BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian hipertensi didasarkan pada bukti klinis (evidence based),

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian hipertensi didasarkan pada bukti klinis (evidence based),"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi Definisi Pengertian hipertensi didasarkan pada bukti klinis (evidence based), konsensus, atau berdasarkan epidemiologi meta analisis yang disepakati. Tekanan darah yang persisten, dalam dua kali pengukuran atau lebih dengan keadaan tenang atau istirahat, di atas atau sama dengan 140/90 mmhg sudah dapat dikatakan hipertensi Klasifikasi Klasifikasi hipertensi yang banyak dipakai saat ini adalah klasifikasi hipertensi menurut Seventh Report of The Joint National Committee of Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7). 12 JNC 7 membagi hipertensi berdasarkan tekanan sistolik dan diastolik menjadi: Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik (mmhg) (mmhg) Normal <120 dan <80 Prehipertensi atau Hipertensi derajat atau Hipertensi derajat atau 100 6

2 7 Menurut penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan sekunder. 1) Hipertensi primer/esensial Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui/ idiopatik, tetapi sering berhubungan dengan faktor gaya hidup seperti pola aktivitas dan pola makan. 90% penderita hipertensi mengalami hipertensi jenis ini. 13 2) Hipertensi sekunder/non esensial Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Sekitar 5-10% penyebabnya adalah penyakit pada ginjal, seperti glomerulonefritis dan stenosis arteri renalis, sedangkan 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal/ penggunaan obat, termasuk alkohol dan kokain. 13,14 Penyebab lainnya yang bisa menimbulkan hipertensi adalah coarctatio aorta, dan sindrom obstructive sleep apnea Tanda dan Gejala Pasien dengan hipertensi biasanya tidak mengeluhkan gejala yang spesifik mengenai kenaikan tekanan darahnya dan biasanya teridentifikasi ketika pasien mendapat pemeriksaan fisik. Ketika pasien mengeluhkan gejala, gejala tersebut berkaitan dengan kenaikan tekanan darah, peyakit vaskular akibat hipertensi, atau penyakit penyebab hipertensi pada kasus hipertensi sekunder. Sakit kepala merupakan karakteristik dari hipertensi berat dan lokasinya biasanya pada lobus oksipital dan muncul ketika pasien bangun tidur pada pagi hari. Keluhan lain terkait kenaikan tekanan darah adalah pusing, palpitasi, mudah lelah, dan

3 8 impotensi. Keluhan mengenai penyakit vaskular dapat berupa mimisan, hematuria, penglihatan kabur, angina pectoris, dan dyspnea Faktor Risiko Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan genetik. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stress, asupan kalium yang rendah, asupan kalsium yang rendah, resistensi insulin, dan penggunaan estrogen. 13, Komplikasi Hipertensi Terhadap Fungsi Kognitif Hipertensi merupakan faktor risiko kuat untuk penyakit Alzheimer, penyebab paling umum gangguan kognitif pada lansia. Walaupun sering dinyatakan bahwa penyakit Alzheimer berbeda dengan demensia vaskular, penelitian-penelitian epidemiologi terbaru menghubungkan faktor risiko vaskular, seperti hipertensi, dengan peningkatan kemungkinan untuk menderita penyakit Alzheimer. Hipertensi menyebabkan penimbunan Amyloid β (Aβ) pada korteks dan hippocampus. Hipertensi juga menyebabkan peningkatan Receptor for Advanced Products of Glycosylation (RAGE) pada korteks dan hippocampus, terutama pada pembuluh darah. Peningkatan RAGE diaktivasi oleh Advanced Products of Glycation (AGE), yang meningkat juga, lalu diperparah oleh radikal bebas.

4 9 Penimbunan Aβ dan aktivasi RAGE pada akhirnya akan mempengaruhi fungsi kognitif dan menyebabkan perubahan perilaku. 17 Penyempitan dan sklerosis arteri kecil di daerah subkortikal pada otak biasa ditemukan pada hasil autopsi penderita hipertensi kronik. Perubahan ini dapat menyebabkan hipoperfusi, kehilangan autoregulasi, melemahnya sawar darah otak, dan akhirnya menyebabkan demyelinasi, mikroinfark, dan penurunan kognitif Diabetes Mellitus Definisi dan Diagnosis Diabetes mellitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kerusakan pada sekresi insulin, kinerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronis karena diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan dari berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, hati, dan pembuluh darah. 18 Persatuan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) membagi alur diagnosis DM menjadi bagian berdasarkan ada atau tidaknya gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsia, polifagia, dan berat badan menurun tanpa jelas yang jelas. Apabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. Namun, apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka diperlukan dua kali pemeriksaan darah abnormal. 19 Kriteria diagnosis untuk DM:

5 10 1) Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mol/l) atau 2) Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa >126 mg/dl (7,0 mmol/l) atau 3) Glukosa plasma 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) >200 mg/dl (11,1 mmol/l) 18, Klasifikasi Klasifikasi DM dibagi berdasarkan etiologinya menjadi: 18,19 1) DM tipe 1 (destruksi sel β, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut) a) Melalui proses imunologik b) Idiopatik 2) DM tipe 2 (bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin disertai resistensi insulin) 3) DM gestasional 4) DM tipe lain Faktor Risiko Faktor risiko DM dapat dibagi menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah 20 1) Ras dan etnik 2) Umur 3) Jenis kelamin

6 11 4) Riwayat keluarga dengan DM 5) Riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram 6) Riwayat lahir dengan berat lahir rendah, kurang dari 2500 gram Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah 20 1) Obesitas sentral 2) Berat badan berlebih 3) Kurang aktivitas fisik 4) Hipertensi 5) Dislipidemia 6) Diet tidak seimbang 7) Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau gula darah puasa (GDP) terganggu 8) Merokok Komorbiditas Hipertensi dan Diabetes Mellitus Penderita dengan kenaikan tekanan darah meningkatkan risiko dua setengah kali terkena diabetes dalam 5 tahun. 12 Komplikasi yang ditimbulkan oleh kedua penyakit ini secara bersamaan banyak yang bersifat tumpang tindih. Komplikasi ini dapat dibagi menjadi komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular dan kemungkinan mempunyai mekanisme yang sama. Faktor predisposisi turunan untuk DM dan hipertensi bersifat poligenik, walaupun mekanisme genetik spesifik untuk mengatur kerentanan dan komplikasi yang ditimbulkan belum ditemukan. 21 Hipertensi dan DM juga berperan memperparah perubahan morfologi pada gangguan fungsi kognitif. Perubahan morfologi yang terjadi adalah cabang

7 12 pembuluh darah terkecil menjadi berputar dan berliku-liku sepanjang cabang terdalam di otak, proses yang terjadi juga pada proses penuaan normal. Akibat dari makin parahnya perubahan morfologi tersebut menyebabkan kehilangan myelin yang difus Komplikasi Diabetes Mellitus terhadap Fungsi Kognitif DM diketahui dapat menyebabkan penyakit serebrovaskular. Sebagai tambahan, produk sampingan dari metabolisme yang berkaitan dengan insulin atau diabetes dapat mengganggu Amyloid cascade. Oleh karena itu, mekanisme penurunan fungsi kognitif akibat diabetes mellitus ini dibagi menjadi mekanisme serebrovaskular dan non-serebrovaskular. 23 1) Mekanisme serebrovaskular a. Infark otak Stroke atau infark berkaitan dengan kenaikan risiko demensia dan Late Onset Alzheimer s Disease (LOAD). Menurut studi patologis, adanya infark dapat menyebabkan turunnya batas Amyloid pada otak yang dibutuhkan untuk menyebabkan demensia. b. Penyakit substantia alba/white Matter Disease (WHI) White matter hyperintensities atau leukoaraiosis pada pencitraan otak dapat diartikan sebagai penyakit mikrovaskular atau demyelinisasi pada otak. WHI banyak ditemukan pada penderita gangguan fungsi kognitif dengan DM tipe 2.

8 13 2) Mekanisme non-serebrovaskular a. Hiperinsulinemia Hiperinsulinemia adalah faktor risiko yang paling berpengaruh untuk LOAD, tidak berkaitan dengan penyakit serebrovaskular karena insulin dapat menembus sawar darah otak infus perifer insulin pada lansia dapat mempengaruhi konsentrasi Amyloid β42 di cairan serebrospinal, adanya reseptor insulin pada otak terutama hippocampus dan korteks entorhinal struktur yang terkena dampak terlebih dulu pada LOAD, insulin degrading enzyme (IDE) berhubungan dengan pembersihan Aβ karena insulin dan Aβ merupakan substrat yang bersaing untuk IDE, dan insulin pada otak dapat meningkatkan deposisi Aβ dan fosforilasi protein Tau pathogenesis utama dari LOAD. b. Advanced Products of Glycosylation (AGE) AGE sangat terkait dengan glikemia dan diabetes karena naiknya konsentrasi glukosa menyebabkan akumulasi AGE. Pada keadaan hiperglikemia, terdapat AGE dan reseptornya (RAGE) yang meningkat pada jaringan tubuh. AGE diketahui berkaitan dengan komplikasi mikrovaskular pada DM tipe 2. c. Protein terkait lipoprotein/lipoprotein Related Protein (LRP) LRP adalah kelompok reseptor lipoprotein yang mempengaruhi metabolisme lipid. LRP-1, ditemukan dalam hepar dan jaringan lain membersihkan Aβ dari plasma, dan juga membantu pengangkutan Aβ ke

9 14 luar otak. LRP-1 berkurang pada DM tipe 2 tanpa mempengaruhi konsentrasi lipid Fungsi Kognitif Definisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kognisi adalah kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. 24 Domain kognitif yang termasuk di dalam pemeriksaan status mental rutin adalah: 1) Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran mendasari segala aspek mengenai status mental dan harus dipertimbangkan sedini mungkin. Misalnya, pasien stupor sering menunjukkan gangguan bahasa dan atensi. 2) Atensi Atensi membuat seseorang dapat fokus dan menerima informasi dari lingkungan eksternal maupun internal. Gangguan atensi dapat mengganggu kemampuan kognitif lainnya seperti membaca, menulis, atau mengingat urutan. 3) Orientasi Orientasi adalah kemampuan mengenali kapan, di mana, dan dirinya pada suatu waktu.

10 15 4) Fungsi berbahasa Fungsi berbahasa mencakup kemampuan seseorang untuk mengamati dan memahami suara dan symbol yang berhubungan dengan bahasa dan memberikan respon verbal atau tertulis. 5) Memori Memori berpusat pada kemampuan untuk memanggil kembali ingatan jangka pendek mengenai daftar kata atau cerita. Proses mengingat ini dibagi menjadi penerimaan informasi, penyimpanan informasi, dan pemanggilan kembali informasi yang telah disimpan. 6) Fungsi eksekutif Fungsi eksekutif adalah kemampuan otak untuk mengkoordinasi proses kortikal multimodal dengan tujuan memecahkan masalah, perencanaan dan menjalankan tugas, dan kemampuan multi tasking. 7) Procedural memory Kemampuan kognitif ini, disebut juga praxis, adalah memori untuk fungsi motorik halus/skilled motoric function. Praxis mencakup sebagian besar program motorik yang telah dipelajari sebelumnya, berkisar dari kemampuan sederhana seperti menggosok gigi hingga yang sangat kompleks seperti bermain piano. Adanya gangguan praxis diduga terkait dengan gangguan lobus frontalis yang dominan. 8) Nonverbal recognition Kemampuan kognitif ini, disebut juga gnosis, adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengenali segala aspek tentang dunia di sekitar

11 16 seseorang dan juga tentang orang itu sendiri. Agnosia adalah kegagalan mengenali sesuatu secara normal, biasanya melibatkan modalitas spesifik, seperti visual agnosia. Proses ini melibatkan lobus temporal bilateral dan korteks parietal bilateral walaupun hemisfer kanan lebih dominan Fisiologi Yang Berkaitan dengan Fungsi Kognitif Otak memiliki area-area yang bertanggung jawab terhadap fungsi luhur manusia. Area tersebut dibagi menjadi area primer dan sekunder. Area primer berhubungan langsung dengan efektor atau reseptor di seluruh tubuh, misalnya neuron area motorik primer berhubungan langsung dengan otot yang disarafinya. Area sekunder mengartikan sensasi dari sinyal area primer, misalnya fungsi area suplementer dan area premotorik bersama korteks motorik primer dan ganglia basalis adalah menyediakan pola aktivitas motorik. Area asosiasi merupakan area yang tidak termasuk dalam pembagian area primer dan sekunder karena menerima dan menganalisa sinyal-sinyal secara bersamaan dari berbagai regio, baik dari korteks motorik maupun sensorik, dan juga dari struktur subkortikal. Area asosiasi yang paling penting adalah area asosiasi parieto-oksipitotemporal, area asosiasi prefrontal, dan area asosiasi limbik. 1) Area asosiasi parieto-oksipitotemporal Area ini mengartikan sinyal-sinyal dari seluruh area sensorik sekitarnya dan menafsirkannya. Area ini dibagi menjadi beberapa sub area fungsionalnya, yaitu:

12 17 a) Analisis terhadap keserasian spasial tubuh b) Area Wernicke Area ini merupakan daerah pertemuan dari berbagai area interpretasi sensorik dan sangat berperan dalam pada fungsi pemahaman otak yang lebih tinggi atau intelegensia. c) Area untuk melakukan proses awal bahasa penglihatan (membaca) d) Area untuk penamaan objek 2) Area asosiasi prefrontal Area ini, bersama dengan korteks motorik berfungsi untuk merencanakan pola-pola yang kompleks dan berurutan dari gerakan motorik. Area ini menerima input dari area asosiasi parieto-oksipitotemporal. Input tersebut dapat berupa informasi sensorik yang belum dianalisis, seperti informasi mengenai keserasian tubuh secara spasial yang digunakan untuk merencanakan gerakan yang efektif. Area asosiasi prefrontal juga penting untuk melakukan proses berpikir dalam benak pikiran. Regio khusus dalam area ini, area Broca, memiliki lintasan saraf untuk pembentukan kata. Di regio ini rencana dan pola-pola motorik untuk menyatakan kata-kata atau kalimat pendek dicetuskan dan dilaksanakan. Regio ini juga berhubungan erat dengan area wernicke 3) Area asosiasi limbik Area ini terletak pada belahan anterior lobus temporalis, bagian ventral lobus frontalis, dan di girus singulata terletak di dalam fisura longitudinalis di

13 18 permukaan tengah setiap hemisferum serebri. Area ini berhubungan dengan tingkah laku, emosi, dan motivasi Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif dapat dibagi menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain: 1) Usia Angka kejadian gangguan fungsi kognitif meningkat sesuai dengan pertambahan usia dengan peningkatan sekitar dua kali lipat setiap pertambahan usia lima tahun. 2) Jenis kelamin Beberapa studi tidak menemukan perbedaan insidensi gangguan kognitif akibat penyakit Alzheimer dan demensia vaskular di kalangan laki-laki maupun perempuan. Namun, studi meta analisis lainnya menyimpulkan bahwa perempuan lebih cenderung menderita demensia Alzheimer, sedangkan lakilaki cenderung menderita demensia vaskular. 3) Ras Insidensi gangguan kognitif akibat penyakit Alzheimer dan demensia vaskular kira-kira dua kali lebih tinggi pada ras Afrika-amerika dan Hispanik dibandingkan dengan kulit putih. Populasi di negara-negara Asia lebih jarang menderita demensia dan Alzheimer dibandingkan dengan AS. Etnis melayu dua kali lebih berisiko menderita Alzheimer dibandingkan dengan etnis Cina.

14 19 4) Genetik Penyakit Alzheimer dikatikan dengan satu susceptibility (risk) gene (alel apolipoprotein Eε4 pada kromosom 19) dan tiga determinative (disease) gene. Faktor yang dapat dimodifikasi antara lain: 1) Tekanan darah Tekanan darah yang tinggi di usia pertengahan dikaitkan dengan MCI dan peningkatan risiko gangguan kognitif. Hal ini terjadi akibat tingginya tekanan sistolik di usia pertengahan meningkatkan risiko aterosklerosis, meningkatkan jumlah lesi iskemik substansia alba, dan meningkatkan jumlah plak neuritis dan lilitan di neokorteks dan hipokampus, sehingga meningatkan atrofi hipokampus dan amigdala. 2) Payah jantung Disfungsi ventrikel kiri pada fungsi sistolik dan diastolik yang berat dikatikan dengan skor MMSE yang lebih rendah. Hal ini berkaitan karena adanya faktor risiko bersama seperti aterosklerorsis, hipertensi, DM, atau karena hipoperfusi serebral. 3) Aritmia jantung Fibrilasi atrium permanen dikaitkan dengan skor MMSE yang lebih rendah, mungkin disebabkan oleh lesi iskemik akibat mikroemboli dan hipoperfusi. Fibrilasi atrium sering disertai dengan payah jantung dan DM yang juga faktor risiko gangguan kognitif.

15 20 4) Diabetes mellitus Diabetes mellitus di usia pertengahan meningkatkan risiko gangguan kognitif. Peningkatan risiko dipengaruhi onset yang lebih dini, lama, dan beratnya diabetes. 5) Kadar lipid dan kolesterol Tingginya kadar kolesterol di usia pertengahan dihubungkan dengan peningkatan risiko gangguan kognitif akibat penyakit Alzheimer. Tingginya kadar High Density Lipoprotein (HDL) di usia pertengahan berhubungan dengan nilai neuropsikometrik yang lebih baik, sedangkan kadar trigliserida tidak berpengaruh. Tingginya kadar kolesterol bisa menyebabkan aterosklerosis yang mengurangi pasokan darah ke otak sehingga terjadi neurodegenerasi. 6) Fungsi tiroid Hipertiroid subklinis berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif, tetapi mekanisme hubungan tersebut masih belum diketahui. 7) Obesitas Studi pada usia pertengahan umumnya menunjukkan peningkatan risiko gangguan kognitif. Mekanisme yang terjadi mungkin akibat jaringan adiposa yang mensekresi beberapa sitokin, hormon, dan faktor pertumbuhan yang menembus sawar darah otak. Disregulasi leptin bersamaan dengan proses penuaan dapat meningkatkan deposisi Aβ di jaringan otak.

16 21 8) Gizi Mikronutrien seperti vitamin B6, B12, dan asam folat dapat mengurangi risiko gangguan kognitif dengan cara mengurangi kadar homosistein plasma. Makronutrien yang berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif adalah lemak yang dikonsumsi pada usia pertengahan. 9) Alkohol Konsumsi alkohol ringan sampai sedang berhubungan dengan turunnya risiko gangguan kognitif walaupun tidak bermakna. Mekanismenya mungkin melalui penurunan beberapa risiko kardiovaskular, seperti meningkatkan kolesterol HDL, memperbaiki sensitivitas insulin, menurunkan reaksi inflamasi, tekanan darah, faktor pembekuan darah, homosistein plasma, hiperintensitas substansia alba, dan infark subklinis. 10) Merokok Studi pada pria Jepang-Amerika, risiko gangguan kognitif lebih besar pada perokok dan mantan perokok dibandingkan dengan yang tak pernah merokok dan risiko penyakit Alzheimer lebih besar di kalangan perokok sedang dan berat dibandingkan dengan perokok ringan. Terpapar asap tembakau secara kronis meningkatkan risiko gangguan kognitif, termasuk peningkatan infark subklinis, intensitas substansia alba, kematian neuron dan atrofi subkortikal. Merokok juga menurunkan kadar antioksidan penangkap radikal bebas dalam sirkulasi, meningkatkan respons inflamasi dan bisa berlanjut menjadi aterosklerosis yang mempengaruhi permeabilitas sawar darah otak, aliran darah otak, dan metabolisme otak. Merokok juga langsung

17 22 mempengaruhi patofisiologi gangguan kognitif dengan meningkatkan jumlah plak amyloid. 11) Trauma Riwayat trauma kepala terbukti meningkatkan risiko gangguan fungsi kognitif sesuai dengan beratnya trauma. Riwayat trauma kepala disertai penurunan kesadaran meningkatkan risiko penyakit Alzheimer sepuluh kali lipat, jika tanpa penurunan kesadaran risikonya menjadi tiga kali lipat. Mekanismenya dianggap melalui kerusakan sawar darah otak, peningkatan stres oksidatif, dan hilangnya neuron ) Pendidikan Pendidikan merupakan faktor protektif terhadap fungsi kognitif, dan dapat meningkatkan plastisitas dan cadangan otak. Hal ini karena pendidikan dapat menyediakan stimulus rutin dan terus-menerus bagi perkembangan kognitif dan mampu mencegah hilangnya hubungan antar neuron. 28 Percobaan pada tikus juga menunjukkan bahwa tikus yang diberi perlakuan enriched environtment menyediakan stimulus dan masalah yang kompleks neurogenesis, pertumbuhan dendrit dan sinapsnya bertambah Gangguan Fungsi Kognitif Gangguan fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness) gangguan kognitif yang paling ringan yang dikeluhkan oleh 39% lanjut usia berusia tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun. Pada tahap ini penderita masih bisa berfungsi normal tapi mulai sering mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Gangguan ini dapat berlanjut

18 23 menjadi gangguan kognitif ringan (MCI), yaitu terdapat gangguan kognitif yang signifikan tetapi tidak mengganggu fungsi kehidupan, sampai ke demensia sebagai bentuk klinis yang paling berat. 30 Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas harian seseorang. 27 Penanda utama untuk gangguan fungsi kognitif adalah plak amyloid, neurofibrillary tangles, dan badan Lewy. Plak amyloid merupakan agregat amyloid β dan dalam keadaan normal juga diproduksi oleh tubuh. Neurofibrillary tangles terdiri dari protein struktural yang disebut protein tau yang menempel satu sama lain secara tidak normal. Dalam keadaan normal, protein tau membantu stabilitas struktur neuron. Badan Lewy merupakan agregat intraselular dari protein α synuclein. Fungsi dari protein ini masih belum jelas diketahui, tapi protein ini banyak ditemukan di sekitar sinaps. Badan Lewy terbentuk kemungkinan akibat penumpukan hasil samping metabolisme sel ketika metabolisme protein sel terganggu. 29 Amyloid β dibentuk dengan memproses amyloid precursor protein (APP), protein yang membantu mengatur integritas dan fungsi sinaps, serta dikode pada kromosom 21. Enzim yang memproses pemecahan APP tersebut berada di membran sel, disebut α-secretase, β-secretase, dan γ-secretase. Enzim tersebut terdapat pada protein presenilin 1 dan presenilin 2. Terganggunya metabolisme APP menyebabkan pemecahan APP yang abnormal sehingga menghasilkan amyloid β yang tidak larut dan tertimbun di sinaps dan matriks ekstraselular selama bertahun-tahun. 30

19 24 Penurunan degradasi/ pembersihan Amyloid β Peningkatan akumulasi Amyloid β Peningkatan produksi Amyloid β Efek ringan amyloid β pada sinaps oligomerisasi dan deposisi amyloid β Respon inflamasi Pembentukan plak neural Lesi oksidatif, mengganggu homeostasis ionik neuron Neurofibrillary tangles Terganggunya kinase/ fosfatase Kematian sel dan disfungsi neuron Gambar 1. Alur patogenesis Amyloid β Skrining Fungsi Kognitif Beberapa metode skrining yang sering digunakan untuk mengukur fungsi kognitif seseorang adalah Montreal Cognitive Assessment (MoCA) dan Mini Mental State Exam (MMSE). MoCA sangat berguna bila digunakan untuk skrining pada gangguan kognitif yang masih awal seperti MCI. MMSE berguna untuk mendeteksi keparahan demensia pada pasien dengan penyakit Alzheimer. 25 MoCA merupakan tes yang paling komprehensif dengan sensitivitas yang tinggi. 31

20 25 MoCA menilai domain fungsi kognitif yang berbeda, seperti atensi dan konsentrasi, fungsi eksekutif, memori, bahasa, visuoconstructional skill, conceptual thinking, kalkulasi, dan orientasi. Pasien akan menjawab atau merespon pertanyaan-pertanyaan lalu diberi skor, kemudian dijumlahkan. Total skor 26 atau lebih (maksimal 30) dapat dikatakan normal. Waktu yang dibutuhkan dalam tes ini sekitar sepuluh menit Lansia Proses menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail (lemah, rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian secara eksponensial. Banyak teori mengenai proses menua. Beberapa teori mengenai proses menua yang dapat diterima pada saat ini adalah teori radikal bebas, teori glikosilasi, dan teori DNA repair Perubahan Sistem Tubuh Terkait Proses Menua 1) Sistem endokrin Terjadi gangguan toleransi glukosa dengan glukosa darah puasa meningkat 1 mg/dl/dekade, gula darah postprandial meningkat 10 mg/dl/dekade, insulin serum meningkat, HbA1C meningkat, IGF-1 menurun. 2) Kardiovaskular Berkurangnya sel pacu jantung di nodus SA, hipertrofi atrium kiri, menurunnya respon inotropik, kronotropik, dan lusitropik terhadap stimulasi

21 26 beta adrenergik, menurunnya curah jantung maksimal, lapisan subendotel menebal dengan jaringan ikat, peningkatan resistensi vaskular perifer. 3) Tekanan darah Terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik tidak berubah, terganggunya autoregulasi perfusi otak. 4) Paru-paru Penurunan FEV1 dan FVC, meningkatnya volume residual, berkurangnya efektivitas batuk, berkurangnya efektivitas fungsi silia, peningkatan diameter trakea dan saluran nafas utama, berkurangnya respon ventilasi akibat hiperkapnia. 5) Ginjal Menurunnya laju creatinin clearance dan laju filtrasi glomerulus 10 ml/dekade, menurunnya ekskresi dan konservasi natrium, menurunnya ekskresi dan konservasi kalium, menurunnya kapasitas konsentrasi dan dilusi, berkurangnya sekresi akibat pembebanan asam. 6) Otot Massa otot berkurang secara bermakna (sarkopenia) karena berkurangnya serat otot, berkurangnya sintesis rantai berat miosin, berkurangnya inervasi, infiltrasi lemak ke berkas otot, berkurangnya laju metabolisme basal (4%/dekade setelah 50 tahun) 7) Tulang Melambatnya penyembuhan fraktur, berkurangnya massa tulang, berkurangnya formasi osteoblast tulang.

22 27 8) Gastrointestinal Berkurangnya kontraksi colon yang efektif, berkurangnya absorbsi kalium, berkurangnya ukuran dan aliran darah hati, terganggunya clearance obat oleh hati. 9) Sistem imun Berkurangnya imunitas yang dimediasi sel, rendahnya afinitas produksi antibodi, meningkatnya autoantibodi, meningkatnya IL-6 dalam sirkulasi, terganggunya fungsi makrofag, berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang. 10) Sistem saraf Berkurangnya sensasi getar dan termal, berkurangnya ukuran serat yang termyelinasi, berkurangnya sedikit massa otak, berkurangnya aliran darah otak dan autoregulasi perfusi, berkurangnya densitas koneksi dendritik, melambatnya proses sentral dan waktu reaksi, berkurangnya myelin dan total lipid otak. 11) Fungsi kognitif Kemampuan meningkatkan kemampuan intelektual berkurang, berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori, kemampuan mengingat masa lalu lebih baik dari mengingat kejadian yang baru saja terjadi. 33

23 Kerangka Teori Hipertensi Diabetes Mellitus 1. Hipoperfusi 2. Melemahnya sawar darah otak 3. Kehilangan autoregulasi 1. Hiperinsulinemia 2. Meningkatnya AGE dan RAGE 3. Menurunnya LRP Usia Obesitas Ras Fungsi Kognitif Kadar Lipid dan Kolesterol Genetik Gangguan Jantung Jenis Kelamin Alkohol Trauma Rokok Gizi Fungsi Tiroid Pendidikan Gambar 2. Kerangka teori

24 Kerangka Konsep Hipertensi dengan diabetes mellitus Hipertensi tanpa diabetes mellitus Status dislipidemia Riwayat penyakit jantung Jenis kelamin Riwayat merokok Gangguan Kognitif Gambar 3. Kerangka konsep 2.7 Hipotesis Hipotesis Mayor Terdapat perbedaan skor MoCA pada lansia hipertensi tanpa diabetes mellitus dan lansia hipertensi dengan diabetes mellitus Hipotesis Minor 1) Domain kognitif pada kelompok tanpa diabetes mellitus lebih baik daripada kelompok dengan diabetes mellitus 2) Domain kognitif visuospasial, penamaan, atensi, bahasa, eksekutif, delayed recall, dan orientasi pada kelompok dengan diabetes mellitus lebih buruk daripada kelompok tanpa diabetes mellitus. 3) Lansia dengan hipertensi dan diabetes mellitus memiliki skor total MoCA yang lebih rendah daripada lansia dengan hipertensi tanpa diabetes mellitus.

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) terhadap 46 orang responden pasca stroke iskemik dengan diabetes mellitus terhadap retinopati diabetika dan gangguan

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik 74 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik dengan hipertensi terhadap retinopati hipertensi dan gangguan kognitif yang datang berobat ke poli penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanpa disadari, fungsi kognitif memiliki peranan besar dalam kehidupan manusia dan menentukan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh manusia. Fungsi kognitif sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Proses Penuaan Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 70 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 41 penderita stroke iskemik. Subyek penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 (48,8%). Rerata (SD) umur penderita stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Dengan prevalensi 15% di negara berkembang, dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1. Pengertian Lansia Lanjut usia atau lansia menurut UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah dengan membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Transisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat Sindrom metabolik, juga dikenal sebagai sindrom resistensi insulin atau sindrom X, merupakan istilah yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin atau tidak dapat mempergunakan insulin secara baik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara epidemiologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh komplikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kognitif adalah suatu proses pengolahan masukan sensoris (taktil, visual,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kognitif adalah suatu proses pengolahan masukan sensoris (taktil, visual, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kognitif Kognitif adalah suatu proses pengolahan masukan sensoris (taktil, visual, dan auditorik) untuk diubah, diolah, dan disimpan, serta selanjutnya digunakan untuk hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan penurunan pada fungsi kognitif. Meskipun sebenarnya proses ini sudah mulai terjadi pada pertengahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun

BAB I PENDAHULUAN. akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan hiperglikemia akibat adanya gangguan sekresi insulin, kerja insulin,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan hiperglikemia akibat adanya gangguan sekresi insulin, kerja insulin, 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat adanya gangguan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

menyerupai fenomena gunung es. Penelitian ini dilakukan pada subjek wanita karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa wanita memiliki risiko lebih

menyerupai fenomena gunung es. Penelitian ini dilakukan pada subjek wanita karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa wanita memiliki risiko lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prediabetes merupakan pencetus Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2). Penanda prediabetes yaitu kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl dan atau kadar glukosa darah 2 jam post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi dapat dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami setelah manusia mencapai usia dewasa di mana seluruh komponen tubuh berhenti berkembang dan mulai

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I EPIDEMIOLOGI WHO DEGENERATIF Puluhan juta ORANG DEATH DEFINISI Penyakit degeneratif penyakit yg timbul akibat kemunduran fungsi sel Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World Health Organization (WHO) dalam Soenardi & Soetarjo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Darah Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam

Lebih terperinci

Penyakit pada Lansia. Gaya Hidup Aktif dan Proses Penuaan dr. Imas Damayanti, M.Kes FPOK-UPI

Penyakit pada Lansia. Gaya Hidup Aktif dan Proses Penuaan dr. Imas Damayanti, M.Kes FPOK-UPI Penyakit pada Lansia Gaya Hidup Aktif dan Proses Penuaan dr. Imas Damayanti, M.Kes FPOK-UPI Semua penyakit ada obatnya kecuali menjadi tua Patofisiologi Penyakit-penyakit yang Berhungan dengan Usia Lanjut

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi insulin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA HIPERTENSI DENGAN DAN TANPA DIABETES MELLITUS LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA HIPERTENSI DENGAN DAN TANPA DIABETES MELLITUS LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA HIPERTENSI DENGAN DAN TANPA DIABETES MELLITUS LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1 Kedokteran

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Gambaran Faktor Risiko Stroke pada Pasien Stroke Infark Aterotrombotik di RSUD Al Ihsan Periode 1 Januari 2015 31 Desember 2015 The Characteristic of Stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit kardiovaskular yang meningkat setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju (Adrogue and Madias, 2007). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus (DM) tipe 2 yang disebabkan oleh perubahan fungsi ginjal. Perubahan fungsi ginjal diawali dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, penduduk di dunia hidup lebih lama. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi manusia dengan usia

Lebih terperinci