Ahmad Heri Firdaus Peneliti Ekonomi INDEF
|
|
- Hadian Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Ahmad Heri Firdaus Peneliti Ekonomi INDEF Disampaikan pada Seminar Nasional Anomali Perpajakan di Indonesia Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie
2 OUTLINE Perkembangan dan Target Penerimaan Perpajakan Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2015 Permasalahan Perpajakan Strategi Optimalisasi Penerimaan Perpajakan
3
4 Tujuan Pajak Tujuan Pajak adalah untuk menegakkan kemandirian ekonomi dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan kemampuan sendiri. Secara bertahap, pajak diharapkan bisa mengurangi ketergantungan utang luar negeri.
5 Perkembangan Penerimaan Perpajakan Penerimaan Perpajakan Meningkat dari Rp619,9 T (2009) Menjadi Rp1.146,5 T (2014) dengan Pertumbuhan Rata-rata 10,0%, dan Ditargetkan Rp1.489,3 pada Tahun 2015 dengan Pertumbuhan 29,9% Sumber: Kemenkeu, 2015 Kontribusi penerimaan perpajakan bersumber dari pajak nonmigas (78,7 persen), sedangkan kepabeanan dan cukai (13,8 persen), dan PPh Migas (7,5 Persen)
6 Tax Ratio Dalam Triliun Rp Uraian Pajak Pusat , , ,489.3 SDA Migas SDA Minerba Total Pajak Pusat + SDA Migas + SDA Minerba 2015 APBNP , , , , ,602.3 Pajak Daerah* Total Pajak Pusat + SDA Migas + SDA Minerba + Pajak Daerah , , , , ,762.6 PDB 5, , , , , , ,700.8 Tax ratio (arti sempit) Dalam % Tax ratio (Pajak Pusat + SDA Migas + SDA Minerba) Tax ratio (Pajak Pusat + SDA Migas + SDA Minerba + Pajak Daerah) *) angka penerimaan perpajakan tahun menggunakan angka RPJM Sumber: Kemenkeu, 2015
7 Kondisi Perpajakan di Indonesia Pentingnya peran pajak sebagai sumber pembiayaan Pajak memberikan sumbangan sekitar 80% terhadap total penerimaan negara (Realisasi APBN 2014) Meningkatnya peran pajak dalam penerimaan dapat mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri 50% penerimaan pajak berasal dari jenis pajak PPh, 30% dari PPN, sisanya dari pajak lain-lain Tax ratio sulit meningkat, dan masih lebih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN Tax ratio Indonesia (total penerimaan pajak : PDB) 13,14% Rax ratio beberapa negara ASEAN berkisar antara 17-20% Jumlah wajib pajak belum sebanding dengan jumlah penduduk di Indonesia Tarif pajak masih relatif tinggi, kurang kompetitif bagi investor
8 Kontribusi Pajak Dalam Penerimaan Negara Realisasi Penerimaan Perpajakan Realisasi Penerimaan Negara
9 Kondisi Perpajakan di Indonesia Administrasi pajak masih rumit dan belum optimal Proses pengurusan dokumen pajak masih dirasakan rumit, karena banyaknya dokumen yang harus dipenuhi Dari wajib pajak perseorangan yang terdaftar (sekitar 3 juta), hanya 70-80% yang aktif mengirimkan SPT Sistem pengawasan pajak belum optimal, masih banyak kasus penyelewengan pajak (tax evasion) Adanya otonomi daerah telah memunculkan pungutanpungutan baru bagi wajib pajak, melalui perda-perda pajak dan retribusi daerah. Sebagian perda bermasalah, karena dilakukan pada obyek-obyek yang seharusnya dipungut pemerintah pusat: Sistem monitoring perda-perda tentang pungutan di pusat dan daerah belum terintegrasi dengan baik, masih terjadi pungutan yang tumpang tindih antara pusat dan daerah 9
10 Target Penerimaan Pajak: Suatu Lompatan Besar Pemerintah mentargetkan penerimaan pajak 2015 meningkat drastis, yaitu sekitar 30 persen dari realisasi penerimaan pajak 2014 Target peningkatan ini, ditetapkan di tengahtengah trend perlambatan ekonomi Indonesia Realisasi penerimaan pajak 2014 jauh di bawah target, yaitu hanya 91,75 persen Mengapa pemerintah membuat target penerimaan pajak melonjak drastis? Bagaimana pemerintah dapat merealisasikan target penerimaan tersebut?
11 Target Penerimaan Perpajakan Dalam APBN-P 2015 Meningkat Rp109,3 T (7,9%) dari APBN 2015 atau Rp342.7 T (29,9%) dari Real 2014 Target penerimaan perpajakan APBN-P 2015 tumbuh 29,9% dari Real 2014, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan APBN 2015 sebesar 20,4%. Pencapaian penerimaan perpajakan dalam beberapa tahun terakhir cenderung belum optimal, masih dibawah pertumbuhan alamiahnya. Perkembangan tax-ratio tidak banyak mengalami peningkatan Tax Buoyancy mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dalam tahun 2015, diperlukan strategi penerimaan perpajakan (extra effort) untuk mencapai target APBN-P.
12
13 Realisasi Penerimaan Pajak per 31 Mei 2015 (Miliar Rupiah) No Jenis Pajak Realisasi APBN-P Target % Realisasi s.d. 31 Mei % A PPh Non Migas , ,35 37, , ,30 10,59 B PPN dan PPnBM , ,17 40, , , C PBB , ,88 13,69 904,00 449,91-50,23 D Pajak Lainnya 6.293, ,49 86, , ,84-4,81 E PPh Migas , ,79 (43,35) , ,21-54,24 Total A + B + C + D , ,88 38, , ,29 3,14 Total A + B + C + D + E , ,67 31, , ,51-2,44 Hingga 31 Mei 2015, realisasi penerimaan pajak baru mencapai Rp 377,028 triliun (29,13%). Padahal target penerimaan pajak yang ditetapkan sesuai APBN-P 2015 sebesar Rp 1.294,258 triliun
14 Penyebab Rendahnya Realisasi Penerimaan Penerimaan PPh dan PPN impor menurun akibat menurunnya kegiatan impor. Menurunnya lifting minyak bumi, yang menyebabkan penurunan PPh Migas 54,24% (Rp 17,20 triliun) dibandingkan periode yang sama 2014 Penurunan Pajak Bumi dan Bangunan lebih disebabkan karena belum terealisasinya pemindahbukuan dari rekening PNBP ke rekening penerimaan pajak
15 Kebijakan Perpajakan 2015 Rendahnya realisasi penerimaan pajak pada tahun ini salah satunya dipicu oleh kebijakan pemerintah yang tidak terkoordinasi dengan baik oleh masyarakat dan dunia usaha Di awal pemerintahannya, ingin menaikkan pajak dan membuat jenis pajak baru. Hal ini membuat masyarakat dan dunia usaha mengendalikan konsumsi dan mengetatkan ekspansi. Namun, akhirnya segala jenis pengenaan pajak baru tersebut ditunda pemberlakuannya.
16 Kebijakan Perpajakan 2015 Pembebanan Pajak diberikan kepada sektorsektor yang sebenarnya mampu memberikan dampak multiplier ekonomi secara luas. Pembebanan pajak pada sektor-sektor tersebut menjadikan tidak optimalnya multiplier effect terhadap perekonomian secara menyeluruh Contoh: PPN pada BBM angkutan laut; bea masuk impor bahan baku infrastruktur
17 Tujuan Kebijakan Perpajakan 2015: Meningkatkan penerimaan perpajakan Perangkat aturan yang diwacanakan: Tax Amnesty Sunset Policy Pengampunan pajak Lainnya?
18
19 Permasalahan Mendasar dan Klasik Perpajakan di Indonesia 1. LEMAHNYA DISIPLIN HUKUM PERPAJAKAN. Hal ini menjadi salah satu penyebab rendahnya tax ratio 2. TATA KELOLA TIDAK BAIK, MENGANDUNG BANYAK LOOP HOLES UNTUK RENT SEEKING 3. BIROKRASI PAJAK TERLAU KOMPLEKS DAN RUMIT 4. TIDAK RAMAH INVESTASI (KURANG KOMPETITIF TERHADAP IKLIM INVESTASI) 5. RASIO PAJAK (SEKITAR 12% PDB) TERLALU RENDAH DIBANDINGKAN DENGAN TARGET UU PROPENAS TH 2000 (16%) DAN RASIO PAJAK EMERGING COUNTRIES PADA UMUMNYA 19
20 Implikasi dari Permasalahan Perpajakan 1. PENGHINDARAN DAN PELANGGARAN PAJAK BERSKALA MASAL OLEH WP 2. MASIFNYA INFORMALITAS BISNIS YANG TIDAK TAAT PAJAK DAN MENJADI OBYEK PEMERASAN OKNUM BIROKRAT 3. TINGGINYA KONFLIK KEPENTINGAN DI DJP DAN DJBC YANG BERUJUNG PADA KORUPSI 4. RENDAHNYA JUMLAH NPWP 5. RENDAHNYA WP BER-NPWP YANG MENYERAHKAN SPT 6. HILANGNYA BANYAK PELUANG INVESTASI, PADAHAL BERPOTENSI MENURUNKAN PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN 7. PENERIMAAN PAJAK MENJADI TIDAK OPTIMAL. 20
21
22 Strategi Optimalisasi Penerimaan Perpajakan Strategi Optimalisasi penerimaan perpajakan yang cocok diterapkan di Indonesia antara lain: 1. Penegakan disiplin hukum perpajakan 2. Reformasi Governance Perpajakan 3. Reformasi Birokrasi 4. Penyederhanaan Pajak 5. Menjadikan Pajak yang ramah bagi investasi 6. Meningkatkan Tax Ratio Hingga lebih dari 16% terhadap PDB 22
23 Penegakan Hukum 1. Terintegrasi dengan penegakan hukum secara menyeluruh yang mencakup: Perpajakannya Kepolisian Kejaksaan Kehakiman Pengacara/Konsulen Pajak 2. Peningkatan Kompetensi dan Integritas hukum fiskus 3. Revitalisasi Budaya Hukum di Lingkungan DJP dan DJBC 4. Langkah lainnya (Mengkaji lebih lanjut) 23
24 Reformasi Governance INTINYA ADALAH MENGHILANGKAN KONFLIK KEPENTINGAN DALAM REZIN PERPAJAKAN DENGAN CARA MEMISAHKAN KEWENANGAN EKSEKUTIF, REGULATIF, DAN YUDIKATIF DI BIDANG PERPAJAKAN: 1. DJP DAN DJBC DILEBUR MENJADI SATU BADAN YANG LANGSUNG BERTANGGUNG-JAWAB KEPADA PRESIDEN. KEWENANGAN BADAN BARU TSB TERBATAS PADA MENGEKSEKUSI PEMUNGUTAN PAJAK SAJA (KEWENANGAN EKSEKUTIF) 2. REGULASI PAJAK MENJADI KEWENANGAN MENKEU (KEWENANGAN REGULATIF) 3. PERADILAN PAJAK (KEWENANGAN YUDIKATIF) INDEPENDEN TERHADAP PEMERINTAH DAN BERADA DI BAWAH MA : FISKUS DAN EX FISKUS TIDAK ELIGIBLE MENJADI HAKIM PENGADILAN MENGADILI KEBERATAN YANG DIAJUKAN FISKUS ATAUPUN WP SECARA SIMETRIS FISKUS YANG TERBUKTI MELAKUKAN KOREKSI PAJAK ATAU PENETAPAN PAJAK TIDAK SESUAI PER-UU-AN UNTUK TUJUAN PEMERASAN DISANKSI BERAT PUTUSAN PENGADILAN MENJADI YURISPRUDENSI YANG SECARA KUMULATIF SEMAKIN MEMANTAPKAN KEPASTIAN HUKUM PAJAK 24
25 Reformasi Birokrasi Pajak 1. REKRUTMEN SDM BARU DILAKUKAN SECARA EKSTRA SELEKTIF DAN KOMPETITIF ATAS DASAR UKURAN2 TSB 2. PENYEMPURNAAN INFORMATION SYSTEM SEHINGGA MAMPU: MEMUAT DATABASE WP BER-NPWP UNIK BERBASIS NIK TERHUBUNG SECARA ONLINE DENGAN WP BADAN DAN MAMPU: MEMFASILITASI PELAPORAN PAJAK ONLINE MEMBINA DAN MENGAWASI KETAATAN PAJAK MENGAWASI TAX WITHHOLDING MENGAWASI TRANSFER PRICING 3. PENYEMPURNAAN SISTEM SELF ASSESSAMENT: KETAATAN WP DIFULL-AUDIT SECARA SUPER KETAT ATAS DASAR SAMPEL KECIL YG DIPILIH RANDOM DG KOMPUTER. TEMUAN PELANGGARAN LANGSUNG DIPERKARAKAN DI PENGADILAN PAJAK DAN LANGSUNG DISANKSI BERAT LEBIH DARI 50% WAKTU PELAYANAN KPP DISEDIAKAN UNTUK KONSELING KETAATAN PAJAK 25
26 PENYEDERHANAAN REGULASI PAJAK 1. PPN (PAJAK PERTAMBAHAN NILAI) YANG KOMPLEKS DAN MENIMBULKAN BANYAK RESTITUSI BODONG DIGANTI DENGAN PPN (PAJAK PENJUALAN) YANG SIMPEL, FINAL, DAN TIDAK MEMERLUKAN RESTITUSI 2. PPNBM YG SEJATINYA ADALAH CUKAI DIINTEGRASIKAN DENGAN CUKAI 3. SEMUA TARIF CUKAI MENGGUNAKAN SISTEM SPESIFIK YANG SIMPEL 4. SEMUA PENDAPATAN TETAP (GAJI, UPAH, HR, BUNGA, SEWA, DLSB) DIPERLAKUKAN FINAL BERBASIS TUNAI, SEHINGGA SPT MENJADI SIMPEL 26
27 PAJAK YANG RAMAH INVESTASI 1. PENEGAKAN HUKUM SECARA SERIUS, KONSISTEN, DAN BERKEADILAN 2. PENYEDERHANAAN BIROKRASI DAN REGULASI 3. PENGGESERAN ANDALAN PENERIMAAN PAJAK DARI PAJAK LANGSUNG (PPh DAN PBB) KE PAJAK TAK LANGSUNG (PPN, CUKAI, DAN BEA METERAI) KRN MASYARAKAT LEBIH RELA MEMBAYAR PAJAK TAK LANGSUNG DP PAJAK LANGSUNG: TARIF PPh DITETAPKAN RATA DAN DITURUNKAN 40%, TARIF PBB TETAP (LIHAT SLIDE 15) PPN DIGANTI DG PPn DAN TARIFNYA DINAIKKAN MENJADI RATA2 17% TARIF CUKAI DINAIKKAN 30%, SECARA UMUM TARIF BEA METERAI DINAIKKAN 300% OBYEK KENA PPn, CUKAI, DAN BEA METERAI DIPERLUAS 4. PEMAJAKAN GANDA DITIADAKAN: PAJAK ATAS DEVIDEN DITIADAKAN HOLDING COMPANY DIPERKENANKAN MENGKONSOLIDASIKAN SPT ANAK-ANAK PERUSAHAAN YANG EKUITASNYA DIKUASAI > 50% BPHTB ATAS PEMBELIAN PROPERTI DITIADAKAN BPHTB ATAS PENJUALAN PROPERTI TIDAK MEWAH DIINTEGRASI-KAN DENGAN PPn BPHTB ATAS PENJUALAN PROPERTI MEWAH DIINTEGRASIKAN DENGAN CUKAI DG TARIF YG LEBIH TINGGI DP TARIF PPn 27
28 PENINGKATAN RASIO PAJAK 1. PENEGAKAN HUKUM SECARA SERIUS, KONSISTEN, DAN BERKEADILAN 2. MENGGESER ANDALAN PENERIMAAN NEGARA DARI PAJAK LANGSUNG KE PAJAK TAK LANGSUNG, DI MANA RAKYAT LEBIH IKHLAS MEMBAYARNYA. PENURUNAN TARIF PPh YANG DIKOMPENSASI DG PENAIKAN TARIF PPn, CUKAI, DAN BEA METERAI YANG MENJAMIN PENERIMAAN JUSTRU MENINGKAT TARIF CUKAI BARANG DAN JASA MEWAH DIBIKIN PROGRESIF 3. PENAMBAHAN SECARA MASAL JUMLAH BISNIS FORMAL BER- NPWP YANG LEBIH MUDAH MENGAWASI PAJAKNYA, DENGAN CARA MEMBERIKAN INSENTIF PAJAK SEPERTI TAX HOLIDAY 4. MEMPERBANYAK WP BER-NPWP MELALUI BERBAGAI CARA 5. MENINGKATKAN KETAATAN PAJAK DG BERBAGAI CARA, TERMASUK KONSELING DAN MEMPERLUAS PAJAK FINAL BERBASIS TUNAI 6. MEMPERLUAS OBYEK KENA PPn, CUKAI, DAN BM 28
29
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya juga ditemui di negara lain, misalnya rendahnya kepatuhan pajak, rendahnya penerimaan pajak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif
Lebih terperinciMeningkatkan Tax Ratio Indonesia
Meningkatkan Tax Ratio Indonesia A. Pendahuluan Penerimaan perpajakan merupakan salah satu pilar penerimaan dalam APBN, hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Lebih terperinciPERMASALAHAN PAJAK INDONESIA. Ayu Noviani Hanum. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang. Abstrak
PERMASALAHAN PAJAK INDONESIA Ayu Noviani Hanum Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang Abstrak Pajak adalah salah satu sumber penerimaan yang sangat penting untuk pembiayaan pengeluaran negara
Lebih terperinciB. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013
EVALUASI RENDAHNYA REALISASI PENDAPATAN NEGARA TAHUN 2013 Abstrak Penerimaan Negara merupakan pemasukan yang diperoleh Negara dan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah. Penerimaan pajak memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka menjalankan roda pemerintahan dan untuk melaksanakan pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia membutuhkan dana yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian kalangan telah menempatkan pajak secara proporsional dalam kehidupannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbicara mengenai kesejahteraan dan kemandirian bangsa dalam berbagai aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber pendapatan negara. Hal
Lebih terperinciKajian Potensi Penerimaan Perpajakan Berdasarkan Pendekatan Makro. Ringkasan eksekutif
Kajian Potensi Penerimaan Perpajakan Berdasarkan Pendekatan Makro Ringkasan eksekutif Peran perpajakan sangat penting bagi APBN. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauhmana penerimaan perpajakan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang. Pembayar pajak tidak mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri awal negara ini adalah menyejahterakan rakyat dan menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat dengan usaha pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang notabenenya masih tergolong sebagai negara berkembang tentunya masih berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia memerlukan dana yang jumlahnya setiap tahun semakin meningkat. Perkembangan perekonomian global,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara ( Milyar rupiah ) Tahun Sumber Penerimaan. Penerimaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara disamping penerimaan bukan pajak seperti migas dan non migas. Peran pajak sebagai sumber pendapatan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21 TELEPON (021) 3449230 (20 saluran) FAKSIMILE (021) 3500847; SITUS www.kemenkeu.go.id KETERANGAN
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di
BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Dari pembahasan dan analisis yang dilakukan oleh penulis berkenan dengan dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di Indonesia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Sumber penerimaan internal adalah pendapatan pajak sedangkan eksternal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar jika berbagai sumber daya dikelola dengan baik, serta pendapatan nasional negara tersebut
Lebih terperinciOptimalisasi Pajak: Tinjauan Kelembagaan dan Politik Anggaran
Optimalisasi Pajak: Tinjauan Kelembagaan dan Politik Anggaran Wahyudi Kumorotomo, PhD Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada www.kumoro.staff.ugm.ac.id Tabel 1. Penerimaan Pajak (Rp miliar)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan barang dan jasa yang kita konsumsi sehari-haripun dikenai pajak. Hal tersebut dikarenakan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional, di antaranya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.
1 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen kebijakan fiskal dan implementasi perencanaan pembangunan setiap tahun. Strategi dan pengelolaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan Negara.Yaitu dengan melalui salah satu alat ukur yang bernama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia adalah sistem self assessment. Sistem pemungutan self assessment ini telah digunakan sejak reformasi perpajakan pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, sangat bertumpu pada pembangunan nasional demi mewujudkan kemakmuran rakyatnya. Dalam menjalankan pemerintahan
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian suatu negara tidak terlepas dari tingkat pendapatannya yang baik. Pendapatan negara bersumber dari danaeksternal maupun internal. Dana eksternal diperoleh
Lebih terperinciDradjad H Wibowo Yogyakarta, 7 November 2015
Dradjad H Wibowo Yogyakarta, 7 November 2015 Dalam 10 tahun terakhir, target pajak dalam APBN tidak pernah tercapai, kecuali tahun 2008 dimana terjadi kenaikan harga tiga komoditas utama: minyak dan gas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang secara terus menerus melakukan pembangunan untuk dapat menjadi negara yang maju dan sejahtera. Dalam rangka
Lebih terperinciProf. Dr. Rochmat Soemitro, SH.
1 Pengertian Pajak (1) Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat, penetapan APBN sendiri dilakukan setelah ada pembahasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk mengatur pengeluaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) adalah untuk pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang dimaksud adalah penciptaan akselerasi
Lebih terperinciEVALUASI PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2013
EVALUASI PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2013 DISKUSI PUBLIK Jakarta, 19 Desember 2013 WIKO SAPUTRA Peneliti Kebijakan Ekonomi dan Publik PERKUMPULAN PRAKARSA PENDAHULUAN Penerimaan pajak berkontribusi sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan
Lebih terperinciANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENDAPATAN, HIBAH, BELANJA PEMERINTAH
ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) PENDAPATAN, HIBAH, BELANJA PEMERINTAH Pendapatan, Hibah, Belanja Pemerintah Sesi 4 Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. SIKLUS APBN & ASUMSI DASAR EKONOMI Tujuan Pembelajaran
Lebih terperinciBAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
Pendapatan Negara dan Hibah Bab III BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 3.1 Umum Perkembangan realisasi pendapatan negara dan hibah dalam periode 2005-2008 menunjukkan adanya tren kenaikan dengan rata-rata
Lebih terperinciDASAR-DASAR PERPAJAKAN
DASAR-DASAR PERPAJAKAN 1 PENGERTIAN PAJAK (2) Prof. Dr. P.J.A. Adriani: Pajak adalah iuran kepada negara (yg dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan
Lebih terperinciBAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50%
BAB VII PERPAJAKAN PERPAJAKAN DI INDONESIA DIRASAKAN KURANG BERSAING UNTUK MENARIK INVESTASI. Pandangan ini umumnya diutarakan dalam 3 hal, yaitu: pelayanan pajak yang rendah, tarif pajak yang kurang bersaing
Lebih terperinciPAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2
PENCATATAN PAJAK Dwi Martani 1 PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PAJAK PENGHASILAN Pajak atas penghasilan perusahaan yang dipotong oleh pihak
Lebih terperinciCATATAN ATAS APBN-P 2015 DAN PROSPEK APBN 2016
CATATAN ATAS APBN-P 2015 DAN PROSPEK APBN 2016 Yusuf Wibisono Direktur Eksekutif IDEAS Makalah disampaikan pada Public Expose - Dompet Dhuafa, Jakarta, 10 Februari 2016 Reformasi Anggaran Langkah terpenting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak sebagai pendapatan utama untuk pembangunan ekonomi suatu negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan dapat memiliki kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara. Salah satu tujuan nasional negara Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Kurang lebih 2/3 penerimaan negara saat ini dihasilkan dari pajak. Pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang
Lebih terperinciSTAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi
PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA KEBIJAKAN FISKAL oleh: Rachmat Efendi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Prodip III Kepabeanan Dan Cukai Tahun 2015 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami Kebijakan Fiskal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting sehingga setiap tahun target penerimaan pajak semakin ditingkatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari segi Ekonomi pajak merupakan sumber daya dari sektor privat ke sektor publik. Bagi sektor privat, pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin
Lebih terperinciKONSEP DAN ANALISIS RASIO PAJAK. Dr. Adinur Prasetyo
KONSEP DAN ANALISIS RASIO PAJAK Dr. Adinur Prasetyo KONSEP DAN ANALISIS RASIO PAJAK Dr. Adinur Prasetyo Penerbit PT Elex Media Komputindo Konsep dan Analisis Rasio Pajak Ditulis oleh Dr. Adinur Prasetyo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang terutang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak memiliki peran penting dalam sumber penerimaan negara, karena pendapatan terbesar negara berasal dari sektor pajak. Pajak sendiri banyak memberikan kontribusi
Lebih terperinciPerkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 Jakarta, 10 Juni 2014 Kunjungan FEB UNILA Outline 1. Peran dan Fungsi APBN 2. Proses Penyusunan APBN 3. APBN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pajak adalah penerimaan negara yang sangat diandalkan sebagai penopang utama penerimaan negara. Namun di Indonesia penerimaan negara melalui sektor pajak belum optimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang penerimaan dalam negeri adalah untuk menggali, mendorong, dan mengembangkan sumbersumber penerimaan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak 2005 dan 2006 (Rp miliar)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara, sehingga pemerintah sebagai satu-satunya otoritas yang memiliki kewenangan untuk mengenakan pajak berusaha sedapat
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber, diantaranya : a. Sejarah Direktorat Jendral Pajak
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber, diantaranya : 1. KP DJP a. Sejarah Direktorat Jendral Pajak Direktorat Jenderal Pajak (disingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang penting selain penerimaan bukan pajak. Pembayaran pajak sangat penting bagi negara untuk pelaksanaan
Lebih terperinciDAFTAR INVENTARISASI MASALAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK
DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK No. 1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Salah satu bentuk apresiasi terhadap pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pajak merupakan pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan
BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan
Lebih terperinciPENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si
PENGANTAR PERPAJAKAN 1 DASAR-DASAR PERPAJAKAN Pengertian Pajak Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan UU (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1,019 trilyun atau sebesar 79% (http://www.anggaran.depkeu.go.id) berasal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semua Negara termasuk Indonesia dalam menjalankan pembangunan memerlukan pendanaan yang sangat besar. Dana didapat dari berbagai sektor penerimaan APBN, salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Untuk dapat mencapai tujuan tersebut diperlukanlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesejahteraan dan kemandirian bangsa Indonesia merupakan tujuan yang tertulis dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang terus melakukan pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai dengan sila kelima
Lebih terperinciFORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan nilai (PPn), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber utama yang menjadi pemasukan dalam perekonomian di Indonesia. Lebih dari 60% berkontribusi dalam APBN. Sumber penerimaan pajak tersebut
Lebih terperinciRechtsVinding Online
PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SUATU SOLUSI MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 31 Agustus 2016; disetujui: 15 September 2016 Dalam rapat paripurna DPR RI 28 Juni
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan
Lebih terperinciTAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN MAKRO
TAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN MAKRO Dr. Mahartono, M.M. Kepala Bagian Pelayanan, Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah DJP Jawa Timur III Disampaikan padaseminar Nasional Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciBy Afifudin PSP FE Unisma 2
Pengertian Penghasilan menurut SAK dan UU Pajak Tata cara Pemotongan PPh Pasal 21/26, dan PPh Pasal 21/23 Tata cara Pemungutan PPh Pasal 22. Penghitungan PPh Pasal 21, Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan bangsa Indonesia didasari oleh pembangunan nasional
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan bangsa Indonesia didasari oleh pembangunan nasional yang bersumber dari penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor migas. Pendapatan ini diperoleh dengan mengekspor migas ke luar negeri. Tetapi pada
Lebih terperinciKenapa Harus Ikut - TAX AMNESTY. By SA.Edy Gunawan SE., SH., Ak., M.Ak., CLA (Senior Partner Ofisi Prima Consulting)
Kenapa Harus Ikut - TAX AMNESTY By SA.Edy Gunawan SE., SH., Ak., M.Ak., CLA (Senior Partner Ofisi Prima Consulting) Pengampunan Pajak Alasan Alasan 1 2 3 4 5 6 7 8 Mendapat Penghasilan tapi tidak dilapor
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciTAX REFORM PAJAK PENGHASILAN. Fadjar Harimurti Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta
TAX REFORM PAJAK PENGHASILAN Fadjar Harimurti Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT Tax for Indonesia state function as budgeter and regulatory. The first tax function finally place
Lebih terperinciDATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : dan.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1994/1995.........
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak Penghasilan merupakan pajak pemerintah pusat yang dipungut oleh negara berdasarkan sistem self assessment. Pajak Penghasilan berkontribusi sebesar 47,01% dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat dari masa ke masa. Pajak ditempatkan pada posisi teratas sebagai sumber penerimaan yang pertama dan utama dalam meningkatkan
Lebih terperinciDATA POKOK APBN
DATA POKOK - DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan...... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan
Lebih terperinci2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak
No.44, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5669) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) menyebutkan bahwa, Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin
Lebih terperinciPENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG
PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001 UMUM Anggaran
Lebih terperinciTINJAUAN PERENCANAAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN REALISASINYA D R A F T I. Oleh : Kelompok II. M. Yus Iqbal Eny Sulistiowati Ikawati Martiasih Nursanti
TINJAUAN PERENCANAAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN REALISASINYA D R A F T I Oleh : Kelompok II M. Yus Iqbal Eny Sulistiowati Ikawati Martiasih Nursanti BAGIAN ANALISA PENDAPATAN NEGARA DAN BELANJA NEGARA MEI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pungutan cukai merupakan salah satu komponen penerimaan negara yang memiliki ciri khusus dan berbeda dengan pungutan pajak lainnya. Ciri khusus yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci