BAB II TINJAUAN TEORITIS. Menurut Kamus Ilmiah Populer, Dany H. (2006:264) Kontribusi diartikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORITIS. Menurut Kamus Ilmiah Populer, Dany H. (2006:264) Kontribusi diartikan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Kontribusi Manajemen Pelatihan 1. Pengertian Kontribusi Menurut Kamus Ilmiah Populer, Dany H. (2006:264) Kontribusi diartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan. Sementara menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Yandianto (2000:282) diartikan: Sebagai uang iuran pada perkumpulan, sumbangan. Bertitik tolak pada kedua kamus di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; kontribusi adalah merupakan sumbangan, sokongan atau dukungan terhadap sesuatu kegiatan. 2. Konsep Manajemen Pelatihan Secara umum dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas, terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya. George R. Terry (1997) dikutip oleh Mulyono (2008:18). Dalam arti lain, dapat dikatakan bahwa manajemen adalah suatu pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran organisasi yang diinginkan. Manajemen merupakan pembentukan sikap dan seni (art) dalam mengelola sesuatu kegiatan kepada orang lain. Sahertian (1994:28) dikutip dari Mulyono (2008:20), melalui kegiatan manajemen pendidikan tidak hanya membutuhkan akal 15

2 dan tindakan (mind and action), tetapi manajemen yang baik dan terarah diharapkan agar kegiatan pelatihan yang diselenggarakan akan lebih efisien dan efektif mengenai tepat kepada sasaran yang diharapkan. Dalam kegiatan pendidikan, manajemen dapat diartikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan evaluasi dalam kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk membentuk peserta didik yang berkualitas sesuai dengan tujuan. (2008:24) bahwa: Defenisi lain dinyatakan oleh Stoner AF (1998) dikutip dari Mulyono Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan antar anggota organisasi dengan menggunakan seluruh sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Mujiman.H (2009:16) mengatakan bahwa: Peran manajemen pelatihan sangat menentukan dalam keberhasilan sebuah program kerja pelatihan, secara sempit dapat diartikan bahwa manajemen pelatihan adalah pengelolaan program pelatihan, yang menyangkut aspek pengidentifikasian kebutuhan pelatihan, perencanaan disain pelatihan, penetapan metodologi pelatihan, penyusunan bahan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan penetapan tindak lanjut pelatihan. Dalam proses pelaksanaannya, manajemen mempunyai tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas khusus itulah yang biasa disebut sebagai fungsi-fungsi manajemen. Menurut beberapa pendapat ahli seperti yang dikutip dari Mulyono (2008:23) menerangkan tentang fungsi manajemen: George R. Terry mengatakan bahwa fungsi manajemen; a. Planning (perencanaan); b. Organizing (pengorganisasian); c. Actuating (penggerakan); dan d. Controlling (pengendalian). 16

3 Newman mengatakan pula bahwa fungsi manajemen sebagai: a. Planning (perencanaan); b. Organizing (pengorganisasian); c. Assembling (perwakilan); d. Directing (pemberian bimbingan); e. Resources (penggalian sumber); dan f. Controlling (pengendalian). Luther Culick mengatakan bahwa fungsi manajemen sebagai: a. Planning (pengorganisasian); b. Organizing (pengorganisasian); c. Staffing (penyusunan pegawai); d. Directing (pemberian bimbingan); e. Coordinating (pengkoordinasian); f. Reporting (pelaporan) dan g. Budgeting (penganggaran). Beberapa ahli dibidang manajemen pelatihan seperti yang dipaparkan di atas, hampir mempunyai pandangan yang sama tentang konsep manajemen pelatihan, dimana pelatihan agar berjalan dengan efektif harus memiliki: a. Analisis kebutuhan pelatihan yang akurat dan partisipatif; b. Susunan program atau model-model pelatihan yang komprehensif, relevan dan realistik; c. Organisasi kegiatan pelatihan yang meaningful; d. Model pengembangan proses pembelajaran orang dewasa (andragogy) yang menarik; e. Evaluasi penyelenggaraan program pelatihan secara valid dan reliable. 3. Konsep Pelatihan Konsep dari suatu kegiatan pelatihan bila merujuk kepada sudut pandang filsafat ilmu, maka pelatihan akan memunculkan 3 pertanyaan yaitu: a. Ontologis, apakah yang dimaksud dengan pelatihan? b. Axsiologis, apakah manfaat pelatihan? c. Epistimologi, bagaimana cara mengkaji dan mengembangkan pelatihan? Pengertian dari Lembaga Pelatihan menurut UU SISDIKNAS 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 4 menyatakan: 17

4 Bahwa lembaga pelatihan merupakan satuan pendidikan non formal, disamping satuan pendidikan lainnya seperti kursus, majelis ta lim, kelompok belajar dan kelompok bermain, taman penitipan anak, pusat kegiatan belajar masyarakat dan satuan pendidikan sejenis. Sementara pengertian pendidikan menurut UU SISDIKNAS 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara RI, yang bersumber pada ajaran agama, keanekaragaman budaya Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman. Selanjutnya secara ontologis pengertian pelatihan seperti yang dijabarkan oleh beberapa ahli sebagai berikut: a. Menurut Friedman dan Yardrough (1985:4) Training is a process used by organization to meet their goals. Training called into operation when discrepancy is perceived between the current situation and preferred state of affair. The trainer role is to facilitate trainees movement from the status quo toward the ideal. Pelatihan merupakan upaya pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi untuk pemenuhan kebutuhan dan untuk mencapai organisasi. Pelatihan dianggap berhasil bila menyiapkan performan SDM yang seharusnya yang diinginkan oleh organisasi penyelenggara pelatihan. Peran pelatih membantu membelajarkan peserta pelatihan untuk mengubah prilaku yang biasa ditampilkan menjadi perilaku yang diharapkan oleh organisasi. b. Menurut Rothwell (1996:6-7) Pelatihan sering diberi arti; education, development, training and development, employee education, personnel development, inservice education, human resource development, human performance technology, human performance improvement, organization development, human performance enhancement. c. Menurut UUSPN 20 tahun 2003 Pelatihan merupakan pendidikan formal. Pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, 18

5 pengembangan sikap kewirausahaan. serta pengembangan kepribadian profesional. e. Menurut Andrew E. Sikula (1981:9) Training is a short term educational process utilizing a systematic and organized procedure by which non managerial personal learn technical knowledge and skill for definite purpose. Development in reference to staffing and personal matter is a long term education process utilizing a systematic and organized procedure by which managerial personnel learn conceptual knowledge and skill for general purpose. Pelatihan merupakan suatu proses (kegiatan) pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur sistematis dan terorganisasi dimana orangorang selain manajer mempelajari pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun pengembangan adalah proses kegiatan jangka panjang dengan menggunakan prosedur sistematis dan terorganisasi dimana tenaga manajer mempelajari pengetahuan secara konseptual dan teoritis dalam mencapai tujuan yang bersifat umum. Perbedaan pendidikan dan pelatihan, Soekidjo Notoatmojo (1982:28) dapat dijelaskan seperti tabel di bawah ini: Aspek Kajian Pendidikan Pelatihan Pengembangan kemapuan Menyeluruh (overall) Mengkhususkan (specific) Area kemampuan Kognitif, afektif, Psikomotorik Psikomotorik Jangka waktu Relatif panjang Relatif pendek pelaksanaan Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus Metode yang digunakan Konvensional Inkonvensional Penghargaan terakhir Gelar (degree) Sertifikat (non gelar) Tabel 2.1 Perbedaan pendidikan dan pelatihan Bermacam pendapat ahli seperti yang diterangkan diatas menjabarkan tentang pelatihan, maka dapat diambil konsep pelatihan seperti bagan dibawah ini. 19

6 Pemahaman Wacana & Keterampilan Instruksional Obyeknya seseorang/ sekelompok orang Memenuhi kebutuhan Menciptakan kebiasaan Hasilnya: Perubahan 4. Perencanaan Disain Pelatihan Gambar 2.1; Bagan konsep pelatihan Menurut Martinis Yamin, Maisah (2010:37) dikutip dari Mochtar Efendi (1996:74) mengatakan tentang perencanaan bahwa: Perencanaan merupakan tindakan yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang ditentukan dalam jangka ruang dan waktu tertentu, dengan demikian perencanaan itu merupakan suatu proses pemikiran, baik secara garis besar maupun secara mendetail dari suatu kegiatan/ pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai kepastian yang paling baik dan ekonomis. Perencanaan dilakukan untuk mengelola segala potensi yang dimiliki internal organisasi, lingkungan, menentukan tujuan, memperhitungkan kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang dan menentukan rencana kegiatan dan kebutuhan sumber daya. Berkaitan dengan perencanaan ini, Winardi (1990:7) menyatakan: Perencanaan (Planning) menyebabkan dipilihnya arah tindakan (rencanarencana) yang akan mengarahkan sumber-sumber daya manusia serta alam sesuatu organisasi untuk masa yang akan datang. Sementara itu menurut Mulyono (2008:25) menyatakan pula bahwa: Perencanaan adalah proses kegiatan rasional dan sistemik dalam menetapkan keputusan, kegiatan atau langkah-langkah yang akan dilaksanakan dikemudian hari dalam rangka usaha mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 20

7 Dengan demikian maka perencanan ini mengandung arti bahwa: a. Manajer memikirkan dengan matang terlebih dahulu sasaran (tujuan) dan tindakan berdasarkan metode, rencana, atau logika dan bukan berdasarkan perasaan. b. Rencana untuk mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur yang terbaik. c. Sebagai pedoman bagi organisasi dalam memperoleh dan menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan, serta untuk melaksanakan aktifitas yang konsisten dengan tujuan, kemudian untuk memonitor dan mengukur kemajuan untuk mencapai tujuan sehingga tindakan korektif dapat dilakukan bila kemajuan yang diharapkan tidak memuaskan. Perencanaan akan efektif apabila didasarkan atas fakta atau keinginankeinginan, karena tanpa didasarkan fakta-fakta yang ada, tujuan tidak akan tercapai. Perencanaan yang efektif memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: a. Tujuan yang jelas/operasional Perencanaan harus memiliki tujuan yang jelas/ operasional karena dengan adanya tujuan yang jelas maka semua anggota dapat mengetahui arah yang akan dicapai oleh organisasi, sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah. b. Sederhana/simple Maksudnya perencanaan dibuat agar dapat dipahami oleh yang mengerjakannya, sehingga dalam aplikasinya mudah dipahami. 21

8 c. Fleksibel Maksudnya perencanaan akan lebih baik bila dibuat secara fleksibel, sehingga memungkinkan untuk dapat beradaptasi dengan perubahanperubahan yang terjadi dalam arti sewaktu-waktu dapat diubah serta mempunyai kemampuan beradaptasi dengan segala situasi, sehingga rencana itu tetap dapat terlaksana. d. Mudah dianalisa Maksudnya perencanaan itu mudah dipahami/dimengerti oleh berbagai pihak, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. e. Tersedianya sumber-sumber Maksudnya sewaktu dibuatnya perencanaan harus diperhatikan terlebih dahulu sumber sumber yang akan dijadikan sebagai kebutuhan dalam kegiatan yang akan dikerjakan. f. Komprehensif Maksudnya perencanaan itu berwawasan luas dan menyeluruh kepada semua aspek. g. Integrated Maksudnya sebuah perencanaan harus terpadu dengan semua komponen yang terkait. h. Future oriented Maksudnya perencanaan itu berorientasi ke masa depan. Proses dari sebuah perencanaan yaitu: 22

9 a. Merumuskan tujuan yang jelas/operasional b. Mengidentifikasi dan menganalisa data terkait dengan masalah c. Mencari dan menganalisis alternatif pemecahan masalah d. Mengkomparasikan alternatif yang ditemukan, antara alternatif yang tepat guna, berhasil guna dan praktis e. Mengambil keputusan f. Menyusun rencana kerja B. Proses Pelatihan Keterampilan 1. Pendekatan Proses Pelatihan Sebagai tindak lanjut dari pelajaran teori yang sudah diberikan di sekolah maka pelaksanaan dan proses pelatihan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat terpisahkan pada pendidikan kejuruan. Memberikan pelatihan keterampilan dasar (basic competence) yang baik kepada siswa merupakan hal yang sangat penting di SMK, walaupun menurut teori kognitif bahwa pendekatan yang paling baik adalah dengan tidak memisahkan antara pelajaran teori dengan pelajaran praktik, tetapi dengan mengintegrasikan keterampilan praktik dengan pelajaran fisika, kimia, matematika dan lain-lain yang merupakan dasar pengetahuan bagi keterampilan tersebut. Menurut pandangan Prosser (1913:89) Bahwa dalam pendidikan kejuruan antara pelajaran praktik dan pelajaran teori harus saling mengisi satu sama lain. Dengan kata lain bahwa materi teori yang diberikan oleh guru di kelas harus diapklikasikan dalam bentuk latihan kerja praktek, selanjutnya hasil dari praktek tersebut harus terukur (accountable) sehingga terjadilah suatu perubahan sikap dalam diri siswa. 23

10 Beberapa ahli berpendapat bahwa, tujuan dari pelatihan adalah berperan kuat untuk mendorong pengembangan diri (personal development) dan mengembangkan lingkungan kerja atau organisasi (organization development). Menurut Bachtiar H. (2006:139) bahwa Komponen program pendidikan dan pelatihan pada Sekolah Menengah Kejuruan dimana kemampuan normatif, kemampuan adaptif dan kemampuan produktif terintegrasi dalam suatu tujuan pendidikan. Seperti diperlihatkan pada gambar bagan di bawah ini: KEMAMPUAN NORMATIF (1) KEMAMPUAN ADAPTIF (2) S I K A P TEORI KEJURUAN (3A) PRAKTEK DASAR KEJURUAN (3B) Gambar 2.2 ; Bagan komponen program Diklat Bila merujuk kepada tuntutan kebutuhan kurikulum SMK saat ini yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), bahwa pelatihan berdasarkan kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan ditempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. Standar kompetensi yang harus dimiliki atau diajarkan oleh setiap SMK bidang studi Teknik Pemesinan sesuai dengan silabus diantaranya: 24

11 a. KODE UNIT: LOG.O Tentang Mengeset Mesin dan Program Mesin NC/CNC (dasar). b. KODE UNIT: LOG.O Tentang Mengeset dan Mengedit Program Mesin/Proses NC/CNC. c. KODE UNIT: LOG.O Tentang Memprogram Mesin NC/CNC (dasar). d. KODE UNIT: LOG.O Tentang Memprogram Mesin NC/CNC Machining Centre. Bertitik tolak kepada tuntutan kurikulum seperti yang diuraikan di atas maka pembelajaran pemesinan CNC mutlak harus diberikan pada setiap sekolah SMK yang memiliki program studi Teknik Pemesinan. 2. Bentuk Penyelenggaraan Pelatihan Bentuk pelatihan yang diselenggarakan ini dibagi kedalam dua kategori: a. On the Place Training. Maksudnya pelatihan diselenggarakan di tempat atau lokasi pelatihan adalah instansi BPPTKPK. Pada pelatihan ini sebagian SMK di 26 Kabupaten/Kota se Jawa Barat yang lokasi sekolahnya berdekatan dengan BPPTKPK datang ke lokasi pelatihan untuk mengikuti pelatihan keahlian mesin CNC selama tiga hari berturut-turut. Mereka disediakan pemondokan/penginapan selama mengikuti pelatihan. b. Mobile Training Unit (MTU). Maksudnya adalah pelatihan diselenggarakan di sekolahnya masing-masing, dalam hal ini BPPTKPK menyediakan sebuah mobil truk yang sudah dirancang untuk pelatihan keliling (mobile), dan diatas mobil tersebut sudah dipasang (mounting) mesin-mesin CNC beserta 25

12 perlengkapan lainnya seperti mesin CNC bubut TU-2A sebanyak 2 unit dan mesin CNC frais TU-3A sebanyak 2 unit, Generator Set untuk pembangkit listrik, pesawat Televisi, Video dan Audio serta beberapa unit Komputer (Lap-top) sebagai sarana media pembelajaran. Pelatihan mesin CNC MTU ini melayani sebanyak 52 SMK Program Keahlian Teknik Pemesinan se Jawa Barat. Setiap SMK mendapatkan pelayanan pelatihan untuk satu rombongan belajar masing-masing terdiri dari 40 orang siswa. Pelayanan pelatihan ini dilaksanakan selama tiga hari secara berturut-turut dengan durasi 8 jam pelajaran perhari. Dibawah ini ditampilkan bagan diagram alur pelatihan. Rekomendasi dari sekolah sasaran Program layanan Diklat Persiapan administrasi dan komponen pelaksanan Jadwal Bahan Ajar Peralatan dan Bahan Administrasi Koordinasi Dinas Kab/Kota Pelaksanaan Evaluasi Monitoring Pelaksanaan Tindak Lanjut Gambar 2.3 ; Bagan diagram alur program layanan Diklat (Team kegiatan BPPTKPK) Bagan diagram alur program layanan Diklat di atas dapat dideskripsikan bahwa, program layanan Diklat yang diselenggarakan oleh pihak BPPTKPK terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Pendidikan 26

13 Kabupaten/Kota, selanjutnya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota memberikan rekomendasi kepada BPPTKPK sekolah-sekolah SMK mana yang akan mendapatkan pelatihan. Selanjutnya team kegiatan BPPTKPK mulai menginventarisir persiapan, perencanaan untuk kebutuhan pelatihan, diantaranya seperti: jadwal, bahan ajar, peralatan dan bahan serta administrasi lainnya. Setelah semua kebutuhan pelatihan tersedia maka masuk pada tahap pelaksanaan pelatihan, mobil truk CNC MTU dengan segala fasilitas mesin dan peralatannya berkunjung ke sekolah-sekolah SMK yang menjadi sasaran pelatihan, 2 orang guru/instruktur dibantu oleh satu orang tenaga teknisi mulai melaksanakan aktifitas pelatihan selama 3 hari secara berturut-turut. Ketika kegiatan pelaksanaan pelatihan tersebut diselenggarakan maka petugas/pejabat dari pihak BPPTKPK melakukan monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan. Setelah pelatihan selesai dilaksanakan maka kegiatan akhir adalah pelaksanaan evaluasi program untuk bahan tindak lanjut bagi program kegiatan berikutnya. C. Hasil Belajar Siswa 1. Pengertian Belajar Sebelum membicarakan pengertian tentang prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah Suatu proses usaha yang dilakukan 27

14 seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah: Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, dan perubahan itu bersifat secara relatif konstant. Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah: Suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Dari pendapat para pakar pendidikan seperti yang diuraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan tentang belajar bahwa: Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang, berlangsung melalui interaksi aktif dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. 2. Pengertian Prestasi Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. 28

15 Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu Hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak 29

16 dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport dari setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Dapat disimpulkan, prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi dari kegiatan belajar mengajar yang sudah dilakukan dan selanjutnya hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya predikat nilai belajar yang diperoleh siswa yang bersangkutan, hasil akhir perolehan nilai akan dijadikan sebagai keputusan keberhasilan dari proses belajar mengajar. 3. Konsep Hasil Belajar Siswa Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil (outcome) yang dicapai dari sebuah proses belajar mengajar/pelatihan yang secara garis besar dapat menggambarkan mutu/kualitas dari peserta didik, baik itu dengan predikat rendah maupun tinggi. Tinggi-rendahnya mutu/kualitas dari hasil belajar siswa sangat berpengaruh dari proses belajar mengajarnya. Menurut Mulyono (2008 :282) menjelaskan bahwa: Pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru dapat disebut efektif jika sebagian besar siswanya menguasai sebagian besar dari materi yang diajarkan. Sementara itu menurut Eti Rochaety (2008 :49) menjelaskan pula bahwa: Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah diketahuinya, konsepkonsep, tujuan, dan motivasi dalam mempelajari bahan yang dipelajari. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dalam berhubungan dengan lingkungan fisik dan sosialnya. 30

17 4. Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: a. Domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika matematika); b. Domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional); c. Domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal). Ranah pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif) relatif sulit untuk diamati, meskipun dapat diukur. Oleh karena itu, dalam proses penilaian hasil belajar langkah yang pertama harus dimulai dari perumusan tujuan pembelajaran yang memungkinkan untuk diamati dan diukur (observable and measurable). Berangkat dari tujuan pembelajaran yang dirumuskan, maka disusunlah instrumen untuk mengamati dan mengukur hasil pembelajaran. Dengan menggunakan instrumen, diperoleh data yang mencerminkan ketercapaian tujuan pembelajaran pada seorang peserta diklat, selanjutnya data ini diolah hingga menjadi informasi yang bermakna. Di bawah ini dapat dilihat gambar bagan kegiatan dari pelatihan untuk mendapatkan hasil akhir yang dicapai. 31

18 Manajerial Pelatihan Keinginan Pemda Prop dalam peningkatan kualitas SDM SDM handal, dan kompeten dibidang pemesinan CNC MASUKAN PROSES KELUARAN 1. Rendahnya tingkat keterampilan siswa. 2. Terbatasnya ketersediaan sarana-prasarana praktek yang dimiliki sekolah. 3. Kurangnya kemampuan pemerintah dan swasta untuk pengadaan alat praktek. 4. Kurangnya SDM guru yang memiliki kompetensi mesin CNC. 5. Tersedianya dana untuk pelatihan. 6. Tersedianya fasilitas DIKLAT 1. Rekomendasi dari sekolah sasaran. 2. Koordinasi dengan dinas terkait. 3. Persiapan jadwal dan perangkat pelatihan. 4. Pemberdayaan SDM yang terkait. 5. Pelaksanaan pelatihan ke sekolah sasaran. 6. Evaluasi program kerja. Kebijakan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat 1. Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pemesinan CNC 2. Kualitas SDM meningkat. 3. Permasalahan kurangnya fasilitas praktek teratasi. 4. Tuntutan kurikulum dapat terselenggara. 5. Kebutuhan pasar tenaga kerja terpenuhi. 6. Membantu pemerintah memecahkan daya serap lapangan pekerjaan. Kualitas Siswa SMK Tuntutan masyarakat akan kualitas SDM Umpan balik Gambar 2.4 Bagan pelatihan CNC - MTU (Team kegiatan BPPTKPK) D. Kerangka Berpikir 1. Hubungan antara manajemen pelatihan dengan hasil belajar siswa 32

19 Peran manajemen pelatihan sangat menentukan dalam keberhasilan sebuah program kerja pelatihan, secara sempit dapat diartikan bahwa manajemen pelatihan adalah pengelolaan program pelatihan, yang menyangkut aspek pengidentifikasian kebutuhan pelatihan, perencanaan disain pelatihan, penetapan metodologi pelatihan, penyusunan bahan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan penetapan tindak lanjut pelatihan. Keberhasilan sebuah program kerja pelatihan dapat dilihat dari hasil akhir nilai yang dicapai oleh seluruh peserta Diklat setelah mereka mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pelatihan. Tinggi rendahnya hasil akhir yang dicapai oleh peserta diklat tentunya sangat berhubungan dengan sejauh mana kontribusi yang diberikan dari manajemen pelatihan dalam melakukan tugasnya mengelola pelatihan yang diselenggarakan. 2. Hubungan antara proses pelatihan dengan hasil belajar siswa Proses/pelaksanaan pelatihan merupakan rangkaian kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah kegiatan pelatihan. Rencana yang sudah disiapkan dengan matang seperti: strategi pelatihan, bahan ajar seperti modul dan job sheet, mesin dan peralatannya, tenaga guru/instruktur, tenaga teknisi (pembantu instruktur) dan lain-lain adakalanya sewaktu pelaksanaan dapat saja terjadi timbul permasalahan. Setiap permasalahan yang timbul seperti jumlah modul yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah siswa peserta pelatihan, mesin dan alat yang akan digunakan rusak dan lain-lain tentunya akan berhubungan terhadap hasil belajar siswa. bahwa: Kenyataan ini diungkapkan dan didukung oleh Mujiman.H (2009:65) Pemecahan masalah sering berakibat adanya keharusan mengubah beberapa hal dalam rencana tetapi perubahan dan penyesuaian apapun yang 33

20 dilakukan harus selalu berorientasi pada upaya mempertahankan kualitas pelatihan, menjaga kelancaran proses pelatihan, dan tidak merugikan kepentingan partisipan. 3. Hubungan antara manajemen pelatihan dengan proses pelatihan Tidak selamanya suatu kegiatan pelatihan yang dilakukan akan berhasil, bahkan banyak pelatihan yang diselenggarakan akhirnya gagal dan tidak sesuai dengan tujuan akhir. Kegagalan tersebut terjadi disebabkan karena banyak faktor penyebabnya. bahwa: Sejalan dengan ini, Fandy. T dan Anastasia.D (2001:228) menjelaskan Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan suatu pelatihan misalnya proses pengajaran yang kurang baik, materi kurikulum pelatihan yang tidak tepat, perencanaan yang jelek, dana yang tidak memadai, kurangnya komitmen serta kurangnya partisipasi manajemen dalam perencanaan. Proses pelatihan akan berjalan dengan baik bila didukung oleh manajemen pelatihan yang baik pula, dimana setiap orang pada level operasional perlu dilibatkan dalam perencanaan pelatihan, dengan demikian manajemen dan level operasional bersama-sama merencanakan kebutuhan akan pelatihan. E. Asumsi Manajemen sumber daya manusia melalui kegiatan pelatihan ini dibagi kedalam unsur-unsur: perencanaan pelatihan yang menekankan pada kebutuhan dan kompetensi pelatihan, sumber-sumber kebutuhan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan, dan program tindak lanjut serta dampaknya terhadap sekolah dan sumber daya manusia. Asumsi yang melandasi penelitian tentang manajemen pelatihan mesin CNC- MTU dan proses pelatihan bagi siswa-siswa SMK merupakan rangkaian logis 34

21 hingga terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dalam hal pengetahuan dan keterampilan sehingga pada gilirannya akan terjadi pula peningkatan kualitas SDM yang akan menyerap lapangan pekerjaan. F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan, selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun kerangka berpikir dan pada gilirannya digunakan juga sebagai penyusunan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan oleh penulis, karena sifatnya masih sementara maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Hipotesis penelitian sangat krusial dalam menentukan pemilihan statistik alat uji. Hipotesis penelitian berdasarkan sifat hubungan antar variabelnya dapat dikategorikan menjadi hipotesis asosiatif, hipotesis kausalitas dan hipotesis komparatif. Menurut Pratiwi (2009:78) dimana: Hipotesis asosiatif dikatakan variabel dalam hipotesis membentuk pola arah hubungan yang reversible, yaitu hubungan yang bersifat dua arah dimana satu variabel dapat sekaligus mempengaruhi atau dipengaruhi oleh variabel lainnya. Analisis statistik yang akan dipilih untuk pengujian hipotesis adalah analisis korelasi, dan hipotesis dapat diajukan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara manajemen pelatihan terhadap hasil belajar siswa; 2. Ada pengaruh yang signifikan antara proses pelatihan terhadap hasil belajar siswa; 35

22 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen pelatihan dengan proses pelatihan mesin CNC; 4. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara manajemen pelatihan dan proses pelatihan secara simultan terhadap hasil belajar siswa. G. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini diantaranya hubungan antara pengelolaan/manajemen pelatihan dengan hasil pelatihan, adalah sebagai berikut: 1. Rasyad (2008:1), dalam Desertasi dan Tesis Program Pasca Sarjana UM menyatakan bahwa secara keseluruhan pengelolaan berlangsung secara efektif baik dalam manajemen/pengelolaan maupun hasil, terdapat pengaruh langsung yang signifikan positif antara: a. Faktor peserta terhadap keefektifan penyelenggaraan; b. Faktor masukan instrumental terhadap keefektifan penyelenggaraan; c. Faktor masukan lingkungan terhadap keefektifan penyelenggaraan; d. Faktor peserta terhadap hasil; e. Faktor masukan lingkungan terhadap hasil; f. Faktor penyelenggaraan terhadap hasil; g. Faktor masukan instrumental tidak berpengaruh langsung terhadap keefektifan hasil. Demikian pula terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan positif antara: a. Faktor peserta terhadap hasil melalui penyelenggaraan; b. Faktor masukan instrumen terhadap hasil melalui penyelenggaraan; c. Faktor lingkungan terhadap hasil p melalui penyelenggaraan Pamong Belajar di BPPLSP Regional IV Surabaya. 36

23 Atas dasar temuan penelitian ini, untuk meningkatkan keefektifan manajemen disarankan: a. Prosedur pengelolaan ditata ulang mulai dari perekruitan oleh pimpinan yang lebih melibatkan peserta; b. Dirancang pola pengelolaan pengaruh antara narasumber dengan peserta tidak hanya berhenti ketika selesai, namun dilanjutkan dengan memfasilitasi pengaruh lanjut antara mereka pasca untuk pendampingan dan konsultasi bila peserta menghadapi kesulitan menerapkan hasil; c. Perlu dikembangkan pengelolaan layanan materi belajar lanjutan yang bisa diterima peserta pasca mengikuti; d. Pengelolaan lingkungan perlu juga ditataulang dengan melahirkan kebijakankebijakan yang mendukung penerapan hasil serta peningkatan keuntungan relatif dan kemanfaatan hasil bila diterapkan oleh peserta. 2. Ucu Suparman (2004:1) dalam tesisnya yang berjudul: Hubungan Pendidikan dan Pelatihan dan Motivasi dengan Produktivitas Kerja Manajer Tingkat Pertama pada Kantor Pusat PT. Kereta Api Indonesia. Dalam hal ini Ucu Suparman menjelaskan bahwa: dari hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dengan kategori sedang (r=0,566) antara pendidikan dan pelatihan dengan produktivitas kerja. Terdapat hubungan yang positif dengan kategori tinggi (0,766) antara motivasi dengan produktivitas kerja. Terdapat hubungan yang positif dengan kategori tinggi (r=0,775) antara motivasi dan pendidikan dan pelatihan secara bersama-sama dengan produktivitas kerja. Berdasarkan uji signifikansi terdapat hubungan yang signifikan antara 37

24 pendidikan dan pelatihan dengan produktivitas kerja yang ditunjukkan dengan thitung > ttabel (2,91 > 2,002). Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dan produktivitas kerja yang ditunjukkan dengan thitung > tabel (5,06 > 2,002). Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dan pelatihan dan motivasi secara bersama-sama dengan produktivitas kerja, yang ditunjukkan dengan thitung > tabel (5,20 > 2,002). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan dan pelatihan dan motivasi dengan produktiviatas kerja manajer tingkat pertama pada Kantor Pusat PT. Kereta Api Indonesia. 3. Widiyani Puspita Sari (2005:74). Pengaruh Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Komputer Siswa Kelas II Program Keahlian Sekretaris Di SMK Batik 1 Surakarta. Hasil penelitian dan pembahasannya menyimpulkan bahwa: a. Ada pengaruh antara fasilitas belajar dengan hasil belajar komputer siswa kelas II Program Keahlian Sekretaris di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Diklat 2004/2005 dengan koefisien korelasi sebesar 0,79; b. Fasilitas belajar komputer siswa kelas II Program Keahlian Sekretaris di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Diklat 2004/2005 sebesar 70,83%, sedangkan 29,17% disebabkan oleh faktor lain di luar penelitian ini. 38

Tim Dosen Desain Program Pendidikan dan Pelatihan 1. Dra. Masitoh, M.Pd. 2. Dr. Toto Ruhimat, M.Pd. 3. Riche Cynthia Johan, S.Pd., M.Si.

Tim Dosen Desain Program Pendidikan dan Pelatihan 1. Dra. Masitoh, M.Pd. 2. Dr. Toto Ruhimat, M.Pd. 3. Riche Cynthia Johan, S.Pd., M.Si. Tim Dosen Desain Program Pendidikan dan Pelatihan 1. Dra. Masitoh, M.Pd. 2. Dr. Toto Ruhimat, M.Pd. 3. Riche Cynthia Johan, S.Pd., M.Si. Sudut pandang filsafat ilmu, pelatihan memunculkan tiga pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan produktivitas yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan produktivitas yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan produktivitas yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia pada saat ini adalah ketersediaan lapangan kerja, sistem pendidikan yang berorientasi pada dunia

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Modul ke: 12 Drs. Fakultas EKONOMI & BISNIS PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Ali Mashar, MM Program Studi Manajemen Bagian Isi Pendahuluan Tujuan Pelatihan Metode-metode Pelatihan Evaluasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu : 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk mendapat pengertian tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, maka penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas individu yang mempunyai kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya berkembang sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat dalam bidang ini merupakan fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, faktor yang berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan tidak hanya tentang pengaturan keuangan, pengelolaan product

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu lembaga pendidikan juga perlu diupayakan peningkatan kualitasnya agar mampu berkontribusi melahirkan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek penting dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek penting dalam suatu perusahaan. Keberhasilan suatu organisasi, sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumber daya

Lebih terperinci

STUDI PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUBUT RATA DAN BERTINGKAT UNTUK MAHASISWA JPTM UPI YANG BERASAL DARI SMA DAN SMK

STUDI PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUBUT RATA DAN BERTINGKAT UNTUK MAHASISWA JPTM UPI YANG BERASAL DARI SMA DAN SMK 162 STUDI PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUBUT RATA DAN BERTINGKAT UNTUK MAHASISWA JPTM UPI YANG BERASAL DARI SMA DAN SMK Wanday M. P. Iskandar 1, Uli Karo Karo 2, Asep H. Sasmita 3 Departemen Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya sangat diperlukan. Terutama untuk mengantisipasi era globalisasi yang

Lebih terperinci

kembali melalui jalur pendidikan sekolah yang khusus mempelajari bidang

kembali melalui jalur pendidikan sekolah yang khusus mempelajari bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya dunia mode di Indonesia akhir-akhir ini membutuhkan tenaga-tenaga ahli, baik sebagai penjahit profesional, perancang busana maupun sebagai pengamat mode.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal untuk melayani kebutuhan pendidikan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur, terutama dalam meningkatkan pendapatan asli daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur, terutama dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha kecil, menengah dan koperasi memiliki peran yang sangat strategis dalam memperkuat dan meningkatkan pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur, terutama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, karena belajarlah manusia bisa bertahan hidup dan bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) saat ini karena mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam Pasal 1 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Dengan pendidikan yang baik maka dapat menciptakan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun sebagian dari kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi terdapat bermacam-macam pengertian tentang pendidikan. Pendidikan atau pengajaran merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak keempat didunia. Potensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki sebenarnya dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian    Rohyan Sosiadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung selanjutnya dalam tesis ini oleh penulis disingkat STP Bandung, dahulu dikenal dengan nama National Hotel Institute (NHI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Konsep Belajar dan Mengajar Belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problematika yang muncul dibidang pendidikan kejuruan adalah sulitnya

BAB I PENDAHULUAN. Problematika yang muncul dibidang pendidikan kejuruan adalah sulitnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Problematika yang muncul dibidang pendidikan kejuruan adalah sulitnya meningkatkan kompetensi peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Sedangkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan-persaingan ketat dalam segala bidang kehidupan saat ini, menuntut setiap bangsa untuk mampu menghasilkan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ADMINISTRASI KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN PENDIDIKAN Administrasi secara etimologis berasal dari Bahasa Latin, yakni: Ad berarti intensif; Ministrate berarti melayani, membantu, dan memenuhi. Jadi administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun pengertian pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003: melimpah, Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN. Adapun pengertian pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003: melimpah, Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki potensi-potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Pendidikan merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan pendidikan manusia

Lebih terperinci

LOGO. Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan

LOGO. Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan LOGO Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan Orientasi Program Perkuliahan Tujuan Substansi Isi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Kebijakan Perkuliahan 16 kali pertemuan tatap muka, termasuk Ujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perubahan di segala bidang terus berkembang pesat, dan kita harus mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan itu, terutama dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggambarkan adanya peluang kerja tenaga terampil di bidang jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. menggambarkan adanya peluang kerja tenaga terampil di bidang jasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena pertumbuhan Industri Pariwisata di Indonesia menggambarkan adanya peluang kerja tenaga terampil di bidang jasa pariwisata. Industri pariwisata mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

Nasional secara umum memiliki peranan yang sangat strategis bagi. dengan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai

Nasional secara umum memiliki peranan yang sangat strategis bagi. dengan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan yang dinaungi oleh Departemen Pendidikan Nasional secara umum memiliki peranan yang sangat strategis bagi kemajuan bangsa. Peranan yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Dwi Esti Andriani, M. Pd., MEdSt. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY

Dwi Esti Andriani, M. Pd., MEdSt. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY Dwi Esti Andriani, M. Pd., MEdSt. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY Definisi Pendidikan Maha Luas Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan kewarganegaraan pada hakekatnya adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkelanjutan (continuous

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkelanjutan (continuous 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya pembangunan suatu organisasi yang berkesinambungan, sumber daya manusia mempunyai peran yang sangat vital dalam proses pencapaian tujuan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang dengan tujuan pendewasaan dan perubahan perkembangan pada diri manusia dari tidak mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industrialisasi, pada derajad tertentu, mengimplikasikan pergeseran proses produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia tergantikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian upah atau gaji atas jasa-jasa yang diberikan karyawan kepada

BAB I PENDAHULUAN. pemberian upah atau gaji atas jasa-jasa yang diberikan karyawan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor dominan dalam suatu perusahaan sebagai asset (kekayaan) yang berperan penting menentukan berhasil tidaknya sebuah perusahaan dalam

Lebih terperinci

KONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN PESAWAT UDARA DI SMK

KONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN PESAWAT UDARA DI SMK 84 KONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN PESAWAT UDARA DI SMK Ilham Fahmi 1, Wardaya 2, Purnawan 3 Departemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instruktur praktek kerja lapangan (PKL) pada tempat praktek kerja lapangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instruktur praktek kerja lapangan (PKL) pada tempat praktek kerja lapangan 33 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berkesinambungan agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus lebih

BAB II KAJIAN TEORI. berkesinambungan agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus lebih BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Pengembangan Karyawan Pengembangan (Development) adalah fungsi operasional kedua dari manajemen Personalia, pengembangan Karyawan perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan dunia kerja erat hubungannya dengan dunia pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia selalu mendapat perhatian mutlak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

2014 IMPLEMENTASI MEDIA PERANGKAT LUNAK PATH PLANNING TOOL

2014 IMPLEMENTASI MEDIA PERANGKAT LUNAK PATH PLANNING TOOL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan merupakan suatu proses pembinaan, pengayoman, pengajaran dan pembentukan karakter manusia sebagai pebelajar, baik secara fisik maupun mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai makna sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik menjadi dewasa yang mampu hidup secara mandiri, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGANTAR. PENNY RAHMAWATY, M.Si. Pengantar Manajemen - Penny Rahmawaty

MANAJEMEN PENGANTAR. PENNY RAHMAWATY, M.Si. Pengantar Manajemen - Penny Rahmawaty MANAJEMEN PENGANTAR PENNY RAHMAWATY, M.Si Bagian I PENDAHULUAN Pengertian Manajemen Proses Manajemen Tingkat Manajemen MENGAPA MANAJEMEN DIBUTUHKAN? 1. Untuk mencapai tujuan 2. Untuk menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja, serta mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja, serta mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang direncanakan untuk menyiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja, serta mengembangkan sikap profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja (terkontrol, terencana dengan sadar dan secara sistematis) diberikan kepada anak didik oleh pendidik agar anak didik dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 1989 Bab III. memperoleh Pendidikan, kemudian pada pasal 6 berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. atur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 1989 Bab III. memperoleh Pendidikan, kemudian pada pasal 6 berbunyi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari manusia dan tidak terbatas oleh usia. Pendidikan tidak hanya didapat dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia, yang ditekankan pada aspek jasmani dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia, yang ditekankan pada aspek jasmani dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah dasar bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan merupakan pembinaan yang pada hakekatnya merupakan usaha dalam proses pembentukan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan pendidikan dan latihan kerja. Dalam GBHN dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana Ujian nasional merupakan bentuk evaluasi yang dilaksanakan pemerintah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimana Ujian nasional merupakan bentuk evaluasi yang dilaksanakan pemerintah sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ujian Nasional (UN) merupakan kebijakan pemerintah yang sudah dilaksanakan sejak tahun 1950 dengan istilah Ujian Penghabisan sampai sekarang dengan istilah

Lebih terperinci

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 No.1, yang berbunyi: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan Undang Undang nomor 20 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelatihan merupakan suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelatihan merupakan suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pelatihan dan Pengembangan Pelatihan merupakan suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia untuk menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia untuk menjadi manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia untuk menjadi manusia yang terarah dan dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya 6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pengelolaan Pembelajaran. Pada dasarnya pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perusahaan bahkan lembaga (khususnya lembaga pendidikan) baik besar maupun kecil harus menyusun budget atau anggaran sebagai suatu landasan dalam membuat perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu kearah membina manusia atau anak didik menjadi insan sempurna, dewasa dan berbudaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan memiliki kecakapan baik intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan Afid Burhanuddin, M.Pd. Prodi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP PGRI PACITAN Afid Burhanuddin, M.Pd. 1 Afid Burhanuddin, M.Pd. 2 Rara Jongrang Vs Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang berupaya untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, terampil, profesional, dan berdisiplin

Lebih terperinci

DESAIN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Oleh WENI KURNIAWATI (Dosen STAI An-Nur Lampung)

DESAIN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Oleh WENI KURNIAWATI (Dosen STAI An-Nur Lampung) 106 DESAIN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Oleh WENI KURNIAWATI (Dosen STAI An-Nur Lampung) Abstrak Pembelajaran merupakan proses transfer ilmu yang melibatkan sistem dalam dunia pendidikan yaitu: guru/pendidik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question 1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang optimal terhadap kemajuan

Lebih terperinci

Mariaman Situmorang dan Lisyanto (Tutor Bimbel Medika dan Dosen Pendidikan Teknik Mesin)

Mariaman Situmorang dan Lisyanto (Tutor Bimbel Medika dan Dosen Pendidikan Teknik Mesin) UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MENGGAMBAR TEKNIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MESIN PRODUKSI SMK NEGERI 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui jalur pendidikan dihasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan Explanatory Survey Method dimana penelitian ini dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan nasional di era globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan manusia akan berdaya dan berkarya sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dunia kerja, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan masih terbuka namun sangat kompetitif. Hal ini tidak terkecuali dalam dunia kerja pada industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan memegang peranan penting dalam mengupayakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka

Lebih terperinci

Nama : Yohanna Enggasari. Pertanyaan :

Nama : Yohanna Enggasari. Pertanyaan : Nama : Yohanna Enggasari Pertanyaan : 1. Definisikan manajemen dan organisasi serta mengapa manajemen diperlukan dalam sebuah organisasi? 2. Sebutkan fungsi fungsi manajemen dan berikan contoh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara yang paling umum yang ditempuh manusia dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Tujuan akhir manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan nasional di era globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem pendidikan di Indonesia, sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perubahan di segala bidang terus berkembang pesat, dan kita harus mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan itu, terutama dalam meningkatkan

Lebih terperinci

2015 MANAJEMEN DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DI BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG

2015 MANAJEMEN DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DI BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perwujudan mutu didasarkan pada keterampilan setiap pegawai dalam merencanakan, mengorganisasi, membuat, mengevaluasi, dan mengembangkan barang/jasa sebagimana

Lebih terperinci

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,

Lebih terperinci