Laporan Program (Periode Juli 2012)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Program (Periode Juli 2012)"

Transkripsi

1 Laporan Program (Periode Juli 2012) I. Pendahuluan Laporan ini merupakan laporan secara deskriptif dari kegiatan dan implementasi program sepanjang bulan Juli 2012 yang dilaporkan setelah berakhirnya periode waktu/hari di setiap bulannya. Pada bulan Juli, sebagian besar aktivitas yang dilanjutkan masih berupa kelanjutan dari aktivitas sebelumnya di bulan Juni, seperti pembersihan lahan, pembuatan irigasi (saluran drainase), penanaman, maupun pendataan. Aktivitas fisik tersebut dilakukan pada awal bulan hingga pertengahan bulan, sementara jelang minggu terakhir Juli, aktivitas fisik dan lahan tak banyak dilakukan. Hal itu disebabkan oleh minggu pertama bulan Ramadan di mana sebagian besar warga muslim melakukan ibadah puasa. Situasi tersebut tentu bukan menjadi hambatan. Kerja-kerja fisik sengaja dikurangi mengikuti kondisi sosial lokal Merak Belantung (sebagian besar warga yang aktif dalam program, juga berpuasa). Sementara selama bulan puasa, implementasi program lebih banyak difokuskan pada level perencanaan strategis dan menjadi kesempatan bagi kami untuk lebih mendekatkan kepentingan konservasi kepada masyarakat lokal melalui serangkaian kegiatan formal dan non-formal, baik itu direncanakan atau tidak, sebagai upaya lebih lanjut bagi implementasi program pemberdayaan dan pengorganisiran masyarakat lokal terkait mangrove. Untuk setiap kegiatan maupun implementasi program yang berdampak pada adanya perubahan situasi/kondisi fisik, kami melampirkan foto-foto sebagai pelengkap penjelasan kegiatan yang menggambarkan situasi/kondisi sebelum dilakukan tindakan dan sesudahnya, sehingga tergambar dengan jelas perubahan-perubahan yang telah dilakukan. II. Rencana Kegiatan Program Sebagai kelanjutan dari bulan sebelumnya, berikut ini adalah perencanaan terhadap bulan Juli ini, meliputi: a. Pembersihan Lahan dan Perbaikan Kontur Lahan Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pembersihan lahan merupakan kegiatan membersihkan lahan yang akan ditanami mangrove dari berbagai hal yang menghambat aktivitas penanaman maupun mengganggu pertumbuhan mangrove setelah ditanam. Pembersihan masih terus dilakukan sepanjang berlangsungnya proses penanaman dan juga setelah penanaman untuk menjaga kondisi kesehatan dan keindahan kawasan dan pohon mangrove. Pembersihan dari 1

2 sampah terus dilakukan secara intens sebagai persiapan penanaman yang belum 100% selesai, apalagi mengingat bibit yang baru ditanam masih sangat rentan terhadap sampah. Di kawasan pantai yang bersinggungan dengan Sungai Merah dan sebarannya ke seluruh kawasan konservasi, sampah masih terus berdatangan dari laut, sehingga pembersihan lahan menjadi kegiatan yang cukup menyita. b. Pembuatan Saluran Drainase Setelah dilakukan pembuatan saluran drainase di sekitar Batu Perahu dan menghadapi masalah terkait pengurasan tambak, maka saluran drainase masih terus diupayakan. Tidak hanya pembuatan, tetapi juga pemantauan secara intensif terhadap saluran drainase yang telah dibuat, juga perlu dilakukan. Perhatian khusus terhadap area di Batu Perahu, diberikan mengingat kondisi lahan yang kritis dan keberadaan tambak yang masih aktif. c. Penanaman Setelah pada bulan sebelumnya dilakukan aktivitas pembuatan dan pemasangan ajir (batang bambu penyangga mangrove), juga setelahnya adalah penanaman, maka di bulan Juli ini aktivitas penanaman masih dilakukan untuk meneruskan ajir yang sudah ditancapkan. Penanaman untuk Juli ini ditargetkan di wilayah Serdang, Sungai Merak, dan ujung muara Tanjung Beo. Penanaman dilakukan di kawasan yang berada dalam konsisi baik (terdapat aliran pasang-surut air laut). d. Verivikasi Peta Setelah dilakukan aktivitas pemetaan di bulan Mei dan pemetaan usai dibuat pada bulan berikutnya, maka pada Juli ini dilakukan verivikasi peta, yaitu pengecekan ulang terhadap peta yang sudah dibuat. Check dan recheck terhadap pemetaan penting dilakukan untuk mengkonfirmasi kembali apabila ditemukan perubahan-perubahan fisik yang tak diduga. Verivikasi dan perbaikan pada peta masih dilakukan oleh tim yang sama sejak peta awal dibuat. e. Data Statistik dan Potensi Lokal Pengumpulan data statistik masih terus dilakukan untuk melengkapi data-data yang telah dihimpun sebelumnya untuk mencapai target pemenuhan data statistik dan potensi lokal secara menyeluruh di Desa Merak Belantung. Data dan olahan/analisa data akan menjadi basis informasi bagi program dan aktivitas pengembangan masyarakat lokal. f. Pemberdayaan Komunitas Berkaitan dengan momen bulan puasa yang mengurangi aktivitas fisik di lapangan, maka kami mulai melakukan upaya-upaya pendekatan kepada masyarakat lokal yang hendak menguatkan aktivitas pemberdayaan ke depannya. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan adalah dengan melibatkan tim Miyara Sumatera di berbagai acara komunitas. III. Implementasi Aktivitas Untuk setiap rencana aktivitas di bulan Juli lalu, berikut ini adalah implementasi dari masing-masing aktivitas: 2

3 a. Pembersihan Lahan dan Perbaikan Kontur Lahan Kegiatan pembersihan lahan dilakukan oleh tim Miyara Sumatera bersama kelompok pelestari mangrove yang kami berdayakan melalui pembelajaran lapangan, sekaligus menjadikan mereka juga sebagai pekerja guna penyerapan biaya tenaga kerja yang bisa termanfaatkan oleh penduduk lokal. Kegiatan dilakukan pada tanggal 30 Juni hingga 6 Juli 2012 di wilayah muara Pantai Tanjung Beo. Pembersihan dilakukan tidak hanya untuk mengangkat berbagai sampah, tetapi juga melakukan perataan kontur area tanam. Di wilayah tersebut, gundugan pasir tidak rata dan menggunung. Hal tersebut memberikan resiko terjadinya erosi ketika hujan maupun air pasang menyapu kawasan. Pembersihan lahan dari sampah dan perbaikan kontur akan mengurangi resiko kematian dari bibit dan memperindah kawasan secara estetika. Selain di area Tanjung Beo, pembersihan terhadap sampah dan semak-belukar (yang dapat mengganggu pertumbuhan bibit) juga dilakukan di wilayah Serdang. Setelah melakukan pembersihan dan perbaikan kontur, maka area siap ditanam. Kontur lahan sebelum dan sesudah perbaikan kontur. Kondisi air yang belum dibersihkan (kiri) dan sesudah pembersihan lahan (kanan). b. Penyempurnaan dan Pemantauan Drainase Pada bulan bulan sebelumnya, tim kami di lapangan telah melakukan aktivitas pembuatan saluran irigasi (drainase) bagi lahan mangrove. Pembuatan drainase dibutuhkan karena lahan yang hendak ditanami tidak memiliki saluran air yang cukup, kering, dan bertanah keras. Pembersihan terhadap area di sekitar Batu Perahu ini juga telah dilakukan. Pada bulan lalu, setelah dibuatkan drainase, lahan tidak cepat ditanam karena menghadapi persoalan terkait pola pasang-surut dan keberadaan tambak (adanya aktivitas pengurasan tambak yang menyedot air cukup banyak, sehinggha lahan tetap belum mendapatkan air). Saat ini, penyempurnaan dilakukan dengan melakukan pendalaman terhadap saluran-saluran drainase. Pendalaman terhadap tingkat 3

4 kedalaman saluran dan percabangan irigasi dilakukan karena berkaitan dengan masuknya musim panas di mana supply air yang masuk menjadi sedikit dan tidak berdaya jangkau panjang. Melalui pendalaman sebesar 70 cm di setiap jarak 5 meter saluran, diharapkan akan dapat menambah daya jangkau dan supply air yang masuk menjadi lebih besar. Jika dalam waktu dekat saluran air tersebut memberikan dampak positif terhadap perbaikan lahan yang kritis, maka bibit mangrove akan segera siap ditanam. Kondisi di lahan kritis dekat Batu Perahu saat sebelum dan sesudah dibuat saluran drainase. c. Penanaman Penanaman dilakukan setelah pembersihan dan perbaikan kontur. Aktivitas penanaman lanjutan (sebelumnya sudah dilakukan penanaman dan terus dilanjutkan) diimplementasikan pada minggu pertama dan kedua bulan Juli di wilayah Serdang, sekitar Sungai Merak, dan ujung muara Tanjung Beo. Penanaman difokuskan pada area tersebut karena memiliki kondisi lahan yang sudah siap tanam/telah dibersihkan dan memiliki sirkulasi air yang baik. Bibit yang ditanam sebagian besar didominasi oleh jenis Rhizopora apiculata. Tahapan penanaman bibit dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu penanaman 588 bibit, hari berikutnya sebanyak 640, dan terakhir adalah 513 bibit mangrove. Proses penanaman menggunakan tenaga pekerja melalui keanggotaan kelompok pelestari mangrove Bangkit Lestari. Untuk penanaman di lokasi dengan arus deras, kami melakukan inovasi menggunakan teknik bumbung, yaitu dengan menanam bibit di dalam lubang bambu yang telah diisi dengan lumpur. Teknik ini dipilih agar bibit tidak terhempas gelombang. Namun dari uji coba yang kami lakukan, sebagian bibit yang kami tanam dengan teknik bumbung, mati. Kematian sebagian mangrove dengan teknik ini disebabkan oleh lumpur yang kami pakai ternyata terkontaminasi oleh limbah kimia (kaporit) dari tambak. Selanjutnya, teknik ini masih akan digunakan karena efektif dalam mengokohkan bibit mangrove dari gelombang pasang, tetapi sebelumnya akan memilih dan menggunakan lumpur yang berada dalam kondisi baik dan tidak tercemar. 4

5 Kondisi di Sungai Merak sebelum dan sesudah aktivitas penanaman. Kegiatan penanaman di pinggiran Sungai Merak. d. Verivikasi Peta Setelah melakukan observasi lapangan untuk pemetaan dan menghasilkan draf peta area mangrove secara digital, selanjutnya dilakukan verivikasi peta. Verivikasi peta dimaksudkan untuk memverivikasi peta yang dihasilkan. Dilakukan pada minggu kedua bulan Juli, tim kami kembali mengukur ulang beberapa wilayah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan terhadap kawasan, juga menghitung kembali jarak dan batas program. e. Pendataan Statistik dan Potensi Lokal Pendataan statistik telah mulai dilakukan sejak bulan ini. Aktivitas yang dilakukan adalah dengan melakukan kunjungan ke berbagai lembaga pemerintah lokal untuk meminta data statistik. Dan untuk menunjang data kuantitatif tersebut, kami pula melakukan serangkaian observasi lapangan dan wawancara informal dengan berbagai stakeholders lokal terkait guna menghimpun data kualitatif yang akan memperkaya data statistik. Kedua data tersebut, kelak akan kami olah menjadi informasi dan analisa sosial yang lengkap guna menemukan potensi lokal untuk rencana pengembangan lanjutan. f. Pemberdayaan Komunitas Untuk tahap awal kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat lokal, tim Miyara Sumatera telah melakukan terlebih dulu peningkatan tingkat pemahaman dan partisipasi. Kami telah melakukan beberapa FGD terkait pengenalan dan pengetahuan dasar tentang mangrove. Tidak hanya berupa materi yang disampaikan di dalam kelas, tetapi mereka juga telah melakukan praktek langsung. Selain tingkat pemahaman dan pengetahuan, kami pula mengupayakan tingkat partisipasi mereka melalui keterlibatan mereka di mana program berkontribusi pada peningkatan pendapatan mereka sebagai pekerja. Prioritas sebagai pekerja yang kami berikan bagi anggota kelompok 5

6 Bangkit Lestari secara bergiliran dikarenakan kedekatan dan berbagai alasan strategis lainnya, yaitu mereka sebagai warga lokal. Bulan Juli ini, tak ada FGD yang kami lakukan. Upaya pemberdayaan yang kami lakukan masih fokus pada kerja-kerja lapangan sebagai penerapan dari FGD dan juga keterlibatan mereka sebagai pekerja. Menjelang bulan puasa pada akhir minggu kedua dan minggu keempat, aktivitas fisik sengaja kami hentikan karena kondisi sosial lokal di mana bulan Ramadan, tak banyak pekerja/masyarakat lokal bersedia untuk bekerja selama menjalankan ibadah puasa. Fokus kegiatan yang dilakukan selama minggu ketiga dan keempat Juli adalah dengan melakukan pendekatan-pendekatan serta berbaur dengan kegiatan-kegiatan masyarakat setempat. Melalui kegiatan-kegiatan mereka, kami menyisipkan beberapa isu terkait konservasi mangrove dan keterlibatan mereka. Berikut ini adalah sejumlah kegiatan di mana tim perwakilan Miyara Sumatera di Merak Belantung, turut melibatkan diri untuk menjalin keakraban - Terlibat dalam kepanitian acara persiapan Peringatan Kemerdekaan RI (17 Agustus). - Terlibat dalam kegiatan kepemudaan, yaitu RISMA (Ikatan Remaja Masjid) Dusun Lambur. - Terlibat dalam aktivitas mata pencaharian masyarakat pesisir, nelayan dan petani. - Terlibat dalam kegiatan buka puasa bersama di Dusun Lambur. - Terlibat dalam kegiatan masjid, seperti tarawih dan doa bersama (diselingi dengan sosialisasi program). Tim Miyara Sumatera bersama masyarakat lokal pada pertemuan desa yang dilakukan di masjid. Selain kegiatan di atas, keterlibatan kami juga mencakup hal-hal yang personal, seperti menghadiri undangan hajatan, menjenguk anggota kelompok atau keluarganya yang sakit, dan lainnya. Keterlibatan tim Miyara Sumatera membuat masyarakat merasa lebih dekat dan nyaman, serta dapat melakukan diskusi informal mengenai program mangrove. IV. Hambatan & Tantangan (Pembelajaran) Pada setiap aktivitas yang kami lakukan, berbagai hambatan dan tantangan terus kami temui dalam upaya melakukan konservasi fisik mangrove maupun melakukan kerja-kerja pengorganisiran dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Untuk aktivitas yang dilakukan Juli lalu, berikut ini adalah pembelajaran yang dapat kami gali, yaitu: 6

7 Bibit yang ditanam dengan teknik bumbung agar kuat menahan hempasan gelombang pasang-surut. a. Aktivitas pembersihan lahan selalu menjadi tantangan. Bukan hanya mengenai perkara sampah dan semak-belukar, tapi untuk aktivitas pembersihan kali ini, kami juga melakukan perbaikan kontur lahan yang berupa gundugan bukit. b. Untuk penenaman, pembelajaran kami dapatkan melalui penerapan inovasi teknik bumbung. Pemilihan dan penggunaan lumpur bagi bibit yang ditanam dengan teknik ini, ternyata perlu dicermati untuk menghindari kematian. Sejauh ini, teknik bumbum terbukti efektif mengatasi masalah kencangnya arus gelombang pasang yang dapat merobohkan bibit mangrove yang baru ditanam. c. Perubahan musim adalah kendala eksternal yang kami hadapi, terutama terkait dengan adanya perhatian khusus pada lahan kritis di wilayah Batu Perahu. Proses pergantian musim menyebabkan kondisi supply air pasang-surut, ikut berubah. Fenomena pergantian musim dinamakan oleh penduduk setempat dengan istilah rajuh. Pada Juni yang lalu, pergantian musim berdampak pada kemarau/kekeringan, sementara nanti memasuki bulan ke-9 dan 10, kemungkinan akan terjadi banjir besar. Untuk mengantisipasi ini, kami memfokuskan pada rencana pengairan (irigasi). d. Untuk lahan kritis yang berbatasan dengan tambak, saat ini masih terus diupayakan dengan pemantauan kondisi air dan lahan. Persinggungan dengan tambak aktif menjadi tantangan bagi kami. e. Pengumpulan dan pengolahan data kuantitatif dan kualitatif membutuhkan pendekatan khusus dan waktu yang tidak sebentar karena kami harus berhadapan dengan birokrasi lokal serta adanya kesenjangan hasil data (antara yang tertulis dan kondisi sebenarnya di lapangan). f. Karena tidak banyak tempat untuk masyarakat berkumpul (keterbatasan infrastruktur dan sedang dibangungnnya kantor desa), maka pertemuan-pertemuan terkait program banyak dilakukan di rumah-rumah penduduk. Ini tidak hanya menjadi hambatan, tetapi memberikan manfaat untuk melakukan pendekatan secara informal dan personal. 7

8 Ajir dan bibit yang sudah ditanam di kawasan Serdang. V. Capaian Capaian yang telah diraih oleh program, meliputi: a. Kawasan yang telah dibersihkan untuk kepentingan penanaman bibit mangrove pada bulan ini adalah kurang lebih 2 hektar, meliputi kawasan Sungai Merak, ujung muara Pantai Tanjung Beo, dan Serdang (di tempat penyimpanan bibit dan sekitarnya). b. Bibit yang berhasil ditanam berjumlah bibit yang tersebar di berbagai lahan yang telah dibersihkan dan berada dalam kondisi yang baik. Total bibit yang telah ditanam hingga akhir bulan Juli, yaitu lebih dari ribu bibit mangrove. c. Untuk sistem irigasi mangrove, saluran-saluran air di lahan kritis (di dekat Batu Perahu) telah mengalami pendalaman hingga 70 cm. Melalui pendalaman ini, diharapkan lahan akan memiliki sirkulasi dan serapan air pasang-surut yang baik. d. Keberhasilan teknik bumbung dalam mengatasi masalah derasnya gelombang pasang-surut yang beresiko merobohkan bibit yang baru ditanam. e. Terjalinnya hubungan yang baik, akrab, dan dekat antara tim Miyara Sumatera dengan penduduk setempat melalui keterlibatan tim Miyara Sumatera dalam berbagai aktivitas dan acara yang diselenggarakan oleh masyarakat lokal. Aktivitas penanaman. 8

9 VI. Rekomendasi Rekomendasi yang tergali dari kegiatan yang telah kami lakukan ini akan bermanfaat sebagai pertimbangan untuk aktivitas di bulan selanjutnya, yaitu: a. Karena cakupan program banyak memiliki persinggungan, baik itu secara vegetasi maupun pemanfaatan lahan (misalnya kawasan sengon yang berada di area mangrove), maka perlu mempertimbangkan pembuatan batas-batas cakupan program. b. Untuk pembelajaran yang dihadapi ketika melakukan perbaikan saluran drainase, adalah dengan memperhatikan faktor eksternal, seperti adanya fenomena alam berupa kekeringan dan banjir yang datang setiap terjadinya pergantian musim sebanyak dua kali dalam setahun di mana dampak yang akan ditimbulkan terkait pada ketersediaan air pasang-surut. c. Miyara Sumatera sudah akan memulai menjalin komunikasi dengan pemilik dan pengelola tambak secara intensif untuk mendorong penerapan tambak yang berbasis pada lingkungan (ramah lingkungan) agar tidak mencemari area sekitar, serta memohon dukungan dari pemilik dan pengelola tambak terkait adanya program konservasi mangrove yang bersinggungan dengan operasional tambak. d. Penerapan vetiver telah mulai disiapkan melalui rencana dan teknik penanaman yang memadukan vetiver dan mangrove serta mulai mempersiapkan tahap awal rencana pembibitan vetiver. e. Perlu melakukan kerja-kerja secara intensif guna mendampingi masyarakat agar bisa menyerap pengetahuan tentang konservasi mangrove serta mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi terkait persoalan mangrove ataupun persoalan lainnya yang mereka hadapi sebagai masyarakat pesisir yang terpengaruh secara langsung maupun tak langsung dari adanya perubahan kondisi lingkungan sekitar. Ke depannya, tidak hanya pada perubahan di tingkat pemahaman/pengetahuan dan tingkat partisipasi saja, melainkan melakukan upaya di tingkat perubahan mindset, kemampuan mengatasi persoalan, serta melakukan pengorganisiran kelompok. f. Karena pemetaan dilakukan oleh pihak ketiga (tenaga ahli), dan terdapat keterlambatan kerja dan hasil kerja, maka ke depannya pihak Miyara Sumatera akan melakukan koordinasi secara lebih tegas terkait pada hasil dan pencapaian program yang menggunakan jasa ahli. VII. Penutup Sebagai bentuk transparansi, laporan program bulanan Miyara Sumatera juga dapat dilihat dan diunduh melalui website resmi kami di Kami tidak hanya mencoba menerapkan aspek transparansi program, tetapi melalui kemudahan mengakses laporan oleh publik, maka laporan kami juga dapat menjadi pembelajaran bagi siapa pun yang tengah ataupun hendak melakukan kegiatan serupa. Bulan Agustus nanti, aktivitas kerja akan difokuskan pada upaya pemberdayaan dan analisa sosial. Pemberdayaan akan dilakukan melalui FGD. Tak cukup hanya dengan FGD, kami juga merencanakan pembuatan modul dan capacity building untuk community organizer bagi tim Miyara Sumatera di lapangan dan juga para leader dari kelompok dan masyarakat lokal. Dari rencana ini, akan menghasilkan modul dan implementasi dari modul tersebut. 9

10 Untuk aktivitas penanaman, masih perlu dilakukan. Namun karena membutuhkan dana yang tidak sedikit dan melibatkan pekerja, maka aktivitas penanaman akan disesuaikan dengan periode waktu pencairan dana program. Sementara aktivitas kampanye sudah akan mulai dilakukan secara intensif pada Agustus. Untuk Juli ini, kegiatan kampanye melalui media massa telah dilakukan dengana adanya berbagai publikasi media massa terkait program (update untuk publikasi media massa akan selalu dikoordinasikan melalui tim humas dari BHR dan selalu kami share melalui situs jejaring sosial kami, khususnya Facebook), juga perbaikan terhadap website telah dilakukan melalui pengintegrasian isu mangrove dan program konservasi mangrove dengan kerja sama BHR. *** 10

Laporan Program (Periode Juni 2012)

Laporan Program (Periode Juni 2012) Laporan Program (Periode Juni 2012) I. Pendahuluan Banyak hal telah kami capai pada bulan ke-7 di tahun ini terkait pada program konservasi mangrove di Krakatoa Nirwana Resort (KNR), Merak Belantung, Lampung

Lebih terperinci

TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU

TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU Diarsi Eka Yani (diarsi@ut.ac.id) PS Agribisnis, FMIPA, Universitas Terbuka ABSTRAK Abrasi pantai yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu

Lebih terperinci

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari 95.181 km. Sehingga merupakan negara dengan pantai terpanjang nomor empat di dunia setelah

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.2 1. Tempat pelestarian hewan langka orang hutan di Tanjung Puting bertujuan agar Tidak merusak pertanian dan mampu berkembangbiak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi populasi manusia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan suatu daerah yang sebagian wilayahnya merupakan lokasi kegiatan beberapa perusahaan skala nasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan 252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 19 Tahun 2013 SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGHIJAUAN KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total panjang keseluruhan 95.181

Lebih terperinci

ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM - MANDIRI PERKOTAAN PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 163 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat enam terrain

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KUESIONER. Lampiran 1. Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan

KUESIONER. Lampiran 1. Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan Lampiran 1. KUESIONER Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan Nama : Rabiatun NIM : 097004004 Institusi : Mahasiswa Pascasarjana, Program Studi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam 11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Sub Sektor : Air Limbah

Sub Sektor : Air Limbah Sub Sektor : Air Limbah No. Faktor Internal % Skor 1.00 2.00 3.00 4.00 Angka KEKUATAN (STRENGHTS) Adanya struktur organisasi kelembagaan pengelola limbah 1.1 domestik pada PU BMCK Memiliki Program kegiatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Abstrak Halaman Persembahan Motto

DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Abstrak Halaman Persembahan Motto DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Abstrak... iii Halaman Persembahan... iv Motto... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xii Daftar Gambar... xiii Daftar Peta...

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Perencanaan pengembangan drainase di wilayah Kota Batam khususnya di Kecamatan Batam Kota sangatlah kompleks. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DASAR PENYUSUNAN RIK 1. UU No. 18

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Ekspedisi Citarum Wanadri Muara Gembong, Bekasi...4 Sekilas Potret Masyarakat Muara...9 Pencemaran Air: Berkah atau Bencana?...

DAFTAR ISI. Ekspedisi Citarum Wanadri Muara Gembong, Bekasi...4 Sekilas Potret Masyarakat Muara...9 Pencemaran Air: Berkah atau Bencana?... DAFTAR ISI Ekspedisi Citarum Wanadri 2009...2 Muara Gembong, Bekasi...4 Sekilas Potret Masyarakat Muara...9 Pencemaran Air: Berkah atau Bencana?...18 Fotografi: Veronica Wijaya, Candra Samekto, Diella

Lebih terperinci

Laporan Evaluasi Program

Laporan Evaluasi Program PERTAMINA Laporan Evaluasi Program dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Program Community Development PT. PERTAMINA (PERSERO) Terminal BBM Boyolali 2017 EXECUTIVE SUMMARY Corporate Social Responsibility

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN OLEH : Arif Satria Fakultas Ekologi Manusia IPB Disampaikan padalokakarya MENGARUSUTAMAKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DALAM AGENDA PEMBANGUNAN, 23 OKTOBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan bakau / mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut (pesisir). Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar populasi dunia bermukim dan menjalani kehidupannya di kawasan pesisir (Bird, 2008), termasuk Indonesia. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor yang memiliki derajat pengaruh terbesar adalah faktor kerentanan fisik dan faktor

Lebih terperinci

BAB IV ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUPOKSI

BAB IV ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUPOKSI 18 BAB IV ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUPOKSI Isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi Kantor Lingkungan Hidup Kota Tegal adalah sebagai berikut : 1. Menurunnya kualitas perairan sungai,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa pantai merupakan garis pertemuan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. laut. Hutan bakau atau mangrove ini tumbuh terutama di tempat tempat yang. ikan blodok, kepiting, burung kuntul, kera, dan ular.

I. PENDAHULUAN. laut. Hutan bakau atau mangrove ini tumbuh terutama di tempat tempat yang. ikan blodok, kepiting, burung kuntul, kera, dan ular. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan bakau merupakan hutan yang bisa tumbuh di atas rawa berair payau kemudian terletak di pesisir pantai serta dipengaruhi oleh adanya pasang surut dari air laut. Hutan

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012 )

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012 ) 6.1 Gambaran Umum Struktur Monitoring dan Evaluasi Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi, juga memantau dampak, hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir (coast) dan pantai (shore) merupakan bagian dari wilayah kepesisiran (Gunawan et al. 2005). Sedangkan menurut Kodoatie (2010) pesisir (coast) dan pantai (shore)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 TAHUN 2011 Tanggal : 4 Pebruari 2011 Tentang : Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan

Lebih terperinci

Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+

Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+ Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+ 2014 Biduk- Biduk, 13-14 November 2014 1. Daftar Isi... 2 2. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km, dengan garis pantai yang panjang menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang sangat vital, baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis, ekosistem mangrove memiliki

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkurangnya sabuk hijau (green belt) di Indonesia dan semakin berkurangnya luas daratan di daerah pesisir terutama didaerah Jakarta, disebabkan oleh gelombang air

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.

Lebih terperinci

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi yang sangat pesat menyebabkan kemajuan di segala bidang, dan sekaligus menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak kemajuan teknologi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PANIMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung sejak jaman kolonial Belanda identik dengan keindahan dan kenyamanannya, dikenal sebagai kota yang indah, sejuk dan nyaman hingga diberi julukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan akhirnya bermuara kedanau atau laut. Dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL Ingerid Lidia Moniaga & Fela Warouw Laboratorium Bentang Alam, Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA Pada Tahun 2015 sesuai RENSTRA Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah bermaksud memfokuskan pencapaian sasaran utama yaitu : 1. Meningkatnya kinerja pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI

PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI (Perahu Angkat dan Angkutan Sampah Kita) Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Jum at, 01 Mei 2015 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung

Lebih terperinci

membangun imej positif di Desa Muara?

membangun imej positif di Desa Muara? LAMPIRAN Daftar Pertanyaan dan Jawaban Bapak Leman 1. Apa nama kegiatan penanaman mangrove di Desa Muara? nama kegiatan tersebut adalah Kampung Mangrove Dengan Energi Terbarukan. 2. Apa tujuan kegiatan

Lebih terperinci

Inti dari kegiatan rehabilitasi adalah menanam bibit di lapangan. Apabila penanaman dilakukan dengan

Inti dari kegiatan rehabilitasi adalah menanam bibit di lapangan. Apabila penanaman dilakukan dengan 2 Menanam Bibit di Lapangan Inti dari kegiatan rehabilitasi adalah menanam bibit di lapangan. Apabila penanaman dilakukan dengan cara yang benar dan waktu yang tepat maka peluang tumbuhnya bibit di lapangan

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV INPUT (Rp) SASARAN STRATEGIS (SARGIS) IK SARGIS SASARAN PROGRAM IK PROGRAM SASARAN KEGIATAN IK KEGIATAN Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Ekosistem mangrove adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai dan secara teratur di genangi air laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut,

Lebih terperinci

CATATAN KOLOKIUM NON-SUBSTANSI

CATATAN KOLOKIUM NON-SUBSTANSI NON-SUBSTANSI Proses Penyusunan Di beberapa kota/kabupaten masih terdapat proses diskusi yang digabungkan, sehingga hasil yang dicapai kurang optimal Proses diskusi dalam bentuk FGD ataupun diskusi partisipatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang lebih cepat seiring dengan berkembangnya kota Perkembangan ini terutama karena lokasinya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 95.181 km terdiri dari sumber daya alam laut dan pantai yang beragam. Dengan kondisi iklim dan substrat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI COVER DALAM... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... viii ABSTRAK... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan sanitasi Kota Bontang Tahun 0 05. Program dan kegiatan ini disusun sesuai dengan strategi untuk

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 1. Penanaman pohon bakau di pinggir pantai berguna untuk mencegah.. Abrasi Erosi Banjir Tanah longsor Jawaban a Sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa Sumber

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci