Roadmap penelitian Setiadi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Roadmap penelitian Setiadi"

Transkripsi

1 Roadmap penelitian Setiadi A. Pengertian roadmap atau peta jalan adalah rencana kerja rinci yang menggambarkan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. roadmap bisa juga diartikan dengan a map of roads atau peta jalan untuk bisa memberikan petunjuk jalan. Proses Penelitian dari berbagai sumber dapat diartikan sebagai : 1) Proses pembentukan dari sebuah teori yang diajukan; 2) Proses pencarian dan penemuan jawaban secara ilmiah; 3) Proses mencari jawaban atau hal hal yang ingin diketahui jawabannya; 4) Kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan; 5) Kegiatan ilmiah guna menemukan ilmu baru. Sehinggaroadmap penelitian bisa diartikan peta jalan atau petunjuk terhadap penelitian yang dilakukan, sebagai upaya untuk bisa mengetahui arah penelitian yang dilakukan. Roadmap mengenai penelitian, tentunya roadmap ini seharusnya berisikan petunjuk-petunjuk mengenai penelitian yang akan dilakukan berdasarkan kebutuhan atau klasifikasi yang berawal dari permasalahan yang ada kemudian berlanjut kepada tahapan penelitian yang akan dilakukan dengan memperhatikan potensi yang ada dan dengan harapan penelitian yang dilakukan sesuai dengan kepentingan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sesuai dengan bidang masing-masing. Selain itu, roadmap juga tentunya bisa mengidentifikasi penelitian yang akan dilakukan berdasakan jangka waktu penelitian dan prioritas serta mitra yang bisa diajak bekerjasama. Sehingga penelitian yang dilakukan akan terasa lebih bermakna, efektif dan efisien. Selain itu, roadmap ini juga harus bisa mengidentifikasikan tema-tema penelitian yang berguna untuk bisa memprediksikan persoalan-persoalan yang akan terjadi di masa mendatang terkait dengan kebijakan yang dilakukan saat ini atau di masa yang lalu sehingga bisa memberikan kontribusi terhadap kebijakan yang akan datang. B. Penyusunan Roadmap Penyusunan roadmap harus bersifat down up untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi. Walau tidak menutup kemungkinan permasalahan yang diidentifikasikan bisa bersifat top down terkait dengan hasil pemikiran para pakar/akademisi dan praktisi yang diberikan kepada pengambil kebijakan. Penyusuan roadmap ini tentunya membutuhkan sebuah masukan-masukan dari berbagai pihak untuk kemudian disintesa menjadi sebuah tema penelitian. Roadmap umumnya disusun sebagai bagian dari rencana strategis Substansi penulisannya dapat terdiri dari: a. Keadaan saat ini (sebagai baseline) b. Tujuan yang ingin dicapai c. Uraian tahap pelaksanaan untuk mencapai tujuan d. Sasaran dari setiap tahap e. Indikator pencapaian sasaran Dewasa ini Indonesia memerlukan berbagai penelitian yang bermutu tinggi untuk memecahkan persoalan bangsa Indonesia yang nota bene sangat ketinggalan di semua bidang. Untuk itu, sebagai peneliti atau calon peneliti unggul, seorang dosen harus mampu menggali permasalahan atau persoalan sesuai dengan kepakarannya untuk kemudian mencari pemecahannya. Pemecahan masalah dapat dilakukan melalui penelitian yang mendalam.. Penelitian yang demikian itu biasanya merupakan penelitian terapan, bukan merupakan penelitian dasar.

2 C. Cara memperoleh Ilmu Secara spesifik penelitian adalah sarana memeperoleh ilmu pengetahuan, jadi apa yang kita lakukan sekarang ini atau yang kita ketemukan hari ini adalah hasil penelitian orang dulu. Secara makro cara memperoleh pengetahuan dibagi menjadi 2 sesuai gambar berikut Ini : Menurut Notoatmodjo (2002:10 18) mengatakan, bahwa Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1. Cara tradisional atau non ilmiah Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi : a. Cara coba salah (Trial and Error) Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan apabila kemungkinan tidak berhasil pula dicoba kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba salah (trial and error). Contoh : Ditemukanya kina sebagai obat malaria. Seorang penderita malaria, ia mencoba berbagai kemungkinan untuk menyembuhkan penyakitnyatersebut tetapi selalu gagal. Pada suatu hari ketika sedang mengembara dihutan ia kehausan dan minum air parit yang begitu jernih, tetapi rasanya pahit sekali, Anehnya sejak minum air ini malarianya tidak kambuh lagi. Akhirnya ia melakukan penyelidikan kesepanjang parit tersebut dan diketemukan pohon kina yang tumbang terendam dalam parit. Akhirnya ia berkesimpulan bahwa kulit kayu kina dapat dijadikan obat malaria b. Cara Kekuasaan (Otoriter) Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainnya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan. Contoh :

3 Pada saat gereja mempunyai otoritas yang mutlak Eropa, ada suatu pendapat bahwa dunia itu datar, bukan bulat seperti teori yang kita anut sekarang. Pendapat itu diterima oleh masyarakat. pada waktu itu, sampai dalam jangka waktu yang lama tanpa melalui pembuktian empiris c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak akan mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkanya. Contoh : Seorang desa yang menderita demam dapat sembuh karena minum air daun pepaya, akan mengulangi lagi cara itu pada waktu ia menderita demam, bahkan mungkin ia akan menyebarluaskan pengetahuanya kepada para tetangganya. d. Melalui Jalan pikiran Yaitu dengan cara menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan menggunakan jalan pikiran ada 2 (dua) yaitu dengan cara induksi dan deduksi. Penalaran Induktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang bersifat khusus atau individual. Contoh : Ada fakta kambing punya mata, sapi punya mata, gajah punya mata, maka dapat ditarik kesimpulan bersifat umum bahwa semua binatang punya mata. Penalaran deduktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang khusus dari sesuatu yang bersifat umum. Contoh : Binatang menyusui berkaki empat dapat ditarik kesimpulan sapi termasuk binatang menyusui 2. Cara modern atau cara ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Metode ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui berpikir rasional dan berpikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu. Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan berpikir rasional dengan berpikir empiris, artinya pernyataan yang dirumuskan disatu pihak dapat diterima oleh akal sehat dan dipihk lain dapat dibuktikan melalui data dan fakta secara empiris. Almack (1939), membuat batasan bahwa metode ilmiah adalah suatu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Bahasan metode ilmiah sekurang-kurangnya memenuhi kriteria metode ilmiah sebagai berikut : 5 Berdasarkan fakta, artinya informasi yang diperoleh, baik yang akan dikumpulkan maupun dianalisis hendaknya berdasarkan fakta-fakta atau kenyataan kenyataan, bukan berdasarkan pemikiran sendiri atau dugaan-dugaan. Bebas dari prasangka, artinya fakta atau data hendaknya berdasarkan bukti yang lengkap dan objektif, bebas dari pertimbangan-pertimbangan subyektif. Menggunakan prinsip analisis, artinya fakta atau data yang diperoleh melalui metode ilmiah tidak hanya apa adanya. Fakta serta kejadian-kejadian tersebut harus dicari sebab akibatnya atau alasan-alasanya dengan menggunakan prinsip analisis. Menggunakan Hipotesis, artinya harus ada dugaan sementara untuk memandu jalan pikiran kearah tujuan yang ingin dicapai. Menggunakan ukuran objektif, artinya pengumpulan data harus menggunkan ukuran yang objektif bukan berdasarkan pertimbangan subjektif (pribadi). Untuk mendapatkan suatu ilmu juga bisa dari suatu penelitian yang dikaji beberapa kali sehingga nantinya dapat dipertahankan di publik yang melalui realitas suatu ilmu yang dibedakan menjadi tiga yaitu : Proses, artinya suatu kegiatan untuk memahami alam semesta dan isinya didasarkan pada tuntutan keilmuan (rasionalistis dan objektif). Produk, artinya segala proses keilmuan yang harus menjadi milik umum dan selalu terbuka untuk dikaji oleh orang lain. Paradikma Etis, artinya Ilmu harus mengandung nilai moral dan etik yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral yang ada dimasyarakat. Pengetahuan menjadi suatu ilmu sekurang-kurangnya ada 3 syarat yang harus terpenuhi yaitu : Ilmu sebagai produk, artinya kumpulan informasi yang telah teruji kebenaranya dan dikembangakn berdasarkan metode ilmiah dan pemikiran logis.

4 Ilmu sebagai proses, artinya cara mempelajari suatu realita dan memberi upaya penjelasan tentang suatu mekanisme. Ilmu sebagai metode, artinya cara untuk memperoleh pengetahuan dalam hal ini adalah menggunakan metode ilmiah. Cara ilmiah berarti bahwa penelitian itu harus didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu, rasional, empiris dan sistematis, yang pengertianya sebagai berikut : Rasional, artinya kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Oleh sebab itu, dalam berpikir rasional, diperlukan teori-teori yang telah mapan atau telah teruji kebenaranya. Empiris, artinya cara yang digunakan dalam penelitian itu teramati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat ikut mengamati dan mengetahui cara cara yang digunakan. Oleh sebab itu, kebenaran dalam berfikir empiris harus ditunjukan oleh bukti-bukti yang dapat dipercaya. Sistematis, artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. D. Membuat judul penelitian Judul penelitian itu dibuat setelah permasalahn jelas secara berurutan judul terbentuk harus diawali adanya topik penelitian, adanya masalah, adanya pertanyaan masalah, adanya rumusan masalah, tujuan penelitian baru adanya judul. Beberapa langkah yang biasa ditempuh dalam metode ilmiah adalah : 1. Merumuskan masalah. 2. Mengajukan hypothesis atau jawaban sementara terhadap masalah. 3. Mengumpulkan data dan informasi untuk menjawab masalah. 4. Menguji hypothesis berdasarkan data yang telah diperoleh. 5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hiphotesis.

5 Langkah (1) dan (2) adalah fase berfikir rasional, sedangkan langkah (3), (4) dan (5) fase berpikir empiris. Sebagai gambaran kelima langkah diatas, perhatikan contoh sederhana berikut ini : 1. Merumuskan masalah. Diajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah IQ seseorang mempengaruhi prestasi belajar seseorang? Pertanyaan ini diajukan untuk melihat pengaruh IQ terhadap prestasi belajar mahasiswa. 2. Mengajukan hypothesis atau jawaban sementara terhadap masalah. Jawaban sementara pertanyaan diatas adalah : Makin tinggi IQ seorang mahasiswa, makin tinggi prestasi belajarnya. Dasar yang digunakan dalam menentukan atau menetapkan hypothesis ini adalah berpikir rasional, berdasarkan nalar artinya bahwa tinggi rendahnya IQ seorang mahasiswa akan menentukan kemampuan, wawasan dan ketrampilan dalam belajar. 3. Mengumpulkan data dan informasi untuk menjawab masalah. Untuk menjawab permasalahan dan atau menguji kebenaran hypothesis diatas, diperlukan data empiris dari sejumlah mahasiswa di suatu perguruuan tinggi dengan cara mengukur IQ mereka dan membandingkan dengan perolehan prestasi belajar dikelas. 4. Menguji hypothesis berdasarkan data yang telah diperoleh. Bandingkan data hasil pengamatan dan pencatatan diatas, dari katagori tingkat IQ tersebut kemudian lakukan analisis dan tentukan tingkat IQ yang menunjukan prestasi lebih tinggi. 5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hyphotesis. Seandainya prestasi belajar yang lebih tinggi dicapai oleh seorang mahasiswa yang IQ relatif lebih tinggi pula, maka cukup beralasan untuk menerima hypothesis yang telah dirumuskan pada langkah kedua diatas, artinya terdapat bukti secara empiris untuk menerima hypothesis. Kesimpulanya adalah IQ seseorang dapat menentukan prestasi belajar. Dari contoh sederhana diatas, terlihat bahwa berpikir rasional dan berpikir empiris merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Berpikir rasional diperlukan dalam mengkaji masalah dan merumuskan hypothesis, sedangkan berpikir empiris digunakan untuk menguji kebenaran hypothesis dan menarik kesimpulan penelitian. E. Topik Topik penelitian merupakan objek penelitian, yang tercermin dalam perumusan masalah dan dalam judul. Topik atau objek penelitian adalah masalah penelitian yang akan diteliti. Objek dan subjek penelitian biasanya sudah sekaligus menjadi satu kesatuan. Kita ambil contoh judul berikut ini. Kesiapan lulusan perawat dalam melakukan praktek keperawatan di Rumah sakit Kesiapan lulusan perawat dalam melakukan praktek keperawatan di Rumah sakit merupakan objek penelitian, lulusan perawat adalah subjek penelitian. F. Judul: Kriteria Judul antara lain : Menarik, spesifik, unik, bermakna tunggal, sederhana, jelas, lojik, tidak perlu puitik, ditulis dalam kalimat berita. Gunakan kata kunci primer. Mencerminkan isi. berorientasi kepada produk sesuai dengan ciri PHB. Tidak terlalu pendek tetapi tidak terlalu panjang (10-20 kata). Judul yang lengkap biasanya terdiri dari: masalah, objek, atau topic penelitian; subjek penelitian, lokasi atau daerah penelitian, desain, strategi, metode penelitian, tahun atau waktu terjadinya peristiwa atau waktu menyelenggarakan penelitian Mari kita pelajari judul berikut ini (Amirin, 1995):

6 Studi perbandingan antara mahasiswa yang aktif dan tidak aktif dalam organisasi intra dan atau ekstra kampus terhadap pekerjaan ideal setelah menjadi sarjana Judul tersebut selain belum jelas juga terlalu panjang. Bandingkan dengan perubahan judul di bawah ini. Perbandingan persepsi mengenai pekerjaan ideal setelah menjadi sarjana antara mahasiswa yang aktif dan tidak aktif berorganisasi G. Subjek penelitian Sebagai ilustrasi, misalnya kita akan meneliti tentang profil perpustakaan Sekolah Dasar di Propinsi Bengkulu. Subyek penelitiannya adalah perpustakaan SD. Untuk memperoleh informasi tentang hal itu, kita dapat menggalinya dari sumber data. Sumber data dapat kita peroleh dari responden misalnya kepala perpustakaan & stafnya. Kita dapat juga menggali informasi dari dokumen-dokumen yang ada di perpustakaan. Agar lebih jelas tentang subyek penelitian, kita ambil contoh misalnya kita ingin meneliti tentang motivasi belajar mahasiswa Universitas Bengkulu dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Yang menjadi subyek penelitian adalah mahasiswa. Untuk mendapat informasi tentang motivasi mahasiswa kita dapat menggalinya dari responden dapat mahasiswa itu sendiri, dosen atau orang tua. Jika kita pilah lebih dalam dapat saya uraikan sebagai berikut: Mahasiswa sebagai subyek penelitian, responden & sumber data/informasi Dosen sebagai responden & sumber data/informasi Orangtua mahasiswa sebagai responden & sumber data/informasi Dari contoh-contoh di atas dapat kita pahami bahwa subjek penelitian adalah sesuatu atau seseorang yang akan kita ambil informasinya. Informasi tersebut bisa berupa perilaku, keadaan dll. dari sesuatu atau seseorang tersebut. Sumber data adalah sesuatu atau seseorang yang kita pilih untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu atau seseorang yang lain. 1) Pengembangan metode Koprodiagnosa untuk mendeteksi Toksoplasmosis pada kucing sebagai upaya pencegahan penularan pada manusia 2) Pengembangan Sistem Diagnosis dan Prognosis Roda Gigi Untuk Mendukung Sistem Perawatan Mesin Berbasis Kondisi 3) Model Penanggulangan Kemiskinan Melalui Usaha Ekonomi Berbasis Rumah (Home-Based Enterprises) di Kota Yogyakarta 4) Model Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Pada Masyarakat Pulau Terluar (Studi Kasus Kabupaten Natuna) 5) Analisis Kemampuan Substitusi Tepung Mocaf terhadap Tepung Terigu, Kelayakan Usahanya, dan Efek Ganda Keberadaan Industrinya di Kabupaten Tanah Laut. 6) Analisis Kemampuan Substitusi Tepung Mocaf terhadap Tepung Terigu, Kelayakan Usahanya, dan Efek Ganda Keberadaan Industrinya di Kabupaten Tanah Laut. 7) Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Online Kejadian Bencana Alam Menggunakan Teknologi Location Based Service 8) Pengembangan Model Bioremidiasi Secara In-Situ Menggunakan Mikroba Dari Kompos Untuk Meningkatkan Produksi, Kualitas dan Daya Saing Hortikultura 9) Efek Pemberian Pakan Komplit Plus Selama Bunting Akhir, Laktasi dan Penyapihan Dini terhadap Efisiensi Reproduksi Induk Sapi Bali yang Dipelihara Semi Intensif 10) Implementasi Model Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Dan hasil Belajar Kimia Siswa SMA Se-Kabupaten Lombok Barat 11) MODEL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KESADARAN PARIWISATA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKSI KURIKULUM MUATAN LOKAL PARIWISATA BAGI SEKOLAH DAN KELOMPOK SADAR WISATA DI PULAU LOMBOK 12) Penggunaan bakteri probiotik asli Indonesia yang diisolasi dari udang dalam upaya perbaikan kualitas pakan udang dan ikan 13) Model Pendidikan Gizi Berbasis Pangan Lokal dan Makanan Tradisional bagi Anak Usia Dini 14) Pengembangan dan Implementasi Bahan Ajar Interaktif Berbasis TIK Menggunakan Program Slideshow Powerpoint by Using Audio Effect Bagi Guru Matematika SMP di Pedalaman Kubu Kalimantan Barat 15) Pengembangan Kewirausahaan Perempuan Melalui Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Lokal

7 16) Sistem Pemantauan Lalulintas dengan Pesawat Tanpa Awak 17) Pengendalian Secara Hayati Serangga Hama Utama Tanaman Kobis Crocidolomia binotalis Dengan Fusan Bacillus Thuringiensis var kurstaki dan Bt. var israelensis 18) Inovasi Teknik Pengendalian Terpadu Penyakit Kerdil Kuning Padi Tertular Wereng Coklat di Indonesia Untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional 19) Pengembangan Teknologi dan Peningkatan Kinerja Kitosan sebagai Adsorben terhadap Ion Fluorida dalam Air Minum melalui Penambahan Lantanida 20) Formulasi Tepung Multiguna Berbahan Dasar Beras, Jagung, Ubi Jalar, Ubi Kayu dan Kedelai untuk Pembuatan Roti dan Cake Tanpa Telur dan Gluten 21) Potensi Efek Antikanker Kombinasi Fraksi Diterpen Lakton dari Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dengan Obat Kemoterapi Kanker 22) Efektifitas Biofertilisasi Konsorsium Mikroba Pada Tanaman Hortikultura Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Produktifitas Tanaman Pangan Nasional Serta Keamanan Pangan Dari Bahan Kimia 23) Produksi Kit Diagnostik Cepat dan Imunoglobulin Y untuk Imunoterapi Toksoplasmosis Masa Depan Menggunakan Rekombinan P30 24) Upaya Pemberdayaan Petani Gurem Melalui Optimalisasi Manfaat Ganda kawasan Hutan pada Zonasi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang Mendukung Keberlanjutan Fungsi Pembangkit Listrik Hidro Mikro Di Desa Timpuseng Kecamatan Camba Kabupaten Maros 25) Kajian Efektifitas Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam Pengentasan Kemiskinan (Studi Pada Usaha Mikro dan Kecil di Kota Makassar) 26) Metode Pembibitan Lamun Tropika Enhalus acoroides untuk Restorasi Padang Lamun yang Berkelanjutan. 27) Penyusunan Model Terapi Wicara untuk Penderita Berbagai Jenis Gangguan Berbahasa dan Gangguan Berbicara 28) Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan Industri Garmen untuk Menekan Biaya Logistik dan Meningkatkan Daya Saing. 29) Conflict and Social Competence: A Longitudinal Study on Children and Adolescent in Indonesia 30) Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok untk Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Insan Industri Kreatif Batik 31) Pengembangan Model Kolaborasi Program Skala Kota dengan Skala Lingkungan untuk Mendukung Keberhasilan Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLP-BK) 32) Pengembangan dan Implementasi Bahan Ajar Interaktif Berbasis TIK Menggunakan Program Slideshow Powerpoint by Using Audio Effect Bagi Guru Matematika SMP di Pedalaman Kubu Kalimantan Barat 33) Pengembangan Kewirausahaan Perempuan Melalui Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Lokal 34) Studi Tentang Cara Kerja dan Pengawasan Kinerja Advokat dalam Penanganan Perkara Pidana sebagai Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Mafia Peradilan 35) Model Pemberdayaan Masyarakat Desa melalui Pengelolaan Usaha Produktif Mix Farming dengan Pemanfaatan Ecotechno Entrepreneur di Kawasan Agrowisata 36) Model Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Di Daerah Otonom Baru : Partisipasi Publik Dalam Rekrutment Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah 37) Strategi Peningkatan Kemandirian Desa melalui Pembangunan Demokrasi Pedesaan 38) Model Pencegahan Konflik Antar Suporter Sepakbola Melalui Integrasi Nilai-Nilai Local Wisdom Sebagai Upaya Membangun Karakter Bangsa 39) Model Pengintegrasian Nilai-Nilai Karakter dan Soft Skills-Transferable Skills pada Pembelajaran Kewirausahaan Guna Membangun Karakter dan Jiwa Wirausaha Siswa SMK 40) Pengembangan Paket Model Pendidikan Entrepreneurship Terintegrasi pada Pendidikan Seni Budaya untuk Membangun Karakter dan Pola Pikir Entrepreneurial bagi Peningkatan Daya Saing Bangsa di Era Industri Kreatif 41) Pengembangan Living Values Education dalam Pembelajaran, Habituasi, dan Ekstrakurikuler untuk Pembentukan Karakter Peserta didik 42) Pengembangan Prototipe Kurikulum Berorientasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional dan Pedagogik Sains Calon Guru Pendidikan Sains

8 43) Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif, dan Produktif Berbasis Wirausaha dalam Upaya Pembentukan Karakter Bangsa yang Berkualitas di SMK 44) Efektivitas Konsorsium Bakteri Pereduksi N2O dan Bakteri Metanotrof sebagai Pupuk Hayati dan Pereduksi Emisi Metan dan N2O Serta Suksesi komunitas mikrobanya di Lahan Sawah 45) Inovasi Pengembangan Soft Skill Bagi Pembinaan Partai Politik yang Berkarakter (Studi Research and Development pada Partai Politik Berbasis Nasionalis di Kota Medan) 46) Pengembangan Ketrampilan Komunikasi Akomodatif dan Rasa Percaya pada Mahasiswa sebagai Modal menuju Terwujudnya Harmoni Sosial 47) Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbasis Living Value Education (LVE) di Perguruan Tinggi Sebagai Strategi Deradikalisasi Terhadap Paham Keagamaan Gerakan Islam Transnasional Radikal Dan secara spesifik maka dapat dibu kalimat judul seperti ini :

9 H. Topik penelitian mahasiswa Topik penelitian mahasiswa mengarah ke mata kuliah dengan gambar sebagai berikut:

10

11 Dan seterusnya I. JUDUL PENELITIAN, PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN Penelitian keperawatan pada hakikatnya adalah suatu proses ilmiah yang memvalidasi dan memurnikan pengetahuan yang ada dan menciptakan teknologi baru yang secara langsung berpengaruh terhadap praktek keperawatan. Adapun tujuan penelitian keparawatan antara lain adalah : 1. Mengembangkan dan menguji teori yang ada 2. Menghubungkan teori dan praktek 3. Memahami fenomena keperawatan 4. Memantapkan komitmen profesional dan akuntabilitas 5. Memperoleh informasi yang diperlukan untuk proses keperawatan A. Judul Penelitian 1. Memilih Dan Menetapkan Judul Penelitian Dalam memilih dan menetapkan judul penelitian yang perlu diperhatikan antara lain: a. Judul sebaiknya yang menarik minat peneliti. Menarik dan dapat membangkitkan minat sipeneliti meruapakan sesuatu yang dapat mendorong dan membangkitkan semangat kerja dalam setiap langkah kegiatan penelitian, terutama keinginan untuk memperoleh kebenran ilmiah. Karena dalam mencari suatu pekerjaan, jika tidak diminati atau tidak menarik hati, orang sering bekerja setengah-setengah hati hasilnya nantinya tidak akan memuaskan. b. Judul yang dipilih mampu untuk dilaksanakan peneliti Dengan kemampuan pengetahuan dan ketrampilan, peneliti akan mampu memecahkan permasalahan yang dicakup oleh judul yang dipilih. Mampu disini maksudnya dapat melakukan penelitian dan cukup waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penelitian tersebut serta didukung oleh dana yang telah diperhitungkan untuk biaya penyelesaiannya atau tidak mahal dan terjangkau oleh peneliti. Sehingga harus mawas diri dulu untuk mengambil judul. Contohnya

12 Mahasiswa DIII Keperawatan hanya diajar dengan mata kuliah Riset Keperawatan 2 SKS dan hanya ada waktu sekitar 1 bulan untuk mengambil data mencoba meneliti kefektifan penggunaan bethadin dalam mencegah tromboplebitis pada pemsangan infus. Judul ini menarik untuk diteliti tetapi mungkin peneliti belum mampu untuk melaksanakan dan waktu yang tersedia kurang untuk diselesaikan dengan baik. c. Judul hendaknya mengandung kegunaan praktis dan penting untuk diteliti Peneliti sudah bekerja dan berusaha dengan bersusah payah, hendaknya hasilnya berguna untuk diri, masyarakat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian perlu dipikirkan hasil penelitian dengan judul yang dipilih, apakah ada manfaatnya atau tidak, tentunya peneliti ingin menyumbangkan karyanya untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Jangan meneliti yang sudah jelas diketahui hasilnya karena itu memang tidak perlu ditelitu. Contohnya : Peneliti ingin mengamati apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan Tindakan keluarga klien TB Paru dalam mencegah penularan terhadap anggota keluarga yang lain. Judul ini bagus tetapi kalau kita ingin mencari hubungan antara pengetahuan dengan tindakan maka itu tidak ada gunanya karena menurut teori secara umum biasanya kalau orang itu tahu maka akan melaksanakannya sehingga tidak perlu diteliti. Mungkin lebih baik kalau studi tingkat pengetahuan keluarga TB Paru dalam mencegah penularan terhadap anggota keluarga yang lain. Judul ini singkat tetapi nantinya dapat diketahui pengetahuan keluarga dan kalau hasilnya jelek maka dapat di usulkan untuk diadakan penyuluhan secara berkala supaya pengetahuan mereka meningkat sehingga bisa mengurangi penuluran TB Paru terhadap anggota keluarga yang lain. d. Judul yang dipilih hendaknya cukup data tersedia Pemilihan judul penelitian hendaknya didukung oleh data yang cukup tersedia dan meyakinkan peneliti untuk menelitinya. Data disini dimaksudkan pula data sekunder dari kepustakaan yang ada untuk memperoleh teori dan konsep-konsep yang kelak digunakan pula untuk menyusun hipothesa penelitian. Serta situasi lapangan yang memungkinkan untuk mengumpulkan data data yang diperlukan oleh peneliti. Jangan meneliti dengan judl yang dilapangan jarang ditemui misalnya Studi tingkat depresi klien yang berkelamin dua. Mungkin data diatas sangat jarang dijumpai nantinya selain kesulitan sumber buku untuk menjelaskan fenomena itu juga kesulitan klien yang berkelamin dua. e. Hindari terjadinya duplikasi judul dengan judul lain Jika terdapat judul yang sama, orang sering mengatakan salah satunya tiruan atau plagiat. Hendaknya hal seperti ini tidak terjadi. Karena penelitian kita telah dilakukan dengan susah payah dan akhirnya ejekan yang akan tejadi. Hal bisa terjadi jika melakukan penelitian ulang atas penelitian orang lain, yang mungkin kita meragukan hasil yang diperoleh, atau kita ingin menyempurnakan lebih lanjut, hal ini perlu dijelaskan dalam penelitian kita. Kelima poin tersebut diatas, merupakan langkah pertama dalam memilih judul penelitian. Berikut yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan agar judul kita memenuhi syarat sebagai judul yang tepat dan baik, yaitu : a. Judul dalam kalimat pernyataan, bukan pertanyaan b. Cukup jelas dan singkat serta tepat c. Berisi variabel-variabel yang akan diteliti d. Judul menggambarkan keseluruhan isi dan kegiatan penelitian yang dilakukan B. Cara Menulis Judul Penelitian Berikut yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam menulis judul yang tepat dan baik, yaitu : 1. Judul hendaknya dibuat sesingkat mungkin, jels, logik, informatif dan atraktif 2. Batasilah jumlah kata, hendaknya tidak lebih dari kata, agar pembaca dapat cepat memahami arti judul tersebut 3. Untuk laporan penelitian harus sama dengan judul yang tercantum dalam usulan penelitia

13 C. Mengidentifikasi permasalah sebelum mencari judul penelitian Ada beberapa strategi supaya dapat mencari judul yang bagus antara lain adalah : 1. Mencarilah masalah penelitian pada awal kuliah teoritis riset keperawatan sebanyak banyaknya untuk di tulis dan dikumpulkan sebagai bekal pada saat kita konsul kepada pembimbing. 2. Berpikir yang kritis terhadap permasalahan keperawatan yang kita lihat, amati dan dengar, sehingga untuk mencari judul kita tidak perlu terlalu muluk muluk cukup kita mendengar, melihat, dan mengamati disekitar kita. 3. Membaca jurnal penelitian sebanyak-banyaknya sebagai bekal agar penelitian kita tidak plagiat. 4. Sering diskusi kepada teman atau kelompok untuk mencari judul yang bagus D. Perumusan Masalah Penelitian 1. Masalah Penelitian Permasalahan penelitian adalah kesejangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan; antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia; antara harapan dengan capaian. Sumber permasalahan penelitian sebenarnya ada dalam diri peneliti sendiri, ia harus selalu alergi terhadap alasan yang diberikan oleh para kolega dan seniornya atau tulisan literatur. Ia harus mengembangkan ketajaman observasinya, sehingga ia menjadi lebih awas pada apa saja yang pernah dipertanyakannya. Ia harus meragukan setiap kesimpulan yang tidak cukup bukti atau tidak berdasarkan data yang lengkap. Jika semuaanya itu ia anggap memerlukan pembuktian, maka ia telah sampai pada permasalahan penelitian (Zainuddin, 2003). Suatu penelitian penting untuk dilakukan apabila ada masalah yang belum pernah ia teliti, ada penelitian sebelumnya tetapi hasilnya belum lengkap atau kurang tajam, hasil penelitian sebelumnya masih kontradiktif dan belum konsisten. Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan berdasarkan suatu fakta empiris di lapangan. Pada tahap awal melaksanakan riset kegiatan yang perlu dilaksanakan mencakup pemahaman tentang konsep masalah berdasarkan kajian kepustakaan yang dapat dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi berfikir, membaca, teori dan review dengan teman sejawat dan pembimbing. Selama tahap ini seorang peneliti perlu memahami melaksanakan deductive reasoning dan memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah dilaksanakan orang lain. Prioritas / Lingkup riset keperawatan berdasarkan kelompok ilmu keperawatan kemudian dikembangkan menjadi: a. Prioritas kesehatan danpencegahan penyakit pada masyarakat b. Pencegahan perilaku dan lingkungan yang berakibat buruk pada masalah kesehatan c. Menguji model praktek keperawatan di komunitas d. Menentukan efektifitas intervensi keperawatan pada infeksi HIV-AIDS e. Mengkaji pendekatan yang efektif pada gangguan perilaku f. Evaluasi intervensi keperawatan yang efektif pada penyakit kronis g. Identifikasi faktor-faktor bio-perilaku yang berhubungan dengan kemampuan coping h. Mendokumentasikan efektifitas pelayanan kesehatan / keperawatan i. Mengembangkan masalah dan metodologi riset pelayanan kesehatan / keperawatan j. Menentukan efektifitas biaya perawatan pasien 2. Sumber Masalah Penelitian Turney dan Noble (1971) mengemukakan bahwa ada 5 sumber masalah penelitian empiris, termasuk masalah penelitian keperawatan, yaitu : 1. Pengalaman pribadi 2. Keterangan yang diperoleh secara kebetulan 3. Kerja dan kontak profesional 4. Penguji dan kontak profesional

14 5. Analisa terhadap literatur akademik dan hasil peneitian yang relevan 1. Pengalaman Pribadi Banyak masalah dalam bidang keperawatan diperoleh dari pengalaman harian peneliti. Mengejawantahkan pengalaman pribadi menjadi permasalahan penelitian dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut : a. Mendefinisikan pengalaman pribadi untuk fokus penelitian b. Mengidentifikasi sebab-sebab munculnya masalah itu c. Membuat keputusan pribadi selaku calon peneliti untuk memecahkan masalah itu d. Merumuskan masalah penelitian 2. Keterangan yang diperoleh secara kebetulan Informasi tidak sengaja pada hakikatnya dapat diperoleh dimana saja, dimanapun, darimanapun, dan kapanpun peneliti berpeluang memperoleh keterangan penting dan menarik untuk dijadikan fokus penelitian, sungguhpun ia tidak senagaja menyiapkan diri untuk mencari informasi atau keterangan tertentu. Untuk mengejawantahkan keterangan yang diperoleh secara tidak sengaja menjadi permasalahan penelitian yang dipilh ditempuhblangkah-langkah sebagai berikut : a. Membangkitkan kepekaan selaku peneliti didalam merespon fenomena keperawatan yang relefan b. Mendefinisikan keterangan yang diperoleh secara spesifik c. Mengidentifikasi sebab-sebab munculnya masalah d. Membuat keputusan pribadi selaku calon peneliti untuk memecahkan masalah tersebut e. Merumuskan masalah masalah penelitian 3. Kerja dan Kontak Profesional Banyak peneliti mengembangkan atau merumuskan pertanyaan pertanyaan penelitian mereka sebagai bagian dari aktivitas pekerjaan atau melaui diskusi dengan rekan sekerja (Kline, 1980); tidak terkecuali dibidang keperawatan. Pada banyak kasus, diskusi formal dan informal yang dilakukan oleh peneliti dengan rekan atau kelompok ahli lain sangat membantu upaya penajaman pemahaman terhadap masalah, baik teoritis maupun praktis. Melalui diskusi akademis inilah masalah penelitian dirumuskan dan dipertajam. Untuk tujuan ini peneliti dapat melakukan langkah-lanhkah sebagai berikut : a. Mendefinisikan masalah-masalah keperawatan bersama rekan sekerja atau tenaga ahli lainnya b. Mengidentifikasi sebab-sebab munculnya masalah itu melalui diskusi dengan rekan kerja atau tenaga profesional lainnya c. Membuat keputusan untuk menyelenggarakan penelitian keperawatan mengenai sebabsebab munculnya gejala dan dampak ikutannya d. Mermuskan pertanyaan penelitian. 4. Pengujian dan Pengembangan Teori Tujuan penelitian antara lian adalah dimaksudkan untuk melahirkan teori-teori baru mengenai perilaku keperawatan. Sebaliknya, teori-teori mengenai keperawatan dan perilaku keperawatan dapat dijadikan acuan dasar untuk merumuskan masalah penelitian. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti adalah : a. Memahami teori-teori keperawatan yang ada dan yang relevan b. Menelaah proses penelitian sampai dengan ditemukannya teori itu c. Membuat keputusan untuk menyelenggarakan penelitian d. Menentukan waktu dan situasi penelitian yang berbeda dengan penelitian yang sama sebelumnya e. Merumuskan masalah penelitian

15 5. Analisis Literatur profesional dan hasil penelitian sebelumnya Masalah penelitian keperawatan banyak diperoleh melalui penelaahan terhadap literatur profesional dan laporan/jurnal hasil penelitian. E. Mengidentifikasi Permasalahn Penelitian Beberapa cara untuk mengidentifikasi masalah penelitian dibidang keperawtan adalah sebagai berikut : 1. Observasi fenomena yang terjadi dalam pekerjaan sehari-hari, misalnya kesulitan-kesulitan yang dihadapi dibidang profesi sehari-hari dapat menjadi objek penelitian. Pada suatu saat selalu ada fenomena yang belum sepenuhnya dimengerti atau ada perbedaan pendapat tentang suatu fenomena tertentu. 2. Penelusuran literatur pada aspek tertentu dalam suatu bidang, kumpulkan teori-teori, pelajari perkembangannya, kelemahannya, kesenjangannya atau inkontensinya. Hal ini akan mengarahkan kita pada permasalahan untuk diteliti lebih lanjut. 3. Menghadiri untuk menangkap permasalahan dalam seminar, pertemuan ilmiah profesi, kuliah tamu, atau mengunjungi pusat-pusat penelitian, lapangan dan sebagainya. Dalam mengidentifikasi permasalahan penelitian, pada hakikatnya calon peneliti harus berbekal scientific mind dan Prepared mind scientific, yang mempunyai pengertian harus berpandangan objektif (dapat melepaskan diri dari praduga dan opini sendiri), independent (tidak terpengaruh oleh pandangan orang lain) dan berwawasan. Prepared mind artinya selalu siap agar dapat menangkap permasalahan yang timbul selama melakukan obsevasi. Sebagai ilustrasi misalnya Isaac Newton dapat menemukan hukum gravitasi bumi, setelah dia kejatuhan buah apel. Banyak orang yang sebelumnya juga kejatuhan buah apel seperti Isaac Newton, tetapi tidak ada yang berfikir tentang hukum gravitasi bumi, oleh karena pikiran mereka belum siap siaga untuk menangkap makna yang terkandung dalam peristiwa jatuhnya apel ke kepala mereka (Zainuddin, 2003). F. Merumuskan Masalah Penelitian Permasalahan yang telah diidentifikasikan kadang-kadang sifatnya masih umum, belum spesifik. Oleh karena itu maka permasalahan yang telah diidentifikasi harus dipersempit agar lebih spesifik melalui pemecahan menjadi sub-sub permasalahan melalui perumusan masalah yang berupa beberapa pertanyaan yang relevan dengan permasalahan pokoknya. Dalam merumuskan masalah perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Frekuensi dan penyebaran masalah yang bersangkutan 2. Wilayah geografis yang terpengaruh oleh masalah yang bersangkutan 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah 4. Upaya yang pernah dilakukan untuk mengatasi masalah, keberhasilan dan kekurangan upaya tersebut Alasan pentingnya penelitian sehingga dapat membantu pemecahan masalah (Depkes RI, 2003). Masalah penelitian dapat dikatakan baik, jika mampu menghasilkan konklusi yang memenuhi kriteria valid dan riabel, yang mencerminkan derajad objektif yang tinggi, dan menggambarkan kausalitas. Kriteria masalah penelitian yang baik (Danim, 2003), yaitu : 1. Bersifat kausalitas atau menghubungkan 2 variabel 2. Dapat diukur secara empiris dan objektif 3. Dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, lebih baik dinyatakan dalam bentuk pertanyaan 4. Tidak mencerminkan ambisi pribadi atau masyarakat, dan tidak pula menuntut jawaban dengan pertimbangan moral subjektif Contoh : 1. Bagaimanakah peran orang tua dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir (deskriptif)

16 2. Apakah ada hubungan antara variabel X dan Variabel Y? (crossectional: asosiasi / korelasi) 3. Apakah ada pengaruh pemberian terapi bermain pada anak pra sekolah selama MRS terhdap penerimaan selama tindakan invansiv? (pengaruh experiment) G. Menyusun Tujuan Penelitian Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan sebagai indikator terhadap hasil yang diharapkan. Tujuan dari penelitian berguna untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari, membuktikan, mengkaji, memprediksi alternatif pemecahan masalah terahadap masalah penelitian. Tujuan tersebut menandakan ide dari riset, misalnya deskriptif, corelasi, dan komparatif. Dengan adanya tujuan tersebut akan mempermudah untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tujuan penelitian harus jelas, ringkas, pernyataan yang deklaratif yang biasanya dituliskan dalam bentuk kalimat aktif. Untuk suatu kejelasan tujuan, biasanya difokuskan pada satu atau dua variabel dan mengidentifikasi apakah variabel perlu dijabarkan lebih lanjut. Fokus tersebut bisa dalam bentuk identifikasi hubungan atau asosiasi diantara variabel atau untuk menentukan perbedaan diantara dua grup dengan varaibel. Misalnya, tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengidentifikasi karakteristik dari variabel X 2. Untuk mengidentifikasi karakteristik dari variabel y 3. Untuk menentukan atau mengidentifikasi hubungan antara variabel X dan variabel Y (relational) 4. Untuk menentukan atau mengidentifikasi perbedaan antara grup 1 dan grup 2 sehubungan dengan variabel X (differences) Tujuan penelitian adalah suatu indikasi kearah mana atau apa yang dicari melalui penelitian itu, yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret dapat diamati dan dapat diukur. Tujuan dari riset ini biasanya adalah untuk mengidentifikasi, menjelaskan atau memprediksi alternatif pemecahan masalah. Secara bodoh dapat dikatakan, bahwa dalam merumuskan tujuan penelitian seseorang peneliti tinggal mengubah redaksi kalimat masalah (kalimat pertanyaan di pertanyaan masalah) menjadi kalimat pernyataan supaya menemukan jawaban atas masalah itu, tentu saja dengan penyesuaian redaksi seperlunya. Perhatikan contoh dibawah ini : 1. Apabila masalahnya adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan pengurangan kekambuhan asma selama perawatan dirumah 2. Maka tujuanya menemukan hubungan antara dukungan keluarga dengan pengurangan kekambuhan asma selama perawatan dirumah Biasanya tujuan penelitian itu dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu 1. Tujuan umum, yakni tujuan penelitian yang berupaya menjawab masalah pokok, yang disesuaikan dengan spesifikasi permasalahan yang akan diteliti atau yang menggambarkan luaran yang akan dihasilkan dari penelitian. 2. Tujuan khusus, yakni penjabaran dari tujuan umum yang merupakan jawaban sementara dari pertanyaan masalah yang secara spesifik akan menjawab masalah-masalah khusus atau sub-sub masalahnya dan sekaligus menyatakan rincian langkah demi langkah untuk mencapai tujuan umum. 3. Tindakan pada tujuan khusus dinyatakan dengan kata kerja (t)), yang tentu saja sesuai dengan permasalahannya, misalnya : a. Menilai (to evaluate) b. Megukur (to assess, to measure) c. Mengidentifikasi (to identify) d. Menentukan (to determine) e. Membandingkan (to compare) (Depkes RI. 2003) Contoh judul:

17 1 Analisis Hubungan antara iklim kerja, etos kerja dan disiplin kerja dengan produktivitas kerja para perawat pelaksana di rumah sakit A Surabaya 2 Efektifitas penggunaan posisi tangan dengan telungkup pada waktu pemasangan infuse di rumah sakit A Surabaya 3 Sudi Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Oksigenasi Di Ruang Rawat Inap Rumh sakit A Surabaya 4 Perbandingan Efektifitas Perawatan Luka Dengan Kasa Kering dan Kasa Basah NaCl Dalam Proses Penyembuhan Luka Bersih di Poli Bedah Rumah Sakit A Surabaya 5 Pengaruh pemberian teknik relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post op Apendiktomi di pav G1 dan G2 Rumah sakit A Surabaya 6 Hubungan tingkat stres dan frekuensi kekambuhan pada pasien penyakit jantung koroner di poli jantung Rumah sakit A Surabaya 7 Hubungan bimbingan orang tua dengan perkembangan kemapuan dasar anak usia prasekolah (3-5 th.) di TK PGRI A Surabaya 8 Perbandingan antara pola eliminasi sebelum dan sesudah pelaksanaaan keagle exercise pada pasien post operasi BPH di Pav G1 rumah sakit A Surabaya 9 Pengaruh Imobilsasi yang lama terhadap tingkat depresi pada pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah di ruang bedah Rumah sakit A Surabaya 10 Hubungan antara penggunaan sumber air dengan angka kejadian diare di RT. 01 RW. 03 desa A Surabaya 11 Analisis faktor yang mempengaruhi remaja dalam penyalahgunaan NAPZA di lembaga pemasyarakatan A Surabaya 12 Persepsi Klien Terhadap Keberadaan Mahasiswa Praktik Klinik Keperawatan di Ruang Bedah Rumah sakit A Surabaya 13 Studi Pemenuhan kebutuhan Spiritual (Ibadah) pada Pasien Stroke Di Pav. VII A Dan B Rumah sakit A Surabaya 14 hubungan antara penerapan tindakan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana dengan kepuasan pasien di Irna Bedah dan Irna Medik RSU A Surabaya 15 hubungan antara pelaksanaan asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD A Surabaya 16 Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada klien lanjut Usia di UPTD A 17 Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Kemampuan Personal Sosial Anak Usia Prasekolah di PAUD A 18 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Pra Lansia di RT 01 RW 04 A 19 Efektifitas Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi dan Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Lansia tentang Diit DM di Posyandu Lansia A Desa A 20 Efektifitas pendekatan Positive Deviance Melalui Pos Gizi pada Status Gizi Balita KEP di Desa A 21 Hubungan Antara Obesitas dengan Penyakit Hipertensi pada mahasiswa STIKES A Surabaya 22 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Prodi S1 Tingkat II STIKES A Surabaya 23 Efektifitas Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi dan Ceramah Terhadap kemampuan Menggosok Gigi pada Anak Usia 6 Tahun di Tk. A Surabaya 24 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia 4-5 tahun di Kelurahan A 25 Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Pentingnya Kegiatan Posyandu Lansia Dengan Keaktifan Datang di Posyandu Lansia A Surabaya 26 Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Penderita Hipertensi Tentang Hipertensi dengan kepatuhan menjalankan Diet Hipertensi di Panti Werdha A 27 Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Tuberkulosis Paru dengan Tingkat Kepatuhan Universal Precaution di Ruangan A Rumah Sakit B Surabaya 28 Pengaruh Aromaterapi (Lavender, Lemon, dan Rose) pada Penurunan Kecemasan Anak SD kelas VI di SDN A Surabaya 29 Pengaruh Pemberian Modul Keperawatn Pada Penderita TB paru Terhadap Perubahan Tanda dan Gejala TB Paru di Rumah di Lingkungan Kerja Puskesmas A 30 Perbedaan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3 Tahun di Posyandu M Kelurahan A 31 Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Asrama Satu di Panti Werdha A surabaya

18 32 Pengaruh Pemberian Sari Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Posyandu Lansia A surabaya 33 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri Dalam mencegah Fluor Albus Pada Siswi Kelas II di SMA A surabaya 34 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan waktu Pemulihan Kesadaran Post Operasi Fraktur yang menggunakan Anestesi General di Rumah sakit A surabaya 35 Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu dalam Stimulasi perkembangan Motorik Kasar anak di PAUD A surabaya 36 Pengaruh Konsumsi Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Posyandu Lansia A surabaya 37 Hubungan Konsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) dengan tingkat Obesitas pada siswa Obesitas Kelas II di SMP Negri A Surabaya 38 Pengaruh Pendidikan kesehatan tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan dalam menghadapi Menarche pada Siswi Kelas V SD A Surabaya 39 Hubungan Pola Tidur Malam dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat RT 2 RW 1 Desa A Surabaya 40 Pengaruh Pelaksanaan Inisiasi menyusui Dini (IMD) terhadap penurunan tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Hari ke-1 sampai ke-4 di Wilayah Kerja Puskesmas A Surabaya 41 Hubungan Lingkungan Pergaulan Sehari-hari dengan Konsumsi Miras pada Remaja di RT 3 RW 10 Kelurahan A Surabaya 42 Konsumsi Biskuit Gandum pada pagi Hari sebelum Beraktifitas terhadap penurunan morning Sickness Ibu Hamil Trisemester Pertama di RSI A Surabaya 43 Faktor-faktor yang mempengaruhi penambahan ukuran lensa kacamata pada penderita Miopia di Poli Mata Rumah Sakit A Surabaya 44 Pengaruh pemberian ASI eksklusif Pada perkembangan Motorik Halus dan Motorik Kasar Bayi Usia 6 bulan di Posyandu Balita A Surabaya 45 Pengaruh Teknik Distraksi pada tingkat Nyeri Lansia dengan artitis Reumatoid di Panti Werdha A Surabaya 46 Hubungan Antara Pemakian KB Suntik DMPA dengan Kejadian Spotting pada wanita Usia tahun di Rumah Sakit Ibu dan anak A Surabaya 47 Hubungan Obesitas dengan kejadian Hipertensi dalam Kehamilan trimester II di Poli Hamil dan Poli Kandungan A Surabaya 48 Pengaruh Senam Nifas Pada Involusi Uteri Ibu Post Partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak A Surabaya 49 Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Efek Hospitalisasi Aspek Psikologis pada anak Usia 1-3 tahun (toddler) di Ruang perawatan anak PAv. V rumah sakit A Surabaya 50 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Asrama Putri di STIKES A Surabaya 51 Pengaruh Terapi Bermain (teknik Bercerita) dalam Menurunkan Kecemasan Hospitalisasi pada anak Prasekolah di Ruang Ismail Rumah sakit A Surabaya 52 Hubungan Dukungan Sosial keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia sekolah (6-12 tahun) di Ruang d-2 dan Pav. V rumah sakit A Surabaya 53 Pemberian Senam Otak Terhadap tingkat Kecepatan Membaca Siswa Kelas 3 SDN A Surabaya 54 Pengaruh perawatan payudara pada pengeluaran ASI Ibu Pasca Persalinan di Ruang A Surabaya 55 Hubungan Pola Pemberian ASI dengan kejadian Diare pada bayi Usia 6-12 bulan di Wilayah Puskesmas A Surabaya 56 Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif terhadap Perubahan Berat Badan Bayi 1-3 bulan di Posyandu A Surabaya 57 Perbandingan Perkembangan Anak Usia Toddler di Tempat Penitipan Anak (TPA) Lasiyam Yayasan Al- Muslim dan Tempat Penitipan Anak (TPA) di A Surabaya 58 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penatalaksanaan Diet Rendah Garam pada Lansia di Poliklinik jantung rumah sakit A Surabaya 59 Pemberian Gerakan Senam Otak Burung Hantu dan Pasang Kuda-kuda Terhadap Kecakapan Operasi Hitung Bilangan pada Usia Sekolah di SDN Sidodadi II Kecamatan A Surabaya 60 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Umur tahun tentang Kanker dengan Rutinitas Pemeriksaan Pap Smear di Yayasan A Surabaya 61 Pengaruh Posisi Ordinal Anak Uisa 3-4 tahun terhadap Perkembangan Personal Sosialnya di PAUD Matahari Bunda RT 10 RW 2 Kel. Kraton Kecamatan A Surabaya

19 62 Pengaruh pemberian Games Puzzle pada Kemampuan Kognitif Anak Usia PraSekolah di TK Nurul A Surabaya 63 Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Keaktifan Ibu mengikuti Senam Hamil di Poli Hamil rumah sakit A Surabaya 64 Hubungan Kepemilikan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan Perkembangan Motorik Halus Menggunakan Bantuan DDST pada Anak Prasekolah di A Surabaya 65 Hub. Antara Posisi Membaca dengan visus Mata pada Anak Usia Sekolah Tahun di SDN A Surabaya 66 Pengaruh Pelaksanaan Senam Lansia Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada lansia di RT VIII RW XIV Kelurahan A Surabaya 67 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Keteraturan Penggunaan KB Suntik di BPS A Surabaya 68 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB paru di Rumah sakit A Surabaya 69 Hubungan Kesiapan Belajar Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus Pada lansia di Posyandu A Surabaya 70 Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Motifasi Dalam Mengikuti Program Kegiatan di Posyandu Lansia A Surabaya 71 Perbedaan antara Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Pra Sekolah di TK Full Day engan Non Full Day di A Surabaya 72 Pengaruh Terapi Musik (Langgam Jawa) terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di Desa A Surabaya 73 Perbedaan Tingkat Depresi Kelompok Tahanan Wanita 3 Bulan dan 6 Bulan Selama menerima Bimbingan Rohani Islam di Rutan A Surabaya 74 Pemberian Aromaterapi Kenanga Terhadap Penurunan tekanan darah Pada Lansia dengan Hipertensi di RT 7 dan RT 8 RW XIV Kelurahan A Surabaya 75 Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Efek Hospitalisasi Aspek Psikologis pada Anak Usia 1-3 tahun (Toddler) di Ruang Perawatan Anak Pav. V rumah sakit A Surabaya 76 Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan kemampuan Perawatan Diri pada Anak Tunagrahita Umur tahun di SLB A Surabaya 77 Hubungan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Zat Besi dengan peningkatan kadar HB pada ibu hamil Trimester III di Poli Hamil rumah sakit A Surabaya 78 Hub. Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada Lansia di Posyandu Lansia Desa A Surabaya 79 Pemberian Jambu Merah Terhadap Peningkatan Trombosit pada Anak DHF di Puskesmas A Surabaya 80 Terapi Air dalam mempelancar buang air besar Study Quasi Eksperimen pada Mahasiswa A Surabaya J. Desain penelitian A. Jenis & Bentuk Penelitian Pengelompokan jenis penelitian sangat bermacam-macam menurut aspek mana penelitian itu ditinjau. Jenis-jenis penelitian dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Menurut bidangnya, meliputi penelitian pendidikan, penelitian hukum, pertanian, ekonomi dan penelitian agama, kesehatan, kedokteran, keperawatan. 2. Menurut tempatnya, meliputi penelitian laboratorium, perpustakaan, penelitian kancah. 3. Menurut pemakaiannya, meliputi penelitian dasar (murni) dan penelitian terapan (terpakai) 4. Menurut tujuannya, meliputi penelitian eksploratife, developmental, verivikati, eksplanative, dll. 5. Menurut Pendekatannya, meliputi penelitian longitudinal dan penelitian cross sectional Juga terdapat beberapa macam bentuk penelitian yang perlu dikenal yaitu : 1. Bentuk penelitian menurut tujuannya, terbagi atas : a. Penelitian eksploratif, yaitu penelitian untuk menemukan hal baru. b. Penelitian pengembangan, yaitu penelitian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan c. Penelitian Verivikatif, yaitu peneltian untuk menguji kebenaran suatu fenomena 2. Bentuk penelitian menurut penerapannya, terbagi atas :

20 a. Penelitian dasar (basic research), yaitu penelitian tentang ilmu dasar sehingga dengan demikian belum dapat diterapkan diklinik. Misalnya Daun mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus b. Penelitian terapan (applied reseach), yaitu penelitian yang hasilnya langsung dapat digunakan dalam klinik. 3. Bentuk penelitian menurut taraf penelitian, terbagi atas : a. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya menggambarkan keadaan suatu penyakit tanpa kesimpulan umum. b. Penelitian inferensial, yaitu penelitian yang mempunyai taraf menggambarkan suatu obyek atau peristiwa yang lebih mendalam dan kesimpulannya diupayakan berlaku umum. 4. Bentuk penelitian menurut sifatnya, terbagi atas : a. Penelitian korelasional, (penelitian untuk tujuan mencari hubungan) b. Penelitian komparatif, (penelitian untuk tujuan mencari perbandingan) 5. Bentuk penelitian menurut desain, terbagi atas : a. Penelitian observasional (penelitian non eksperimental), penelitian yang bertujuan untuk pengamatan. b. Penelitian Eksperimental, yaitu penelitian yang penelitiannya memberikan suatu perlakuan, treatment, atau eksperimen Semua macam riset tersebut diatas, tidak dapat terpisah jenisnya secara jelas, melainkan sering ada tumpang tindih antara bentuk satu dengan yang lain. B. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut. Desain harus disusun dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan agar dapat menghasilkan petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan pertanyaan penelitian. Beberapa hal hal penting yang perlu dinilai sebelum kita menentukan jenis penelitian yaitu : 1. Sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan dilakukan intervensi dalam penelitian tersebut, yaitu dengan melakukan penelitian intervensional (eksperimental) atau apakah hanya melakukan pengamatan saja tanpa intervensi yaitu dengan melakukan observasional. 2. Bila peneliti memilih studi observasional, perlu ditentukan apakah akan mengadakan pengamatan sewaktu (cross sectional) atau melakukan follow up dalam jangka waktu tertentu (longitudinal). 3. Apakah akan dilakukan studi retrospektif yaitu meneliti peristiwa yang sudah berlangsung atau prospektif yaitu dengan mengikuti subjek untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi. Bagan Pembagian desain penelitian DESAIN PENELITIAN Eksperimental Obsevasional MACAM : 1. Pra eksperimental 2. eksperimental semu/ Quasi eksperimental 3 eksperimental sungguhan (True eksperimental) Deskriptif : Macam : 1)Sensus 2)Survey 3)Studi kasus Analitik : Macam : 1)Cross sectional 2)Case control 3)Cohort - Prospektive - Retrospektif

21 1. Jenis Penelitian Observasional Berbagai bentuk penelitian observasional antara lain adalah deskriptif (survey, studi kasus) dan analitik (cross seksional, sub control dan cohort). a. Penelitian observasional Deskriptif Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan. Metode penelitian deskriptif juga diharapkan seorang peneliti berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data, jadi peneliti juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikan data. Penelitian ini juga bisa bersifat komparatif, korelatif ataupun analitik. Masalah yang layak diteliti dalam penelitian ini adalah masalah yang sedang banyak dihadapi saat ini, khususnya dibidang pelayanan kesehatan. Masalah ini baik yang berkaitan dengan aspek yang cukup banyak, menelaah satu kasus tunggal, mengadakan perbandingan antara satu hal dengan hal lain, melihat pengaruh sesuatu terhadap faktor yang lain atau melihat hubungan suatu gejala dengan faktor yang lain. Contoh : Peneltian mengenai sikap para petugas kesehatan di poli pada pasien yang berkunjung, atau studi tentang tingkat kepuasan pasien yang dirawat di ruang rawat IRNA Bedah G RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Hasil dari penelitian tersebut adalah pemaparan bagaimana sikap seorang petugas jaga dipoli rawat jalan, dan juga bagaimana tingkat kepuasan seorang pasien yang sedang dirawat di IRNA Bedah G Dr. Ramelan Surabaya. Contoh : Survai mengenai sikap para petugas kesehatan (perawat) terhadap pasien yang dirawat di bangsal bedah. Persepsi pasien yang datang ke pengobatan alternatif sangkal putung. Penelitian tentang tingkat kepuasan pasien yang dirawat di ruang A 1 RSAL Surabaya. Gambaran klinis dan laboratorium penderita nefrotik sindrome Ciri-ciri dari penelitian deskriptif adalah : Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa mengajukan hipotesis atau tidak Merancang cara pendekatan, hal yang meliputi macam datanya, penentuan sampelnya, penentuan metode pengumpulan datanya dan penyajian hasilnya. Tidak perlu kelompok pembanding Tidak mencari penyebab suatu masalah Mengumpulkan data. Penyusunan laporan.

22 Langkah-langkah Penelitian Deskriptif Secara umum langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian deskriptif ini tidak berbeda dengan metode penelitian yang lain, yaitu : Memilih masalah yang akan diteliti Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah, kemudian berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori sebagai dasar penyusunan kerangka konsep penelitian. Membuat asumsi atau anggapan yang menjadi dasar perumusan hipotesis. Dalam penelitian deskriptif tidak diharuskan memakai hipotesis. Menentukan desain penelitian, metode pengumpulan data, kriteria atau kategori untuk membedakan data yang akan diteliti dan yang tidak diteliti. Menentukan teknik dan alat pengumpul data (instrumen/kuesioner) Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data. Melakukan pengolahan atau analisis data (untuk menguji hipotesis) Melakukan pembahasan serta menarik kesimpulan hasil penelitian. Macam penelitian deskriptif antara lain adalah : survey dan studi kasus 1) Survey Survey adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Informasi yang disediakan biasanya berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi dan tidak ada intervensi. Keuntungan dari survei adalah dapat menjaring responden secara luas dan dapat mendapatkan informasi yang bermacam-macam serta hasil informasi dapat dipergunakan untuk tujuan lainya. Misalnya untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut. Jadi survey bukan semata dilakukan untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan, melainkan untuk juga untuk menjelaskan tentang hubungan antara berbagai variable yang diteliti, dari obyek yang mempunyai unit atau individu cukup banyak. Oleh sebab itu dalam melaksanakan survey biasanya hasilnya dibuat suatu analisis secara kuantitatif terhadap data yang telah dikumpulkan. 2) Case studi / studi kasus Studi kasus dilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat bertrti satu orang, kelompok penduduk yang terkena suatu masalah misalnya keracunan atau kelompok masyarakat disuatu daerah. Unit yang menjadi masakah tersebut secara mendalam dianalisa baik dari segi yang berhubungan dengan ksusnya sendiri, faktor resiko, yang mempengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan kasus maupun tindakandan reaksi dari kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun yang diteliti dalam kasus tersebuit hanya berbentu unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam. Tujuan dari penelitian studi kasus adalah untuk memepelajari secara intensif tentang latar belakang keaadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. Contoh Studi lapangan mengenai kebudayaan kelompok-kelompok masyarakat terpencil Studi mengenai seorang anak yang mengalami ketidak mampuan belajar Ciri-ciri studi kasus Penelitian kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai kasus tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganim mengenai kasus itu. Penelitian ini antara lain

23 mencakupkeseluruhan siklus kehidupan, kadang-kadang hanya meliputi segmen tertentu pada faktor kasus. Studi kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil, tetapi mengenai variabel dan kondisi yang besar jumlahnya. Penelitian kasus sangat berguna untuk informasi latar belakang guna merencanakan yang lkebih besar dalam ilmu kesehatan dan sosial. Penelitian ini merupakan perintis bagi penelitian lanjutan, juga merupakan sumber hipotesis. Penelitian kasus memberikan contoh yang berguna berdasarkan data yang diperoleh untuk memberi gambaran mengenai penemuan yang disimpulkan dengan statistik. Kelemahan studi kasus Tidak memungkinkan generalisasai yang objektif pada populasi sebab perincian kasus memang sangat terbatas representatnya. Hasilnya kurang obyektif. b. Penelitian Observasional Analitik Pada peneltian analitik, peneliti mencoba mencari hubungan antar variabel. Penelitian ini perlu dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan, seberapa besar hubungan antar variabel yang ada, perlu juga diketahui apa ada variabel kontrolnya. Oleh karena itu pada penelitian ini perlu adanya hipotesis. Penelitian analitik pada umumnya berusaha menjawab pertanyaan mengapa (why) serta disebut juga penelitian eksplanatory. Penelitian yang bersifat analitik dibedakan lagi menjadi 3 macam, yaitu studi cross sectional, sub control dan cohort. 1) Cross sectional Dalam penelitian cross sectional, variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan tidak ada follow up. Cross sectional bisa digunakan dalam penelitian deskriptif maupun analitik. Adapun langkah-langkah pada studi Cross Sectional adalah sebagai berikut : Merumuskan pertanyaan penelitian beserta hipotesis yang sesuai Mengidentifikasi variable penelitian (bebas dan tergantung) Menetapkan subyek penelitian Melakukan pengukuran faktor resiko dan efek Melakukan analisis. Contoh : a) Menetapkan pertanyaan penelitian : Apakah ada hubungan antara kebiasaan memakai obat nyamuk semprot dengan kejadian BKB (batuk kronik berulang) pada anak balita. Hipotesisnya yang sesuai tentunya terdapat hubungan antara pemakaian obat nyamuk semprot dan angka kejadian BKB pada anak balita. b) Identifikasi Variabel Faktor resiko yang diteliti ; penggunaan obat nyamuk semprot Efek : BKB pada balita Faktor resiko yang tidak diteliti : riwayat asma dalam keluarga, tingkat sosial ekonomi, jumlah anak, kebiasaan orang tua merokok. Semua istilah tersebut harus dibuat definisi yang jelas sehingga tidak bermakna ganda c) Penetapan subyek penelitian Populasi terjangkau : Balita pengunjung poliklinik yang tidak mempunyai riwayat asma dalam keluarga, kebiasaan orang tua merokok, tingkat sosial ekonomi keluarga tertentu, tingkat pedidikan orang tua, jumlah anak dalam keluarga dll.

24 Sampel : dipilih sejumlah anak balita sesuai dengan estimasi besar sampel, bisa menggunakan random sampling. d) Pengukuran Faktor resiko : ditanyakan apakah dirumah biasa digunakan obat nyamuk semprot dll. Efek dengan kriteria tertentu ditetapkan apakah subyek menderita BKB. e) Analisis Analisis yang digunakan bisa menggunakan tabel 2 x 2, regresi multiple atau regresi logistik. Obat nyamuk BKB Ya Tidak Jumlah Ya Tidak Kelebihan penelitian Cross Sectional : Kelebihan : Keuntungan utama desain ini adalah memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum. Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel Tidak terancam Loss to follow up (droup out) Dapat dimasukkan kedalam tahapan pertama suatu penelitian kohort (prospektif) atau eksperimental. Dapat dipakai dasar penelitian selanjutnya yang konklusif Kekurangan penelitian cross sectional Sulit menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan efek dilakukan pada saat bersamaan. Akibatnya sering tidak mungkin ditentukan mana yang sebab dan mana akibat. Memungkinkan kesalahan interpretasi hasil karena hasil yang didapatkan adalah ditentukan secara bersamaan Dibutuhkan subyek yang cukup besar, terutama jika variabelnya banyak. Tidak bisa menggambarkan perjalanan suatu penyakit, insiden atau prognosa. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang terjadi memungkinkan terjadinya bias dalam penelitian. 2) Kasus kontrol (case control). Penelitian case control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana variabel bebas/faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retropektif. Dengan kata lain efek/variabel tergantungnya diidentifikasi saat ini, kemudian faktor resiko diidentifukasi adanya atau terjadinya pada waktu lalu. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut : E + E - E + Retrospektif Retrospektif disease Non disease

25 E - Tahap tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut : a) Menetukan pertanyaan penelitian dan hipotesis b) Identifikasi variabel-variabel penelitian (bebas, tergantung) c) Identifikasi obyek penelitian (populasi, sampel) d) Identifikasi kasus e) Pemilihan subyek sebagai kontrol f) Melakukan pengukuran retrospektif (kebelakang) untuk melihat faktor resiko g) Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel objek dengan variabel kontrol. Contoh sederhana : penelitian tentang hubungan antara malnutrisi pada anak balita dan perilaku pemberian makanan oleh ibu. Dari judul ini bisa diambil langkah sebagai berikut : Tahap pertama, yang dilakukan yaitu mengidentifikasi variabel dependent (efek) dan variabel independent (faktor resiko) Vaiabel dependent : Malnutrisi Variabel independent : perilaku ibu dalam memberikan maknan Variabel independent yang lain : Pendidikan ibu, pedapatan keluarga, jumlah anak, dan sebagainya. Tahap kedua, yaitu dengan menetapkan objek penelitian yatiu populasi dan sampel penelitian. Obyek penelitaian disini adalah pasangan ibu dan anak balitanya. Namun demikian perlu dibatasi pasangan ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian ini. Jumlah subyek yang diteliti untuk dapat membuktikan hubungan tersebut perlu ditentukan sebelum penelitian dimulai. Pada dasarnya untuk penelitian kasus kontrol jumlah subyek yang akan diteliti bergantung kepada : a) Berapa besar densitas faktor resiko pada populasi. Hal ini penting terutama bila kontrol diambil dari populasi. Kalau jumlah sampel yang diambil sebagai resiko terlalu kecil atau terlalu besar, maka kemungkinan pejanan resiko kasus dan kontrol hampir sama dan diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui perbedaannya. b) Derajat kemaknaan yang diinginkan, biasanya dipilih = 5% c) Perbadingan antara kasus dan kontrol, yaitu dengam mengambil kontrol lebih banyak jumlah kasus bisa dikurangi. d) Apakah pemilihan kontrol dimatching atau tidak. Tahap ketiga, dengan melakukan identifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita malnutrisi. Yang dimaksud kasus disini adalah anak balita yang memenuhi kriteria malnutrisi yang ditetapkan, misalnya berat per umurnya kurang dari 75 % standart harvard. Kasus diambil dari populasi yang telah ditetapkan. Tahap keempat, adalah pemilihan subyek sebagai kontrol, yaitu pasanmgan ibu-ibu dengan anak balita mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan pada kesamaan karakteristik subyek kasus. Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, sosila ekonominya, letak geografinya dan sebagainya. Pada kenyataannya memang sulit untuk memilih kelompok kontrol yang mempunyai karakteristik yang sama dengan kelompok kasus. Oleh sebab itu sebagian besar ciri-ciri tersebut kiranya dapat dianggap mewakili. Pemilihan konrol memberi masalah yang lebih besar daripada pemilihan kasus, karena kontrol semata-mata ditentukan oleh peneliti, sehingga sangat terancam oleh bias. Yang perlu ditekankan adalah bahwa kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus sehingga

26 baik kasus maupun maupun kontrol mempunyai propbability yang sama untuk terpajan oleh faktor resiko Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik : a) Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama. Misalnya kasus adalah semua pasien dalam populasi tertentu sedangkan kontrolnya diambil secara acak dari populasi sisanya. Bisa juga dari yang sudah ditentukan sebelumnya yang lebih kecil. b) Matching. Cara kedua untuk mendapatkan kontrol yang baik adalah dengan melakukan matching yaitu memilih kontrol yang mempunyai karakter yang sama dengan kasus dalam semua variabel yang mungkin berperan sebagai faktor resiko tetapi yang tidak diteliti. Apabila matching dilakukan dengan baik, maka pelbagai jenis variabel yang mungkin berperan terhadap kejadian penyakit (kecuali yang sedang diteliti) dapat disamakan, sehingga didapatkan assosiasi yang lebih kuat antara variabel yang sedang diteliti dengan penyakit. Tekhnik ini mempunyai keuntuingan lain yaitu subyek penelitian yang diteliti menjadi lebih sedikit. Akan tetapi jangan sampai terjadi overmatching yaitu melakukan matching terhadap variabel yang mempengaruhi pejanan faktor resiko, sehingga akan didapatkan resiko relatif yang terlalu rendah. Terlalu banyak faktor yang disamakan juga menyebabkan kesulitan untu mencari kontrol. c) Cara lain ialah dengan memilih lebih dari satu kelompo kontrol. Karena sukar mencari kelompok kontrol yang benar-benar sebanding maka dapat dipilih lebih dari satu kelompok kontrol yang berbeda lokasi dan demogfrafinya yang tidak terlalu berbeda jauh. Tetapi bila didapatkan perbedaan yang cukup besar antara kedua kelompok tersebut, maka berarti salah satu atau kedua hasil tersebut tidak sahih( terdapat bias) dan perlu diteliti dimana letak biasnya. Tahap kelima, adalah melakukan pengukuran secara retrospektif yaitu dari kasus (anak balita malnutrisi) itu diukur atau ditanyakan kepada ibu dengan menggunakan metode recall mengenai perilaku atau kebiasaan memberikan makanan kepada anakanya. Recall disini maksudnya adalah menanyakan pada ibu anak balita kasus tentang jenis-jenis makana serta jumlahnya yang diberikan kepada anak balita selama periode tertentu. Biasanya menggunakan metode 24 jam. Pengukuran variabel yang diteliti merupakan hal sentral pada studi ini. Penentuan efek harus sudah didefinisikan dalam usulan atau definisi operasional secar jelas. Pada kenyataannya memang sukar untuk mengingatkan kembali bila seseorang telah lupa apa yang telah dilakukannya saat dulu, pada keadaan tertentu bisa menggunakan rekam medik yang lengkap, gambaran keadaan pasien dan data demografi dari pasien tersebut. Tahap keenam, adalah dengan melakukan pengolahan dan analisis data. Analisis data dilakukan dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan kurang baik dalam hal memberikan makanan keopada anaknya pada kelompok kasus dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok kontrol. Dari sinilah akan diperoleh bukti ada atau tidaknya hubungan antara perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak balita. Kelebihan penelitian case control a) Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol. b) Memerlukan subyek penelitian yang relatif sedikit c) Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai faktor resiko sekaligus. d) Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam dibanding dengan hasil penelitian cross sectional e) Tidak menghadapi kendala etik seperti penilitian ekspreimen atau cohort

27 f) Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis). Kekurangan penelitian Case Control a) Pengukuran variabel yang retrospektif, objektivitas, dan reliabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingat kembali faktor-faktor resikonya. b) Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikan c) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh d) Karena kasus dan kontrol sukar dipilih oleh peneliti maka sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam faktor eksternal dan sumber bias yang lainnya e) Tidak dapat memberikan incidens rate f) Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependent, habya berkaitan dengan satu penyakit atau efek. g) Kadang-kadang sulit meilih kontrol yang benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena banyaknya faktor resiko yang harus dikendalikan. Bias dalam Penelitian Kasus Kontrol Kesahihan suatu penelitian kasus kontrol sebagian besar tergantung pada cara menentukan subyek yang 1) terkena efek, 2) tidak terkena efek, 3) terpajan, 4) tidak terpajan faktor resiko yang diteliti. Kesalahan pengelompokan subyek kedalam kategori masing-masing menyebabkan perhitungan asosiasi antara pejanan dan efek menjadi tidak benar. Kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan kenytaan disebut bias. Pada penelitian kasus kontrol ada 3 kelompok bias yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ; 1) bias seleksi, 2) bias informasi, 3) bias perancu (confounding bias.) Beberapa hal yang dapat menyebabkan bias : a) Informasi tentang faktor resiko atau faktor perancu mungkin terlupa oleh respondent atau tidak tercatat dalam rekam medik atau yang lain. b) Subyek yang terena efek (kasus) oleh karena ingin mengetahui penyebab penyakitnya akan lebih sering melaporkan faktor resiko dibanding dengan subyek yang tidak terkena efek (kontrol) c) Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah faktor resiko memepengaruhi efek atau karena efek terlalu sering sehingga mudah atau beresiko terpajan. d) Identifikasi subyek penelitian. 3) Kohort Penelitian cohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah penelitian non eksperimen yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor resiko dengan efek. Seperti telah diuraikan sebelumnya penelitian cohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek melalui pendekatan longitudinal kedepan. Artinya, faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu, kemudian diikuti kedepan secara prospektif timbulnya efek. Dalam penelitian ini akan dibagi 2 kelompok, yaitu kelompok resiko dan kelompok tanpa resiko, kemudian kedua kelompok diikuti sampai batas waktu tertentu untuk menentukan ada tidaknya efek yang diteliti.subyek yang dipilih dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Pemantauan sederhana ini sifatnaya deskriptif akan tetapi pada umunya penelitaian bersifat analitik, yakni mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek).

28 Kesimpulan hasil penelitian ini akan membandingkan proporsi subyek yang menjadi efek positif antara kelompok subyek yang diteliti dengan faktor resiko positif dengan kelompok subyek dengan faktor resiko negatif (kontrol). E + Exposure + prospektif E - Exposure - prospektif E Langkah-langkah pelaksanaan penelitian kohort a) Merumuskan petrtanyaan penelitian dan hipotesis b) Identifikasi faktor resiko dan efek c) Menetapkan subyek penelitian (populasi dan sampel ) d) Pemeilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan efek negatif e) Memilih subjek yang akan dijadikan anggota kelompok kontrol f) Mengobservasi perkembangan subyek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok. g) Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek posistif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik kelompok resiko positif maupun kelompok kontrol. Contoh sederhana tentang penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara kanker paru (efek) dengan perokok (resiko) dengan menggunakan pendekatan prospektif. Tahap pertama, adalah mengidentifikasi faktor efek (variabel dependent) dan resiko (variabel independent) serta variabel pengendali (variabel kontrol) Variabel dependent : kanker paru Variabel independent : merokok Variabel pengendali : umur, pekerjaan, lama meroko. Pada penelitian ini faktor resiko dapat bersifat interbnal, yang menyebabkan predisposisi atau sebagai predileksi timbulnya penyakit, juga bisa bersifat eksternal yaitu faktor lingkungan dal sebagainya. Variabel perancu sedapat mungkin dihilangkan dari penelittian ini. Tahap kedua, dengan menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria disuatu wilayah atau tempat tertentu, dengan umur antara tahun, baik perokok maupun tidak. Tahap ketiga, adalah mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (resiko negatif) sejumlah yang kurang lebih sama dengan kelompok perokok. Usaha untuk mengidentifikasi subyek yang belum menderita memerlukan kecermatan. Peneliti harus yakin bahwa subyek yang dipilih benar bebas dari dari efek yang diselidiki sehingga pada akhir pengamatansubyek tersebut terpajan efek atau menjadi sakit maka hal ini dianggap sebagai akibat terpajan dengan faktor resiko yang dipelajari. Perangkat diagnostik yang kurang akurat mengakibatkan efek negatif yang palsu pada awal penelitian.. kadang tidak mudah menentukan terdapatnya efek. Berbagai cara dilakukan untuk menyingkirkan adanya efek, termasuk anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang.. pada umumnya prosedur untuk menetapkan apakah seseorang dapat dimasukkan kedalam kohort disatu sisi harus bersifat mudah, aman dan murah disisi lain juga harus mempunyai keandalan dan kesahihan yang baik. E +

29 Tahap keempat, mulai melakukan observasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang yang merokok (resiko positif) dan orang yang tidak merokok (kontrol) sampai pada waktu tertentu, misalnya selama 10 tahun kedepan untk mengetahui perkembangan atau terjadinya kanker paru. Tahap kelima, dengan melakukan pengolahan dan menganilisis data. Analisis data dilakukan dengan membandingkan proporsi orang yang menderita kanker paru dengan proporsi orang yang tidak menderita kanker paru, diantara kelompok perokok dan kelompok tidak perokok. Keunggulan Penelitian Kohort Merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau efek yang diteliti. Paling baik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek secara temporal Merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progesif. Karena dilakukan secara kontinyu dan longitudinal, studi ini memiliki kakuatan yang andal untu meneliti masalah kesehatan yang masih meningkat. Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok sejak awal penelitian (subjek dan kontrol) Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu waktu ke waktu yang lain. Ada keseragaman observasi baik terhadap faktor resiko maupun dari efek. Keterbatasan Penelitian Kohort Memerlukan waktu yang cukup lama Memerlukan biaya yang mahal dan rumit =]Kurang efektif bila kasus jarang terjadi Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit Kemungkinan adanya subjek penelitian yang droup out dan akan mengganggu analisis hasil Karena faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek maka hal ini berarti kurang atau tidak etis. 2. Desain Penelitian Eksperimental Penelitian ekperimen atau percobaan adalah kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Ciri khusus dari peneltian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial. Percobaan itu berupa perlakuan atau intervensi terhadap suatu variabel, dan di harapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel yang lain. Ciri dari penelitian experimen adalah adanya replikasi atau pengulangan, randomisasi, dan adanya kontrol. Bila ciri tiga ini lengkap maka disebut true experimen, dan bila tidak lengkap (biasanya tidak ada randomisasi), maka disebut quasy experimen. Biasanya penelitian ini hanya menggunakan sampel yang relatif kecil, bila dibandingkan dengan besarnya populasi, oleh karena itu hasil penelitian eksperemen ini diolah dan dianalisis dengan uji statistik yang cermat, sehingga dapat dilakukan generalisasi yang memadai. Penggunaan Kontrol Pada Penelitian experimen Dalam penelitian eksperimen sering digunakan kontrol yaitu suatu kelompok atau individu yang tidak dikenai perlakuan atau percobaan. Kontrol dalam penelitian eksperimen ini sangat penting untuk melihat perbedaan perubahan variabel terpengaruh antara kelompok yang dikenai perlakuan dan yang tidak dikenai perlakuan (kontrol).

30 Faktor faktor yang dikontrol dalam eksperimen ini meliputi : Sasaran atau objek yang diteliti Peneliti atau orang melakukan percobaan Variabel bebas (dependent variabel ) yaitu kondisi munculnya variabel terikat Variabel terikat (independent Variabel) yaitu variabel yang akan terpengaruh/berubah setelah dikenakan perlakuan atau percobaan. kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Populasi dan sampel Skor rata-rata hasil test Peranan Kontrol Dalam penelitian eksperimen, kontrol mempunyai peranan yang sangat penting, antara lain adalah : Untuk mencegah munculnya faktor-faktor yang sebenarnya tidak diharapkan berpengaruh terhadap variabel terikat Untuk membedakan berbagai variabel yang tidak diperlukan dari variabel yang diperlukan Untuk menggambarkan secara kuantitatif hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, dan sejauh mana tingkat hubungan antara kedua variabel tersebut. Validitas Hasil Penelitian Eksperimen Dalam penelitian eksperimen, terutama eksperimen semu (quasi eksperiment) selalu dipertanyakan mengenai validitasnya, baik validitas internal maupun validitas eksternal. a. Validitas Internal Validitas internal berhubungan dengan ketepatan mengidentifikasi perubahan variabel-variabel keluaran (hasil eksperimen) tersebut, hanya sebagai akibat dari adanya perlakuan (eksperimen). Dengan kata lain, seberapa jauh hasil atau perubahan yang terjadi pada variabel terikat tersebut sebagai pengaruh atau akibat dari adanya perlakuan. Banyak faktor yang memepengaruhi terhadap internal validitas ini. Beberapa hal yang bisa dianggap sebagai ancaman validitas tersebut, diantaranya : Sejarah (history) Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu kadang-kadang dapat berpengaruh terhadap variabel keluaran (terikat). Oleh sebab itu terjadinya perubahan variabel terikat, kemungkinan bukan sepenuhnya disebabkan karena perlakuan atau eksperimen. Tetapi juga dipengaruhi oleh sejarah atau pengelaman subjek penelitian terhadap masalah yang dicobakan atau masalah lain yang berhubungan dengan eksperimen tersebut. Kematangan (maturitas) Manusia, binatang atau benda lain sebagi subyek penelitian selalu mengalami perubahan. Pada manusia perubahan terkait dengan proses kematangan atau maturitas, baik secara biologis atau psikologis. Dengan bertambahnya kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga oleh proses kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan. Seleksi Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Misal kelompok eksperimen lebih tinggi pendidikannya dibandingkan dengan anggota kelompok kontrol sehingga sebelum diadakan perlakuan sudah terjadi pengaruh yang berbeda terhadap kedua kelompok tersebut. Setelah adanya perlakuan pada kelompok eksperimen, maka besarnya perubahan variabel terikat yang terjadi mendapat gangguan dari variabel pendidikan tersebut. Dengan kata lain, perubahan yang terjadi pada varie\abel terikat bukan saja dipengaruhi perlakuan, tetapi juga pengaruh pendidikan.

31 Prosedur tes (testing) Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil posttest, karena kem,ungkinan para subjek penelitian dapat mengingat kembali jawaban-jawaban yang salah pada waktu pretes, dan kemudian pada waktu posttes subjek tersebut dapat memperbaiki jawabannya. Oleh sebab itu perubahan variabel terikat tersebut bukan karena hasil eksperimen saja, tetapi karena pengaruh pretes. Instrumen Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya digunakan lagi pada posttest. Hal ini sudah tentu akan berpengaruh terhadap hasil posttest. Mortalitas Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pre dan post tes sering terjadi subjek yang droup out baik karena pindah, sakit ataupun meninggal dunia. Hal ini juga berpengaruh terhadap hasil eksperimen. Regresi kearah nilai Rata-rata (regresi toward the mean) Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi maupun ekstrem rendah dari hasil pretes, cenderung untuk tidak ekstrem lagi pada posttest, namun biasanya mendekati rata-rata. Perubahan yang terjadi pada variabel terikat tersebut adalah bukan perubahan yang sebenarnya, tetapi merupakan perubahan semu. Oleh sebab itu regresi kearah ratarata ini juga disebut regresi semu. Untuk memepertinggi validitas dari hasil penelitian ini maka faktor-faktor tersebut harus dikontrol b. Validitas Eksternal Validitas eksternal ini berkaitan dengan kemungkinan generalisasi dari hasil eksperimen tersebut. Hal ini berarti, apakah hasil eksperimen tersebut terjadi pula, apabila eksperimen yang sama dilakukan pada populasi lain. Dengan kata lain, seberapa jauhkah representatitf penemuan penelitian ini dan seberapa jauhkah hasil-hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasikan kepada subjek atau kondisi yang sejenis. Untuk mengonytrol validitas ektrenal ini perlu dilakukan pengujian-pengujian terhadap faktor berikut : Efek seleksi berbagai bias Karakteristik anggota kelompok atau sampel eksperimen menentukan sekali terhadap generalisasi yang diperoleh. Kekeliruan dalam memilih anggota sampel dapat mengganggu hasil eksperimen. Oleh sebab itu agar sampel yang diambil dapat representatif terhadap populasi perlu dilakukan identifikasi dan kontrol yang tepat. Efek Pelaksana Pretes Pretes banyak mempengaruhi variabel eksperimen, sedang pretes hanya dilakukan terhadap sampel. Oleh sebab itu generalisasi yang diperoleh dari pelaksanaan eksperimen terhadap sampel kemungkinan tidak dapat berlaku untuk seluruh populasi, sebab hanya anggota sampel yang mengalami pretes. Untuk menghindari akibat dari pelaksanaan pretes yang dapat mempengaruhi generalisasi, perlu dilakukan kontrol yang cermat pelaksanaan pretes, sehingga tidak mempunyai pengaruh terhadap peralkuan yang menjadi dasar membuat generalisasi. Efek Prosedur Eksperimen Eksperimen yang dilakukan terhadap anggota sampel yang menyadari bahwa dirinya sedang dicoba atau dieksperimen, menyebabkan generalisasi yang diperoleh tidak berlaku bagi populasi karena adanya perbedaan pengalaman antara anggota sampel dengan anggota populasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan kontrol terhadap pengaruh prosedur eksperimen tersebut. Ganguan penanganan Perlakukan Berganda Jika subjek pada kelompok eksperimen dipaparkan terhadap perlakuan dua kali atau lebih secara berturut-turut, maka peralkuan yang terdahulu mempunyai efek terhadap yang

32 101 berikutnya. Hal ini menyebabakan perlakuan terakhir yang muncul dipengaruhi oleh perlakuan sebelumnya. Jadi generalisasi yang diperoleh hanya berlaku bagi subjek yang mempunyai pengalaman dengan pelaksanaan dan pemunculan perlakuan ganda secara berturut-turut. Macam Penelitian experimen Rancangan penelitian eksperimen dikelompokan menjadi tiga yaitu sebabai berikut : a. Rancangan Pra eksperimen b. Rancangan Eksperimen semu (quasi eksperimen) c. Rancangan eksperimen sungguhan (true eksperimen) Skema desain penelitian experimen Dalam penelitian eksperimen sering digunakan simbol atau lambang sebagai berikut : R : Randomisasi (acak) 01 (T1) : Pengukuran pertama (pretes) X : perlakuan atau eksperimen 02 (T2) : pengukuran kedua (post tes) Bentuk Rancangan Pre Eksperimental Pada Rancang Bangun Pre-Experimental design tidak ada unsur random dalam pemilihan kelompok dan/atau kelompok kontrol. Rancang bangun ini kurang memperhatikan faktor internal yang mempengaruhi validitas penelitian. 1) Post tes Only Design Dalam rancangan ini perlakuan atau intervensi telah dilakukan (X), kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau pos test (02). selama tidak ada kelompok kontrol, hasil O2 tidak mungkin dibandingkan dengan yang lain. Rancangan ini sering juga disebut The One Shot Case Study. Hasil observasi (02) hanya memberikan informasi yang bersifat deskriptif. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut Eksperimen pos tes X 02

JUDUL PENELITIAN, PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN, PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN JUDUL PENELITIAN, PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN Tujuan Instruksional : Setelah mempelajari materi ini, diharapkan pembaca mampu : 1) Menjelaskan cara memilih dan menetapkan judul penelitian dengan

Lebih terperinci

Kajian Karya Ilmiah By: Setiadi

Kajian Karya Ilmiah By: Setiadi Kajian Karya Ilmiah By: Setiadi Tujuan Instruksional : Setelah mempelajari materi ini, diharapkan pembaca mampu : 1) Menjelaskan pengertian karya ilmiah dengan benar. 2) Menyebutkan berbagai macam karya

Lebih terperinci

E-learning Baca modul ini dan selesaikan soalnya akan dinilai pukul 12 siang di kelas

E-learning Baca modul ini dan selesaikan soalnya akan dinilai pukul 12 siang di kelas E-learning Baca modul ini dan selesaikan soalnya akan dinilai pukul 12 siang di kelas A. MC Situasi: Seorang penderita malaria, ia mencoba berbagai kemungkinan untuk menyembuhkan penyakitnyatersebut tetapi

Lebih terperinci

5. hasil akhir dari proses konseptualisasi disebut :D a. kerangka konseptual b. hipotesis c. teori d. konsep e. Kerangka konsep

5. hasil akhir dari proses konseptualisasi disebut :D a. kerangka konseptual b. hipotesis c. teori d. konsep e. Kerangka konsep KELAS A Jawablah petanyaan ini secara individu dan JIKA SELESAI SEGERA EMAIL KE (setiadiadi15@yahoo.co.id), terakhir jam 12 siang, jika lebih dari jam ini maka dianggap tidak masuk kuliah dan nilai tugas

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci

Bab 4 : Bagian Muka Skripsi P edoman Penulisan Skripsi Untuk Perawat KERANGKA KONSEPTUAL & HIPOTESIS

Bab 4 : Bagian Muka Skripsi P edoman Penulisan Skripsi Untuk Perawat KERANGKA KONSEPTUAL & HIPOTESIS 80 Bab 4 : Bagian Muka Skripsi P edoman Penulisan Skripsi Untuk Perawat BAB 4 KERANGKA KONSEPTUAL & HIPOTESIS Tujuan Instruksional : Setelah mempelajari materi ini, diharapkan pembaca mampu : 1) Menjelaskan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN PASIEN PASCA BEDAH DENGAN GENERAL ANESTESI DIRUANG AL- FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

3 Hubungan Kecepatan Aliran Dialisat Terhadap Penurunan Kadar Urea Dalam Darah Pada Pasien Yang Mengalami Hemodialisa Di RSHS

3 Hubungan Kecepatan Aliran Dialisat Terhadap Penurunan Kadar Urea Dalam Darah Pada Pasien Yang Mengalami Hemodialisa Di RSHS 6.2.2 Tuliskan dana untuk kegiatan penelitian pada tiga tahun terakhir yang melibatkan dosen yang bidang keahliannya sesuai dengan program studi, dengan mengikuti format tabel berikut. Tahun Sumber dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

JUDUL JUDUL KTI AKPER DAN AKBID

JUDUL JUDUL KTI AKPER DAN AKBID 1 HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM DIII KEPERAWATAN DENGAN TYPE POLA ASUH KELUARGA 2 HUBUNGAN PERAWATAN TALI PUSAT DAN TETANUS NEONATORUM 3 PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur

Lebih terperinci

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan standar perkembangan

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan memiliki kecakapan baik intelektual,

Lebih terperinci

Materi Konsep Kebidanan

Materi Konsep Kebidanan Materi Konsep Kebidanan A. MANAJEMEN KEBIDANAN 1. KONSEP DAN PRINSIP MANAJEMEN SECARA UMUM Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Indonesia sehat 2010 ditetapkan berdasarkan pembangunan yaitu bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan pola hidup yang sehat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN KESEHATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1575/Menkes/SK/XI/2005 TANGGAL : 16 November 2005 MENTERI KESEHATAN STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN KESEHATAN MENTERI KESEHATAN INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang khas, dikatakan memiliki karakteristik yang khas dikarenakan mempunyai rasa ingin tahu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah anak yang telah memasuki usia diatas satu tahun, sering disebut dengan usia anak dibawah lima tahun. Masa balita merupakan usia penting dalam tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI),

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan; 2. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 3. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan 4. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan STAF AHLI STRUKTUR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mengingat dampak yang buruk depresi postpartum yang diderita seorang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mengingat dampak yang buruk depresi postpartum yang diderita seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengingat dampak yang buruk depresi postpartum yang diderita seorang wanita terhadap perkembangan intelektual, tingkah laku, dan emosi anak yang dilahirkan pada masa

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk.

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk. PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk. JURUSAN PEDAGOGIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI 2014 I. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh manusia mengalami kemajuan melalui fase petumbuhan dan perkembangan yang pasti tetapi tahapan dan perilaku kemajuan ini sifatnya sangat individual (Potter

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan oleh berhentinya suplai darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB II Lingkup dan Klasifikasi Penelitian Bisnis

BAB II Lingkup dan Klasifikasi Penelitian Bisnis BAB II Lingkup dan Klasifikasi Penelitian Bisnis METODE PENELITIAN BISNIS Andri Helmi M, SE., MM Penelitian Merupakan suatu penyelidikan yang sistematik dalam memperoleh informasi untuk pemecahan masalah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung disekolah sepanjang hayat

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT ( RIPPM ) STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG TAHUN 2012-2016

RENCANA INDUK PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT ( RIPPM ) STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG TAHUN 2012-2016 - 0 - RENCANA INDUK PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT ( RIPPM ) STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG TAHUN 2012-2016 Disiapkan, Disetujui, Disahkan, Ketua, Sarwono, SKM Eri Purwati, M.Si Giyatmo, S.Kep., Ns.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) Paru merupakan salah satu jenis penyakit generatif yang telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia, yang menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah lebih setengah abad Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan dari Pembangunan Kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

Lebih terperinci

MASALAH PENELITIAN SURVEI

MASALAH PENELITIAN SURVEI MASALAH PENELITIAN SURVEI PENELITIAN SURVEI DAN PENGGOLONGANNYA (a) (b) Ditinjau dari kelompok responden yang disurvei dapat digolongkan menjadi 2 yaitu survei populasi yang kemudian dikenal dengan sensus

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH 1. PENDAHULUAN Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks, karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu sangat mendambakan kesehatan karena hal itu merupakan modal utama dalam kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani maupun

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia Penyuluh : Mahasiswi Gizi Poltekkes Hari/Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu contoh sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

BAB I. dengan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan harus melalui proses. pembelajaran. Syam, dkk (1988:2) mengemukakan:

BAB I. dengan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan harus melalui proses. pembelajaran. Syam, dkk (1988:2) mengemukakan: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, pendidikan memiliki arti yang luas dibandingkan dengan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan harus melalui proses pembelajaran. Syam, dkk (1988:2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan perkembangan dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Undang-Undang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh Indonesia di bidang kependudukan adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya pertumbuhan penduduk maka semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Implementasai kurikulum 2013 di Indonesia sangat diharapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Implementasai kurikulum 2013 di Indonesia sangat diharapkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Implementasai kurikulum 2013 di Indonesia sangat diharapkan dalam perbaikan mutu sumber daya alam manusia sebagai gambaran kualitas pendidikan memerlukan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu formal, informal dan non formal. Pendidikan informal merupakan kegiatan pembelajaran di luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu pula dengan teknologi dibidang kesehatan. Selain itu, juga kebutuhan akan kesehatan pada masyarakat

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK PENYULUHAN KELUARGA OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PKK FPTK UPI

2015 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK PENYULUHAN KELUARGA OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PKK FPTK UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa sebagai insan akademis yang memiliki potensi, talenta dari berbagai macam bidang ilmu keahlian dan pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri 1. Definisi dan Peran Pengobatan sendiri atau swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotik atau

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang Islami dalam aspek sumber. (wawancara dengan dr. Ismanto tenaga medis di RSI Pati, 17 Maret 2014).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang Islami dalam aspek sumber. (wawancara dengan dr. Ismanto tenaga medis di RSI Pati, 17 Maret 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Islam Pati merupakan Rumah sakit yang didirikan oleh Yayasan Kesejahteraan Muslimat (YKM). Rumah Sakit ini dalam memberikan pelayanan kesehatan bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan sejak dini dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara lainnya di dunia hampir sama yaitu akibat. pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).

BAB I PENDAHULUAN. negara lainnya di dunia hampir sama yaitu akibat. pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO diseluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan nifas. Dengan kata lain 1.400 perempuan meninggal

Lebih terperinci

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN Langkah penelitian adalah serangkaian proses penelitian dimana seorang peneliti dari awal yaitu merasa menghadapi masalah, berupaya untuk memecahkan masalah, memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status kesehatan anak khususnya bayi dan balita. Masih tingginya kesakitan dan kematian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal penting bagi setiap individu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data statistik organisasi WHO tahun 2011 menyebutkan Indonesia menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak setelah Amerika Serikat, China, India.

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses atau usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan mengarahkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

DAN TUJUAN PENELITIAN TOPIK-4 MPS 2008

DAN TUJUAN PENELITIAN TOPIK-4 MPS 2008 PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN TOPIK-4 MPS 2008 Latar Belakang Topik masalah Menyadari ada permasalahan kehidupan (fenomena sosial) yang dihadapi d i manusia atau masyarakat 1) Masalah kehidupan

Lebih terperinci