Dampak Program SToPS terhadap perilaku B.A.B Masyarakat I N D A S A H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dampak Program SToPS terhadap perilaku B.A.B Masyarakat I N D A S A H"

Transkripsi

1 Dampak Program SToPS terhadap perilaku B.A.B Masyarakat I N D A S A H PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2014

2 DAFTAR ISI BAB 1 BAB 2 BAB 3 BAB 4 BAB 5 PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 7 E. Keaslian Penelitian... 8 TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep STOPS... 9 B. Konsep Perilaku C. Kerangka Konsep Penelitian E. Hipotesis Penelitian METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian B. Kerangka Kerja C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian F. Lokasi dan Waktu Penelitian G. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data H. Cara Analisis Data I. Etika Penelitian HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian B. Karakteristik Responden C. Karakteristik Variabel D. Tabulasi Silang antar Variabel PEMBAHASAN A. Perilaku Buang Air Besar Sebelum Program STOPS B. Perilaku Buang Air Besar Setelah Program STOPS C..Perbedaan Perilaku Buang Air Besar dalam Program STOPS 86 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I

3 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Hartono, 2006). Dalam kerangka tersebut ditetapkan visi pembangunan kesehatan yaitu Indonesia Sehat Hal ini dimaksudkan agar pembangunan kesehatan mampu mendorong kemandirian masyarakat mewujudkan lingkungan hidup dan perilaku sehat (Dinkes Jatim, 2007). Lingkungan yang sehat yaitu lingkungan yang bebas polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan memadai (pembuangan sampah, jamban, perumahan dan permukiman sehat). Sejalan dengan visi tersebut maka Indonesia ikut berperan serta dalam kesepakatan global untuk mencapai Millenium Development Goals (MDG s) 2015 yakni tersedianya air dan sanitasi sebesar 50% total penduduk. Pada kenyataannya harapan tersebut belum tercapai hingga saat ini dengan bukti angka kejadian penyakit infeksi masih tinggi demikian juga angka kepemilikan jamban masih rendah. Sebagai bukti dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa insidens diare masih ada hingga saat ini yakni 13 ribu balita terkena diare setiap harinya (Cipta Karya, 2013). Menurut Riskesdas tauhn 2013 insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen (Trihono, 2013). Di Jawa Timur hingga 2013

4 tercatat penderita diare diantara penduduk atau prevalence rate sebesar 41,09%o (Dinkes Jatim, 2013). Disisi lain menurut Water Supply & Sanitation Collaborative Council, sebanyak 2,6 milyard manusia atau 40% penduduk dunia tidak memiliki akses untuk mendapatkan sanitasi dasar. Di Indonesia layanan sanitasi dasar yang aman baru tercapai 32,47% penduduk di perdesaan (Konferensi Sanitasi Nasional, 2009). Kepemilikan jamban keluarga juga masih rendah yaitu hanya ±22% penduduk belum mempunyai jamban (Dirjen Cipta Karya, 2009). Berdasarkan hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.(depkes, 2013). Laporan Pemerintah RI ke Millennium Development Goals/MDGs) sebanyak 72,5 juta masih buang air besar di luar rumah. Data dari Departemen Kesehatan menunjukkan sebanyak 100 juta orang belum memiliki jamban (Samhadi, 2013). Menurut prediksi Dirjen Cipta Karya, Indonesia masih memproduksi 5,6 juta ton tinja per-hari yang sebagian besar pembuangannya ke sungai. Menurut Dinkes Jawa Timur dari KK yang diperiksa hanya KK (94,39%) yang memiliki jamban. Namun demikian jamban sehat berdasarkan KK diperiksa sebanyak , yang memiliki jambah sehat hanyay 69,36% (Dinkes jatim, 2013). Masih adanya KK atau pemilik rumah yang belum memiliki jamban dan perilaku buang air besar yang masih tidak memenuhi syarat kesehatan tersebut dapat dipengaruhi banyak faktor. Menurut (Notoatmodjo, 2010)

5 faktor penentu perilaku terdiri dari 3 faktor yaitu predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan sebagainya), pemungkin (sumber daya atau keuangan, jarak, fasilitas/sarana dan prasarana) dan penguat (petugas kesehatan, petugas lain, kelompok referensi). Selain itu sesuai konsep perilaku yang dirumuskan dalam K-A-P (knowledge-attituddepractice), mengandung makna bahwa terbentunya perilaku atau tindakan seseorang akan didahului oleh faktor sikap, dan sikap yang terbentuk akan didahului oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Dalam hal ini pengetahuan menjadi salah satu faktor penting disamping keuangan atau sosio ekonomi keluarga untuk membangun jamban keluarga. Berdasarkan kajian teori di atas maka sebagai upaya untuk merubah perilaku buang air besar yang masih tidak memenuhi syarat kesehatan diperlukan berbagai strategi yang salah satunya adalah melalui penyuluhan. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat harus melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga, dan lingkungan secara mandiri (Depkes, 2009). Melalui metode ini diharapkan ada peningkatan pengetahuan sehingga timbul sikap positif yang akhirnya diwujudkan dalam bentuk perilaku buang air besar di jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Salah satu metode penyuluhan yang saat ini sedang digalakkan dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan STOPS. Melalui teknik ini masyarakat disadarkan bahwa mereka mempunyai masalah kesehatan (buang air besar) yang harus dihadapi, di atasi dan harus ada metode pemecahan masalahnya..

6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut : Adakah perbedaan perilaku buang air besar dalam program STOPS di Desa Kerkep Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2015? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perilaku buang air besar dalam program STOPS 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi perilaku buang air besar sebelum program STOPS b. Mengidentifikasi perilaku buang air besar setelah program STOPS. c. Menganalisis perilaku buang air besar dalam program STOPS D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang efektivitas program STOPS terhadap perubahan perilaku buang air besar guna memperkuat teori perilaku yang sudah ada. 2. Manfaat praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi Kepala Keluarga terutama mengenai perlunya merubah perilaku dalam buang air besar dari tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi memenuhi syarat kesehatan yakni dengan membuang tinja di jamban keluarga.

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep STOPS a. Pengertian STOPS STOPS adalah pendekatan terpadu mencapai dan mempertahankan bebas buang air besar terbuka (ODF) mencakup fasilitasi, analisis sanitasi, profil, praktek buang air besar dan konsekuensi, mengarah pada tindakan kolektif menjadi ODF (Kamal with Chambers, 2008). STOPS adalah pendekatan penggerakan pembangunan sanitasi melalui penggerakan pimpinan masyarakat setempat. Proses fasilitasi STOPS di masyarakat pada prinsipnya adalah pemicuan terhadap rasa jijik, rasa malu, rasa takut sakit, rasa berdosa dan rasa tanggungjawab yang berkaitan dengan kebiasaan buang air besar di sembarang tempat. Untuk membantu proses pemicuan tersebut digunakan beberapa komponen PRA seperti pemetaan, transect walk, alur kontaminasi dan simulasi lainnya. Panduan ini bukan merupakan suatu alur yang harus diikuti atau dilakukan pada saat fasilitasi karena tidak ada aturan yang baku dalam proses pemicuan. Proses implementasi di masyarakat lebih berkaitan dengan kemampuan dan inisiatif fasilitator. Fasilitator bisa memulai dengan kegiatan pemetaan dilanjutkan dengan transect walk, alur kontaminasi, kemudian ke pemetaan lagi, atau memulainya

8 dengan transect walk, kemudian ke pemetaan, transect walk lagi, dan seterusnya. Fasilitator tidak harus menunggu sampai 1 komponen, 2 atau 3 komponen PRA selesai, namun setiap saat bisa langsung melakukan pemicuan jika kesempatan terbuka (misalnya masyarakat mulai menunjukkan ke arah itu). Dibawah ini disampaikan hal-hal yang harus dipicu dan alat pemicu yang digunakan (selain pemetaan wilayah Buang Air Besar). Tabel 2.1. Hal-Hal yang Harus Dipicu dan Alat Pemicu yang Digunakan (Selain Pemetaan Wilayah Buang Air Besar) No. Hal yang Harus Dipicu Alat yang Digunakan 1. Rasa Jijik Transect walk Demo air yang mengandung tinja, untuk digunakan cuci muka, kumurkumur, sikat gigi, cuci piring, cuci pakaian, cuci makanan/beras, wudlu, dan lain-lain 2. Rasa Malu Transect walk (meng-eksplore pelaku open defecation) FGD (Forum Group Discution) terutama untuk perempuan 3. Takut Sakit FGD 4. Aspek Agama (rasa berdosa) Perhitungan jumlah tinja Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan didukung data puskesmas Alur kontaminasi (oral fecal) Mengutip hadist atau pendapat-pendapat para ahli agama yang relevan dengan perilaku manusia yang dilarang karena merugikan manusia itu sendiri 5. Privacy FGD (terutama dengan perempuan) 6. Kemiskinan Membandingkan kondisi di desa/dusun yang bersangkutan dengan masyarakat termiskin seperti di Bangladesh atau India b. Langkah-langkah STOPS

9 Langkah fasilitasi di masyarakat pada teknik STOPS dilakukan dengan beberapa tahap : 1) Perkenalan dan Penyampaian Tujuan Perkenalkan dahulu anggota tim fasilitator dan sampaikan tujuan tim ingin melihat kondisi sanitasi dari kampung tersebut. Jelaskan dari awal bahwa kedatangan tim bukan untuk memberikan penyuluhan apalagi memberikan bantuan. Tim hanya ingin melihat dan mempelajari kehidupan masyarakat, bagaimana masyarakat mendapat air bersih, bagaimana kebiasaan buang air besar dan lainlain. Tanyakan apakah mereka mau menerima tim dengan maksud dan tujuan yang telah disampaikan. 2) Bina Suasana Untuk menghilangkan jarak antara fasillitator dan masyarakat sehingga proses fasilitasi berjalan lancar, sebaiknya lakukan pencairan suasana. Pada saat itu temukan isitilah setempat untuk tinja (misalnya tai dan lain-lain) dan BAB (ngising, naeng dan lain-lain). 3) Analisa Partisipatif dan Pemicuan Memulai proses pemicuan di masyarakat yang diawali dengan analisa partisipatif misalnya dengan pembuatan peta desa /dusun/kampung yang akan menggambarkan wilayah BAB masyarakat. Pembuatan peta dilakukan di tanah dengan bantuan serbuk gergaji atau kapur atau bahan lain serupa yang sifatnya sederhana dan mudah didapat.

10 4) Tindak Lanjut oleh Masyarakat Jika masyarakat sudah terpicu dan kelihatan ingin berubah, maka saat itu juga susun rencana tindak lanjut oleh masyarakat. Semangati masyarakat bahwa mereka dapat 100% terbebas dari kebiasaan BAB di sembarang tempat. 5) Monitoring Lebih kepada "memberikan energi" bagi masyarakat yang sedang dalam masa perubahan di bidang sanitasinya. Dibawah ini diuraikan secara mendetail mengenai analisa partisipatif, pemicuan dan tindak lanjut oleh masyarakat. 1) Pemetaan Tujuan : a) Mengetahui/melihat peta wilayah BAB masyarakat. b) Sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi masyarakat). Alat yang diperlukan : a) Tanah lapang atau halaman b) Bubuk putih untuk membuat bates desa. c) Potongan-potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk. d) Bubuk kuning untuk menggambarkan kotoran. e) Spidol. f) Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana sanitasi

11 Bahan tersebut bisa digantikan dengan bahan lokal seperti : daun, batu, ranting kayu, dan lain-lain. Proses : a) Ajak masyarakat untuk membuat outline desa/dusun/kampung, seperti batas desa/dusun/kampung, jalan, sungai dan lain-lain. b) Siapkan potongan kertas dan minta masyarakat untuk mengambilnya, menuliskan nama kepala keluarga masingmasing dan menempatkannya sebagai rumah, kemudian peserta berdiri di atas rumah masing-masing. c) Minta mereka untuk menyebutkan tempat BAB-nya masingmasing. Jika seseorang BAB di luar rumahnya baik itu di tempat terbuka maupun "numpang di tetangga", tunjukkan tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning. Beri tanda (garis akses) dari masing-masing KK ke tempat BAB-nya. Tanyakan pula di mana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat seperti pada saat malam hari, saat hujan atau saat terserang sakit perut. Pendalaman/analisa partisipatif dari kegiatan pemetaan. a) Tanyakan berapa kira-kira jumlah "tinja" yang dihasilkan tiap orang tiap hari. Sepakati jumlah rata-ratanya. b) Minta masyarakat untuk menulis jumlah anggota keluarga di atas kertas yang berisi nama KK dan berapa jumlah total "tinja" yang dihasilkan oleh 1 keluarga/rumah setiap harinya. c) Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih BAB

12 di sembarang tempat) yang paling banyak menghasilkan tinja (beri tepuk tangan). d) Pada penduduk yang BAB di sungai, tanyakan ke mana arah aliran airnya. e) Pada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan dimana mereka mandi. Picu masyarakat bahwa bapak/ibu telah mandi dengan air yang ada tinjanya. f) Ajak masyarakat menghitung jumlah "tinja" dari masyarakat yang masih BAB di sembarang tempat perhari, kemudian perbulan. Berapa banyak "tinja" yang ada di desa/dusun tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan BAB sembarang tempat berlangsung? Tanyakan kemana "perginya" tinja tersebut. g) Di akhir kegiatan tanyakan : kira-kira kemana besok mereka akan BAB? Apakah mereka akan melakukan hal yang sama? Catatan: Untuk kepentingan masyarakat dalam memonitor kondisi wilayah sendiri, peta di atas lahan "harus" disalin ke dalam kertas (flipchart). Jika tempat tidak memungkinkan, pemetaan bisa dilakukan menggunakan kertas yang besar. 2) Jalan-Jalan Tujuan : melihat dan mengetahui tempat paling sering dijadikan tempat BAB dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat merasa jijik dan bagi orang yang biasa BAB di tempat tersebut

13 diharapkan akan terpicu rasa malunya. Proses : a) Ajak masyarakat untuk mengunjungi wilayah yang sering dijadikan tempat BAB (didasarkan pada hasil pemetaan). b) Lakukan analisa partisipatif di tempat tersebut. c) Tanya siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa yang hari ini telah BAB di tempat tersebut. d) Jika di antara masyarakat yang ikut transect walk ada yang biasa melakukan BAB di tempat tersebut, tanyakan : bagaimana perasaannya, berapa lama kebiasaan itu berlangsung, apakah besok akan melakukan hal yang sama? e) Jika di antara masyarakat yang ikut transect walk tidak ada satupun yang biasa melakukan BAB di tempat tersebut tanyakan pula bagaimana perasaannya melihat wilayah tersebut. Tanyakan hal yang sama pada warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat yang sering dipakai BAB tersebut. f) Jika ada anak kecil yang ikut dalam transect walk atau berada tidak jauh dengan tempat BAB itu, tanyakan apakah mereka senang dengan keadaan itu? Jika anak kecil menyatakan tidak suka, ajak anak itu untuk menghentikan kebiasaan itu, yang bisa dituangkan dalam nyanyian, slogan, puisi, dan bentuk kesenian (lokal) lainnya. Catatan: Jika masyarakat sudah terpicu tetapi belum total (yang mau

14 berubah baru sebagian), natural leader dan anggota masyarakat lainnya dapat melakukan kembali transect walk dengan membawa "peta". Transect walk ini dilakukan dengan mengunjungi rurnahrumah dan menanyakan kepada mereka kapan mereka mau berubah seperti masyarakat lainnya yang sudah mulai berubah? Minta waktu yang detil, misalnya tanggal berapa. Tandai rumah masing-masing dengan tanggal sesuai kesiapan mereka. 3) Alur Kontaminasi (Oral Fecal) Tujuan : mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya. Alat yang digunakan antara lain : gambar tinja dan gambar mulut, potongan kertas dan spidol. Proses : a) Tanyakan apakah mereka yakin bahwa tinja bisa masuk ke dalam mulut? b) Tanyakan bagaimana tinja bisa "dimakan oleh kita"? melalui apa saja? Minta masyarakat untuk menggambarkan atau menuliskan hal yang menjadi perantara tinja sampai ke mulut. c) Analisis hasilnya bersama dengan masyarakat dan kembangkan diskusi (misalnya FGD untuk memicu rasa takut sakit). d) Simulasi Air yang Telah Terkontaminasi Simulasi dengan menggunakan air ini dapat dilakukan pada saat transect walk, saat pemetaan atau pada saat diskusi kelompok lainnya. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap air yang biasa mereka gunakan

15 sehari-hari. Alat yang digunakan adalah ember yang diisi air (air mentah/sungai atau air masak/minum) dan polutan air (tinja). Prosesnya : (1) Dengan disaksikan oleh seluruh peserta, ambil 1 ember air sungai dan minta salah seorang untuk menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumur-kumur, cuci pakaian dan lain-lain yang biasa dilakukan oleh warga di sungai. (2) Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, dan minta salah seorang peserta untuk melakukan hal yang dilakukan sebelumnya. (3) Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa alasannya? Apa bedanya dengan kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu? Apa yang akan dilakukan masyarakat di kemudian hari? Peragaan ini bisa ditambahkan dengan hal-hal lain seperti mencampur sedikit kotoran ke dalam gelas dan minta mereka untuk meminumnya, meminta masyarakat untuk mencuci beras, sikat gigi atau berwudlu dengan air sungai yang telah dicampur dengan kotoran, dan lain-lain. Bila peragaan ini dilakukan pada saat transect walk ke wilayah sungai, untuk menunjukkan bahwa air telah terkontaminasi tidak perlu memasukkan kotoran ke dalam air dalam ember, melainkan bisa langsung mengambil air yang di sekitar air tersebut terdapat tinja.

16 4) FGD (Forum Group Discussion) Kegiatan pemicuan tersebut dilakukan dengan cara simulasi dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok (FGD). Tujuannya adalah bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan. Banyak hal yang harus dipicu yang dapat dilakukan melalui diskusi dengan masyarakat, diantaranya : a) FGD untuk memicu rasa "malu" dan hal-hal yang bersifat "pribadi". Tanyakan, seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di tempat terbuka dan alasan mengapa mereka melakukannya. Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat terbuka yang tidak terlindung dan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat oleh setiap orang? Bagaimana perasaan laki-laki ketika istrinya, anaknya atau ibunya melakukan BAB di tempat terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun juga yang kebetulan melihatnya secara sengaja atau tidak sengaja? Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat terbuka) padahal ia sedang mendapatkan rutinitas bulanan. Apa yang dirasakan? Apa yang akan dilakukan besok hari? Apakah tetap akan melakukan kebiasaan yang sama?

17 Catatan : Dalam kebiasaan BAB di sembarang tempat, perempuan adalah pihak yang paling terbebani (kehilangan privacy), jadi perempuan termasuk kelompok yang paling kompeten untuk dipicu. b) FGD untuk memicu rasa "jijik" dan "takut sakit" 1) Ajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah "tinja di kampungnya", dan kemana perginya sejumlah tinja tersebut. 2) Jika dalam diagram alur terdapat pendapat masyarakat bahwa lalat adalah salah satu media penghantar kotoran ke mulut, lakukan probing tentang lalat. Misalnya: jumlah dan anatomi kaki lalat, bagaimana lalat hinggap di kotoran dan terbang ke mana saja dengan membawa kotoran di kakikakinya, bagaimana memastikan bahwa rumah-rumah dan makanan-makanan di dalam kampung itu dijamin bebas dari lalat, dan sebagainya. 3) Ajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian tanyakan rumah mana saja yang pernah terkena diare (2-3 tahun lalu), berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat, adakah anggota keluarga (terutama anak kecil) yang meninggal karena diare, bagaimana perasaan bapak/ibu atau anggota keluarga lainnya. Apa yang akan dilakukan kemudian? c) FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan Contohnya dalam komunitas yang beragama Islam, bisa

18 dengan mengutip hadits atau pendapat para alim ulama yang relevan dengan larangan atau dampak buruk dari melakukan BAB sembarangan, seperti yang dilakukan oleh salah seorang fasilitator di Sumbawa, yang intinya kurang lebih: "bahwa ada 3 kelompok yang karena perbuatannya termasuk orangorang yang terkutuk, yaitu orang yang biasa membuang air (besar) di air yang mengalir (sungai/kolam), di jalan dan di bawah pohon (tempat berteduh)". Bisa dengan mengajak untuk mengingat hukum berwudlu, yaitu untuk menghilangkan "najis". Tanyakan air apa yang selama ini digunakan oleh masyarakat untuk wudlu"? apakah benar-benar bebas dari najis? Apa yang akan dilakukan kemudian? d) FGD menyangkut kemiskinan FGD ini biasanya berlangsung ketika masyarakat sudah terpicu dan ingin berubah, namun terhambat tidak ada uang untuk membangun jamban. 1) Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu dana besar, fasilitator bisa menanyakan apakah benar jamban itu mahal? Bagaimana dengan bentuk ini (berikan alternatif yang paling sederhana). 2) Apabila masyarakat tetap beralasan mereka cukup miskin untuk bisa membangun jamban (meskipun dengan bentuk paling sederhana), fasilitator bisa mengambil perbandingan

19 dengan masyarakat yang "jauh lebih miskin" daripada masyarakat Indonesia, misalnya Bangladesh berupaya untuk merubah kebiasaan BAB di sembarang tempat. 3) Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan kepada mereka tanggung jawab siapa masalah BAB ini? Apakah untuk BAB saja kita harus menunggu diurus oleh pemerintah dan pihak luar lainnya? Catatan penting pada saat pemicuan Di setiap akhir fasilitasi (FGD) tanyakan kepada mereka : bagaimana perasaan ibu/bapak terhadap kondisi ini? apakah bapak/ibu ingin terus dalam kondisi seperti ini? Fasilitator menyampaikan kesimpulan atas analisa yang telah dilakukan oleh masyarakat. Jika masyarakat masih senang dengan kondisi sanitasi mereka, artinya tidak mau berubah dengan berbagai macam alasan, fasilitator bisa menyampaikan : Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk melakukan analisa tentang sanitasi di desa bapak ibu, silakan bapak ibu meneruskan kebiasaan ini, dan ibu bapak adalah satu-satunya kelompok masyarakat yang masih senang untuk membiarkan masyarakatnya saling mengkonsumsi kotoran. Dengan senang hati kami akan menyampaikan hasil analisa bapak/ibu ini kepada bapak Camat/Bupati/dan seterusnya, bahwa di wilayah kerja mereka masih terdapat masyarakat yang mau bertahan dengan kondisi sanitasi seperti ini.

20 Penting untuk fasilitator, yakni pada saat memfasilitasi, ada hal yang jangan dilakukan dan harus dilakukan. Tabel 2.2 Hal yang Jangan dan Harus Dilakukan Saat Fasilitasi JANGAN LAKUKAN Menawarkan subsidi Mengajari Menyuruh membuat jamban Memberikan alat atau petunjuk kepada orang perorangan Menjadi pemimpin, mendominasi proses diskusi. (selalu menunjukkan dan menyuruh masyarakat melakukan ini dan itu pada saat fasilitasi). Memberitahukan apa yang baik dan apa yang buruk LAKUKAN Memicu kegiatan setempat. Dari awal katakan bahwa tidak akan pernah ada subsidi dalam kegiatan ini. Jika masyarakat bersedia maka kegiatan bisa dilanjutkan tetapi jika mereka tidak bisa menerimanya, hentikan proses. Memfasilitasi Memfasilitasi masyarakat untuk menganalisa kondisi mereka, yang memicu rasa jijik dan malu dan mendorong orang dari BAB di sembarang tempat menjadi BAB di tempat yang tetap dan tertutup. Melibatkan masyarakat dalam setiap pengadaan alat untuk proses fasilitasi. Fasilitator hanya menyampaikan "pertanyaan sebagai pancingan" dan biarkan masyarakat berbicara /diskusi lebih banyak (masyarakat yang memimpin) Membiarkan mereka menyadarinya sendiri e) Fasilitasi di Akhir Pemicuan (dimana masyarakat sudah terpicu) Tujuan : memberikan dukungan, semangat dan apresiasi kepada masyarakat yang mau melakukan perubahan di bidang sanitasi. Proses : 1) Jika masyarakat sudah kelihatan ingin berubah, minta masyarakat untuk merumuskan upaya apa. Biarkan mereka

21 merumuskan apa upaya mereka untuk berubah. Jika mereka menanyakan pendapat fasilitator, kembalikan pertanyaan itu kepada masyarakat, apa yang sebaiknya diupayakan? Jika masyarakat terlihat sangat mengharapkan solusi dari fasilitator, kita sebaiknya berpura-pura sibuk sendiri (sehingga bukan kita yang memberikan solusi) tetapi dengan tetap memperhatikan dan mendengarkan apa yang mereka diskusikan. 2) Jika diskusi di antara mereka terlihat sudah selesai, tanyakan : siapa yang ingin berubah dan membuat jamban esok hari? Buat daftar namanya. Berikan apresiasi dengan memberikan selamat dan bertepuk tangan. 3) Orang yang pertama menyatakan ingin berubah, itulah yang diharapkan menjadi natural leader untuk memicu masyarakat lainnya untuk merubah kebiasaan BAB di sembarang tempat. Dorong masyarakat yang mampu untuk membantu keluarga yang kurang mampu dalam mencari jalan keluar untuk menghentikan kebiasaan BAB disembarang tempat. Dukung masyarakat yang termasuk pressure group bisa memfasilitasi masyarakatnya agar terjadi perubahan kebiasaan secara total. Contoh di Sumbawa, masyarakat yang punya kebun dan kebunnya sering digunakan tempat BAB sementara ia sendiri sudah mempunyai jamban adalah salah seorang yang

22 termasuk pressure group karena ia merasa dirugikan masyarakat tersebut. Jika sudah mencapai tahap ini dan masyarakat mengharapkan bantuan fasilitator, fasilitator bisa mulai membantu dengan menggambarkan bentuk jamban, mulai dari paling sederhana sampai paling layak (sehat, aman dan nyaman). f) Fasilitasi untuk Rencana Tindak Lanjut Masyarakat Tujuan : mendampingi masyarakat dalam menyusun rencana tindak lanjut untuk memperbaiki kondisi sanitasinya. Proses : 1) Tanyakan kembali siapa yang akan berubah (dengan membuat jamban) esok hari? Buat daftar nama orang yang akan berubah. 2) Tegaskan kepada orang yang pertama kali akan berubah bahwa mereka adalah "pemimpin" yang diharapkan dapat membawa perubahan sanitasi secara keseluruhan di desanya (sepakati kemungkinan orang tersebut menjadi semacam "panitia" dalam rangka perubahan sanitasi ke arah yang lebih baik. 3) Tanyakan pula, siapa yang akan mulai merubah kebiasaan BAB sembarangan 3 hari kemudian, 1 minggu kemudian, 10 hari, 2 minggu, 1 bulan, dan seterusnya. 4) Berdasarkan kesepakatan, apa sebaiknya yang akan dilakukan oleh masyarakat (yang akan berubah) kepada

23 masyarakat lain jika kesanggupan untuk berubah (setelah masing-masing menyanggupi waktunya) tiba-tiba tertunda? Misalnya dengan membantu secara gotong royong, sanksi, dan lain-lain sesuai kesepakatan. 5) Tanyakan pula, kapan kira-kira seluruh masyarakat kampung/dusun/desa ini akan berubah dan menjadi salah satu desa yang menyatakan diri 100% telah bebas dari kebiasaan BAB sembarangan? Fasilitasi kepada mereka berdasarkan hasil analisa sebelumnya, bahwa sebagian kecil saja masyarakat yang masih BAB sembarangan dampaknya tetap akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. 6) Tanyakan apakah yang dapat mereka lakukan terhadap masyarakat kampung lain di dalam desanya atau desa lain yang masih mempunyai kebiasaan BAB di sembarang tempat? (apakah mereka bersedia untuk menyebarkan kepada masyarakat kampung lain tentang upaya yang mereka lakukan untuk merubah kebiasaan?) Fasilitasi kepada masyarakat bahwa fasilitator akan membantu masyarakat dalam mendeklarasikan kempung mereka sebagai kampung yang 100% bebas dari kebiasaan BAB sembarangan misalnya dengan mendatangkan kepala daerah (bupati), pers, masyarakat kampung lain, dan sebagainya. g) Leader Sanitation

24 Tujuan : melihat tangga/tahap-tahap sarana sanitasi masyarakat, dari sarana yang paling sederhana sampai sarana yang paling lengkap/layak (sehat, aman, nyaman). Proses : 1) Ajak masyarakat menggambarkan sarana sanitasi apa yang mereka ketahui. 2) Atau, ajukan pertanyaan kepada mereka (yang sudah punya jamban) kira-kira 10 tahun yang lalu BAB di mana, atau jamban seperti apa yang digunakan dulu, atau jamban apa yang digunakan sekarang? 3) Kembangkanlah diskusi yang berkaitan dengan sarana tersebut, tanyakan apakah faktor pendukung dan faktor penghambat setempat (teknis dan non teknis) dalam mewujudkan bentuk sarana tersebut? 4) Lalu kembalikan kepada mereka, bentuk sarana apa yang bisa mereka wujudkan, yang sesuai dengan kondisi alam serta kemampuan mereka masing-masing. Catatan : Leader sanitasi penting untuk diketahui dan menjadi bekal bagi fasilitator, namun baru disampaikan kepada masyarakat jika masyarakat memerlukannya, misalnya jika mereka merasa perlu saran atau pendapat yang berhubungan dengan sarana sanitasi yang akan mereka bangun. Fasilitator bisa membawa alat bantu tentang leader sanitasi, biasanya dalam bentuk gambar dengan spesifikasi teknis, serta kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sarana tersebut.

25 h) Tahap Monitoring Dalam STOPS monitoring yang paling efektif adalah pengawasan diantara mereka sendiri, sehingga monitoring oleh pendamping lebih kepada memberikan energi atau dorongan kepada masyarakat. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka monitoring adalah: 1) Cross visit di antara kelompok masyarakat (kelompok yang sudah terpicu kepada kelompok yang belum terpicu atau sebaliknya). 2) Mengembangkan konsultan masyarakat; memfasilitasi masyarakat yang belum terpicu untuk mengundang natural leader yang ada untuk melakukan pemicuan di kelompok tersebut. Selain itu, beberapa tools PRA yang bisa digunakan dalam tahap monitoring (setelah 1-2 bulan perubahan kebiasaan), diantaranya : a. Pemetaan Tujuan : melihat akses masyarakat terhadap tempattempat BAB (dengan cara membandingkan antara lain akses sebelum pemicuan dan akses yang terlihat pasca pemicuan dan tindak lanjut masyarakat). Proses : 1) Ajak masyarakat menandai rumah mana saja yang telah berhasil merubah kebiasaan (dimana pada peta awal

26 tercantum kapan waktunya mereka akan berubah, sampai tanggal berapa menyanggupi terbebas dari kebiasaan BAB di sembarang tempat (kegiatan ini bisa dilengkapi dengan transect walk). 2) Mengajak masyarakat untuk "menilai" kondisi sanitasi di desa/dusunnya dengan menggunakan skoring (ada penilaian, misalnya ketika pencapaian dibawah 25% berapa skornya, pencapaian 20-40%, pencapaian 50% dan seterusnya sampai skor tertinggi untuk pencapaian 100% masyarakat telah mempunyai tempat yang tetap dan tertutup untuk melakukan BAB). b. Rating Scale (Convenient) Tujuan : 1) Melihat dan mengetahui apa yang dirasakan masyarakat (bandingkan antara yang dirasakan dulu ketika BAB di sembarang tempat dengan yang dirasakan sekarang ketika sudah BAB di tempat yang tetap dan tertutup). 2) Mengetahui yang dirasakan masyarakat dengan sarana sanitasi sekarang, dan hal lain. Hal ini berkaitan dengan leader sanitasi di masyarakat. Proses : 1) Ajak masyarakat untuk menggambar sesuatu yang dapat menunjukkan perasaan puas/senang/bahagia, perasaan biasa-biasa saja, dan perasaan tidak puas/tidak senang/sedih,

27 misalnya : 2) Sepakati makna dari gambar tersebut, (bila perlu sepakati pula berapa nilai dari masing-masing gambar tersebut, misalnya gambar sedih nilainya 0 dan gambar tertawa nilainya 100, dan ada interval nilai di antara gambar tersebut). 3) Minta masyarakat (satu persatu) untuk berdiri diantara gambar itu, tanyakan : a) Apa yang dirasakan dulu ketika BAB di sembarang tempat? b) Apa yang dirasakan sekarang? c) Tanyakan apa perasaannya terhadap sarana sanitasi yang mereka punyai (mungkin masyarakat ada yang menjawab senang punya jamban tetapi kurang senang karena masih belum dipasang dinding, dan lain-lain). 4) Bila diperlukan, sepakati juga dengan masyarakat, bahwa masyarakat tidak harus berdiri tepat pada gambar tersebut, tetapi mungkin dapat berdiri diantara 2 gambar yang ada untuk menunjukkan apa yang mereka rasakan. 5) Untuk setiap pertanyaan, lihat jawaban dengan melihat di gambar mana mereka berdiri. Perdalam alasannya, sehingga akan terbentuk diskusi yang menggambarkan apa

28 yang dirasakan masyarakat (Dinkes Jatim, 2005). 2. Konsep Perilaku a. Pengertian Perilaku Menurut (Suliha, 2011) perilaku adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan, yang dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang. Sedangkan menurut (Notoatmojo, 2010) menjelaskan bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku menurut pandangan behavioristik adalah respons terhadap stimulus yang sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan individu atau organisme seakan-akan tidak tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya, hubungan stimulus dan respons seakan-akan bersifat mekanistis. Sedang menurut pandangan kognitif perilaku individu merupakan respons dari stimulus, namun dalam diri individu ada kemampuan untuk menentukan perilaku yang diambilnya. Ini berarti individu dalam keadaan aktif ddalam menentukan perilaku yang diambilnya (Walgito, 2010). Perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). b. Proses Pembentukan Perilaku

29 Perilaku manusia terbentuk karena adanya faktor kebutuhan (Sunaryo, 2004). c. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Green dalam (Notoatmodjo, 2010) perilaku dipengaruhi 3 faktor yaitu faktor pendahulu, pemungkin dan penguat. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut. 1) Faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan sebagainya. 2) Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3) Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut : B = f (PF, EF, RF) dimana : B PF RF f = Behavior = Predisposing factors = Reinforcing Factors = fungsi Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat

30 yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Menurut Snehandu B. Kar dalam (Notoatmodjo, 2010) mencoba menganalisis perialaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari : 1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatan (behaviour intention). 2) Dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). 3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information). 4) Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy). 5) Situasi yang memungkinkan bertindak atau tidak bertindak (action situation). Uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : B = f (BI, SS, AL, PA, AS) dimana : B f BI SS AL SS = Behavior = fungsi = Behavior Intention = Social Support = Accessebility of Information = Personal Autonomy

31 AS = Action Situation Menurut tim kerja WHO dalam (Notoatmodjo, 2010) menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu karena adanya 4 alasan pokok. 1) Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) Yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan). (a) Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. (b) Kepercayaan Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. (c) Sikap Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan antara lain :

32 (1) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. (2) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. (3) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. (4) Nilai (value). Di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. 2) Orang penting sebagai referensi Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orangorang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Orang yang dianggp penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa dan sebagainya. 3) Sumber daya (resources) Sumber daya ini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua ini berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.

33 4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai, dan penggunanan sumber dalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup (way of life) yang disebut kebudayaan. Kebudayaan terbentuk dalam waktu lama akibat dari kehidupan masyarakat bersama. Perilaku normal adalah salah satu aspek kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap perilaku ini. Secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut : B = f (TF, PR, R, C) dimana : B f TF PR R C = Behavior = fungsi = Thought and feeling = Personal reference = Resources = Culture Sedangkan menurut (Sunaryo, 2004) faktor yang mempengaruhi perilaku meliputi faktor genetik atau faktor endogen (jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan, inteligensi) dan faktor eksogen atau faktor dari luar individu (faktor lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi, kebudayaan) dan faktor lain (susunan saraf pusat, persepsi dan emosi).

34 B. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau dugaan logis tentang keadaan populasi. Dalam statistik hipotesis selalu dinyatakan sebagai hipotesis nol yang berarti secara statistik tidak ada perbedaan antara variabel yang dibandingkan atau perbedaan antara variabel yang dibandingkan sama dengan nol (Budiarto, 2012). ada perbedaan perilaku buang air besar dalam program STOPS

35 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan suatu rangkaian proses yang terkait secara sistematis dan terdiri dari berbagai tahap. Agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan maka perlu dibuat metode penelitian. A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Nasir, 2005). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu desain penelitian dimana pengumpulan data variabel bebas dan terikat dilakukan hanya satu kali dan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2012). Secara teknis pengukuran variabel bebas implementasi program STOPS dan terikat berupa perubahan perilaku dan kepemilikan jamban dilakukan dalam waktu bersamaan dan hanya satu kali pengukuran. B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian (Arikunto, 2010). Populasinya adalah semua keluarga yang mengikuti program STOPS sebanyak jiwa.. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian (Mardalis, 2004). Dalam penelitian ini sampelnya sebagian keluarga yang mengikuti program STOPS sebanyak 125 jiwa. 3. Teknik sampling

36 Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008). Sampling adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana (Machfoedz, 2005). C. Variabel Penelitian Pada penelitian ini variabelnya meliputi : 1. Variabel bebas (independent variabel) Variabel bebas (independent variabel) merupakan variabel penyebab atau variabel yang memperbedaan variabel terikat (Notoatmodjo, 2005). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah STOPS. 2. Variabel terikat Variabel terikat merupakan variabel yang diperbedaani variabel bebas (Notoatmodjo, 2005). Sebagai variabel terikat adalah perilaku BAB D. Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2008). Definisi operasional dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk tabel seprti tertera di bawah ini.

37 Tabel 3.1. Definisi Operasional Perilaku Keluarga dalam Program STOPS No Definisi Variabel Operasional Indikator Instrumen Skala Kriteria Bebas : STOPS pendekatan pengubahan perilaku buang air besar dan penggerakan pembanguna n jamban keluarga melalui penggerakan pimpinan masyarakat setempat bersama masyarakat setempat tanpa mengandalka n bantuan pemerintah Dilaksanakannya : 1. Sosialisasi 2. Pembentuk an Timlak TK Desa 3. Pemicuan 4. Monitoring dan evaluasi

38 2. Terikat : Perilaku BAB aktivitas BAB (buang air besar) dari anggota masyarakat sebelum dan sesudah dilaksanakan STOPS (pemicuan) ditunjau dari tempat BAB sesuai persyaratan kesehatan Kebiasaan : 1. Buang air besar di tempat yang bukan WC misalnya sungai, kebon, sawah, empang, kolam ikan, jamban cemplung yang terbuka atau lainya 2. Jamban/W C leher angsa yang tertutup air seingga tidak berbau Lembar Observasi Nominal Selalu : 2 Kadang-kadang : 1 Tidak pernah : 0 Kriteria : 1. Memenui syatat : 100% tidak BAB di sembarang tempat 2. Tidak memenuhi syarat : < 100% tidak BAB memenuhi syarat (Notoatmodjo, 2007). E. Pengumpulan dan pengolahan data 1. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian Instrumen adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Alat bantu yang digunakan adalah lembar observasi. 2. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian Waktu penelitian direncanakan Bulan September b. Tempat Penelitian Tempat yang dijadikan penelitian adalah di Dusun Genuk Desa picisan Kecamatan Sendang.

39 3. Analisis Data a. Editing Editing adalah penelitian kembali hasil kuesioner untuk meningkatkan reliabilitas data yang hendak diolah (Setiawan & Saryono, 2010). Kegiatan editing ini meliputi : 1) Pemeriksaan kelengkapan pengisian lembar observasi. 2) Kejelasan pengisian lembar observasi. 3) Keseragaman satuan data. b. Coding Yang dimaksud dengan coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memasukkan data (data entry) ke program SPSS (Notoatmodjo, 2012). c. Tabulating Tabulating adalah kegiatan meringkas data yang masuk ke dalam tabel yang telah dipersiapkan dalambentuk tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang (Setiawan & Saryono, 2010). Proses tabulasi : 1) Mempersiapkan tabel dengan kolom dan barisnya yang disusun dengan cermat sesuai kebutuhan. 2) Menghitung frekuensi pemunculan masing-masing kategori dan prosentasenya. d. Analisis 1) Uji statistik yang digunakan

40 Pemilihan uji statistik ditentukan berdasarkan tujuan maupun skala. Untuk mengetahui perbedaan perilaku buang air besar dan kepemilikan jamban keluarga dalam program STOPS dianalisis dengan uji Mc Nemar. Alasan pemilihan teknik uji ini adalah dari tujuan pengujian merupakan komparasi, jumlah kelompok ada 2, jenis sampel berpasangan dan data yang berskala nominal. a) Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : H o = = 0 (tidak ada perbedaan perilaku buang air besar dan kepemilikan jamban keluarga dalam program STOPS di Desa Kerkep Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2015). H 1 = < 0 (ada perbedaan perilaku buang air besar dan kepemilikan jamban keluarga dalam program STOPS di Desa Kerkep Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2015). b) Kaidah pengambilan keputusan Sig. (2-tailed) = tolak H o. Sig. (2-tailed) > = tolak H 1. c) Cara penarikan kesimpulan Cara penarikan kesimpulan didasarkan dari hasil uji. Jika Ho ditolak maka dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku buang air besar dalam program STOPS di Desa Kerkep

41 Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2015 dan sebaliknya jika Ho diterima maka tidak ada perbedaan perilaku buang air besar dan kepemilikan jamban keluarga dalam program STOPS di Desa Kerkep Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun F. Etika Penelitian Etika penelitian adalah suatu prinsip etika penelitian agar peneliti tidak melanggar hak (otonomi) manusia yang kebetulan sebagai responden (Nursalam, 2012). 1. Informed consent (persetujuan menjadi responden) Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden, tujuannya adalah agar subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. 2. Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subyek, lembar tersebut hanya diberikan nomor tertentu. 3. Confidentially (kerahasiaan) Informasi yang diberikan kepada peneliti dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan dan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

42 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur No. Umur Frekuensi % 1 <20 tahun 1 0, tahun 63 50,4 3 >35 tahun 61 48,8 Total Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui sebagian besar responden berumur tahun yaitu sebanyak 63 responden (50,4%) dari total 125 responden. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No. Pendidikan Frekuensi % 1 SD 27 21,6 2 SMP 38 30,4 3 SMA 51 40,8 4 PT 9 7,2 Total Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui hampir setengah responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 51 responden (40,8%) dari total 125 responden. 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan No. Pekerjaan Frekuensi %

43 1 Tidak Bekerja 23 18,4 2 Tani 54 43,2 3 Swasta 45 36,0 4 PNS 3 2,4 Total Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui hampir setengah responden sebagai petani yaitu sebanyak 54 responden (43,2%) dari total 125 responden. B. Karakteristik Variabel 1. Perilaku Buang Air Besar Sebelum Program STOPS Perilaku buang air besar sebelum program STOPS Tabel 4.4 Perilaku Buang Air Besar Sebelum Program STOPS No. Perilaku BAB (Sebelum STOPS) Frekuensi % 1 Tidak Memenuhi Syarat 59 47,2 2 Memenuhi Syarat 66 52,8 Total Berdasarkan tabel 4.4 diketahui sebagian besar responden sebelum STOPS perilaku buang air besarnya termasuk memenuhi syarat yaitu sebanyak 66 responden (52,8%) dan sebagian kecil tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 59 responden (47,2%) dari total 125 responden. 2. Perilaku Buang Air Besar Setelah Program STOPS Perilaku buang air besar setelah program STOPS Tabel 4.5 Perilaku Buang Air Besar Setelah Program STOPS (Community Lead Total Sanitation) No. Perilaku BAB (Setelah STOPS) Frekuensi % 1 Tidak Memenuhi Syarat 41 32,8 2 Memenuhi Syarat 84 67,2 Total

44 Berdasarkan tabel 4.5 diketahui sebagian besar responden setelah STOPS perilaku buang air besarnya termasuk memenuhi syarat yaitu sebanyak 84 responden (67,2%) dan sebagian kecil tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 41 responden (32,8%) dari total 125 responden. C. Tabulasi Silang antar Variabel i. Tabulasi Silang Karakteristik Responden dengan Variabel Penelitian 1. Umur dengan Perilaku BAB Sebelum STOPS STOPS Hubungan umur dengan perilaku BAB sebelum program Tabel 4.8 Tabulasi Silang Umur dengan Perilaku BAB Sebelum STOPS Perilaku BAB Sebelum STOPS No. Umur Negatif Positif f % f % f % 1 <20 tahun 1 0, , tahun 34 27, , ,4 3 >35 tahun 24 19, , ,8 Total 59 47, , Berdasarkan tabel 4.8 diketahui responden paling banyak berusia >35 tahun dengan perilaku BAB sebelum STOPS termasuk kategori positif yaitu sebanyak 37 responden (29,6%). 2. Pendidikan dengan Perilaku BAB Sebelum STOPS Tabel 4.9 Tabulasi Silang Pendidikan dengan Perilaku BAB Sebelum STOPS di No. Pendidikan Perilaku BAB Sebelum STOPS Negatif Positif f % f % f %

45 1 SD 13 10, , ,6 2 SMP 19 15, , ,4 3 SMA 23 18, , ,8 4 PT 4 3, ,2 Total 59 47, , Berdasarkan tabel 4.9 diketahui responden paling banyak berpendidikan SMA dengan perilaku BAB sebelum STOPS termasuk kategori positif yaitu sebanyak 28 responden (22,4%). 3. Pekerjaan dengan Perilaku BAB Sebelum STOPS Tabel 4.10 Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Perilaku BAB Sebelum STOPS No. Pekerjaan Perilaku BAB Sebelum STOPS Negatif Positif f % f % f % 1 Tidak Bekerja 14 11,2 9 7, ,4 2 Tani 25 20, , ,2 3 Swasta 20 16, ,0 4 PNS 0 0,0 3 2,4 3 2,4 Total 59 47, , Berdasarkan tabel 4.10 diketahui responden paling banyak petani dengan perilaku BAB sebelum STOPS termasuk kategori positif yaitu sebanyak 29 responden (23,2%). 4. Umur dengan Perilaku BAB Setelah STOPS Tabel 4.11 Tabulasi Silang Umur dengan Perilaku BAB Setelah STOPS Perilaku BAB Setelah STOPS No. Umur Negatif Positif f % f % f % 1 <20 tahun 0 0,0 1 0,8 1 0, tahun 21 16, , ,4 3 >35 tahun 20 16, , ,8 Total 41 32, ,

46 Berdasarkan tabel 4.11 diketahui responden paling banyak berusia tahun dengan perilaku BAB setelah STOPS termasuk kategori positif yaitu sebanyak 42 responden (33,6%). 5. Pendidikan dengan Perilaku BAB Setelah STOPS Tabel 4.12 Tabulasi Silang Pendidikan dengan Perilaku BAB Setelah STOPS di Desa Kerkep Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2015 Perilaku BAB Setelah STOPS No. Pendidikan Negatif Positif f % f % f % 1 SD 13 10, , ,6 2 SMP 19 15, , ,4 3 SMA 23 18, , ,8 4 PT 4 3, ,2 Total 59 47, , Berdasarkan tabel 4.12 diketahui responden paling banyak berpendidikan SMA dengan perilaku BAB setelah STOPS termasuk kategori positif yaitu sebanyak 28 responden (22,4%). 6. Pekerjaan dengan Perilaku BAB Setelah STOPS STOPS Hubungan pekerjaan dengan perilaku BAB setelah program Tabel 4.13 Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Perilaku BAB Setelah STOPS Perilaku BAB Setelah STOPS No. Pekerjaan Negatif Positif f % f % f % 1 Tidak Bekerja 14 11,2 9 7, ,4 2 Tani 25 20, , ,2 3 Swasta 20 16, ,0 4 PNS 0 0,0 3 2,4 3 2,4 Total 59 47, ,

PETUNJUK PRAKTIS PEMICUAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMICUAN PETUNJUK e PRAKTIS PEMICUAN PENGANTAR PERTEMUAN Perkenalkan Tim Pemicu Sampaikan tujuan kedatangan Tim: Untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Tim akan

Lebih terperinci

Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa

Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) untuk Menurunkan Stanting Disusun oleh: Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan dan Millenium Challenge

Lebih terperinci

Green menganalisis perilaku manusia dari kesehatan. Kesehatan seseorang atau

Green menganalisis perilaku manusia dari kesehatan. Kesehatan seseorang atau 2 Teori Determinan Perilaku 1. Teori Lawrence Green Green menganalisis perilaku manusia dari kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia.Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN Cici Violita Dewi Cintya Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*) EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku

Lebih terperinci

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM :

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM : RINGKASAN PENGARUH PENERAPAN METODE COMMUNITY LED TOTAL SANITATION (CLTS) PASCA PEMICUAN TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) PRASTATI THALIB NIM : 811 409051 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN Arifal Aris Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.......ABSTRAK....

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Umur

BAB 4 PEMBAHASAN. Umur BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menghadapi beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi kondisi dari penelitian yang dilakukan. Adapun keterbatasan tersebut

Lebih terperinci

VERIFIKASI ODF Di Komunitas

VERIFIKASI ODF Di Komunitas Monitoring & Evaluasi VERIFIKASI ODF Di Komunitas STBM/TSSM The World Bank Group Hubungi: Bagian yang menangani sanitasi perdesaan di setiap kantor Dinkes kabupaten setempat atau Kantor Dinkes Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BOGEM KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BOGEM KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BOGEM KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI RatnaWardani Prodi IlmuKesehatanMasyarakat STIKes Surya MitraHusada Kediri ratnawardani1978@yahoo.com

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban. 79 Lampiran 1 EVALUASI PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BUNGIN KECAMATAN TINANGKUNG KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Leni Setyawati

Lebih terperinci

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MODUL: KEBIJAKAN DIKLAT KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT I. DESKRIPSI SINGKAT P ada saat ini sekitar 70 juta penduduk Indonesia belum memiliki akses terhadap layanan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Adalah teori-teori terbentuknya atau terjadinya perilaku. Dengan adanya bermacam-macam teori ini akan mengarahkan intervensi kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan di Indonesia masih didominasi oleh penyakit-penyakit berbasis lingkungan, seperti diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), kecacingan, Demam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, menetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan menggunakan cross sectional yaitu pengumpulan data

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan menggunakan cross sectional yaitu pengumpulan data 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan cross sectional yaitu pengumpulan data penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program pembangunan sanitasi pedesaan. Dari beberapa studi evaluasi terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program pembangunan sanitasi pedesaan. Dari beberapa studi evaluasi terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Sanitasi total berbasis masyarakat dilatar belakangi adanya kegagalan dalam program pembangunan sanitasi pedesaan. Dari beberapa studi

Lebih terperinci

FIELD BOOK PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PAMSIMAS

FIELD BOOK PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PAMSIMAS FIELD BOOK PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PAMSIMAS DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Sasaran BAB II. PRINSIP-PRINSIP DASAR STBM A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. 3.1.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel dan mengetahui hubungan antara variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai luas 4.051,92 km². Sebelah Barat berbatasan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai luas 4.051,92 km². Sebelah Barat berbatasan dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Sumba Barat beribukota Waikabubak, mempunyai luas 4.051,92 km². Sebelah Barat berbatasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2008). Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk jenis penelitian non-eksperimental observasional bersifat diskriptif analitik (eksplanatori reseach),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan desain deskriptif comparative, yaitu penelitian dengan mengunakan metode studi perbandingan dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang kini sedang menghadapi masalah kebersihan dan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

Yulisetyaningrum ABSTRAK

Yulisetyaningrum ABSTRAK HUBUNGAN MOTIVASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEBIASAAN BUANG AIR BESAR (BAB) SEMBARANGAN DI DUKUH KRAJAN DESA KARANGROWO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2014 Yulisetyaningrum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005,

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUKUH SEPAT KELURAHAN SEPAT KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN Eka Nurjanah ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUKUH SEPAT KELURAHAN SEPAT KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN Eka Nurjanah ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUKUH SEPAT KELURAHAN SEPAT KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 211 Eka Nurjanah ABSTRAK Rumah sehat adalah sebuah rumah dekat dengan air bersih,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara

Lebih terperinci

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi sehat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampai dengan 4 Juni Lokasi penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas

BAB III METODE PENELITIAN. sampai dengan 4 Juni Lokasi penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo dan penelitian telah di laksanakan pada tanggal 21 Mei sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasi antara kedua variabel tersebut, dengan pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. korelasi antara kedua variabel tersebut, dengan pendekatan cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain diskriptif analitik yaitu mendiskripsikan variabel bebas dan terikat, kemudian melakukan analisis korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo mulai 5 Mei sampai dengan 5 juni

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo mulai 5 Mei sampai dengan 5 juni BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo mulai 5 Mei sampai dengan 5 juni 2013. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. antara faktor dengan efek (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. antara faktor dengan efek (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini, peneliti 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional. Penelitian analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa suatu fenomena kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis korelasi dan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu menghubungkan antara dua variabel yang saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10) BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang 3.1) Desain Penelitian, 3.2) Kerangka Operasional, 3.3) Populasi, Sampel, dan Sampling, 3.4) Kriteria Sampel, 3.5) Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pekerjaan, pendidikan,

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan metode pendekatan kuantitatif yang diarahkan untuk mendiskripsikan peran perawat dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan variabel terikat yaitu praktik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang bertujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang bertujuan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang bertujuan untuk membuat gambar atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI PEMUKIMAN NELAYAN KENAGARIAN AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2011 Skripsi Diajukan ke Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan studi diskriptif kolelaxional untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan studi diskriptif kolelaxional untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penlitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi diskriptif kolelaxional untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu pengetahuan, pendidikan, sarana, dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis korelasi dan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sindrom penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari

Lebih terperinci

DRAFT INSTRUMEN MONITORING KOMPONEN PHBS DAN LAYANAN HIGIENE SANITASI (DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH)

DRAFT INSTRUMEN MONITORING KOMPONEN PHBS DAN LAYANAN HIGIENE SANITASI (DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH) DRAFT INSTRUMEN MONITORING KOMPONEN PHBS DAN LAYANAN HIGIENE SANITASI (DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH) PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT JAKARTA, 2009 INSTRUMEN MONITORING KOMPONEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah studi diskriptif. Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian

Lebih terperinci

Perilaku Masyarakat Pasca Kegiatan Pemicuan Pada Program Gerakan Sanitasi Total (GESIT) (Studi Di Desa Candijati Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember)

Perilaku Masyarakat Pasca Kegiatan Pemicuan Pada Program Gerakan Sanitasi Total (GESIT) (Studi Di Desa Candijati Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember) Perilaku Masyarakat Pasca Kegiatan Pemicuan Pada Program Gerakan Sanitasi Total (GESIT) (Studi Di Desa Candijati Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember) Community Behavior After Trigger Action at GESIT Program

Lebih terperinci

Oleh : Suharno ABSTRAK

Oleh : Suharno ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KETERSEDIAAN JAMBAN KELUARGA DI DESA CIDENOK WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suharno ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik Comparative Study dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Metode penelitian ini berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 Anih Kurnia, S.Kep., Ners. Program Studi D-III Keperawatan STIKes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi )

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi ) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN 22010 TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa tantangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode case control yaitu suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan korelatif antar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan korelatif antar BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan korelatif antar variabel yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel

Lebih terperinci

deskriptif korelation yaitu

deskriptif korelation yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan korelasi antara variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah descriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel independent dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai : Desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, tehnik pengumpulan data,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Nursalam (2008), desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian adalah keseluruhan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p.

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p. 45 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Dulalowo Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Dulalowo Kota BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Dulalowo Kota Gorontalo selama ± 2 bulan mulai Mei s.d Juni 2013. 1.2 Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TIPE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. 3.2. DESAIN PENELITIAN Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analisis deskriptif eksploratif, yang didalamnya menggunakan analisis distribusi

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM KEBERHASILAN PROGRAM COMMUNITY LED TOTAL SANITATION (CLTS)

ANALISIS PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM KEBERHASILAN PROGRAM COMMUNITY LED TOTAL SANITATION (CLTS) ANALISIS PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM KEBERHASILAN PROGRAM COMMUNITY LED TOTAL SANITATION (CLTS) Salis Kurnia Rahmawati, Oedojo Soedirham FKM Universitas Airlangga Abstract: Sidorejo sub village District

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tamalate Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Adapun alasan pemilihan lokasi karena tersedianya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (jenis

Lebih terperinci