limbah cair (jumlah, tingkatan kontaminasi = keseluruhan air tidak terkandung dalam produk final) e. energi (tidak terkandung dalam produk final), contoh: batu bara, uap, listrik, oli, diesel, bensin, limbah panas) 134 Widodo, L dan J. P. Susanto., 2012

9 Gambar 2. Model Alur Bahan NPO = seluruh materi, energi dan air yang digunakan dalam proses produksi akan tetapi tidak berakhir (termasuk) ke dalam produk akhir Gambar 3. Konsep dan Perhitungan NPO Pendekatan Pengelolaan,... Edisi Khusus Hari Lingkungan Hidup :

10 f. emisi (termasuk kebisingan dan bau) g. Kehilangan dalam penyimpanan h. Kerugian pada saat penanganan dan transportasi (internal,eksternal) i. Pengemasan Material (kecuali parfum atau produk serupa) j. Reklamasi pelanggan dan trade returns k. Kerugian karena kurangnya perawatan l. Kerugian atau permasalahan kesehatan dan lingkungan m. Kapasitas yang digunakan dalam pemprosesan kembali (reprocessing) (peluang biaya) n. machine downtimes Internalisasi biaya lingkungan skala perusahaan adalah memasukkan item-item biaya yang sebelumnya bukan manjadi bagian dari biaya lingkungan menjadi biaya lingkungan seperti biaya pengelolaan limbah, pelatihan di bidang lingkungan, sertifikasi dan labeling lingkungan (ISO 14000) yang merupakan biaya-tidak langsung, biaya lingkungan langsung seperti biaya energi yang diperlukan untuk menghasilkan produk, biaya tenaga kerja untuk memproses produk, biaya bahan dan material untuk memproduksi suatu produk. Masih dalam tataran perusahaan, biaya lingkungan secara akuntansi konvensional masuk dalam kategori overhead cost (biasanya berupa biaya limbah dan atau pembakaran limbah) sehingga beban lingkungan dibebankan secara makro, sedangkan upaya internalisasi lingkungan (skala perusahaan) adalah upaya secara lebih terinci beban atau biaya lingkungan dari aspek apa saja yang secara nyata memang menghasilkan biaya lingkungan.. Dengan demikian melalui internalisasi biaya lingkungan akan dapat diketahui berapa biaya lingkungan yang nyata pada masing-masing devisi serta tahapan prosesnya sehingga sumber-sumber pencipta beban lingkungan dapat dilihat secara lebih terperinci. Pemahaman secara konvensional tentang biaya lingkungan adalah keseluruhan biaya perlindungan lingkungan dalam arti biaya yang diperlukan untuk pemulihan dampak lingkungan. Sedangkan pemahaman biaya lingkungan yang mengacu pada aliran bahan/material dan energi adalah biaya-biaya yang terkait dengan aliran bahan dan energi yang berdampak terhadap lingkungan. Dengan mengacu pada pemahaman aliran bahan dan energi, maka biaya lingkungan akan terkait dengan : - Biaya material sebagai input untuk manjadi produk/output, yaitu biaya belanja sumber alam, energi, air dan material lainnya serta pengemasan produk. - Biaya material dari non produk output, yaitu biaya energi pada tahapan proses, air dan material lain yang menjadi Non Produk Output - Pengendalian biaya limbah dan emisi, meliputi penanganan dan perlakuan terhadap buangan limbah dan emisi, serta biaya kompensasi akibat kerusakan lingkungan. - Pencegahan dan biaya managemen lingkungan, meliputi seluruh biaya aktifitas managemen lingkungan, perencanaan lingkungan dan komunikasi lingkungan, - Biaya Penelitian dan Pengembangan, mencakup penelitian yang terkait isuisu lingkungan. - Biaya-biaya yang terukur, antara lain citra perusahaan, peraturan-peraturan dimasa depan, relasi pemegang saham, potensi kecenderungan perusahaan dimasa mendatang. Biaya yang umum dibebankan pada lingkungan adalah : Biaya pengolahan limbah, dan atau biaya incinerator (pembakaran limbah padat). Sedangkan biaya yang tersembunyi adalah biaya ; biaya energi untuk material limbah, biaya pengadaan bahan yang akhirnya menjadi limbah, tambahan biaya akibat penampungan limbah, biaya proses material limbah, biaya administrasi untuk proses limbah dan material limbah, biaya penanggulangan kerusakan (ekstraksi) akibat material limbah, 136 Widodo, L dan J. P. Susanto., 2012

11 biaya tenaga kerja untuk proses pengolahan limbah dan material limbah. Pusat Teknologi Lingkungan BPPT telah membuat pengolahan limbah cair industry tahu di salah satu klaster industry tahu di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah yaitu di desa Kalisari dan desa Cikembulan, yang pada hakekatnya adalah komponen lingkungan, diantaranya menghilangkan bau busuk dari air limbah, memperbaiki kualitas air yang sudah tercemar untuk perikanan dan pertanian, memperoleh biogas sebagai pengganti bahan bakar LPG. Pengolahan limbah cair tahu yang dapat menghasilkan biogas tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari komponen Gambar 4. Instalasi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Tabel 1. Kapasitas Pengolahan Limbah Cair Industry Tahu Di Desa Kalisari Dan Cikembulan Unit Pengolahan Limbah Cair Kedelai yang diolah (kg/ hari) Limbah cair tahu yang diolah Limbah cair (m3/hari) Kapasitas Digester (m3) Produksi biogas (m3/hari) Kalisari Kalisari Cikembulan Dapat mensubstitusi (ton LPG per tahun) 3 Pengolahan yang sudah terpasang Seluruh limbah tahu di Kalisari dan Cikembulan Nasional 59 ribu 1,2 juta Jumlah rumah tangga pemakai biogas Tabel 2. Kondisi Eksisting dan Potensi Substitusi LPG dan Reduksi Emisi hasil Pengolahan Limbha Cair Tahu Reduksi Emisi ton CO2eq per tahun SCP aspek managemen limbah. Jumlah IKM tahu di kedua desa ini 650 IKM dengan total kebutuhan bahan baku kedelai mencapai 13 ton per hari. Dari kedua desa ini menghasilkan limbah cair sekitar 90 m3 per hari. Jumlah limbah cair yang diolah baru sekitar 8% dari total limbah dan menghasilkan biogas. Biogas ini sudah dimanfaatkan oleh 50 rumah tangga sebagai bahan bakar pengganti LPG. Pengolahan limbah cair industri tahu memberikan banyak manfaat bagi SCP khususnya managemen limbah. Selain itu Pengolahan limbah cair industri tahu menurunkan emisi CO2 dengan jumlah yang relative cukup besar. PENUTUP Pendekatan pengelolaan lingkungan terus mengalami perkembangan secara dinamis, namun tiap tahapan perkembangan dengan tahapan berikutnya tetap saling melengkapi, sehingga pengelolaan Pendekatan Pengelolaan,... Edisi Khusus Hari Lingkungan Hidup :

12 lingkungan akan semakin komprehensif (terpadu) dan saling sinergis. Pendekatan SCP pada hakekatnya merupakan pendekatan secara holistik, yang dimulai dengan bagaimana memanfaatkan suatu sumber daya (ekstrasi) secara lebih efisien, memproduksi sumber daya tersebut secara lebih produktif, memasarkan hasil produksinya dan pemanfaatannya secara rasional (aspek konsumsi berkelanjutan), serta melaksanakan pengelolaan limbah dari produksi yang dimanfaatkan maupun limbah dari produk samping yang kesemuanya menjadi suatu gugus kendali lingkungan, sehingga pemanfaatan sumber daya akan lebih berkelanjutan. Dengan pendekatan Non Produk Output (NPO) pada produksi bersih maka secara lebih jelas dapat membantu untuk mengidentifikasi dan menganalisa biaya lingkungan yang tersembunyi (hidden cost), misalnya biaya minimisasi limbah yang hanya memasukkan biaya insenerasi dan pembuangan limbah. Dengan demikian perhitungan NPO akan sangat membantu dalam mengemplementasikan SCP pada kegiatan produksi. Pengelolaan limbah (pendekatan end of pipe) yang secara senergis menghasilkan biogas sebagai energi alternative pada limbah cair tahu, mampu meningkatkan penghematan melalui pemanfaatan biogas dari hasil pengolahan limbah tahu. Hal ini mengindikasikan bahwa pada komponen SCP khususnya managemen limbah cair dari produk samping proses tahu, dapat dijadikan sumber energi terbarukan. Penerapan produksi bersih disegala lini produksi mampu menghasilkan penghematan penggunaan sumber-sumber seperti bahan baku atau material, energi dan air sehingga produk yang dihasilkan dapat lebih terjamin keberlanjutannya. Disisi lain konsumsi produk-produk dari hasil pemanfaatan yang sudah lebih efisien tersebut, harus dilaksanakan secara labih rasional dan tidak berlebihan, sehingga managemen limbah dari produk tersebut dapat dilaksanakan secara lebih bijaksana misalnya melalui konsep 3 R. Daftar Pustaka , Ecological_footprint, : The ecological footprint is a measure of human demand on the Earth s ecosystems , tentang-kami/sejarah-klh, Sejarah KLH 3. Fleig, A., ECO-Industrial Parks. A Strategy towards industrial ecology in Developing and Newly Industrialized Countries,2000, GTZ. 4. Potter, C. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia, Sumber, Pengendalian dan Baku Mutu EMDI BAPEDAL, Project of The Ministry of State for Environment, Republic of Indonesia and Dalhousie University, 1994 Canada, Jakarta ,UNEP, United Nations Environmental Program, ,UU RI No. 32 Tabun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 7. Stefan Schaltegger, Prof. Dr.; Concept of eco-efficiency University of Lueneburg, Germany ,Study Of Management Accounting 1980, The Centre for Sustainability Management (CSM), University of Lueneburg, Germany ,Environmental Management Accounting 2003, Society for Environmental Protection (ASEP) Bangkok, Thailand US EPA, US Environmental Protection Agency, International Federation of Accountants IFAC, 1998: Environmental Management in Organizations. The Role of Management Accounting. Study 6. New York 138 Widodo, L dan J. P. Susanto., 2012

PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN

PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 20-25 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN Lestario Widodo

Lebih terperinci

PELUANG PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR

PELUANG PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR J. Tek. Ling Vol.11 No.1 Hal. 95-103 Jakarta, Januari 2010 ISSN 1441-318X PELUANG PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR Lestario Widodo Peneliti

Lebih terperinci

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK)

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK) J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 15-19 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK) Indriyati Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian

Lebih terperinci

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro-industri Ramah Lingkungan Nopember 2007 Penulis: Dede Sulaeman, ST, M.Si Subdit Pengelolaan Lingkungan, Dit. Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Deptan

Lebih terperinci

CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH)

CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH) L/O/G/O CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH) Week 8 Khamdi Mubarok, S.T, M.Eng Teknik Industri - UTM Latar Belakang Industri menghadapi permasalahan pengolahan limbah yang kadangkala dirasa sangat memberatkan.

Lebih terperinci

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN. tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN. tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN II.1 Pengertian Lingkungan Definisi lingkungan menurut Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan

Lebih terperinci

PRODUKSI BERSIH (Cleaner Production) HA Latief Burhan Universitas Airlangga

PRODUKSI BERSIH (Cleaner Production) HA Latief Burhan Universitas Airlangga PRODUKSI BERSIH (Cleaner Production) HA Latief Burhan Universitas Airlangga Tujuan Produksi Bersih Mengurangi dan peningkatan efisiensi penggunaan energi & bahan baku, serta meminimalisasi terbentuknya

Lebih terperinci

ecofirm ANALISIS KELAYAKAN LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI PERTANIAN ELIDA NOVITA

ecofirm ANALISIS KELAYAKAN LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI PERTANIAN ELIDA NOVITA ecofirm ANALISIS KELAYAKAN LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI PERTANIAN ELIDA NOVITA ENV. CONTROLLING TECHNIQUE & CONSERVATION LABORATORY DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan penerapan perangkat-perangkat pengelolaan lingkungan diarahkan untuk mendorong seluruh pihak di dunia ini untuk melakukan tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Sebagai Upaya Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup

Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Sebagai Upaya Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Sebagai Upaya Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Industri di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jumlah penduduk yang tinggi dan tenaga

Lebih terperinci

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI, ORGANISASI MAUPUN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Bahan Baku. Aktivitas Produksi. Limbah

Bahan Baku. Aktivitas Produksi. Limbah Konsep Dasar Bahan Baku Produk Aktivitas Produksi Energi Limbah Bagaimana Penanganan Limbah? Energi Apakah dari sumber terbarukan? Apakah ramah lingkungan? Apakah sudah efisien penggunaannya? Bahan Baku

Lebih terperinci

BAB II BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling di mana organisasi

BAB II BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling di mana organisasi 12 BAB II BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN II.1 Lingkungan II.1.1 Definisi Lingkungan Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling di mana organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dunia industri merupakan salah satu indikator yang memberikan penggambaran untuk menilai perkembangan ekonomi suatu Negara. Kemajuan industri di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Bersih Pada Sektor Industri

Penerapan Konsep Bersih Pada Sektor Industri Penerapan Konsep Bersih Pada Sektor Industri Yance Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Dalam era globalisasi dewasa ini, pengelolaan lingkungan menjadi topik yang

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA LINGKUNGAN: SEBUAH PENDEKATAN AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN (EMA)

PENENTUAN BIAYA LINGKUNGAN: SEBUAH PENDEKATAN AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN (EMA) PENENTUAN BIAYA LINGKUNGAN: SEBUAH PENDEKATAN AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN (EMA) Sihar Tigor Benjamin Tambunan EMA-SEA Resource Person Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Jl. Ngagel Jaya Tengah 73-77, Surabaya,

Lebih terperinci

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil dikarenakan ketersediaan bahan bakar global yang semakin menipis dan

BAB I PENDAHULUAN. kecil dikarenakan ketersediaan bahan bakar global yang semakin menipis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Energi dan lingkungan merupakan bagian penting yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada era globalisasi seperti saat ini, tuntutan terhadap adanya

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BERSIH (CLEANER PRODUCTION)

TEKNOLOGI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) Pendahuluan TEKNOLOGI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) Teknologi Bersih : Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses produksi, produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lingkungan menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan saat ini. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal, yang berarti meningkatkan

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

KONSEP PRODUKSI BERSIH DAN PENERAPANNYA PADA SEKTOR INDUSTRI HMMCJ WIRTJES IV ( YANCE )

KONSEP PRODUKSI BERSIH DAN PENERAPANNYA PADA SEKTOR INDUSTRI HMMCJ WIRTJES IV ( YANCE ) KONSEP PRODUKSI BERSIH DAN PENERAPANNYA PADA SEKTOR INDUSTRI HMMCJ WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Dalam era globalisasi dewasa ini, pengelolaan

Lebih terperinci

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting Pemakaian Bahan Baku Exploitasi dan Explorasi Sumber Daya Alam 100% Sumber Daya Alam Tidak Dapat Diperbaharui 10-15% Polutan Udara Pencemaran Udara Emisi Gas (CO, CO2, Sox, NOx) Penipisan Lapisan Ozon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada industrialisasi. Sektor industri makin berperan sangat strategis sebagai motor penggerak pada

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Pert 8 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya lingkungan mendapatkan perhatian yang semakin besar dalam manajemen perusahaan. Peraturan mengenai lingkungan menjadi

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, Industri yang survive dan kompetitif adalah industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga mampu menjadi industri

Lebih terperinci

HISTORY OF ECO-INDUSTRIAL

HISTORY OF ECO-INDUSTRIAL HISTORY OF ECO-INDUSTRIAL 1898 - Robert Frosch (Journal Scientific American) Mengapa sistem industri tidak seperti ekosistem alam? 1972 - Harry Zhi Evan (Seminar + Journal for International Labour Review)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era ekonomi modern seperti saat ini, permasalahan lingkungan hidup (pencemaran, polusi, limbah,dll) sampai saat ini menjadi isu global yang sering diperdebatkan

Lebih terperinci

Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan. Teknologi Bersih. (Clean Technology)

Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan. Teknologi Bersih. (Clean Technology) Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan Teknologi Bersih (Clean Technology) Pada awalnya Hanya tertuju pada bahan buangannya Daur ulang bahan buangan Penggabungan 3 aspek: Industrialisasi Lingkungan

Lebih terperinci

KETERKAITAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN DAN PENYEDIAAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN

KETERKAITAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN DAN PENYEDIAAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN KETERKAITAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN DAN PENYEDIAAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN Mukaryanti Peneliti di Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

Pendekatan Pengelolaan Lingkungan. Investigasi Kerusakan Lingkungan. PengelolaanLingkunganHidup:

Pendekatan Pengelolaan Lingkungan. Investigasi Kerusakan Lingkungan. PengelolaanLingkunganHidup: Kerusakan Lingkungan: Perubahan Langsung dan atau Tidak Langsung terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan atau Hayati Lingkungan Hidup yang Melampaui Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan. Perusakan lingkungan hidup:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa pembangunan adalah sesuatu yang bersahabat, pembangunan seharusnya merupakan proses yang memfasilitasi

Lebih terperinci

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D 004 349 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Sasaran pertumbuhan PDB Nasional berdasar RPJPN 2005-2025 adalah mencapai pendapatan per kapita pada tahun 2025 setara dengan negara-negara berpendapatan menengah,

Lebih terperinci

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II BIAYA LINGKUNGAN

BAB II BIAYA LINGKUNGAN 10 BAB II BIAYA LINGKUNGAN 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Secara umum dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut biaya. Beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Salah satu tantangan pertanian Indonesia adalah meningkatkan produktivitas berbagai jenis tanaman pertanian. Namun disisi lain, limbah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA PENILAIAN INVESTASI LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL PERFORMANCE APPRAISAL)

KERANGKA KERJA PENILAIAN INVESTASI LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL PERFORMANCE APPRAISAL) JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2007: 152-160 KERANGKA KERJA PENILAIAN INVESTASI LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL PERFORMANCE APPRAISAL) Sihar Tigor Benjamin Tambunan EMA Resources Person (EMA-South

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini semakin pesat seiring berkembangnya arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus mampu untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan Pengelolaan Lingkungan Nur Hidayat Proses Produksi Energi dsb Bahan Baku Aktivitas Produksi produk limbah 1 Limbah Bagaimana penanganan limbah? Energi Apakah digunakan dari sumber terbarukan? Apakah ramah

Lebih terperinci

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORANNYA. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling dimana

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORANNYA. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling dimana BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORANNYA II.1 LINGKUNGAN Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling dimana organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya alam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

PELATIHAN DOSEN-DOSEN PTN DAN PTS SE JAWA-BALI DALAM BIDANG AUDIT LINGKUNGAN Bogor, September 2006

PELATIHAN DOSEN-DOSEN PTN DAN PTS SE JAWA-BALI DALAM BIDANG AUDIT LINGKUNGAN Bogor, September 2006 PELATIHAN DOSEN-DOSEN PTN DAN PTS SE JAWA-BALI DALAM BIDANG AUDIT LINGKUNGAN Bogor, 11 20 September 2006 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan

Lebih terperinci

TUGAS ORGANIZATION & MANAGEMENT Topik : Ethics & Responsibility

TUGAS ORGANIZATION & MANAGEMENT Topik : Ethics & Responsibility TUGAS ORGANIZATION & MANAGEMENT Topik : Ethics & Responsibility IDENTIFY ACTIONS MANAGERS CAN TAKE TO MANAGE WITH THE ENVIRONMENT IN MIND Disusun Oleh Kelompok 6 : M Hasan Jauhari Irwan Syah M Haris Andri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam jumlak konteks yang berbeda seperti: akuntansi keuangan dan pelaporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam jumlak konteks yang berbeda seperti: akuntansi keuangan dan pelaporan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Lingkungan Istilah akuntansi lingkungna mempunyai banyak arti dan kegunaan. Akuntansi lingkungan dapat mendukung akuntansi pendapatan, akuntansi keuangan maupun bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini isu tentang kerusakan alam dan pemanasan global menjadi perhatian yang serius. Bumi yang sudah tidak sehat lagi menunjukkan berbagai

Lebih terperinci

[::IJ PADAPUSATPENGEMBANGAN PEN G ELO LAAN LIMBAH RAD IOAKTIF. Sabat M. Panggabean PENGELOLAANLIMBAH

[::IJ PADAPUSATPENGEMBANGAN PEN G ELO LAAN LIMBAH RAD IOAKTIF. Sabat M. Panggabean PENGELOLAANLIMBAH [::IJ MINIMISASI LIMBAH PADAPUSATPENGEMBANGAN PEN G ELO LAAN LIMBAH RAD IOAKTIF Sabat M. Panggabean Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif, BAT AN PENDAHULUAN Banyaknya kasus pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Drs. Chairuddin,MSc PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Reduce, Reuse, Recycling

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENERAPAN ECO INDUSTRIAL PARK (EIP) DI INDONESIA

PENTINGNYA PENERAPAN ECO INDUSTRIAL PARK (EIP) DI INDONESIA J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 09-14 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENTINGNYA PENERAPAN ECO INDUSTRIAL PARK (EIP) DI INDONESIA Lestario Widodo Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. United State Environmental Protection Agency DEFINISI

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Drs. Chairuddin,MSc P E NE RAPAN P E NG E L O L AAN S AM PAH B E RB AS I S 3 R Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN PERMASALAHAN SUMBER DAYA ALAM PERMASALAHAN PEMUKIMAN POLUSI LINGKUNGAN KERUSAKAN HUTAN KEPUNAHAN HEWAN & TUMBUHAN PERLUASAN LAHAN KRITIS SANITASI

Lebih terperinci

ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm

ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm Environment Pollution Prevention merupakan program pengelolaan lingkungan dengan mengupayakan pencegahan pencemaran terhadap lingkungan dari setiap aktivitas, produk,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah

Lebih terperinci

green gauge Visi AECI adalah untuk menjadi penyedia bahan kimia dan penyedia jasa tambang pilihan bagi para pelanggan.

green gauge Visi AECI adalah untuk menjadi penyedia bahan kimia dan penyedia jasa tambang pilihan bagi para pelanggan. green gauge AECI menyadari bahwa beroperasi pada berbagai sektor yang luas memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan dan oleh karena itu ikut berkontribusi terhadap dampak perubahan iklim. Oleh karenanya

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA MANFAAT PENGELOLAAN LINGKUNGAN SENTRA INDUSTRI KECIL TAHU JOMBLANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

ANALISIS BIAYA MANFAAT PENGELOLAAN LINGKUNGAN SENTRA INDUSTRI KECIL TAHU JOMBLANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR ANALISIS BIAYA MANFAAT PENGELOLAAN LINGKUNGAN SENTRA INDUSTRI KECIL TAHU JOMBLANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: ERY DYAH WULANDARI L2D 002 404 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak dalam satu kawasan (Ayres dan Ayres,2002). Kawasan ini bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. terletak dalam satu kawasan (Ayres dan Ayres,2002). Kawasan ini bertujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eco Industrial Park merupakan komunitas industri dan bisnis yang terletak dalam satu kawasan (Ayres dan Ayres,2002). Kawasan ini bertujuan pada peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Istilah keberlanjutan (sustainability)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PEDAHULUA 1.1. Latar Belakang Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-ya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

INTERAKSI ANTARA EKONOMI DAN LINGKUNGAN. EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 3

INTERAKSI ANTARA EKONOMI DAN LINGKUNGAN. EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 3 INTERAKSI ANTARA EKONOMI DAN LINGKUNGAN EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 3 Ekonomi Lingkungan vs Ekonomi Sumberdaya Ekonomi Sumberdaya mempelajari peranan alam sebagai pemasok bahan baku bagi aktivitas produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

GREEN BUSINESS: Konsep dan Arah Kebijakan. Endah Murniningtyas DeputiBidanng SDA-LH Kementerian PPN/Bappenas

GREEN BUSINESS: Konsep dan Arah Kebijakan. Endah Murniningtyas DeputiBidanng SDA-LH Kementerian PPN/Bappenas GREEN BUSINESS: Konsep dan Arah Kebijakan Endah Murniningtyas DeputiBidanng SDA-LH Kementerian PPN/Bappenas 1 HIJAU, yang seperti apa? 1. Limbah yang dapat diserap/diolah oleh alam - biodegradable 2. Minimum

Lebih terperinci

MATERI 1. Pendahuluan. I. Ruang Lingkup MSDA Kema hubungan antara sistem ekonomi dan sistem lingkungan (Tietenberg, 1992)

MATERI 1. Pendahuluan. I. Ruang Lingkup MSDA Kema hubungan antara sistem ekonomi dan sistem lingkungan (Tietenberg, 1992) MATERI 1 Pendahuluan I. Ruang Lingkup MSDA Kema hubungan antara sistem ekonomi dan sistem lingkungan (Tietenberg, 1992) Sistem Ekonomi Luaran perusahaan Rumahtangga a Masukan Produksi Konsumsi Sistem pendukung

Lebih terperinci

Ekologi Industri Pengembangan Bioetanol Berbahan Dasar Limbah Pangan sebagai Salah Satu Bentuk Kemandirian Energi di Indonesia

Ekologi Industri Pengembangan Bioetanol Berbahan Dasar Limbah Pangan sebagai Salah Satu Bentuk Kemandirian Energi di Indonesia Ekologi Industri Pengembangan Bioetanol Berbahan Dasar Limbah Pangan sebagai Salah Satu Bentuk Kemandirian Energi di Indonesia Agusta Samodra Putra *, Herlian Eriska Putra, Hari Rom Hariyadi, Djaenudin

Lebih terperinci

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI KAWASAN INDUSTRI*

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI KAWASAN INDUSTRI* 1. PENDAHULUAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI KAWASAN INDUSTRI* Purwanto** Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. UU RI No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup, karena selain dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, juga dibutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas industri manufaktur, termasuk di Indonesia, diibaratkan sebagai dua sisi mata pisau karena menghasilkan produk industri yang dibutuhkan untuk kehidupan, sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif yaitu keluaran bukan produk yang berupa bahan, energi dan air yang digunakan dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri disamping berdampak positif juga memiliki dampak negatif diantaranya berupa keluaran bukan produk berupa bahan, energi dan air yang ikut digunakan

Lebih terperinci

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI PROFIL DINAS KABUPATEN WONOGIRI Alamat : Jln. Diponegoro Km 3,5 Bulusari, Bulusulur, Wonogiri Telp : (0273) 321929 Fax : (0273) 323947 Email : dinaslhwonogiri@gmail.com Visi Visi Dinas Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI PENGERTIAN Kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang (Brundtland,1987) suatu interaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) IFAC (2005) menjelaskan bahwa pada level organisasi, Environmental

BAB II LANDASAN TEORI Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) IFAC (2005) menjelaskan bahwa pada level organisasi, Environmental 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) IFAC (2005) menjelaskan bahwa pada level organisasi, Environmental Accounting (EA) terletak dalam konteks Akuntansi Manajemen

Lebih terperinci

9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan

9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan 9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan Background Organisasi dapat mengurangi dampak lingkungan dengan : Pencegahan pencemaran menggunakan proses, praktek, teknik, bahan, produk, jasa atau energi untuk menghindari,

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM ISU LINGKUNGAN

TINJAUAN UMUM ISU LINGKUNGAN 1 TINJAUAN UMUM ISU LINGKUNGAN BI2001 Pengetahuan Lingkungan Sumber utama materi dan ilustrasi: Miller, G.T. & S.E. Spoolman. 2012. Living in the Environment. Seventeenth edition. Brooks/Cole, Belmont,

Lebih terperinci

24/05/2013. Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN. Produksi Bersih (PB) PB Merupakan pendekatan yang cost-effective

24/05/2013. Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN. Produksi Bersih (PB) PB Merupakan pendekatan yang cost-effective Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN Produksi Bersih (PB) United Nation Environmental Programme (UNEP) mendefinisikan produksi bersih sebagai penerapan yang kontinyu dari sebuah strategi pencegahan

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Laporan Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Oleh: Didit Fitriawan 3305.100.042 Dosen Pembimbing : Ir. Ati Hartati, M.Sc JURUSAN

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Beberapa hal yang mendasari perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PERALATAN DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN

PENGGUNAAN PERALATAN DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PENGGUNAAN PERALATAN DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN Oleh : Titik Purwati Widowati BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Semarang, 15 Desember 2017 Pengertian Teknologi yang melindungi

Lebih terperinci

BAB I DASAR PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KECIL

BAB I DASAR PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KECIL BAB I DASAR PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KECIL 1.1. Pencemaran Lingkungan Upaya pengendalian pencemaran di Indonesia sampai saat ini masih mengalami banyak kendala. Sebagian dari penghasil bahan pencemar

Lebih terperinci

Pendahuluan. Nur Hidayat TIP FTP UB.

Pendahuluan. Nur Hidayat TIP FTP UB. Nur Hidayat TIP FTP UB. Pendahuluan Manajemen limbah merupakan salah satu upaya dalam rangka mencapai produksi bersih, yang merupakan bagian dari sertifikasi ISO 14000 Pada dasarnya, manajemen limbah dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara dan bila ditinjau dari segi pola kehidupan

Lebih terperinci

PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: FIERDA FINANCYANA L2D 001 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 12.1.1* Jumlah kolaborasi tematik quickwins program. 12.1 Melaksanakan the 10-Year Framework of Programmes on Sustainable Consumption and Production Patterns, dengan semua negara

Lebih terperinci