BAB III REKSA DANA YANG DISELENGGARAKAN PERBANKAN. A. Kegiatan Bank Yang Berkaitan Dengan Reksa Dana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III REKSA DANA YANG DISELENGGARAKAN PERBANKAN. A. Kegiatan Bank Yang Berkaitan Dengan Reksa Dana"

Transkripsi

1 BAB III REKSA DANA YANG DISELENGGARAKAN PERBANKAN A. Kegiatan Bank Yang Berkaitan Dengan Reksa Dana Berkaitan dengan bank yang melakukan kegiatan yang terkait dengan Reksa Dana, terdapat dua macam kegiatan, yaitu bank sebagai sponsor dan atau investor reksa dana dan bank sebagai agen penjual reksa dana. Penjelasannya sebagai berikut: Bank sebagai Sponsor dan atau Investor Reksa Dana Dalam melakukan kegiatan sebagai sponsor atau menjadi investor reksa dana pada prinsipnya bank harus mengacu pada ketentuan yang berlaku pada UU. Perbankan, juga pedoman pengelolaan reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif, ketentuan tentang kualitas aktiva produktif, dan lain-lain. Sementara itu, prinsip kehati-hatian (prudence) yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 105 a. Bank dapat menjadi sponsor (melakukan penempatan dana awal) atau membeli unit penyertaan hanya dari suatu reksa dana, berbentuk kontrak investasi kolektif dengan jenis reksa dana pendapatan tetap atau reksa dana pasar uang. b. Sesuai peraturan Bapepam, penempatan dana awal pada reksa dana tidak dapat diperjualbelikan minimal selama 1 (satu) tahun sejak dinyatakan efektifnya reksa dana tersebut. Jumlah penempatan dana awal minimum adalah sebesar 1% dan maksimum 20% dari jumlah nilai unit penyertaan reksa dana. 104 Try Widiyono, Op.Cit. hlm Ibid. hlm

2 c. Penempatan dana awal atau investasi dalam bentuk unit penyertaan reksa dana oleh bank digolongkan sebagai surat berharga/efek yang tersedia untuk dijual (available for sale) atau portofolio perdagangan (trading portofolio) sesuai kepemilikan/investasicbank dan pencatatannya mengacu pada standar akuntansi yang berlaku. d. Dalam melakukan penempatan dana awal atau membeli unit penyertaan reksa dana, bank hendaknya memperhatikan persyaratan agar penempatan dana awal atau investasi pada reksa dana dapat digolongkan lancar. Penggolongan kualitas penempatan dana awal atau investasi pada reksa dana mengacu pada pasal 9 SK Dir BI No. 31/147/KEP/DIR/1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif, yaitu tergolong lancar untuk sertifikat Reksa dana yang memiliki prospek pengembalian serta diperingkat (mengikuti ketentuan untuk surat berharga komersial). Oleh karena itu, dalam rangka pengendalian risiko dan mengoptimalkan pengelolaan aktiva produktif, bank perlu menempatkan dananya secara selektif dengan melakukan analisis yang memadai terhadap reksa dana dan manajemen investasi (MI), yang antara lain meliputi kualitas sertifikat reksa dana (peringkat), kinerja, komposisi dan diversifikasi portofolio reksa dana, serta reputasi dan keahlian MI. Selanjutnya, bank perlu pula untuk terus memantau konsistensi kebijakan portofolio reksa dana dengan prospektus, pengelolaan likuiditas, pengendalian internal, profil risiko, prinsip keterbukaan kepada publik, dan penerapan prinsip kehati-hatian sesuai ketentuan Bapepam. e. Keputusan bank untuk melakukan penempatan dana awal sebagaimana dimaksud dalam butir b maupun investasi pada suatu reksa dana hendaknya

3 disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi keuangan, strategi, kebijakan, dan pedoman investasi internal serta memperhatikan BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit). Dalam hal penempatan dana awal dan atau investasi tersebut dilakukan pada suatu reksa dana yang termasuk pengertian pihak terkait dengan bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan BMPK yang berlaku, maka bank harus memperhitungkan penempatan dana atau investasi tersebut dalam BMPK pihak terkait. Suatu reksa dana termasuk dalam pengertian pihak terkait dengan bank apabila reksa dana tersebut dikelola oleh MI yang termasuk dalam pengertian pihak terkait dan atau reksa dana yang portofolionya mengandung efek-efek dari emiten yang merupakan pihak terkait dengan bank. Perhitungan BMPK pihak terkait atas penempatan dana awal dan atau investasi pada reksa dana yang merupakan pihak terkait tersebut adalah sebesar seluruh penempatan dana awal/investasi pada reksa dana untuk reksa dana yang dikelola oleh MI yang merupakan pihak terkait atau secara proporsional dan jumlah penempatan dana awal/investasi sesuai dengan komposisi portofolio yang mengandung efek-efek dari emiten yang merupakan pihak terkait dengan bank. 2. Bank sebagai Agen Penjual Reksa Dana

4 Hal-hal yang harus diperhatikan bank dalam rangka bank sebagai agen penjualan reksa dana adalah sebagai berikut: 106 a. Bank dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan reksa dana memiliki karakteristik seperti produk bank, misalnya tabungan atau deposito. Tindakan-tindakan yang dilarang tersebut antara lain, meliputi memberikan jaminan atas : - Pelunasan (redemption) reksa dana dan kepastian besarnya imbal hasil reksa dana termasuk nilai bersih, baik secara langsung maupun tidak langsung. - Membuat komitmen untuk membeli sewaktu-waktu (stand by buyer) asset yang mendasari reksa dana, baik secara langsung maupun tidak langsung. - Melakukan intervensi pengelolaan portofolio efek reksa dana yang dilakukan oleh manajer investasi. b. Bank harus bersikap transparan kepada nasabah dengan memberikan informasi secara lisan dan tertulis. Selain itu, dalam setiap brosur, form, pendaftaran, term and conditions, dan marketing kit reksa dana lainnya harus dicantumkan nama dan logo MI secara jelas serta sebaiknya dilakukan pada window tersendiri sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa reksa dana dimaksud merupakan produk bank. Informasi yang disampaikan dalam sarana tersebut harus dapat dipahami dan disepakati oleh nasabah sebelum melakukan investasi pada reksa dana. Dalam penyampaian informasi, hal-hal penting yang harus disampaikan mencakup pada: 106 Ibid. hlm

5 - Penjelasan secara jelas dan tegas bahwa reksa dana tersebut produk pasar modal, bukan merupakan simpanan pihak ketiga dan tidak termasuk cakupan objek program penjaminan pemerintah; - Jenis risiko yang melekat pada reksa dana tersebut termasuk kemungkinan kerugian akibat fluktuatif nilai aktiva bersih (NAB) sesuai kondisi pasar dan kualitas efek portofolio reksa dana; - Informasi mengenai manajer investasi yang mengelola reksa dana; - Informasi mengenai bank kustodian serta penjelasan bahwa konfirmasi atas investasi nasabah akan diterbitkan oleh bank kustodian tersebut; - Jenis reksa dana dan risiko yang melekat pada produk reksa dana termasuk kemungkinan kerugian nilai investasi yang akan diderita oleh nasabah akibat berfluktuasinya nilai aktiva bersih sesuai kondisi pasar dan kualitas asset yang mendasari; - Komposisi portofolio dan kualitas hasil pemeringkatan atas efek dari reksa dana; - Biaya-biaya yang timbul berkaitan dengan investasi pada reksa dana. c. Sesuai ketentuan Bapepam, kegiatan sebagai agen penjual reksa dana hanya dapat dilakukan oleh pegawai yang telah memperoleh izin/sertifikasi sebagai wakil agen penjual efek reksa dana (waperd). d. Agen penjual hanya sebagai pihak yang memasarkan efek reksa dana, tidak diperkenankan menjalankan fungsi wakil penjamin emisi efek atau wakil perantara pedagang efek atau wakil manajer investasi. Oleh karena itu, bank dilarang untuk menjanjikan suatu hasil tertentu yang akan dicapai nasabah atau menjamin kerugian yang diderita nasabah.

6 e. Dalam hal portofolio reksa dana terdiri atas obligasi pemerintah atau asset lain yang dijual oleh bank kepada MI, maka dalam rangka pengelolaan risiko likuiditas transaksi penjualan harus dilakukan secara wajar dan jual putus (out right) sehingga memenuhi persyaratan sebagai suatu transaksi true sale. Bank tidak diperkenankan menjadi stand by buyer atau terlibat dalam back to back transaction atau transaksi sejenis atas obligasi pemerintah atau asset lainnya yang telah dijual bank kepada MI. f. Dalam hal bank melakukan kegiatan sebagai agen penjual reksa dana yang dikelola oleh MI yang merupakan anak perusahaan/pihak terkait bank, maka bank harus memperhatikan hal-hal yang merupakan anak perusahaan/pihak terkait dan bank harus memperhatikan hal berikut: - Memperhatikan prinsip transparansi. - Dalam hal memenuhi persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku, bank wajib mengkonsolidasikan laporan keuangannya dengan laporan MI dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. - Dalam kegiatan sebagai agen penjual, bank tidak diperkenankan melakukan intervensi pengelolaan reksa dana oleh MI. - Mengungkap transaksi dengan MI. - Memperhitungkan risiko MI dalam pemantauan profil risiko bank. g. Dalam rangka melindungi kepentingan nasabah, bank yang menjadi agen penjual reksa dana perlu melakukan analisis terhadap calon MI dan reksa dana yang akan dijual bank. Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan MI dan reksa dana, antara lain financial soundness dan jumlah dana masyarakat yang telah

7 dikelola MI, reputasi dan kemampuan MI, komposisi dan kualitas portofolio, serta hasil peringkatan atas sertifikat reksa dana serta efek dalam portofolio reksa dana. h. Dalam kegiatan sebagai agen penjual reksa dana, bank harus selalu menerapkan prinsip know your customers. Berkaitan dengan fungsi bank sebagai agen penjualan reksa dana ini perlu ditegaskan bahwa produk yang ditawarkan adalah reksa dana yang dimiliki oleh perusahaan sekuritas yang bekerja sama dengan bank. Reksa Dana bukan produk bank. Apabila terdapat bank yang menjual produk reksa dana, pada dasarnya bank yang bersangkutan hanya sebagai mediator pembelian atau distributor atau agen yang memperoleh fee dan sekaligus dalam rangka selling mix. Berdasarkan UU. No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, perusahaan reksa dana Dapat berbentuk perseroan terbatas dan kontrak investasi kolektif. Dalam hal bentuk reksa dana berupa KIK, maka tidak menerbitkan saham, tetapi menerbitkan unit penyertaan. Dengan memiliki unit penyertaan tersebut, berarti investor mempunyai kepemilikan atas Kekayaan bersih reksa dana KIK. Kedua bentuk reksa dana tersebut sebelum melakukan Pernyataan pendaftaran di Bapepam wajib terlebih dahulu membuat kontrak dengan bank Kustodi. 107 Perbankan sudah mulai masuk ke sektor penjualan atau agen penjual Reksa Dana. Semaraknya penjualan tersebut merupakan angin baru bagi Reksa Dana dan para manajer Investasi merasakan titik terang atas industri Reksa Dana. Sebelumnya, para manajer investasi merasa kewalahan untuk menjual reksa dana tersebut, bahkan ada sebuah perusahaan manajer investasi terselamatkan dari penutupan perusahaan karena mendapat berkah dari bank yang mau menawarkan produk reksa dananya Ibid. hlm Adler Haymans Manurung, Op.Cit. hlm.149

8 Penjualan Reksa Dana melalui bank pertama kali dilakukan oleh sebuah bank dan Selanjutnya diikuti oleh bank yang lain. Bank lain yang tidak mempunyai produk penjualan Reksa Dana akan ketinggalan sehingga nasabahnya akan lari ke bank lain karena para deposan merasakan hasil yang diperoleh lebih tinggi. Saat ini bank-bank besar sudah ikut menjual Reksa Dana tersebut. Dengan adanya penjualan Reksa Dana oleh perbankan, maka produk perbankan yang ditawarkan kepada masyarakat mengalami peningkatan. Produk Reksa Dana ini dianggap sebagai produk investasi yang berjangka panjang dan sesuai dengan konsep reksa dana, tidak seperti selama ini Reksa Dana dianggap sebagai produk saingan deposito. 109 Selanjutnya, penjualan Reksa Dana oleh bank menjadi keharusan karena produk yang ditawarkan harus semakin luas dan bervariasi. Dengan berkembangnya Wealth Management di perbankan, mau tidak mau bank dan manajer investasi harus bekerjasama dalam rangka menaikkan fee base income. Bahkan, telah terjadi sebuah sebuah fenomena baru bahwa manajer investasi menjadi tangan perpanjangan bank sebagai administrasi dalam rangka menjual produknya. Sebuah treasuri bank menciptakan produk investasi dengan berbagai struktur dan instrumennya dimiliki dan diciptakan melalui Reksa Dana dan disetujui Bapepam. Kemudian, manajer investasi menawarkan produk tersebut ke bank yaitu lain atau banknya sendiri untuk dijual. Sebenarnya, bank tersebut membutuhkan lembaga yaitu Reksa Dana yang dikelola manajer investasi. Dalam kasus ini manajer investasi sebagai administrator saja. Kepiawaian manajer investasi tidak terlihat karena produknya sudah dibuat dan tidak bisa dicairkan yang dikenal dengan Reksa Dana terproteksi. Produk ini saya sebut Discretionary Fund yang dilegalkan Ibid. hlm Ibid. hlm.156

9 Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) atau Discretionary Fund merupakan produk pribadi, yang kontraknya hanya melibatkan dua pihak, yaitu Manajer Investasi (MI) dengan individu atau lembaga tertentu. Bedanya dengan reksa dana, MI membatasi jumlah investor maksimal 49 orang. Kontrak bentuk ini tidak dikenal dalam Undangundang Pasar Modal, namun dalam kenyataannya banyak terjadi dan telah banyak merugikan investor. Oleh karena itu, Bapepam wajib mengeluarkan suatu aturan tegas untuk mengatur kontrak semacam ini, agar para investor yang mengalami kerugian tidak bertambah banyak ke depan ini. Walaupun agak terlambat, Bapepam telah meresponnya dengan mengeluarkan rancangan peraturan tentang KPD ini, dan dalam waktu yang tidak lama lagi akan berlaku. Berikut rangkuman aturan produk KPD ini, antara lain: MI tidak boleh menjual KPD melalui agan atau bank, Setiap nasabah harus mengetahui secara detail tentang produk investasi itu, Kontrak KPD harus dibuat satu persatu investor dan dilaporkan kepada Bapepam LK minimal dalam tempo 10 hari kerja, KPD wajib disimpan atas nama nasabah pada custodian yang tidak terafiliasi, Pengelola KPD wajib menerapkan Know Your Customer (KYC), serta investasi minimal pada produk KPD ini sebesar Rp. 5 Milyar. 111 Menurut Penulis, Bapepam harus segera mensahkan aturan di atas mengenai KPD ini yang tujuan akhirnya adalah untuk melindungi para investor. Dalam Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal disebutkan beberapa Lembaga profesi yang berkaitan dengan pasar modal yang dapat bertindak sebagai kustodian (terdapat dalam pasal 43 UU. Pasar Modal), di antaranya adalah: Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian - Perusahaan Efek 111 Dikutip dari Majalah Kontan, Edisi Minggu I April 2009, Baru Turun Tangan Setelah Korban Berjatuhan, hlm Irfan Iskandar, Pengantar Hukum Pasar Modal Bidang Kustodian, ( Jakarta: Penerbit Djambatan, 2001 ), hlm.39

10 - Bank Umum yang sudah mendapat persetujuan Bapepam. Terhadap ketiga lembaga tersebut di atas yang dapat menjalankan fungsi kustodian, Khusus hanya Bank Umum saja yang perlu mendapatkan izin usaha untuk dapat menjalankan kegiatan bidang kustodian. Hal ini disebabkan terhadap kedua lembaga profesi lain selain dari Bank Umum dalam izin usaha yang telah diberikan oleh Bapepam di dalamnya sudah mencakup kegiatan kustodian. Pembuat undang-undang mempunyai alasan sebagai berikut: kegiatan penitipan adalah sebagian dari kegiatan yang dilakukan oleh Bank Umum sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang Perbankan, sehingga Bank Umum tidak lagi memerlukan izin untuk melakukan penitipan. Namun untuk dapat melakukan kegiatan kustodian yang merupakan kegiatan lebih luas dari kegiatan penitipan dan terkait dengan lembaga lainnya seperti Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek dan Reksa Dana, maka Bank Umum tetap memerlukan persetujuan dari Bapepam. 113 Tata cara pendirian Bank Umum untuk dapat bertindak sebagai kustodian, Dengan cara mengajukan permohonan serta dengan melampirkan dokumen-dokumen yang di antaranya terdiri: Anggaran dasar. - Nomor Pokok Wajib Pajak. - Izin usaha sebagai Bank Umum - Laporan Keuangan terakhir yang telah diperiksa oleh akuntan yang terdaftar pada Bapepam. - Buku pedoman operasional kegiatan kustodian yang akan dilakukan serta uraian tentang fasilitas fisik yang akan digunakan oleh Bank Umum Ibid. hlm.40 Ibid. hlm.40-41

11 - Rekomendasi dari Bank Indonesia. - Dokumen dan keterangan pendukung lain yang berhubungan dengan permohonan persetujuan Bank Umum sebagai Kustodian yang akan diatur lebih lanjut oleh Bapepam. Reksa Dana mempunyai dua bentuk hukum, yaitu Reksa Dana Perseroan dan Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif. Dalam kegiatan Reksa Dana Perseroan tidak terdapat fungsi kustodian. Sementara dalam Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) akan terdapat fungsi kustodian. Hal ini tercermin dari adanya pembagian tugas yang tertuang dalam perjanjian Kontrak Investasi Kolektif. Dalam perjanjian tersebut antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian mempunyai dua tugas berbeda yang saling terkait. 115 Wewenang yang diberikan oleh manajer investasi kepada bank kustodian adalah untuk melaksanakan penitipan efek. Sedangkan pihak manajer investasi berwenang dalam pengelolaan portofolio investasi kolektif. 116 Bank Kustodian sebagai penyimpan efek dan atau harta kekayaan milik na- sabah, bank kustodian semata-mata hanya berfungsi sebagai penyimpan harta kekayaan yang dipercayakan kepadanya. walau demikian, dalam perjanjian-perjanjian tersebut, seorang nasabah memercayakan kepada bank kustodian untuk melakukan pengelolaan efek-efek tertentu sehingga dalam hal-hal tertentu bank kustodian inilah yang muncul kepermukaan sebagai wakil dari pemilik efek sebenarnya yang namanya tidak pernah muncul ke permukaan Ibid. hlm.41 Ibid. hlm Gunawan Widjaja, Aspek Hukum Dalam Pasar Modal: Penitipan Kolektif, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 ), hlm

12 Dalam konstruksi hukum, Bank Kustodian baik dalam perjanjian panitipan kolektif maupun kontrak investasi kolektif, bukanlah pemilik dari efek yang menjadi dasar penerbitan investment trust (dalam bentuk saham) oleh reksa dana PT atau penerbitan unit trust (unit penyertaan) oleh reksa dana KIK. Meskipun demikian, bank kustodian, guna melindungi kepentingan dari investor pemegang investment trusts dan unit trusts, seluruh efek yang menjadi dasar (underlying asset) bagi penerbitan saham (dalam investment trust) dan unit penyertaan (dalam unit trusts) kemudian dicatatkan atas nama bank kustodian dalam penitipan kolektif tersebut. Ini menjadikan seluruh investor pemegang saham (dalam investment trust) dan unit penyertaan (dalam unit trusts) adalah pemilik bersama yang terikat dari seluruh efek yang dijadikan sebagai the underlying asset. 118 B. Daftar Agen Penjual Efek Reksa Dana Yang Terdaftar di Bapepam Badan Pengawas Pasar Modal telah mengatur Bank-bank yang menjadi agen penjual efek Reksa Dana, atau bisa disebut Bank Kustodian yang terdaftar pada Bapepam. Adapun Bank-bank tersebut adalah sebagai berikut : PT. Bank Commonwealth 2. American Express Bank Ltd. 3. PT. Bank Niaga 4. Deutsche Bank AG 5. PT. Bank DBS Indonesia 6. PT. Bank International Indonesia (BII) 7. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 8. PT. Citibank NA Cabang Indonesia 9. Standard Chartered Bank Indonesia 10.PT. ABN-AMRO Bank (sekarang RBS) Ibid. hlm.187 Dikutip dari APERD (Agen Penjual Efek Reksa Dana), Diakses terakhir tanggal 25 April 2009

13 11. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 12. PT. Bank Buana Indonesia Tbk (sekarang UOB Buana) 13. Bank Permata Tbk 14. PT. The Hongkong and Banking Corporation (HSBC) Ltd 15. PT. Bank Lippo Tbk 16. PT. Bank Danamon Tbk 17. PT. Bank Bukopin Tbk 18. Bank BCA Tbk 19. Bank NISP Tbk 20. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk 21. PT. Victoria Internasional Tbk 22. PT. Bank Sinarmas 23. PT.Bank Pan Indonesia Tbk 24. PT.Bank Mega Tbk 25. PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) 26. PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk 27. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 28. Bank Daerah Jawa Barat. Data di atas adalah data yang diperoleh dari situs Bapepam, jadi para investor harus mengakses terus situs mengenai agen penjual efek reksa dana dan Bank Kustodian ini, karena dalam waktu yang lama data di atas dapat berubah, oleh karena itu para investor ada baiknya mengkonfirmasikan hal ini ke Bapepam, baik melalui web site ataupun telepon. Kekayaan Reksa dana wajib disimpan pada Bank Kustodian yang tidak terafiliasi dengan Manajer Investasi, dimana Bank Kustodian bertindak sebagai penitipan kolektif dan administrator Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm.187

14 Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal menetapkan Reksa Dana merupakan Kontrak investasi Kolektif (KIK) antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian. 121 Mengacu kepada ketentuan tersebut di atas diketahui bahwa di samping Manajer Investasi, Bank Kustodian memiliki peranan penting dalam pembentukan sebuah reksa dana. Reksa dana pada prinsipnya tercipta atas dasar persetujuan antara manajer Investasi pada suatu pihak dan Bank Kustodian pada pihak lain dengan pengertian bahwa Bank Kustodian akan berperan sebagai pemberi jasa perlindungan bagi para pemodal dalam bentuk laporan yang jujur (fair) dan harus mematuhi ketentuan yang berlaku. 122 Lebih jauh dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Bapepam menegaskan bahwa Bank Kustodian haruslah sebuah lembaga independen tanpa kaitan apapun dengan Manajer Investasi. Hal ini guna mencegah terjadinya kolusi antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian agar seluruh proses investasi serta laporan yang dibuat sepenuhnya dapat dipercaya. Fungsi Bank Kustodian di Indonesia ada 3 yaitu: 123 a. Lembaga penitipan dan pengamanan Semua dana dan efek yang terkumpul dari reksa dana disimpan dan berada dibawah Pengawasan bank kustodian. b. Administrasi Menghitung Net Asset Value atau NAB dari setiap jenis reksa dana KIK setiap akhir Hari bursa yang untuk selanjutnya diumumkan kepada masyarakat via Koran atau internet. 121 Ibid. hlm Ibid. hlm Dikutip dari Fungsi Bank Kustodian, Diakses terakhir tanggal 7 Maret 2009

15 c. Transfer agent Melakukan pencatatan seluruh pembelian maupun penebusan/pencairan (redemption) Oleh masyarakat pemodal serta mencatat setiap account nasabah. Di samping itu memberikan surat konfirmasi sebagai tanda bukti pembelian, pencairan atau pemindahan (switching) antar jenis reksa dana. C. Tanggung Jawab Bank Kustodian Terhadap Investor Bank Kustodian mempunyai tanggung jawab terhadap investor, terutama dalam penyelenggaraan Reksa Dana. Adapun tanggung jawab itu adalah: Memberikan keuntungan Tujuan dari pihak investor melakukan investasi di Pasar Modal adalah untuk mendapatkan suatu keuntungan. Dalam kaitannya dengan lembaga penyelenggaraan kegiatan Pasar Modal yang bertindak sebagai Bank Kustodian keuntungan yang diharapkan oleh investor berupa hak kelanjutan dari pemilikan atas efek dan bukan keuntungan dari capital gain. Keuntungan dari capital gain hanya bisa diperoleh melalui penyelenggaraan kegiatan Pasar Modal yang bertindak sebagai Perantara Pedagang Efek. Capital Gain pun sesungguhnya dapat diperoleh berdasarkan keputusan pihak investor sendiri untuk melakukan aksi jual berdasarkan pengamatannya pada patokan harga pasar. Pihak perantara Pedagang Efek hanya melaksanakan instruksi jual untuk mempertemukan harga dengan calon pembeli di Bursa Efek. Dalam hubungan memperoleh keuntungan melalui capital gain pihak penyelenggara kegiatan Pasar Modal khususnya Bank Kustodian berfungsi melaksanakan untuk mengeluarkan efek dari penyimpanan (mutasi efek). Melalui penyelenggaraan kegiatan Pasar Modal khususnya Bank Kustodian 124 Irfan Iskandar, Op.Cit., hlm.89-92

16 keuntungan yang diperoleh pihak investor berasal dari pihak penerbit efek atau Emiten yang merupakan hak kelanjutan atas kepemilikan efek. Sehingga jangan diartikan keuntungan yang diperoleh pihak investor tersebut berasal dari pihak penyelenggara kegiatan Pasar Modal yaitu dari Bank Kustodian atau Manajer Investasi. Bank Kustodian dalam hal ini hanya terbatas kepada pengurusan untuk memperoleh berbagai hak atas kepemilikan efek. 2. Memberikan Konfirmasi Untuk menghindari adanya suatu pertentangan yang timbul di kemudian hari dari pihak pemegang efek yang menjadi pemegang rekening pada lembaga penyelenggara kegiatan Reksa dana, maka diperlukan adanya suatu konfirmasi dari pihak-pihak di mana pemegang efek tersebut menjadi pemegang rekeningnya. Konfirmasi tersebut mengenai pencatatan efek dalam rekening efek. Pihak lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank Kustodian serta Perusahaan efek diwajibkan untuk menerbitkan konfirmasi kepada pemegang rekening pada lembaga tersebut. Konfirmasi tersebut menjadi sangat penting bagi pemegang rekening dalam rangka untuk mengetahui jumlah keuntungan yang akan diperolehnya dari sejumlah efek yang dimilikinya sebagai hasil investasi Reksa dana. Dengan berdasarkan konfirmasi tersebut yang berisi tentang jumlah efek yang dititipkan dalam penitipan kolektif sebagai milik pemegang rekening pada lembaga tersebut, maka baik pihak investor ataupun Bank Kustodian akan menghindari kesalahan dalam pembagian sejumlah hak kepada pemilik efek dalam penitipan kolektif. Kesalahan bisa saja terjadi karena dalam penitipan kolektif terdiri dari banyak investor dan jumlah efek pun beragam.

17 3. Ganti kerugian Investor reksa dana perlu menyadari bahwa, berbeda dari deposito yang menjanjikan hasil investasi tertentu, tidak ada janji hasil investasi tertentu yang dapat diberikan oleh Bank Kustodian kepada investor. Sesuai peraturan Bapepam pun, Bank Kustodian atau Manajer Investasi dilarang memberikan janji suatu hasil tertentu atas pengelolaan dana yang dilakukannya. Manajer Investasi dan Bank Kustodian hanya akan memproses pemesanan Pembelian Unit Penyertaan jika semua persyaratan diatas telah dipenuhi dan pembayaran telah efektif di rekening Reksa Dana yang ditentukan oleh Bank Kustodian. Manajer Investasi dan Bank Kustodian tidak bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin timbul akibat informasi yang tidak lengkap atau kesalahan instruksi yang diberikan Pemegang Unit Penyertaan. Tetapi Bank Kustodian atau Manajer Investasi wajib memberikan ganti kerugian kepada pemegang rekening atas setiap kerugian yang timbul akibat kesalahannya sesuai dengan bunyi pasal 46 UUPM.. Dimana dalam penjelasan pasal 46 UU. Pasar Modal ini, menyatakan: oleh karena efek dalam rekening efek dititipkan dan diadministrasikan pada kustodian, sudah sepatutnya pemegang rekening perlu mendapat perlindungan dari kerugian yang timbul akibat kesalahan kustodian, antara lain karena: a. hilang atau rusaknya harta atau catatan mengenai harta dalam penitipan. b. keterlambatan dalam penyerahan harta keluar dari penitipan. c. kegagalan pemegang rekening menerima keuntungan berupa deviden, bunga, atau hak-hak lain atas harta dalam penitipan. Investor umumnya perlu mengetahui pengalaman dan kualifikasi dari pengelola Reksa Dana. Bab III prospektus menjelaskan secara singkat, siapa-siapa bertindak sebagai komisaris dan/atau direksi yang menjalankan perusahaan manajer investasi pengelola

18 reksa dana. Bab IV menjelaskan secara singkat pengalaman dari Bank kustodian yang akan berperan sebagai penyimpan dana dan administrator investasi. 125 D. Peraturan Bank Indonesia (BI) Terhadap Bank Yang Menyelenggarakan Reksa Dana Bank Indonesia bukan lembaga yang berwenang mengatur dan mengawasi penyelenggaraan reksa dana, tetapi tetap saja memiliki keterkaitan erat apabila penyelenggaraan reksa dana melibatkan bank-bank. Bank-bank yang terlibat dalam penjualan reksa dana sedikit banyak akan memiliki risk exposures yang berasal dari reksa dana tersebut, apakah itu risiko reputasi, risiko hukum, maupun risiko-risiko lainnya. Oleh karena itu, bank-bank agen penjual reksa dana harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip kehati-hatian sebagaimana prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usaha bank yang telah digariskan BI. Hal ini sesuai dengan pasal 25 Angka 1 UU. No. 3 tahun 2004 tentang BI. Keterlibatan BI sejalan dengan amanat Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 pasal 29 Angka 1 dan pasal 30 Ayat1 yang menegaskan, bahwa fungsi dan peran BI sebagai lembaga pembina dan pengawas perbankan. 126 Reksa dana yang dijual melalui distribusi perbankan biasanya dalam dua bentuk, yaitu: Bentuk pertama, bank menjual produk reksa dana yang bersifat independen, yang juga dijual sendiri oleh manajer investasi atau melalui agen penjual lain. Dalam bentuk ini, tidak ada produk eksklusif yang khusus hanya boleh dijual oleh bank tersebut, sehingga pada umumnya bank penjual tidak ikut serta menjadi sponsor dalam penerbitan reksa dana. Dengan demikian, bank hanya mendapatkan komisi dari manajer investasi sebesar jumlah yang dijual oleh bank tersebut. Bentuk kedua, adalah reksa dana yang 125 Eko Priyo Pratomo, Ubaidillah Nugraha, Op.Cit., hlm Dikutip dari Agus Sugiarto, Reksadana, Perbankan, dan sektor riil, Diakses terakhir tanggal 20 Februari 2009

19 dijual secara khusus oleh bank tersebut (exclusive product), sehingga investor yang ingin membeli reksa dana tersebut harus melalui bank yang menerbitkannya. Produk reksa dana yang bersifat khusus tersebut pada umumnya memiliki features tersendiri. Antara lain, biasanya memakai nama bank dalam reksa dana tersebut, portofolio reksa dana yang dijual menggunakan obligasi rekap yang dimiliki atau dijual bank, bank ikut serta sebagai sponsor dan dalam beberapa kasus produk reksa dana tersebut dicampur menjadi produk investasi yang dikeluarkan oleh bank (product mix). Apabila bank bertindak sebagai sponsor, berarti bank harus memperhatikan faktor kecukupan modalnya, karena bank harus menyediakan dana tunai guna disetorkan dalam portofolio reksa dana yang dibentuk oleh manajer investasi. Semakin besar nilai obligasi yang akan diterbitkan, semakin besar pula dana yang harus disetorkan untuk sponsor. Dengan demikian, bank-bank kecil atau mereka yang memiliki modal nominal kecil harus benar-benar memperhitungkan faktor kecukupan modalnya agar tetap memiliki rasio kecukupan modal (CAR) diatas 8 persen. Selain itu, bank juga tidak diperbolehkan menjadi sponsor reksa dana yang underlying assetsnya berupa saham. Sebab, Bank Indonesia masih melarang bank melakukan transaksi jual beli saham. 127 Transparansi dan kejelasan kepada calon investor reksa dana yang umumnya nasabah bank itu sendiri harus diutamakan. Nasabah perlu dijelaskan, bahwa reksa dana itu bukan produk bank, melainkan produk investasi yang diatur dengan ketentuan pasar modal. Satu hal penting yang perlu disampaikan kepada calon investor reksa dana lewat bank adalah reksa dana tidak sama dengan simpanan deposito. Investasi membeli reksa dana tidak termasuk dalam program penjaminan pemerintah (blanket guarantee) sebagaimana yang diberikan untuk simpanan pihak ketiga di bank. Selain itu, bank dalam 127 Ibid.

20 melakukan penjualan reksa dana kepada nasabahnya harus jelas-jelas menegaskan, bahwa risiko berinvestasi pada reksa dana tersebut akan ditanggung sepenuhnya oleh investor sendiri. Karena itu, edukasi kepada calon investor reksa dana mutlak harus diberikan oleh petugas Bank yang menjualnya, sehingga bank akan terhindar dari risiko reputasi maupun risiko Hukum apabila terjadi tuntutan dari investor kepada bank di kemudian hari. 128 Mekanisme penjualan reksa dana yang melibatkan bank sebagai agen penjual telah memunculkan hubungan baru antara perbankan dan para manajer investasi. Untuk itu, bank harus melakukan seleksi (due diligence) untuk memilih manajer investasi yang bagus dari sisi kinerja maupun reputasinya, sehingga kerjasama antara bank dengan manajer investasi tidak akan merugikan bank penjual reksa dana dan investor yang menggunakan jasa bank tersebut. 129 Dalam hal manajer investasi itu adalah anak perusahaan atau perusahaan sekuritas adalah pihak terafiliasi dari bank penjual reksa dana, maka kerja sama diantara mereka harus transparan. Dalam praktik, bank yang menjual reksa dana yang berasal dari anak perusahaannya atau pihak terafiliasi, harus dilakukan secara berhati-hati sesuai kemampuan bank tersebut mengendalikan risiko yang mungkin terjadi. Bank tidak seharusnya menjual reksa dana terlalu ekspansif, apabila nantinya tidak mampu mengontrol risiko yang akan terjadi pada anak perusahaan yang bertindak sebagai manajer investasi atau pihak terafiliasi yang bertindak sebagai perusahaan sekuritas. Misalnya saja karena suatu sebab tertentu terjadi penarikan (redemption) reksa dana secara besarbesaran dalam waktu bersamaan, maka manajer investasi harus mampu menjual portofolio asset reksa dana secara cepat untuk mendapatkan uang tunai guna membayar redemption tersebut. Apabila tidak ada pembeli yang mampu menyerap penjualan seluruh asset reksa 128 Ibid. 129 Ibid.

21 dana tersebut, bank sebagai induk perusahaan dari manajer investasi harus ikut campur tangan untuk membeli asset-asset reksa dana. 130 Menurut Undang-undang Nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, pada pasal 29, yang berbunyi sebagai berikut: 131 1) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap Bank, baik secara berlaku maupun setiap waktu apabila diperlukan. 2) Apabila diperlukan, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi, dan debitur bank. 3) Bank dan pihak-pihak sebagaimana pada ayat 2, wajib memberikan kepada pemeriksa: a. keterangan dan data yang diminta; b. kesempatan melihat semua pembukuan, dokumen, dan sarana fisik; c. hal-hal lain yang diperlukan. Pada penjelasan pasal 29 di atas, menyatakan sebagai berikut: 1) Tujuan pemeriksaan terhadap bank adalah untuk memperoleh kebenaran informasi kegiatan usaha bank yang disampaikan kepada BI dan untuk mengetahui kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan pemeriksaan Bank oleh BI meliputi antara lain buku-buku, berkas-berkas, warkat, catatan, dokumen dan data elektronis, termasuk salinan-salinannya. 2) Pemeriksaan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi dan debitur bank dilakukan secara selektif dan dimaksudkan agar BI dapat melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. 130 Ibid. 131 Undang-undang No.3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Pasal 29 Angka (1-3)

22 3) a. Yang dimaksud dengan keterangan dan data termasuk data elektronis dan penjelasan yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan. c. Hal-hal lain yang diperlukan antara lain adalah penyediaan ruang kerja dan salinan dokumen yang diperlukan dalam pemeriksaan. Menurut penulis, berdasarkan ketentuan pasal 29 diatas dan penjelasannya, Bank Indonesia diberikan kewenangan penuh oleh Undang-undang untuk melakukan pemeriksaan terhadap semua bank, baik bank pemerintah dan swasta. Dan hal ini, termasuk melakukan pemeriksaan terhadap bank yang menjadi agen penjual efek reksa dana atau bank kustodian. Bank Indonesia harus mengambil tindakan dan sanksi yang tegas, apabila dalam pemeriksaan BI tersebut, bank itu melanggar ketentuan yang berlaku sebagai agen penjual efek reksa dana. Selain daripada itu, pada pasal 31 UU. No.3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, yang berbunyi sebagai berikut: 132 1) Bank Indonesia dapat memerintahkan Bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian BI terhadap suatu transaksi patut diduga merupakan tindak pidana di bidang perbankan. 2) Berdasarkan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat 1, BI wajib mengirim tim pemeriksa untuk meneliti kebenaran atas dugaan tersebut. 3) Apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak diperoleh bukti yang cukup, BI pada hari itu juga mencabut perintah penghentian transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat Undang-undang No.3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Pasal 31 Angka (1-3)

23 Pada penjelasan pasal 31 angka 1 di atas, menyatakan sebagai berikut: Yang termasuk dalam transaksi tertentu antara lain adalah transaksi dalam jumlah besar yang diduga berasal dari kegiatan yang melanggar hukum. Menurut penulis, berdasarkan ketentuan pasal 31 diatas dan penjelasannya, Bank Indonesia harus bersifat cepat, sigap, dan tanggap apabila ada kegiatan transaksi tertentu yang diduga merupakan tindak pidana perbankan, termasuk apabila ada transaksi mencurigakan yang dilakukan suatu bank berkaitan dengan kegiatannya sebagai bank kustodian atau agen penjual efek reksa dana, dimana bisa saja suatu bank melakukan kejahatan dengan modus produk investasi, seperti reksa dana. Ketentuan ini juga mengamanatkan pada BI untuk melakukan upaya preventif (pencegahan) dalam mengatasi tindak pidana dalam bidang perbankan. Karakteristik Bank sebagai depository institution, lebih dimaksudkan untuk menyimpan dana, meskipun tidak juga dapat dihindari bahwa kegiatan tersebut mempunyai unsur investasi (karena adanya unsur bunga yang diberikan bank). Berdasarkan karakteristik tersebut, sehingga orang yang memang berhubungan dengan bank dan bermaksud menyimpan uangnya memang tidak mengharapkan akan menanggung risiko terlalu besar. Oleh karena itu, bank menjadi lembaga yang diharapkan menjaga kekayaan nasabah yang disimpannya, dan umumnya tidak diperbolehkan untuk melakukan investasi atau menyalurkan dananya untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya mempunyai risiko yang tinggi seperti investasi dalam efek, yang umumnya mempunyai sifat yang sangat fluktuatif. Karena sifat industri perbankan yang demikian, maka ada larangan bagi perbankan untuk secara langsung terlibat melakukan kegiatan yang berkaitan dengan industri sekuritas Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, ( Jakarta: PT. Tata Nusa, 2006 ), hlm.329-

24 Berdasarkan Undang-undang perbankan, Bank misalnya tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek. Bank hanya diperkenankan untuk melakukan penyertaan modal pada perusahaan efek. UU. Perbankan juga hanya memperbolehkan bank untuk melakukan penyertaan modal pada usaha-usaha tertentu, sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang perbankan. Sedangkan untuk penyertaan modal dalam usaha-usaha diluar yang ditentukan tersebut hanya boleh dilakukan untuk sementara.bank wajib menarik kembali penyertaan modal tersebut apabila telah melebihi jangka waktu lima tahun, atau perusahaan di mana penyertaan tersebut dilakukan telah memperoleh keuntungan. Dengan demikian, ada pembatasan yang dilakukan atas bank untuk secara langsung aktif terlibat dalam pasar modal, dan ini semuanya dimaksudkan untuk menjaga bank agar tidak melibatkan dana simpanan nasabahnya ke dalam usaha-usaha yang dianggap mempunyai risiko berlebihan. Selain itu kegiatan bank dalam industri sekuritas dianggap dapat menyebabkan terjadinya benturan kepentingan antara kegiatan bank sebagai peminjam di satu pihak dengan investasi efek di lain pihak. 134 Dalam kegiatan yang terbatas tersebut bank dapat bertindak sebagai wali amanat, kustodian, serta dalam batas tertentu dapat juga terlibat dalam penjualan Reksa Dana. Kegiatan-kegiatan ini tidak melepaskan bank untuk memperoleh izin, persetujuan, atau kewajiban untuk melakukan pendaftaran kepada Bapepam atas kegiatannya tersebut. Tetapi terlepas dari diperbolehkannya bank untuk terlibat dalam industri sekuritas, bank tidak diperkenankan untuk secara langsung melibatkan dana yang disimpan masyarakat untuk kegiatan yang berhubungan dengan efek yang diperdagangkan di pasar modal Ibid. hlm Ibid. hlm.331

25 Mengenai keterlibatan Bank dalam memasarkan reksa dana bisa dilihat dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.7/19/DPNP tanggal 14 juni 2005 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang melakukan Aktivitas Berkaitan dengan Reksa Dana mengenai apa yang dapat dilakukan oleh bank komersil di Indonesia menyangkut reksadana. 136 Surat Edaran Bank Indonesia (BI) tentang reksadana dinilai sebagai keputusan yang sangat tepat. Langkah itu bisa menjadi sentimen positif bagi investor yang ingin kembali berinvestasi pada instrumen reksadana, terutama investor ritel setelah terjadi redemption atau pencairan dana awal tahun ini. 137 ''Bank tak perlu rikuh reksadana karena praktik penjualannya akan diawasi secara ketat oleh BI. Kalau menjalankan prinsip kehati-hatian maka tak perlu khawatir,'' kata Winang Budoyo dari Mandiri Securities. Muhammad Hanif dari Danareksa Investama menilai penerbitan Surat Edaran BI itu cukup positif, karena bank sebagai agen penjual reksadana, investor, dan BI sebagai pengawas akan bisa menjalankan fungsinya secara jelas dan tegas. ''Surat edaran itu membuat semua menjadi transparan dan memberi perlindungan lebih besar kepada nasabah,'' tuturnya. 138 Menurut Mantan Deputi Gubernur BI Maman H Soemantri Dengan Surat Edaran BI itu bank perlu meningkatkan penerapan risiko secara efektif melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan melindungi kepentingan nasabah.bagi bank yang terbukti melakukan pelanggaran atas penerapan manajemen risiko dan kewajiban pelaporan, lanjut dia, bisa Ibid. hlm.331 Dikutip dari Surat Edaran soal Reksa Dana Disambut Positif, Diakses terakhir tanggal 1 Mei Ibid.

26 dikenai sanksi berupa teguran tertulis, pembekuan kegiatan usaha, dan penghentian sebagai pengurus bank. 139 Sebagaimana diberitakan, BI telah menerbitkan Surat Edaran No.7/19/DPNP kepada semua bank umum agar meningkatkan penerapan manajemen risiko terkait dengan keterlibatannya dalam kegiatan penjualan reksadana. Kegiatan tersebut selain memberi manfaat, berpotensi menimbulkan berbagai risiko bagi bank, di antaranya risiko pasar, kredit, likuiditas, hukum, dan reputasi. Dalam Surat Edaran tanggal 14 Juni 2005 itu bank diminta meningkatkan penerapan manajemen risiko secara efektif dengan melakukan prinsip kehati-hatian dan melindungi kepentingan nasabah. Untuk mendukung penerapan manajemen risiko yang efektif tersebut beberapa ketentuan utama yang wajib dilakukan bank adalah memastikan manajer investasi yang menjadi mitra dalam aktivitas yang terkait dengan reksadana telah terdaftar dan memperoleh izin dari otoritas pasar modal. Bank juga diwajibkan memastikan reksadana telah memperoleh pernyataan efektif dari otoritas pasar modal. Kemudian mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul atas kegiatan yang berhubungan dengan reksa dana. 140 Deputi Gubernur Bank Indonesia Siti Ch Fadjrijah mengatakan, sebelum aturan tentang reksa dana terbit, banyak bank yang berpraktik tidak benar dalam memasarkan reksa dana, yakni menjamin imbal hasil produk tersebut. Akan tetapi, setelah Bank Indonesia (BI) mengeluarkan Surat Edaran Nomor 7/19/DPNP tanggal 14 Juni 2005 tentang penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan aktivitas berkaitan dengan reksa dana, bank-bank tidak lagi melakukan praktik tersebut. Sebelum ada aturan, BNI juga menjamin imbal hasil reksa dana. Makanya, saya katakan, kesalahannya sudah lama dan sudah ditegur. Sekarang, setelah ada aturan, bank-bank termasuk BNI tidak lagi 139 Ibid. 140 Ibid.

27 melakukan hal itu, kata Fadjrijah. Fadjrijah mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan wartawan soal kesalahan PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk dalam kasus kisruhnya reksa dana yang diterbitkan anak perusahaannya, BNI Securities. Sebelumnya, terkait dengan kisruh industri reksa dana nasional beberapa waktu lalu, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) akan berkoordinasi dengan BI untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sebab, berdasarkan pemeriksaan awal, Bapepam menemukan indikasi pelanggaran yang juga dilakukan BNI, yang sebagai bank berada di bawah pengawasan bank sentral. Bapepam belum menjelaskan indikasi pelanggaran yang dilakukan BNI. Akan tetapi, dia mengatakan, pelanggaran tidak terkait dengan aturan penilaian pasar wajar. Selain BNI, Bapepam juga menemukan indikasi pelanggaran yang dilakukan BNI Securities dan Bahana TCW Investment. Menurut Fadjrijah, BI telah menjelaskan kepada Bapepam soal pelanggaran bank-bank sebagai agen penjual reksa dana. 141 Bank Indonesia menerbitkan peraturan tentang penerapan manajemen resiko terhadap bank yang melakukan aktivitas berkaitan dengan reksadana seiring dengan meningkatnya keterlibatan bank dalam aktivitas terkait dengan reksadana. Peraturan itu diterbitkan di Jakarta dalam bentuk Surat Edaran (SE) bernomor 7/19/DPNP tanggal 14 Juni 2005 yang ditanda tangani Deputi Gubernur BI Maman H. Somantri, dan berlaku mulai 14 Juni 2005 itu juga. Menurut BI, meningkatnya keterlibatan bank dalam aktivitas yang berkaitan dengan reksadana selain memberi manfaat, juga berpotensi menimbulkan berbagai resiko bagi bank, di antaranya resiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko hukum, dan risiko reputasi. Sehubungan dengan itu, bank perlu meningkatkan penerapan manajemen risiko secara efektif dengan melakukan prinsip kehati-hatian dan melindungi kepentingan nasabah. Aktivitas bank yang berkaitan dengan reksa dana meliputi bank 141 Dikutip dari BI Akui Banyak Bank Pernah Berpraktik Tidak Benar, Diakses terakhir tanggal 1 Mei 2009

28 sebagai investor, bank sebagai agen penjual efek reksadana, dan bank sebagai kustodian.aktivitas bank sebagai investor merupakan aktivitas investasi bank dalam reksadana termasuk dalam hal bank sebagai sponsor. Yang dimaksud dengan sponsor adalah aktivitas investasi bank dalam reksadana sebagai penempatan dana awal dengan jumlah dan jangka waktu sesuai ketentuan otoritas pasar modal. 142 Aktivitas bank sebagai agen penjual efek reksadana adalah aktivitas bank dalam rangka mewakili perusahaan efek sebagai manajer investasi untuk menjual efek reksadana yang dilaksanakan oleh pegawai bank yang memiliki ijin wakil agen penjual reksadana untuk menjual efek reksadana. Sementara aktivitas bank sebagai bank kustodian reksadana merupakan aktivitas bank dalam melaksanakan penitipan kolektif, menyimpan dan mengadministrasikan kekayaan reksadana, mengadministrasikan atau mencatat mutasi unit penyertaan serta jasa lain termasuk menghitung nilai aktiva bersih, menyelesaikan transaksi, menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain. SE itu antara lain mewajibkan semua bank yang melakukan aktivitas terkait dengan reksadana untuk memastikan bahwa manajer investasi yang menjadi mitra dalam aktivitas berkaitan dengan reksadana telah terdaftar dan memperoleh ijin dari otoritas pasar modal sesuai ketentuan yang berlaku. 143 Aturan itu mewajibkan bank memastikan bahwa reksadana yang bersangkutan telah memperoleh pernyataan efektif dari otoritas pasar modal sesuai ketentuan yang berlaku. Bank juga wajib mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan resiko yang timbul atas aktivitas yang berkaitan dengan reksadana. Dalam rangka melaksanakan prinsip kehati-hatian, bank dilarang melakukan tindakan baik secara langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan reksadana memiliki karakteristik seperti produk bank misalnya tabungan atau deposito. SE itu antara lain juga menyebutkan bahwa bank yang 142 Dikutip dari BI Buat Aturan Bank Terkait Reksa Dana, Diakses terakhir tanggal 1 Mei Ibid.

29 telah melaksanakan aktivitas berkaitan dengan reksadana namun belum sepenuhnya menerapkan manajemen resiko, wajib menyampaikan laporan langkah-langkah penyelesaian permasalahan paling lambat satu bulan setelah berlakunya SE itu. Target waktu penyelesaian permasalahan paling lambat enam bulan sejak batas akhir penyampaian laporan.aturan itu juga memuat ancaman sanksi bagi bank yang melakukan pelanggaran atas penerapan manajemen resiko dan pelanggaran atas kewajiban pelaporan. Ancaman sanksi atas pelanggaran penerapan manajemen resiko antara lain berupa teguran tertulis, pembekuan kegitan usaha tertentu, dan pemberhentian pengurus bank. 144 Independensi bank sentral merupakan penerapan dari konsep peran ideal bagi bank sentral dalam pengelolaan ekonomi nasional secara makro agar efektif, yang ternyata juga nampak di dalam praktek, sebagaimana dilaporkan dalam studi mengenai penyelenggaraan fungsi bank sentral di banyak negara, baik maju maupun berkembang. Ini semua perlu kita cermati dalam upaya kita untuk menyumbang secara positif pada proses untuk mewujudkan Bank Indonesia menjadi bank sentral yang independen. ketiga fungsi pokok bank sentral adalah pengelolaan kebijaksanaan moneter untuk memelihara kestabilan, penyelenggaraan sistem pembayaran nasional serta pengawasan perbankan. Tetapi fungsi pokok berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan perbankan, perlu mendapat perhatian yang seksama, karena kecenderungan menyatunya kegiatan lembaga keuangan atau kaburnya batas pemisah antara instrumen keuangan yang satu dengan yang lain, menyebabkan bahwa kegiatan perbankan dengan lembaga keuangan lain, seperti Reksa Dana atau lembaga pembiayaan lain, semakin tercampur. Karena itu, pengawasan perbankan yang terpisah dari yang lain tidak memberikan hasil yang optimal. lebih baik, cenderung untuk menyatukan pengawasan terhadap berbagai lembaga keuangan ini 144 Ibid.

30 dengan pengawasan bank, dibawah lembaga yang sama. Apakah setelah disatukan diletakkan di bawah BI atau Depertemen Keuangan atau berdiri sendiri, itu tidak terlalu prinsip. Yang lebih penting adalah bahwa pengawasannya dilakukan oleh satu lembaga, untuk memperoleh hasil yang optimal dari pengawasannya. 145 Apakah tetap diletakkan pada BI atau berdiri sendiri, pengawasan lembaga keuangan juga harus mempunyai status independen. Sebab, dalam praktek yang berkembang di masa lalu, dengan hubungan antara perusahaan swasta dengan pemerintah yang tidak transparan, karena praktek crony capitalism, maka tabrakan kepentingan yang menyangkut tugas pengawasan dan pengendalian moneter tadi dapat dikompromikan yang membawa dampak semakin sulitnya mencari jalan keluar dari masalah yang menghinggapi perbankan. Dengan demikian, independensi Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya memang sangat penting untuk efektivitas pengelolaan ekonomi makro. Untuk itu, tugas Bank Indonesia harus dirumuskan secara jelas dan eksplisit dan spesifik, tidak terlalu luas. Mengenai tugas pokoknya sendiri, ketegasan mengenai status independen ini paling sedikit harus menyangkut penyelenggaraan fungsi menjaga kestabilan moneter, meskipun dapat diperluas dengan ke dua fungsi pokok yang lain, penyelenggaraan sistem pembayaran nasional dan pengawasan lembaga keuangan dan perbankan. 146 Bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia yang mempunyai fungsi sebagai pemegang otoritas moneter di Indonesia membantu Bapepam dalam mengawasi kegiatan kustodian dan Wali Amanat serta kegiatan lain yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh Bank umum di Pasar Modal Dikutip dari Independensi Bank Sentral dan Pengelolaan Ekonomi Nasional, Diakses terakhir tanggal 9 Maret Ibid. 147 Irfan Iskandar, Op. Cit., hlm.99

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.7/19/DPNP Jakarta, 14 Juni 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Berkaitan dengan Reksa Dana. Sehubungan

Lebih terperinci

Prinsip Kehati-hatian Bank Dalam Kegiatan Reksadana 1

Prinsip Kehati-hatian Bank Dalam Kegiatan Reksadana 1 Prinsip Kehati-hatian Bank Dalam Kegiatan Reksadana 1 Dr. Agus Sugiarto 2 Perkembangan penjualan reksadana yang sangat pesat dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini tidak terlepas dari besarnya peran

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-552/BL/2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 176/BL/2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 177/BL/2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP- 38 /PM/2003 TENTANG PEDOMAN UJI KEPATUHAN REKSA DANA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP- 38 /PM/2003 TENTANG PEDOMAN UJI KEPATUHAN REKSA DANA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP- 38 /PM/2003 Peraturan Nomor II.F.14 TENTANG PEDOMAN UJI KEPATUHAN REKSA DANA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dalam rangka memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 REKSA DANA PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 Reksa Dana UNDANG-UNDANG PASAR MODAL No. 8 tahun1995, BAB I, Pasal 1 Ayat 27 : Reksa Dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.396, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Penjual. Agen. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5653) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608]

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 103 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bank sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Anotasi. Naskah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN -1- RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 11/BL/2006 TENTANG PERILAKU AGEN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /POJK.04/2016 TENTANG PEDOMAN BAGI MANAJER INVESTASI DAN BANK KUSTODIAN YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN DANA

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN -1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2015 KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Terproteksi. Penjaminan. Indeks. Pedoman Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5817).

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N :

M E M U T U S K A N : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 03 /PM/2004 TENTANG Peraturan Nomor IV.B.1 PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang

Lebih terperinci

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 PASAR UANG Pasar yang memperjualbelikan surat berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun SURAT BERHARGA PASAR UANG yaitu surat utang

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pasar Modal

STIE DEWANTARA Pasar Modal Pasar Modal Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 3 Pengertian Dalam arti sempit Pasar Modal = Bursa efek, yaitu tempat terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara langsung

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR : KEP- 22 /PM/2004 TENTANG PEDOMAN BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM REKSA DANA

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR : KEP- 22 /PM/2004 TENTANG PEDOMAN BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM REKSA DANA KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR : KEP- 22 /PM/2004 Peraturan Nomor IX.C.6 TENTANG PEDOMAN BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM REKSA DANA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan No.133, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6080) PERATURAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2015 KEUANGAN. OJK. Dana Pensiun. Investasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5692) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /POJK.03/2016 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 425/BL/2007 TENTANG PEDOMAN BAGI

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA TERPROTEKSI, REKSA DANA DENGAN PENJAMINAN, DAN REKSA

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26 /POJK.04/2016 TENTANG PRODUK INVESTASI DI BIDANG PASAR MODAL DALAM RANGKA MENDUKUNG UNDANG-UNDANG TENTANG

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 21 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PORTOFOLIO EFEK UNTUK KEPENTINGAN NASABAH SECARA INDIVIDUAL DENGAN

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, - 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan Program Pensiun, investasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-553 /BL/2010 TENTANG PEDOMAN KONTRAK

Lebih terperinci

PASAR MODAL INDONESIA

PASAR MODAL INDONESIA PASAR MODAL INDONESIA Struktur Pasar Modal Indonesia Menteri Keuangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) Bursa Efek (BEI) Lembaga Kliring dan Penjamin (KPEI) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan salah satu elemen penting dan tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri maju maupun

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN REKSA DANA SYARIAH

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN REKSA DANA SYARIAH OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan No.61, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Real Estat. Bank Kustodian. Manajer Investasi. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 5867) PERATURAN

Lebih terperinci

REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI. Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * Keywords: investment, mutual fund, investment manager

REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI. Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * Keywords: investment, mutual fund, investment manager REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * ABSTRACT There are various types of investment instruments that can be chosen by investors in accordance with

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2017 TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh:

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh: REKSADANA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang Disusun Oleh: Fitria Mayasari Evi Atikah Sari Arif Puji Utomo B.241.09.0051 B.241.10.0017 B.241.10.0047 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Tim Penyusun Ramlan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 262/BL/2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Rencana Perubahan KIK dan Prospektus Reksa Dana Aberdeen Dana Pendapatan Riil Oktober 2016

Rencana Perubahan KIK dan Prospektus Reksa Dana Aberdeen Dana Pendapatan Riil Oktober 2016 Rencana Perubahan KIK dan Prospektus Reksa Dana Aberdeen Dana Pendapatan Riil Oktober 2016 MATRIKS RENCANA PENAMBAHAN DAN PERUBAHAN PADA KIK DAN PROSPEKTUS I Perubahan Kebijakan Pembagian Hasil Investasi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 130 /BL/2006 TENTANG PENERBITAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 9 /PBI/2010 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 9 /PBI/2010 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang :

Lebih terperinci

PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM ERDIKHA ELIT

PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM ERDIKHA ELIT PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM Keterangan Penting Informasi berikut ini dipersiapkan untuk keperluan penyajian secara umum. Informasi ini tidak ditujukan bagi keperluan investasi, keadaan keuangan

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.145, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Pengampunan Pajak. Investasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5906) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2010 PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Kehati-hatian. Prinsip. Keagenan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5139) PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI MULTI ASET BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI MULTI ASET BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI MULTI ASET BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-181/BL/2009 TENTANG PENERBITAN

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal No.121, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Portofolio Efek. Nasabah. Individual. Pengelolaan. Pedoman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6068) PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.20, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Produk Keuangan Luar Negeri. Keagenan. Prinsip. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5844) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PERBANKAN DALAM PENJUALAN REKSADANA ILEGAL

PERTANGGUNGJAWABAN PERBANKAN DALAM PENJUALAN REKSADANA ILEGAL PERTANGGUNGJAWABAN PERBANKAN DALAM PENJUALAN REKSADANA ILEGAL 1. Latar Belakang Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI REKSADANA

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI REKSADANA BAB II DESKRIPSI INDUSTRI REKSADANA 2.1. Sejarah Reksadana Reksadana mulai diperkenalkan di Indonesia ketika PT. Danareksa didirikan oleh pemerintah untuk pertama kalinya tahun 1976 dimana perusahaan ini

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 424/BL/2007 TENTANG PEDOMAN MENGENAI

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF YANG UNIT PENYERTAANNYA DIPERDAGANGKAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF. BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF. BAB I KETENTUAN UMUM No.286, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Efek Beragun Aset. Kontrak Investasi Kolektif. Penerbitan dan Pelaporan (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI I. UMUM Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menegaskan bahwa Manajer

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /SEOJK.03/2016 TENTANG LEMBAGA PEMERINGKAT DAN PERINGKAT YANG DIAKUI OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /SEOJK.03/2016 TENTANG LEMBAGA PEMERINGKAT DAN PERINGKAT YANG DIAKUI OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /SEOJK.03/2016 TENTANG LEMBAGA PEMERINGKAT DAN PERINGKAT YANG DIAKUI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci