BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi antara manusia dengan sesama anggota

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi antara manusia dengan sesama anggota"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi antara manusia dengan sesama anggota masyarakat. Bahasa sebagai alat komunukasi tidak diragukan lagi keampuhannya dibandingkan dengan media komunukasi lainnya. Betapa pun canggihnya, tetap bahasa itu memiliki peran yang sangat penting dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan. Bahasa berisi pikiran, keinginan atau perasaan yang ada pada pembicara atau pun penulis. Bahasa yang digunakan hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan dapat diterima pendengar atau pembaca. Bahasa Indonesia mempunyai bermacam ragam. Bahasa ragam radio dalam fungsinya sebagai bahasa yang komunikatif adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang masuk ke dalam ragam bahasa media elektronik, walaupun secara perspektif naskah berita radio masuk ke dalam bahasa ragam jurnalistik. Bahasa ragam radio meliputi bahasa lisan mau pun bahasa tulis. Mengikuti siaran radio berarti mendengarkan bahasa yang dituturkan secara langsung oleh pembicara atau mendengarkan bahasa tulis yang dibacakan pembicara atau penyiar. Pada umumnya bahan yang disiarkan di radio itu dipersiapkan lebih dahulu, ditulis lalu dibacakan. Mulyadi, dkk. (2004: 27) menyatakan: Bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap disebut ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dinamakan ragam bahasa tulis. Namun, ada bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat-alat ucap, tetapi sebelumnya telah 1

2 dituliskan seperti teks pidato yang dibacakan atau siaran berita radio atau televisi. Sebaliknya, ada bahasa lisan yang dituliskan seperti pidato yang ditranskripsikan. Kebanyakan Bahasa siaran radio sifatnya resmi (Badudu,1993:147). oleh karena itu, bahasa yang digunakan pun haruslah bahasa baku yaitu dengan menggunakan bahasa yang baik, bahasa yang benar serta bahasa yang efektif. Badudu (1995:188) menyatakan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau penulis. Penutur bahasa Indonesia banyak yang belum mengetahui penggunaan kalimat efektif, apalagi di instansi pemerintahan seperti Radio Republik Indonesia (RRI) Sibolga. Sebagai media pemerintahan, sudah pada tempatnya apabila RRI baik di pusat maupun di daerah memperhatikan benar penggunaan kalimat efektif. Salah satu siaran yang disiarkan RRI Sibolga adalah berita. Berita sebagai karya tulis hendaknya ditulis dengan tata cara atau sistem penulisan yang benar. Begitu juga berita yang disiarkan melalui radio. Seorang penyiar berita menyampaikan berita kepada pendengar umumnya melalui membaca naskah. Kalimat yang digunakan dalam naskah berita itu haruslah kalimat efektif agar diperoleh suatu pemahaman yang tepat antara penulis naskah berita, pembaca, dan pendengar sehingga terjalin komunikasi yang baik. Oleh karena itu, penyusunan kalimat efektif sangat diperlukan. Sebelumnya penelitian tentang kalimat efektif pernah diteliti yaitu penelitian tentang Kalimat Efektif: Struktur, Tenaga, dan Variasi, yang ditulis oleh Epraim (1992) menyimpulkan bahwa struktur kalimat yang benar merupakan dasar kalimat efektif, tenaga kalimat ialah kemampuan kalimat untuk menimbulkan pengertian-pengertian yang terkandung dalam kalimat 2

3 sesuai dengan yang diinginkan penulis. Setelah memiliki struktur dan tenaga masih dibutuhkan adanya variasi. Selain itu, Retty Hutabarat (1992) juga meneliti tentang kalimat efektif yaitu Korelasi Kata dalam Kalimat Efektif menyimpulkan bahwa keefektifan suatu kalimat tidak hanya menuntut penerapan kaidah bahasa, tetapi ketepatan pilihan kata, serta situasi dan kondisi turut juga jadi faktor efektif tidaknya suatu kalimat. Reni Lamria Galingging (1999) juga meneliti tentang Ketidakefektifan Kalimat-Kalimat Liputan 6 SCTV menyimpulkan bahwa kesalahan pemakaian kalimat tersebut tidak efektif karena kesalahan penggunaan kalimat. Liputan 6 SCTV sering menggunakan kalimat tidak hemat, pemakaian kata tugas sering tidak tepat dalam penyusunan kalimatnya, serta penyusunan urutan wacananya tidak teratur. Pemahaman mengenai kalimat efektif sangat penting terutama dalam penulisan berita di radio, baik itu radio milik pemerintahan mau pun radio milik swasta. Oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti naskah berita RRI Sibolga dari segi penggunaan kalimat efektif Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang diuraikan di atas, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan kalimat efektif dalam naskah berita RRI Sibolga? 1.2 Batasan Masalah Penelitian mengenai kalimat efektif dibatasi pada ciri-ciri kalimat efektif yaitu kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk (paralelisme), penekanan dalam kalimat, kehematan dan kevariasian. Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa media bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat-alat ucap tetapi sebenarnya telah dituliskan. Sebagai 3

4 sumber data, penelitian ini menggunakan naskah berita yang disiarkan melalui RRI Sibolga yaitu naskah berita daerah yang ditayangkan pada pukul WIB sampai WIB di Pro 1 frekuensi FM 97,1 MHz selama tanggal 6 Januari Januari Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mendeskripsikan penggunaan kalimat efektif yang baik dan benar dalam naskah berita RRI Sibolga Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang diadakan tentu saja mempunyai manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah Sebagai salah satu aset studi bahasa terutama mengenai kalimat efektif dan masukan bagi pengguna bahasa dalam hal penggunaan kalimat efektif. 1.4 Metode Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data tulisan. Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini yaitu naskah berita daerah RRI Sibolga. Dalam tahap pengumpulan data metode yang digunakan yaitu metode simak (Sudaryanto, 1993 :133). Metode simak yaitu suatu metode dengan cara menyimak suatu bahasa. Selanjutnya, untuk melengkapi penggunaan metode tersebut, digunakan teknik catat dan teknik pilah (Sudaryanto, 1993:135). Dalam hal ini, peneliti membaca, mempelajari dan memeriksa data-data yang diperlukan, serta memilah kalimat efektif berdasarkan jenis kesalahan 4

5 yang terdapat pada naskah berita RRI Sibolga dan memasukkan kesalahan kalimat efektif ke dalam indikator yang telah ditentukan. Penetapan populasi dan sampel didasari oleh pendapat Arikunto (1998 : 107) mengatakan Untuk sekedar ancar-ancar, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10% - 15% atau 20%- 25%. Populasi penelitian ini adalah naskah berita daerah pukul WIB sampai WIB selama 30 hari. Satu hari terdapat lima naskah berita. Oleh sebab itu, jumlah populasi peneliti adalah 150 naskah. Sesuai dengan pendapat di atas maka penulis mengambil sampel sebagai berikut : 10% x 150 naskah = 15 naskah Metode dan Teknik Analisis Data Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif. Hermawan (2004: 14) mengatakan, bahwa Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih banyak menggunakan kualitas subjektif mencakup penelaahan dan pengungkapan berdasarkan persepsi untuk memperoleh pemahaman terhadap fenomena sosial dan kemanusiaan. Adapun langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan kalimat-kalimat yang salah dari naskah berita RRI Sibolga. Kalimat yang salah tersebut diidentifikasi untuk mengetahui jenis kesalahannya yaitu: ketidaksepadanan dan ketidaksatuan kalimat, ketidaksejajaran bentuk, kesalahan penekanan dalam kalimat, ketidakhematan dalam kalimat dan ketidakvariasian kalimat. Selanjutnya, jenis kesalahan tersebut dikategorikan berdasarkan linguistik. 5

6 2. Memasukkkan kesalahan kalimat efektif dalam indikator yang telah ditentukan bersadarkan ciri-ciri kalimat efektif yang terdapat dalam landasan teori yaitu: kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk, penekanan dalam kalimat, kehematan dan kevariasian. 3. Menganalisis kesalahan kalimat efektif berdasarkan ciri-ciri. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini. Jabatan kabag Bina mitra dan tiga jabatan kapolsek jajaran polres tapanuli tengah S kemarin diserahterimakan ( kalimat 1 naskah 6 Januari 2008 ) K P Kalimat di atas tidak efektif, dilihat dari kesalahannya adalah ketidaksepadanan kalimat karena unsur-unsur kalimatnya tidak memiliki susunan yang berurutan. Posisi keterangan dan predikatnya tidak serasi seharusnya kata kemarin diletakkan di belakang diserahterimakan. Kalimat di atas seharusnya : Jabatan kabag Bina Mitra dan tiga jabatan kapolsek jajaran Polres Tapanuli Tengah S diserahterimakan kemarin P K 4. Mengelompokkan kesalahan kalimat efektif. 5. Menyimpulkan hasil kesalahan kalimat efektif. 6

7 1.5 Landasan Teori Kalimat efektif Pengertian tentang kalimat efektif diungkapkan oleh Parera (1984 : 39) yaitu, kalimat efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Putrayasa (2007 : 2) juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif yaitu suatu kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya. Ciri-ciri kalimat efektif ialah kesatuan, kehematan, penekanan, dan kevariasian. Akhadiah, dkk. (2003 : 116) juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif secara jelas dan terperinci yaitu: Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik pertama sekali haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Hasil ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut meliputi : (1) unsur- unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, (2) aturanaturan tentang Ejaan yang Disempurnakan, (3) cara memilih kata dalam kalimat. Akhadiah, dkk. (2003: ) menyatakan: Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulis naskah perlu diperhatikan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri kalimat efektif yaitu kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk, penekanan dalam kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata, kevariasian dalam struktur kalimat Kesepadanan dan Kesatuan Zubeirsyah dan Lubis (2007:86-87) mengatakan: Kesepadanan dalam sebuah kalimat efektif adalah hubungan timbal balik antara subjek dan predikat, predikat dengan objek serta keterangan, yang semuanya berfungsi menjelaskan unsur/bagian kalimat tersebut. Selain struktur/ bentuk 7

8 kesepadanan, kalimat efektif harus pula mengandung kesatuan ide pokok/ kesatuan pikiran. Ritonga, dkk. (2005:96) juga menyatakan bahwa kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat efektif merupakan kemampuan struktur/bentuk suatu bahasa mendukung gagasan pikiran yang terdapat dalam kalimat itu. Syarat pertama bagi kalimat efektif mempunyai struktur yang baik. Artinya kalimat itu harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat atau bisa ditambah dengan objek, pelengkap dan keterangan melahirkan keterpaduan yang merupakan ciri kalimat efektif (Akhadiah, dkk. 2003:117) Misalnya: Anisa menata ruang tamu tadi pagi. Kalimat ini jelas maknanya. Hubungan antara unsur yaitu subjek (Anisa) dengan predikat (menata) dan antara predikat dengan objek (ruang tamu) beserta keterangan (tadi pagi) merupakan kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna. Kata-kata itu akan menjadi lain bila diubah susunannya menjadi: 1. Menata kemarin Anisa ruang tamu 2. Ruang tamu Anisa kemarin menata. 3. Menata Anisa kemarin tamu. 4. Ruang tamu Anisa menata kemarin Kalimat-kalimat di atas maknanya menjadi kabur karena fungsi kata-katanya tidak jelas. Unsur subjek, predikat beserta pelengkapnya tidak jelas sehingga kesatuan bentuk dan keutuhan makna tidak tercapai. 8

9 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa harus ada keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat diperhatikan oleh kemampuan struktur bahasa dalam mendukung atau konsep yang merupakan kepaduan pikiran. a) Subjek dan Predikat Kalimat terdiri atas kata-kata. Kata-kata ini merupakan unsur kalimat yang secara bersama-sama dan menurut sistem tertentu membentuk struktur. Jadi sebagai unsur kalimat katakata itu masing-masing menduduki fungsi tertentu. Unsur-unsur yang dimaksud adalah subjek dan predikat. Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek Unsur kalimat yang disebut subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa atau apa. Di dalam kalimat Gadis itu cantik, misalnya jawaban atas pertanyaan siapa yang cantik adalah gadis itu. Dengan demikian, unsur gadis itu merupakan unsur inti atau pokok pembicaraan dalam kalimat tersebut. Predikat Unsur predikat dalam kalimat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa. Dalam kalimat yang disebutkan di atas, misalnya jawaban atas pertanyaan bagaimana gadis itu adalah cantik. Dengan demikian, cantik merupakan unsur yang disebut predikat. 9

10 b) Kata Penghubung Intrakalimat dan Antarkalimat Konjungsi merupakan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, antarkalimat, atau antarparagraf. Secara umum konjungsi terdiri atas konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat. Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan unsur-unsur kalimat sedangkan konjungsi antarkalimat berfungsi menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat berikutnya ( Mulyadi dan widayati, 2004: ) Alwi, dkk. (2003:296) menyatakan bahwa konjungtor juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, frasa dengan frasa atau klausa dengan klausa. Untuk lebih rinci, kita akan melihat konjungtor satu per satu: 1. Konjungtor koordinatif : dan (penambahan), serta (pendampingan), atau (pemilihan), tetapi (perlawanan), melainkan (perlawanan), padahal (pertentangan), sedangkan (pertentangan). 2. Konjungtor korelatif Baik...,maupun... Tidak hanya...,tetapi juga Bukan hanya..,melainkan juga.. Demikian.., sehingga sedemikian rupa...,sehingga... apa(kah)...,atau... entah...,entah... jangan...pun Konjungtor subordinatif Konjungtor subordinatif waktu: 1. sejak, semenjak,sedari 10

11 2. sewaktu, ketika, tatkala, semetara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi. 3. setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai. 4. hingga, sampai. Konjungtor subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala. Konjungtor subordinatif pengadaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya. Konjungtor subordinatif tujuan: agar, supaya, biar. Konjungtor subordinatif konsesif: biarpun, meskipun, walaupun,sekalipun, sungguhpun, kendatipun. Konjungtor subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alaih. Konjungtor subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab. Konjungtor subordinatif hasil: sehingga, sampai. Konjungtor subordinatif alat: dengan, tanpa. Konjungtor subordinatif cara : dengan, tanpa Konjungtor subordinatif komplementasi: bahwa Konjungtor subordinatif atributif: yang Konjungtor subordinatif perbandingan: sama... dengan, lebih...dari(pada) Konjungtor antarkalimat menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungtor semacam itu selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja kalimat pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Berikut adalah contoh konjungtor antarkalimat. Biarpun demikian/ begitu Sekalipun demikian/begitu 11

12 Walaupun demikian/begitu Meskipun demikian/begitu Sungguhpun demikian/begitu Kemudian sesudah itu, setelah itu, selanjutnya Tambahan pula, lagi pula, selain itu Sebaliknya Sungguhpun, bahwasanya Malah(an), bahkan (akan)tetapi, namun Kecuali itu Dengan demikian Oleh karena itu, oleh sebab itu c) Gagasan pokok Dalam menyusun kalimat kita harus mengemukakan gagasan (ide) pokok kalimat. Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika seorang penulis hendak menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung gagsan pokok harus menjadi induk kalimat (Akhadiah, dkk. 2003:120) Perhatikan contoh berikut ini! 1. Ia dipukul mati ketika masih dalam tugas latihan. 2. Ia masih dalam tugas latihan ketika dipukul mati. Gagasan pokok dalam kalimat (1) ialah ia dipukul mati. Gagasan pokok dalam kalimat (2) ialah ia masih dalam tugas latihan oleh sebab itu ia dipukul mati menjadi 12

13 induk kalimat di kalimat (1) sedangkan ia masih dalam tugas latihan menjadi induk kalimat dalam kalimat (2). d) Penggabungan dengan yang, dan Dalam menulis naskah berita, sering digabungkan dua kalimat atau klausa menjadi satu kalimat. Menurut Akhadiah, dkk. (2003:120), jika dua kalimat digabungkan dengan partikel dan maka hasilnya adalah kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel yang akan menghasilkan kalimat mejemuk bertingkat. Artinya kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Contoh: (1) Rakyat merasakan bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih rendah. (2) Perbaikan mutu pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah. Kalimat di atas mengandung gagasan pokok yang sangat penting. Penggabungan yang efektif untuk kedua kalimat di atas ialah dengan menggunakan partikel dan, sehingga kalimat gabung itu menjadi: Rakyat merasakan bahwa mutu pendidikan Indonesia masih rendah dan perbaikannya adalah tanggung jawab pemerintah. Perhatikan kalimat berikut ini: (1) Seminar bahasa anak diadakan di biro rektor. (2) Seminar itu membicarakan beberapa masalah anak Kalimat di atas akan efektif bila menggunakan partikel yang, gabungan kedua kalimat itu menjadi: Seminar bahasa anak yang diadakan di biro rektor membicarakan beberapa masalah anak. 13

14 e) Penggabungan Menyatakan sebab dan waktu Dalam komposisi untuk mencapai keefektifitas komunikasi perlu diperhatikan perbedaan antara hubungan sebab dan hubungan waktu. Parera (1984:43) menyatakan bahwa hubungan sebab dinyatakan dengan mempergunakan kata karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan kata ketika. Kedua kata ini sering dipergunakan pada kalimat yang sama. Perhatikan contoh berikut ini! (1) Ketika gelombang tsunami melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih tinggi (2) Karena gelombang tsunami melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempattempat yang lebih tinngi. Kalimat di atas kedua-duanya tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran penulis apakah ia mementingkan hubungan waktu atau sebab. Yang perlu diperhatikan adalah pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat. f) Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan Hubungan Tujuan Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel sehingga untuk menyatakan hubungan akibat, dan partikel agar atau supaya untuk menyatakan hubungan tujuan (Akhadiah, dkk. 2003:121) Contoh: (1) Semua perintah telah dijalankan. (2) Para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri. Kalimat di atas digabungkan menjadi: (1) Semua perintah telah dijalankan sehingga para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri. (2) Semua perintah telah dijalankan agar para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri. 14

15 Penggunaan kata sehingga dan agar dalam kalimat di atas menghasilkan kalimat yang efektif. Perbedaan kalimat (1) yang diinginkan adalah hubungan akibat, sedangkan pada kalimat (2), hubungan tujuan Kesejajaran Bentuk (Paralelisme) Kesejajaran satuan dalam kalimat, menempatkan ide/ gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam struktur/ bentuk gramatis ( Zubeirsyah dan Lubis, 2007:88). Jika sebuah gagasan (ide) dalam suatu kalimat dinyatakan dengan frase (kelompok kata), maka gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dengan frase. Jika sebuah gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata benda (misalnya pe-an, ke-an), maka gagasan yang lain harus sederajat dengan kata benda juga. Demikian halnya bila sebuah gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata kerja (misalnya bentuk me-kan, di-kan) maka gagasan lainnya yang sederajat harus dinyatakan dengan jenis kata yang sama. Kesejajaran (paralelisme) membantu memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan. Perhatikan contoh berikut ini! Penyakit aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu. Dalam kalimat di atas penggunaan yang sederajat ialah kata mengerikan dengan berbahaya dan kata pencegahan dengan pengobatannya. Oleh sebab itu, bentuk yang dipakai untuk kata-kata yang sederajat dalam kalimat di atas harus sama (paralel) sehingga kalimat itu kita tata kembali menjadi kalimat di bawah ini. Penyakit Aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahan dan pengobatannya tak ada yang tahu. Perhatiakan kembali contoh berikut! 15

16 Sebuah perusahaan jasa pernah mengeluh, bahwa sekali ia tampak bangkrut maka langganan terbaiknya pun mulai menunda-nunda pembayatran hutang mengklaim kerusakan-kerusakan pada barang yang dikirim, mengeluh kelambatan pengiriman barang dan seribu satu keluhan lainnya. Pada kalimat di atas, susunan serial untuk gagasan yang sederajat dinyatakan dalam bentuk frase yang memakai kata kerja me- yaitu: menunda-nunda pembayaran hutang, mengklaim kerusakan-kerusakan, mengeluh kelambatan pengiriman barang Penekanan dalam Kalimat Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok. Inti pikiran ini biasanya ingin ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Menurut Zubeirsyah dan Lubis.(2007:89), penekanan terhadap inti yang ingin diutarakan dalam kalimat biasanya ditandai dengan nada suara, seperti memperlambat ucapan, meninggikan suara, pada bagian kalimat yang dipentingkan. Ada tiga cara yang lazim digunakan untuk memberi penekenan terhadap inti pikiran tersebut. Posisi dalam kalimat Untuk memberi penekanan pada bagian tertentu sebuah kalimat, penulis dapat mengemukakan bagian itu pada bagian depan kalimat. Cara ini juga pengutamaan bagian kalimat. Perhatikan contoh berikut ini! 1) Saya berharap pada pertemuan yang akan datang kita dapat menyelesaikan masalah itu. 2) Pada pertemuan yang akan datang harapan saya masalah itu dapat diselesaikan. 3) Masalah itu saya harap dapat diselesaikan pada pertemuan yang akan datang. 16

17 Kalimat di atas menunjukkan bahwa gagasan yang dipentingkan diletakkan di bagian depan kalimat. Dengan demikian walaupun ketiga kalimat mempunyai pengertian yang sama tetapi gagasan pokok menjadi berbeda. a) Urutan yang Logis Sebuah kalimat biasanya memberitakan ejadian atau peristiwa. Kejadian atau peristiwa yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Pada umumnya tulisan yang menggunakan susunan logis adalah tulisan yang berupa esai, laporan, dan tulisan ilmiah susunan logis bersumber dan bertolak dari dalam pikiran penulis. Artinya, ide atau gagasan disusun menurut susunan yang dianggap logis oleh penulis. Disamping itu, gagasan itu sendiri adalah gagaan yang dianggap logis untuk disampaikan. Pengertian logis disini menyangkut isi dan sistem penyampaiannya. Penulis mendahulukan apa yang dianggap patut disampaikan terlebih dahulu membelakangkan apa yang dianggap perlu disampaikan kemudian. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang lama makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses. Contoh: 1) Telekomunikasi cepat-vital dimaksudkan untuk keamanan, mobilitas, pembangunan dan persatuan. 2) Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis. b) Pengulangan Kata Pengulangan kata dalam sebuah kalimat kadang-kadang diperlukan dengan maksud memberi penegasan pada bagian yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas. 17

18 Contoh 1. Kemajuannya menyangkut kemajuan di segala bidang, kemajuan kesadaran berpolitik, kesadaran bermasyarakt, kesadaran berekonomi, kesadaran berkebudayaan dan kesadaran bernegara. 2. pembangunan yang dilaksanakan sekarang harus memperlihatkan kesinambungan antara pusat dan daerah, kesinambungan antara pemerintah dan swasta Kehematan Kehematan merupakan salah satu ciri kalimat yang efektif. Dalam penyusunan kalimat, kehematan ini dapat diperoleh dengan menghilangkan bagian-bagian tertentu yang tidak diperlukan atau mubajir. Menurut Akhadiah, dkk. ( 1996: 125) kehematan dalam kalimat efektif ialah kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang mananbah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan. Unsur-unsur penghematan apa saja yang harus diperhatikan, akan diuraikan di bawah ini! a) Pengulangan Subjek Kalimat Penulisan kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu kalimat. Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas. Oleh karena itu, pengulangan bagian kalimat yang demikian tidak diperlukan. Perhatikan contoh berikut ini! 1) Mereka banting stir ketika mereka bermain di panggung lain. 2) Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena mereka tahu masa ujian telah dekat. 18

19 Direvisi menjadi: 1) Mereka banting stir ketika bermain di panggung lain. 2) Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena masa ujian telah dekat. b) Hiponimi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2005: 404) hiponim adalah hubungan antara makna spesipik dan makna generik atau antaranggota taksonomi. Nama taksonomi misalnya kucing, anjing, disebut hiponim dari hewan. Contoh: 1) Ketua jurusan FBS menghadiri sidang hari Senin lalu. 2) Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya lampu neon. Direvisi menjadi: 1) Ketua jurusan FBS menghadiri sidang Senin lalu. 2) Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya neon. c) Pemakaian Kata Depan dari dan daripada Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan dari dan daripada, selain ke dan di. Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat); asal(asalusul) (Putrayasa, 2007:56) Perhatikan contoh berikut! 1) Bu Ros berangkat dari Bandung pukul 06.30WIB. 2) Celana yang dipakainya terbuat dari wall. Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan. 19

20 Dalam bahasa Indonesia kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau lainnya (Putrayasa, 2007:56) Perhatikan contoh berikut! 1) Sifat Muhammad Yamin lebih sukar dipahami daripada sifat Miswanto. 2) Penjelasan dalam buku cetakan ke-2 mengenai cara menanam cengkeh lebih mudah dipahami daripada yang terdapat dalam buku cetakan yang ke-1. Di bawah ini terdapat contoh pada kalimat yang menunjukkan pamakaian kata daripada yang tidak benar, oleh karena itu harus dihilangkan! 1) Presiden SBY menekankan bahwa di dalam pembangunan ini kepentingan daripada rakyat harus diutamakan. 2) Perjuangan daripada pahlawan bangsa ikut memberi dasar arah dari kecintaan kita terhadap bumi Indonesia Kevariasian Panjang pendeknya variasi dalam kalimat mencerminkan jalan pikiran seseorang. Mempergunakan kalimat yang panjang, akan menyebabkan orang tidak dapat mengambil kesimpulan buah pikiran yang tertera di dalamnya. Demikian pula bila seseorang sering menggunakan kalimat atau kelompok kata atau kata yang sama, akan membosankan pula. Begitu juga terlalu pendek-pendek kalimat yang disusun akan menjemukan juga. Variasi dalam penulisan pilihan kata (diksi) atau variasi dalam tutur kalimat yang tepat dan benar akan memberikan penekanan pada bagian-bagian kalimat yang diinginkan. Agar tidak membosankan dan menjemukan dalam penulisan kalimat diperlukan pola dan bentuk/struktur yang bervariasi. 20

21 a) Variasi Bentuk Pasif Persona Bentuk pasif persona juga dapat dimanfaatkan sebagai variasi lain dalam pengungkapan informasi. Kalimat di bawah ini misalnya dapat dibentuk menjadi kalimat sesuai dengan informasi yang dipentingkan. Contoh: Saya akan melaporkan hal ini kepada dekan. Menjadi Akan saya laporkan masalah ini kepada dekan. Masalah ini akan saya laporkan kepada dekan. Dalam bentuk pasif persona semacam itu, kata ganti orang atau kata ganti persona langsung didekatkan pada kata kerjanya, tidak disisipi dengan unsur lain. Oleh karena itu, susunan bentuk pasif persona seperti berikut tidak benar. 1) Masalah ini saya akan laporkan kepada dekan. 2) Saya akan laporkan masalah ini kepada dekan. b) Variasi Bentuk Aktif Pasif Variasi bentuk aktif-pasif merupakan variasi penggunaan kalimat dengan memanfaatkan kalimat aktif lebih dulu, kemudian diikuti oleh kalimat pasif, atau sebaliknya. Contoh: 1) Minggu depan kami akan mengadakan rapat pimpinan. Dalam rapat itu kami bahas berbagai kasus yang muncul akhir-akhir ini. 2) Minggu depan akan diadakan rapat pimpinan. Dalam rapat itu kami akan membahas berbagai kasus yang muncul. 21

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. rapi dan rasional akan membuat sebuah wacana lebih mudah pahami. Kalimat

II. LANDASAN TEORI. rapi dan rasional akan membuat sebuah wacana lebih mudah pahami. Kalimat 6 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kalimat Kalimat merupakan unsur terpenting dalam sebuah wacana. kalimat yang tersusun rapi dan rasional akan membuat sebuah wacana lebih mudah pahami. Kalimat adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan

Lebih terperinci

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF KALIMAT EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif Ciri-ciri Kalimat Efektif Penggunaan Kalimat Efektif Syaratsyarat Kalimat Efektif Penerapan Kalimat Efektif PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF Kalimat efektif ialah kalimat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, ide, dan keinginan kepada orang lain. Bahasa juga merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan KALIMAT EFEKTIF Kalimat Efektif Kalimat Efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Kalimat efektif memiliki kemampuan

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi.di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu

Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu Oleh Bambang Hariadi KEHEMATAN Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar seharian dari pagi sampai petang

Lebih terperinci

akurat ringkas A.Kesepadanan dan Kesatuan B.Keparalelan C.Ketegasan dan Keutamaan kepenulisan E. Variasi

akurat ringkas A.Kesepadanan dan Kesatuan B.Keparalelan C.Ketegasan dan Keutamaan kepenulisan E. Variasi BAB 3 KALIMAT EFEKTIF jelas akurat ringkas A.Kesepadanan dan Kesatuan B.Keparalelan C.Ketegasan dan Keutamaan konvensional tulisan ilmiah padu/utuh D.Kehematan bahasa kepenulisan E. Variasi pungtuasi diksi

Lebih terperinci

Pengertian Kalimat Efektif

Pengertian Kalimat Efektif MENULIS EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif Kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. 1 Syarat-syarat secara tepat mewakili

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

Jurnal Mutiara Ilmu, Nomor 1 Tahun 6, Maret 2011: hal Ernawati Br Surbakti

Jurnal Mutiara Ilmu, Nomor 1 Tahun 6, Maret 2011: hal Ernawati Br Surbakti HUBUNGAN PENGUASAAN KONJUNGSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT BERITA SISWA BT-BS BIMA CABANG LHOKSEUMAWE TAHUN 010 Ernawati Br Surbakti Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Tujuan penelitian ini menggambarkan

Lebih terperinci

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 8, No. 2, September 2017, Hal. 59-63 KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI Rahmad Hidayat 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun

Lebih terperinci

Satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik (.) sebagai pembatas. Sifat Predikatif dalam

Satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik (.) sebagai pembatas. Sifat Predikatif dalam Satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik (.) sebagai pembatas. Sifat Predikatif dalam kalimat berstruktur yang dibentuk oleh unsur subyek, predikat

Lebih terperinci

Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek

Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek Bahasa yg efisien: bhs yg mengikuti kaidah yg dibakukan atau yg dianggap baku, dg mempertimbangkan kehematan kata dan ungkapan. Bahasa yg efektif: bhs yg mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai bahasa pasti tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat, melainkan

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih

KALIMAT EFEKTIF. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih KALIMAT EFEKTIF Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih Disusun Oleh : Mukoyimah (1601016060) Laila Shoimatu N. R. (1601016061) Laeli Uzlifa

Lebih terperinci

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Untuk STIKOM Bandung Tahun 2011-2012 Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jadi, bila tidak

Lebih terperinci

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bisa berlangsung secara efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI I Putu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting oleh masyarakat. Surat kabar dikatakan sebagai sebuah simbol bagi peradaban masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA. Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA. Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran 1. Pengantar Makalah ini merupakan salah satu upaya untuk membantu pemahaman mengenai kalimat dalam bahasa Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kata Berikut ini adalah pendapat dari para ahli bahasa mengenai konsep kata. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

Pertemuan 11 KALIMAT EFEKTIF

Pertemuan 11 KALIMAT EFEKTIF Pertemuan 11 KALIMAT EFEKTIF 1. Materi Kalimat Efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Walaupun demikian, belum ada yang membahas kemampuan menulis teks

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Walaupun demikian, belum ada yang membahas kemampuan menulis teks BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang pengajaran dalam bentuk penelitian tindakan kelas telah banyak dilakukan. Walaupun demikian, belum ada yang membahas kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia dan selalu diperlukan dalam setiap kegiatan. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH

SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH 1. Pendahuluan Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi salah satu fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai alat pengembangan kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia baik lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem lambang bunyi yang

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : Bahasa Indonesia Kode Mata : DU 23111 Jurusan / Jenjang : D3 TEKNIK KOMPUTER Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa

Lebih terperinci

mengungkapkan gagasan secara tepat, mudah dipahami

mengungkapkan gagasan secara tepat, mudah dipahami Kalimat Efektif Kalimat Efektif Kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pembicara/penulis secara tepat, sehingga mudah dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. 1 Kesepadanan Struktur, 2 Keparalelan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai kedudukan yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu memiliki kompetensi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Kalimat Efektif. Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Kalimat Efektif. Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis BAHASA INDONESIA Kalimat Efektif Sri Rahayu Handayani, SPd. MM Program Studi Akuntansi Kalimat Efektif kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pembicara/penulis

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 SMK N 1 BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 SMK N 1 BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 SMK N 1 BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Abstrak KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Trismanto 1) Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jalan Pemuda No. 70 Semarang 50132 Email : trismanto_tris@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juni 2013 KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juni 2013 KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013 KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013 Oleh Esi Pitriani 1 Siti Samhati 2 Eka Sofia Agustina 3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Email: Esi.pitriany@gmail.com

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA Riswati Institut Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Jatinangor Jalan Ir.Soekarno Jatinangor-Sumedang 5363 Pos-el : ridwanriswati@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk wacana tulis yang dilakukan berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang dihasilkan oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF. Karina Jayanti

KALIMAT EFEKTIF. Karina Jayanti KALIMAT EFEKTIF Karina Jayanti DEFINISI KALIMAT EFEKTIF kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Syarat-syarat Kalimat efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi

Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi Bahasa Indonesia UMB Modul ke: Kalimat Efektif Fakultas Ilmu Komunikasi Kundari, S.Pd, M.Pd. Program Studi Sistem Komunikasi www.mercubuana.ac.id Standar Kompetensi : Pembaca dapat memahami dan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013 ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis)

I. PENDAHULUAN. dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam komunikasi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa Subbab ini menguraikan tiga hal pokok, yaitu pengertian kesalahan berbahasa, klasifikasi kesalahan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 Penulis: Editor: Ika Setiyaningsih Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri DISKLAIMER Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Siti Sumarni (Sitisumarni27@gmail.com) Drs. Sanggup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar atau tabloid adalah lembaran-lembaran kertas yang tertuliskan berita (Alwi, 2007: 1109). Berita sendiri dapat diartikan sebagai laporan tercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

KONJUNGSI DAN PREPOSISI

KONJUNGSI DAN PREPOSISI KONJUNGSI DAN PREPOSISI BAYU DWI NURWICAKSONO, M.PD. MATA KULIAH BAHASA INDONESIA LITERASI PROGRAM STUDI PENERBITAN POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF 2017 Definisi Konjungsi kata hubung Kata yang bertugas

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN PADA HASIL KARANGAN SISWA KELAS X SMK TAMTAMA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Kalimat Pertemuan 04 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri kalimat. 2. Menggunakan kata dan frasa sebagai pembentuk kalimat, 3. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF SISWA KELAS X SMAN 1 KATIBUNG 2014/2015. Oleh

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF SISWA KELAS X SMAN 1 KATIBUNG 2014/2015. Oleh PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF SISWA KELAS X SMAN 1 KATIBUNG 2014/2015 Oleh Reka Umami Nurlaksana Eko Rusminto Eka Sofia Agustina Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail : Rekaumamy150@yahoo.com

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Ige Janet L. W. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I PEndidikan

Lebih terperinci

KESANTUNAN KALIMAT DAN PARAGRAF

KESANTUNAN KALIMAT DAN PARAGRAF B A B KESANTUNAN KALIMAT DAN PARAGRAF Kemampuan menyusun kalimat dan paragraf secara santun diharapkan dapat dikuasai mahasiswa setelah mempelajarai bagian ini. KESANTUNAN KALIMAT Sebuah kalimat dapat

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PESAN BISNIS

PENYUSUNAN PESAN BISNIS 1 MODUL 4 ISI MODUL 4 TUJUAN MODUL A. B. C. Perencanaan Pesan Bisnis Pengorganisasian Pesan Bisnis Revisi Pesan Bisnis Setelah mempelajari modul 4 mahasiswa diharapkan mampu Mendiskusikan perencanaan pesanpesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pidato adalah mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan

II. LANDASAN TEORI. Pidato adalah mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan 8 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pidato Pidato adalah mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak (Depdikbud, 1990: 681). Pidato adalah teknik pemakaian kata-kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa berfungsi

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Banda Aceh Menggunakan Konjungtor Dalam Kalimat Bahasa Indonesia. Rika Kustina 1 ABSTRAK

Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Banda Aceh Menggunakan Konjungtor Dalam Kalimat Bahasa Indonesia. Rika Kustina 1 ABSTRAK Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Banda Aceh Menggunakan Konjungtor Dalam Kalimat Bahasa Indonesia Rika Kustina 1 ABSTRAK Penelitian ini merupakan suatu kajian tentang kemampuan siswa kelas VIII

Lebih terperinci

MATERI 4 KALIMAT Oleh : Afiati HDF

MATERI 4 KALIMAT Oleh : Afiati HDF MATERI 4 KALIMAT Oleh : Afiati HDF SATUAN BAHASA TERKECIL YG MERUPAKAN KESATUAN PIKIRAN. KALIMAT DIAWALI DAN DIAKHIRI DG KESENYAPAN (LISAN) KALIMAT DIAWALI DENGAN HURUF KAPITAL DAN DIAKHIRI DENGAN TANDA

Lebih terperinci

TERTIB BERBAHASA INDONESIA. Yeti Mulyati UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TERTIB BERBAHASA INDONESIA. Yeti Mulyati UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TERTIB BERBAHASA INDONESIA Yeti Mulyati UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BERBAHASA INDONESIA DENGAN BAIK DAN BENAR BAIK KAIDAH SOSIAL - SOSIOLINGUISTIK - PRAGMATIK BENAR KAIDAH KEBAHASAAN -FONOLOGI - MORFOLOGI

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA oleh I Gede Tunas Adiyasa, NIM 0812011039 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan SMP menyatakan bahwa materi pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan SMP menyatakan bahwa materi pembelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP menyatakan bahwa materi pembelajaran Bahasa Indonesia tercakup ke dalam empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan keterampilan berbahasa yang diantaranya dimulai dari. mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca dan menulis, keempat

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan keterampilan berbahasa yang diantaranya dimulai dari. mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca dan menulis, keempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia melakukan interaksi dengan orang lain disekitarnya yaitu dengan menggunakan keterampilan berbahasa yang diantaranya dimulai dari mendengarkan/menyimak, berbicara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KALIMAT DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII MTs HIDAYATUL MUSLIHIN 2011/2012. Oleh

KEEFEKTIFAN KALIMAT DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII MTs HIDAYATUL MUSLIHIN 2011/2012. Oleh KEEFEKTIFAN KALIMAT DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII MTs HIDAYATUL MUSLIHIN 2011/2012 Oleh Sekar Wulandari Kahfie Nazaruddin Eka Sofia Agustina Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa

Lebih terperinci

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Orang Indonesia pasti pandai berbahasa Indonesia, orang Belanda pasti pandai berbahasa Belanda, orang Jepang pasti pandai berbahasa Jepang, orang Korea tentu

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri (Chaer dan Agustina, 2010:11). Bahasa sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. diri (Chaer dan Agustina, 2010:11). Bahasa sangat berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri (Chaer

Lebih terperinci

Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI

Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI Definisi Konjungsi kata hubung Kata yang bertugas menghubungkan atau menyambungkan ide atau pikiran yang ada dalam sebuah kalimat dengan ide atau

Lebih terperinci

Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat

Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat Noni Febriana Universitas Putra Indonesia YPTK Padang, Indonesia e-mail : noniefebrian@yahoo.com

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci