EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) PADA BEBAGAI OPERASI OVER KAPASITAS DENGAN SIMULASI HYSYS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) PADA BEBAGAI OPERASI OVER KAPASITAS DENGAN SIMULASI HYSYS"

Transkripsi

1 EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) PADA BEBAGAI OPERASI OVER KAPASITAS DENGAN SIMULASI HYSYS Ummu Hani, Dinny Winda Astuti Abstrak Salah satu upaya memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak tanpa membuat plant baru adalah dengan mengoptimalkan plant yang sudah ada dengan menaikkan kapasitas produksinya. Crude Distillation Unit (CDU) sebuah kilang minyak berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi crude oil menjadi gas, SR Top, nafta, Light Kerosene Distillate (LKD), Light Cold Test (LCT) dan residu. Ada 4 kolom distilasi pada unit tersebut yang semuanya beroperasi pada tekanan atmosferik menggunakan tipe kolom valve tray. Unit ini pada kondisi normal berkapasitas feed sebesar 1700 ton/hari. Namun untuk menjalankannya di atas kapasitas tersebut perlu studi dan simulasi lebih lanjut sebelum bisa diaplikasikan secara nyata dan juga evaluasi terhadap kinerja peralatan dan unit-unit yang ada di dalamnya serta pada kualitas produk yang dihasilkan. Dari hasil simulasi yang telah dilakukan dan data hasil simulasi yang telah diperoleh, ditinjau dari persen flooding dari masing-masing kolom masih memungkinkan untuk menaikkan kapasitas feed hingga 120%. Dari kualitas produknya pun seperti True Boiling Point (TBP) dan cold properties tidak menunjukkan perbedaan kualitas yang ekstrim. Sehingga Crude Distillation Unit (CDU) tersebut masih dapat beroperasi dengan baik pada kapasitas 110% dan 120%. Kata kunci : Simulasi, CDU, kolom fraksinasi, TBP, cold properties, flooding. I. Pendahuluan Dewasa ini industri perminyakan memiliki peran yang besar sebagai industri hulu dalam dunia industri yang berkembang sangat pesat. Selain untuk bahan bakar, industri perminyakan merupakan penyedia bahan baku utama untuk industri plastik. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak yang memang sangat dibutuhkan dalam banyak proses industri, salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah optimalisasi kilang-kilang minyak yang sudah ada dengan menaikkan kapasitas produksi unit-unitnya. Dalam sebuah kilang minyak, merupakan kombinasi unit-unit proses kimia, seperti reaktor kimia, kolom distilasi, extractor, evaporator, heat exchanger dan lain sebagainya yang terintegrasi secara rasional dalam suatu proses untuk mengubah raw material dan energi yang masuk menjadi produk yakni bahan bakar. Di proses tersebut raw material (dalam hal ini crude oil) dipompa dari tangki penyimpanan melalui gas-fired preheater furnace, kedalam kolom distilasi untuk mengalami proses pemisahan menjadi produk berguna seperti nafta, kerosene, light gas oil, heavy gas oil, dan high boiling residu. Proses ini terjadi pada Crude Distillation Unit (CDU) di salah satu kilang minyak di Indonesia, pada kilang minyak tersebut terdapat 4 unit Crude Distillation. Unit-unit sebelumnya telah mengalami kenaikan kapasitas sehingga perlu studi lanjut tentang unit berikutnya apabila akan dinaikkan juga kapasitasnya. Unit yang akan disimulasikan ini memiliki 4 kolom fraksinasi yang akan memisahkan fraksi minyak bumi menjadi Gas, Straight Run Top, nafta, Light Kerosene Destilat (LKD), Light Cold Test (LCT), serta residu. Keempat kolom fraksinasi beroperasi pada tekanan atmosferik dengan menggunakan jenis tray tipe valve tray. Desain awal kapasitas CDU secara overall adalah 1700 ton/hari yang sudah disesuaikan dengan desain internal keempat kolom pada normal operasi. Namun pada unit ini akan dilakukan penaikan kapasitas mengikuti unitunit sebelumnya. Pada desain normal kolom ini dapat beroperasi dengan hasil optimum. Namun setelah penaikan kapasitas maka kolom ini akan beroperasi diatas kapasitas desainnya sehingga diperlukan simulasi proses untuk mengevaluasi berapa kapasitas maksimum dari CDU serta mengetahui performa Crude Distillation Unit apabila beroperasi pada over kapasitas. II. Tinjauan Pustaka II.1 Deskripsi Proses Kilang Minyak Proses pengolahan minyak pada kilang minyak secara umum adalah melalui Crude Distillation Unit (CDU) dimana di unit ini crude oil akan dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya pada beberapa kolom fraksinasi yang kemudian akan menghasilkan produk seperti gas, Straight Run Top, nafta, Light Kerosene Destilat (LKD), Light Cold Test (LCT), serta residu. Produk nafta dari CDU adalah komponen premium yang masih mempunyai bilangan oktan rendah sehingga nafta harus diolah lebih lanjut dalam platforming unit dengan katalis platina untuk menghasilkan komponen bensin beroktan tinggi. Sementara residu yang dihasilkan akan melewati unit

2 berikutnya dimana pada unit ini fraksi-fraksi residu akan diolah lebih lanjut. II.2. Deskripsi Proses Crude Distillaton Unit (CDU) CDU merupakan bagian unit proses dari sebuah kilang minyak di Indonesia dengan kapasitas 1700 ton/hari. Unit ini berfungsi untuk memisahkan fraksi fraksi dari crude oil. Proses pengolahannya dilakukan dengan cara memisahkan fraksi fraksinya atas dasar perbedaan titik didih pada tekanan atmosfer. Feed yaitu crude oil dipompa menuju pre heater furnace yang kemudian dipompa lagi menuju furnace dan kemudian masuk ke evaporator untuk memisahkan crude oil yang berupa uap dan liquid, produk bawah evaporator tersebut kemudian dipompa menuju furnace kedua untuk memanaskannya lagi dan menjadikannya berfase uap sebelum dimasukkan ke kolom C-4. Sementara produk atas dari evaporator langusng dialirkan ke kolom C-1 yang kemudian mengalami proses distilasi pada kolom C-1 menghasilkan produk atas yang langsung masuk sebagai feed di kolom C-3, produk bawahnya dialirkan ke kolom C-4 sebagai feed dan juga aliran refluksuntuk kolom C-4. Produk samping C-1 ada yang langsung dialirkan menuju kolom C-2 dan ada yang dikembalikan ke kolom C-1 sebagai aliran refluks. Produk atas kolom C-2 digabungkan dengan produk samping kolom C-1 yang dialirkan kembali ke kolom C-1 sebagai aliran refluks, sementara produk bawahnya yaitu Light Kerosene Distillate (LKD) langsung dialirkan ke tangki penampung untuk diolah di unit berikutnya. Pada kolom C-4 terjadi proses distilasi yang menghasilkan produk atas berupa gas yang ditampung di tangki tertentu untuk diproses lebih lanjut, produk samping yaitu Light Cold Test (LCT) sebagian langsung ditampung dan sebagian dikembalikan ke kolom sebagai aliran refluks, sementara produk bawahnya adalah residu yang langsung ditampung di tangki untuk diolah lebih lanjut pada High Vacuum Unit (HVU) untuk memisahkan fraksi-fraksinya. Hal ini dilakukan karena residu terdiri dari komponen komponen yang mempunyai titik didih tinggi, sehingga bila dilakukan pada tekanan atmosferik diperlukan temperatur operasi yang tinggi, padahal pada temperatur tinggi sebagian residu akan mengalami perekahan. Produk atas dari kolom C-1 yang dialirkan ke kolom C-3 didistilasi lebih lanjut menghasilkan produk atas dari kolom C-3 yang dipisahkan lebih lanjut di dalam separator untuk menghasilkan off gas, crude butane dan straight run top. Sementara produk bawahnya dialirkan ke kolom C-1 sebagai feed dan produk sampingnya adalah nafta yang sebagian dikembalikan dalam kolom sebagai aliran refluks dan sebagian lagi langsung ditampung pada tangki untuk diolah di unit berikutnya. II.3. Distilasi Dalam skala industri, produk dari minyak bumi dikelompokkan berdasarkan rentang titik didihnya atau trayek didihnya. Pengelompokan produk berdasarkan titik didih ini lebih sering dilakukan dibanding pengelompokan berdasarkan komposisinya. Pengukuran rentang pendidihan merupakan karakteristi penting dalam industri kilang minyak bumi karena menunjukkan kualitas dan kuantitas berbagai fraksi produk yang terkandung dalam minyak bumi. Pada umumnya crude oil tersusun dari elemen atau senyawa sebagai berikut: 84% karbon 14% hidrogen 1 hingga 3% sulfur (hydrogen sulfide, sulfides, disulfides, elemental sulfur) kurang dari 1% nitrogen (komponen dasar dengan gugus amina) kurang dari 1% oksigen (ditemukan pada senyawa-senyawa organik seperti carbon dioxide, phenols, ketones, carboxylic acids) kurang dari 1% metal (nickel, iron, vanadium, copper, arsenic) kurang dari 1% garam-garaman (sodium chloride, magnesium chloride, calcium chloride). (G. Deschamps, 2009) Beberapa metode distilasi yang lazim digunakan pada skala laboratorium adalah: a. Distilasi ASTM/Distilasi Engler (ASTM D-86) Merupaka distilasi diferensial sederhana, dimana sampel minyak bumi dididihkan sampai habis menguap. Uap yang terjadi diembunkan dalam kondensor dan tetes cairan hasil pengembunan (distilat) ditampung dalam gelas ukur. Temperatur uap yang bergerak ke kondensor dan volume cairan diukur bersamaan. Hasil distilasi dapat digunakan untuk menganalisa minyak mentah. Analisa cepat. Banyak digunakan untuk mengontrol operasi. Diaplikasikan untuk minyak mentah dan produk-produknya. Tekanan yang digunakan adalah tekanan atmosferik. Pemanasan diatur sedemikian rupa 5 10 menit untuk memperoleh tetesan pertama,

3 hasil dikumpulkan dengan kecepatan 4 5 cc per menit. Temperatur uap tetesan pertama disebut dengan IBP (Initial Boiling Point). Temperatur uap maksimum pada tetesan terakhir disebut End Point. b. Distilasi Hempel (ASTM D-285) Prosedur pengujian sama dengan distilasi Engler, namun dengan kuantitas sampel lebih banyak. Selain itu peralatan distilasi Hempel dilengkapi dengan coloumn packing yang dipasang antara labu didih dengan saluran uap ke kondensor. Diatilasi ini dilakukan berdasarkan metode ASTM D-285 yang meliputi pemotongan fraksi-fraksi pada tekanan atmosferik, dilanjutkan pada tekanan hampa 40 mmhg, dan analisis terhadap fraksi. c. Distilasi TBP/True Boiling Point (ASTM D-2892) Distilasi TBP dilakukan dengan menggunakan peralatan yang menghasilkan derajat fraksionasi minimal. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan: 1. Kolom yang menghasilkan kontak sangat baik antara uap dan cairan refluks. 2. Sarana pembangkit cairan refluks yang memungkinkan pengaturan laju alir refluks. Derajat kemurnian relatif tinggi, setiap komponen terpisahkan dengan baik (dari komponen ringan sampai dengan komponen berat). Kondisi operasi, tekanan atmosferik, dan temperatur sampai dengan 316 o C, kemudian dilanjutkan dengan tekanan vakum dengan tujuan mencegah perengkahan fraksi minyak yang lebih berat. Volume minyak mentah sehingga volume distilat setiap fraksi banyak dan cukup untuk analisa kualitatif. (Van Winkle, 1967) II.4. Parameter Kualitas Bahan Bakar Untuk mengetahui kualitas suatu bahan bakar diperlukan beberapa parameter standar. Setiap industri kilang minyak biasanya mempunyai rentang nilai tertentu untuk setiap parameter sesuai dengan target produk yang diinginkan. Beberapa parameter bahan bakar yang umum digunakan antara lain: 1. Specific Gravity (s.g) Suatu angka yang menyatakan perbandingan berat bahan bakar minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan temperatur yang sama. Parameter ini digunakan untuk mengetahui seberapa ringan atau berat produk yang dihasilkan. 2. Flash Point (titik nyala)angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan bakar minyak dimana akan timbul pernyalaan api sesaat apabila pada permukaan minyak tersebut didekatkan pada nyala api. 3. Pour Point (titik tuang) Suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan bakar minyak sehingga minyak tersebut masih dapat mengalir karena gaya gravitasi. 4. Cetane Number Parameter ini menyatakan kualitas pembakaran dari bahan bakar mesin diesel yang diperlukan untuk mencegah terjadinya diesel knock atau suara pukulan di dalam ruang pembakaran mesin. Angka ini merupakan perbandingan antara volume n-cetane dengan campuran n- cetane + metil naftalena yang nilainya berkisar antara Octane Number Angka ini menyatakan perbandingan antara senyawa iso-oktan dengan campuran isooktan + n-oktan. II.5. Pemilihan Aplikasi Termodinamika Untuk Permodelan Proses Dalam penelitian, begitu juga dengan simulasi untuk mendekati kondisi simulasi dengan kondisi lapangan sangat diperlukan pemilihan model termodinamika yang paling akurat. Sebagai acuan pemilihan model termodinamika ditampilkan pada tabel 2.2 Dalam tabel 2.1 pemilihan model termodinamika dipengaruhi oleh sistem kimia. Untuk mendapatkan model yang paling akurat pemilihan juga dipengaruhi oleh kondisi operasi (tekanan dan temperatur) terutama untuk proses dalam fase gas.

4 III. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagi berikut: Start Pengambilan data operasi Pemilihan model thermodinamika Permodelan unit-unit proses Pengujian/validasi hasil simulasi Validasi hasil Evaluasi Selesai YA Gambar 3.1 Diagram alir penelitian TIDAK III.2 Simulasi Crude Distillation Unit pada kapasitas 100% design Dalam penelitian ini digunakan software HYSYS v 3.2 dalam pengerjaannya, dengan tahapan sebagai berikut : 1. Pengambilan Data Operasi Pengambilan data operasi dimaksudkan untuk memasukkan semua data yang diperlukan untuk melakukan simulasi. Data tersebut diambil dari Crude Distillation Unit salah satu kilang minyak di Indonesia yang meliputi: - Tekanan operasi kolom distilasi - Jumlah tray kolom distilasi unit CDU - Laju alir feed dan produk - Temperatur feed dan produk - Data assay crude oil - Data fraksi dan laju alir recycle feed 2. Pemilihan Model Termodinamika (Fluid Package) Agar program simulasi dapat berjalan dan mendekati kondisi lapangan harus dilakukan pemilihan model termodinamika secara baik. Pemilihan model termodinamika mengikuti acuan pada artikel Applied Thermodynamics for Process Modelling yang ditulis oleh Chen dan Mathias, Model Thermodinamika yang akan dipilih adalah metode Peng-Robinson, karena umum digunakan untuk oil processing dan juga sesuai dengan komponen-komponen yang terlibat dan kondisi operasi. 3. Tahap Permodelan dan Penyerdehanaan Unit-Unit Proses Permodelan dan penyerdehanaan proses meliputi: - Penyesuaian model dengan paket Oil Manager di HYSYS - Penyesuaian kebutuhan peralatan dengan peralatan yang dimiliki HYSYS 4. Pengujian (validasi) program simulasi Pengujian model berfungsi untuk memastikan apakah model yang disusun dengan pendekatan dan asumsi-asumsi yang digunakan dapat mewakili keadaan yang sebenarnya. Pengujian model menggunakan data plant test yang didapat dari pabrik dengan mensimulasikan Crude Distillation Unit pada program HYSYS dengan kapasitas 100% design. Apabila pada saat validasi, data tidak sesuai dengan data yang diharapkan, maka kembali dilakukan permodelan untiunit proses. Yaitu dengan cara mengecek kembali kondisi operasi pada setiap unit yang ada pada simulasi. III.2 Evaluasi pada variable over kapasitas yang telah ditentukan Dilakukan dengan mensimulasikan Crude Distillation Unit pada variabel kapasitas yang telah ditentukan yaitu 110% design dan 120% design dengan menggunakan model simulasi yang telah dibuat (pada point 4) kemudian mengevaluasi sesuai parameter kinerja yang telah ditentukan yaitu: 1. Kondisi operasi (meliputi P, T aliran produk dan peralatan) 2. Kualitas produk meliputi: True Boiling Point Specific Gravity Cetane Number Octane Number Flash Point Pour Point

5 IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Hasil Validasi dan Simulasi Validasi model bertujuan untuk memastikan apakah model yang dibuat sudah dapat mewakili keadaan yang sebenarnya. Dari data-data yang diperoleh dari plant test, serta disesuaikan dengan PDF yang telah ada dari plant maka dilakukan simulasi pada software HYSYS untuk kapasitas CDU 100% actual dengan menginputkan data-data kondisi operasi yang diperlukan untuk proses konvergensi keseluruhan unit dan kolomkolom yang meliputi: Data Assay feed, P, T dan rate masuk kolom. Data fraksi recycle feed, P, T dan rate recycle feed. Tekanan pada masing-masing kolom. Kondisi operasi peralatan-peralatan penunjang. Selain data-data diatas juga diperlukan inputan data lain sebagai specified variable, dimana merupakan variabel yang diperlukan oleh HYSYS sebagai syarat dari proses konvergensi agar degree of freedom dari model tersebut sama dengan nol. Data yang diinputkan sebagai specified variable adalah rate draw beberapa produk samping masing-masing kolom. Proses perhitungan dalam program HYSYS menggunakan metode jacobie, dimana selain membutuhkan inputan specified variable yang akan menjadi batas atau target dari proses running juga diperlukan inputan dari estimated variable. Variabel ini tidak menentukan batas proses running namun dengan menentukan variabel tersebut akan mempercepat proses konvergensi. Sehingga semakin banyak dan benar data yang diinputkan maka titik konvergensi juga akan semakin cepat tercapai. Setelah model konvergen maka dilakukan validasi hasil simulasi. Validasi dilakukan dengan membandingkan data hasil simulasi dengan data hasil plant test. Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa ada beberapa variabel hasil simulasi yang nilainya memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh dibandingkan dengan plant test nya sehingga harga-harga tersebut masih cukup valid karena jika dihitung persen erornya tidak terlalu besar dan masih bisa ditoleransi. Namun untuk produk LCT dan residu tedapat perbedaan yang cukup tinggi namun masih dalam batas toleransi, hal ini disebabkan faktor pembulatan pada perhitungan nyata dan juga banyaknya asumsi yang dipakai saat membuat simulasi. Selain itu pada kapasitas 120% design, terdapat perbedaan yang besar pada jumlah residunya. Hal ini disebabkan kondisi operasi kolom 4 pada kapasitas 120% design berbeda dengan kapasitas 100% design dan 110% design. Perbedaan tersebut terdapat pada tekanan kolom bagian atas kolom 4 pada simulasi kapasitas 120% design. Hal ini sangat mempengaruhi jumlah produk yang didapat. IV.2 Evaluasi Pada Berbagai Over Kapasitas Dengan menggunakan model yang sudah tervalidasi, maka dapat dilakukan simulasi CDU pada berbagai over kapasitas sesuai variabel yang sudah ditentukan yaitu 110% design dan 120% design yang kemudian akan dilakukan evaluasi berdasarkan parameter kinerja dan kualitas produknya. IV.2.1 Evaluasi Kolom Fraksinasi Untuk mengetahui apakah kolom tersebut masih bisa beroperasi pada kapasitas yang dinaikkan, maka perlu dilakukan evaluasi peralatan terutama pada bagian kolom, dimana salah satunya adalah evaluasi persen flooding. Flooding merupakan salah satu gangguan internal kolom yang dapat mempengaruhi efisiensi tray dan akhirnya mengurangi kualitas pemisahan. Flooding terjadi karena tekanan uap yang terlalu tinggi sehingga liquid tidak bisa jatuh ke tray di bawahnya dan menyebabkan banjir pada tray tersebut. Nilai persen flooding biasanya sekitar 75% namun pada kondisi nyata di industri umumnya bisa mencapai 80-90%. Dari hasil yang didapatkan dapat dilihat bahwa nilai persen flooding masing-masing kolom seiring dengan naiknya kapasitas CDU hingga 120% juga semakin meningkat, namun peningkatan yang terjadi masih bisa disebut sebagai batas aman karena belum melampaui 10% (yang berarti 82,5%) dari batas amannya yaitu 75%. (van winkle,1967) IV.2.2 Evaluasi Kualitas Produk Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas produk yang didapatkan jika kapasitas CDU dinaikkan yang mengakibatkan kapasitas semua kolom pun ikut naik. Hal ini dapat dilihat dari nilai cold properties dari masingmasing produk yang meliputi flash point, pour point, viskositas dan cetane/octane number. Specific gravity (s.g) adalah suatu angka yang menyatakan perbandingan berat bahan bakar minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan temperatur yang sama. Penggunaan specific gravity adalah untuk mengukur berat minyak bila volumenya telah diketahui. Bahan bakar minyak pada umumnya memiliki specific gravity antara 0,74 0,96 seperti telah diketahui bahwa minyak lebih ringan dari air. Dari nilai tersebut dapat diketahui seberapa ringan/berat produk yang dihasilkan, dimana tiap produk mempunyai batas atau range tertentu yang menunjukkan tingkat kemurniannya. Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai specific gravity dari produk SR Top, nafta, dan LKD makin naik

6 seiring naiknya kapasitas, sementara produk LCT dan residu makin turun seiring kenaikan kapasitas. Dengan jumlah tray kolom yang tetap maka nilai tersebut seharusnya semakin naik karena derajat pemisahannya makin kecil. Namun hasil simulasi ada yang menunjukkan nilai yang berkebalikan yakni untuk produk SR Top, nafta, dan LKD, hal ini disebabkan efisiensi tray pada HYSYS pada berbagai kapasitas dianggap 100%. Pada kondisi nyata jika tidak ada penambahan tray maka efisiensi tray akan turun jika kapasitas feed dinaikkan. Nilai s.g berbanding lurus dengan nilai flash point. Flash point (titik nyala) merupakan suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan bakar minyak dimana akan timbul penyalaan api sesaat, apabila pada permukaan minyak tersebut didekatkan pada nyala api. Titik nyala ini diperlukan sehubungan dengan adanya pertimbangan-pertimbangan mengenai keamanan dari penimbunan minyak dan pengangkutan bahan bakar minyak terhadap bahaya kebakaran. Titik nyala ini bisa digunakan sebagai salah satu indikasi jika fuel tercampur dengan fraksi-fraksi ringan dari suatu hidrokarbon, dimana bila fuel tercampur dengan fraksi ringan maka kecenderungan angka flash point akan semakin turun. Sehingga jika nilai s.g. produk oil tersebut turun yang berarti produk tersebut semakin ringan maka nilai flash point nya pun akan semakin turun. Namun dari hasil simulasi, nilai flash point sampai pada 120% kapasitas masih dapat ditoleransi. Kualitas produk juga dapat dilihat dari pour point, viskositas serta cetane/octane number. Pour point atau titik tuang merupakan suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan bakar minyak sehingga minyak tersebut masih dapat mengalir karena gravitasi. Nilai titik tuang dan viskositas ini dibutuhkan sehubungan dengan persyaratan praktis dari prosedur penimbunan, distribusi dan pemakaian dari bahan bakar minyak. Hal ini disebabkan bahan bakar minyak sering sulit untuk dipompa apabila suhu telah dibawah titik tuangnya. ( Dari semua tabel diatas terlihat bahwa nilai pour point juga berbanding lurus dengan s.g produk. Turun atau naiknya s.g. mempengaruhi viskositas, sehingga viskositas dari produk berbanding lurus dengan s.g. S.g makin turun maka nilai viskositas makin turun karena produk yang semakin ringan, dan sebaliknya. Semakin rendah nilai titik tuang maka viskositas pun juga menurun dan produk makin mudah mengalir. Sedangkan cetane number merupakan ukuran kualitas bakar yang biasa dipakai untuk minyak diesel dan octane number biasa dipakai untuk minyak gasoline (bensin, dan sejenisnya). Cetane number nilainya berkisar antara Dari keseluruhan tabel di atas, nilai cetane dan octane number hingga kapasitas 120% tidak terlalu jauh dengan nilai dari plant test, yang berarti kualitas bahan bakar tersebut masih dalam batas range atau masih dapat ditoleransi walaupun kecenderungannya semakin menurun karena dengan naikknya kapasitas maka pemisahan yang terjadi juga semakin tidak sempurna dan mempengaruhi kualitas produk bahan bakar. IV.2.3 Evaluasi Kinerja Alat-Alat Pendukung Setelah dilakukan evaluasi terhadap kolom fraksinasi dan kualitas produk, maka diperlukan evaluasi kinerja dari alat-alat pendukung yang meliputi cooler dan heater. Dalam simulasi, data yang diinputkan pada E-105 adalah temperatur masuk dan keluar, serta perbedaan tekanan. E-105 merupakan pemanas feed sebelum masuk ke furnace. Semakin besar kapasitasnya semakin besar dutynya. Sedangkan E-101 sebagai cooler top product kolom 4 dan E-102 sebagai cooler top product kolom 2, duty masing-masing heat exchanger menurun seiring dengan menurunnya mass flow yang masuk ke heat exchanger. Untuk E-103, inputnya adalah top product dari kolom 5. Data yang diinputkan adalah fraksi uap, dan jika dilihat dutynya meningkat seiring betambahnya kapasitas. E-104 merupakan cooler produk samping, data yang diinputkan adalah temperatur keluaran yang diinginkan, dan jika dilihat dutynya meningkat seiring bertambahnya kapasitas. E-106 merupakan cooler produk SR Top, data yang diinputkan adalah temperatur keluaran yang diinginkan, dutynya meningkat dengan bertambahnya kapasitas. Sedangkan E-107 adalah cooler produk naphta, E- 108 sebagai cooler produk LKD dan E-109 sebagai cooler produk LCT, duty yang paling tinggi pada E-108 dan E-109 adalah pada saat 110% design. Hal ini disebabkan mass flow yang paling tinggi adalah pada 110% design. Hal ini berhubungan dengan kinerja kolom fraksinasi 4 yang kondisi operasinya sedikit berbeda pada setiap kapasitas, namun masih dalam toleransi. Jika dilihat secara keseluruhan, performance masing-masing heat exchanger masih mampu jika dijalankan pada kapasitas 110% design dan 120% design. DAFTAR PUSTAKA Chen, Chau-Chyun and Paul M. Mathias Applied Thermodynamics for Process Modeling. AIChe Journal vol 48, no.2. Cambridge : Aspen Technology, Inc Descamps, Gerard Indonesia Fuels and Refining. Total Professeur Associes. Total E&P Indonesie Van Winkle, Matyhew Distillation. McGraw Hill Book Company. London.

EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) PADA BEBAGAI OPERASI OVER KAPASITAS DENGAN SIMULASI HYSYS

EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) PADA BEBAGAI OPERASI OVER KAPASITAS DENGAN SIMULASI HYSYS EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) PADA BEBAGAI OPERASI OVER KAPASITAS DENGAN SIMULASI HYSYS EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) PADA BEBAGAI OPERASI

Lebih terperinci

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) I. Pendahuluan Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit (CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih komponen

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN MAKALAH KIMIA PEMISAHAN Destilasi Bertingkat DISUSUN OLEH : Nama :1. Shinta Lestari ( A1F014011) 2. Liis Panggabean ( A1F014018) 3. Dapot Parulian M ( A1F014021) 4. Wemiy Putri Yuli ( A1F014022) 5. Epo

Lebih terperinci

BASIC OF SHORT CUT & RIGOROUS COLUMN DISTILLATION SIMULATION IN HYSYS. CREATED BY DENNY FIRMANSYAH

BASIC OF SHORT CUT & RIGOROUS COLUMN DISTILLATION SIMULATION IN HYSYS. CREATED BY DENNY FIRMANSYAH BASIC OF SHORT CUT & RIGOROUS COLUMN DISTILLATION SIMULATION IN HYSYS CREATED BY DENNY FIRMANSYAH Email : dennyfirmansyah49@gmail.com EXAMPLE CASE Sebuah larutan yang merupakan campuran dari komponen methanol

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA HIDROKARBON NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS MKA Terkait: PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR (1 SKS)

KIMIA FISIKA HIDROKARBON NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS MKA Terkait: PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR (1 SKS) KIMIA FISIKA HIDROKARBON NOMOR KODE/SKS : 11302002 / 2 SKS MKA Terkait: PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR (1 SKS) Dosen: Dr. Ir. Yos. Sumantri, MT. Dr. Suranto, ST., MT. Dr. Boni Swadesi, ST., MT Kristiati

Lebih terperinci

PROSES PEMISAHAN FISIK

PROSES PEMISAHAN FISIK PROSES PEMISAHAN FISIK Teknik pemisahan fisik akan memisahkan suatu campuran seperti minyak bumi tanpa merubah karakteristik kimia komponennya. Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan sifat fisik tertentu

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS Nasrun, Eddy Kurniawan, Inggit Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus

Lebih terperinci

1. Densitas, Berat Jenis. Gravitas API

1. Densitas, Berat Jenis. Gravitas API UJI MINYAK BUMI DAN PRODUKNYA 2 1. Densitas, Berat Jenis dan Gravitas API Densitas minyak adalah massa minyak persatuan volume pada suhu tertentu. Berat spesifik atau rapat relatif (relative density) minyak

Lebih terperinci

Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis

Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis EBT 03 Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis Nasrun, Eddy Kurniawan, Inggit Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus

Lebih terperinci

Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil

Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil F127 Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil Bilal Chabibulloh, Wisnu Kusuma Atmaja, Juwari dan Renanto Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR

RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR Fraksi-fraksi cair dari petroleum adalah nafta ringan, nafta berat, minyak-tanah, dan solar. Produk bawah dari unit distilasi adalah residu. Campuran-campuran ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Distilasi Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan campuran bahan kimia berdasarkan perbedaan kemudahan menguap (volatilitas) bahan dengan titik didih

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair Distilasi dan Titik Didih Nama : Agustine Christela Melviana NIM : 11210031 Tanggal Percobaan : 19 September 2013 Tanggal Pengumpulan Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Laboratorium Kimia Pangan Departemen Ilmu Teknologi

Lebih terperinci

MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN

MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN oleh Lilis Harmiyanto *) ABSTRAK Di dalam proses distilasi untuk memisahkan gas-gas dengan cairannya perlu pengaturan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dimulai pada bulan Mei hingga Desember 2010. Penelitian dilakukan di laboratorium di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (Surfactant

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROSES DISTILASI ATMOSFERIK DAN PENGHILANGAN GAS OIL DALAM PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS

PERANCANGAN PROSES DISTILASI ATMOSFERIK DAN PENGHILANGAN GAS OIL DALAM PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS SKRIPSI TK141581 PERANCANGAN PROSES DISTILASI ATMOSFERIK DAN PENGHILANGAN GAS OIL DALAM PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS Oleh: Rizki Kurnia Mahardika NRP 2313 100 054 Achmad Zulfikar Fawzi NRP 2313 100

Lebih terperinci

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V

SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V Johana Tanaka* dan Dr. Budi Husodo Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB IV UJI MINYAK BUMI DAN PRODUKNYA

BAB IV UJI MINYAK BUMI DAN PRODUKNYA BAB IV UJI MINYAK BUMI DAN PRODUKNYA 1. Densitas, berat jenis, dan Grafitas API Densitas minyak adalah massa minyak per satuan volume pada suhu tertentu. Berat jenis adalah perbandingan antara rapat minyak

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI

EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI Adharatiwi Dida Siswadi dan Gita Permatasari Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP Reza Fauzan *Email: reza.fauzan@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang peningkatan jumlah produksi minyak yang diperoleh dari sumur produksi

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM Bangkit Gotama 1* dan Mahfud 1 1 Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia * Korespondensi : Telp +62 81333253494;

Lebih terperinci

ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE)

ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE) ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE) Analysis of Pyrolysis Liquid Product from Inner Tube and Plastic Type LDPE (Low Density

Lebih terperinci

BAB II CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU)

BAB II CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) BAB II RUDE DISTILLATION UNIT (DU) I. Pendahuluan rude Distillation Unit (DU) beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih komponen penyusunnya. Kolom DU memproduksi produk LPG, naphtha,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pelajaran : SMA Kelas/Semester : X/2 Mata Pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu : Kimia : Hidrokarbon : Minyak Bumi : 2 x 45 menit Standar Kompetensi

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL ANALISIS BENSIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ASTM D 86 DAN ASTM D 7345

EVALUASI HASIL ANALISIS BENSIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ASTM D 86 DAN ASTM D 7345 EVALUASI HASIL ANALISIS BENSIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ASTM D 86 DAN ASTM D 7345 Oleh : Arluky Novandy *) ABSTRAK ASTM D 86 dan ASTM D 7345 adalah metode uji untuk penentuan trayek titik didih pada produk-produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada mesin Otto dengan penggunaan bahan bakar yang ditambahkan aditif dengan variasi komposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisik

Laporan Praktikum Kimia Fisik Laporan Praktikum Kimia Fisik DestilasiCampuranBiner Oleh :Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004) Annisa Novita Nurisma (131424005) Rahma Ausina (131424022) Kelas : 1A- Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Phthalic Acid Anhydride (1,2-benzenedicarboxylic anhydride) Phthalic acid anhydride pertama kali ditemukan oleh Laurent pada tahun 1836 dengan reaksi oksidasi katalitis ortho

Lebih terperinci

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Studi eksperimental pembuatan biodiesel dengan Reactive Distillation melalui rute transesterifikasi trigliserida

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK COAL OIL MIXTURE SEBAGAI BAHAN BAKAR DIESEL ALTERNATIF

STUDI KARAKTERISTIK COAL OIL MIXTURE SEBAGAI BAHAN BAKAR DIESEL ALTERNATIF STUDI KARAKTERISTIK COAL OIL MIXTURE SEBAGAI BAHAN BAKAR DIESEL ALTERNATIF Wira Setiawan 1), I Made Ariana 2) dan Semin 2) 1) Program Pascasarjana Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Blok alat yang dirancang ditunjukan oleh Gambar 3.1. Jahe Retort ( Ketel Uap ) Kondensor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan hasil aktivitas manusia yang tidak dapat dimanfaatkan. Namun pandangan tersebut sudah berubah seiring berkembangnya jaman. Saat ini sampah dipandang

Lebih terperinci

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB)

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) Disusun oleh: Dinna Rizqi Awalia Dr. Danu Ariono Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS)

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS) TUGAS AKHIR PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS) (The Influence Of Reflux Ratio Increasment To Heat Requiry at Distilation

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan Minyak Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya.

Lebih terperinci

BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC)

BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC) BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC) Ringkasan Terjemahan dari Materi Presentasi Quak Foo, Lee Chemical and Biological Engineering, the University of British Columbia I. Apakah FCC itu?

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN UAP-CAIR SISTEM ETHANOL + 2-PROPANOL + ISOOCTANE PADA TEKANAN ATMOSFERIK

KESETIMBANGAN UAP-CAIR SISTEM ETHANOL + 2-PROPANOL + ISOOCTANE PADA TEKANAN ATMOSFERIK KESETIMBANGAN UAP-CAIR SISTEM ETHANOL + 2-PROPANOL + ISOOCTANE PADA TEKANAN ATMOSFERIK Ridho Azwar 2306 100 007, Rachmi Rida Utami 2306 100 020 Dr. Ir. Kuswandi, DEA Laboratorium Thermodinamika Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengujian dan analisa limbah plastik HDPE ( High Density Polyethylene ). Gambar 4.1 Reaktor Pengolahan Limbah Plastik 42 Alat ini melebur plastik dengan suhu 50 300

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERALATAN KOLOM FRAKSINASI C-1 DI KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU KERTAS KERJA WAJIB

PENGAMATAN PERALATAN KOLOM FRAKSINASI C-1 DI KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU KERTAS KERJA WAJIB PENGAMATAN PERALATAN KOLOM FRAKSINASI C-1 DI KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU KERTAS KERJA WAJIB Oleh : Nama Mahasiswa : NOVITA ONA KEMON NIM : 311268/A Jurusan : PROSES DAN APLIKASI Program Studi : REFINERY

Lebih terperinci

PABRIK VINYL ACETATE DARI ACETYLENE DAN ACETIC ACID DENGAN PROSES VAPOR PHASE PRA RENCANA PABRIK. Oleh : MOHAMAD HAMDAN SULTONIK

PABRIK VINYL ACETATE DARI ACETYLENE DAN ACETIC ACID DENGAN PROSES VAPOR PHASE PRA RENCANA PABRIK. Oleh : MOHAMAD HAMDAN SULTONIK PABRIK VINYL ACETATE DARI ACETYLENE DAN ACETIC ACID DENGAN PROSES VAPOR PHASE PRA RENCANA PABRIK Oleh : MOHAMAD HAMDAN SULTONIK 0631010077 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PROSES UJI BAHAN

BAB IV ANALISA PROSES UJI BAHAN BAB IV ANALISA PROSES UJI BAHAN 4.1 Data Pengujian Pirolisis Pada bab ini akan di jelaskan tentang data pengujian yang di ambil pada saat proses pirolisis dimulai dan pada saat proses destilasi selesai.

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN METODE

BAB III PERALATAN DAN METODE BAB III PERALATAN DAN METODE 3.1. Metodologi Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengambil minyak dari buah Ki Honje dengan cara distilasi kukus dan/atau ekstraksi padat-cair menggunakan alat Soxhlet.

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku tert-butyl alkohol (TBA) Wujud Warna Kemurnian Impuritas : cair : jernih : 99,5% mol : H 2 O

Lebih terperinci

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap Kiftiyah Yuni Fatmawardi*, Teguh Andy A.M, Vera Nurchabibah, Nadhira Izzatur Silmi, Yuliatin, Pretty Septiana, Ilham Al Bustomi Kelompok 5, Kelas AB, Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

BAB X VISBREAKING PROCESS

BAB X VISBREAKING PROCESS BAB X VISBREAKING PROCESS I. Pendahuluan Proses perengkahan panas (thermal cracking process) adalah suatu proses pemecahan rantai hydrocarbon dari senyawa rantai panjang menjadi hydrocarbon dengan rantai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL Pada awal penelitian ini, telah diuji coba beberapa jenis bahan pengental yang biasa digunakan dalam makanan untuk diaplikasikan ke dalam pembuatan

Lebih terperinci

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) Disusun oleh : Dyah Ayu Resti N. Ali Zibbeni 2305 100 023

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan bahan bakar bagi penduduk di seluruh dunia semakin meningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil semakin menipis. Oleh karena itu banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat di Indonesia menyebabkan pula tingginya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM). Sebagian besar kendaraan bermotor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Lokasi Area Kilang Minyak

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Lokasi Area Kilang Minyak BAB II DASAR TEORI 2.1 Kilang Minyak Balikpapan Kilang minyak ini terletak di tepi teluk Balikpapan, meliputi daerah seluas 2,5 km 2. Kilang ini merupakan kilang tua yang dibangun tahun 1922. Saat pecah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Sistem refrigerasi kompresi uap paling umum digunakan di antara

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 2011, bertempat di Laboratorium Surya, Bagian Teknik Energi Terbarukan, Departemen

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin, SNTTM-VI, 2007 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

Lebih terperinci

EVALUASI ENERGY SAVING DAN CAPITAL COST KOLOM DISTILASI PETLYUK DAN DIVIDED WALL DISTILLATION COLUMN DWDC UNTUK PEMISAHAN TIGA KOMPONEN

EVALUASI ENERGY SAVING DAN CAPITAL COST KOLOM DISTILASI PETLYUK DAN DIVIDED WALL DISTILLATION COLUMN DWDC UNTUK PEMISAHAN TIGA KOMPONEN EVALUASI ENERGY SAVING DAN CAPITAL COST KOLOM DISTILASI PETLYUK DAN DIVIDED WALL DISTILLATION COLUMN DWDC UNTUK PEMISAHAN TIGA KOMPONEN WIDHY ROVIANTIKA (2307.100.039) WINY FEBRIANTI (2307.100.079) Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Produk Kuprisulfatpentahidrat Kegunaan kupri sulfat pentahidrat sangat bervariasi untuk industri. Adapun kegunaannya antara lain : - Sebagai bahan pembantu fungisida

Lebih terperinci

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas ISBN 978-979-98300-2-9 EL-06 Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas Tri Hadi Jatmiko*, Qodri F. Errahman Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Medan, Medan,

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia saat ini banyak menggunakan peralatan sehari-hari yang terbuat dari plastik. Plastik dipilih karena memiliki banyak keunggulan yaitu kuat, ringan,

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-18 Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Akhmad Syukri Maulana dan

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET Dwi Ardiana Setyawardhani*), Sperisa Distantina, Hayyu Henfiana, Anita Saktika Dewi Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK Draf Jurnal Ilmiah : ADIWIDIA UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK Benyamin Tangaran 1, Rosalia Sira Sarungallo 2,

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses 1-Butena atau butilen dengan rumus molekul C 4 H 8 merupakan senyawa berbentuk gas yang larut dalam senyawa hidrokarbon, alkohol, eter tetapi tidak larut dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir. PT. Polychem Indonesia Tbk merupakan satu-satunya industri di Indonesia yang menghasilkan ethylene glycol dan turunan dari ethylene oxide. Ethylene glycol

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Biodiesel. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Biodiesel. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Biodiesel ICS 75.160 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 2 4 Syarat mutu...

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA PENGENDALIAN PREFLASH COLUMN DAN PIPESTILL MENGGUNAKAN MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC) DAN PENGENDALI KONVENSIONAL

PERBANDINGAN ANTARA PENGENDALIAN PREFLASH COLUMN DAN PIPESTILL MENGGUNAKAN MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC) DAN PENGENDALI KONVENSIONAL PERBANDINGAN ANTARA PENGENDALIAN PREFLASH COLUMN DAN PIPESTILL MENGGUNAKAN MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC) DAN PENGENDALI KONVENSIONAL Indra Lesmana *) dan Renanto Handogo Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah. Diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

PERCOBAAN 01 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: DISTILASI, TITIK DIDIH (KI- 2051)

PERCOBAAN 01 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: DISTILASI, TITIK DIDIH (KI- 2051) PERCOBAAN 01 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: DISTILASI, TITIK DIDIH (KI- 2051) Tanggal Praktikum : 11 September 2015 Tanggal Pengumpulan: 18 September 2015 Disusun oleh : Ahdina Karima 10414015 Kelompok

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC Riza Bayu K. 2106.100.036 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.D. Sungkono K,M.Eng.Sc

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku 2.1.1.1. Ethylene Dichloride (EDC) a. Rumus Molekul : b. Berat Molekul : 98,96 g/mol c. Wujud : Cair d. Kemurnian

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

Pengendalian Sistem Kolom Distilasi Campuran Azeotrop Heterogen Butanol-Air Menggunakan Model Predictive Control (MPC)

Pengendalian Sistem Kolom Distilasi Campuran Azeotrop Heterogen Butanol-Air Menggunakan Model Predictive Control (MPC) Pengendalian Sistem Kolom Distilasi Campuran Azeotrop Heterogen Butanol-Air Menggunakan Model Predictive Control (MPC) Nama Mahasiswa : 1. Agung Kurniawan : 2. Muh. Makki Maulana NRP : 1. 2306 100 051

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama tiga dekade terakhir. Sifat plastik yang ringan, transparan, mudah diwarnai, tahan terhadap korosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Lahan tanaman kelapa di Indonesia merupakan yang terluas di dunia dengan luas 31,2% dari total luas areal kelapa dunia, disusul Filipina (25,8%), India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung bertambah. Hingga akhir tahun 2006, diperkirakan terdapat 50 juta kendaraan bermotor di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

Pembimbing: Prof.Ir. Renanto Handogo, MS. PhD. Ir.Musfil A.S,M.Eng,Sc.

Pembimbing: Prof.Ir. Renanto Handogo, MS. PhD. Ir.Musfil A.S,M.Eng,Sc. Pembimbing: Prof.Ir. Renanto Handogo, MS. PhD. Ir.Musfil A.S,M.Eng,Sc. SATRIO PAMUNGKAS (2306.100.059) TRI HARTANTO A (2306.100.080) LABORATORIUM PERANCANGAN DAN PENGENDALIAN PROSES JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT PROSES ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS H 2 SO 4 KAPASITAS 18.000 TON/TAHUN Oleh : EKO AGUS PRASETYO 21030110151124 DIANA CATUR

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo B117 Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo Raditya Satrio Wibowo dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus 3, Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

KAJIAN KEEKONOMIAN DESAIN SEPARATOR SURFACE FACILITIES PADA LAPANGAN X ABSTRAK

KAJIAN KEEKONOMIAN DESAIN SEPARATOR SURFACE FACILITIES PADA LAPANGAN X ABSTRAK KAJIAN KEEKONOMIAN DESAIN SEPARATOR SURFACE FACILITIES PADA LAPANGAN X Oleh : Risdiyanta,ST,MT. *) ABSTRAK Salah satu tantangan di lapangan produksi di Indonesia adalah minyak dengan sifat fisik yang berbeda

Lebih terperinci