BUKU SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU DALAM STUDI DIET TOTAL PROVINSI DKI JAKARTA Tim Penulis :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU DALAM STUDI DIET TOTAL PROVINSI DKI JAKARTA Tim Penulis :"

Transkripsi

1 BUKU SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU DALAM STUDI DIET TOTAL PROVINSI DKI JAKARTA 2014 Tim Penulis : Dyah Santi Puspitasari Elisa Diana Julianti Amalia Safitri Yurista Permanasari Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 2014 i

2 Kata Pengantar Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia Allah, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 Provinsi DKI Jakarta. SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di provinsi DKI Jakarta dilakukan di bulan Mei - Juli 2014 di 6 kabupaten/kota. Sebanyak 40 enumerator disebar di seluruh kabupaten/kota, dan 3 orang koordinator klaster dari peneliti Balitbangkes serta 1 orang penanggung jawab operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 504 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak individu dapat diwawancara. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu pelatihan koordinator klaster dan enumerator. Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data di lapangan. Selanjutnya, proses data cleaning dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi. Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerstor, koordinator klaster, penanggung jawab operasional peneliti dari Dinas kesehatan Provinsi serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan BPS Provinsi DKI Jakarta, para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes dan semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini. Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya. Billahi taufiq walhidayah, wassalamu alaikum wr. wb. Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Dr. Siswanto, MHP, DTM ii

3 SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia Nya, kita dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI dilaksanakan di 33 provinsi (Kalimantan Utara masih bergabung Kalimantan Timur) sedangkan ACKM masih berupa proyek percontohan yang dilakukan di Yogyakarta. Pelaksanaan SDT yang diawali uji coba kuesioner SKMI 2014 hingga pengumpulan data yang dilakukan sejak bulan Maret Juli 2014 di 33 provinsi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengerahkan sekitar enumerator yang menyebar di seluruh provinsi, 273 koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dan dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta 134 Penanggung Jawab Operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak individu dapat di wawancara. SDT telah menghasilkan informasi tentang macam hidangan, jenis bahan makanan yang dikonsumsi dan beratnya serta jumlah zat gizi yang dikonsumsinya. Dari jenis dan berat bahan makanan yang dikonsumsi dilakukan ACKM untuk mengetahui paparan dari beberapa zat mungkin menyebabkan penyakit tidak menular. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi. Proses manajemen data dimulai dari data dikumpulkan di lapangan, kemudian dilakukan entry data ke komputer dilaksanakan di lapangan. Selanjutnya, proses data cleaning dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Format data dibuat untuk keperluan laporan SKMI di 33 provinsi dan ACKM di Yogyakarta. Proses pengumpulan data, entri data dan khususnya data cleaning sungguh memerlukan ketelitian, stamina, pikiran dan kesebaran tingkat tinggi. Demikian pula, rancangan laporan dan khususnya rancangan tabel juga memerlukan pengalaman. Data konsumsi makanan individu ini harus dapat go international. Oleh karena itu, data perlu mengikuti format untuk harmonisasi internasional dalam FAO/WHO Chronic Individual Food Consumption Database seperti yang sudah tersedia di Cina dan Jepang, serta sedang dipersiapkan di Laos dan Myanmar. Data ini juga perlu harmonisasi kepentingan stakeholders di bidang gizi dan keamanan pangan dalam format FAO/WHO Global Individual Food Consumption data Tool (FAO/WHO GIFT). Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf Balitbangkes, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes, Penanggung Jawab Operasional dari Jajaran Dinas Kesehatan Provinsi, seluruh enumerator dan semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini. iii

4 Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya. Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu alaikum Wr. wb. Jakarta, Desember 2014 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K)., MARS., DTM&H, DTCE iv

5 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Assalamu alaikum Wr. Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan bimbingannya, Kementerian Kesehatan kini telah memiliki data konsumsi makanan individu nasional yang mencakup seluruh 33 provinsi. Data konsumsi makanan individu ini merupakan hasil dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) yang merupakan modal utama untukstudi Diet Total (SDT) yang dilaksanakan dalam Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SDT telah menghasilkan informasi tentang konsumsi makanan individu nasional berupa jenis, berat bahan makanan, proses persiapan hingga pengolahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari serta paparan dan intensitas cemaran kimia dalam makanan pada masyarakat. Demikian, maka SDT dapat dipergunakan untuk pencegahan dan penanggulangan kekurangan/kelebihan gizi dan penyakit tidak menular. Dalam tahap persiapan SDT para pakar dari Perguruan Tinggi dan peneliti Balitbangkes, dikumpulkan untuk membahas cara yang terbaik yang dapat dilaksanakan dalam pengumpulan data di lapangan. Oleh karena itu, berharap mendapatkan hasil yang baik dan bermanfaat adalah wajar. Bersama ini, saya menyampaikan ucapan selamat dan penghargaan yang tinggi kepada para enumerator, para koordinator klaster, penanggung jawab teknis provinsi, penanggung jawab operasional provinsi, tim teknis dan para pakar. Karya anda akan memperbaiki perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi dan penyakit tidak menular, dan akan mempercepat upaya pencapaian target pembangunan nasional di bidang kesehatan. Billahi taufiq walhidayah, wassalamu alaikum wr.wb. Jakarta, Desember 2014 MENTERI KESEHATAN RI Prof. DR. Nila F.Moeloek, Sp.M (K) v

6 Ringkasan Eksekutif Studi Diet Total (SDT) 2014 termasuk dalam Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) berbasis komunitas, dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Studi Diet Total terdiri dari dua kegiatan besar, yaitu Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Survei Konsumsi Makanan Individu merupakan kegiatan mengumpulkan informasi data konsumsi makanan individu yang lengkap, sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ACKM untuk menentukan tingkat keterpaparan senyawa kimia pada makanan yang dikonsumsi penduduk. Laporan ini difokuskan pada hasil SKMI. Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan penyakit degeneratif dan masih tingginya masalah gizi di masyarakat yang diduga berkaitan dengan perubahan pola konsumsi makanan di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan SKMI sebagai bagian dari kegiatan SDT. Survei konsumsi makanan individu bertujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran pola konsumsi makanan dan tingkat kecukupan zat gizi penduduk, dan untuk menyediakan informasi tentang cara, proses dan alat yang digunakan untuk memasak makanan serta daftar bahan makanan untuk keperluan ACKM. Survei konsumsi makanan individu merupakan survei berskala nasional pertama di Indonesia yang mengumpulkan data konsumsi individu secara lengkap. Survei ini dilakukan bekerjasama dengan perguruan tinggi, Badan Pusat Statistik, Dinas Kesehatan provinsi dan Kab/Kota dan dibantu secara teknis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Institute Life Science International (ILSI). Pelaksanaan SKMI dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia. Disain penelitian SKMI adalah kroseksional yang mencakup individu pada 504 rumah tangga dan tersebar di 30 blok sensus di seluruh kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta. Survei konsumsi makanan individu dilaksanakan pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 dilanjutkan dengan kegiatan ACKM. SKMI menggunakan cara pengumpulan data yang sudah digunakan secara universal. Data yang dikumpulkan meliputi menu dan jenis makanan, cara memasak dan alat yang digunakan untuk memasak. Data dikumpulkan dengan cara wawancara tentang konsumsi makanan individu sehari sebelumnya. Wawancara dibantu dengan menggunakan pedoman pengumpulan data konsumsi makanan. Dalam proses pengumpulan data dihadapi berbagai kendala antara lain mobilitas penduduk, perbedaan antara nama dengan data yang ada atau tidak bersedia menjadi responden SKMI. Hasil analisis SKMI 2014 menunjukkan berat bahan makanan yang dikonsumsi menurut jenis dan kelompok makanan, mempengaruhi asupan zat gizi dan kecukupan energi dan protein individu, hasil secara lengkap sebagai berikut: 1. Pada jenis kelompok serealia,hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi beras (98,0%) dengan konsumsi sebesar173,3 gram per orang per hari, diikuti dengan konsumsi terigu yang dikonsumsi oleh sekitar 50,6 persen penduduk dengan konsumsi sebesar 15,9 gram per orang per hari. Jenis makanan pokok dari kelompok umbi dan olahannya sebanyak 32 gram per orang per hari. Sebanyak 39,1 persen penduduk mengonsumsi singkong dan olahan dengan konsumsi sebesar 12,8 gram per orang per hari. Dari ketiga jenis makanan pokok tersebut, jenis umbiumbian yang umumnya merupakan produksi lokal yang paling sedikit dikonsumsi oleh penduduk. 2. Konsumsi protein hewani penduduk Indonesia, terbanyak berasal dari kelompok daging dan olahan sebanyak 74,6 gram per orang per hari. Disusul oleh kelompok vi

7 ikan dan olahan, yaitu sebesar 53,5 gram per orang per hari. Tiga kelompok lain yang lebih sedikit dikonsumsi, secara berurutan yaitu telur dan olahan sebesar 34,4 gram per orang per hari, susu dan olahan sebanyak 25 gram per orang per hari, dan kelompok jeroan sebesar 7,6 gram per orang perhari. Protein nabati lebih banyak dikonsumsi penduduk dibandingkan protein hewani, terlihat pada konsumsi kacangkacangan dan olahan yang mencapai 63,1 gram per orang per hari. Berdasarkan jumlah penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahan, proporsi terbesar adalah pada konsumsi kacang kedele yaitu sebesar 62,1 persen dengan jumlah konsumsi sebanyak 56,6 gram per orang per hari. Jenis protein dalam makanan penduduk sangat didominasi oleh protein nabati. Jumlah protein nabati dalam makanan penduduk yang tinggi mempengaruhi kualitas makanan penduduk. 3. Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahanpenduduk masih kecil yaitu 55,3gram per orang per hari dan 48,2 gram per orang per hari. Dalam kelompok sayur, sayuran daun dikonsumsi paling banyak (81,4%) dibandingkan sayur lainnya. Sebaliknya dalam kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk (15,2%). Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan yang belum memadai akan berpengaruh terhadap asupan vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. 4. Konsumsi minyak, lemak dan olahan sebesar 60,9 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah kelapa dan olahan (35,5 gram/orang/hari). Hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa (96,6%), menyusul kelapa dan olahannya (48,0%) dan minyak lainnya (20,9%). 5. Konsumsi gula dan konfeksionari penduduk Indonesia sebesar18,9 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah dari jenis gula (14,3 gram/orang/hari). Gula pasir dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia (70,1%), diikuti oleh coklat (10,5%), madu,selai, agar-agar dan jely (7,7%), permen (4,7%) dan terendah sirup (2,1%). 6. Konsumsi kelompok bumbu penduduk Indonesia sebesar 26,6 gram per orangper hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu basah (17,8 gram/orang/hari), menyusul bumbu instant (4,1 gram/orang/hari) dan garam (3,5 gram/orang/hari). Konsumsi bumbu kering, vetsin/msg/mecin dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, yaitu berkisar antara 0,8 0,1 gram per orang per hari. Hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi garam (97,6%). Bumbu basah dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk (82,61%). Vetsin/MSG/Mecin, bumbu instan dan bumbu kering dikonsumsi oleh penduduk dengan kisaran antara 31,3 39,3 persen dan terendah bahan tambahan (2,6%). 7. Total konsumsi minuman serbuk penduduk Indonesia sebesar 11,3 gram per orang per hari. Teh instan/daun kering dikonsumsi terbanyak (41,1 %) diikuti kopi bubuk (21,0%) dan terendah minuman serbuk (11,2%), dengan konsumsi terbanyak adalah kopi bubuk (7,4 gram/orang/hari), menyusul minuman serbuk (2,3 gram/orang/hari) dan terendah adalah teh instan/daun kering (1,5 gram/orang/hari). Minuman serbuk sudah dikonsumsi oleh balita (kelompok umur 0-59 bulan), dan konsumsi tertinggi ditemukan pada kelompok 5-12 tahun. 8. Konsumsi minuman cair penduduk Indonesia sebesar 60,0ml per orang per hari. Dalam kelompok ini, konsumsi minuman kemasan cair penduduk terbanyak (46,2ml/orang/hari), diikuti dengan minuman berkarbonasi (8,5 ml/orang/hari) dan terendah adalah minuman beralkohol (0,3ml/orang/hari). Minuman kemasan cairan dikonsumsi oleh penduduk terbanyak (17,1%), diikuti minuman lainnya (5,5%), minuman berkarbonasi (3,0%) dan terendah minuman beralkohol (0,1%). Minuman vii

8 kemasan cairan merupakan minuman terbanyak dikonsumsi pada semua kelompok umur. 9. Konsumsi total kelompokair minum penduduk DKI Jakarta sebanyak ml per orang per hari. Air minum bukan kemasan dikonsumsi terbanyak yaitu oleh 93,6 persen penduduk diikuti air minum kemasan bermerek (47,0%) dan terendah minuman cair kemasan pabrikan (20,5%). 10. Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk Indonesia amat kecil yaitu dibawah 2 gram per orang per hari. Kelompok makanan tersebut dikonsumsi oleh sedikit penduduk yaitu dibawah 1,5 persen. Asupan dan tingkat kecukupan gizi 11. Reratakecukupan asupan energi per orang per hari penduduk DKI Jakarta sebesar 90 persen AKE dengan rerata kecukupan asupan energi tertinggi pada penduduk kelompok umur 0-59 bulan (114% AKE), diikuti oleh laki-laki kelompok umur 5-12 tahun dan tahun masing-masing sebanyak 107 dan 102 persen AKE. Terendah pada perempuankelompok umur >55 tahun(82% AKE). 12. Rerata kecukupan asupan protein per orang per hari di DKI Jakartaadalah sebesar 121,4 persen AKP. Pada laki-laki, tertinggi ada dikelompok umur 5-12tahun (144,4% AKP) dan terendah kelompok umur >55 tahun (108,2% AKP).Rerata tertinggi pada perempuan ada pada kelompok umur 5-12 tahun (127,1% AKP) dan terendah pada kelompok umur (90,8% AKP). 13. Penduduk DKI Jakarta dengan tingkat kecukupan asupan energi sangat kurang (<70% AKE)sebesar 28,8persen, tingkat kecukupan asupan energi kurang (70- <100% AKE) sebesar 37,1persen,tingkat kecukupan asupan energi normal atau sesuai AKG (100 - <130% AKE) sebesar 21,7persen dan tingkat kecukupan asupan energi berlebih (>130 AKE)sebesar 12,4 persen. 14. Tingkat kecukupan asupan protein sangat kurang (<80% AKP) sebesar 21,7 persen, kurang (80 - <100% AKP) sebesar 15,3 persen, normal (100-<120% AKP) sebesar 17,3 persen dan berlebih ( 120% AKP) sebesar 45,8 persen. Proporsipenduduk dengan tingkat kecukupan asupan protein normal hanya berkisar antara 11,3 19,4 persen. Proporsi terbesar penduduk pada semua kelompok umur adalah dengan tingkat kecukupan asupan protein berlebih, kecuali pada kelompok >55 tahun. 15. Rerata asupan lemak per orang per hari penduduk DKI Jakarta sebesar 25,4 gram. Rerata tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (22,9 g), kelompok umur tahun (28,2 g). Berdasarkan kuintil terlihat rerata asupan lemak pada kelompok terbawah dan teratas tidak jauh berbeda. 16. Asupan karbohidrat per orangper hari pada penduduk laki-laki didki Jakarta tertinggi terdapat pada kelompok umur13-18tahun (365,7 gram), diikuti kelompok umur tahun (311,5 gram).pada perempuan terlihat adanya penurunan asupan karbohidrat seiring dengan pertambahan umur. 17. Pada laki-laki dan perempuan, rerata asupan natrium per orangper hari tertinggi pada kelompok umur13 18 tahun, yaitu masing-masing sebesar mg dan mg per orang per hari, diikuti kelompok umur 19 55tahun yaitu1.825 mg pada laki-laki dan mg pada perempuan. 18. Rerata konsumsi garam penduduk DKI yaitu sebesar 3,5 gram per orang perhari, konsumsi gula sebesar 14,3 gramper orang per hari dan minyak sebanyak 25,4 gram per orang per hari. viii

9 Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi. Rekomendasi 1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (umbi-umbian) sedikit dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan makanan pokok yangdiimpor (terigu dan olahannya) dan tingginya jumlah penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan energinya maka perlu dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan lokal dan terjangkau oleh daya beli penduduk. 2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk. 3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi gizi seimbang bagi masyarakat dan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau. 4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai meningkat maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi minuman kemasan yang berlebihan. 5. Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula, garam dan minyak/lemak melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013 maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi berlebih gula, garam dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye. ix

10 DAFTAR ISI Kata Pengantar... ii Sambutan... iii Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan... iii Menteri Kesehatan Republik Indonesia... v Ringkasan Eksekutif... vi Daftar Isi... x Daftar Tabel... xii Daftar Gambar... xv Daftar Singkatan...xvi BAB I Pendahuluan Latar belakang Perumusan Masalah Penelitian Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 BAB II Metode Penelitian Disain penelitian Tempat dan Waktu Populasi dan Sampel Variabel dan Definisi Operasional Instrumendan Cara Pengumpulan Data Instrumen Cara Pengumpulan Data Proses wawancara Penimbangan Berat Badan Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data Pengawasan Kualitas Data Analisis Data Izin penelitian Pertimbangan etik penelitian BAB III Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta Gambaran Geografi dan Wilayah Administrasi x

11 Gambaran Demografis Status Gizi Jumlah Sampel yang Terkumpul (Response Rates) Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Makanan Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi Asupan dan Tingkat Kecukupan Protein Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Protein Asupan Lemak Asupan Karbohidrat Asupan Natrium Konsumsi Gula, Garam dan Minyak/Lemak BAB IV Kesimpulan Daftar Pustaka xi

12 DAFTAR TABEL No. Judul Hal 1 Variabel dan definisi operasional SKMI Distribusi BS yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta Distribusi responden yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahan per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok serelia dan olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur,provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umbi dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok sayur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahannyamenurut kelompok umur,provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok jeroan dan olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannyaper orang per hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orangper hari (gram) 39 xii

13 menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok telur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok susu dan olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannyaper orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minyak, lemak danolahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orangper hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi per orangper hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok air menurut kelompok umurper hari (ml), Provinsi DKI Jakarta Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Air Menurut Kelompok Umur,Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu per orang per hari menurutkelompok umur per orang per hari, Provinsi DKI Jakarta Tahun Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Tahun Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta xiii

14 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Provinsi DKI Jakarta Rerata asupan protein pendudukmenurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, Provinsi DKI Jakarta Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan aset dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Provinsi DKI Jakarta Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta Rerata asupan natrium penduduk per orang per hari menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak per orang per hari menurut karakteristik, Provinsi DKI Jakarta Proporsi pendudukdengan asupangula, natrium dan lemak, melebihi batas yang ditetapkan Permenkes nomor 30 tahun 2013 tetang AKG yang dianjurkan menurutkarakteristik,provinsi DKI Jakarta xiv

15 DAFTAR GAMBAR No Judul Hal 1. Peta DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya Di Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Tahun Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram),provinsi DKI Jakarta Tahun Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Tahun Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orangper hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orangper hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram) di Provinsi DKI Jakarta Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Rerata konsumsi kelompok air yang dikonsumsi per orang per hari (ml), Provinsi DKI Jakarta Rerata berat kelompok suplemen dan jamu yang dikonsumsi per orang per hari (ml), Provinsi DKI Jakarta Rerata berat bahan makanan serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta xv

16 DAFTAR SINGKATAN ACKM : Analisis Cemaran Kimia Makanan AKG : Angka Kecukupan Gizi ART : Anggota Rumah Tangga Badan PPSDMK : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manumur Kesehatan Balita : Bawah Lima Tahun Balitbangkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan BB : Berat Badan BDD : Berat Dapat Dimakan BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPS : Badan Pusat Statistik BS : Blok Sensus BTP : Bahan Tambahan Pangan DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan DS SDT : Daftar Sampel Studi Diet Total EFSA : European Food Safety Authority FAO : Food and Agriculture Organization FAO/WHO GIFT : FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool JECFA : Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives KEPK : Komisi Etik Penelitian Kesehatan Korwil : Koordinator Wilayah Lansia : LanjutUmur Mandat : Manajemen Data MDG s : Millenium Development Goals MSG : Mono Sodium Glutamat PAM : Perusahaan Air Minum Poltekkes : Politeknik Kesehatan PSP : PersetujuanSesudahPenjelasan PTM : Penyakit Tidak Menular RAN : Rencana Aksi Nasional RSE : Relative Standard Error RT : Rumah Tangga SDT : Studi Diet Total SKMI : Survei Kesehatan Masyarakat Indonesia WHO : World Health Organization xvi

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Survei Diet Total (SDT) adalah survei yang bertujuan untuk memgkaji cemaran kimia yang terdapat pada makanan yang dikonsumsi oleh penduduk. SDT dilaksanakan berdasarkan 2 tahapan kegiatan, yaitu Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI bertujuan untuk mengumpulkan data makanan yang dikonsumsi penduduk. Data yang dihasilkan oleh SKMI menjadi dasar bagi pelaksanaan kegiatan ACKM. Studi Diet Total penting dilaksanakan karena berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang kurang gizi, namun terdapat juga masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di perkotaan.konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan berlemak-jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama PTM terkait-gizi (Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran kimia pada bahan makanan dan minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri pertambangan dan pertanian hortikultura (Kemenkes 2012) berkaitan dengan penyakit tidak menular. Data mortalitasmenurutkelompokpenyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan nasional (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit penyebab kematianpada berbagai golongan umur.kasus kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6 persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008 dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, kependekan dan prevalensi gizi lebih di tahun 2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007.Masalah gizi lebih sangat berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (bahan makanan atau minuman) yang mencakup jumlah, mutu dan keamanan. Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali, Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat internasional yang terharmonisasi.di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel bahan makanan untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka Indonesia belum memiliki data sebagai evidence basedyang dapat mewakili mayoritas 1

18 penduduk Indonesia yang dapat digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan. Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas, sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan Studi Diet Total tingkat nasional. SDT yang dilakukan pada tahun mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI pada tahun 2014 bertujuan untukmendapatkandata perubahan tingkat konsumsi gizi dan status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk. Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang dilakukan di seluruh propinsi pada tahun 2014 termasuk di propinsi DKI Jakarta Perumusan Masalah Penelitian Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun Ada kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah you are what you eat. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu: tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah, mutu maupun keamanannya Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Provinsi yaitu : 1. Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk menurut jenis dan kelompok makanan di tingkat provinsi? 2. Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di tingkat provinsi? 3. Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya lebih di tingkat provinsi? 4. Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di tingkat propinsi? 5. Apa saja makanan yang merupakan komponen, sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi oleh penduduk di tingkat propinsi? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan Umum 2

19 Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh penduduk di Propinsi DKI Jakarta Tujuan Khusus 1. Memperoleh informasi rata-rata berat bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) di Provinsi DKI Jakarta. 2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Provinsi DKI Jakarta. 3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Provinsi DKI Jakarta 4. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi pendudukdi Provinsi DKI Jakarta 5. Memperoleh daftar makanan (food-list) yang merupakan komponen, sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi oleh penduduk di Provinsi DKI Jakarta 1.5. Manfaat Penelitian 1. Tersedianya informasi mengenai pola konsumsi bahan makanan penduduk di Provinsi DKI Jakarta 2. Tersedianya informasi konsumsi zat gizi penduduk di Provinsi DKI Jakarta 3. Tersedianya data makanan (food list) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM) di Provinsi DKI Jakarta. 4. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan. 3

20 BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Disain penelitian Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di Provinsi DKI Jakarta mengikuti disain nasional yaitu dengan disain potong lintang (crosssectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pengumpulan data SKMI di Provinsi DKI Jakarta telah dilaksanakan mulai tanggal 23 Mei 21 Juni Populasi dan Sampel Populasi dalam SKMI Provinsi DKI Jakarta tahun 2014 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 6 kabupaten/kota. Besar sampel Provinsi DKI Jakarta berdasarkan kerangka sampling nasional terpilih 30 BS di 6 kabupaten/kota dan 609 RT dengan perkiraan indvidu sebesar orang Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data SKMI di Provinsi DKI Jakarta berlangsung.kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala; dan rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di Provinsi DKI Jakarta. Cara Pemilihan Sampel Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam Riskesdas 2013 di Provinsi DKI Jakarta. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak 609rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu 2.4. Variabel dan Definisi Operasional Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari blok pertanyaan sebagai berikut: Tingkat Rumah Tangga Blok I Blok II Blok III Blok IV Blok V Blok VI Tingkat Individu Blok VII Blok VIII Blok IX Blok X : Pengenalan Tempat : Keterangan Rumah Tangga : Keterangan Pengumpul Data : Keterangan Anggota Rumah Tangga : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist) : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga :Keterangan Pengumpul Data : Keterangan Individu : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam 4

21 Tabel Variabel dan Definisi Operasional SKMI No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian 1 Zat Gizi Zat makanan yang diperlukan untuk Analisis DKBM Rasio Rata2 dan st.deviasi berbagai proses metabolisme dan proses lain dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Berat bahan makanan yg dikonsumsi Rasio 2 Konsumsi serealia Berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi Jenis serealia terdiri dari : Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 3 Konsumsi umbiumbiaumbian Berat bahan makanan kelompok umbi- Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi yang dikonsumsi 4 Konsumsi kacangkacangan, Berat bahan makanan kelompok kacang- Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi biji kacangan yang dikonsumsi 5 Konsumsi sayuran Berat bahan makanan kelompok sayuran Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi yang dikonsumsi 6 Konsumsi buah Berat bahan makanan kelompok buah Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi yang dikonsumsi 7 Konsumsi daging Berat bahan makanan kelompok daging Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi yang dikonsumsi 8 Konsumsi Berat bahan makanan kelompok jeroan, Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi jeroan/non daging non daging yang dikonsumsi 9 Konsumsi ikan Berat bahan makanan kelompok ikan Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi yang dikonsumsi 10 Konsumsi telur Berat bahan makanan kelompok telur Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi yang dikonsumsi 11 Konsumsi susu Berat bahan makanan kelompok susu Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi yang dikonsumsi 12 Konsumsi minyak, lemak Berat bahan makanan kelompok minyak, lemak yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 13 Konsumsi gula, Berat bahan makanan kelompok gula, Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi sirop, konfeksionari sirop.konfeksionari yang dikonsumsi 14 Konsumsi bumbu Berat bahan makanan kelompok bumbu Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 15 Konsumsi minuman yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok minuman yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 5

22 No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian 16 Konsumsi Berat bahan makanan kelompok Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi makanan komposit makanan komposit yang dikonsumsi 17 Konsumsi air Berat bahan makanan kelompok air Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi yang dikonsumsi 18 Konsumsi Berat bahan makanan kelompok Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi suplemen suplemen yang dikonsumsi 19 Asupan energi Jumlah energi yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya 20 Asupan protein Jumlah protein yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya 21 Tingkat Kecukupan Asupan Energi Ordinal 22 TingkatKecukupan Asupan Protein Persentase asupan energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan Permenkes no 75 tahun Persentase asupan proteinper orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan Permenkes no 75 tahun Asupan natrium Jumlah natrium yang dikonsumsiindividu sehari kemarin 24 Asupan lemak Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari kemarin Dihitung berdasarkan kandungan natrium bahan makanan yang ada dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Dihitung berdasarkan kandungan lemak bahan makanan yang ada dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 6 Ordinal Rasio Rasio 1. < 70 % AKE % AKE % AKE 4 >130% AKE 1. < 80 % AKP % AKP % AKP 4 >120% AKP

23 No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian 25 Asupan Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi Dihitung berdasarkan Rasio karbohidrat individu sehari kemarin kandungan karbohidrat bahan makanan yang ada dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 26 Berat badan Berat badan seluruh responden, Dengan menggunakan Ordinal bayi,balita,remaja,dewasa dan lansia, baik perempuan dan laki-laki timbangan badan dengan ketelitian 0,1 kg 27 Makanan yang Nama makanan dan minuman yang Wawancara Nominal dikonsumsi ART dikonsumsi individu sesuai waktu dalam 28 Konsumsi makanan individu satu hari kemarin Jenis bahan makanan/minuman yang dikonsumsi individu anggota rumahtangga baik yang dimasak dirumah maupun yang diperoleh/dibeli diluar rumah selama sehari kemarin 29 Kode Hidangan Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah disiapkan dalam buku pedoman SKMI Wawancara dan penimbangan hidangan Buku kode hidangan Nominal Nominal 30 Asal hidangan Bagaimana cara mendapatkan hidangan Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga 2. dibeli 3. diberi 31 Nama Nama produk atau pembuat dagang/merek hidangan/makanan rumahtangga maupun pabrikan 32 Spesifikasi rasa Rasa yang tertera dalam kemasan pabrikan 33 Alamat tempat Alamat tempat hidangan /makanan yang makanan dijual dikonsumsi individu di Wawancara pengamatan Wawancara pengamatan Wawancara dan dan Nominal Nominal Nominal 34. URT/porsi hidangan/makanan Ukuran yang dipakai rumahtangga untuk menyatakanjumlah hidangan atau bahan makanan Wawancara Ordinal sendok makan(sdm) sendok teh (sdt) centong, potong, biji, buah, piring 7

24 No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian 35. Sumber air Tempat memperoleh air yang digunakan untuk memasak dan minum Wawancara Nominal 1.Air kemasan 2.Air isi ulang 3.Air ledeng/pda 4.Air ledeng eceran/beli 5.Sumur bor/pompa 6.Sumur gali terlindung 7.Mata air tak terlindung 8.Penampungan air Hujan 9.Air danau/sungai/irigasi 10.Tidak tahu 36 Perlakuan pada bahan makanan mentah Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang dikonsumsi mentah 37 Cara pengolahan Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut dimasak yang paling berisiko terhadap adanya cemaran. 38 Status responden terkini Informasi atau keberadaan responden (KRT dan ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada saat pengumpulan data masih sama atau ada perubahan dibandingkan dengan data yang dikumpulkan dalam RIskesdas Wawancara Nominal 1.Dicuci dan dikupas 2.Dicuci, tidak dikupas 3.Tidak dicuci, dikupas 4.Tidak dicuci dan tidak dikupas 8.Tidak berlaku Wawancara Nominal 1.Bakar/asap 2.Goreng 3.Panggang/sangan/sangrai 4.Rebus/Ungkep/presto/ magic-jar 5.Tumis 6.Kukus 7.Seduh 9.Tidak diolah Wawancara Nominal 1.Tidak ada perubahan 2.Ada perubahan 3.Meninggal 4.Pindah 5.Lahir 6.Art baru 7.Tidak pernah ada dlm ruta (fiktif) 39 Umur Umur anggota rumahtangga Wawancara Nominal a. 1< 1 bln isikan hari b. < 5 thn isikan bulan c. >= 5 thn isikan tahun 8

25 No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian 40 Status Pekerjaan Pekerjaan utama anggota rumah tangga Wawancara Nominal 1.Tidak bekerja yang berumur diatas 10 tahun 2.Bekerja 41 Persiapan cara memasak makanan/minuman di rumahtangga 42 Bahan Dasar Alat Masak yang digunakan Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang memasak, beratbahan makanan, sumber air cara perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang dimasak di rumah tangga Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi keluarga. contoh aluminium, gerabah, gelas 43 Asal hidangan Asal bahan makanan/minuman tersebutdiperoleh sebelum dimasak di rumahtangga 44 Air minum Jumlah air yang diminum individu 45 Perlakuan pada bahan mentah 46 Pengolahan/pemas akan selama satu hari (24 jam) kemarin Perlakuan terhadap setiap rincian bahan makanan yang digunakan dalam proses pemasakan hidangan makanan/minuman di rumahtangga Cara pengolahan dan pemasakan responden terhadap setiap hidangan yang dimasak di rumahtangga yang dapat menimbulkan cemaran dan rincian bahan makanannya Wawancara 9 3.Sekolah Wawancara/pengamatan Nominal 1.Aluminium 2.Seng 3.Besi 4.Kaca 5.Tanah/gerabah 6.Plastik 7.Keramil 8.Tembaga 9.Stainless steel 10.Enamel 11.Tidak pakai alat Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga 2. Dibeli 3. D1.iberi Wawancara Ml (gram) Wawancara Nominal 1.Dicuci 2.Dikupas 3.tidak dicuci 4.Tidak dikupas 5.Tidak dicuci&tidak dikupas 7.Tidak berlaku Nominal Kukus<tumis<rebus<panggang<goreng< bakar

26 No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian 47 Rincian bahan Rincian bahan sesuai resep yang Wawancara Nominal makanan digunakan dalam memasak hidangan makanan/minuman di rumah tangga 48 Siapa yang memasak 49 Merek Pabrik dalam Kemasan termasuk bumbu dan air. Orang yang memasak makanan atau minuman dari masing-masing makanan/minuman yang dimasak di rumahtangga Tulisan atau label yang dibuat oleh pabrik/industri yang berada pada pembungkus atau kemasan makanan jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden yang dibuat di rumahtangga Wawancara Nominal 1. KK 2. istri/suami 3.anak kandung 4.anak angkat/atiri 5.menantu 6.Cucu 7.orangtua/mertua 8.Famili lain 9.pembantu 10.lainnya Wawancara dan pengamatan 10

27 2.5. Instrumendan Cara Pengumpulan Data Instrumen Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT)Provinsi DKI Jakarta.(dari Daftar Sampel Rumah Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku foto makanan 4. Timbangan makanandan penggaris 5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data :pengenalan tempat, keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi makanan individu (recall 1x24 jam),daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir, URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk mengumpulkan data : berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk mengambil data : persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan dilakukan untuk mengambil data : jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg. Wawancara Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda: a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hinggaalat masak dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan. b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas (berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman, bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan. Tehnik wawancara Tehnik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Tehnik metode Recall yang digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner. Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap BS. 11

28 Proses wawancara Persiapan Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDTProvinsi DKI Jakarta, sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya.tim pengumpul data mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan. Hari Pengumpulan data Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul data dan ART yang akan diwawancarai.setelah memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak mengundurkan diri serta alamat kontak yang bisa dihubungi dan waktu yang dibutuhkan untuk wawancara. Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menanda tangai informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai, setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu jawaban. Wawancaradapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga dimanasetiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan. Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai dilakukan pada rumah tangga tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data, yaitu kuesioner rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu, wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak berusia <15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan. Terdapat ARTyang diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi. Keseluruhan proses pengambilan datamemerlukan waktu selama kurang lebih 45 menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden, sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp untuk setiap ART yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp ,- untuk setiap individu yang diwawancara. 12

29 Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun Penimbangan Berat Badan Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 Kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman pengisian kuesioner Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan diatas, dilengkapi juga dengan : 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi DKI Jakarta - (dari Daftar Sampel Rumah Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku pedoman umum 4. Buku pedoman kode bahan pangan 5. Buku pedoman pengisian kode hidangan 6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng 7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan resep makanan siap saji dan jajanan 8. Buku foto makanan 9. Buku pedoman pengisian kuesioner 10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen 11. Buku pedoman manajeman data 12. Timbangan makanandan penggaris 13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital 14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri 15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, payung, alat tulis, rompi, topi. Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3 gizi).proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan Tinggidibantu Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.Persyaratan bagi petugas lapangan adalah sebagai berikut: Laki-laki dan wanita lulusan D3 Gizi- S1 Gizi Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24 jam(menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti) Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) Usia tidak lebih dari 40 tahun Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia ditempatkan di lapangan. Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena Provinsi DKI Jakarta mempunyai 30BS maka diperlukan sebanyak 10 tim dengan jumlah anggota 4 orang per tim. 13

30 Proses rekrutmen: Proses rekrutmen di Provinsi DKI Jakarta.dilakukan dengan koordinasi antara korwil Idan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk menjadi dokumentasi dan bahan dasar seleksi Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan diseleksi oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakartaberkoordinasi dengan Badan Litbang Kesehatan Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan selama 10 hari yang meliputi: Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT) Metode SDT Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner Penimbangan berat Praktek lapangan Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakantanggal 7 9 Mei 2014 diikuti oleh 20 orang yang berasal dari Pusat Teknologi Terapan Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Kepulauan Seribu, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Bertempat di Hotel Neo, Tanah Abang Cideng Timur, Jakarta. Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu dilaksanakan pada tanggal Mei 2014 dengan peserta sebanyak 40 orang enumerator, di Puri Avia, Cipayung Bogor. Pelaksanaan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 23 Mei sampai dengan 21 Juni Pengumpulan data di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu: 1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan data entry 3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan penimbangan berat badan Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 30 hari hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. Kegiatan tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah : Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel Povinsi DKI Jakarta. Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman Melakukan konfirmasi komposit bahan makanan (jenis dan berat) Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara 14

31 Melakukan data entry hasil wawancara Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entry Mengirim data yang telah di edit/cleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim mandat Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan DinasKesehatan Povinsi DKI Jakarta. Koordinator Klaster Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan. Tugas penanggungjawab klaster Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari. Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data. Syarat-syarat koordinator klaster : Laki-laki atau perempuan Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotocopi ijazah Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota dalam Riskesdas Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotocopi KTP Usia tidak lebih dari 55 tahun Menyerahkan persetujuan/ijin atasan Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang menjadi penanggungjawab di Povinsi DKI Jakarta. Pelatihan petugas Pelatihan dilakukan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan. Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data. Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data. Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan: 1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan, pengukuran, dan manajemen data. 2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadwal dan mekanisme pelaksanaan. 3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan. 15

32 4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan logistik. Pelaksanaan di lapangan Pengumpulan data dipovinsi DKI Jakartadilakukan oleh enumerator yang terbagi menjadi 10 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung jawab terhadap tiga BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di satu rumah tangga. Satu BS terdiri dari 25 rumahtangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan selama 8-10 hari.dibutuhkan 3 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator klasterbertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 5-6 BS. Sebelum tim dilepas untuk mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran),menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner,alat tulis, perlengkapan lapangan, serta peralatan untuk menimbang. Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner; melakukan data editing,melakukan data entri ; mengirimkan data setiap selesai data entri di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Pusat dan tim korwil Pengawasan Kualitas Data Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control) dan manjemen datasebagai berikut: 1. Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan, konversi bahan makanan matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam, perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman editing dan entry data di lapangan 2. Pelatihan bagi ketua pelaksana propinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara 3. Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator. 4. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator masih bisa mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke komputer data sudah harus melalui proses editing. 5. Dilakukan spot-check(validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6 RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data, data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner. 6. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di lapangan. Selain itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster. 7. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator. 8. Semua kegiatan koster: supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan 16

33 Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan data Analisis Data Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Data, Jakarta. Tim teknis akan melakukan analisis data didampingi oleh tim mandat untuk mengeluarkan output sesuai dengan dummy table yang telah dibuat. Hasil wawancara recall makanan yang dikonsumsi individu dihitung berat masing-masing bahan makanantersebut dan diberi kode bahan makanan. Dihitung dalam gram atau ml.berdasarkan hasil SKMI akan diperoleh berbagai jenis bahan makanan yang dikonsumsi penduduk. Untuk melaksanakan SDT setiap jenis bahan makanan akan dikelompokan dalam 17 grup makanan yaitu : 1. Sereal dan hasil olahan 2. Umbi-umbian dan hasil olahan 3. Kacang-kacangan, biji 4. Sayuran dan hasil olahan 5. Buah dan hasil olahan 6. Daging dan hasil olahan 7. Jeroan/non daging dan olahan 8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahan 9. Telur dan hasil olahan 10. Susu dan hasil olahan 11. Minyak, lemak dan olahan 12. Gula, sirup, dan konfeksioneri 13. Bumbu dan olahan 14. Minuman 15. Makanan komposit 16. Air 17. Suplemen Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka hanya 5 jenis zat gizi yang dianalisi yaitu : 1. Energi 2. Protein 3. Lemak 4. KH 5. Natrium Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun laporan 2.8. Izin penelitian. Izin penelitian diajukan pada Depdagri Pusat diteruskan sampai Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan waktu penelitian. Penelitian ini mendapatkan izin dari Gubernur DKI Jakarta No 982 tahun Pertimbangan etik penelitian Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan nomorlb.02.01/5.2/ke.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran. 17

34 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta Gambaran Geografi dan Wilayah Administrasi Provinsi DKI Jakarta berada pada posisi geografis antara dan Bujur Timur, serta antara dan Lintang Selatan dengan keseluruhan luaswilayah 7.659,02 km2, meliputi 662,33 km2 daratan, termasuk 110 pulau di KabupatenAdministrasi Kepulauan Seribu dan 6.977,5 km2 lautan. Gambar 1. Peta DKI Jakarta Sumber: Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa. Provinsi DKI Jakarta terbagi dalam lima Kota Administrasi dan satu KabupatenAdministrasi. Kota Administrasi Jakarta Pusat memiliki luas 48,13 km2; Kota AdministrasiJakarta Utara dengan luas 146,66 km2; Kota Administrasi Jakarta Barat dengan luas 129,54km2; Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan luas 141,27 km2; dan Kota AdministrasiJakarta Timur dengan luas 188,03 km2, serta Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribudengan luas 8,70 km2. Secara administrasi kewilayahan, masing-masing Kota dan Kabupaten Administratifdibagi menjadi beberapa kecamatan. Masing-masing kecamatan tersebut dibagi menjadibeberapa kelurahan. Kota Administratif Jakarta Pusat terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan dan44 (empat 18

35 puluh empat) Kelurahan. Kota Administasi Jakarta Utara terdiri dari 6 (enam)kecamatan dan 31 (tiga puluh satu) Kelurahan. Selanjutnya Kota Administrasi Jakarta Baratterdiri dari 8 (delapan) Kecamatan dan 56 (lima puluh enam) kelurahan. Kota AdministrasiJakarta Selatan terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan dan 65 (enam puluh lima) Kelurahan.Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan dan 65 (enam puluh lima)kelurahan. Sedangkan Kabupaten Kepulauan Seribu hanya terdiri dari 2 (dua) Kecamatandan 6 (enam) Kelurahan Gambaran Demografis Jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 sebanyak jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan jiwa. Rasio jenis kelamin sebesar 106,15, artinya adalah terdapat 106 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di DKI Jakarta. Laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta pada periode sebesar 1,01 persen. Luas wilayah DKI Jakarta sebesar 662,33 km 2 dengan kepadatan penduduk ,82 jiwa/km 2. Terdapat sebanyak rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 3,87 orang per rumah tangga Status Gizi Status gizivkurang dan gizivburuk (BB/U) pada anak berusia balita (14,0%) di DKI Jakarta tahun 2013 masih menjadi masalah walaupun lebih baik dibandingkan rerata nasional (19,6%) dan target pembangunan milenium 2015 (15,5%). Proporsi gizi burukdi DKI Jakarta relatif stagnan, hal ini jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas sebelumnya. Hasil Riskesdas tahun 2007 proporsi gizi buruk sebesar 2,9 persen, tahun 2010 sebesar 2,6 persen dan Tahun 2013 sebesar 2,8 persen. Di samping masalah gizi kurang dan gizi buruk, DKI Jakarta juga mulai menghadapi masalah gizi lebih. Proporsi gizilebih di DKI Jakarta besar (7,5%) bahkan lebih besar dibandingkan angka nasional (4,5%). Proporsi kependekan (TB/U) DKI Jakarta tahun 2013 adalah 27,5 persen, jauh di bawah rerata nasional (37,5%). Proporsi kependekan terdiri dari 12,1 persen sangat pendek dan 15,4 persen pendek. Proporsi kekurusan (BB/TB) anak berusia balita di DKI Jakarta (10,2%) lebih rendah dibandingkan rerata nasional (12,1%). Lebih kecil pula jika dibandingkan dengan proporsi hasil riskesdas tahun 2007 (17,0%) dan 2010 (11,2%). Proporsi kependekan anak berusia 5-12 tahun sebesar19,2 persen jauh lebih baik daripada angka nasional (30,7%). Proporsitersebut terdiri dari sangat pendek 12,3 dan pendek 18,4persen.Masalah kurang berat pada anak berusia balita tampaknya berlanjut pada kelompok usia berikutnya (5-12 tahun). Proporsi obese pada kelompok anak berusia 5-12 tahun sebesar 14,0 persen lebih besar dibandingkan angka nasional (8,0%). Proporsikependekanpada remaja umur tahun di DKI Jakarta sebesar 22,8 persen yang terdiri dari 8,4 persen sangat pendek dan 14,0 persen pendek, lebih redah dari rerata nasional (35,1%; sangat pendek 8,4 dan pendek (21,3%). Proporsi kekurusan pada remaja sebesar 9,0 persen yang terdiri dari 1,8 persen sangat kurus dan 7,2 persen kurus. Proporsi kependekan pada remaja umur tahun sebesar 20,4 persen, di bawah angka nasional (31,4%). yang terdiri dari 4,5 persen sangat pendek dan 15,9 persen pendek. Proporsi kekurusan di DKI Jakartasebesar11,1 persen, terdiri dari 1,9 persen sangat kurus dan 7,5 persen kurus. Proporsi kegemukan sebesar 11,5 persen lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kegemukan nasional (7,4%). Proporsi obesitas penduduk dewasa laki-laki dan perempuan umur 15 tahun keatas di DKI Jakarta sebesar 36,3 persen sedangkan proporsi obesitas sentral untuk tingkat nasional 19

36 adalah 26.6 persen.proporsi obesitas sentral pada perempuan (51,6%) jauh lebih besar dibanding proporsi pada laki-laki (20,8%) Jumlah Sampel yang Terkumpul (Response Rates) Blok sensus yang terpilih sebagai sampel SDT 2014 Provinsi DKI Jakarta sebanyak 30 BS, semua BS tersebut berhasil ditemukan dan dikunjungi (100%) yang tersebar di 6 kabupaten/kota. Rumah tangga yang menjadi target untuk dikunjungi sebanyak 609 rumah tangga tetapi yang berhasil dikunjungi sebanyak 504 rumah tangga atau sebesar 82,8%. Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki respon rate rumah tangga yang berhasil dikunjugi dan diwawancarai terbesar dibandingkan dengan wilayah kota lainnya, yaitu sebesar 92%. Respon rate rumah tangga terkecil ada di Jakarta Barat yaitu sebesar 76,6%. Rumah tangga yang tidak berhasil dikunjungi ada sebanyak 17,2%, hal ini disebabkan ketika dilakukan pengumpulan data, rumah tangga tersebut tidak ditemukan atau pindah. Tabel Distribusi BS yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta 2014 Kabupaten/ Kota BS RUTA ART Respon Respon Rate Rate Dikunjungi (%) Target Dikunjungi (%) Target Dikunjungi Respon Rate (%) Target Kepulauan Seribu , ,3 Jakarta Timur , ,5 Jakarta Selatan , ,8 Jakarta Pusat , ,5 Jakarta Barat , ,9 Jakarta Utara , ,0 DKI Jakarta , ,9 Jumlah anggota rumah tangga yang menjadi target sebanyak 2182 orang dan yang berhasil diwawancarai sebanyak 1722 orang atau sebesar 78,9%.Respon rate anggota rumah tangga terbanyak adalah di Kota Jakarta Barat yaitu sebesar 90,0% dan terkecil ada di Kota Jakarta Utara yaitu sebesar 71,9%. Sebanyak 21,1% anggota rumah tidak berhasil diwawancarai dengan alasan anggota rumah tangga tersebut sedang bepergian ke luar kota, pindah, terdapat perbedaan nama dengan data yang ada, atau tidak bersedia diwawancarai. Tabel menyajikan data mengenai distribusi responden yang berhasil dikunjungi dan diwawancarai menurut jenis kelamin, kelompok umur dan status ekonomi penduduk di DKI Jakarta. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat proporsi responden laki-laki dan perempuan hampir sama. Jika dilihat berdasarkan kelompok umur terlihat bahwa sebagian besar responden berada pada umur tahun yaitu sebanyak 882 orang (55,0%) dan terendah ada pada umur 0 59 bulan. 20

37 Tabel Distribusi responden yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelaminprovinsi DKI Jakarta 2014 Karakteristik Responden Jumlah n % Jenis Kelamin Laki-laki ,5 Perempuan ,5 Kelompok Umur 0 59 bln 105 6, thn , thn , thn ,0 > 55 thn ,9 Status Ekonomi Terbawah ,4 Menegah Bawah ,9 Menengah ,0 Menengah Atas ,5 Atas , Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Makanan Data yang disajikan dalam sub bab Konsumsi Bahan Makanan adalah konsumsi bahan makanan yang dikelompokkan menjadi serelia dan olahan; umbi dan olahan; kacangkacangan dan olahan; sayur dan hasil olahan; buah-buahan dan olahan; daging dan olahan; jeroan dan olahan; ikan dan olahan; telur dan olahan; susu dan olahan; minyak dan lemak serta hasil olahan; gula dan sirup serta konfeksionari; bumbu; minuman; makanan komposit; air minum; suplemen dan jamu. Data tentang Konsumsi Bahan Makanan disajikan dalam tabel rerata konsumsi bahan makanan dan proporsipenduduk yang mengonsumsi bahan makanan. 21

38 3.3.1 Konsumsi Makanan Kelompok Serealia dan Olahan Tabel Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Serealia dan Olahannya Kelompok Umur Beras Olahan Beras Terigu Olahan Terigu Mie Jagung dan Olahan Lainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59 bln 67,3 57,1 8,7 26,3 6,4 13,9 18,6 25,3 22,4 48,6 1,1 5,8 5,1 14,7 249,2 81, thn 155,8 86,1 4,4 10,5 16,3 24,6 17,2 25,3 62,8 95,6 2,0 8,3 5,4 15,2 362,2 104, thn 199,8 131,4 8,8 22,2 22,4 41,8 15,0 29,8 91,1 118,1 8,9 37,8 3,1 11,3 438,1 160, thn 186,0 100,6 10,9 29,3 16,2 26,2 17,5 37,8 52,8 91,7 4,2 17,6 0,8 4,6 402,4 130,3 >55 thn 168,0 91,1 8,6 27,4 12,7 21,3 18,3 33,5 14,8 50,2 4,1 14,2 4,0 28,5 349,5 106,4 Seluruh Umur 173,3 103,9 9,3 26,3 15,9 27,3 17,4 34,1 51,7 91,7 4,2 19,4 2,4 13, ,6 22

39 Tabel menyajikan data mengenai rerata konsumsi dari kelompok serealia dan olahannya. Konsumsi beras tertinggi ada pada umur tahun yaitu sebanyak 199,8 gram. Konsumsi kelompok serealia dan hasil olahan yang terendah adalah dari jenis lainnya, yaitu sebesar 2,4 gram. Konsumsi jenis serealia tertinggi ada pada kelompok umur 5 12 tahun, yaitu sebesar 5,4gram , Beras 9,3 15,9 17,4 Olahan Beras Terigu Olahan Terigu 51,7 Mie 4,2 2,4 Jagung dan Olahan Lainnya Total Gambar Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Berdasarkan Gambar dapat dilihat rerata berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi oleh penduduk Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 384,0 gram. Jenis bahan makanan dari kelompok serealia dan hasil olahan yang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta adalah yang berasal dari beras dengan rerata sebesar 173,3 gram. Konsumsi serealia terbesar setelah beras, adalah mie (51,7 gram), diikuti oleh olahan terigu (17,4 gram). Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok serelia dan olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Serealia dan Olahannya Kelompok Umur Olahan Olahan Jagung dan Beras Terigu Mie Lainnya Beras Terigu Olahan 0 59 bln 82,9 21,9 30,5 46,7 26,7 12,4 15,2 5 12thn 100,0 18,5 51,5 45,8 44,1 11,0 23, thn 97,8 26,1 58,7 28,8 48,9 14,7 12, thn 98,9 30,6 51,2 28,8 35,0 17,7 4,9 >55 thn 100,0 27,5 49,8 29,0 10,1 18,4 2,9 Seluruh Umur 98,0 27,4 50,6 32,4 34,1 16,1 8,7 23

40 Tabel menyajikan data tentang proporsi penduduk yang mengonsumsi serealia dan olahannya, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi beras (98%). Proporsi terbesar kedua adalah penduduk yang mengonsumsi terigu (50,6%) Konsumsi Makanan Kelompok Umbi dan Olahan Tabel Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur,provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Umbi dan Olahannya Kelompok Singkong dan Ubi jalar Kentang dan Sagu dan Umur Olahan Olahan Olahan Umbi lainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59 bln 4,9 9,8 0,0 0,0 4,9 15,1 0,1 2,0 0,3 2,6 10,1 18, thn 12,6 24,7 0,2 2,5 21,6 60,3 2,1 21,5 1,0 14,9 37,5 69, thn 14,4 24,9 0,0 0,0 21,0 52,5 0,6 5,1 0,0 0,0 35,9 60, thn 12,6 32,7 2,1 20,7 17,7 48,0 0,3 6,1 0,6 7,6 33,2 61,5 >55 thn 16,9 43,0 3,1 17,2 7,3 25,4 0,4 5,1 0,9 13,4 28,6 56,7 Seluruh Umur 12,8 31,5 1,6 16,6 16,4 47,1 0,6 9,6 0,6 9,3 32, Tabel menyajikan data mengenai rerata konsumsi dari kelompok umbi dan hasil olahnya. Berdasarkan kelompok umur, konsumsi singkong dan olahan tertinggi ada pada umur >55 tahun yaitu sebanyak 16,9gram. Konsumsi ubi jalar, sagu dan olahan serta umbi lainnya relatif rendah pada semua kelompok umur. Kentang dan olahan paling banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 5 12 tahun , , ,6 0,6 0,6 0 Singkong dan Olahan Ubi jalar Kentang dan Olahan Sagu dan Olahan Umbi lainnya Gambar Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya, Provinsi DKI Jakarta

41 Konsumsi kelompok umbi dan hasil olahnya yang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta adalah dari kentang dengan rerata sebesar 16,4 gram diikuti oleh singkong dan olahan yaitu sebesar 12,8 gram. Sedangkan konsumsi kelompok umbi dan hasil olahan lainnya relatif rendah. Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umbi dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Umbi dan olahannya Kelompok Umur Singkong dan Ubi jalar Kentang dan Sagu dan Umbi lainnya Olahan Olahan Olahan 0 59 bln 30,5 0,0 25,7 0,0 1, thn 44,1 0,4 29,1 2,6 0, thn 42,4 0,0 29,3 1,6 0, thn 38,2 1,8 29,9 0,8 0,9 >55 thn 39,1 3,4 24,2 1,4 0,5 Seluruh Umur 39,1 1,5 28,7 1,2 0,7 Pada tabel dapat dilihat bahwa sebanyak 39,1% penduduk mengonsumsi singkong dan hasil olahannya dengan jumlah penduduk terbanyak yang mengonsumsi singkong dan hasil olahannya ada pada kelompok umur tahun yaitu sebesar 42,4%. Jenis singkong dan hasil olahannya adalah singkong, tapioka, kerupuk singkong, keripik singkong, tapai singkong. Umbi lainnya hanya dikonsumsi oleh 0,7% penduduk Konsumsi Makanan Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan Tabel Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Kacang kacangan dan olahannya Kelompok Kacang Tanah Kacang Kedelai Biji-bijian dan Kacang lainnya Total Umur dan Olahan dan Olahan Olahan dan Olahan Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59 bln 0,8 2,6 11,7 27,0 0,4 3,5 0,3 2,7 13,3 28, thn 4,1 15,6 32,5 47,9 0,1 0,8 0,0 0,5 36,8 51, thn 4,9 11,3 44,7 64,2 0,7 4,0 0,0 0,4 50,3 66, thn 5,1 16,2 68,7 81,4 1,7 7,9 1,3 6,5 76,8 83,8 >55 thn 2,6 8,7 65,0 73,0 1,7 10,4 1,0 9,3 70,2 74,6 Seluruh Umur 4,4 14,3 56,6 74,0 1,2 7,2 0,9 5,9 63,1 76,7 Tabel menyajikan data mengenai rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacangkacangan dan olahan menurut kelompok umur. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kacang tanah dan hasil olahannya paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur tahun yaitu sebesar 5,1 gram. Konsumsi kacang kedelai dan hasil olahan paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur tahunyaitu sebesar 68,7 gram. Sedangkan konsumsi biji-bijian dan kacang lainnya relatif sedikit dikonsumsi oleh penduduk pada semua kelompok umur. 25

42 60 56, ,4 1,2 0,9 0 Kacang Tanah dan Olahan Kacang Kedelai dan Olahan Biji-bijian dan Olahan Kacang lainnya dan Olahan Gambar Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa rerata konsumsi pada kelompok kacangkacangan dan olahannya yang dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan yaitu sebanyak 56,6 gram. Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Kacang kacangan dan olahannya Kelompok Umur Kacang Tanah dan Kacang Kedelai dan Biji-bijian dan Kacang lainnya dan Olahan Olahan Olahan Olahan 0 59 bln 10,5 24,8 2,9 2, thn 18,1 52,4 1,3 0, thn 22,3 57,1 4,9 0, thn 23,9 69,0 8,4 7,3 >55 thn 17,9 66,7 7,2 4,8 Seluruh Umur 21,2 62,1 6,5 5,0 Pada jenis kacang-kacangan dan olahannya, proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya adalah yang paling banyak (62,1%). Proporsi terbesar penduduk yang mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya ada pada kelompok umur tahun. Kacang lain dan olahan merupakan jenis kacang-kacangan yang dikonsumsi oleh paling sedikit penduduk DKI (5,0%). 26

43 3.3.4 Konsumsi Makanan Kelompok Sayur dan Olahan Tabel Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Sayuran dan olahannya Kelompok Umur Sayuran Daun Sayuran Buah/ Sayuran Polong Sayuran lainnya Total Sayuran Akar Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59 bln 13,35 20,00 0,30 2,55 0,00 0,00 0,00 0,00 13,66 19, thn 28,93 48,13 0,01 0,19 0,00 0,05 0,00 0,00 28,94 48, thn 37,27 43,72 0,02 0,39 0,00 0,23 0,00 0,00 37,29 43, thn 67,46 94,13 0,04 0,84 0,03 0,95 0,00 0,00 67,53 94,21 >55 thn 68,71 77,92 0,00 0,01 0,37 3,47 0,00 0,15 69,08 78,29 Seluruh Umur 55,17 81, ,91 0,07 1,43 0,00 0,05 55,28 81,16 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahan berdasarkan kelompok umur disajikan pada Tabel Rerata konsumsi sayuran daun terbesar ada pada kelompok umur >55 tahun, yaitu sebesar 68,71 gram. Rerata konsumsi jenis sayuran buah/sayuran akar, sayuran polong dan sayuran lainnya sangat kecilpada semua kelompok umur , Sayuran Daun 0,05 0,07 0 Sayuran Buah/ Sayuran Akar Sayuran Polong Sayuran lainnya Gambar Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram),provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis sayuran dan olahan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk adalah dari kelompok sayuran daun, yaitu sebanyak 55,17 gram. Sayuran buah/akar dan sayuran polong sangat sedikit dikonsumsi oleh penduduk yaitu hanya sebesar 0,05 dan 0,07 gram. Sayuran lainnya yang terdiri dari tauge/ale, tauge kacang kedelai, bunga pepaya, kembang kol, rebung, jantung pisang, brokoli, kulit melinjo, jamur tiram, jamur merang, kembang turi, jamur kuping segar/kering, kecombrang, tebu terubuk, umbut rotan, umbut kelapa tidak dikonsumsi oleh penduduk di DKI Jakarta. 27

44 Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok sayur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Sayuran dan olahannya Kelompok Umur Sayuran Daun Sayuran Buah/ Sayuran Polong Sayuran lainnya Sayuran Akar 0 59 bln 46,7 1,9 0,0 0, thn 66,1 0,4 0,0 0, thn 74,5 1,1 0,0 0, thn 90,2 0,3 0,1 0,0 >55 thn 84,5 0,0 1,0 0,0 Seluruh Umur 81,4 0,5 0,2 0,0 Sebanyak 81,4 persen penduduk di DKI Jakarta mengonsumsi sayuran daun dengan proporsi terbesar ada pada kelompok umur tahun, yaitu sebesar 90,2 persen. 28

45 3.3.5 Konsumsi Makanan Kelompok Buah-Buahan dan Olahan Tabel Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Buah buahan dan olahannya Kelompok Umur Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah Olahan Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59bln 11,8 32,2 4,4 38,9 2,0 18,7 3,9 17,3 0,0 0,0 5,0 36,1 0,0 0,0 27,1 71, thn 3,5 18,1 4,0 20,1 4,7 29,9 4,9 26,3 1,7 18,8 7,2 34,4 0,0 0,0 26,1 61, thn 1,4 7,7 6,6 23,6 1,4 23,1 1,3 11,7 0,7 8,1 11,8 41,2 0,0 0,0 23,1 56, thn 19,7 66,8 5,3 30,6 5,1 32,7 7,0 35,6 4,4 40,1 14,0 44,2 0,4 6,3 55,9 113,4 >55 thn 31,5 79,4 4,4 18,2 7,9 40,8 13,4 47,8 1,3 13,2 13,4 47,3 0,5 4,9 72,3 153,0 Seluruh Umur 16,3 58,9 5,1 27,9 4,8 31,8 6,7 33,6 2,9 31,1 12,1 42,6 0,3 5,0 48,2 107,6 29

46 Tabel dan Gambar menyajikan data tentang rerata konsumsi kelompok buahbuahan dan hasil olahnya. Konsumsi buah yang paling banyak dikonsumsi adalah buah pisang, yaitu sebanyak 16,3 gram dengan rerata terbanyak ada pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebanyak 31,5 gram. Jenis buah kedua terbanyak yang dikonsumsi adalah kelompok buah lainnya (12,1 gram) yang terdiri dari apel, salak, melon, nanas, asam jawa (buah), jambu air, jambu biji, alpukat, anggur, bengkuang/atung, pir, belimbing, embacang/limus, encung asam, nangka masak pohon, jambu bool, kedondong, sukun, lengkeng/kelengkeng, sirsak, sawo, kurma, cempedak, durian, buah naga, lontar, langsat, straberi, duku, markisa, manggis, rambutan, buah pala, kesemek, kismis, gatep, kawista, leci, jambu monyet, kiwi, arbai, delima, nona/srikaya, matoa, carica pepaya, erbis/markisa besar, rukam/lobi-lobi, kelenting, kom, peach, duwet, kokosan, mentega/buah bisbul, sowa, biwah/anggur brastagi/loquat, gandaria/jatake, kranji/asam keranji, tuppa ,3 5,1 4,8 Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya 6,7 2,9 12,1 0,3 Buah Olahan Gambar Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Tabel menyajikan data mengenai proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahan menurut kelompok umur. Pada kelompok buah-buahan dan olahannya, proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi buah pisang adalah yang paling banyak (15,2%). Buah olahan merupakan buah yang dikonsumsi oleh paling sedikit penduduk DKI (0,4%). Buah pisang paling banyak di konsumsi oleh penduduk pada kelompok usia >55 tahun (24,2%). Buah jeruk banyak dikonsumsi oleh penduduk umur tahun dengan proporsi sebesar 10,3 persen penduduk. 30

47 Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya menurut kelompok umur,provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur Jenis Buah buahan dan olahannya Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah Olahan 0-59bln 18,1 2,9 1,0 5,7 0,0 4,8 0, thn 4,8 5,7 3,5 5,7 0,9 11,5 0, thn 5,4 10,3 1,6 1,1 0,5 11,4 0, thn 17,5 8,6 4,4 6,7 1,9 15,8 0,5 >55 thn 24,2 7,2 4,3 12,1 1,0 15,0 1,0 Seluruh Umur 15,2 7,9 3,7 6,5 1,4 13,8 0,4 Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi buah mangga sebanyak 3,7 persen. Proporsi penduduk pada kelompok umur tahun dan >55 tahun adalah yang paling tinggi mengonsumsi mangga (4,4% dan 4,3%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi pepaya tertinggi ada pada kelompok umur >55 tahun (12,1%). Proporsi penduduk DKI yang mengonsumsi semangka tertinggi pada kelompok umur tahun (1,9%). Konsumsi buah lainnya paling banyak terdapat pada kelompok umur tahun dan >55 tahun yaitu sebesar 15,8% dan 15,0%. 31

48 3.3.6 Konsumsi Makanan Kelompok Daging dan Olahan Tabel Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Daging dan olahannya Kelompok Umur Daging Unggas Daging Sapi, Kerbau Daging Kambing, domba Olahan Daging Unggas Olahan Daging sapi,kerbau Daging Babi dan Olahan Daging Lainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59bln 12,7 36,1 2,1 11,8 0,0 0,0 1,8 10,6 4,9 13,1 0,0 0,0 0,0 0,6 21,5 43, thn 54,5 84,3 7,9 29,9 0,7 6,2 2,5 11,6 15,7 31,5 0,0 0,0 0,0 0,0 81,2 96, thn 54,0 87,6 6,8 29,4 0,0 0,0 4,6 27,5 12,5 29,6 0,0 0,0 0,0 0,0 77,9 96, thn 53,1 85,5 15,7 55,5 2,0 16,2 0,5 4,6 12,4 32,2 0,0 0,5 0,0 0,0 83,6 103,4 >55 thn 31,8 65,8 16,2 53,0 1,4 13,2 0,4 4,5 1,8 7,2 1,1 14,5 0,0 0,0 52,7 100,5 Seluruh Umur 48,0 81,7 12,7 48,0 1,4 13,1 1,3 11,3 11,0 29,1 0,1 5,2 0,0 0,2 74,6 99,7 32

49 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel Konsumsi daging unggas pada kelompok umur 5 12 tahun, tahun, dan tahun memiliki rerata yang hampir sama, yaitu 54,5 gram, 54,0 gram, dan 53,1 gram. Pada kelompok umur tahun dan >55 tahun, rerata konsumsi daging sapi, kerbau hampir sama yaitu 15,7 gram dan 16,2 gram. Konsumsi daging sapi, kerbau pada kelompok umur 5 12 tahun dan tahun juga hampir sama yaitu 7,9 gram dan 6,8 gram. Konsumsi daging kambing, domba dengan asupan terbanyak terdapat pada kelompok umur tahun dengan rerata konsumsi sebesar 2,0 gram. Olahan daging unggas dengan rerata konsumsi tertinggi ada pada kelompok umur tahun sebesar 4,6 gram. Konsumsi olahan daging sapi, kerbau tertinggi ada pada kelompok umur 5 12 tahun dengan rerata sebesar 15,7 gram. Konsumsi daging babi dan olahan hanya terdapat pada kelompok umur >55 tahun sebesar 1,1 gram , ,0 0,1 1,3 1,4 11,0 12,7 Gambar Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Rerata konsumsi daging dan olahan penduduk DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar Dapat dilihat bahwa rerata tertinggi konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan adalah daging unggas (48,0 g/hari), diikuti oleh daging sapi dan kerbau (12,7 g/hari), dan olahan daging sapi, kerbau (11,0 gram per hari). Sedangkan konsumsi jenis daging yang lainnya relatif sedikit. Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahnya menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi daging unggas sebesar 40,6 persen. Proporsi penduduk yang mengonsumsi daging unggas pada kelompok umur 5 12 tahun, tahun, dan >55 tahun hampir sama banyaknya yaitu sebesar 47,6, 42,9, dan 42,4 persen. Proporsitertinggi kedua adalah penduduk yang mengonsumsi daging olahan sapi/kerbau yaitu sebanyak 23 persen denganproporsi penduduk yang mengonsumsi paling tinggi ada pada kelompok umur 5 12 tahun (32,2%). 33

50 Proporsi penduduk yang mengonsumsi daging kambing/domba, olahan daging unggas dan daging babi relatif sedikit. Penduduk DKI Jakarta pada semua kelompok umur tidak ada yang mengonsumsi daging lainnya (larva/ulat, jangkrik, kelelawar, tikus, buaya, bajing/tupai, ulat sagu, ular, belalang, rusa, kuda, kelinci, anjing). Kelompok Umur Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Daging Unggas Daging Sapi, Kerbau Jenis Daging dan Olahannya Daging Kambing, domba Olahan Daging Unggas Olahan Daging sapi,kerbau Daging Babi dan Olahan Daging Lainnya 0-59bln 21,0 4,8 0,0 3,8 17,1 0,0 0, thn 47,6 7,9 1,3 5,7 32,2 0,0 0, thn 42,9 8,7 0,0 5,4 27,7 0,0 0, thn 42,4 11,6 2,0 1,5 23,5 0,0 0,0 >55 thn 32,9 14,5 1,4 1,4 9,7 0,5 0,0 Seluruh Umur 40,6 10,7 1,5 2,7 23,0 0,1 0,0 Jenis daging dan olahannya yang termasuk 3 besar daging yang dikonsumsi oleh banyak penduduk di DKI Jakarta adalah daging unggas, olahan daging sapi, kerbaudan daging sapi, kerbau Konsumsi Makanan Kelompok Jeroan dan Olahan Tabel menunjukkan rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan menurut umur. Dari tabel tersebut dapat dilihat jeroan hewan berkaki 4 tidak dikonsumsi oleh penduduk sampai dengan umur 12 tahun. Rerata konsumsi pada umur yang lebih lanjut sangat sedikit, yaitu berkisar antara 0,1 0,6 gram. Jeroan unggas paling banyak dikonsumsi oleh penduduk pada kelompok umur 5 12 tahun, dengan rerata sebesar 7,7 gram. Kelompok Umur Tabel Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Jeroan dan olahannya Jeroan hewan berkaki empat Jeroan Unggas Lainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59bln 0,0 0,0 1,3 10,1 2,3 14,6 3,7 17, thn 0,0 0,0 7,7 31,6 1,9 18,3 9,7 36, thn 0,5 5,8 3,4 17,8 1,8 8,7 5,7 20, thn 0,6 7,8 4,3 20,2 3,7 16,6 8,6 28,5 >55 thn 0,1 1,7 1,2 8,5 3,3 14,0 4,7 16,1 Seluruh Umur 0,4 6,1 4,1 20,5 3,1 15,7 7,6 27,1 34

51 JEROAN_UNGGAS 4,1 JEROAN_LAINNYA 3,1 JEROAN_BERKAKI4 0, Gambar Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis jeroan yang paling banyak dikonsumsi penduduk DKI Jakarta adalah jeroan unggas, dengan rerata konsumsi sebesar 4,1 gram.jeroan hewan berkaki empat merupakan jenis jeroan yang paling sedikit dikonsumsi oleh penduduk DKI, yaitu hanya sebesar 0,4 gram. Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi jenis jeroan dan olahannya dapat dilihat pada Tabel Walaupun rerata konsumsi jeroan lainnya relatif kecil tetapi jumlah penduduk yang mengonsumsinya adalah yang terbanyak, yaitu 7,0 persen.proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsinya adalah pada kelompok umur >55 tahun (8,7%). Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok jeroan dan olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Jeroan dan Olahannya Kelompok Umur Jeroan hewan Jeroan Unggas Lainnya berkaki empat 0-59 bln 0,0 1,9 3, thn 0,0 7,5 4, thn 0,5 4,9 6, thn 0,9 6,3 7,8 >55 thn 0,5 2,9 8,7 Seluruh Umur 0,6 5,6 7,0 Jeroan unggas dikonsumsi oleh 5,6 persen penduduk DKI Jakarta. Proporsi penduduk tertinggi yang mengonsumsi jeroan unggas ada pada kelompok umur 5 12 tahun sebesar 7,5 persen. Jenis jeroan hewan berkaki empat hanya dikonsumsi oleh 0,6 persen penduduk. 35

52 Proporsi terendah penduduk yang mengonsumsi jenis jeroan adalah pada kelompok jeroan berkaki empat yaitu sebesar 0,6 persen dengan kisaran antara 0,5 0,9 persen. Proporsitertinggi pada kelompok umur tahun Konsumsi Makanan Kelompok Ikan dan Olahan Rerata Konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya (Tabel ) terlihat bahwa rerata konsumsi ikan laut pada kelompok umur 5 12 tahun, tahun, dan >55 tahun hampir sama yaitu sebesar 31,4, 33,0, dan32,9 gram. Ikan air tawar dengan rerata konsumsi tertinggi terdapat pada kelompok 5 12 tahun yaitu sebesar 20,3 gram. Rerata konsumsi olahan ikan tertinggi ada pada kelompok umur tahun sebesar 8,7 gram. Penduduk DKI Jakarta tidak ada yang mengonsumsi hewan air lainnya seperti kodok, kurakura, tripang, rebung laut. 36

53 Tabel Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannyaper orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Ikan dan Olahannya Kelompok Umur Ikan Laut Olahan Ikan Ikan Air Tawar Udang, Kepiting dan Olahannya Cumi, Kerang, Keong dan Olahannya Hewan Air lainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59bln 11,8 41,3 0,2 2,4 4,3 31,7 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 16,3 51, thn 31,4 67,6 1,6 9,7 20,3 75,7 0,3 4,9 0,7 6,4 0,0 0,0 54,3 98, thn 13,8 37,6 8,7 31,8 13,1 62,8 5,9 31,9 2,8 26,3 0,0 0,0 44,4 84, thn 33,0 86,4 4,4 17,1 15,7 59,1 3,6 27,9 2,7 18,4 0,0 0,0 59,4 104,9 >55 thn 32,9 79,1 5,2 20,1 13,4 60,5 1,0 5,8 1,7 10,3 0,0 0,0 54,2 96,3 Seluruh umur 29,2 76,7 4,3 18,6 15,0 61,0 2,9 23,6 2,1 16,9 0,0 0,0 53,5 98,5 37

54 Pada Gambar dapat dilihat bahwa Di DKI Jakarta rerata, konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan tertinggi adalah dari jenis ikan laut yaitu sebanyak 29,2 gram. Tertinggi kedua adalah konsumsi ikan air tawar, yaitu sebanyak 15,0 gram. konsumsi udang, kepiting dan olahan hampir sama dengan rerata konsumsi cumi, kerang, keong dan olahan yaitu sebesar 2,9 gram dan 2.1 gram. IKAN_LAUT 29,2 IKAN_AIR_TAWAR 15,0 OLAHAN_IKAN 4,3 KRUSTASEA 2,9 MOLUSKA 2,1 IKAN_LAINNYA 0, Gambar Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Tabel menampilkan proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahan. Proporsi penduduk yang mengonsumsi ikan laut di DKI Jakarta adalah yang tertinggi sebanyak 25,5 persen. Berdasarkan kelompok umur, ikan laut dikonsumsi tertinggi oleh penduduk yang berumur 5 12 tahun sebesar 33,5 persen. Olahan ikan tertinggi dikonsumsi oleh 15,9 persen penduduk dalam kelompok umur >55 tahun.ikan air tawar banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 5 12 tahun yaitu sebesar 10,1persen.Penduduk yang yang paling banyak mengonsumsi udang, kepiting dan olahan adalah penduduk pada kelompok umur tahun sebesar 7,1 persen. Cumi, kerang, keong, dan olahan paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur tahun sebanyak 3,2 persen. 38

55 Kelompok Umur Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Ikan Laut Olahan Ikan Jenis Ikan dan Olahannya Ikan Air Tawar Udang, Kepiting dan Olahannya Cumi, Kerang, Keong dan Olahannya Hewan Air lainnya 0-59bln 19,0 0,0 1,9 1,9 0,0 0, thn 33,5 4,8 10,1 0,9 1,8 0, thn 24,5 13,0 6,0 7,1 1,6 0, thn 25,2 13,5 9,1 4,5 3,2 0,0 >55 thn 22,7 15,9 7,2 6,3 2,9 0,0 DKI Jakarta 25,5 11,7 8,2 4,4 2,6 0, Konsumsi Makanan Kelompok Telur dan Olahan Tabel menunjukkan data mengenai rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan menurut kelompok umur. Konsumsi telur ayam dengan rerata tertinggi ada pada kelompok umur tahun sebesar 38,4 gram. Telur bebek hanya dikonsumsi oleh kelompok umur tahun dan 0 59 bulan dengan jumlah yang relatif sedikit. Demikian halnya dengan rerata konsumsi olahan telur dan telur lainnya relatif sedikit dikonsumsi oleh penduduk DKI di semua kelompok umur. Kelompok Umur Tabel Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Telur dan Olahannya Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59bln 25,1 38,1 0,1 2,1 0,0 0,0 1,2 5,3 26,4 38, thn 37,7 45,4 0,0 0,2 0,6 6,6 1,9 12,2 40,1 45, thn 38,4 47,1 0,0 0,0 0,5 5,8 0,7 5,7 39,5 47, thn 34,6 41,9 0,6 8,4 0,3 4,6 0,3 2,9 35,8 44,0 >55 thn 21,4 32,9 0,0 1,2 0,6 5,3 0,1 0,8 22,2 33,1 Seluruh Umur 33,1 42,1 0,3 6,3 0,4 5,0 0,6 5,6 34,4 43,4 39

56 TELUR_LAINNYA 0,6 OLAHAN_TELUR 0,4 TELUR_BEBEK 0,3 TELUR_AYAM 33, Gambar Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orangper hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Berdasarkan Gambar dapat dilihat rerata konsumsi telur ayam menempati posisi tertinggi dibandingkan jenis telur dan olahan lainnya, yaitu sebesar 33,1 gram. Sedangkan 3 jenis lainnya hanya sedikit yang dikonsumsi oleh penduduk yaitu berkisar antara 0,3 0,6 gram. Dari Tabel dapat dilihat bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi telur ayam di DKI Jakarta mencapai 59,4%, sedangkan penduduk yang mengonsumsi telur bebek, olahan telur, dan telur lainnya hanya berkisar antara 0,4 1,8 persen. Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok telur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur Jenis Telur dan Olahannya Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya 0-59bln 48,6 0,0 0,0 4, thn 66,5 0,0 0,9 4, thn 60,3 0,0 0,5 1, thn 60,0 0,7 0,6 1,1 >55 thn 54,1 0,0 1,4 1,0 Seluruh Umur 59,4 0,4 0,7 1,8 Berdasarkan kelompok umur, proporsi tertinggi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi telur ayam ada pada kelompok umur 5 12 tahun yaitu sebesar 66,5 persen. Telur bebek hanya dikonsumsi oleh kelompok umur tahun yaitu sebesar 0,7 persen. Proporsi penduduk yang mengonsumsi olahan telur pada semua kelompok umur hanya berkisar antara 0 1,4persen, proporsi tertinggi ada pada kelompok umur >55 tahun. Jenis telur lainya dikonsumsi oleh 1,0 4,8 persen penduduk DKI. Telur lainnya ini paling banyak dikonsumsi pada kelompok umur 0 59 bulan. 40

57 Konsumsi Makanan Kelompok Susu dan Olahan Konsumsi jenis susu dan olahan dapat dilihat pada Tabel Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi susu kental manis dan susu bubuk paling tinggi ada pada kelompok umur 5 12 tahun yaitu masing-masing sebesar 10,6 dan 4,0 gram. Rerata konsumsi susu cair tertinggi ada pada kelompok umur 0 59 bulan, yaitu sebesar 43,1 gram. 41

58 Tabel Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Susu dan Olahannya Kelompok Umur Susu Kental manis Susu Bubuk Susu Formula Balita Susu Formula Khusus Olahan Susu Total Susu Cair Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59bln 8,4 30,4 3,5 17,0 39,5 50,1 0,0 0,0 9,0 29,6 103,4 129,1 43,1 120, thn 10,6 24,2 4,0 14,6 1,3 8,8 0,4 2,7 7,5 24,9 50,5 79,6 26,7 68, thn 3,2 11,5 0,1 0,8 0,0 0,0 0,4 5,0 5,4 29,4 22,3 59,7 13,2 51, thn 2,7 12,0 0,7 4,2 0,0 0,0 0,5 4,5 1,1 7,0 13,4 54,7 8,5 52,5 >55 thn 1,9 6,9 0,6 4,7 0,0 0,0 1,5 7,6 1,2 3,7 9,2 28,0 4,0 26,4 Seluruh Umur 4,1 15,9 1,3 8,0 2,8 16,5 0,6 4,7 3,0 16,7 11,7 31,0 13,3 60,1 42

59 Rerata konsumsi formula balita pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 39,5 gram. Pada kelompok umur 5 12 tahun juga masih ada yang mengonsumsi formula balita dengan rerata konsumsi sebesar 1,3 gram. Susu formula khusus dikonsumsi tertinggi pada kelompok umur >55 tahun dengan rerata 1,5 gram.rerata konsumsi olahan susu tertinggi pada kelompok umur 0 59 bulan, yaitu sebesar9,0 gram. Rerata konsumsi kelompok susu dan olahan yang tertinggi ada pada jenis susu cair, yaitu sebanyak 13,3 gram. Selanjutnya diikuti oleh konsumsi susu kental manis dan olahan susu, yaitu masing-masing sebanyak 4,1 dan 3,0 gram , ,1 1,2 2,8 0,6 3 0 Susu Kental manis Susu Bubuk Susu Formula Balita Susu Formula Khusus Olahan Susu Susu Cair Total Gambar Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi jenis susu dan olahan ditunjukkan pada Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi susu kental manis adalah yang tertinggi, yaitu sebanyak 12,6 persen. Kelompok umur 5 12 tahun merupakan kelompok dengan proporsi penduduk tertinggi yang mengonsumsi susu kental manis dan susu bubuk yaitu sebesar 24,7 dan 14,5 persen. Susu cair dikonsumsi paling banyak oleh penduduk yang berumur 0 59 bulan yaitu sebesar 19,0 persen. 43

60 Kelompok Umur Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok susu dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Susu Kental manis Susu Bubuk Jenis Susu dan Olahannya Susu Susu Formula Formula Balita Khusus Olahan Susu Susu Cair 0-59bln 14,3 11,4 49,5 0,0 17,1 19, thn 24,7 14,5 5,3 2,2 14,1 15, thn 11,4 4,9 0,0 0,5 4,9 8, thn 9,4 6,0 0,2 1,4 5,7 5,0 >55 thn 13,0 2,9 0,0 5,3 10,6 3,4 Seluruh Umur 12,6 7,0 4,1 1,8 8,2 7,6 Susu formula balita dikonsumsi oleh 49,5 persen penduduk DKI Jakarta yang berumur 0 59 bulan dan 5,3 persen penduduk kelompok umur 5 12 tahun juga masih ada yang mengonsumsi susu tersebut. Susu formula khusus hanya dikonsumsi oleh 2,2 persen dan 5,3 persen penduduk pada kelompok umur 5 12 tahun dan >55 tahun. Kelompok umur 0 59 bulan merupakan kelompok dengan proporsi penduduk tertinggi yang mengonsumsi olahan susu yaitu sebanyak 17,1 persen Konsumsi Makanan Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan Tabel menunjukkan rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak, dan olahan menurut kelompok umur. Konsumi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa pada kelompok umur 5 tahun keatas hampir sama, yaitu berkisar antara 20,5 26,5 gram. Demikian pula dengan konsumsi kelapa dan olahan pada kelompok umur 5 tahun keatas berkisar antara 34,4 38,6 gram. Minyak lainnya, lemak dan olahan seperti minyak wijen, minyak zaitun, minyak kedelai, minyak ikan, minyak hati hiu, minyak kacang tanah, margarin, mentega, mayonaise, lemak babi/lard, lemak kerbau dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta dengan rerata berkisar antara 0,9 2,4 gram. Tabel Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa Minyak, Lemak dan Olahannya Kelapa dan Olahannya Minyak Lainnya, lemak dan Olahannya Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59bln 8,5 9,5 7,1 27,7 1,0 2,8 16,6 30, thn 20,5 13,9 34,4 53,1 2,4 7,1 57,3 55, thn 23,9 17,1 36,3 65,3 1,6 4,2 61,8 71, thn 26,5 18,7 38,6 66,2 1,6 5,1 66,7 68,9 >55 thn 23,2 16,3 37,3 55,2 0,9 3,6 61,4 57,8 Seluruh Umur 23,8 17,7 35,5 61,5 1,6 5,1 60,9 65,3 Total Gambar menyajikan data mengenai rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak dan olahannya di DKI Jakarta. Komsumsi tertinggi pada kelompok minyak dan 44

61 olahan di Provinsi DKI Jakarta ada pada kelapa dan olahan, dengan rerata konsumsi sebesar 35,5 gram, menyusul kemudian minyak kelapa sawit dan kelapa sebesar 23,6 gram dan posisi terakhir minyak lainnya, lemak dan olahan sebesar 1,6 gram. KELAPA_OLAHAN 35,5 SAWIT_KELAPA 23,8 MINYAK_LEMAK_OLAH AN 1, Gambar Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orangper hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Proporsi penduduk yang mengonsumsi minyak, lemak dan olahan dapat dilihat pada Tabel Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi minyak kelapa sawit pada kelompok umur 5-12 tahun sampai dengan >55 tahun hampir mendekati 100 persen penduduk yaitu berada pada kisaran antara 96,7 99,6 persen penduduk. Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi kelapa dan olahantertinggi pada kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 57,0 persen.konsumsi minyak lainnya, lemak dan olahan tertinggi ada pada kelompok umur 5 12 tahun (25,1%). Secara umum di Provinsi DKI Jakarta, proporsi penduduk yang mengonsumsi minyak kelapa sawit paling tinggi (96,6%) dibandingkan yang mengonsumsi kelapa dan olahan (48,0) dan minyak lainnya, lemak dan olahan (20,9%). 45

62 Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Minyak, Lemak dan Olahan Kelompok Umur Minyak Kelapa Sawit dan Kelapa dan Minyak Lainnya, Minyak Kelapa Olahan lemak dan Olahan 0-59bln 71,4 21,9 21, thn 99,6 48,5 25, thn 96,7 39,1 22, thn 98,5 50,7 20,7 >55 thn 98,1 57,0 15,0 Seluruh Umur 96,6 48,0 20, Konsumsi Makanan Kelompok Gula dan Konfeksionari Tabel menampilkan data mengenai rerata berat bahan makanan dari kelompok gula dan konfeksionari. Produk konfeksionari ialah produk yang meliputi semua produk yang mengandung gula dan pemanis lain baik nutritif maupun pemanis non nutritif dengan intensitas kemanisan tinggi. Kelompok Umur Tabel Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Gula dan Konfeksionari Gula Permen Sirup Coklat Lainnya (madu,selai agar-agar, jely) Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 5,6 12,6 2,1 7,9 0,5 4,4 2,0 5,5 6,8 32,3 17,0 36, thn 11,6 18,0 1,7 4,3 0,5 3,9 0,8 2,6 5,5 28,0 20,1 34, thn 12,0 14,7 0,3 2,1 0,6 4,1 1,9 5,8 6,4 41,4 21,3 43, thn 16,1 29,1 0,1 1,2 0,3 2,3 1,1 4,5 0,8 5,2 18,3 30,2 >55 thn 16,3 17,2 0,0 0,5 0,1 1,4 0,4 2,2 2,4 17,4 19,2 26,4 Seluruh umur 14,3 24,3 0,5 2,9 0,4 2,9 1,1 4,3 2,7 20,8 18,9 32,5 Total Bila dilihat dari kelompok umur, rerata berat kelompok gula yang tertinggi terdapat pada kelompok umur tahun dan >55 tahun yaitu 16 gram. Pada kelompok bahan makanan permen dan coklat, menunjukkan bahwa rerata beratnya makin menurun dengan makin bertambahnya usia. Untuk kelompok bahan makanan sirup memperlihatkan rerata yang hampir sama pada semua kelompok umur yaitu dibawah 1 gram. Untuk kelompok gula dan konfeksionari jenis lainnya, rerata berat terbesar pada kelompok umur 0-59 bulan (6,8 gram). 46

63 ,3 0,5 0,4 1,1 Gula Permen sirup coklat Lainnya (madu,selai agar-agar, jely) 2,7 18,9 Total Gambar Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Pada gambar menyajikan data mengenai rerata berat bahan makanan dari kelompok gula dan konfeksioneri yang dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta. Konsumsi gula merupakan konsumsi terbesar di kelompok ini yaitu sebesar 14,3 gram. Sedangkan kelompok lainnya hanya sedikit yang dikonsumsi, yaitu berkisar antara 0,4 2,7 gram. Kelompok Umur Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Gula dan Konfeksionari Gula Permen Sirup Coklat Lainnya (madu,selai agaragar, jely) 0-59 bln 43,8 14,3 1,9 24,8 14, thn 62,6 16,7 2,6 11,0 10, thn 67,9 2,7 3,3 12,0 8, thn 73,1 1,8 2,0 9,5 6,1 >55 thn 80,7 0,5 0,5 5,3 7,7 Seluruh Umur 70,1 4,7 2,1 10,5 7,7 Pada Tabel dapat dilihat proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksioneri. Pada penduduk DKI Jakarta, diantara bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari, proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi gula yaitu sebanyak 70 persen dan terendah adalah sirup yaitu 2 persen. Pada bahan makanan kelompok gula, terlihat bahwa semakin bertambah umur, maka semakin tinggi proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula. Sebaliknya, pada bahan makanan kelompok coklat, dengan semakin bertambah umur maka semakin kecil proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok coklat. Untuk kelompok bahan makanan permen dan kelompok gula lainnya, proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsinya ada pada kelompok umur 0-59 bulan dan kelompok umur 5 12 tahun, sedangkan yang terendah terdapat pada kelompok umur >55 tahun. Untuk kelompok bahan makanan sirup, sebaran proporsinya hampir merata pada setiap kelompok umur. 47

64 Konsumsi Kelompok Bumbu Tabel menyajikan data mengenai rerata konsumsi bumbu berdasarkan kelompok umur. Konsumsi garam pada kelompok umur lebih dari 59 bulan mempunyai sebaran yang hampir sama yaitu berkisar antara 3,4 3,8 gram. Konsumsi vetsin/msg/mecin memiliki sebaran proporsinya merata pada setiap kelompok umur dengan konsumsi yang relatif kecil. Konsumsi bumbu kering dan bumbu basah semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Kelompok Umur Tabel Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Bumbu Garam Vetsin/ MSG/ Bumbu Bahan Bumbu Instan Bumbu Basah Mecin Kering Tambahan Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 1,3 1,4 0,3 1,0 4,2 17,0 0,4 1,3 9,3 12,8 0,0 0,0 15,5 24, thn 3,8 9,1 0,2 0,4 5,5 14,9 0,6 1,3 14,6 14,8 0,0 0,1 24,6 24, thn 3,4 2,6 0,3 0,8 5,5 18,2 0,8 1,9 18,2 20,0 0,0 0,2 28,2 29, thn 3,7 2,8 0,4 1,9 3,7 12,8 0,8 1,6 19,4 19,2 0,1 1,4 28,1 25,1 >55 thn 3,5 2,9 0,3 0,8 2,9 14,4 1,0 2,3 18,9 21,9 0,0 0,1 26,5 29,7 Seluruh umur 3,5 4,3 0,3 1,5 4,1 14,3 0,8 1,7 17,8 19,0 0,1 1,0 26,6 26,3 Gambar memperlihatkan konsumsi kelompok bumbu penduduk di DKI Jakarta. Dapat dilihat bahwa rerata berat terbesar terdapat pada kelompok bumbu basah yaitu 17,8 gram dan terkecil pada kelompok bahan tambahan yaitu 0,1 gram , , ,5 Garam 0,3 Vetsin/ MSG/ Mecin 4,1 Bumbu Instan 0,8 Bumbu Kering Bumbu Basah 0,1 Bahan Tambahan Total Gambar Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram), Provinsi DKI Jakarta

65 Secara umum, rerata berat kelompok bumbu pada semua kelompok umur ialah sebesar 26,5 gram dengan rerata terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan. sedangkan pada kelompok umur lainnya rerata berat bahan makanan kelompok bumbu mempunyai sebaran yang hampir sama yaitu di atas 20 gram. Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Bumbu Kelompok Umur Vetsin/ MSG/ Bumbu Bumbu Bumbu Bahan Garam Mecin Instan Kering Basah Tambahan 0-59 bln 80,0 26,7 31,4 25,7 57,1 1, thn 98,7 35,7 38,3 33,5 81,5 4, thn 97,3 29,3 39,7 34,8 84,8 2, thn 99,0 31,9 39,2 41,5 84,9 2,6 >55 thn 99,5 28,5 30,4 46,9 85,0 1,0 Seluruh Umur 97,6 31,3 37,5 39,3 82,6 2,6 Berdasarkan tabel terlihat bahwa proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi jenis bumbu dari proporsi yang tertinggi sampai terendah ialah garam, bumbu basah, bumbu kering, bumbu instan, vetsin/msg/mecin, dan bahan tambahan Konsumsi Kelompok Minuman Pada tabel memperlihatkan minuman terbagi menjadi dua kelompok yaitu jenis minuman serbuk dan jenis minuman cair. Minuman serbuk terdiri dari; teh instan/daun kering berbagai merk, kopi bubuk berbagai merk dan jenis, serta minuman serbuk yang meliputi minuman serbuk (berbagai merk,rasa), cereal bubuk, jus serbuk (berbagai merk, rasa), saridele bubuk, STMJ serbuk. Jenis minuman cair terdiri dari; minuman Kemasan Cair meliputi jus cair (berbagai merk, rasa), minuman cincau, minuman isotonik cair, minuman coklat cair, minuman asam jawa cair, soybean cair, sari kacang ijo cair, vanila shake cair, teh cair (berbagai merk, gelas/botol), kopi instan cair. Minuman berkarbonasi meliputi berbagai macam rasa dan merk. Minuman beralkohol meliputi fermentasi palm sap cair, bir cair, fermentasi air tebu beralkohol, fermentasi beras beralkohol, wine cina, minuman beralkohol(berbagai merk), rum alkohol. Minuman Lainnya meliputi air kelapa muda, air tebu, minuman coklat bubuk, minuman berenergi. Rerata berat minuman serbuk yang dikonsumsi oleh penduduk di DKI Jakarta yaitu sebesar 11 gram dengan rerata terbesar pada kelompok umur tahun. Berdasarkan jenisnya, rerata berat terbesar ialah jenis kopi bubuk dan yang terendah ialah jenis teh instant/daun kering. Untuk jenis minuman kopi, rerata berat paling besar pada kelompok umur tahun, sedangkan pada jenis teh instan/daun kering rerata paling besar pada kelompok umur >55 tahun. Pada minuman serbuk rerata terbesar pada kelompok umur 5-12 tahun. Untuk jenis minuman cairan, rerata berat yang dikonsumsi penduduk DKI Jakarta ialah 60 ml. Rerata tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun. Diantara jenis minuman cairan, minuman kemasan cairan memiliki rerata tertinggi konsumsinya yaitu 46 ml, sedangkan yang terendah ialah minuman beralkohol yaitu 0,3 ml. 49

66 Tabel Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Minuman Serbuk (g) Jenis Minuman cairan (ml) Kelompok Umur Teh Instan / Daun Kering Kopi Bubuk Minuman Serbuk Total Minuman Kemasan Cairan Minuman Berkarbonasi Minuman Beralkohol Minuman Lainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 0,2 0,5 0,0 0,3 1,3 7,2 1,4 7,4 41,6 113,8 0,0 0,0 0,0 0,0 2,6 13,0 44,2 115, thn 0,8 1,8 0,1 1,6 5,0 16,1 5,9 16,1 68,0 121,0 12,5 60,2 0,0 0,0 4,6 31,4 85,1 131, thn 1,3 2,4 2,1 14,2 2,0 6,5 5,4 15,4 59,8 152,1 19,0 81,0 0,0 0,0 1,2 8,0 80,0 172, thn 1,8 10,8 10,8 22,1 2,0 11,5 14,6 27,2 46,6 150,6 7,2 67,1 0,5 18,0 5,6 37,9 59,9 175,9 >55 thn 1,9 2,9 9,5 20,3 1,6 6,4 13,0 20,6 11,2 90,9 4,2 36,2 0,0 0,0 7,3 35,7 22,7 102,8 Seluruh umur 1,5 8,1 7,4 19,1 2,3 11,1 11,3 23,4 46,2 139,0 8,5 62,6 0,3 13,3 5,0 33,3 60,0 159,2 50

67 Teh Instan / Daun Kering Kopi Bubuk Minuman Serbuk Total minuman serbuk Minuman Kemasan Cairan Minuman Berkarbonasi Minuman Beralkohol Minuman Lainnya Total minuman cair , ,5 7,4 2,3 11,3 8,5 0,3 5 Gambar Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Minuman Serbuk (g) Teh Instan / Daun Kering Kopi Bubuk Minuman Serbuk Minuman Kemasan Cairan Jenis Minuman cairan (ml) Minuman Berkarbonasi Minuman Beralkohol Minuman Lainnya 0-59 bln 8,6 0,0 4,8 17,1 0,0 0,0 5, thn 25,6 0,9 25,1 32,2 4,4 0,0 7, thn 40,2 5,4 13,0 23,9 8,2 0,0 3, thn 47,2 29,6 9,1 14,5 2,0 0,1 5,6 >55 thn 49,8 30,9 6,8 5,3 2,4 0,0 4,3 Seluruh Umur 41,1 21,0 11,2 17,1 3,0 0,1 5,5 Pada tabel menunjukkan bahwa pada jenis minuman serbuk, proporsi tertinggi penduduk DKI Jakarta mengonsumsi teh instan/daun kering yaitu sebanyak 41 persen. Untuk teh instan/daun kering dan kopi bubuk, proporsi konsumsinya makin meningkat 51

68 sejalan dengan makin bertambahnya umur. Sedangkan pada minuman serbuk tidak terlihat pola yang sama dimana proporsi konsumsi tertinggi terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun dan yang terendah pada kelompok umur >55 tahun. Untuk jenis minuman cair, proporsi tertinggi terdapat pada konsumsi minuman kemasan cair yaitu 17 persen dengan proporsi tertinggi adalah pada penduduk kelompok umur 5-12 tahun dan terendah pada kelompok umur >55 tahun. Untuk minuman berkarbornasi, proporsi tertinggi terdapat pada kelompok tahun, sedangkan jenis minuman lainnya proporsi tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun. Proporsi jenis minuman beralkohol semua berada dibawah 1 persen Konsumsi Makanan Kelompok Makanan Komposit Makanan Komposit dalam survei ini ialah makanan yang termasuk kelompok bahan pangan yang sudah terstandar terdiri dari : ayam goreng terstandar, ayam goreng tepung terstandar, pizza terstandar, burger terstandar, dan kentang goreng terstandar. Tabel Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Makanan Komposit Kelompok Umur Ayam goreng Pizza Burger Kentang Total Goreng Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59bln 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0, thn 0,3 4,6 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,3 4, thn 5,4 28,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5,4 28, thn 1,0 12,1 0,1 3,7 0,0 0,0 0,0 0,0 1,1 12,6 >55 thn 3,4 21,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,4 21,8 Seluruh umur 1,6 15,4 0,1 2,7 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 15,6 Dari Tabel dan Gambar dapat dilihat bahwa rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi oelh penduduk di DKI Jakarta ialah 1,7 gram per orang per hari dengan rerata tertinggi pada kelompok umur tahun. Ayam goreng merupakan jenis makanan komposit yang terbanyak dikonsumsi dengan rerata sebesar 1,6 gram per orang per hari. Sedangkan jenis makanan komposit lainnya yaitu pizza, burger, dan kentang goreng sangat kecil sekali rerata berat yang dikonsumsi oleh penduduk. 52

69 2 1,6 1,5 1 0,5 0 0,1 0 0 Ayam goreng Pizza Burger Kentang Goreng Gambar Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Makanan Komposit Kelompok Umur Ayam goreng Pizza Burger Kentang Goreng 0-59 bln 0,0 0,0 0,0 0, thn 0,4 0,0 0,0 0, thn 3,8 0,0 0,0 0, thn 0,7 0,1 0,0 0,0 >55 thn 2,4 0,0 0,0 0,0 DKI Jakarta 1,2 0,1 0,0 0,0 Tabel menunjukkan bahwa proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi makanan komposit sangat rendah dan hanya jenis ayam goreng dan Pizza yang dikonsumsi oleh penduduk dengan proporsi masing-masing yaitu 1,2 dan 0,1 persen. 53

70 Konsumsi Kelompok Air Kelompok Umur Tabel Rerata konsumsi kelompok air menurut kelompok umurper hari (ml), Provinsi DKI Jakarta 2014 Air Minum Bukan Kemasan Air Minum Kemasan Bermerek Sumber Air Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair,,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain) Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59bln 725,8 684,4 251,1 464,1 41,6 113, ,6 638, thn 1.101,4 752,9 465,4 733,4 80,5 128, ,3 678, thn 1.255,1 965,5 730, ,5 78,9 172, ,1 965, thn 1.584, ,1 800, ,6 56,0 171, , ,0 >55 thn 1.621,7 996,9 408,2 900,9 15,4 97, ,3 935,2 Seluruh umur 1.427, ,9 658,3 989,7 55,9 156, , ,7 Total Konsumsi air pada survei ini ialah air minum dari berbagai sumber, termasuk kuah sayuran, air minum kemasan bermerk, minuman cair kemasan pabrik yang terdiri dari minuman kemasan cair, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan minuman lainnya. Rerata konsumsi air penduduk DKI Jakarta ialah sekitar 2 liter per orang per hari. Berdasarkan jenisnya, rerata komsumsi air dari yang tertinggi sampai yang terendah berturtut-turut ialah air minum bukan kemasan, air minum kemasan bermerek, dan minuman cair kemasan pabrikan. Data ini dapat dilihat pada Tabel dan Gambar Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi air minum bukan kemasan makin meningkat sejalan dengan bertambahnya umur penduduk. Sedangkan pada air minum kemasan bermerk, rerata tertinggi terdapat pada kelompok umur Untuk minuman cair kemasan pabrik terlihat bahwa rerata tertinggi terdapat pada klompok umur 5-12 tahun. 54

71 1.600, , , , ,0 800,0 658,3 600,0 400,0 200,0 55,9 0,0 Air Minum Air Minum Kemasan Bermerek Minuman cair kemasan pabrikan Gambar Rerata konsumsi kelompok air yang dikonsumsi per orang per hari (ml), Provinsi DKI Jakarta 2014 Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur Air Minum Bukan kemasan Air Minum Kemasan Bermerek Sumber Air Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair,,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain) 0-59bln 80,0 37,1 17, thn 94,3 42,3 36, thn 95,1 54,3 32, thn 94,7 53,5 17,5 >55 thn 94,2 22,7 7,2 Seluruh Umur 93,6 47,0 20,5 Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi air minum dari berbagai sumber. Untuk air minum kemasan bermerk dikonsumsi oleh hampir 50 persen penduduk, sedangkan penduduk yang mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan sebesar 20 persen. Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi air minum kemasan bermerek, terdapat pada kelompok umur tahun. Untuk minuman cair kemasan pabrikan memperlihatkan bahwa proporsi tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun dan terendah pada umur >55 tahun. 55

72 Konsumsi Makanan Suplemen dan Jamu Tabel Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu per orang per hari menurut kelompok umur per orang per hari, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 Suplemen Jamu Multi Non Multi Minuman Total Jamu Jamu Total Kelompok Vitamin Vitamin Suplemen Tradisional Pabrikan Umur (mg) (mg) (ml) (ml) (mg) Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 0,5 2,5 0,0 0,4 0,0 0,0 0,5 2,5 1,9 16,4 0,1 0,6 2,0 16, thn 0,1 0,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,7 0,0 0,3 0,0 0,4 0,0 0, thn 0,0 0,4 0,0 0,4 3,1 37,1 3,1 37,1 0,4 6,8 0,0 0,0 0,4 6, thn 0,0 0,4 0,0 1,0 1,8 29,6 1,9 29,6 2,2 20,3 0,1 1,6 2,3 20,4 >55 thn 0,1 0,7 0,0 0,2 0,3 6,8 0,4 6,8 1,9 32,2 0,2 4,6 2,1 32,6 Seluruh umur 0,1 0,8 0,0 0,8 1,4 25,4 1,5 25,4 1,6 19,6 0,1 2,1 1,7 19,7 Rerata tertinggi konsumsi suplemen ada pada kelompok umur tahun. Rerata Konsumsi multivitamin paling banyak dikonsumsi oleh penduduk kelompok umur 0-5 tahun yaitu sebesar 0,5 mg. Minuman suplemen mulai dikonsumsi oleh penduduk umur 13 tahun, dimana konsumsinya menurun seiring dengan bertambahnya umur. Sedangkan rerata tertinggi konsumsi jamu ada pada kelompok umur tahun. Rerata konsumsi jamu tradisional tertinggi ada pada kelompok umur tahun. Konsumsi jamu pabrikan relatif kecil pada kelompok umur yang mengonsumsinya yaitu antara 0,1-0,2 mg. Gambar memperlihatkan data mengenai rerata konsumsi suplemen dan jamu penduduk di DKI Jakarat. Suplemen yang dikonsumsi oleh semua kelompok umur ialah sebesar 1,5 gram. Jenis suplemen dengan rerata tertinggi ialah suplemen dalam bentuk minuman. Rerata konsumsi jamu sebesar 1,7 gram dan jenis jamu yang paling tinggi rerata berat yang dikonsumsi ialah jamu tradisional dibandingkan jamu pabrikan. 56

73 Multi Vitamin (mg) Non Multi Vitamin (mg) Minuman Suplemen (ml) Total Jamu Tradisional (ml) Jamu Pabrikan (mg) Total 2 1,4 1,5 1,6 1, ,1 0 0,1 Suplemen Jamu Gambar Rerata berat kelompok suplemen dan jamu yang dikonsumsi per orang per hari (ml), Provinsi DKI Jakarta 2014 Tabel Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Suplemen Jamu Kelompok Umur Multi Vitamin Non Multi Vitamin Minuman Suplemen Jamu Tradisional Jamu Pabrikan 0-59 bln 4,8 1,0 0,0 1,0 1, thn 0,9 0,0 0,0 0,0 0, thn 0,5 0,5 0,5 0,5 0, thn 0,8 0,9 0,5 1,7 0,8 >55 thn 1,4 1,0 0,0 1,0 0,5 Seluruh Umur 1,1 0,7 0,3 1,2 0,6 Berdasarkan kelompok umur menunjukan bahwa pada kelompok multivitamin, proporsi tertinggi pendudukyang mengonsumsinya terdapat pada kelompok umur 0-59 bulan dan terendah pada kelompok umur tahun. Pada kelompok non multivitamin proporsi penduduk yang mengonsumsi sebanyak 0,7 persen. Konsumsi non multivitamin yang lebih dari rerata ialah kelompok umur 0-59 bulan dan >55 tahun. Sedangkan pada minuman suplemen hampir semua kelompok umur berada dibawah 1 persen. Untuk kelompok jamu jenis jamu tradisional, proporsi tertinggi pada kelompok umur tahun dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun. Pada jenis jamu pabrikan hampir semua kelompok umur proporsi konsumsi jamu berada dibawah 1 persen kecuali kelompok umur 0-59 bulan yaitu 1 persen. 57

74 Rekapitulasi Konsumsi Makanan Tabel Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 Bahan Makanan Kelompok Umur Serealia dan Olahannya Umbi/pati dan Olahannya Kacang dan Olahannya Sayur dan Olahannya Buah dan Olahannya Daging dan Olahannya Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59bln 249,2 81,0 10,1 18,2 13,3 28,0 13,7 20,0 27,1 71,4 21,5 43,4 5-12thn 362,2 104,2 37,5 69,6 36,8 51,0 28,9 48,1 26,1 61,7 81,2 96, thn 438,1 160,2 35,9 60,0 50,3 66,7 37,3 43,7 23,1 56,5 77,9 96, thn 402,4 130,3 33,2 61,5 76,8 83,8 67,5 94,2 55,9 113,4 83,6 103,4 >55 thn 349,5 106,4 28,6 56,7 70,2 74,6 69,1 78,3 72,3 153,0 52,7 100,5 Seluruh umur 384,0 132,6 32,0 60,4 63,1 76,7 55,3 81,2 48,2 107,6 74,6 99,7 Tabel memperlihatkan data mengenai rerata konsumsi serealia dan olahannya, tertinggi pada kelompok umur Pada kelompok umbi/pati dan olahannya, rerata konsumsi tertinggi pada kelompok umur Untuk bahan makanan kelompok kacang dan olahannya serta sayur dan olahannya menunjukkan bahwa semakin bertambah umur maka semakin besar rerata berat bahan makanan yang dikonsumsinya. Kelompok bahan makanan buah dan olahannya menunjukkan bahwa pada kelompok umur dibawah 19 tahun, rerata berat buah yang dikonsumsi dibawah 30 gram per orang per hari. Sedangkan untuk usia 19 tahun ke atas memiliki rerata berat buah yang dikonsumsi di atas 50 gram per orang per hari. Pada bahan makanan daging dan olahannya memiliki rerata berat yang dikonsumsi tertinggi ada pada kelompok umur tahun. Dari Gambar dapat dilihat rerata berat bahan makanan yang dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta. Rerata berat serealia dan olahannyanya pada semua kelompok umur ialah 384 gram 58

75 ,1 55,3 48,2 74,6 0 Serealia dan Olahannya Umbi/pati dan Olahannya Kacang dan Olahannya Sayur dan Olahannya Buah dan Olahannya Daging dan Olahannya Gambar Rerata berat bahan makanan serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur Tabel Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Bahan Makanan (g) Jeroan dan Telur dan Susu Bubuk Minyak dan Gula dan Ikan dan Olahan Susu Cair Olahan Olahan dan Olahan Olahan Konfeksionari Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln ,0 29,6 43,1 120, thn ,5 24,9 26,7 68, thn ,4 29,4 13,2 51, thn ,1 7,0 8,5 52, >55 thn ,2 3,7 4,0 26, Seluruh Umur ,0 16,7 13,3 60,

BUKU STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2014

BUKU STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2014 BUKU STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2014 Tim Penulis : dr. Lusianawaty Tana, MS, Sp.OK Syachroni, S.Si Aris Yulianto, S.Si Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI JAWA TENGAH 2014

STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI JAWA TENGAH 2014 BUKU STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI JAWA TENGAH 2014 Tim Penulis : 1. Budi Santoso 2. Eva Sulistiowati 3. Tetra Fajarwati 4. Joko Pambudi LEMBAGA PENERBIT BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

Buku Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan Individu DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014

Buku Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan Individu DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014 Buku Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan Individu DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014 Tim Penulis : Sugianto, SKM, M.Sc.PH M. Faozan, SKM, MPH Asih Setyani, SP, MPH Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BUKU STUDI DIET TOTAL PROVINSI ACEH 2014

BUKU STUDI DIET TOTAL PROVINSI ACEH 2014 BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI ACEH 2014 Tim Penulis : Djoko Kartono, M.Sc., Ph.D Ir. Hermina, MKes Mukhlissul Faatih, MBiotech Lambai Aceh Asam sunti & temerui Sie reuboh

Lebih terperinci

Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu Provinsi Sulawesi Selatan 2014

Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Tim Penulis : Hadjar Siswantoro Armaji Kamaludi Syarif Primasari Nurhayati Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014

BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah Nur Sapardin Tjetjep Syarif Hidajat Bolu Kembojo Pancake Durian Asem Pedas

Lebih terperinci

BUKU STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU INDONESIA 2014

BUKU STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU INDONESIA 2014 BUKU STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU INDONESIA 2014 Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 2014 - i - Cetakan Pertama, Desember 2014 Hak Cipta dilindungi oleh Undang

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE BIODATA 1. Nama : Iwan Halwani, SKM, M.Si 2. Pendidikan : Akademi Gizi Jakarta, FKM-UI, Fakultas Pasca sarjana UI 3. Pekerjaan : ASN Pada Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI SUSTAINABLE

Lebih terperinci

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) P R A W I D Y A K A R Y A P A N G A N D A N G I Z I B I D A N G 1 : P E N I N G K A T A N G I Z I M A S Y A R A K A T R I S E T P E N

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014)

PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014) PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014) Dr. Siswanto, MHP, DTM Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 68 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang gizi, terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan jajanan (street food) menurut Food and Agriculture (FAO) didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia di Indonesia, terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, penurunan kematian bayi, penurunan fertilitas

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI di Indonesia 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang Indonesian Journal of Disability Studies ISSN : - Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang * Agustina Shinta Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), Universitas Brawijaya, Malang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanam di Malang mempunyai nama Apel Malang. Buah dan sayur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanam di Malang mempunyai nama Apel Malang. Buah dan sayur memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia buah dan dan sayur merupakan bahan pangan yang sangat mudah didapatkan, bahkan disetiap daerah memiliki buah atau sayur sebagai ciri khas untuk daerah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif terhadap gaya hidup dan pola konsumsi makanan pada masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR Latar Belakang Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 13 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak dengan status gizi lebih merupakan salah satu tantangan paling serius dalam bidang kesehatan masyarakat di abad 21. Hal ini merupakan masalah global yang prevalensinya

Lebih terperinci

Penjelasan umum Riset Kesehatan Dasar 2013

Penjelasan umum Riset Kesehatan Dasar 2013 Penjelasan umum Riset Kesehatan Dasar 2013 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Riskesdas 2013: Pengertian Riset berbasis masyarakat untuk menyediakan informasi indikator

Lebih terperinci

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern kali ini makanan kemasan tidak sulit untuk dijumpai. Namun terkadang label pada makanan kemasan yang akan dibeli sering luput dari perhatian konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode usia bulan (toddler and preschooler) merupakan periode

BAB I PENDAHULUAN. Periode usia bulan (toddler and preschooler) merupakan periode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode usia 12-36 bulan (toddler and preschooler) merupakan periode yang rentan akan kurang gizi. Brown (2005) mengelompokkan usia 2-3 tahun ke dalam masa toddler.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor: 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya manusia suatu

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI Pusat Penganekeragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat dinegara-negara berkembang, termasuk Indonesia sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014 POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014 Hetty Gustina Simamora Staff Pengajar STIKes Santa Elisabeth Medan ABSTRAK Pola

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

DATA RIWAYAT HIDUP. : Sri Ramadani Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Pura, 12 April 1990

DATA RIWAYAT HIDUP. : Sri Ramadani Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Pura, 12 April 1990 Lampiran 1 DATA RIWAYAT HIDUP Nama : Sri Ramadani Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Pura, 12 April 1990 Agama : Islam Alamat : Jl. dr. Sumarsono No.19 Medan Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 lulus Taman

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI Nomor 22 tahun 2009 merupakan strategi untuk

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi lebih dan masalah gizi kurang merupakan masalah yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Obesitas merupakan sinyal pertama dari munculnya kelompok penyakit-penyakit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi sampel meliputi pendidikan terakhir, pekerjaan, domisili, dan status ekonomi (kuintil), yang disajikan dalam Tabel 5. Pendidikan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan 1 I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lansia adalah usia kronologis lebih atau sama dengan 65 tahun di negara maju, tetapi untuk negara sedang berkembang disepakati bahwa kelompok manusia usia lanjut adalah

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Updating Tabel Komposisi Pangan Indonesia Melalui Metode Borrowing. Hari Gizi Nasional ke 57 Jakarta, 25 Januari 2017

Updating Tabel Komposisi Pangan Indonesia Melalui Metode Borrowing. Hari Gizi Nasional ke 57 Jakarta, 25 Januari 2017 Updating Tabel Komposisi Pangan Indonesia Melalui Metode Borrowing Hari Gizi Nasional ke 57 Jakarta, 25 Januari 2017 Apa itu TKPI?? Tabel Komposisi Pangan Indonesia, merupakan kumpulan data mengenai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH RINGKASAN Suprapti Supardi dan Aulia Qonita Penelitian

Lebih terperinci