Sofya Djafar Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Maryam Rahim,Murhimah A.Kau ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sofya Djafar Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Maryam Rahim,Murhimah A.Kau ABSTRAK"

Transkripsi

1 1

2 MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 71 KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Sofya Djafar Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Maryam Rahim,Murhimah A.Kau ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial siswa kelas V SDN 71 Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo?.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dalam meningkatkan interaksi sosial siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, teknik pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi sebagai bukti pelaksanaan penelitan.analisis data yang digunakan adalah analisis presentase dengan memperlihatkan hasil-hasil yang dilaksanakan siswa melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama. Dari hasil kegiatan bimbingan kelompok teknik sosiodrama diperoleh data pada siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua terdapat 56% dan 60% yang mampu. Kemudian pada siklus II pertemuan pertama dan kedua terdapat 72% dan 84% yang termasuk pada kategori mampu. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial siswa dalam pembelajaran pada siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo. KATA KUNCI: INTERAKSI SOSIAL,BIMBINGAN KELOMPOK,TEKNIK SOSIODRAMA Dra. Hj. Maryam Rahim, M.Pd dosen pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo, Hj. Murhimah A. Kau, S.Psi, M.Si dosen pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo

3 Pendahuluan Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja, tetapi juga mendidik aspek-aspek lainnya, salah satunya aspek sosial perilaku peserta didik. Seorang pendidik juga dituntut agar mampu memahami dan mengetahui karakteristik psikologis siswa yang dihadapinya.hal ini bertujuan agar pendidik mampu memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan peserta didik. Sebagai makhluk sosial, siswa dituntut untuk melakukan hubungan sosial antar sesama dalam hidupnya. Manusia sebagai makhluk sosial menuntut adanya kehidupan berkelompok, sehingga masing-masing kelompok memiliki ciri yang berbeda satu sama lain. Maka dari itu setiap individu harus menjalin interaksi sosial antar individu lain yang sama-sama hidup dalam satu kelompok, atau antar golongan terpelajar dengan golongan agama. Interaksi sosial merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia.lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang banyak mempengaruhi kemampuan interaksi sosial siswa. Akibatnya apabila siswa tidak mampu berinteraksi sosial dengan baik di sekolah, ia akan merasa tidak nyaman berada di sekolah dan terisolir dari lingkungan. Kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial antar siswa yang satu dengan siswa yang lain, antar siswa dengan guru, dan antar siswa dengan petugas sekolah, tidak sama. Siswa yang memiliki kemampuan interaksi tinggi akan mudahdapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan ia tidak akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan orang lain. Dalam bimbingan dan konseling terdapat banyak sekali starategi yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalahnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam interaksi sosial di lingkungan sekolah adalah dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Digunakannya teknik sosiodrama dalam penelitian ini karena teknik sosiodrama merupakan teknik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan masalah-masalah. Berdasarkan uraian diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 3

4 a. Siswa terkesan pasif pada saat jam pelajaran berlangsung. b. 11 orang siswa yang takut berinteraksi dengan guru-guru saat KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) berlangsung. c. Terdapat 44% atau 11 orang yang memiliki kemampuan interaksi sosial siswa yang masih rendah. d. Penggunaan layanan bimbingan kelompok belum diterapkan secara maksimal oleh guru dalam pembelajaran. Rumusan masalah dalam penelitian adalah Apakah pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo? Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan interaksi sosial siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo. Interaksi sosial adalah hubungan manusia dengan manusia lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok lain, (Sarwono (2010:185). Sedangkan menurut Ahmadi (2007:49) hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya merupakan pengertian dari interaksi sosial. Interaksi sosial siswa adalah proses perubahan yang berhubungan dengan kehidupan kejiwaan siswa, di mana biasanya perubahan-perubahan tersebut melahirkan tingkah laku yang dapat ditandai, meskipun tidak dapat diukur seperti pada perubahan-perubahan jasmani. Interaksi tersebut dapat berlangsung di lingkungan sekolah, dalam merespons pelajaran di kelas misalnya, siswa bergantung pada persepsinya terhadap guru pengajar dan teman-teman sekelasnya.positif atau negatifnya persepsi siswa terhadap guru dan teman-temannya itu sangat mempengaruhi kualitas hubungan sosial para siswa dengan lingkungan sosial kelasnya. Interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan saling timbal balik (Walgito, 2010: 57). Menurut Gerungan (2010:62) interaksi sosial yaitu individu yang satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang lain, di mana dirinya di pengaruhi oleh diri yang lain. Perkembangan seorang individu tidak akan pernah terlepas dari lingkungannya. Hubungan itu berkisar kepada usaha dalam menyesuaikan diri dan penyesuaian diri dapat dilakukan dengan cara Autoplastis yaitu seseorang harus menyesuaikan dirinya dengan

5 lingkungannya. Penyesuaian diri dapat juga dilakukan secara Aloplastis yaitu seseorang dapat merubah lingkungan agar sesuai dengan keinginan dirinya. Menurut Nurdin (2008:47) interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam bentuk kerjasama, serta persaingan atau pertikaian. Thibaut dan Kelley (dalam Ali, 2004:87) mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain. Menurut Homans (dalam Ali, 2004:87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang di kemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Menurut Shaw (dalam Ali, 2004:87) mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Menurut Sargent (dalam Ali, 2004:87) Social interaction is to consider social behavior always within a group frame work, as related to group structure andfunction yang artinya tingkah laku sosial individu dipandang sebagai akibat adanya struktur dan fungsi kelompok. Dalam interaksi sosial terdapat beberapa ciri-ciri di antaranya menurut Santosa (2004:11) bahwa ciri-ciri interaksi sosial meliputi: a. Adanya hubungan Setiap interaksi tentu saja terjadi karena adanya hubungan antara individu dengan individu maupun antara individu dengan kelompok. b. Ada individu Setiap interaksi sosial melibatkan individu yang melakukan hubungan. c. Ada tujuan Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi individu lain d. Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi sosial 5

6 Interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok terjadi karena individu tidak dapat terpisah dari kelompok.disamping itu, tiap-tiap individu memiliki fungsi didalam kelompoknya. Menurut Shaw (Ali,2004: 88) membedakan interaksi dalam menjadi 3 jenis, yaitu: a. Interaksi verbal Interaksi verbal terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi. Prosesnya terjadi dalam saling tukar percakapan satu sama lain. b. Interaksi fisik Interaksi fisik terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh. c. Interaksi emosional Interaksi emosional terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan. Jadi jika proses interaksi sosial tidak terjadi secara maksimal akan menyebabkan terjadinya kehidupan yang terasing. Faktor yang menyebabkan kehidupan terasing misalnya sengaja di kucilkan dari lingkungannya, mengalami cacat, pengaruh perbedaan ras dan perbedaan budaya. Interaksi sosial juga akan terjadi apabila terdapat beberapa aspek yang mendasari interaksi sosial. Ada beberapa bentuk interaksi sosial berupa: a. Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok-kelompok bekerja sama, saling menolong untuk mencapai tujuan bersama b. Akomodasi adalah penyesuaian antara orang yang satu dengan orang yang lain, antara seseorang dengan kelompok, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain; c. Perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat diantara individu atau kelompok dan juga merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

7 Jadi interaksi sosial tidak dapat terbentuk begitu saja tanpa ada aspek-aspek yang mendasari interaksi sosial yang dapat membuat hubungan timbal balik yang dinamis secara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok baik dalam kerja sama, akomodasi, dan perpaduan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Gerungan (2010:62) proses interaksi sosial baru akan berlaku apabila menghasilkan reaksi yang berbentuk hal-hal berikut: a. Faktor Imitasi Merupakan dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam hal tingkah laku, mode pakaian dan lain-lain. b. Faktor sugesti Sugesti merupakan proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. c. Faktor identifikasi Merupakan suatu dorongan untuk menjadi indetik (sama) dengan orang lain. d. Faktor simpati Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Interaksi sosial yang mendasarkan atas rasa simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan hanya berdasarkan sugesti atau imitasi saja. Gejala identifikasi dan simpati itu sebenarnya sudah berdekatan. Akan tetapi, dalam hal simpati yang timbal-balik itu, akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama dimana seseorang ingin lebih mengerti orang lain sedemikian jauhnya sehingga ia dapat merasa berpikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lain itu. Sedangkan dalam hal identifikasi terdapat suatu hubungan dimana yang satu menghormati dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya karena yang lain itu dianggapnya sebagai ideal. Jadi, pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya sebagai ideal. Hubungan simpati menghendaki hubungan kerja sama antara dua atau lebih orang yang setaraf. Hubungan identifikasi hanya menghendaki bahwa yang satu ingin menjadi seperti yang lain dalam sifat-sifat yang dikaguminya. Simpati bermaksud kerja sama, identifikasi bermaksud belajar. 7

8 Pada umumnya terjadinya suatu interaksi sosial berhubungan erat dengan status sosial, yaitu status sebagai seorang siswa yang bersekolah di dalam lingkungan sekolah yang sama. Dapat diketahui bahwa interaksi sosial merupakan suatu konsep yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dalam interaksi sosial, individu yang bertemu dengan individu yang lain secara langsung (tatap muka), atau dengan secara tidak langsung. Interaksi sosial tidak dapat terbentuk begitu saja, akan tetapi perlu adanya suatu teknik untuk belajar dan lingkungan tempat tinggal individu juga mempengaruhi dalam berinteraksi. Berdasar pada beberapa definisi di atas menunjukan bahwa interaksi sosial siswa dalam pembelajaran akan meningkat dengan melihat beberapa definisi di bawah ini: a). Ahmadi (2007:49) hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. b). Sukardi (1987) dalam Nursalim (2012) interaksi sosial siswa dengan teman-temannya di sekolah mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan anak. c). Gerungan (2010:62) individu yang satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain. d). Nurdin (2008:47) hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam bentuk kerjasama. e). Walgito (2010:57) hubungan antar individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan saling timbal balik. Jadi dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial dapat mempengaruhi aktivitas individu dalam pembelajaran yang tentunya berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Bimbingan kelompok menurut Hartinah (2009:) yaitu kegiatan bimbingan yang di berikan kepada kelompok individu yang mengalami masalah yang sama. Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok (Tohirin, 2007: 290). Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Jadi pada dasarnya bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal dan sosial. Pelaksanaan bimbingan kelompok adalah suatu proses melakukan atau melaksanakan pelayanan

9 bimbingan yang telah diprogramkan yang diberikan oleh pembimbing kelompok siswa yang bertujuan membantu siswa yang menghadapi masalah dengan cara membahas permasalahan dengan saling bekerja sama, sehingga memperoleh manfaat bagi kehidupannya. Menurut Tohirin (dalam damayanti 2012:43) teknik bimbingan kelompok adalah a. Program home room: program ini dilakukan di luar jam pelajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan. Dengan kondisi tersebut siswa dapat mengutarakan perasaannyaseperti di rumah sehingga timbul suasana keakraban. Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal siswanya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efisien. b. Karya wisata: dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan peninjauan pada objekobjek yang menarik yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Hal ini mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerjasama, tanggung jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita-cita. c. Diskusi kelompok: merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi siswa di beri peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis dan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri. d. Kegiatan Kelompok: dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan,karena kelompok dapat memberikan kesempatan kepada individu (siswa) untuk berpartisipasi secara baik. e. Organisasi Siswa: organisasi siswa khususnya di lingkungan sekolah dan madrasah dapat menjadi salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi siswa banyak masalah-masalah yang baik sifatnya individual maupun kelompok dapat dipecahkan. f. Sosiodrama: dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan kelompok. Sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Masalah yang didramakan adalah masalah-masalah sosial. Metode ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran.dalam sosiodrama, individu akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial. 9

10 g. Psikodrama: hampir sama dengan sosiodrama. Psikodrama adalah upaya pemecahan masalah yang didramakan. Dalam sosiodrama masalah yang diangkat adalah masalah sosial, akan tetapi pada psikodrama yang didramakan adalah masalah psikis yang di alami individu. h. Pengajaran Remedial: merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Sosiodrama adalah salah satu problem yang kerap dihadapi oleh murid dalam pergaulan sehari-hari yang diperankan atau dimainkan oleh beberapa murid dengan tujuan bersama-sama mencari penyelesaian.menurut Romlah (2006:104) sosiodrama adalah permainan peran yang ditujukan utuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Sosiodrama juga merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukan kepada anak tentang masalah-masalah hubungan sosial. Masalah hubungan sosial tersebut di dramatisasikan oleh anak di bawah pimpinan guru. Dari pengertian beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiodrama merupakan teknik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan masalah- masalah sosial melalui kegiatan bermain peran. Dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peran tertentu dari suatu situasi masalah sosial. Sehingga individu akan dapat menghayati secara langsung seperti betulbetul terjadi dalam situasi yang sebenarnya. Sosiodrama juga harus ada di dalam dan di luar kelas, dengan tujuan untuk mendukung siswa agar bisa belajar dengan alat dan perlengkapan yang disediakan.selanjutnya untuk siswa kelas V SD dengan perkembangan dan kemampuannya, maka alat yang digunakan harus mendukung seluruh materi belajar sebagaimana yang tertera dalam kurikulum. Manfaat dari sosiadrama yakni untuk pengembangan kemampuan berekspresi sehingga anak dapat menghayati berbagai bentuk perasaan juga menggali daya khayal (imajinasi) dan kreativitas anak. Menurut Gunarti (2011:5) manfaaat metode sosiodrama dalam perkembangan adalah sebagai berikut: a. Menyalurkan ekspresi anak-anak ke dalam kegiatan yang menyenangkan. b. Mendorong aktifitas, inisiatif dan kreatif sehingga mereka berpartisipasi dalam kegiatan bersama. c. Memahami isi cerita karena ikut memainkannya. d. Membantu menghilangkan rasa malu, rendah diri dan kemurungan pada anak. e. Mengajar anak saling membantu dan bekerja sama dalam permainan sosiodrama.

11 f. Menimbulkan rasa saling percaya mempercayai satu sama lain atas kesanggupan masingmasing. Tujuan penggunaan teknik sosiodrama adalah : a. Melatih anak-anak untuk mendengarkan dan menangkap cerita singkat dengan teliti. b. Memupuk dan melatih keberanian. Misalnya dengan ditugaskan untuk mendramatisasikan di muka kelas, pada permulaannya tidak semua anak berani. Sedikit sekali yang sukarela atau di tunjuk. Bahkan adakalanya anak-anak harus dipaksa. Tetapi lambat laun anak-anak berani sendiri. c. Memupuk daya cipta. Dengan mendengar cerita tadi, bagaimana anak-anak menyatakannya dalam bentuk kegiatan lebih-lebih dengan suatu cerita yang belum selesai. d. Belajar menghargai dan menilai kecakapan orang lain, dan menyatakan pendapatnya. Hal ini akan tampak apabila anak ditanya pendapatnya tentang dramatisasi yang dilakukan anak lain di depan kelas. e. Untuk mendalami masalah sosial. Jadi tujuan metode sosiodrama yakni untuk memecahkan suatu masalah agar anak memperoleh kesempatan untuk merasakan perasaan orang lain. Dengan tujuan tersebut maka metode sosiodrama mampu mendorong anak mencari dan mengembangkan rasa percaya diri anak. Penerapan Bimbingan Kelompok dengan menggunakan teknik sosiodrama dalam melatih kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan melalui empat tahapan, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran. Penerapan teknik ini dilakukan melalui langkah-langkah berikut: a. Tahap Pembentukan Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling Menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan kelompok Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri Teknik khusus Permainan penghangatan atau pengakraban b. Tahap Peralihan Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya 11

12 Menawarkan atau mengamati apakah para anggota menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga) Membahas suasana yang terjadi Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota jika perlu, kemabali kebeberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan) c. Tahap Kegiatan Menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan Menjelaskan teknik sosiodrama kepada siswa Membagi anggota menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 3 orang Membagikan cerita yang berisikan drama yang akan ditampilkan siswa di depan kelas Menyuruh anggota untuk membaca dan memahami isi dari cerita tersebut Membimbing dan mengarahkan anggota-anggota yang akan memerankan tokoh yang ada didalam cerita Melaksanakan sosiodrama di depan kelas secara bergantian Melaksanakan diskusi dari hasil sosiodrama sebagai suatu refleksi hasil pembelajaran Menyimpulkan manfaat dari kegiatan sosiodrama d. Tahap Pengakhiran Pimpinan kelompok dan anggota menyimpulkan tentang topik yang dibahas Pemimpin kelompok merefleksi kembali Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan pesan kegiatan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: jika digunakan bimbingan kelompok teknik Sosiodrama maka interaksi sosial pada siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo dapat mengalami peningkatan secara optimal. Metode Penelitian Penelitiantindakaninidilaksanakan disdn 71 Kota Timur Kota Gorontalo.Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas V dengan jumlah 25 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.dalam usia rata-rata tahun tersebut. Mereka mempunyai tingkat

13 kemampuan emosional yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang keluarga, lingkungan kehidupan masyarakat dimana siswa berada, keadaan psikologis, serta kehidupan lainnya. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, mengamti setiap perubahan yang menjadi objek penelitian.teknik analisis data dilakukan dengan teknik presentase, dimana data diperoleh dari hasi observasi dikembangkan dengan teknik penilaian kemudian dianalisis. Pembahasan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran dalam upaya meningkatkan interaksi sosial siswa dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok, memiliki indikator kinerja apabila kemampuan berinteraksi sosial siswa meningkat dari jumlah siswa mampu berinteraksi berjumlah 14 orang siswa atau 56% dapat ditingkatkan menjadi 21 orang siswa atau 84% dari jumlah siswa keseluruhan 25 orang. Proses bimbingan dilaksanakan dalam II siklus, setiap siklus dibagi dalam dua kali pertemuan. Setiap pertemuan menggunakan alokasi waktu masing-masing dua jam pelajaran. Dalam mengamati dan menilai interaksi sosial siswa digunakan lembar observasi, sedangkan pada setiap pertemuan guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan bimbingan kelompok, kemudian pada tahap kegiatan inti siswa mendramatisasikan dan kemudian ditanggapi oleh kelompok lain. Sedangkan indikator perilaku sosial siswa dilihat dari bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok, mampu bertanya dan mampu dalam mengemukakan pendapat.berdasarkan hasil observasi awal menunjukan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok, tidak mampu bertanya serta tidak mampu dalam mengemukakan pendapat. Dari ketiga indicator tersebut diperoleh data kemampuan siswa berinteraksi sosial dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 14 orang (56%) temasuk dalam klasifikasi mapu sedangkan 11 orang (44%) termasuk dalam klasifikasi tidak mampu. Setelah tindakan siklus I dilakukan kemampuan siswa mulai nampak walaupun belum signifikan. Hasil data pada pertemuan II siklus I menujukan bahwa 15 orang (60%) termasuk dalam kategori mampu, 3 orang (12%) termasuk dalam kategori kurang mampu, dan 7 orang (28%) termasuk dalam kategori tidak mampu dalam berinteraksi sosial. Memperhatikan data hasil observasi pada siklu I jelaslah bahwa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial sesuai indicator yang dinilai, akan tetapi hal tersebut 13

14 belum mencapai indicator keberhasilan yang ditetapkan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan siklus II guru merencanakan untuk lebih mengoptimalkan kegiatan guru dalam melaksanakan bimbingan kelompok dalam pembelajaran. Berdasarkan perencanaan-perencanaan tersebut maka siklus II dilaksanakan. Dari kegiatan itu diperoleh data sebagai berikut: 21 orang (84%) termasuk dalam kategori mampu berinteraksi sosial, 3 orang (12%) termasuk dalam kategori kurang mampu dan 1 orang (4%) termasuk dalam kategori tidak mampu berinteraksi sosial. Memperhatikan capaian siklus II berarti 84% siswa yang dikenakan tindakan melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama termasuk dalam kategori mampu dalam berinteraksi sosial dalam pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan interaksi sosial siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo telah tercapai. Dengan demikian hipotesis tindakan yang dirumuskan yaitu jika digunakan bimbingan kelompok teknik sosiodrama maka interaksi sosial pada siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo dapat mengalami peningkatan secara optimal dapat diterima. Simpulan Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial siswa Kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo. Karena bimbingan kelompok merupakan suatu cara untuk membantu memecahkan masalah siswa. Hal ini dibuktikan oleh adanya pencapaian indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 84%. Capaian indicator tersebut dilalui secara bertahap yaitu: pada observasi awal terdapat 56% anak pada kategori mampu, siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua terdapat 56% dan 60% yang termasuk pada kategori mampu. Siklus II pertemuan pertama terdapat 68% pada kategori mampu, dan pada pelaksanaan siklus II pertemuan kedua terdapat 84% atau 21 orang siswa pada kategori mampu. Dengan demikian, penerapan bimbingan kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial siswa Kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo. Saran Sesuai kesimpulan di atas, maka terdapat beberapa hal yang menjadi saran, yaitu:

15 a. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik pengubahan timgkah laku yang perlu digunakan untuk meningkatkan interaksi sosial siswa. b. Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan interaksi sosial siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok. c. Kepada seluruh pihak terkait, utamanya guru kelas V SDN 71 Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo pada khususnya dan guru lain pada umumnya untuk dapat mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan interaksi sosial siswa dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Ali, Moh, Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara Hartinah, Sitti Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung. Refika Aditama Ahmadi, 2007.Psikologi Sosial.Jakarta : Rineka Cipta Sumadayo, Samsu Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nurdin Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta:Raja Murah Romlah, Tatiek Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: UMM Press. Sarwono, 2010.Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Raja Grafindo Persada Tohirin, 2007.Pengertian Bimbingan Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. Walgito, Bimo Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset Gerungan.W.A Psikologi Sosial.Bandung: PT Refika Aditama 15

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja,

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja, tetapi juga mendidik aspek-aspek lainnya, salah satunya aspek sosial perilaku

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Wenny Hulukati, Murhima A. Kau, Ramlah ABSTRAK Meningkatkan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA Arni Murnita

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSI SOSIAL

BAB II INTERAKSI SOSIAL BAB II INTERAKSI SOSIAL A. Pengertian Barangkali sudah menjadi hukum alam yang tidak dapat kita pungkiri, bahwa kehidupan individu tidak akan lepas dari situasi lingkungannya. Tegasnya, individu itu tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Penelitian Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan pada anak yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa 1 2 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII B DI MTS. AL-KHAIRAAT KOTA GORONTALO Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak menimbulkan perubahan dan perkembangan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto ) METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Oleh : Ari Yanto ) Email : ari.thea86@gmail.com Abstrak Salah satu masalah yang dihadapi oleh tenaga pengajar

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain itu, sekolah mempunyai peranan dan tanggung jawab yang sangat penting untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran merupakan proses perubahan dalam perilaku sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal 2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan

Lebih terperinci

Interaksi Pustakawan Dan Pemustaka

Interaksi Pustakawan Dan Pemustaka Interaksi Pustakawan Dan Pemustaka Abstrak : Selain menguasai bidang ilmu perpustakaan, pustakawan diharapkan mampu memahami kondisi pemustaka melalui interaksi sosial. Dalam berinteraksi dengan pemustaka,

Lebih terperinci

Apabila ditinjau dari segi pembelajaran di kelas,

Apabila ditinjau dari segi pembelajaran di kelas, Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung Tien Kartini Abstrak Penelitian ini mengungkap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk 5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran yang aktif seperti yang di kehendaki dalam Undang Undang RI No

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN

KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN Sulistiyana Program Pendidikan Guru Bimbingan Konseling Universitas Lambung Mangkurat

Lebih terperinci

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Komunikasi Interpersonal a. Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Mark dan Tombouch (dalam Bachtiar 2005), mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline. Tidaklah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok teman sebaya dan hubungan individu atau anggota kelompok yang mencakup

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok teman sebaya dan hubungan individu atau anggota kelompok yang mencakup BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Partowisastro, (dalam Supriyadi,2011) mendefinisikan bahwa interaksi sosial kelompok teman sebaya dalah kedekatan hubungan

Lebih terperinci

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Nelly Oktaviyani (nellyokta31@yahoo.com) 1 Yusmansyah 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The purpose of this study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan interaksi sosial antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Santoso (2010: 156)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sebelum dikaji tentang pengertian bimbingan dan konseling Terlebih dahulu diuraikan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sebelum dikaji tentang pengertian bimbingan dan konseling Terlebih dahulu diuraikan BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.I Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling Sebelum dikaji tentang pengertian bimbingan dan konseling Terlebih dahulu diuraikan tentang pengertian bimbingan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA KELAS VIII MTSN 2 MEDAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA KELAS VIII MTSN 2 MEDAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA KELAS VIII MTSN 2 MEDAN Sya adatul Munawaroh, M. Rajab Lubis PPB-BK FIP Universitas Negeri

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 09 KEPAHIANG MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 09 KEPAHIANG MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 09 KEPAHIANG MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW Dian Saputra Guru SD di Kepahiang Abstrak: Mata pelajaran IPA merupakan salah satu

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO 1 MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa, Dinco Karim ABSTRAK Masalah dalam penelitian

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Hubungan Interpersonal Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas IX-1 SMP Negeri 1 Praya Barat Daya

Meningkatkan Kemampuan Hubungan Interpersonal Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas IX-1 SMP Negeri 1 Praya Barat Daya p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 9, No. 1, April 2018, Hal. 12-16 Meningkatkan Kemampuan Hubungan Interpersonal Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas IX-1 SMP Negeri

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN Oleh : SYUKRI MARZUKI NPM: 11060269 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar 2 PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM 3 Azwinar ABSTRAK Perkembangan bahasa anak di Taman Kanak-kanak Syukrillah Agam masih rendah. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berbahasa Pada Anak Usia Dini 1. Pengertian kemampuan berbahasa Kemampuan berasal dari kata mampu yang bermakna cakap atau terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan dapat mengubah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan dapat mengubah dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehiduapan suatu bangsa sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar melestarikan suatu budaya dan meneruskannya dari generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima belas tahun sampai dengan dua puluh dua tahun. Pada masa tersebut, remaja akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang lain pada manusia ternyata sudah muncul sejak ia lahir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA Jurnal PGSD : FKIP UMUS ISSN : 2442-3432 e-issn : 2442-3432 Vol. 3, no 1Februari2016 PERANAN PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOKDENGAN MEDIA BELAJAR GAMBARTERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Siswa Kelas II SD Negeri Bariri

Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Siswa Kelas II SD Negeri Bariri Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Siswa Kelas II SD Negeri Bariri Dewi Sartika Barangka, Ali Karim, dan Budi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Strategi Cooperative Script Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000) BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) interaksi sosial adalah relasi sosial yang berfungsi sebagai relasi sosial dinamis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tak akan terlepas dari kodratnya, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang mana ia harus hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan sepanjang hidupnya

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO

PENGARUH PERMAINAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO PENGARUH PERMAINAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO Amriani, Mardia Bin Smith, Rustam I. Husain Abstrak Penelitian ini adalah penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia adalah menuju pembangunan manusia seutuhnya yang meliputi dari berbagai faktor kehidupan termasuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB II METODE SIMULASI DAN PEMAHAMAN SISWA. atau berbuat seolah-olah. Dan juga simulation yang berarti tiruan atau

BAB II METODE SIMULASI DAN PEMAHAMAN SISWA. atau berbuat seolah-olah. Dan juga simulation yang berarti tiruan atau BAB II METODE SIMULASI DAN PEMAHAMAN SISWA A. Metode Simulasi 1. Pengertian Metode Simulasi Simulasi berasal dari kata simulate yang memiliki arti pura-pura atau berbuat seolah-olah. Dan juga simulation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial setiap individu akan selalu berkeinginan untuk berbicara, saling tukar-menukar pendapat dan informasi ataupun saling berbagi pengalaman dengan

Lebih terperinci

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari sekolah yang

Lebih terperinci

Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Disekolah. Nartoyo ( ) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang

Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Disekolah. Nartoyo ( ) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Disekolah Nartoyo (09220221) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang masalah yang di teliti adalah (1) Masih banyak siswa

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA Ayunda Mayasari Dewi (10220138) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Abstrak Perumusan Masalah dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari A. Metode Diskusi BAB II KAJIAN PUSTAKA Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari bahasa Yunani (metha), yang berarti melalui atau melewati. Secara umum metode atau

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMANTAPAN KARIR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMANTAPAN KARIR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN Artikel Skripsi EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMANTAPAN KARIR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkomunikasi kita menggunakan bahasa verbal atau lisan, baik dalam menyampaikan atau menerima informasi. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka digilib.uns.ac.id 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sikap terhadap Layanan Konseling Individual a. Pengertian Sikap Sikap menurut Sarlito adalah kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK Umi Chasanah (miu_mutzz44@yahoo.com) Syaifuddin Latif Shinta Mayasari ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan,

Lebih terperinci

Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa ABSTRAK

Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa ABSTRAK Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa Retno Ambarini (09220200) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang; masih adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Siklus I Dalam pelaksanaan siklus I mengacu pada rencana pembelajaran dengan menggunakan sosiodrama dengan pokok bahasan sikap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, seseorang ingin diakui sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, seseorang ingin diakui sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, seseorang ingin diakui sebagai salah satu bagian dari masayarakat tersebut. Keinginan itu timbul dari kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Interaksi Sosial Bonner (dalam Budiningsih, 2008:56) mengemukakan interaksi sosial yaitu hubungan antara dua atau lebih individu

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL DALAM INTERAKSI TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII SMP SWASTA BANDUNG BANDAR SETIA TAHUN AJARAN 2013-2014 RIAN AYU VEBRIA NASUTION

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Kerangka Teoritis Sosiodrama adalah: Drama yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan politik. 1

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK Pembimbing I Oleh Haryaningsih Pendidikan Matematika NIM. 411 409 042 Pembimbing II Drs. Perry

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME ( PTK di Kelas VIII Semester 2 SMP Ne geri 1 Nogosari) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE

KEEFEKTIFAN METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE JURNAL KEEFEKTIFAN METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII B SMP ISLAM NGORO JOMBANG TAHUN AJARAN 2016 2017 The Effectiveness Inside

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA. Oleh : Drs. M. Ramli, M.Pd.* dan Piawati ** ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA. Oleh : Drs. M. Ramli, M.Pd.* dan Piawati ** ABSTRAK UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA Oleh : Drs. M. Ramli, M.Pd.* dan Piawati ** ABSTRAK Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui (1) aktivitas pembelajaran peserta didik dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (dalam Udin S.Winataputra

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (dalam Udin S.Winataputra BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan juga merupakan aktifitas yang disengaja dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Siklus 1 a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan ini tercakup kegiatan sebagai berikut : 1) Refleksi awal, yaitu peneliti melakukan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B2 TK MADANI PALU

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B2 TK MADANI PALU MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B2 TK MADANI PALU Rawania 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah kurangnya guru yang menggunakan metode bermain peran,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI Dwi Wulan Sari, Drs. Suparjo Herlambang, M.Pd, Drs. Asradi, MM Program Studi Bimbingan Konseling

Lebih terperinci

PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan Vol. 13. No.1, Juli 2012 PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH Luluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TOERI

BAB II LANDASAN TOERI BAB II LANDASAN TOERI 2.2 Kepercayaan Diri 2.2.3 Pengertian Kepercayaan Diri Konsep percaya diri pada dasarnya merupakan suatu keyakinan untuk menjalani kehidupan, mempertimbangkan pilihan dan membuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA 1 2 MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA ABSTRAK Rina Mahan, Tuti Wantu, M.Pd, Kons, Irpan Kasan, S.Ag, M.Pd

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE RAMLI SITORUS Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD Email: ramlisitorus105@ymail.com

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA (STUDI KASUS di SMP NEGERI 4 PALU) Irsan 1 Abdul Munir 2 Munifah 3

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA (STUDI KASUS di SMP NEGERI 4 PALU) Irsan 1 Abdul Munir 2 Munifah 3 PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA (STUDI KASUS di SMP NEGERI 4 PALU) Irsan 1 Abdul Munir 2 Munifah 3 Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, Januari 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal,

Lebih terperinci

Penerapan Metode Penugasan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda dalam Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 21 Ampana

Penerapan Metode Penugasan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda dalam Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 21 Ampana Penerapan Metode Penugasan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda dalam Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 21 Ampana Masyita, Amram Rede, dan Mohammad Jamhari Mahasiswa Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan siswa di sekolah, siswa

Lebih terperinci

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Pendahuluan Oleh Dinar dan Ahmad Juanda: Latifa Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS 2010 FIS UNY Sejatinya pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 Hasil belajar adalah perubahan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA. Nelly Chandrawati Manalu

UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA. Nelly Chandrawati Manalu Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA Nelly

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK PADA KELOMPOK A DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL TOBOLI

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK PADA KELOMPOK A DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL TOBOLI MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK PADA KELOMPOK A DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL TOBOLI Minartin 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah perilaku sosial

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi pada diri seseorang yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Puspita Mertani (puspitamertani@gmail. com) ¹ Syarifuddin Latief² Diah Utaminingsih³ ABSTRACT The aim of this research

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada saat ini, penulis sulit menemukan penelitian yang mengambil judul

BAB II LANDASAN TEORI. Pada saat ini, penulis sulit menemukan penelitian yang mengambil judul BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Pada saat ini, penulis sulit menemukan penelitian yang mengambil judul tentang peningkatan kemampuan berbahasa dalam mengutarakan pendapat melalui metode

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR Guru TK ABA 010 Cabang Kuok Kabupaten Kampar email: herlinaher@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci