FEASIBILITY STUDY INVESTASI INDUSTRI PAKAN IKAN PROVINSI SUMATERA BARAT
|
|
- Liani Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KERJASAMA FEASIBILITY STUDY INVESTASI INDUSTRI PAKAN IKAN PROVINSI SUMATERA BARAT BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT Dan Universitas Andalas
2 OUTLINE PENDAHULUAN GAMBARAN UMUM ASPEK SUMBER DAYA ANALISIS POTENSI PASAR ASPEK TEKNIS ANALISIS FINANSIAL
3 PENDAHULUAN Latar Belakang - Kondisi wilayah Sumatra Barat di laut barat Indonesia - Potensi perikanan sangat terbuka - Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi - Manipulasi habitat ikan, dengan budidaya perikanan - Sarana Pendukung budidaya - Dengan menyediakan pakan untuk kebutuhan pertumbuhan dan produksi ikan - Tersedianya bahan pakan lokal - Memanfaatkan bahan pakan lokal sebagai bahan utama penyusun pakan ikan, agar biaya produksi dapat ditekan. Industri pakan ikan belum berkembang seperti pakan ayam dan lainnya.
4 PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Mengoptimalkan nilai tambah dari produksi ikan darat (baik itu budidaya maupun perairan umum) di Sumatera Barat yang pada akhirnya berdampak bagi peningkatan pendapatan bagi petani ikan di Sumatera Barat karena adanya investasi industri pakan ikan ini. Menyediakan data dan informasi mengenai kelayakan investasi industri pakan ikan,, Hal ini perlu dikaji ketersediaan bahan baku di Sumatera Barat sehingga bisa memberikan data dan informasi yang valid ke calon investor.
5 GAMBARAN UMUM a) Jenis Produk : Pakan ikan dengan nutrien sesuai dengan fase pertumbuhannya. al: Starter : Pakan untuk periode awal pertumbuhan sampai dengan berat ikan mencapai gram. Pada tahap ini kebutuhan protein cukup tinggi mencapai 31-35%. Grower : Kebutuhan protein pada periode pertumbuhan ini lebih menurun yaitu berkisar antara 28-31%. Berar badan ikan pada periode pertumbuhan dapat mencapai gram. Finisher : Periode finisher merupakaan periode akhir budidaya dimana ikan siap untuk di panen dan dijual. Berat badan ikan lebih dri 250 gram atau dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Protein pakan pada periode ini jauh menurun yaitu berkisar antara 25-28%.
6 b) Sifat Jenis Usaha : Usaha komersial untuk menghasilkan keuntungan dari penjualan produk pakan c) Alasan Timbul Gagasan Usaha: - Adanya peluang pasar - Potensi budidaya ikan di Sumatera Barat - Produksi jagung sebagai bahan baku
7 ASPEK SUMBER DAYA a) Identifikasi dan Suplai Bahan Baku Bahan baku didapat dari lokal maupun impor. Alternatif bahan lokal lebih diharapkan karena dapat menekan biaya. Beberapa pasokan bahan baku masih tergantung pada mekanisme impor menyebabkan harga pakan menjadi mahal
8 Nutrien Bahan Pakan Daerah Lokal Penghasil Negara Penghasil Protein Tepung Ikan Bungkil Kedelai Bungkil Kacang Tanah Banyuwangi, Muncar, Bali, Batang, Cili, Jepang, Peru Cilacap, Pekalongan Jawa Timur Bungkil Kelapa Sawit Corn Gluten meal Tepung Darah Tepung Kepala Udang Tepung Telur Sumatera, Lampung Cilegon Jawa Timur USA, Cina, Brasil, India, Argentina Energi Jagung Pasaman Barat, Garut, Grobogan, Lampung Dedak Tepung Tapioka Tersebar di daerah di Indonesia Ponorogo, Pasuruan, Pati, Wonogiri, Lampung Cirebon, Mojokerto Jepang, Thailand Jakarta, Semarang, Surabaya, Molasses Sumatera Utara Mineral Aditif Suplemen Meat Bone Meal Garam Mineral Batu Kapur Antioksidan Growth Promotor Anti Jamur Mineral Mix Vitamin Mix DL.Methionine L-Lysin Surabaya, Semarang Jogjakarta, Tulungagung Jakarta, Bandung Jakarta Jakarta USA, Australia, Eropa Jerman USA Swiss Swiss Jepang Jepang
9 Produksi Jagung Sumatera Barat Kabupaten/Kota Feasibility Study Investasi Industri Pakan Ikan Produksi (Ton) Tahun Hari Tahun Hari Tahun Har i Tahun Har i Tahun Hari Kab.Kep.Mentawai Kab.Pesisir Selatan Kab.Solok Kab.Sijunjung Kab.Tanah Datar Kab.Padang Pariaman Kab.Agam Kab.Lima Puluh Kota Kab.Pasaman Kab.Solok Selatan Kab.Dharmasraya Kab.Pasaman Barat Kota Padang Kota Solok Kota Sawahlunto Kota Padang Panjang 0.00 Kota Bukittinggi Kota Payakumbuh Kota Pariaman Sumatera Barat
10 b) Kebutuhan Nutrisi Kebutuhan nutrisi ikan Nila Nutrien Fry Starter Grower Finisher Berat (gram) 0, > 250 Protein Kasar (%) Asam Amino (%) Lisin 1,79-2,14 1,58-2,14 1,43-1,58 1, Metionin 0,95-1,13 0,84-0,95 0,76-0,95 0,68-0,76 Metionin+sistein 1,12-1,3 0,99-1,12 0,9-0,99 0,8-0,9 Treonin 1,3-1,6 1,2 1,3 1,1 1,2 0,95 1,1 Kalsium, (% minimum) 0,5 0,5 0,5 0,5 Phospor tersedia (% minimum) 0,6 0,6 0,6 0,6 Lemak kasar (%) Abu (%) Asam linoleat (% minimum) 1 0,5 0,5 0,5
11 b) Kebutuhan Nutrisi Bahan Pakan Harga Tepung Ikan Jagung 4500 Tp. Kepala Udang 4500 Bungkil Kedelai 4350 Dedak Halus 2000 Tp. Tapioka 4500 DL-metionin Garam Dapur 1400 Premix 50000
12 Formulasi Pakan Ikan Nila Bahan Pakan Fry Starter Grower Finisher % Tepung Ikan Jagung Tp. Kepala Udang Bungkil Kedelai Dedak Halus Tp. Tapioka Bungkil Kelapa Sawit 5 DL-metionin 0,2 0,2 0,2 0,2 Garam Dapur 0,3 0,3 0,3 0,3 Premix 0,5 0,5 0,5 0,5 Biaya (Rp.) 7024,2,- 6584,2,- 6075,7,- 5320,2,-
13 ANALISIS POTENSI PASAR a) Proyeksi Produksi Ikan Jumlah produksi budidaya kolam tahun 2014 mencapai ,05 ton atau senilai dengan Rp ,-.dari total keseluruhan nilai produksi yang mancapai Rp ,-.
14 Produksi Ikan menurut jenis budidaya Subsektor ton Budidaya Laut 12,67 78,58 137,25 334,5 243,00 Budidaya Tambak 12,11 12,22 25,64 178,74 296,88 Budidaya Kolam , , , , ,05 Budidaya Keramba 3.267, , , , ,50 Budidaya Apung Jaring , , , , ,93 Budidaya Minapadi 5.823, , , , ,85 Budidaya Kolam Air Deras 1.472, , ,16 - Jumlah , , , , ,21
15 Pertumbuhan populasi ikan budidaya di Sumatera Barat mencapai 25%. diprediksikan pupulasi ikan budidaya pada tahun 2015 mencapa ton
16 Kabupaten/Kota 2010 (ton) 2011 (ton) 2012 (ton) 2013 (ton) 2014 (ton) Kabupaten Sebaran Produksi Ikan Sebaran Produksi Ikan di Sumatera Barat Pesisir Selatan 2.197, , , , ,60 Padang Pariaman , , , , ,03 Agam , , , , ,92 Pasaman , , , , ,92 Lima Puluh Kota , , , , ,48 Tanah Datar 1.815, , , , ,1 Sijunjung 5.266, , , , ,9 Solok 1.312, , , ,09 Kep. Mentawai 10,1 65,65 162, ,43 Pasaman Barat 1.212, , , ,61 Dharmasraya 3.523, , , , ,00 Solok Selatan 498,12 236,81 344,98 441,77 533,09 Kota Padang 2.872, , , , ,81 Solok 64,23 104,11 70,28 114,65 151,23 Sawahlunto 59,06 62,7 78,91 135,43 137,56 Padang Panjang 376,63 480,08 622,13 783,7 824,09 Bukittinggi 145,64 228,3 182,3 244,3 332,47 Payakumbuh 237,02 335,18 344,03 480,14 485,74 Pariaman ,13 180,14 Total , , , , ,21
17 b) Proyeksi Kebutuhan Pelet Ikan Konsumsi Pakan Nasional Sumber. GPMT
18 Penggunaan Pelet di Sumbar Feasibility Study Investasi Industri Pakan Ikan No Kabupaten/Kota Kabupaten (ton) (ton) 1 Pesisir Selatan 6.310, ,93 2 Padang Pariaman , ,88 3 Agam , ,54 4 Pasaman , ,00 5 Lima Puluh Kota , ,07 6 Tanah Datar 738, ,35 7 Sijunjung 9.953, ,86 8 Solok 1.209, ,63 9 Kep. Mentawai 62,70 10,90 10 Pasaman Barat 6.024, ,83 11 Dharmasraya , ,24 12 Solok Selatan 243,23 242,65 Kota 13 Padang 1.509, ,64 14 Solok 119,48 119,48 15 Sawahlunto 115,14 116,00 16 Padang Panjang 648,72 457,10 17 Bukittinggi 235,50 361,80 18 Payakumbuh 192,73 214,17 19 Pariaman 86,85 90,50 Total , ,57 Kebutuhan pelet perbulan , ,714
19 Target konsumsi pakan ikan 2015 meningkat 10% sehingga target konsumsi pakan di Sumatera Barat pada tahun 2015 diharapkan mencapai ,2 ton.
20 Konsumsi Pelet per Hari No Kabupaten Konsumsi Pelet tahun 2014 Populasi Petani Ikan Budidaya Konsumsi Pelet/Hari (Ton) 1 Lima Puluh Kota , ,53 2 Dharmasraya , ,53 3 Padang Pariaman , ,56 4 Agam , ,78 5 Pasaman , ,50 6 Pesisir Selatan 5.959, ,33 7 Tanah Datar 1.596, ,37 8 Sijunjung , ,20 9 Kab Solok 2.115, ,80 10 Kep Mentawai 10, ,03 11 Pasaman Barat 7.699, ,09 12 Solok Selatan 242, ,66 13 Padang 2.232, ,12 14 Padang Panjang 457, ,25 15 Bukittinggi 361, ,99 16 Payakumbuh 214, ,59 17 Sawah Lunto 116, ,32 18 Kota Solok 111, ,30 19 Pariaman 90, ,25 Sumber. Dinas Kelautan dan Perikanan Total Provinsi Sumbar 594,21
21 c. Pasar Sasaran Sasaran pasar mampu membidik 10% dari pasar yang tersedia. Konsumsi pelet perhari di Sumatera Barat mencapai 594,21 ton/hari.
22 ASPEK TEKNIS a) Pemilihan Lokasi Produksi ikan di Kab. Agam adalah yang terbesar. Sehingga dipilih sebagai lokasi pendirian pabrik untuk mendekati pasar/lokasi petani budidaya.
23 b) Evaluasi Kapasitas Produksi Proyeksi penggunaan pelet tahun 2015 sebanyak ton, maka produksi pakan tahun pertama di rencakan ton. Industri pakan akan memproduksi ton/hari pada tahun pertama.
24 Kebutuhan bahan baku sesuai kapasitas produksi dan target pasar Kebutuhan Bahan Pakan (per hari) Potensi (per hari) (ton) Target Pangsa Pasar (% dari Potensi di Sumatera Barat) (ton) 100% 10% 20% 30% 40% 50% 60% Tepung Ikan 18% ,62 21,42 32,04 42,84 53,46 64,08 Jagung 30% ,70 35,70 53,40 71,40 89,10 106,80 Tp. Kepala Udang Bungkil Kedelai 14% 83 8,26 16,66 24,92 33,32 41,58 49,84 20% ,80 23,80 35,60 47,60 59,40 71,20 Dedak Halus 7% 42 4,13 8,33 12,46 16,66 20,79 24,92 Tp. Tapioka 10% 59 5,90 11,90 17,80 23,80 29,70 35,60 DL-metionin 0,20% 1 0,12 0,24 0,36 0,48 0,59 0,71 Garam Dapur 0,30% 2 0,18 0,36 0,53 0,71 0,89 1,07 Premix 0,50% 3 0,30 0,60 0,89 1,19 1,49 1,78
25 Jagung yang harus disuplai sebanyak 17,7 ton/hari atau setara dengan 1,21% dari total produksi jagung perhari (1.658 ton) di Sumbar
26 c) Pemilihan Jenis dan Kapasitas Mesin Perlatan dan mesin yang digunakan untuk kapasitas pabrik meliputi: Penerimaan material Batching Mixer Pelleting Packaging
27 Gambaran kapasitas mesin 10 ton/jam
28 d) Proses produksi Bahan pakan Grinding Mixing Pelleting Packaging
29 ANALISIS FINANSIAL b) Kebutuhan Biaya Infestasi Feasibility Study Investasi Industri Pakan Ikan Biaya Investasi Kebutuhan Satuan Harga satuan Jumlah Lahan m2 400,000 6,000,000,000 Paket Mesin 1 Unit 5,600,000,000 5,600,000,000 Gudang 5000 m2 4,000,000 20,000,000,000 Pabrik 1000 m2 5,000,000 5,000,000,000 Labor 1 Unit 1,500,000,000 1,500,000,000 Kantor 1000 m2 4,000,000 4,000,000,000 Pagar + Area Parkir 800 m2 2,000,000 1,600,000,000 Alat Transportasi 4 Unit 700,000,000 2,800,000,000 Total Biaya Investasi 46,500,000,000
30 b) Biaya Operasional Biaya Operasional per tahun kebutuha n Satuan Harga Satuan jumlah Biaya Pemeliharaan 1 Unit 930,000, ,000,000 Biaya Operasional Biaya Pegawai 60 Skill 10 Orang 84,000, ,000,000 Unskill 50 Orang 48,000,000 2,400,000,000 Biaya Admin 12 Bulan 36,000, ,000,000 Biaya Listrik 12 Bulan 500,000,000 6,000,000,000 Biaya Air 12 Bulan 5,000,000 60,000,000 Biaya Bahan Bakar Liter 7, ,160,000 Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan 9,872,160,000
31 c) Biaya Bahan Baku Sesuai dengan perhitungan formulasi pakan, maka harga pokok penjualan pakan ikan dengan kadar protein 30% adalah sebesar Rp. 6075,- per kilogram. Oleh karena itu, total kebutuhan bahan baku pertahun dengan asumsi penyusutan sebesar 5% adalah sekitar Rp. 153,107,640,000,-
32 d) Pendapatan Pendapatan perusahaan didapat dari penjualan produk. Produk pakan ikan yang dijual adalah pakan dengan kadar protein 30%. Harga jual yang ditetapkan untuk produk ini adalah sebesar Rp per kilogram. Sehingga pendapatan untuk satu tahun adalah sebesar Rp ,-.
33 b) Analaisis Kelayakan Usaha Hasil perhitungan mengindikasikan bahwa nilai IRR adalah sebesar 20%. Jika diasumsikan tingkat diskonto adalah sebesar 8%, maka pendirian pabrik pakan ikan dinyatakan layak secara finansial. Analiisa NPV menunjukka Rp. 20,935,374,325,- Payback period menunjukkan bahwa modal akan kembali pada tahun ke 5
34 PENUTUP Pendirian pabrik pakan ikan layak untuk dibangun di Sumatera Barat. Atas pertimbangan ketersediaan bahan baku dan potensi permintaan. Kabupaten Agam sebagai lokasi pabrik. Didukung oleh RTRW Kabupaten Agam yang telah menetapkan beberapa kecamatan sebagai daerah untuk pengembangan industri besar. Untuk hal ini, pemerintah daerah Agam telah mengalokasikan lahan seluas 80 Ha di ketiga kecamatan tersebut. Alternatif di kabupaten Pasaman Dari aspek finansial nilai IRR sebesar 27%. Nilai ini lebih besar dibandingkan tingkat bunga diskonto yang diasumsikan sebesar 8%. Artinya, secara finansial pun pendirian pabrik pakan ikan dapat dikatakan layak di Sumatera Barat.
35 ANALISIS SENSITIVITAS Harga jual = Rp ,- Indikator Kenaikan harga (% dari Rp. 6076,-) 1% 2% 3% IRR 19% 14% 10% B/C Rasio Payback Period 5 tahun 6 tahun 8 tahun NPV 18,582,918,718 7,703,891,213 (3,175,136,292)
36 Harga Jual = 7300 Indikator Kenaikan harga (% dari Rp. 6076,-) 3% 4% IRR 13% 9% B/C Rasio Payback Period 7 tahun 8 tahun NPV 5,351,435,606 (5,527,591,899)
37 Harga jual = 7350 Indikator kenaikan harga 4% 5% IRR 13% 9% B/C Rasio Payback Period 7 tahun 8 tahun NPV 5,351,435,606 (5,527,591,899)
38 harga jual = 7400 Indikator kenaikan harga 5% 6% IRR 11% 6% B/C Rasio Payback Period 7 tahun 9 tahun NPV 646,524,392 (10,232,503,112)
39 harga jual = 7500 kenaikan harga Indikator 6% 7% IRR 14% 9% B/C Rasio Payback Period 6 tahun 8 tahun NPV (4,058,386,821)
40
41
ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton
LAMPIRAN III. A ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 1 Kab. Pasaman 13,31 14,97 9,98 6,65 5,82 9,15 9,98 6,65 8,33 4,99 9,98 7,49 107,30 2 Kab. Pasaman Barat 26,61 153,03 27,45 26,61
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015
BADAN A PUSAT STATISTIKT A T I S T I K No. 41/7/13/ Th. XIX, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 PRODUKSI PADI TAHUN 2015NAIK1,25 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 2015 sebanyak 2,55 juta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Persilangan Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami proses persilangan, ayam ini dapat dipanen lebih cepat yaitu 2 bulan (Munandar dan
Lebih terperinciHASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013
No.40/07/13/TH. XVII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI SUMATERA BARAT 13,33
Lebih terperinciMakanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive)
M.K. Teknik Formulasi Ransum dan Sistem Informasi Pakan Jenis Bahan Pakan Konsentrat (Concentrate) Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive) 1 Bahan-bahan Konsentrat
Lebih terperinciDATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT KONDISI JANUARI S.D. 31 MEI 2017
DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT KONDISI JANUARI S.D. 31 MEI 2017 I. RENCANA INVESTASI Tabel 1.1. Perkembangan PMDN & Satuan nilai rencana investasi Laki-laki penyerapan Peremp.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era globalisasi saat ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya ikan sebagai sumber pangan yang menyehatkan, serta harga ikan yang relatif lebih murah dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Tanaman koro pedang telah lama dikenal di Indonesia, namun kompetisi antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam skala luas.
Lebih terperinciRINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017
RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017 I. RENCANA INVESTASI PMDN/ PMA Tabel 1. Perkembangan PMDN & PMA Satuan nilai rencana investasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya perikanan. Ketersediaan pakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan dalam menyelenggarakan roda pemerintahan.
Lebih terperinciVI. TEKNIK FORMULASI RANSUM
Teknik Formulasi Ransum VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM Setiap ternak yang dipelihara secara intensif, termasuk unggas harus diberi pakan untuk memenuhi semua kebutuhan zat gizinya khususnya untuk keperluan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2014
No.42/08/13/Th. XVII, 4 Agustus 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2014 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT FEBRUARI 2014
No. 20/4/13/Th. XVII, 1 April 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT FEBRUARI 2014 1. Jumlah Wisman ke Sumatera Barat Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA BARAT No.15/2/13 Th XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014
No.56/10/13/Th. XVII, 1 Oktober 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkebunan telah lama diusahakan oleh masyarakat Sumatera Barat yang berkaitan langsung dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Dari aspek ekonomi, usaha
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013
No. 46/8/13/Th.XVII, 4 Agustus 214 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 213 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 6.981 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 7.12 TON, DAN BAWANG MERAH SEBESAR 42.791 TON
Lebih terperinciPENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc
PENGETAHUAN BAHAN PAKAN Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pakan : Mempunyai nilai gizi yang tinggi Mudah diperoleh Mudah diolah Mudah dicerna
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT
No.08/2/13/Th. XVIII, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2014 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPada ternak ruminansia adalah keharusan Faktor yang mempengaruhi kualitas: Sebagai sumber Energi dan Protein Pemilihan Bahan Konsentrat:
Jenis Bahan Pakan Konsentrat (Concentrate) Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive) M.K. Teknik Formulasi Ransum dan Sistem Informasi Pakan Bahan-bahan Konsentrat Sebagai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JANUARI 2016
No.15/03/13/Th. XIX, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JANUARI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT
No.03/1/13/Th. XVIII, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau
Lebih terperinciTingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2016
No.33/06/13/Th. XIX, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2014
No.52/09/13/Th. XVII, 1 September 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2014 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT FEBRUARI 2015
No.22/04/13/Th. XVIII, 1 April 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT FEBRUARI 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2016
No.25/05/13/Th. XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2017
No.32/06/13/Th. XX, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2016
No.02/01/13/Th. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian
Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT FEBRUARI 2016
No.21/04/13/Th. XIX, 1 April 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT FEBRUARI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Hal ini karena sektor pertanian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2015
No.34/06/13/Th. XVIII, 1 Juni 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2016
No.44/08/13/Th. XIX, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2017
No.23/05/13/Th. XX, 2 Mei 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2016
No.11/02/13/Th. XX, 16 Februari 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016
No.61/11/13/Th. XIX, 1 November 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2015
No.08/02/13/Th. XIX, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JANUARI 2014
No. 15/3/13/Th. XVII, 3 Maret 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JANUARI 2014 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015
No.60/11/13/Th. XVIII, 2 November 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2015
No.02/01/13/Th. XIX, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2015
No.43/08/13/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciG U B E R N U R SUMATERA BARAT
No. Urut: 58, G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN NOMOR 58 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI DAN ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUMM PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG
KOMISI PEMILIHAN UMUMM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG JUMLAH BADAN PENYELENGGARA AD HOCK PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KETUA KOMISI PEMILIHAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2014
No. 24/5/13/Th. XVII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2014 1. Jumlah Wisman ke Sumatera Barat Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2015
No.52/09/13/Th. XVIII, 1 September 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2016
No.57/10/13/Th. XIX, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013
No. 03/1/13/Th. XVII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2013
No. 8/2/13/Th. XVII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2013 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2015
No.56/10/13/Th. XVIII, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPRODUKSI PADI PALAWIJA 2014 (ANGKA SEMENTARA 2014)
No. 19/3/13/Th.XVIII, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI PALAWIJA 2014 (ANGKA SEMENTARA 2014) PRODUKSI PADI SUMATERA BARAT 2014 MENCAPAI 2.519.020 Ton Produksi padi tahun 2014 tercatat sebesar 2.519.020 ton GKG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada tahun 2012 menjadi
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Skema kerja penyusunan formulasi pakan A. Pakan A (Protein 35% Energi 3,5 kkal/g)
LAMPIRAN Lampiran 1. Skema kerja penyusunan formulasi pakan A. Pakan A (Protein 35% Energi 3,5 kkal/g) Pakan Awal Disusun 85% (Dedak, Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai) 35.100 = X. 85 3500/85 = 41,18 % Protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur memiliki keunggulan dan kelemahan, keunggulan ayam petelur yaitu memiliki
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT OKTOBER 2015
No.69/12/13/Th. XVIII, 1 Desember 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT OKTOBER 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 4 : METODE UNTUK MENENTUKAN AVAILABILITAS ASAM AMINO PADA UNGGAS
PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA Materi 4 : METODE UNTUK MENENTUKAN AVAILABILITAS ASAM AMINO PADA UNGGAS Tujuan Untuk mengetahui beberapa metode penentuan availabilitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 27 POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT FERDINAL RAHIM Fakultas Peternakan Universitas Andalas,
Lebih terperinciLAPORAN PENGANTAR ILMU EKONOMI PEMANFAATAN BUDIDAYA KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN IKAN. Disusun Oleh : 1. Abdul Kholid ( )
LAPORAN PENGANTAR ILMU EKONOMI PEMANFAATAN BUDIDAYA KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN IKAN Disusun Oleh : 1. Abdul Kholid (10522213) 2. Meilia Hanum R. (10522224) 3. Asmawi Azgar (10522327) 4. Eko Suyono (12522088)
Lebih terperinciVII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus
18 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus androgynus) dalam ransum terhadap persentase potongan komersial karkas, kulit dan meat bone ratio dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Limba B Kecamatan Kota selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan November
Lebih terperinciKONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA
KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA Indonesia adalah negara TROPIS Dengan ciri khas kualitas rumput yang rendah Pemberian pakan hanya dengan rumput Pemberian pakan campuran rumput dan konsentrat hijauan hijauan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2015
No.26/05/13/Th. XVIII, 4 Mei 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau
Lebih terperinciDitulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39
Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan
Lebih terperinciSumatera Barat. Jam Gadang
Laporan Provinsi 123 Sumatera Barat Jam Gadang Jam gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepiting bakau merupakan salah satu hasil perikanan pantai yang banyak disenangi masyarakat karena rasa dagingnya yang enak, terutama daging kepiting yang sedang bertelur,
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016
BPS KABUPATEN PESISIR SELATAN No.02/07/1302/Th I, 4 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016 Garis kemiskinan (GK) Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2016 sebesar Rp. 366.228,- per kapita
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Dutohe Barat Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Lama penelitian berlangsung selama 3 bulan dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Konsentrat Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciDIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :
PENINGKATAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF Wiwit Rahayu 1,2) dan Wara Pratitis Sabar Suprayogi 1,3) 1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Pangan,
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi: Formulasi Pakan
PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA Materi: Formulasi Pakan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 ORGANISASI MATERI MENYUSUN FORMULA PAKAN BERBAGAI METODE
Lebih terperinciKEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I
TUGAS INDIVIDU RANSUM UNGGAS/NON RUMINANSIA KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING NAMA : SUPRIANTO NIM : I111 13 303 KELAS : A GANJIL FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBOKS 2 ANALISIS SINGKAT FAKTOR PENYEBAB VOLATILITAS HARGA DAGING AYAM RAS DI PROPINSI BANTEN DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA
BOKS 2 ANALISIS SINGKAT FAKTOR PENYEBAB VOLATILITAS HARGA DAGING AYAM RAS DI PROPINSI BANTEN DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA I. Latar Belakang Inflasi Banten rata-rata relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT
PROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT OLEH: IRWAN PRAYITNO Disampaikan pada Acara Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS GEROMBOL BERHIERARKI.
PENGELOMPOKAN KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS GEROMBOL BERHIERARKI Oleh: MIRA NOVIANTI 06134020 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Clarias sp (ikan lele) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Clarias sp (ikan lele) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat (Mahyuddin, 2008: 6). Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi udang di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menyatakan, pencapaian produksi udang nasional
Lebih terperinciDAMPAK PENETAPAN TARGET PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA TERHADAP KEBUTUHAN PAKAN DAN AKTIVITAS BUDIDAYA IKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH
885 Dampak penetapan target peningkatan produksi... (Erlania) DAMPAK PENETAPAN TARGET PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA TERHADAP KEBUTUHAN PAKAN DAN AKTIVITAS BUDIDAYA IKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 1 : Formulasi Pakan
PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA Materi 1 : Formulasi Pakan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 ORGANISASI MATERI MENYUSUN FORMULA PAKAN BERBAGAI METODE
Lebih terperinciFORMULASI PAKAN IKAN
7 FORMULASI PAKAN IKAN Komposisi pakan buatan disusun berdasarkan kebutuhan zat gizi setiap jenis ikan maupun udang. Komposisi ini sering disebut formulasi pakan. Formulasi yang baik berarti mengandung
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas pertanian perkebunan rakyat. Tanaman ini menjadi andalan bagi petani dan berperan penting bagi perekonomian
Lebih terperinciBudidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.
Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat
Lebih terperinciTABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012
Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)
Lebih terperinciINVESTASI PAKAN TERNAK KEPUTUSAN NAN BIJAK
INVESTASI PAKAN TERNAK KEPUTUSAN NAN BIJAK Sangat bijak bila pemilihan investasi memperhatikan ketersediaan bahan baku utama di lokasi investasi sehingga mempunyai keunggulan komparatif. Untuk pakan ternak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ikan patin siam (Pangasionodon hypopthalmus) merupakan ikan yang telah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan patin siam (Pangasionodon hypopthalmus) merupakan ikan yang telah banyak dibudidayakan secara luas di Indonesia. Ikan patin ini diintroduksi dari Thailand pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda
Lebih terperinciPROSIDING ISSN: E-ISSN:
PRODUKSI IKAN PATIN SUPER Dwi Puji Hartono* 1, Nur Indariyanti 2, Dian Febriani 3 1,2,3 Program Studi Budidaya Perikanan Politeknik Negeri Lampung Unit IbIKK Produksi Ikan Patin Super Politeknik Negeri
Lebih terperinciLampiran 1. Proses Fermentasi Substrat Padat Tepung Kulit Ubi Kayu
LAMPIRAN 45 44 Lampiran 1. Proses Fermentasi Substrat Padat Tepung Kulit Ubi Kayu Tepung Kulit Ubi Kayu + air Dengan perbandingan 1 : 2 Dikukus ± 30 menit Didinginkan dan diinokulasi dengan menggunakan
Lebih terperincimemberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis
Lebih terperinci