SEK OLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEK OLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Transkripsi

1 IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS SEBAGAI INSTRUMEN PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR IRIGASI: PENDEKATAN DAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASINYA Oleh SUMARYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa semua pernyataan dalam dsertas saya yang berjudul: IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS SEBAGAI INSTRUMEN PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR IRIGASI: PENDEKATAN DAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASINYA merupakan gagasan atau hasl peneltan dsertas saya sendr, dengan bmbngan Koms Pembmbng, kecual yang dengan jelas dtunjukkan rujukannya. Dsertas n belum pernah dajukan untuk memperoleh gelar pada program sejens d perguruan tngg lan. Semua data dan nformas yang dgunakan telah dnyatakan secara jelas dan dapat dperksa kebenarannya. Bogor, 2006 Sumaryanto Tanggal Lulus:

3 ABSTRACT SUMARYANTO. Crop Based Prcng As An Instrument for Improvng Irrgaton Water Use Effcency: Approach and Analyss of Factors Affectng Its Implementaton (BONAR M. SINAGA as Charman, PANTJAR SIMATUPANG, KOOSWARDHONO MUDIKDJO and YUSMAN SYAUKAT as Members of the Advsory Commttee). In lne wth populaton growth, economc development, and hgher competton of water utlzaton among sectors, t s urgently requred to mprove rrgaton water use effcency. To meet the need, there are strong ncentves to place emphass on water-demand management. Theoretcally, water prcng has potental not only to nfluence users' behavors towards water savng, but t also contrbutes reallocaton of water towards more proftable crops or other uses. Prcng water s also a way to recover part of the costs ncurred by rrgaton nfrastructure and ts operaton. Ths study s amed to valuate rrgaton water, to determne crop based prcng, and to assess factors affectng ts mplementaton. Determnaton of the crop based prcng utlzed shadow prce of the rrgaton water. The valuaton utlzed change n net ncome (CINI) method usng mathematcal programmng. Factors that can affect the mplementaton of crop based prcng are dentfed ndrectly usng ordered logt model. The study s conducted n Brantas Irrgaton Area, East Java. Results of the study show that shadow prce of rrgaton water were equal to zero on December May and postve on June November. Wthn the postve perod, the lowest and hghest prces were taken place on June (Rp. 11/m 3 ) and September (Rp. 58/m 3 ) respectvely. In the crop based prcng ndexed, average cost of rrgaton water of paddy farmng on frst croppng season (wet season), second croppng season (frst dry season), and thrd croppng season (second dry season) are 1, 2, and 10 respectvely. In the same order, the cost of rrgaton water of secondary crop cultvaton are 0.3, 0.6 and 5.0. Irrgaton water demand functon s non lnear and n general s nelastc. The demand s elastc f the prce level s hgher than Rp. 84/m 3. Crop dversfcaton as well as crop based prcng was potental to mprove both farm's ncome and rrgaton effcency, but dsncentve to ncrease rce producton. Postve factors for mplementng the crop based prcng are consoldated land management, hgher average farm sze, avalable agrcultural labor, suffcency of captal for farmng, sgnfcant contrbuton of wetland farmng to household economy, and better performance of the organzaton of Water User's Assocaton n rrgaton management. Key Words: Irrgaton, shadow prce, crop based prcng, effcency, dversfcaton.

4 ABSTRAK SUMARYANTO. Iuran Irgas Berbass Komodtas Sebaga Instrumen Penngkatan Efsens Penggunaan Ar Irgas: Pendekatan dan Analss Faktorfaktor yang Mempengaruh Implementasnya (BONAR M. SINAGA sebaga Ketua, PANTJAR SIMATUPANG, KOOSWARDHONO MUDIKDJO dan YUSMAN SYAUKAT sebaga Anggota Koms Pembmbng). Serng dengan menngkatnya pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonom, dan kompets penggunaan ar antar sektor maka penngkatan efsens penggunaan ar rgas semakn drasakan urgensnya. Strateg yang dpandang sesua adalah melalu pengelolaan permntaan. Secara teorts, penerapan harga ar bukan hanya potensal untuk mendorong efsens penggunaan ar, tetap juga dapat berkontrbus pada realokas penggunaan ar rgas ke komodtas pertanan yang lebh menguntungkan atau penggunaan lannya, dan merupakan salah satu cara untuk menngkatkan kemampuan pembayaan operas dan pemelharaan rgas. Peneltan n dtujukan untuk melakukan valuas ar rgas, menentukan uran rgas berbass komodtas dan menganalss faktor-faktor yang dperkrakan mempengaruh prospek mplementasnya. Penentuan uran rgas berbass komodtas ddasarkan atas harga bayangan ar rgas yang dhaslkan dar valuas sumberdaya tersebut. Pendekatan yang dgunakan dalam valuas adalah salah satu varan dar Resdual Imputaton Approach yakn Change In Net Income (CINI) dengan pemrograman matemats. Faktor-faktor yang dperkrakan mempengaruh mplementas uran rgas berbass komodtas ddentfkas dengan cara tdak langsung dengan model ordered logt. Peneltan dlakukan pada sstem rgas tekns d Daerah Irgas Brantas, Jawa Tmur. Hasl peneltan menunjukkan bahwa pada Desember Me harga bayangan ar rgas sama dengan nol, sedangkan pada Jun November postf. Pada perode postf, harga terendah terjad pada Bulan Jun (Rp. 11/m 3 ), sedangkan yang tertngg pada Bulan September (Rp. 58/m 3 ). Dengan sstem ndeks, baya rgas untuk usahatan pad pada Musm Tanam I (Musm Hujan), Musm Tanam II (Musm Kemarau-1), dan Musm Tanam III (Musm Kemarau-2) masng-masng adalah 1, 2, dan 10. Dengan urutan yang sama, untuk usahatan palawja adalah sektar 0.3, 0.6, dan 5.0. Fungs permntaan ar rgas tdak lner dan secara umum tdak elasts. Permntaan elasts jka tngkat harga lebh tngg dar Rp. 84/m 3. Dversfkas usahatan dan uran rgas berbass komodtas potensal untuk menngkatkan pendapatan usahatan, tetap tdak kondusf untuk menngkatkan produks pad. Faktor-faktor postf untuk mplementas uran rgas berbass komodtas adalah: lahan sawah garapan usahatan lebh terkonsoldas, rata-rata luas garapan tdak terlalu kecl, tenaga kerja pertanan cukup terseda, kemampuan permodalan petan memada, peranan usahatan dalam ekonom rumah tangga petan cukup besar, dan knerja pengurus Perkumpulan Petan Pemaka Ar (P3A) dalam pengelolaan rgas lebh bak. Kata Kunc: Irgas, harga bayangan, uran rgas berbass komodtas, efsens, dversfkas.

5 Hak cpta mlk Insttut Pertanan Bogor, tahun 2006 Hak cpta dlndung Dlarang mengutp dan memperbanyak tanpa zn tertuls dar Insttut Pertanan Bogor, sebagan atau seluruhnya dalam bentuk apapun, bak cetak, fotokop, mkroflm, dan sebaganya

6 IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS SEBAGAI INSTRUMEN PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR IRIGASI: PENDEKATAN DAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASINYA Oleh SUMARYANTO Dsertas sebaga salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Stud Ilmu Ekonom Pertanan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

7 Judul Dsertas : Iuran Irgas Berbass Komodtas Sebaga Instrumen Penngkatan Efsens Penggunaan Ar Irgas: Pendekatan dan Analss Faktor-faktor yang Mempengaruh Implementasnya Nama : Sumaryanto NRP : EPN Menyetuju, Koms Pembmbng Prof. Dr. Ir. Bonar M. Snaga, MA Ketua Prof. (R) Dr. Ir. Pantjar Smatupang, APU Anggota Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudkdjo, M.Sc. Anggota Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Anggota Mengetahu, Ketua Program Stud Ilmu Ekonom Pertanan Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Bonar M. Snaga, MA Dr. Ir. Kharl A. Notodputro, MS Tanggal Ujan : 24 Februar 2006 Tanggal Lulus :

8 RIWAYAT HIDUP Penuls adalah putra dar Atmosukarto dan Kemdjem. Penuls dlahrkan d Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istmewa Yogyakarta pada tanggal 1 November 1958; merupakan anak keempat dar 9 bersaudara. Penddkan Sekolah Dasar dselesakan pada tahun 1971 d SD Neger Selo. Lulus dar penddkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Neger II Wates pada tahun 1974, kemudan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Neger Wates. Pada tahun 1978, melalu jalur PMDK (Penelusuran Mnat dan Bakat, Proyek Pernts II) dterma sebaga mahasswa Tngkat Persapan Bersama d Insttut Pertanan Bogor (IPB). Lulus dar Fakultas Pertanan (Departemen Agronom) IPB tahun 1982, kemudan bekerja pada Pusat Peneltan Sosal Ekonom Pertanan (kn bernama Pusat Analss Sosal Ekonom dan Kebjakan Pertanan), Badan Peneltan dan Pengembangan Pertanan. Pada tahun 1984 melanjutkan stud S2 d Program Stud Ilmu Ekonom Pertanan (EPN) atas baya dar Badan Ltbang Pertanan dan lulus pada tahun Tahun 1996, dengan baya sendr penuls melanjutkan stud S3 pada Program Stud Ilmu ekonom Pertanan, Sekolah Pascasarjana Insttut Pertanan Bogor. Sebaga penelt, bdang peneltan yang banyak dgelut adalah ekonom pedesaan, sumberdaya lahan, dan rgas. Selan melakukan peneltan, penuls aktf mengkut berbaga forum dskus ataupun semnar, terutama yang terkat dengan bdang peneltannya; dan serng menjad nstruktur pelathan terutama d bdang pengolahan dan analss data dalam peneltan sosal ekonom pertanan. Penuls adalah anggota Kemtraan Ar Indonesa.

9 KATA PENGANTAR Segala puj bag Allah SWT atas segala karuna, rahmat dan hdayah-nya. Sesua dengan profes, sedkt-dem sejak tahun 1995 penuls secara konssten menekun peneltan d bdang pengelolaan sumberdaya lahan dan ar, terutama d bdang rgas. Menyadar bahwa semakn banyak yang dketahu semakn banyak pula yang mash belum dketahu, dalam dsertas n penuls mengkaj nla ekonom ar rgas dan kemungknan pemanfaatannya sebaga nstrumen penngkatan efsens penggunaan sumberdaya tersebut melalu pendekatan pengelolaan permntaan. Adalah fakta bahwa penyelesaan dsertas n berkat dorongan, arahan, dan bmbngan dar Koms Pembmbng. Pada kesempatan n perkenankanlah penuls menyampakan penghargaan yang tngg dan rasa terma kash yang sangat mendalam kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Snaga, MA selaku Ketua Koms Pembmbng. 2. Prof. (R) Dr. Ir. Pantjar Smatupang, APU selaku Anggota Koms Pembmbng. 3. Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudkdjo, M.Sc. selaku Anggota Koms Pembmbng. 4. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. selaku Anggota Koms Pembmbng. 5. Dr. Ir. Nunung Kusnad, MS selaku penguj luar koms pada Ujan Tertutup. 6. Prof. (R) Dr. Effend Pasandaran, APU selaku penguj luar koms pada Ujan Terbuka. 7. Dr. Ir. Akhmad Fauz Syam, MSc. selaku penguj luar koms pada Ujan Terbuka. 8. Dekan Sekolah Pascasarjana Insttut Pertanan Bogor atas kesempatan yang dberkan kepada penuls untuk mengkut stud d Sekolah Pascasarjana IPB. 9. Ketua Program Stud Ilmu Ekonom Pertanan beserta seluruh phak pengelola atas kesempatan yang dberkan untuk mengkut program stud. 10. Dr. Rustam Syarf atas bantuannya dalam peneltan kolaboras Pusat Peneltan Sosal Ekonom Pertanan Internatonal Food Polcy Research Insttute (IFPRI) Departemen Kmpraswl Perum Jasa Trta I sehngga kelengkapan data untuk dsertas n dapat dperoleh.

10 11. Dr. Ir. Tahlm Sudaryanto, APU selaku Kepala Pusat Analss Sosal Ekonom dan Kebjakan Pertanan. 12. Dr. Ir. Achmad Suryana, APU selaku Kepala Badan Ltbang Pertanan atas jn yang dberkan kepada penuls untuk mengkut penddkan sambl tetap bekerja. 13. Rekan-rekan kerja d Pusat Analss Sosal Ekonom dan Kebjakan Pertanan, yakn lembaga peneltan tempat penuls bekerja. 14. Jajaran Dreks Perum Jasa Trta I beserta seluruh staf atas segala bantuannya selama penuls melakukan peneltan. Penuls juga menyampakan terma kash kepada Mark W. Rosegrant, PhD; Charles Rodgers, PhD; dan Clauda Rngler, PhD dar Internatonal Food Polcy Research Insttute (IFPRI) atas masukan dan bantuan kepada penuls, terutama pada saat kerjasama peneltannya dengan Pusat Analss Sosal Ekonom dan Kebjakan Pertanan dmana penuls merupakan salah satu anggota tm peneltan tersebut. Sudah barang tentu, terma kash yang sangat mendalam penuls sampakan kepada str tercnta Ir. Anggran Sukmawat, MM atas semua kebakan, bantuan, dan dorongan semangat, serta doanya; dan juga kepada anak-anakku tercnta Mta, Arf, dan Ajeng. Kranya pada tempatnya pula penuls mengenang Almarhumah Ir. Put Rosmelsa Bud Savthry atas semua kebakan, kesabaran, dorongan semangat dan doanya selama Almarhumah mendampng penuls. Semoga Allah SWT membernya tempat yang mula d ss-nya. Kepada semua phak yang selama n secara langsung maupun tdak langsung telah membantu penuls dan tak dapat dsebutkan namanya satu per satu d sn, penuls mengucapkan terma kash. Semoga semuanya tu bernla sebaga badah. Penuls telah berusaha maksmal untuk menghaslkan karya n. Meskpun demkan, sesua dengan keterbatasan penuls tentu mash banyak kekurangannya. Terlepas dar segala kekurangan tu, semoga dsertas n bermanfaat. Bogor, Agustus 2006 Penuls

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman v DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Permasalahan Tujuan Peneltan Sgnfkans Peneltan Keterbatasan Peneltan Kegunaan Hasl Peneltan II. TINJAUAN PUSTAKA Perubahan Paradgma Pendayagunaan Sumberdaya Ar dan Implkas Terhadap Kebjakan Pengelolaan Ar Untuk Pertanan Ketersedaan Sumberdaya Ar: Konds Sekarang dan Kecenderungannya Perubahan Paradgma Pendayagunaan Sumberdaya Ar Implkas Terhadap Sstem Pengelolaan Irgas Implkas Terhadap Strateg Pengembangan Produks Pangan Pemberlakuan Pungutan Ar Irgas Sebaga Instrumen Penngkatan Efsens Penggunaan Ar Irgas Melalu Pendekatan Permntaan Valuas Ar Irgas Permasalahan Konseptual Dalam Spesfkas Fungs Produks Pendekatan Kuanttatf Untuk Valuas Ar Irgas Dengan Metode CINI III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Kerangka Pemkran Landasan Teor Valuas Ar Irgas Pemrograman Matemats Valuas Ar Irgas Dengan Metode CINI... 48

12 Halaman 3.4. Faktor-faktor Utama yang Harus Dpertmbangkan Dalam Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruh Pasokan dan Permntaan Ar Irgas Dstrbus Spatal Ar Irgas dan Implkasnya Dstrbus Temporal Ar Irgas dan Implkasnya Analss Faktor-faktor yang Mempengaruh Prospek Penerapan Iuran Irgas Berbass Komodtas Analss Faktor-faktor yang Mempengaruh Plhan Pola Tanam Analss Faktor-faktor yang Mempengaruh Partspas Petan Dalam Membayar Iuran Irgas Identfkas Faktor-faktor yang Mempengaruh Partspas Petan Untuk Berdversfkas dan Membayar Iuran Irgas IV. METODE PENELITIAN Ruang Lngkup Peneltan Formulas Fungs Tujuan, Kendala, dan Asums Dalam Pemodelan Fungs Tujuan dan Aktvtas Kendala Sumberdaya Kendala Hstors Pola Tanam Kebutuhan Sumberdaya Spesfkas Model Formulas Iuran Irgas Berbass Komodtas Analss Faktor-faktor yang Mempengaruh Prospek Penerapan Faktor-faktor yang Mempengaruh Plhan Pola Tanam Faktor-faktor yang Mempengaruh Partspas Petan Dalam Pembayaran Iuran Irgas Identfkas Faktor-faktor Strategs Pemlhan Varabel Penjelas Lokas Peneltan dan Prosedur Pengamblan Contoh Lokas Peneltan Pengamblan Contoh Metode Pengumpulan Data v

13 Halaman V. SUMBERDAYA AIR, PENGELOLAAN IRIGASI, DAN KERAGAAN USAHATANI DI DAERAH IRIGASI BRANTAS Keragaan Umum Daerah Alran Sunga Brantas Sumberdaya Ar Pasokan Ar Irgas Kelembagaan Pengelolaan Irgas Keragaan Umum Rumah Tangga Petan d Daerah Pesawahan Irgas Tekns DAS Brantas Penguasaan Lahan Pengusahaan Tanaman Pad d Pesawahan Irgas Tekns DAS Brantas Penggunaan Masukan dan Produktvtas Usahatan Komodtas Utama Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petan VI. VALUASI AIR IRIGASI DAN PENENTUAN IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS USAHATANI Pola Tanam dan Keuntungan Usahatan Pada Solus Optmal Penggunaan, Harga Bayangan, dan Kurva Permntaan Ar Irgas Pengaruh Perubahan Pasokan Ar Irgas Terhadap Dversfkas Pengaruh Penghematan Konsums Ar Irgas Potens Kerugan Akbat Luas Tanam Pad Tdak Optmal Fungs Penawaran Normatf Komodtas Pad Iuran Irgas Berbass Komodtas Penyederhanaan Sstem Iuran Berbass Komodtas Snerg Dversfkas dan Sstem Iuran Berbass Komodtas Untuk Mendorong Efsens Penggunaan Ar Irgas VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS Keragaan Dversfkas Usahatan d Pesawahan Irgas DAS Brantas Faktor-faktor yang Mempengaruh Keputusan Petan Untuk Berdversfkas Ketersedaan Tenaga Kerja Untuk Usahatan Kemampuan Permodalan v

14 Halaman Kontrbus Pendapatan Dar Usahatan d Lahan Sawah Kualtas Lahan Sawah Pemlkan Peralatan Untuk Mengatas Kekerngan Fragmentas Lahan Garapan Tngkat Kerawanan Terhadap Kekerngan Akses Lahan Sawah Terhadap Prasarana Dstrbus Ar Irgas Karakterstk dan Kapabltas Manageral Dalam Usahatan Luas dan Status Garapan Probabltas Petan Untuk Berdversfkas Faktor-faktor yang Mempengaruh Kualtas Partspas Petan Membayar Iuran Irgas Indeks Dverstas Kontrbus Usahatan Pad Terhadap Total Pendapatan Usahatan d Lahan Sawah Kualtas Lahan Sawah Garapan Intenstas Tanam Knerja Pengurus HIPPA Status Garapan Jarak Persl Sawah Garapan Dar Pntu Terter Pemlkan Pompa Irgas Probabltas Petan Berpartspas Dalam Iuran Irgas Identfkas Faktor-faktor Strategs VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN Kesmpulan Implkas Kebjakan Saran Untuk Peneltan Lanjutan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

15 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perbedaan antara pendekatan SM, DM, dan MDM Pengelompokan komodtas usahatan yang dterapkan dalam pemodelan Sebaran temporal aktvtas d setap Sub DAS yang tercakup dalam model Ar Irgas per bulan yang terseda d pesawahan rgas tekns d masng-masng Sub DAS Brantas Rata-rata luas dan total baya yang dkeluarkan petan tdak mskn untuk usahatan d lahan sawah yang tak terkendala ar rgas Perkraan modal yang terseda untuk baya tuna usahatan d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Ketersedaan tenaga kerja d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Nla Rata-rata dan galat baku perbandngan luas tanam antar kelompok komodtas menurut musm tanam d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas pada perode Blok Terter dan Rumah Tangga Contoh d Lokas Peneltan Kapastas tampung beberapa dam besar d DAS Brantas, Prasarana sumberdaya ar d Daerah Irgas Brantas dan pemanfaatannya Rata-rata penggunaan ar yang dkelola Perum Jasa Trta I d DAS Brantas Luas Areal Irgas d DAS Brantas, 1999/ Efsens rgas pada sstem rgas tekns d DAS Brantas, Rata-rata pemlkan lahan rumah tangga petan d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas, Rata-rata pemlkan lahan sawah d daerah pesawahan DAS Brantas menurut kelompok pemlkan sawah, 1999/ v

16 Nomor Halaman 17. Rata-rata luas sawah garapan per musm, 1999/ Produks dan penggunaan nput per hektar usahatan pad dan palawja d pesawahan DAS Brantas, 1999/ Struktur pendapatan rumah tangga petan d daerah rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Jumlah rumah tangga petan menurut gars kemsknan dan kelompok pemlkan sawah d daerah rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Pola tanam optmal d areal pesawahan rgas tekns DAS Brantas Keuntungan usahatan pada pola tanam optmal d pesawahan rgas tekns DAS Brantas Penggunaan ar rgas d pesawahan rgas tekns DAS Brantas pada solus optmal Rata-rata harga bayangan ar rgas menurut cakupan perhtungannya Pengaruh perubahan harga gabah terhadap harga bayangan ar rgas Pengaruh perubahan pasokan ar rgas terhadap ntenstas tanam Pengaruh penghematan konsums ar dalam usahatan pad terhadap ndeks pertanaman Pengaruh perubahan luas tanam pad terhadap keuntungan usahatan Nla ar rgas yang dbutuhkan untuk usahatan drnc menurut kelompok komodtas dan perode pengusahaannya Nla ar rgas yang dgunakan pada usahatan solus optmal Baya rgas d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Baya rgas pada usahatan pad d Daerah Irgas Brantas, 1999/ Skenaro penyederhanaan perhtungan komponen pokok uran rgas berbass komodtas berdasarkan jadwal tanam pad MT I Rata-rata nla ar rgas yang dgunakan untuk usahatan d lahan sawah rgas tekns DAS Brantas x

17 Nomor Halaman 35. Rata-rata nla ar rgas yang dgunakan untuk usahatan d lahan sawah rgas tekns Sub DAS Hulu Brantas Rata-rata nla ar rgas yang dgunakan untuk usahatan d lahan sawah rgas tekns Sub DAS Tengah Brantas Rata-rata nla ar rgas yang dgunakan untuk usahatan d lahan sawah rgas tekns Sub DAS Hlr Brantas Indeks baya rgas berbass komodtas untuk usahatan d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas Rata-rata konsums ar rgas dan keuntungan usahatan dar beberapa skenaro pola tanam d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas Contoh uran rgas berbass komodtas d P3A atau GP3A d wlayah pesawahan rgas tekns Sub DAS Brantas Tengah Pola tanam domnan d wlayah pesawahan DAS Brantas, 1999/ Luas areal tanam d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Sebaran petan menurut pola tanam dan ndeks dverstasnya d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Sebaran petan menurut jumlah jens komodtas yang dusahakan d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Parameter dugaan faktor-faktor yang mempengaruh keputusan petan d pesawahan rgas tekns DAS Brantas untuk berdversfkas Sebaran petan menurut jumlah anggota rumah tangga yang bekerja d usahatan d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Rata-rata pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petan d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Sebaran petan menurut pola tanam dan kemampuan permodalan, 1999/ Kontrbus pendapatan dar usahatan d lahan sawah menurut pola tanam yang dterapkan terhadap pendapatan rumah tangga, 1999/ Sebaran rumah tangga petan menurut peranan sawah sebaga sumber pendapatan dan plhan pola tanam, 1999/ x

18 Nomor Halaman 51. Sebaran petan menurut pemlkan pompa rgas dan plhan pola tanam, 1999/ Sebaran petan menurut jumlah persl garapan dan pola tanam, 1999/ Rata-rata propors luas lahan yang mengalam kekerngan dan duras kekerngan untuk masng-masng kategor pola tanam, 1999/ Sebaran petan menurut plhan pola tanam dan akses lahan garapannya terhadap ar rgas dar saluran kuarter, 1999/ Probabltas petan memlh pola tanam dalam usahatan d lahan sawah Parameter dugaan faktor-faktor yang mempengaruh partspas petan membayar uran rgas Sebaran petan menurut tngkat partspas membayar uran rgas dan pola tanam Sebaran petan menurut tngkat partspas membayar uran rgas dan kontrbus usahatan pad, 1999/ Sebaran petan menurut partspasnya dalam uran rgas dan kelas lahan garapannya, 1999/ Sebaran petan menurut partspasnya dalam uran rgas dan ntenstas tanam yang dterapkan, 1999/ Sebaran petan menurut partspasnya dalam uran rgas dan persepsnya terhadap pengurus HIPPA Sebaran petan menurut partspasnya dalam uran rgas dan status garapan usahatan, 1999/ Sebaran petan menurut partspasnya dalam pembayaran uran rgas dan pemlkan pompa rgas Parameter dugaan faktor-faktor yang mempengaruh peluang petan untuk berdversfkas dan berpartspas lebh bak dalam uran rgas x

19 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Sstematka pendekatan peneltan Ilustras grafs fungs produks dan nla produktvtas margnal ar Fungs permntaan ar rgas setap komodtas dan total untuk seluruh komodtas yang tercakup Harga ar rgas pada waktu MT I, MT II, dan MT III Faktor-faktor yang mempengaruh nla harga bayangan ar rgas Skema sederhana dstrbus spatal ar rgas dengan pendekatan MDM Implkas pola dstrbus temporal kebutuhan dan pasokan ar rgas terhadap harga bayangannya Skema konsep estmas kebutuhan ar rgas Prosedur kalkulas kebutuhan ar rgas untuk tanaman Skema Irgas d Daerah Irgas Brantas dan lokas peneltan Pola curah hujan tahunan d DAS Brantas dar Pola sebaran curah hujan bulanan d DAS Brantas Perkembangan alokas ar untuk rgas Pola curah hujan bulanan dan alokas ar rgas Kurva Lorenz pemlkan lahan sawah d DAS Brantas Propors luas areal tanam pad d masng-masng Sub DAS Dstrbus temporal bulanan pasokan dan penggunaan ar rgas pada solus optmal Pola sebaran temporal harga bayangan ar rgas per bulan d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas Pengaruh varas tahunan pasokan ar rgas terhadap harga bayangannya x

20 Nomor Halaman 20. Kurva permntaan normatf ar rgas d lahan sawah DAS Brantas Pengaruh perubahan pasokan ar rgas terhadap dversfkas Pengaruh pasokan ar rgas terhadap keuntungan bersh usahatan Pengaruh penghematan konsums ar rgas pada usahatan pad terhadap keuntungan bersh usahatan Fungs penawaran normatf komodtas pad Sebaran bulanan nla ar rgas yang dgunakan dalam usahatan pada solus optmal Sebaran petan menurut tngkat efsens tekns dalam usahatan pad Sebaran petan menurut probabltasnya dalam memlh pola tanam Hubungan antara Pr_1, Pr_2, Pr_3, dan Pr_4 dalam partspas membayar uran rgas Hubungan antara Pr_(1), Pr_(2), Pr_3) dan Pr_(4) dalam penerapan pola tanam dversfkas dan membayar uran rgas x

21 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Operas dan pemelharaan rgas Rata-rata penermaan, baya, dan laba usahatan d lahan pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Lokas peneltan dalam Peta Daerah Alran Sunga Brantas Estmas kebutuhan ar rgas d pesawaahan rgas tekns d Sub DAS Brantas Hulu untuk setap kelompok komodtas drnc menurut waktu pengusahaannya Estmas kebutuhan ar rgas d pesawaahan rgas tekns d Sub DAS Brantas Tengah untuk setap kelompok komodtas drnc menurut waktu pengusahaannya Estmas kebutuhan ar rgas d pesawaahan rgas tekns d Sub DAS Brantas Hlr untuk setap kelompok komodtas drnc menurut waktu pengusahaannya Kebutuhan modal tuna usahatan d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Kebutuhan tenaga kerja usahatan untuk setap kelompok komodtas d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Pemrograman lner untuk valuas ar rgas dengan metode CINI Estmas Efsens Tekns Usahatan Pad dengan Pendekatan Fungs Produks Fronter Stokastk Statstk deskrptf ndeks dverstas usahatan d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/ Rata-rata curah hujan bulanan d DAS Brantas, Solus optmal yang dperoleh dar model valuas ar rgas d pesawahan rgas tekns DAS Brantas Penggunaan ar rgas d lahan sawah rgas contoh DAS Brantas pada solus optmal Penggunaan ar rgas dan harga bayangan ar rgas dar hasl analss pasca optmal perubahan pasokan ar rgas xv

22 16. Pengaruh perubahan pasokan ar rgas terhadap pola tanam optmal d Sub DAS Brantas Hulu Pengaruh perubahan pasokan ar rgas terhadap pola tanam optmal d Sub DAS Brantas Tengah Pengaruh perubahan pasokan ar rgas terhadap pola tanam optmal d Sub DAS Brantas Hlr Pola tanam d lahan sawah rgas tekns DAS Brantas, 1999/ xv

23 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lngkaran permasalahan ketahanan pangan kemsknan pelestaran lngkungan adalah persoalan klask. Fenomena yang menark adalah bahwa d tengah perubahan lngkungan strategs yang d era globalsas n dnamkanya sangat dpengaruh oleh arah perkembangan lberalsas perdagangan nternasonal, permasalahan tersebut merupakan salah satu topk yang banyak dbahas d forum-forum kerjasama nternasonal. Hal n terkat dengan paradoks yang kn terjad bahwa d tengah menngkatnya kemakmuran negara-negara maju ternyata banyak negara-negara kurang berkembang yang semakn terperangkap dalam lngkaran kemsknan, pasokan pangan domestk tdak cukup, dan laju degradas lngkungan berlangsung semakn cepat. Dalam konteks tu, persoalan tentang kemampuan suatu neger untuk memenuh kebutuhan pangannya sangat pentng karena terkat langsung dengan kebutuhan dasar manusa. Pasokan pangan sangat dtentukan oleh ketersedaan ar rgas. Faktanya, secara global dar seluruh lahan yang dapat dgarap, 18 % atau sektar 237 juta hektar dantaranya dmanfaatkan untuk pertanan berrgas dan menghaslkan lebh dar 33 % produk pertanan. Dar seluruh areal pertanan berrgas tersebut, 71 % berlokas d LDC dmana 60 % dantaranya berlokas d Asa (Postel, 1994). Secara hstors, sejak pasca perang duna II upaya sebagan besar negaranegara berkembang untuk memenuh kebutuhan pangan domestknya dtempuh melalu nvestas pendayagunaan sumberdaya ar untuk pertanan secara besarbesaran. Fenomena yang tampak adalah laju perluasan lahan pertanan berrgas berlangsung lebh cepat dar pertumbuhan penduduk. In terus berlangsung sampa tahun Sejak tahun 1979, laju perluasan lahan rgas tu cenderung turun, bahkan dalam perode 20 tahun terakhr n dperkrakan berkurang sektar 6 %. Melambatnya laju perluasan tu menurut Rosegrant and Svendsen (1993) merupakan akbat smultan dar turunnya nvestas pemerntah d bdang rgas akbat beban hutang, resstens poltk, menngkatnya baya rl untuk nvestas rgas, turunnya harga-harga rl komodtas pangan, dan perluasan perkotaan.

24 2 D sebagan besar negara berkembang, melambatnya laju nvestas rgas dsebabkan oleh berkurangnya pnjaman nternasonal untuk pembangunan rgas. Sebaga contoh, dalam perode rata-rata pnjaman World Bank untuk proyek rgas turun sektar 50 % (Wchelns, 1998). Menngkatnya baya nvestas per unt luas areal rgas dapat dsmak dar beberapa hasl peneltan berkut. Dalam Sampath (1992) maupun Rosegrant and Svendsen (1993) dnyatakan bahwa dbandngkan tahun 1970, baya rl nvestas rgas d Srlangka menjad 3 kal lpat; d Inda dan Indonesa menjad dua kal lpat; d Flpna menngkat sektar 50 %; dan d Thaland sektar 40 %. Permasalahan yang dhadap negara-negara berkembang dalam bdang penyedaan ar untuk pertanan (rgas) bukan hanya baya nvestas yang makn mahal, tetap juga knerja rgas yang telah ada ternyata semakn menurun. Kemunduran knerja tu dsebabkan oleh degrada fungs nfrastruktur dalam sstem rgas maupun manajemen operas dan pemelharaan (OP) rgas. Degradas fungs nfrastruktur antara lan dsebabkan oleh kerusakan nfrastruktur, sedmentas d dalam sstem jarngan rgas, meluasnya tanaman pengganggu d saluran-saluran dstrbus maupun saluran dranase, serta perubahan permukaan ar tanah yang berlebhan. D ss lan, serngkal manajemen OP tdak memlk kapabltas yang memada untuk sekedar mempertahankan knerja fungs rgas sepert dsan semula. In dsebabkan oleh banyak faktor dan beragam dantaranya: (1) dsan kelembagaan rgas yang tdak sesua dengan aspras pengguna, (2) sstem kelembagaan yang tdak efsen karena perlaku free rder dan praktekpraktek rent seekng, dan (3) degradas kemandran komuntas petan dalam pengelolaan rgas akbat kooptas yang berlebhan dar pemerntah dalam pengembangan rgas. Degradas fungs rgas tersebut cenderung berlanjut jka kemampuan petan untuk kut membaya operas dan pemelharaan rgas tdak dkembangkan. In dlatar belakang fakta bahwa d sebagan besar negara berkembang, anggaran rl yang dapat dsedakan pemerntah untuk membaya operas dan pemelharaan rgas semakn menurun (Rosegrant et al, 2002). Ar rgas merupakan sumberdaya pertanan yang sangat strategs. Berbeda dengan nput lan sepert pupuk ataupun pestsda yang dmens

25 3 peranannya relatf terbatas pada proses produks yang telah dplh, peranan ar rgas mempunya dmens yang lebh luas. Sumberdaya n tdak hanya mempengaruh produktvtas tetap juga mempengaruh spektrum pengusahaan komodtas pertanan. Oleh karena tu knerja rgas bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan produks pertanan tetap juga bermplkas pada strateg pengusahaan komodtas pertanan dalam art luas. D ss lan, permntaan ar untuk memenuh kebutuhan rumah tangga, ndustr, bahkan juga untuk memelhara keberlanjutan fungs sumberdaya ar tu sendr (msalnya penggelontoran sunga), semakn menngkat serng dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonom dan perluasan perkotaan. Dengan demkan kompets penggunaan ar antar sektor menngkat. Resultante dar faktor-faktor tersebut adalah menngkatnya kelangkaan ar yang terseda untuk pertanan. Pemecahan masalah yang dakbatkan oleh menngkatnya kelangkaan tu membutuhkan pendekatan mult dspln. Hal n dsebabkan penegakan hak-hak atas ar (water rghts) tdak sepenuhnya dapat dlakukan sehngga pengalokasan secara efsen melalu pendekatan parsal (msalnya dengan mengandalkan prnsp-prnsp ekonom saja), serngkal sult dmplementaskan, bahkan d negara-negara maju sekalpun (Hellegers, 2002). Bag negara-negara berkembang, menngkatnya kelangkaan sumberdaya ar dpredkskan akan menyebabkan turunnya pertumbuhan produks pangan. Hal n dsebabkan oleh: (1) makn terbatasnya kemampuan untuk melakukan perluasan lahan rgas karena nvesatas rgas semakn mahal sedangkan kemampuan anggaran makn terbatas, (2) sumberdaya lahan dan ar yang layak dkembangkan untuk pertanan berrgas makn terbatas, (3) kebutuhan ar untuk sektor lan (rumah tangga, ndustr) semakn tngg sehngga kompets penggunaan antar sektor menngkat, dan (4) pada sstem rgas yang telah ada, terjad kemunduran knerja manajemen sstem rgas dalam skala yang luas (World Bank, 1993; O, 1997; Rosegrant et al, 2002). Banyak pakar berpendapat bahwa untuk mengatas masalah tersebut dbutuhkan adanya perubahan yang cukup mendasar. Dperlukan adanya modernsas rgas (O, 1997; Murty, 1997), bahkan dperlukan adanya reformas

26 4 rgas (Rosegrant et al, 2002, Pasandaran, 2005). Pada tngkat ketersedaan tertentu, produktvtas ar rgas harus dtngkatkan (Molden, 2002; Barker and Kjne, 2001). Sstem pengelolaan rgas harus dubah dar karakterstk protektf ke karakterstk produktf (Wolter and Burt, 1997). Jka dsarkan, orentas dar semua pendekatan tersebut ternyata konvergen yatu penngkatan efsens rgas. Dalam konteks tu sebagan besar pakar menyatakan bahwa penngkatan efsens rgas dengan mengandalkan pendekatan pengelolaan pasokan (supply management) tdak lag memada. Serng dengan menngkatnya kelangkaan sumberdaya ar dan kompets penggunaan antar sektor, pengelolaan permntaan (demand management) yang berorentas pada penngkatan efsens semakn drasakan urgensnya (Wnpenny, 1994; Grmble, 1999; Rosegrant et al, 2002) Rumusan Permasalahan D Indonesa pada saat n ada dua agenda pokok permasalahan yang salng terkat dan perlu segera dpecahkan secara smultan yatu: (1) penngkatan efsens atau produktvtas rgas dan (2) penngkatan kemampuan petan untuk berkontrbus dalam pembayaan operas dan pemelharaan rgas. Penngkatan efsens rgas harus dlakukan karena: 1. Ar rgas semakn langka. 2. Potens untuk menngkatkan efsens cukup terbuka karena yang dcapa mash sangat rendah. 3. Dampak postf penngkatan efsens rgas terhadap ketersedaan ar untuk kepentngan yang lebh luas akan sangat nyata karena pangsa penggunaan ar untuk rgas sangat besar. 4. Perluasan lahan rgas baru (new constructon) hanya dapat dlakukan dalam skala yang sangat terbatas. Penngkatan kontrbus petan untuk membaya operas dan pemelharaan rgas terutama d level terter adalah salah satu program Pembaharuan Kebjakan Pengelolaan Irgas (PKPI); dan konvergen dengan arah reformas rgas yang lebh menekankan pada partspas dan kemandran petan. Selan tu juga merupakan syarat kecukupan untuk keberlanjutan knerja rgas yang efsen.

27 5 Sejak sepuluh tahun terakhr n knerja ketersedaan ar rgas semakn tdak kondusf untuk mendukung keberlanjutan produktvtas usahatan yang tngg. Insden banjr dan kekerngan semakn serng terjad dan cakupan wlayah yang terkena semakn meluas (Badan Peneltan dan Pengembangan Pertanan, 1996; Sumaryanto dan Fryatno, 1999). Menurunnya knerja rgas pada umumnya terlhat dar: (1) pada musm kemarau, luas areal layanan rgas cenderung menyusut dar tahun ke tahun, (2) pada areal yang terar tu, ketersedaan ar yang cukup d musm kemarau cenderung semakn pendek rentang waktunya, dan (3) pada musm hujan hamparan sawah layanan rgas semakn rentan terhadap banjr. Penyebab utama menurunnya knerja rgas adalah: (1) memburuknya knerja jarngan rgas, (2) menurunnya ketersedaan ar yang menjad sumber ar rgas, dan (3) kombnas dar keduanya. Memburuknya knerja jarngan rgas selan dsebabkan oleh dsan jarngan rgas yang tdak tepat (Arf, 1996), juga dsebabkan oleh sstem operas dan pemelharaan rgas yang jelek, atau kombnas dar keduanya (Osmet, 1996). Sstem operas dan pemelharaan rgas yang tdak memada tu antara lan dsebabkan oleh sangat terbatasnya dana yang terseda. Sebagamana dnyatakan dalam Syarf (2002), meskpun sejak 1987 anggaran yang dsedakan untuk kegatan O&P mencapa $ juta/tahun, namun alokasnya sebagan besar (60-85 %) habs untuk membayar gaj pegawa dan baya admnstras. Ssanya, yakn sektar (15-40 %) pada umumnya hanya cukup untuk membaya perbakanperbakan yang bersfat mendesak agar ar dapat dsalurkan ke tempat yang memerlukan sehngga pemelharaan rutn serngkal tdak dapat tercukup. Penurunan sumber pasokan ar rgas terutama dsebabkan oleh menurunnya fungs sunga yang dcrkan oleh stabltas debt yang semakn rendah. Hal n terkat dengan degradas lngkungan daerah tangkapan ar (catchment area) yang ternyata sampa saat n sult datas. D Indonesa upaya penngkatan efsens rgas melalu pendekatan pasokan sudah serng dlakukan msalnya melalu sstem rgas berglr, sstem alr terbatas (low flow management), sstem alr-putus-alr (ntermttent), dan sebaganya. Pendekatan n mash dapat dlanjutkan dan perlu dsempurnakan.

28 6 Meskpun demkan, mengngat bahwa: (1) ar rgas yang terseda makn langka, (2) upaya untuk menambah ketersedaannya semakn sult, dan (3) kompets penggunaan sumberdaya ar antar sektor semakn tngg, maka pendekatan tersebut tdak memada untuk mendorong efsens rgas dan atau produktvtas rgas. Pendekatan lan yang dharapkan cukup efektf adalah melalu pengelolaan permntaan (demand management). Strateg untuk menngkatkan efsens rgas melalu pendekatan pengelolaan permntaan dapat dtempuh melalu dua jalur. Jalur pertama adalah melalu maksmsas output. Artnya, berbass pada ar rgas yang terseda dupayakan agar dperoleh output atau pendapatan yang maksmal. Jalur kedua adalah melalu mnmsas nput. Artnya, untuk memproduks sejumlah output tertentu atau memperoleh sejumlah keuntungan tertentu dupayakan agar kuanttas ar rgas yang dgunakan dmnmalkan. Jka sasaran utama efsens rgas adalah untuk mendukung realokas ar ke sektor lan, maka strateg kedua yang lebh harus dterapkan. Sebalknya jka realokas ar rgas ke sektor lan tdak mendesak maka strateg pertama yang harus dtempuh. Mengacu pada konds emprs, dapat dnyatakan bahwa bag Indonesa yang saat n harus dprortaskan adalah efsens rgas melalu strateg maksmsas. Instrumen untuk mendorong efsens rgas dan sekalgus juga kondusf untuk menngkatkan kapastas pembayaan operas dan pemelharaan rgas dalam pendekatan pengelolaan permntaan melalu strateg maksmsas produktvtas tu harus memenuh krtera: (1) sesua dengan azas pengelolan rgas partspatf, dan (2) sstem kelembagaannya efsen. Salah satu nstrumen yang layak dpertmbangkan adalah penerapan sstem uran rgas berbass nla produktvtas margnal sumberdaya tersebut. Dalam konteks tu ada dua aspek yang secara smultan tercakup yatu: konsums ar rgas untuk usahatan dan nla ekonom ar rgas yang mencermnkan tngkat kelangkaannya. Pemaduan kedua aspek tu dapat dtempuh melalu pencptaan sstem uran rgas yang besarannya ddasarkan atas perkraan konsums ar rgas dan harga bayangan sumberdaya tersebut. Dengan cara tu, tercpta nsentf untuk menerapkan dversfkas usahatan ke komodtas pertanan yang lebh hemat ar yang menguntungkan; terutama pada saat ar rgas semakn langka.

29 7 Penerapan model tersebut membutuhkan kajan melalu pendekatan normatf maupun postf. Pendekatan normatf berupa valuas ar rgas untuk mengetahu nla produktvtas margnal atau harga bayangan ar rgas yang selanjutnya dpergunakan untuk merumuskan sstem uran pelayanan rgas berbass komodtas. Dar pendekatan normatf n juga dhaslkan pola tanam optmal, yakn pola tanam yang menghaslkan keuntungan usahatan maksmal. Prospek penerapan model tersebut sangat dtentukan oleh keberhaslan dalam mendayagunakan faktor-faktor yang mempengaruh arah perubahan menuju sosok normatf tersebut. Faktor-faktor postf (kondusf) maupun yang sfatnya negatf terhadap peluang pengembangan dversfkas usahatan dan tngkat partspas petan dalam pembayaran uran pelayanan rgas perlu ddentfkas. In dapat dkaj dengan pendekatan postf berdasarkan konds emprs d lapangan. Secara teorts sstem uran pelayanan rgas berbass komodtas potensal untuk mendorong efsens rgas. Dalam batas-batas tertentu, dengan menerapkan sstem n maka jumlah baya yang harus dkeluarkan petan untuk rgas adalah proporsonal dengan kuanttas ar rgas yang dpergunakan. Oleh karena tu ada nsentf untuk menngkatkan efsens rgas dan kondusf untuk mendorong dversfkas usahatan. Sebalknya, dengan berdversfkas ke komodtas pertanan hemat ar maka baya rgas yang harus dtanggung petan juga menjad lebh rendah. Jad, ada hubungan snergs antara sstem uran berbass komodtas dengan dversfkas usahatan. Kerangka hukum (legal framework) yang danut Indonesa menyatakan bahwa sumberdaya ar dkuasa negara. Konsep pemlkan ndvdual secara penuh tdak dbenarkan, dan karenanya sstem dstrbus ar rgas melalu mekansme pasar adalah tdak sesua dengan kerangka hukum yang berlaku. Meskpun demkan bukan berart bahwa sstem uran rgas berbass komodtas yang formulasnya ddasarkan atas hasl valuas dengan mengasumskan berlakunya mekansme pasar tdak dapat dterapkan. Formulas yang dhaslkan dar pendekatan n dfokuskan untuk memperoleh ukuran kuanttatfnya, sedangkan kelembagaan penerapannya dapat dkemas dalam bentuk kelembagaan non pasar agar sesua dengan kerangka hukum yang danut.

30 Tujuan Peneltan Peneltan n dtujukan untuk mempelajar kemungknan penerapan sstem uran pelayanan rgas berbass komodtas dan pengembangan dversfkas usahatan dalam rangka menngkatkan produktvtas ar rgas serta mengkaj faktor-faktor yang mempengaruh prospek penerapan sstem uran tersebut. Secara rnc tujuan peneltan adalah: 1. Melakukan valuas ar rgas dan optmas pola tanam d lahan rgas. 2. Memformulaskan sstem uran rgas berbass komodtas. 3. Mengkaj prospek penerapan uran pelayanan rgas berbass komodtas dengan cara tdak langsung melalu estmas probabltas petan untuk berdversfkas dan kualtas partspasnya dalam pembayaran uran rgas. 4. Menganalss faktor-faktor yang mempengaruh probabltas petan untuk berdversfkas dan kualtas partspasnya dalam pembayaran uran rgas Sgnfkans Peneltan D Indonesa, menngkatnya kelangkaan ar rgas dan mplkasnya terhadap sstem pengelolaan rgas belum memperoleh perhatan yang memada. Selama n, sebagan besar peneltan emprs yang telah dlakukan pada umumnya terfokus pada aspek kelembagaan ataupun keteknkan dan orentasnya berksar pada perbakan sstem pengelolaan rgas berbass pasokan. Peneltan emprs d bdang sosal ekonom tentang penngkatan efsens rgas dengan pendekatan permntaan sepert yang dlakukan dalam peneltan n mash sangat langka. Dalam peneltan n, valuas ar rgas menggunakan salah satu varan dar Resdual Imputaton Approach (RIA) yakn Change n Net Income (CINI) dengan pemrograman matemats. Varas spatal dan terutama dstrbus temporal ketersedaan dan kebutuhan ar rgas sangat dperhtungkan dalam elaboras model. Dengan demkan varas spatal dan sebaran temporal harga bayangan ar rgas beserta mplkasnya terhadap uran rgas berbass komodtas dapat dketahu. Selanjutnya, dengan pendekatan postf dlakukan pula analss faktorfaktor yang dduga mempengaruh prospek mplementas sstem uran tersebut.

31 Keterbatasan Peneltan Keterbatasan peneltan merupakan mplkas pendekatan yang dgunakan dan sejumlah penyederhanaan yang secara langsung maupun tdak langsung sangat terkat dengan ketersedaan data. Keterbatasan yang dmaksud adalah: 1. Keterbatasan yang terkat dengan mplkas dar pendekatan yang dgunakan untuk valuas ar rgas dengan pemrograman lner dmana harga-harga masukan maupun harga keluaran usahatan dperlakukan sebaga varabel eksogen. Secara teorts, model non lner dengan memperlakukan harga-harga tersebut sebaga varabel endogen mungkn lebh sesua dengan duna emprs. 2. Keterbatasan yang muncul sebaga mplkas dar pendekatan normatf dan bersfat determnstk sehngga pengaruh acak dar kesalahan pengukuran ataupun galat yang sfatnya stokastk tdak dapat dkaj dengan bak. 3. Keterbatasan yang terkat dengan penyederhanaan tujuan petan. Pemodelan ddasarkan atas asums bahwa tujuan petan adalah tunggal yatu memaksmumkan keuntungan usahatan; padahal sangat mungkn tujuan petan dalam berusahatan adalah bersfat jamak. 4. Keterbatasan yang terkat dengan ruang lngkup dalam pemodelan dmana faktor yang dperhtungkan mempengaruh ketersedaan dan permntaan ar rgas hanya curah hujan. Pengaruh alokas ar untuk pemenuhan kebutuhan lan (ndustr, kebutuhan rumah tangga, dan sebaganya) tdak dperhtungkan. 5. Keterbatasan yang terkat dengan dsagregas kebutuhan maupun ketersedaan ar rgas yatu: (1) dsagregas spatal dsederhanakan hanya menjad tga sub wlayah rgas, dan (2) dsagregas temporal adalah bulanan. Secara teorts, hasl estmas akan lebh akurat jka tngkat dsagregas lebh rnc. 6. Keterbatasan yang terkat dengan agregas komodtas. Bass pengagregasan komodtas dfokuskan pada keserupaan komodtas dalam konteks kebutuhan tanaman terhadap ar rgas. Implkasnya, mungkn ada sfat-sfat khusus lannya yang secara teorts terabakan. 7. Keterbatasan yang terkat dengan cakupan komodtas. Dalam peneltan n, komodtas ternak dan kan tdak tercakup.

32 Kegunaan Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan pendekatan normatf dan postf. Dar pendekatan normatf akan dhaslkan tga nformas pentng yatu: harga bayangan ar rgas, uran rgas berbass komodtas, dan pola tanam optmal. Dar pendekatan postf akan dketahu faktor-faktor yang mempengaruh partspas petan dalam dversfkas dan pembayaran uran rgas. Harga bayangan ar rgas bukan hanya berguna untuk menentukan besaran dar uran rgas berbass komodtas. Dalam konteks yang lebh luas, pengetahuan tentang nla (kelangkaan) ekonom ar rgas sangat dbutuhkan oleh pemerntah dan masyarakat pada umumnya. Bag pemerntah, dapat dmanfaatkan dalam merumuskan kebjaksanaan pengelolaan rgas khususnya maupun sumberdaya ar pada umumnya. Bag petan ataupun masyarakat pada umumnya, pengetahuan tentang nla kelangkaan ar rgas dapat menngkatkan apresas terhadap sumberdaya n sehngga kondusf untuk mewujudkan sstem pemanfaatan yang sesua dengan azas-azas efsens dan kelestaran. Selan kondusf untuk menngkatkan produktvtas ar rgas, penerapan uran rgas berbass komodtas juga sangat potensal untuk menngkatkan kemampuan Organsas Petan Pemaka Ar (P3A) dalam membaya operas dan pengelolaan rgas. Oleh karena tu sesua untuk menjawab tantangan yang dhadap P3A dalam era pembaharuan pengelolaan rgas. Sesua dengan makna yang terkandung dalam konsep pola tanam, nformas tentang pola tanam optmal menyajkan sosok normatf tentang komodtas pertanan apa, kapan, seberapa banyak, dan dmana sebaknya dusahakan. Selan tu, pola tanam optmal juga bermanfaat sebaga acuan dalam evaluas konds aktual sehngga arah perbakan menjad lebh jelas. Hasl dentfkas faktor-faktor yang kondusf untuk partspas petan dalam dversfkas dan pembayaran uran rgas dapat dmanfaatkan untuk merumuskan strateg penerapan uran berbass komodtas. Dalam konteks yang lebh luas, nformas tersebut berguna dalam perumusan program pengembangan dversfkas usahatan dan atau penngkatan produktvtas ar rgas.

33 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Paradgma Pendayagunaan Sumberdaya Ar dan Implkas Terhadap Kebjakan Pengelolaan Ar untuk Pertanan Perubahan paradgma pendayagunaan sumberdaya ar merupakan salah satu topk yang secara langsung maupun tdak langsung mempunya mplkas yang sangat serus terhadap strateg pembangunan pertanan, khususnya sub sektor pangan. Hal n dsebabkan: (1) sektor pertanan merupakan pengguna terbesar sumberdaya ar, dan (2) pengembangan sumberdaya ar untuk pertanan merupakan determnan dar keberhaslan pengembangan produks pangan. Beberapa stud emprs menunjukkan bahwa keberhaslan sebagan besar negaranegara berkembang dalam memacu pasokan pangan bag penduduknya dtentukan oleh ekskalas pendayagunaan sumberdaya ar, khususnya pengembangan rgas yang terjad sejak revolus hjau menduna (Rosegrant and Svendsen, 1993; World Bank, 1982; Gleck, 1998; Gleck, 2000; Johansson, 2000). Latar belakang perubahan paradgma terkat dengan upaya menghndar skenaro buruk dar arah perkembangan yang mungkn terjad apabla kecenderungan permntaan dan ketersedaan ar tetap sepert sekarang n (busness as usual). Rosegrant and Hazell (2000) menyatakan bahwa tanpa adanya perubahan yang nyata dalam pengelolaan rgas, penyedaan pangan d negaranegara berkembang akan sangat rawan karena pasokan ar untuk pertanan akan terus berkurang. Hal tu juga terkat dengan fakta bahwa sampa saat n kemampuan memtgas anomal perlaku klm mash belum handal sehngga banjr dan kekerngan mash merupakan salah satu ancaman palng nyata terhadap usahatan (Bouman, 2003; Katum et al, 2002; Molden, 2002) Ketersedaan Sumbedaya Ar: Konds Sekarang dan Kecenderungannya Dperkrakan bahwa ketersedaan ar tawar terbarukan (renewable fresh water - RFW) d bum n adalah sektar Km 3 /tahun. Dar jumlah tu, sektar Km 3 dantaranya potensal untuk deksplotas/ddayagunakan. Kebutuhan manusa saat n berksar antara % dar jumlah potensal tersebut (Gleck, 1998). Walaupun dalam jangka panjang berbaga kemajuan

34 12 teknolog memungknkan penngkatan persentase ar yang dapat dekstraks, dperkrakan bahwa RFW yang terseda secara relatf tdak akan mengalam perubahan yang sangat besar. Sementara tu populas duna yang pada tahun 1998 adalah sektar 5.93 mlyar, dproyekskan pada tahun 2025 akan mencapa mlyar dan pada tahun 2050 akan mencapa mlyar jwa (World Resources Insttute, 1998). Berdasarkan angka-angka tu dperkrakan ar tawar yang terseda pada tahun 1998, 2025 dan 2050 adalah sektar 6 918, dan m 3 per orang per tahun; yang berart pasokan ar per kapta akan semakn berkurang. Rata-rata kebutuhan mnmum ar tawar d negara maju adalah sektar 1000 m 3 /tahun. Dengan teknolog dan manajemen yang sangat canggh (sepert d Israel msalnya), bag negara-negara d wlayah sem-ard kebutuhan tu dapat dtekan menjad 500 m 3 /kapta/tahun (Gleck, 1998). Angka 500 m 3 /kapta/tahun merupakan standard mnmal untuk kehdupan (Seckler et al, 1998). Sejak 30 tahun terakhr n, perlaku klm global cenderung berubah. Hal tu bermplkas pula terhadap ketersedaan ar tawar per kapta. Pola sebaran curah hujan antar tempat dan waktu mengalam perubahan-perubahan yang besar. Insden banjr akbat curah hujan yang ekstrm tngg terjad d beberapa wlayah permukaan bum, sementara tu d ss lan curah hujan yang sangat sedkt dan musm kerng yang berkepanjangan semakn banyak terjad d berbaga tempat. Meskpun berbaga kemajuan teknolog telah dcapa, ternyata mash belum memada untuk secara tepat mempredks perlaku klm dalam suatu perode yang cukup untuk melakukan berbaga tndakan mtgas yang bak. Dduga perubahan perlaku klm tu dsebabkan oleh penngkatan suhu global yang terkat dengan fenomena efek rumah kaca (greenhouse gases) akbat menngkatnya konsentras CO 2, gas Methane, Ntrous Oxde, dan CFC-11. Beberapa pakar menyatakan bahwa menngkatnya frekuens dan duras El Nno berkatan dengan menngkatnya suhu global (Trenberth and Hoar, 1996). Pada sektor pertanan, El Nno berdampak negatf karena mengacaukan proses dan sklus produks pertanan. Secara umum anomal perlaku klm cenderung berdampak negatf terhadap semua aspek kehdupan karena kemampuan untuk mengantspas dan memtgas anomal tersebut pada umumnya kurang memada.

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkaran permasalahan ketahanan pangan kemiskinan pelestarian lingkungan adalah persoalan klasik. Fenomena yang menarik adalah bahwa di tengah perubahan lingkungan strategis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 30 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Ekonom Rumahtangga Petan Rumahtangga merupakan salah satu unt pengamblan keputusan mengena pendapatan dan penggunaannya untuk konsums. Dalam teor ekonom, masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

ESTIMASI KAPASITAS ADAPTASI PETANI PADI TERHADAP CEKAMAN LINGKUNGAN USAHATANI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM

ESTIMASI KAPASITAS ADAPTASI PETANI PADI TERHADAP CEKAMAN LINGKUNGAN USAHATANI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM ESTIMASI KAPASITAS ADAPTASI PETANI PADI TERHADAP CEKAMAN LINGKUNGAN USAHATANI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM Estmatng Rce Farmers Adaptve Capacty to Unfavorable Farmng Envronment Due to Clmate Change Sumaryanto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013 EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Producton s Effcency And Income Of Tobacco Farmng In East Lampung Regency) Erza Estarza, Fembrart Erry Prasmatw, Hurp Santoso

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor Analss Indkator Makroekonom Negara Tujuan Ekspor terhadap Knerja Ekspor Non Mgas Indonesa: Stud Kasus Lma Negara Tujuan Utama Ekspor Skrps Dajukan Sebaga Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesakan Program

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PERENCANAAN INVESTASI GALANGAN KAPAL DENGAN PENDEKATAN PROGRAMASI TUJUAN GANDA

MODEL OPTIMASI PERENCANAAN INVESTASI GALANGAN KAPAL DENGAN PENDEKATAN PROGRAMASI TUJUAN GANDA MAKARA, TEKOLOGI, VOL. 6, O. 3, DESEMBER 2002 MODEL OPTIMASI PERECAAA IVESTASI GALAGA KAPAL DEGA PEDEKATA PROGRAMASI TUJUA GADA Al Azhar Jurusan Teknk Perkapalan, Insttut Teknolog Adh Tama Surabaya Jl.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci