BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS"

Transkripsi

1 BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kondisi Industri Jasa Telekomunikasi Indonesia Teknologi telekomunikasi saat ini telah memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi telekomunikasi berperan sebagai perangkat yang sangat efektif untuk mengubah efisiensi dan keefektifan interaksi manusia. Oleh karena itu, teknologi telekomunikasi saat ini berkembang menjadi salah satu area bisnis yang menjanjikan. Industri jasa telekomunikasi di Indonesia terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu: 1. Industri telekomunikasi kabel (wireline), dikelola sepenuhnya oleh dua badan usaha milik negara (BUMN) yakni PT Indosat untuk Sambungan Langsung Internasional (SLI) yang kemudian melakukan duopoli dengan PT Satelindo, serta PT Telkom untuk Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ) maupun lokal. 2. Industri telekomunikasi nirkabel (wireless), dengan penetapan pemerintah dikelola oleh beberapa BUMN dan operator swasta. Kondisi terakhir menunjukan bahwa industri telekomunikasi nirkabel berkembang jauh lebih pesat dibandingkan pesaingnya di industri telekomunikasi kabel. Bahkan operator telekomunikasi kabel sudah berpaling ke teknologi telekomunikasi kabel tetap (fixedwireless) untuk meningkatkan penetrasi pasarnya. Dengan beberapa perubahan kondisi dalam negeri, seperti munculnya teknologi baru, pergantian rezim politik, dinamika sosial masyarakat, serta desakan perluasan atau perubahan preferensi pasar, industri telekomunikasi diperkirakan masih memiliki kinerja yang cukup mengesankan. Diantara negara-negara Asean maupun negara-negara di kawasan Asia Pasifik, penetrasi telepon tetap di Indonesia sampai 2004 masih sangat rendah, sekitar 4,5 telepon per 100 penduduk, sementara wilayah Asean sekitar 6,6 telepon per 100 penduduk. Pada pertengahan tahun 2005, jumlah pelanggan telepon tetap mencapai 12,1 juta sambungan telepon atau teledensitasnya sekitar 4,7. Dari total 12,1 juta sambungan, sekitar 71% merupakan sambungan kabel dan sisanya berupa sambungan nirkabel tetap (fixedwireless). Pertumbuhan sambungan kabel tetap periode Juni Juni 2005 tercatat meningkat sebesar 2,5%, sementara pertumbuhan sambungan nirkabel tetap sebesar 366% (Economic review, juni 2006). Kondisi terakhir menyatakan bahwa telendesitas total (kabel dan nirkabel) sebesar 35% (KOMPAS, 15 Mei 2007). Sementara itu, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan sepanjang , 7

2 pertambahan telepon sambungan tetap akan mencapai 18,82 juta satuan sambungan telepon (SST). Dari jumlah tersebut 68,18% akan dikerjakan oleh PT Telkom, sisanya oleh PT Indosat 17,27% dan PT Bakrie Telecom 14,55%. Jika dibandingkan dengan sarana telekomunikasi lainnya, perkembangan industri telepon seluler tercatat paling pesat. Dalam kurun waktu lima tahun ( ), industri telepon seluler mengalami pertumbuhan sebesar 45,52% per tahun. Sementara itu Internet menempati urutan kedua dengan pertumbuhan 31,06% per tahun, sedangkan telepon tetap hanya 7,52%. Peningkatan jumlah pelanggan telepon seluler dalam lima tahun terakhir di Indonesia, menurut kalangan operator seluler, tidak terlepas dari murahnya harga kartu perdana prabayar dan pasca bayar saat ini, sehingga masyarakat mampu membelinya baik dari kalangan pelajar, ibu rumah tangga maupun karyawan. Berdasarkan laporan dari lembaga Portio Research, Indonesia termasuk dalam jajaran negara dengan pertumbuhan industri seluler paling tinggi di dunia. Pada kurun waktu tahun 2006 sampai dengan 2011, Indonesia diperkirakan akan berada di peringkat tiga setelah India dan China. Pasar telepon seluler di dalam negeri memiliki potensi yang sangat besar karena industri telekomunikasi Indonesia merupakan yang terkuat di Asia Pasific. Dengan potensi pasar sedemikian besar, maka operator-operator telekomunikasi saling bersaing untuk mengembangkan bisnisnya masing-masing. 2.2 Kondisi Industri Perangkat Telekomunikasi Indonesia Pada pertengahan 1970-an, dengan dipelopori oleh dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan sebuah perusahaan swasta nasional, generasi pertama dari industri perangkat telekomunikasi muncul di Indonesia. Ketiga perusahaan ini tumbuh dengan pesat, baik dari sisi bisnis maupun teknologi. Pertumbuhan pesat tersebut didukung/disebabkan oleh kebijakan Pemerintah saat itu yang mewajibkan para pemasok teknologi dari luar bekerjasama dengan salah satu dari ketiga industri lokal tersebut. Pada tahun 1980-an, kebijakan Pemerintah untuk mengadopsi teknologi digital switching dan kebijakan yang mendukung industri dalam negeri dengan dibentuknya Kementerian Upaya Peningkatan dan Pemberdayaan Produk Dalam Negeri (UP3DN), mendorong lahirnya gelombang kedua industri perangkat telekomunikasi dimulai pada tahun 1980-an. Kelompok yang termasuk dari generasi kedua ini adalah Hariff, CMI, EN, Citra, Nusa, Bakrie, dan Telnic. 8

3 Setelah mengalami pertumbuhan sampai 1980-an, industri perangkat telekomunikasi Indonesia mengalami kemunduran pada 1990-an. Pertumbuhan industri perangkat telekomunikasi tidak sebanding/relatif lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan industri jasa telekomunikasi. Beberapa faktor seperti deregulasi pemerintah dalam dukungannya terhadap industri perangkat telekomunikasi, kurangnya alih teknologi, dan ketergantungan industri perangkat telekomunikasi terhadap bahan baku impor, menyebabkan stagnasi dan berkurangnya kemampuan industri perangkat telekomunikasi untuk mengembangkan diri. Antiklimaks dari perkembangan industri perangkat telekomunikasi di Indonesia terjadi pada akhir 1990-an, yaitu ketika terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Berdasarkan temuan organisasi Masyarakat Telematika (MASTEL), saat ini industri perangkat telekomunikasi di Indonesia sebagian besar sedang dalam tahap bertahan hidup, melakukan restrukturisasi, atau beralih fokus ke bidang lain. 2.3 Isu Bisnis PT. Hariff Daya Tunggal Engineering Dua jenis industri yang diuraikan pada dua sub-bab pertama pada bab ini merupakan sebagian komponen penyusun value chain dari industri telekomunikasi. Industri perangkat telekomunikasi merupakan salah satu pemasok bagi industri jasa telekomunikasi. Meskipun rantai bisnisnya sangat dekat, kedua industri ini tidak berbagi kondisi yang sama. Pada satu sisi, industri jasa telekomunikasi saat ini sedang berkembang dengan pesat. Jumlah end-user dari produk telekomunikasi meningkat secara drastis dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun terdapat teknologi mulai kurang diminati, tetapi teknologi lain dapat menggantikannya. Pertumbuhan total industri jasa telekomunikasi mencapai dua digit dan potensi pasarnya masih sangat besar. Jumlah operator telekomunikasi masih memungkinkan untuk terus bertambah. Sementara itu, seperti yang telah diuraikan pada sub-bab 2.2, industri perangkat telekomunikasi Indonesia saat ini dalam kondisi kurang baik. Meski peluang untuk berkembang dengan pesat sangat besar, industri perangkat telekomunikasi lokal masih belum dapat memanfaatkannya. Industri perangkat lokal masih seringkali kalah bersaing dengan pesaing-pesaing yang menyediakan produk-produk luar. 9

4 Hariff, sebagai salah satu komponen dalam industri perangkat telekomunikasi, mengalami kendala yang serupa. Tekanan dari pihak pemasok, pesaing, dan pelanggan dirasakan sangat besar dan berpengaruh besar dalam aktivitas bisnisnya. Meskipun daya serap pasar terhadap produk-produk Hariff relatif besar untuk ukuran industri lokal, posisi tawar Hariff terhadap pihak pemasok dan pelanggan masih sangat rendah. Salah satu upaya untuk tetap bertahan dalam persaingan, Hariff menerapkan strategi 100% service level policy. Dengan strategi tersebut, untuk sementara ini, Hariff berhasil untuk memantapkan posisinya dan berkembang menjadi semakin besar. Dampak positif dari strategi ini sangat besar. Seiring dengan booming yang dialami oleh industri telekomunikasi beberapa tahun kebelakang, Hariff pun mengalami perkembangan yang serupa. Seperti yang telah diilustrasikan dalam Gambar 1.2, pada awal tahun 2000-an Hariff tumbuh dengan pesat. Meski perkembangan ini, secara keseluruhan, bergerak secara positif, akan tetapi timbul kendala dalam internal perusahaan. Strategi perusahaan, yang selama ini diterapkan dan dianggap berhasil, adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan loyalitas pelanggan, melakukan penetrasi pasar, dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih baik. Dalam prakteknya strategi ini seringkali menempatkan Hariff ke dalam posisi yang sulit. Pelanggan seringkali memberikan order yang sulit untuk dilaksanakan, namun bagi Hariff jauh lebih sulit untuk ditolak. Salah satu faktor penyebabnya adalah orientasi perusahaan yang dulu bersifat project-based, sehingga pelanggan menganggap Hariff sebagai problem-solver bagi setiap permasalahan dengan kondisi apapun. Faktor lain yang menyebabkan kendala internal Hariff adalah fokus dari top management untuk mengembangkan ukuran (size) perusahaan sehingga sangat menekankan pada pertumbuhan pendapatan penjualan. Kecenderungan terakhir menunjukkan bahwa top management lebih menyukai untuk melakukan diversifikasi. Beberapa penyesuaian telah dilakukan agar tetap kompetitif sekaligus dapat memperbaiki kinerja perusahaan. Selain restrukturisasi organisasi perusahaan, salah satu penyesuaian yang cukup besar dampaknya adalah perubahan orientasi produksi. Hariff yang sejak pendiriannya berorientasi project-based, kini berupaya melakukan peralihan menjadi make-to-stock. Peralihan yang mulai diterapkan pada semester akhir tahun 2006 ini masih 10

5 belum memperlihatkan dampak yang signifikan, bahkan beberapa divisi masih mengalami kesulitan untuk beradaptasi Value Chain PT. Hariff Daya Tunggal Engineering Internal value chain Hariff saat ini masih cenderung bersifat project-based, dimana order yang diterima oleh Divisi Marketing & Sales tidak langsung diproses oleh Divisi Operasi, akan tetapi harus melewati Divisi Teknik yang bertugas untuk melakukan analisa dan perancangan dari order tersebut. Selain itu, value chain Hariff juga masih memiliki rantai project implementation karena setiap order dianggap sebagai proyek baru, setiap order harus dipasang serta dipastikan berfungsi dengan baik, dan setiap order harus disiapkan jadwal pemeliharaan serta perbaikan untuk beberapa waktu ke depan. Dengan memodifikasi konsep value chain (Porter, 1985), Hariff membagi value chain-nya menjadi tiga rantai proses besar, seperti ditampilkan dalam Gambar 2.1, yaitu Management Process, Core Process, dan Support Process. Hal ini dilakukan untuk mempermudah perancangan, pemetaan, analisa, dan perbaikan dari masing-masing proses. Uraian dari masing-masing value chain adalah sebagai berikut. 1. Peta value chain Management Process adalah gambaran dari kebijakan Hariff dalam upaya pemberian pedoman, pengawasan, dan pengembangan. Rantai-rantai proses yang terlibat antara lain yaitu: Strategic Management, Business & Product Development Management, Sales Management, Quality & Environmental Management, Risk Management, dan Accounting & Controling. Meski Hariff telah memetakan setiap Management Process, tidak semua berjalan semestinya. Sebagian masih dalam tahap penyusunan, pengembangan, dan perbaikan. Diantara yang telah berjalan dan dinilai telah berjalan dengan semestinya adalah Business & Product Development Management dan Accounting & Controling. Business & Product Development Management bahkan telah berhasil mengembangkan beberapa bisnis baru dan menambahkan value-add pada beberapa produk generic. 11

6 12

7 2. Peta value chain Core Process adalah rantai utama penciptaan nilai bagi perusahaan. Value chain Core Process Hariff terdiri dari tiga proses yang berjalan paralel, yaitu Project Realization Management, Order-Fulfillment Management, dan Service Support Management. Pembagian value chain Core Process ini dilakukan karena Hariff tidak hanya menyediakan produk-produk infrastruktur telekomunikasi, akan tetapi juga memberikan jasa implementasi dan pemeliharaan. Value chain Order- Fulfillment Management yang terlibat yaitu: Marketing & Sales, Teknik (Engineering), Production Planning & Inventory Control, Procurement, Production, Quality Control Process, Logistic, Project Planning, Implementation Process, dan After Sales Support. Dengan rantai value chain seperti yang diulas diatas, orientasi operasi Hariff yang masih bersifat project-based sangat terlihat pada rantai Order-Fulfillment Management. Tidak seperti konsep value chain Porter, value chain Order-Fulfillment Management Hariff tidak melibatkan inbound logistic. 3. Peta value chain Support Process adalah pemetaan proses pendukung dari Core Process. Rantai-rantai proses yang terlibat yaitu: Information Technology (IT) Management, Human Resources Management, Finance & accounting, Assets management, dan Enterprise Resource Planning (ERP) Implementation Proses Bisnis Utama PT. Hariff Daya Tunggal Engineering Proses bisnis utama dari Hariff adalah proses order-fulfillment dimana proses dimulai dari penerimaan order dan berakhir setelah order tersebut diimplementasikan. Proses ini dinilai sebagai proses utama karena output proses ini nilainya jauh lebih besar dibandingkan nilai 13

8 proses pemeliharaan atau implemntasi yang diterima Hariff. Selain itu proses ini juga menyita sebagian besar sumber daya yang dimililiki Hariff. Produk akhir dari proses order-fulfillment ini adalah Power System untuk Base Tranciever System (BTS) dari operator-operator telekomunikasi. Meskipun sebenarnya cukup rumit dan melibatkan berbagai divisi, proses-proses yang menyusun proses order-fulfillment ini, secara garis besar dijelaskan sebagai berikut. 1. Penerimaan order Proses ini merupakan tahap paling awal dari proses bisnis utama Hariff. Input dari proses ini adalah order yang diterima dari pelanggan, sedangkan outputnya adalah work-order untuk divisi Operasi. Process Owner dari proses ini adalah divisi Marketing. 2. Perhitungan kebutuhan Pada proses ini berlangsung pemeriksaan ketersediaan barang yang sesuai order, perencanaan pengadaan barang, perencanaan jadwal produksi, dan melakukan pengontrolan tingkat inventori. Process Owner dari proses ini adalah divisi Production, Planning, and Inventory Control (PPIC). 3. Produksi Selain melaksanakan jadwal produksi, pada proses ini juga terjadi distribusi pembagian jumlah produksi antara produksi internal dengan produksi yang dilakukan oleh sub-kontraktor. Process Owner dari proses ini adalah divisi Produksi. 4. Outbound Logistic Pada proses ini berlangsung aktivitas-aktivitas penerimaan dan penyimpanan barang hasil produksi, serta pengaturan pengiriman barang. Process Owner dari proses ini adalah divisi Gudang. 5. Implementasi Proses ini merupakan tahap akhir dari proses order-fulfillment. Setelah dilakukan pengiriman ke tempat proyek bersangkutan, barang tersebut diinstalasi. Process Owner dari proses ini adalah divisi Project. Selain proses-proses diatas, terdapat dua proses pendukung dari proses order-fulfillment, yaitu: 1. Pengadaan Barang Aktivitas utama dari proses ini adalah pembelian bahan baku. Process Owner dari proses ini adalah divisi Purchasing. 14

9 15

10 2. Inbound Logistic Pada proses ini berlangsung aktivitas-aktivitas penerimaan dan penyimpanan bahan baku. Process Owner dari proses ini adalah divisi Gudang. Selain proses order-fulfillment, terdapat pula beberapa proses bisnis lain yang menunjang kelangsungan bisnis dan operasi Hariff. Proses-proses tersebut diantaranya adalah 1. supply chain process, 2. sales & marketing process, 3. assets management process, 4. recruitment process, 5. human resources management process, 6. financing & budgeting process, 7. accounting & controlling process, 8. strategic management process, 9. business & product development process, 10. quality & environmental management process, 11. risk management process, 12. IT management process, dan 13. ERP Implementation process. Meski sebagian besar proses bisnis telah dipetakan dan dibakukan, seringkali terjadi bypass pada proses bisnis tersebut. Salah satu proses yang paling sering terjadi perlakuan ini adalah proses order-fulfillment. Proses by-pass ini seringkali menyebabkan keterlambatan dokumen order dan pada akhirnya menyebabkan panjangnya cash cycle perusahaan. Proses by-pass juga dapat mengganggu jadwal produksi dan jadwal implementasi proyek/order lainnya. Selain itu, dengan semakin panjangnya cash cycle perusahaan, likuiditas perusahaan menjadi terganggu dan pada akhirnya berimbas pada proses pengadaan barang. Kebijakan pengadaan barang yang berlaku di Hariff saat ini adalah pembelian independent (karena tidak ada kontrak kerjasama dengan pemasok), berdasarkan kebutuhan setiap order dan hanya dilakukan bila tersedia dana. Oleh karena itu saat ini Hariff memfokuskan untuk memperbaiki kinerja proses orderfulfillment. Beberapa upaya telah dilakukan, diantaranya adalah BPR/BPM Project dan ERP Implementation. Mengingat pelaksanaannya baru berjalan satu tahun, dan belum 16

11 terlaksananya audit yang komprehensif, maka dampak positif dari upaya perbaikan ini belum dapat dirasakan dan malah cenderung dinilai menambah beban kerja. 2.4 Identifikasi Permasalahan Penelusuran akar masalah ini merupakan identifikasi awal. Sudut pandang yang digunakan hanya sudut pandang internal yang menilai kondisi internal perusahaan, pasar eksisting dan pemasok yang langsung dihadapinya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, beberapa masalah berhasil diidentifikasi. Masalah-masalah tersebut tersebar di seluruh divisi dan saling berkaitan. Oleh karena itu, sebagai salah satu langkah awal penyelesaian masalah, perlu dilakukan eksplorasi yang mendalam agar masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan. Cara yang dipakai dalam proyek akhir ini adalah Current Reality Tree (CRT). Metoda ini dipilih karena dapat mengeksplorasi suatu masalah yang teridentifikasi di permukaan dan keterkaitannya dengan masalah lain sehingga dapat menelusurinya sampai ke akar permasalahannya. Metoda ini juga memudahkan penyusunan skala prioritas dalam penyelesaian masalah dan mempermudah pemilihan metoda yang dapat dipakai untuk menyelesaikannya. Penelusuran masalah di Hariff dimulai dari masalah-masalah yang muncul di permukaan. Masalah-masalah tersebut adalah (a) error yang cukup besar antara forecast dengan realisasi kontrak, (b) sistem dokumentasi yang kurang baik, (c) order dadakan dengan delivery date yang sangat pendek, (d) demand yang semakin sulit diprediksi, (e) sering terjadinya stockout, dan (f) keterlambatan pembayaran kontrak. Penelusuran ini berujung dengan identifikasi dua masalah utama dan satu akar masalah. Masalah utama yang berhasil teridentifikasi adalah lokasi pemasok yang berasal dari luar negeri dan pelatihan/wawasan karyawan. Sementara itu, akar dari lebih 80% masalah yang dihadapi berasal dari penyesuaian ketat antara sumber daya perusahaan dengan kebutuhan pasar. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelusuran ini adalah bahwa permasalahan terjadi pada product line DC power system. 17

12 18 Gambar 2.3 Current Reality Tree Hariff

13 2.5 Usulan Pemecahan Masalah Banyak cara untuk menjawab tantangan bisnis global. Peningkatan/perbaikan kinerja suatu perusahaan dapat dilakukan baik secara terintegrasi maupun terdistribusi di masingmasing divisi. Selama ini Hariff masih melakukan perbaikan secara parsial dan perbaikan ini terkonsentrasi pada proses. Merujuk pada penelusuran masalah pada sub-bab 2.4, proses bukan merupakan akar masalah, melainkan penyesuaian secara ketat antara sumber daya perusahaan dengan kebutuhan pasar. Upaya penyesuaian ini telah menempatkan Hariff dalam posisi yang lemah karena dinamika kebutuhan pasar sangat sulit diprediksi. Apabila kebutuhan pasar berubah, maka sumber daya pun harus menyesuaikannya secara cepat dan tepat. Meskipun demikian, bukan berarti kebijakan ini sepenuhnya keliru, karena telah terbukti dapat mempertahankan eksistensi perusahaan. Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi di Hariff, diperlukan suatu pendekatan yang komprehensif. Pendekatan yang diambil harus dapat berdampak positif bagi seluruh bagian di perusahaan, baik secara horisontal, maupun vertikal. Pendekatan tersebut juga harus dapat mengakomodasi berbagai kepentingan, yaitu kepentingan korporat/bisnis, pasar/lingkungan, bagian lain dari perusahaan yang berkaitan, dan kepentingan operasional. Dengan persyaratan-persyaratan yang dipaparkan diatas, formulasi strategi operasi merupakan alternatif paling logis untuk diterapkan di Hariff saat ini. Pilihan ini berdasarkan pada pertimbangan kemudahan penyusunan serta pelaksanaan, jumlah kebutuhan penambahan sumber daya, tingkat resiko yang akan dihadapi, dan dampak positif yang akan dihasilkan. Dalam formulasi strategi operasi, terdapat beberapa faktor pertimbangan seperti digambarkan pada Gambar 2.4. Faktor-faktor tersebut adalah seperti penjelasan dibawah ini. Kondisi lingkungan serta Strategi korporat dan bisnis Faktor ini adalah pendefinisian tujuan/target perusahaan untuk menyikapi keadaan lingkungan bisnis. Tujuan/target perusahaan, yang dipaparkan lebih dalam strategi korporat dan bisnis perusahaan, merupakan pedoman dalam penyusunan strategi operasi. 19

14 Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Strategi Operasi Sumber: diolah dari Slack&Lewis, 2002 Kebutuhan/persyaratan pasar Faktor ini merupakan kondisi spesifik dari pasar yang dilayani perusahaan dan merupakan analisa yang lebih mendalam berdasarkan segmentasi, target pasar, dan positioning perusahaan. Sumber daya operasi Faktor ini merupakan sumber daya operasi yang dimiliki oleh perusahaan, tidak hanya terpaku pada satu bagian tertentu dari perusahaan saja. Faktor ini merupakan alat yang dapat digunakan dan dikontrol utuk mencapai tujuan/target perusahaan. Pengalaman operasional Faktor ini merupakan alat penyesuaian agar strategi yang tersusun dapat tetap sesuai dengan kondisi terkini. Dengan dasar-dasar pertimbangan diatas, maka diharapkan strategi operasi yang tersusun akan sesuai dengan keadaan lingkungan terkini dan dapat menjabarkan strategi korporat & bisnis perusahaan serta dapat mencapai visi serta objektif perusahaan, dengan mengoptimalkan sumber daya perusahaan dan menyesuaikannya dengan kebutuhan pasar, namun tetap fleksibel terhadap perubahan. 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan PT. Hariff Daya tunggal Engineering (Hariff) merupakan sebuah perusahaan swasta nasional yang khusus bergerak dalam bidang pelayanan jasa teknis, perencanaan system,

Lebih terperinci

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah Untuk Dipecahkan 3.1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi menuntut adanya kesiapan setiap perusahaan untuk meningkatkan kualitas layanan dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan Menggunakan

Lebih terperinci

ANALISA PROSES BISNIS

ANALISA PROSES BISNIS ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 2: Manajemen Proses Bisnis Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Konsep Proses Bisnis 2. Peningkatan Kinerja 3. Dokumentasi Proses Pikirkan sebuah produk/jasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era teknologi saat ini, perusahaan yang mengalami kompleksitas dalam menangani proses bisnis berjalan, membutuhkan software yaitu ERP (Enterprise Resource Planning)

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria Konsultan manajemen stratejik dan pengembangan organisasi ririsatria@yahoo.com Topik hari ini Review tentang strategi. Pengenalan strategi pemasaran. Pengenalan

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya (competitive advantage).

BAB I PENDAHULUAN. tepat dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya (competitive advantage). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perusahaan dituntut untuk dapat menghadapi persaingan yang kompleks, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1. PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan bisnis di sektor telekomunikasi semakin ketat baik dari lingkungan bisnis jasa maupun industri telekomunikasi. Munculnya operatoroperator

Lebih terperinci

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN Dalam Bab ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan strategi rantai pasok yang diterapkan di perusahaan distribusi dan akan digunakan dalam menganalisis permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manfaat kompetisi yang semakin ketat di sektor telekomunikasi kini mulai dirasakan oleh masyarakat luas. Persaingan teknologi dan persaingan bisnis antar-operator telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai modal untuk memenangkan persaingan global. dapat memberikan informasi yang akurat, informatif, dan up to date yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai modal untuk memenangkan persaingan global. dapat memberikan informasi yang akurat, informatif, dan up to date yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, bidang teknologi informasi dan sistem informasi telah mengalami perkembangan. Kedua bidang ini sangat berhubungan dalam kemajuan bisnis

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Bansa Tuasikal 06.11.1012 S1 Ti 10A Daftar Isi : Pendahuluan...1 Pengertian ERP...2 Tujuan dan Peran ERP Dalam Perusahaan...3 Kelebihan

Lebih terperinci

BAB III Landasan Teori

BAB III Landasan Teori BAB III Landasan Teori 3.1 Sistem Informasi Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh perusahaan milik negara mulai tahun 1961. Pengembangan dan modernisasi atas infrastruktur telekomunikasi

Lebih terperinci

Pemodelan Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

Pemodelan Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom Pemodelan Proses Bisnis Mia Fitriawati M.Kom Pemodelan Proses Bisnis Pemodelan Proses Bisnis Pemodelan Proses (process modelling) merupakan pusat dari berbagai macam bentuk pemodelan, karena pemodelan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bersama dengan berkembangnya dunia bisnis, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang berkualitas yang mengakibatkan timbulnya persaingan antar perusahaan.

Lebih terperinci

Analisis Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

Analisis Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom Analisis Proses Bisnis Mia Fitriawati M.Kom Pendahuluan Paradigma bisnis dari comparative advantage menjadi competitive advantage, yang memaksa kegiatan bisnis/perusahaan memilih strategi yang tepat. Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Studi Gambar 1.1 Logo Perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Studi Gambar 1.1 Logo Perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Studi Gambar 1.1 Logo Perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Sumber: http://www.telkom.co.id/ 1.1.1. Profil Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan. Keadaan ini merupakan kelanjutan dari krisis moneter yang menimpa

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan. Keadaan ini merupakan kelanjutan dari krisis moneter yang menimpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era transformasi global khususnya dalam bidang ekonomi di Indonesia saat ini berada dalam situasi yang bergejolak, berubah sangat cepat, dan sulit diprediksikan.

Lebih terperinci

Rute Menuju Best Practice. Catatan dari kegagalan implementasi ERP

Rute Menuju Best Practice. Catatan dari kegagalan implementasi ERP Rute Menuju Best Practice Catatan dari kegagalan implementasi ERP Setiap organisasi ingin menjadi yang terdepan. Untuk mencapai hal itu mereka harus meraih apa yang disebut best practice. Berbagai kasus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.

Lebih terperinci

Perancangan Arsitektur Informasi Dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P )

Perancangan Arsitektur Informasi Dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P ) Perancangan Arsitektur Informasi Dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P ) Paramita Mayadewi Program Studi Manajemen Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah Untuk Dipecahkan 3.1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia telekomunikasi yang pesat telah membawa arus globalisasi kepada dunia industri Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri telekomunikasi dan teknologi informasi, perusahaan perlu untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia telekomunikasi dewasa ini terjadi sangat pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan telekomunikasi baru. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN

Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN Software Vensim Simulasi Daya Saing Rantai Nilai Sistem Dinamik Pemodelan Sistem Klaster Industri Makro ergonomi

Lebih terperinci

BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI

BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI A. Keunggulan Kompetitif Keunggulan kompetitif adalah kemampuan perusahaan untuk memformulasi strategi pencapaian peluang profit melalui maksimisasi penerimaan dari

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BISNIS Enterprise Resources Planning (ERP) Sebagai Proses Otomatisasi Pengolaaan Informasi Pada Perusahaan Oleh : DASRI (09.11.3367) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Enterprise Resources Planning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Berlakang Negara Indonesia saat ini sedang mengalami pembangunan ekonomi di berbagai bidang. Keberhasilan dalam bidang perekonomian disuatu negara akan terlihat dari tingkat

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

Perancangan Arsitektur Informasi dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P )

Perancangan Arsitektur Informasi dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P ) Perancangan Arsitektur Informasi dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P ) Paramita Mayadewi Program Studi Manajemen Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang demikian cepat membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat dan terjadi di semua sektor ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Latar Belakang Masalah Industri telekomunikasi di Indonesia saat ini sudah berkembang pesat. TELKOM tidak lagi bermain sendiri, ini dapat dilihat dengan banyaknya kompetitor-kompetitor

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Supply Chain Management pada hakekatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan telepon selular di Indonesia diprediksikan mengalami peningkatan dengan jumlah yang cukup tajam. Hal ini merupakan dampak dari semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

Nama : - Kartika Rahel - Mayke - Rinaras - Radhika Frisdela

Nama : - Kartika Rahel - Mayke - Rinaras - Radhika Frisdela Nama : - Kartika Rahel - Mayke - Rinaras - Radhika Frisdela Review Question BAB 1 No.1-17 1. Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan perencanaan sumber daya perusahaan yaitu sebuah sistem informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

ERP ( Enterprise Resource Planning ) Perencanaan Sumber Daya Perusahaan

ERP ( Enterprise Resource Planning ) Perencanaan Sumber Daya Perusahaan ERP ( Enterprise Resource Planning ) Perencanaan Sumber Daya Perusahaan Disusun oleh : Ika Risti Purwasih 09.11.2837 09.S1TI.04 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tantangan seperti persaingan bisnis yang semakin ketat dan

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tantangan seperti persaingan bisnis yang semakin ketat dan BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era ekonomi global sekarang ini, perusahaan menghadapi sejumlah tantangan seperti persaingan bisnis yang semakin ketat dan kekuatan pasar yang semakin besar.

Lebih terperinci

Lampiran 1 DAFTAR WAWANCARA

Lampiran 1 DAFTAR WAWANCARA L.1 Lampiran 1 DAFTAR WAWANCARA Daftar pertanyaan wawancara Direktur PD. Bintang Cemerlang (Bapak Johan) mengenai keadaan di perusahaan 1. Perusahaan bapak bergerak di bidang apa? Jawab: Perusahaan kami

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat diantara perusahaan-perusahaan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) mendorong perusahaan untuk terus meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

Diskusi mengenai topik minggu lalu.

Diskusi mengenai topik minggu lalu. Topik hari ini Diskusi mengenai topik minggu lalu. Review tentang strategi. Pengenalan strategi pemasaran. Pengenalan strategi produksi / operasi. Pengenalan strategi sumber daya manusia. Pengenalan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses bisnis yang berjalan dalam sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. proses bisnis yang berjalan dalam sebuah perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat dewasa ini, maka diperlukan adanya suatu infrastruktur teknologi informasi untuk mendukung proses bisnis

Lebih terperinci

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA Enterprise Resource Planning Visual Manufacturing ERP Infor Visual Alur Part Maintenance Modul Dengan menggunakan Visual Manufacturing Unit Of Measure, Vendor, Shop Resource, maintenance Engineering Master

Lebih terperinci

ERP ( Enterprise Resource Planning )

ERP ( Enterprise Resource Planning ) ERP ( Enterprise Resource Planning ) Agus Suryanto - 1313080014 Sistem Informasi Intensif AFBII Perbanas Jakarta 2014 agus.antz@gmail.com ABSTRAK Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan salah satu

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT)

IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT) with COBIT Framework introductory IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT) Oleh: Ahmad Syauqi Ahsan 1 Tujuan Memahami manfaat IT Governance Mengerti kapan perlu mengaplikasikan IT Governance Mengerti prinsip2 dasar

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #11

Pembahasan Materi #11 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Konsep, Pengelolaan, Kolaborasi SCM Sistem Informasi Terpadu Tahapan Evolusi Pengembangan Aspek Pengembangan 6623 - Taufiqur Rachman 1 Konsep SCM 3 SCM Memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Persaingan di dunia bisnis semakin kompleks, banyak hal yang harus diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis yang mereka kembangkan.

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Perumusan Kerangka Pemecahan Masalah Menurut Donald Waters, dalam bukunya yang berjudul Operations Strategy, tidak ada satu pendekatan terbaik dalam penyusunan sebuah strategi

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI. deden08m.com 1

STRUKTUR ORGANISASI. deden08m.com 1 Materi 11 STRUKTUR ORGANISASI deden08m.com 1 LIMA STRUKTUR ORGANISASI TRADISIONAL 1. Struktur Organisasi Sederhana (Simple Organizational Structure) 2. Struktur Organisasi Fungsional 3. Struktur Organisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.Trisinar Indopratama berdiri di Jakarta sejak tahun 1995, bertempat di Komplek Duta Harapan Indah Blok E No.19 Jl. Kapuk Muara No.7 Jakarta Utara.Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Menurut Robbins dan Coulter dalam Tisnawatisule dan Saifullah (2005), perencanaan sebagai sebuah proses yang dimulai dari penerapan tujuan organisasi, menentukan strategi

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, sistem terkomputerisasi banyak digunakan pada berbagai bidang. Teknologi informasi akan terus berkembang karena meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning

Enterprise Resource Planning Modul ke: Enterprise Resource Planning Fakultas FASILKOM PENTINGNYA ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) DAN TEKNOLOGI TERKAIT Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Anita Ratnasari, M.Kom Latar

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Jakarta pada tahun PT BBU merupakan perusahaan pabrikasi dengan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Jakarta pada tahun PT BBU merupakan perusahaan pabrikasi dengan BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT BBU ialah perusahaan perseorangan swasta nasional yang didirikan di Jakarta pada tahun 2007. PT BBU merupakan perusahaan pabrikasi dengan produk yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yen, H.R. & Chewn, S., Enterprise Resource Planning (ERP) muncul ketika peningkatan proses dan keakuratan informasi menjadi isu strategis yang penting. Penekanan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Pendidikan

Sistem Informasi Pendidikan Sistem Informasi Pendidikan.:: Analisis dan Penyusunan Portofolio ::. Asep Wahyudin, S.Kom, M.T. Ilmu Komputer FPMIFA - Universitas Pendidikan Indonesia Inbound Logistics Operations Outbound Logistics

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tingkat kepuasan pelanggan menjadi suatu pembahasan yang menarik di semua kalangan industri. Tingkat kepuasan pelanggan ini dapat diketahui melalui serangkaian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Portfolio Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan di bidang apapun. Dengan menguasai teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan di bidang apapun. Dengan menguasai teknologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini, teknologi dan informasi memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan di bidang apapun. Dengan menguasai teknologi dan informasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Strategi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Berdasarkan John Ward dan Joe Peppard (2002, hal 44), strategi sistem informasi adalah suatu kebutuhan organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada masa persaingan bebas ini, ketika semua aspek kehidupan. terus berkembang, konsumen semakin membutuhkan jasa telekomunikasi

I. PENDAHULUAN. Pada masa persaingan bebas ini, ketika semua aspek kehidupan. terus berkembang, konsumen semakin membutuhkan jasa telekomunikasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa persaingan bebas ini, ketika semua aspek kehidupan terus berkembang, konsumen semakin membutuhkan jasa telekomunikasi yang dapat mendukung aktivitasnya. Menurut

Lebih terperinci

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam Teknologi enterprise resources planning (ERP) dapat mengintegrasikan fungsi marketing, fungsi produksi, fungsi logistik, fungsi finance, fungsi sumber daya, fungsi produksi, dan fungsi lainnya. ERP telah

Lebih terperinci

Bab 2 Strategi Supply Chain

Bab 2 Strategi Supply Chain Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bab 2 Strategi Supply Chain Dr. Eko Ruddy Cahyadi 2-1 Competitive and Supply Chain Strategies Competitive strategy: Kebutuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap strategi di dalam perusahaan. Petunjuk Bobot : Berilah bobot antara 0-1 dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat serta tingkat persaingan saat ini yang juga semakin ketat, informasi merupakan aset vital yang

Lebih terperinci

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business Supply Chain Management Pengertian supply adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam memproses data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat jumlah penduduk yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara berpenduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kompetisi. Inovasi. Integrasi. Tiga kata yang saat ini sangat layak

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kompetisi. Inovasi. Integrasi. Tiga kata yang saat ini sangat layak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kompetisi. Inovasi. Integrasi. Tiga kata yang saat ini sangat layak diperhatikan lebih dalam dan harusnya diterapkan oleh para pelaku bisnis, terutama perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi di Indonesia. Produk yang dijual oleh PT. XYZ dapat berupa benda fisik (physical goods) dan layanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan peluang-peluang baru bagi pemain industri telekomunikasi baik

I. PENDAHULUAN. memberikan peluang-peluang baru bagi pemain industri telekomunikasi baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telekomunikasi merupakan salah satu industri yang paling kompetitif di Indonesia. Industri telekomunikasi nasional mengalami pertumbuhan pesat seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Dasar Enterprise Arsitektur 3.1.1. Enterprise Architecture Enterprise Architecture atau dikenal dengan arsitektur enterprise adalah deskripsi yang didalamnya termasuk

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia usaha telekomunikasi makin berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi yang digunakannya. Telekomunikasi Indonesia yang pada awalnya berupa komunikasi menggunakan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI E-BISNIS

SISTEM INFORMASI E-BISNIS SISTEM INFORMASI E-BISNIS SISTEM INFORMASI E-BUSINESS Tanpa dukungan Sistem Informasi yang tangguh, model E-Business sulit diwujudkan. Sistem Informasi akan membantu mengintegrasikan data, mempercepat

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan up to date dalam merespon perubahan pasar dan pola hidup. masyarakat yang dinamis. Ketepatan dan kecepatan sudah menjadi syarat

BAB I PENDAHULUAN. dan up to date dalam merespon perubahan pasar dan pola hidup. masyarakat yang dinamis. Ketepatan dan kecepatan sudah menjadi syarat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia usaha atau bisnis selalu dituntut untuk selalu berkembang dan up to date dalam merespon perubahan pasar dan pola hidup masyarakat yang dinamis. Ketepatan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi Modul ke: Sistem Informasi Akuntansi I Fakultas 13Feb Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Afrizon, SE, M.Si, Ak Program Studi Akuntansi Sejarah ERP ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri secara global membuat persaingan industri semakin meningkat. Setiap perusahaan harus mengatur strategi dan mengelola perusahaan dengan efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi. PT. Telekomunikasi Indonesia,

Lebih terperinci

WORKSHOP SMOS

WORKSHOP SMOS ENTERPRISE RESOURCES PLANNING WORKSHOP 23 08-2005 Enterprise Resource Planning (ERP) Sistem informasi yang didesain untuk mendukung keseluruhan unit fungsional dari perusahaan ERP adalah paket software

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan yang sangat pesat saat ini. Setiap perusahaan bersaing untuk memberikan yang terbaik agar

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS Kuesioner ini dibuat untuk mengevaluasi nilai dan Risiko dalam investasi teknologi informasi (TI) yang diterapkan di PT TELKOM. Petunjuk:

Lebih terperinci

Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis

Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis Pertemuan 3 Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis KA2113 Enterprise Resource Planning Dasar Semester Ganjil 2014/2015 Disampaikan oleh: "Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan munculnya teknologi-teknologi baru yang lebih inovatif

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan munculnya teknologi-teknologi baru yang lebih inovatif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi (TI) saat ini berkembang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya teknologi-teknologi baru yang lebih inovatif dibandingkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA BENGKEL TISKY S MOTOR

PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA BENGKEL TISKY S MOTOR PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA BENGKEL TISKY S MOTOR Michael 1200985533 Indra Setiawan 1000854095 Dicky Christianto 0900801503 Dosen pembimbing : Pangondian T.Siregar, SE, MM.

Lebih terperinci

Konsep Sistem Informasi Team Dosen KSI

Konsep Sistem Informasi Team Dosen KSI Konsep Sistem Informasi Team Dosen KSI Tujuan Perkuliahan Memberikan pemahaman kepada mahasiswa secara global, keterkaitan materi perkuliahan interlink dengan materi perkuliahan lain Memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB III DEFINISI MASALAH

BAB III DEFINISI MASALAH BAB III DEFINISI MASALAH 3.1 Latar Belakang Masalah Tantangan dunia usaha semakin lama semakin berat dan rumit karena dinamika yang terjadi di pasar. Kebutuhan dan selera konsumen terus mengalami perubahan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dalam mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah pendekatan umum untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Logistik Perusahaan Garment Pada umumnya proses bisnis manufakturing garment dikelola sendiri oleh perusahaan, dari proses perencanaan produksi, operasi di pabrik,

Lebih terperinci