EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia oleh Fitria JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 i

2 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Semarang, 16 Juli 2013 Fitria ii

3 PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Upaya Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Larutan Penyangga disusun oleh Fitria telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 16 Juli Panitia: Ketua Sekretaris Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dra. Woro Sumarni, M.Si Ketua Penguji Agung Tri Prasetya, S.Si, M.Si Anggota Penguji/ Pembimbing Utama Anggota Penguji/ Pembimbing Pendamping Drs. Sigit Priatmoko, M.Si Drs. Kasmui, M.Si iii

4 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sesungguhnya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya (QS : 2 :286) PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Ayah (Kadiman) dan Ibu (Samsiati) 2. Kakek (Daryoko) dan Nenek (Kasinem) 3. Kedua adikku (Siti Mursida dan Cahya Qurota a yun) 4. Dwi Septiani, Windi Andriyani, Nur Hidayah dan Brilliana Agnesia 5. Teman-teman Chem Edu 09 iv

5 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-nya, sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Upaya Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Larutan Penyangga. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam administrasi penelitian maupun pelaporan hasil penelitian. 2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kemudahan melakukan penelitian. 3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang memberikan bantuan administrasi teknis dan nonteknis dalam penelitian dan pelaporan hasil penelitian. 4. Drs. Sigit Priatmoko, M.Si, sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran bagi penulis selama penyusunan skripsi. 5. Drs. Kasmui, M.Si, sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran bagi penulis selama penyusunan skripsi. 6. Agung Tri Prasetya, S.Si, M.Si, sebagai dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran. 7. Dra. Endang Sunarsih, M.Pd, selaku kepala SMA Negeri 1 Jatisrono dan guru kimia kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatisrono yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu terlaksananya penelitian ini. 8. Ayah, ibu, dan keluarga tercinta yang telah memotivasi dan memberikan doa dalam penyusunan skripsi ini. v

6 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu baik material maupun spiritual. Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya Semarang, 16 Juli 2013us Penulis vi

7 ABSTRAK Fitria Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Upaya Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Larutan Penyangga. Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Drs. Sigit Priatmoko, M.Si dan Pembimbing Pendamping Drs. Kasmui, M.Si. Kimia merupakan bidang kajian yang melibatkan tiga level representasi yaitu level makroskopis, level mikroskopis dan level simbolik sehingga banyak menimbulkan miskonsepsi. Oleh karena itu, dibutuhkan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan ketiga level representasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan multimedia interaktif dalam upaya meminimalisasi miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga. Populasi penelitian ini yaitu seluruh kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatisrono tahun ajaran 2012/2013. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling, diperoleh sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan bantuan multimedia interaktif dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran tanpa multimedia interaktif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental design yang berbentuk pretestposttest control group design. Data penguasaan konsep siswa diperoleh dari hasil tes diagnostik miskonsepsi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata persentase miskonsepsi siswa kelas eksperimen 28,03% dan kelas kontrol 42,88%. Nilai gain ternormalisasi kelas eksperimen 0,64 dan kelas kontrol 0,5 yang berarti peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Skor jawaban siswa yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama, sedangkan pada uji t satu pihak kiri t hitung (-4,89) - t (0,95)(64) (- 1,67) yang berarti rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan multimedia interaktif efektif untuk meminimalkan miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga. Kata kunci : efektivitas, multimeda interaktif, miskonsepsi, larutan penyangga. vii

8 DAFTAR ISI Halaman PRAKATA... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Pembatasan Masalah TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Konsepsi Miskonsepsi Multimedia Interaktif Materi Pokok Larutan Penyanga Kaitan antara Materi Pokok Larutan Penyangga, Multimedia Interaktif dan Miskonsepsi Kajian Penelitian yang Relevan Kerangka Berpikir Hipotesis METODE PENELITIAN Desain Penelitian Alur Penelitian viii

9 Halaman 3.3 Variabel Penelitian Penentuan Subyek Penelitian Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data Pembuatan Multimedia Interaktif Metode Analisis Data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pembahasan PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Penyebab miskonsepsi Naskah media flash materi larutan penyangga Kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga Pola rancangan penelitian Kriteria penilaian tingkat pemahaman Klasifikasi daya pembeda soal Hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba Klasifikasi tingkat kesukaran soal Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba Interpretasi nilai koefisien reliabilitas Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi Kriteria gain Hasil uji normalitas data nilai uas kimia kelas XI IPA Hasil uji homogenitas populasi Hasil uji kesamaan keadaan awal populasi Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep pengertian larutan penyangga Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep komponen larutan penyangga Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep cara pembuatan larutan penyangga Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep perhitungan ph larutan penyangga x

11 Tabel Halaman 4.9 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep kapasitas larutan penyangga Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep fungsi larutan penyangga Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep pengertian larutan penyangga Ragam miskonsepsi siswa pada konsep pengertian larutan penyangga hasil post test Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep komponen larutan penyangga Ragam miskonsepsi siswa pada konsep komponen larutan penyangga hasil post test Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep cara pembuatan larutan penyangga Ragam miskonsepsi siswa pada konsep cara pembuatan larutan penyangga hasil post test Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph Ragam miskonsepsi siswa pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph hasil post test Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep perhitungan ph larutan penyangga Ragam miskonsepsi siswa pada konsep perhitungan ph larutan penyangga hasil post test Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep kapasitas larutan penyangga Ragam miskonsepsi siswa pada konsep fungsi larutan penyangga hasil post test Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep fungsi larutan penyangga xi

12 Tabel Halaman 4.24 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep fungsi larutan penyangga hasil post test Hasil uji gain ternormalisasi terhadap hasil belajar siswa Hasil uji normalitas data post test pada kelas eksperimen Hasil uji normalitas data post test pada kelas kontrol Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong paham konsep Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong miskonsepsi Hasil uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep Hasil uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi Hasil uji Wilcoxon jawaban yang tergolong tidak paham konsep Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol xii

13 4.40 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Tampilan menu media flash larutan penyangga Tampilan media flash pengertian larutan penyangga Tampilan media flash komponen larutan penyangga asam Kerangka berpikir penelitian Diagram alur penelitian Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test pada soal nomor Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test pada soal nomor Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test pada soal nomor Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test pada soal nomor Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test pada soal nomor Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test pada soal nomor Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test pada soal nomor Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test pada soal nomor Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen dan kontrol Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol xiv

15 Gambar Halaman 4.12 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Silabus Kelas Eksperimen Silabus Kelas Kontrol RPP Kelas Eksperimen RPP Kelas Kontrol Lembar Kerja Siswa Kisi- Kisi Soal Uji Coba Lembar Soal Uji Coba Kunci Jawaban Soal Uji Coba Kriteria Penilaian Soal Uji Coba Data Hasil Uji Coba Soal Analisis Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Analisis Reliabilitas Soal Uji Coba Analisis Validitas Soal Uji Coba Kisi- Kisi Soal Pre Test dan Post Test Lembar Soal Post Test Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test Kriteria Penilaian Soal Pre Test dan Post Test Daftar Nilai UAS Kelas XI IPA SMAN 1 Jatisrono Uji Normalitas Nilai UAS Kelas XI IPA Uji Normalitas Nilai UAS Kelas XI IPA Uji Normalitas Nilai UAS Kelas XI IPA Uji Homogenitas Populasi Analisis Varians Data Kondisi Awal Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Daftar Nilai Pre Test Daftar Nilai Post Test Persentase Penguasaan Konsep pada Hasil Pre Test xvi

17 Lampiran Halaman 28. Persentase Penguasaan Konsep pada Hasil Post Test Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen (Uji Gain Ternormalisasi) Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Kelas Kontrol (Uji Gain Ternormalisasi) Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Paham Konsep Kelas Eksperimen Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Miskonsepsi Kelas Eksperimen Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Tidak Paham Konsep Kelas Eksperimen Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Paham Konsep Kelas Kontrol Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Miskonsepsi Kelas Kontrol Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Tidak Paham Konsep Kelas Kontrol Uji Kesamaan Dua Varians Jawaban Paham Konsep Kelas Eksperimen dan Kontrol Uji Kesamaan Dua Varians Jawaban Miskonsepsi Kelas Eksperimen dan Kontrol Uji Kesamaan Dua Rata-rata Jawaban Paham Konsep antara Kelas Eksperimen dan Kontrol Uji Kesamaan Dua Rata-rata Jawaban Miskonsepsi antara Kelas Eksperimen dan Kontrol Uji Kesamaan Dua Rata-rata Jawaban Tidak Paham Konsep antara Kelas Eksperimen dan Kontrol Story Board Multimedia Interaktif Dokumentasi Jawaban Miskonsepsi Siswa Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen Dokumentasi Penelitian Kelas Kontrol xvii

18 Lampiran Halaman 46. Formulir Usulan Dosen Pembimbing SK Pembimbing Surat Ijin Penelitian Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian xviii

19 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia sebagai ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya menyebabkan ilmu ini dianggap rumit oleh siswa. Tsaparlis (2003) menyatakan bahwa kimia merupakan salah satu ilmu yang masih dianggap sulit oleh siswa. Sifatnya yang abstrak meliputi konsep struktural, bahasa simbolik, dan karakter matematika tidak hanya menyebabkan kesulitan bagi banyak siswa tetapi juga berkontribusi untuk menjadikannya sebagai pelajaran yang tidak disukai. Menurut Gabel dan Johnston sebagaimana dikutip oleh Wu (2001) juga menyatakan bahwa kimia merupakan bidang kajian yang kompleks karena di dalam kimia terdapat tiga level representasi, yang meliputi level makroskopis, level mikroskopis dan level simbolik. Pemahaman yang kompleks ini menyebabkan tidak semua konsep kimia dapat diamati secara langsung, sehingga dibutuhkan daya nalar yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah dalam konsep kimia, khususnya pada level mikroskopis. Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, siswa terkadang membuat penafsiran sendiri terhadap suatu konsep yang dipelajarinya. Namun, hasil penafsiran yang berupa gagasan-gagasan yang ada dalam struktur kognitif siswa mengenai atribut-atribut kriteria dari konsep adakalanya tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan konsep yang telah disepakati para ahli. Timbulnya 1

20 2 ketidaksesuaian tersebut berdampak pada munculnya kesalahan dalam pemahaman yang dikenal dengan istilah miskonsepsi. Miskonsepsi dalam diri siswa disebabkan oleh persepsi yang diterima siswa tidak sama dengan persepsi yang dikemukakan oleh ilmuwan. Siswa yang telah mengalami miskonsepsi tidak menyadari bahwa dirinya telah mengalami miskonsepsi karena siswa tersebut menganggap konsepsi yang telah dimilikinya adalah benar. Oleh sebab itu, cukup sulit membenarkan miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa. Miskonsepsi pada satu materi kimia akan menyebabkan kesulitan belajar pada materi yang lain. Hal ini disebabkan antar konsep kimia memiliki keterkaitan. Salah satu materi pokok yang membutuhkan penalaran tinggi dalam pelajaran kimia adalah materi larutan penyangga sehingga materi ini berpotensi untuk menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ma rifah (2012) yang menunjukkan bahwa masih terdapat miskonsepsi pada materi pokok larutan penyangga setelah menggunakan strategi pembelajaran konflik kognitif. Miskonsepsi tersebut meliputi pengertian dan sifat larutan penyangga, ph larutan penyangga pada penambahan asam/basa, ph larutan penyangga dengan prinsip kesetimbangan, dan fungsi larutan penyangga. Konsep larutan penyangga membutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai reaksi kimia, perhitungan kimia (stoikiometri), dan rumusrumus dalam menentukan ph. Keterkaitan antara beberapa aspek dalam konsep larutan penyangga tersebut membuat siswa mengalami kesulitan belajar dan cenderung miskonsepsi.

21 3 Berdasarkan sifat ilmu kimia tersebut, seharusnya pembelajaran kimia berorientasi pada ketiga level representasi, yaitu level makroskopis, mikroskopis dan simbolik. Namun, berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan di SMA Negeri 1 Jatisrono, pembelajaran kimia hanya menggunakan LKS dan buku teks yang hanya menekankan penyampaian meteri pada level simbolik dan makroskopis tetapi tidak bisa digunakan untuk menyampaikan konsep kimia pada level mikroskopis secara maksimal. Penggunaan multimedia interaktif merupakan salah satu upaya alternatif yang dapat dipilih oleh guru untuk menyajikan konsep kimia yang bersifat abstrak. Pemilihan ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa multimedia interaktif memadukan animasi, gambar, teks, audio, dan video yang dapat diproses dengan berbagai indra sehingga informasi dapat dipertahankan dalam ingatan siswa. Ariani (2010) menyatakan bahwa dengan multimedia interaktif, siswa tidak hanya dapat melihat gejala tetapi juga dapat berinteraksi untuk melihat gambaran nyata suatu konsep. Teoh (2007) juga menyatakan bahwa multimedia berguna dalam memvisualisasikan konsep, fitur multimedia interaktif dapat memberikan gambaran yang mendalam setelah belajar. Selain itu Teoh (2007) juga menyatakan bahwa multimedia interaktif sebagai media pembelajaran dapat mendukung transfer pengetahuan. Dengan demikian, penggunaan multimedia interaktif diharapkan dapat memperdalam pemahaman konsep dan dapat meminimalkan miskonsepsi yang mungkin terjadi. Penanggulangan miskonsepsi dengan menggunakan multimedia interaktif sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Greenbowe (2004). Hasil

22 4 penelitian Greenbowe (2004) menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat mengurangi miskonsepsi siswa pada materi pokok elektrokimia, karena animasi komputer berupa grafik dan reaksi kimia yang terdapat dalam multimedia interaktif dapat membantu siswa dalam memahami materi dan mengubah miskonsepsi yang sebelumnya mereka alami menjadi konsepsi yang benar. Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap penting untuk dilakukan penelitian mengenai Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Upaya Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Larutan Penyangga, dengan harapan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi guru kimia untuk meminimalkan miskonsepsi siswa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan permasalahan apakah penggunaan multimedia interaktif efektif untuk meminimalisasi miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga? 1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan multimedia interaktif dalam upaya meminimalisasi miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga. 1.4 Manfaat dan peneliti. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah,

23 Siswa Penggunaan multimedia interaktif diharapkan dapat menambah pemahaman siswa terhadap materi pokok larutan penyangga dan membantu siswa untuk mengatasi adanya miskonsepsi ketika mempelajari materi pokok tersebut Guru Penggunaan multimedia interaktif dapat digunakan sebagai alternatif dan bahan pertimbangan bagi guru dalam upaya mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa Sekolah Pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk perbaikan mutu pendidikan sekolah, khususnya dalam mata pelajaran kimia kelas XI Peneliti Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kreatifitas dan keterampilan peneliti sebagai calon guru dalam memilih tindakan alternatif untuk mengatasi miskonsepsi siswa ketika mengajar nanti. 1.5 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan untuk lebih memfokuskan penelitian ini. Adapun pembatasan masalahnya yaitu sebagai berikut: 1. Multimedia interaktif yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan Macromedia Flash Profesional 8 dan Microsoft Office Power Point sebagai software utamanya.

24 6 2. Penggunaan multimedia interaktif dikatakan efektif dalam meminimalisasi miskonsespsi siswa apabila: a. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. b. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. c. Rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. 3. Peneliti bertindak sebagai guru dan miskonsepsi pada guru sudah sangat diminimalkan.

25 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Konsepsi Rosser (dalam Dahar, 1989) menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstrak mental yang mewakili suatu kelas stimulus-stimulus, kejadian-kejadian yang mempunyai atribut yang sama. Selain itu, konsep menggambarkan keteraturan atau hubungan dengan sekelompok faktor-faktor yang ditandai oleh beberapa simbol atau tanda. Ciri-ciri konsep menurut Dahar (1989) adalah sebagai berikut: 1. Konsep timbul dari hasil pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta, konsep merupakan suatu generalisasi dari fakta-fakta tersebut. 2. Konsep adalah hasil berpikir abstrak manusia dar fakta-fakta tersebut. 3. Suatu konsep dapat dianggap kurang tepat disebabkan timbulnya fakta-fakta baru. Oleh karena itu, konsep dapat mengalami perubahan (bersifat tentatif). Setiap siswa mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep. Hal tersebut terjadi karena setiap siswa mempunyai cara yang berbedabeda dalam membangun pengetahuan mereka. Tafsiran seseorang terhadap suatu konsep disebut konsepsi (Berg, 1991). 2.2 Miskonsepsi Terdapat kecenderungan bahwa siswa memiliki konsepsi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Beberapa di antara siswa tersebut ada yang memiliki 7

26 8 konsepsi yang berbeda dengan konsepsi ilmuwan, konsepsi ilmuwan biasanya lebih kompleks, lebih rumit, dan lebih banyak melibatkan keterkaitan antar konsep. Jika konsepsi siswa ternyata sama dengan konsepsi ilmuwan yang telah disederhanakan, maka konsepsi siswa tersebut tidak dikatakan salah. Namun, jika konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi ilmuwan yang telah disederhanakan, maka siswa tersebut dikatakan mengalami kesalahan konsepsi atau miskonsepsi (Berg, 1991). Dahar (1996) menyatakan bahwa miskonsepsi dapat terjadi karena kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah dalam struktur kognitifnya. Berg (1991) menyatakan bahwa kesalahan yang diperbuat oleh siswa dalam belajar diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kesalahan yang terjadi secara acak tanpa sumber tertentu, misalnya salah hitung atau salah dalam penulisan rumus. 2. Kesalahan dalam mengingat atau menghafal. 3. Kesalahan yang terjadi terus menerus serta menunjukkan kesalahan dengan sumber tertentu. Aufschnaiter (2010) mengemukakan bahwa miskonsepsi terjadi sebagai hasil dari pengalaman siswa yang berulang-ulang atas fenomena kehidupan sehari-hari mereka. Berdasarkan hal tersebut maka miskonsepsi terkadang cukup logis dan konsisten. Pada Tabel 2.1 berikut ini disajikan faktorfaktor penyebab miskonsepsi yang dikemukakan oleh Suparno (2005).

27 9 Tabel 2.1 Penyebab miskonsepsi Sebab utama Peserta didik Pengajar Buku Teks Konteks Metode mengajar Sebab khusus Prakonsepsi atau konsep awal siswa, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap atau salah, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa, minat belajar siswa. Beberapa miskonsepsi bisa terjadi karena guru kurang menguasai bahan pelajaran atau memahami pelajaran yang tidak benar. Bahasa yang digunakan dalam penulisan buku teks sulit diahami atau penjelasan yang ada dalam buku teks tidak benar. Bahasa sehari-hari yang mempunyai arti lain dengan bahasa ilmiah akan menyebabkan miskonsepsi, teman lain dan keyakinan agama juga berpengaruh terhadap timbulnya miskonsepsi pada siswa. Beberapa metode mengajar yang digunakan oleh guru, telebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan tetapi sering mempunyai dampak jelek, yaitu memunculkan miskonsepsi siswa. Berg (1991) menyatakan bahwa miskonsepsi memiliki ciri-ciri tertentu, diantaranya adalah: 1. Miskonsepsi sulit sekali diperbaiki. 2. Seringkali sisa miskonsepsi terus menerus mengganggu. Soal-soal yang sederhana dapat dikerjakan, tetapi dengan soal yang sedikit lebih sulit miskonsepsi muncul kembali. 3. Seringkali siswa yang sudah pernah mengatasi miskonsepsi setelah beberapa bulan ia salah kembali. 4. Dengan ceramah yang bagus, miskonsepsi tak dapat dihilangkan atau dihindari. 5. Siswa, mahasiswa, guru, dosen, maupun peneliti dapat mengalami miskonsepsi.

28 10 Taber (2001) mengemukakan bahwa hampir seluruh materi dalam kajian ilmu kimia dapat menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Jika miskonsepsi ini tidak segera diatasi, hal ini sangat berbahaya karena melalui pernyataan singkatnya, Helm dan Novak (Kumaedi, 2000) menyatakan, Many of these misconceptions are perpasive, stable, and resistant to change. Suparno (2005) juga menyatakan, miskonsepsi sulit dibenahi atau dibetulkan, terlebih bila miskonsepsi itu dapat membantu memecahkan persoalan tertentu. Hal ini akan berbahaya apabila miskonsepsi terjadi pada konsep-konsep kimia, karena konsepkonsep kimia memiliki kecenderungan untuk saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Apabila terjadi miskonsepsi pada salah satu konsep maka miskonsepsi tersebut akan terbawa katika mempelajari konsep-konsep berikutnya. Berdasarkan Barke (2009), ada 2 alternatif untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa, yaitu: 1. Menyampaikan konsep yang telah disepakati oleh ilmuwan kemudian mendiskusikan miskonsepsi. 2. Membiarkan terjadinya miskonsepsi pada siswa terlebih dahulu kemudian membuat mereka tidak nyaman dengan konsep yang mereka miliki setelah itu baru mengajarkan kepada siswa tentang konsep yang telah disepakati oleh ilmuwan. 2.3 Multimedia Interaktif Ariani (2010) menyatakan bahwa multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor atau bimap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, dan lain-lain yang telah dikemas menjadi

29 11 file digital (komputerisasi), digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik. Menurut Daryanto (2010), multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan lain-lain. Multimedia yang dipakai dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan Macromedia Flash Profesional 8 dan Microsoft Power Point sebagai software utamanya. Macromedia Flash Profesional 8 adalah sebuah program animasi yang telah banyak digunakan oleh para animator untuk menghasilkan animasi yang professional. Di antara program-program animasi, program Macromedia Flash Profesional 8 merupakan program yang paling fleksibel dalam pembuatan animasi, seperti animasi interaktif, game, company profile, presentasi, movie, dan tampilan animasi lainnya (Rosari, 2006). Rosari (2006) mengemukakan beberapa keunggulan program Macromedia Flash Profesional 8, antara lain: 1. Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain. 2. Dapat membuat perubahan transparansi warna dalam movie. 3. Dapat membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain.

30 12 4. Dapat membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan. 5. Dapat dikonversi dan dipublikasikan ke dalam beberapa tipe, diantaranya:.swf,.html,.gif,.jpg,.png,.exe,.mov. 6. Dapat mengolah dan membuat animasi dari objek Bitmap. 7. Flash program animasi berbasis vektor memiliki fleksibilitas dalam pembuatan objek-objek vektor. Sebelum membuat multimedia interaktif dengan menggunakan software Macromedia Flash Profesional 8 terlebih dahulu dibuat naskah media. Pada Tabel 2.2 berikut ini disajikan naskah media flash yang dijadikan sebagai pedoman dalam pembuatan story board. Tabel 2.2 Naskah media flash materi larutan penyangga No Materi Isi presentasi 1. Pendahuluan Video apersepsi tentang larutan penyangga yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa tentang larutan penyangga. 2. Pengertian Larutan Penyangga 3. Larutan Penyangga Asam a. Komponen larutan penyangga asam b. Cara pembuatan larutan penyangga asam c. Mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan ph a. Animasi larutan penyangga yang ditambahkan HCl. b. Teks materi yang berisi pengertian larutan penyangga. a. Animasi komponen larutan penyangga asam. b. Teks yang berisi materi mengenai komponen larutan penyangga asam. a. Teks yang berisi materi mengenai cara pembuatan larutan penyangga asam. b. Animasi cara pembuatan larutan penyangga asam. c. Suara yang mengiringi teks materi cara pembuatan larutan penyangga asam. a. Animasi yang memvisualisasikan mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan ph ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat. b. Teks yang memberikan penjelasan mengenai mekanisme larutan penyangga asam dalam

31 13 Lanjutan Tabel 2.2 Naskah media flash materi larutan penyangga No Materi Isi presentasi mempertahankan ph. c. Suara yang mengiringi teks penjelasan mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan ph agar dapat memperdalam pemahaman siswa. d. ph larutan penyangga asam 4. Larutan Penyangga Basa a. Komponen larutan penyangga basa b. Cara pembuatan larutan penyangga basa c. Mekanisme larutan penyangga basa dalam mempertahankan ph d. ph larutan penyangga basa a. Teks materi yang berisi ph larutan penyangga asam. b. Suara yang berfungsi sebagai penegasan atas hal-hal yang penting. a. Animasi komponen larutan penyangga basa. b. Teks yang berisi materi tentang komponen larutan penyangga basa. a. Teks yang berisi materi mengenai cara pembuatan larutan penyangga basa. b. Animasi cara pembuatan larutan penyangga basa. c. Suara yang mengiringi teks materi cara pembuatan larutan penyangga basa. a. Animasi yang memvisualisasikan mekanisme larutan penyangga basa dalam mempertahankan ph ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat. b. Teks yang memberikan penjelasan mengenai mekanisme larutan penyangga basa dalam mempertahankan ph. c. Suara yang mengiringi teks penjelasan mekanisme larutan penyangga basa dalam mempertahankan ph agar dapat memperdalam pemahaman siswa. a. Teks materi yang berisi ph larutan penyangga basa. b. Suara yang berfungsi sebagai penegasan atas hal-hal yang penting. 5. Kapasitas Larutan Penyangga a. Animasi yang berisi bahwa semakin banyak jumlah mol komponen penyang-ga, semakin besar kemampuannya mem-pertahankan ph. b. Animasi yang berisi bahwa larutan penyangga akan berfungsi sebagai penahan ph yang baik jika perbandingan asam lemah : basa konjugasi atau basa lemah : asam konjugasi antara 0,1 10. c. Teks yang berisi materi kapasitas larutan penyangga.

32 14 Lanjutan Tabel 2.2 Naskah media flash materi larutan penyangga No Materi Isi presentasi 6. Fungsi Larutan Penyangga a. Teks yang berisi materi fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan dalam bidang industri. b. Gambar tabel larutan penyangga yang berperan dalam darah manusia. c. Animasi yang berisi fungsi larutan penyangga dalam industri obat tetes mata. Gambar 2.1 sampai 2.3 berikut ini merupakan contoh tampilan media flash yang akan digunakan dalam penelitian. Apersepsi Gambar 2.1 Tampilan menu media larutan penyangga Gambar 2.2 Pengertian larutan penyangga

33 15 Gambar 2.3 Komponen larutan penyangga asam 2.4 Materi Pokok Larutan Penyangga Materi pokok larutan penyangga merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran kimia yang mencakup tiga level, yaitu level makroskopis, level mikroskopis, dan level simbolik. Level mikroskopis pada materi larutan penyangga termasuk materi yang sifatnya invisible dan banyak menimbulkan miskonsepsi. Konsep dalam bab ini membutuhkan pemahaman yang mendalam serta melibatkan penggunaan reaksi kimia, mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph larutan (bersifat invisible), perhitungan kimia (stoikiometri), dan rumus-rumus dalam menentukan ph. Keterkaitan antara aspek-aspek yang ada dalam konsep larutan penyangga tersebut yang membuat siswa mengalami kesulitan belajar dan cenderung miskonsepsi. Berikut ini adalah paparan mengenai materi pokok larutan penyangga Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga disebut juga larutan dapar atau larutan buffer berfungsi mempertahankan harga ph larutan. Ketika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam, basa atau air maka perubahan ph yang terjadi tidak begitu

34 16 berarti dan dapat diabaikan. Komponen larutan penyangga adalah asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya. Larutan penyangga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa Larutan Penyangga Asam Larutan penyangga asam merupakan campuran antara larutan asam lemah dan basa konjugasinya. Larutan penyangga asam dapat dibuat dengan cara mencampurkan larutan asam lemah dengan basa konjugasinya, misalnya campuran CH 3 COOH dan NaCH 3 COO. Larutan penyangga asam juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam lemah dengan basa kuat dengan syarat pada akhir reaksi ada sisa asam lemah, sedangkan basa kuat habis bereaksi. CH 3 COOH(aq) + NaOH(aq) CH 3 COONa(aq) + H 2 O(l) Karena NaOH habis bereaksi dan ada sisa CH 3 COOH, pada akhir reaksi terdapat campuran CH 3 COOH dan CH 3 COONa yang merupakan komponen pembentuk larutan penyangga. Dalam larutan, campuran itu akan membentuk kesetimbangan sebagai berikut: CH 3 COOH(aq) CH 3 COO - (aq) + H + (aq) Apabila ditambahkan sedikit asam (H + ) atau basa (OH - ) ke dalam larutan tersebut, akan terjadi reaksi berikut. 1. Jika ditambahkan asam maka ion H + dari asam akan bereaksi dengan ion CH 3 COO - membentuk CH 3 COOH, menurut reaksi: CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH(aq)

35 17 2. Jika ditambahkan basa, ion OH - akan dinetralkan oleh CH 3 COOH, menurut reaksi: CH 3 COOH (aq) + OH - (aq) CH 3 COO - (aq) + H 2 O(l) Larutan Penyangga Basa Larutan penyangga basa merupakan campuran larutan basa lemah dengan asam konjugasinya. Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara mencampur larutan basa lemah dengan asam konjugasinya, misalnya campuran NH 4 OH dan NH 4 Cl (komponen penyangganya NH 4 OH dan NH + 4 ). Larutan penyangga basa juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan basa lemah dengan asam kuat dengan syarat akhir reaksi terdapat sisa basa lemah, sedangkan asam kuat habis bereaksi. NH 4 OH(aq) + HCl(aq) NH 4 Cl(aq) + H 2 O(l) Karena HCl habis bereaksi dan terdapat sisa NH 4 OH, pada akhir reaksi terdapat campuran NH 4 OH dan NH 4 + (asam konjugasi dari NH 4 OH). Dalam larutan, campuran ini akan membentuk kesetimbangan sebagai berikut: NH 4 OH(aq) NH 4 + (aq) + OH - (aq) Apabila ditambahkan sedikit asam (H + ) atau basa (OH - ) ke dalam larutan tersebut, akan terjadi reaksi berikut. 1. Jika ditambahkan asam maka ion H + akan dinetralkan oleh basa, menurut reaksi: NH 3 (aq) + H + (aq) NH 4 + (aq) 2. Jika ditambahkan basa, ion OH - akan bereaksi dengan ion NH 4 +, menurut reaksi:

36 18 NH 4 + (aq) + OH - (aq) NH 3 (aq) + H 2 O(l) Menentukan ph Larutan Penyangga Larutan penyangga asam Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan asam asetat (CH 3 COOH) dengan larutan garam natrium asetat (CH 3 COONa). Dalam larutan, campuran tersebut terionisasi sebagai berikut: CH 3 COOH(aq) CH 3 COONa(aq) CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COO - (aq) + Na + (aq) Asam asetat adalah asam lemah. Tetapan ionisasi untuk reaksi ionisasi asam asetat adalah: Ka = CH 3 COO [H + ] [CH 3 COOH] Asam asetat hanya sedikit terionisasi, sedangkan natrium asetat terionisasi sempurna. Ion CH 3 COO - dari garam mengakibatkan kesetimbangan asam bergeser ke kiri, sehingga asam asetat yang mengion semakin kecil. Untuk memudahkan dalam perhitungan, konsentrasi asam asetat dalam larutan dianggap tetap dan ion CH 3 COO - dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan CH 3 COO - yang berasal dari asam asetat diabaikan. Sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut: Ka = g [H+ ] [a] atau [H + ] = Ka [a] [g]

37 19 Volume larutan adalah volume campuran asam dan basa konjugasi, sehingga ph larutan penyangga hanya bergantung pada tetapan ionisasi asam serta perbandingan mol asam dan basa konjugasi. [H + ] = Ka Persamaan tersebut pada V yang sama dapat ditulis sebagai berikut: a V g V [H + ] = Ka a g Sehingga, ph = log Ka a g = log Ka log a g ph = pka + log a g Keterangan: K a = tetapan ionisasi asam lemah a = jumlah mol asam lemah g = jumlah mol basa konjugasi Larutan penyangga basa Contoh larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan basa amonia (NH 3 ) dengan larutan garam amonium klorida (NH 4 Cl). Campuran itu akan terionisasi sebagai berikut: NH 3 (aq) + H 2 O(l) NH 4 + (aq) + OH - (aq) NH 4 Cl(aq) NH 4 + (aq) + Cl - (aq)

38 20 Tetapan ionisasi basa lemah NH 3 adalah: Kb = NH 4 + [OH ] [NH 3 ] Dalam hal ini konsentrasi H 2 O dianggap konstan. Dalam larutan, ion NH 4 + dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan konsentrasi NH 3 dianggap tepat, karena pengaruh ion NH 4 + dari NH 4 Cl menyebabkan kesetimbangan bergeser ke pihak NH 3. Sehingga persamaan dapat dituliskan: Kb = g [OH ] [b] atau [OH ] = Kb [b] [g] Volume larutan adalah volume campuran basa dan asam konjugasinya, maka persamaan menjadi: [OH ] = Kb b g Sehingga, poh = log Kb b g = log Kb log b g poh = pkb + log b g ph = 14 poh Keterangan: K b = tetapan ionisasi basa lemah a = jumlah mol basa lemah g = jumlah mol asam konjugasi

39 Kapasitas Larutan Penyangga Kapasitas penyangga mengacu pada jumlah asam atau basa yang dapat ditambahkan ke dalam larutan penahan sebelum terjadi perubahan ph yang besar. Pada umumnya, kapasitas maksimum untuk menahan perubahan ph terjadi jika konsentrasi-konsentrasi asam (basa) lemah dan basa (asam) konjugasinya dijaga tetap tinggi atau kurang lebih sama satu sama lain. Larutan penyangga mempunyai kapasitas maksimum pada ph = pka (poh = pkb). Hal ini berarti larutan penyangga efektif pada daerah pka log a < ph < pka + log a untuk g g larutan penyangga asam, sedangkan untuk larutan penyangga basa efektif pada daerah pkb log a < poh < pkb + log a. Bilamana perbandingan konsentrasi g g asam/basa konjugasi terhadap elektrolit lemahnya lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10, larutan penahan akan kehilangan keefektifannya. Hal ini karena log 0,10 = -1 dan log 10 = +1, maka selang penahan efektif adalah kira-kira satu unit ph di atas atau di bawah nilai pk. Untuk larutan penahan asam asetat-natrium asetat, selang efektif adalah di antara ph 3,76 sampai 5,76, sedangkan untuk ammonia-amonium klorida, sekitar ph 8,24 sampai 10,24 (Petrucci, 1987) Fungsi Larutan Penyangga Di dalam tubuh manusia terjadi reaksi kimia yang dipercepat oleh enzim tertentu. Enzim akan bekerja efektif pada ph tertentu. Untuk mempertahankan nilai ph agar reaksi kimia tidak terganggu, tubuh dilengkapi dengan sistem larutan penyangga.

40 22 Dalam keadaan normal, darah manusia mempunyai ph antara 7,35 7,45. Nilai ph tersebut dipertahankan oleh tiga larutan penyangga, yaitu larutan penyangga karbonat, hemoglobin, dan oksihemoglobin. Larutan penyangga lain yang ada dalam tubuh manusia adalah larutan penyangga fosfat yang terdapat dalam sel dan kelenjar ludah. Larutan penyangga fosfat merupakan campuran antara H 2 PO - 4 dan basa konjugasinya HPO 2-4. Larutan penyangga juga berfungsi dalam bidang industri. Dalam industri obat-obatan, terutama obat tetes mata, obat suntik dan infus, phnya harus disesuaikan dengan ph cairan tubuh, agar saat dipakai tidak menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Berdasarkan kajian dari beberapa penelitian mengenai miskonsepsi pada materi larutan penyangga serta buku-buku yang berkaitan dengan materi larutan penyangga, ada beberapa kemungkinan miskonsepsi yang dapat terjadi pada siswa mengenai materi larutan penyangga. Pada Tabel 2.3 berikut ini disajikan beberapa kemungkinan miskonsepsi yang dapat terjadi pada siswa mengenai materi larutan penyangga. Tabel 2.3 Kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga No Miskonsepsi Rumusan konsep 1. Pengertian Larutan Penyangga: Larutan penyangga adalah larutan yang berfungsi untuk mempertahankan ph. Jika larutan penyangga diencerkan atau ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat, maka ph larutan sama sekali tidak mengalami perubahan (Ma rifah, 2012). ph larutan penyangga tidak berubah secara signifikan jika sedikit diencerkan dengan aquades, ditambah sedikit asam kuat atau basa kuat. Cara mengatasi miskonsepsi Multimedia interaktif menyajikan animasi percobaan pengukuran ph larutan penyangga dengan menggunakan ph universal dan ph meter.

41 23 Lanjutan Tabel 2.3 Kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga No Miskonsepsi Konsep yang benar 2. Komponen larutan penyangga: a. Komponen larutan penyangga adalah asam lemah (basa lemah) dengan garamnya (Ma rifah, 2012). b. Larutan penyangga asam adalah campuran dari asam dan basa (Khodaryah, 2010). 3. Cara pembuatan larutan penyangga: a. Larutan penyangga hanya dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa konjugasinya (atau basa lemah dengan asam konjugasinya). b. Larutan penyangga dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan garamnya. c. Larutan penyangga asam dapat dibuat dengan mereaksikan asam lemah dan basa kuat dengan jumlah mol yang sama (Khodaryah, 2010). d. Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan mereaksikan basa lemah dan asam kuat dengan jumlah mol yang sama (Khodaryah, 2010). 4. Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph: a. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit asam kuat, maka H + dari asam kuat akan bereaksi dengan asam lemahnya. Komponen larutan penyangga asam adalah asam lemah dan basa konjugasinya sedangkan komponen larutan penyangga basa adalah basa lemah dan asam konjugasinya. Ada 2 cara membuat larutan penyangga: a. Mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan garamnya yang merupakan basa konjugasi atau asam konjugasi dari asam lemah atau basa lemah dengan perbandingan 0,1 10. b. Mencampurkan asam lemah dengan basa kuat dimana asam lemah dalam jumlah berlebih. Atau mencampurkan basa lemah dengan asam kuat dimana basa lemah dalam jumlah berlebih. a. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit asam kuat, maka H + dari asam kuat akan bereaksi dengan basa konjugasinya sehingga konsentrasi ion H + hampir tidak berubah tetapi jumlah basa konjugasi berkurang. Cara mengatasi miskonsepsi Multimedia interaktif menyajikan animasi dan teks yang menjelaskan komponen larutan penyangga. Multimedia interaktif menyajikan animasi pembuatan penyangga disertai dengan software ph meter untuk menjelaskan bahwa campuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya (atau basa lemah dengan asam konjugasinya) dengan perbandingan di luar 0,1 10 tidak efektif untuk mempertahankan ph. Multimedia interaktif menyajikan animasi mekanisme larutan penyangga ketika ditambah sedikit asam kuat atau basa kuat disertai teks dan suara untuk memperjelas animasi yang disajikan.

42 24 Lanjutan Tabel 2.3 Kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga No Miskonsepsi Konsep yang benar b. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit basa kuat, maka OH - dari basa kuat akan bereaksi dengan basa konjugasinya. c. Jika sedikit asam ditambahkan pada larutan penyangga asam maka konsentrasi H 3 O + atau H + meningkat dan konsentrasi asam lemah dan basa konjugatnya tetap (Khodaryah, 2010). d. Jika sedikit asam ditambahkan pada larutan penyangga basa maka konsentrasi H 3 O + atau H + meningkat sedangkan konsentrasi basa lemah dan asam konjugatnya tetap (Khodaryah, 2010). e. Jika sedikit basa ditambahkan pada larutan penyangga asam maka konsentrasi OH - meningkat dan konsentrasi asam lemah dan basa konjugatnya tetap (Khodaryah, 2010). f. Jika sedikit basa ditambahkan pada larutan penyangga basa maka konsentrasi OH - meningkat dan konsentrasi basa lemah dan asam konjugatnya tetap (Khodaryah, 2010). 5. ph larutan penyangga: a. Dalam perhitungan ph larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam atau basa kuat, reaksi stoikiometrinya tidak diperhitungkan (Ma rifah, 2012). b. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit basa kuat, maka OH - dari basa kuat akan bereaksi dengan asam lemah sehingga konsentrasi ion OH - hampir tidak berubah tetapi jumlah basa konjugasi akan bertambah. c. Apabila ke dalam larutan penyangga basa ditambahkan sedikit asam kuat, maka H + dari asam kuat akan bereaksi dengan basa lemah sehingga konsentrasi ion H + hampir tidak berubah tetapi jumlah basa lemah berkurang dan asam konjugasi bertambah. d. Apabila ke dalam larutan penyangga basa ditambahkan sedikit basa kuat, maka OH - dari basa kuat akan bereaksi dengan asam konjugasi sehingga konsentrasi ion OH - hampir tidak berubah tetapi jumlah asam konjugasi berkurang. a. Dalam perhitungan ph larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam atau basa kuat harus dituliskan terlebih dahulu persamaan stoikiometri larutannya kemudian data yang dimasukkan dalam rumus ph larutan penyangga adalah data akhir reaksi (sisa). Cara mengatasi miskonsepsi Multimedia interaktif menyajikan teks penurunan rumus ph larutan penyangga disertai dengan suara yang menegaskan bahwa dalam menggunakan rumus ph jangan sampai terbalik, asam/basa lemah harus dibagi dengan basa/asam

43 25 Lanjutan Tabel 2.3 Kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga No Miskonsepsi Konsep yang benar b. Dalam perhitungan ph larutan penyangga yang terdiri dari asam lemah atau basa lemah dengan garamnya yang mempunyai basa konjugasi/asam konjugasi lebih dari satu, jumlah asam konjugasi/basa konjugasi tidak diperhitungkan. 6. Kapasitas larutan penyangga: Campuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya (atau basa lemah dengan asam konjugasinya) pasti memiliki sifat penyangga walaupun perbandingan mol asam lemah dengan basa konjugasinya (basa lemah dengan asam konjugasinya) tidak berkisar antara 0, Fungsi larutan penyangga: Asidosis adalah suatu kondisi dimana ph menurun, maka konsentrasi H 3 O + atau H + juga turun (Khodaryah, 2010). b. Jika ada garam yang mengandung basa konjugasi/asam konjugasi lebih dari satu maka jumlah mol basa konjugasi/asam konjugasi harus dikalikan jumlahnya. Larutan penyangga efektif mempertahankan ph jika perbandingan antara asam lemah/basa lemah dengan basa konjugasi /asam konjugasinya berkisar antara 0,1 sampai 10. Dalam darah terdapat larutan penyangga karbonat, hemoglobin dan oksihemoglobin sehingga jika terjadi penambahan asam ke dalam tubuh tidak akan terjadi asidosis (ph darah menurun sebagai akibat konsentrasi H 3 O + atau H + meningkat). Cara mengatasi miskonsepsi konjugasinya bukan garamnya. Multimedia interaktif menyajikan animasi percobaan yang membandingkan 2 campuran larutan penyangga, dimana yang perbandingan komponennya tidak berkisar antara 0,1 sampai 10 tidak dapat mempertahankan ph seperti yang perbandingan komponennya berkisar antara 0,1 sampai 10. Multimedia interaktif menyajikan animasi dan teks fungsi larutan penyangga agar siswa lebih mudah mengingat materi.

44 Kaitan antara Materi Pokok Larutan Penyangga, Multimedia Interaktif dan Miskonsepsi Menurut Tsaparlis (2003), kimia merupakan salah satu kajian ilmu yang bersifat abstrak sehingga sulit dipahami. Kean (1985) juga menyebutkan bahwa sebagian besar kimia bersifat abstrak. Ciri khas dunia kimia yang tak nampak harus dikhayalkan karena tidak dapat dialami langsung. Salah satu bahan kajian kimia yang bersifat abstrak adalah materi pokok larutan penyangga karena di dalam materi tersebut mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph tidak dapat diamati secara langsung (bersifat invisible), hal ini merujuk pada level mikroskopis dari materi larutan penyangga. Selain itu, materi larutan penyangga juga meliputi level makroskopis yang dapat dipelajari melalui percobaan maupun level simbolik yang melibatkan penulisan reaksi-reaksi kimia dan rumus ph. Materi larutan penyangga termasuk materi banyak menimbulkan miskonsepsi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ma rifah (2012) yang menemukan bahwa miskonsepsi pada materi pokok larutan penyangga setelah menggunakan strategi konflik kognitif masih begitu banyak, yaitu meliputi pengertian dan sifat larutan penyangga (46,67%), ph larutan penyangga pada penambahan asam/basa (26,67%), ph larutan penyangga dengan prinsip kesetimbangan (30,00%), fungsi larutan penyangga (26,67%). Konsep dalam bab ini membutuhkan pemahaman yang mendalam serta melibatkan penggunaan reaksi kimia, perhitungan kimia (stoikiometri), dan rumus-rumus dalam menentukan ph. Keterkaitan antara aspek-aspek yang ada dalam konsep larutan

45 27 penyangga tersebut yang membuat siswa mengalami kesulitan belajar dan cenderung miskonsepsi. Kean (1985) menawarkan sebuah pendekatan studi dalam belajar kimia yang sebagian besar bersifat abstrak, yaitu dengan menciptakan gambar batin mengenai dunia abstrak yang dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk multimedia interaktif. Pemilihan ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat memadukan animasi, gambar, teks, audio, dan video sehingga dapat memvisualisasikan, menganalogikan dan menyajikan materi yang bersifat abstrak. Dengan demikian, diharapkan penggunaan multimedia interaktif dapat meminimalisasi adanya miskonsepsi. 2.6 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai penggunaan multimedia interaktif berbantuan komputer untuk menurunkan miskonsepsi sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh Kici (2012). Penelitian tersebut menyatakan bahwa penggunaan multimedia yang dapat menciptakan suasana yang interaktif dapat menurunkan miskonsepsi siswa pada kajian fotosintesis, hal ini karena tampilan pada multimedia interaktif tersebut dapat membawa siswa ke dalam dunia mikro yang bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh indra. Penelitian lain dilakukan oleh Alias (2009). Dari hasil penelitiannya, ia menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif (yang dipakai adalah media power point) dapat menurunkan miskonsepsi hingga 89% pada materi statistika. Hal ini karena multimedia interaktif dapat mengubah

46 28 belajar siswa dari pasif menuju aktif sehingga berkontribusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian lain dilakukan oleh Greenbowe (2004) yang meneliti mengenai efektivitas penggunaan multimedia interaktif dalam mengurangi miskonsepsi siswa pada materi pokok elektrokimia. Penelitian tersebut menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat mengurangi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Greenbowe (2004) menyatakan bahwa animasi komputer berupa grafik dan reaksi kimia yang terdapat dalam multimedia interaktif dapat membantu siswa dalam memahami materi dan mengubah miskonsepsi yang sebelumnya mereka alami. Hasil penelitian Wiyono (2012) juga menyatakan bahwa visualisasi yang disajikan melalui multimedia interaktif memungkinkan siswa melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan menghubungkan panca indra mereka dengan antusias sehingga informasi yang masuk ke memorinya lebih tahan lama dan mudah dipanggil pada saat informasi tersebut dibutuhkan. 2.7 Kerangka Berpikir Materi pokok larutan penyangga adalah salah satu bahan kajian kimia yang sifatnya kompleks karena terdiri dari tiga level representasi yaitu level makroskopis, level mikroskopis dan level simbolik. Level mikroskopis materi larutan penyangga terdapat pada mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph yang tidak dapat diamati secara langsung (bersifat invisible). Selain itu, materi larutan penyangga juga mencakup level makroskopis yang dapat dipelajari melalui percobaan dan level simbolik yang melibatkan penulisan reaksi-

47 29 reaksi kimia dan rumus ph. Kompleksnya materi larutan penyangga ini menyebabkan sebagian siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep. Level mikroskopis pada konsep larutan penyangga menyebabkan meteri tersebut bersifat abstrak dan menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Tugas guru dalam mengatasi miskonsepsi ini adalah menerapkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan gambar batin mengenai dunia abstrak sehingga materi kajian kimia dapat dipahami dengan mudah. Gambar batin mengenai konsep kimia dapat diciptakan guru melalui penggunaan sebuah media, dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan multimedia interaktif. Pemilihan ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat memadukan animasi, gambar, teks, audio, dan video yang dapat diproses dengan berbagai indra sehingga siswa dapat menerima dan mengolah informasi kemudian dipertahankan dalam ingatannya. Dengan demikian, penggunaan multimedia ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi larutan penyangga pada level makroskopis, simbolik dan mikroskopis. Dengan meningkatnya pemahaman siswa, berarti tingkat miskonsepsi dapat berkurang dan hasil belajar siswa khususnya pada aspek kognitif dapat meningkat. Gambar 2.4 berikut ini merupakan gambaran kerangka berpikir dari penelitian yang dilakukan.

48 30 Konsep larutan penyangga sangat kompleks meliputi level makroskopis, simbolik dan mikroskopis. Level mikroskopis pada konsep larutan penyangga menyebabkan meteri tersebut bersifat abstrak dan menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Perlu adanya metode pembelajaran yang dapat menciptakan gambar batin mengenai dunia abstrak sehingga dapat dipahami. Multimedia interaktif dapat memadukan animasi, teks, suara, dan gambar sehingga dapat menciptakan sesuatu yang abstrak menjadi konkret. Penggunaan pendekatan dan media yang tepat menyebabkan terjadinya peningkatan pemahaman materi larutan penyangga pada level makroskopis, simbolik dan mikroskopis Pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif dapat meminimalkan tingkat miskonsepsi siswa Miskonsepsi berkurang dan hasil belajar pada aspek kognitif meningkat. Gambar 2.4 Kerangka berpikir penelitian 2.8 Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah penggunaan multimedia interaktif efektif untuk meminimalkan miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga.

49 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah True Experimental Design yang berbentuk Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2010). Pada Tabel 3.1 berikut ini disajikan pola rancangan penelitian yang akan dilakukan. Tabel 3.1 Pola Rancangan Penelitian Kelas Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir Eksperimen 01 X 02 Kontrol Keterangan: X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan multimedia interaktif - : Pembelajaran kimia tanpa menggunakan multimedia interaktif 01 : Pre test 02 : Post test 3.2 Alur Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian adalah: 1. Menganalisis bagian-bagian dari materi larutan penyangga yang memungkinkan terjadinya miskonsepsi melalui kajian terhadap buku-buku dan penelitian atau skripsi sebelumnya. 31

50 32 2. Menyusun multimedia interaktif dengan bimbingan dosen pembimbing. 3. Membuat instrumen penelitian meliputi kisi kisi soal uji coba, soal uji coba, kunci jawaban soal uji coba dan kriteria penilaian soal uji coba. 4. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian di kelas XII IPA yang telah mendapatkan materi larutan penyangga, kemudian menganalisis dan menetapkan instrumen penelitian. 5. Mengambil data awal kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatisrono untuk menentukan sampel penelitian dengan teknik cluster random sampling. 6. Memberikan pre test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. 7. Melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian. Pada pelaksanaan ini dilakukan pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol tanpa menggunakan multimedia interaktif. 8. Memberikan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 9. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian untuk mengukur tingkat miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga. 10. Menganalisis/mengolah data yang telah dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan. 11. Menarik kesimpulan dan menyusun serta melaporkan hasil-hasil penelitian. Secara ringkas alur penelitian dapat digambarkan seperti Gambar 3.1 berikut ini:

51 33 Mengkaji ragam miskonsepsi pada konsep larutan penyangga Membuat multimedia interaktif dan instrumen penelitian Melakukan uji coba soal diagnostik miskonsepsi Menentukan kelas eksperimen dan kontrol kemudian melakukan penelitian Kelas eksperimen Pre-test Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif Post-test Analisis miskonsepsi dan penguasaan konsep siswa Kelas kontrol Pre-test Pembelajaran tanpa menggunakan multimedia interaktif Post-test Analisis miskonsepsi dan penguasaan konsep siswa Menarik kesimpulan Gambar 3.1 Diagram alur penelitian 3.3 Variabel Penelitian Variabel Bebas (X) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan multimedia interaktif dengan Macromedia Flash Profesional 8 dan Microsoft Office Power Point sebagai software utamanya.

52 Variabel Terikat (Y) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah miskonsepsi siswa pada hasil belajar larutan penyangga. Data tingkat miskonsepsi didapatkan melalui tes diagnostik miskonsepsi Variabel kontrol Variabel kontrol meliputi guru, model dan metode pembelajaran, LKS yang digunakan siswa, materi pelajaran, kurikulum dan jumlah jam pelajaran. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah kooperatif tipe STAD sedangkan metode pembelajarannya meliputi: diskusi, praktikum, ceramah dan pemberian tugas. LKS yang digunakan siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol adalah sama, materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pokok larutan penyangga, kurikulum yang dipakai adalah KTSP, dan jumlah jam pelajaran yang digunakan untuk penelitian adalah sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 12 jam pelajaran. 3.4 Penentuan Subyek Penelitian Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA N 1 Jatisrono kelas XI jurusan IPA tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 3 kelas.

53 Sampel Dari populasi yang tersebar yaitu kelas XI IPA dipilih satu kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 2 sebanyak 33 siswa dan satu kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA 1 sebanyak 33 siswa Teknik Pengambilan Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling dari populasi normal dan homogen dengan pertimbangan siswa duduk pada jenjang kelas yang sama, guru mempunyai kemampuan yang sama, materi berdasarkan pada kurikulum yang sama dan pembagian kelas tidak ada kelas unggulan. 3.5 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian (Sugiyono, 2010) Jenis instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes diagnostik miskonsepsi. Soal tes diagnostik miskonsepsi digunakan pada saat pre test dan post test. Tes diagnostik miskonsepsi yang digunakan berupa tes benar salah beralasan. Hal ini sesuai Taber (2010) yang menawarkan suatu tes benar salah beralasan sebagai tes diagnostik miskonsepsi. Tiap-tiap butir soal disusun berdasarkan miskonsepsi siswa yang mungkin dijawab pada pertanyaan essay atau pertanyaan terbuka. Dalam tes ini siswa diminta untuk mengidentifikasi

54 36 pernyataan pada soal tersebut benar ataukan salah, selain itu siswa juga diminta untuk memberikan alasannya, sehingga dengan menggunakan tes diagnostik tersebut miskonsepsi-miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat teridentifikasi Prosedur Penyusunan Instrumen Prosedur penyusunan instrumen merupakan langkah - langkah yang dilakukan peneliti dalam menyusun instrumen penelitian dengan maksud agar instrumen yang digunakan dapat menghasilkan data yang sesuai. Lagkah langkah dalam menyusun instrumen meliputi perencanaan, penulisan butir pertanyaan dan penyediaan tolak ukur Perencanaan Langkah ini dimulai dengan melakukan kajian terhadap konsep larutan penyangga yang diperoleh dari silabus dan buku-buku kimia. Langkah selanjutnya adalah menganalisis kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga yang diperoleh dari buku dan penelitian sebelumnya. Maksud dilakukannya langkah tersebut adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam instrumen penelitian. Hasil rumusan tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen Penulisan butir pertanyaan Berdasarkan kisi-kisi instrumen kemudian disusun butir-butir pertanyaan. Tes diagnostik miskonsepsi berupa pernyataan benar salah beralasan, tiap-tiap pernyataan disusun berdasarkan kemungkinan miskonsepsi siswa yang mungkin terjadi pada konsep larutan penyangga. Jumlah butir soal yang dibuat

55 37 untuk diujicobakan sebanyak 30 butir yang terdiri atas komposisi jenjang sebagai berikut: 1. Aspek pengetahuan (C1) terdiri dari 2 soal = 6,67% 2. Aspek pemahaman (C2) terdiri dari 9 soal = 30% 3. Aspek penerapan (C3) terdiri dari 12 soal = 40% 4. Aspek analisis (C4) terdiri dari 6 soal = 20% 5. Aspek sintesis (C5) terdiri dari 1 soal = 3,33% Penyediaan tolak ukur Penyediaan tolak ukur atau kriteria penilaian merupakan hal penting yang perlu dilakukan dalam penyusunan instrumen. Suharsimi (2006) menyatakan bahwa manfaat dari penyediaan tolak ukur adalah: 1. untuk menyamakan ukuran bagi pengumpul data agar tidak banyak terpengaruh faktor subyektif. 2. untuk menjaga kestabilan data yang dikumpulkan dalam waktu berbeda. 3. untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data. Tolak ukur yang disediakan dalam tes diagnostik miskonsepsi berupa pengkatagorian hasil jawaban siswa dari tiap butir soal. Jawaban siswa dikelompokkan ke dalam kategori tingkat pemahaman menurut Costu (2008) dengan sedikit modifikasi. Kriteria penilaian tingkat pemahamannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

56 38 Tingkat pemahaman Paham Paham sebagian Tabel 3.2 Kriteria penilaian tingkat pemahaman Kriteria penilaian Ketentuan Skor Jawaban siswa mencakup semua tinjauan teoritis konsep yang dikemukakan para ahli. Jawaban siswa mencakup sebagian (tidak mencakup semua) tinjauan teoritis konsep yang dikemukakan para ahli. Miskonsepsi - Jawaban siswa menunjukkan kesalahpahaman yang mendasar tentang konsep yang dimilikinya. - Jawaban siswa menunjukkan sebagian informasi yang benar tetapi terdapat kesalahpahaman dalam menjelaskan. Tidak Paham Jawaban siswa tidak relevan dan tidak logis. Jawaban benar serta alasan yang dikemukakan lengkap dan benar. Jawaban salah karena alasan yang dikemukakan benar tetapi kurang lengkap. Jawaban salah karena alasan yang diberikan bertentangan dengan konsep yang benar. Jawaban salah dan alasan salah serta tidak sesuai dengan maksud soal atau hanya mengulangi pertanyaan Uji Coba Instrumen Setelah menyelesaikan penyusunan instrumen di bawah bimbingan dosen pembimbing I, dosen pembimbing II dan guru mitra, langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba instrumen soal tes diagnostik miskonsepsi kepada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Jatisrono Analisis Uji Coba Instrumen Setelah dilakukan uji coba soal tes, kemudian dihitung daya beda soal, tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas soal tes diagnostik miskonsepsi.

57 Daya beda soal Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Berdasarkan Surapranata (2005) daya beda soal uraian ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Mean kelompok atas Mean kelompok bawah D = Skor maksimum soal Klasifikasi daya pembeda berdasarkan Suharsimi (2010) dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini. Tabel 3.3 Klasifikasi daya pembeda soal Inteval DP 0,00 0,00 < DP 0,20 0,20 < DP 0,40 0,40 < DP 0,70 0,70 < DP 1,00 Kriteria Sangat jelek Jelek Cukup Baik Sangat baik Jumlah butir soal dan nomor soal dengan klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba Klasifikasi daya pembeda Baik Cukup Jelek Nomor soal 3, 6, 8, 12, 14, 17, 20, 22, 23, 25, 30 5, 7, 10, 11, 13, 15, 16, 18, 19, 21, 24, 27 1, 2, 4, 9, 26, 28, 29 Jumlah butir soal Jumlah 30 (Keterangan: Perhitungan daya pembeda soal uji coba ini dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 225)

58 Tingkat kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Berdasarkan Surapranata (2005) rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran (P) dari soal uraian adalah: Mean P = Skor maksimum yang ditetapkan dimana: Jumlah skor siswa peserta tes pada suatu soal Mean = Jumlah peserta didik yang mengikuti tes Klasifikasi tingkat kesukaran soal berdasarkan Suharsimi (2010) dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini. Tabel 3.5 Klasifikasi tingkat kesukaran soal Interval P = 0,00 0,00 < P 0,30 0,30 < P 0,70 0,70 < P 1,00 P = 1,00 Kriteria Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah Jumlah butir soal dan nomor soal dengan klasifikasi tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba Klasifikasi tingkat kesukaran Nomor Soal Jumlah butir soal Sukar Sedang Mudah 21, 26, 28 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 20, 22, 23, 25, 27, 29, 30 10, 13, 16, 19, Jumlah 30 (Keterangan: Perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba ini dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 225)

59 Validitas Validitas instrumen tes dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal Validitas isi soal Validitas isi soal tes diagnostik miskonsepsi dikatakan tinggi apabila tes tersebut dapat mengungkap data-data mengenai miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa secara tepat. Upaya untuk memperoleh validitas isi soal dilakukan melalui konsultasi dengan dosen pembimbing dan menyesuaikan soal tes dengan kurikulum yang berlaku Validitas butir soal Validitas butir soal diuji menggunakan rumus korelasi Product Moment yaitu dengan mengkorelasikan skor butir pada setiap soal dengan skor totalnya. Menurut Sudijono (1987), teknik korelasi Product Moment digunakan apabila berhadapan dengan kenyataan berikut ini: a. Variabel yang dikorelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat kontinu. b. Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen, atau setidak-tidaknya mendekati homogen. c. Regresinya merupakan regresi linear. Rumus korelasi Product Moment berdasarkan Suharsimi (2006) adalah sebagai berikut: r xy = N XY ( X)( Y) N X 2 ( X) 2 N Y 2 ( Y) 2

60 42 dimana: r xy = koefisien korelasi suatu butir/item N = jumlah subyek X = skor suatu butir/item Y = skor total Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan r tabel (r kritis ). Bila r hitung dari rumus di atas lebih besar dari r tabel maka butir tersebut valid. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan terhadap 30 siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Jatisrono, dari 30 butir soal yang diujicobakan diperoleh: 1. Soal-soal yang valid ada 24 soal dengan nomor 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 dan Soal-soal yang termasuk kategori tidak valid ada 6 yaitu soal dengan nomor 1, 2, 4, 10, 13 dan 29. Perhitungan hasil validitas soal uji coba ini dapat dilihat pada lampiran 13 halaman Reliabilitas Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010). Sehingga reliabilitas suatu instrumen menyatakan derajat konsistensi data hasil pengukuran. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen soal tes diagnostik miskonsepsi ini adalah rumus Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen yang skornya bukan satu dan nol. Suharsimi (2006) menyatakan rumus

61 43 Alpha Cronbach yang digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut: r 11 = k k 1 1 Σσ b 2 dengan σ = ΣX 2 σ 2 t n (ΣX ) 2 n dimana: r 11 k 2 σ b 2 σ t X N = reliabilitas instrumen = banyaknya butir soal = jumlah variansi butir = variansi total = skor siswa pada setiap butir soal = jumlah siswa Sebagai acuan untuk menginterpretasi nilai koefisien reliabilitas digunakan kriteria menurut Suharsimi (2010) yang disajikan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Interpretasi nilai koefisien reliabilitas Besarnya nilai r Antara 0,81 s/d 1,00 Antara 0,61 s/d 0,80 Antara 0,41 s/d 0,60 Antara 0,21 s/d 0,40 Antara 0,00 s/d 0,20 Interpretasi Reliabilitas sangat tinggi Reliabilitas tinggi Reliabilitas sedang Reliabilitas rendah Reliabilitas sangat rendah Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh r 11 = 0,91. Nilai koefisien korelasi tersebut pada interval 0,81 s/d 1,00 yang berarti reliabilitas soal dalam kategori sangat tinggi. Perhitungan reabilitas ini dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 227.

62 Teknik Pengumpulan Data Tes Diagnostik Miskonsepsi Tes diagnostik miskonsepsi digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa mengenai materi pokok larutan penyangga yang dilakukan pada siswa kelas XI sebelum dan setelah proses pembelajaran Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, agenda atau sebagainya (Suharsimi, 2006). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui nama nama siswa dan nilai siswa pada semester ganjil sebagai dasar analisis data tahap awal. 3.7 Pembuatan Multimedia Interaktif Multimedia interaktif disusun secara sistematis dengan tahapan mulai dari produksi wacana, pembuatan Story Board, dan pembuatan program media Produksi Wacana Multimedia interaktif ini ditujukan untuk meminimalisasi adanya miskonsepsi pada siswa, maka dalam pembuatannya harus mempertimbangkan kemungkinan miskonsepsi yang akan dialami siswa. Oleh sebab itu, pada tahap produksi wacana dilakukan studi pustaka terhadap miskonsepsi yang biasanya terjadi pada materi larutan penyangga dengan mengkaji buku-buku yang relevan dan mengkaji penelitian terdahulu.

63 Pembuatan Story Board Tahap ini dimulai dengan membuat tabel kisi-kisi pembuatan multimedia interaktif. Dari tabel kisi kisi tersebut dikembangkan Story Board yang menjadi pedoman pembuatan multimedia interaktif (Story Board dapat dilihat pada lampiran 42 halaman 283). Tabel 3.8 berikut ini menyajikan kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi pada materi pokok larutan penyangga berdasarkan penelitian terdahulu. Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi Label No konsep 1. Pengertian dan sifat larutan penyangga 2. Cara pembuatan larutan penyangga Rumusan konsep ph larutan penyangga tidak berubah secara signifikan jika sedikit diencerkan dengan aquades, ditambah sedikit asam kuat atau basa kuat (dengan catatan larutan penyangga masih berada dalam kapasitas larutan penyangga). Ada 2 cara membuat larutan penyangga: a. Mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan garamnya yang merupakan basa konjugasi atau asam konjugasi dari asam lemah atau basa lemah dengan perbandingan 0,1 10. b. Mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa Miskonsepsi Larutan penyangga adalah larutan yang berfungsi untuk mempertahankan ph. Jika larutan penyangga diencerkan atau ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat, maka ph larutan sama sekali tidak mengalami perubahan. a. Larutan penyangga dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan garamnya. b. 10 ml 0,1 M NH 4 OH dengan 10 ml 0,1 M HCl akan membentuk larutan penyangga. c. Larutan penyangga hanya Komponen multimedia Teks materi pengertian larutan penyangga, animasi larutan penyangga ditambah dengan HCl. Teks materi cara pembuatan larutan penyangga, animasi cara pembuatan larutan penyangga, suara yang berfungsi untuk memberikan keterangan materi.

64 46 Lanjutan Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi No Label konsep 3. Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph Rumusan konsep kuat dimana asam lemah yang dicampurkan dalam jumlah berlebih. Atau Mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemah yang dicampurkan dalam jumlah berlebih. a. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit asam kuat, maka H + dari asam kuat akan bereaksi dengan basa konjugasinya sehingga konsentrasi ion H + hampir tidak berubah tetapi jumlah basa konjugasi berkurang. b. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit basa kuat, maka OH - dari basa kuat akan bereaksi dengan asam lemah sehingga konsentrasi ion OH - hampir tidak berubah tetapi jumlah basa konjugasi akan bertambah. Miskonsepsi dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa konjugasinya (atau basa lemah dengan asam konjugasinya). d. Larutan penyangga asam dapat dibuat dengan mereaksikan asam lemah dan basa kuat dengan jumlah mol yang sama. a. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit asam kuat, maka H + dari asam kuat akan bereaksi dengan asam lemahnya. b. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit basa kuat, maka OH - dari basa kuat Komponen multimedia akan bereaksi dengan basa konjugasinya. c. Jika sedikit a- sam ditambahkan pada larutan penyangga asam maka konsentrasi H 3 O + atau H + meningkat dan konsentrasi Animasi yang memvisualisasikan mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan ph ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat, teks yang memberikan penjelasan mengenai mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan ph, suara yang mengiringi teks penjelasan mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan ph agar dapat memperdalam pemahaman siswa.

65 47 Lanjutan Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi No Label konsep 4. Fungsi larutan penyangga dalam tubuh Rumusan konsep c. Apabila ke dalam larutan penyangga basa ditambahkan sedikit asam kuat, maka H + dari asam kuat akan bereaksi dengan basa lemah sehingga konsentrasi ion H + hampir tidak berubah tetapi jumlah basa lemah berkurang dan asam konjugasi bertambah. d. Apabila ke dalam larutan penyangga basa ditambahkan sedikit basa kuat, maka OH - dari basa kuat akan bereaksi dengan a- sam konjugasi sehingga konsentrasi ion OH - hampir tidak berubah tetapi jumlah asam konjugasi berkurang. a. Larutan penyangga untuk mempertahankan ph darah. Ketika ada penambahan asam, maka ion H + akan bereaksi dengan Miskonsepsi asam lemah dan basa konjugatnya tetap. d. Jika sedikit a- sam ditambahkan pada larutan penyangga basa maka konsentrasi H 3 O + atau H + meningkat sedangkan konsentrasi basa lemah dan asam konjugatnya tetap. e. Jika sedikit basa ditambahkan pada larutan penyangga asam maka konsentrasi OH - meningkat dan konsentrasi asam lemah dan basa konjugatnya tetap. f. Jika sedikit basa ditambahkan pada larutan penyangga basa maka konsentrasi OH - meningkat dan konsentrasi basa lemah dan asam konjugatnya tetap. a. Fungsi larutan penyangga dalam darah adalah mempertahankan hemoglobin darah. kadar Komponen multimedia Teks materi fungsi larutan penyangga, animasi fungsi larutan penyangga, gambar fungsi larutan pe nyangga

66 48 Lanjutan Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi No Label konsep 5. Komponen larutan penyangga Rumusan konsep ion hemoglobin dan ketika terjadi penambahan basa maka ion H + akan bereaksi dengan hemoglobin. b. Larutan penyangga dalam sel dan kelenjar ludah c. Larutan penyangga dalam industri. d. Dalam darah terdapat larutan penyangga karbonat, hemoglobin dan oksihemoglobin sehingga jika terjadi penambahan asam ke dalam tubuh tidak akan terjadi asidosis (ph darah menurun sebagai akibat konsentrasi H 3 O + atau H + meningkat). Komponen larutan penyangga asam adalah asam lemah dan basa konjugasinya sedangkan komponen larutan penyangga basa adalah basa lemah dan asam konjugasinya. Miskonsepsi b. Asidosis adalah suatu kondisi dimana ph menurun, maka konsentrasi H 3 O + atau H + juga turun. a. Campuran HNO 3 dan NaNO 3 adalah larutan penyangga karena campuran asam lemah dan garamnya. b. Campuran H 3 PO 4 dan Na 3 PO 4 bukan larutan penyangga karena campuran asam kuat dan garamnya. Komponen multimedia pada obat tetes mata. Teks materi komponen larutan penyangga, animasi komponen larutan penyangga.

67 49 Lanjutan Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi No Label konsep 6. ph larutan penyangga Rumusan konsep a. ph larutan penyangga yang terdiri dari 100 mmol CH 3 COOH (Kb= 1,8 x 10-5 ) dan 100 mmol NaCH 3 COOH ketika ditambah dengan 1 mmol NaOH adalah [H + ] = Ka x na ng = 1,8 x 10-5 x = 0,98 x 10-5 ph = 5-log 0,98 b. ph dari larutan penyangga asam: [H + ] = Ka x na ng ph = - log [H + ] Keterangan: na = jumlah mol asam lemah ng = jumlah mol basa konjugasi c. ph dari larutan penyangga basa [OH - ] = Kb x na ng poh= -log [OH - ] ph = 14 poh Keterangan: na = jumlah mol basa lemah ng = jumlah mol asam konjugasi d. Jika ada garam yang mengandung basa konjugasi /asam konjugasi lebih dari satu maka jumlah mol basa konjugasi /asam konjugasi harus dikalikan jumlahnya. Miskonsepsi a. ph larutan penyangga yang terdiri dari 100 mmol CH 3 COOH (Kb =1,8 x 10-5 ) dan 100 mmol NaCH 3 COOH ketika ditambah dengan 1 mmol NaOH adalah [H + ] = Ka x na ng =1,8x 10-5 x = 1,8 x 10-5 ph = 5-log1,8 b. Rumus ph larutan penyangga basa: [H + ] = Ka x na ng ph = - log [H + ] c. Rumus ph larutan penyangga asam: [H + ] = Ka x ng na ph = - log [H + ] Keterangan: na= jumlah mol asam lemah ng= jumlah mol basa konjugasi d. Dalam perhitungan ph larutan penyangga yang terdiri dari asam lemah atau basa lemah dengan garamnya yang mempunyai basa konjugasi/asam konjugasi lebih dari satu, jumlah asam konju- Komponen multimedia Teks materi rumus ph larutan penyangga, suara yang memberikan penegasan hal yang penting.

68 50 Lanjutan Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi No Label konsep 7. Kapasitas larutan penyangga Rumusan konsep Larutan penyangga efektif mempertahankan ph jika perbandingan antara asam lemah/basa lemah dengan basa konjugasi /asam konjugasinya berkisar antara 0,1 sampai 10. Miskonsepsi gasi/basa konjugasi tidak diperhitungkan. Campuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya (atau basa lemah dengan a- sam konjugasinya) pasti memiliki sifat penyangga walaupun perbandingan mol asam lemah dengan basa konjugasinya (basa lemah dengan asam konjugasinya) tidak berkisar anta-ra 0,1 10. Komponen multimedia Animasi yang berisi bahwa semakin banyak jumlah mol komponen penyangga, semakin besar kemampuannya mempertahankan ph, animasi yang berisi bahwa larutan penyangga akan berfungsi sebagai penahan ph yang baik jika perbandingan asam lemah : basa konjugasi atau basa lemah : asam konjugasi antara 0,1 10, teks yang berisi materi kapasitas larutan penyangga Pembuatan Program Media Multimedia interaktif dibuat berdasarkan Story Board yang telah disusun dengan menggunakan program Macromedia Flash Profesional 8 dan Microsoft Office Power Point sebagai program utamanya. Fitur Macromedia ini memberikan kemudahan-kemudahan dalam membangun dan mengatur animasi yang diinginkan. Materi presentasi pada multimedia interaktif disajikan dalam beberapa tampilan berupa teks, animasi, audio, dan video. Simulasi dan animasi yang dibuat sebagian dirancang oleh penulis dan sebagian mengunduh dari internet.

69 Metode Analisis Data Analisis data merupakan langkah paling penting dalam penelitian, karena dalam analisis data akan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang sudah diajukan Analisis Data Tahap Awal Data yang digunakan untuk uji tahap awal ini adalah nilai ulangan akhir semester ganjil siswa kelas XI IPA SMA N 1 Jatisrono pada mata pelajaran kimia. Data yang sudah diperoleh selanjutnya dianalisis normalitasnya, homogenitasnya dan kesamaan keadaan awal populasinya Uji normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Uji normalitas data pada analisis data tahap awal ini digunakan sebagai dasar penentuan sampel dengan teknik cluster random sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus: X 2 = k i=1 O i E i 2 E i Keterangan: X 2 = chi kuadrat Oi Ei K = frekuensi pengamatan = frekuensi yang diharapkan = banyaknya kelas

70 52 Harga 2 hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan 2 tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = k-3. Data berdistribusi normal jika 2 hitung < 2 tabel Uji homogenitas populasi Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi bersifat homogen ataukah tidak. Dalam penelitian ini jumlah kelas yang menjadi populasi penelitian terdiri dari tiga kelas. Setelah data homogen baru diambil sampel dengan teknik cluster random sampling. Homogenitas populasi diuji menggunakan uji Bartlett karena populasinya lebih dari dua kelas. Hipotesis yang digunakan adalah: H 0 H a : Varians antar kelompok tidak berbeda. : Varians antar kelompok berbeda. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan uji Bartlett adalah: 1. Menghitung varians gabungan dari semua kelas, dengan rumus: s 2 = Σ n i 1 s i 2 Σ (n i 1) 2. Menghitung harga satuan B, dengan rumus: B = (log s 2 ) Σ (n 1) 3. Menghitung nilai statis chi-kuadrat (X), dengan rumus: 2 2 X data = ln 10 B (n i 1) log S i Keterangan: s 2 i = variansi masing-masing kelompok s 2 = variansi gabungan B = koefisien Bartlet

71 53 n i = jumlah siswa dalam kelas Harga 2 hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan 2 tabel dengan taraf signifikan ( ) = 5% dan derajat kebebasan (dk) = k 1. Populasi homogen (H 0 diterima) jika 2 hitung < 2 (1- )(k-1) Uji kesamaan keadaan awal populasi Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi. Jika data menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata dari kelas dalam populasi, maka populasi benar-benar berangkat dari titik tolak yang sama. Langkah berikutnya setelah populasi terbukti normal, homogen dan memiliki rata-rata yang sama adalah menetapkan kelas yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kontrol secara cluster random sampling. Hipotesis yang diajukan pada uji ini adalah: H 0 : 1 = 2 =... = k H a : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku. Perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut: F = Ay k 1 Dy Σ(ni 1) dengan : 1. Jumlah kuadrat rata-rata (Ry) Ry = J 2, dengan J = J1 + J Jk Σn i 2. Jumlah kuadrat antar kelompok (Ay) Ay = Σ J i 2 - Ry n i

72 54 3. Jumlah kuadrat total (ΣY 2 ) ΣY 2 = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) dari semua nilai pengamatan 4. Jumlah kuadrat dalam (Dy) Dy = ΣY 2 Ry Ay Kriteria pengujian, tolak H 0 jika F F (1-α)(v1,v2), dimana F (1-α)(v1,v2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang (1 α), α = 5% dan dk = (v 1,v 2 ) Analisis Data Tahap Akhir Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka dilaksanakan tes akhir (post test). Dari hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi: analisis persentase tingkat penguasaan konsep siswa, analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa, dan uji kesamaan dua rata-rata tingkat penguasaan konsep siswa Analisis persentase tingkat penguasaan konsep siswa Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya persentase tingkat penguasaan konsep siswa dari setiap soal. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan hasil pre test dan post test dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tingkat penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol jika: 1. Persentase siswa yang paham konsep pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. 2. Persentase siswa yang miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol.

73 55 3. Persentase siswa yang tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Berdasarkan hal tersebut, maka sebelum dilakukan perhitungan persentase terlebih dahulu dilakukan pengkategorisasian tiap-tiap jawaban siswa berdasarkan tingkat penguasaan konsepnya. Rumus yang digunakan dalam perhitungan presentase jawaban siswa adalah: % P = P x 100% N % T = T N x 100% % M = M x 100% N Keterangan: % P = Persentase siswa kategori paham konsep % T = Persentase siswa kategori tidak paham konsep % M = Persentase siswa kategori miskonsepsi P = Jumlah siswa kategori paham konsep M = Jumlah siswa kategori miskonsepsi T = N = Jumlah siswa kategori tidak paham konsep Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian Analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa Analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa digunakan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa ditentukan melalui perhitungan gain ternormalisasi. Berikut ini adalah rumus gain ternormalisasi berdasarkan Meltzer (2002):

74 56 < g >= skor posttest skor pretest skor maksimum skor pretest Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain < g > menurut klasifikasi Meltzer (2002) yang dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini: Tabel 3.9 Kriteria gain Indeks gain g > 0,70 0,30 < g 0,70 g 0,30 Interpretasi Tinggi Sedang Rendah Multimedia interaktif efektif untuk meminimalisasi miskonsepsi siswa jika nilai < g > pada kelas eksperimen lebih besar daripada nilai < g > pada kelas kontrol Uji kesamaan dua rata-rata tingkat penguasaan konsep siswa Uji ini digunakan untuk membuktikan hipotesis utama, yaitu penggunaan multimedia interaktif efektif untuk meminimalkan miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga. Multimedia interaktif efektif untuk meminimalkan miskonsepsi siswa jika rata-rata tingkat penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, artinya: 1. Rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. 2. Rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. 3. Rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol.

75 57 Uji kesamaan dua rata-rata ini dilakukan pada tiap-tiap tingkat penguasaan konsep siswa yang mencakup paham konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep sehingga data siswa harus dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan kriteria tingkat penguasaan konsepnya kemudian diberikan skor berdasarkan kriteria penilaiannya. Sebelum melakukan uji kesamaan dua rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians Uji normalitas data Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal, maka uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Namun, jika data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, maka uji selanjutnya menggunakan statistik non parametrik. Pasangan hipotesis yang diuji: Ho: distribusi data berbeda dengan distribusi normal. Ha: distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus: X 2 = k i=1 O i E i 2 E i Keterangan: X 2 = chi kuadrat O i = frekuensi pengamatan E i = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas

76 58 Menurut Sudjana (2005), kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : H 0 diterima jika (1 ) ( k 3) dengan taraf signifikan 5 % dan derajat hitung kebebasan (k-3), yang berarti bahwa data tidak berbeda normal atau data berdistribusi normal H 0 ditolak jika dengan taraf signifikan 5 % dan derajat hitung ( 1 )( k 3) kebebasan (k-3), yang berarti bahwa data berbeda normal atau tidak berdistribusi normal Uji kesamaan dua varians Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah: H 0 = Varians data hasil belajar kelas eksperimen tidak berbeda dengan kelas kontrol. H a = Varians data hasil belajar kelas eksperimen tidak berbeda dengan kelas kontrol. Kesamaan dua varians diuji menggunakan rumus: F = Varians terbesar Varians terkecil Menurut Sugiyono (2010) H 0 diterima jika F hitung < F 0,5 α(v1, v2) dengan v 1 = n 1 1 dan v 2 = n 2 1, dimana n 1 = banyaknya data terbesar dan n 2 = banyaknya data terkecil dan taraf kesalahan (α) adalah 5%.

77 Uji kesamaan dua rata-rata Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji satu pihak. Berikut ini adalah hipotesis yang dikemukakan pada tiap-tiap tingkat penguasaan konsep siswa. 1. Uji kesamaan rata-rata pada jawaban yang tergolong paham konsep menggunakan uji pihak kanan. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H 0 : Rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif dan kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif adalah sama. H a : Rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep pada kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih tinggi daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif. 2. Uji kesamaan rata-rata pada jawaban yang tergolong miskonsepsi menggunakan uji pihak kiri. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H 0 : Rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif dan kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif adalah sama. H a : Rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif.

78 60 3. Uji kesamaan rata-rata pada jawaban yang tergolong tidak paham konsep menggunakan uji pihak kiri. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H 0 : Rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif dan kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif adalah sama. H a : Rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep pada kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif. Jika 2 1 = 2 2 dalam uji-t digunakan rumus sebagai berikut: t = x 1 x 2 s 1 n n 2 dengan dk = n 1 + n 2 2 Keterangan: s 2 = (n 1 1)s (n 2 1)s 2 2 n 1 + n 2 2 x 1 x 2 s 2 2 s 1 2 s 2 n 1 n 2 : rata-rata skor pada kelas kontrol : rata-rata skor pada kelas eksperimen : variansi gabungan : variansi pada kelas kontrol : variansi pada kelas eksperimen : banyaknya siswa pada kelas kontrol : banyaknya siswa pada kelas eksperimen

79 61 Menurut Sudjana (2005) kriteria pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1. Uji pihak kanan H 0 diterima jika t hitung < t (1-α) dan tolak H 0 jika t mempunyai harga-harga lain. 2. Uji pihak kiri H 0 ditolak jika t hitung - t (1-α). Untuk harga-harga t lainnya H 0 diterima (Sudjana, 2005). Jika σ 2 1 σ 2 2, maka yang digunakana adalah statistik t, yaitu: t = x 1 x 2 s 1 2 n 1 + s 2 2 n 2 Menurut Sudjana (2005) kriteria pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1. Uji pihak kanan H 0 ditolak jika t w 1t 1 + w 2 t 2 w 1 + w 2 lain. 2. Uji pihak kiri Dimana: dan terima H 0 jika t mempunyai harga-harga H 0 ditolak jika t w 1t 1 + w 2 t 2 w 1 + w 2. Untuk harga-harga t lainnya H 0 diterima. w 1 = s 1 2 n 1 w 2 = s 2 2 n 2

80 62 t 1 = t (1 α),(n1 1) t 2 = t (1 α),(n2 1) Keterangan : x 1 x 2 s 2 2 s 1 2 s 2 n 1 n 2 : rata-rata skor pada kelas kontrol : rata-rata skor pada kelas eksperimen : variansi gabungan : variansi pada kelas kontrol : variansi pada kelas eksperimen : banyaknya siswa pada kelas kontrol : banyaknya siswa pada kelas eksperimen Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji nonparametrik, yaitu uji Wilcoxon. Dalam uji Wilcoxon, jika ukuran sampel n lebih besar dari 25, maka J dapat dianggap berdistribusi normal. Langkah-langkah dalam menggunakan uji Wilcoxon adalah sebagai berikut: 1. Menentukan rata-rata dengan rumus: μ J = n (n + 1) 4 2. Menentukan simpangan baku. Rumus yang digunakan adalah: σ J = n n + 1 (2n + 1) Membandingkan Z hitung dengan Z tabel. Z tabel didapat dari daftar distribusi normal baku dengan menggunakan transformasi:

81 63 z = J μ J σ J Keterangan: μ J σ J J n = rata-rata = simpangan baku = jumlah yang harga mutlaknya paling kecil = banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda

82 64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian evaluatif diperoleh melalui tes tertulis yang dilakukan sebelum proses pembelajaran (pre test) dan sesudah proses pembelajaran (post test). Data tersebut kemudian dianalisis serta dilakukan pembahasan sehingga ditemukan kesimpulan. Hal tersebut akan diuraikan dalam bab 4 ini. 4.1 Hasil Penelitian Analisis Data Tahap Awal Analisis data tahap awal dilakukan untuk membuktikan bahwa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari kondisi awal yang sama. Analisis data tahap awal terdiri dari tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas populasi dan uji kesamaan keadaan awal populasi. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal diambil dari nilai UAS kimia kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatisrono pada semester I Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji kenormalan ini menentukan jenis statistik yang akan digunakan dalam penelitian. Jika data berdistribusi normal maka menggunakan statistik parametrik tetapi jika data tidak berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik. Hasil 64

83 65 perhitungan uji normalitas data nilai ulangan semester 1 kimia siswa kelas XI IPA dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Hasil uji normalitas data nilai uas kimia kelas XI IPA No Kelas χ 2 hitung χ 2 0,95(k-3) Kriteria 1 XI IPA1 4,67 7,81 Berdistribusi normal 2 XI IPA2 4,16 9,49 Berdistribusi normal 3 XI IPA3 5,52 7,81 Berdistribusi normal (Keterangan: Perhitungan uji normalitas data nilai UAS kelas XI- IPA ini dapat dilihat pada lampiran 19, 20 dan 21 halaman 246, 247 dan 248) Suatu populasi dikatakan normal jika χ 2 hitung χ 2 0,95(k-3). Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diperoleh bahwa χ 2 hitung untuk setiap kelas kurang dari χ 2 0,95(k-3), maka dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima. Hal ini berarti bahwa data populasi berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik Uji homogenitas populasi Homogenitas populasi diuji menggunakan uji Bartlet karena populasinya lebih dari dua kelas. Hasil uji homogenitas populasi dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Hasil uji homogenitas populasi Data χ 2 hitung χ 2 0,95(2) Kriteria Nilai ujian akhir semester I mata pelajaran kimia 1,42 5,99 Homogen (Keterangan: Perhitungan uji homogenitas populasi ini dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 249) Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diperoleh 2 hitung = 1,42 untuk = 5% dengan dk (k-1) = (3-1) = 2 diperoleh χ 2 0,95(2) = 5,99. Karena 2 hitung < χ 2 0,95(2) maka populasi mempunyai varians sama atau homogen.

84 Uji kesamaan keadaan awal populasi Uji kesamaan keadaan awal populasi dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa populasi benar-benar berangkat dari titik tolak yang sama. Hasil uji kesamaan keadaan awal populasi dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Hasil uji kesamaan keadaan awal populasi Data F hitung F (0,95)(2;95) Kriteria Nilai ujian akhir semester I mata pelajaran kimia 0,13 3,09 Rata-rata antar kelas tidak berbeda (Keterangan: Perhitungan uji kesamaan keadaan awal populasi ini dapat dilihat pada lampiran 23 halaman 250) Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diperoleh F hitung = 0,13 sedangkan untuk α = 5% dan dk = (2;95) diperoleh F (0,95)(2;95) = 3,09. Kriteria pengujiannya adalah tolak H 0 jika F hitung F (0,95)(2;95). Karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa F hitung < F (0,95)(2;95), maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata antar kelas tidak berbeda. Hasil perhitungan uji normalitas dan homogenitas populasi menunjukkan bahwa populasi berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama atau homogen. Sedangkan hasil uji kesamaan keadaan awal populasi menunjukkan bahwa populasi tersebut memiliki rata-rata yang sama. Dengan demikian populasi berangkat dari titik tolak yang sama. Hasil ketiga analisis ini selanjutnya dijadikan sebagai dasar pengambilan sampel penelitian secara cluster random sampling. Berdasarkan pengambilan sampel ini diperoleh 2 kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan

85 67 pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif, sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran tanpa menggunakan multimedia interaktif Analisis Data Tahap Akhir Analisis persentase tingkat penguasaan konsep siswa hasil pre test Persentase tingkat penguasaan konsep siswa diperoleh dari hasil tes diagnostik miskonsepsi baik hasil pre test maupun post test. Berdasarkan jawaban siswa juga diperoleh ragam miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa. Untuk hasil pre test pada setiap sub materi dapat dilihat gambarannya sebagai berikut: Pengertian larutan penyangga Konsep pengertian larutan penyangga terdapat pada soal nomor 2 dan 14. Soal nomor 2 bertujuan megetahui konsepsi siswa dalam menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga. Sedangkan soal nomor 14 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan pengertian larutan penyangga. Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep pengertian larutan penyangga dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep pengertian larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 2 0% 36,36% 63.64% 48,48% 21,21% 30,30% 14 33,33% 54,55% 12,12% 39,39% 54,55% 6,06% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.4 di atas ditemukan bahwa persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menganalisis larutan penyangga dan bukan

86 68 penyangga adalah 36,36% pada kelas eksperimen dan 21,21% pada kelas kontrol. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menjelaskan pengertian larutan penyangga adalah 54,55% pada kelas eksperimen dan 54,55% pada kelas kontrol Komponen larutan penyangga Soal diagnostik miskonsepsi tentang konsep komponen larutan penyangga terdapat pada nomor 11 dan 19. Tujuan dari soal nomor 11 dan 19 adalah untuk mengetahui konsepsi siswa dalam mengidentifikasi komponen larutan penyangga. Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep komponen larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep komponen larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 11 0% 51,52% 48,48% 6,06% 39,39% 54,55% 19 0% 42,42% 57,58% 36,36% 21,21% 42,42% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.5 di atas ditemukan bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengidentifikasi komponen larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 11 adalah 51,52% dan pada kelas kontrol sebanyak 39,39%. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 19 adalah 42,42% pada kelas eksperimen dan 21,21% pada kelas kontrol.

87 Cara pembuatan larutan penyangga Konsep cara pembuatan larutan penyangga terdapat pada soal nomor 5 dan 17. Kedua soal ini bertujuan untuk megetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga. Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep cara pembuatan larutan penyangga dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep cara pembuatan larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 5 0% 0% 100% 0% 0% 100% 17 48,48% 30,30% 21,21% 21,21% 39,39% 39,39% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.6 di atas ditemukan bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 5 baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah 0%. Sebagian besar siswa tidak menjawab soal ini. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 17 adalah 30,30% pada kelas eksperimen dan 39,39% pada kelas kontrol Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph Konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph terdapat pada soal nomor 6 dan 7. Soal nomor 6 bertujuan megetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan mekanisme larutan penyangga basa ketika ditambah dengan sedikit basa kuat. Sedangkan soal nomor 7 bertujuan untuk mengetahui

88 70 konsepsi siswa dalam menjelaskan mekanisme larutan penyangga asam ketika ditambah sedikit basa kuat. Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph disajikan pada Tabel 4.7 berikut ini. Tabel 4.7 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre Test pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 6 21,21% 3,03% 75,76% 39,39% 0% 60,61% 7 6,06% 30,30% 63,64% 24,24% 33,33% 42,42% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.7 di atas diperoleh bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengidentifikasi komponen larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 6 adalah 3,03% dan pada kelas kontrol sebanyak 0%. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 7 adalah 30,30% pada kelas eksperimen dan 33,33% pada kelas kontrol Perhitungan ph larutan penyangga Soal diagnostik miskonsepsi tentang konsep perhitungan ph larutan penyangga terdapat pada nomor 8, 9, 12, 13, 15, 16, 18, dan 20. Soal nomor 9, 12, 13, 15, dan 16 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai langkahlangkah menghitung ph larutan penyangga, sedangkan soal nomor 8, 18 dan 20 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat. Hasil

89 71 pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep perhitungan ph larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep perhitungan ph larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 8 0% 0% 100% 0% 0% 100% 9 0% 0% 100% 0% 0% 100% 12 0% 0% 100% 0% 6,06% 93,94% 13 0% 0% 100% 0% 0% 100% 15 0% 0% 100% 0% 0% 100% 16 0% 0% 100% 0% 3,03% 96,97% 18 0% 0% 100% 0% 0% 100% 20 0% 0% 100% 0% 0% 100% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.8 di atas diperoleh bahwa sebagian besar siswa tergolong tidak paham konsep dalam menjawab soal mengenai konsep perhitungan ph larutan penyangga. Sebagian besar siswa tidak menjawab soalsoal tersebut. Miskonsepsi siswa terjadi pada soal nomor 12 dan 16 dan hanya terjadi pada kelas kontrol. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 12 adalah 6,06% sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 16 adalah 3,03% Kapasitas larutan penyangga Soal diagnostik miskonsepsi tentang konsep kapasitas larutan penyangga terdapat pada nomor 1. Tujuan dari soal nomor 1 adalah untuk mengetahui konsepsi siswa dalam mengaplikasikan kapasitas suatu larutan penyangga untuk mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga. Hasil

90 72 pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep kapasitas larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.9 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep kapasitas larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 1 6,06% 45,45% 48,48% 0% 39,39% 60,61% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.9 di atas diperoleh bahwa persentase siswa yang mengalami miskonsepsi mengenai konsep kapasitas larutan penyangga adalah 45,45% pada kelas eksperimen dan 39,39% pada kelas kontrol Fungsi larutan penyangga Konsep fungsi larutan penyangga terdapat pada soal nomor 3, 4 dan 10. Soal nomor 3 dan nomor 10 bertujuan megetahui konsepsi siswa mengenai fungsi larutan penyangga dalam tubuh manusia. Sedangkan soal nomor 4 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai fungsi larutan penyangga dalam obat tetes mata. Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep fungsi larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep fungsi larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 3 15,15% 63,64% 21,21% 36,36% 42,42% 21,21% 4 6,06% 51,52% 42,42% 3,03% 60,61% 36,36% 10 33,33% 21,21% 45,45% 57,58% 18,18% 24,24% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261)

91 73 Berdasarkan Tabel 4.10 tersebut diperoleh bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep fungsi larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 3 adalah 63,64% dan pada kelas kontrol sebanyak 42,42%. Miskonsepsi siswa juga terjadi ketika menjawab soal nomor 4, yaitu sebesar 51,52% pada kelas eksperimen dan 60,61% pada kelas kontrol. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 10 adalah 21,21% pada kelas eksperimen dan 18,18% pada kelas kontrol Analisis persentase tingkat penguasaan konsep siswa hasil post test Tingkat penguasaan konsep siswa dari hasil post test pada setiap sub materi dapat dilihat gambarannya sebagai berikut: Pengertian larutan penyangga Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep pengertian larutan penyangga berdasarkan hasil post test dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini. Tabel 4.11 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep pengertian larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 2 75,76% 9,09% 15,15% 51,52% 45,45% 3,03% 14 75,76% 24,24% 0% 63,64% 36,36% 0% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Berdasarkan Tabel 4.11 di atas didapatkan bahwa persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga adalah 9,09% pada kelas eksperimen dan 45,45% pada kelas kontrol.

92 74 Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menjelaskan pengertian larutan penyangga adalah 24,24% pada kelas eksperimen dan 36,36% pada kelas kontrol. Ragam miskonsepsi yang ditemukan pada konsep pengertian larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.12 berikut ini. Tabel 4.12 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep pengertian larutan penyangga hasil post test Nomor Miskonsepsi soal 2 a. Ketiga larutan merupakan larutan penyangga karena masing-masing dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa konjugasinya. b. Ketiga larutan mempunyai komponen-komponen larutan penyangga. 14 ph larutan tidak berubah karena fungsi larutan penyangga adalah untuk mempertahankan harga ph. (Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep pengertian larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) Komponen larutan penyangga Hasil analisis persentase penguasaan konsep komponen larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.13 berikut ini. Tabel 4.13 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep komponen larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 11 27,27% 72,73% 0% 30,30% 69,70% 0% 19 54,55% 36,36% 9,09% 33,33% 60,61% 6,06% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengidentifikasi komponen larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 11 adalah 72,73% dan pada kelas kontrol sebanyak 69,70%. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam

93 75 mengerjakan soal nomor 19 adalah 36,36% pada kelas eksperimen dan 60,61% pada kelas kontrol. Ragam miskonsepsi yang ditemukan pada konsep komponen larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.14 berikut ini. Tabel 4.14 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep komponen larutan penyangga hasil post test Nomor Miskonsepsi soal 11 a. Asam asetat bersifat asam lemah dan natrium format sebagai basa konjugasi. b. Asam format dan asam asetat tergolong asam lemah sehingga larutan yang mengandung natrium format dan asam asetat bersifat penyangga. c. Asam menurut Bronsted-Lowry adalah molekul yang berperan sebagai pemberi H + dan basa kojugasi adalah penerima H +. CH 3 COOH dan HCOONa bukan pasangan asam basa konjugasi karena untuk membentuk HCOONa maka asam asetat akan melepaskan 3H +, sehingga campuran antara CH 3 COOH dan HCOONa bukan merupakan larutan penyangga. 19 a. Campuran antara Na 2 CO 3 dan H 2 CO 3 merupakan larutan penyangga karena merupakan pasangan asam lemah dan basa konjugasi. H 2 CO 3 sebagai donor H + dan CO 2-3 sebagai penerima H +. b. Campuran antara Na 2 CO 3 dan H 2 CO 3 merupakan larutan penyangga karena merupakan pasangan asam lemah dan garamnya. (Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep komponen larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) Cara pembuatan larutan penyangga Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep cara pembuatan larutan penyangga dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut ini. Tabel 4.15 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep cara pembuatan larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 5 54,55% 24,24% 21,21% 12,12% 63,64% 24,24% 17 69,7% 30,30% 0% 51,52% 48,48% 0% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265)

94 76 Berdasarkan Tabel 4.15 di atas diperoleh bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep cara pembuatan larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 5 adalah 24,24% dan pada kelas kontrol sebanyak 63,64%. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 17 adalah 30,30% pada kelas eksperimen dan 48,48% pada kelas kontrol. Ragam miskonsepsi yang ditemukan pada konsep cara pembuatan larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.16 berikut ini. Tabel 4.16 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep cara pembuatan larutan penyangga hasil post test Nomor soal Miskonsepsi 5 Ba(OH) 2 Ba OH - 0,047 mol 0,047 mol 0,094 mol ph = 5 [H + ] = 10-5 [H + ] = Ka x [HCN] [OH ] = 10-5 x = 10-5 x (0,1 x 2) mol 0,094 mol 0,2 mol 0,094 mol 0,2 mol x 0,094 mol Maka pernyataan dalam soal salah. 17 Campuran antara larutan CH 3 COOH 0,1 M 100 ml dengan larutan NaOH 0,1 M 100 ml membentuk larutan penyangga karena perbandingan mol dari kedua larutan berada pada kapasitas larutan penyangga. (Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep cara pembuatan larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph Hasil analisis persentase penguasaan konsep mengenai mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph disajikan pada Tabel 4.17 berikut ini.

95 77 Tabel 4.17 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 6 87,88% 6,06% 6,06% 84,85% 9,09% 6,06% 7 72,73% 27,27% 0% 60,61% 39,39% 0% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Berdasarkan Tabel 4.17 di atas diperoleh bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 6 adalah 6,06% dan pada kelas kontrol sebanyak 9,09%. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 7 adalah 27,27% pada kelas eksperimen dan 39,39% pada kelas kontrol. Ragam miskonsepsi yang ditemukan pada konsep cara pembuatan larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.18 berikut ini. Tabel 4.18 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph hasil post test Nomor Miskonsepsi soal 6 Ion OH - akan bereaksi dengan garam dari NH 4 OH. 7 Ion OH - yang berasal dari penambahan basa kuat bereaksi CH 3 COO - dengan reaksi: CH 3 COO - + OH - CH 3 COOH. (Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep mekanisme larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) Perhitungan ph larutan penyangga Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep perhitungan ph larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.19 berikut ini.

96 78 Tabel 4.19 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep perhitungan ph larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 8 63,64% 27,27% 9,09% 21,21% 48,48% 30,30% 9 93,94% 6,06% 0% 84,85% 6,06% 9,09% 12 30,30% 60,61% 9,09% 36,36% 39,39% 24,24% 13 57,58% 21,21% 21,21% 24,24% 45,45% 30,30% 15 69,70% 12,12% 18,18% 81,82% 15,15% 3,03% 16 69,70% 18,18% 12,12% 60,61% 21,21% 18,18% 18 78,79% 9,09% 12,12% 42,42% 39,39% 18,18% 20 78,79% 21,21% 0% 45,46% 30,30% 24,24% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Berdasarkan Tabel 4.19 di atas diperoleh bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal-soal perhitungan ph larutan penyangga. Persentase siswa dari kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 8, 9, 12, 13, 15, 16, 18 dan 20 masing-masing adalah 27,27%; 6,06%; 60,61%; 21,21%; 12,12%; 18,18%; 9,09% dan 21,21%. Sedangkan persentase siswa dari kelas kontrol yang mengalami miskonsepsi pada nomor tersebut berturut-turut adalah 48,48%; 6,06%; 39,39%; 45,45%; 15,15%; 21,21%; 39,39% dan 30,30%. Ragam miskonsepsi yang ditemukan pada konsep perhitungan ph larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.20 berikut ini. Tabel 4.20 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep perhitungan ph larutan penyangga hasil post test Nomor soal Miskonsepsi 8 a. Setelah penambahan HCl 1,5 mmol CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH(aq) M: 100 mmol 1,5 mmol 100 mmol R: -1,5 mmol -1,5 mmol +1,5 mmol S: 98,5 mmol - 101,5 mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] 10-5 x 101,5 = 1,8 x ,5

97 79 Lanjutan Tabel 4.20 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep perhitungan ph larutan penyangga ph hasil post = 4,73 test Nomor soal Miskonsepsi b. ph awal = - log [H + ] [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] 10-5 x = 4,74 Setelah penambahan HCl 1,5 mmol [H + ] = 1,8 x 10-5 x 100 = 1,2 x ,5 ph = 2,921 Selisih ph = 4,74 2,921= 1,819 9 Mol NH 4 Cl = 107 = 2 mol 53,5 22,4 L Mol NH 3 = = 1 mol 22,4 mol /L [OH - ] = Kb x [NH 4 + ] [NH 3 ] poh = 5 log 4 ph = 9 + log 4 12 [H + ] = Ka x [HCN] [OH ] = 2 x 10-5 x ph = 5 log 3 13 ph = 9 + log 2 poh = 5 log 2 [OH - ] = 2 x 10-5 [OH - ] = 2 x 10-5 x 2 1 = 4 x ,3 x 1 mol 8 40 mol = 3 x 10-5 = Kb x [NH 4OH] [NH 4 + ] = 1 x 10-5 x (20 x 0,1) mmol = 1 x 10-5 x 2 mmol 2 mmol = 1 x x x [NH 3 ] = gr Mr ml Mol NH 3 = M x L = 0,2 x 1 = 0,2 mol Mol NH 4 Cl = gr = 0,1 mol Mr 53,5 [H + ] = Kb x b = 1,8 x g 10-5 x 0,2 = 3,6 x ,1 ph = 5 log 3,6 = 4,44 16 ph = 4 [H + ] = 10-4 [H + ] = Ka x a g 10-4 = 2 x ,2 x V1 x 1 = V1 V2 = 3 4 0,4 x V1 0,3 x V2 0,3 x V2 Jadi volume HCOOH : volume (HCOO) 2 Ba agar diperoleh ph larutan penyangga = 4 yaitu 3 : 4.

98 80 Lanjutan Tabel 4.20 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep perhitungan ph larutan penyangga hasil post test Nomor soal 18 ph = 5 [H + ] = 10-5 [H + ] = Ka x 10-5 = 10-5 x 1 = mmol asam lema h mmol basa konjugasi 10 mmol 0,1 x mmol 10 mmol 0,1 x mmol x = 100 ml 20 [H + ] = Ka x [H + ] = 10-5 x mmol asam lema h mmol basa konjugasi 50 mmol 0,5 mmol Miskonsepsi [H + ] = 10-3 ph = 3 (Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep perhitungan ph larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) Kapasitas larutan penyangga Hasil analisis penguasaan konsep mengenai kapasitas larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.21 berikut ini. Tabel 4.21 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep kapasitas larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 1 3,03% 57,58% 39,39% 18,18% 69,70% 12,12% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Tabel 4.21 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi pada konsep kapasitas larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 1 adalah 57,58% dan pada kelas kontrol sebanyak 69,70%. Miskonsepsi yang ditemukan pada konsep kapasitas larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.22 berikut ini.

99 81 Tabel 4.22 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep kapasitas larutan penyangga hasil post test Nomor Miskonsepsi soal 1 a. Campuran antara NaCH 3 COO dan CH 3 COOH merupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah dan basa konjugasi sehingga dapat mempertahankan ph ketika ditambah sedikit HCl. b. Campuran antara NaCH 3 COO dan CH 3 COOH masih dalam kapasitas larutan penyangga sehingga dapat mempertahankan ph. (Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep kapasitas larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) Fungsi larutan penyangga Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep fungsi larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.23 berikut ini. Tabel 4.23 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep fungsi larutan penyangga Tingkat penguasaan konsep Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Tidak Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham paham 3 72,73% 27,27% 0% 42,42% 57,58% 0% 4 63,64% 36,36% 0% 30,30% 66,67% 3,03% 10 54,55% 33,33% 12,12% 51,52% 45,45% 3,03% (Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Tabel 4.23 di atas menunjukkan bahwa persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 3 adalah 27,27% dan pada kelas kontrol sebanyak 57,58%. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 4 adalah 36,36% pada kelas eksperimen dan 39,39% pada kelas kontrol. Miskonsepsi juga ditemukan pada jawaban siswa dalam mengerjakan soal nomor 10, yaitu sebesar 33,33% pada kelas eksperimen dan 45,45% pada kelas kontrol. Ragam miskonsepsi yang

100 82 ditemukan pada konsep fungsi larutan penyangga disajikan pada Tabel 4.24 berikut ini. Tabel 4.24 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep fungsi larutan penyangga hasil post test Nomor soal Miskonsepsi 3 Ketika terjadi penambahan asam, ion H + - akan dinetralkan oleh H 2 PO 4 membentuk H 3 PO 4. 4 Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar dapat mempertahankan ph obat tetes mata. 10 a. Ion H + akan dinetralkan oleh salah satu komponen larutan penyangga dalam darah karena darah mengandung larutan penyangga. b. Ion H + akan bereaksi dengan H 2 CO 3 dalam darah karena darah mengandung larutan penyangga karbonat. (Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep fungsi larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) Analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa Analisis peningkatan hasil belajar dilakukan untuk mengetahui efektivitas multimedia interaktif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa ini dilakukan dengan menggunakan uji gain ternormalisasi. Hasil perhitungan uji gain ternormalisasi terhadap hasil pre test dan post test siswa dapat dilihat pada Tabel 4.25 berikut ini. Tabel 4.25 Hasil uji gain ternormalisasi terhadap hasil belajar siswa Kelompok Nilai indeks gain Kriteria peningkatan Kelas Eksperimen 0,64 Sedang Kelas Kontrol 0,5 Sedang (Keterangan: Perhitungan peningkatan hasil belajar kognitif siswa ini dapat dilihat pada lampiran 29 dan 30 halaman 269 dan 270) Tabel 4.25 di atas menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Nilai indeks gain dari hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 0,64 sedangkan nilai indeks gain dari hasil belajar siswa kelas kontrol sebesar 0,5. Kriteria peningkatan

101 83 hasil belajar dari kedua kelas tergolong sedang karena nilai indeks gain dari kedua kelas berada di antara 0,3 sampai dengan 0, Uji kesamaan dua rata-rata tingkat penguasaan konsep siswa Data yang digunakan dalam analisis kesamaan dua rata-rata adalah data hasil post test. Sebelum dilakukan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji statistik, terlebih dahulu data diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas data hasil post test dilakukan pada setiap tingkat penguasaan konsep siswa, yang meliputi data jawaban siswa yang tergolong paham konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep. Hasil uji normalitas data post test pada kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.26 berikut ini. Tabel 4.26 Hasil uji normalitas data post test pada kelas eksperimen Tingkat penguasaan χ 2 hitung χ 2 0,95(k-3) Kriteria konsep Paham 7,54 7,81 Berdistribusi normal Miskonsepsi 9,18 9,49 Berdistribusi normal Tidak Paham 23,27 7,81 Tidak erdistribusi normal (Keterangan: Perhitungan normalitas data post test pada kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 31, 32 dan 33 halaman 271, 272 dan 273) Sedangkan hasil uji normalitas data post test pada kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.27 berikut ini. Tabel 4.27 Hasil uji normalitas data post test pada kelas kontrol Tingkat penguasaan χ 2 hitung χ 2 0,95(k-3) Kriteria konsep Paham 2,52 7,81 Berdistribusi normal Miskonsepsi 4,07 9,49 Berdistribusi normal Tidak Paham 64,35 7,81 Tidak erdistribusi normal (Keterangan: Perhitungan normalitas data post test pada kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 34, 35 dan 36 halaman 274, 275 dan 276) Berdasarkan Tabel 4.26 di atas diperoleh bahwa data jawaban siswa pada kelas eksperimen yang tergolong paham konsep dan miskonsepsi

102 84 berdistribusi normal karena masing-masing memiliki χ 2 hitung sebesar 7,54 dan 9,18 dimana χ 2 0,95(k-3) dari kedua data masing-masing adalah 7,81 dan 9,49 sehingga χ 2 hitung < χ 2 0,95(k-3). Namun, data jawaban siswa yang tergolong tidak paham konsep tidak berdistribusi normal karena χ 2 hitung > χ 2 0,95(k-3), dimana χ 2 hitung sebesar 23,27 dan χ 2 0,95(k-3) sebesar 7,81. Sedangkan Tabel 4.27 menunjukkan bahwa data jawaban siswa pada kelas kontrol yang tergolong paham konsep dan miskonsepsi berdistribusi normal karena masing-masing memiliki χ 2 hitung sebesar 2,52 dan 4,07 dimana χ 2 0,95(k-3) dari kedua data masing-masing adalah 7,81 dan 9,49 sehingga χ 2 hitung < χ 2 0,95(k-3). Namun, data jawaban siswa yang tergolong tidak paham konsep tidak berdistribusi normal karena χ 2 hitung > χ 2 0,95(k-3), dimana χ 2 hitung sebesar 64,35 dan χ 2 0,95(k-3) sebesar 7,81. Berdasarkan uraian tersebut maka uji selanjutnya pada jawaban yang tergolong paham konsep dan miskonsepsi menggunakan uji parametrik sedangkan pada jawaban yang tergolong tidak paham konsep menggunakan uji non parametrik. Setelah dilakukan uji normalitas data post test siswa, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua varians (uji homogenitas). Uji kesamaan dua varians hanya dilakukan pada data-data yang berdistribusi normal yaitu data jawaban yang tergolong paham konsep dan miskonsepsi. Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong paham konsep dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut ini. Tabel 4.28 Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong paham konsep Kelompok S 2 dk F hitung F (0,05)(32;32) Kriteria Eksperimen 252, ,02 1,80 Kedua kelompok Kontrol 248, ,02 1,80 mempunyai varians yang sama (Keterangan: Perhitungan uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong paham konsep dapat dilihat pada lampiran 37 halaman 277)

103 85 Uji kesamaan dua varians juga dilakukan pada jawaban siswa yang tergolong miskonsepsi. Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong miskonsepsi disajikan pada Tabel 4.29 berikut ini. Tabel 4.29 Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong miskonsepsi Kelompok S 2 dk F hitung F (0,05)(32;32) Kriteria Eksperimen 18, ,57 1,80 Kedua kelompok Kontrol 29, ,57 1,80 mempunyai varians yang sama (Keterangan: Perhitungan uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong miskonsepsi dapat dilihat pada lampiran 38 halaman 278) Tabel 4.28 menunjukkan bahwa data jawaban yang tergolong paham konsep memiliki F hitung sebesar 1,02 dan F (0,05)(32;32) sebesar 1,80. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.29 diperoleh bahwa data jawaban yang tergolong miskonsepsi memiliki F hitung sebesar 1,57 dan F (0,05)(32;32) sebesar 1,80. Berdasarkan kedua tabel tersebut diperoleh bahwa F hitung < F (0,05)(32;32). Oleh sebab itu, data jawaban siswa yang tergolong paham konsep dan miskonsepsi baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol bersifat homogen. Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat penguasaan konsep pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan setelah data diuji normalitas dan homogenitasnya. Data yang berdistribusi normal selanjutnya dianalisis menggunakan uji parametrik sedangkan data yang tidak berdistribusi normal dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik. Uji kesamaan dua rata-rata pada jawaban yang tergolong paham konsep menggunakan uji satu pihak, yaitu uji pihak kanan. Hasil uji kesamaan dua rata-rata pada jawaban yang tergolong paham konsep disajikan pada Tabel 4.30 berikut ini.

104 86 Tabel 4.30 Hasil uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep Kelompok Kelas X n dk t hitung t (0,95)(64) Kriteria Eksperimen XI IPA 1 61,36 33 H 64 4, Kontrol XI IPA 2 45,39 33 ditolak (Keterangan: Perhitungan uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep dapat dilihat pada lampiran 39 halaman 279) Berdasarkan Tabel 4.30 di atas diperoleh bahwa besarnya t hitung adalah 4,10 dan t (0,95)(64) sebesar 1,67 sehingga t hitung t (0,95)(64). Dengan demikian H 0 ditolak, artinya rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata juga dilakukan pada data jawaban yang tergolong miskonsepsi. Uji kesamaan dua ratarata pada jawaban yang tergolong miskonsepsi menggunakan uji satu pihak, yaitu uji pihak kiri. Hasil uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi dapat dilihat pada Tabel 4.31 berikut ini. Tabel 4.31 Hasil uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi Kelompok Kelas X n dk t hitung t (0,95)(64) Kriteria Eksperimen XI IPA 1 11, , H 0 ditolak Kontrol XI IPA 2 17,15 33 (Keterangan: Perhitungan uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi dapat dilihat pada lampiran 40 halaman 280) Berdasarkan Tabel 4.31 di atas diperoleh bahwa besarnya t hitung adalah -4,89 dan t (0,95)(64) sebesar 1,67. Kriteria pengujiannya adalah tolah H 0 jika t hitung -t (0,95)(64). Dengan demikian H 0 ditolak, artinya rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Data jawaban yang tergolong tidak paham konsep tidak berdistribusi normal sehingga uji kesamaan dua rata-rata pada data ini menggunakan uji

105 87 statistika non parametrik, yaitu uji Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon pada jawaban yang tergolong tidak paham konsep dapat dilihat pada Tabel 4.32 berikut ini. Tabel 4.32 Hasil uji wilcoxon jawaban yang tergolong tidak paham konsep Data Rank + Rank - μ J σ J z hitung z (0,95)(64) Kriteria Jawaban yang tergolong tidak paham konsep ,14 1,67 H 0 ditolak (Keterangan: Perhitungan uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi dapat dilihat pada lampiran 41 halaman 281) Berdasarkan Tabel 4.32 di atas didapatkan bahwa nilai z hitung adalah - 2,14 dan nilai z (0,95;64) sebesar 1,67. Kriteria pengujiannya adalah H 0 ditolak jika z hitung - z (0,95;64). Dengan demikian H 0 ditolak, artinya rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. 4.2 Pembahasan Pengambilan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatisrono tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA 3 dengan jumlah siswa sebanyak 98 orang. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, peneliti terlebih dahulu melakukan analisis tahap awal terhadap populasi. Uji tahap awal ini terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan keadaan awal populasi. Data yang digunakan dalam analisis tahap awal ini adalah nilai ujian akhir semester I mata pelajaran kimia kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatisrono tahun ajaran 2012/2013.

106 88 Berdasarkan hasil uji normalitas, diperoleh χ 2 hitung dari kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA 3 berturut-turut sebesar 4,67; 4,16 dan 5,52, sedangkan χ 2 tabel dengan dk = k-3 dan α = 5 % berturut-turut yaitu sebesar 7,81; 9,49 dan 7,81. Harga χ 2 hitung dari masing-masing kelas lebih kecil dari χ 2 0,95(k-3), sehingga dapat disimpulkan bahwa χ 2 hitung berada pada daerah penerimaan Ho. Hal ini menunjukkan bahwa data masing-masing kelas berdistribusi normal. Uji homogenitas populasi menggunakan uji Bartlet karena populasi terdiri dari tiga kelas. Berdasarkan hasil uji homogenitas populasi diperoleh χ 2 hitung=1,42 dan untuk α = 5% dengan dk (k-1) = (3-1) = 2 diperoleh χ 2 0,95(2) =5,99. Karena χ 2 hitung < χ 2 0,95(2), maka populasi mempunyai varians sama/homogen. Uji kesamaan keadaan awal populasi dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa populasi benar-benar berangkat dari titik tolak yang sama. Berdasarkan hasil uji kesamaan keadaan awal populasi diperoleh nilai F hitung sebesar 0,13 dan nilai F (0,05)(2;95) sebesar 3,09. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa populasi (ketiga kelas) memiliki kesamaan rata-rata karena F hitung F (0,05)(2;95). Berdasarkan analisis data tahap awal diperoleh bahwa data terbukti berdistribusi normal, bersifat homogen dan memiliki kesamaan keadaan awal sehingga pengambilan sampel dapat dilakukan secara cluster random sampling. Dari pengambilan sampel ini diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA 1 sedangkan sebagai kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 2. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran dengan menggunakan

107 89 multimedia interaktif sedangkan pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol tanpa menggunakan multimedia interaktif Efektivitas Multimedia Interaktif dalam Meminimalkan Persentase Siswa yang Miskonsepsi Analisis persentase dilakukan pada data hasil pre test dan post test. Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test dapat dilihat pada Tabel 4.33 berikut ini. Tabel 4.33 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test Nomor Paham Miskonsepsi Tidak paham soal Σ Siswa % Σ Siswa % Σ Siswa % 1 2 6, , , , , , , , , , , ,21 1 3, , , , , , , , , , , , , , , , , , Rata-rata 8,48 21,52 70 Jika Tabel 4.33 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 berikut ini.

108 Jumlah Siswa Jumlah Siswa Nomor Soal Paham Miskonsepsi Tidak Paham Gambar 4.1 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test pada soal nomor Nomor Soal Paham Miskonsepsi Tidak Paham Gambar 4.2 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test pada soal nomor Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test dapat dilihat pada Tabel 4.34 berikut ini.

109 Jumlah Siswa 91 Tabel 4.34 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test Nomor Paham Miskonsepsi Tidak paham soal Σ Siswa % Σ Siswa % Σ Siswa % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,55 2 6, , , , , , , , , Rata-rata 15,61 18,94 65,45 Jika Tabel 4.34 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 berikut ini Nomor Soal Paham Miskonsepsi Tidak Paham Gambar 4.3 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test pada soal nomor 1-10

110 Jumlah Siswa Nomor Soal Paham Miskonsepsi Tidak Paham Gambar 4.4 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test pada soal nomor Hasil analisis persentase data pre test tersebut menunjukkan bahwa terdapat 100% siswa tergolong tidak paham konsep dalam mengerjakan beberapa soal. Soal-soal tersebut meliputi soal nomor 5, 8, 9, 12, 13, 15, 16, 18, dan 20 yang merupakan soal-soal hitungan dan melibatkan rumus ph larutan penyangga. Jawaban siswa dalam mengerjakan soal-soal yang lain juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih tergolong tidak paham konsep dan miskonsepsi. Hal ini karena siswa belum mendapatkan materi mengenai konsep larutan penyangga. Hasil post test siswa menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan konsep pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test dapat dilihat pada Tabel 4.35 berikut ini.

111 Jumlah Siswa 93 Tabel 4.35 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test Nomor Paham Miskonsepsi Tidak paham soal Σ Siswa % Σ Siswa % Σ Siswa % 1 1 3, , , ,76 3 9, , , , , , , , , ,88 2 6,06 2 6, , , , ,27 3 9, ,94 2 6, , , , , , , ,61 3 9, , , , , , , , , , , , , , ,79 3 9, , , ,36 3 9, , , Rata-rata 62,73 28,03 9,24 Jika Tabel 4.35 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.5 dan Gambar Nomor Soal Paham Miskonsepsi Tidak Paham Gambar 4.5 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test pada soal nomor 1-10

112 Jumlah Siswa Nomor Soal Paham Miskonsepsi Tidak Paham Gambar 4.6 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test pada soal nomor Sedangkan sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test dapat dilihat pada Tabel 4.36 berikut ini: Tabel 4.36 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test Nomor Paham Miskonsepsi Tidak paham soal Σ Siswa % Σ Siswa % Σ Siswa % , , , , ,45 1 3, , , , ,67 1 3, , , , ,85 3 9,09 2 6, , , , , , ,85 2 6,06 3 9, , ,45 1 3, , , , , , , , , , , , ,15 1 3, , , , , , , , , , ,61 2 6, , , ,24 Rata-rata 46,36 42,88 10,76

113 Jumlah Siswa Jumlah Siswa 95 Jika Tabel 4.36 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.7 dan Gambar Nomor Soal Paham Miskonsepsi Tidak Paham Gambar 4.7 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test pada soal nomor Nomor Soal Paham Miskonsepsi Tidak Paham Gambar 4.8 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test pada soal nomor 11-20

114 96 Berdasarkan Tabel 4.35 dan Tabel 4.36 akan dijabarkan mengenai miskonsepsi-miskonsepsi siswa dalam memahami materi larutan penyangga setelah proses pembelajaran berdasarkan hasil tes diagnostik miskonsepsi. 1. Butir soal nomor 1 Soal nomor 1 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam mengaplikasikan kapasitas larutan penyangga untuk mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 1 yaitu paham konsep sebesar 3,03%, miskonsepsi sebesar 57,58% dan tidak paham konsep sebesar 39,39%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 1 yaitu paham konsep sebesar 18,18%, miskonsepsi sebesar 69,70% dan tidak paham konsep sebesar 12,12%. Pernyataan nomor 1 adalah: Jika ke dalam 1 L larutan penyangga yang terdiri dari 0,002 mol NaCH 3 COO dan 0,1 mol CH 3 COOH (Ka = 1 x 10-5 ), ditambahkan larutan HCl 0,1 M sebanyak 10 ml maka tidak akan menyebabkan perubahan ph yang berarti karena campuran tersebut masih berada dalam kapasitas penyangga. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.22 meliputi: a. Campuran antara NaCH 3 COO dan CH 3 COOH merupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah dan basa konjugasi sehingga dapat mempertahankan ph ketika ditambah sedikit HCl.

115 97 b. Campuran antara NaCH 3 COO dan CH 3 COOH masih dalam kapasitas larutan penyangga sehingga dapat mempertahankan ph. Berdasarkan pernyataan (a) diperoleh bahwa dalam menjawab soal nomor 1 siswa berpedoman pada fungsi larutan penyangga, yaitu dapat mempertahankan ph larutan. Larutan penyangga berfungsi untuk mempertahankan ph larutan hanya jika berada pada kapasitas penyangga. Oleh karena itu untuk menentukan keefektifan larutan penyangga dalam mempertahankan ph larutan siswa harus menganalisis terlebih dahulu apakah larutan penyangga tersebut berada dalam kapasitas penyangga atau tidak. Larutan penyangga hanya dapat mempertahankan ph jika komposisi asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya berkisar antara 0,1 sampai 10. Untuk menghindari terjadinya miskonsepsi pada konsep kapasitas larutan penyangga seharusnya guru ketika menyampaikan konsep pengertian larutan penyangga juga menyebutkan bahwa larutan penyangga hanya dapat mempertahankan ph jika komposisinya berada dalam kapasitas larutan penyangga. Miskonsepsi siswa berdasarkan pernyataan (b) terjadi karena siswa menganggap campuran larutan CH 3 COONa 0,002 mol dan 0,1 mol CH 3 COOH berada dalam kapasitas larutan penyangga. Miskonsepsi ini karena siswa mengalami kesalahan hitung. 2. Butir soal nomor 2 Soal nomor 2 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga. Tabel 4.35

116 98 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 2 yaitu paham konsep sebesar 75,76%, miskonsepsi sebesar 9,09% dan tidak paham konsep sebesar 15,15%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 2 yaitu paham konsep sebesar 51,52%, miskonsepsi sebesar 45,45% dan tidak paham konsep sebesar 3,03%. Pernyataan nomor 2 adalah: Diketahui: a. Larutan A terbuat dari campuran larutan Na 2 CO 3 dan larutan NaHCO 3. b. Larutan B terbuat dari campuran larutan NaHCO 3 dan H 2 CO 3. c. Larutan C terbuat dari campuran larutan Na 2 CO 3 dan larutan H 2 CO 3. Ketiga larutan di atas merupakan larutan penyangga. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.12 meliputi: a. Ketiga larutan merupakan larutan penyangga karena masing-masing dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa konjugasinya. b. Ketiga larutan mempunyai komponen-komponen larutan penyangga. Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa beberapa siswa mengalami miskonsepsi dalam menjawab soal nomor 2 karena kurangnya pemahaman siswa mengenai konsep pasangan asam-basa konjugasi. Konsep larutan penyangga memiliki kaitan dengan konsep teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry dalam menentukan komponen larutan penyangga. Oleh karena itu, sebelum memberikan materi larutan penyangga guru seharusnya memberikan apersepsi mengenai teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry

117 99 agar siswa tidak mengalami miskonsepsi dalam mengidentifikasi larutan penyangga. 3. Butir soal nomor 3 Soal nomor 3 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai fungsi larutan penyangga dalam kelenjar ludah. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 3 yaitu paham konsep sebesar 72,73%, miskonsepsi sebesar 27,27% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 3 yaitu paham konsep sebesar 42,42%, miskonsepsi sebesar 57,58% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Pernyataan nomor 3 adalah: Dalam kelenjar ludah terdapat larutan penyangga yang terdiri dari campuran H 2 PO - 4 dan basa konjugasinya HPO 2-4. Ketika terjadi penambahan asam, ion H + akan dinetralkan oleh H 2 PO - 4 membentuk H 3 PO 4. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.24 adalah ketika terjadi penambahan asam, ion H + - akan dinetralkan oleh H 2 PO 4 membentuk H 3 PO 4. Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa miskonsepsi pada beberapa siswa karena siswa terkecoh oleh soal. Pernyataan dalam soal dapat diterima secara logis yaitu disebutkan bahwa H 2 PO H + H 3 PO 4

118 100 Miskonsepsi yang terjadi pada siswa ini disebabkan oleh kesalahan dalam mengingat atau menghafal komponen larutan penyangga fosfat yang terdapat pada kelenjar ludah. Oleh karena itu, dibutuhkan hafalan yang kuat dalam mempelajari materi yang bersifat konsep. 4. Butir soal nomor 4 Soal nomor 4 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai fungsi larutan penyangga dalam obat tetes mata. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 4 yaitu paham konsep sebesar 63,64%, miskonsepsi sebesar 36,36% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 4 yaitu paham konsep sebesar 30,30%, miskonsepsi sebesar 66,67% dan tidak paham konsep sebesar 3,03%. Pernyataan nomor 4 adalah: Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis ketika digunakan. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.24 adalah larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar dapat mempertahankan ph obat tetes mata. Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi mengemukakan alasannya secara umum dan tidak sesuai dengan maksud soal. Soal dimaksudkan untuk mengetahui konsepsi siswa tentang fungsi larutan penyangga dalam obat tetes mata. Alasan yang

119 101 tepat adalah larutan penyangga digunakan dalam pembuatan obat tetes mata agar tidak terjadi iritasi pada mata ketika digunakan sebagai akibat terjadinya perubahan ph dalam obat tetes mata. Sedangkan alkalosis atau asidosis terjadi apabila ph dalam darah terlalu basa atau terlalu asam. Alkalosis atau asidosis ini jarang terjadi karena dalam darah terdapat larutan penyangga. Oleh karena itu, tidak ada kaitan antara penggunaan larutan penyangga dalam obat tetes mata dengan alkalosis atau asidosis. 5. Butir soal nomor 5 Soal nomor 5 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 5 yaitu paham konsep sebesar 54,55%, miskonsepsi sebesar 24,24% dan tidak paham konsep sebesar 21,21%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 5 yaitu paham konsep sebesar 12,12%, miskonsepsi sebesar 63,64% dan tidak paham konsep sebesar 24,24%. Pernyataan nomor 5 adalah: Jika di laboratorium disediakan kristal Ba(OH) 2 sebanyak 8 gram (Mr = 171) dan larutan HCN 0,1 M (Ka = 1 x 10-5 ) sebanyak 2 L, maka kedua zat ini dapat digunakan untuk membuat larutan buffer dengan ph = 5. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.16 adalah: Ba(OH) 2 Ba OH - 0,047 mol 0,047 mol 0,094 mol

120 102 ph = 5 [H + ] = 10-5 [H + ] = Ka x [HCN] [OH ] = 10-5 x = 10-5 x x (0,1 x 2) mol 0,094 mol 0,2 mol 0,094 mol 0,2 mol 0,094 mol Maka pernyataan dalam soal salah. Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa miskonsepsi tersebut disebabkan oleh kesalahan dalam menentukan komponen larutan penyangga sehingga berdampak pada kesalahan dalam menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga. Berdasarkan jawaban siswa tersebut diperoleh bahwa siswa menganggap OH - sebagai basa konjugasi dari HCN sehingga mereka salah di dalam menerapkan rumus ph larutan penyangga. Seharusnya siswa mereaksikan Ba(OH) 2 dan HCN terlebih dahulu agar konsentrasi CN - (basa konjugasi HCN) dapat ditentukan. Oleh sebab itu, dalam mengajarkan konsep cara pembuatan larutan penyangga guru harus memastikan bahwa siswa sudah memahami konsep komponen larutan penyangga dan teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry. 6. Butir soal nomor 6 Soal nomor 6 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan mekanisme larutan penyangga basa ketika ditambah dengan sedikit basa kuat. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan

121 103 konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 6 yaitu paham konsep sebesar 87,88%, miskonsepsi sebesar 6,06% dan tidak paham konsep sebesar 6,06%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 6 yaitu paham konsep sebesar 84,85%, miskonsepsi sebesar 9,09% dan tidak paham konsep sebesar 6,06%. Pernyataan nomor 6 adalah: Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung basa lemah NH 4 OH (larutan ammoniak) ditambahkan sedikit basa kuat, maka ion OH - yang berasal dari penambahan basa kuat akan bereaksi dengan NH + 4. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.18 adalah siswa menyebutkan bahwa ion OH - akan bereaksi dengan garam dari NH 4 OH. Berdasarkan uraian di atas diperoleh bahwa penguasaan konsep siswa terhadap konsep mekanisme larutan penyangga sangat tinggi karena jumlah siswa yang tergolong miskonsepsi dan tidak paham konsep dalam menjawab soal nomor 6 ini sangat sedikit. Hal ini disebabkan soal tersebut tidak mengecoh siswa sehingga memiliki tingkat kesukaran yang rendah. 7. Butir soal nomor 7 Soal nomor 7 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan mekanisme larutan penyangga asam ketika ditambah sedikit basa kuat. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 7 yaitu paham konsep sebesar 72,73%, miskonsepsi sebesar 27,27% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan

122 104 berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 7 yaitu paham konsep sebesar 60,61%, miskonsepsi sebesar 39,39% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Pernyataan nomor 7 adalah: Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung asam lemah CH 3 COOH ditambahkan sedikit basa kuat, maka CH 3 COO - akan bereaksi dengan ion OH - yang berasal dari penambahan basa kuat. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.18 adalah siswa menyebutkan bahwa Ion OH - yang berasal dari penambahan basa kuat bereaksi CH 3 COO - dengan reaksi: CH 3 COO - + OH - CH 3 COOH Berdasarkan uraian di atas diperoleh bahwa penguasaan konsep siswa dalam menyelesaikan soal nomor 7 lebih rendah daripada soal nomor 6 walaupun keduanya bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai konsep mekanisme larutan penyangga. Hal ini disebabkan pernyataan pada soal ini bersifat mengecoh. Jika siswa tidak teliti maka mereka akan menganggap CH 3 COO - dan OH - dapat bereaksi membentuk CH 3 COOH. 8. Butir soal nomor 8 Soal nomor 8 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menyelesaikan soal perhitungan ph larutan penyangga asam sebelum dan setelah penambahan asam kuat. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 8 yaitu paham konsep sebesar 63,64%, miskonsepsi sebesar 27,27% dan tidak paham konsep

123 105 sebesar 9,09%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 8 yaitu paham konsep sebesar 21,21%, miskonsepsi sebesar 48,48% dan tidak paham konsep sebesar 30,30%. Pernyataan nomor 8 adalah: Jika ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 1000 ml larutan CH 3 COOH 0,1 M (Ka = 1,8 x 10-5 ) dan 1000 ml larutan CH 3 COONa 0,1 M ditambahkan 10 ml HCl 0,15 M, maka selisih ph sebelum penambahan dengan setelah penambahan HCl adalah 4,73. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 meliputi: a. CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH (aq) M: 100 mmol 1,5 mmol 100 mmol R: -1,5 mmol -1,5 mmol +1,5 mmol S: 98,5 mmol - 101,5 mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] = 1,8 x [CH 3 COO ] 10-5 x 101,5 = 1,8 x ,5 ph = 4,73 b. ph awal = - log [H + ] [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] = 1,8 x 10-5 x = 1,8 x 10-5 = 4,74 Setelah penambahan HCl 1,5 mmol [H + ] = 1,8 x 10-5 x 100 1,5 ph = 2,921 Selisih ph = 4,74 2,921= 1,819 = 1,2 x 10-3

124 106 Berdasarkan pernyataan (a) diperoleh bahwa miskonsepsi tersebut karena siswa kurang teliti dalam memahami maksud soal. Selain itu, soal ini juga bersifat mengecoh dengan menyebutkan selisih ph sebelum penambahan dengan setelah penambahan HCl adalah 4,73, sehingga ketika siswa sudah menemukan angka 4,73 mereka menganggap bahwa pernyataan dalam soal tersebut adalah benar. Padahal, 4,73 adalah nilai ph larutan penyangga setelah penambahan HCl. Berdasarkan pernyataan (b) diperoleh bahwa miskonsepsi siswa terjadi dalam menghitung ph larutan penyangga setelah penambahan HCl. Kesalahan ini tergolong kesalahan yang terjadi secara acak tanpa sumber tertentu karena siswa salah dalam menerapkan rumus. Siswa memasukkan konsentrasi HCl sebagai konsentrasi basa konjugasi. Konsep larutan penyangga banyak melibatkan penggunaan rumus dan perhitungan. Oleh karena itu, siswa harus sering diberikan latihan soal mengenai perhitungan ph larutan penyangga agar mereka terbiasa menggunakan rumus tersebut dan terbiasa berhitung. 9. Butir soal nomor 9 Soal nomor 9 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai langkah-langkah menghitung ph larutan penyangga basa. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 9 yaitu paham konsep sebesar 93,94%, miskonsepsi sebesar 6,06% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol

125 107 untuk soal nomor 9 yaitu paham konsep sebesar 84,85%, miskonsepsi sebesar 6,06% dan tidak paham konsep sebesar 9,09%. Pernyataan nomor 9 adalah: Seorang siswa melarutkan 107 gram padatan NH 4 Cl ke dalam 22,4 L gas ammonia (STP) yang dialirkan ke dalam 1 L air. Jika diketahui Kb NH 3 = 2 x 10-5 dan Mr NH 4 Cl = 53,5 maka ph yang akan dihasilkan adalah 5. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah: Mol NH 4 Cl = ,5 = 2 mol Mol NH 3 = 22,4 L 22,4 mol /L = 1 mol [OH - ] = Kb x [NH 4 + ] [NH 3 ] = 2 x 10-5 x 2 1 = 4 x 10-5 poh = 5 log 4 ph = 9 + log 4 Pernyataan di atas menunjukkan bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 9 sangat sedikit yaitu hanya 4 siswa dari 66 siswa. sedangkan yang tergolong tidak paham konsep hanya 3 siswa dari 66 siswa. Hal ini karena soal ini merupakan soal perhitungan ph larutan penyangga yang tergolong sederhana. Miskonsepsi pada siswa tersebut karena siswa salah dalam menerapkan rumus. Seharusnya rumus yang digunakan adalah: [OH - ] = Kb x [NH 3] [NH 4 + ] Namun, siswa terbalik dalam menuliskan rumus yaitu konsentrasi asam konjugasi dibagi dengan konsentrasi basa lemah. Hal ini terjadi karena siswa

126 108 mengalami kesalahan dalam mengingat. Oleh karena itu, guru harus sering memberikan latihan soal kepada siswa agar mereka terbiasa dalam menggunakan rumus ph larutan penyangga. 10. Butir soal nomor 10 Soal nomor 10 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai fungsi larutan penyangga dalam darah manusia. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 10 yaitu paham konsep sebesar 54,55%, miskonsepsi sebesar 33,33% dan tidak paham konsep sebesar 12,12%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 10 yaitu paham konsep sebesar 51,52%, miskonsepsi sebesar 45,45% dan tidak paham konsep sebesar 3,03%. Pernyataan nomor 10 adalah: Jika kita minum jus jeruk limau, maka H 2 CO 3 dalam darah akan bereaksi dengan H + yang berasal dari jus tersebut. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.24 meliputi: a. Ion H + akan dinetralkan oleh salah satu komponen larutan penyangga dalam darah karena darah mengandung larutan penyangga. b. Ion H + akan bereaksi dengan H 2 CO 3 dalam darah karena darah mengandung larutan penyangga karbonat. Pernyataan (a) di atas menunjukkan bahwa miskonsepsi siswa terjadi karena siswa hanya mengemukakan alasan secara umum. Alasan siswa tidak salah tetapi jawaban yang diberikan tdak lengkap. Siswa tidak menyebutkan

127 109 komponen mana yang akan bereaksi dengan asam. Sedangkan pernyataan (b) menunjukkan bahwa miskonsepsi siswa terjadi karena siswa terjebak oleh pernyataan yang disajikan. Siswa mengalami kesalahan dalam menjelaskan mekanisme larutan penyangga karbonat dalam darah ketika ditambah sedikit asam. Seharusnya komponen larutan penyangga yang bereaksi dengan asam adalah ion HCO - 3. Hal ini dapat terjadi karena siswa lupa mengenai komponen larutan penyangga karbonat dalam darah atau mereka belum benar-benar paham tentang konsep mekanisme larutan penyangga. 11. Butir soal nomor 11 Soal nomor 11 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam mengidentifikasi komponen larutan penyangga asam. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 11 yaitu paham konsep sebesar 27,27%, miskonsepsi sebesar 72,73% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 11 yaitu paham konsep sebesar 30,30%, miskonsepsi sebesar 69,70% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Pernyataan nomor 11 adalah: Asam format (HCOOH) dan asam asetat (CH 3 COOH) keduanya tergolong asam lemah, maka larutan yang mengandung natrium format dan asam asetat bersifat penyangga. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.14 meliputi:

128 110 a. Asam asetat bersifat asam lemah dan natrium format sebagai basa konjugasi. b. Asam format dan asam asetat tergolong asam lemah sehingga larutan yang mengandung natrium format dan asam asetat bersifat penyangga. c. Asam menurut Bronsted-Lowry adalah molekul yang berperan sebagai pemberi H + dan basa kojugasi adalah penerima H +. CH 3 COOH dan HCOONa bukan pasangan asam basa konjugasi karena untuk membentuk HCOONa maka asam asetat akan melepaskan 3H +, sehingga campuran antara CH 3 COOH dan HCOONa bukan merupakan larutan penyangga. Ketiga miskonsepsi di atas terjadi karena siswa belum benar-benar paham tentang konsep teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry. Konsep teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry digunakan dalam menganalisis komponen larutan penyangga sehingga jika tingkat pemahaman siswa terhadap teori ini kurang maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menentukan pasangan asam lemah-basa konjugasi atau basa lemah-asam konjugasi yang merupakan komponen larutan penyangga. 12. Butir soal nomor 12 Soal nomor 12 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung ph larutan penyangga asam. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 12 yaitu paham konsep sebesar 30,30%, miskonsepsi sebesar 60,61% dan tidak paham konsep sebesar 9,09%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor

129 yaitu paham konsep sebesar 36,36%, miskonsepsi sebesar 39,39% dan tidak paham konsep sebesar 24,24%. Pernyataan nomor 12 adalah: Jika sebanyak 8 gram Kristal NaOH dilarutkan dalam 1 liter larutan HCN 0,3 M (Ka = 2x10-5 ) dan Mr NaOH = 40, maka besarnya ph campuran adalah 5. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah: [H + ] = Ka x [HCN] [OH ] = 2 x 10-5 x 0,3 x 1 mol 8 40 mol = 3 x 10-5 ph = 5 log 3 Miskonsepsi di atas terjadi karena siswa belum benar-benar paham tentang konsep teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry sehingga siswa tidak mengetahui basa konjugasi dari HCN. Dengan demikian siswa salah menerapkan rumus ph larutan penyangga karena siswa menganggap konsentrasi OH - merupakan konsentrasi basa konjugasi dari HCN. Jika siswa sudah mengetahui bahwa basa konjugasi HCN adalah CN -, maka mereka akan mencari konsentrasi CN - terlebih dahulu, yaitu dengan mereaksikan HCN dan NaOH. 13. Butir soal nomor 13 Soal nomor 13 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung ph larutan penyangga basa yang terdiri dari campuran basa lemah dengan garamnya yang mengandung dua asam konjugasi. Tabel 4.35

130 112 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 13 yaitu paham konsep sebesar 57,58%, miskonsepsi sebesar 21,21% dan tidak paham konsep sebesar 21,21%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 13 yaitu paham konsep sebesar 24,24%, miskonsepsi sebesar 45,45% dan tidak paham konsep sebesar 30,30%. Pernyataan nomor 13 adalah: Untuk menghasilkan ph larutan buffer yang terdiri dari (NH 4 ) 2 SO 4 dan larutan NH 3 dalam air sebesar 9 + log 2, maka ke dalam 20 ml larutan NH 3 0,1 M harus dilarutkan ammonium sulfat (Mr = 132) sebanyak 264 mg. (Diketahui Kb NH 3 = 1x10-5 ) Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah: ph = 9 + log 2 poh = 5 log 2 [OH - ] = 2 x 10-5 [OH - ] = Kb x [NH 4OH] [NH 4 + ] = 1 x 10-5 x (20 x 0,1) mmol = 1 x 10-5 x 2 mmol 2 mmol = 1 x x x 10-5 Miskonsepsi di atas terjadi karena siswa menganggap konsentrasi garam (NH 4 ) 2 SO 4 merupakan konsentrasi asam konjugasi dari NH 3 sehingga siswa salah dalam menerapkan rumus. Garam (NH 4 ) 2 SO 4 mengandung dua ion NH + 4 sehingga konsentrasi ion NH + 4 adalah dua kali konsentrasi (NH 4 ) 2 SO 4. Oleh sebab itu, pada saat menyampaikan konsep komponen

131 113 larutan penyangga guru tidak boleh menyebutkan bahwa larutan penyangga adalah campuran asam lemah atau basa lemah dengan garamnya. Hal ini dapat menyebabkan miskonsepsi pada siswa jika garam tersebut mengandung dua atau lebih asam konjugasi atau basa konjugasi. 14. Butir soal nomor 14 Soal nomor 14 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan pengertian larutan penyangga. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 14 yaitu paham konsep sebesar 75,76%, miskonsepsi sebesar 24,24% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 14 yaitu paham konsep sebesar 63,64%, miskonsepsi sebesar 36,36% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Pernyataan nomor 14 adalah: Larutan penyangga merupakan larutan yang berfungsi untuk mempertahankan nilai ph. Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka ph larutan tetap (sama sekali tidak berubah). Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.12 adalah siswa menyebutkan bahwa ph larutan tidak berubah karena fungsi larutan penyangga adalah untuk mempertahankan harga ph. Miskonsepsi di atas terjadi karena siswa terjebak oleh pernyataan yang terdapat pada soal. Soal ini menguji ingatan siswa, sehingga siswa yang salah dalam menjawab soal ini telah mengalami kesalahan dalam mengingat.

132 114 Larutan penyangga tetap mengalami perubahan ph saat ditambah sedikit asam kuat atau basa kuat tetapi perubahannya sangat kecil dan dapat diabaikan. Namun, siswa yang mengalami miskonsepai hanya memahami bahwa larutan penyangga berfungsi untuk mempertahankan ph. 15. Butir soal nomor 15 Soal nomor 15 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai perhitungan ph larutan penyangga basa. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 15 yaitu paham konsep sebesar 69,70%, miskonsepsi sebesar 12,12% dan tidak paham konsep sebesar 18,18%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 15 yaitu paham konsep sebesar 81,82%, miskonsepsi sebesar 15,15% dan tidak paham konsep sebesar 3,03%. Pernyataan nomor 15 adalah: Sebanyak 3,4 gram gas NH 3 dilarutkan dalam 1 L air. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5,35 gram garam salmiak (NH 4 Cl). ph campuran tersebut adalah 9,56. Catatan: Kb NH 3(aq) = 1,8 x 10-5 ; Ar N = 14; Cl = 35,5; O = 16; dan H = 1. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah: [NH 3 ] Mol NH 3 Mol NH 4 Cl = gr Mr x 1000 ml = 3,4 17 x = 0,2 M = M x L = 0,2 x 1 = 0,2 mol = gr = 5,35 = 0,1 mol Mr 53,5

133 115 [H + ] = Kb x b = 1,8 x g 10-5 x 0,2 = 3,6 x ,1 ph = 5 log 3,6 = 4,44 Letak miskonsepsi berdasarkan pernyataan di atas adalah siswa salah dalam menggunakan rumus ph larutan penyangga. Campuran antara larutan NH 3 dan NH 4 Cl merupakan larutan penyangga basa tetapi siswa menggunakan rumus ph larutan penyangga asam. Seharusnya siswa mencari konsentrasi OH - bukan konsentrasi H Butir soal nomor 16 Soal nomor 16 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung ph larutan penyangga asam yang terdiri dari campuran asam lemah dan garamnya yang mengandung dua basa konjugasinya. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 16 yaitu paham konsep sebesar 69,70%, miskonsepsi sebesar 18,18% dan tidak paham konsep sebesar 12,12%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 16 yaitu paham konsep sebesar 60,61%, miskonsepsi sebesar 21,21% dan tidak paham konsep sebesar 18,18%. Pernyataan nomor 16 adalah: Gelas kimia 1 berisi larutan HCOOH 0,2 M dan gelas kimia 2 berisi larutan (HCOO) 2 Ba 0,3 M. Perbandingan volume gelas kimia 1 dan gelas kimia 2 untuk menghasilkan ph larutan penyangga = 4 adalah 2:3. (Ka HCOOH = 2 x 10-4 ) Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah:

134 116 ph = 4 [H + ] = 10-4 [H + ] = Ka x a g 10-4 = 2 x 10-4 x 1 = 0,4 x V1 0,3 x V2 0,2 x V1 0,3 x V2 V1 V2 = 3 4 Jadi volume HCOOH : volume (HCOO) 2 Ba agar diperoleh ph larutan penyangga = 4 yaitu 3 : 4. Berdasarkan pernyataan di atas diperoleh bahwa terdapat beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menerapkan rumus ph larutan penyangga. Miskonsepsi pada soal ini sama seperti miskonsepsi yang terjadi pada soal nomor 13 yaitu siswa menganggap konsentrasi garam (HCOO) 2 Ba merupakan konsentrasi basa konjugasi dari HCOOH. Padahal basa konjugasi dari HCOOH adalah HCOO -. Garam (HCOO) 2 Ba mengandung dua ion HCOO - sehingga konsentrasi ion HCOO - adalah dua kali konsentrasi (HCOO) 2 Ba. 17. Butir soal nomor 17 Soal nomor 17 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga asam. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 17 yaitu paham konsep sebesar 69,70%, miskonsepsi sebesar 30,30% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan

135 117 Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 17 yaitu paham konsep sebesar 51,52%, miskonsepsi sebesar 48,48% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Pernyataan nomor 17 adalah: Campuran antara larutan CH 3 COOH 0,1 M 100 ml dengan larutan NaOH 0,1 M 100 ml dapat membentuk larutan penyangga. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.16 adalah siswa menyebutkan bahwa campuran antara larutan CH 3 COOH 0,1 M 100 ml dengan larutan NaOH 0,1 M 100 ml membentuk larutan penyangga karena perbandingan mol dari kedua larutan berada pada kapasitas larutan penyangga. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam mengerjakan soal ini adalah siswa menganggap bahwa NaOH merupakan basa konjugasi dari CH 3 COOH. Sehingga siswa menganggap ketika perbandingan CH 3 COOH dan NaOH berada pada kapasitas larutan penyangga, maka campuran dari kedua larutan ini dapat membentuk larutan penyangga. Artinya, miskonsepsi ini juga disebabkan oleh pemahaman siswa terhadap teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry yang masih rendah. 18. Butir soal nomor 18 Soal nomor 18 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung ph larutan penyangga asam dengan penambahan sedikit asam kuat. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 18 yaitu paham konsep sebesar 78,79%, miskonsepsi sebesar 9,09% dan tidak paham konsep sebesar 12,12%.

136 118 Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 18 yaitu paham konsep sebesar 42,42%, miskonsepsi sebesar 39,39% dan tidak paham konsep sebesar 18,18%. Pernyataan nomor 18 adalah: 100 ml asam asetat 0,1 M (Ka = 1 x 10-5 ) apabila dicampur dengan 100 ml natrium asetat 0,2 M akan membentuk larutan penyangga. Jika ph larutan penyangga akan dibuat menjadi 5, maka volume HCl 0,1 M yang harus ditambahkan adalah 50 ml. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah: ph = 5 [H + ] = 10-5 [H + ] = Ka x 10-5 = 10-5 x 1 = 10 mmol 0,1 x mmol mmol asam lema h mmol basa konjugasi 10 mmol 0,1 x mmol x = 100 ml Miskonsepsi yang terjadi pada siswa yaitu siswa menganggap bahwa setelah ditambah HCl maka konsentrasi basa konjugasi yang dimasukkan ke dalam rumus adalah konsentrasi HCl. Padahal, seharusnya siswa mereaksikan terlebih dahulu larutan penyangga dengan HCl. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang terjadi secara acak tanpa sumber yang jelas.

137 Butir soal nomor 19 Soal nomor 19 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam mengidentifikasi komponen larutan penyangga asam. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 19 yaitu paham konsep sebesar 54,55%, miskonsepsi sebesar 36,36% dan tidak paham konsep sebesar 9,09%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 19 yaitu paham konsep sebesar 33,33%, miskonsepsi sebesar 60,61% dan tidak paham konsep sebesar 6,06%. Pernyataan nomor 19 adalah: Campuran antara larutan Na 2 (CO 3 ) dengan larutan H 2 CO 3 merupakan larutan penyangga asam. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.14 meliputi: a. Campuran antara Na 2 CO 3 dan H 2 CO 3 merupakan larutan penyangga karena merupakan pasangan asam lemah dan basa konjugasi. H 2 CO 3 sebagai donor H + dan CO 2-3 sebagai penerima H +. b. Campuran antara Na 2 CO 3 dan H 2 CO 3 merupakan larutan penyangga karena merupakan pasangan asam lemah dan garamnya. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan pernyataan (a) adalah siswa menganggap bahwa Na 2 CO 3 merupakan garam yang mengandung basa konjugasi dari H 2 CO 3. Padahal CO 2-3 bukan basa konjugasi dari H 2 CO 3. Hal ini dapat dilihat dari reaksi berikut ini: H 2 CO 3 (aq) + H 2 O (l) HCO 3 - (aq) + H 3 O + (aq)

138 120 Dari reaksi di atas diperoleh bahwa yang bertindak sebagai basa kojugasi dari H 2 CO 3 adalah ion HCO - 3. Berdasarkan pernyataan (b) miskonsepsi yang terjadi pada siswa yaitu siswa menganggap apabila ada campuran yang terdiri dari larutan asam lemah dengan garamnya pasti membentuk larutan penyangga. Padahal, yang dapat membentuk larutan penyangga hanya campuran larutan asam lemah dan garamnya yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah tersebut. Na 2 CO 3 merupakan garam tetapi di dalam Na 2 CO 3 tidak terdapat HCO - 3 yang merupakan basa konjugasi dari H 2 CO Butir soal nomor 20 Soal nomor 20 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung ph larutan penyangga asam dengan sedikit penambahan basa kuat. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 20 yaitu paham konsep sebesar 78,79%, miskonsepsi sebesar 21,21% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 20 yaitu paham konsep sebesar 45,45%, miskonsepsi sebesar 30,30% dan tidak paham konsep sebesar 24,24%. Pernyataan nomor 20 adalah: Diketahui campuran antara 500 ml asam asetat 0,1 M dengan 500 ml natrium asetat 0,1 M (Ka CH 3 COOH = 10-5 ). ph campuran tersebut setelah ditambah 5 ml NaOH 0,1 M adalah 5 log 0,98. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah:

139 121 [H + ] = Ka x [H + ] = 10-5 x [H + ] = 10-3 ph = 3 mmol asam lema h mmol basa konjugasi 50 mmol 0,5 mmol Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam mengerjakan soal ini sama seperti miskonsepsi yang terjadi ketika mengerjakan soal nomor 18, yaitu siswa menganggap bahwa setelah ditambah NaOH maka konsentrasi basa konjugasi yang dimasukkan ke dalam rumus adalah konsentrasi NaOH. Padahal, seharusnya siswa mereaksikan terlebih dahulu larutan penyangga dengan NaOH. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang terjadi secara acak tanpa sumber yang jelas. Berdasarkan analisis persentase tingkat penguasaan konsep siswa pada hasil post test terdapat perbedaan persentase tingkat penguasaan konsep siswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Berikut ini akan dibahas persentase setiap tingkatan penguasaan konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Persentase siswa yang tergolong paham konsep Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.37 berikut ini.

140 Persentase 122 Tabel 4.37 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Σ Siswa % Σ Siswa % 1 1 3, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,45 Jika Tabel 4.37 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.9 berikut ini Nomor Soal Eksperimen Kontrol Gambar 4.9 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

141 123 Gambar 4.9 menunjukkan bahwa 16 soal dari 20 soal, persentase siswa yang paham konsep pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif berpengaruh positif terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa. Namun, pada soal nomor 1, 11, 12 dan 15 persentase siswa yang paham konsep pada kelas kontrol lebih besar daripada kelas eksperimen. Hal ini karena dalam mengerjakan soal nomor 1 dan nomor 15 siswa yang tergolong tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih banyak daripada kelas kontrol. Sedangkan dalam mengerjakan soal nomor 11 dan 12 siswa yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih banyak daripada kelas kontrol. Pengaruh penggunaan multimedia interaktif terhadap pemahaman konsep siswa juga dapat dilihat dari perbandingan persentase siswa yang paham konsep antara hasil pre test dan post test. Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test dapat dilihat pada Tabel 4.38 berikut ini.

142 124 Tabel 4.38 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Pre test Post test Pre test Post test 1 6,06 3, , ,76 48,48 51, ,15 72,73 36,36 42,42 4 6,06 63,64 3,03 30, , , ,21 87,88 39,39 84,85 7 6,06 72,73 24,24 60, , , , , ,33 54,55 57,58 51, ,27 6,06 30, , , , , ,33 75,76 39,39 63, , , , , ,48 69,70 21,21 51, , , ,55 36,36 33, , ,45 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen berdasarkan Tabel 4.38 di atas tampak seperti pada Gambar 4.10 berikut ini.

143 Persentase Nomor Soal Pre test Post test Gambar 4.10 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen Gambar 4.10 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada persentase siswa kelas eksperimen yang tergolong paham konsep setelah proses pembelajaran menggunakan multimedia interaktif. Namun, persentase siswa yang paham konsep dalam mengerjakan soal nomor 1 pada hasil pre test sedikit lebih tinggi daripada hasil post test. Siswa yang paham konsep dalam mengerjakan soal nomor 1 pada saat pre test berubah menjadi miskonsepsi pada saat post test. Hal ini terjadi karena pemahaman siswa yang hanya ia dapatkan dari belajar mandiri pada saat pre test belum begitu kuat sehingga ia berubah menjadi miskonsepsi ketika mengerjakan post test. Sedangkan perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut ini.

144 Persentase Nomor Soal Pre test Post test Gambar 4.11 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol Gambar 4.11 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada persentase siswa kelas kontrol yang tergolong paham konsep setelah proses pembelajaran tanpa menggunakan multimedia interaktif. Namun, terdapat 2 nomor soal dimana persentase siswa yang paham konsep pada hasil pre test lebih tinggi daripada hasil post test. Siswa yang paham konsep dalam mengerjakan kedua soal ini pada saat pre test berubah menjadi miskonsepsi pada saat post test. Hal ini terjadi karena pemahaman siswa yang hanya ia dapatkan dari belajar mandiri pada saat pre test belum begitu kuat sehingga ia berubah menjadi miskonsepsi ketika mengerjakan post test. Berdasarkan Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran telah meningkatkan pemahaman konsep siswa tetapi terdapat sedikit perbedaan antara pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif dengan

145 127 pembelajaran tanpa multimedia interaktif. Pada kelas ekperimen penyimpangan dimana hasil pre test lebih tinggi daripada hasil post test hanya terjadi pada 1 soal sedangkan pada kelas kontrol penyimpangan terjadi pada 2 soal diagnostik miskonsepsi Persentase siswa yang tergolong miskonsepsi Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.39 berikut ini. Tabel 4.39 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Σ Siswa % Σ Siswa % , , , , , , , , , , ,06 3 9, , , , , ,06 2 6, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,30 Jika Tabel 4.39 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada 4.12 berikut ini.

146 Persentase Nomor Soal Eksperimen Kontrol Gambar 4.12 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Gambar 4.12 menunjukkan bahwa 17 soal dari 20 soal, persentase siswa yang miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Namun, pada soal nomor 11 dan 12 persentase siswa yang miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Sedangkan pada soal nomor 9 persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada kelas eksperimen dan kontrol adalah sama. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif berpengaruh positif dalam meminimalkan miskonsepsi siswa. Siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 11 lebih banyak daripada siswa kelas kontrol. Soal ini bertujuan untuk mengungkap miskonsepsi pada konsep komponen larutan penyangga. Sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi dalam memahami maksud soal. Siswa menganggap campuran antara larutan Natrium format dan asam asetat bersifat penyangga. Hal ini karena di dalam soal disebutkan bahwa asam format dan asam

147 129 asetat tergolong asam lemah sehingga siswa menganggap dalam campuran tersebut terdapat asam lemah dan basa konjugasi. Persentase siswa kelas eksperimen yang tergolong miskonsepsi pada soal nomor 12 juga lebih banyak daripada kelas kontrol. Penyebab miskonsepsi siswa dalam menjawab soal nomor 12 ini adalah masih lemahnya pemahaman siswa mengenai teori asam basa Bronsted-Lowry. Siswa menganggap bahwa HCN dan OH - dari NaOH adalah pasangan asam lemah basa konjugasi. Sehingga siswa dalam menjawab soal ini tidak mereaksikan kedua larutan terlebih dahulu tetapi langsung menerapkan rumus perhitungan ph larutan penyangga. Hal ini disebabkan dalam multimedia interaktif tidak dibahas kembali mengenai teori asam-basa. Multimedia interaktif hanya memuat konsep larutan penyangga. Pembelajaran dapat mengubah tingkat penguasaan konsep siswa karena setelah proses pembelajaran terjadi peningkatan dan penurunan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dan penurunan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test. Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test dapat dilihat pada Tabel 4.40 berikut ini.

148 130 Tabel 4.40 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Pre test Post test Pre test Post test 1 45,45 57,58 39,39 69, ,36 9,09 21,21 45, ,64 27,27 42,42 57, ,51 36,36 60,60 66, , ,64 6 3,03 6,06 0 9, ,30 27,27 33,33 39, , , ,06 0 6, ,21 33,33 18,18 45, ,51 72,73 39,39 69, ,61 6,06 39, , , ,55 24,24 54,55 36, , , ,18 3,03 21, ,30 30,30 39,39 48, , , ,42 36,36 21,21 60, , ,30 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen berdasarkan Tabel 4.40 di atas tampak seperti pada Gambar 4.13 berikut ini.

149 Persentase Nomor Soal Pre test Post test Gambar 4.13 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen Gambar 4.13 menunjukkan bahwa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif terjadi kenaikan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada beberapa soal. Kenaikan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi terjadi dalam mengerjakan soal nomor 1, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 18 dan 20. Soal-soal tersebut hampir semuanya merupakan soal hitungan yang melibatkan penggunaan rumus ph larutan penyangga. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pre test didapatkan bahwa dalam mengerjakan soalsoal hitungan yang melibatkan penggunaan rumus ph larutan penyangga 100 % siswa tergolong tidak paham konsep. Jadi, kenaikan persentase siswa yang miskonsepsi dalam mengerjakan soal-soal hitungan terjadi karena siswa yang tidak paham konsep pada saat pre test sebagian berubah menjadi miskonsepsi dan sebagian lagi berubah menjadi paham konsep pada saat post test.

150 Persentase 132 Penurunan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi terjadi pada soal nomor 2, 3, 4, 7, 14 dan 19. Soal-soal ini merupakan soal yang bersifat konsep. Materi yang bersifat konsep dapat dipelajari oleh siswa melalui belajar mandiri sehingga siswa sudah memiliki konsepsi awal walaupun belum diberi pembelajaran oleh guru. Namun, konsepsi awal ini tidak sepenuhnya benar tetapi ada sebagian yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmuwan yang telah disederhanakan, hal ini yang dikenal dengan istilah miskonsepsi. Oleh sebab itu, penurunan miskonsepsi ini terjadi karena pembelajaran menggunakan multimedia interaktif telah mengubah miskonsepsi yang siswa dapatkan dari belajar mandiri menjadi konsepsi yang benar. Kenaikan dan penurunan persentase siswa yang miskonsepsi juga terjadi pada kelas kontrol. Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini Nomor Soal Pre test Post test Gambar 4.14 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol

151 133 Gambar 4.14 menunjukkan bahwa peningkatan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi hampir terjadi pada semua soal. Penurunan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi hanya terjadi pada soal nomor 14. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran tanpa menggunakan multimedia interaktif kurang maksimal dalam menekan jumlah miskonsepsi baik pada materi yang bersifat hitungan maupun pada materi yang bersifat konsep Persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep Persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.41 berikut ini. Tabel 4.41 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Σ Siswa % Σ Siswa % , , ,15 1 3, , , , ,06 2 6, , , , ,12 1 3, , , , , ,18 1 3, , , , , ,09 2 6, ,24

152 Persentase 134 Jika Tabel 4.41 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.15 berikut ini Nomor Soal Eksperimen Kontrol Gambar 4.15 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Gambar 4.15 menunjukkan bahwa 10 soal dari 20 soal, persentase siswa yang tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Namun, pada soal nomor 1, 2, 10, 15 dan 19 persentase siswa yang tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Sedangkan pada soal nomor 3, 7, 11, 14 dan 15 tidak ada siswa yang tidak paham konsep baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif berpengaruh positif dalam meminimalkan ketidakpahaman konsep siswa. Pembelajaran dapat menurunkan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep. Hal ini dapat dilihat dari penurunan persentase siswa yang tidak paham konsep berdasarkan hasil pre test dan post test. Perbandingan persentase

153 135 siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test dapat dilihat pada Tabel 4.42 berikut ini. Tabel 4.42 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test Nomor Kelas eksperimen Kelas kontrol soal Pre test Post test Pre test Post test 1 48,48 39,39 60,60 12, ,64 15,15 30,30 3, , , , ,36 3, , , ,76 6,06 60,60 6, , , , , , ,45 12,12 24,24 3, , , ,09 93,94 24, , , ,12 0 6, , , ,12 96,97 18, , , , , ,58 9,09 42,42 6, ,24 Jika Tabel 4.42 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.16 dan Gambar 4.17 berikut ini.

154 Persentase Persentase Nomor Soal Pre test Post test Gambar 4.16 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen Nomor Soal Pre test Post test Gambar 4.17 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol Gambar 4.16 dan Gambar 4.17 menunjukkan bahwa pembelajaran baik yang menggunakan multimedia interaktif maupun yang tidak menggunakan multimedia interaktif dapat menurunkan persentase siswa yang tidak paham konsep. Namun, tidak sepenuhnya siswa yang tidak paham konsep pada saat pre

155 137 test dapat berubah menjadi paham konsep pada saat post test. Sebagian siswa mengalami miskonsepsi dan masih ada juga beberapa yang tetap tidak paham konsep Efektivitas Multimedia Interaktif dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa Analisis peningkatan hasil belajar dilakukan atas dasar asumsi bahwa semakin baik peningkatan hasil belajar kognitif siswa maka tingkat miskonsepsi siswa akan semakin rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,64 sedangkan peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas kontrol sebesar 0,5. Namun, kriteria peningkatan hasil belajar dari kedua kelas tergolong sedang karena nilai indeks gain dari kedua kelas berada di antara 0,3 sampai dengan 0,70. Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol karena tampilan multimedia interaktif yang menarik menyebabkan siswa lebih termotivasi dan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Irianto (2008) yang menyebutkan bahwa pembelajaran menggunakan multimedia interaktif dapat memotivasi proses pembelajaran sehingga siswa lebih berkonsentrasi dan perhatian dalam mengikuti pelajaran Efektivitas Multimedia Interaktif dalam Meminimalkan Rata-Rata Jawaban Miskonsepsi Analisis kesamaan dua rata-rata dilakukan pada data hasil post test siswa. Analisis dilakukan pada setiap tingkat penguasaan konsep siswa yang

156 138 meliputi paham konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep. Analisis rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata satu pihak kanan dan memakai rumus t karena data terbukti berdistribusi normal dan homogen. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa t hitung sebesar 4,10 dan t (0,95)(64) sebesar 1,67. Dengan demikian t hitung t (0,95)(64), artinya rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep pada pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif lebih besar daripada pembelajaran tanpa multimedia interaktif. Multimedia interaktif ini dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa karena tampilan multimedia interaktif dibuat menarik serta berorientasi pada ketiga level representasi ilmu kimia yang memadukan antara animasi, video, gambar, teks dan suara sehingga informasi yang masuk ke memori siswa lebih tahan lama. Hal ini sesuai dengan penelitian Wiyono (2012) yang menyatakan bahwa visualisasi yang disajikan melalui multimedia interaktif memungkinkan siswa melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan menghubungkan panca indra mereka dengan antusias sehingga informasi yang masuk ke memorinya lebih tahan lama dan mudah dipanggil pada saat informasi tersebut dibutuhkan. Analisis rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata satu pihak kiri dan memakai rumus t karena data terbukti berdistribusi normal dan homogen. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa t hitung sebesar -4,89 dan t (0,95)(64) sebesar 1,67. Dengan demikian t hitung -t (0,95)(64), artinya rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif lebih

157 139 rendah daripada pembelajaran tanpa multimedia interaktif. Dengan demikian, multimedia interaktif yang dibuat terbukti dapat meminimalkan miskonsepsi siswa. Hal ini karena sebelum proses pembuatannya terlebih dahulu dilakukan kajian mengenai miskonsepsi-miskonsepsi yang biasa terjadi pada konsep larutan penyangga sehingga produk multimedia interaktif diupayakan dapat mengatasi miskonsepsi-miskonsepsi tersebut. Analisis rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep dilakukan dengan menggunakan statistika non parametrik yaitu uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa z hitung sebesar -2,14 dan z (0,95)(64) sebesar 1,67. Dengan demikian z hitung - z (0,95)(64), artinya rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham pada pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif lebih rendah daripada pembelajaran tanpa multimedia interaktif Keunggulan, Keterbatasan dan Kendala Pembelajaran Menggunakan Multimedia Interaktif Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan peneliti selama melaksanakan penelitian, terdapat beberapa kelebihan pada pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif, yaitu: 1. Meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep kimia baik pada level makroskopis, mikroskopis maupun simbolik. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan nilai post test pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

158 Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar karena tampilan multimedia interaktif menuntut siswa untuk mengoperasikannya. 3. Meningkatkan ketertarikan siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran yang disampaikan dengan bantuan multimedia interaktif karena multimedia dibuat menarik. Oleh karena itu siswa dapat memusatkan perhatian pada proses pembelajaran. Ketertarikan tersebut membuat siswa merasa senang dan termotivasi mengikuti pelajaran kimia. Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif juga mempunyai beberapa keterbatasan. Keterbatasan dari penggunaan multimedia interaktif tersebut diantaranya: 1. Multimedia yang dibuat dapat menimbulkan miskonsepsi jika proses pembuatannya tidak memperhatikan miskonsepsi-miskonsepsi yang biasa terjadi pada siswa. 2. Proses pembuatan multimedia interaktif membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup banyak. 3. Guru yang tidak menguasai teknologi komputer tidak dapat membuat multimedia interaktif. 4. Proses pembelajaran menggunakan multimedia interaktif membutuhkan fasilitas yang lengkap. Tidak ada cara mengajar yang sempurna, demikian juga dengan pembelajaran menggunakan multimedia interaktif. Kendala yang dihadapi selama penelitian diantaranya:

159 Guru membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyiapkan LCD proyektor sehingga menyita waktu pembelajaran. 2. Jika terjadi pemadaman listrik maka multimedia interaktif yang dibuat tidak dapat ditayangkan di depan kelas. Kekurangan dan kendala di atas mengurangi efektivitas pembelajaran yang berlangsung tetapi hasil analisis menunjukkan bahwa multimedia interaktif efektif untuk meminimalkan miskonsepsi siswa. Multimedia interaktif ini dikatakan efektif dalam meminimalkan miskonsepsi siswa berdasarkan beberapa hal, antara lain: 1. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang diberikan pembelajaran tanpa multimedia interaktif. 2. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan multimedia interaktif lebih tinggi daripada kelas kontrol yang diberikan pembelajaran tanpa multimedia interaktif. 3. Rata-rata jawaban siswa yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang diberikan pembelajaran tanpa multimedia interaktif.

160 142 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil tes diagnostik miskonsepsi dapat disimpulkan bahwa penggunaan multimedia interaktif efektif untuk meminimalisasi miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga yang ditunjukkan dengan: 1. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol, yaitu 28,03% pada kelas eksperimen dan 42,88% pada kelas kontrol. 2. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, yaitu 0,64 pada kelas eksperimen dan 0,5 pada kelas kontrol. 3. Rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan agar: 1. Guru dapat memanfaatkan multimedia interaktif pada materi yang lain untuk meminimalkan miskonsepsi siswa dalam belajar kimia. 142

161 Sebelum proses pembelajaran guru mengkaji kemungkinan miskonsepsi yang dapat terjadi pada siswa sehingga dapat disusun langkah-langkah pencegahannya. 3. Perlu penelitian lebih lanjut agar bisa diketahui upaya-upaya lain yang dapat digunakan dalam meminimalisasi miskonsepsi siswa pada mata pelajaran kimia.

162 144 DAFTAR PUSTAKA Alias, M Integrating Technology Into Classroom Instructions for Reduced Misconceptions in Statistics. International Electronic Journal of Mathematics Education, 4(2): Tersedia di [diakses ]. Ariani, N. & D. Haryanto Pembelajaran Multimedia di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka. Aufschnaiter, C. & C. Rogge Misconception or Missing Conceptions?. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 6(1): Tersedia di [diakses ]. Barke, H.D Misconceptions in Chemistry. Knoxville: Springer. Berg, E.V.D Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi, Pengantar Lokakarya di Universitas Kristen Satya Wacana 7-10 Oktober Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Costu, B Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy: Helping Students Make Sense of Everyday Situations. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(1): 3 9. Tersedia di [diakses ]. Dahar, R.W Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Daryanto Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Greenbowe, T.J, E. M. Yang, & T. Andre The Effective Use of an Interactive Software Program to Reduce Students Misconceptions in Chemistry [Abstrak]. Journal of Chemical Education, 81(4). Tersedia di: [diakses ]. Irianto, E.S Penerapan Pembelajaran Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Rembang Tahun Pelajaran 2007/2008. Widyatama, 6(1): Kean, E. & C. Middlecamp Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: Gramedia. Khodaryah, N Analisis Kesalahan Konsep Tentang Larutan Buffer Pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 dan SMA YPK Bontang Serta Upaya Memperbaikinya dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif 144

163 145 [Abstrak]. Tesis. Online. Tersedia di [diakses 30 Desember 2012]. Kici, D Using Tecnology in Science Education: A Courseware to Overcome Misconceptions and Learning Difficulties about Photosynthesis. International Journal of New Trends in Art, Sport & Science Education, 1(2): Tersedia di [diakses ]. Kumaedi Analisis Miskonsepsi Siswa MAN pada Pembelajaran Pembentukan Bayangan oleh Cermin Datar, Cekung, Cembung. Tesis PPS UPI. Ma rifah Keefektifan Pembelajaran Kimia Berstrategi Konflik Kognitif untuk Mereduksi Miskonsepsi Peserta Didik Pada Pemahaman Konseptual dan Algoritmik. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang. Masril & N. Asma Pengungkapan Miskonsepsi Siswa Menggunakan Force Concept Inventory dan Certainty of Response Index, (Online). Tersedia di [diakses ]. Meltzer, D.E The Relationship Between Mathematics Preparation an Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores. American Journal Physics, 70(12): Tersedia di [diakses ]. Mujadi Pengaruh Pengalaman Anak dalam Terjadinya Miskonsepsi Fisika. Jurnal Pendidikan, 3(2): Petrucci, R.H. & Suminar Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga. Rosari, R.W Mahir dalam 7 Hari Macromedia Flash Pro 8. Madiun: MADCOMS. Sudijono, A Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

164 146 Suharsimi Dasar dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suparno, P Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo. Surapranata, S Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Taber, K Chemical Misconception. London: Royal Society of Chemistry. Teoh, B.S.P & T.K. Neo Interactive Multimedia Learning: Students Attitudes and Learning Impact in an Animation Course. The Turkish Online Journal of Educational Technology TOJET, 6(4): Tersedia di [diakses ]. Tsaparlis, G Globalisation in Chemistry Education Research an Practice. Journal of Chemistry Education, 4(1): Tersedia di [diakses ]. Wiyono, K Model Multimedia Interaktif Berbasis Gaya Belajar untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Pendahuluan Fisika Zat Padat. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8(2012): Tersedia di: journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpfi/article/download/1997/2113 [diakses ]. Wu, H.K Promoting Understanding of Chemical Representations: Students' Use of a Visualization Tool in the Classroom. Journal of Research in Science Teaching, 38(7): Tersedia di [diakses ].

165 Lampiran SILABUS KELAS EKSPERIMEN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu : SMA Negeri 1 Jatisrono : KIMIA : XI/2 : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. : 12 x 45 menit (4 x 45 menit untuk pre test dan post test) Kompetensi dasar Indikator Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan logis dan teliti. Pengertian / Sifat Larutan Penyangga Komponen Larutan Penyangga Siswa dengan bantuan guru merancang dan melakukan percobaan untuk menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui kegiatan praktikum. Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menjelaskan pengertian larutan penyangga berdasarkan sifat larutan penyangga dan bukan penyangga. Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menyebutkan komponen larutan penyangga. Jenis tagihan Tugas individu, Tugas kelompok, Pretest, Posttest Bentuk instrumen Soal Pretest dan Posttest (soal tes diagnostik miskonsepsi), Lembar Kerja Siswa (petunjuk percobaan dan lembar diskusi), Lembar observasi Psikomotorik, Lembar observasi Alokasi Waktu 8 x 45 menit Sumber/ bahan/alat Sumber Buku kimia, multimedi a interaktif (media Flash), Lembar Kerja Siswa. Alat / Bahan Bahan dan alat untuk praktikum, LCD Proyektor, Komputer

166 148 Kompetensi dasar Indikator Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Menghitung ph atau poh larutan penyangga dengan teliti. Cara Pembuatan Larutan Penyangga ph larutan penyangga Kapasitas Larutan Penyangga Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga. Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menghitung ph atau poh larutan penyangga. Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa mengaplikasikan kapasitas suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga berdasarkan perhitungan ph. Afektif Alokasi Waktu Sumber/ bahan/alat Menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa ph Larutan Penyangga dengan Penambahan Sedikit Asam Kuat, Basa Kuat, atau Pengenceran Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam

167 149 Kompetensi dasar Indikator Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian dengan teliti. Mekanisme Larutan Penyangga dalam Mepepertahankan ph kuat, basa kuat, atau pengenceran melalui diskusi. Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph. Alokasi Waktu Sumber/ bahan/alat Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. Fungsi larutan penyangga Melalui diskusi panel dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan dalam industri.

168 Lampiran SILABUS KELAS KONTROL Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu : SMA Negeri 1 Jatisrono : KIMIA : XI/2 : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. : 12 x 45 menit (4 x 45 menit untuk pre test dan post test) Kompetensi dasar Indikator Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan logis dan teliti. Menghitung ph atau poh larutan Pengertian / Sifat Larutan Penyangga Komponen Larutan Penyangga Cara Pembuatan Larutan Penyangga ph larutan penyangga Siswa dengan bantuan guru merancang dan melakukan percobaan untuk menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui kegiatan praktikum. Melalui diskusi kelompok siswa menjelaskan pengertian larutan penyangga berdasarkan sifat larutan penyangga dan bukan penyangga. Melalui diskusi kelompok siswa menyebutkan komponen larutan penyangga. Melalui diskusi kelompok siswa menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga. Melalui diskusi kelompok siswa menghitung ph atau Jenis tagihan Tugas individu, Tugas kelompok, Pretest, Posttest Bentuk instrumen Soal Pretest dan Posttest (soal tes diagnostik miskonsepsi), Lembar Kerja Siswa (petunjuk percobaan dan lembar diskusi), Lembar observasi Psikomotorik, Lembar observasi Alokasi Waktu 8 x 45 menit Sumber/ bahan/alat Sumber Buku kimia, Lembar Kerja Siswa. Alat / Bahan Bahan dan alat untuk praktikum

169 151 Kompetensi dasar Indikator Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian penyangga dengan teliti. Menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti. Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. Kapasitas Larutan Penyangga ph Larutan Penyangga dengan Penambahan Sedikit Asam Kuat, Basa Kuat, atau Pengenceran Mekanisme Larutan Penyangga dalam Mepepertahankan ph Fungsi larutan penyangga poh larutan penyangga. Melalui diskusi kelompok siswa mengaplikasikan kapasitas suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga berdasarkan perhitungan ph. Melalui diskusi kelompok siswa menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam kuat, basa kuat, atau pengenceran melalui diskusi. Melalui diskusi kelompok siswa menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph. Melalui diskusi panel siswa menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan dalam industri. Afektif Alokasi Waktu Sumber/ bahan/alat

170 Lampiran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi waktu Pertemuan : SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : XI / 2 (dua) : Larutan Penyangga : Pengertian Larutan Penyangga dan Komponen Larutan Penyangga : 2 x 45 menit : I (Pertama) I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan logis dan teliti. b. Proses Melakukan percobaan untuk menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menggunakan alat praktikum b. Mengumpulkan data c. Mengolah dan menafsirkan data d. Membuat simpulan hasil percobaan 3. Afektif a. Berpikir logis b. Teliti c. Tanggung jawab d. Kerja sama e. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa mampu menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan teliti. 2) Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan penyangga secara logis. 3) Siswa dapat mengidentifikasi komponen larutan penyangga dengan teliti. b. Proses Siswa melakukan percobaan untuk mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga.

171 Psikomotorik Melalui kegiatan praktikum siswa dapat terampil dalam menggunakan alat-alat praktikum, mampu mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data serta dapat membuat simpulan hasil percobaan yang dilakukan. 3. Afektif Pada saat melakukan praktikum siswa mampu berpikir logis, teliti, bertanggung jawab, bekerja sama, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga disebut juga larutan dapar atau larutan buffer yaitu larutan yang berfungsi mempertahankan harga ph larutan dari suatu perubahan ph larutan. Jika larutan penyangga sedikit diencerkan, ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat maka tidak terjadi perubahan ph yang signifikan, sehingga perubahan phnya dapat diabaikan. 2. Komponen Larutan Penyangga a. Larutan Penyangga Asam Komponen larutan penyangga asam adalah larutan asam lemah dan basa konjugasinya. b. Larutan Penyangga Basa Komponen larutan penyangga basa adalah larutan basa lemah dan asam konjugasinya. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Pendekatan : Student centered Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, Ceramah, Praktikum Media Pembelajaran : Multimedia interaktif (media Flash), alat dan bahan untuk praktikum serta lembar kerja siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 10 menit 1. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). 2. Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). 3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. 4. Guru menyampaikan pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dari pembelajaran

172 yang lalu yaitu teori asam basa menurut Bronsted-Lowry. Guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan memutarkan video apersepsi yang ada dalam multimedia interaktif mengenai hal-hal yang berkaitan dengan larutan buffer. B. Kegiatan Inti No Kegiatan Alokasi Waktu Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru memberikan pengarahan tentang fungsi serta cara menggunakan alat dan bahan kimia dalam kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan. Siswa memperhatikan dengan seksama dan mendengarkan dengan baik penjelasan guru. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok untuk melakukan praktikum dengan teliti. 15 menit Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar Siswa bekerja sama dalam melakukan praktikum dengan teman sekelompoknya dengan penuh tanggung jawab dan disiplin (tepat waktu). Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan praktikum. Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi Masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil praktikumnya. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat dan memberi penjelasan mengenai pengertian dan komponen larutan penyangga dengan bantuan presentasi media flash. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan penghargaan. 35 menit 20 menit C. Penutup No Kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara logis dan meminta siswa membuat rangkuman di 10 menit

173 bukunya masing-masing. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat rangkuman mengenai cara pembuatan larutan penyangga dan perhitungan ph dan poh larutan penyangga. Siswa diberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal yang dapat didownload di VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Multimedia interaktif (file media Flash) 2. LKS 3. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga 4. Soal-soal yang dapat didownload di IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Praktikum, diskusi, tugas tertulis Jenis Tagihan : Tugas kelompok, tugas individu Instrumen : Lembar kerja siswa (berisi petunjuk melakukan percobaan dan lembar diskusi), soal-soal dalam bentuk multimedia interaktif. 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Purba, Michael Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Guru Mata Pelajaran, Jatisrono, Maret 2013 Guru Praktikan, Dra. Endang Sunarsih, M.Pd. Fitria NIP NIM

174 156 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi waktu Pertemuan : SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : XI / 2 (dua) : Larutan Penyangga : Cara Pembuatan Larutan Penyangga, Perhitungan ph Larutan Penyangga, dan Kapasitas Larutan Penyangga : 2 x 45 menit : II (Kedua) I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk: Menghitung ph atau poh larutan penyangga dengan teliti. b. Proses: Melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan ph larutan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menyampaikan pendapat b. Mengajukan pertanyaan c. Menyajikan hasil diskusi 3. Afektif a. Teliti b. Kerja sama c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa dapat menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga dengan benar. 2) Siswa mampu menghitung ph atau poh larutan penyangga dengan teliti. 3) Siswa dapat mengaplikasikan kapasitas suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga melalui perhitungan ph dengan teliti. b. Proses: Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan ph larutan penyangga.

175 Psikomotorik Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, serta menyajikan hasil diskusi kelompoknya. 3. Afektif Pada saat melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kerja sama, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Cara Pembuatan Larutan Penyangga a. Larutan penyangga asam Larutan penyangga asam dapat dibuat dengan cara mencampurkan larutan asam lemah dengan basa konjugasi dari garamnya. Larutan penyangga asam juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam lemah dengan basa kuat dengan syarat pada akhir reaksi ada sisa asam lemah, sedangkan basa kuat habis bereaksi. b. Larutan penyangga basa Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara mencampur larutan basa lemah dengan asam konjugasi dari garamnya. Larutan penyangga basa juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan basa lemah dengan asam kuat dengan syarat akhir reaksi terdapat sisa basa lemah, sedangkan asam kuat habis bereaksi. 2. Menentukan ph Larutan Penyangga a. Larutan Penyangga Asam Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan asam asetat (CH 3 COOH) dengan larutan garam natrium asetat (CH 3 COONa). Dalam larutan, campuran tersebut terionisasi sebagai berikut: CH 3 COOH(aq) CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COONa(aq) CH 3 COO - (aq) + Na + (aq) Asam asetat adalah asam lemah. Tetapan ionisasi untuk reaksi ionisasi asam asetat adalah: CH 3COO H K a CH 3COOH Asam asetat hanya sedikit terionisasi, sedangkan natrium asetat terionisasi sempurna. Ion CH 3 COO - dari garam mengakibatkan kesetimbangan asam bergeser ke kiri, sehingga asam asetat yang mengion semakin kecil. Untuk memudahkan, konsentrasi asam asetat dalam larutan dianggap tetap dan ion CH 3 COO - dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan CH 3 COO - yang berasal dari asam asetat diabaikan. Sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut: g. H K a atau a H a K. a g Volume larutan adalah volume campuran asam dan basa konjugasi, sehingga ph larutan penyangga hanya bergantung pada tetapan ionisasi asam serta perbandingan mol asam dan basa konjugasi.

176 158 a H K V, a g V Persamaan tersebut pada V yang sama dapat ditulis sebagai berikut: a H K a g Keterangan: K a = tetapan ionisasi asam lemah a = jumlah mol asam lemah g = jumlah mol basa konjugasi ph log K ph pk a log a a g g a log K a log b. Larutan Penyangga Basa Contoh larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan basa amonia (NH 3 ) dengan larutan garam amonium klorida (NH 4 Cl). Campuran itu akan terionisasi sebagai berikut: NH 3 (aq) + H 2 O(l) NH + 4 (aq) + OH - (aq) NH 4 Cl(aq) NH + 4 (aq) + Cl - (aq) Tetapan ionisasi basa lemah NH 3 adalah: NH 4 OH K b, konsentrasi H NH 3 2 O dianggap konstan + Dalam larutan, ion NH 4 dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan konsentrasi NH 3 dianggap tepat, karena pengaruh ion NH + 4 dari NH 4 Cl menyebabkan kesetimbangan bergeser ke pihak NH 3. Sehingga persamaan dapat dituliskan: K b g. OH b b OH K. b g atau Karena volume larutan adalah volume campuran basa dan asam konjugasinya, maka persamaan menjadi: b OH K. b g Keterangan: K b = tetapan ionisasi basa lemah a = jumlah mol basa lemah g = jumlah mol asam konjugasi poh log K b b log K g b a g log b g

177 159 poh pkb log g b 3. Kapasitas Larutan Penyangga Kapasitas penyangga mengacu pada jumlah asam atau basa yang dapat ditambahkan ke dalam larutan penahan sebelum terjadi perubahan ph yang besar. Larutan penyangga mempunyai kapasitas maksimum pada ph = pka (poh = pkb). Hal ini berarti larutan penyangga efektif pada daerah pka log a < ph < pka + log a untuk larutan penyangga asam, sedangkan untuk g g larutan penyangga basa efektif pada daerah pkb log a < poh < pkb + log a. g g Bilamana perbandingan konsentrasi asam/basa konjugasi terhadap elektrolit lemahnya lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10, larutan penahan akan kehilangan keefektifannya. Hal ini karena log 0,10 = -1 dan log 10 = +1, maka selang penahan efektif adalah kira-kira satu unit ph di atas atau di bawah nilai pk. Untuk larutan penahan asam asetat-natrium asetat, selang efektif adalah di antara ph 3,76 sampai 5,76, sedangkan untuk ammonia-amonium klorida, sekitar ph 8,24 sampai 10,24. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Pendekatan : Student centered Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, ceramah, dan pemberian tugas Media Pembelajaran : Multimedia interaktif (media Flash) dan lembar diskusi siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No. Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 5 menit 1. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). 2. Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). 3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. 4. Guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan memberi pertanyaan kepada beberapa siswa Bisakah kamu membuat larutan penyangga?

178 160 B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Alokasi Waktu Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menjelaskan materi mengenai cara pembuatan larutan penyangga, perhitungan ph larutan penyangga dan kapasitas larutan 30 menit penyangga menggunakan multimedia interaktif serta memberikan contoh soal. Siswa memperhatikan dengan seksama dan mendengarkan dengan baik penjelasan guru. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok untuk berdiskusi dalam mengerjakan soal Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar Siswa melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya dengan bekerja sama, disiplin (tepat waktu). Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi Masing-masing kelompok diminta untuk menjawab soal diskusi yang diberikan dengan teliti dan komunikatif. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan penghargaan. 30 menit 15 menit C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal di LKS yang telah dimiliki oleh siswa. 10 menit VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Multimedia interaktif (file media Flash) 2. LKS 3. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga

179 161 IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, tugas tertulis Jenis Tagihan : Tugas kelompok, tugas individu Instrumen : Lembar diskusi siswa, LKS yang dimiliki siswa 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Petrucci, Ralph H. dan Suminar Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga. Purba, Michael Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Guru Mata Pelajaran, Jatisrono, Maret 2013 Guru Praktikan, Dra. Endang Sunarsih, M.Pd Fitria NIP NIM

180 162 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Alokasi waktu Pertemuan : SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : Larutan Penyangga : Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph dan Perhitungan ph Larutan Penyangga ketika Ditambahkan Sedikit Asam Kuat atau Basa Kuat : XI / 2 (dua) : 2 x 45 menit : III (Ketiga) I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk: Menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti. b. Proses: Melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa. 2. Psikomotorik a. Menyampaikan pendapat b. Mengajukan pertanyaan c. Menyajikan hasil diskusi 3. Afektif a. Teliti b. Kerja sama c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa mampu menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti, kreatif, dan komunikatif. 2) Siswa dapat menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph ketika ditambah sedikit asam atau sedikit basa dengan tepat. b. Proses: Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa.

181 Psikomotorik Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, serta menyajikan hasil diskusi kelompoknya. 3. Afektif Pada saat melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kerja sama, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Mekanisme Larutan Penyangga dalam Mempertahankan Nilai ph a. Larutan penyangga asam Apabila ditambahkan sedikit asam (H + ) atau basa (OH - ) ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari larutan CH 3 COOH dan CH 3 COO -, akan terjadi reaksi berikut. 1) Jika ditambahkan asam maka ion H + dari asam akan bereaksi dengan ion CH 3 COO - membentuk CH 3 COOH, menurut reaksi: CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH(aq), sehingga harga ph tetap. 2) Jika ditambahkan basa, ion OH - akan dinetralkan oleh CH 3 COOH, menurut reaksi: CH 3 COOH (aq) + OH - (aq) CH 3 COO - (aq) + H 2 O(l) sehingga harga ph tetap. b. Larutan penyangga basa Apabila ditambahkan sedikit asam (H + ) atau basa (OH - ) ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari larutan NH 3 dan NH + 4, akan terjadi reaksi berikut. 1) Jika ditambahkan asam maka ion H + akan dinetralkan oleh basa, menurut reaksi: NH 3 (aq) + H + (aq) NH + 4 (aq), sehingga harga ph tetap. 2) Jika ditambahkan basa, ion OH - akan bereaksi dengan ion NH + 4, menurut reaksi: NH + 4 (aq) + OH - (aq) NH 3 (aq) + H 2 O(l) sehingga harga ph tetap. 2. Menentukan ph Larutan Penyangga ketika Ditambahkan Sedikit Asam atau Basa a. Larutan Penyangga Asam Larutan penyangga asam dapat memeprtahankan harga ph yang kurang dari 7 walaupun ditambahkan sedikit basa kuat atau asam kuat. Untuk menghitung harga ph larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: i. Mengidentifikasi asam lemah dan basa konjugasi dari larutan penyangga asam. ii. Mengidentifikasi komponen yang bereaksi dengan H + atau OH - ketika ditambahkan asam atau basa. iii. Menuliskan persamaan stoikiometri larutan ketika ditambahkan asam atau basa. iv. Mencari harga ph larutan penyangga asam menggunakan rumus:

182 164 ph a g a a log Ka log Ka log g g = mol larutan asam lemah pada akhir reaksi = mol basa konjugasi pada akhir reaksi b. Larutan Penyangga Basa Larutan penyangga basa dapat memeprtahankan harga ph yang lebih dari 7 walaupun ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat. Untuk menghitung harga ph larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: i. Mengidentifikasi basa lemah dan asam konjugasi dari larutan penyangga basa. ii. Mengidentifikasi komponen yang bereaksi dengan H+ atau OHketika ditambahkan asam atau basa. iii. Menuliskan persamaan stoikiometri larutan ketika ditambahkan asam atau basa. iv. Mencari harga ph larutan penyangga basa menggunakan rumus: b b poh log Kb log Kb log g g b = mol larutan asam lemah pada akhir reaksi g = mol basa konjugasi pada akhir reaksi VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, ceramah, dan pemberian tugas Media Pembelajaran : Multimedia interaktif (media flash) VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 10 menit 1. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). 2. Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). 3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. 4. Siswa diminta mengumpulkan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya serta memberikan penghargaan bagi siswa yang disiplin mengerjakan tugas. 5. Guru memberikan pertanyaan kepada

183 165 beberapa siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, misalnya Mengapa ph larutan penyangga tidak mengalami perubahan yang berarti ketika ditambah asam kuat atau basa kuat?. B. Kegiatan Inti No Kegiatan Alokasi Waktu Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menyampaikan materi mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph serta perhitungan ph larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau 20 menit basa kuat menggunakan multimedia interaktif. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok untuk berdiskusi dalam mengerjakan soal. Elaborasi 30 menit Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar 1. Siswa melakukan diskusi dengan bekerja sama dan disiplin (tepat waktu) dalam menjawab soal-soal yang ditayangkan melalui multimedia interaktif. Guru berkeliling untuk membimbing siswa 2. dalam melakukan diskusi. Konfirmasi 20 menit Fase 5 : Evaluasi 1. Masing-masing kelompok diminta untuk berlomba mengerjakan soal yang ditayangkan melalui multimedia interaktif di papan tulis dengan teliti dan komunikatif. 2. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat. 3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil menjawab soal dengan benar. C. Penutup No Kegiatan Alokasi Waktu Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. Guru memberikan tugas kepada masingmasing kelompok untuk membuat bahan 10 menit

184 presentasi mengenai fungsi larutan penyangga. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan soalsoal yang dapat diunduh di VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Multimedia interaktif (file media Flash) 2. LKS 3. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga 4. Soal-soal yang dapat didownload di IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, pemberian tugas Jenis Tagihan : Tugas kelompok Instrumen : Soal-soal dalam bentuk multimedia interaktif 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira. Purba, Michael Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Guru Mata Pelajaran, Jatisrono, April 2013 Guru Praktikan, Dra. Endang Sunarsih, M.Pd Fitria NIP NIM

185 167 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Alokasi waktu Pertemuan : SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : Larutan Penyangga : Fungsi larutan penyangga : XI / 2 (dua) : 2 jam pelajaran : IV (Keempat) I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. b. Proses Melakukan diskusi kelompok untuk menjelaskan fungsi larutan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menyajikan presentasi b. Menyampaikan pendapat c. Mengajukan pertanyaan 3. Afektif a. Teliti b. Kreatif c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk 1) Melalui diskusi kelas, siswa mampu menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. 2) Melalui diskusi kelas, siswa dapat menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam bidang industri dengan komunikatif. b. Proses Siswa melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan fungsi larutan penyangga kemudian mempresentasikannya di depan kelas. 2. Psikomotorik Melalui diskusi kelas siswa mampu menyajikan presentasi, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan pendapat.

186 Afektif Pada saat diberi tugas dan melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kreatif, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI Fungsi Larutan Penyangga Di dalam tubuh manusia terjadi reaksi kimia yang dipercepat oleh enzim tertentu. Enzim akan bekerja efektif pada ph tertentu. Untuk mempertahankan nilai ph agar reaksi kimia tidak terganggu, tubuh dilengkapi dengan sistem larutan penyangga. Dalam keadaan normal, darah manusia mempunyai ph antara 7,35 7,45. Nilai ph tersebut dipertahankan oleh tiga larutan penyangga, yaitu larutan penyangga karbonat, hemoglobin, dan oksihemoglobin. Larutan penyangga lain yang ada dalam tubuh manusia adalah larutan penyangga fosfat yang terdapat dalam sel dan kelenjar ludah. Larutan penyangga fosfat merupakan campuran antara H 2 PO 4 - dan basa konjugasinya HPO Larutan penyangga juga berfungsi dalam bidang industri. Dalam industri obat-obatan, terutama obat tetes mata, obat suntik dan infus, phnya harus disesuaikan dengan ph cairan tubuh, agar saat dipakai tidak menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi Media Pembelajaran : Multimedia interaktif (media flash), lembar diskusi siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No. Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 10 menit 1. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). 2. Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). 3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. 4. Siswa ditanya mengapa ph cairan tubuh tidak berubah ketika seseorang minum inuman yang bersifat asam. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.

187 169 B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Alokasi Waktu Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menyampaikan peraturan tata cara diskusi kelas yang akan dilaksanakan. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa dalam melakukan diskusi Guru meminta siswa untuk menyajikan presentasi yang telah dipersiapkan oleh 10 menit masing-masing kelompok secara kreatif melalui diskusi panel Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar Siswa melakukan diskusi panel dengan komunikatif dan disiplin (tepat waktu). Guru membimbing dan mengatur jalannya diskusi serta meminta siswa yang lain untuk mencatat hal-hal yang penting pada lembar diskusi dengan teliti. Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang disajikan oleh kelompok lain dan kelompok yang menyajikan presentasi diminta untuk menjawabnya. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang tepat dengan memberikan penjelasan mengenai fungsi larutan penyangga menggunakan multimedia interaktif. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling baik dalam menyajikan presentasi. 30 menit 30 menit C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal di LKS yang telah dimiliki oleh siswa. 10 menit VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Multimedia interaktif (file media Flash) 2. LKS

188 Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, tugas Jenis Tagihan : Tugas kelompok Instrumen : Lembar diskusi siswa. 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Purba, Michael Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Guru Mata Pelajaran, Jatisrono, April 2013 Guru Praktikan, Dra. Endang Sunarsih, M.Pd Fitria NIP NIM

189 Lampiran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL Sekolah Mata pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi waktu Pertemuan : SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : XI / 2 (dua) : Larutan Penyangga : Pengertian Larutan Penyangga dan Komponen Larutan Penyangga : 2 x 45 menit : I (Pertama) I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan logis dan teliti. b. Proses Melakukan percobaan untuk menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menggunakan alat praktikum b. Mengumpulkan data c. Mengolah dan menafsirkan data d. Membuat simpulan hasil percobaan 3. Afektif a. Berpikir logis b. Teliti c. Tanggung jawab d. Kerja sama e. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa mampu menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan teliti. 2) Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan penyangga secara logis. 3) Siswa dapat mengidentifikasi komponen larutan penyangga dengan teliti. b. Proses Siswa melakukan percobaan untuk mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga.

190 Psikomotorik Melalui kegiatan praktikum siswa dapat terampil dalam menggunakan alat-alat praktikum, mampu mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data serta dapat membuat simpulan hasil percobaan yang dilakukan. 3. Afektif Pada saat melakukan praktikum siswa mampu berpikir logis, teliti, bertanggung jawab, bekerja sama, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga disebut juga larutan dapar atau larutan buffer yaitu larutan yang berfungsi mempertahankan harga ph larutan dari suatu perubahan ph larutan. Jika larutan penyangga sedikit diencerkan, ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat maka tidak terjadi perubahan ph yang signifikan, sehingga perubahan phnya dapat diabaikan. 2. Komponen Larutan Penyangga a. Larutan Penyangga Asam Komponen larutan penyangga asam adalah larutan asam lemah dan basa konjugasinya. b. Larutan Penyangga Basa Komponen larutan penyangga basa adalah larutan basa lemah dan asam konjugasinya. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Pendekatan : Student centered Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, Ceramah, Praktikum Media Pembelajaran : Alat dan bahan untuk praktikum serta lembar kerja siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No. Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 10 menit 1. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). 2. Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). 3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. 4. Guru menyampaikan pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dari pembelajaran

191 yang lalu yaitu teori asam basa menurut Bronsted-Lowry. Guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan memaparkan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan larutan buffer tanpa menggunakan media. B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Alokasi Waktu Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru memberikan pengarahan tentang fungsi serta cara menggunakan alat dan bahan kimia dalam kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan. Siswa memperhatikan dengan seksama dan mendengarkan dengan baik penjelasan guru. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok untuk melakukan praktikum dengan teliti. 15 menit Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar Siswa bekerja sama dalam melakukan praktikum dengan teman sekelompoknya dengan penuh tanggung jawab dan disiplin (tepat waktu). Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan praktikum. Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi Masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat dan memberi penjelasan mengenai pengertian dan komponen larutan penyangga tanpa menggunakan media presentasi. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan penghargaan. 35 menit 20 menit C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara logis dan meminta siswa membuat rangkuman di 10 menit

192 bukunya masing-masing. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat rangkuman mengenai cara pembuatan larutan penyangga dan perhitungan ph dan poh larutan penyangga. VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. LKS 2. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Praktikum, diskusi, tugas tertulis Jenis Tagihan : Tugas kelompok, tugas individu Instrumen : Lembar kerja siswa (berisi petunjuk melakukan percobaan dan lembar diskusi). 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Purba, Michael Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Guru Mata Pelajaran, Jatisrono, Maret 2013 Guru Praktikan, Dra. Endang Sunarsih, M.Pd. Fitria NIP NIM

193 175 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL Sekolah Mata pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi waktu Pertemuan : SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : XI / 2 (dua) : Larutan Penyangga : Cara Pembuatan Larutan Penyangga, Perhitungan ph Larutan Penyangga dan Kapasitas Larutan Penyangga : 2 x 45 menit : II (Kedua) I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk: Menghitung ph atau poh larutan penyangga dengan teliti. b. Proses: Melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan ph larutan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menyampaikan pendapat b. Mengajukan pertanyaan c. Menyajikan hasil diskusi 3. Afektif a. Teliti b. Kerja sama c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa dapat menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga dengan benar. 2) Siswa mampu menghitung ph atau poh larutan penyangga dengan teliti. 3) Siswa dapat mengaplikasikan kapasitas suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga melalui perhitungan ph dengan teliti. b. Proses: Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan ph larutan penyangga.

194 Psikomotorik Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, serta menyajikan hasil diskusi kelompoknya. 3. Afektif Pada saat melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kerja sama, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Cara Pembuatan Larutan Penyangga a. Larutan penyangga asam Larutan penyangga asam dapat dibuat dengan cara mencampurkan larutan asam lemah dengan basa konjugasi dari garamnya. Larutan penyangga asam juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam lemah dengan basa kuat dengan syarat pada akhir reaksi ada sisa asam lemah, sedangkan basa kuat habis bereaksi. b. Larutan penyangga basa Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara mencampur larutan basa lemah dengan asam konjugasi dari garamnya. Larutan penyangga basa juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan basa lemah dengan asam kuat dengan syarat akhir reaksi terdapat sisa basa lemah, sedangkan asam kuat habis bereaksi. 2. Menentukan ph Larutan Penyangga a. Larutan Penyangga Asam Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan asam asetat (CH 3 COOH) dengan larutan garam natrium asetat (CH 3 COONa). Dalam larutan, campuran tersebut terionisasi sebagai berikut: CH 3 COOH(aq) CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COONa(aq) CH 3 COO - (aq) + Na + (aq) Asam asetat adalah asam lemah. Tetapan ionisasi untuk reaksi ionisasi asam asetat adalah: CH 3COO H K a CH 3COOH Asam asetat hanya sedikit terionisasi, sedangkan natrium asetat terionisasi sempurna. Ion CH 3 COO - dari garam mengakibatkan kesetimbangan asam bergeser ke kiri, sehingga asam asetat yang mengion semakin kecil. Untuk memudahkan, konsentrasi asam asetat dalam larutan dianggap tetap dan ion CH 3 COO - dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan CH 3 COO - yang berasal dari asam asetat diabaikan. Sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut: g. H K a atau a H a K. a g Volume larutan adalah volume campuran asam dan basa konjugasi, sehingga ph larutan penyangga hanya bergantung pada tetapan ionisasi asam serta perbandingan mol asam dan basa konjugasi.

195 177 a H K V, a g V Persamaan tersebut pada V yang sama dapat ditulis sebagai berikut: a H K a g Keterangan: K a = tetapan ionisasi asam lemah a = jumlah mol asam lemah g = jumlah mol basa konjugasi ph log K ph pk a log a a log K g g a a log b. Larutan Penyangga Basa Contoh larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan basa amonia (NH 3 ) dengan larutan garam amonium klorida (NH 4 Cl). Campuran itu akan terionisasi sebagai berikut: a g NH 3 (aq) + H 2 O(l) NH + 4 (aq) + OH - (aq) NH 4 Cl(aq) NH + 4 (aq) + Cl - (aq) Tetapan ionisasi basa lemah NH 3 adalah: NH 4 OH K b, konsentrasi H NH 3 2 O dianggap konstan + Dalam larutan, ion NH 4 dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan konsentrasi NH 3 dianggap tepat, karena pengaruh ion NH + 4 dari NH 4 Cl menyebabkan kesetimbangan bergeser ke pihak NH 3. Sehingga persamaan dapat dituliskan: K b g. OH b b OH K. b g atau Karena volume larutan adalah volume campuran basa dan asam konjugasinya, maka persamaan menjadi: b OH K. b g Keterangan: K b = tetapan ionisasi basa lemah a = jumlah mol basa lemah g = jumlah mol asam konjugasi poh log K b b log K g b log b g

196 178 poh pkb log g b 3. Kapasitas Larutan Penyangga Kapasitas penyangga mengacu pada jumlah asam atau basa yang dapat ditambahkan ke dalam larutan penahan sebelum terjadi perubahan ph yang besar. Larutan penyangga mempunyai kapasitas maksimum pada ph = pka (poh = pkb). Hal ini berarti larutan penyangga efektif pada daerah pka log a < ph < pka + log a untuk larutan penyangga asam, sedangkan untuk g g larutan penyangga basa efektif pada daerah pkb log a < poh < pkb + log a. g g Bilamana perbandingan konsentrasi asam/basa konjugasi terhadap elektrolit lemahnya lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10, larutan penahan akan kehilangan keefektifannya. Hal ini karena log 0,10 = -1 dan log 10 = +1, maka selang penahan efektif adalah kira-kira satu unit ph di atas atau di bawah nilai pk. Untuk larutan penahan asam asetat-natrium asetat, selang efektif adalah di antara ph 3,76 sampai 5,76, sedangkan untuk ammonia-amonium klorida, sekitar ph 8,24 sampai 10,24. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Pendekatan : Student centered Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, ceramah, dan pemberian tugas Media Pembelajaran : Lembar diskusi siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No. Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 5 menit 1. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). 2. Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). 3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. 4. Guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan memberi pertanyaan kepada beberapa siswa Bisakah kamu membuat larutan penyangga?

197 179 B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Alokasi Waktu Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menjelaskan materi mengenai cara pembuatan larutan penyangga, perhitungan ph larutan penyangga dan kapasitas larutan 30 menit penyangga tanpa menggunakan media presentasi serta memberikan contoh soal. Siswa memperhatikan dengan seksama dan mendengarkan dengan baik penjelasan guru. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok untuk berdiskusi dalam mengerjakan soal Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar Siswa melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya dengan bekerja sama dan disiplin (tepat waktu). Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi Masing-masing kelompok diminta untuk menjawab soal diskusi yang diberikan dengan teliti dan komunikatif. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan penghargaan. 30 menit 15 menit C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal di LKS yang telah dimiliki oleh siswa. 10 menit VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. LKS 2. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga

198 180 IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, tugas tertulis Jenis Tagihan : Tugas kelompok, tugas individu Instrumen : Lembar kerja siswa (berisi lembar diskusi). 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Petrucci, Ralph H. dan Suminar Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga. Purba, Michael Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Guru Mata Pelajaran, Jatisrono, Maret 2013 Guru Praktikan, Dra. Endang Sunarsih, M.Pd Fitria NIP NIM

199 181 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL Sekolah Mata pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Alokasi waktu Pertemuan : SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : Larutan Penyangga : Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph dan Perhitungan ph Larutan Penyangga ketika Ditambahkan Sedikit Asam Kuat atau Basa Kuat : XI / 2 (dua) : 2 x 45 menit : III (Ketiga) I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk: Menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti. b. Proses: Melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa. 2. Psikomotorik a. Menyampaikan pendapat b. Mengajukan pertanyaan c. Menyajikan hasil diskusi 3. Afektif a. Teliti b. Kerja sama c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa mampu menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti, kreatif, dan komunikatif. 2) Siswa dapat menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph ketika ditambah sedikit asam atau sedikit basa dengan tepat. b. Proses: Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa.

200 Psikomotorik Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, serta menyajikan hasil diskusi kelompoknya. 3. Afektif Pada saat melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kerja sama, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Mekanisme Larutan Penyangga dalam Mempertahankan Nilai ph a. Larutan penyangga asam Apabila ditambahkan sedikit asam (H + ) atau basa (OH - ) ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari larutan CH 3 COOH dan CH 3 COO -, akan terjadi reaksi berikut. 1) Jika ditambahkan asam maka ion H + dari asam akan bereaksi dengan ion CH 3 COO - membentuk CH 3 COOH, menurut reaksi: CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH(aq), sehingga harga ph tetap. 2) Jika ditambahkan basa, ion OH - akan dinetralkan oleh CH 3 COOH, menurut reaksi: CH 3 COOH (aq) + OH - (aq) CH 3 COO - (aq) + H 2 O(l) sehingga harga ph tetap. b. Larutan penyangga basa Apabila ditambahkan sedikit asam (H + ) atau basa (OH - ) ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari larutan NH 3 dan NH + 4, akan terjadi reaksi berikut. 3. Jika ditambahkan asam maka ion H + akan dinetralkan oleh basa, menurut reaksi: NH 3 (aq) + H + (aq) NH + 4 (aq), sehingga harga ph tetap. 4. Jika ditambahkan basa, ion OH - akan bereaksi dengan ion NH + 4, menurut reaksi: NH + 4 (aq) + OH - (aq) NH 3 (aq) + H 2 O(l) sehingga harga ph tetap. 2. Menentukan ph Larutan Penyangga ketika Ditambahkan Sedikit Asam atau Basa a. Larutan Penyangga Asam Larutan penyangga asam dapat memeprtahankan harga ph yang kurang dari 7 walaupun ditambahkan sedikit basa kuat atau asam kuat. Untuk menghitung harga ph larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: i. Mengidentifikasi asam lemah dan basa konjugasi dari larutan penyangga asam. ii. Mengidentifikasi komponen yang bereaksi dengan H + atau OH - ketika ditambahkan asam atau basa. iii. Menuliskan persamaan stoikiometri larutan ketika ditambahkan asam atau basa. iv. Mencari harga ph larutan penyangga asam menggunakan rumus:

201 183 ph a g a a log Ka log Ka log g g = mol larutan asam lemah pada akhir reaksi = mol basa konjugasi pada akhir reaksi b. Larutan Penyangga Basa Larutan penyangga basa dapat memeprtahankan harga ph yang lebih dari 7 walaupun ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat. Untuk menghitung harga ph larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: i. Mengidentifikasi basa lemah dan asam konjugasi dari larutan penyangga basa. ii. Mengidentifikasi komponen yang bereaksi dengan H + atau OH - ketika ditambahkan asam atau basa. iii. Menuliskan persamaan stoikiometri larutan ketika ditambahkan asam atau basa. iv. Mencari harga ph larutan penyangga basa menggunakan rumus: b b poh log Kb log Kb log g g b = mol larutan asam lemah pada akhir reaksi g = mol basa konjugasi pada akhir reaksi VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, ceramah, dan pemberian tugas Media Pembelajaran : Lembar diskusi siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No. Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 10 menit 1. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). 2. Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). 3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. 4. Siswa diminta mengumpulkan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya serta memberikan penghargaan bagi siswa yang disiplin mengerjakan tugas. 5. Guru memberikan pertanyaan kepada

202 184 beberapa siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, misalnya Mengapa ph larutan penyangga tidak mengalami perubahan yang berarti ketika ditambah asam kuat atau basa kuat?. B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Alokasi Waktu Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menyampaikan materi mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph serta perhitungan ph larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau 20 menit basa kuat tanpa menggunakan media presentasi. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok untuk berdiskusi dalam mengerjakan soal. Elaborasi 30 menit Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar 1. Siswa melakukan diskusi dengan bekerja sama dan disiplin (tepat waktu) dalam menjawab soal-soal dalam lembar diskusi. Guru berkeliling untuk membimbing siswa 2. dalam melakukan diskusi. Konfirmasi 20 menit Fase 5 : Evaluasi 1. Masing-masing kelompok diminta untuk berlomba mengerjakan soal diskusi di papan tulis dengan teliti dan komunikatif. 2. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat. 3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil menjawab soal dengan benar. C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. Guru memberikan tugas kepada masingmasing kelompok untuk membuat bahan 10 menit presentasi mengenai fungsi larutan penyangga.

203 185 VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. LKS 2. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, pemberian tugas Jenis Tagihan : Tugas kelompok Instrumen : Lembar diskusi siswa. 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Purba, Michael Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Guru Mata Pelajaran, Jatisrono, April 2013 Guru Praktikan, Dra. Endang Sunarsih, M.Pd Fitria NIP NIM

204 186 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL Sekolah Mata pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Alokasi waktu Pertemuan : SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : Larutan Penyangga : Fungsi larutan penyangga : XI / 2 (dua) : 2 jam pelajaran : IV (Keempat) I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. b. Proses Melakukan diskusi kelompok untuk menjelaskan fungsi larutan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menyajikan presentasi b. Menyampaikan pendapat c. Mengajukan pertanyaan 3. Afektif a. Teliti b. Kreatif c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk 1) Melalui diskusi kelas, siswa mampu menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. 2) Melalui diskusi kelas, siswa dapat menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam bidang industri dengan komunikatif. b. Proses Siswa melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan fungsi larutan penyangga kemudian mempresentasikannya di depan kelas. 2. Psikomotorik Melalui diskusi kelas siswa mampu menyajikan presentasi, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan pendapat.

205 Afektif Pada saat diberi tugas dan melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kreatif, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI Fungsi Larutan Penyangga Di dalam tubuh manusia terjadi reaksi kimia yang dipercepat oleh enzim tertentu. Enzim akan bekerja efektif pada ph tertentu. Untuk mempertahankan nilai ph agar reaksi kimia tidak terganggu, tubuh dilengkapi dengan sistem larutan penyangga. Dalam keadaan normal, darah manusia mempunyai ph antara 7,35 7,45. Nilai ph tersebut dipertahankan oleh tiga larutan penyangga, yaitu larutan penyangga karbonat, hemoglobin, dan oksihemoglobin. Larutan penyangga lain yang ada dalam tubuh manusia adalah larutan penyangga fosfat yang terdapat dalam sel dan kelenjar ludah. Larutan penyangga fosfat merupakan campuran antara H 2 PO 4 - dan basa konjugasinya HPO Larutan penyangga juga berfungsi dalam bidang industri. Dalam industri obat-obatan, terutama obat tetes mata, obat suntik dan infus, phnya harus disesuaikan dengan ph cairan tubuh, agar saat dipakai tidak menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi Media Pembelajaran : Lembar diskusi siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No. Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 10 menit 1. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). 2. Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). 3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. 4. Siswa ditanya mengapa ph cairan tubuh tidak berubah ketika seseorang minum inuman yang bersifat asam. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.

206 188 B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Alokasi Waktu Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menyampaikan peraturan tata cara diskusi kelas yang akan dilaksanakan. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa dalam melakukan diskusi Guru meminta siswa untuk menyajikan presentasi yang telah dipersiapkan oleh 10 menit masing-masing kelompok secara kreatif melalui diskusi panel. Elaborasi 30 menit Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar 1. Siswa melakukan diskusi panel dengan komunikatif dan disiplin (tepat waktu). 2. Guru membimbing dan mengatur jalannya diskusi serta meminta siswa yang lain untuk mencatat hal-hal yang penting pada lembar diskusi dengan teliti. Konfirmasi 30 menit Fase 5 : Evaluasi 1. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang disajikan oleh kelompok lain dan kelompok yang menyajikan presentasi diminta untuk menjawabnya 2. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang tepat dengan memberikan penjelasan mengenai fungsi larutan penyangga tanpa menggunakan media presentasi. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling baik dalam menyajikan presentasi. C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal di LKS yang telah dimiliki oleh siswa. 10 menit VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. LKS 2. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga

207 189 IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, Tugas Jenis Tagihan : Tugas kelompok Instrumen : Lembar diskusi siswa 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Purba, Michael Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Guru Mata Pelajaran, Jatisrono, April 2013 Guru Praktikan, Dra. Endang Sunarsih, M.Pd Fitria NIP NIM

208 Lampiran LEMBAR KERJA SISWA Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Pertemuan : Larutan Penyangga : Pengertian larutan penyangga, Komponen larutan penyangga : XI / 2 (dua) : I (Pertama) A. Tujuan Percobaan a. Menganalisis sifat larutan penyangga dan bukan penyangga pada penambahan sedikit asam, basa, atau pengenceran b. Menjelaskan pengertian larutan penyangga c. Mengidentifikasi komponen larutan penyangga B. Teori 1. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga disebut juga larutan dapar atau larutan buffer yaitu larutan yang berfungsi mempertahankan harga ph larutan dari suatu perubahan ph larutan. Jika larutan penyangga sedikit diencerkan, ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat maka tidak terjadi perubahan ph yang signifikan, sehingga perubahan phnya dapat diabaikan. 2. Komponen Larutan Penyangga a. Larutan Penyangga Asam Komponen larutan penyangga asam adalah larutan asam lemah dan basa konjugasinya. b. Larutan Penyangga Basa Komponen larutan penyangga basa adalah larutan basa lemah dan asam konjugasinya. C. Alat dan Bahan Alat: - Indikator universal - Tabung reaksi (4 buah) dan rak - Pipet volume atau gelas ukur 10 ml - Gelas kimia 100 ml (1 buah) - Pipet tetes (4 buah) Bahan: - Larutan NaCl 0,1 M - larutan HCl 0,1 M - larutan NaOH 0,1 M - larutan CH 3 COOH 0,1 M - Larutan CH 3 COONa 0,1 M - larutan NH 3 0,1 M - larutan NH 4 Cl 0,1 - akuades

209 191 D. Prosedur Percobaan 1. a. Buat larutan A dengan memasukkan 5 ml H 2 O ke dalam tabung reaksi. Berilah 1 lembar indikator universal. Catat harga ph nya. Bagilah larutan menjadi 2 lalu masukkan ke dalam tabung reaksi. b. Ke dalam tabung reaksi I, tambahakan 2 tetes NaOH 0,1 M. Catat harga ph nya. c. Ke dalam tabung reaksi II, tambahkan 2 tetes HCl 0,1 M. Catat harga ph nya. 2. a. Buat larutan B dengan memasukkan ke dalam tabung reaksi 2 ml CH 3 COOH 0,1 M + 2 ml CH 3 COONa 0,1 M. b. Amati dan catat phnya dengan menggunakan indikator universal, kemudian larutan dibagi menjadi 2 buah tabung reaksi. c. Ke dalam tabung reaksi I, tambahkan 2 tetes NaOH 0,1 M. Kemudian amati dan catat phnya dengan menggunakan indikator universal. d. Ke dalam tabung reaksi II, tambahkan 2 tetes HCL 0,1 M. Kemudian amati dan catat phnya dengan menggunakan indikator universal. 3. a. Buat larutan C dengan memasukkan ke dalam tabung reaksi 2 ml Larutan NH 3 atau NH 4 OH 0,1 M + 2 ml NH 4 Cl 0,1 M. b. Amati dan catat phnya dengan menggunakan indikator universal, kemudian larutan dibagi menjadi 2 buah tabung reaksi. c. Ke dalam tabung reaksi I, tambahkan 2 tetes NaOH 0,1 M. Kemudian amati dan catat phnya dengan menggunakan indikator universal. d. Ke dalam tabung reaksi II, tambahkan 2 tetes HCL 0,1 M. Kemudian amati dan catat phnya dengan menggunakan indikator universal. E. Hasil Pengamatan a. ph H 2 O Ditambah NaOH Ditambah HCl Mula-mula - - Campuran - b. ph CH 3 COOH + Ditambah NaOH Ditambah HCl CH 3 COONa Mula-mula - - Campuran - c. ph Larutan NH 3 Ditambah NaOH Ditambah HCl (NH 4 OH) + NH 4 Cl Mula-mula - - Campuran - F. Bahan Diskusi 1. Dari ketiga campuran larutan (larutan A, larutan B dan larutan C), manakah yang merupakan sistem penyangga? 2. Sebutkan sifat-sifat larutan penyangga berdasarkan percobaan!

210 Dari percobaan yang telah dilakukan, simpulkanlah pengertian larutan penyangga dengan menggunakan bahasamu sendiri! 4. Larutan penyangga terdiri dari asam lemah dengan basa konjugasinya (basa lemah dengan asam konjugasinya). Dari larutan penyangga yang digunakan pada percobaan di atas, masing-masing sebutkanlah manakah pasangan larutan yang merupakan asam lemah dengan basa konjugasinyaserta manakah pasangan larutan yang merupakan basa lemah dengan asam konjugasinya 5. Dari ketiga larutan (larutan A, larutan B dan larutan C), manakah yang termasuk larutan penyangga asam dan manakah larutan yang termasuk larutan penyangga basa? KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA SISWA A. Hasil Pengamatan a. ph H 2 O Ditambah NaOH Ditambah HCl Mula-mula Campuran b. ph CH 3 COOH + Ditambah NaOH Ditambah HCl CH 3 COONa Mula-mula Campuran c. ph Larutan NH 3 Ditambah NaOH Ditambah HCl (NH 4 OH) + NH 4 Cl Mula-mula Campuran B. Bahan Diskusi 1. Dari ketiga campuran larutan (larutan A, larutan B dan larutan C), manakah yang merupakan sistem penyangga? Jawaban: yang merupakan sistem penyangga adalah larutan B (CH 3 COOH + CH 3 COONa) dan larutan C (Larutan NH 3 (NH 4 OH) + NH 4 Cl) karena kedua larutan tersebut dapat mempertahankan harga ph ketika ditambah NaOH maupun HCl. 2. Sebutkan sifat-sifat larutan penyangga berdasarkan percobaan! Jawaban: berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka sifat-sifat larutan penyangga adalah :

211 193 a. dapat mempertahankan harga ph ketika ditambah asam kuat b. dapat mempertahankan harga ph ketika ditambah asam kuat 3. Dari percobaan yang telah dilakukan, simpulkanlah pengertian larutan penyangga dengan menggunakan bahasamu sendiri! Jawaban: Larutan penyangga merupakan campuran larutan yang berfungsi untuk mempertahankan harga ph. Jika ke dalam larutan penyangga ditambahkan sedikit asam lemah atau basa lemah maka ph larutan tidak mengalami perubahan yang berarti. 4. Larutan penyangga terdiri dari asam lemah dengan basa konjugasinya (basa lemah dengan asam konjugasinya). Dari larutan penyangga yang digunakan pada percobaan di atas, masing-masing sebutkanlah manakah pasangan larutan yang merupakan asam lemah dengan basa konjugasinyaserta manakah pasangan larutan yang merupakan basa lemah dengan asam konjugasinya! Jawaban: berdasarkan percobaan yang dilakukan, larutan yang merupakan larutan penyangga adalah larutan B dan larutan C a. Larutan B Asam lemah = CH 3 COOH Basa konjugasi = CH 3 COO - CH 3 COOH (aq) CH 3 COO - (aq) + H + (aq) b. Larutan C Basa lemah = Larutan NH 3 (NH 4 OH) + Asam konjugasi = NH 4 NH 3 (g) + H 2 O (l) NH 4 OH (aq) 5. Dari ketiga larutan (larutan A, larutan B dan larutan C), manakah yang termasuk larutan penyangga asam dan manakah larutan yang termasuk larutan penyangga basa? Jawaban: larutan penyangga asam adalah larutan B (CH 3 COOH + CH 3 COONa) dan larutan penyangga basa adalah larutan C (Larutan NH 3 atau NH 4 OH + NH 4 Cl) C. Penilaian (Scoring) a. Hasil pengamatan Terdapat 9 kolom kosong yang harus diisi oleh siswa. Masing-masing kolom diberi skor 10. Nilai maksimal = 9 x 10 9 = 10 b. Hasil diskusi Ada 5 soal, setiap soal memiliki skor 2, dijawab tetapi salah diberi skor 0,5. Nilai maksimal = 5 x 2 = 10 Nilai Total = nilai hasil pengamatan+nilai hasil diskusi 2

212 194 LEMBAR DISKUSI SISWA Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Pertemuan : Larutan Penyangga : Cara pembuatan larutan penyangga, ph larutan penyangga, Kapasitas larutan penyangga : XI / 2 (dua) : II (Kedua) ml larutan NaOH 0,2 M dicampur dengan 100 ml larutan CH 3 COOH 0,4 M (Ka = 10-5 ). a. Apakah campuran larutan tersebut membentuk larutan penyangga? b. Hitung ph masing-masing larutan sebelum dicampur! c. Hitung ph larutan setelah dicampur! 2 Ada Suatu larutan yang terdiri atas 100 ml NH 3(aq) 0,01 M (Kb = 10-5 ) dan 100 ml NH 4 Cl 0,002 M. Berapa ph larutan penyangga-nya ya.??? 3 Gelas kimia 1 berisi larutan HCOOH 0,2 M dan gelas kimia 2 berisi larutan (HCOO) 2 Ba 0,3 M. tentukan perbandingan volume gelas kimia 1 dan gelas kimia 2 untuk menghasilkan ph larutan penyangga = 4! (Ka HCOOH = 2 x 10-4 )

213 195 4 Sebanyak 3,4 gram gas NH 3 dilarutkan dalam 1 L air. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5,35 gram garam salmiak (NH 4 Cl). Tentukan ph campuran tersebut! Note : Kb NH 3(aq) = 1,8 x 10-5 ; Ar N = 14; Cl = 35,5; O = 16; dan H = 1. 5 Jika ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 0,001 mol NaCH 3 COO (Ka = 1 x 10-5 ) dan 0,2 mol CH 3 COOH dalam 1 liter larutan ditambahkan larutan HCl 0,05 M sebanyak 10 ml maka tidak akan menyebabkan perubahan ph yang berarti karena campuran terrsebut masih berada dalam kapasitas penyangga. Benar atau salah ya pernyataan tersebut?????

214 196 KUNCI JAWABAN LEMBAR DISKUSI SISWA ml larutan NaOH 0,2 M dicampur dengan 100 ml larutan CH 3 COOH 0,4 M (Ka=10-5 ). CH 3 COOH(aq) + NaOH(aq) CH 3 COONa(aq) 40 mmol 20 mmol 100 mmol -20 mmol -20 mmol +20 mmol 20 mmol mmol c. Campuran kedua larutan dapat membentuk larutan penyangga karena ada sisa asam lemah dan basa konjugasi dari garamnya di akhir reaksi dengan perbandingan 1: 6 (masih dalam kapasitas penyangga). d. ph NaOH: [OH - ] = 0,2 M poh = 1 log 2 ph = 14 (1 log 2) = 13 + log 2 ph CH 3 COOH: [H + ] = Ka x [H + ] = 10-5 x 0,4 = 4 x 10-6 ph = 6 log 4 e. ph setelah dicampur [H + ] = Ka x a g = 10-5 x = 1,67 x 10-5 ph = 5 log 1,67 2. Larutan yang terdiri atas 100 ml NH 3(aq) 0,01 M (Kb = 10-5) dan 100 ml NH 4 Cl 0,002 M. [OH - ] = Kb x b g = 10-5 x 1 0,2 = 5 x 10-5 poh = 5 log 5 ph = 14 (5 log 5) = 9 + log 5 3. Gelas kimia 1 berisi larutan HCOOH 0,2 M dan gelas kimia 2 berisi larutan (HCOO) 2 Ba 0,3 M. tentukan perbandingan volume gelas kimia 1 dan gelas kimia 2 untuk menghasilkan ph larutan penyangga = 4! (Ka HCOOH = 2 x 10-4 ) ph = 4 [H + ] = 10-4 [H + ] = Ka x a g 10-4 = 2 x 10-4 x x = 0,5

215 197 Perbandingan mol HCOOH dengan HCOO - adalah 1 : 2, misalnya mol HCOOH adalah 1 mol maka mol HCOO - adalah 2 mol. Karena garam (HCOO) 2 Ba mengandung 2 HCOO -, maka mol garam (HCOO) 2 Ba adalah 1 mol. Mol HCOOH : mol (HCOO) 2 Ba 1 mol : 1 mol 0,2 M x V 1 : 0,3 M x V 2 V 1 : 1 0,2 V 2 : 1 0,3 Jadi volume HCOOH : volume (HCOO) 2 Ba agar diperoleh ph larutan penyangga = 4 yaitu 3 : Sebanyak 3,4 gram gas NH 3 dilarutkan dalam 1 L air. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5,35 gram garam salmiak (NH 4 Cl). Tentukan ph campuran tersebut! Note : Kb NH 3(aq) = 1,8 x 10-5 ; Ar N = 14; Cl = 35,5 ; O = 16; dan H = 1. [NH 3 ] = gr x 1000 Mr ml = 3,4 x = 0,2 M Mol NH 3 = M x L = 0,2 x 1 = 0,2 mol Mol NH 4 Cl = gr Mr = 5,35 53,5 = 0,1 mol [OH - ] = Kb x b g = 1,8 x 10-5 x 0,2 0,1 = 3,6 x 10-5 poh = 5 log 3,6 = 4,44 ph = 14 4,44 = 9,56 5. Ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 0,001 mol NaCH 3 COO (Ka = 1 x 10-5 ) dan 0,2 mol CH 3 COOH dalam 1 liter larutan ditambahkan larutan HCl 0,05 M sebanyak 10 ml. ph awal = - log [H + ] [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] = 1 x 10-5 x 0,2 0,001 = 200 x 10-5 = 2 x 10-3 ph awal = 3 log 2 = 2,699 setelah penambahan HCl 1 mmol CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH(aq) 1 mmol 0,5 mmol 200 mmol -0,5 mmol -0,5 mmol +0,5 mmol 0,5 mmol - 200,5 mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ]

216 198 = 1 x 10-5 x 200,5 0,5 = 401 x 10-5 ph akhir = 2,397 Perubahan ph adalah 0,302 (terlalu besar) sehingga tidak bisa diabaikan. Hal ini karena perbandingan asam lemah dengan basa konjugasinya lebih dari 10, sedangkan daerah penyangga itu jika perbandingan asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya antara 0,1 sampai 10. PENILAIAN (SCORING) Skor maksimal tiap soal adalah 2, jika dijawab tetapi salah skor 0,5. Nilai maksimal = 5 x 2 = 10

217 199 LEMBAR DISKUSI SISWA Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Pertemuan : Larutan Penyangga : Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph, ph larutan penyangga dengan sedikit penambahan asam atau basa : XI / 2 (dua) : III (Ketiga) ml asam asetat 0,1 M dicampur dengan 100 ml natrium asetat 0,2 M (Ka= 10-5 ). Jika ph larutan = 5, berapa volume HCl 0,1 M yang harus ditambah? 2. Diketahui campuran 1000 ml larutan CH 3 COOH 0,1 M dan 1000 ml larutan CH 3 COONa 0,1 M (Ka=1,8x10-5 ). Tentkan ph larutan setelah ditambah 20 ml NaOH 0,05 M! 3. Diketahui campuran 500 ml asam asetat 0,1 M dan 500 ml natrium asetat 0,1 M dengan Ka=10-5. a. Tentukan ph campuran! b. Tentukan ph campuran setelah ditambah 5 ml asam klorida 0,1 M! c. Tentukan ph campuran setelah ditambah 5 ml NaOH 0,1 M! KUNCI JAWABAN SOAL DISKUSI SISWA 1. ph = 5 [H + ] = 1 x 10-5 Misal volume HCl adalah x CH 3 COO - + H + CH 3 COOH 100mL x 0,2 M 0,1x 100mL x 0,1M M : 20 mmol 0,1x mmol 10 mmol R : -0,1x mmol -0,1x mmol +0,1x mmol S : 20-0,1x mmol ,1x mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] 1 x 10-5 = 1 x 10-5 x [CH 3 COO ] (10+0,1x) mmol (20 0,1x) mmol 10+0,1x mmol 1 = 20 0,1x mmol 20-0,1x = ,1x = 0,1x+0,1x 10 = 0,2 x x = 5 volume HCl 0,1 M yang harus ditambahkan adalah 5 ml. 2. Ion OH - akan bereaksi dengan asam lemah CH 3 COOH

218 200 CH 3 COOH + OH - CH 3 COO - + H 2 O M : 100 mmol 1 mmol 100 mmol R : -1 mmol -1 mmol +1 mmol S : 99 mmol mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] 99 mmol = 1,8 x 10-5 x = 1,76 x 10-5 ph = 5 log 1, mmol 3. n CH3COOH = 0,1 M x 500 ml = 50 mmol n CH3COO - = 0,1 M x 500 ml = 50 mmol a. [H + ] = Ka x [CH 3COOH] = 10-5 x = 10-5 ph = 5 [CH 3 COO ] 50 mmol 50 mmol b. CH 3 COO - + H + CH 3 COOH M: 50 mmol 0,5 mmol 50 mmol R: -0,5 mmol -0,5 mmol +0,5 mmol S: 49,5 mmol - 50,5 mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] 50,5 mmol = 10-5 x 49,5 mmol = 1,02 x 10-5 ph = 5 log 1,02 = 5 0,0086 = 4,9914 c. CH 3 COOH + OH - CH 3 COO - + H 2 O M: 50 mmol 0,5 mmol 50 mmol R: -0,5 mmol -0,5 mmol +0,5 mmol S: 49,5 mmol - 50,5 mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] 49,5 mmol = 10-5 x 50,5 mmol = 0,98 x 10-5 = 9,8 x 10-6 ph = 6 log 9,8 = 6 0,99 = 5,01 PENILAIAN (SCORING) Skor maksimal soal nomor 1 dan 2 adalah 4, soal nomor 3 memiliki skor maksimal 12, setiap option memiliki skor 4. Jika dijawab tetapi salah skor 0,5. Nilai maksimal = (5 x 4) : 2 = 10

219 201 LEMBAR DISKUSI SISWA Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Pertemuan : Larutan Penyangga : Fungsi larutan penyangga : XI / 2 (dua) : IV (Keempat) 1. Fungsi Larutan Penyangga pada Tubuh No. Fungsi bagi Tubuh Komponen Larutan Penyangga Asam lemah / basa lemah Basa konjugasi / Asam konjugasi 2. Fungsi Larutan Penyangga dalam Bidang Industri No. Bidang Industri Fungsinya

220 202 KUNCI JAWABAN LEMBAR DISKUSI SISWA 1. Fungsi Larutan Penyangga pada Tubuh No. Fungsi bagi Tubuh 1. Mempertahankan ph darah 2. Mempertahankan ph darah 3. Mempertahankan ph darah 4. Mempertahankan ph dalam sel dan kelenjar ludah Komponen Larutan Penyangga - H 2 CO 3 dan HCO 3 Hemoglobin (HHb) dan ion hemoglobin (Hb - ) Oksihemoglobin (HHbO 2 ) dan ion oksihemoglobin (HbO - 2 ) 2- H 2 PO 4 dan HPO 4 Asam lemah / basa lemah Asam lemah: H 2 CO 3 Asam lemah: Hemoglobin (HHb) Asam lemah: Oksihemoglobin (HHbO 2 ) Asam lemah: H 2 PO 4 Basa konjugasi / Asam konjugasi Basa konjugasi: - HCO 3 Basa konjugasi: ion hemoglobin (Hb - ) Basa konjugasi: ion oksihemoglobin (HbO - 2 ) Basa konjugasi: 2- HPO 4 2. Fungsi Larutan Penyangga dalam Bidang Industri No. Bidang Industri Fungsinya 1. Obat tetes mata Menjaga ph obat tetes mata agar tetap sesuai dengan ph mata, sehingga tidak menyebabkan iritasi pada mata saat dipakai. 2. Cairan infus Menjaga ph cairan infus agar tetap sesuai dengan cairan tubuh sehingga tubuh dapat terhindar dari asidosis maupun alkalosis. 3. Minuman fermentasi Menjaga ph minuman fermentasi agar bakteri di dalam minuman tetap hidup. PENILAIAN (SCORING) Minimal dapat mengisi 5 fungsi larutan penyangga, masing-masing fungsi diberi skor 2. Nilai maksimal = 5 x 2 = 10

221 Lampiran KISI-KISI SOAL UJI COBA Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XI / 2 Standar kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. Kompetensi dasar : 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Indikator Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan logis dan teliti. Menghitung ph atau poh larutan penyangga dengan teliti. Tujuan 1. Siswa mampu menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan teliti. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan penyangga secara logis. 3. Siswa dapat mengidentifikasi komponen larutan penyangga dengan teliti. 4. Siswa dapat menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga dengan benar. 1. Siswa mampu menghitung ph atau poh larutan penyangga dengan teliti. 2. Siswa dapat mengaplikasikan kapasitas Jenjang Soal C1 C2 C3 C4 C5 No.6 No.10 No.21 No. 2 No. 18 No. 28 No.1 No.27 No.13 No. 24 No.4 No.15 No. 16 No. 19 No. 22 No. 20 No. 23 No.3 No. 9 Kunci Jawaban Salah Salah Salah Benar Salah Salah Salah Salah Salah Salah Salah Benar Salah Benar Benar Salah Benar Salah Salah

222 204 Menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti. Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga melalui perhitungan ph dengan teliti. 1. Siswa mampu menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti, kreatif, dan komunikatif. 2. Siswa dapat menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph ketika ditambah sedikit asam atau sedikit basa dengan tepat. 1. Melalui diskusi kelas, siswa mampu menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. 2. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam bidang industri dengan komunikatif. No.8 No.5 No. 25 No.29 No. 14 No. 30 No. 11 No. 12 No.7 No. 26 No. 17 Salah Salah Salah Benar Benar Benar Salah Salah Salah Salah Salah Persentase Soal 6,67% 30% 40% 20% 3,33%

223 Lampiran LEMBAR SOAL UJI COBA Mata Pelajaran : Kimia Kelas : XII IA Materi Pokok : Larutan Penyangga Waktu : 90 menit Hari/ Tanggal : Selasa, 26 Februari 2013 Tahun Pelajaran : 2012/2013 Petunjuk Umum: 1. Kerjakan soal pada lembar jawaban yang sudah tersedia. 2. Tulis nama, kelas dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia. 3. Kerjakan soal yang dianggap paling mudah terlebih dahulu. Petunjuk khusus: Beri tanda silang huruf B pada lembar jawaban jika pernyataan benar dan beri tanda silang huruf S pada lembar jawaban jika pernyataan salah. Jawaban harus disertai dengan alasan Anda memilih jawaban tersebut. Contoh: Besarnya ph larutan asam adalah lebih besar dari 7. (Pernyataan salah) Jawaban: B S Alasan: ph larutan asam kurang dari 7. SOAL 1. Larutan penyangga hanya dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan garamnya. 2. Campuran antara larutan NH 3 dengan larutan (NH 4 ) 2 SO 4 bersifat penyangga basa. 3. Jika ke dalam 1 L larutan penyangga yang terdiri dari 0,002 mol NaCH 3 COO dan 0,1 mol CH 3 COOH (Ka = 1 x 10-5 ), ditambahkan larutan HCl 0,1 M sebanyak 10 ml maka tidak akan menyebabkan perubahan ph yang berarti karena campuran tersebut masih berada dalam kapasitas penyangga. 4. Untuk membuat larutan penyangga yang mempunyai ph = 9, ke dalam 10 ml larutan NH 4 OH 0,5 M (Kb = 10-5 ), harus ditambah larutan (NH 4 ) 2 SO 4 1 M sebanyak 5 x 10 4 ml.

224 Penyangga I : terdiri dari 0,1 mol CH 3 COOH dan 0,1 mol NaCH 3 COO dalam 1 liter larutan. Penyangga II : terdiri dari 0,01 mol CH 3 COOH dan 0,01 mol NaCH 3 COO dalam 1 liter. Jika ke dalam masing-masing larutan penyangga ditambahkan 10 ml larutan HCl 0,1 M maka perubahan ph pada larutan penyangga II lebih kecil daripada perubahan ph pada larutan penyangga I. 6. Diketahui: a. Larutan A terbuat dari campuran larutan Na 2 CO 3 dan larutan NaHCO 3. b. Larutan B terbuat dari campuran larutan NaHCO 3 dan H 2 CO 3. c. Larutan C terbuat dari campuran larutan Na 2 CO 3 dan larutan H 2 CO 3. Ketiga larutan di atas merupakan larutan penyangga Dalam kelenjar ludah terdapat larutan penyangga yang terdiri dari campuran H 2 PO 4 dan basa konjugasinya HPO 2-4. Ketika terjadi penambahan asam, ion H + akan dinetralkan oleh H 2 PO - 4 membentuk H 3 PO Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis ketika digunakan. 9. Jika di laboratorium disediakan kristal Ba(OH) 2 sebanyak 8 gram (Mr = 171) dan larutan HCN 0,1 M (Ka = 1 x 10-5 ) sebanyak 2 L, maka kedua zat ini dapat digunakan untuk membuat larutan buffer dengan ph = Larutan penyangga merupakan larutan hasil reaksi antara asam lemah atau basa lemah dengan basa konjugasinya atau asam konjugasinya. 11. Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung basa lemah NH 4 OH (larutan ammoniak) ditambahkan sedikit basa kuat, maka ion OH - yang berasal dari penambahan basa kuat akan bereaksi dengan NH Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung asam lemah CH 3 COOH ditambahkan sedikit basa kuat, maka CH 3 COO - akan bereaksi dengan ion OH - yang berasal dari penambahan basa kuat.

225 Larutan penyangga dengan ph = 5 dapat dibuat dengan mencampurkan sebanyak 100 ml larutan CH 3 COOH 0,2 M (Ka CH 3 COOH = 10-5 ) dengan 100 ml larutan KOH 0,1 M. 14. Jika ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 1000 ml larutan CH 3 COOH 0,1 M (Ka = 1,8 x 10-5 ) dan 1000 ml larutan CH 3 COONa 0,1 M ditambahkan 10 ml HCl 0,15 M, maka selisih ph sebelum penambahan dengan setelah penambahan HCl adalah 4, Seorang siswa melarutkan 107 gram padatan NH 4 Cl ke dalam 22,4 L gas ammonia (STP) yang dialirkan ke dalam 1 L air. Jika diketahui Kb NH 3 = 2 x 10-5 dan Mr NH 4 Cl = 53,5 maka ph yang akan dihasilkan adalah Agar didapat ph 10, maka volume gas ammonia (STP) yang harus dilarutkan ke dalam 110 ml larutan HCl 0,2 M adalah 5,42 L (Diketahui Kb NH 3 = 1x10-5 ). 17. Jika kita minum jus jeruk limau, maka H 2 CO 3 dalam darah akan bereaksi dengan H + yang berasal dari jus tersebut. 18. Asam format (HCOOH) dan asam asetat (CH 3 COOH) keduanya tergolong asam lemah, maka larutan yang mengandung Natrium format dan asam asetat bersifat penyangga. 19. Jika sebanyak 8 gram Kristal NaOH dilarutkan dalam 1 liter larutan HCN 0,3 M (Ka = 2x10-5 ) dan Mr NaOH = 40, maka besarnya ph campuran adalah Untuk menghasilkan ph larutan buffer yang terdiri dari (NH 4 ) 2 SO 4 dan larutan NH 3 dalam air sebesar 9 + log 2, maka ke dalam 20 ml larutan NH 3 0,1 M harus dilarutkan ammonium sulfat (Mr = 132) sebanyak 264 mg. (Diketahui Kb NH 3 = 1x10-5 ) 21 Larutan penyangga merupakan larutan yang berfungsi untuk mempertahankan nilai ph. Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka ph larutan tetap (sama sekali tidak berubah). 22 Sebanyak 3,4 gram gas NH 3 dilarutkan dalam 1 L air. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5,35 gram garam salmiak (NH 4 Cl). ph campuran tersebut adalah 9,56. Catatan: Kb NH 3(aq) = 1,8 x 10-5 ; Ar N = 14; Cl = 35,5; O = 16; dan H = 1.

226 Gelas kimia 1 berisi larutan HCOOH 0,2 M dan gelas kimia 2 berisi larutan (HCOO) 2 Ba 0,3 M. Perbandingan volume gelas kimia 1 dan gelas kimia 2 untuk menghasilkan ph larutan penyangga = 4 adalah 2:3. (Ka HCOOH = 2 x 10-4 ) 24 Campuran antara larutan CH 3 COOH 0,1 M 100 ml dengan larutan NaOH 0,1 M 100 ml dapat membentuk larutan penyangga. 25 Di dalam darah manusia terdapat larutan penyangga yang berguna untuk mempertahankan ph darah agar tetap berkisar antara 7,35 7,45. Larutan tersebut merupakan campuran antara H 2 CO 3 dan CO ml asam asetat 0,1 M (Ka = 1 x 10-5 ) apabila dicampur dengan 100 ml natrium asetat 0,2 M akan membentuk larutan penyangga. Jika ph larutan penyangga akan dibuat menjadi 5, maka volume HCl 0,1 M yang harus ditambahkan adalah 50 ml. 27 Campuran antara NH 4 OH dengan H 2 SO 4 dapat membentuk larutan penyangga dengan catatan mol H 2 SO 4 harus lebih besar daripada mol NH 4 OH. 28 Campuran antara larutan Na 2 (CO 3 ) dengan larutan H 2 CO 3 merupakan larutan penyangga asam. 29 Campuran antara 10 ml larutan NH 3 0,1 M dengan 1 ml larutan NH 4 Br 0,01 M efektif untuk mempertahankan ph larutan karena merupakan larutan penyangga. 30 Diketahui campuran antara 500 ml asam asetat 0,1 M dengan 500 ml natrium asetat 0,1 M (Ka CH 3 COOH = 10-5 ). ph campuran tersebut setelah ditambah 5 ml NaOH 0,1 M adalah 5 log 0,98.

227 Lampiran KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA 1. B S Alasan: Larutan penyangga juga dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa kuat ataupun basa lemah dengan asam kuat dengan catatan jumlah mol asam/basa lemah lebih banyak daripada basa/asam kuat, sehingga di akhir reaksi yang tersisa adalah asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya. 2. B S Alasan: Larutan NH 3 dalam air dapat diberi lambang NH 4 OH(aq) yang merupakan basa lemah. Garam (NH 4 ) 2 SO 4 apabila terionisasi menghasilkan ion NH 4 + dan SO NH 4 + merupakan asam konjugasi dari basa lemah NH 4 OH. Dengan demikian campuran dari kedua larutan tersebut mengandung basa lemah dan asam konjugasinya, sehingga bersifat penyangga basa. 3. B S Alasan: ph = - log [H + ] [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] = 1 x 10-5 x = 50 x 10-5 ph awal = 3,301 Setelah penambahan HCl 1 mmol CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH(aq) M: 2 mmol 1 mmol 100 mmol R: -1 mmol -1 mmol +1 mmol S: 1 mmol mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] = 1 x 10-5 x = 101 x 10-5 ph akhir = 2,996 Perubahan ph terlalu besar sehingga tidak bisa diabaikan. Hal ini karena perbandingan asam lemah dengan basa konjugasinya adalah 50, sedangkan daerah penyangga hanya jika perbandingan asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya antara 0,1 sampai 10.

228 B Alasan: S ph = 9 poh = 5 [OH - ] = 10-5 [OH - ] = Kb x [NH 4OH] [NH 4 + ] 10-5 = 10-5 x 5 mmol [NH 4 + ] [NH 4 + ] = 5 mmol + 2- (NH 4 ) 2 SO 4 2NH 4 + SO 4 2,5 mmol ~ 5 mmol ~ 5 mmol Jadi seharusnya ditambah larutan (NH 4 ) 2 SO 4 1 M sebanyak 2,5 ml. 5. B S Alasan: Semakin banyak jumlah mol komponen penyangga, semakin besar kemampuannya mempertahankan ph. Jadi ketika kedua larutan penyangga ditambah dengan larutan HCl maka perubahan ph pada larutan penyangga II lebih besar daripada perubahan ph pada larutan penyangga I karena jumlah mol komponen penyangganya lebih sedikit. 6. B S Alasan: a. Larutan A marupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah HCO - 3 dan basa konjugasinya CO 2-3. b. Larutan B merupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah H 2 CO 3 dan basa konjugasinya HCO c. Larutan C bukan merupakan larutan penyangga karena CO 3 bukan merupakan basa konjugasi dari asam lemah H 2 CO B S Alasan: - H 2 PO 4 Asam lemah HPO 4 2- basa konjugasi + H +

229 211 Jika terjadi penambahan asam, maka ion H + konjugasi, yaitu HPO 2-4 menghasilkan H 2 PO - 4. akan bereaksi dengan basa 8. B S Alasan: Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan iritasi pada mata ketika digunakan. 9. B S Alasan: 2HCN(aq) + Ba(OH) 2 (aq) Ba(CN) 2 (aq)+2h 2 O(l) 0,2 mol x mol 2x mol x mol x mol (0,2-2x) mol - x mol ph = 5 [H + ] = 10-5 [H + ] = Ka x [HCN] 10-5 = 10-5 x [CN ] 0,2 2x mol 2x mol x = 0,05 mol Ba(OH) 2 = 0,05 mol Massa Ba(OH) 2 = 0,05 x 171 = 8,55 gram Jika di laboratorium hanya tersedia 8 gr Ba(OH) 2, maka tidak cukup untuk membuat larutan buffer dengan ph B S Alasan: Larutan penyangga merupakan campuran antara asam lemah atau basa lemah dengan basa konjugasinya atau asam konjugasinya. Jadi keduanya tidak bereaksi. 11. B S Alasan: Basa (ion OH - ) bereaksi dengan asam konjugasi NH 4 + membentuk NH 3 + H 2 O atau NH 4 OH. 12. B S Alasan: Ion OH - yang berasal dari penambahan basa kuat bereaksi dengan asam lemah CH 3 COOH membentuk CH 3 COO - dan H 2 O.

230 B S Alasan: CH 3 COOH(aq)+KOH (aq) KCH 3 COO(aq)+ H2O 20 mmol 10 mmol -10 mmol -10 mmol +10 mmol 10 mmol - 10 mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] = 1 x 10-5 x = 1 x 10-5 ph = B S Alasan: ph awal = - log [H + ] [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] = 1,8 x 10-5 x = 1,8 x 10-5 ph awal = 4,74 Setelah penambahan HCl 1 mmol CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH(aq) M: 100 mmol 5 mmol 100 mmol R: -1,5 mmol -1,5 mmol +1,5 mmol S: 98,5 mmol - 101,5 mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] = 1,8 x 10-5 x 101,5 98,5 = 1,85 x 10-5 ph = 4,73 Selisih ph = 4,74 4,73= 0, B S Alasan: Mol NH 4 Cl = ,5 = 2 mol Mol NH 3 = [OH - ] 22,4 L 22,4 mol /L = 1 mol = Kb x [NH 4OH] [NH 4 + ]

231 213 poh = 5 ph = 9 = 2 x 10-5 x 1 2 = B S Alasan: NH 4 OH(aq) + HCl (aq) NH 4 Cl(aq)+ H 2 O 241,9 mmol 22 mmol -22 mmol -22 mmol +22 mmol 219,9 mmol - 22 mmol [OH - ] = Kb x [NH 4OH] [NH 4 + ] = 1 x 10-5 x 219,9 22 = x 10-5 poh = 4 ph = B S Alasan: Jus jeruk limau bersifat asam, berarti di dalam darah terjadi penambahan ion H +. Untuk menjaga ph darah, maka ion H + akan bereaksi dengan basa konjugasi HCO 3 - membentuk H 2 CO B S Alasan: Larutan yang mengandung natrium format dan asam asetat tidak bersifat penyangga, karena ion format bukan merupakan basa konjugasi dari asam asetat. 19. B S Alasan: NaOH(aq) + HCN(aq) NaCN(aq)+ H 2 O M :0,2 mol 0,3 mol R :-0,2 mol -0,2 mmol +0,2 mmol S : - 0,1 0,2 mmol [H + ] = Ka x [HCN] [CN ] = 2 x 10-5 x 0,1 0,2 = 1 x 10-5 ph = 5

232 B S Alasan: ph = 9 + log 2 poh = 5 log 2 [OH - ] = 2 x 10-5 [OH - ] = Kb x [NH 4OH] [NH + 4 ] 2 x 10-5 = 1 x 10-5 x 2 mmol x x = 1 mmol Berarti mol (NH 4 ) 2 SO 4 adalah 0,5 mmol 0,5 mmol = gr Mr 0,5 mmol = gr 132 gr = 66 mg 21. B S Alasan: Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka ph larutan tidak berubah secara signifikan dan dapat diabaikan. 22. B S Alasan: [NH 3 ] = gr x 1000 Mr ml = 3,4 x = 0,2 M Mol NH 3 = M x L = 0,2 x 1 = 0,2 mol Mol NH 4 Cl = gr Mr = 5,35 53,5 = 0,1 mol [OH - ] = Kb x b g = 1,8 x 10-5 x 0,2 0,1 = 3,6 x 10-5 poh = 5 log 3,6 = 4,44 ph = 14 4,44 = 9,56

233 B Alasan: S ph = 4 [H + ] = 10-4 [H + ] = Ka x a g 10-4 = 2 x 10-4 x x = 0,5 Perbandingan mol HCOOH dengan HCOO - adalah 1 : 2, misalnya mol HCOOH adalah 1 mol maka mol HCOO - adalah 2 mol. Karena garam (HCOO) 2 Ba mengandung 2 HCOO -, maka mol garam (HCOO) 2 Ba adalah 1 mol. Mol HCOOH : mol (HCOO) 2 Ba 1 mol : 1 mol 0,2 M x V 1 : 0,3 M x V 2 V 1 : 1 0,2 V 2 : 1 0,3 Jadi volume HCOOH : volume (HCOO) 2 Ba agar diperoleh ph larutan penyangga = 4 yaitu 3 : B S Alasan: Campuran antara larutan CH 3 COOH 0,1 M 100 ml dengan larutan NaOH 0,1 M 100 ml tidak dapat membentuk larutan penyangga karena jumlah mol dari kedua larutan adalah sama yaitu 10 mmol yang akan habis bereaksi membentuk garam, sehingga di akhir reaksi tidak ada sisa asam lemah dan basa konjugasinya. 25. B S Alasan: Larutan penyangga yang ada di dalam darah manusia merupakan campuran antara larutan H 2 CO 3 dan HCO B S Alasan: CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH(aq) M: 20 mmol 0,1x mmol 10 mmol R: -0,1x mmol -0,1x mmol +0,1x mmol S: 20 0,1x mmol ,1x mmol ph = 5 [H + ] = 10-5

234 216 [H + ] = Ka x mmol asam lema h mmol basa konjugasi 10+0,1 x 10-5 = 10-5 x 20 0,1 x 20 0,1 x = ,1 x x = 50 Jadi volume HCl adalah 50 ml. 27. B S Alasan: Campuran antara NH 4 OH dengan H 2 SO 4 dapat membentuk larutan penyangga dengan catatan mol H 2 SO 4 harus lebih kecil daripada mol NH 4 OH agar di akhir reaksi terdapat sisa basa lemah dan asam konjugasinya. 28. B S Alasan: Campuran antara larutan Na 2 (CO 3 ) dengan larutan H 2 CO 3 bukan merupakan larutan penyangga karena Na 2 (CO 3 ) bukan basa konjugasi dari H 2 CO 3. Basa konjugasi dari H 2 CO 3 adalah NaHCO B S Alasan: Campuran antara 10 ml larutan NH 3 0,1 M dengan 1 ml larutan NH 4 Br 0,01 M tidak efektif untuk mempertahankan ph larutan karena perbandingan mol antara basa lemah dengan asam konjugasinya sudah tidak berada pada daerah penyangga, yaitu sebesar 1 : B S Alasan: CH 3 COOH(aq) + OH - (aq) CH 3 COO - (aq)+h 2 O (l) M: 50 mmol 0,5 mmol 50 mmol R: -0,5 mmol -0,5 mmol +0,5 mmol S: 49,5 mmol - 50,5 mmol [H + mmol asam lema h ] = Ka x mmol basa konjugasi [H + ] = 10-5 x 49,5 50,5 [H + ] = 0,98 x 10-5 ph = 5 log 0,98

235 Lampiran KRITERIA PENILAIAN SOAL UJI COBA No. Jawaban Siswa Skor 1. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Larutan penyangga hanya dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa konjugasinya (garamnya) atau basa lemah dengan asam konjugasinya (garamnya). Larutan penyangga dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa kuat ataupun basa lemah dengan asam kuat tanpa memberi catatan bahwa mol asam lemah atau basa lemah harus lebih banyak. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 2. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Campuran antara larutan NH 3 dengan larutan (NH 4 ) 2 SO 4 bersifat penyangga asam. Bersifat penyangga apabila dibuat dengan mencampurkan larutan NH 3 dengan larutan NH + 4. Jawaban salah, alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 3. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penambahan HCl tidak menyebabkan perubahan ph yang berarti karena larutan penyangga berfungsi untuk mempertahankan ph. Tidak terjadi perubahan ph yang berarti karena penambahan HCl hanya sedikit. Tidak terjadi perubahan ph yang berarti karena larutan penyangga yang dibuat masih dalam kapasitas larutan penyangga. Cara penyelesaian soal benar dan urut tetapi perhitungan salah. Jawaban benar, alasan hanya menyebutkan bahwa larutan tersebut berada di luar kapasitas penyangga. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 4. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Mol asam konjugasi [NH + 4 ] dianggap sama dengan mol garam (NH 4 ) 2 SO 4. Rumus poh dianggap sebagai rumus ph. Penggunaan rumus terbalik, yaitu [NH + 4 ] dibagi dengan [NH 4 OH] Jawaban benar, alasan urut tetapi hanya sampai pada perhitungan mol (NH 4 ) 2 SO 4. Cara penyelesaian soal benar dan urut tetapi perhitungan salah. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap

236 Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ketika kedua larutan penyangga ditambah dengan larutan HCl maka perubahan ph pada larutan penyangga I lebih besar daripada perubahan ph pada larutan penyangga II karena jumlah mol komponen penyangga I lebih banyak. Jawaban salah tetapi alasan yang dikemukakan tepat. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 6. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ketiga larutan merupakan larutan penyangga. Larutan A dan C bukan penyangga sedangkan larutan B merupakan larutan penyangga. Larutan B dan C bukan penyangga sedangkan larutan A merupakan larutan penyangga. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 7. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion H + akan bereaksi dengan H 2 PO 4 -. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 8. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Jawaban benar tetapi alasan yang diberikan justru membahas alkalosis dan asidosis. Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis ketika digunakan. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 9. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Dalam penggunaan rumus Ba(OH) 2 dianggap sebagai basa konjugasi dari HCN sehingga tidak direaksikan terlebih dahulu sebelum menggunakan rumus. Penggunaan rumus terbalik, yaitu [CN ] dibagi dengan [HCN] Jawaban benar tetapi ada kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 10. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Larutan penyangga merupakan reaksi antara asam lemah atau basa lemah dengan basa konjugasinya atau asam konjugasinya. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap

237 Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion OH - akan bereaksi dengan NH 4 OH. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 12. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion OH - akan bereaksi dengan CH 3 COO -. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 13. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Tidak direaksikan terlebih dahulu, dalam menggunakan rumus KOH dianggap basa konjugasi dari CH 3 COOH. Rumus ph yang digunakan adalah: [H + ] = Ka x CH 3COO. [CH 3 COOH] Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 14. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penggunaan rumus ph terbalik yaitu [CH 3 COO ] dibagi [CH 3 COOH]. Jawaban benar sampai pada perhitungan ph awal. Pada penentuan ph akhir H + direaksikan dengan CH 3 COOH. Pada penggunaan rumus penentuan ph akhir, mol HCl dianggap mol basa konjugasi dari CH 3 COOH. Hanya menghitung ph setelah penambahan HCl. Sudah menghitung ph awal tetapi lupa tidak dikurangi dengan ph akhir sehingga selisih ph = 4,73. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 15. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Rumus yang digunakan adalah [H + ] = Kb x [NH 4OH] [NH + 4 ] Sehingga didapatkan ph = 5. Penggunaan rumus ph terbalik yaitu mol NH + 4 dibagi dengan mol NH 4 OH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 16. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total

238 220 NH 4 OH tidak direaksikan dengan HCl sehingga dalam penggunaan rumus HCl dianggap sebagai asam konjugasi dari NH 4 OH. Penggunaan rumus ph terbalik yaitu mol NH 4 + dibagi dengan mol NH 4 OH. Rumus yang digunakan adalah [H + ] = Kb x [NH 4OH] [NH 4 + ] Sehingga didapatkan ph = 4. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 17. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion H + akan bereaksi dengan H 2 CO 3. Ion H + akan tidak bereaksi dengan H 2 CO 3 (tanpa memberikan alasan lebih lanjut). Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 18. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Natrium format dan asam asetat adalah pasangan asam basa konjugasi. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 19. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. NaOH tidak direaksikan dengan HCN sehingga dalam penggunaan rumus NaOH dianggap sebagai basa konjugasi dari HCN. Penggunaan rumus ph terbalik yaitu mol CN - dibagi dengan mol HCN. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 20. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penggunaan rumus perhitungan ph terbalik yaitu mol NH + 4 dibagi dengan mol NH 4 OH. Jawaban salah. Alasan salah karena menganggap mol NH + 4 sama dengan mol (NH 4 ) 2 SO 4. Tidak mencari poh terlebih dahulu karena ph dianggap sebagai poh. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 21. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total

239 221 Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka ph larutan tidak berubah karena fungsi larutan penyangga adalah mempertahankan harga ph. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 22. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Kesalahan rumus dalam mencari mol NH 3 dan NH 4 Cl. Penggunaan rumus perhitungan ph terbalik yaitu mol NH + 4 dibagi dengan mol NH 4 OH. Rumus yang digunakan adalah [H + ] = Kb x [NH 4OH] [NH + 4 ] Sehingga didapatkan ph = 5 log 3,6. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 23. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Mol HCOO - dan mol (HCOO) 2 Ba dianggap sama. Penggunaan rumus perhitungan ph terbalik yaitu mol HCOO - dibagi dengan mol HCOOH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 24. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi antara asam lemah dengan basa kuat menghasilkan basa konjugasi dari asam lemah sehingga dapat membentuk larutan penyangga. NaOH adalah basa konjugasi dari CH 3 COOH. Campuran antara larutan CH 3 COOH 0,1 M 100 ml dengan larutan NaOH 0,1 M 100 ml tidak dapat membentuk larutan penyangga (tanpa menyebutkan alasan lebih lanjut). Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 25. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Larutan penyangga yang ada di dalam darah manusia merupakan campuran antara larutan H 2 CO 3 dan CO 2-3 karena CO 2-3 adalah basa konjugasi dari H 2 CO 3. Jawaban salah alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 26. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi yang dituliskan salah, ion H + bereaksi dengan CH 3 COOH. Jawaban salah. Alasan salah karena siswa dalam menggunakan rumus ph terbalik yaitu mol CH 3 COO - dibagi dengan mol

240 222 CH 3 COOH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 27. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Campuran antara NH 4 OH dengan H 2 SO 4 dapat membentuk larutan penyangga dengan catatan mol H 2 SO 4 harus lebih besar. Campuran antara NH 4 OH dengan H 2 SO 4 tidak dapat membentuk larutan penyangga karena H 2 SO 4 bukan asam konjugasi dari NH 4 OH. NH 4 OH adalah basa kuat dan H 2 SO 4 adalah asam kuat. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 28. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Campuran antara larutan Na 2 (CO 3 ) dengan larutan H 2 CO 3 merupakan larutan penyangga karena CO 2-3 dan H 2 CO 3 merupakan pasangan asam lemah dan basa konjugasi. Na 2 (CO 3 ) adalah garam dari H 2 CO 3. Na 2 (CO 3 ) adalah basa kuat dan H 2 CO 3 adalah asam lemah. Campuran antara larutan Na 2 (CO 3 ) dengan larutan H 2 CO 3 bukan merupakan larutan penyangga (tanpa ada alasan lebih lanjut). Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 29. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. + Campuran antara larutan NH 3 dengan larutan NH 4 adalah pasangan basa lemah dan asam konjugasi. Terjadi salah hitung sehingga alasan siswa menjawab salah karena perbandingan konsentrasi NH 3 dengan NH + 4 masih berkisar antara 0,1-10. Campuran antara 10 ml larutan NH 3 0,1 M dengan 1 ml larutan NH 4 Br 0,01 M tidak efektif untuk mempertahankan ph larutan (tanpa menyebutkan alasan lebih lanjut). Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 30. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi yang dituliskan salah, ion OH - bereaksi dengan CH 3 COO -. Penggunaan rumus ph terbalik yaitu mol CH 3 COO - dibagi mol CH 3 COOH. Dalam menggunakan rumus perhitungan [H + ] NaOH dianggap sebagai basa konjugasi dari CH 3 COOH sehingga tidak dituliskan reaksinya terlebih dahulu. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap

241 DATA HASIL UJI COBA SOAL Lampiran No Kode Siswa Skor Setiap Soal UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC Jumlah

242 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC

243 Lampiran ANALISIS DAYA BEDA DAN TINGKAT KESUKARAN SOAL UJI COBA No. Kode Siswa Skor Setiap Soal UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC Jumlah

244 UC UC UC UC UC UC UC UC UC Jumlah Mean P Mean 1 Mean 2 DP Keterangan Daya Beda (DP) Keterangan Tingkat Kesukaran (P) : Baik (0,41-0,70) : Mudah : Cukup (0,21-0,40) : Sedang : Jelek (0,01-0,20) : Sukar

245 ANALISIS RELIABILITAS SOAL UJI COBA Nomor Soal Varian Xi Varians Total Reliabilitas Kategori Reliabilitas sangat tinggi Σ Lampiran

246 Lampiran ANALISIS VALIDITAS SOAL UJI COBA No Kode Siswa X Y Y 2 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC

247 Tidak valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC ΣX ΣX 2 ΣXY ΣY 2418 ΣY r hitung Validitas

248 KISI-KISI SOAL PRE TEST DAN POST TEST Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XI / 2 Standar kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. Kompetensi dasar : 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Indikator Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan logis dan teliti. Menghitung ph atau poh larutan penyangga dengan teliti. Tujuan 1. Siswa mampu menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan teliti. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan penyangga secara logis. 3. Siswa dapat mengidentifikasi komponen larutan penyangga dengan teliti. 4. Siswa dapat menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga dengan benar. 3. Siswa mampu menghitung ph atau poh larutan penyangga dengan teliti. 4. Siswa dapat mengaplikasikan kapasitas Jenjang Soal C1 C2 C3 C4 C5 No.2 No.14 No. 11 No. 19 No. 17 No.9 No. 12 No. 15 No. 13 No. 16 No.1 No. 5 Kunci Jawaban Salah Salah Salah Salah Salah Salah Salah Benar Salah Benar Salah Salah Lampiran

249 231 Menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti. suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga melalui perhitungan ph dengan teliti. 3. Siswa mampu menghitung ph larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti, kreatif, dan komunikatif. No. 8 No. 20 No. 18 Salah Benar Benar Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. 4. Siswa dapat menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan ph ketika ditambah sedikit asam atau sedikit basa dengan tepat. 3. Melalui diskusi kelas, siswa mampu menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. No. 6 No. 7 No.3 No. 10 Benar Salah Salah Salah 4. Melalui diskusi kelas, siswa dapat No.4 menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam bidang industri dengan komunikatif. Persentase Soal 5% 15% 45% 30% 5% Salah

250 Lampiran LEMBAR SOAL POST TEST LARUTAN PENYANGGA Mata Pelajaran : Kimia Kelas : XI IA Materi Pokok : Larutan Penyangga Waktu : 90 menit Hari/ Tanggal : Kamis, 11 April 2013 Tahun Pelajaran : 2012/2013 Petunjuk Umum: 1. Kerjakan soal pada lembar jawaban yang sudah tersedia. 2. Tulis nama, kelas dan nomor absen lembar jawaban yang tersedia. 3. Kerjakan soal yang dianggap paling mudah terlebih dahulu. Petunjuk khusus: Beri tanda silang huruf B pada lembar jawaban jika pernyataan benar dan beri tanda silang huruf S pada lembar jawaban jika pernyataan salah. Jawaban harus disertai dengan alasan Anda memilih jawaban tersebut. Contoh: Besarnya ph larutan asam adalah lebih besar dari 7. (Pernyataan salah) Jawaban: B S Alasan: ph larutan asam kurang dari 7. SOAL 1. Jika ke dalam 1 L larutan penyangga yang terdiri dari 0,002 mol NaCH 3 COO dan 0,1 mol CH 3 COOH (Ka = 1 x 10-5 ), ditambahkan larutan HCl 0,1 M sebanyak 10 ml maka tidak akan menyebabkan perubahan ph yang berarti karena campuran tersebut masih berada dalam kapasitas penyangga. 2. Diketahui: a. Larutan A terbuat dari campuran larutan Na 2 CO 3 dan larutan NaHCO 3. b. Larutan B terbuat dari campuran larutan NaHCO 3 dan H 2 CO 3. c. Larutan C terbuat dari campuran larutan Na 2 CO 3 dan larutan H 2 CO 3. Ketiga larutan di atas merupakan larutan penyangga Dalam kelenjar ludah terdapat larutan penyangga yang terdiri dari campuran H 2 PO 4 dan basa konjugasinya HPO 2-4. Ketika terjadi penambahan asam, ion H + akan dinetralkan oleh H 2 PO - 4 membentuk H 3 PO 4.

251 Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis ketika digunakan. 5. Jika di laboratorium disediakan kristal Ba(OH) 2 sebanyak 8 gram (Mr = 171) dan larutan HCN 0,1 M (Ka = 1 x 10-5 ) sebanyak 2 L, maka kedua zat ini dapat digunakan untuk membuat larutan buffer dengan ph = Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung basa lemah NH 4 OH (larutan ammoniak) ditambahkan sedikit basa kuat, maka ion OH - yang berasal dari penambahan basa kuat akan bereaksi dengan NH Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung asam lemah CH 3 COOH ditambahkan sedikit basa kuat, maka CH 3 COO - akan bereaksi dengan ion OH - yang berasal dari penambahan basa kuat. 8. Jika ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 1000 ml larutan CH 3 COOH 0,1 M (Ka = 1,8 x 10-5 ) dan 1000 ml larutan CH 3 COONa 0,1 M ditambahkan 10 ml HCl 0,15 M, maka selisih ph sebelum penambahan dengan setelah penambahan HCl adalah 4, Seorang siswa melarutkan 107 gram padatan NH 4 Cl ke dalam 22,4 L gas ammonia (STP) yang dialirkan ke dalam 1 L air. Jika diketahui Kb NH 3 = 2 x 10-5 dan Mr NH 4 Cl = 53,5 maka ph yang akan dihasilkan adalah Jika kita minum jus jeruk limau, maka H 2 CO 3 dalam darah akan bereaksi dengan H + yang berasal dari jus tersebut. 11. Asam format (HCOOH) dan asam asetat (CH 3 COOH) keduanya tergolong asam lemah, maka larutan yang mengandung Natrium format dan asam asetat bersifat penyangga. 12. Jika sebanyak 8 gram Kristal NaOH dilarutkan dalam 1 liter larutan HCN 0,3 M (Ka = 2x10-5 ) dan Mr NaOH = 40, maka besarnya ph campuran adalah Untuk menghasilkan ph larutan buffer yang terdiri dari (NH 4 ) 2 SO 4 dan larutan NH 3 dalam air sebesar 9 + log 2, maka ke dalam 20 ml larutan NH 3 0,1 M harus dilarutkan ammonium sulfat (Mr = 132) sebanyak 264 mg. (Diketahui Kb NH 3 = 1x10-5 )

252 Larutan penyangga merupakan larutan yang berfungsi untuk mempertahankan nilai ph. Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka ph larutan tetap (sama sekali tidak berubah). 15. Sebanyak 3,4 gram gas NH 3 dilarutkan dalam 1 L air. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5,35 gram garam salmiak (NH 4 Cl). ph campuran tersebut adalah 9,56. Catatan: Kb NH 3(aq) = 1,8 x 10-5 ; Ar N = 14; Cl = 35,5; O = 16; dan H = Gelas kimia 1 berisi larutan HCOOH 0,2 M dan gelas kimia 2 berisi larutan (HCOO) 2 Ba 0,3 M. Perbandingan volume gelas kimia 1 dan gelas kimia 2 untuk menghasilkan ph larutan penyangga = 4 adalah 2:3. (Ka HCOOH = 2 x 10-4 ) 17. Campuran antara larutan CH 3 COOH 0,1 M 100 ml dengan larutan NaOH 0,1 M 100 ml dapat membentuk larutan penyangga ml asam asetat 0,1 M (Ka = 1 x 10-5 ) apabila dicampur dengan 100 ml natrium asetat 0,2 M akan membentuk larutan penyangga. Jika ph larutan penyangga akan dibuat menjadi 5, maka volume HCl 0,1 M yang harus ditambahkan adalah 50 ml. 19. Campuran antara larutan Na 2 (CO 3 ) dengan larutan H 2 CO 3 merupakan larutan penyangga asam. 20. Diketahui campuran antara 500 ml asam asetat 0,1 M dengan 500 ml natrium asetat 0,1 M (Ka CH 3 COOH = 10-5 ). ph campuran tersebut setelah ditambah 5 ml NaOH 0,1 M adalah 5 log 0,98.

253 Lampiran KUNCI JAWABAN SOAL PRE TEST DAN POST TEST 1. B S Alasan: ph = - log [H + ] [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] = 1 x 10-5 x = 50 x 10-5 ph awal = 3,301 Setelah penambahan HCl 1 mmol CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH(aq) M: 2 mmol 1 mmol 100 mmol R: -1 mmol -1 mmol +1 mmol S: 1 mmol mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] = 1 x 10-5 x = 101 x 10-5 ph akhir = 2,996 Perubahan ph terlalu besar sehingga tidak bisa diabaikan. Hal ini karena perbandingan asam lemah dengan basa konjugasinya adalah 50, sedangkan daerah penyangga hanya jika perbandingan asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya antara 0,1 sampai B S Alasan: a. Larutan A marupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah HCO - 3 dan basa konjugasinya CO 2-3. b. Larutan B merupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah H 2 CO 3 dan basa konjugasinya HCO c. Larutan C bukan merupakan larutan penyangga karena CO 3 bukan merupakan basa konjugasi dari asam lemah H 2 CO B S Alasan: - H 2 PO 4 2- HPO 4 + H + Asam lemah basa konjugasi Jika terjadi penambahan asam, maka ion H + konjugasi, yaitu HPO 2-4 menghasilkan H 2 PO - 4. akan bereaksi dengan basa

254 B S Alasan: Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan iritasi pada mata ketika digunakan. 5. B S Alasan: 2HCN(aq) + Ba(OH) 2 (aq) Ba(CN) 2 (aq)+2h 2 O(l) 0,2 mol x mol 2x mol x mol x mol (0,2-2x) mol - x mol ph = 5 [H + ] = 10-5 [H + ] = Ka x [HCN] 10-5 = 10-5 x [CN ] 0,2 2x mol 2x mol x = 0,05 mol Ba(OH) 2 = 0,05 mol Massa Ba(OH) 2 = 0,05 x 171 = 8,55 gram Jika di laboratorium hanya tersedia 8 gr Ba(OH) 2, maka tidak cukup untuk membuat larutan buffer dengan ph B S Alasan: Basa (ion OH - ) bereaksi dengan asam konjugasi NH 4 + membentuk NH 3 + H 2 O atau NH 4 OH. 7. B S 8. Alasan: Ion OH - yang berasal dari penambahan basa kuat bereaksi dengan asam lemah CH 3 COOH membentuk CH 3 COO - dan H 2 O. B S Alasan: ph awal = - log [H + ] [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] = 1,8 x 10-5 x = 1,8 x 10-5

255 237 ph awal = 4,74 Setelah penambahan HCl 1,5 mmol CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH(aq) M: 100 mmol 1,5 mmol 100 mmol R: -1,5 mmol -1,5 mmol +1,5 mmol S: 98,5 mmol - 101,5 mmol [H + ] = Ka x [CH 3COOH] [CH 3 COO ] = 1,8 x 10-5 x 101,5 98,5 = 1,8 x 10-5 ph = 4,73 Selisih ph = 4,74 4,73= 0,01 9. B S Alasan: Mol NH 4 Cl = ,5 = 2 mol Mol NH 3 = [OH - ] 22,4 L 22,4 mol /L = 1 mol = Kb x [NH 4OH] [NH 4 + ] poh = 5 ph = 9 = 2 x 10-5 x 1 2 = B S Alasan: Jus jeruk limau bersifat asam, berarti di dalam darah terjadi penambahan ion H +. Untuk menjaga ph darah, maka ion H + akan bereaksi dengan basa konjugasi HCO 3 - membentuk H 2 CO B S Alasan: Larutan yang mengandung Natrium format dan asam asetat tidak bersifat penyangga, karena ion format bukan merupakan basa konjugasi dari asam asetat. 12. B S Alasan: NaOH(aq) + HCN(aq) NaCN(aq)+ H 2 O

256 238 M :0,2 mol 0,3 mol R :-0,2 mol -0,2 mmol +0,2 mmol S : - 0,1 0,2 mmol [H + ] = Ka x [HCN] [CN ] = 2 x 10-5 x 0,1 0,2 = 1 x 10-5 ph = B S Alasan: ph = 9 + log 2 poh = 5 log 2 [OH - ] = 2 x 10-5 [OH - ] = Kb x [NH 4OH] [NH + 4 ] 2 x 10-5 = 1 x 10-5 x 2 mmol x x = 1 mmol Berarti mol (NH 4 ) 2 SO 4 adalah 0,5 mmol 0,5 mmol = gr Mr 0,5 mmol = gr 132 gr = 66 mg 14. B S Alasan: Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka ph larutan tidak berubah secara signifikan dan dapat diabaikan. 15. B S Alasan: [NH 3 ] = gr x 1000 Mr ml = 3,4 x = 0,2 M Mol NH 3 = M x L = 0,2 x 1 = 0,2 mol Mol NH 4 Cl = gr Mr = 5,35 53,5 = 0,1 mol [OH - ] = Kb x b g

257 239 = 1,8 x 10-5 x 0,2 0,1 = 3,6 x 10-5 poh = 5 log 3,6 = 4,44 ph = 14 4,44 = 9, B Alasan: S ph = 4 [H + ] = 10-4 [H + ] = Ka x a g 10-4 = 2 x 10-4 x x = 0,5 Perbandingan mol HCOOH dengan HCOO - adalah 1 : 2, misalnya mol HCOOH adalah 1 mol maka mol HCOO - adalah 2 mol. Karena garam (HCOO) 2 Ba mengandung 2 HCOO -, maka mol garam (HCOO) 2 Ba adalah 1 mol. Mol HCOOH : mol (HCOO) 2 Ba 1 mol : 1 mol 0,2 M x V 1 : 0,3 M x V 2 V 1 : 1 0,2 V 2 : 1 0,3 Jadi volume HCOOH : volume (HCOO) 2 Ba agar diperoleh ph larutan penyangga = 4 yaitu 3 : B S Alasan: Campuran antara larutan CH 3 COOH 0,1 M 100 ml dengan larutan NaOH 0,1 M 100 ml tidak dapat membentuk larutan penyangga karena jumlah mol dari kedua larutan adalah sama yaitu 10 mmol yang akan habis bereaksi membentuk garam, sehingga di akhir reaksi tidak ada sisa asam lemah dan basa konjugasinya. 18. B S Alasan: CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COOH(aq) M: 20 mmol 0,1x mmol 10 mmol R: -0,1x mmol -0,1x mmol +0,1x mmol S: 20 0,1x mmol ,1x mmol ph = 5 [H + ] = 10-5 [H + ] = Ka x mmol asam lema h mmol basa konjugasi

258 ,1 x 10-5 = 10-5 x 20 0,1 x 20 0,1 x = ,1 x x = 50 Jadi volume HCl adalah 50 ml. 19. B S Alasan: Campuran antara larutan Na 2 (CO 3 ) dengan larutan H 2 CO 3 bukan merupakan larutan penyangga karena Na 2 (CO 3 ) bukan basa konjugasi dari H 2 CO 3. Basa konjugasi dari H 2 CO 3 adalah NaHCO B S Alasan: CH 3 COOH(aq) + OH - (aq) CH 3 COO - (aq)+h 2 O (l) M: 50 mmol 0,5 mmol 50 mmol R: -0,5 mmol -0,5 mmol +0,5 mmol S: 49,5 mmol - 50,5 mmol [H + mmol asam lema h ] = Ka x mmol basa konjugasi [H + ] = 10-5 x 49,5 50,5 [H + ] = 0,98 x 10-5 ph = 5 log 0,98

259 Lampiran KRITERIA PENILAIAN SOAL PRE TEST DAN POST TEST No. Jawaban Siswa Skor 1. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penambahan HCl tidak menyebabkan perubahan ph yang berarti karena larutan penyangga berfungsi untuk mempertahankan ph. Tidak terjadi perubahan ph yang berarti karena penambahan HCl hanya sedikit. Tidak terjadi perubahan ph yang berarti karena larutan penyangga yang dibuat masih dalam kapasitas larutan penyangga. Cara penyelesaian soal benar dan urut tetapi perhitungan salah. Jawaban benar, alasan hanya menyebutkan bahwa larutan tersebut berada di luar kapasitas penyangga. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ketiga larutan merupakan larutan penyangga. Larutan A dan C bukan penyangga sedangkan larutan B merupakan larutan penyangga. Larutan B dan C bukan penyangga sedangkan larutan A merupakan larutan penyangga. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 3. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion H + akan bereaksi dengan H 2 PO 4 -. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 4. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Jawaban benar tetapi alasan yang diberikan justru membahas alkalosis dan asidosis. Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis ketika digunakan. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 5. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Dalam penggunaan rumus Ba(OH) 2 dianggap sebagai basa konjugasi dari HCN sehingga tidak direaksikan terlebih dahulu sebelum menggunakan rumus. Penggunaan rumus terbalik, yaitu [CN ] dibagi dengan [HCN] Jawaban benar tetapi ada kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap

260 Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion OH - akan bereaksi dengan NH 4 OH. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 7. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion OH - akan bereaksi dengan CH 3 COO -. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 8. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penggunaan rumus ph terbalik yaitu [CH 3 COO ] dibagi [CH 3 COOH]. Jawaban benar sampai pada perhitungan ph awal. Pada penentuan ph akhir H + direaksikan dengan CH 3 COOH. Pada penggunaan rumus penentuan ph akhir, mol HCl dianggap mol basa konjugasi dari CH 3 COOH. Hanya menghitung ph setelah penambahan HCl. Sudah menghitung ph awal tetapi lupa tidak dikurangi dengan ph akhir sehingga selisih ph = 4,73. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 9. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Rumus yang digunakan adalah [H + ] = Kb x [NH 4OH] [NH + 4 ] Sehingga didapatkan ph = 5. Penggunaan rumus ph terbalik yaitu mol NH + 4 dibagi dengan mol NH 4 OH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 10. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion H + akan bereaksi dengan H 2 CO 3. Ion H + akan tidak bereaksi dengan H 2 CO 3 (tanpa memberikan alasan lebih lanjut). Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 11. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Natrium format dan asam asetat adalah pasangan asam basa konjugasi

261 243 Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 12. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. NaOH tidak direaksikan dengan HCN sehingga dalam penggunaan rumus NaOH dianggap sebagai basa konjugasi dari HCN. Penggunaan rumus ph terbalik yaitu mol CN - dibagi dengan mol HCN. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 13. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penggunaan rumus perhitungan ph terbalik yaitu mol NH + 4 dibagi dengan mol NH 4 OH. Mol NH + 4 dianggap sama dengan mol (NH 4 ) 2 SO 4. Tidak mencari poh terlebih dahulu karena ph dianggap sebagai poh. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 14. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka ph larutan tidak berubah karena fungsi larutan penyangga adalah mempertahankan harga ph. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 15. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Kesalahan rumus dalam mencari mol NH 3 dan NH 4 Cl. Penggunaan rumus perhitungan ph terbalik yaitu mol NH + 4 dibagi dengan mol NH 4 OH. Rumus yang digunakan adalah [H + ] = Kb x [NH 4OH] [NH + 4 ] Sehingga didapatkan ph = 5 log 3,6. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 16. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Mol HCOO - dan mol (HCOO) 2 Ba dianggap sama. Penggunaan rumus perhitungan ph terbalik yaitu mol HCOO - dibagi dengan mol HCOOH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap

262 Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi antara asam lemah dengan basa kuat menghasilkan basa konjugasi dari asam lemah sehingga dapat membentuk larutan penyangga. NaOH adalah basa konjugasi dari CH 3 COOH. Campuran antara larutan CH 3 COOH 0,1 M 100 ml dengan larutan NaOH 0,1 M 100 ml tidak dapat membentuk larutan penyangga (tanpa menyebutkan alasan lebih lanjut). Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 18. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi yang dituliskan salah, ion H + bereaksi dengan CH 3 COOH. Jawaban salah. Alasan salah karena siswa dalam menggunakan rumus ph terbalik yaitu mol CH 3 COO - dibagi dengan mol CH 3 COOH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 19. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Campuran antara larutan Na 2 (CO 3 ) dengan larutan H 2 CO 3 merupakan larutan penyangga karena CO 2-3 dan H 2 CO 3 merupakan pasangan asam lemah dan basa konjugasi. Na 2 (CO 3 ) adalah garam dari H 2 CO 3. Na 2 (CO 3 ) adalah basa kuat dan H 2 CO 3 adalah asam lemah. Campuran antara larutan Na 2 (CO 3 ) dengan larutan H 2 CO 3 bukan merupakan larutan penyangga (tanpa ada alasan lebih lanjut). Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 20. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi yang dituliskan salah, ion OH - bereaksi dengan CH 3 COO -. Penggunaan rumus ph terbalik yaitu mol CH 3 COO - dibagi mol CH 3 COOH. Dalam menggunakan rumus perhitungan [H + ] NaOH dianggap sebagai basa konjugasi dari CH 3 COOH sehingga tidak dituliskan reaksinya terlebih dahulu. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap

263 Lampiran DAFTAR NILAI UAS KELAS XI IPA SMAN 1 JATISRONO TAHUN AJARAN 2012/2013 XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA x s

264 Lampiran UJI NORMALITAS NILAI UAS KELAS XI IPA 1 H 0 H a : Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis Kriteria yang digunakan : Menggunakan rumus : Ho diterima jika 2 < 2 (1- )(k-3) 2 k å i 1 ( O E ) i E i i 2 Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 88 Panjang Kelas = 8 Nilai Minimal = 42 Rerata Kelompok = Rentang = 46 Simpangan Baku = Banyak Kelas = 6 n = 33 Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)² Kelas Interval Batas Ei Oi Kelas Tengah Bawah Untuk Z Untuk Z Ei ² = (1- )(k-3) hitung Kesimpulan : Data berdistribusi normal

265 Lampiran UJI NORMALITAS NILAI UAS KELAS XI IPA 2 H 0 H a : Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus : Kriteria yang digunakan : Ho diterima jika 2 < 2 tabel 2 k å i 1 ( O E ) i E i i 2 Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 92 Panjang Kelas = 8 Nilai Minimal = 44 Rerata Kelompok = Rentang = 48 Simpangan Baku = Banyak Kelas = 7 n = 30 Kelas Interval Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)² Ei Oi Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei (1- )(k-3) ² = hitung 4.16 Kesimpulan : Data berdistribusi normal

266 Lampiran UJI NORMALITAS NILAI UAS KELAS XI IPA 3 H 0 H a : Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus : Kriteria yang digunakan : Ho diterima jika 2 < 2 tabel 2 k å i 1 ( O E ) i E i i 2 Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 90 Panjang Kelas = 7 Nilai Minimal = 52 Rerata Kelompok = Rentang = 38 Simpangan Baku = 9.97 Banyak Kelas = 6 n = 32 Kelas Interval Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)² Ei Oi Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei ² = (1- )(k- 3) hitung 5.52 Kesimpulan : Data berdistribusi normal

267 Lampiran UJI HOMOGENITAS POPULASI Hipotesis H 0 : σ 2 1 = σ 2 2 = σ 2 3 Ha : Tidak semua σ 2 i sama, untuk i = 1, 2, 3 Kriteria: Ho diterima jika 2 hitung < 2 (1-a) (k-1) Pengujian Hipotesis 2 (1-a)(k-1) Kelas n i dk = n i - 1 Si 2 (dk) S i 2 log S i 2 (dk) log S i 2 XI IPA XI IPA XI IPA Jumlah Varians gabungan dari kelompok sampel adalah: S 2 = Σ(ni-1) Si = Σ(ni-1) 95 Log S 2 = = Harga satuan B B = (Log S 2 ) Σ (n i - 1) = x 95 = x 2 = (Ln 10) { B - Σ(n i -1) log S 2 i } = (2.3026) { ) = Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 3-1 = 2 diperoleh 2 tabel = 5.99 Lampiran Karena 2 hitung < 2 (1-a)(k-1) maka populasi (ketiga kelas) bersifat homogen.

268 250 Hipotesis H 0 Ha Kriteria: ANALISIS VARIANS DATA KONDISI AWAL : µ1 = µ2 = µ3 (Rata-rata antar kelas tidak berbeda) : minimal dua µi sama, untuk i= 1, 2, 3 Ho diterima apabila F hitung < F α (k-1)(n-k) F α (k-1)(n-k) Pengujian Hipotesis Jumlah Kuadrat 1. Jumlah Kuadrat Rata-rata (RY) 156 RY = 2. Jumlah kuadrat antar kelompok (AY) 3. Jumlah kuadrat Total (JK tot) 4. Jumlah kuadrat dalam (DY) Tabel Ringkasan Anava Sumber Variasi (ΣX) 2 = n ΣX i 2 = = (ΣX i ) 2 n i ( ) (6870) 2 98 = AY = - RY n i = = JK tot = DY = JK tot - RY - AY = = dk JK KT F Rata-rata 1 RY k = RY : 1 Antar Kelompok k-1 AY A = AY : (k-1) Dalam Kelompok (ni - 1) DY D = DY: ( (ni-1)) Total ni A/D

269 251 Sumber Variasi dk JK KT F Rata-rata Antar Kelompok Dalam Kelompok Total Kesimpulan F tabel Karena F < F (0,05)(2:95), maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan keadaan awal dari ketiga populasi tersebut.

270 Lampiran DAFTAR NAMA SISWA KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL DAFTAR NAMA SISWA KELAS XI IPA 1 Nama Siswa Kode Siswa Ali Muhammad Rohim E - 01 Agus Wiranto E - 02 Aisah Nor Hidayah E - 03 Amalia Shinta Devi E - 04 Anggelita Dwi Handayani E - 05 Anggun Abimanyu E - 06 Ayu Tri Widyastuti E - 07 Catur Dyah Safitri E - 08 Dariskah E - 09 Evin Hangesti Pradita D E - 10 Faizal Rinaldi E - 11 Fajar Uswatun Hasanah E - 12 Fatimah Sri Hermanti E - 13 Govi Fajri Rahma Dani E - 14 Heni Prihatin E - 15 Jimmy Isa Rahayu E - 16 Linda Dwi Maharani E - 17 Lisna Anjar Weni E - 18 Mohamad Thoha E - 19 Nindy Yunitasari E - 20 Nurul Balqis Shofiana E - 21 Pramay Shela Elindasari E - 22 Putri Kartika Puspiatsari E - 23 Retno Puji Astuti E - 24 Rizkha Pangestikha E - 25 Rusi Nur Cahyanti E - 26 Seno Priayoga E - 27 Septian Dyah Pertiwi E - 28 Sriyanti E - 29 Sumiarsih E - 30 Tri Ermawati E - 31 Wahyu Handayani E - 32 Widya Gustiani E - 33 DAFTAR NAMA SISWA KELAS XI IPA 2 Nama Siswa Kode Siswa Agustin Nurul K - 01 Al-Fath Budi Hidayahti K - 02 Alif Setyabudin K - 03 Alifta Elisa Pangestu K - 04 Ali Zainal A K - 05 Anggun Nurjanah K - 06 Dedes Agista K - 07 Defi Cahyono K - 08 Desy Asticasari K - 09 Devi Puspita Rini K - 10 Dewi Lintangsari K - 11 Eka Wardani K - 12 Erlinda Marselina K - 13 Handayani K - 14 Hesti Nurjanah K - 15 Ikhsan Bayu Prastowo K - 16 Intan Suci Prahati K - 17 Ken Siwi Nariswari K - 18 Kharis Rudy G K - 19 Lisa Tri Widya Astuti K - 20 Malix Abdul Aziz K - 21 Masrivah Nur Fadila K - 22 Mei Anggraeni K - 23 Norma Dwiayu Sulistyarini K - 24 Novi Maesaroh K - 25 Parahyangan Persita S K - 26 Pipit Ernawati K - 27 Rengganis Trismi A K - 28 Ristanto Wahyu Nugroho K - 29 Sri Wahyuni K - 30 Stanislaus Jalu Yudhanto K - 31 Yeyen Christiani K.P K - 32 Yoga Prasetiyo K - 33

271 Lampiran DATA NILAI PRE TEST A. Kelas Eksperimen Kode No. Soal Total Siswa Nilai E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E

272 E E E E E E E E E E E E E

273 255 B. Kelas Kontrol Kode Siswa No. Soal K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K Total Nilai

274 256 K K K K K K K K K K K K K

275 Lampiran DATA NILAI POST TEST A. Kelas Eksperimen Kode No. Soal Total Siswa Nilai E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E

276 E E E E E E E E E E E E E

277 259 B. Kelas Kontrol Kode Siswa No. Soal K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K Total Nilai

278 260 K K K K K K K K K K K K

279 Kode Siswa A. Kelas Eksperimen PERSENTASE PENGUASAAN KONSEP PADA HASIL PRE TEST No. Soal E E E E E E E E E E E E E E E E E E E Total Nilai Lampiran

280 262 E E E E E E E E E E E E E E P M TP % P % M % TP Rata-rata % P 8.48 Rata-rata % M Rata-rata % TP 70

281 263 B. Kelas Kontrol Kode Siswa No. Soal K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K Total Nilai

282 264 K K K K K K K K K K K K K P M TP % P % M % TP Rata-rata % P Rata-rata % M Rata-rata % TP 65.45

283 Lampiran PERSENTASE PENGUASAAN KONSEP PADA HASIL POST TEST Kode Siswa A. Kelas Eksperimen No. Soal E E E E E E E E E E E E E E E E E E E Total Nilai

284 266 E E E E E E E E E E E E E E P M TP % P % M % TP Rata-rata % P Rata-rata % M Rata-rata % TP 9.24

285 267 B. Kelas Kontrol Kode Siswa No. Soal K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K Total Nilai

286 268 K K K K K K K K K K K K P M TP % P % M % TP Rata-rata % P Rata-rata % M Rata-rata % TP 10.76

287 Lampiran ANALISIS PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS EKSPERIMEN (UJI GAIN TERNORMALISASI) Kode Skor Nilai Nilai Pre test Nilai Post test Siswa Maksimum Gain E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E Nilai Indeks Gain 0.64 Kriteria Peningkatan Sedang

288 Lampiran ANALISIS PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS KONTROL (UJI GAIN TERNORMALISASI) Kode Skor Nilai Nilai Pre test Nilai Post test Siswa Maksimum Gain K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K Nilai Indeks Gain 0.5 Kriteria Peningkatan Sedang

289 Lampiran UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG PAHAM KONSEP KELAS EKSPERIMEN H 0 H a : Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis Kriteria yang digunakan : Menggunakan rumus : Ho diterima jika 2 < 2 (1- )(k-3) 2 k å i 1 ( O E ) i E i i 2 Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 85 Panjang Kelas = 9 Nilai Minimal = 33 Rerata Kelompok = Rentang = 52 Simpangan Baku = Banyak Kelas = 6 n = 33 Kelas Interval Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)² Ei Oi Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei (1- )(k-3) 7.81 ² = hitung Kesimpulan : Data berdistribusi normal

290 Lampiran UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG MISKONSEPSI KELAS EKSPERIMEN H 0 H a : Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis Kriteria yang digunakan : Menggunakan rumus : Ho diterima jika 2 < 2 tabel 2 k å i 1 ( O E ) i E i i 2 Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 22 Panjang Kelas = 3 Nilai Minimal = 4 Rerata Kelompok = Rentang = 18 Simpangan Baku = 4.58 Banyak Kelas = 7 n = 30 Kelas Interval Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)² Ei Oi Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei (1- )(k-3) ² = hitung 9.18 Kesimpulan : Data berdistribusi normal

291 Lampiran UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG TIDAK PAHAM KONSEP KELAS EKSPERIMEN H 0 H a : Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis Kriteria yang digunakan : Menggunakan rumus : Ho diterima jika 2 < 2 tabel 2 k å i 1 ( O E ) i E i i 2 Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 4 Panjang kelas = 0.7 Nilai Minimal = 0 Rerata kelompok = 1.28 Rentang = 4 Simpangan baku = 1.09 Banyak Kelas = 6 n = 33 Kelas Interval Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)² Ei Oi Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei (1- )(k-3) 7.81 ² = hitung Kesimpulan : Data tidak berdistribusi normal

292 Lampiran UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG PAHAM KONSEP KELAS KONTROL H 0 H a : Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis Kriteria yang digunakan : Menggunakan rumus : Ho diterima jika 2 < 2 (1- )(k-3) 2 k å i 1 ( O E ) i E i i 2 Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 75 Panjang kelas = 10 Nilai Minimal = 20 Rerata kelompok = Rentang = 55 Simpangan baku = Banyak Kelas = 6 n = 33 Kelas Interval (Oi- Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas Ei Oi Ei)² Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei (1- )(k-3) 7.81 ² = hitung Kesimpulan : Data berdistribusi normal

293 Lampiran UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG MISKONSEPSI KELAS KONTROL H 0 H a : Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis Kriteria yang digunakan : Menggunakan rumus : Ho diterima jika 2 < 2 tabel 2 k å i 1 ( O E ) i E i i 2 Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 26 Panjang Kelas = 4 Nilai Minimal = 2 Rerata Kelompok = Rentang = 24 Simpangan Baku = 5.98 Banyak Kelas = 7 n = 30 Kelas Interval Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)² Ei Oi Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei (1- )(k-3) ² = hitung 4.07 Kesimpulan : Data berdistribusi normal

294 Lampiran UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG TIDAK PAHAM KONSEP KELAS KONTROL H 0 H a : Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis Kriteria yang digunakan : Menggunakan rumus : Ho diterima jika 2 < 2 tabel 2 k å i 1 ( O E ) i E i i 2 Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 9 Panjang Kelas = 1.5 Nilai Minimal = 0 Rerata Kelompok = 2.29 Rentang = 9 Simpangan Baku = 2.25 Banyak Kelas = 7 n = 33 Kelas Interval Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)² Ei Oi Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei (1- )(k-3) ² = hitung Kesimpulan : Data tidak berdistribusi normal

295 Lampiran UJI KESAMAAN DUA VARIANS JAWABAN PAHAM KONSEP KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL Hipotesis H 0 H 1 : σ eksperimen = σ kontrol : σ eksperimen σ kontrol Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: F Varians Varians terbesar terkecil Ho diterima apabila F < F α (nb-1):(nk-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah n x Varians (s 2 ) Standart deviasi (s) Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F = = Pada α = 5% dengan: dk pembilang = nb - 1 = 33-1 = 32 dk penyebut = nk -1 = 33-1 = 32 F (0.05)(32:32) = 1.80 Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa varians jawaban yang tergolong paham konsep pada kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda

296 Lampiran UJI KESAMAAN DUA VARIANS JAWABAN MISKONSEPSI KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL Hipotesis H 0 : σ eksperimen = σ kontrol H 1 : σ eksperimen σ kontrol Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: F Varians Varians terbesar terkecil Ho diterima apabila F < F α (nb-1):(nk-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah n x Varians (s 2 ) Standart deviasi (s) Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F = = Pada α = 5% dengan: dk pembilang = nb - 1 = 33-1 = 32 dk penyebut = nk -1 = 33-1 = 32 F (0.05)(32:32) = 1.80 Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa varians jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda

297 Lampiran UJI KESAMAAN DUA RATA-RATA JAWABAN PAHAM KONSEP ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL Hipotesis Ho : 1 = 2 Ha : 1 > 2 Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: t s x 1 1 n x n 2 Dimana, s 2 ( n 1) s ( n 1) 1 n n s 2 2 Terima H 0 jika t hitung < t (1-α) Dari data diperoleh: Sumber variasi Kelas eksperimen Kelas kontrol Jumlah n x s Standart deviasi (s) Berdasarkan rumus di atas diperoleh: s = 33 1 x x t = = x = Pada α = 5% dengan dk = = 64 diperoleh t (0.95)(64) = Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep pada kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih tinggi daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif.

298 Lampiran UJI KESAMAAN DUA RATA-RATA JAWABAN MISKONSEPSI ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL Hipotesis Ho : 1 = 2 Ha : 1 < 2 Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: t s x 1 1 n x n 2 Dimana, s 2 ( n 1) s ( n 1) 1 n n s 2 2 Tolak H 0 jika t hitung - t (1-α) Dari data diperoleh: Sumber variasi Kelas eksperimen Kelas kontrol Jumlah n x s Standart deviasi (s) Berdasarkan rumus di atas diperoleh: s = 33 1 x x t = = x = 4.94 Pada α = 5% dengan dk = = 64 diperoleh t (0.95)(64) = Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013 LARUTAN PENYANGGA [Yea r] LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013 MARI BELAJAR Indikator Produk Menjelaskan komponen pembentuk larutan penyangga dengan berpikir kritis. Menjelaskan

Lebih terperinci

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan penyangga disebut juga larutan penahan atau larutan dapar atau buffer.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MEMINIMALISASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MEMINIMALISASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA Fitria, dkk., Penggunaan Multimedia Interaktif. 161 PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MEMINIMALISASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA Fitria*, Sigit Priatmoko, Kasmui Jurusan

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi. PETA KONSEP Larutan Penyangga mempertahankan berupa ph Larutan Penyangga Asam mengandung Larutan Penyangga Basa mengandung Asam lemah Basa konjugasi Asam konjugasi Basa lemah contoh contoh contoh contoh

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

Lampiran 2.2 (Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Lampiran 2.2 (Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Lampiran 2.2 (Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) I. Analisis Indikator 4. Memahami sifat-sifat larutan asambasa, metode pengukuran, dan terapannya SMAN 1 Dasar SMAN 4 Bandung SMAN 1 Cimahi SMAN

Lebih terperinci

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran.

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memahami sifatsifat larutan asambasa, metode pengukuran, dan terapannya. Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan 4.1.1 Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga Penggunaan level mikroskopik dalam buku teks

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM HANDOUT klik di sini LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina (4301414032) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PENGERTIAN LARUTAN

Lebih terperinci

Larutan Penyangga XI MIA

Larutan Penyangga XI MIA Larutan Penyangga XI MIA Komponen Larutan Penyangga Larutan Penyangga Asam Terdiri dari Asam lemah dan basa konjugasinya (Contoh : CH 3 COOH dan CH 3 COO -, HF dan F - ) Cara membuatnya : 1. Mencampurkan

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa dilakukan tiga tahap yaitu tahap pertama melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar

Lebih terperinci

wanibesak.wordpress.com 1

wanibesak.wordpress.com 1 Ringkasan, contoh soal dan pembahasan mengenai asam, basa dan larutan penyangga atau larutan buffer Persamaan ionisasi air H 2O H + + OH Dari reaksi di atas sesuai hukum kesetimbangan, tetapan kesetimbangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah... DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iv vii ix x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 7 C. Definisi Operasional...

Lebih terperinci

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA A. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga biasa disebut juga dengan larutan Buffer atau larutan Dapar. Dimana larutan penyangga merupakan larutan yang mampu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah enam orang siswa SMA kelas XI IPA yang sudah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16.

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16. LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober 2012 14.00 s/d 16.00 wib TUJUAN : 1. Agar mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Yusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak

Yusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN PENYANGGA ASPEK MAKROSKOPIK, SUBMIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 3 MALANG TAHUN AJARAN 2013/ 2014 Yusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DISERTAI HIERARKI

Lebih terperinci

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP PENDAHULUAN Kalian pasti mendengar penyedap makanan. Penyedap makanan yang sering digunakan adalah vitsin. Penyedap ini mengandung monosodium glutamat

Lebih terperinci

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi. A B PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi. Dasar Teori Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan

Lebih terperinci

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar Kimia XI SMA 179 BAB 6 Larutan Penyangga Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga dan komponen penyusunnya. 2. Merumuskan persamaan

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS 6 LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS A. LARUTAN PENYANGGA B. HIDROLISIS Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajari tentang reaksi asam-basa dan titrasi. Jika asam direaksikan dengan basa akan menghasilkan

Lebih terperinci

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5 Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak mengalami hidrolisis adalah... A. NH 4 Cl C. K 2 SO 4 D. CH 3 COONa E. CH 3 COOK Yang tidak mengalami peristiwa hidrolisis adalah garam yang berasal

Lebih terperinci

4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) LARUTAN PENYANGGA/ BUFFER SEKOLAH : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) ALOKASI WAKTU : 2 Jam Pelajaran I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator!

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator! Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang cara menghitung ph dan poh larutan asam basa berdasarkan konsentrasi ion [H + ] dan [OH ] SMA kelas 11 IPA. Berikut contoh-contoh soal yang bisa

Lebih terperinci

I. LARUTAN BUFFER. 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer TINJAUAN PUSTAKA

I. LARUTAN BUFFER. 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer TINJAUAN PUSTAKA I. LARUTAN BUFFER II. TUJUAN 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer III. TINJAUAN PUSTAKA Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Konsep dan Pemahaman Konsep Kimia Banyak definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB 7. ASAM DAN BASA BAB 7. ASAM DAN BASA 7. 1 TEORI ASAM BASA 7. 2 TETAPAN KESETIMBANGAN PENGIONAN ASAM DAN BASA 7. 3 KONSENTRASI ION H + DAN ph 7. 4 INDIKATOR ASAM-BASA (INDIKATOR ph) 7. 5 CAMPURAN PENAHAN 7. 6 APLIKASI

Lebih terperinci

BAB II LEVEL MIKROSKOPIK DALAM BUKU TEKS KIMIA SMA, PEMBELAJARAN, DAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

BAB II LEVEL MIKROSKOPIK DALAM BUKU TEKS KIMIA SMA, PEMBELAJARAN, DAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA BAB II LEVEL MIKROSKOPIK DALAM BUKU TEKS KIMIA SMA, PEMBELAJARAN, DAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1. Pendidikan Matematika

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1. Pendidikan Matematika DAMPAK PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 POLANHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012 Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Sumber: James Mapple, Chemistry an Enquiry-Based Approach Pengukuran ph selama titrasi akan lebih akurat dengan menggunakan alat ph-meter. TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN vi DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER Nama : Fathul Muin NIM : 12/334686/PA/14919 LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA DASAR

Lebih terperinci

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi Netralisasi a. Netralisasi Neutralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion hidronium) dan ion hidroksida membentuk air. Dalam bab ini kita hanya mendiskusikan netralisasi di larutan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/ Semester : XI / 2 Pertemuan : 1-3 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Pertemuan : 1 Standar Kompetensi :Memahami sifat-sifat

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh)

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh) Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh) Berdasarkan teori asam basa Arhenius, suatu larutan dapat bersifat asam, basa atau netral tergantung pada konsentrasi ion H+ atau ion OH dalam larutan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan 9 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Teoritis 1. Belajar dan hasil belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL 4 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Bahwa dalam penelitian ini diperoleh data sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Keterampilan Generik Sains Berdasarkan penelitian diperoleh data obsevasi

Lebih terperinci

Penambahan oleh sedikit asam-kuat (H + ) menyebabkan kesetimbangan. CH 3 COOH(aq) CH 3 COO - (aq) + H + (aq) (9.1) asam lemah

Penambahan oleh sedikit asam-kuat (H + ) menyebabkan kesetimbangan. CH 3 COOH(aq) CH 3 COO - (aq) + H + (aq) (9.1) asam lemah Larutan bufer* merupakan sistem larutan yang dapat mempertahankan lingkungannya dari pengaruh seperti oleh penambahan sedikit asam/basa kuat, atau oleh pengenceran. Sistem bufer terdiri atas dua komponen,

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab17 Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Larutan buffer adalah larutan yg terdiri dari: 1. asam lemah/basa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak ditunjang dengan praktikum yang dilaksanakan dilaboratorium. Laboratorium disini dapat berarti

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. PEMBAHASAN V. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan tanggal 3 Oktober 2011 mengenai pembuatan larutan buffer dan pengujian kestabilannya. Larutan buffer adalah campuran asam/basa lemah dan basa/asam konjugasinya

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE ACCELERATED LEARNING

KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE ACCELERATED LEARNING KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE ACCELERATED LEARNING MODEL MASTER DAN METODE CERAMAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KAUMAN PONOROGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Berpikir Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan berpikir seseorang dapat mengolah berbagai informasi yang diterimanya dan mengembangkannya

Lebih terperinci

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013 Kurikulum 2006/2013 KIMIa K e l a s XI ASAM-BASA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kesetimbangan air. 2. Memahami pengaruh asam

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan Multimedia CD Interaktif pada Pembelajaran Fisika di SMA

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan Multimedia CD Interaktif pada Pembelajaran Fisika di SMA Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan Multimedia CD Interaktif pada Pembelajaran Fisika di SMA SKRIPSI Oleh : Fajar Lailatul Mi rojiyah NIM. 090210102038 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Skripsi. disajikan sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Kimia. Oleh. Yunita Ika Safitri

Skripsi. disajikan sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Kimia. Oleh. Yunita Ika Safitri PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MEDIA LKS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS GARAM SISWA KELAS XI IPA Skripsi disajikan sebagai salah

Lebih terperinci

Pemetaan / Analisis SK dan KD

Pemetaan / Analisis SK dan KD Lampiran 1 Pemetaan / Analisis SK dan KD Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/Genap Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Tingkat Tingkat Ruang Alokasi Ranah Indikator Ranah Lingkup Waktu KD IPK 1

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEORI ASAM BASA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 LIMBOTO

KAJIAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEORI ASAM BASA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 LIMBOTO KAJIAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEORI ASAM BASA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 LIMBOTO Ira K. Dali, Mardjan Paputungan, Rakhmawaty A. Asui Jurusan Pendidikan Kimia Faklutas Matematika dan IPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab 16 Asam dan Basa Asam Memiliki rasa masam; misalnya cuka mempunyai rasa dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu bahan ajar yang masih dianggap sulit

PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu bahan ajar yang masih dianggap sulit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu bahan ajar yang masih dianggap sulit oleh siswa SMA (Ahmad Sofyan, 1993). Salah satu penyebab utamanya adalah bahwa dalam ilmu

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL. Mata pelajaran : Kimia. Kelas/Program : XI/IPA Hari, tanggal : Selasa, 8 April 2008 Alokasi waktu : 90 Menit

LEMBAR SOAL. Mata pelajaran : Kimia. Kelas/Program : XI/IPA Hari, tanggal : Selasa, 8 April 2008 Alokasi waktu : 90 Menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN KIMIA Gedung D6. Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telp. 8508035 LEMBAR SOAL Mata

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya Lampiran 2 63 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I Mata Pelajaran Kelas/Semester Sub Materi Pokok Alokasi Waktu Pertemuan ke : Kimia : XI IPA 4/ 2 (dua) : Teori Asam Basa Arrhenius : 2 x 45 menit : I Standar

Lebih terperinci

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta Lampiran 3 95 INTRUKSI 1. Setiap siswa harus membaca penuntun praktikum ini dengan seksama. 2. Setelah alat dan bahan siap tersedia, laksanakanlah percobaan menurut prosedur percobaan. 3. Setelah melakukan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERORIENTASI MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA BONDOWOSO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERORIENTASI MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA BONDOWOSO PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERORIENTASI MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA BONDOWOSO SKRIPSI Oleh: Rifa Aghina Arif NIM 080210192009 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN NILAI TANGGUNG JAWAB TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI JIPANG BANYUMAS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN NILAI TANGGUNG JAWAB TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI JIPANG BANYUMAS i PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN NILAI TANGGUNG JAWAB TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI JIPANG BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER

MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER SKRIPSI Oleh : Yova Agustian Prahara Ema Putra ( 080210102037 ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB LARUTAN PENYANGGA. Click to edit Master subtitle style 4/8/12

BAB LARUTAN PENYANGGA. Click to edit Master subtitle style 4/8/12 BAB 8 7 LARUTAN Click to edit Master subtitle style PENYANGGA Oleh : Ariel Evansyah Herianto Arika Budi Yarti Arina Dyah Yuliarti Permata Rahmatul Hijjah Risma Eva Rizki Imansari Rizki Mamluatuz Zahro

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka. Asam basa Konjugasi Menurut Bronsted Lowry

Bab II Tinjauan Pustaka. Asam basa Konjugasi Menurut Bronsted Lowry Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Asam basa Konjugasi Menurut Bronsted Lowry Untuk memahami konsep larutan buffer perlu diketahui konsep asam basa. Konsep asam basa ada tiga yaitu menurut Arrhenius, Bronsted

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi. eksperimen dengan one group pre-test and post-test design.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi. eksperimen dengan one group pre-test and post-test design. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan one group pre-test and post-test design. Pada metode ini diperlukan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/semester : Madrasah Darul Ihksan Samarinda : Kimia : Larutan Penyangga : XI /Genap Tahun Ajaran : 2012/2013 Alokasi waktu

Lebih terperinci

Simpo PDF Merge and Split Unregistered Version -

Simpo PDF Merge and Split Unregistered Version - PENERAPAN MODEL POE (PREDICTION, OBSERVATION, EXPLANATION) DISERTAI TEKNIK MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 SIWARAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 SIWARAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 SIWARAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian berupa hasil pretest, posttest,dan dokumentasi. Data hasil pretest (sebelum diberi perlakuan) dan pottest

Lebih terperinci

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD PALIYAN II GUNUNGKIDUL SKRIPSI

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD PALIYAN II GUNUNGKIDUL SKRIPSI PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD PALIYAN II GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian ini merupakan deskripsi tentang tahap-tahap proses pembuatan video pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI Oleh Shaufan Habibi NIM 080210102031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI STRATEGI INTERACTIVE QUESTION AND READING ORIENTATION BERBASIS PROBLEM POSING PADA SISWA SMA 6 SEMARANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI STRATEGI INTERACTIVE QUESTION AND READING ORIENTATION BERBASIS PROBLEM POSING PADA SISWA SMA 6 SEMARANG PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI STRATEGI INTERACTIVE QUESTION AND READING ORIENTATION BERBASIS PROBLEM POSING PADA SISWA SMA 6 SEMARANG skripsi diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING GUNA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION) DISERTAI LKS PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION) DISERTAI LKS PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION) DISERTAI LKS PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI Oleh: Selvia Ariska Yuswita NIM 070210102111 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak. Banyak materi dalam pembelajaran kimia yang sulit untuk diilustrasikan dalam bentuk gambar dua

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP SIKAP RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI 3 TIPARKIDUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA IPA MATERI STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI MENGGUNAKAN APLIKASI MACROMEDIA FLASH DI KELAS V SD NEGERI 1 KARANGSARI BANJARNEGARA

PENGEMBANGAN MEDIA IPA MATERI STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI MENGGUNAKAN APLIKASI MACROMEDIA FLASH DI KELAS V SD NEGERI 1 KARANGSARI BANJARNEGARA PENGEMBANGAN MEDIA IPA MATERI STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI MENGGUNAKAN APLIKASI MACROMEDIA FLASH DI KELAS V SD NEGERI 1 KARANGSARI BANJARNEGARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

M 0,4 0,1 0,2 B 0,1 0,1 0,1 0,1 S 0,3-0,3 0,1 POH = -

M 0,4 0,1 0,2 B 0,1 0,1 0,1 0,1 S 0,3-0,3 0,1 POH = - 1. Campuran di bawah ini yang dapat membentuk larutan penyangga adalah.... A. Asam nitrat dengan natrium asetat B. Asam fosfat dengan natrium asetat C. Asam nitrat dengan kalium nitrat D.Asam asetat dengan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS MASALAH KONTEKSTUAL DIPADU PENILAIAN PROYEK PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI MA SKRIPSI.

IMPLEMENTASI MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS MASALAH KONTEKSTUAL DIPADU PENILAIAN PROYEK PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI MA SKRIPSI. IMPLEMENTASI MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS MASALAH KONTEKSTUAL DIPADU PENILAIAN PROYEK PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI MA SKRIPSI Oleh Titim Matus Solichah NIM 090210102047 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Siti Fatimah NIM

SKRIPSI. Oleh Siti Fatimah NIM PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DISERTAI PERTANYAAN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP (STUDI HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK KALOR KELAS VII SMP NEGERI 5 TANGGUL SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2010/2011)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan secara deskriptif dan statistik. dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan secara deskriptif dan statistik. dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan secara deskriptif dan statistik dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan pendekatan saintifik efektif pada materi pokok

Lebih terperinci

OLEH Ni Nyoman Widiantari Telah diperiksa dan disetujui oleh NIP NIP

OLEH Ni Nyoman Widiantari Telah diperiksa dan disetujui oleh NIP NIP LEMBAR PENGESAHAN JURNAL EFEKTIVITAS SAJIAN BAHAN AJAR MENGGUNAKAN ANALOGI DAN SUBMIKROSKOPIK DALAM MEREDUKSI MISKONSEPSI ASAM BASA PADA SISWA SMA KELAS XI DI GORONTALO OLEH Ni Nyoman Widiantari 441411048

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN. data validitas tes yang dikembangkan dan data hasil uji coba tes. Data hasil uji

BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN. data validitas tes yang dikembangkan dan data hasil uji coba tes. Data hasil uji BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian dan Analisis Setelah melakukan penelitian, diperoleh data hasil penelitian berupa data validitas tes yang dikembangkan dan data hasil

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP SKRIPSI Oleh CARINA ASTRIE LEONY WIYANDA NIM 090210102082 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Bab VII ph Larutan Asam-Basa Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Indikator universal dan kertas lakmus digunakan untuk mengindentifikasi ph larutan asam-basa. TUJUAN

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang didapatkan dari penelitian ini yaitu hasil pretest dan posttest. Hasil pretest digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui kemampuan

Lebih terperinci

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll LOGO Bab 08 Asam Basa Apa yang terjadi? - Koma - Tulang keropos - Sesak napas - dll 1 Ikhtisar Teori Asam Basa Sifat Asam-Basa dari Air ph-suatu ukuran keasaman Kesetimbangan Asam-Basa Lemah dan Garam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual

Lebih terperinci

PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI

PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI Oleh Jayanti Oktaviana NIM 090210102064 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan metode penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

Teori Asam-Basa Arrhenius

Teori Asam-Basa Arrhenius Standar Kompetensi emahami terapannya. sifatsifat larutan asambasa, metode pengukuran, dan Kompetensi Dasar enjelaskan teori asam basa menurut Arrhenius mengklasifikasi berbagai larutan asam, netral, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi (Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Pembuatan Larutan Buffer Semua zat yang digunakan untuk membuat larutan buffer dapat larut dengan sempurna. Larutan yang diperoleh jernih, homogen, dan tidak berbau. Data

Lebih terperinci