LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERDAGANGAN"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA 2016

2

3

4 ii

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR BAGAN... iv DAFTAR TABEL... v RINGKASAN EKSEKUTIF... vii Bab 1 PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. PERAN STRATEGIS ORGANISASI... 2 C. DINAMIKA EKONOMI INDONESIA TAHUN D. PERKEMBANGAN ISU STRATEGIS PERDAGANGAN TAHUN Bab 2 PERENCANAAN KINERJA... 9 A. SEKTOR PERDAGANGAN DALAM RPJMN B. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERDAGANGAN C. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUN D. PERJANJIAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN Bab 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI B. KINERJA ANGGARAN Bab 4 PENUTUP LAMPIRAN Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan Tahun Perjanjian Kinerja Menteri Perdagangan Tahun Lembar Pengukuran Pencapaian Kinerja Tahun 2015: Kementerian Perdagangan Formulir Pengukuran Pencapaian Kinerja Tahun 2015: Unit Kerja Eselon I di Kementerian Perdagangan Rumus Penilaian dan Pengukuran Kinerja Anggaran Berdasarkan Aspek Implementasi Hasil Penilaian Kinerja Anggaran Kemendag Berdasarkan Aspek Implementasi Hasil Pengukuran Kinerja Anggaran Kemendag Berdasarkan Aspek Implementasi iii

6 DAFTAR BAGAN BAGAN 2-1. KETERKAITAN MISI, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBANGUNAN PERDAGANGANTAHUN BAGAN 3-1. NERACA PERDAGANGAN BULANAN: DESEMBER BAGAN 3-2. EKSPOR PRODUK MANUFAKTUR DAN TOTAL EKSPOR TAHUN 2014 DAN 2015 (DALAM RIBU USD). 24 BAGAN 3-3. KONTRIBUSI PRODUK MANUFAKTUR TERHADAP TOTAL EKSPOR, BAGAN 3-4. JENIS DAN PORSI KASUS TAHUN BAGAN 3-5. NILAI EKSPOR NONMIGAS INDONESIA KE NEGARA-NEGARA PASAR UTAMA BAGAN 3-6. PERTUMBUHAN EKSPOR NONMIGAS KE PASAR UTAMA (%): JAN OKT 2015 (YOY) BAGAN 3-7. TREN PERTUMBUHAN EKSPOR NONMIGAS KE PASAR UTAMA: (YOY) BAGAN 3-8. NILAI EKSPOR NONMIGAS INDONESIA KE PASAR PROSPEKTIF: BAGAN 3-9. PERTUMBUHAN EKSPOR NONMIGAS KE PASAR PROSPEKTIF: JAN OKT 2015 (YOY), DALAM PERSEN 47 BAGAN NILAI EKSPOR NONMIGAS PRODUK UTAMA INDONESIA TAHUN BAGAN PERTUMBUHAN EKSPOR NONMIGAS PRODUK-PRODUK UTAMA: JANUARI OKTOBER 2015 (YOY), DALAM PERSEN BAGAN TREN PERTUMBUHAN EKSPOR NONMIGAS PRODUK-PRODUK UTAMA INDONESIA PERIODE (YOY), DALAM PERSEN BAGAN NILAI EKSPOR NONMIGAS PRODUK PROSPEKTIF INDONESIA: BAGAN PERTUMBUHAN EKSPOR NONMIGAS PRODUK PROSPEKTIF PERIODE JANUARI OKTOBER 2015 (YOY), DALAM PERSEN BAGAN TREN PERTUMBUHAN EKSPOR NONMIGAS PRODUK-PRODUK UTAMA INDONESIA PERIODE (YOY), DALAM PERSEN BAGAN NILAI DIMENSI EKSPOR NBI SIMON ANHOLT BAGAN JUMLAH EKSPORTIR BARU PESERTA COACHING PROGRAM, BAGAN NILAI IMPOR PRODUK KONSUMSI TAHUN (DALAM US$ JUTA) BAGAN PERTUMBUHAN PDB SUB-KATEGORI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, BUKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR TAHUN *** BAGAN PROFIL KOSMETIK YANG MEMENUHI SYARAT TAHUN BAGAN PROFIL OBAT YANG MEMENUHI SYARAT TAHUN BAGAN PERKEMBANGAN REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT SEPANJANG TAHUN BAGAN PERUBAHAN PARADIGMA APIP DI KEMENTERIAN PERDAGANGAN BAGAN ALUR PIKIR FUNGSI APIP BERDASARKAN PP NO. 60 TAHUN BAGAN KINERJA PENYERAPAN ANGGARAN MENURUT PROGRAM TAHUN BAGAN KINERJA KONSISTENSI ANGGARAN MENURUT PROGRAM TAHUN BAGAN HASIL EVALUASI KINERJA ANGGARAN TAHUN 2015, BERDASARKAN ASPEK IMPLEMENTASI iv

7 DAFTAR TABEL TABEL 2-1. PAGU ANGGARAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN T.A MENURUT PROGRAM TABEL 3-1. KINERJA EKSPOR DAN IMPOR: JANUARI-DESEMBER TABEL 3-2. PERBANDINGAN KINERJA EKSPOR NEGARA-NEGARA DI DUNIA: TABEL 3-3. NILAI EKSPOR NONMIGAS MENURUT NEGARA TUJUAN: JAN NOV TABEL 3-4. PENANGANAN TUDUHAN DUMPING, SUBSIDI DAN SAFEGUARD MENURUT NEGARA (2015) TABEL 3-5. PERKEMBANGAN KEBIJAKAN NTM IN FORCE PER TAHUN NEGARA MITRA DAGANG UTAMA INDONESIA PERIODE TABEL 3-6. REALISASI PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR YANG MENGGUNAKAN SKA PREFERENSI TABEL 3-7. PERKEMBANGAN VOLUME TRANSAKSI PBK PERIODE TABEL 3-8. PERKEMBANGAN NILAI TRANSAKSI SRG TAHUN TABEL 3-9. PERKEMBANGAN NILAI TRANSAKSI PLK TAHUN TABEL TABEL KOEFISIEN VARIASI HARGA ANTAR PROVINSI TABEL CAPAIAN KOEFISIEN VARIASI BARANG KEBUTUHAN POKOK TABEL HASIL PENELITIAN INDEKS KEBERDAYAAN KONSUMEN TAHUN TABEL PENJELASAN NILAI INDEKS KEBERDAYAAN KONSUMEN TABEL PERBANDINGAN INDEKS KEBERDAYAAN KONSUMEN DI UNI EROPA TABEL HASIL PELAKSANAAN UJI PETIK TAHUN TABEL DAFTAR BARANG YANG DIAWASI TAHUN TABEL DAFTAR RINCIAN UTTP YANG BERTANDA TERA SAH TAHUN TABEL PERSENTASE PRODUK ALAT KESEHATAN DAN PKRT YANG BEREDAR MEMENUHI PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU, DAN MANFAAT TABEL RINCIAN SKOR UNTUK MASING-MASING UNSUR PELAYANAN TABEL RINCIAN KATEGORI BERITA PERIODE JANUARI - DESEMBER TABEL ASPEK PENILAIAN DALAM SURVEI TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT, TABEL PERBANDINGAN NILAI SAKIP KEMENTERIAN PERDAGANGAN, TABEL TINDAK LANJUT REKOMENDASI HASIL AUDIT TABEL JENIS DATA/INFORMASI YANG DIKELOLA TAHUN 2014 DAN TABEL DATA REALISASI ANGGARAN KEMENDAG 2015 PER BELANJA DAFTAR PERSAMAAAN PERSAMAAN 3-1. HASIL PENGHITUNGAN PERSENTASE KONSISTENSI BARANG BEREDAR PERSAMAAN 3-2. HASIL PENGHITUNGAN PERSENTASE BARANG BEREDAR PERSAMAAN 3-3. HASIL PENGHITUNGAN PERSENTASE UTTP BERTANDA TERA SAH PERSAMAAN 3-4. HASIL PERHITUNGAN RASIO BERITA NEGATIF TAHUN v

8 vi

9 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Kementerian Perdagangan merupakan sarana pemantauan kinerja secara periodik berdasarkan dari realisasi indikator kinerja selama 1 (satu) tahun berjalan. Pada tahun 2015, secara keseluruhan terdapat 50 indikator kinerja dari 22 sasaran strategis kementerian yang diukur (lihat tabel dibawah). Dari keseluruhan 50 Indikator Kinerja (IK), sebanyak 26 IK telah mencapai/melampaui target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja dan 23 IK persentase capaiannya masih dibawah 100%. Sedangkan, IK Pertumbuhan Omzet Pedagang Pasar Rakyat Tipe A yang Direvitalisasi masih dalam tahap pendataan. Dari 23 IK yang persentase capaiannya masih dibawah 100%, sebanyak 13 IK realisasinya sudah diatas 50% dan 10 IK realisasinya masih dibawah 50%. Berbagai kendala dan permasalahan yang muncul selama tahun 2015 perlu diselesaikan dan diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengoptimalkan kinerja pada akhir tahun anggaran. Realisasi dan Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA STRATEGIS TARGET REALISASI % CAPAIAN 1 Meningkatnya Pertumbuhan Ekspor Barang NonMigas yang Bernilai Tambah dan Jasa 2 Meningkatnya Pengamanan Perdagangan dan Kebijakan Nasional 3 Meningkatnya Diversifikasi Pasar dan Produk Ekspor 4 Menurunnya Hambatan Akses Pasar (Tarif dan Non-Tarif) (1) Pertumbuhan Ekspor Non Migas (persen) 8% -9,75% -121,9% (2) Kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor 44% 45,1% 102,5% (persen) (3) Pertumbuhan Ekspor Jasa (persen) 12%-14% -6,96% -58% (4) Persentase penanganan kasus dalam rangka pengamanan ekspor (persen) (5) Persentase pengamanan kebijakan nasional di fora internasional (persen) (6) Persentase Pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional 100% 100% 100% 70% 100% 143% 60% 76% 127% (7) Pertumbuhan ekspor non-migas produk/komoditi 5,9% -10,0% -169,5% utama (%) (8) Pertumbuhan ekspor non-migas produk/komoditi 10,6% 4,3% 40,6% prospektif (%) (9) Pertumbuhan ekspor non-migas ke pasar utama (%) 5,5% -9,5% -172,7% (10) Pertumbuhan ekspor non-migas ke pasar prospektif (%) (11) Penurunan index Non - Tariff Measures (baseline tahun 2013 berdasarkan data WTO) (12) Penurunan rata-rata tarif terbobot di negara mitra FTA (6 negara berdasarkan baseline 2013) 9,7% -17,0% -175,3% 38,32 37,25 99,12% 9,05 9,13 99,12% 5 Meningkatnya Promosi Citra Produk Ekspor (Nation Branding) (13) Pertumbuhan nilai ekspor yang menggunakan Surat Keterangan Asal Preferensi (14) Skor dimensi ekspor dalam Simon Anholt Nation Branding Index (NBI) 6% 37% 617% ,67 103,7% vii

10 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA STRATEGIS TARGET REALISASI % CAPAIAN 6 Optimalnya Kinerja Kelembagaan Ekspor 7 Meningkatnya Efektivitas Pengelolaan Impor 8 Meningkatnya Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan 9 Meningkatnya Konektivitas Distribusi dan Logistik Nasional 10 Meningkatnya Konsumsi Produk Dalam Negeri dalam Konsumsi Rumah Tangga Nasional 11 Meningkatnya Pemanfaatan Pasar Berjangka Komoditi, SRG dan Pasar Lelang 12 Memperkecil Kesenjangan Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Antar Daerah 13 Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting 14 Meningkatnya Pemberdayaan Konsumen, Standardisasi, Pengendalian Mutu, Tertib Ukur dan Pengawasan Barang/Jasa 15 Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN 16 Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha (15) Peningkatan pemanfaatan laporan pasar ekspor (market intelligent dan market brief) oleh dunia usaha (16) Pendirian Lembaga/Kantor Perwakilan/Pusat Promosi di dalam dan luar negeri (17) Persentase UKM peserta pelatihan ekspor yang menjadi eksportir baru (18) Penurunan pangsa impor barang konsumsi terhadap total impor (19) Pertumbuhan PDB sub-kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor ,6% % 10% 10% 100% 7,0% 7,49% 93,5% 5,0% 2,95% 58,97% (20) Jumlah Pasar Rakyat Tipe A (unit) ,1% (21) Jumlah Pasar Rakyat Tipe B (unit) ,4% (22) Jumlah Pusat Distribusi Regional yang dibangun (unit) (23) Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi (%) (24) Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional 2 0 0% 10% n/a n/a 92,3% 97,2% 105,3% (25) Pertumbuhan Volume Transaksi Perdagangan 2,0% 7,11% 355,5% Berjangka Komoditi (26) Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan 1,8% -30,31% -1683,9% (27) Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang 0,38% -66,87% ,4% (28) Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah (29) Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu < 14,2% 14% 100% < 9% 3,3% 100% (30) Indeks Keberdayaan Konsumen 37,00 34,17 92,35% (31) Persentase barang impor ber-sni Wajib yang sesuai ketentuan yang berlaku (32) Persentase barang beredar diawasi yang sesuai ketentuan (33) Persentase alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) yang bertanda tera sah yang berlaku (34) Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan Sistem Informasi Kementerian Perdagangan (35) Persentase Kab/Kota yang dapat menerbitkan SIUP TDP maksimal 3 Hari (36) Peningkatan rasio nilai ekspor yang menggunakan SKA preferensi dan Non Preferensi terhadap total ekspor (%) 50% 61,8% 123,6% 60% 49,6% 82,7% 50% 49,7% 98,4% 40 Kab/Kota 45 kab/kota 112,5% 60% 3,5% 1 (44 dari 511 kab/kota) 8,6% 65% 71,8% 110,5% viii

11 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA STRATEGIS TARGET REALISASI % CAPAIAN Bidang Perdagangan Luar Negeri (37) Persentase Waktu Penyelesaian Perijinan Ekspor dan Impor Sesuai dengan SLA 75% 60,55% 80,8% 17 Meningkatnya Dukungan Kinerja Layanan Publik (38) Presentase Peningkatan pengguna Sistem Perijinan Online (persen) 15% 170,6% 1137,2% (39) Persentase ketersediaan sarana dan prasarana di 65% 78,3% 120,4% Lingkungan Kemendag (40) Persentase penyelesaian peraturan perundangundangan 95% 99,63% 104,9% (41) Rasio berita negatif semakin menurun 10% 0,12% 1,2% (42) Persentasi Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Informasi > 60 % 82,92% 100% 18 Meningkatnya Kompetensi dan Kinerja SDM Sektor Perdagangan 19 Meningkatnya Birokrasi yang Transparan, Akuntabel dan Bersih 20 Meningkatnya Efektivitas Pengawasan Internal 21 Meningkatnya pemanfaatan Data/Informasi Perdagangan dan terkait perdagangan 22 Meningkatnya Kualitas Kebijakan dan Regulasi Berbasis Kajian (43) Indeks Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan (44) Penilaian KemenPANRB terhadap kualitas akuntabilitas kinerja Kementerian Perdagangan (45) Keselarasan perencanaan dengan kinerja (Persentase program dan hasil yang dicapai) (46) Persentase tindak lanjut penyelesaian rekomendasi hasil audit (47) Persentase kesesuaian Rencana Kerja Anggaran dengan peraturan yang berlaku berdasarkan hasil review (48) Persentase jenis data/informasi perdagangan dan terkait perdagangan yang dikelola (49) Persentase hasil kajian yang digunakan dalam rangka penyusunan kebijakan (50) Persentase Rekomendasi/masukan kebijakan yang disampaikan ke K/L/D/I 65% 69,98% 107% B (60 70) BB (73,30) 122,17% 90% 84,78% 94,2% 75% 76,96% 102,6% 78% 98,49% 126,3% 5% 7,7% 154% 20% 108,1% 540,3% 10% 19,4% 194% Sumber Data: BPS & Kementerian Perdagangan ix

12 x

13 Penyusunan laporan kinerja bertujuan untuk memantau kesesuaian orientasi pelaksanaan tugas dan fungsi dengan pencapaian visi-misi pemerintah, serta tujuan dan sasaran Kementerian Perdagangan. Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Laporan kinerja merupakan bentuk pertanggungjawaban akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada kementerian atas penggunaan anggaran. Penyusunan laporan kinerja merupakan suatu tahapan yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). SAKIP adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Penyelenggaraan SAKIP pada Kementerian Negara/Lembaga merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Untuk melaksanakan ketentuanketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, pada bulan April 2014 telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang merupakan perbaikan dari Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 mewajibkan setiap instansi pemerintah menyusun laporan kinerja dan laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya, termasuk pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis. Pertanggungjawaban dimaksud dilaporkan kepada pemberi mandat, pimpinan masing-masing instansi, lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden. Sebagai tindak lanjut dari penetapan dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tanggal 18 Agustus 2015 Kementerian Perdagangan telah menetapkan Pedoman Penyusunan Dokumen SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan 1

14 Nomor 794 Tahun 2015 (merupakan revisi dari Kepmendag Nomor 1011 Tahun 2012). Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794 Tahun 2015 mengamanatkan kegiatan pemantauan dan pelaporan kinerja di lingkungan Kementerian Perdagangan diterapkan secara bertingkat mulai dari tingkat Unit Kerja Eselon II dan Satuan Kerja sampai dengan Kementerian, serta dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan dengan menyampaikan Laporan Kinerja Triwulanan dan melampirkan Formulir Pengukuran Pencapaian Kinerja. Laporan Kinerja Triwulanan disusun setiap tiga bulan dalam satu tahun anggaran, yaitu: triwulan I, triwulan II, dan triwulan III. Sementara pada akhir tahun anggaran Kementerian Perdagangan dan unitunit kerja di dalamnya menyusun Laporan Kinerja Tahunan. Penyusunan laporan kinerja bertujuan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja kementerian dalam satu tahun anggaran. Pelaporan atas capaian kinerja di lingkungan Kementerian Perdagangan telah dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan agar dapat diambil suatu tindakan perbaikan atau antisipasi apabila ditemukan adanya penyimpangan terhadap perencanaan kinerja. Pada akhirnya, proses pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan baik dan selaras dengan tujuan dan sasaran strategis Kementerian Perdagangan. B. PERAN STRATEGIS ORGANISASI Peran strategis Kementerian Perdagangan dilandasi oleh semangat untuk meningkatkan peran perdagangan dalam tataran perekonomian nasional. Tugas, fungsi, dan kewenangan Kementerian Perdagangan disusun untuk senantiasa mengantisipasi dinamika perekonomian nasional dan global yang sedemikian cepat. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, peran strategis Kementerian Perdagangan dalam pembangunan perdagangan adalah membangun daya saing yang berkelanjutan di pasar domestik dan global. Membangun Peran strategis Kementerian Perdagangan dalam pembangunan nasional adalah membangun daya saing yang berkelanjutan di pasar domestik dan global. daya saing yang berkelanjutan diperlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi sumber daya dan kemampuan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kementerian Perdagangan berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2015 tentang Kementerian Perdagangan dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M- DAG/PER/8/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan. Struktur organisasi Kementerian Perdagangan telah dirancang untuk mengantisipasi dinamika perekonomian nasional dan internasional yang sedemikian cepat, serta mendukung reformasi birokrasi di 2

15 lingkungan Kementerian Perdagangan. Adapun desain struktur organisasi Kementerian Perdagangan dapat dilihat pada Lampiran 1. C. DINAMIKA EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015 Globalisasi mendekatkan perekonomian antar negara di dunia sehingga perkembangan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi perekonomian lainnya, terutama negara dengan pasar yang besar. Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan ekonomi nasional. Perekonomian dan pasar di negara-negara berkembang telah menjadi motor pendorong pertumbuhan dunia terutama setelah krisis keuangan global di tahun Namun perkembangan terkini menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 terjadi penurunan pertumbuhan di beberapa negara berkembang. Pertumbuhan perekonomian dunia berada dibawah harapan di tahun 2015 dimana turun menjadi 2,4% dari 2,6% di tahun Perekonomian global menghadapi situasi dimana terjadi perlambatan pertumbuhan di pasar besar negara-negara berkembang yang diindikasikan dengan penurunan hargaharga komoditas, arus kapital dan perdagangan, serta terjadinya berbagai gejolak finansial. Harga minyak dunia selama tahun 2015 menurun drastis mencapai 35% karena kelebihan pasokan dari negara-negara OPEC. Penurunan harga tersebut diperkirakan masih akan berlanjut di tahun 2016 seiring dengan melonjaknya pasokan sebagai akibat dari pencabutan sanksi PBB terhadap Iran. Namun peningkatan pasokan ini tidak diiringi dengan penguatan dari sisi permintaan. Secara keseluruhan, sebagai negara yang importir neto, penurunan harga minyak dunia akan berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia, baik dari sisi fiskal, neraca pembayaran maupun pertumbuhan ekonomi. Meskipun begitu, penurunan harga minyak dunia tetap harus diwaspadai mengingat lesunya kinerja sektor migas dikhawatirkan dapat merembet ke sektor industri lainnya. Dari dalam negeri, kinerja perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada tahun Ekonomi Indonesia tahun 2015 tumbuh 2015 mencapai Rp11.540,8 triliun sebesar 4,79% atau melambat dibandingkan dan PDB perkapita mencapai tingkat pertumbuhan tahun 2014 yang Rp45,2 juta. Pelemahan ekonomi mencapai 5,02%. global turut mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 sebesar 4,79% yang mengalami kontraksi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai 5,02%. Namun, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2015 (Oktober- Desember) bila dibandingkan dengan triwulan IV-2014 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,04% yang tertinggi dibanding triwulan-triwulan sebelumnya di tahun 2015, yaitu masing-masing sebesar 4,73% (triwulan I); 4,66% (triwulan II) dan 4,74% (triwulan III). Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 sebesar 3

16 4,79% terutama didukung oleh pertumbuhan komponen: Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar 5,38%; Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 5,07%; dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 4,96%. Sedangkan komponen lainnya mengalami kontraksi, yaitu Ekspor Barang dan Jasa sebesar -1,97% dan Impor Barang dan Jasa sebesar - 5,84%. Target pertumbuhan ekonomi dalam APBN tahun 2016 sebesar 5,3% akan dapat tercapai jika didukung oleh pulihnya kegiatan investasi, khususnya ditandai oleh peningkatan belanja sektor swasta, dan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur. Kendala yang akan dihadapi diperkirakan masih sama dengan tahun 2015, seperti anjloknya harga komoditas dan melemahnya permintaan dari negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah sepanjang tahun 2015 bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan iklim usaha dan pengurangan hambatan dalam berbisnis di berbagai lini. Hal ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah untuk melanjutkan reformasi struktural bagi pertumbuhan, termasuk meninjau peran investasi dari dalam dan luar negeri, serta menilai manfaat dari pengaturan perdagangan regional. Paket kebijakan ekonomi yang memuat fleksibilitas dalam praktik kerja juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi baru oleh swasta. Inflasi tahunan (yoy) pada 2015 mencapai 3,35%, tidak jauh dari target 3,3%. Sedangkan inflasi bulanan pada Desember mencapai 0,96%. Angka Angka Inflasi tahunan pada 2015 mencapai inflasi sepanjang 2015 menjadi 3,35%,merupakan yang terendah sejak 2010, yang terendah sejak 2010, dimana dimana pada tahun 2010 sebesar 6,96%. pada tahun 2010 sebesar 6,96%, 2013 sebesar 8,38%, 2014 sebesar 8,36%. Komoditas yang paling besar andilnya terhadap inflasi nasional di tahun 2015 adalah komoditas beras yang mencapai 0,31%, menyusul kemudian rokok kretek filter 0,16%, bawang merah 0,15%, dan daging ayam ras 0,15%. Kedepan diharapkan fokus pengendalian angka inflasi tidak hanya pada saat Lebaran saja tetapi juga pengendalian di akhir tahun. Depresiasi nilai tukar Rupiah terjadi seiring dengan tren depresiasi mata uang yang dialami oleh negara-negara lain, yang diantaranya disebabkan oleh faktor eksternal antara lain penguatan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang negara-negara lain sejalan dengan perbaikan perekonomian AS serta kebijakan normalisasi moneter yang diambil oleh Bank Sentral Amerika Serikat, the Fed. Rupiah terdepresiasi sebesar 0,49 persen terhadap dolar AS pada Desember Level tertinggi rata-rata nasional kurs tengah eceran Rupiah terhadap dolar AS terjadi pada minggu ketiga Desember 2015 yaitu Rp ,19 per USD. Level terendah nilai tukar terhadap Dolar pada akhir Desember 2015 terjadi di Sulawesi Barat yaitu Rp ,75. Sedangkan yang tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Utara sebesar Rp ,00 per USD. Membaiknya posisi 4

17 USD sedikit banyak dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang terus jatuh dan dikhawatirkan akan mempengaruhi harga-harga komoditi dunia. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada tahun 2015 mencapai US$ 150,3 miliar atau turun 14,6 persen dibanding tahun 2014, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$ 131,7 Nilai ekspor tahun 2015 mencapai US$ 150,3 miliar, turun 14,6% dibanding tahun 2014, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$ 131,7 miliar atau menurun 9,8%. miliar atau menurun 9,8 persen. Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan tahun 2015 turun sebesar 9,1 persen dibanding tahun 2014, dan ekspor hasil pertanian turun 2,5 persen. Adapun ekspor hasil tambang dan lainnya turun sebesar 15,1 persen. Sedangkan, nilai impor tahun 2015 secara kumulatif mencapai US$ 142,7 miliar atau turun 19,9 persen dibanding tahun Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas US$ 24,6 miliar (turun 43,4 persen) dan nonmigas US$ 118,1 miliar (turun 12,3 persen). Nilai neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit US$ 0,2 miliar pada Desember 2015, dipicu oleh defisit sektor migas sebesar US$ 0,5 miliar. Namun secara akumulatif, nilai neraca perdagangan Januari Desember 2015 mengalami surplus US$ 7,5 miliar, didorong oleh surplus neraca sektor nonmigas sebesar US$ 13,6 miliar. Sementara itu, dilihat dari posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2015 tercatat sebesar US$ 105,9 miliar. Jika dibandingkan dengan posisi akhir November 2015 yang sebesar US$100,2 miliar, maka terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan cadangan devisa tersebut berasal dari penarikan pinjaman luar negeri Pemerintah, penerimaan hasil ekspor migas, dan penerbitan global bonds Pemerintah yang cukup untuk menutupi kebutuhan devisa, antara lain untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa per akhir Desember 2015 dapat membiayai 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Cadangan devisa tersebut diharapkan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. 5

18 D. PERKEMBANGAN ISU STRATEGIS PERDAGANGAN TAHUN 2015 Pada tahun 2015, pemerintah telah mengeluarkan paket-paket kebijakan ekonomi yang intinya ditujukan untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional melalui perbaikan iklim usaha dan penghapusan hambatan dalam melakukan investasi di Indonesia. Untuk mendukung paket kebijakan pemerintah, Kementerian Perdagangan telah meluncurkan paket deregulasi dan debirokratisasi perijinan ekspor dan impor yang merupakan bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I (Paket September 2015). Tahun 2015 Kementerian Perdagangan mengeluarkan paket deregulasi dan debirokratisasi perijinan ekspor-impor sebagai bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Tahap I (September 2015). Paket deregulasi 1 dan debirokratisasi 2 diharapkan diharapkan menciptakan efisiensi supply chain sehingga akan menyelesaikan masalah kelangkaan barang di berbagai daerah, menurunkan disparitas harga barang dan menurunkan inflasi, serta akan membuka peluang kerja yang lebih banyak. Selama ini beban regulasi dan birokrasi menjadi kendala utama efisiensi perdagangan dalam memenuhi kebutuhan industri, konsumsi dan ekspor. Untuk ekspor saja terdapat 53 peraturan yang mencakup jenis barang. Sedangkan untuk impor terdapat 79 peraturan yang mengatur jenis barang sehingga sangat besar intervensi regulasi dan birokrasi dalam kelancarantransaksi perdagangan. Begitu banyak identitas sebagai pelaku ekspor maupun impor serta begitu beragam perizinan, rekomendasi, pemeriksaan, dan persyaratan dokumen yang diwajibkan untuk melakukan kegiatan ekspor-impor. Akibatnya kemampuan bersaing produk domestik di pasar global menjadi rendah, bukan semata dari faktor eksternal dan kapasitas sumber daya manusia melainkan beban regulasi dan birokrasi yang memperlambat perebutan peluang bisnis. Dalam kebijakan deregulasi dan debirokratisasi ini Pemerintah memangkas peraturan, menyederhanakan berbagai perijinan, dan mengurangi persyaratan yang tidak relevan serta menghilangkan pemeriksaan yang tidak diperlukan, yang selama ini ditetapkan oleh 15 kementerian/lembaga atau 18 unit penerbit perijinan. Untuk meningkatkan efisensi birokrasi dalam pelayanan perijinan telah diperkuat dengan sistem Indonesian National Single Window (INSW), suatu pelayanan loket elektronik tunggal dalam penyelesaian proses ekspor-impor yang menerapkan prinsip single submission, single processing, dan single synchronous decision making yang juga akan berlaku dalam kegiatan ekspor-impor di kawasan ASEAN. Deregulasi dan debirokratisasi ini 1 Deregulasi adalah kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengurangi atau meniadakan aturan administratif yang mengekang kebebasan gerak modal, barang dan jasa. 2 Debirokratisasi adalah kebijakan pemerintah untuk mengurangi atau meniadakan peran institusi, kementerian lembaga atau unit-unit pemerintahan yang dinilai menghambat pergerakan terbitnya regulasi. 6

19 tidak berhenti karena masih akan terus berlanjut sampai ke peraturan dan perijinan di tingkat daerah. Beberapa deregulasi yang telah dilakukan di bidang ekspor adalah kewajiban Laporan Surveyor (LS) pada ekspor (kayu, beras, prekursor nonfarmasi, migas, dan bahan bakar lain) dan penghilangan pemeriksaan ganda pada ekspor CPO, ekspor produk pertambangan hasil pengolahan dan pemurnian. Sedangkan di bidang impor, deregulasi dilakukan dengan melakukan penghapusan kewajiban verifikasi surveyor (LS) pada impor besi/baja dan BPO, penghapusan rekomendasi (produk kehutanan, gula, TPT, STPP, besi/baja, barang berbasis sistem pendingin, beras, hortikultura, TPT batik dan motif batik, barang modal bukan baru, mesin multifungsi berwarna, garam industri), dan penyederhanaan persyaratan (TPT, cengkeh, mutiara). Kementerian Perdagangan juga melakukan penghilangan HS tertentu (produk kehutanan), kemudahan pengadaan bahan baku (limbah non-b3), penundaan pembatalan/penghapusan/pencabutan (ban, produk SNI wajib/spb, label, cakram optik), revisi peraturan Angka Pengenal Importir, serta penghapusan Importir Tertentu (hortikultura dan produk tertentu). 7

20 8

21 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) terdiri dari satu kesatuan komponen yang terintegrasi antara satu dengan yang lain, yakni Perencanaan Strategis, Perencanaan Kinerja, Perjanjian Kinerja, Pengukuran Kinerja, serta Pelaporan dan Evaluasi Kinerja. Bab 2 PERENCANAAN KINERJA A. SEKTOR PERDAGANGAN DALAM RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah tahapan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 dengan berpayung kepada UUD RPJMN disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawa Cita) Presiden/Wakil Presiden terpilih, yaitu Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla. Untuk menuju sasaran jangka panjang dan tujuan hakiki dalam membangun, pembangunan nasional Indonesia lima tahun ke depan perlu memprioritaskan pada upaya mencapai kedaulatan pangan, kecukupan energi dan pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan. Sedangkan, agenda satu tahun pertama dalam Pembangunan Jangka Menengah dimaksudkan sebagai upaya membangun fondasi untuk melakukan akselerasi yang berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya, disamping melayani kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat yang tergolong mendesak. Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka VISI pembangunan nasional untuk tahun adalah: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG. Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 7 MISI pembangunan nasional periode yaitu: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum. 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 9

22 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan (TRISAKTI), dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu: 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara. 2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa. Peran Kementerian Perdagangan dalam pelaksanaan Nawacita adalah meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa melalui peningkatan ekspor nonmigas dan jasa yang bernilai tambah tinggi, serta memperkuat pasar domestik melalui peningkatan efisiensi logistik dan distribusi nasional. 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Kementerian Perdagangan berperan penting dalam pencapaian Visi-Misi Pemerintah dan Agenda Prioritas Pembangunan Nasional (Nawacita), terutama dalam hal peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, melalui peningkatan ekspor produk nonmigas dan jasa yang bernilai tambah tinggi. Sasaran perdagangan luar negeri dalam rangka meningkatkan daya saing ekspor barang dan jasa pada tahun adalah: 10

23 1. Pertumbuhan ekspor produk nonmigas rata-rata sebesar 10,5 persen per tahun. 2. Rasio ekspor jasa terhadap PDB rata-rata sebesar 3,0 persen per tahun. 3. Peningkatan pangsa ekspor produk manufaktur menjadi sebesar 65 persen. Selain berperan dalam peningkatan produktivitas dan daya saing, Kementerian Perdagangan juga berperan dalam penguatan pasar domestik melalui peningkatan efisiensi logistik dan distribusi nasional. Sasaran yang akan dicapai terkait perdagangan dalam negeri pada tahun adalah: 1. Menurunkan rasio biaya logistik terhadap PDB sebesar 5,0 persen per tahun sehingga menjadi 19,2 persen di tahun Menurunkan rata-rata dwelling time menjadi sebesar 3-4 hari. 3. Terjaganya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antarwaktu di bawah 9 persen dan koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antarwilayah rata-rata di bawah 13,6 persen per tahun yang antara lain didukung melalui pembangunan dan / atau revitalisasi / rehabilitasi 5000 pasar rakyat / pasar tradisional B. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERDAGANGAN Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perdagangan Tahun merupakan dokumen dasar berisi paduan dari strategic management dan strategic thinking yang berfungsi sebagai petunjuk arah/kompas dalam melakukan perencanaan kebijakan pembangunan perdagangan selama periode sebagai produk dari sistem pemerintahan yang berorientasi pada hasil dan proses sekaligus dengan mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis baik internal maupun eksternal yang saling berpengaruh. Renstra Kemendag merupakan penjabaran dari RPJMN khususnya dalam rangka pelaksanaan pembangunan di bidang perdagangan. Sesuai dengan Visi-Misi Pemerintah dan Agenda Prioritas Nasional (Nawacita), maka Kementerian Perdagangan telah menetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam membangun sektor perdagangan periode , yaitu: 1. Peningkatan ekspor barang nonmigas yang bernilai tambah dan jasa. 2. Peningkatan pengamanan perdagangan. 3. Peningkatan akses dan pangsa pasar internasional. 11 Renstra Kementerian Perdagangan berisi 14 Tujuan dan 24 Sasaran Strategis.

24 4. Pemantapan promosi ekspor dan nation branding. 5. Peningkatan efektivitas pengelolaan impor barang dan jasa. 6. Pengintegrasian dan perluasan pasar dalam negeri 7. Peningkatan penggunaan dan perdagangan produk dalam negeri. 8. Optimalisasi/penguatan pasar berjangka komoditi, SRG dan pasar lelang. 9. Peningkatan kelancaran distribusi dan jaminan pasokan barang kebutuhan pokok dan barang penting. 10. Peningkatan perlindungan konsumen. 11. Peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha. 12. Peningkatan kualitas kinerja organisasi. 13. Peningkatan dukungan kinerja perdagangan. 14. Peningkatan kebijakan perdagangan yang harmonis dan berbasis kajian. Sasaran strategis merupakan indikator pencapaian tujuan Kementerian Perdagangan yang spesifik dan terukur sebagai acuan bagi seluruh pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Kementerian Perdagangan. Sasaran yang ingin dicapai pada masing-masing tujuan sebagaimana telah dipaparkan di atas, secara umum dapat dijabarkan sebagai berikut: Tujuan 1: Peningkatan Ekspor Barang Nonmigas yang Bernilai Tambah dan Jasa Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya pertumbuhan ekspor barang non migas yang bernilai tambah dan jasa. Indikator kinerja meningkatnya pertumbuhan ekspor barang nonmigas yang bernilai tambah dan jasa yang digunakan adalah sebagi berikut: a. Pertumbuhan ekspor nonmigas target %; b. Kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor target % ; dan c. Pertumbuhan ekspor jasa target %. Tujuan 2: Peningkatan Pengamanan Perdagangan Sasaran yang ingin dicapai meningkatnya pengamanan perdagangan dan kebijakan nasional untuk mendukung daya saing produk Indonesia baik di pasar domestik maupun internasional. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya pengamanan perdagangan dan kebijakan nasional adalah sebagai berikut: a. Persentase penanganan kasus dalam rangka pengamanan ekspor target %; b. Persentase pengamanan kebijakan nasional di fora internasional target %; dan 12

25 c. Presentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional target %. Tujuan 3: Peningkatan Akses dan Pangsa Pasar Internasional Sasaran yang ingin dicapai: 1. Meningkatnya diversifikasi pasar dan produk ekspor. Hingga tahun 2013 pangsa pasar produk Indonesia di tujuan ekspor nontradisional (pasar prospektif) masih kalah dengan China, Malaysia, dan Thailand. Untuk peningkatan dan optimalisasi akses pasar diperlukan diversifikasi pasar dan produk ekspor. Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya diversifikasi pasar dan produk ekspor adalah: a. Pertumbuhan ekspor non migas produk (komoditi) utama; b. Pertumbuhan ekspor non migas produk (komoditi) prospektif; c. Pertumbuhan ekspor non migas ke pasar utama; d. Pertumbuhan ekspor non migas ke pasar prospektif; 2. Menurunnya hambatan akses pasar (tarif dan non tarif). Indikator yang digunakan untuk mengukur menurunnya hambatan akses pasar (tarif dan non tarif) adalah: a. Penurunan index Non - Tariff Measures (baseline tahun 2013 berdasarkan data WTO); b. Penurunan rata-rata terbobot tarif di negara mitra (perbedaan dari baseline 2013); c. Pertumbuhan nilai ekspor yang menggunakan Surat Keterangan Asal Preferensi (%). Tujuan 4: Pemantapan Promosi Ekspor dan Nation Branding Sasaran yang ingin dicapai dalam melakukan pemantapan promosi ekspor dan nation branding adalah: 1. Meningkatnya promosi citra produk ekspor (nation branding); Target peningkatan citra produk ekspor Indonesia menurut Nation Branding Index khususnya dimensi ekspor adalah skor pada kisaran pada tahun 2015 dan terus meningkat sampai mencapai skor kisaran pada tahun Optimalnya kinerja kelembagaan ekspor. Dalam mendukung peningkatan kinerja promosi diperlukan kelembagaan ekspor yang berkualitas. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja optimalnya kelembagaan ekspor adalah: a. Peningkatan pemanfaatan laporan pasar ekspor (market intelligent dan market brief) oleh dunia usaha; 13

26 b. Pendirian Lembaga/Kantor Perwakilan/Pusat Promosi di dalam dan luar negeri (unit); dan c. Persentase PMKM peserta pelatihan ekspor yang menjadi eksportir baru. Tujuan 5: Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Impor Barang dan Jasa Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya efektivitas pengelolaan impor. Pengelolaan Impor dalam rangka mencapai surplus neraca perdagangan memerlukan instrumen berupa kebijakan yang bertujuan menstabilkan ataupun menjaga neraca perdagangan serta dalam rangka menciptakan iklim perdagangan luar negeri dan dalam negeri yang kondusif. Tujuan 6: Pengintegrasian dan Perluasan Pasar Dalam Negeri Sasaran yang ingin dicapai: 1. Meningkatnya pertumbuhan PDB sektor perdagangan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya pertumbuhan PDB sektor perdagangan adalah pertumbuhan PDB sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor. Pertumbuhan PDB sektor perdagangan tidak terlepas dari kondisi perekonomian nasional yang sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya adalah konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah. Oleh karena itu, meningkatnya daya beli masyarakat dan pengeluaran pemerintah dapat mendorong laju pertumbuhan konsumsi nasional sehingga memacu pertumbuhan perekonomian nasional. 2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana distribusi dan logistik nasional. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya konektivitas distribusi dan logistik nasional adalah: a. Jumlah Pasar Rakyat Tipe A; b. Jumlah Pasar Rakyat Tipe B; c. Jumlah Pusat Distribusi Regional (PDR); d. Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi. Tujuan 7: Peningkatan Penggunaan dan Perdagangan Produk Dalam Negeri Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya konsumsi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional. Penetapan sasaran ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri sehingga pada akhirnya dapat turut serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap produk dalam negeri dapat membantu menguatkan daya saing dari produk nasional dan meningkatkan citra dari produk dalam negeri. Pada akhirnya, meningkatnya produksi dalam negeri, menguatnya daya saing produk nasional, dan meningkatnya citra dari produk dalam negeri dapat memberikan stimulus 14

27 besar bagi lahirnya kemandirian ekonomi melalui keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi. Tujuan 8: Optimalisasi/Penguatan Pasar Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya pemanfaatan pasar berjangka komoditi, SRG, dan Pasar Lelang. Indikator yang digunakan adalah: 1. Pertumbuhan Volume Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK); 2. Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan; 3. Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang. Tujuan 9: Peningkatan Kelancaran Distribusi dan Jaminan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Sasaran yang ingin dicapai dalam pengamanan ketersediaan dan kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok dan barang penting adalah: 1. Memperkecil Kesenjangan Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Antar Daerah; 2. Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting; dan 3. Meningkatnya Pengawasan Barang Beredar di Wilayah Perbatasan Tujuan 10: Peningkatan Perlindungan Konsumen Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya pemberdayaan konsumen, standardisasi, pengendalian mutu, tertib ukur dan pengawasan barang/jasa. Penetapan dari sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya serta menumbuhkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungan konsumen sehingga meningkatkan kualitas barang/jasa di pasar dalam negeri. Kemudian, pemberdayaan konsumen yang semakin baik dapat dicerminkan dengan semakin meningkatnya pelaksanaan edukasi konsumen yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat, semakin cerdasnya konsumen serta ketersediaan infrastruktur dan lembaga perlindungan konsumen. Indikator yang digunakan sebagai ukuran kinerja meningkatnya pemberdayaan konsumen, standardisasi, pengendalian mutu, tertib ukur dan pengawasan barang/jasa adalah: 1. Indeks Keberdayaan Konsumen 2. Persentase barang impor ber-sni Wajib yang sesuai ketentuan yang berlaku; 3. Persentase barang beredar yang diawasi yang sesuai ketentuan; 4. Persentase alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) yang bertanda tera sah yang berlaku. 15

28 Tujuan 11: Peningkatan Iklim Usaha dan Kepastian Berusaha Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha bidang perdagangan dalam negeri adalah meningkatnya pelayanan dan kemudahan berusaha di bidang Perdagangan Dalam Negeri dan bidang Perdagangan Luar Negeri. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya kepastian dan kemudahan berusaha bidang perdagangan dalam negeri adalah: 1. Terintegrasinya layanan perizinan perdagangan di daerah dengan Sistem Informasi Kementerian Perdagangan; 2. Prosentase Kab/Kota yang dapat menerbitkan SIUP TDP maksimal 3 Hari. Tujuan 12: Peningkatan Kualitas Kinerja Organisasi Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan kualitas kinerja organisasi adalah: 1. Meningkatnya dukungan kinerja layanan publik; 2. Meningkatnya kinerja dan profesionalisme SDM sektor perdagangan; 3. Meningkatnya Birokrasi yang Transparan, Akuntabel, dan Bersih; dan 4. Meningkatnya Efektivitas Pengawasan Internal Tujuan 13: Peningkatan Dukungan Kinerja Perdagangan Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan dukungan kinerja sektor perdagangan adalah meningkatnya pemanfaatan data/informasi perdagangan dan terkait perdagangan. Tujuan 14: Peningkatan Kebijakan Perdagangan yang Harmonis dan Berbasis Kajian Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan dukungan kinerja sektor perdagangan adalah meningkatnya kualitas kebijakan dan regulasi berbasis kajian. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya kualitas kebijakan dan regulasi berbasis kajian adalah 1. Persentase hasil kajian yang digunakan dalam rangka penyusunan kebijakan 2. Persentase Rekomendasi/masukan kebijakan yang disampaikan ke K/L/D/I 16

29 Bagan 2-1. Keterkaitan Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan PerdaganganTahun Arah kebijakan pembangunan Perdagangan Nasional ke depan secara konsisten akan mengacu kepada arah pembangunan dalam RPJMN Arah ini merupakan pedoman dalam menyusun langkah-langkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Arah kebijakan perdagangan dapat dijabarkan menjadi 8 (delapan) pokok pikiran, yaitu: 1. Mengamankan Pangsa Ekspor di Pasar Utama. 2. Memperluas Pangsa Pasar Ekspor di Pasar Prospektif dan Hub Perdagangan Internasional. 3. Meningkatkan Diversifikasi Produk Ekspor. 4. Mengamankan Pasar Domestik Untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Nasional. 5. Meningkatkan Kontribusi Usaha Dagang Kecil Menengah (UDKM). 6. Meningkatkan Perlindungan Konsumen. 7. Meningkatkan Efesiensi Sistem Distribusi & Logistik. 8. Meningkatkan Fasilitasi dan Iklim Usaha Perdagangan. 17

30 Dalam rangka pencapaian visi-misi pemerintah, nawacita, tujuan, dan sasaran strategis Kementerian Perdagangan, dengan mempertimbangkan arah kebijakan dan strategi nasional serta arah kebijakan dan strategi Kementerian Perdagangan, maka ditetapkan program-program Kementerian Perdagangan, yaitu: (1) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan; (2) Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan; (3) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan; (4) Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan; (5) Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri; (6) Peningkatan Perdagangan Luar Negeri; (7) Peningkatan Perlindungan Konsumen; (8) Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Internasional; (9) Pengembangan Ekspor Nasional; dan (10) Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi. Program merupakan penjabaran kebijakan Kementerian Perdagangan yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi masingmasing Unit Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan. Masingmasing program tersebut kemudian dijabarkan kedalam beberapa kegiatan yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi Unit Kerja Eselon II/Satuan Kerja atau penugasan tertentu di Kementerian Perdagangan. C. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUN 2015 Untuk mendanai pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Kementerian Perdagangan, disusunlah Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang berisi rincian alokasi anggaran yang diperlukan dalam rangka pencapaian hasil (outcome) dan keluaran (output) yang terukur selama periode 1 (satu) tahun anggaran. Pada tahun 2015 Kementerian Perdagangan mendapat alokasi anggaran, setelah revisi APBN-P, sebesar Rp ,- (Tiga triliun lima ratus tiga puluh dua milyar tujuh puluh delapan juta sembilan ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah) yang dituangkan dalam 10 program sebagai berikut: Tabel 2-1. Pagu Anggaran Kementerian Perdagangan T.A Menurut Program NO PROGRAM PAGU APBN-P Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan 4 Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan 501,527,174, ,624,150,000 43,534,462,000 64,183,701,000 18

31 NO PROGRAM PAGU APBN-P 5 Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri 1,828,065,297,000 6 Peningkatan Perdagangan Luar Negeri 209,828,035,000 7 Peningkatan Perlindungan Konsumen 218,002,214,000 8 Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Internasional 9 Pengembangan Ekspor Nasional 10 Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi 123,133,008, ,403,696,000 80,777,241,000 J U M L A H 3,532,078,978,000 D. PERJANJIAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2015 Perjanjian Kinerja Kementereian Perdagangan adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi (atasan) kepada pimpinan instansi yang lebih rendah (bawahan), atau kesepakatan antara pemberi dengan penerima wewenang/tanggung jawab, untuk melaksanakan kebijakan/program/ kegiatan dalam satu tahun anggaran sesuai dengan target indikator kinerja yang telah disepakati bersama dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelola sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi pada Rencana Strategis (Renstra). Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, Kementerian Perdagangan diwajibkan menyusun perjanjian kinerja pada setiap tingkatannya, mulai dari: Kementerian, Unit Kerja Eselon I, Eselon II, dan Unit Kerja Mandiri (KPPI, KADI, BPKN, dan BSML), serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan bidang perdagangan. Dokumen Perjanjian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015 menjadi dasar bagi pengukuran Indikator Kinerja (IK) dalam penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015, dimana secara keseluruhan terdapat 52 Indikator Kinerja dari 22 Sasaran Strategis Kementerian Perdagangan. Adapun Pernyataan dan Lampiran Perjanjian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015 dapat dilihat pada Lampiran 2. 19

32 20

33 Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban Kementerian Perdagangan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan. Bab 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Pengukuran tingkat capaian kinerja dalam Laporan Kinerja (Lapkin) Kementerian Perdagangan Tahun 2015 dilakukan dengan membandingkan antara target dengan realisasi dari masing-masing indikator kinerja selama periode tersebut. Hasil dari perbandingan tersebut merupakan persentase capaian target. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Pertumbuhan Ekspor Barang Non-Migas yang Bernilai Tambah dan Jasa No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 1 Pertumbuhan Ekspor Non-Migas 8% -9,75% -121,9% 2 Kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor 44% 45,1% 102,5% 3 Pertumbuhan ekspor jasa 12,0% - 14,0% -6,96% -58% IK 1: Pertumbuhan Ekspor Non-Migas Neraca perdagangan tahun 2015 kembali surplus, setelah mengalami defisit sejak tahun Neraca perdagangan Indonesia bulan Desember 2015 defisit USD 0,2 miliar yang terdiri dari defisit neraca migas sebesar USD 0,5 miliar dan surplus neraca non migas sebesar USD 0,3 miliar. Namun demikian, defisit neraca perdagangan bulan Desember 2015 jauh lebih kecil dibandingkan neraca bulan November yang tercatat USD 0,4 miliar. Neraca perdagangan tahun 2015 mengalami surplus USD 7,5 miliar, terdiri dari defisit perdagangan migas sebesar USD 6,1 miliar dan surplus perdagangan non migas sebesar USD 13,6 miliar. India, AS, Pilipina, Belanda, dan Pakistan 21

34 penyumbang surplus terbesar selama tahun 2015 yang jumlahnya mencapai USD 24,3 miliar. Sementara RRT, Thailand, Australia, Brazil, dan Argentina menyebabkan defisit terbesar yang jumlahnya mencapai USD 23,4 miliar. Bagan 3-1. Neraca Perdagangan Bulanan: Desember 2015 USD Miliar 2.5 Non Migas Migas Total (0.5) (1.0) (1.5) Jan '15 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Kinerja ekspor bulan Desember 2015 meningkat 7,0% dibanding bulan sebelumnya (MoM) menjadi USD 11,5 miliar. Peningkatan tersebut dipicu oleh naiknya ekspor non migas sebesar 10,1%. Disisi lain, ekspor migas turun sebesar 13,2%. Secara kumulatif, nilai ekspor selama 2015 mencapai USD 150,3 miliar, turun 14,6% YoY. Penurunan ekspor selama 2015 dipicu oleh masih berlanjutnya penurunan harga minyak mentah dan gas di pasar dunia. Selain itu, masih melambatnya perekonomian global diperkirakan juga turut memicu pelemahan kinerja ekspor. Selama 2015, impor RRT turun 19,4%, Jepang turun 10,1%, Singapura turun 14,2%, Hongkong turun 25,9% dan Uni Emirat Arab turun 24,0%. Penurunan permintaan impor beberapa negara tersebut berdampak pada kinerja ekspor Indonesia. Tabel 3-1. Kinerja Ekspor dan Impor: Januari-Desember 2015 Uraian Nilai (USD Juta) Februari 2015 Januari-Februari 2015 Growth Februari 2015 MoM (%) Growth Jan-Feb 2015 YoY (%) Ekspor Impor Selisih Ekspor Impor Selisih Ekspor Impor Ekspor Impor Total 12, , , , , Migas 1, , , , Minyak Mentah , , Hasil Minyak , , , Gas , , Nonmigas 10, , , , , Perlambatan perekonomian global menyebabkan terjadinya penurunan ekspor non migas tahun 2015 di hampir seluruh pasar ekspor utama Indonesia, 22

35 kecuali Vietnam dan Pilipina yang masing-masing tumbuh 12,3% dan 0,8% YoY. Ekspor non migas ke negara mitra dagang yang turun signifikan antara lain Hongkong turun 26,0%, Uni Emirat Arab turun 24,0%, RRT turun 19,4%, dan Australia turun 19,0%. Tabel 3-2. Perbandingan Kinerja Ekspor Negara-negara di Dunia: NEGARA USD JUTA PERUBAHAN (USD JUTA) PERUBAHAN (%) Des 2014 Nov 2015 Des 2015 MoM YoY MoM YoY AMERIKA SERIKAT 1, , , (142.9) 14.6 (9.7) REP.RAKYAT CINA 1, , , (107.0) 19.7 (8.0) JEPANG 1, , (79.3) 19.3 (6.3) INDIA (109.4) 2.6 (11.1) SINGAPURA (303.9) 3.6 (32.2) MALAYSIA (41.5) 2.5 (8.0) KOREA SELATAN (50.1) 20.1 (10.3) THAILAND (20.2) (59.0) (5.9) (15.5) BELANDA (36.7) 17.7 (10.7) VIETNAM PILIPINA (29.7) 22.8 (9.8) 9.1 JERMAN (5.9) 10.8 (2.5) TAIWAN (116.1) 1.8 (34.8) PAKISTAN AUSTRALIA (30.8) (12.3) (14.6) (6.4) HONGKONG (1.8) (45.3) (1.3) (23.9) UNI EMIRAT ARAB (81.8) 7.0 (38.2) ITALIA (17.5) 8.9 (12.1) INGGRIS (37.9) 15.3 (23.6) SPANYOL (42.9) 17.6 (26.0) Pertumbuhan ekspor diharapkan dapat meningkat seiring dengan dilaksanakan berbagai upaya peningkatan ekspor oleh pemerintah bersamasama dengan pelaku usaha. Program dan kegiatan Kementerian Perdagangan yang ditujukan untuk peningkatan ekspor antara lain program promosi dagang di berbagai negara, kegiatan pengembangan produk untuk peningkatan daya saing, penyediaan informasi pasar dan informasi produk, penyediaan pelayanan hubungan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ekspor. Kementerian Perdagangan juga secara rutin melakukan pertemuan dengan instansi terkait di berbagai daerah dan di luar negeri untuk berkoordinasi dalam upaya pengembangan ekspor. Sebagai tambahan atas berbagai program Kementerian Perdagangan tersebut, pada tahun 2015, Pemerintah juga memberikan penugasan khusus kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menjalankan National Interest Account (NIA) guna mendorong ekspor, melalui pemberian insentif pembiayaan ekspor (dengan mekanisme penyertaan modal negara) bagi perusahaanperusahaan berskala kecil dan menengah dalam kegiatan ekspornya. Diharapkan dengan pemberian fasilitas tersebut dapat ditingkatkan kinerja ekspor Indonesia di tengah situasi perlambatan ekonomi saat ini. 23

36 IK 2: Kontribusi Produk Manufaktur Terhadap Total Ekspor Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan ekspor produk yang bernilai tambah diukur dengan kontribusi ekspor produk manufaktur terhadap total ekspor. Pada tahun 2015 Kementerian Perdagangan menargetkan kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor adalah sebesar 44 persen dan terus meningkat hingga mencapai 65 persen pada tahun Bagan 3-2. Ekspor Produk Manufaktur dan Total Ekspor Tahun 2014 dan 2015 (dalam ribu USD) Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Pada periode Januari Oktober 2015, nilai ekspor produk manufaktur mencapai US$90,20-miliar atau mengalami penurunan sebesar 8,36% dari periode yang sama tahun 2014 yang mencapai US$98,43-miliar. Penurunan ini disebabkan menurunnya permintaan akan produk manufaktur Indonesia di negara-negara tujuan ekspor Indonesia, antara lain Jepang (-13,77%), Australia (-21,12%), Singapura (-12,78%), Tiongkok (-11,36%), Turki (-22,91%), Hongkong (-24,27%), dan Uni Emirat Arab (-21,76%). Penurunan tersebut cukup memberikan pengaruh terhadap ekspor produk manufaktur Indonesia. Akan tetapi, optimisme terhadap peningkatan ekspor produk manufaktur didukung oleh peningkatan ekspor produk tersebut ke sejumlah negara, di antaranya Taiwan (17,55%), Arab Saudi (15,36%) dan Swiss (1064,73%). 24

37 Tabel 3-3. Nilai Ekspor Nonmigas Menurut Negara Tujuan: Jan Nov 2015 Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS (2015) Dilihat dari kontribusi produk manufaktur terhadap produk primer dari total ekspor, pada periode Januari - Oktober 2015 telah mencapai 80,91% atau meningkat 0,35% dari periode yang sama pada tahun 2014 yang mencapai 80,56%. Hal ini sudah melebihi target kontribusi produk manufaktur terhadap produk primer yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan pada tahun 2015 sebesar 44%. Sehingga persentase capaian kinerja untuk periode Januari Oktober 2015 sebesar 183,88%. Jika ditelusuri selama beberapa tahun terakhir, yakni periode tahun , kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor nonmigas menunjukkan persentase yang fluktuatif. Dari periode tahun , kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor nonmigas berada di kisaran 75%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang konstan dan signifikan dari kontribusi ekspor produk manufaktur Indonesia terhadap produk primer dari total ekspor Indonesia ke dunia. 25

38 Bagan 3-3. Kontribusi Produk Manufaktur terhadap Total Ekspor (%), Tahun Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Dalam upaya meningkatkan ekspor komoditas yang memiliki nilai tambah melalui proses hilirisasi, Kementerian Perdagangan mendorong para eksportir untuk terus meningkatkan nilai tambah dari produk yang akan diekspor melalui berbagai kegiatan pendampingan pengembangan produk dan desain produk. Tujuan dari peningkatan nilai tambah produk ekspor ini selain untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia, juga untuk menjadikan Indonesia semakin dikenal sebagai eksportir produk-produk manufaktur yang berkualitas baik, bukan hanya sebagai eksportir komoditas produk primer (raw material) yang tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut. Konsep hilirisasi ini akan semakin meningkatkan produktivitas Indonesia karena akan memunculkan industri-industri baru yang akan banyak menyerap tenaga kerja terlatih. IK 3: Pertumbuhan Ekspor Jasa Jasa dan sektor-sektor terkait jasa berpotensi mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya mempercepat pencapaian visi pembangunan, mengingat jasa dan sektor-sektor terkait jasa memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia. Dalam hal pertambahan nilai, jasa mempunyai kontribusi sebesar 45% terhadap PDB pada tahun 2000 dan meningkat cukup besar menjadi 55,1% terhadap PDB pada tahun Pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan menargetkan pertumbuhan tahunan ekspor jasa adalah 12 14%. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekspor di sektor jasa mengalami penurunan sebesar 6,96% jika dibandingkan dengan tahun Hal ini terlihat pada 26

39 tahun 2014, ekspor jasa mencapai nilai sebesar US$ 23,53 miliar, sedangkan pada tahun 2015ekspor jasa mencapai nilai US$ 21,89 miliar atau turun sebesar US$ 1,64 miliar. Bagan 3-4. Pertumbuhan Ekspor Jasa Tahun (juta US$) Sumber: Bank Indonesia (diolah Kementerian Perdagangan) Penyebab penurunan ekspor jasa di tahun 2015, sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Untuk faktor internal, penurunan sangat dipengaruhi oleh kinerja ekspor dan impor Indonesia dimana sektor industri kita belum masuk kedalam industri mata rantai pasok internasional dan masih bersifat impor bahan baku untuk keperluan produksi guna memenuhi pasar domestik. Pertumbuhan ekspor jasa Indonesia yang kinerja ekspornya mengalami penurunan terbesar adalah pada sektor jasa konstruksi yaitu sebesar 47,39% dari US$ 711,73 juta pada tahun 2014 menjadi US$ 374,46 juta pada tahun 2015, dan diikuti oleh ekspor jasa personal, kultural, dan rekreasi yang mengalami penurunan sebesar 23,06% dari US$ 149,68 juta pada tahun 2014 menjadi US$ 115,16 juta pada tahun Meskipun secara persentase penurunannya cukup besar namun, kedua sektor jasa tersebut nilai ekspornya realtif masih kecil sehingga tidak terlalu besar pengaruhnya. Sektor jasa yang nilai ekspornya menyumbang paling besar dalam penurunan ekspor jasa adalah sektor jasa bisnis lainnya yang turun sebesar 20,32% dari US$ 6,03 miliar pada tahun 2014 menjadi US$ 4,80 miliar pada tahun 2015, dandiikuti oleh sektor jasa bisnis lainnya yaitu sebesar 20,32% dari US$ 6,03 miliar pada tahun 2014 menjadi US$ 4,80 miliar pada tahun 2015, dan jasa transportasi sebesar 8,48% dari US$ 3,79 miliar pada tahun 2014 menjadi US$ 3,46 miliar pada tahun Penurunan kinerja ekspor jasa transportasi disebabkan oleh jasa transportasi barang dari ekspor sebesar US$ 1,75 miliar pada tahun 2014 menjadi US$ 1,41 miliar pada tahun 2015 atau turun sebesar 18,94%. Sedangkan ekspor jasa pemeliharaan dan perbaikan 27

40 mengalami pertumbuhan sebesar 18,58%, jasa keuangan sebesar 17,10% dan jasa pemerintah sebesar 3,35%. KETERANGAN Perubahan Perubahan % Penurunan Total Ekspor : , , , ,86 2,56-6,97 Ekspor Jasa Konstruksi Ekspor Biaya Penggunaan Kekayaan Intelektual Ekspor Jasa telekomunikasi, komputer, dan informasi Ekspor Jasa Manufaktur Ekspor Transportasi Ekspor Jasa bisnis lainnya Ekspor Perjalanan Ekspor Jasa personal, kultural, dan rekreasi Ekspor Jasa Asuransi dan Dana Pensiun Ekspor Jasa pemerintah 463,01 848,46 711,73 374,46-16,12-47,39-31,27 221,19 51,97 59,61 54,29 14,70-8,92-23,63 973, , , ,60 9,53-10,29-19,82 988,66 430,10 425,02 355,56-1,18-16,34-15, , , , ,39 5,00-8,48-13, , , , ,51-9,16-20,32-11, , , , ,36 12,52 3,83-8,69 47,17 186,97 149,68 115,16-19,94-23,06-3,12 8,00 24,85 25,68 26,49 3,34 3,15-0,19 290,71 610,06 611,35 631,84 0,21 3,35 3,14 Ekspor Jasa Keuangan Ekspor Jasa Pemeliharaan dan Perbaikan 400,01 254,11 222,92 261,05-12,27 17,10 29,38-126,57 100,47 119,14-20,62 18,58 39,20 Sumber: Bank Indonesia (diolah Kementerian Perdagangan) 28

41 Penyebab penurunan ekspor jasa yang dipengaruhioleh faktor eksternal adalahmasih terjadinya pelemahan ekonomi dunia yang mempengaruhi kinerja ekspor jasa.hal ini terindikasi dalam pertumbuhan ekspor sektor jasa dunia pada tahun sebesar 5,9% turun menjadi 3,5% pada tahun , sehingga sangat mempengaruhi kinerja ekspor jasa Indonesia. Tabel 3-4. Impor Jasa 10 Negara Tujuan Ekspor Indonesia Periode Tahun Importers Imported value Imported value Imported value in 2010 in 2011 in 2012 Imported value in 2013 Imported value in 2014 Perubahan Perubahan United States of America ,61 2,97 United Kingdom ,23 4,18 Japan ,49 12,32 Netherlands ,08 3,36 Singapore ,68-0,04 Korea, Republic of ,37 4,34 Hong Kong, China ,85 0,78 Australia ,08-6,85 Thailand ,59-3,08 Malaysia ,10 0,71 SubTotal ,00 3,21 Lainnya ,8 3,6 Total Impor Dunia ,9 3,5 Sumber: ITC, UNCTAD, WTO Pertumbuhan ekspor jasa tenaga kerja dalam kerangka perjanjian perdagangan, penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk nurse dan careworker di pasar Jepang dalam rangka kerja sama Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, total TKI yang ditempatkan di pasar Jepang untuk Nurse dan Careworker sebanyak 278 orang TKI atau mengalami peningkatan sebesar 49% jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 187 orang TKI. Secara total dari tahun 2008 sampai tahun 2015, Indonesia telah menempatkan TKI untuk Nurse dan Caregiver sebanyak 1513 orang TKI, jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tenaga kerja yang ditempatkan oleh Filipina dan Vietnam, dengan total masing-masing sebanyak 967 dan 138 orang tenaga kerja. Selain itu, dalam kerangka kerja sama ASEAN, pada bulan April 2015, Indonesia telah meratifikasi ASEAN Agreement on the Movement of Natural Persons melalui Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun Dengan diratikasinya Agreement tersebut, maka diharapkan ekspor TKI (profesional) dapat meningkat yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekspor jasa. Upaya-upaya ke depan yang akan dilakukan oleh Kementerian Perdagangan untuk mencapai indikator pertumbuhan ekspor jasa, antara lain: 29

42 1. Memperkuat koordinasi dengan Kementerian Teknis/Lembaga terkait lainnya selaku otoritas pembina sektor untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari Lembaga Sertifikasi Profesi sektor-sektor jasa yang telah di Mutual Recognition Arrangement (MRA)-kan dalam rangka meningkatkan kemampuan daya saing tenaga kerja dalam negeri agar dapat berkompetisi dengan tenaga kerja dari negara anggota ASEAN lainnya. Dalam rangka peningkatan ekspor sektor jasa, salah satunya melalui penguatan pembangunan sektor jasa dan perdagangan jasa, dibutuhkan penyusunan dan implementasi peta jalan (roadmap) sektor jasa. Roadmap ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pembangunan sektor jasa dan perdagangan jasa untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pasokan jasa domestik yang berdaya saing ke pasar internasional, meningkatkan efisiensi dan produktivitas ekonomi, serta meningkatkan fasilitasi perdagangan. 2. Melakukan monitoring terhadap arus tenaga kerja terampil dari negara anggota ASEAN yang masuk dengan menggunakan persetujuan Movement Natural Person (MNP)Agreement. Hanya tenaga kerja terampil (skilled labour) saja yang dapat memanfaatkan persetujuan ini. 3. Melakukan peninjauan kembali atas peraturan dalam negeri apabila dipandang perlu untuk mengamankan pangsa pasar pekerja nasional. 4. Memperkuat koordinasi dan sinergi dengan Kementerian Teknis/Lembaga Terkait dan Pemerintah Daerah untuk pengawasan tenaga kerja asing dari ASEAN dan secara berkala memberikan akurasi data statistik tenaga kerja asing. Diperlukan koordinasi dengan Kementerian Hukum dan HAM khususnya Ditjen Imigrasi terkait dengan penerbitan visa kerja dan izin tinggal sementara bagi tenaga kerja terampil yang akan masuk ke Indonesia. Dalam aturan domestik, hukum Indonesia tidak mengakui istilah permanent residence, dan hanya mengenal kewarganegaraan. Oleh karena itu perlu diantisipasi masuknya tenaga kerja terampil dari ASEAN yang berstatus permanent residence. 30

43 Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Pengamanan Perdagangan dan Kebijakan Nasional di Fora Internasional No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 4 Persentase penanganan kasus dalam rangka pengamanan ekspor 100% 100% 100% 5 Persentase pengamanan kebijakan nasional di fora internasional 70% 100% 143% 6 Presentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional 60% 76% 127% IK 4: Persentase Penanganan Kasus dalam rangka Pengamanan Ekspor Indikator kinerja pertama yang mendukung pencapaian sasaran: Meningkatnya Pengamanan Perdagangan dan Kebijakan Nasional di Fora Internasional adalah Persentase Penanganan Kasus dalam rangka Pengamanan Ekspor. Melalui penanganan kasus tuduhan dumping, subsidi, dan safeguard diharapkan dapat menjaga daya saing dan mengamankan akses pasar ekspor produk Indonesia dengan terhindarnya produk Indonesia dari bea masuk tambahan akibat dari tuduhan tersebut. Selama Tahun 2015, Kementerian Perdagangan telah menangani sebanyak 36 kasus tuduhan dumping, subsidi dan safeguard dan berhasil menangani seluruh kasus tersebut dengan berbagai tahapan penanganannya. Secara rinci, 36 kasus tuduhan tersebut adalah 23 kasus tuduhan dumping, 3 kasus tuduhan subsidi, dan 10 kasus tuduhan safeguard. Secara grafik, jenis dan porsi kasus yang ditangani sepanjang tahun 2015 dapat ditampilkan sebagai berikut: Bagan 3-5. Jenis dan Porsi Kasus Tahun

44 Sebagaimana ditunjukkan pada Bagan 3-2 kasus dumping merupakan kasus yang paling banyak ditangani yaitu 23 buah kasus diikuti secara berturut turut kasus safeguard sebanyak 10 buah dan kasus subsidi sebanyak 3 buah. Hasil terbaik yang ingin dicapai setelah rangkaian penanganan kasus adalah keputusan penghentian penyelidikan oleh pihak penuduh. Berikut kasuskasus yang dihentikan penyelidikannya sepanjang tahun 2015: 1. Kasus tuduhan subsidi produk Certain Oil Country Tubular Goods oleh Kanada: Pada tanggal 2 April 2015 CITT telah mengeluarkan hasil akhir mengenai penyelidikan penilaian kerugian yang dialami industri domestik Kanada akibat impor OCTG yang dituduh mengandung subsidi. Berdasarkan hasil penyelidikan, volume impor OCTG yang mengandung subsidi adalah negligible sehingga CITT menghentikan penyelidikan terkait subsidi atas impor OCTG dari Indonesia. 2. Kasus tuduhan dumping produk rod in coils oleh Australia : Pada tanggal 13 Mei 2015, pihak otoritas telah mengeluarkan hasil akhir penyelidikan atas kasus ini. PT. Gunung Raja Paksi dan eksportir lainnya dikenakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) sebesar 10,1% sementara importasi produk Rod in Coils dari PT. Ispat Indo tidak ditemukan adanya dumping (margin dumping -0,7%). 3. Kasus tuduhan safeguard produk news print oleh Filipina : : Tanggal 5 Mei 2015 DTI Filipina telah menyampaikan notifikasi Definitive General Safeguard Measure on the Importations of Newsprint from Various Countries berupa pengenaan safeguard measure sebesar Peso per MT untuk tahun pertama, Peso per MT untuk tahun kedua, dan Peso per MT untuk tahun ketiga. Selain itu, dalam Annex A disebutkan bahwa DTI Filipina memberikan pengecualian bagi Indonesia dikarenakan memenuhi aturan de minimis (tidak melebihi 3 (tiga) persen). Sementara itu, terdapat pula keputusan untuk pengenaan bea masuk anti dumping (BMAD)/Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atas suatu produk oleh negara penuduh sepanjang tahun 2015 sebagaimana diuraikan berikut ini: 1. Kasus Tuduhan Safeguard Produk Saturated Fatty Alcohols oleh India: DG Safeguard telah mengeluarkan Final Determination pada tanggal 13 Maret 2015 dengan besaran BMTP sebesar Tahun 1:20%; Tahun 2: 18%; Tahun3: 12 % Pemberlakuan selama 2 tahun 6 bulan ditambah dengan pengenaan provisional safeguard measure selama 200 hari sebelum pengenaan final determination. 2. Kasus tuduhan dumping produk Polyethylene Terephthalate (PET) oleh Malaysia: Otoritas Malaysia telah mengeluarkan Final Determination dengan BMAD untuk Indonesia sebesar 2,87% s.d 7,21% TMT: 10 Maret

45 3. Kasus tuduhan dumping produk Yarn of Man Made Staple Fibers oleh Turki: Pemerintah Turki mengeluarkan hasil final determination dengan besaran BMAD USD 48 USD 240 per ton tertanggal 17 Desember Besaran BMAD tersebut sama dengan BMAD pada original investigation. Informasi ini baru diterima pada pertengahan Januari Kasus tuduhan dumping produk Certain Oil Country Tubular Goods oleh Kanada: Pada tanggal 2 April 2015 CITT telah mengeluarkan hasil akhir mengenai penyelidikan penilaian kerugian yang dialami industri domestik Kanada akibat impor OCTG yang dituduh dumping. Berdasarkan hasil penyelidikan, CITT memutuskan bahwa impor OCTG yang dijual dengan harga dumping dari negara-negara tertuduh terbukti memberikan ancaman kerugian bagi industri domestik Kanada. PT. Citra Tubindo dikenakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) sebesar 6,4% sementara perusahaan lainnya dikenakan BMAD sebesar 37,4%. 5. Kasus tuduhan safeguard produk Saturated Fatty Alcohols oleh India, terkait dengan hal ini Pada tanggal 26 Mei 2015 WTO telah mempublikasikan notifikasi retaliasi yang diajukan Indonesia untuk kasus safeguard saturated fatty alcohols oleh India. 6. Kasus tuduhan dumping produk Hot Rolled Coils (HRC) oleh Malaysia: MITI mengeluarkan surat pemberitahuan perihal penolakan terhadap pengajuan price undertaking yang diajukan oleh PT Krakatau Steel. menindaklanjuti hal tersebut Pemri melakukan konsultasi dengan ACWL adapun hasil konsultasi tersebut ACWL menjelaskan Indonesia tidak memiliki dasar apabila menggugat sikap MITI karena menolak permohonan price undertaking PT KS karena berdasarkan artikel 8.3 Otoritas negara penuduh bebas untuk menerima atau menolak permohonan price undertaking yang diajukan oleh eksportir. 7. Kasus tuduhan dumping produk Yarn of Man Made Staple Fibers oleh Turki: Pada tanggal 17 April 2015 Otoritas Anti Dumping Turki telah mengeluarkan hasil Final Determination yang memutuskan untuk memperpanjang pengenaan Bea masuk Anti Dumping dengan besaran yang sama seperti pengenaan tarif sebelumnya yaitu USD 0/kg s.d. USD 0.40/ kg TMT 17 April Sepanjang Tahun 2015, untuk kasus-kasus tuduhan dumping, subsidi dan safeguard, negara yang paling banyak melakukan tuduhan adalah negara maju yaitu India dan Turki masing-masing sebanyak 7 (tujuh) kasus. Penanganan kasus tuduhan dumping, subsidi dan safeguard secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9. 33

46 Tabel 3-5. Penanganan Tuduhan Dumping, Subsidi dan Safeguard Menurut Negara (2015) No Negara Penuduh Produk Jenis Tuduhan 1 India 2-Ethyl Hexanol Dumping 2 India Saturated Fatty Alcohols Safeguard 3 India Float Glass Dumping 4 India Plain Medium Density Fibre Board (MDF) Dumping 5 India Purified Terephthalic Acid (PTA) Dumping 6 India Hot Rolled Flat Products of Non Alloy and Other Alloy Steel in Coils of a Width of 600 mm or more Safeguard 7 India Viscose Staple Fibre Excluding Bamboo Vibre Dumping 8 Turki Polyester Textured Yarn (PTY) Dumping 9 Turki Yarn of Man Made Staple Fibers Dumping 10 Turki Printing and Writing Paper Safeguard 11 Turki 12 Turki Porcelain and Ceramic Kitchenware and Tableware Ban Luar Sepeda Motor (Pneumatic tyres new of rubber for motorcycles) ; Ban Dalam Sepeda Motor (Inner tubes of rubber except bicycle or motor vehicle) Safeguard Dumping 13 Turki Ban Luar Sepeda dan Ban Dalam Sepeda Dumping 14 Turki Stoppers, Lids of Glass Dumping 15 USA Hot Rolled Coils (HRC) Dumping 16 USA Certain Coated Paper (DS491) Dumping & Subsidi 17 USA Certain Uncoated Paper Dumping 18 USA Certain Uncoated Paper Subsidi 19 USA Certain Oil Country Tubular Goods (OCTG) Scope Rulling 20 Malaysia Hot Rolled Plate (HRP) Safeguard 21 Malaysia Polyethylene Terephthalate/PET Dumping 34

47 No Negara Penuduh Produk Jenis Tuduhan 22 Malaysia Cold Rolled Stainless Steel in Coils Dumping 23 Malaysia Hot Rolled Coils (HRC) Safeguard 24 Uni Eropa Fatty Alcohol Dumping 25 Uni Eropa Biodiesel Dumping 26 Uni Eropa Sodium Cyclamate Dumping 27 Kanada Certain Oil Country Tubular Goods Subsidi 28 Kanada Certain Oil Country Tubular Goods Dumping 29 Filipina Newsprint Safeguard 30 Filipina Galvanized Iron/GI and Prepainted Galvanized Iron/PPGI Safeguards 31 Thailand Flat Hot-Rolled Steel in Coils and not in Coils Dumping 32 Australia Rod in Coils Dumping 33 Pakistan Hydrogen Peroxyde Dumping 34 Vietnam Monosodium Glutamate (MSG) Safeguard 35 Brasil Porselen Perlengkapan Meja Anti Dumping Circumvention 36 India Hot Rolled Flat Sheets and Plates (Excluding Hot Rolled Flat Products in Coil Form) of Alloy or Non- Alloy Steel Safeguard 35

48 IK 5: Persentase Pengamanan Kebijakan Nasional di Fora Internasional Pengamanan kebijakan perdagangan melalui klarifikasi atas pertanyaan/tanggapan terkait kebijakan perdagangan R.I. di luar negeri, merupakan langkah Indonesia untuk dapat terhindar dari proses sengketa perdagangan yang mungkin diajukan oleh negara mitra dagang. Target yang ingin dicapai untuk indikator ini adalah 70% pada tahun Indikator didapatkan dari total yang dapat diklarifikasi dibagi total pertanyaan/tanggapan/keberatan terhadap kebijakan nasional terkait perdagangan yang masuk dari negara lain dikalikan seratus persen. Indikator ini menggambarkan kinerja diplomasi yang dapat mengamankan kepentingan nasional di fora internasional. Selama keberatan dimaksud tidak masuk ke Panel DSB WTO, maka dianggap keberatan dari negara lain tersebut dapat diklarifikasi. Sepanjang tahun 2015, terdapat (10) sepuluh pertanyaan/tanggapan yang diterima oleh Indonesia, dan Kementerian Perdagangan telah melakukan klarifikasi atas kebijakan nasional Indonesia terkait perdagangan yang dipertanyakan oleh negara anggota WTO terkait kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia. Dari total keseluruhan pertanyaan yang masuk tersebut, hingga akhir tahun 2015 seluruhnya dapat diklarifikasi atau diselesaikan, sehingga tidak dilanjutkan atau disengketakan kedispute Settlement Body (DSB). Berdasarkan penjelesan di atas, maka realisasi persentase pengamanan kebijakan nasional di fora internasional adalah sebesar 100% atau dengan persentase capaian sebesar 143%. Berikut adalah beberapa kebijakan dan penyelesaian isu yang masuk dan diklarifikasi oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 2015, antara lain: a. Permenperin No. 69/M-IND/PER/9/2014 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Industri Elektronika dan Informatika Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia dan Uni Eropa mempertanyakan kebijakan tersebut antara lain terkait dengan notifikasi draft regulasi, transparansi, time-frame bagi perusahaan untuk menyesuaikan produknya dengan kebijakan tersebut dan prosedur pengujian serta sertifikasi. Secara khusus, Uni Eropa juga meminta Pemerintah Indonesia untuk mengakui sertifikat uji yang diterbitkan oleh laboratorium di luar Indonesia yang menerapkan standar internasional. 36

49 Pemerintah Indonesia memberikan tanggapan bahwa dalam proses pembuatan draft ini, Indonesia mempertimbangkan masukan dan concern dari semua stakeholder baik vendor domestik maupun asing dan melakukan konsultasi publik sebagai bentuk pelaksanaan prinsip transparansi, untuk memastikan bahwa regulasi ini telah sesuai dengan ketentuan WTO dan peraturan internasional. Kemudian berkaitan dengan penerapan standar, Indonesia menyampaikan bahwa Indonesia mengadopsi standar teknologi yang di susun oleh lembaga standar yang memiliki reputasi internasional dan diakui secara luas oleh negara negara di dunia. b. Permenkominfo No. 27 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Alat dan/atau Perangkat Perangkat Telekomunikasi Berbasis Standar Teknologi Long Term Evolution (Alat Telekomunikasi Berspektrum 4G- LTE) Amerika Serikat meminta klarifikasi terkait kebijakan tersebut yang dinilai tumpang tindih antara Permenperin No. 69/M-IND/PER/9/2014 dan Rencana Permenkoninfo mengenai ketentuan nilai TKDN untuk produk smartphone 4G LTE (pada waktu itu peraturan ini belum diundangkan). Sedangkan EU meminta informasi terbaru atas perkembangan draft regulasi tersebut terutama terkait dengan standar dan menanyakan apakah hasil uji dari laboratorium di luar negeri diakui oleh Indonesia. Menanggapi pertanyaan tersebut, Pemerintah Indonesia menyampaikan bahwa peraturan yang akan diberlakukan bersifat saling melengkapi dan tidak akan menyebabkan tumpang tindih antara satu dengan yang lain. Pemerintah Indonesia juga menyampaikan bahwa Draf Permenkominfo pada saat ini masih dalam pembahasan serta konsultasi internal dengan melibatkan seluruh stakeholders terkait dan bahwa sebagian besar isi dari draf regulasi tersebut mengatur tentang standar dan telah disesuaikan dengan standar internasional. Ketentuan terkait local content hanya diatur dalam 1-2 pasal. Dalam hal penyusunan draf regulasi, Indonesia berupaya agar prosesnya berlangsung secara transparan dan terbuka dengan melibatkan semua stakehoder yang terkait. Untuk keberterimaan hasil uji laboratorium yang berlokasi di luar negeri, Indonensia menyampaikan bahwa hasil uji yang dilakukan oleh laboratorium di luar negeri akan diakui apabila laboratorium tersebut menerapkan standar internasional. 37

50 c. Permentan No. 139/Permentan/PD.410/12/2014 tentang Pemasukan Karkas, Daging dan/atau Olahannya ke dalam Wilayah R.I. beserta Perubahannya No. 02/Permentan/PD.410/1/ G/TBT/N/IDN/98 Kanada dan Australia menyampaikan pandangannya terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah R.I. akan berdampak terhadap ekspor produk daging ke Indonesia. Industri di Australia telah merasakan dampak akibat pemberlakuan regulasi tersebut.sementara itu, Kanada mempertanyakan bagaimana perlakuan terhadap produk yang berasal dari negara asal dibandingkan dengan produk domestik serta tujuan regulasi tersebut. Pemerintah Indonesia melakukan klarifikasi bahwa Peraturan ini bukan bertujuan untuk membatasi impor atau mengganggu perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang namun tujuan aturan ini adalah untuk melindungi kesehatan konsumen Indonesia dari resiko penyakit yang disebabkan oleh residu hormon yag terkandung dalam jeroan. Regulasi ini juga mewajibkan produk daging yang diekspor ke Indonesia merupakan produk halal dan diproduksi dengan sistem produksi yang halal. Dalam ketentuan ini juga dipersyaratkan bahwa petugas penyembelih adalah Muslim. Kemudian terkait dengan metode penyembelihan, persyaratan penyembelihan hewan secara manual yang diatur oleh Indonesia telah sesuai dengan Codex Alimentarius Commission CAC-GL Article 3.2 tentang Penyembelihan. d. Indonesia telah melakukan klarifikasi kebijakan R.I. tekait ketentuan impor minerba dengan Jepang. Jepang menganggap bahwa kebijakan Indonesia dalam UU No.4 Tahun 2009 tentang Minerba, merupakan hambatan perdagangan. Dalam UU tersebut Pemerintah R.I. mewajibkan setiap perusahaan mineral dan tambang untuk mengolah dan memurnikan terlebih dahulu bahan mentah tambang dengan menggunakan sebuah fasilitas bernama smelter sebelum diekspor. Dalam undang-undang pertambangan mineral dan Batubara telah menegaskan bahwa tanpa memiliki smelter, industri pertambangan dalam negeri tidak bisa lagi mengekspor minerba mentah ke negara manapun. Jepang selama ini dikenal sebagai produsen stainless steel terbesar dunia dan sangat tergantung dengan impor bahan mentah dari Indonesia. Jepang telah beberapa kali melakukan pertemuan bilateral dengan Indonesia untuk membahas terkait kebijakan dimaksud dan Indonesia memberikan klarifikasi dan menegaskan bahwa kebijakan dimaksud tidak ditujukan untuk melakukan hambatan perdagangan dan menyampaikan pandangan bahwa Indonesia tetap menjunjung tinggi dan menghormati ketentuan-ketentuan WTO yang ada. 38

51 e. Pengenaan Safeguard measures kepada RRT, Jepang, Taiwan, Malaysia dan Thailand untuk produk Steel Wire Rod. Indonesia dianggap melakukan proteksi ganda atas produk impor berupa safeguard duty dan kebijakan Larangan dan Batasan (Lartas). Pemerintah Indonesia terlah menanggapi bahwa penerapan safeguard measures tersebut sudah konsisten dengan ketentuan WTO dan regulasi domestik dan kebijakan Lartas untuk mengatur tata cara impor produk tersebut. Kementerian Perdagangan terus melakukan koordinasi intensif dengan kementerian terkait guna menyiapkan jawaban/tanggapan Pemerintah Indonesia, sehingga dalam proses klarifikasi tersebut di atas, Indonesia dapat memberikan jawaban/klarfikasi dan terhindar dari porses sengketa perdagangan yang diajukan olen negara mitra ke tingkat yang lebih tinggi atau Dispute Settlement Body (DSB). Proses sengketa pada Dispute Settlement Body adalah suatu kewajaran, karena WTO adalah merupakan satu-satunya organisasi internasional yang memiliki badan penyelesaian sengketa yang keputusannya bersifat final dan mengikat secara hukum (legally binding), sehingga apabila terdapat anggota yang merasa bahwa akses pasarnya terhambat dengan adanya kebijakan dari negara lain, maka bisa mengajukan penyelesaian sengketa melalui DSB. Tahap pertama yang dilakukan suatu negara ketika akses pasar nya terhambat adalah dengan mengajukan klarifikasi dalam bentuk Spesific Trade Concern (STC) pada Committee/Council di WTO, seperti telah dijelaskan diatas bahwa sepanjang tahun 2015 Indonesia menerima 10 pertanyaan dan permintaan klarifikasi terhadap beberapa kebijakan Indonesia melalui komite/council di WTO dan telah dijawab seluruhnya oleh pemerintah Indonesia. Upaya pemberian klarifikasi secara jelas pada forum tersebut bisa menghindarkan Indonesia secara sementara dari tuntutan hukum melalui DSB. Upaya yang dilakukan Indonesia melalui pemberian klarifikasi secara jelas pada komite/council di WTO sepanjang tahun 2015 cukup efektif dan terbukti telah menahan negara-negara tersebut untuk tidak menggugat Indonesia di DSB. IK 6: Presentase Pemahaman Terhadap Hasil Kerja Sama Perdagangan Internasional Salah satu cara untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional adalah mengukur melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Dalam hal pencapaian indikator ini, survei dilakukan melalui kuesioner yang dilakukan pada saat penyelenggaraan sosialisasi/edukasi/konsultasi publik yang dilaksanakan Kementerian Perdagangan di beberapa daerah baik tingkat provinsi maupun tingkat kota/kabupaten di Indonesia. 39

52 Pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan menetapkan target persentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional sebesar 60%, dengan realisasi yang didapatkan pada tahun 2015 sebesesar 76%. Persentase tingkat pemahaman tersebut mengalami peningkatan sebesar 23% jika dibandingkan dengan tahun 2014 dengan tingkat pemahaman sebesar 62%. Bagan 3-6. Tingkat Pemahaman Terhadap Hasil Kerja Sama Perdagangan Internasional Tahun Target (%) Realisasi (%) Target (%) Realisasi (%) Tingginya realisasi tersebut mengindikasikan bahwa semakin meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat atas hasil perundingan kerja sama perdagangan internasional yang dilakukan oleh Indonesia. Dengan meningkatknya pemahaman, maka diharapkan masyarakat dapat mengambil manfaat dari hasil kerja sama perdagangan internasional. Namun, pelaksanaan sosialisasi/edukasi publik yang dilaksanakan memang belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat dan belum bisa menjangkau seluruh kota/kabupaten yang ada diseluruh Indonesia, mengingat keterbatasan SDM dan besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut, sehingga capaian atas indikator hasil persentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional memang belum bisa menggambarkan pemahaman seluruh masyarakat Indonesia. Penyebaran informasi terkait hasil perundingan kerja sama perdagangan internasional memang tidak hanya dilakukan melalui sosialisasi/edukasi/konsultasi publik. Kementerian Perdagangan juga secara berkala menyabarkan informasi melalui leaflet/brosur dan buletin yang 40

53 menginformasikan secara singkat tentang hasil dan perkembangan perundingan dan hasil kerja sama perdagangan internasional. Gambar 3-1. Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional Tahun 2015 Selain itu, khusus menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 1 Januari 2016, Kementerian Perdagangan c.q Ditjen PPI juga telah mendirikan ASEAN Economic Communtiy (AEC) Center yang diluncurkan pada tanggal 28 September 2015, dimana pembentukan AEC Center ini bertujuan untuk memberikan edukasi, konsultansi dan advokasi sebagai bentuk konkrit dari rencana dan aksi Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan pemahaman para pemangku kepentingan di seluruh Indonesia tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kedepannya, Kementerian Perdagangan c.q Ditjen PPI akan terus lebih meningkatkan kembali pemahaman atas hasil kerja sama perdagangan internasional kepada para pelaku ekspor agar lebih dapat memahami dan memanfaatkan besarnya potensi pasar yang bisa dimanfaatkan dengan berlakunya MEA dengan menyentuh aspek dasar dari kebutuhan masyarakat dan dunia usaha. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia, dari responden hanya 25,90% masyarakat umum serta 27,80% pengusaha dan pedagang yang memiliki pemahaman tentang MEA. Adapun, sebanyak 82,6% responden tidak mengetahui adanya mobilitas tenaga kerja dalam MEA. 41

54 Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Diversifikasi Pasar dan Produk Ekspor No Indikator Kinerja Target REALISASI % Capaian 7 Pertumbuhan ekspor non migas ke pasar utama 8 Pertumbuhan ekspor non migas ke pasar prospektif 5,5% 9,7% -9,5% -172,7% -17,0% -175,3% 9 Pertumbuhan ekspor non migas produk (komoditi) utama 10 Pertumbuhan ekspor non migas produk (komoditi) prospektif 5,9% -10,0% -169,5% 10,6% 4,3% 40,6% IK 7: Pertumbuhan ekspor non migas ke pasar utama Pasar utama produk ekspor Indonesia terdiri dari negara-negara tujuan ekspor Indonesia yang selama ini menjadi kontributor utama penyerapan produkproduk ekspor asal Indonesia. Strategi diversifikasi pasar yang mendorong pertumbuhan ekspor ke pasar-pasar yang merupakan pasar baru atau emerging market Indonesia tidak serta merta menurunkan upaya untuk terus mengisi pasar ekspor utama Indonesia dengan produk-produk Indonesia, namun lebih kepada upaya untuk mengurangi resiko terjadinya penurunan nilai dan volume ekspor Indonesia ketika pasar ekspor tradisional Indonesia dilanda krisis seperti beberapa tahun yang lalu. 42

55 Bagan 3-7. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia ke Negara-Negara Pasar Utama Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Pada periode Januari - Oktober 2015, nilai ekspor non migas Indonesia ke pasar utama tercatat sebesar US$ 78,39 miliar, mengalami penurunan sebesar 8,88% dari periode yang sama pada tahun Sementara apabila dilihat dari volume ekspor yang terjadi pada Januari - Oktober 2015, tercatat sebesar 327,03 juta ton (data BPS, diolah Ditjen PEN), mengalami penurunan sebesar 9,41% dari periode sebelumnya. Penurunan nilai ekspor terjadi hampir ke seluruh negara yang merupakan pasar utama Indonesia, di antaranya ekspor ke Amerika Serikat (-2,87%), Tiongkok (-20,10%), Jepang (-9,55%), Singapura (-12,27%) dan Thailand (-7,39%). Walaupun demikian, masih terdapat negara yang menunjukkan peningkatan nilai ekspor pada periode Januari Oktober 2015, yaitu Filipina (0,25%). 43

56 Bagan 3-8. Pertumbuhan Ekspor Nonmigas ke Pasar Utama (%): Jan Okt 2015 (yoy) Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Jika ditelusuri sejak beberapa tahun terakhir, yakni periode 2010 hingga 2014, ekspor nonmigas Indonesia ke sejumlah negara yang merupakan pasar utama menunjukkan tren positif, walaupun dalam angka yang tidak terlalu signifikan. Tren tertinggi ditunjukkan oleh Filipina, Thailand, dan India, dengan masing-masing sebesar 4,85%, 4,24%, dan 4,20%. Sementara tren negatif ditunjukkan oleh Spanyol, Korea Selatan, dan Thailand dengan masing-masing nilai tren -6,40%, -6,01%, dan 5,73%. Bagan 3-9. Tren Pertumbuhan Ekspor Nonmigas ke Pasar Utama: (yoy) Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) 44

57 Jika dibandingkan dengan target pertumbuhan ekspor non migas ke pasar utama yang ditetapkan pada tahun 2015 ini yaitu sebesar 5,5%, dapat terlihat bahwa tingkat capaian pada periode Januari - Oktober tahun 2015 ini masih jauh dari harapan (-161,45%). Berdasarkan data dari tahun 2011 hingga 2015, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke negara-negara yang merupakan pasar utama ekspor Indonesia terus mengalami penurunan. Diharapkan, pada tahun berikutnya pertumbuhan ekspor non migas Indonesia ke pasar utama akan meningkat seiring dengan berbagai program yang akan dilaksanakan untuk tahun-tahun selanjutnya. Program dan kegiatan Kementerian Perdagangan yang ditujukan untuk peningkatan ekspor antara lain program promosi dagang di berbagai negara, kegiatan pengembangan produk untuk peningkatan daya saing, penyediaan informasi pasar dan informasi produk, penyediaan pelayanan hubungan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ekspor. IK 8: Pertumbuhan ekspor non migas ke pasar prospektif Pasar prospektif produk ekspor Indonesia menjadi fokus utama dari strategi diversifikasi pasar ekspor Indonesia. Negara-negara yang masuk kategori emerging market diyakini mampu menopang pertumbuhan ekspor Indonesia ketika negara tradisional diterpa krisis ekonomi sekaligus sebagai upaya untuk melepaskan ketergantungan Indonesia atas negara-negara tujuan ekspor tradisional Indonesia serta untuk memperluas jangkauan pasar produk ekspor Indonesia. Kementerian Perdagangan telah menetapkan negara-negara yang merupakan pasar tujuan ekspor prospektif Indonesia, yaitu Taiwan, Australia, Arab Saudi, Persatuan Emirat Arab, Hongkong, Brazil, Mesir, Turki, Rusia, Meksiko, Myanmar, Afrika Selatan, Nigeria, Ukraina, Kamboja, Argentina, Iran, Peru, dan Cile. 45

58 Bagan Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia ke Pasar Prospektif: Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Pada periode Januari Oktober 2015, nilai ekspor non migas Indonesia ke pasar prospektif tercatat sebesar US$ 18,29 miliar, mengalami penurunan sebesar 15,20% dari periode yang sama pada tahun Sementara apabila dilihat dari volume ekspor yang terjadi pada Januari Oktober 2015, tercatat sebesar 41,33 juta ton (data BPS), mengalami penurunan sebesar 9,97% dari periode sebelumnya. Penurunan nilai ekspor terjadi hampir di seluruh negara yang merupakan pasar prospektif, antara lain Taiwan (-2,20%), Australia (- 20,58%), Hongkong (-25,96%), Persatuan Emirat Arab (-21,26%), Brazil (- 23,14%), Turki (-20,97%), Meksiko (-2,85%) dan Afrika Selatan (-52,75%). Namun demikian, ekspor ke sejumlah negara prospektif menunjukkan peningkatan, diantaranya Arab Saudi (15,61%), Rusia (3,64%), Myanmar (6,56%), dan Kamboja (2,19%). 46

59 Bagan Pertumbuhan Ekspor Nonmigas ke Pasar Prospektif: Jan Okt 2015 (yoy), dalam persen Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Jika dibandingkan dengan target pertumbuhan ekspor nonmigas ke pasar prospektif yang ditetapkan pada tahun 2015 ini yaitu sebesar 9,7%, dapat terlihat bahwa tingkat capaian pada Januari - Oktober tahun 2015 ini masih jauh dari harapan (-156,70%). Jika ditelusuri sejak beberapa tahun terakhir, yakni periode 2010 hingga 2014, ekspor nonmigas Indonesia ke hampir seluruh negara yang merupakan pasar prospektif menunjukkan tren positif. Tren tertinggi ditunjukkan oleh Myanmar, Peru, dan Nigeria, dengan masing-masing sebesar 19,97%, 18,59%, dan 17,49%. Hanya 4 (empat) negara yang termasuk dalam kategori pasar prospektif yang menunjukkan tren negatif, yakni Iran, Ukraina, Argentina, dan Chile, dengan masing-masing nilai tren -13,22%, -4,75%, -3,90%, dan -3,78%. 47

60 Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Berdasarkan data dari tahun 2010 hingga 2015, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke negara-negara yang merupakan pasar prospektif ekspor Indonesia cukup fluktuatif. Adapun tren yang ditunjukkan dari periode secara keseluruhan sebesar 6,01% (periode tahun 2015 belum disertakan karena data belum selesai hingga Desember). Diharapkan, pada tahun berikutnya pertumbuhan ekspor non migas Indonesia ke pasar prospektif akan meningkat seiring dengan berbagai program yang akan dilaksanakan untuk tahun-tahun selanjutnya. Program dan kegiatan Kementerian Perdagangan yang ditujukan untuk peningkatan ekspor antara lain program promosi dagang di berbagai negara, kegiatan pengembangan produk untuk peningkatan daya saing, penyediaan informasi pasar dan informasi produk, penyediaan pelayanan hubungan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ekspor. IK 9: Pertumbuhan ekspor non migas produk (komoditi) utama Selain diversifikasi negara tujuan ekspor, Indonesia juga melakukan diversifikasi produk ekspor. Diversifikasi produk ekspor ditujukan untuk mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia pada produk tertentu. Semakin banyak pilihan produk Indonesia yang diekspor, maka akan semakin kuat posisi Indonesia di kancah perdagangan internasional. Pada awal tahun 2014, Kementerian Perdagangan melakukan pengkajian ulang untuk mengelompokkan produk ekspor Indonesia ke dalam 3 (tiga) kategori yaitu produk utama, produk prospektif, dan produk non migas lainnya. Produk yang masuk dalam kategori produk utama merupakan produk-produk yang memiliki nilai ekspor tertinggi dibandingkan produk lainnya, yaitu sawit (CPO dan turunannya), tekstil dan produk tekstil, 48

61 elektronik, karet dan produk karet, kayu dan produk kayu (pulp & furnitur), produk kimia, produk logam (metal), mesin-mesin, makanan olahan, dan otomotif. Pada tahun 2015, ditargetkan pertumbuhan ekspor non migas produk utama sebesar 5,9%. Adapun realisasi pada tahun 2015 (data Januari Oktober 2015) menunjukkan bahwa nilai ekspor non migas 10 (sepuluh) produk utama mencapai US$ 70,79 miliar atau turun sebesar 9,71% dan dengan tingkat capaian sebesar -164,57% dari target yang ditetapkan. Bagan Nilai Ekspor Nonmigas Produk Utama Indonesia Tahun Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Penurunan nilai ekspor terjadi pada hampir seluruh jenis produk utama sebagaimana ditunjukkan pada gambar. Adapun penurunan tertinggi dicatatkan oleh produk kimia, karet dan produk karet, serta produk logam (metal), dengan masing masing nilai pertumbuhan sebesar -19,63%, -17,68%, dan -16,15%. Dari keseluruhan produk, hanya produk otomotif yang menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 9,06%. 49

62 Bagan Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Produk-Produk Utama: Januari Oktober 2015 (yoy), dalam persen Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Jika ditelusuri sejak beberapa tahun terakhir, yakni periode 2010 hingga 2014, ekspor nonmigas Indonesia ke untuk sebagian besar produk yang termasuk dalam kategori produk utama menunjukkan tren positif. Tren tertinggi ditunjukkan oleh produk otomotif, makanan olahan, dan produk kimia, dengan masing-masing sebesar 17,15%, 12,72%, dan 7,66%. Hanya 3 (tiga) kelompok produk yang termasuk dalam kategori produk utama yang menunjukkan tren negatif, yakni karet dan produk karet, produk logam, serta produk elektronika, dengan masing-masing nilai tren sebesar --9,33%, -5,15%, dan -2,17%. 50

63 Bagan Tren Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Produk-Produk Utama Indonesia Periode (yoy), dalam persen Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Berdasarkan data dari tahun 2010 hingga 2015, nilai ekspor nonmigas Indonesia atas produk-produk yang masuk dalam kategori produk ekspor utama Indonesia cukup fluktuatif. Adapun tren yang ditunjukkan dari periode secara keseluruhan sebesar 1,45% (periode tahun 2015 belum disertakan karena data belum selesai hingga Desember). Diharapkan, pada tahun berikutnya pertumbuhan ekspor non migas Indonesia untuk produkproduk yang termasuk dalam kategori produk utama akan meningkat seiring dengan berbagai program yang akan dilaksanakan untuk tahun-tahun selanjutnya. Program dan kegiatan Kementerian Perdagangan yang ditujukan untuk peningkatan ekspor antara lain program promosi dagang di berbagai negara, kegiatan pengembangan produk untuk peningkatan daya saing, penyediaan informasi pasar dan informasi produk, penyediaan pelayanan hubungan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ekspor. IK 10: Pertumbuhan ekspor non migas produk (komoditi) prospektif Selain kategori ekspor utama, Kementerian Perdagangan juga menetapkan produk-produk yang dikategorikan dalam produk ekspor prospektif. Adapun produk yang masuk dalam kategori produk prospektif merupakan produk yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut dengan kontribusi ekspor cukup baik, yaitu alas kaki, perhiasan, plastik dan barang dari plastik, udang, ikan dan produk perikanan, kopi, kakao dan olahannya, kerajinan, rempah-rempah, dan kulit dan produk kulit. Produk prospektif memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena terdapatnya peluang yang muncul baik dari sisi pengembangan produk 51

64 maupun pengembangan pasarnya. Realisasi pada tahun 2015 (data Januari Oktober 2015) menunjukkan bahwa nilai ekspor non migas untuk produk prospektif mencapai US$ 16,45 miliar atau menunjukkan peningkatan sebesar 7,67% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Bagan Nilai Ekspor Nonmigas Produk Prospektif Indonesia: Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Target realisasi untuk tahun 2015 adalah 10,6%, dengan demikian tingkat capaian untuk periode Januari - Oktober 2015 sebesar 72,36% dari target yang telah ditetapkan. Peningkatan signfikan ditunjukkan oleh sejumlah kelompok produk, di antaranya perhiasan (meningkat 29,27%), kopi (meningkat 22,80%), dan rempah-rempah (meningkat 49,64%). Bagan Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Produk Prospektif Periode Januari Oktober 2015 (yoy), dalam persen Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) 52

65 Jika ditelusuri sejak beberapa tahun terakhir, yakni periode 2010 hingga 2014, ekspor nonmigas Indonesia untuk sebagian besar produk yang termasuk dalam kategori produk prospektif menunjukkan tren positif. Tren tertinggi ditunjukkan oleh produk perhiasan, komoditas udang, dan produk alas kaki, dengan masing-masing sebesar 26,87%, 16,85%, dan 12,17%. Hanya 1 (satu) kelompok produk yang termasuk dalam kategori produk prospektif yang menunjukkan tren negatif, yakni komoditi coklat (kakao), dengan nilai tren sebesar -7,28%. Bagan Tren Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Produk-Produk Utama Indonesia Periode (yoy), dalam persen Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag) Berdasarkan data dari tahun 2010 hingga 2015, nilai ekspor nonmigas Indonesia atas produk-produk yang masuk dalam kategori produk ekspor prospektif Indonesia menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Adapun tren yang ditunjukkan dari periode secara keseluruhan sebesar 10,40% (periode tahun 2015 belum disertakan karena data belum selesai hingga Desember). Diharapkan, pada tahun berikutnya pertumbuhan ekspor non migas Indonesia untuk produk-produk yang termasuk dalam kategori produk prospektif akan meningkat seiring dengan berbagai program yang akan dilaksanakan untuk tahun-tahun selanjutnya. Program dan kegiatan Kementerian Perdagangan yang ditujukan untuk peningkatan ekspor antara lain program promosi dagang di berbagai negara, kegiatan pengembangan produk untuk peningkatan daya saing, penyediaan informasi pasar dan informasi produk, penyediaan pelayanan hubungan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ekspor. 53

66 Sasaran Strategis 4: Menurunnya Hambatan Akses Pasar (Tarif dan Non-Tarif) No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 11 Penurunan index Non - Tariff Measures (baseline tahun 2013 berdasarkan data WTO) 38,32 37,25 102,8% 12 Penurunan rata-rata terbobot tarif di negara mitra FTA (6 negara berdasarkan baseline 2013) 13 Pertumbuhan nilai ekspor yang menggunakan Surat Keterangan Asal Preferensi 9,05 9, ,13% 6% 37% 617% Keterangan: 1 Penghitungan menggunakan realisasi kinerja ekspor tahun IK 11: Penurunan Non-Tariff Measures Index Pengukuran indikator Non Tariff Measure (NTM), umumnya suatu negara akan merujuk pada indikator yang digunakan oleh organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organization (WTO). Adapun dalam situs resmi WTO, terdapat database khusus yang menghitung besaran NTM di setiap negara anggota yang dinamakan Integrated Trade Intelligence Portal (I-TIP). Dalam statistik tersebut, dapat terlihat perkembangan kebijakan NTM yang dikenakan oleh suatu negara terhadap barang yang diekspor oleh negara mitra dagang. Pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan menargetkan penurunan nilai indeks NTM berdasarkan data WTO sebesar 38,32. Penghitungan nilai index tersebut didasarkan pada baseline tahun 2010, sedangkan penetapan target pada tahun menggunakan interpolasi dengan konstanta selisih antara index tahun 2013 dan target yang diharapkan di tahun Target penurunan NTM hanya mencakup yang affected to Indonesia belum termasuk yang potensial NTMs. Pada tahun 2015 realisasi penurunan index non tariff measures yang dihadapi Indonesia di negara mitra utama sebesar 37,25 atau dengan persentase capaian sebesar 102,79%. Capaian indeks NTM tersebut telah melampaui dari target yang ditetapkan, dan jika dibandingkan dengan nilai index tahun 2014, nilai index juga mengalami penurunansebesar21% atau dari 47,26 pada tahun 2014 menjadi 37,25 pada tahun

67 Nilai index tersebut didapat dari observasi data kebijakan NTM yang diterapkan oleh lima negara mitra dagang utama yaitu Jepang, China, Amerika Serikat, India, dan Singapura yang merupakan tolak ukur keberhasilan penurunan NTM secara umum yang notabene merupakan lima besar negara pangsa ekspor Indonesia. Adapun jenis NTM yang diobservasi antara lain Anti dumping (ADP), Safeguards (SG), Sanitary and Phytosanitary (SPS) Emergency and Regular, Special Safeguard (SSG), Technical Barriers to Trade (TBT), Countervailing (CV). Status NTM yang diobservasi adalah NTM yang bersifat in force atau yang telah ditetapkan, dengan periode NTM per tahun selama 10 tahun. Tabel 3-6. Perkembangan Kebijakan NTM in force per tahun Negara Mitra Dagang Utama Indonesia Periode China India Japan Singapore United States of America Sumber: WTO (DIolah oleh Ditjen PPI Kemendag, 2015) Setelah memperoleh data tersebut, masing-masing total NTM untuk setiap negara dibobot berdasarkan pangsa pasar ekspor masing-masing negara. Pangsa pasar ekspor dihitung berdasarkan total nilai ekspor kelima negara. Selanjutnya, nilai terbobot lima negara dijumlahkan sehingga diperoleh total NTM terbobot dari kelima negara mitra. Sebagai upaya untuk dapat menurunkan nilai index NTM tersebut, Kementerian Perdagangan secara aktif berkoordinasi dengan seluruh stakeholders untuk menyiapkan posisi Indonesia terkait kebijakan-kebijakan negara mitra yang dapat menghambat akses pasar ekspor Indonesia yang kemudian disampaikan pada sidang-sidang di forum WTO maupun pada pertemuan-pertemuan yang dilakukan secara bilateral. Pada forum perundingan multilateral, khususnya pada perundingan di WTO, guna menurunkan nilai index NTM adalah dengan melakukan depth analisis pada Trade Policy Review yang dikeluarkan oleh negara-negara yang merupakan partner dagang utama Indonesia dan mengajukan klarifikasi pada forum Trade Policy Review Mechanism terhadap kebijakan yang merugikan Indonesia, serta meminta klarifikasi dan keberatan kepada negara mitra dagang utama Indenesia melalui comitte dan council yang terdapat di WTO. 55

68 IK12: Penurunan Rata-Rata Tarif Terbobot di Negara Mitra FTA Dalam upaya meningkatkan peran perdagangan internasional bagi pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah melakukan berbagai kerja sama perdagangan internasional guna menurunkan hambatan tarif dan non tarif yang diharapkan dapat meningkatkan keunggulan komparatif produk nasional di pasar negara partner. Pencapaian penurunan tarif sebagai hasil kerja sama perdagangan internasional dapat diukur indikator rata-rata tarif sederhana maupun rata-rata tarif terbobot. Dalam rata-rata tarif sederhana, nampak bahwa penurunan tarif masingmasing produk dijumlahkan dan dibagi populasi. Ini artinya, upaya penurunan tarif impor di negara tujuan ekspor pada sektor yang tidak memiliki ekspor juga akan menurunkan rata-rata tarif sederhana sehingga penurunan tarif tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh domestik. Sementara itu, rata-rata tarif terbobot, memberikan bobot yang kecil pada sektor yang memiliki ekspor kecil dan memberikan bobot yang besar pada sektor yang memiliki ekspor besar. Artinya, penurunan tarif impor di negara tujuan ekspor pada sektor yang nilai ekspornya kecil tidak banyak berpengaruh terhadap pencapaian target penurunan tarif impor di negara partner,demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu indikator rata-rata tarif terbobot lebih baik digunakan sebagai indikator pencapaian penurunan tarif dalam kerja sama perdagangan internasional. Hal ini dimaksudkan untuk meningkakan konsentrasi permintaan penurunan tarif di negara-negara dan di sektor-sektor yang masih memiliki hambatan tarif yang tinggi. Target tahunan penurunan rata-rata tarif terbobot didasarkan pada perkiraan proyeksi penyelesaian perundingan dengan negara partner, nilai ekspor ke negara tersebut dan proyeksi penurunan tarif impor yang diperoleh dari negara impor tersebut. Rata-rata penurunan tarif terbobot di negara mitra dihitung berdasarkan komitmen Jepang China, Korea, India, Australia, dan New Zealand terhadap Indonesia pada Perundingan ASEAN dengan Mitra Dialog.) Adapun besarnya target penurunan rata-rata terbobot tarif di negara mitra selama periode adalah sebesar 2,2. Lebih rinci, ditargetkan terjadi penurunan rata-rata terbobot tarif di negara mitra dari 9,05 pada tahun Berdasarkan penjelasan di atas, pada tahun 2015, capaian indikator penurunan rata-rata terbobot tarif di negara mitra sebesar 9,13 atau dengan persentase capaian sebesar 99,12%. Nilai tersebut memang masih belum mencapai target yang ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh menurunya kinerja ekspor Indonesia, dan Indonesia masih belum bisa menikmati konsesi penurunan tarif dalam kerangka ASEAN-Jepang CEP karena Indonesia belum menyelesaikan proses harmonisasi tarif. Namun demikian, berdasarkan hasil rapat koordinasi di Kantor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan c.q. Ditjen Bea dan Cukai akan melakukan 56

69 harmonisasi tarif dimaksud, sehingga Indonesia dapat segera menikmati konsesi penurunan tarif untuk ekspor ke Jepang. IK13: Pertumbuhan Nilai Ekspor yang Menggunakan SKA Preferensi Dengan semakin meningkatnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang suatuperjanjian kerja sama perdagangan internasional, maka akan semakin meningkat pula pemanfaatan yang dapat diambil oleh masyarkat atau pelaku usaha dari hasil suatu perjanjian kerja sama perdagangan internasional tesebut, salah satunya adalah dengan memanfaatkan Surat Keterangan Asal (SKA)Preferensi. Untuk itu, pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan menetapkan peningkatan nilai ekspor yang menggunakan SKA Preferensisebagai indikator dengan target penigkatan sebesar 6%. Selain bertujuan untuk melihat seberapa besar manfaat dari hasil perundingan kerja sama perdagangan internasional yang dilakukan oleh Indonesia dengan negara mitra, indikator ini juga dapat mengukur kinerja Kementerian Perdagangan dalam rangka menurunkan hambatan perdagangan dalam hal ini penurunan tarif. Surat Keterangan Asal Preferensi merupakan dokumen yang berfungsi sebagai persyaratan dalam memperoleh preferensi, yang disertakan pada barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk, yang diberikan oleh suatu negara/kelompok negara tertentu. Saat ini kerja sama FTA yang telah diimplemtasi dalam kerangka regional yang melibatkan Indonesia baik di lingkup internal ASEAN maupun eksternal ASEAN (ASEAN+1), yaitu: ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) yang menggunakan SKA Form D; ASEAN-India FTA, yang menggunakan SKA Form AI; ASEAN-Korea FTA, yang menggunakan SKA Form AK; ASEAN- Australia-New Zealand yang menggunakan SKA Form AANZ; dan ASEAN-China FTA yang menggunakan SKA Form E. Sedangkan dalam kerangka kerja sama bilateral, yaitu Indonesia-Japan EPA, yang menggunakan SKA Form IJEPA dan Indonesia-Pakistan PTA, yang menggunakan Form IP.Berikut adalah realisasi pertumbuhan nilai ekspor yang menggunakan SKA Preferensi: 57

70 Tabel 3-7. Realisasi Pertumbuhan Nilai Ekspor yang Menggunakan SKA Preferensi No Jenis Form Jumlah SKA Nilai FOB (USD)* Jumlah SKA Nilai FOB (USD)* Pertum buhan Jumlah SKA Pertum buhan Nilai FOB Jumlah SKA 2015 Nilai FOB (USD)* 1 FORM AANZ , ,06 15% 33% ,67 2% -17% Pertum buhan Jumlah SKA Pertum buhan Nilai FOB FORM AI , ,68 23% -7% ,52 12% 30% 3 FORM AK , ,56 12% -4% ,28 1% 30% 4 FORM D , ,25 7% 1% ,62 2% 13% 5 FORM E , ,43 20% -24% ,16 2% 112% 6 FORM IJEPA , ,25 5% -9% ,30 1% -4% 7 FORM IP , ,98 287% 254% ,35 6% 1% T O T A L ,75-7,32% ,12% 37,17% Sumber: Ditjen Daglu, Kemendag. *Keterangan: data didapat berdasarkan realisasi pengajuan dokumen yang dilakukan pelaku eskportir di seluruh IPSKA Jika melihat pada tabel realisasi di atas, pada tahun terjadi pertumbuhan nilai ekspor yang menggunakan SKA Preferensi sebesar 37,17% dari US$ 66,40 miliar pada tahun 2014 menjadi US$ 91,08 miliar pada tahun Sedangkan pada periode tahun , nilai ekspor yang menggunakan SKA Preferensi justrumengalami penurunan sebesar 7% dari US$ 71,65 miliar pada tahun 2013 menjadi 66,40 miliar pada tahun Perlu kami sampaikan bahwa, data realisasi nilai ekspor berdasarkan SKA Preferensi tersebut didapatkan berdasarkan realisasi pengajuan dokumen SKA Preferensi yang dilakukan oleh pelaku eksportir di seluruh IPSKA seluruh Indonesia. Kemudian, dari sisi jumlah untuk penggunaan SKA Preferensi pada tahun juga mengalami peningkatan sebesar 2,12% dari lembar pada tahun 2014 menjadi lembar pada tahun Namun, jika dibandingkan dengan tahun , peningkatan jumlah penggunaan SKA Preferensi justru lebih besar yaitu mencapai 12,75%. Tingginya capaian indikator inimenunjukan bahwa, semakin banyaknya para pelaku eksportir yang telah menggunakan SKA prefensi tersebut untuk memanfaatkan konsesi penurunan tarif dari suatu kesepakatan perjanjian perdagangan internasional. 58

71 Bagan Jumlah SKA Preferensi dan Nilai FOB Tahun Kemudian jika melihat pada kinerja ekspor Indonesia, pertumbuhan nilai ekspor yang menggunakan SKA Preferensi justru berlawanan dengan penurunan nilai ekspor Indonesia pada tahun 2015 yang turun sebesar 14,62% dari US$ 175,98 miliar pada tahun 2014 menjadi US$ 150,25 miliar pada tahun Sebagai ilustrasi, berikut adalah grafik pertumbuhan nilai ekspor Indonesia dan pertumbuhan nilai ekspor berdasarkan SKA Preferensi: Bagan Pertumbuhan Nilai Ekspor Indonesia Tahun Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa, dari total nilai ekspor Indonesia baik di tahun 2014 maupun di tahun 2015, nilai ekspor yang menggunakan SKA preferensi mempunyai kontribusi yang cukup besar, yaitu US$ 66,40 miliar atau sebesar 38% dari total nilai ekspor Indonesia pada tahun 2014 sebesar US$ 175,98 miliar. Kontribusi tersebut justru mengalami peningkatan ditengah turunnya nilai ekspor Indonesia pada tahun Pada tahun 2015 Kontribusi nilai ekspor yang menggunakan SKA preferensi mencapai nilai sebesar US$ 91,08 miliar atausebesar 61% dari total ekspor Indonesia pada tahun 2015 sebesar US$ 150,25 miliar. 59

72 Jika mengacu pada target pertumbuhan nilai ekspor berdasarkan SKA Preferensi yang telah ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan yaitu sebesar 6% dan dengan realisasi sebesar 37% maka realisasi capaian kinerja pada indikator ini adalah sebesar 617%. Realisasi sebesar 37% tersebut bahkan melebihi target pertumbuhan di tahun 2019 yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Perdagangan, yaitu sebesar 10%. Tingginya capaian realisasi tersebut tentu didukung dengan usaha Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta kesadaran para stakeholders untuk dapat memanfaatkan hasil FTA melalui berbagai forum, baik dalam bentuk sosialisasi maupun konsultasi publik.kemudian, denganmelihat bahwa sudah terlampauinya target di tahun 2019 sebagaimana tercantum dalam dokumen Renstra, maka diperlukan koreksi atas penetapan target indikator di tahun-tahun berikutnya, dengan mengacu pada realisasi capaian tahun

73 Sasaran Strategis 5: Meningkatnya Promosi Citra Produk Ekspor (Nation Branding) No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 14 Skor dimensi ekspor dalam Simon Anholt Nation Branding Index (NBI) ,67 103,7% IK 14: Nation Branding Index (NBI) Citra suatu negara di dunia internasional biasanya diukur melalui peringkat suatu negara menurut Nation Branding Index (NBI) yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga survey independen asing. Dalam hal ini, Kementerian Perdagangan c.q. Ditjen PEN mengambil hasil Nation Branding Index (NBI) yang disusun oleh Simon Anholt. Indeks tersebut merupakan hasil penggabungan dari sejumlah dimensi yang dianggap berpengaruh terhadap branding suatu negara, yakni pariwisata, ekspor, pemerintahan, investasi dan imigrasi, kebudayaan, dan masyarakat. Namun demikian, Kementerian Perdagangan hanya memfokuskan kegiatan nation branding pada dimensi ekspor. Pada tahun 2015, skor dimensi ekspor NBI Indonesia mencapai angka 46,67. Secara spesifik, skor dimensi ekspor ini merupakan akumulasi dari jawaban responden atas beberapa atribut yang terkait dengan persepsi masyarakat dunia terhadap ekspor Indonesia. Atribut tersebut antara lain berkaitan dengan kontribusi Indonesia terhadap inovasi di bidang ilmu pengetahuan, pengaruh negara asal (country of origin) terhadap keinginan masyarakat global untuk membeli suatu produk, dan derajat kreativitas suatu negara. Jika dibandingkan dengan skor dimensi ekspor tahun 2014, skor NBI dimensi ekspor tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,17 poin. Adapun skor dimensi ekspor NBI tahun 2014 adalah sebesar 46,5. Tingkat capaian yang ditunjukkan pada tahun 2015 dibandingkan dengan target yang ditetapkan adalah 103,7%. Walaupun menunjukkan peningkatan dari sisi skor, peringkat Indonesia pada dimensi ekspor di tahun 2015 mengalami penurunan sedikit dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat ke-39 dari 50 negara, sementara di tahun 2014 Indonesia menduduki posisi ke-38. Bagan Nilai Dimensi Ekspor NBI Simon Anholt

74 Sumber: Simon Anholt NBI (Diolah Ditjen PEN Kemendag, 2015) Mesir masih menjadi negara dengan opini paling baik untuk citra Indonesia (peringkat 30). Setelah Mesir, negara yang memberikan opini paling baik adalah Jepang yang diikuti oleh beberapa negara emerging market yaitu Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Rusia, India dan Meksiko. Di sisi berbeda, Kanada merupakan negara dengan penilaian terburuk bagi Indonesia, demikian pula dengan sejumlah negara lainnya RRT, Brasil, Polandia, Italia, dan Australia. Apabila dilihat dari atribut individual, Indonesia memiliki kinerja terbaik dari sisi ilmu pengetahuan/sains. Terkait atribut dimaksud, Indonesia diapresiasi secara baik oleh Mesir, Jepang, Afrika Selatan, dan Korea Selatan. Sementara itu dari atribut reputasi sebagai negara kreatif, negara-negara yang memberikan respon positif juga merupakan negara-negara yang memberikan nilai baik pada atribut ilmu pengetahuan. Pada survey yang dilakukan di tahun 2015, NBI Simon Anholt melibatkan 20 negara panel yang selanjutnya memberikan persepsi mereka terhadap 50 negara yang disurvey. Dua puluh negara tersebut adalah Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Swedia, Rusia, Polandia, Turki, Jepang, RRT, Korea Selatan, India, Australia, Argentina, Brazil, Meksiko, Mesir, dan Afrika Selatan. Di antara ke-20 negara tersebut, Mesir merupakan negara dengan opini paling baik untuk citra ekspor Indonesia, diikuti oleh India, Meksiko, dan Brazil. Sementara itu, negara yang memberikan respon paling buruk terhadap citra ekspor Indonesia adalah Jerman, Korea Selatan, dan Polandia. Untuk keseluruhan sub atribut pada dimensi ekspor, Indonesia menduduki peringkat yang bervariasi, yakni peringkat 37 untuk sub atribut reputasi atas ilmu pengetahuan dan teknologi, peringkat 39 pada sub atribut reputasi dari pengalaman pembelian produk dan sub atribut reputasi sebagai negara kreatif. Adapun untuk sub atribut reputasi terhadap negara sebagai tempat untuk berbisnis dan berlibur, favorability, dan familiarity, Indonesia memperoleh peringkat berturut-turut yakni peringkat 41, 42, dan

75 Peringkat terbaik Indonesia ditunjukkan pada sub atribut reputasi atas pengalaman pembelian produk dan hasil kunjungan website dimana Indonesia meraih peringkat 34 dari 50 negara. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, untuk dimensi ekspor di tahun 2015, Indonesia masih berada di bawah negara-negara lain seperti Singapura (peringkat 22), Thailand (peringkat 32). Akan tetapi jika dibandingkan dengan perbaikan skor dimensi ekspor, peningkatan skor kedua negara tersebut pada tahun 2015 masih di bawah Indonesia. Untuk negaranegara Asia lainnya, Indonesia juga berada di bawah Jepang (peringkat 2), RRT (peringkat 12), Korea Selatan (peringkat 13), Taiwan (peringkat 24), dan India (peringkat 26). Sebagai upaya untuk membangun citra Indonesia di mata dunia, pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan c.q. Ditjen PEN telah melakukan sejumlah upaya, antara lain pembuatan materi iklan televisi (television commercial/tvc) untuk Nation Branding yang mengangkat mengenai kopi nusantara, pelaksanaan kegiatan Focus Group Discussion untuk membahas mengenai pengembangan konsep Nation Branding, serta partisipasi pada ajang internasional World Expo Milano (WEM) Gambar 3-2. Paviliun Indonesia pada World Expo Milano 2015 World Expo Milano (WEM) 2015 merupakan pameran universal non-komersial yang diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun. Expo sebelumnya diselenggarakan di Shanghai, RRT pada tahun WEM 2015 diselenggarakan selama 6 bulan dari 1 Mei hingga 31 Oktober Partisipasi Indonesia pada WEM 2015 diwakili oleh Koperasi Pelestari Budaya Indonesia (KPBN) pada Expo Milano 2015 dengan mengusung tema The Stage of The World. Desain Paviliun Indonesia menggunakan konsep Bubu dan Lumbung sesuai dengan tema WEM 2015 yaitu Feeding the Planet: Energy for Life, dan menempati areal seluas m2. Desain Paviliun Indonesia termasuk sebagai salah satu dari 24 Most Impressive Designs menurut kantor berita CNN. Paviliun Indonesia rata-rata dikunjungi sekitar pengunjung selama bulan Agustus Pada 28 September s.d. 2 Oktober 2015, di Paviliun Indonesia juga dilaksanakan Indonesia Coffee Week yang terdiri dari serangkaian 63

76 kegiatan seperti coffee cupping, networking, dan free tasting. Paviliun Indonesia termasuk ke dalam 10 besar paviliun yang mendapat kunjungan tamu terbanyak dengan jumlah pengunjung lebih dari empat juta orang, atau paviliun ASEAN dengan kunjungan tamu terbanyak, mengalahkan Malaysia dan Thailand. Hingga akhir kegiatan, Paviliun Indonesia dikunjungi oleh sebanyak pengunjung. Diharapkan melalui penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut, citra produk Indonesia di mata masyarakat dunia dari tahun ke tahun akan semakin baik, dan pada gilirannya akan meningkatkan ekspor Indonesia. Selain itu, sebagai amanat dari Undang-Undang Perdagangan Nomor 7 Tahun 2014, saat ini Kementerian Perdagangan sedang mempersiapkan penyusunan Rancangan Peraturan Presiden tentang Kampanye Pencitraan Indonesia. Untuk lebih memaksimalkan pembangunan dan peningkatan citra Indonesia, perlu dipertimbangkan untuk melakukan mapping negara-negara/ kawasan yang menjadi sasaran pembangunan citra Indonesia sehingga kegiatan pencitraan lebih terfokus. 64

77 Sasaran Strategis 6: Optimalnya Kinerja Kelembagaan Ekspor No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 15 Peningkatan pemanfaatan laporan pasar ekspor (market intelligent dan market brief) oleh dunia usaha ,6% 16 Pendirian Lembaga/Kantor Perwakilan/Pusat Promosi di dalam dan luar negeri 17 Persentase UMKM peserta pelatihan ekspor yang menjadi eksportir baru % 10% 10% 100% IK 15: Peningkatan pemanfaatan laporan pasar ekspor oleh dunia usaha Dalam era kemajuan teknologi dan liberalisasi perdagangan, informasi menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam perdagangan internasional. Informasi yang akurat dan komprehensif akan membantu para pelaku usaha Indonesia dalam merancang strategi untuk melakukan penetrasi maupun strategi memasarkan produknya di pasar tujuan ekspor, selaras dengan upaya menciptakan diversifikasi pasar dan produk ekspor. Kementerian Perdagangan melalui Ditjen PEN terus berupaya memberikan informasi yang komprehensif dan akurat mengenai peluang-peluang maupun hambatan-hambatan ekspor baik di negara-negara tujuan ekspor utama maupun negara-negara tujuan ekspor prospektif melalui penyusunan kajian-kajian pasar. Pada tahun 2014, telah dilakukan penyusunan laporan ringkas pasar tujuan ekspor (market brief) dan laporan analisis pasar tujuan ekspor (market intelligence). Laporan Ringkas Pasar Tujuan Ekspor (market brief) merupakan informasi yang tertuang dalam laporan ringkas pasar tujuan ekspor ini adalah mengenai kondisi pasar tujuan ekspor serta potensi, segmentasi, peluang, selera & perilaku konsumen, peraturan ekspor impor dan juga hambatanhambatan yang mungkin akan dihadapi para eksportir Indonesia dalam memasuki pasar tujuan ekspor tersebut. Pada tahun 2014, telah dilakukan penyusunan sebanyak 12 laporan ringkas pasar tujuan ekspor, antara lain untuk pasar Amerika Serikat, Chile, Argentina, Ukraina, Inggris, Rusia, Mesir, Persatuan Emirat Arab (PEA), Kenya, Australia, Filipina, dan India. Sementara itu, laporan analisis pasar tujuan ekspor (market intelligence) merupakan pengamatan langsung terhadap pasar produk potensial, segmen pasar, strategi pesaing, dengan melihat kondisi negara target pasar untuk melakukan kegiatan penetrasi pasar produk Indonesia. Pada tahun 2014, juga te;ah dilakukan sebanyak 12 kegiatan pengamatan pasar ke sejumlah negara 65

78 sebagai berikut Bulgaria, Turki, Kolombia, Brazil, Rusia, Peru, Kazakhstan, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Persatuan Emirat Arab, Taiwan, dan Hongkong. Informasi tersebut kemudian disampaikan kepada dunia usaha melalui berbagai media, termasuk melalui layanan online Membership Services. Selama tahun 2015, tercatat informasi pasar tersebut (market brief dan market intelligence) telah diunduh oleh 593 pelaku usaha. Realisasi ini menunjukkan tingkat capaian sebesar 118,6% dari target yang ditetapkan (500 pelaku usaha). Untuk indikator ini tidak dapat dilakukan dengan capaian tahun sebelumnya, mengingat perhitungan jumlah unduhan informasi pasar baru dilakukan pada tahun IK 16: Pendirian Lembaga/Kantor Perwakilan/Pusat Promosi di dalam dan luar negeri (unit) Sebagai salah satu upaya untuk mempromosikan produk ekspor Indonesia di pasar global, selain penggiatan promosi dagang, Kementerian Perdagangan c.q. Ditjen PEN juga merencanakan pendirian Windows to Remarkable Indonesia sebagai sarana untuk menampilkan dan memperkenalkan produk-produk berkualitas Indonesia di berbagai negara. Pada tahun 2015, telah dibuka fasilitas ini di Nanning, RRT. Windows to Remarkable Indonesia ini menampilkan berbagai jenis produk ekspor seperti furnitur dan produk makanan. Windows to Remarkable Indonesia berlokasi di China-ASEAN Plaza, Nanning, Republik Rakyat Tiongkok. Selain mempunyai lokasi yang strategis, China-ASEAN Plaza memiliki beberapa kelebihan, seperti terdaftar di berbagai online shop terkemuka RRT (Alibaba, dll) dan juga memiliki fasilitas registered mobile application shop. Kegiatan Windows to Remarkable Indonesia memberikan berbagai fasilitas kepada para peserta yang berpartisipasi, yaitu ruang pamer dengan luas total 472 m 2, pengiriman sampel product, kegiatan one on one business matching, promosi melalui official website dan pencetakan brosur/booklet berisi profil peserta. Peserta yang berpartisipasi pada kegiatan ini berjumlah 36 (tiga puluh enam) perusahaan dari sektor furnitur, home decor, handicraft, makanan dan minuman, sarang burung walet, produk kecantikan dan spa, perhiasan, tekstil, dan sepatu. Windows to Remarkable Indonesia dibuka secara resmi pada tanggal 17 September 2015 dalam konsep galeri atau display only berbasis business to business. Capaian untuk indikator ini tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahuntahun sebelumnya, mengingat indikator ini merupakan indikator/kegiatan baru sebagai hasil refocusing penganggaran Kementerian Perdagangan. Untuk tahun selanjutnya, akan dilaksanakan pembukaan beberapa kantor pusat distribusi, termasuk di antaranya House of Indonesia (HoI) di Bremen, Jerman. Adapun persiapan yang telah dilakukan di antaranya melaksanakan pertemuan dengan para pelaku usaha/eksportir calon peserta HoI, 66

79 penyebaran informasi melalui sosialisasi ke daerah/provinsi di Indonesia, membangun situs web HoI dengan alamat dan sebagainya. HoI Bremen akan berlokasi di Friederich Ebert Strasse, Lt. 1, Gedung Der Lloyd Hof yang berada di tengah kota dan berdekatan dengan shopping mall Karstadt, C&A. Hingga saat ini, produk-produk yang siap untuk dipromosikan di HoI Bremen antara lain kopi, teh, rempah, gula kelapa, snack food, furnitur, produk spa, seasoning, handicraft dan interior decoration. IK 17: Persentase UMKM peserta pelatihan ekspor yang menjadi eksportir baru Sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas pelaku ekspor Indonesia, Kementerian Perdagangan melalui Ditjen PEN menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan ekspor. Kegiatan pelatihan dan pendidikan ekspor yang diadakan melalui Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) dikelompokkan ke dalam 7 (tujuh) bidang pelatihan yaitu Perdagangan Internasional, Pengembangan Produk, Pembiayaan dan Pembayaran Ekspor, Promosi/Komunikasi Ekspor, Strategi Pemasaran Ekspor, Manajemen Mutu dan Pemilihan Distributor. Kegiatan pendidikan dan pelatihan ekspor ini kemudian ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan kegiatan coaching program atau pendampingan pada eksportir maupun calon eksportir Indonesia. Peserta kegiatan ini adalah alumni dari kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh BBPPEI. Dalam program pendampingan tersebut, peserta diberikan pendampingan secara bertahap untuk kesiapan ekspor. Tahap awal atau tahap 1 yaitu tahap persiapan ekspor (0 3 bulan) merupakan pendampingan mengenai pembuatan perencanaan bisnis internasional. Tahap selanjutnya atau tahap 2 yaitu tahap pengembangan pasar (3 6 bulan) berupa pendampingan dalam menyusun strategi memasuki pasar ekspor. Kemudian pendampingan tahap akhir atau tahap 3 yaitu tahap memasuki pasar (6-12) berupa pembekalan keterampilan teknis untuk melakukan penetrasi pasar secara individu (mandiri). Dalam pendampingan tersebut, materi pendampingan antara lain berupa pembuatan analisis SWOT, strategi pemasaran, costing and pricing, serta pengembangan produk. Pada tahun 2014, sebanyak 120 peserta (perusahaan) mengikuti program pendampingan tersebut. Dari peserta program tersebut, sebanyak 20 peserta berhasil menjadi eksportir. Pada tahun 2015, ditargetkan terjadi peningkatan jumlah peserta pelatihan yang menjadi eksportir sebanyak 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak 22 eksportir. Pada tahun 2015, jumlah peserta pelatihan yang menjadi eksportir sebanyak 22 eksportir. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebanyak 10% kenaikan jumlah eksportir baru, maka jumlah 22 eksportir baru menunjukkan capaian sebesar 100% (10% kenaikan setara dengan 22 eksportir baru). Adapun untuk kegiatan pelatihan, pada tahun 2015 telah dilaksanakan sebanyak

80 angkatan pelatihan dengan jumlah peserta sebanyak peserta. Jika dibandingkan dengan capaian selama beberapa tahun terakhir, jumlah peserta coaching program yang menjadi eksportir menunjukkan peningkatan sebagaimana ditunjukkan pada grafik Bagan Jumlah Eksportir Baru Peserta Coaching Program, Sumber: Ditjen PEN - Kemendag Sasaran Strategis 7: Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Impor No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 18 Penurunan pangsa impor barang konsumsi terhadap total impor 7% 7,49% 93,5% IK 18: Penurunan pangsa impor barang konsumsi terhadap total impor Nilai realisasi impor barang konsumsi yang dihitung berdasarkan pos tarif/hs 10 digit sampai dengan bulan November 2015, maka nilainya mencapai US$ 9,75 miliar atau memberikan kontribusi sebesar 7.49% dari keseluruan impor Indonesia. Persentase tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan target tahun 2015 sebesar 7%. Pada indikator kinerja ini, realisasi yang semakin rendah dibandingkan dengan target akan semakin baik sehingga dalam penghitungan tingkat capaian mempunyai hubungan berbanding terbalik antara target dan realisasi. Oleh sebab itu, realisasi indikator kinerja sebesar 7,49% menunjukkan bahwa indikator kinerja ini memiliki tingkat capaian sebesar 93,46% di bawah target. Jika dibandingkan dengan kontribusi pada tahun sebelumnya yakni mencapai 68

81 7.11% atau senilai US$ 12,67 miliar maka terjadi penurunan kontribusi impor barang konsumsi selama periode Tahun Selama tahun 2015 dilakukan pengetatan impor produk yang sebelumnya mengalami kenaikan seperti telepon seluler, elektronika dan makanan sehingga dapat mendorong laju impor atas produk tersebut masing-masing sebesar 36,65%, 28,49% dan 4,14%. Namun demikian, secara keseluruhan target kontribusi impor sebesar 7% belum terpenuhi yang dikarenakan adanya peningkatan impor pada obat tradisional dan suplemen kesehatan, mainan anak dan alas kaki masing-masing sebesar 32,59%, 20,55% dan 10,41%. Bagan Nilai Impor Produk Konsumsi Tahun (Dalam US$ Juta) Sumber: Laporan VPTI (diolah Ditjen Daglu, Kemendag) Dalam pengelolaan impor barang-barang konsumsi, Kementerian Perdagangan melakukan beberapa langkah kebijakan dengan memperketat dan mengurangi alokasi impor beberapa komoditas yang termasuk dalam konsumsi masyarakat atau rumah tangga yakni elektronika, hortikultura, telepon seluler, obat herbal dan kosmetik. Selain itu, sebagai upaya mendorong peningkatan daya saing dan iklim berusaha, bebrapa produk konsumsi dilakukan pengaturan kembali dalam rangka deregulasi dan debirokratisasi yakni untuk impor produk tertentu, produk hortikultura, TPT, dan TPT bermotif batik. 69

82 Sasaran Strategis 8: Meningkatnya Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 19 Pertumbuhan PDB sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 5,0% 2,95% 58,97% IK 19: Pertumbuhan PDB sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya pertumbuhan PDB sektor perdagangan adalah pertumbuhan PDB sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor. Pertumbuhan PDB sektor perdagangan tidak terlepas dari kondisi perekonomian nasional yang sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya adalah konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah. Oleh karena itu, meningkatnya daya beli masyarakat dan pengeluaran pemerintah dapat mendorong laju pertumbuhan konsumsi nasional sehingga memacu pertumbuhan perekonomian nasional. Sesuai dengan target yang ditetapkan dalam RPJMN , pertumbuhan perekonomian nasional yang diukur melalui pertumbuhan PDB pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 5,0%. Ekspektasi pertumbuhan di atas ditunjang dengan tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat yang mencapai 5,4% dan pengeluaran pemerintah sebesar 4,0%. Selanjutnya, pertumbuhan PDB nasional diproyeksikan akan mengalami peningkatan menjadi sebesar 8% pada tahun Hal ini ditopang dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat sebesar 5,9% dan pengeluaran pemerintah sebesar 6,2% pada tahun Mempertimbangkan hal-hal tersebut, seperti yang tercantum di dalam RPJMN target pertumbuhan PDB sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor pada tahun 2015 adalah sebesar 5,0%. Sejak tahun 2011, pertumbuhan PDB sektor sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor cukup fluktuatif. Pertumbuhan PDB sub kategori ini pada tahun 2011 sebesar 11,5%, kemudian di tahun 2012, menurun cukup signifikan, yaitu hanya sebesar 5,7%. Kemudian pada tahun 2013, pertumbuhan PDB sektor perdagangan kembali menurun menjadi 3,4%. Sedangkan di tahun 2014, pertumbuhan PDB mengalami peningkatan menjadi 5,2%. 70

83 Namun, pada tahun 2015 Pertumbuhan PDB sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran Bukan Mobil dan Sepeda Motor mengalami perlambatan dibanding tahun Sampai dengan triwulan III tahun 2015, besaran PDB untuk sub kategori ini adalah Rp 730,3 miliar, atau tumbuh sekitar 3.1% dibandingkan dengan besaran PDB sampai dengan triwulan III tahun 2014 sebesar Rp 708 miliar. Pertumbuhan PDB ini melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014 yang tumbuh sebesar 5,2%. Bagan Pertumbuhan PDB Sub-Kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor Tahun *** Keterangan: *** Angka sangat sangat sementara Sumber: Badan Pusat Statistik (2015) Realisasi pertumbuhan PDB sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran Bukan Mobil dan Sepeda Motor sampai dengan triwulan tiga tahun 2015 masih lebih rendah dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebesar 5%. Beberapa faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan PDB di tahun 2015, antara lain: 1) Belum mengklasifikan e-commerce ke dalam KBLI Perdagangan Eceran Melalui Pemesanan Pos atau Internet Di era globalisasi ini, perdagangan melalui sistem elektronik mengalami kemajuan yang sangat pesat. Transaksi e-commerce pada tahun 2015 mencapai nilai US$3,56 miliar. Pada KBLI tahun 2015, transaksi e- commerce untuk komoditi makanan, minuman, tembakau, kimia, kosmetik, tekstil, alas kaki, bahan perlengkapan rumah tangga, dan beberapa komoditi terkait lainnya diklasifikasikan ke dalam kategori Portal Web dan Kegiatan Pemrograman Komputer. Padahal, jika diteliti lebih lanjut, komoditi-komoditi tersebut seharusnya masuk ke dalam klasifikasi kategori Perdagangan Eceran Melalui Pemesanan Pos atau Internet. Belum terserapnya nilai transaksi e-commerce untuk komoditi-komoditi tersebut menyebabkan PDB pada kategori Perdagangan Besar dan Eceran, 71

84 Bukan Mobil dan Sepeda Motor, tidak menggambarkan nilai yang sesungguhnya berada di lapangan. 2) Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS PDB mencerminkan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara. Nilai PDB berbanding lurus dengan daya saing ekonomi. Semakin melemah nilai rupiah maka semakin menurun PDB. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada tahun 2015 yang menembus hingga Rp lebih per 1 US$, menyebabkan pengaruh ke berbagai bidang, tak terkecuali perdagangan. Pelemahan rupiah ini cukup memberatkan pelaku usaha, terutama yang menggunakan bahan baku impor karena biaya produksi menjadi meningkat. Peningkatan biaya produksi membuat produsen terpaksa meningkatkan harga jual barang sehingga konsumsi masyarakatpun menurun. 3) Penurunan konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah memiliki kontribusi terhadap besarnya PDB. Di tahun 2015, terjadi penurunan konsumsi Pemerintah akibat keterlambatan belanja. Keterlambatan ini disebabkan transisi anggaran dari Pemerintah sebelumnya kepada Pemerintah baru yang membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Umumnya belanja Pemerintah dimulai bulan Januari - Februari. Namun karena transisi Pemerintah, kegiatan belanja ini mundur menjadi bulan Maret April. Keterlambatan belanja Pemerintah ini menyebabkan rendahnya penyerapan anggaran untuk konsumsi yang berimbas pada penurunan nilai PDB. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan PDB untuk sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran Bukan Mobil dan Sepeda Motor, Ditjen PDN melakukan upaya-upaya sebagai berikut: a. Mengusulkan Revisi Perpres No. 39 Tahun 2014 tentang Daftar Negatif Investasi dalam E-commerce Kementerian Perdagangan mengusulkan kepada Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa perdagangan melalui sistem elektronik (e-commerce) hanya dikelompokkan dalam KBLI 4791 bidang usaha Perdagangan Eceran Melalui Pemesanan Pos atau Internet yang terdiri dari: - KBLI Perdagangan Eceran Melalui Media untuk Komoditi Makanan, Minuman, Tembakau, Kimia, Farmasi, Kosmetik, dan Alat Laboratorium; - KBLI Perdagangan Eceran Melalui Media untuk Komoditi Tekstil, Pakaian, Alas Kaki, dan Barang Keperluan Pribadi; 72

85 - KBLI Perdagangan Eceran Melalui Media untuk Bahan Perlengkapan Rumah Tangga dan Perlengkapan Dapur; - KBLI Perdagangan Eceran Melalui Media untuk Barang Campuran sebagaimana tersebut dalam s.d 47913; - KBLI Perdagangan Eceran Melalui Media untuk Berbagai Macam Barang Lainnya. Selanjutnya, penggunaan KBLI 6312 Portal Web dan KBLI Kegiatan Pemrograman Komputer hanya untuk bidang usaha yang spesialisasinya adalah pembuatan portal web ( , chatting, akses ke berbagai sumber daya) dan pemrograman komputer saja (jasa konsultasi yang berkaitan dengan design dan pemrograman yang siap pakai), tidak digunakan sebagai klasifikasi usaha Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, transaksi e-commerce pada tahun 2015 mencapai nilai US$3.56 miliar. Tiga produk paling populer dalam e-commerce adalah pakaian (67%), sepatu (20.2%), dan tas (20%). Jika produk-produk tersebut masuk ke dalam klasifikasi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik, tentu saja nilai PDB untuk sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran Bukan Mobil dan Sepeda Motor akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya. b. Pengembangan Kelembagaan dan Usaha PDB merupakan indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu negara. Untuk meningkatkan PDB, maka digunakan salah satu strategi pembangunan yaitu melalui upaya pengembangan potensi. Salah satu bentuk pengembangan yang dapat dilakukan adalah pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang kemudian juga berpengaruh terhadap perekenomian secara nasional. Beberapa upaya Ditjen PDN untuk mengembangkan UKM di Indonesia, antara lain: 1) Pendampingan waralaba nasional Pendampingan untuk waralaba-waralaba di Indonesia dilakukan di tiga lokasi, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Denpasar dengan jumlah peserta 120 waralaba. Pendampingan ini dilakukan melalui pemberian materi untuk para peserta. Materi yang diberikan mengenai penyusunan perjanjian waralaba antara frachisor dan franchisee, pengelolaan keuangan melalui penyusunan laporan keuangan, dan kelayakan waralaba. 73

86 2) Fasilitasi UKM waralaba/potensial waralaba Fasilitasi UKM waralaba/potensial waralaba adalah dengan mengikuti pameran waralaba baik di dalam negeri maupun luar negeri. Fasilitasi ini dilakukan dalam bentuk penyediaan booth/stand tanpa dipungut biaya pada pameran-pameran waralaba tingkat nasional maupun berskala internasional. Pameran waralaba di dalam negeri diadakan di Jakarta, Banjarmasin, Surabaya, dan Bandung. Jumlah peserta pameran ini mencapai 98 UKM. Untuk pameran waralaba di luar negeri diselenggarakan di Hongkong, Dubai, Manila, dan Taiwan. Beberapa UKM yang mengikuti pameran waralaba di luar negeri antara lain Bakmi Naga, Jojo Cup, Kaizen, D Goen Cafe, Origamii, Royal Tea Roci, Nakamura Healing, Sour Sally, Macs Auto, Griya Farma, Bakso Cak To, Aussy Burger, Kedai Kebab Baba Rafi, Bebek Sari Rasa Pak Ndut H. Mahmudi. Beberapa UKM tersebut bahkan berhasil membuka cabang di luar negeri, seperti Kedai Kebab Baba Rafi yang telah berhasil membuka cabang di Manila, Srilanka, dan Belanda. Sasaran Strategis 9: Meningkatnya Konektivitas Distribusi dan Logistik Nasional No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 20 Jumlah Pasar Rakyat Tipe A ,1% 21 Jumlah Pasar Rakyat Tipe B ,4% 22 Jumlah Pusat Distribusi Regional yang dibangun 2 0 0% 23 Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi 10 % n/a n/a Target pembangunan pasar rakyat sesuai yang tertuang dalam RPJMN tahun adalah sebanyak 5000 pasar. Target pembangunan tersebut merupakan tugas bersama dari beberapa Kementerian/Lembaga, salah satunya adalah Kementerian Perdagangan. IK 20: Jumlah Pasar Rakyat Tipe A Sebagai salah satu upaya untuk mencapai target dimaksud, selama periode Kementerian Perdagangan memproyeksikan pembangunan pasar rakyat Tipe A sebanyak pasar per tahun. 74

87 Pada tahun 2015 Kementerian Perdagangan menargetkan pembangunan pasar Rakyat Tipe A sebanyak 67 pasar. Dalam anggaran reguler ditetapkan 26 Pasar Rakyat Tipe A yang akan dibangun, penambahan anggaran melalui mekanisme APBNP-P menyebabkan penamban sebanyak 51 Pasar Rakyat Tipe A. Sehingga total keseluruhan Pasar Rakyat Tipe A yang menjadi target untuk pembangunan pada tahun 2015 sebanyak 77 Pasar Rakyat. Realisasi pencapaian output pembangunan Pasar Rakyat Tipe A tahun 2015 yang sudah mencapai 100 % sebanyak 51 pasar rakyat. Realiasasi Fisik yang sudah lebih dari 85 % sebanyak 14 pasar rakyat, yang masih kurang dari 85 % sebanyak 2 pasar rakyat, yang tidak melaksanakan ada 7 pasar rakyat, serta yang belum konfirmasi ada sebanyak 3 pasar rakyat. Rendahnya pencapaian output dikarenakan terkendala oleh keterbatasan waktu, cuaca / kondisi alam,terkait lahan, lelang fisik sehingga tidak dapat dilaksanakan, serta force major atau bencana alam. IK 21: Jumlah Pasar Rakyat Tipe B Pada tahun 2015 Kementerian Perdagangan menargetkan pembangunan pasar Rakyat Tipe B sebanyak 70 pasar. Dalam anggaran reguler ditetapkan 13 Pasar Rakyat Tipe B yang akan dibangun, penambahan anggaran melalui mekanisme APBNP-P menyebabkan penamban sebanyak 94 Pasar Rakyat Tipe B. Sehingga total keseluruhan Pasar Rakyat Tipe A yang menjadi target untuk pembangunan pada tahun 2015 sebanyak 109 Pasar Rakyat. Realisasi pencapaian output pembangunan Pasar Rakyat Tipe B tahun 2015 yang sudah mencapai 100 % sebanyak 78 pasar rakyat. Realiasasi Fisik yang sudah lebih dari 85 % sebanyak 9 pasar rakyat, yang masih kurang dari 85 % sebanyak 5 pasar rakyat, yang tidak melaksanakan ada 10 pasar rakyat, serta yang belum konfirmasi ada sebanyak 7 pasar rakyat. Rendahnya pencapaian output dikarenakan terkendala oleh keterbatasan waktu, cuaca / kondisi alam,terkait lahan, lelang fisik sehingga tidak dapat dilaksanakan, serta force major atau bencana alam. IK 22: Jumlah Pusat Distribusi Regional yang dibangun Adapun target Pusat Distribusi Regional yang dibangun adalah 2 unit per tahun. Dalam anggaran regular ditetapkan 2 Pusat Distribusi akan dibangun di Daerah Sumatera Seladan dan Kalimantan Selatan namun karena permasalahan waktu serta revisi DIPA yang terbit pada bulan Agustus, dan khususnya di Kalimantan Selatan terdapat kesalahan dalam menyusun RAB harga satuan tertinggi bahan materian sehingga anggaran pembangunan Pusat Distribus Regional dianggarkan pada tahun

88 IK 23: Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi Sementara itu, Pertumbuhan Omzet Pedagang Pasar Rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi ditargetkan mengalami peningkatan 10 20% sepanjang periode Sampai dengan akhir tahun 2015, tingkat pertumbuhan omzet pasar tersebut masih dalam tahap pendataan, karena pihak ke-3 sebagai pemenang dalam pekerjaan ini kontraknya baru ditandatangani pada 1 Juli 2015 dan kegiatannya baru dilakukan pada 1 Agustus. Sasaran Strategis 10: Meningkatnya Kontribusi Produk Dalam Negeri dalam Konsumsi Rumah Tangga Nasional No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 24 Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional 92,3% 97,2% 105,3% Sumber: Badan Pusat Statistik (2015) IK 24: Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional Sasaran yang ingin dicapai dari peningkatan penggunaan dan perdagangan produk dalam negeri adalah meningkatnya konsumsi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional. Penetapan sasaran ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri sehingga pada akhirnya dapat turut serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap produk dalam negeri dapat membantu menguatkan daya saing dari produk nasional dan meningkatkan citra dari produk dalam negeri. Pada akhirnya, meningkatnya produksi dalam negeri, menguatnya daya saing produk nasional, dan meningkatnya citra dari produk dalam negeri dapat memberikan stimulus besar bagi lahirnya kemandirian ekonomi melalui keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya Konsumsi Produk Dalam Negeri dalam Konsumsi Rumah Tangga Nasional adalah peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional. Indikator ini menggambarkan besarnya proporsi penggunaan produk dalam negeri terhadap konsumsi rumah tangga secara nasional. Selanjutnya, kontribusi produk dalam negeri dalam rumah tangga nasional itu sendiri basis 76

89 perhitungannya berdasarkan pertumbuhan tingkat konsumsi barang dalam negeri terhadap PDB. Adapun target dari peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional sepanjang tahun adalah sebesar 92,3% - 93,1%. Persentase penggunaan barang produksi dalam negeri terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga sejak tahun 2011 relatif tinggi. Pada tahun 2011, rasionya adalah sebesar 96,8%. Rasio penggunaan produk dalam negeri meningkat di tahun 2012 namun tidak signifikan, yaitu sebesar 97,2%. Kemudian rasio ini kembali meningkat namun tidak begitu signifikan, yaitu sebesar 97,3%, dan pada tahun 2014 rasio ini mengalami penurunan, yaitu sebesar 97%. Pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan berhasil mencapai target perjanjian kinerja Peningkatan Kontribusi Produk dalam Negeri dalam Konsumsi Rumah Tangga Nasional. Rasio penggunaan produk dalam negeri yang ditargetkan untuk tahun 2015 adalah 92.3%. Adapun realisasi sampai dengan September 2015 adalah sebesar 97.4%. Penggunaan produk dalam negeri untuk tahun 2015 pada triwulan III meningkat 0.4% dibandingkan tahun Sampai dengan triwulan III tahun 2015, besarnya penggunaan produk dalam negeri adalah Rp 3,5 triliun, atau tumbuh sekitar 5,6% dibandingkan dengan penggunaan produk dalam negeri sampai dengan triwulan III tahun 2014 sebesar Rp 3,3 triliun. Hal ini didukung oleh penurunan impor barang konsumsi. Berdasarkan data realisasi impor Indonesia bulan Januari September 2015 dari BPS, terjadi penurunan impor barang konsumsi sebesar 15.2% dibandingkan periode yang sama pada tahun Kontraksi impor barang konsumsi terindikasi dari impor mobil penumpang yang menurun. Penurunan impor juga terjadi pada golongan barang lainnya, seperti barang baku penolong dan barang modal yang masingmasing mengalami penurunan sebesar 20.68% dan 11.17%. Dalam rangka meningkatkan kontribusi penggunaan produk dalam negeri, Ditjen PDN melakukan upaya-upaya sebagai berikut: a. Fasilitasi UMKM: 1) Bimbingan teknis/workshop UMKM dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kapasitas pelaku usaha (Packaging, Pemasaran, Manajemen Keuangan) agar dapat memaksimalkan potensi pasar dalam negeri. 2) Pemberian bantuan sarana usaha perdagangan (tenda, gerobak dagang, coolbox, peralatan/mesin kemasan, perlengkapan pedagang jamu). Bantuan sarana ini diharapkan dapat membantu UMKM agar produknya mampu bersaing di pasar dalam negeri. b. Promosi: 77

90 1) Partisipasi pameran dalam negeri, yaitu upaya memperluas pemasaran produk UMKM dengan mengikutsertakan dalam pameran dalam negeri, dimana dalam kurun waktu Kemendag telah memfasilitasi UKM untuk mengikuti pameran dalam negeri. 2) Penyelenggaraan Pameran Pangan Nusa dan Pameran Produk Dalam Negeri Regional/Nasional 3) Pencanangan Hari Penggunaan Produk Dalam Negeri melalui berbagai event antara lain: Hari Sepatu Nasional, Gerakan Minum Jamu Nasional yang disertai dengan surat himbauan yang ditujukan pemerintah propinsi/kabupaten/kota seluruh Indonesia. 4) Kampanye 100% Cinta Indonesia yaitu suatu gerakan mengajak dan mengedukasi masyarakat untuk lebih mencintai, membeli dan menggunakan hasil karya Anak bangsa. 5) Sosialisasi dan iklan layanan masyarakat. Sosialisasi ini dilakukan melalui Media Elektronik (TV, Radio,LED), Media Cetak (Koran, Billboard, Majalah), dan Media Online tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan Pameran Produk Dalam Negeri pada Pusat Perbelanjaan Modern. Selain itu,, juga dilakukan kampanye P3DN melalui jalur pendidikan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan seluruh Indonesia serta Sosialisasi kepada pelaku Usaha untuk penggunaan label 100% Cinta Indonesia. c. Advokasi dan Peningkatan Kerjasama (Kemitraan) 1) Forum dagang/misi dagang lokal. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempertemukan antara UMKM dari berbagai propinsi dengan propinsi lain (penjual dan pembeli) yang pada gilirannyaprodukproduk unggulan dari satu daerah akan banyak beredar didaerah lain sehingga produk dalam negeri menguasai pasar di seluruh propinsi serta meningkatkan transaksi domestik. 78

91 Sasaran Strategis 11: Meningkatnya Pemanfaatan Pasar Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 25 Pertumbuhan Volume Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi 26 Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan 2% 7,11% 355,5% 1,8% -30,31% -1683,9% 27 Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang 0,38% -66,87% ,4% IK 25: Pertumbuhan Volume Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) di Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 2000, dimana hal ini ditandai dengan berdirinya PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan pada tahun 2009 berdiri PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) sehingga saat ini Indonesia memiliki 2 (dua) Bursa Berjangka. PBK diharapkan dapat meberikan peran yang strategis dalam perekonomian nasional Indonesia di era perdagangan bebas saat ini yaitu sebagai sarana pengelolaan resiko (risk management) melalui kegiatan lindung nilai (hedging) dan sarana pembentukan harga (price discovery) yang wajar dan transparan serta alternatif investasi bagi pelaku usaha. Pada Tahun 2015, Kementerian Perdagangan menetapkan target atas Pertumbuhan Volume Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) adalah sebesar 2%, dan sampai dengan berakhirnya tahun 2015 realisasi atas indikator tersebut adalah sebesar 7,11% dengan tingkat capaian sebesar 355,5%. Realisasi tersebut diperoleh dengan membandingkan total volume transaksi PBK pada periode Tahun 2015 sebesar lot dengan total volume transaksi PBK Tahun 2014 sebesar lot. Tabel 3-8. Perkembangan Volume Transaksi PBK Periode Jenis Kontrak Volume (lot) Share (%) Volume (lot) +/- (%) Share (%) Volume (Lot) +/- (%) Share (%) Multilateral , ,15 18, ,47 19,43 Bilateral (SPA) , ,11 81, ,27 80,57 79

92 Total , ,11 Sumber: PT BBJ dan PT BKDI (diolah Bappebti) Peningkatan volume transaksi PBK di tahun 2015 jika dibandingkan dengan volume transaksi PBK pada tahun 2014 lebih dikarenakan telah membaiknya kondisi perekonomian baik di Indonesia maupun di global dimana pada tahun 2014 terjadi krisis ekonomi yang dialami oleh beberapa negara maju. Namun demikian jika dibandingkan dengan volume transaksi PBK pada tahun 2013, capaian pada tahun 2015 masih lebih rendah sebesar -4,12%. Selain capaian volume transaksi PBK yang menunjukkan kinerja positif di tahun 2015 jika dibandingkan dengan tahun 2014, capaian atas volume transaksi multilateral juga menunjukkan adanya pertumbuhan, yaitu sebesar 15,47%. Hal ini juga terlihat dari capaian transaksi multilateral di tahun 2015 jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 1,44%. Hal positif lainnya, adalah kontribusi (share) dari transaksi multilateral di tahun 2015 sebesar 19,43% yang menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan share di tahun 2014 sebesar 18,03% dan 2013 sebesar 18,37%. Namun demikian, kontribusi (share) dari transaksi bilateral (Sistem Perdagangan Alternatif/SPA) di tahun 2015 masih dominan, yaitu sebesar 80,57%. Hal ini dikarenakan: 1. Pemahaman pelaku usaha dalam transaksi multilateral masih kurang jika dibandingkan dengan transaksi bilateral (SPA), sehingga diperlukan edukasi secara berkelanjutan; 2. Masyarakat masih cenderung menyenangi transaksi bilateral dikarenakan lebih mudah proses transaksinya (tidak memerlukan proses tawar menawar); 3. Tidak semua Kontrak Berjangka yang diperdagangkan di Bursa Berjangka likuid, sehingga dibutuhkan adanya kajian/review atas beberapa kontrak tersebut ataupun penambahan beberapa Kontrak Berjangka baru; 4. Likuiditas transaksi multilateral masih rendah karena minimnya pengetahuan masyarakat dan nasabah. Disamping itu berlanjutnya tren penurunan harga komoditas akibat perlambatan ekonomi Tiongkok dan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS menjadi tantangan meningkatkan likuiditas transaksi komoditas di Bursa Berjangka; 5. Citra Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) buruk karena demo yang dilakukan nasabah yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha PBK diekspose oleh media massa nasional. Solusi untuk mengatasi permasalahan di atas adalah: 1. Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku usaha melalui sosialisasi; 80

93 2. Peningkatan jumlah pelatihan teknis terhadap pelaku usaha PBK; 3. Peningkatan jumlah cakupan komoditi yang diperdagangkan di Bursa Berjangka; 4. Penengakan hukum terhadap pelaku usaha di bidang PBK; 5. Peningkatan literasi di bidang PBK melalui edukasi dan sosialisasi kepada pelaku usaha, nasabah, masyarakat, aparat penegak hukum dan instansi terkait; 6. Mendorong penyempurnaan sistem perdagangan dan sistem pengawasan yang sesuai dengan standar internasional; 7. Kerjasama Internasional di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi. Kegiatan yang dilaksanakan dalam pada periode Tahun 2015 untuk mendukung pencapaian target adalah melalui pengawasan transaksi PBK. Dengan memperhatikan tingkat capaian Pertumbuhan Volume Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi Tahun 2015 sebesar 7,11% dan melihat besaran target Tahun 2016 dan 2017 sebesar 4 dan 5 %, maka dapat dilihat bahwa capaian Tahun 2015 telah melampaui target jangka menengah yang telah ditetapkan di dalam Rencana Strategis (Renstra). IK 26: Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan Sejak diterbitkannya Undang-Undang No 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang yang kemudian diubah dengan UU No 9 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No 9 Tahun 2006, maka pelaksanaan Sistem Resi Gudang (SRG) telah resmi dipergunakan sebagai salah satu instrumen bagi para pelaku usaha khususnya petani/kelompok tani dalam melakukan penyimpanan barang dalam rangka tunda jual dan perolehan kredit dari Bank. Tabel 3-9. Perkembangan Nilai Transaksi SRG Tahun Tahun Nilai (Rp) +/- (%) , ,32 Sumber: Bappebti Kemendag Pada Tahun 2015, Kemendag telah menetapkan target atas pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan adalah sebesar 1,8%, dan dalam perjalanannya sampai dengan akhir Desember Tahun 2015 realisasi atas target dimaksud 81

94 adalah sebesar -30,31% atau tidak memenuhi target, dimana nilai Resi Gudang yang diterbitkan di tahun 2015 adalah sebesar Rp ,00 lebih rendah dari nilai Resi Gudang yang diterbitkan pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp ,00. Belum tercapainya target atas indikator di atas dikarenakan adanya beberapa kendala ataupun hambatan di lapangan, yaitu: 1. Harga gabah di tingkat petani pada periode tersebut cukup tinggi sehingga petani tidak melakukan tunda jual melalui SRG; 2. Terhentinya operasionalisasi gudang SRG di beberapa daerah yang selama ini aktif dalam penerbitan SRG karena keterbatasan SDM Pengelola Gudang. Upaya/tindak lanjut yang diperlukan untuk mencapai target adalah: 1. Melakukan kerjasama dengan stakeholder terkait seperti Kementerian Koperasi dan UKM, Pemda, Kementerian Pertanian, BI, BULOG, Perpadi dalam peningkatan pemanfaatan SRG; 2. Melakukan sosialiasi, edukasi dan asistensi teknis kepada petani, poktan, gapoktan, koperasi, UKM dan pelaku usaha lainnya di daerah; 3. Melibatkan peran aktif penyuluh lapangan dalam membantu petani memanfaatkan SRG; 4. Mengoptimalkan pemanfaatan gudang-gudang yang telah tersedia (Pemda, BULOG, Koperasi, dan Swasta lainnya) sebagai gudang SRG; 5. Penyiapan calon pengelola gudang di daerah dengan pola pendampingan yang dibiayai melalui APBN; 6. Penyempurnaan Peraturan di bidang Sistem Resi Gudang. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun 2015 untuk mendukung pencapaian target indikator tersebut adalah: 1. Asistensi Sistem Resi Gudang; 2. Penguatan kelembagaan SRG; 3. Pengawasan kelembagaan SRG; 4. Evaluasi pelaksanaan SRG; 5. Pemantauan Pelaksanaan Subsidi SRG. Dengan memperhatikan realisasi atas indikator nilai Resi Gudang yang diterbitkan di tahun 2015 sebesar -30,31%, maka dibutuhkan komitmen dan koordinasi yang baik dari seluruh stakeholder dalam proses pencapaian 82

95 kinerja yang ditetapkan untuk tahun 2016 adalah Pertumbuhan Nilai Resi Gudang sebesar 2%. Ik 27: Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang Pelaksanaan Pasar Lelang Forward di Indonesia didasari oleh Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 650/MPP/Kep/10/2004 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Pasar Lelang dengan Penyerahan Kemudian (Forward) Komoditi Agro yang kemudian di atur kembali dalam Undang- Undang No 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Pelaksanaan Pasar Lelang bertujuan untuk memperpendek mata rantai perdagangan dan terciptanya transparansi harga atas komoditi serta diharapkan dapat meminimalisir disparitas harga komoditi antar pulau. Kementerian Perdagangan pada Tahun 2015 telah menetapkan target atas indikator Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang sebesar 0,38% dan realisasi atas indikator ini adalah sebesar -66,87% atau belum memenuhi target yang ditetapkan. Hal ini ditunjukkan dari Nilai Transaksi di Pasar Lelang pada Tahun 2015 adalah sebesar Rp ,00 dan bila dibandingkan dengan nilai transaksi Pasar Lelang pada Tahun 2014 sebesar Rp , maka nilai transaksi di pasar lelang pada Tahun 2015 mengalami penurunan sebesar -66,87%. Tabel Perkembangan Nilai Transaksi PLK Tahun Tahun Nilai (Rp) +/- (%) , ,87 Sumber: Bappebti Kemendag Belum tercapainya realisasi atas target yang telah ditetapkan disebabkan oleh beberapa masalah yang dihadapi, seperti: 1. Penyelenggaraan pasar lelang tahun 2015 mulai efektif dilakukan pada bulan April 2015 karena menunggu revisi RKAKL Dana Dekonsentrasi; 2. Penyelenggaraan Pasar Lelang di daerah yang telah melakukan revitalisasi yang masih rendah, dikarenakan keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh Penyelenggara Lelang (swasta). 83

96 3. Dengan hanya mentransaksikan komoditi unggulan serta menyeleksi peserta di daerah yang telah melakukan revitalisasi pasar lelang menjadi salah satu faktor menurunnya nilai transaksi pasar lelang. Upaya/tindak lanjut yang diperlukan untuk mencapai target adalah: 1. Sinergi anggaran dinas dan swasta dalam penyelenggaraan pasar lelang yang dilakukan oleh 5 daerah yang telah melaksanakan revitalisasi pasar lelang (penyelenggara PLK swasta); 2. Melakukan sosialiasi, edukasi dan asistensi teknis kepada stakeholder pasar lelang; 3. Mendorong 5 pihak penyelenggara Pasar Lelang Swasta untuk mencari sponsor dalam mendukung Penyelenggaraan Pasar Lelang. 4. Melakukan konsolidasi penyelenggaraan pasar lelang dengan stakeholder pasar lelang di daerah (Dinas yang membidangi perdagangan, pelaku usaha, perbankan, dan instansi terkait) 5. Penyempurnaan Peraturan di bidang Pasar Lelang Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2015 untuk mendukung pencapaian target indikator tersebut adalah: 1. Pembinaan dan Evaluasi Pasar Lelang; 2. Pengolahan Data Transaksi Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Dengan memperhatikan realisasi atas Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang selama Tahun 2015 adalah sebesar -66,31%, maka upaya atau tindak lanjut yang telah ditetapkan dalam rangka mengatasi masalah yang ada di 2015 harus dilakukan dengan baik dan harus didukung oleh seluruh stakeholder sehingga target Tahun 2016 dan 2017 sebesar 0,4% dan 0,5% dapat tercapai. 84

97 Sasaran Strategis 12: Memperkecil Kesenjangan Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Antar Daerah No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 28 Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah < 14,2% 14% 100% IK 28: Memperkecil kesenjangan harga barang kebutuhan pokok adalah Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja memperkecil kesenjangan harga barang kebutuhan pokok adalah Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah. Pada tahun 2015, target dari koefisien variasi dimaksud sesuai dengan RPJMN adalah kurang dari 14,2%. Hal ini dapat diartikan bahwa pada tahun 2015 perbedaan harga suatu komoditi di suatu daerah terhadap harga rata-rata nasional adalah kurang dari 14.2%. Selanjutnya, pada tahun 2019 diproyeksikan bahwa target dari koefisien dimaksud menurun hingga kurang dari 13%. Hal ini dapat diartikan bahwa pada tahun 2019 perbedaan harga suatu komoditi di suatu daerah terhadap harga rata-rata nasional adalah kurang dari 13%. Indikator ini menggambarkan kondisi perbedaan harga barang kebutuhan pokok di seluruh daerah. Adapun barang kebutuhan pokok yang akan yang menjadi target untuk pengukuran sasaran memperkecil kesenjangan harga barang kebutuhan pokok antar daerah dan stabilisasi harga barang kebutuhan pokok terdiri dari 10 (sepuluh) komoditi barang kebutuhan pokok yaitu: (1) beras; (2) gula; (3) minyak goreng; (4) terigu; (5) kedelai; (6) jagung; (7) susu; (8) daging sapi; (9) daging ayam; (10) telur ayam. Secara umum, sejak tahun 2011 sampai 2014, KV harga bahan pokok antar daerah selalu mengalami peningkatan. Tahun 2011, KV harga bahan pokok adalah 13,7%. Kemudian di tahun 2012 meningkat cukup signifikan sebesar 14,2%. Pada tahun 2013, KV harga bahan pokok antar daerah adalah sebesar 14,3%, dan pada tahun 2014 menjadi 14,5%. Sesuai Perjanjian Kinerja Ditjen PDN tahun 2015, KV antar wilayah ditargetkan berada di bawah 14.2%. Adapun realisasi KV antar wilayah di tahun 2015 berada di angka 14%. Persentase capaian terhadap target kontrak kinerja pada tahun 2015 sebesar 14% menurun dibandingkan persentase capaian tahun 2014 yang sebesar 14.5%. Penurunan persentase KV antar wilayah ini menunjukkan turunnya disparitas harga antar daerah untuk barang kebutuhan pokok. Penurunan disparitas harga mengindikasikan distribusi barang kebutuhan pokok di tahun 2015 semakin baik dibandingkan tahun sebelumnya dan diharapkan kesenjangan daya beli masyarakat di satu 85

98 daerah dengan daerah lain semakin kecil. Dengan kata lain, pasar kebutuhan barang pokok diharapkan semakin efisien. Tabel Tabel Koefisien Variasi Harga Antar Provinsi Sumber: BPPP Kemendag (2015) Jika melihat KV masing-masing komoditi, pada tahun 2015, nilai KV untuk komoditi jagung, kedelai, dan telur ayam masih berada di atas 14.2%. Berdasarkan pemantauan harga di ibu kota Provinsi, beberapa daerah yang mengalami tingkat harga jagung yang cukup tinggi adalah Jakarta, Tanjung Pinang, Jayapura, dan Banten, sedangkan harga terendah terjadi di Mataram, Yogyakarta, Semarang, dan Palu. Kemudian untuk komoditi kedelai, wilayah yang harganya relatif tinggi adalah Jayapura dan Manokwari dengan harga tertinggi Rp15.000/kg di Jayapura. Disparitas harga untuk komoditi kedelai ini disebabkan masalah distribusi karena lokasinya yang berada di wilayah Indonesia Timur, sedangkan mayoritas sentra produksi kedelai berada di wilayah Indonesia Barat, khususnya Pulau Jawa. Selanjutnya untuk komoditi telur ayam, terjadi fluktuasi harga yang berbedabeda pada tiap wilayah. Harga telur ayam ras yang paling stabil terdapat di kota Gorontalo, sedangkan harga telur ayam ras yang paling berfluktuasi terdapat di kota Pontianak. Dalam rangka menurunkan koefisien variasi harga barang pokok antar wilayah, Ditjen PDN melakukan upaya-upaya sebagai berikut: a. Pemantauan Harga dan Pengawasan 1) Melakukan pemantauan harga harian di 33 propinsi di 165 pasar, dan dipublikasikan melalui website: ews.kemendag.go.id 86

99 2) Melakukan pemantauan kondisi harga dan pasokan langsung ke pasar tradisional (Pasar Klender, Pasar Santa, Pasar Meruya DKI Jakarta, Pasar Sentral Gorontalo, Pasar Johar - Semarang) maupun ke pasar induk (Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Induk Beras Cipinang, Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang dan Pasar Induk Cibitung - Bekasi). 3) Melakukan pengawasan langsung/sidak ke gudang barang kebutuhan pokok dengan target awal wilayah Jabodetabek dalam rangka antisipasi aksi spekulasi para pelaku distribusi yang mengambil keuntungan secara sepihak. Objek pengawasan antara lain: - Tanda Daftar Gudang (TDG). - Stok Barang Kebutuhan Pokok yang disimpan di gudang. - Pasokan keluar masuk barang di gudang. - Waktu pengiriman order barang. b. Peningkatan Distribusi Barang Pokok 1) Melakukan kerjasama dengan Kemenhub dan Asosiasi Perusahaan Logistik untuk peningkatan efisiensi logistik & distribusi, dengan kesepakatan: Kemendag: - Mengatur pelaku usaha distribusi terdaftar harus menggunakan truck yang dilengkapi sistem tracking dan tracing. - Mendorong optimalisasi penggunaan gudang di sekitar pelabuhan. Kemenhub: - Mewajibkan dan menyediakan alat tracking dan tracing untuk angkutan truk. - Memproses subsidi angkutan barang (PT. PELNI, Jakarta Lyoid dan DAMRI). - Memanfaatkan kapal perintis angkutan laut sebagai gerai berjalan (toko maritim atau apung). - Mendorong perusahaan angkutan kontainer menyiapkan open storage. - Mendorong INSA untuk berpartisipasi mengembangkan pelayaran di wilayah tengah dan timur Indonesia dan ALFI berpartisipasi mengembangkan distribution center di sentra produksi. 2) Mengirimkan surat kepada Gubernur seluruh Indonesia No.584/M- DAG/SD/7/2015 untuk mengintensifkan pemantauan stok, pasokan 87

100 dan harga barang kebutuhan pokok guna memastikan kecukupan stok serta kelancaran distribusi khususnya di sentra-sentra utama produksi dan gudang yang ada di wilayah kerja masing-masing. 3) Bekerjasama dengan BIN dan POLRI untuk pengamanan distribusi dan pencegahan aksi spekulasi melalui penundaan pengeluaran beras dari tempat penyimpanan/gudang. 4) Melakukan fasilitasi kemitraan pelaku usaha sapi/daging sapi di 8 provinsi sentra produksi dan sudah terealisasi di 3 provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Kegiatan ini dihadiri oleh K/L terkait (Kemenko Perekonomian, Kementan, Dinas Perdagangan, dan Dinas Peternakan Daerah), pelaku usaha sapi/daging sapi di sentra konsumsi (asosiasi feedlotter, importir, distributor, dan industri penguna daging sapi), serta pelaku usaha sapi/daging sapi di sentra produksi (peternak, kelompok peternak, koperasi peternak, RPH, dan pedagang ternak). Kegiatan ini bertujuan untuk membangun jaringan bisnis/pemasaran antara pelaku usaha daging sapi di provinsi sentra produksi dengan provinsi sentra konsumsi serta mengembangkan koordinasi daerah sentra ternak dengan daerah konsumen untuk menjamin kelancaran distribusi pasokan sapi/daging sapi. Bentuk kegiatan: - Pemaparan yang dilakukan oleh pelaku usaha dan peternak/kelompok ternak/koperasi ternak/rph terkait kondisi peternakan/industri pengolahan yang dimiliki dan kondisi yang diharapkan dari mitranya. - Peninjauan peternakan/kelompok ternak/koperasi ternak. - Penandatangan MoU kerjasama antara pelaku usaha dan peternak/kelompok ternak/koperasi/rph. 5) Mendukung terselenggaranya Tol Laut untuk distribusi barang kebutuhan pokok di pulau-pulau terluar yang diluncurkan Menteri Perdagangan dan Menteri Perhubungan pada 4 November 2015 di Pelabuhan Tanjung Priok. Hal ini merupakan tindak lanjut dari Gerai Maritim yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan pada 19 Juni c. Penetapan Kebijakan 1) Menetapkan Perpres 71 tahun 2015 tentang Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting serta pengaturan pengendaliannya. Isi dari Perpres ini menetapkan barang kebutuhan pokok dan barang penting serta upaya Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam menjaga ketersediaan barang tersebut di seluruh wilayah NKRI dalam jumlah yang cukup, harga yang stabil, dan terjangkau. 88

101 2) Melakukan deregulasi peraturan perdagangan antarpulau komoditi gula dalam rangka memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha gula dan mengurangi hambatan distribusi gula antarpulau melalui penyederhanaan proses perizinan, melalui Permendag No. 74/M- DAG/PER/9/2015 tentang Perdagangan Antarpulau Gula Kristal Rafinasi. Pokok-pokok pengaturan Permendag dimaksud sebagai berikut: - Menghilangkan pengaturan terhadap perdagangan gula kristal putih antar pulau (tidak ada pengaturan SPPGAP dan PGAPT). - Pengaturan perdagangan antarpulau hanya berlaku untuk Gula Kristal Rafinasi. - Pelaku usaha yang dapat mengantarpulaukan GKR hanya produsen GKR. - Menghilangkan persyaratan rekomendasi dari Kementerian Perindustrian dalam pendistribusian GKR antarpulau. - Persyaratan perdagangan antarpulau GKR adalah permohonan dari Produsen GKR dan bukti permintaan dari industri pengguna. - Surat Persetujuan Perdagangan Antarpulau GKR (SPPAGKR) berlaku selama 2 bulan dan dapat diperpanjang untuk 1 bulan berikutnya. - Produsen dilarang menyalurkan GKR melalui distributor kecuali dalam kondisi tertentu yaitu meningkatnya permintaan kebutuhan GKR dari IKM atau keperluan lainnya dalam rangka hari besar keagamaan nasional, di daerah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu, dengan rekomendasi dari Kementerian Perindustrian/Kementerian Koperasi dan disetujui oleh Menteri Perdagangan. - Sanksi terhadap Produsen GKR yang melanggar ketentuan akan diberikan teguran tertulis, pencabutan SPPAGKR sampai dengan Pembekuan Surat Persetujuan Impor. 89

102 Sasaran Strategis 13: Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 29 Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu < 9% 3,3% 100% IK 29: Menurunnya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu Sasaran kedua dari peningkatan kelancaran distribusi dan jaminan pasokan barang kebutuhan pokok adalah stabilisasi harga barang kebutuhan pokok. Sasaran ini menggambarkan bahwa harga komoditi barang kebutuhan pokok secara nasional dalam satu tahun tidak mengalami fluktuasi harga yang ekstrim. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja stabilisasi harga barang kebutuhan pokok adalah menurunnya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu. Target dari koefisien dimaksud sepanjang tahun sesuai dengan target dari RPJMN adalah kurang dari 9%. Adapun komoditi barang kebutuhan pokok dan barang penting yang menjadi target pengukuran indikator sasaran ini adalah 10 (sepuluh) komoditi barang kebutuhan pokok sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Secara umum, sejak tahun 2011 sampai tahun 2014, KV harga bahan pokok antar waktu selalu berada di bawah target RPJMN sebesar 9%. Dari tahun 2011 sampai tahun 2013, KV harga bahan pokok antar waktu selalu meningkat dari 3,5% s.d 4%, kemudian mengalami penurunan yang cukup signifikan di tahun 2014 menjadi 2,7%. Di tahun 2015 ini, Kementerian Perdagangan berhasil mempertahankan dan mengendalikan stabilitas harga barang kebutuhan pokok. Hal ini tercermin pada realisasi koefisien variasi yang berada di bawah target 9%, yaitu sebesar 3.3%. Semakin kecil nilai koefisien variasi mengindikasikan bahwa disparitas harga barang pokok dari bulan Januari hingga bulan Desember 2015 relatif kecil. Adapun nilai koefisien variasi ini meningkat 22.2% dibandingkan tahun Persentase capaian KV harga antar wilayah pada tahun 2015 sebesar 3.3% meningkat dibandingkan persentase capaian tahun 2014 yang sebesar 2.7%. Peningkakan persentase koefisien variasi ini mengindikasikan bahwa harga barang pokok pada tahun 2014 lebih stabil daripada tahun Namun meskipun meningkat, persentase koefisien variasi tahun 2015 masih berada dalam batas wajar di bawah 9%. 90

103 Tabel Capaian Koefisien Variasi Barang Kebutuhan Pokok Sumber: BPPP Kemendag (2015) Berdasarkan Tabel 9 di atas, pada tahun 2015 komoditi dengan koefisien variasi tertinggi adalah daging ayam, kemudian disusul dengan telur ayam. KV yang tinggi ini mengindikasikan bahwa harga daging ayam dan telur ayam di tahun 2015 belum terlalu stabil jika dibandingkan harga komoditi lainnya. Kenaikan harga daging ayam dan telur disebabkan oleh kenaikan harga jagung sebagai pakan ternak dan peningkatan permintaan menjelang bulan Ramadhan. Meskipun demikian, harga daging ayam masih berada di rentang harga referensi daging ayam (Rp28.000/kg Rp31.000/kg). Selain itu, diperkirakan kenaikan harga daging ayam terjadi seiring penurunan pasokan dari peternak ke pedagang sejak pekan V Oktober Penurunan pasokan ini sejalan dengan kesepakatan antara Pemerintah dan pengusaha untuk mengurangi produksi DOC dengan target sebanyak 6 juta ekor. Dalam rangka menurunkan koefisien variasi harga barang pokok antar waktu, Ditjen PDN melakukan upaya-upaya sebagai berikut: a. Melaksanakan Pasar Murah 1) Pasar murah minyak goreng berkerjasama dengan swasta melalui Corporate Social Responsibility (CSR) ± liter di Jawa Tengah, Jakarta dan Banten. 2) Memberikan penugasan terhadap PT. PPI untuk melakukan operasi pasar dengan melaksanakan pasar murah produk gula kristal putih pada harga jual maksimum Rp ,-/kg yang dilaksanakan di 88 titik di wilayah Jakarta, Bandung, Semarang, Purwokerto, Yogyakarta, Madiun dan Surakarta. 3) Menugaskan Perum Bulog untuk melaksanakan Operasi Pasar Beras melalui surat No 944/M-DAG/SD/11/2015 tanggal 13 November 2015 untuk mengantisipasi perkembangan harga beras di tingkat konsumen 91

104 yang cenderung meningkat, selama periode November - Desember 2015, Perum Bulog telah merealisasikan Operasi Pasar CBP sebanyak 21,3 juta ton dan Pasar Murah Komersial Beras sebanyak 31,2 juta ton. b. Melakukan Pemantauan Harga dan Stok 1) Melakukan pemantauan bekerjasama dengan Dinas Perdagangan Propinsi dan Perum Bulog untuk memonitor perkembangan harga dan ketersediaan stok beras di pasar dan di gudang-gudang Divre Bulog di seluruh Indonesia. 2) Menginstruksikan kepada Dinas Perdagangan Propinsi melalui surat Dirjen PDN Nomor 96/PDN/SD/4/2015 tanggal 17 April 2015 untuk melakukan pemantauan pasokan/stok indikatif gula di tingkat eceran (pasar tradisional dan pasar modern) di daerah masing-masing untuk mengantisipasi kenaikan harga gula. 3) Melakukan evaluasi data bulanan cabe bekerjasama dengan Kementan, Dinas Pertanian daerah, serta asosiasi petani cabe dengan tujuan memperbaiki pola tanam cabe yang selama ini tidak stabil yang berakibat pada flukutatifnya produksi dan harga cabe setiap bulannya. Tindak lanjut hasil evaluasi : - Akan dikembangkan sistem proyeksi harga cabe yang akurat untuk periode 3 bulan ke depan, berdasarkan data jumlah dan umur tanam cabe real. Dengan mendapat informasi proyeksi harga yang akurat, petani bisa menyesuaikan jadwal penanaman cabe agar menghindari panen saat harga jatuh. - Saat ini sistem tersebut sudah berjalan, namun sumber data dan penggunaannya masih terbatas pada anggota AACI (Asosiasi Agribisnis Cabe Indonesia). Apabila sistem berhasil dikembangkan, diharapkan bisa diaplikasikan dalam skala yang lebih luas. - Akan dilakukan pertemuan lanjutan setiap bulannya dalam rangka pengembangan sistem proyeksi harga dimaksud. 4) Melakukan serangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi pasokan sapi dan daging sapi khususnya untuk Provinsi DKI Jakarta dalam rangka menghadapi Bulan Puasa dan Lebaran 2015 di 5 daerah sentra produksi sapi yaitu Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat yang dikoordinir oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 5) Membentuk Posko Pemantauan Harga Barang Kebutuhan Pokok tanggal 16 Juli s/d 21 Juli Selama pelaksanaan Posko, tidak diterima adanya laporan gangguan distribusi barang kebutuhan pokok dari masyarakat. c. Melaksanakan Kerja Sama dengan Pihak Lain 92

105 1) Menginstruksikan kepada asosiasi pelaku usaha barang kebutuhan pokok (produsen, distributor, grosir, agen dan importir) serta Pengelola Pasar (Surat No.33/M-DAG/01/2015 tanggal 16 Januari 2015), agar anggota atau jaringan asosiasi barang kebutuhan pokok untuk segera dapat melakukan penyesuaian dengan menurunkan secara proporsional harga jual barang sampai tingkat konsumen. Kementerian perdagangan akan terus mencermati respon para pelaku usaha atas instruksi dimaksud. 2) Dalam rangka mendukung penguatan pengadaan Gabah/Beras Oleh BULOG, telah diminta kepada Dirjen Tanaman Pangan Kementan untuk terus meng-update ketersediaan data dan kebutuhan gabah/beras 2015 melalui Surat No. 101/PDN/SD/4/2015 tanggal 10 April ) Telah mengirimkan surat kepada para pelaku usaha gula No.490/M- DAG/SD/6/2015, yang intinya meminta pelaku usaha untuk menjaga harga sampai ke tingkat konsumen akhir. Hal ini berdampak kepada harga gula di pasar eceran selama puasa cenderung stabil di kisaran Rp /kg, bahkan dalam seminggu terakhir mengalami penurunan dari Rp /kg menjadi Rp /kg. 4) Telah mengirimkan surat kepada para pelaku usaha sapi No.513/M- DAG/SD/6/2015 untuk menjaga dan membantu mengawal harga jual daging sapi di tingkat konsumen akhir selama Bulan Puasa dan Lebaran Dampak positif kepada stabilnya harga daging sapi selama puasa di kisaran Rp /kg, meskipun pada H-2 Lebaran mengalami kenaikan hingga mencapai Rp /kg, namun per 24 Juli 2015 harga kembali turun menjadi Rp /kg. 5) Dalam rangka menangani penurunan harga livebird di tingkat peternak, telah dilakukan pertemuan dengan instansi Pemerintah dan asosiasi terkait (16 September 2015). Penyebab utama turunnya harga adalah melimpahnya pasokan livebird dengan ukuran di atas 2 kg/ekor (umur di atas 45 hari) akibat dari tidak adanya chick-in selama libur Lebaran Untuk itu akan dilakukan segera langkah-langkah normalisasi harga daging ayam. 6) Menteri Perdagangan melalui Surat No.708/M-DAG/SD/08/2015 tanggal 26 Agustus 2015 Kemendag menugaskan Perum BULOG untuk stabilisasi harga barang kebutuhan pokok di luar beras yaitu daging sapi, kedelai, jagung, minyak goreng, tepung terigu, daging ayam, bawang merah dan cabai. d. Memberikan Fasilitasi: Melakukan pilot project dalam bentuk fasilitasi dan pemberian bantuan serta pendampingan bagi petani di bidang pengolahan pasca panen cabe untuk teknologi pengolahan hasil panen di 10 sentra berkerjasama dengan Kementan serta Kemenkop dan UKM. 93

106 Sasaran Strategis 14: Meningkatnya Pemberdayaan Konsumen, Standardisasi, Pengendalian Mutu, Tertib Ukur dan Pengawasan Barang/Jasa No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 30 Indeks Keberdayaan Konsumen 37 34,17 92,35% 31 Persentase barang impor ber-sni Wajib yang sesuai ketentuan yang berlaku 50% 61,8% 123,6% 32 Persentase barang beredar diawasi yang sesuai ketentuan 60% 49,6% 82,7% 33 Persentase alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) yang bertanda tera sah yang berlaku 50% 49,7% 98,4% Ik 30: Indeks Keberdayaan Konsumen Terdapat dua upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen yaitu perlindungan konsumen secara preventif dan represif. Upaya preventif dalam perlindungan konsumen adalah perlindungan sebelum konsumen mengalami kerugian atau menderita sakit akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa, sedangkan upaya represif yaitu perlindungan ketika konsumen telah mengalami kerugian atau menderita sakit akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Upaya represif telah dilakukan dengan menjamin adanya kepastian hukum kepada konsumen melalui Undang-undang Perlindungan Konsumen serta tersedianya lembaga-lembaga perlindungan konsumen yang dapat diakses untuk mengadukan kerugian yang dialami. Sementara itu upaya perlindungan konsumen secara preventif dalam kenyataannya masih belum sesuai dengan harapan dimana masih terdapat konsumen yang belum mampu menggunakan hak dan kewajibannya sebagai konsumen untuk menentukan pilihan terbaik bagi diri dan lingkungannya sehingga retan akan kerugian. Untuk mewujudkan perlindungan konsumen yang bersifat preventif, maka pemerintah perlu menumbuhkan keberdayaan konsumen. Indikator yang mengambarkan terwujudnya kondisi keberdayaan konsumen tersebut diukur melalui nilai Indeks Keberdayaan Konsumen. Indeks Keberdayaan Konsumen dinilai dapat mengukur tingkat keberdayaan konsumen maupun peningkatan pemberdayaan konsumen karena tingkat keberdayaan konsumen dapat dijadikan dasar untuk mengambil tindakan yang harus diambil untuk meningkatkan pemberdayaan konsumen melalui berbagai upaya edukasi kepada konsumen sebagai langkah preventif terhadap ekses negatif. Definisi operasional Indeks Keberdayaan Konsumen adalah perspektif kesadaran, pemahaman dan kemampuan diukur melalui tiga dimensi dalam interaksi pasar yaitu sebelum pembelian, saat pembelian dan pasca pembelian. Dimensi 94

107 pra pembelian diukur dengan dua indikator, yaitu pencarian informasi dan pengetahuan tentang undang-undang dan lembaga perlindungan konsumen. Dimensi saat pembelian diukur dengan dua indikator, yaitu pemilihan dan preferensi barang/jasa serta perilaku pembelian. Dimensi pasca pembelian diukur dengan dua indikator, yaitu kecenderungan untuk bicara dan perilaku komplain. Pada Tahun 2015, telah dilakukan riset dalam rangka pengukuran Indeks Keberdayaan Konsumen di kota-kota besar pada 13 Provinsi di Indonesia (Sumatera Utara, Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimatan Barat, Maluku, NTT, Papua). Provinsi-provinsi ini dipilih dengan pertimbangan dapat merepresentasikan berbagai kelompok masyarakat di Indonesia baik secara demografi, ekonomi dan pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis indeks keberdayaan konsumen, menganalisis perbedaan indeks keberdayaan konsumen dan merumuskan strategi peningkatan keberdayaan konsumen di Indonesia. Tabel Hasil Penelitian Indeks Keberdayaan Konsumen Tahun 2015 No. Provinsi Indeks Pulau Indeks 1 Sumatera Utara 38,56 2 Riau 36,42 Sumatera 35,26 3 Lampung 30,79 4 Jawa Barat 34,98 5 DKI Jakarta 43,22 6 Jawa Tengah 36,62 Jawa 38,39 7 Jawa Timur 38,74 8 Kalimatan Barat 26,82 Kalimantan 26,82 9 Sulawesi Selatan 36,02 10 Sulawesi Utara 31,19 Sulawesi 33,60 11 NTT 32,34 Nusa Tenggara 32,34 12 Maluku 33,85 Maluku 33,85 13 Papua 24,61 Papua 24,61 Rata-rata nasional 34,17 Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diketahui bahwa Indeks keberdayaan konsumen (IKK) di yang diteliti masih rendah yaitu bernilai 39,14 atau berada dalam tingkat kategori Paham (Tabel 4). Urutan indeks keberdayaan konsumen yang diteliti dari nilai tertinggi adalah Jakarta yang paling berdaya (43,22) dan yang paling rendah (tidak berdaya) adalah Papua (24,61). Secara Umum, dimensi yang paling rendah adalah perilaku komplain yang artinya 95

108 masyarakat masih kurang berdaya melakukan komplain apabila merasa dirugikan. Tabel Penjelasan nilai Indeks Keberdayaan Konsumen No. Tingkat Kategori IKK Deskripsi Taksonomi Bloom 1 Sadar < 20 Mengenali hak dan kewajiban dasar sebagai konsumen 2 Paham 20,01 40 Memahami hak dan kewajiban konsumen untuk melindungi dirinya 3 Mampu 40,01 60 Mampu menggunakan hak dan kewajiban konsumen untuk menentukan pilihan terbaik termasuk menggunakan produk dalam negeri bagi diri dan lingkungannya 4 Kritis 60,01 80 Berperan aktif memperjuangkan hak dan melaksanakan kewajibannya serta mengutamakan produk dalam negeri 5 Berdaya > 80,01 Memiliki nasionalisme tinggi dalam berinteraksi dengan pasar dan memperjuangkan kepentingankonsumen Jika dibandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini, maka angka realisasi lebih rendah 2,83 poin di atas angka target yang ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja pemberdayaan konsumen harus ditingkatkan lebih baik lagi. Perbandingan berikutnya, yaitu membandingkan antara capaian kinerja kinerja tahun ini dengan tahun lalu atau beberapa tahun terakhir, namun analisis tersebut tidak dapat dilakukan karena indikator ini merupakan indikator baru ditetapkan pada Tahun 2015 sehingga tidak ada data pada tahun-tahun sebelumnya. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen rencana strategis, untuk mencapai target Tahun 2016 yaitu 40 maka perlu mengupayakan terobosan-terobosan pemberdayaan konsumen sehingga indeks bisa meningkat 6 poin. Jika dapat diusahakan kenaikan indeks sebesar 5 poin tiap tahun maka pada Tahun 2019 akan dicapai indeks sebesar 54,17 yaitu 4,17 poin melebihi target akhir tahun jangka menengah yaitu 50 pada Tahun Namun demikian, apabila realisasi kinerja tahun ini dibandingkan dengan standar nasional/internasional, akan didapati bahwa IKK Indonesia masih jauh dengan indeks tertinggi di Eropa, yakni Norwegia mencapai 61,63 bahkan jika dibandingkan dengan indeks negara terendah adalah Rumania sekitar 37,83, IKK Indonesia masih sedikit lebih rendah. 96

109 Tabel Perbandingan Indeks Keberdayaan Konsumen di Uni Eropa Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di Eropa, negara dengan indeks tertinggi yakni Norwegia mencapai 61,63 sedangkan negara dengan indeks terendah adalah Rumania yaitu 37,83. Indeks tersebut secara statistik dibagi menjadi tiga golongan. Jika indeks kurang dari 33 persen dianggap kurang, persen dianggap sedang, dan di atas 66 persen dianggap baik. Memperhatikan bahwa indikator IKK pada Tahun 2015 merupakan indikator tahun pertama, dapat dikatakan sebagai awal yang cukup baik. Beberapa hal mendukung keberhasilan kinerja pada indikator ini antara lain karena riset baru dilakukan di kota-kota besar belum mencakup baik wilayah urban maupun rural seperti wilayah Kalimantan, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu target yang ditetapkan juga tergolong mudah dicapai karena setara dengan indeks terendah di Eropa sehingga relatif mudah dicapai. IK 31: Persentase konsistensi barang beredar yang diawasi yang sesuai ketentuan 97

110 Barang yang akan beredar di pasar dalam negeri dan telah memiliki Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT-SNI) baik produk impor ataupun produksi dalam negeri diwajibkan memiliki mutu yang tetap konsisten sesuai persyaratan mutu yang ditetapkan. Akan tetapi, berdasarkan pengawasan yang dilakukan sebelumnya, masih diperoleh hasil bahwa produk yang sudah terdaftar memiliki mutu produk yang tidak sesuai dengan standar walaupun telah memperoleh SPPT SNI. Uji petik ketertelusuran mutu barang dilakukan dalam rangka monitoring kesesuaian mutu barang, sehingga dapat diketahui barang mana saja yang aman untuk dikonsumsi masyarakat. Salah satu keberhasilan dalam upaya perlindungan konsumen diantaranya akan tercapai apabila hasil uji petik yang dilakukan terbukti masih sesuai dengan ketentuan SNI. Oleh karena itu, penerbitan NPB menjadi instrumen yang penting untuk melindungi konsumen atas konsumsi barang yang beredar di pasar. Kondisi tersebut diukur melalui indikator Persentase Konsistensi Mutu Barang Impor Ber-SNI Wajib yang sesuai ketentuan, yaitu dengan perbandingan antara jumlah barang impor ber-sni yang sesuai ketentuan dibagi dengan jumlah contoh uji petik kemudian dikalikan angka 100%. Semakin tinggi persentase menggambarkan semakin tingginya konsistensi mutu barang impor sehingga aman untuk dikonsumsi masyarakat. Selama Tahun 2015, telah dilakukan pengambilan contoh pada kegiatan uji petik ketertelusuran mutu barang sebanyak 89 merk produk (lampu hemat energi, setrika, kipas angin, saklar, tusuk kontak dan kotak kontak serta korek api, pupuk (NPK, TSP, ZA, Fosfat Alam, NPK Padat), ban dalam truk dan bus, serta ban sepeda motor dari gudang importir di Jakarta, Sumatera Utara, Jawa Timur, Bekasi dan Banten) dan semua barang sudah diserahkan kepada Balai Pengujian Mutu Barang untuk dilakukan pengujian. Tabel Hasil Pelaksanaan Uji Petik Tahun 2015 No. Jenis barang Jumlah barang 1 Triwulan I 18 merek 2 Triwulan II 48 merek 3 Triwulan III 23 merek 4 Triwulan IV Total 0 merek 89 merek Setelah dilakukan pengujian, diketahui bahwa 55 merek telah sesuai dengan ketentuan/standar yang berlaku, 26 merk tidak sesuai SNI, dan 8 merek masih dalam proses pengujian di laboratorium BPMB sehingga persentase barang impor ber-sni wajib yang sesuai ketentuan yang berlaku 61,80%. 98

111 Persamaan 3-1. Hasil Penghitungan Persentase Konsistensi Barang Beredar Jika dibandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini, maka angka realisasi lebih tinggi 12% di atas angka target yang ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja yang diukur dengan indikator ini telah dilaksanakan dengan baik. Pada Tahun 2014 persentase konsistensi mutu barang impor ber-sni wajib yang sesuai ketentuan tercatat kurang dari 50% sedangkan Tahun 2015 yaitu 62%. Hal ini menunjukkan ada peningkatan kinerja pengawasan mutu produk impor dan kepatuhan importir. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen rencana strategis, maka realisasi Tahun 2015 sudah melebihi target Tahun 2018 yaitu 60%. Jika kinerja tahun depan bisa sebagus tahun ini maka dimungkinkan realisasi tahun depan bisa melebihi target Tahun Indikator kinerja ini bisa dibandingkan dengan kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang melakukan pengukuran kinerja serupa. Dalam rangka melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di ASEAN maka Badan POM mengukur persentase kosmetik yang aman, bermanfaat, dan bermutu (memenuhi syarat). Pada Tahun 2014, hasil pengujian laboratorium terhadap sampel kosmetik menunjukkan bahwa kosmetik yang aman, bermanfaat, dan bermutu (memenuhi syarat) adalah sebesar 98,72% atau naik sebesar 0,68% dibandingkan Tahun 2010 (98,04%). Apabila kinerja dua instansi ini dibandingkan, maka kinerja Kementerian Perdagangan masih tertinggal jauh dari kinerja Badan POM. Bagan Profil kosmetik yang memenuhi syarat Tahun Sumber: Laporan Kinerja Badan POM Tahun

112 Salah satu kekurangan pada indikator ini adalah tidak menampilkan data perbandingan produk yang diuji petik dengan total produk impor yang masuk ke dalam negeri sehingga belum terlihat seberapa besar cakupan kinerja dalam skala nasional. Selain itu, juga belum terlihat besar peningkatan dari tahun ke tahun (persen peningkatan). Memperhatikan bahwa indikator ini pada Tahun 2015 merupakan indikator tahun pertama, dapat dikatakan sebagai awal yang cukup baik. Beberapa hal mendukung keberhasilan kinerja pada indikator ini antara lain karena dukungan laboratorium dan tenaga penguji mutu barang yang memadai. IK 32: Persentase barang beredar yang diawasi yang sesuai ketentuan Upaya perlindungan konsumen tidak hanya dilakukan melalui kegiatan yang bersifat preventif seperti sosialisasi ketentuan perundang-undangan, namun juga perlu didukung dengan kegiatan pengawasan barang beredar dan jasa. Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M- DAG/PER/5/1999 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa, pengawasan dilaksanakan baik secara berkala maupun khusus sampai dengan wilayah kabupaten/kota. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa barang dan atau jasa yang diperdagangkan, memenuhi ketentuan yang berlaku antara lain: 1. SNI Wajib, 2. Penyertaan buku petunjuk penggunaan dan kartu garansi dalam Bahasa Indonesia (MKG), 3. Penggunaan label dalam bahasa Indonesia, 4. Pelaksanaan distribusi, dan 5. Perdagangan bidang jasa. Persentase kesesuaian barang beredar yang diawasi yang sesuai dengan ketentuan diharapkan dapat merefleksi peningkatan perlindungan konsumen sekaligus menjadi tolok ukur dalam menilai peningkatan kinerja pengawasan barang beredar dan jasa. Dengan semakin tinggi capaian indikator kinerja tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kinerja pengawasan barang beredar dan jasa semakin meningkat dan memberikan dampak positif terhadap peningkatan perlindungan konsumen di Indonesia. Capaian indikator kinerja Persentase kesesuaian barang beredar yang diawasi yang sesuai diukur dengan membandingkan jumlah produk yang diawasi yang telah memenuhi ketentuan yang berlaku terhadap jumlah total produk yang diawasi. Selama Tahun 2015, jumlah barang beredar yang telah diawasi dengan parameter ketentuan SNI Wajib, buku petunjuk penggunaan dan kartu garansi, label berbahasa Indonesia, dan distribusi adalah sebanyak 500 produk. 100

113 Tabel Daftar barang yang diawasi Tahun 2015 No. Jenis barang Jml 1 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 89 Total 500 Dari jumlah tersebut, sebanyak 211 barang telah sesuai ketentuan, 249 barang tidak sesuai ketentuan, dan 40 barang masih dalam proses uji laboratorium. Jadi, persentase barang beredar yang diawasi yang sesuai ketentuan 49,60%. Persamaan 3-2. Hasil Penghitungan Persentase Barang Beredar Jika dibandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini, maka angka realisasi lebih rendah 10,40% di bawah angka target yang ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja yang diukur dengan indikator ini belum sebaik yang diharapkan. Pada Tahun 2014 persentase barang beredar yang diawasi yang sesuai ketentuan tercatat 36,11% sedangkan Tahun ,60%. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan kinerja pengawasan barang beredar dan kepatuhan pelaku usaha. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen rencana strategis, maka realisasi Tahun 2015 masih jauh dari angka target Tahun 2019 yaitu 75%. Perlu upaya lebih keras untuk mengejar target pada tahun-tahun kedepan, meningkatkan realisasi paling tidak sebesar 5% per tahun. Indikator ini bisa dibandingkan dengan kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang melakukan pengukuran kinerja serupa. Dalam rangka melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di ASEAN maka Badan POM mengukur persentase kosmetik yang aman, bermanfaat, dan bermutu (memenuhi syarat). Pada Tahun 2014, hasil pengujian laboratorium terhadap sampel obat menunjukkan bahwa obat yang aman,berkhasiat, dan bermutu (memenuhi syarat) adalah sebesar 99,20%, atau naik sebanyak 4,98% dibandingkan Tahun 2010 (94,22%). Apabila kinerja dua instansi ini dibandingkan, maka kinerja Kementerian Perdagangan masih tertinggal jauh dari kinerja Badan POM. 101

114 Bagan Profil obat yang memenuhi syarat Tahun Sumber: Laporan Kinerja Badan POM Tahun 2014 Salah satu kekurangan pada indikator ini adalah tidak menampilkan data perbandingan produk yang diawasi dengan total potensi barang beredar di pasar sehingga belum terlihat seberapa besar cakupan kinerja dalam skala nasional. Memperhatikan bahwa indikator ini pada Tahun 2015 merupakan indikator tahun pertama, dapat dikatakan sebagai awal yang cukup baik. Beberapa kendala yang menghambat kegagalan kinerja pada indikator ini antara lain karena jumlah dan kualitas SDM pengawas yang belum memadai dan perlu ditingkatkan lagi mengingat beban kerja yang demikian besar. IK 33: Persentase alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) yang bertanda tera sah yang berlaku Salah satu pilar untuk mewujudkan perlindungan konsumen adalah terciptanya jaminan kebenaran hasil pengukuran dari UTTP yang digunakan dalam berbagai kegiatan transaksi perdagangan. Perdagangan yang adil tercermin pada kondisi dimana konsumen memperoleh haknya secara penuh sesuai dengan harga yang dibayarkan dan sebaliknya penjual tidak mengalami kerugian atas nilai harga barang yang dijualnya. Pemberian jaminan kebenaran hasil pengukuran tersebut dilakukan melalui pemberian cap tanda tera sah yang berlaku terhadap UTTP untuk jangka waktu tertentu melalui proses tera dan tera ulang. Dengan demikian, perlindungan konsumen akan terwujud apabila seluruh UTTP yang digunakan dalam transaksi perdagangan di Indonesia dapat dijamin kebenaran hasil pengukurannya. Indikator yang dapat mengambarkan kondisi tersebut adalah Persentase UTTP bertanda tera sah yang berlaku. Indikator tersebut dihitung melalui perbandingan antara jumlah UTTP bertanda tera sah yang berlaku dibandingkan dengan jumlah potensi UTTP yang wajib di tera dan tera ulang di Indonesia. Dimana semakin tinggi persentase maka semakin baik kondisi tertib ukur yang artinya upaya 102

115 perlindungan konsumen semakin baik pula. Adapun data jumlah potensi UTTP yang wajib di tera dan tera ulang di Indonesia berdasarkan Laporan Hasil Survei Sucofindo Tahun 2011 adalah unit. Tabel Daftar rincian UTTP yang bertanda tera sah Tahun 2015 No. Rincian Jumlah 1. Meter listrik Meter air UTTP yang ditera-tera ulang selama Tahun Total UTTP Realisasi UTTP yang ditera-tera ulang pada periode Tahun 2015 adalah sebesar unit sedangkan jumlah meter listrik dan meter air yang ditera Tahun dan masih bertanda tera sah adalah unit. Maka persentase UTTP bertanda tera sah 49,70% (target tercapai 98,41%). Persamaan 3-3. Hasil Penghitungan Persentase UTTP Bertanda Tera Sah Jika dibandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini, maka angka realisasi lebih rendah 0,3% di atas angka target yang ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja yang diukur dengan indikator ini telah dilaksanakan dengan cukup baik meskipun target tidak tercapai. Perbandingan berikutnya, yaitu membandingkan antara capaian kinerja kinerja tahun ini dengan tahun lalu atau beberapa tahun terakhir. Pada Tahun 2014 persentase UTTP bertanda tera sah tercatat 51,65% sedangkan Tahun 2015 adalah 49,70%. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan kinerja. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen rencana strategis, maka realisasi Tahun 2015 masih jauh dari target Tahun 2019 yaitu 70%. Indikator ini bisa dibandingkan dengan kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Kementerian Kesehatan) yang melakukan pengukuran indikator kinerja persentase produk alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang beredar memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan manfaat. Sampling alat kesehatan dan PKRT adalah salah satu langkah yang ditempuh dalam rangka pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap keamanan, mutu, dan manfaat alat kesehatan dan PKRT yang telah memiliki izin edar. Pengambilan sampel alat kesehatan dan PKRT dilaksanakan di 33 Provinsi. Secara nasional target 103

116 indikator produk alat kesehatan dan PKRT yang beredar tercapai dengan realisasi indikator kinerja sebesar 95.86%. Tabel Persentase Produk Alat Kesehatan dan PKRT yang Beredar Memenuhi Persyaratan Keamanan, Mutu, dan Manfaat Sumber: LAK Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Tahun 2014 Apabila kinerja dua instansi ini dibandingkan, maka kinerja Kementerian Perdagangan masih tertinggal jauh dari kinerja Kementerian Kesehatan. Salah satu kekurangan pada indikator ini adalah tidak menampilkan data mutakhir potensi UTPP nasional sehingga data yang digunakan masih mengacu Tahun 2011 padahal pertumbuhan UTTP nasional terus terjadi tiap tahun. Memperhatikan bahwa indikator ini pada Tahun 2015 merupakan indikator tahun pertama, dapat dikatakan sebagai awal yang cukup baik. Beberapa hal menghambat keberhasilan kinerja pada indikator ini antara lain karena jumlah dan kualitas SDM petugas pengawas metrologi legal yang terbatas. 104

117 Sasaran Strategis 15: Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 34 Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan Sistem Informasi Kementerian Perdagangan 40 kab/kota 45 kab/kota 112,5% 35 Prosentase Kab/Kota yang dapat menerbitkan SIUP TDP maksimal 3 Hari Keterangan: * Data realisasi hingga Triwulan III Tahun % 3,5%* (44 dari 511 kab/kota) 8,6% Ik 34: Terintegrasinya layanan perizinan perdagangan di daerah dengan Sistem Informasi Kementerian Perdagangan Selama periode , ditargetkan jumlah kabupaten/kota yang memberikan pelayanan perizinan perdagangan dalam negeri yang terintegrasi secara online dengan Kementerian Perdagangan mengalami peningkatan mulai dari 40 kabupaten/kota pada tahun 2015 hingga menjadi 200 kabupaten/kota pada tahun Pada tahun 2013 Kementerian Perdagangan telah membangun aplikasi Sistem Informasi Perusahaan Online (SIPO) yang dapat menghimpun data-data SIUP, TDP, STPW dan IUTM secara online dari kantor-kantor instansi penerbit tingkat kabupaten/kota (PTSP) untuk disimpan secara terpusat di database Kementerian Perdagangan. Pembangunan SIPO dimaksudkan untuk menyediakan data dan informasi tentang usaha dan perusahaan di tingkat nasional secara cepat dan akurat bersumber dari penerbitan SIUP, TDP, STPW dan IUTM serta untuk memberikan kemudahan bagi instansi penerbit dalam menyampaikan pelaporannya. Hingga tahun 2014, SIPO telah diimplementasikan di 15 (lima belas) kabupaten/kota dan pada tahun 2015 sudah diimplementasikan di 45 (empat puluh lima) kabupaten/kota. Implementasi SIPO pada tahun 2015 dilakukan di 45 instansi penerbit SIUP dan TDP di wilayah jawa, diprioritaskan bagi daerah yang memilih menggunakan aplikasi SIPO yang dibangun Pusat yaitu aplikasi SIPO dengan metode web form. Metode Web Form, yaitu sistem yang dibangun Direktorat Bina Usaha Perdagangan, disebut aplikasi Sistem Informasi Perusahaan Online (SIPO) yang berbasis web dengan alamat : Dengan solusi ini, daerah melakukan penerbitan dan pengolahan data melalui web SIPO. Solusi Web Form dapat dipilih apabila daerah tidak memiliki sistem (aplikasi komputer) sebelumnya atau apabila daerah ingin meninggalkan sistem yang dimiliki sebelumnya dan mau beralih ke aplikasi SIPO. 105

118 Implementasi yang telah berjalan hingga saat ini tentunya tidak selalu berjalan baik. Terkadang ada beberapa persoalan yang menyebabkan terhentinya aliran data penerbitan SIUP, TDP, STPW, dan IUTM. Salah satu persoalan yang terjadi adanya pelimpahan wewenang penerbitan yang sebelumnya berada di Dinas yang terkait Perdagangan menjadi di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagaimana Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Hal-hal tersebut perlu diselesaikan dengan segera agar aliran data yang bersumber dari aplikasi SIPO dapat diteruskan.di sisi lain pihak PTSP sebagai penerbit SIUP, TDP, STPW, dan IUTM masih belum memahami secara baik kebijakankebijakan yang terkait penerbitan SIUP, TDP, STPW, dan IUTM. Berdasarkan indikator tersebut maka Direktorat Bina Usaha Perdagangan dalam hal ini yang menangani terkait perizinan perdagangan mengadakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Di Bidang Usaha Perdagangan. Kegiatan ini diselenggarakan dan dihadiri para pejabat dari Dinas teknis yang membidangi bidang Perdagangan dan Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di wilayah, kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Identifikasi Implementasi SIPO bertujuan untuk menyatukan persepsi diantara para pejabat daerah khususnya pejabat penerbit SIUP, TDP, STPW dan IUTM tentang pentingnya data pelaporan penerbitan tersebut tidak hanya bagi Kementerian/Lembaga saja tetapi bagi kepentingan umum yang lebih luas sekaligus memberikan pemahaman tentang SIPO dan pemakaian aplikasi SIPO kepada daerah yang telah terimplementasi SIPO. Dalam rangka mengemban fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap usaha perdagangan sehingga dapat terciptanya perusahaan yang jujur, transparan dan berdaya saing tinggi, diperlukan ketersediaan data dan informasi tentang (TDP usaha dan perusahaan yang bersumber antara lain dari penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan), Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) dan Izin Usaha Toko Modern (IUTM) dan melalui pembangunan Sistem Informasi Perusahaan Online (SIPO) dimaksudkan untuk menghimpun data dan informasi tentang usaha dan perusahaan yang bersumber SIUP, TDP, STPW dan IUTM secara online, cepat dan akurat serta memberikan kemudahan bagi instansi penerbit dalam mengoptimalkan pelaporannya. Dengan tersedianya data secara nasional melalui Implementasi SIPO diharapkan juga dapat memberikan gambaran secara lebih detil tentang struktur usaha di Indonesia dan dapat sebagai bahan rumusan kebijakan secara nasional. IK 35: Persentase Kab/Kota yang dapat menerbitkan SIUP TDP maksimal 3 Hari Persentase kabupaten/kota yang dapat menerbitkan SIUP TDP dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari ditargetkan mengalami peningkatan mulai dari 60% pada tahun 2015 hingga menjadi 100% pada tahun

119 Persentase kabupaten/kota yang dapat menerbitkan SIUP TDP dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari ditargetkan mengalami peningkatan mulai dari 60% pada tahun 2015 hingga menjadi 100% pada tahun Sampai dengan triwulan III tahun 2015, telah ada 44 kabupaten/kota yang diidentifikasi telah menerbitkan SIUP dan TDP dalam jangka waktu paling lama 3. Kendala pada penerbitan SIUP/TDP maksimal 3 hari terdapat pada pengumpulan data, Penyebab tidak diperolehnya data tersebut disebabkan keengganan dari kab/kota untuk menyerahkan data waktu pada waktu pelaku usaha/masyarakat menyerahkan dokumen pendaftaran SIUP dan TDP ke instansi terkait di kabupaten/kota. Kendala lain yang diperoleh dalam memperoleh data waktu penerbitan SIUP dan TDP adalah terjadinya pemisahan kewenangan penerbitan antar instansi di beberapa kab/kota. Misalkan saja ada kab/kota yang menyerahkan kewenangan penerbitan SIUP di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang berada Sekretariat Daerah, sedangkan kewenangan penerbitan TDP berada di bawah Dinas teknis yang membidangi perdagangan. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan di atas, maka pengukuran IK 35 belum dapat mencapai target. Perlu upaya lain, misalkan melalui perbaikan metodologi pengumpulan data dan perubahan cara komunikasi supaya kab/kota dapat memberikan data secara lengkap waktu penerbitan SIUP dan TDP. 107

120 Sasaran Strategis 16: Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha di Bidang Perdagangan Luar Negeri No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 36 Peningkatan rasio nilai ekspor yang menggunakan SKA preferensi dan Non Preferensi terhadap total ekspor (%) 37 Persentase Waktu Penyelesaian Perijinan Ekspor dan Impor Sesuai dengan SLA 38 Presentase Peningkatan pengguna Sistem Perijinan Online (persen) 65% 71,8% 110,5% 75% 60,55% 80,8% 15% 170,6% 1137,2% Ik 36: Peningkatan rasio nilai ekspor yang menggunakan SKA preferensi dan Non Preferensi terhadap total ekspor Selama periode , ditargetkan rasio nilai ekspor yang menggunakan SKA preferensi dan Non Preferensi terhadap total ekspor mengalami peningkatan mulai dari 65% pada tahun 2015 hingga menjadi 73% SKA pada tahun Pada Tahun 2015, diperoleh rasio nilai ekspor yang menggunakan Surat Keterangan Asal (SKA) Preferensi dan Non-Preferensi terhadap total ekspor adalah sebesar 71,81%. Hal ini didapat dari perhitungan data nilai ekspor yang menggunakan SKA Preferensi dan Non-Preferensi yaitu sebesar USD milyar dibandingkan terhadap nilai total ekspor Indonesia sebesar USD milyar untuk periode Januari S.D Desember Ik 37: Penyelesaian Perijinan Ekspor dan Impor Sesuai dengan SLA Sementara itu, waktu Penyelesaian Perijinan Ekspor dan Impor Sesuai dengan SLA ditargetkan mengalami peningkatan mulai dari 75% pada tahun 2015 hingga menjadi 95% pada tahun Pada Tahun 2015 jumlah perizinan ekspor dan impor yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri sebanyak perizinan. Dari total perizinan tersebut, sebanyak perizinan di antaranya diproses di Unit Pelayanan Terpadu Perdagangan Satu (UPTP-I) Kementerian Perdagangan Gedung Utama Lt.2. Sebanyak lainnya perizinan diproses di Unit Teknis (9.900 perizinan diterbitkan oleh Direktorat Impor, perizinan diterbitkan oleh Dit.Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan serta perizinan diterbitkan oleh Dit. Ekspor Produk Industri dan Pertambangan). 108

121 Dari total perizinan yang diterbitkan Tahun 2015, jumlah perizinan ekspor dan impor yang proses penerbitannya memenuhi janji layanan sesuai Permendag 53/2014 adalah sebanyak perizinan. Dengan demikian, realisasi pada tahun 2015 sebesar 60,55% dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75%, sehingga capaian untuk indikator kinerja ini sebesar 80,8%. Belum tercapainya target ini dikarenakan banyaknya revisi regulasi yang dilakukan dalam rangka deregulasi dan debirokratisasi yang telah ditargetkan pada Kemendag guna memenuhi Paket Ekonomi Tahap I yang telah ditetapkan oleh Presiden, sehingga kesibukan tersebut menyita waktu yang tidak sedikit. Dari perizinan yang memenuhi SLA, sebanyak perizinan diproses di UPTP I Kemendag, sementara sisanya diproses oleh Unit Teknis (5.636 perizinan diproses Dit.Impor, perizinan diproses Dektanhut dan 999 perizinan diproses di Dekintam). Hal ini dapat dilihat pada lampiran rekap SLA. Terkait dengan pengiriman rekomendasi dari Kementerian Teknis, pada tahun 2015 hanya Rekomendasi dari Kementerian Pertanian (RIPH) yang telah terintegrasi dengan sistem perizinan online INATRADE. Sehingga untuk rekomendasi dari K/L lain masih diperlukan hard copy asli yang disampaikan langsung dari pelaku usaha ke Kemendag untuk diproses lebih lanjut. Direncanakan kedepannya seluruh rekomendasi yang diterbitkan oleh Kementerian Teknis akan terkirim ke sistem INSW, dimana nantinya akan digunakan oleh Kementerian penerbit perijinan final, dengan cara menarik data rekomendasi tersebut dari sistem INSW. Adapun kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung pencapaian IK 5, sehingga dapat meningkatkan pelayanan yang berakibat semakin bertambahnya penyelesaian perizinan yang sesuai dengan SLA, adalah sebagai berikut: 1. Penunjang Operasional Sistem Perizinan Ekspor dan Impor Secara Elektronik [Inatrade dan UPP], kegiatan ini merupakan dukungan terhadap operasional penerbitan perizinan dari sarana dan prasarana UPTP I; 2. Peningkatan Kemampuan Petugas UPP dan Pemroses Inatrade, merupakan peningkatan knowledge bagi petugas UPTP I dan pemroses, berupa update regulasi dan perkembangan system INATRADE. IK 38: Persentase Peningkatan pengguna Sistem Perijinan Online Presentase pengguna Sistem Perijinan Online pada periode yang sama diharapkan mengalami peningkatan dari 15% pada tahun 2015 menjadi 35% pada tahun

122 Pada Tahun 2014 jumlah pemilik Hak Akses INATRADE ialah perusahaan sedangkan pada Tahun 2015, jumlah pemilik Hak Akses bertambah sebanyak perusahaan. Dengan demikian, total jumlah pemilik Hak Akses INATRADE sampai bulan Desember 2015 adalah perusahaan Jumlah pengguna hak akses pada 2014 adalah 850 perusahaan sedangkan jumlah pengguna hak akses pada Tahun 2015 sebanyak perusahaan. Dengan demikian pada Tahun 2015 terjadi peningkatan jumlah pengguna hak akses sebesar 1.137,2% dibandingkan dengan data di akhir Tahun Hal ini berarti dengan realisasi indikator kinerja sebesar 170,6% menunjukkan bahwa indikator kinerja ini memiliki tingkat capaian sebesar 1.137,2% melampaui target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 15%. Peningkatan jumlah pemilik hak akses dan pengguna hak akses pada Tahun 2015 merupakan efek dari implementasi Permendag No. 53/M- DAG/PER/9/2014 tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan yang dilakukan sejak tanggal 2 Desember Dengan semakin meningkatnya jumlah perizinan yang harus diajukan secara online, maka pelaku usahapun wajib memiliki Hak Akses untuk dapat mengajukan perizinan di Kementerian Perdagangan. Gambar 3-3. Sosialisasi tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan (UPTP) Dalam Rangka Perijinan Mandatory Online di Bali (3/09/2015) Kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2015 untuk mencapai IK 6 dengan melaksanakan Bimbingan Teknis Sistem dan Aplikasi Inatrade Bagi Pejabat dan Pelaku Usaha di 3 daerah, dan Sosialisasi Permendag Nomor 53/M- DAG/PER/9/2014 Tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan (UPTP) Dalam Rangka PerizinanMandatory Online di 5 daerah. 110

123 Sasaran Strategis 17: Meningkatnya Dukungan Kinerja Layanan Publik No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 39 Persentase ketersediaan sarana dan prasarana di Lingkungan Kemendag 40 Persentase penyelesaian peraturan perundang-undangan 65% 78,3% 120,4% 95% 99,63% 104,9% 41 Rasio berita negatif semakin menurun 10% 0,12% 1,2% 42 Persentase tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan informasi > 60 % 82,92% 100% Ik 39: Persentase ketersediaan sarana dan prasarana di lingkungan Kemendag Untuk mendukung kinerja layanan publik dibutuhkam peningkatan kualitas dan kuantitas jangkauan pelayanan kepada masyarakat, antara lain melalui pengadaan peralatan, tanah, gedung, dan sarana penunjang perdagangan lainnya. Penyelenggaraan ketersediaan sarana dan prasarana dilakukan secara bertahap dan ditargetkan pada tahun 2015 sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan publik sudah tersedia sebesar 65% dan meningkat sampai dengan 85% pada tahun Tahun 2015, Kementerian Perdagangan telah mengangkat Unit Layanan Pengadaan (ULP) sebagai tolak ukur pertama dalam melakukan pelayanan, dikarenakan ULP telah melayani hampir seluruh unit di lingkungan Kementerian Perdagangan dalam melaksanakan layanan pengadaan barang/jasa pemerintah secara online. Kementerian Perdagangan telah melakukan survey kepuasan internal stakeholders terhadap pelaksanaan pengadaan barang/jasa oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP). Instrumen survey didesain untuk mendapatkan gambaran terhadap kepuasan stakeholders terhadap pelayanan pengadaan barang/jasa. Rincian skor masing-masing unsur yang disurvey pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel dibawah berikut. Tabel Rincian Skor untuk Masing-masing Unsur Pelayanan No Unsur Pelayanan SKOR 1. Prosedur 2,98 2. Waktu Pelayanan 2,91 3. Biaya 4,00 4. Kualitas Pelayanan 3,02 5. Kompetensi Pelaksana 3,09 111

124 6. Perilaku Pelaksana 3,07 7. Standar Pelayanan 3,00 8. Mekanisme pengaduan 3,00 Untuk mengetahui nilai indeks pelayanan ULP Kemendag dihitung sebagai berikut: (2,98 x 0,13) + (2,91 x 0,13) + (4,00 x 0,13) + (3,02 x 0,13) + (3,09 x 0,13) + (3,07 x 0,13) + (3,00 x 0,13) + (3,00 x 0,13) = 3,258. Hasil suvey didapati bahwa tingkat kepuasan pelanggan internal terhadap layanan pengadaan barang/jasa mencapai 3,258 (Skala 4,0). Dengan demikian nilai indeks unit pelayanan hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Nilai Indeks setelah dikonversi = Nilai Indeks x Nilai Dasar = 3,258 x 25 = 81,46. b. Mutu pelayanan A. c. Kinerja unit pelayanan termasuk dalam kategori Sangat Baik. IK 40: Persentase penyelesaian peraturan perundang-undangan Kementerian Perdagangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mendukung kinerja layanan publik adalah dengan menyelesaikan peraturan perundang-undangan sektor perdagangan. Target penyelesaian peraturan perundang-undangan pada periode 2014 sampai dengan 2019 adalah sebesar 95% setiap tahunnya. Capaian indikator kinerja ini terlihat dari jumlah peraturan perundangundangan yang telah disusun/dirumuskan/ditelaah/dievaluasi dan dilakukan legal drafting sesuai Undang-Undang Nomor 10 Tahun Adapun target indikator kinerja pada Tahun 2015 adalah 95% dan realisasinya sebesar 99,63% atau sebanyak Peraturan/Keputusan Menteri Perdagangan dengan rincian sebagai berikut : Jumlah Peraturan Menteri Perdagangan sebanyak 122. Jumlah Keputusan Menteri Perdagangan sebanyak IK 41: Penurunan rasio berita negatif Kinerja meningkatnya dukungan kinerja layanan publik diukur juga dengan rasio berita negatif yang semakin menurun. Tahun 2015 Kementerian Perdagangan menargetkan persentase penurunan rasio berita negatif adalah sebesar 10% dan pada tahun 2019 sebesar 5%. Pada tahun 2015, rasio berita negatif semakin menurun melebihi target yang diharapkan yang semula ditargetkan 10% menjadi 0.12%. 112

125 Berita yang diperoleh melalui media cetak dan media online dianalisis dan dikategorikan menjadi berita positif, netral, negatif, dan waspada. Untuk sentimen positif, dinilai atau diperoleh dari isi beritanya yang berisikan positif atau baik secara keseluruhan. Untuk sentimen netral isi beritanya itu berimbang antara bersifat positif dan bersifat negatif dalam satu berita, bisa juga berita yang isinya hanya berupa seputar informasi saja. Untuk waspada beritanya bersifat mengkritisi kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemendag dan perlu penanganan segera. Untuk sentimen negatif, biasanya isi berita itu keseluruhannya menghujat atau mencemarkan dan bukan kritikan yang membangun. Adapun perincian kategori berita pada tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel Rincian Kategori Berita Periode Januari - Desember 2015 No Kategori Berita Jumlah Berita 1 Positif Netral Waspada Negatif 18 Total Persamaan 3-4. Hasil Perhitungan Rasio Berita Negatif Tahun 2015 Dari sejumlah pemberitaan yang ada terdapat beberapa pemberitaan yang menjadi sorotan publik terhadap kebijakan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah diantaranya sebagai berikut dibawah ini: 1. Impor Sapi Pemberitaan positif mengenai pemerintah membuka peluang impor dengan negara-negara produksi sapi yang besar seperti Australia dan Selandia Baru demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemberitaan netral mengenai Persatuan Peternak Sapi Kerbau Indonesia meminta pemerintah mengkaji kembali ketersediaan populasi sapi di dalam negeri guna memenuhi kebutuhan daging sapi bagi masyarakat. 2. Paket Ekonomi 113

126 Pemberitaan positif mengenai pemerintah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi dalam upaya memperkuat perekonomian di tanah air. Pemberitaan netral para pelaku pasar menanti langkah konkret dan realisasi dari kebijakan-kebijakan paket ekonomi tersebut, dan meminta tidak ada lagi penundaan. 3. Impor Garam Pemberitaan netral mengenai revisi atas impor garam akan selesai akhir Agustus ini. Salah satu perbaikan paling mendasar dalam beleid itu, ialah soal definisi garam industri dan konsumsi. Importir diharapkan tidak mengimpor garam melebihi kebutuhan di dalam negeri karena hal tersebut menyengsarakan petani garam nasional. Pemberitaan waspada mengenai para petani garam menuntut pemerintah untuk menyetop impor garam yang dinilai merugikan para petani di dalam negeri. Sekjen Komisi Garam Pamekasan berharap pemerintah segera mencabut izin impor garam, terutama pada saat panen. Tingginya impor garam menurutnya membuat harga garam rakyat jatuh. 4. Stok Beras Pemberitaan positif mengenai pemerintah mengklaim stok beras hingga akhir tahun cukup aman. Pemberitaan netral mengenai pemerintah berupaya tidak melakukan impor beras meskipun dampak fenomena El-Nino yang berakibat kemarau panjang menurunkan produksi pangan nasional. 5. Dwelling Time Pemberitaan positif mengenai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli membentuk satuan tugas (satgas) untuk mempercepat waktu bongkar muat barang (dwelling time) di Pelabuhan Tanjung Priok. Pemberitaan netral mengenai pemecahan masalah waktu tunggu bongkar muat (Dwelling Time) masih menunggu Keputusan Presiden untuk menunjuk Otoritas Pelabuhan sebagai pusat koordinator seluruh kegiatan pelabuhan. 6. Harga Daging Sapi Pemberitaan netral mengenai Menteri Pertanian menghimbau para perusahaan penggemukan sapi (feedloter) melepas stoknya agar tak ada kelangkaan daging sapi di pasar. Pemberitaan waspada mengenai pasca Lebaran Idul Fitri, harga daging sapi di pasar-pasar tradisional di Jakarta belum juga turun. Harga daging sapi dipatok para pedagang Rp /kg. harga daging sapi yang masih tinggi tersebut karena harga dari RPH juga tak kunjung turun setelah lebaran. 7. Harga Daging Ayam Pemberitaan netral mengenai harga ayam hidup terlihat sedikit menurun di beberapa daerah. Hal itu tampak pada harga broiler (ayam pedaging) di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat terus mengalami penurunan meski tipis. 114

127 Diprediksi harga mulai normal kembali lantaran stok ayam kembali pulih. Pemberitaan waspada tingginya harga ayam di pasar tradisional di Jabodetabek sehingga membuat para pedagang ayam potong di beberapa wilayah melakukan aksi mogok berjualan. 8. Peraturan Minol Pemberitaan netral mengenai Pengusaha Minuman Beralkohol Indonesia usaha meminta agar pemerintah mempertimbangkan kembali rencana deregulasi peraturan di sektor minuman beralkohol yang digagas pemerintah belum lama ini. Pemberitaan waspada mengenai Aliansi Pengusaha Minuman Beralkohol Indonesia mengkhawatirkan aturan jual minuman alkohol apabila diserahkan kepada pemerintah daerah justru menimbulkan ketidakpastian dalam usaha. 9. Impor Beras Pemberitaan netral mengenai para petani memberikan beberapa syarat dalam impor beras kepada pemerintah. Pertama, meminta agar impor beras dilakukan hanya oleh Perum Bulog, tidak dibuka untuk swasta. Kedua, beras yang diimpor oleh Bulog tersebut tidak boleh digelontorkan langsung ke pasar. Pemberitaan waspada mengenai Para petani kecewa dengan peraturan Presiden yang mengizinkan impor beras. Peraturan tersebut dinilai merugikan petani dan menjadi penghambat produktifitas para petani. 10. Kerjasama TPP Pemberitaan positif mengenai pemerintah memandang Kemitraan Trans- Pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP) bermanfaat untuk mendorong reformasi ekonomi Indonesia. Pemberitaan netral mengenai pemerintah harus berhati-hati dan berhitung dengan cermat untuk bergabung dalam blok dagang Trans Pasific Partnership mengingat Vietnam memiliki kesamaan produk dengan Indonesia. 11. Kebijakan Perdagangan Pemberitaan positif mengenai BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2015 sebesar 4,73 persen. Menteri Perdagangan menyambut baik pertumbuhan ekonomi pada kuartal III ini. Pemberitaan netral Paket kebijakan ekonomi yg dikeluarkan pemerintah masih mendasar, belum menyentuh akar permasalahan. 12. MEA 2015 Pemberitaan positif mengenai pemerintah yakin sektor industri siap menghadapi MEA Karena Indonesia memiliki potensi paling besar, baik sebagai pasar terbesar karena jumlah konsumsi yang besar dan juga dari segi penyedia sumber daya manusia (SDM). Pemberitaan netral mengenai ketika menghadapi MEA pada 2016 nanti, Indonesia harus memperkuat basis produksi di Indonesia. 115

128 13. Stok Beras Pemberitaan positif mengenai Kementerian Pertanian memprediksi stok beras yang ada sekarang aman dan mencukupi hingga akhir tahun. Pemberitaan netral mengenai melihat dampak El Nino Menteri Pertanian terus memantau panen sekaligus tanam padi di berbagai wilayah Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Kalimantan. 14. Pameran TEI 2015 Pemberitaan positif mengenai Kementerian Perdagangan menyatakan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-30 pada Oktober 2015 menargetkan total transaksi kurang lebih sebesar 1,4 miliar dolar Amerika Serikat. 15. KTT APEC 2015 Pemberitaan positif mengenai Negara-negara Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC membentuk kesepakatan bidang perdagangan jasa. 16. Harga Beras Pemberitaan netral mengenai kenaikan beras dipicu akibat dampak musim kemarau.pemerintah harus segera merespons dengan melakukan intervensi sehingga kenaikan dapat ditekan. Pemberitaan waspada mengenai kecenderungan kenaikan harga beras yang terjadi saat ini lebih disebabkan karena ketidakmampuan pemerintah untuk menangani masalah logistik pada komoditas tersebut. 17. KTT ASEAN 2015 Pemberitaan positif mengenai KTT ASEAN melangsungkan pendeklarasian ASEAN Community atau Masyarakat ASEAN. Deklarasi MEA menjadi satu dari dua momen spesial yang akan berlangsung dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-27 di Kuala Lumpur. 18. Laporan BPS Pemberitaan positif mengenai Badan Pusat Statistik menyatakan terjadi surplus neraca perdagangan. Surplus perdagangan memberikan sumbangan besar bagi pertumbuhan ekonomi. Pemberitaan netral mengenai penurunan impor yang tajam menandakan ekonomi masih lesu karena produksi lambat. IK-42: Persentase Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Informasi Survei Tingkat Kepuasan Masyarakat dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun. Survei I (Januari-Juni 2015) telah dijawab oleh 280 responden. Survei ke II (Juli - Desember) telah dijawab oleh 203 responden. Dari hasil survey tersebut mencakup aspek-aspek yang kami sampaikan pada tabel dibawah ini: 116

129 Tabel Aspek Penilaian Dalam Survei Tingkat Kepuasan Masyarakat, 2015 NO ASPEK PERIODE I PERIODE II RATA-RATA 1 Kemudahan Persyaratan Permohonan Informasi Publik 66.19% 74.35% 70,27% 2 Kesopanan dan Keramahan Petugas Pelayanan 89.38% 90.41% 89,89% 3 Kejelasan Informasi yang Diberikan Petugas Pelayanan 76.56% 83.34% 79,95% 4 Kesesuaian Persyaratan Pelayanan Informasi dengan Jenis Pelayanannya 82.56% 87.43% 84.99% 5 Waktu yang Dibutuhkan Untuk Mendapatkan Informasi 89.15% 90.05% 89.6% 6 Keadilan untuk Mendapatkan Pelayanan Informasi 82.56% 84.81% 83.68% 7 Kewajaran Biaya Fotokopi 75.2% 79.06% 77.13% 8 Ketepatan Pelaksanaan Terhadap Jadwal Pelayanan 68.6% 72.25% 70.42% 9 Kenyamanan Fasilitas Ruang Tunggu 88.14% 89.3% 88.72% 10 Tampilan Website Kementerian Perdagangan 88.93% 88.77% 88.85% 11 Kecepatan Akses Website Kemendag 77.47% 77.54% 77.50% 12 Kepuasan Masyarakat berdasarkan sistem pelayanan 80.4% 88.59% 84.49% 13 Kesesuaian maklumat pelayanan informasi 90.8% 94.02% 92.41% TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN 81.23% 84.61% 82.92% 117

130 Sasaran Strategis 18: Meningkatnya Kinerja dan Profesionalisme SDM Sektor Perdagangan No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 43 Indeks Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Bidang SDM dan Organisasi 65% 69,98% 107% IK 43: Indeks Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Bidang SDM dan Organisasi Sumber Daya Manusia merupakan modal penting dalam meningkatkan kinerja sektor perdagangan. Untuk itu kinerja dan profesionalisme SDM sektor perdagangan perlu ditingkatkan. Dalam mendukung peningkatan kinerja dan profesionalisme SDM sektor Perdagangan, Kementerian Perdagangan melaksanakan reformasi birokrasi di bidang Sumber Daya Manusia dan Organisasi. Untuk mengukur kinerja meningkatnya kinerja dan profesionalisme SDM sektor Perdagangan adalah melalui indeks pelaksanaan reformasi birokrasi di bidang SDM dan organisasi. Target Kementerian Perdagangan pada tahun 2015 untuk indeks pelaksanaan reformasi birokrasi di bidang SDM dan Organisasi adalah 65% dan terus meningkat hingga diharapkan dapat mencapai 80% pada tahun Dalam rangka usulan kenaikan tunjangan kinerja Kementerian Perdagangan, tim penilai dari Kementerian PAN & RB telah mengadakan penilaian dan verifikasi lapangan pada bulan Februari Maret Evaluasi ini bertujuan untuk menilai kemajuan dan memberi saran perbaikan pelaksanaan reformasi birokrasi dalam rangka meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja, mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pada Hari Rabu, 18 Februari 2015 entry meeting verifikasi lapangan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) di Kementerian Perdagangan yang dilakukan oleh Tim Evaluasi Kementerian PAN dan RB. Selanjutnya pada tanggal 13 April 2015 telah dilaksanakan exit meeting PMPRB, Kementerian Perdagangan mendapat Indeks Reformasi Birokrasi Kemendag sebesar 69,98% dengan kategori B meningkat dari 61,26% pada tahun lalu. Dengan demikian realisasi indikator kinerja pada tahun 2015 telah melampaui target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja, dengan persentase capaian sebesar 107 persen. Dalam rangka mendukung peningkatan indikator kinerja Indeks Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, Kementerian Perdagangan telah melaksanakan berbagai kegiatan selama tahun 2015 diantaranya adalah: 1. Finalisasi Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan Sekretariat Tim Pokja Reformasi Birokrasi Kementerian 118

131 Perdagangan telah mengundang Asisten Deputi Koordinasi Kebijakan, Penyusunan dan Evaluasi Program Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan Kementerian PAN & RB, Bapak Teguh Widjanarko, selaku Narasumber. Dalam kegiatan ini Tim Pokja mendapatkan masukan sekaligus arahan dalam menyelesaikan draf Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan Diharapkan Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan ini dapat menjadi acuan kegiatan masing- masing pokja dan Kementerian Perdagangan pada umumnya untuk melaksanakan program Reformasi Birokrasi di masa mendatang. 2. Survey Internal Persepsi Pegawai terhadap Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Kepuasan dan Motivasi Pegawai atas Kebijakan Internal di Kemendag. Survei ini dilaksanakan untuk menggali seberapa jauh pegawai di lingkungan Kementerian Perdagangan dalam memahami pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan serta untuk mengetahui unsur apa yang paling penting dalam meningkatkan atau memperbaiki terhadap kekurangan atau kelemahan Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan. Survei tersebut dilaksanakan pada akhir bulan November hingga awal Desember Survei tersebut ditujukan bagi seluruh pegawai Kementerian Perdagangan sejumlah orang. Dan yang menjadi responden dalam survei ini sebanyak orang dengan jumlah pertanyaan survei sebanyak 18 buah pertanyaan yang dibagi dalam 2 komponen penilaian yaitu persepsi pegawai terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Perdagangan dan kepuasan dan motivasi pegawai atas kebijakan internal di Kementerian Perdagangan. 3. Survey dan FGD mengenai pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Unit pelayanan teknis. Survey dan FGD mengenai pelaksanaan Reformasi Birokrasi bertujuan untuk mendalami dan lebih menggali pelaksanaan Reformasi Birokrasi khususnya yang dilaksanakan pada Unit pelayanan teknis. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk : mendapatkan gambaran lebih mendalam mengenai pelaksanaan reformasi birokrasi dan dampaknya pada unit pelayanan teknis, mendapat gambaran kepuasan pegawai terhadap manajemen SDM, mendapat gambaran dan masukan terkait pelaksanaan inovasi pelayanan publik di unit pelayanan teknis, dan mendapat masukan dari pegawai unit pelayanan teknis untuk perbaikan pelaksanaan reformasi birokrasi ke depan. Hasil dari survey tersebut diharapkan dapat menjadi saran perbaikan pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Perdagangan. 4. Inovasi Pelayanan Publik. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, Roganpeg mengadakan Sosialisasi Inovasi Pelayanan Publik yang di laksanakan pada hari Senin, 16 Nopember 2015 yang dihadiri oleh para Inovator dan perwakilan dari unit Eselon II di lingkungan Kementerian Perdagangan dan mengundang Deputi Pelayanan Publik - Kemenpan RB, Ibu Mirawati S sebagai narasumber. Tindak lanjut dari kegiatan sosialisasi tersebut adalah bimbingan teknis terkait penggunaan aplikasi Kompetisi 119

132 Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK) beserta cara pembuatan proposal. Saat ini terdapat 3 unit yang mengikuti program SINOVIK ini yaitu : Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor, Pusat Data dan Informasi, dan Direktorat Pemberdayaan Konsumen. Proposal kompetisi akan di submit secara online pada akhir Januari Sasaran Strategis 19: Meningkatnya Birokrasi yang Transparan, Akuntabel dan Bersih No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 44 Penilaian Kementerian PAN-RB terhadap akuntabilitas kinerja Kementerian Perdagangan B (60 70) BB (73,30) 122,17% 45 Keselarasan perencanaan dengan kinerja (Persentase program dan hasil yang dicapai) 90% 84,78% 94,2% IK 44: Penilaian Kementerian PAN-RB terhadap akuntabilitas kinerja Kementerian Perdagangan Meningkatnya birokrasi yang transparan, akuntabel dan bersih dapat diukur melalui nilai hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN & RB) terhadap akuntabilitas kinerja Kementerian Perdagangan. Setiap tahun Kementerian PAN-RB melakukan evaluasi atas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) di seluruh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Nilai hasi evaluasi tersebut menunjukkan tingkat akuntabilitas atau pertanggungjawaban atas hasil (outcome) terhadap penggunaan anggaran dalam rangka terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government). Semakin baik hasil evaluasi yang diperoleh instansi pemerintah, menunjukkan semakin baik tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya serta semakin baik kualitas pembangunan budaya kinerja birokrasi di instansi tersebut. Dalam Renstra Kementerian Perdagangan Tahun telah ditetapkan bahwa Penilaian Kementerian PAN-RB terhadap akuntabilitas kinerja Kemendag ditargetkan untuk dapat mempertahankan predikat B (Baik) dari tahun 2015 sampai dengan tahun Pada bulan Desember 2015, Kementerian PAN dan RB telah merilis Laporan Hasil Evaluasi akuntbilitas kinerja seluruh Kementerian/Lembaga dan Provinsi. Dari hasil evaluasi tersebut, nilai rata-rata untuk kementerian/lembaga meningkat, dari 64,70 pada tahun 2014 menjadi 65,82 pada tahun Sementara itu, Kementerian Perdagangan secara keseluruhan berhasil memperoleh nilai 73,30 atau predikat BB. Dengan nilai tersebut Kementerian Perdagangan menduduki peringkat 14 dari 86 Kementerian/Lembaga yang dinilai akuntabilitas kinerjanya. Hal ini telah 120

133 melampaui target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2015 dan Renstra Kementerian Perdagangan Sejak tahun 2011 hasil evaluasi pelaksanaan SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan telah memperoleh predikat B (Baik). Selain itu, nilai SAKIP Kementerian Perdagangan dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Dengan perkembangan kinerja yang baik selama ini, diharapkan pada akhir tahun 2019 Kementerian Perdagangan tidak hanya mempertahankan predikat nilai B untuk hasil evaluasi SAKIP tetapi juga mampu mencapai nilai 75 atau predikat A (Sangat Baik). Tabel Perbandingan Nilai SAKIP Kementerian Perdagangan, Uraian Nilai Hasil Evaluasi 62,45 66,72 69,26 72,06 73,16 73,30 Tingkat Akuntabilitas Kinerja CC B B B+ B+ BB Target Renstra CC B B B B B % Capaian Kinerja 100% 100% 100% 100% 100% 100% Dalam rangka menjamin kualitas penyelenggaraan SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan, pada tahun 2015 Kementerian Perdagangan telah melaksanakan beberapa kegiatan pendukung, diantaranya adalah: penyusunan Rencana Strategis Tahun (di tingkat Kementerian Perdagangan dan seluruh unit eselon I); penyusunan Rencana Kerja dan Perjanjian Kinerja Tahun 2015 (pada tingkat Kementerian hingga unit eselon II); dan penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2014 (pada tingkat Kementerian hingga unit eselon II). Selain itu, Aparatur Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) Kementerian Perdagangan c.q. Inspektorat Jenderal telah melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP pada seluruh unit kerja di lingkungan Kemendag dan reviu atas Laporan Kinerja Kementerian Perdagangan sebelum disampaikan kepada Presiden RI c.q. Menteri Perdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Untuk menjaga konsistensi pelaksanaan SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan, telah diterbitkan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794/M-DAG/KEP/8/2015 tentang Pedoman Penyusunan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Penmerintah di Lingkungan Kementerian Perdagangan dan Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Perdagangan Nomor 13.2/IJ- DAG/KEP/08/2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan kementerian Perdagangan. IK 45: Keselarasan Perencanaan dengan Kinerja (Persentase Program dan Hasil yang Dicapai) 121

134 Keselarasan perencanaan dengan kinerja diukur dengan persentase program dan hasil yang dicapai, dengan target yang ditetapkan di dalam Renstra sebesar 90% setiap tahunnya mulai tahun 2015 sampai dengan Persentase tersebut dinilai dari realisasi keluaran (output) untuk setiap program dan kegiatan di seluruh unit di lingkungan Kementerian Perdagangan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249 Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga mengatur metode pengukuran kinerja program dan anggaran yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu: aspek implementasi, aspek manfaat, dan aspek konteks. Pengukuruan aspek implementasi anggaran merupakan reformulasi dari berbagai komponen, yaitu: penyerapan anggaran, konsistensi pencairan, capaian output, dan efisiensi penggunaan anggaran. 3 Pada tahun 2015, hasil evaluasi kinerja RKA Kementerian Perdagangan dilihat dari aspek implementasi mencapai 84,78%. Dengan demikian capaian IK-47 masih dibawah target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja dan Renstra, dengan persentase capaian sebesar 94,2%. Sedangkan, hasil evaluasi kinerja anggaran untuk masing-masing unit eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan adalah sebagai berikut: Program Dukungan managemen dan tugas teknis lainnya kementerian Perdagangan sebesar 92,93%; Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan sebesar 77,65%; Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri sebesar 77,14%; Program Peningkatan Perdagangan Luar Negeri sebesar 85,30%; Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional sebesar 87,05%; Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan sebesar 88,51%; Program Pengembangan Ekspor Nasional sebesar 86,82%; Program Peningkatan Efesiensi Pasar Komoditi sebesar 80,02%; Program Pengkajian dan Pengembangan kebijakan Perdagangan 89,15%; sebesar Program Peningkatan Pelindungan Konsumen sebesar 84,65%. 3 Penjelasan lebih rinci mengenai ketiga aspek ini dapat dilihat pada subbab 3b tentang Evaluasi Kinerja Anggaran. 122

135 Sasaran Strategis 20: Meningkatnya Efektivitas Pengawasan Internal No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 46 Persentase tindak lanjut penyelesaian rekomendasi hasil audit 75% 76,96% 102,61% 47 Persentase kesesuaian Rencana Kerja Anggaran dengan peraturan yang berlaku berdasarkan hasil review 78% 98,49% 126,27% IK 46: Persentase tindak lanjut penyelesaian rekomendasi hasil audit Dalam rangka meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bebas dari korupsi di lingkungan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perdagangan melalui Inspektorat Jenderal selaku Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Kementerian Perdagangan telah melakukan pengawasan intern terhadap pelaksanaan kinerja/program/kegiatan pada seluruh Unit Kerja yang berada di bawah Menteri Perdagangan. Kegiatan pengawasan yang telah dilaksanakan meliputi Audit, Reviu, Pemantauan, Evaluasi dan Kegiatan Pengawasan Lainnya. Pengawasan intern tersebut dilaksanakan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan telah melakukan audit terhadap Unit Kerja dilingkungan Kementerian Perdagangan, Satuan Kerja Pelaksana Dana Dekonsentrasi Bidang Perdagangan di Tingkat Provinsi, Satuan Kerja Pelaksana pembangunan pasar yang dibiayai melalui Dana Tugas Pembantuan Kementerian perdagangan pada tingkat Kabupaten/Kota. Tabel Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Audit Tahun Audit Jumlah Rekomendasi TL Selesai Persentase TL selesai ,39% ,29% ,67% ,04% ,17% ,14% ,70% ,17% ,93% ,97% 123

136 Tahun Audit Jumlah Rekomendasi TL Selesai Persentase TL selesai ,33% Total ,96% Sumber: Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Audit yang dilakukan Kementerian Perdagangan ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, kenadalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pada tahun 2015, Kementerian Perdagang telah melakukan audit terhadap 237 auditan dan menghasilkan 974 rekomendasi. Rekomendasi tersebut lebih sedikit 147 rekomendasi jika dibandingkan tahun 2014 yaitu rekomendasi. Hal tersebut dikarenakan Unit Kerja di lingkungan Kementerian Perdagangan telah lebih menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik. Rekomendasi hasil audit Kementerian Perdagangan sampai dengan tahun 2015 adalah (sebelas ribu sembilan) rekomendasi dan telah ditindaklanjuti sejumlah 76,96% atau rekomendasi. Persentase tersebut lebih rendah jika dibandingkan tahun 2014, dimana pada tahun 2014 persentase tindak lanjut penyelesaian rekomendasi hasil audit hanya 82%. Bagan Perkembangan Rekomendasi dan Tindak Lanjut Sepanjang Tahun Sumber: Inspektorat Jenderal Temuan hasil audit Kementerian Perdagangan terdiri dari temuan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan, kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan temuan ketidakefektifan, ketidakefisien serta ketidakekonomisan. Pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan menargetkan persentase tindak lanjut penyelesaian rekomendasi hasil audit sebesar 75% (tujuh puluh lima 124

137 persen). Target tersebut ditetapkan karena 75% rekomendasi hasil audit merupakan rekomendasi yang bersifat strategis yaitu dalam rangka peningkatan kinerja organisasi dan terkait keuangan negara sedangkan 25% rekomendasi bersifat administrasi, untuk itu 75% tindak lanjut rekomendasi menjadi prioritas Kementerian Perdagangan. Apabila melihat target diatas, maka Kementerian Perdagangan telah berhasil melampaui taget tersebut. Pada tahun 2015, persentase tindak lanjut penyelesaian rekomendasi hasil audit sebesar 76,96% atau rekomendari yang telah ditindaklanjuti dari rekomendasi hasil audit. Bagan Perubahan Paradigma APIP di Kementerian Perdagangan Keberhasilan Kementerian Perdagangan melampui target kinerja persentase tindak lanjut penyelesaian rekomendasi hasil audit dikarenakan berubahnya APIP Kementerian perdagangan, yang sebelumnya cenderung berperan sebagai watch dog menjadi konsultan (consulting) dan sebagai penjamin (assurance) sehingga pengawasan tidak hanya dilakukan melalui audit namun juga berfungsi sebagai katalisator dan konsultan yang dapat mendorong peningkatan kinerja organisasi dan kualitas pengelolaan keuangan negara. Pengawasan tidak hanya dilakukan terhadap pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, tetapi juga dalam tahapan perencanaan dan penganggaran sehingga tercipta preventive action sebelum terjadinya pelanggaran dan ketidaksesuaian. IK 47: Persentase kesesuaian RKA dengan peraturan yang berlaku berdasarkan hasil review (Itjen) Tantangan utama pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah terbatasnya ruang gerak kapasitas fiskal sebagai akibat dari terbatasnya sumber pendanaan sehingga menambah kompleksitas pemilihan prioritas pembangunan nasional. Untuk menjawab tantangan tersebut, 125

138 diterapkan kebijakan penganggaran dengan meningkatkan kualitas belanja (Quality of Spending). Sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas belanja, Kementerian Perdagangan telah melakukan reviu atas Rencana Kerja dan anggaran. Reviu tersebut laksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Kementerian Perdagangan. Tujuan Reviu RKA oleh APIP adalah untuk memberi keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan dan keabsahan, bahwa informasi dalam RKA sesuai dengan RKP, Renja K/L dan Pagu Anggaran serta kesesuaian dengan standar biaya dan kaidah-kaidah penganggaran lainnya serta telah dilengkapi dengan dokumen pendukung RKA. Untuk mencapai tujuan tersebut, apabila reviu menemukan kelemahan dan/atau kesalahan dalam penyusunan RKA, maka pereviu berkewajiban untuk menyampaikan kepada unit penyusun anggaran untuk segera dilakukan perbaikan/penyesuaian. Dengan demikian, secara garis besar dapat dikatakan bahwa adanya keterlibatan APIP dalam meneliti RKA adalah untuk meningkatkan kualitas perencanaan K/L dan menjamin kepatuhan terhadap kaidah-kaidah penganggaran sebagai quality assurance. Bagan Alur Pikir Fungsi APIP Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2008 Persentase kesesuaian Rencana Kerja Anggaran dengan peraturan yang berlaku berdasarkan hasil review merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh Unit Kerja di Lingkungan Kementerian Perdagangan yang patuh terhadap ketentuan terkait penyusunan RKA. Pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan telah menargetkan 78% RKA yang disusun telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang perencanaan anggaran berdasarkan hasil reviu APIP. Sampai dengan Desember 2015, persentase kesesuaian Rencana Kerja Anggaran dengan peraturan yang berlaku berdasarkan hasil review sebesar 98,49%. Sehingga capaian kinerja ini adalah 126,27%. Capaian kinerja tersebut belum bisa 126

139 dibandingkan dengan tahun sebelumnya dikarenakan pada tahun 2014 belum dijadikan indikator kinerja Kementerian Perdagangan. 127

140 Sasaran Strategis 21: Meningkatnya Pemanfaatan Data/Informasi Perdagangan dan Terkait Perdagangan No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 48 Persentase jenis data/informasi perdagangan dan terkait perdagangan yang dikelola 5% 7,7% 154% IK 48: persentase jenis data/informasi perdagangan dan terkait perdagangan yang dikelola Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan pasal 88-92, Kementerian Perdagangan berkewajiban menyelenggarakan Sistem Informasi Perdagangan (SIP) yang terintegrasi dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian. Agar SIP dapat dimanfaatkan untuk mendukung kinerja sektor perdagangan, khususnya dalam proses penyusunan kebijakan dan pengendalian perdagangan sebagaimana diatur dalam UU tersebut, maka ditetapkan indikator untuk sasaran meningkatnya pemanfaatan Data/Informasi Perdagangan dan terkait perdagangan yaitu persentase jenis data/informasi perdagangan dan terkait perdagangan yang dikelola. Kementerian Perdagangan menargetkan persentase jenis data/informasi perdagangan dan terkait perdagangan yang dikelola pada tahun 2015 adalah sebesar 5% dan terus meningkat hingga mencapai 25% pada tahun Tahun 2015, Kementerian Perdagangan menargetkan terjadi peningkatan jumlah data/informasi sebesar 5% dari 26 jenis data/informasi yang telah dikelola sebelumnya pada tahun Peningkatan ini terjadi pada kegiatan Penyediaan Data Digital yaitu meningkat dari 7 jenis data menjadi 9 jenis data/informasi. Adapun rincian data/informasi yang dikelola pada tahun 2014 dan target data/informasi yang akan dikelola pada tahun 2015 adalah sebagai berikut: No Tabel Jenis data/informasi yang dikelola Tahun 2014 dan 2015 Keterangan 128 Realisasi Kerjasama Pengumpulan Data dengan BPS Pengolahan Data Laporan Atdag Rekonsiliasi Data Impor dan Tarif Bea Masuk Indonesia ke WTO 1 1 Target Kerjasama Pengelolaan Data dengan Daerah Pengelolaan Pelayanan Data dan Informasi 12 12

141 Perdagangan 6. Penyediaan Data Digital 7 9 TOTAL Sampai dengan akhir Desember 2015, dari 26 jenis data/informasi yang dikelola pada tahun sebelumnya, telah ada penambahan 2 jenis data/informasi yang telah dikelola. Dengan demikian terdapat penambahan jumlah jenis data/informasi yang dikelola sebesar 7,7%. Sasaran Strategis 22: Meningkatnya Kualitas Kebijakan dan Regulasi Berbasis Kajian No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian 49 Persentase hasil kajian yang digunakan dalam rangka penyusunan kebijakan 50 Persentase Rekomendasi/masukan kebijakan yang disampaikan ke K/L/D/I 20% 108,1% 540,3% 10% 19,4% 194% IK 49: Persentase hasil kajian yang digunakan dalam rangka penyusunan kebijakan Di tengah dinamika sektor perdagangan yang semakin kompleks, Kementerian Perdagangan sebagai regulator dituntut untuk dapat mengeluarkan kebijakan yang solutif, antisipatif, artikulatif dan responsif. Agar suatu kebijakan dapat memenuhi persyaratan tersebut maka diperlukan adanya kajian atau analisis. Sebuah kajian, dalam spektrum yang lebih luas dari hanya sebuah produk akademis, mampu menampilkan dan bahkan memprediksi perkembangan suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang. Apabila digunakan dalam suatu proses penyusunan kebijakan publik, kajian akan mampu menampilkan alternatif solusi, dampak penerapan, interaksi berbagai faktor dan efektivitas suatu kebijakan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penyusunan dan penetapan kebijakan di sektor perdagangan, Kementerian Perdagangan akan memanfaatkan hasil kajian (research based policy) baik yang dilakukan secara internal maupun eksternal. Kementerian Perdagangan menargetkan persentase hasil kajian yang digunakan dalam rangka penyusunan kebijakan pada tahun 2015 adalah sebesar 20% dan meningkat hingga mencapai 40% pada tahun Pada tahun 2015 ini, Kementerian Perdagangan menargetkan persentase hasil kajian yang digunakan dalam rangka penyusunan kebijakan pada tahun

142 adalah sebesar 20% dari total jumlah kajian/analisis yang dilakukan pada tahun berjalan, yaitu sebanyak 62 kajian/analisis. Sampai dengan akhir tahun 2015, telah terdapat 67 (enam puluh tujuh) hasil kajian yang telah diserahkan kepada para pembuat kebijakan baik di lingkungan internal maupun eksternal Kementerian Perdagangan untuk dijadikan dasar/pertimbangan dalam penyusunan kebijakan. Artinya, sampai dengan akhir periode triwulan keempat ini pencapaian pada IKU ini telah 540 persen. Adapun judul kajian dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Upaya peningkatan Ekspor UKM Melalui Trading House; 2. Analisis Pola Harga Tahunan Daging Ayam; 3. Upaya Peningkatan Pelaksanaan Perlindungan Konsumen di Indonesia; 4. Penetapan Harga Khusus Barang Kebutuhan Pokok (Permendag); 5. Kemungkinan Penjualan Gula Petani dan/atau Gula PTPN Tanpa Mekanisme Lelang; 6. Kriteria PG untuk Memperoleh Fasilitas Raw Sugar Guna Memenuhi Idle Capacity; 7. Harga Patokan Petani (HPP) Gula Tahun 2015; 8. Besaran Harga Beli Petani (HBP) Kedelai; 9. Masukan Terhadap Usulan Deregulasi Kementerian Perdagangan Terkait Gula; 10. Usulan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Beras Tahun 2015; 11. Perkiraan Harga Bahan Pangan Pokok Pada Bulan Mei-Juli 2015; 12. Arah Pengembangan Pasar Rakyat; 13. Gambaran Perdagangan di Kawasan Perbatasan Entikong; 14. Dampak Harga Pembelian Pemerintah Beras, Harga Patokan Petani Gula, dan Harga Energi Terhadap Inflasi dan Kemiskinan 15. Analisis Efektifitas Operasi Pasar Beras; 16. Hasil Policy Dialogue Series Revitalisasi Pasar Rakyat; 17. Hasil Policy Dialogue Series Pengembangan Jasa Pergudangan Dalam Meningkatkan Daya Saing Sistem Logistik di Indonesia; 18. Analisis kondisi sektor industri Serat Polyester (PSF), Benang Filament (PFY), dan Purified Terepthalat Acid (PTA); 19. Analisis Revitalisasi Angkutan Khusus Pelabuhan Tanjung Priok; 130

143 20. Analisis Kebijakan Impor Ban; 21. Analisis Ekspor Sarang Burung Walet dan Susu; 22. Analisis Kinerja Perdagangan Indonesia-Brunei Darussalam; 23. Analisis Impor Pakaian Bekas; 24. Analisis Upaya Penerapan Skema Imbal Dagang Dalam Rangka Meningkatkan Ekspor ke Rusia Untuk Mendukung Pencapaian Target Ekspor; 25. Strategi Melipat-tigakan Ekspor dalam Lima Tahun Ke depan; 26. Analissi Penguatan Industri dan Perdagangan Elektronik; 27. Analisis Implikasi pemberlakuakn PPN untuk produk Pertanian dan Kehutanan; 28. Analisis kinerja perdagangan LN komprehensif dalam menyikapi kondisi perdagangan global dan nasional; 29. Analisis Kebijakan Pengamanan Perdagangan Produk Besi Baja Nasional; 30. Analisis Evaluasi Kebijakan Impor Produk Tertentu; 31. Analisis Tata Niaga Impor Nitro Cellulose (NC); 32. Analisis membaiknya perekonomian Italia terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia ke Italia; 33. Analisis Penurunan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia; 34. Analisis Barang yang Dibatasi dan Dilarang Impornya; 35. Analisis Kebijakan Larangan Rokok Elektrik; 36. Analisis Potensi Ekspor Indonesia ke Kawasan Timur Tengah; 37. Analisis Potensi Ekspor Indonesia ke Kawasan Afrika; 38. Proyeksi Ekspor Non Migas Hingga Akhir 2015; 39. Role of Goverment in Trade Financing to Enhance Export of non Oil and Gas; 40. Effective Rate of Protection (ERP) Analysis for Indonesia; 41. Peran Trading House dalam Mendorong Kinerja Ekspor Indonesia; 42. Analisis Penentuan Produk Impor Yang Akan Dikenakan Retalisasi : Studi Kasus Safeguards India Terhadap Produk Impor Saturated Fatty Alcohol Asal Indonesia; 43. Analisis Pemetaan Produk Ekspor; 131

144 44. Analisis Perubahan Bea Keluar Biji Kakao Menjadi Fixed 15%; 45. Analisis Usulan Penurunan Tarif Bea Masuk Impor Komponen Pesawat Terbang; 46. Analisis Usulan Larangan Ekspor Tepung Ikan; 47. Hasil Pengkajian terhadap usulan penghapusan pos tarif ex pada Permendag No. 44/M-DAG/PER/7/2012; 48. Analisis Usulan Pengenaan Bea Keluar Atas Ekspor Mete Gelondong 49. Review of Deregulation Policy to Enhance Industry Competitiveness: Sosialisasi Permendag Terkait Kebijakan Ekonomi Tahap I; 50. Outlook Perdagangan Indonesia Tahun 2016; 51. Analisis Hubungan Perdagangan Indonesia dengan Selatan Selatan; 52. Kajian Efektivitas Kebijakan Impor Produk Pangan Dalam Rangka Stabilitas Harga; 53. Optimalisasi Kerjasama ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) dan ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA); 54. Usulan Penentuan Negara Mitra Prioritas, Produk Prioritas dan Strategi Kerjasama Perdagangan Internasional; 55. Peningkatan Ekspor Melalui Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia- Tunisia; 56. Posisi dan Potensi Indonesia dalam Global Value Chain (GVC) di Kawasan RCEP; 57. Potensi Perdagangan Indonesia di Kawasan Afrika; 58. Potensi Perdagangan Indonesia di Kawasan Timur Tengah; 59. Biaya dan Manfaat Keikutsertaan Indonesia Dalam Asia Pacific Free Trade Agreement (FTA-AP); 60. Usulan Posisi Runding Perdagangan Jasa Indonesia pada Perundingan ACFTA; 61. Liberalisasi Jasa Pariwisata Indonesia dan Dampaknya Pada Foreign Direct Investment; 62. AnalisisKesiapan Indonesia dalam Penerapan Safeguard Measures dalam Perdagangan Jasa Internasional; 63. Usulan Posisi Runding Indonesia Untuk Negosiasi Sensitive Product di Konferensi Tingkat Menteri X; 132

145 64. Usulan Untuk Meningkatkan Akses Pasar Ekspor Produk CPO Indonesia ke Amerika Serikat; 65. Usulan Posisi Runding Indonesia Mengenai Post Bali Work Program WTO; 66. Joint Study Group (JSG) Indonesia Nigeria; 67. Hasil Policy Dialogue Series ASEAN Sevices Integration Post -2015: Opportunities and Challenges for Indonesia. IK 50: Persentase Rekomendasi/masukan kebijakan yang disampaikan ke K/L/D/I Sektor perdagangan tidak dapat dilepaskan dari sektor-sektor lainnya seperti pertanian, pertambangan, perhubungan, dan lain sebagainya. Sistem pemerintahan dengan salah satu otonomi daerah sebagai salah satu fitur utamanya turut menambah kompleksitas interaksi antar kebijakan, khususnya atara Pusat dan Daerah. Untuk mendukung efektivitas implementasi kebijakan pada masing-masing sektor maupun tingkat pemerintahan, maka kebijakan yang ada maupun yang akan dikeluarkan harus dapat berinteraksi dengan harmonis. Kementerian Perdagangan menargetkan persentase rekomendasi/masukan kebijakan yang disampaikan ke K/L/D/I pada tahun 2015 adalah sebesar 10% dan terus meningkat hingga mencapai 30% pada tahun Sampai dengan akhir Tahun 2015, Kementerian Perdagangan telah menyelenggarakan lima kali diseminasi hasil-hasil pengkajian dan pengembangan kebijakan perdagangan sebagai berikut: 1. Diseminasi di kota Makassar pada tanggal 23 April 2015 dengan judul kajian (a) Pengembangan Kinerja Logistik (Kasus Baja); dan (b) Analisis Dampak Kebijakan Restriksi Negara Mitra Dagang Terhadap Pencapaian Target Ekspor Non Migas Indonesia Diseminasi di Kota Medan pada tanggal 28 Mei 2015 dengan judul kajian (a) Analisis Kebijakan Impor Ikan dan Produk Perikanan; dan (b) Analisis Pengembangan Sektor Jasa Ritel Dalam Rangka Pemanfaatan ASEAN Framework Agreement in Services (AFAS). 3. Diseminasi di kota Jakarta pada tanggal 12 Agustus 2015 dengan judul kajian (a) Analisis Dampak Kebijakan Ekspor Timah Terhadap Kinerja Timah Indonesia; dan (b) Pengawasan Barang Beredar di Daerah Perbatasan. 4. Diseminasi di kota Jakarta pada tanggal 30 September 2015 dengan judul kajian (a) Kebijakan Perdagangan dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015; dan (b) Analisis Pengembangan Sektor Jasa Ritel 133

146 Dalam Rangka Pemanfaatan ASEAN Framework Agreement in Services (AFAS). 5. Diseminasi di Kota Jakarta pada tanggal 29 Oktober 2015 dengan judul kajian (a) Analisis Kebijakan Impor Ikan dan Produk Perikanan; dan (b) Analisis Dampak kebijakan Restriksi Negara Mitra Dagang Terhadap Pencapaian Target Ekspor Non Migas Tahun Dari lima diseminasi hasil kajian yang telah dilaksanakan, terdapat 10 kajian yang telah disampaikan ke K/L/D/I. Selain melalui diseminasi, hasil kajian juga disampaikan melalui publikasi, baik publikasi yang diterbitkan oleh BP2KP ataupun yang diterbitkankan oleh instansi lainnya. Tiga hasil kajian yang telah diterbitkan dalam Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan adalah 1. Analisis Moda Entri Penyedia Jasa Ritel Indonesia ke ASEAN: Studi Kasus Pada Alfamart diterbitkan dalam BILP Vol.9, No.1, Bulan Juli Penulis: M. Fawaiq (Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional). 2. Analisis Hubungan Harga Timah BKDI dan LME Serta Kebijakan Ekspor Terhadap Kinerja Ekspor Timah Indonesia diterbitkan dalam BILP Vol.9, No.2, Bulan Desember Penulis: Hasni (Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri). 3. Dampak Kebijakan Kemasan Rokok Singapura Terhadap Ekspor Rokok Indonesia diterbitkan dalam BILP Vol.9, No.2, Bulan Desember Penulis: Aditya P. Alhayat (Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri) Dengan demikian, dari total 62 kajian/analisis yang dilakukan pada tahun 2015, hasil kajian yang telah disampaikan kepada K/L/D/I adalah sebanyak 13 hasil kajian atau sebesar 19,4%. 134

147 B. KINERJA ANGGARAN Peraturan Meteri Keuangan Nomor 249 tahun 2011 tentang pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan rencana kerja dan anggaran kementerian /lembaga merupakan bentuk evaluasi kinerja dalam rangka pelaksanaan fungsi akutabilitas dan fungsi peningkatan kualitas. Fungsi akuntabilitas bertujuan untuk membuktikan dan mempertanggungjawabkan secara profesional kepada masyarakat atas penggunaan anggaran yang dikelola Kementerian/Lembaga bersangkutan bagi kepentingan masyarakat, sedangkan fungsi peningkatan kualitas bertujuan untuk mempelajari faktorfaktor yang menjadi pendukung atau kendala atas pelaksanaan RKA-K/L sebelumnya sebagai bahan penyusunan dan pelaksanaan RKA-K/L serta upaya peningkatan kinerja di tahun-tahun berikutnya. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249 tahun 2011 mengatur evaluasi kinerja anggaran terdiri dari 3 (tiga) aspek, yaitu: Aspek Implementasi, Aspek Manfaat, dan Aspek Konteks. K/L melakukan pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L paling sedikit terdiri Keluaran, capaian Hasil, tingkat efisiensi, konsistensi antara peratas tingkat perencanaan dan implementasi, dan realisasi penyerapan anggaran. Evaluasi Kinerja atas Aspek Implementasi dilakukan dalam rangka menghasilkan informasi Kinerja mengenai pelaksanaan Kegiatan dan pencapaian keluaran. Dalam mengevaluasi aspke Implementasi ada 4(empat) indikator yang di ukur yaitu penyerapan anggaran,konsistensi antara perencanaan dan Implementasi, pencapaian keluaran dan efesiensi dalam penggunaan anggaran. Evaluasi Kinerja atas Aspek Manfaat di lakukan dalam rangka menghasilkan informasi seberapa jauh penggunaan anggaran di gunakan dan manfaatnya terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan atau pemangku kepentingan sebagai penerima manfaat atas Keluaran yang telah di capai, Indikator yang di ukur dalam aspek manfaat adalah capaian terhadap indikator kinerja utama. Sedangkan evaluasi kinerja aspek konteks dilakukan dalam rangka menghasilkan informasi mengenai relevansi masukan, kegiatan, keluaran dan hasil dengan dinamika perkembangan keadaan termasuk kebijakan pemerintah. Evaluasi Kinerja ini diharapakan dapat menghasilkan analisis mengenai hubungan sebab akibat atas hasil pengukuran dan penilaian untuk setiap indikator yang di evaluasi, analisi mengenai keterbatasan yang di hadapi dalam menjalankan setiap proses evaluasi kinerja, analisis perubahan hasil pengukuran dan penilaian dibandingkan dengan hasil evaluasi kinerja pada dan tahun sebelumnya serta mengidentifikasi faktor pendukung dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan, pencapaian keluaran dan hasil. 135

148 Pada tahun 2015 Kementerian Perdagangan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp ,00- (Tiga triliun lima ratus tiga puluh milyar tujuh puluh delapan juta sembilan ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah) yang dituangkan dalam 10 program kemudian setelah direvisi melalui APBNP menjadi Rp ,00 terbagi ke dalam sembilan Unit Eselon I: Unit Sekertariat Jenderal 684 M, Unit Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri M, Unit Direktorat Jenderal Perdangan Luar Negeri 209 M, Unit Direktorat Kerjasama Perdagangan Internasional 123 M, Inspektorat Jenderal 43 M, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional 280 M, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi 80 M, Badan Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan 64 M, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 218 M, jika dilihat dari jenis belanja anggaran Kementerian Perdagangan terbagi dalam, Belanja Pegawai 439 M, Belanja Barang T dan Belanja Modal M. Aspek implementasi dilakukan dalam rangka memberikan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan dan capaian keluaran Indikator, adapun yang diukur dalam Aspek Implementasi adalah : 1. Aspek Penyerapan anggaran; 2. Aspek Konsistensi antara perencanaan dan implementasi; 3. Aspek Pencapaian keluaran; 4. Aspek Efisiensi. Nilai kinerja aspek implementasi diperoleh dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian antara nilai hasil pengukuran capaian kinerja setiap indikator aspek implementasi dengan masing-masing bobot dari indikator kinerja yang diukur tersebut. Bobot Kinerja Aspek Implementasi (WI) sebesar 33,3%, terdiri atas: 1. Bobot Penyerapan Anggaran (WP) =9,7% 2. Bobot Konsistensi antara Perencanaan dan Implementasi (WK)=18,2%) 3. Bobot Pencapaian Keluaran (WPK) =43,5% 4. Bobot Efisiensi (WE) =28,6% a. Penyerapan Anggaran Hasil pengukuran terkait dengan penyerapan anggaran tingkat kementerian Pada tahun 2015 dengan anggaran Rp ,- realisasi anggaran sampai dengan akhir tahun 2015 adalah sebesar Rp ,- atau 87,17 %. Realisasi anggaran per program adalah sebagai berikut: Program dukungan managemen dan pelaksanaan teknis lainnya Kementerian Perdagangan 84,00 %; Program Peningkatan Sarana dan prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan 97,70%; Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri 86,19 %; Program Peningkatan Perdagangan Luar Negeri 83,58 %; Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional 93,34%; Program Pengawasan dan 136

149 Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan 90,48%; Program Pengembangan Ekpor Nasional 91,03%; Program Peningkatan Efesiensi Pasar Komoditi 83,11%; Program Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan 87,42%; dan Program Peningkatan perlindungan Konsumen 89,69% (Lampiran 3). Bagan Kinerja Penyerapan Anggaran Menurut Program Tahun 2015 Dari keseluruhan pagu APBN-P Kementerian Perdagangan T.A sebesar Rp ,- dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga jenis belanja, yaitu: Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal. Kinerja realisasi anggaran menurut jenis belanja dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel Data realisasi Anggaran Kemendag 2015 Per Belanja JENIS BELANJA PAGU REALISASI % 51.BELANJA PEGAWAI 439,728,809, ,850,298, BELANJA BARANG 1,403,829,675,000 1,219,688,004, BELANJA MODAL 1,688,520,494,000 1,465,544,209, JUMLAH 3,532,078,978,000 3,079,082,512, b. Konsistensi Perencanaan dan Implementasi Pengukuran Konsistensi di maksudkan adalah untuk mengukur konsistensi ketepatan waktu penyerapan anggaran dengan rencana yang telah di buat setiap bulan. Hasil pengukuran konsistensi antara perencanaan dan implementasi tingkat Kementerian Perdagangan sebesar % dan Program di lingkungan Kementerian Perdagangan adalah sebagai berikut: Konsistensi Program Dukungan managemen dan tugas teknis lainnya kementerian perdagangan sebesar 85,31 %; 137

150 Konsistensi Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan sebesar 26,24%; Konsistensi Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri terhadap perencanaan sebesar 27.32%; Konsistensi Program Peningkatan Perdagangan Luar Negeri terhadap perencanaan sebesar 72,54%; Konsistensi Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional terhadap perencanaan sebesar 93,61%; Konsistensi Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan terhadap perencanaan sebesar 86,11 Konsistensi Program Pengembangan Ekspor Nasional terhadap perencanaan sebesar 87,82%; Konsistensi Program Peningkatan Efesiensi Pasar Komoditi terhadap perencanaan sebesar 62,95%; Konsistensi Program Pengkajian dan Pengembangan kebijakan Perdagangan terhadap perencanaan sebesar 82,84%; Konsistensi Program Peningkatan Pelindungan Konsumen terhadap perencanaan sebesar 73,23%. BULAN Bagan Kinerja Konsistensi Anggaran Menurut Program Tahun 2015 RENCANA PENCAIRAN REALISASI PENCAIRAN % REALISASI KONSISTENSI JAN 48,650,802, ,296,283, FEB 158,761,256, ,929,903, MAR 309,603,261, ,083,235, APR 496,533,617, ,809,196, MAY 688,480,775, ,773,581, JUN 922,349,764, ,898,968, JUL 1,262,540,323, ,257,278, AUG 1,618,935,212, ,759,034, SEP 2,015,991,801, ,104,751,130, OCT 2,365,629,576, ,444,273,699, NOV 2,784,539,043, ,881,381,268, DEC 3,532,078,978, ,079,058,501, NILAI KONSISTENSI TAHUN

151 c. Capaian Keluaran (Output) Capaian Keluaran Output Kinerja Anggaran Kementerian sebesar 93.69% sedangkan Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan adalah sebagai berikut : Capaian Keluaran Program Dukungan managemen dan tugas teknis lainnya kementerian Perdagangan sebesar 95.69%; Capaian Keluaran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan sebesar 80.00%; Capaian Keluaran Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri sebesar 94.92%; Capaian Keluaran Program Peningkatan Perdagangan Luar Negeri sebesar 95.56%; Capaian Keluaran Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional sebesar 93.17%; Capaian Keluaran Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan sebesar 96.35%; Capaian Keluaran Program Pengembangan Ekspor Nasional sebesar 96.93%; Capaian Keluaran Program Peningkatan Efesiensi Pasar Komoditi sebesar 92.05%; Capaian Keluaran Program Pengkajian dan Pengembangan kebijakan Perdagangan sebesar 93.42%; Capaian Keluaran Program Peningkatan Pelindungan Konsumen sebesar 98.65%. d. Efisiensi Penggunaan Anggaran Pengukuran terkait tingkat Efisiensi untuk Tingkat Kementerian sebesar 79.97% dan Unit Eselon Ia di lingkungan Kementerian Perdagangan diperoleh dengan formulasi Tingkat Efisiensi yang sudah ditentukan dalam PMK No 249 Tahun 2011.Tingkat efesensi adalah sebagai berikut: Tingkat Efesiensi Program Dukungan managemen dan tugas teknis lainnya kementerian Perdagangan sebesar 96.60%; Tingkat Efesiensi Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan sebesar %; Tingkat Efesiensi Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri sebesar %; 139

152 Tingkat Efesiensi Program peningkatan Perdagangan Luar Negeri sebesar %; Tingkat Efesiensi Program peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional sebesar %; Tingkat Efesiensi Program Pengawasan dan peningkatan Aparatur Kementerian Perdagangan sebesar 77.45%; Tingkat Efesiensi Program Pengembangan Ekspor Nasional 69.38%; sebesar Tingkat Efesiensi Program Peningkatan Efesiensi Pasar Komoditi sebesar %; Tingkat Efesiensi Program Pengkajian dan Pengembangan kebijakan Perdagangan sebesar 87.25%; Tingkat Efesiensi Program Peningkatan Pelindungan Konsumen sebesar 68.90%. Berdasarkan nilai-nilai diatas, kemudian dilakukan pengukuran terhadap kinerja masing-masing aspek implementasi sesuai pembobotan yang telah ditetapkan. Sehingga, nilai aspek implementasi di Kementerian Perdagangan secara keseluruhan mencapai 84,78% (metode perhitungan dan penjabarannya dapat dilihat pada Lampiran). Bagan HASIL EVALUASI KINERJA ANGGARAN TAHUN 2015, BERDASARKAN ASPEK IMPLEMENTASI 140

153 Secara umum, pencapaian target dalam Perjanjian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015 secara umum telah memenuhi target yang ditetapkan. Namun beberapa kegiatan belum dapat terlaksana pada tahun ini sebagai dampak atas dilakukannya efisiensi/penghematan anggaran Kementerian Perdagangan pada Triwulan II/2015. Bab 4 PENUTUP Secara umum, pencapaian target dalam Perjanjian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015 secara umum telah memenuhi target yang ditetapkan. Namun demikian, terdapat beberapa target yang belum tercapai secara optimal baik dalam persiapan maupun pelaksanaannya. Sebagai dampak atas dilakukannya efisiensi/penghematan anggaran Kementerian Perdagangan pada Triwulan II/2015, terdapat beberapa kegiatan yang belum dapat terlaksana pada tahun ini dan akan dilaksanakan pada periode selanjutnya ataupun akan direvisi sesuai dengan perkembangan prioritas kinerja unit organisasi. Adapun beberapa kendala teknis yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan rencana aksi selama tahun 2015 adalah sebagai berikut: (1) Prosedur administrasi pencairan anggaran yang terkendala oleh penetapan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Kasus seperti ini banyak dijumpai pada realisasi anggaran dana dekonsentrasi; (2) adanya kendala eksternal khususnya kerjasama atau hubungan dengan institusi pemerintah terkait lainnya dalam mendukung penyelesaian rencana aksi Kemendag. Contohnya lembaga KPK yang menyelenggarakan penilaian PIAK pada tahun ini sedang melakukan pembaharuan metode penilaian sehingga kegiatan penilaian ini belum dapat terlaksana pada tahun ini, dan (3) kendala Sumber Daya Manusia dan pembagian tugas yang sedang mengalami proses evaluasi terutama masa reformasi birokrasi dan percobaan masa remunerasi Kementerian Perdagangan. Hal ini berdampak pada masa resistensi tugas dan fungsi pekerjaan yang baru. Kerja sama antar unit organisasi dilingkungan internal Kementerian Perdagangan dan antar instansi pemerintah lainnya adalah salah satu kunci keberhasilan dalam menyelenggarakan kinerja yang optimal. Oleh karena itu, hal ini perlu menjadi nilai-nilai organisasi yang bertumbuh dan berkembang. Demikian Laporan Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015 ini disusun sebagai instrumen pelaporan kinerja dan harapannya dapat dipergunakan dengan baik untuk evaluasi dan perbaikan kinerja pada periode-periode mendatang. 141

154 142

155 LAMPIRAN 1. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan Tahun

156 144

157 2. Perjanjian Kinerja Menteri Perdagangan Tahun

158 146

159 147

160 3. Lembar Pengukuran Pencapaian Kinerja Tahun 2015: Kementerian Perdagangan NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA STRATEGIS TARGET REALISASI % CAPAIAN 1 Meningkatnya Pertumbuhan Ekspor Barang NonMigas yang Bernilai Tambah dan Jasa 2 Meningkatnya Pengamanan Perdagangan dan Kebijakan Nasional 3 Meningkatnya Diversifikasi Pasar dan Produk Ekspor 4 Menurunnya Hambatan Akses Pasar (Tarif dan Non-Tarif) (1) Pertumbuhan Ekspor Non Migas (persen) 8% -9,75% -121,9% (2) Kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor 44% 45,1% 102,5% (persen) (3) Pertumbuhan Ekspor Jasa (persen) 12%-14% -6,96% -58% (4) Persentase penanganan kasus dalam rangka pengamanan ekspor (persen) (5) Persentase pengamanan kebijakan nasional di fora internasional (persen) (6) Persentase Pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional 100% 100% 100% 70% 100% 143% 60% 76% 127% (7) Pertumbuhan ekspor non-migas produk/komoditi 5,9% -10,0% -169,5% utama (%) (8) Pertumbuhan ekspor non-migas produk/komoditi 10,6% 4,3% 40,6% prospektif (%) (9) Pertumbuhan ekspor non-migas ke pasar utama (%) 5,5% -9,5% -172,7% (10) Pertumbuhan ekspor non-migas ke pasar prospektif (%) (11) Penurunan index Non - Tariff Measures (baseline tahun 2013 berdasarkan data WTO) (12) Penurunan rata-rata tarif terbobot di negara mitra FTA (6 negara berdasarkan baseline 2013) 9,7% -17,0% -175,3% 38,32 37,25 99,12% 9,05 9,13 99,12% (13) Pertumbuhan nilai ekspor yang menggunakan Surat Keterangan Asal Preferensi 6% 37% 617% 5 Meningkatnya Promosi Citra Produk Ekspor (Nation Branding) 6 Optimalnya Kinerja Kelembagaan Ekspor 7 Meningkatnya Efektivitas Pengelolaan Impor 8 Meningkatnya Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan 9 Meningkatnya Konektivitas Distribusi dan Logistik Nasional 10 Meningkatnya Konsumsi Produk Dalam Negeri dalam Konsumsi RT Nasional (14) Skor dimensi ekspor dalam Simon Anholt Nation Branding Index (NBI) (15) Peningkatan pemanfaatan laporan pasar ekspor (market intelligent dan market brief) oleh dunia usaha (16) Pendirian Lembaga/Kantor Perwakilan/Pusat Promosi di dalam dan luar negeri (17) Persentase UKM peserta pelatihan ekspor yang menjadi eksportir baru (18) Penurunan pangsa impor barang konsumsi terhadap total impor (19) Pertumbuhan PDB sub-kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor ,67 103,7% ,6% % 10% 10% 100% 7,0% 7,49% 93,5% 5,0% 2,95% 58,97% (20) Jumlah Pasar Rakyat Tipe A (unit) ,1% (21) Jumlah Pasar Rakyat Tipe B (unit) ,4% (22) Jumlah Pusat Distribusi Regional yang dibangun (unit) (23) Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi (%) (24) Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional 2 0 0% 10% n/a n/a 92,3% 97,2% 105,3% 148

161 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA STRATEGIS TARGET REALISASI % CAPAIAN 11 Meningkatnya Pemanfaatan Pasar Berjangka Komoditi, SRG dan Pasar Lelang 12 Memperkecil Kesenjangan Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Antar Daerah (25) Pertumbuhan Volume Transaksi Perdagangan 2,0% 7,11% 355,5% Berjangka Komoditi (26) Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan 1,8% -30,31% -1683,9% (27) Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang 0,38% -66,87% ,4% (28) Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah < 14,2% 14% 100% 13 Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting (29) Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu < 9% 3,3% 100% 14 Meningkatnya Pemberdayaan Konsumen, Standardisasi, Pengendalian Mutu, Tertib Ukur dan Pengawasan Barang/Jasa 15 Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN 16 Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang Perdagangan Luar Negeri 17 Meningkatnya Dukungan Kinerja Layanan Publik (30) Indeks Keberdayaan Konsumen 37,00 34,17 92,35% (31) Persentase barang impor ber-sni Wajib yang sesuai ketentuan yang berlaku (32) Persentase barang beredar diawasi yang sesuai ketentuan (33) Persentase alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) yang bertanda tera sah yang berlaku (34) Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan Sistem Informasi Kementerian Perdagangan (35) Persentase Kab/Kota yang dapat menerbitkan SIUP TDP maksimal 3 Hari (36) Peningkatan rasio nilai ekspor yang menggunakan SKA preferensi dan Non Preferensi terhadap total ekspor (%) (37) Persentase Waktu Penyelesaian Perijinan Ekspor dan Impor Sesuai dengan SLA 50% 61,8% 123,6% 60% 49,6% 82,7% 50% 49,7% 98,4% 40 Kab/Kota 45 kab/kota 112,5% 60% 3,5% 1 (44 dari 511 kab/kota) 8,6% 65% 71,8% 110,5% 75% 60,55% 80,8% (38) Presentase Peningkatan pengguna Sistem Perijinan Online (persen) 15% 170,6% 1137,2% (39) Persentase ketersediaan sarana dan prasarana di 65% 78,3% 120,4% Lingkungan Kemendag (40) Persentase penyelesaian peraturan perundangundangan 95% 99,63% 104,9% (41) Rasio berita negatif semakin menurun 10% 0,12% 1,2% (42) Persentasi Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Informasi > 60 % 82,92% 100% 18 Meningkatnya Kompetensi dan Kinerja SDM Sektor Perdagangan 19 Meningkatnya Birokrasi yang Transparan, Akuntabel dan Bersih (43) Indeks Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan (44) Penilaian KemenPANRB terhadap kualitas akuntabilitas kinerja Kementerian Perdagangan (45) Keselarasan perencanaan dengan kinerja (Persentase program dan hasil yang dicapai) 65% 69,98% 107% B (60 70) BB (73,30) 122,17% 90% 84,78% 94,2% 149

162 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA STRATEGIS TARGET REALISASI % CAPAIAN 20 Meningkatnya Efektivitas Pengawasan Internal 21 Meningkatnya pemanfaatan Data/Informasi Perdagangan dan terkait perdagangan 22 Meningkatnya Kualitas Kebijakan dan Regulasi Berbasis Kajian (46) Persentase tindak lanjut penyelesaian rekomendasi hasil audit (47) Persentase kesesuaian Rencana Kerja Anggaran dengan peraturan yang berlaku berdasarkan hasil review (48) Persentase jenis data/informasi perdagangan dan terkait perdagangan yang dikelola (49) Persentase hasil kajian yang digunakan dalam rangka penyusunan kebijakan (50) Persentase Rekomendasi/masukan kebijakan yang disampaikan ke K/L/D/I 75% 76,96% 102,6% 78% 98,49% 126,3% 5% 7,7% 154% 20% 108,1% 540,3% 10% 19,4% 194% NO PROGRAM PAGU ANGGARAN REALISASI 1 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2 PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3 PENGEMBANGAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI % CAPAIAN 501,527,174, ,304,422, ,624,150, ,429,653, ,828,065,297,000 1,575,619,669, PENINGKATAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI 209,828,035, ,378,738, PENINGKATAN KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL 6 PENGAWASAN DAN PENINGKATAN APARATUR KEMENTERIAN PERDAGANGAN 123,133,008, ,931,620, ,534,462,000 39,389,050, PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL 280,403,696, ,259,533, PENINGKATAN EFESIENSI PASAR KOMODITI 80,777,241,000 67,131,927, PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN 64,183,701,000 56,106,640, PENINGKATAN PERLINDUNGAN KONSUMEN 218,002,214, ,531,255, JUMLAH 3,532,078,978,000 3,079,082,512,

163 4. Formulir Pengukuran Pencapaian Kinerja Tahun 2015: Unit Kerja Eselon I di Kementerian Perdagangan a. Program Peningkatan Perdagangan Luar Negeri NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Meningkatnya Pengamanan dan Akses Pasar (1) Persentase Pertumbuhan Ekspor Produk Olahan Ekspor Pertanian dan Kehutanan 5,50% 3,94% 71,6% (2) Persentase Pertumbuhan Ekspor Produk Olahan Industri Dan Pertambangan 6% 0% 0,0% (3) Persentase Penyelesaian Penanganan Kasus 100% 100% 100,0% 2 Meningkatnya Efektivitas Pengelolaan Impor (4) Menurunnya Kontribusi Impor Barang Konsumsi Terhadap Total Impor 7% 7,49% 93,0% 3 Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan (5) Penyelesaian perizinan Ekspor dan Impor Sesuai Berusaha Bidang Perdagangan Luar Negeri Dengan SLA 75% 61% 81,3% (6) Peningkatan rasio nilai ekspor yang menggunakan SKA preferensi dan non 65% 84% 129,2% preferensi terhadap total ekspor (7) Persentase Peningkatan Pengguna Sistem Perizinan Online 15% 170,6% 1137,3% (8) Persentase Capaian Kebijakan Tentang Pendelegasian Perizinan Sektor Perdagangan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 80% 100% 125,0% 151

164 NO KEGIATAN PAGU ANGGARAN REALISASI % CAPAIAN (7) (8) (9) (10) (11) 1 Dukungan Sektor Perdagangan Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Rp Rp ,0% 2 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perdagangan Luar Negeri Rp Rp ,6% 3 Peningkatan dan Pengelolaan Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Rp Rp ,0% 4 Peningkatan dan Pengelolaan Ekspor Produk Industri dan Pertambangan Rp Rp ,6% 5 Pengelolaan Fasilitasi Ekspor dan Impor Rp Rp ,3% 6 Pengelolaan Impor Rp Rp ,5% 7 Peningkatan Pengamanan dan Perlindungan Akses Pasar Rp Rp ,0% 8 Pengembangan Fasilitasi Perdagangan Luar Negeri Daerah Rp Rp ,1% TOTAL Rp Rp ,6% 152

165 b. Program Pengembangan Ekspor Nasional NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Meningkatnya pertumbuhan barang ekspor non migas yang bernilai tambah dan jasa (1) Pertumbuhan ekspor non migas (%) 8,00% -9,43% -117,88% (2) Pertumbuhan Ekspor Jasa (%) 12-14% -5,49% -45,75% 2 Meningkatnya diversifikasi pasar dan produk ekspor 3 Meningkatnya promosi citra produk ekspor (Nation Branding) (3) Kontribusi produk manufaktur terhadap produk primer dari total ekspor (%) 44% 80,91% 183,89% (4) Pertumbuhan ekspor non migas ke Pasar Utama (%) 5,5% -8,88% -161,45% (5) Pertumbuhan ekspor non migas di Pasar Prospektif (%) 9,7% -15,20% -156,70% (6) Pertumbuhan ekspor non migas produk Utama (%) 5,9% -9,71% -164,58% (7) Pertumbuhan ekspor non migas produk Prospektif (%) (8) Skor Dimensi Ekspor dalam Simon Anholt Nation Branding Index (NBI) 4 Optimalnya Kelembagaan Ekspor (9) Peningkatan pemanfaatan laporan pasar ekspor (market intelligent dan market brief) oleh dunia usaha (10) Pendirian Lembaga/Kantor/Perwakilan Promosi di luar negeri (kantor) (11) Persentase UKM peserta pelatihan ekspor yang menjadi eksportir (%) 10,6% 7,67% 72,36% ,67 103,71% ,60% % 10% 10% 100% 153

166 NO KEGIATAN PAGU ANGGARAN REALISASI % CAPAIAN (7) (8) (9) (10) (11) 1 Pengembangan Produk Ekspor Rp Rp ,70% 2 Peningkatan Kualitas Promosi dan Kelembagaan Rp Rp Ekspor 89,06% 3 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Rp Rp Lainnya Ditjen PEN 93,71% 4 Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Rp Rp ,67% 5 Pengembangan Promosi dan Citra Rp Rp ,96% 6 Kerja Sama Pengembangan Ekspor Rp Rp ,82% 7 Pengembangan SDM Bidang Ekspor Rp Rp ,24% TOTAL Rp Rp ,03% 154

167 c. Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pengembangan sektor prioritas jasa yang berorientasi Ekspor (1) Pertumbuhan ekspor jasa (%) 12-14% -6,96% -58% 2 Penurunan hambatan tarif dan nontarif di negara mitra (2) Penurunan rata-rata tarif terbobot di negara mitra FTA (6 negara; berdasarkan baseline 2013) (3) Penurunan index Non - Tariff Measures (baseline tahun 2013 berdasarkan data WTO) 3 Peningkatan implementasi hasil perundingan (4) Implementasi hasil perundingan perdagangan internasional melalui proses ratifikasi (%) 4 Pengamanan Kebijakan Nasional di Fora Internasional 5 Kepastian Tindak Lanjut dan Peta Kerja Sama Perdagangan Internasional 6 Peningkatan Pemahaman dan Pemanfaatan Hasil Kerja Sama Perdagangan Internasional 9,05 11,28 75% 38,32 38,14 100% 80% 78% 98% (5) Presentase pengamanan kebijakan nasional di fora internasional 70% 100% 143% (6) Dokumen kepastian tindak lanjut dan peta kerja sama perdagangan internasional (Dokumen) 1 Dokumen 1 Dokumen 100% (7) Presentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional (%) (8) Peningkatan nilai Ekspor yang menggunakan SKA Preferensi (%) 60% 76% 127% 6% 37% 617% 155

168 NO KEGIATAN PAGU ANGGARAN REALISASI % CAPAIAN (7) (8) (9) (10) (11) 1 Peningkatan Peran dan Pemanfaatan Hasil Kerja Sama Perdagangan Internasional Rp Rp ,88% 2 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional 3 Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa 4 Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral 5 Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN 6 Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC 7 dan Organisasi Internasional Lainnya Rp Rp ,45% Rp Rp ,95% Rp Rp ,33% Rp Rp ,77% Rp Rp ,20% Rp Rp ,11% TOTAL Rp Rp ,33% 156

169 d. Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Kontribusi PDB Sub Sektor Perdagangan terhadap PDB Nasional (1) Pertumbuhan PDB sub kategori Perdagangan Besar dan 5,0% 3,14% 62,8% tanpa migas Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 2 Pengembangan Kapasitas Logistik (2) Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat tipe A yang telah direvitalisasi 10% Peningkatan kapasitas pelaku usaha dagang kecil menengah (3) Jumlah UKM yang bermitra dengan retail modern Menurunnya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok (4) Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar antar wilayah wilayah < 14,2% 14% 100% 5 Menurunnya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok (5) Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu antar waktu < 9% 3,3% 100% 6 Meningkatnya Konsumsi Produk Dalam Negeri Dalam Konsumsi (6) Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam Rumah Tangga Nasional konsumsi rumah tangga nasional 92,3% 97,0% 105,1% 7 Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN (7) Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag 40 Kab/Kota 45 Kab/Kota 112,5% NO KEGIATAN PAGU ANGGARAN REALISASI % CAPAIAN (7) (8) (9) (10) (11) 1 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya direktorat Rp. Rp jenderal perdagangan dalam negeri ,00 78,87% 2 Pengembangan sarana distribusi perdagangan Rp Rp ,00 86,11% 3 Pengembangan perdagangan dalam negeri daerah Rp Rp ,00 83,72% 4 Peningkatan kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok dan Rp. Rp barang penting ,00 87,27% 5 Pengembangan kelembagaan dan pelaku usaha perdagangan Rp Rp ,00 83,87% 6 Pemberdayaan dagang kecil, menengah dan peningkatan Rp. Rp penggunaan produk dalam negeri ,00 92,61% 7 Pengembangan kapasitas logistik perdagangan Rp Rp ,00 86,15% TOTAL Rp Rp ,00 86,19% 157

170 e. Program Peningkatan Perlindungan Konsumen NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Meningkatnya Pemberdayaan Konsumen (1) Indeks Keberdayaan Konsumen 37 34,17 92,35% (2) Persentase penanganan pengaduan konsumen 70% 100% 142,86% 2 Meningkatnya ketertelusuran mutu barang (3) Persentase barang impor ber-sni wajib yang sesuai ketentuan yang berlaku 50% 61,80% 123,60% 3 Meningkatnya kesesuaian barang beredar dan jasa terhadap ketentuan berlaku (4) Persentase Barang Beredar yang Diawasi yang sesuai ketentuan 60% 49,60% 82,67% 4 Meningkatnya tertib ukur (5) Persentase alat alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) bertanda tera sah yang berlaku 5 Meningkatnya LPK terdaftar yang mematuhi peraturan (6) Persentase Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) terdaftar yang mematuhi peraturan 6 Meningkatnya kinerja organisasi dan kualitas pelayanan publik (7) Persentase ketepatan waktu penyelesaian pelayanan perijinan bidang Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (SPK) 50% 49,70% 98,41% 60% 62,50% 104,17% 70% 100% 142,86% NO KEGIATAN PAGU ANGGARAN REALISASI % CAPAIAN (7) (8) (9) (10) (11) 1 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Rp Rp ,02% 2 Pengembangan standardisasi bidang perdagangan Rp Rp ,32% 3 Pengembangan kebijakan dan pemberdayaan perlindungan konsumen Rp Rp ,64% 3 Peningkatan tertib ukur Rp Rp ,11% 4 Peningkatan efektivitas pengawasan barang beredar dan jasa Rp Rp ,92% 5 Peningkatan pengawasan mutu barang Rp Rp ,71% 6 Peningkatan pelayanan pengujian mutu barang Rp Rp ,32% 7 Peningkatan pelayanan kalibrasi Rp Rp ,97% 8 Peningkatan pelayanan sertifikasi mutu Rp Rp ,49% TOTAL Rp Rp ,69% 158

171 f. Program Peningkatan Efisiensi Pasar Komoditi NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Meningkatnya pembinaan, pengaturan, pengawasan, (1) Jumlah hari penyelesaian perizinan 20 hari 11 hari 145,0% dan pengembangan bidang perdagangan berjangka komoditi, sistim resi gudang, dan pasar lelang pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar (2) Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang 1,8% -30,31% -1683,0% diterbitkan (3) Jumlah persetujuan kontrak berjangka 3 kontrak 4 kontrak 133,3% komoditi (4) Persentase pemahaman pelaku di 70% 75% 107,1% bidang PBK, SRG dan PL (5) Pertumbuhan volume transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi 2 % 7,11% 355,5% NO KEGIATAN ANGGARAN REALISASI % CAPAIAN (7) (8) (9) (10) (11) 1 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya 83,16% Rp Rp badan pengawas perdagangan berjangka komoditi 2 Peningkatan pembinaan dan pengawasan perdagangan 78,06% Rp Rp berjangka komoditi 3 Peningkatan pembinaan dan pengawasan pasar lelang 80,59% Rp Rp dan sistem resi gudang 4 Peningkataan pelayanan hukum Rp Rp ,95% 5 Pengkajian dan pengembangan PBK, SRG, dan PL Rp Rp ,24% TOTAL Rp Rp ,11% 159

172 g. Program Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Meningkatnya pemanfaatan Data/Informasi Perdagangan dan terkait perdagangan (1) Persentase jenis data/informasi perdagangan dan terkait perdagangan yang dikelola 2 Meningkatnya Kualitas Kebijakan dan Regulasi Berbasis Kajian (2) Persentase hasil kajian yang digunakan dalam rangka penyusunan kebijakan (3) Persentase Rekomendasi/masukan kebijakan yang disampaikan ke K/L/D/I 3 Tersedianya rekomendasi kebijakan sebagai bahan perumusan kebijakan (4) Jumlah rekomendasi yang digunakan untuk perumusan kebijakan di sektor perdagangan (5) Jumlah hasil kajian kebijakan yang dipublikasikan dan/atau didiseminasikan 4 Tersedianya data dan informasi perdagangan yang tepat guna (6) Jumlah pengguna data dan informasi di bidang perdagangan 5 Tersedianya jaringan TIK yang stabil guna mendukung layanan publik dan internal Kementerian Perdagangan (7) Persentase kesinambungan layanan (continuity of service) jaringan data dan informasi 5% 7,7% 154,0% 20% 108,1% 540,5% 10% 19,4% 194,0% 20 rekomendasi 67 rekomendasi 335,0% 20 judul 13 judul 65,0% orang orang 108,9% 95% 99,6% 104,8% NO KEGIATAN PAGU ANGGARAN REALISASI % CAPAIAN (7) (8) (9) (10) (11) 1 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya badan pengkajian dan pengembangan kebijakan perdagangan Rp Rp ,56% 2 Pengkajian dan pengembangan kebijakan perdagangan dalam negeri dan perlindungan konsumen 3 Pengkajian dan pengembangan kebijakan perdagangan luar negeri dan pengamanan perdagangan 4 Pengkajian dan pengembangan kebijakan kerjasama perdagangan internasional Rp Rp ,04% Rp Rp ,70% Rp Rp ,44% 5 Pengembangan sistem informasi perdagangan Rp Rp ,88% TOTAL Rp Rp ,65% 160

173 h. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Terwujudnya efektivitas pengawasan (1) Jumlah rekomendasi strategis atas hasil pengawasan yang dilakukan ,2% internal yang memberi nilai tambah (value Inspektorat Jenderal added) terhadap peningkatan kinerja unit, (2) Persentase tindak lanjut penyelesaian rekomendasi hasil audit 75,00% 76,96% 102,6% akuntabilitas laporan keuangan dan tertib (3) Jumlah satker yang menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standar administrasi di lingkungan Kementerian ,0% Akuntansi Pemerintahan (SAP) berdasarkan hasil reviu Perdagangan (4) Jumlah unit yang memperoleh skor minimal 66 berdasarkan hasil evaluasi AKIP ,8% (5) Jumlah unit yang memperoleh WTA (Wilayah Tertib Administrasi) ,6% (6) Persentase kesesuaian usulan RKA berdasarkan hasil reviu dengan DIPA yang dapat direalisasikan 78,00% 98,49% 126,3% NO KEGIATAN PAGU ANGGARAN REALISASI % CAPAIAN (7) (8) (9) (10) (11) 1 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal Rp Rp ,48% 2 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan Wilayah I 3 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan Wilayah II 4 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan Wilayah III 5 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan Wilayah IV Rp Rp ,20% Rp Rp ,12% Rp Rp ,88% Rp Rp ,24% TOTAL Rp Rp ,58% 161

174 i. Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan NO SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISAS I (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Meningkatnya Dukungan Kinerja Layanan Publik (1) Indeks integritas sektor publik (KPK) (ranking) (2) Presentase standar efisiensi hasil pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan secara elektronik 5% 7,20% 100% 2 Meningkatnya Kompetensi dan Kinerja SDM Sektor perdagangan 3 Meningkatnya Transparansi, Akuntabilitas dan Integritas ASN Kemendag % CAPAIA N (3) Persentase Penyelesaian Peraturan Perundang-undangan 90% 99,63% 105% (4) Rasio berita negatif semakin menurun 10% 0,12% 100% (5) Persentase Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Informasi > 60% 92,92% 138% (6) Persentase Pelayanan Informasi yang ditindak lanjuti > 80% 99,11% 124% (7) Meningkatnya efisiensi, dan efektivitas penerapan prosedur operasional tetap (SOP) sesuai dengan Tugas dan 69% 70,00% 100% Fungsi dan Pelayanan Kepegawaian secara elektronik (8) Meningkatnya kinerja dan profesionalisme pegawai kemendag sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan 46% 43,00% 93% organisasi (9) Meningkatkan Kinerja Organisasi sesuai tugas dan fungsi secara optimal 47% 49,00% 104% (10) Penilaian Kementerian PAN & RB terhadap akuntabilitas B BB kinerja Kementerian Perdagangan (60-70) (73,30) 100% (11) Keselarasan perencanaan dengan kinerja (Persentase kinerja program dan hasil yang dicapai) 90% 84,78% 94% (12) Indeks Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan 65% 69,98% 107% 162

175 NO KEGIATAN PAGU ANGGARAN REALISASI % CAPAIAN (7) (8) (9) (10) (11) 1 Peningkatan Pengelolaan Perencanaan Rp Rp ,52% 2 Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Organisasi Rp Rp ,04% 3 Peningkatan Pengelolaan Keuangan Rp Rp ,38% 4 Pembinaan Administrasi dan Pelayanan Pelaksanaan Rp Rp ,33% Tugas Kementerian Perdagangan 5 Penyusunan Perangkat dan Pelayanan Hukum Bidang Rp Rp ,63% Perdagangan 6 Pengelolaan Pendidikan dan Pelatihan Rp Rp ,53% 7 Pengelolaan Pendidikan/Pelatihan Fungsional dan Teknis Kemetrologian Rp Rp ,96% 8 Pengeloaan Pendidikan dan Pelatihan Fungsional dan Teknis Penguji Mutu Barang Rp Rp ,53% 9 Peningkatan Pelayanan Informasi Publik Rp Rp ,53% 10 Koordinasi, Harmonisasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Rp Rp ,87% Kebijakan Kementerian Perdagangan 11 Penanganan Anti-Dumping dan Tindakan Imbalan Rp Rp ,30% 12 Peningkatan Penyelidikan Tindakan Pengamanan Rp Rp ,81% (Safeguard) 13 Penyelenggaraan Kantor Dagang Ekonomi Indonesia di Rp Rp ,30% Taiwan 14 Penyelenggaraan Atase Perdagangan Rp Rp ,31% 15 Fasilitasi Pelayanan Hukum Perdagangan Internasional Rp Rp ,24% 16 Penguatan Lembaga Perlindungan Konsumen Nasional Rp Rp ,24% TOTAL Rp Rp ,00% 163

176 j. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan NO SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan (1) Persentase ketersediaan sarana dan Prasarana di Lingkungan Kemendag prasarana di Lingkungan Kemendag 65% 78,3% 120,4% (2) Persentase Utilisasi Barang Milik Negara di Lingkungan Kemendag 80% 45,3% 56.65% NO KEGIATAN PAGU ANGGARAN REALISASI % CAPAIAN (7) (8) (9) (10) (11) 1 Peningkatan Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Rp Rp ,70% TOTAL Rp Rp ,70% 164

177 5. Rumus Penilaian dan Pengukuran Kinerja Anggaran Berdasarkan Aspek Implementasi Pengukuran Penyerapan Anggaran (P), untuk menilai seberapa besar anggaran yang telah digunakan untuk membiayai kegiatan. Pengukuran Penyerapan Anggaran diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut : Dimana : P : Penyerapan Anggaran RA PA : Realisasi anggaran : Pagu Anggaran Pengukuran Konsistensi (K), untuk mengukur konsistensi ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan yang direpresentasikan dengan ketepatan waktu penyerapan anggaran setiap bulan. Pengukuran Konsistensi antara Perencanaan dan Implementasi diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut: Dimana : K : Konsistensi antara Perencanaan dan Implementasi RA : Realisasi Anggaran 165

178 RPD N : Rencana Penarikan Dana : Jumlah Bulan Pengukuran Pencapaian Keluaran (PK), mengukur produk (barang/jasa) yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang dilaksanakan. Pengukuran Pencapaian Keluaran diperoleh dengan formula sebagai berikut : Dimana : PK RVK TVK n RKKi TKKi M : Pencapaian Keluaran : Realisasi Volume Keluaran : Target Volume Keluaran : Jumlah Jenis Keluaran : Realisasi Indikator Kinerja ke-i : Target Indikator Kinerja ke-i : Jumlah Indikator Keluaran Pengukuran tingkat efisiensi (NE), mengukur efisiensi pemanfaatan sumber dana (anggaran) dalam menghasilkan suatu produk barang/ jasa). Pengukuran Efisiensi diperoleh dengan formula sebagai berikut : 166

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA 0 2015 1 KATA PENGANTAR Tahun 2015 merupakan awal dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan www.packindo.org oleh: Ariana Susanti ariana@packindo.org ABAD 21 Dunia mengalami Perubahan Kemacetan terjadi di kota-kota besar

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS. 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS. 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar Jakarta, 21 Oktober 2015 Sebagai kementerian non teknis yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN Jakarta, 12 Mei 2015 1 OUTLINE A. DASAR HUKUM B. PEMBAGIAN KEWENANGAN DALAM PENGELOLAAN NEGARA C. SIKLUS PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Pengawasan Peningkatan Kapasitas Pengendalian

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Agenda pembangunan bidang ekonomi sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014 adalah meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (PK) KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN dalam ribu rupiah INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA OUTPUT NO PROGRAM SASARAN

PENETAPAN KINERJA (PK) KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN dalam ribu rupiah INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA OUTPUT NO PROGRAM SASARAN PENETAPAN KINERJA (PK) KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2010 dalam ribu rupiah NO PROGRAM SASARAN 1 Peningkatan Meningkatnya pertumbuhan - Jumlah rekomendasi 1 % pertumbuhan 7% 816.285 Perdagangan Luar Negeri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERJANJIAN KINERJA BAB II PERJANJIAN KINERJA Untuk mencapai visi dan misi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, yang salah satu misinya adalah Mengajak masyarakat Katolik untuk berperan serta secara aktif dan

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

Oleh : Iman Sugema. Membangun Ekonomi Mandiri & Merata

Oleh : Iman Sugema. Membangun Ekonomi Mandiri & Merata Oleh : Iman Sugema Membangun Ekonomi Mandiri & Merata Pertumbuhan melambat, ketimpangan melebar, & kalah dagang GDP Growth 7.00 6.81 6.50 6.00 5.99 6.29 5.81 6.44 6.58 6.49 6.44 6.33 6.34 6.21 6.18 6.03

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR KEP.55/M.PPN/HK/04/2015 TENTANG RENCANA PEMANFAATAN PINJAMAN LUAR NEGERI TAHUN 2015-2019

Lebih terperinci

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

RINGKASAN APBN TAHUN 2017 RINGKASAN APBN TAHUN 2017 1. Pendahuluan Tahun 2017 merupakan tahun ketiga Pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mewujudkan sembilan agenda priroritas (Nawacita)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2016 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro tahun 2016 sebagaimana yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kaltim, sebelumnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Kerangka Ekonomi Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah merupakan kerangka implementatif atas pelaksanaan RKPD Kabupaten Sijunjung Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA (C) 2015

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA (C) 2015 2014 LAPORAN KINERJA. KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA (C) 2015 Tahun 2014 merupakan tahun penting bagi seluruh instansi pemerintah di Indonesia, tak terkecuali Kementerian

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Laporan Kinerja 2016 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Republik Indonesia KATA PENGANTAR Berdasarkan Peraturan Presiden R.I No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Tahun Sidang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 Bandung, 11 Januari 2018 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1 A. Program Kerja 2018 2 Visi-Misi Pembangunan 2015-2019 VISI : Terwujudnya

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR NONMIGAS

RANCANGAN AWAL RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR NONMIGAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR NONMIGAS Disampaikan oleh: Direktur Perdagangan, Investasi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

BAB IV Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan

BAB IV Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan BAB IV Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan 4.1. Visi dan Misi 4.1.1. Visi Besarnya tantangan sebagai konsekuensi dari adanya era reformasi dan peningkatan persaingan di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon ARAH DAN SASARAN PEMBINAAN PENGELOLAAN APBN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Laporan Publik Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL Jakarta, 15 Juni 2017

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR LAPKIN DIT. PPPDN

KATA PENGANTAR LAPKIN DIT. PPPDN KATA PENGANTAR Salah satu upaya mendukung kegiatan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kementerian Perdagangan dan guna mewujudkan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS GIZI: Magnitude dalam Membanguan Manusia dan Masyarakat Permasalahan gizi merupakan permasalahan sangat mendasar bagi manusia Bagi Indonesia, permasalahan ini sangat

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 14 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan P

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 14 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan P No.783, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Nama Jabatan dan Kelas Jabatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG NAMA JABATAN DAN KELAS

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci