Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Obligasi Daerah Atas Tidak Terpenuhinya Kewajiban Pembayaran Oleh Pemerintah Daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Obligasi Daerah Atas Tidak Terpenuhinya Kewajiban Pembayaran Oleh Pemerintah Daerah"

Transkripsi

1 Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Obligasi Daerah Atas Tidak Terpenuhinya Kewajiban Pembayaran Oleh Pemerintah Daerah Darien Aldiano, Wenny Setiawati Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Abstrak Proses penerbitan obligasi daerah ini disajikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.07/2012 Tahun 2012, serta beberapa peraturan-peraturan terkait lainnya. Pengaturan default Obligasi daerah di Indonesia saat ini belum diatur dalam peraturan manapun. Pengaturan atas perlindungan pemegang obligasi daerah ini dibandingkan dengan penerapan proses pembayaran (default) di beberapa negara lain seperti Filipina, Vietnam dan Jepang. Pemerintah pusat disarankan menyiapkan sebuah skema atau proses penyelesaian atas terjadinya kasus gagal bayar dalam pembayaran obligasi daerah. Skema penyelesaian ini dapat dilakukan dengan membentuk sebuah peraturan khusus terkait utang pemerintah daerah, membentuk sebuah lembaga khusus yang berperan sebagai penjamin atas pembayaran obligasi daerah atau dengan membuat suatu program khusus penyaluran dana bagi pemerintah daerah yang mengalami kesulitan dana dalam melakukan pembayaran utangnya. Legal Protection of Municipal Bonds Holder on Municipal Bonds Default by Local Government Abstract The municipal bonds issuance process is based on Ministry Finance Regulation Number 111/PMK.07/2012, and several other related regulations. Regulations of municipal bonds default in Indonesia are not regulated yet. Regulation of municipal bond holder protection compared with default payment implementation in Philippines, Vietnam and Japan. Central government must be prepared a scheme or process of municipal bonds default settlement. Scheme of settlement can be done by forming special regulation related to local government debt management, forming a special institution as guarantor of municipal bonds, or by making a special distribution fund program for local government who have trouble to pay his debt. Keywords: Municipal Bond, Default Pendahuluan Indonesia sebagai sebuah negara berkembang tentunya memerlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi negara dapat berkembang apabila aktifitas perekonomian di daerah juga berkembang. Aktifitas

2 perekonomian di daerah sangat terpengaruh oleh ketersediaan infrastruktur atau sarana/prasarana. Dengan infrastruktur yang buruk, maka aktifitas perekonomian tersendat dan perekonomian negara juga akan sulit berkembang. Tetapi sebaliknya jika infrastruktur sudah baik dan memadai, maka perekonomian negara juga akan ikut terangkat, didasarkan pada makin ramainya aktifitas perekonomian. Infrastruktur selama ini dianggap sebagai sebuah penggerak roda pembangunan nasional dan daerah. Perbaikan Infrastruktur memiliki kontribusi dalam meningkatkan produktivitas dan diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Untuk menutupi biaya pendanaan infrastruktur daerah, pemerintah daerah biasanya meminta pinjaman dana dari pihak lain, yakni pemerintah pusat, lembaga keuangan ataupun bantuan dari masyarakat. Selain mendapat pinjaman dana, Pemerintah Daerah juga dapat melakukan kerja sama dengan pihak swasta. Pinjaman yang bersumber dari masyarakat ialah berupa obligasi daerah. Obligasi adalah surat pengakuan utang, yang dapat dikeluarkan oleh pemerintah atau oleh perusahaan, dengan jangka waktu sekurang-kurangnya satu tahun. 1 Obligasi Daerah ialah pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal. 2 Dengan adanya obligasi daerah, maka pemerintah dapat menghimpun dana langsung dari masyarakat untuk melakukan pembangunan infrastruktur. Penggunaan dana hasil obligasi daerah ini terbatas hanya untuk membiayai kegiatan atau beberapa kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang menghasilkan penerimaan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut. 3 Dengan demikian obligasi daerah hanya dapat diterbitkan untuk tujuan pembangunan infrastruktur yang menghasilkan pemasukan bagi APBD. Contoh pembangunan infrastruktur yang memberikan pemasukan bagi APBD yaitu pembangunan jalan tol, bandara, terminal, jalan kereta api, dan lain-lain. Sebagai salah satu instrumen pasar modal, maka tentunya obligasi daerah juga memiliki risiko layaknya instrumen pasar modal lainnya. Risiko pembayaran (default) ialah risiko yang terjadi apabila penerbit obligasi tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran 1 HMN Purwosutjicpto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia: Hukum Surat Berharga (hal ) 2 Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah, PMK No. 111/PMK.07/2012, Berita Negara Nomor 666 Tahun 2012, Pasal 1 butir 4. 3 Ibid, pasal 3 ayat (1).

3 bunga atau pokok utang (principal) pada saat jatuh tempo. Meskipun risiko tersebut sangat kecil kemungkinannya, namun tetap saja ada kemungkinan untuk bisa terjadi. Pengaturan mengenai risiko pembayaran yang ada pada Obligasi Daerah sedikit berbeda dengan pengaturan obligasi perusahaan ataupun obligasi negara. Dalam Obligasi Daerah, pembayaran dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan menggunakan dana yang berasal dari hasil pemanfaatan/penggunaan infrastruktur yang dibangun dari penerbitan obligasi daerah tersebut. 4 Sedangkan dalam obligasi negara ataupun perusahaan, dana untuk pembayaran obligasi tidak ditentukan harus berasal darimana. Sehingga pengaturan atas risiko pembayaran dalam obligasi daerah mempunyai karakteristik khusus dan tidak bisa disamakan dengan obligasi perusahaan ataupun obligasi negara. Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimanakah pengaturan dan pelaksanaan proses penerbitan obligasi daerah di Indonesia? 2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap Pemegang Obligasi Daerah dalam hal terjadinya proses gagal bayar (default) dalam pembayaran obligasi daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah? Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai perlindungan hukum yang dimiliki oleh pemegang obligasi daerah dalam hal pemerintah daerah tidak mampu melakukan kewajiban pembayaran. Kemudian secara khusus, penelitian ini bertujuan: a. Menguraikan peraturan-peraturan serta cara ataupun langkah-langkah yang harus ditempuh oleh Pemerintah Daerah dalam proses penerbitan obligasi daerah. b. Menguraikan metode penyelesaian atas terjadinya proses gagal bayar yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam menerbitkan obligasi daerah. Metode Penelitian Metode yang digunakan di dalan penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu kajian mengenai norma-norma hukum yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan 4 Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah, Op.cit., Pasal 7 ayat (4).

4 dan putusan-putusan pengadilan. 5 Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif analitis, karena seluruh fakta dan permasalahan yang berhubungan dengan obyek yang diteliti setelah dianalisis berdasarkan norma-norma hukum yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan, disajikan secara utuh. 6 Pembahasan Pengertian mengenai Obligasi Daerah telah dipaparkan oleh beberapa Ahli, antara lain: Menurut Bachrul Elmi, Obligasi Daerah pada hakekatnya adalah surat berharga pinjaman jangka panjang yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan atau badan usaha milik daerah, dimana pemegang surat berharga tersebut berhak atas pembayaran kembali utang pokok dan bunganya sesuai jangka waktu dan persyaratan yang telah disepakati 7 Menurut Freddy R. Saragih, Obligasi Daerah adalah surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah (provinsi/kabupaten/kota) atau instansinya, yang mengandung perjanjian pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo 8 Selain itu pengertian Obligasi Daerah juga dijelaskan oleh peraturan perundangundangan, yakni oleh Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang menyebutkan Obligasi Daerah adalah: Pinjaman Daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal 9 Sedangkan untuk lebih jelasnya, pengertian pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai 5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2010) 6 Ibid., hal Bachrul Elmi, Analisa Obligasi Untuk Membiayai Pembangunan Daerah (Municipal Bond) Kasus Pemda Provinsi Jawa Barat, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Edisi Khusus (November 2005), hal Hamim Mustofa dan Mahpud Sujai, Kajian Teoritis tentang Penerbitan Obligasi Daerah Sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan Pembangunan Daerah, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 8, Nomor 3 (September 2004), hal Indonesia, Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Pemerintah Daerah, Nomor 33 Tahun 2004, LN No. 126 Tahun 2004, TLN No. 4438, ps. 1 angka 25.

5 uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. 10 Obligasi daerah merupakan salah satu instrumen dari pinjaman daerah. 11 Obligasi daerah merupakan pinjaman yang didapat dari masyarakat. Selain dipaparkan oleh para Ahli dan pengertian menurut peraturan perundangundangan, pengertian obligasi daerah juga disebutkan dalam Panduan Penerbitan Obligasi Daerah yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia tahun 2007 sebagai berikut: Obligasi Daerah merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal 12 Sebenarnya Obligasi Daerah bukanlah merupakan hal yang baru di Indonesia. Obligasi Daerah sebelumnya sudah pernah diterbitkan di wilayah Indonesia sebelum zaman kemerdekaan. Pada awal decade 1900-an, kota-kota besar di Indonesia seperti Bandung, Batavi (Jakarta), Buitenzorg (Bogor), dan Surabaya sudah mengeluarkan Obligasi Daerah dengan tenor 15 hingga 40 tahun. Pada tahun 1921 Pemda Surabaya menerbitkan obligasi untuk jangka waktu 40 tahun, dengan tingkat bunga 7,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Obligasi Daerah bukanlah suatu hal yang sangat baru di Indonesia. 13 Tujuan dari diterbitkannya Obligasi Daerah adalah untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut. 14 Kemudian Buku Panduan Obligasi Daerah yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Tahun 2007 menyebutkan bahwa tujuan dari penerbitan obligasi daerah adalah untuk membiayai suatu kegiatan investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pinjaman Daerah, Nomor 30 Tahun 2011, LN No. 59 Tahun 2011, TLN No. 5219, ps. 1 angka Ibid., Pasal Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan, Buku Panduan Penerbitan Obligasi Daerah, diunduh pada 5 Oktober Agni Indriani, Kenapa Obligasi Daerah Menarik Untuk Diterbitkan? 0Untuk%20Diterbitkan%20-%20Agni%20-%20OK.pdf diunduh pada 4 September Peraturan Pemerintah tentang Pinjaman Daerah, op.cit., pasal Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan, Buku Panduan Penerbitan Obligasi Daerah, op.cit., hal. 5.

6 Penerimaan obligasi daerah di Indonesia hanya digunakan untuk keperluan membangun prasarana dan/atau sarana yang dapat menghasilkan pemasukan bagi APBD, yang kemudian pemasukan tersebut dipakai untuk membayar kembali pokok pinjaman serta bunga pinjaman kepada pemegang obligasi daerah. Jenis-jenis Obligasi Daerah berdasarkan sifat atau perilakunya serta tujuan penggunaan dana yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi 7 (tujuh) jenis, antara lain: 16 a. General Obligation Bond General Obligation Bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka memperoleh dana untuk pembiayaan umum daerah, baik untuk pengeluaran rutin maupun untuk proyek-proyek sarana umum yang dibangun oleh Pemerintah Daerah, misalnya pembangunan jalan, jembatan, tanggul pengendali banjir, dan fasilitas lain yang tidak mendatangkan penghasilan. Kupon dan pengembalian General Obligation Bond sepenuhnya menjadi beban APBD. b. Special Revenue Bond Obligasi ini diterbitkan secara khusus untuk membiayai pembangunan proyekproyek yang menghasilkan pendapatan, sehingga pembayaran kupon dan pelunasan obligasi ini akan dibayarkan dari penghasilan proyek yang didanai. Contoh Special Revenue Bond adalah pembangunan jalan tol atau pembangunan kawasan pariwisata. c. Limited Tax Bond Limited Tax Bond merupakan obligasi yang digunakan untuk membangun proyek tertentu, misalnya pusat perbelanjaan, dimana untuk membayar kupon dan pengembalian pokok pinjaman obligasi ini di-back up dengan pajak yang dipungut dari kawasan pusat perbelanjaan tersebut. d. Double Barrel Bond Obligasi jenis ini diperlukan untuk membiayai proyek-proyek dalam jumlah besar. Karena besarnya jumlah pinjaman, pengembalian obligasi ini perlu di-back up dua lapis. Misalnya obligasi yang diterbitkan dalam rangka pembangunan jalan tol. 16 Purwoko, Analisis Peluang Penerbitan Obligasi Daerah Sebagai Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Daerah, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Edisi Khusus (November 2005), hal

7 Selain menggunakan pendapatan dari jalan tol, pelunasan ini juga dibayar dari penghasilan pajak kendaraan sebagai lapis kedua. Apabila back up lapis kedua dirasa kurang, bisa ditambah dengan back up lapis ketiga, dan seterusnya. e. Incremental Tax Bond Hasil penjualan obligasi jenis ini digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang secara langsung tidak menghasilkan penghasilan, namun secara tidak langsung dapat memberikan tambahan pendapatan bagi Pemerintah Daerah. Tambahan pendapatan ini yang digunakan untuk membayar kupon dan melunasi Incremental Tax Bond. Sebagai contoh, pembangunan jalan untuk membuka isolasi suatu wilayah tertentu yang dibiayai dengan Incremental Tax Bond. Pembangunan jalan tersebut akan menyebabkan nilai jual tanah di wilayah tersebut menjadi naik. Kenaikan harga tanah akan mengakibatkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) meningkat. f. Special Assesment Bond Special Assesment Bond digunakan untuk membiayai infrastruktur yang dibangun untuk dinikmati oleh sebagian masyarakat saja, misalnya untuk membangun jaringan gas untuk masyarakat perkotaan. Penerima manfaat dari proyek ini hanyalah penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan. Oleh karenanya, hanya masyarakat perkotaan yang berlangganan gas saja yang seharusnya bertanggung jawab terhdap pembayaran kupon dan pelunasan obligasi. Sementara itu, masyarakat perkotaan yang tidak berlangganan gas, serta masyarakat pedesaan, tidak dikenai beban untuk melunasi Special Assesment Bond. g. Private Activity Bond Organisasi swasta yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan dan nirlaba, dapat mengeluarkan obligasi yang dijamin oleh Pemerintah Daerah. Obligasi semacam ini dikenal dengan istilah Private Activity Bond. Sebagai contoh, obligasi yang diterbitkan untuk pembangunan rumah sakit atau sekolah swasta. Jenis obligasi daerah yang berlaku di Indonesia adalah obligasi jenis Special Revenue Bond. Hal ini disebabkan karena obligasi daerah di Indonesia diterbitkan hanya untuk membiayai proyek-proyek yang menghasilkan pendapatan, serta dana pembayaran obligasi daerah di Indonesia bersumber dari pendapatan atas proyek yang dibangun melalui obligasi daerah.

8 Dalam hal penerbitan Obligasi Daerah, terdapat beberapa tahapan ataupun langkah yang harus dilalui oleh Pemerintah Daerah selaku Emiten. Tahapan-tahapan dalam penerbitan obligasi daerah antara lain: Tahapan perencanaan 2. Pengajuan usulan dan persetujuan 3. Pernyataan pendaftaran penawaran umum 4. Peraturan daerah mengenai penerbitan Obligasi Daerah 5. Pengadaan barang dan jasa Tahapan-tahapan yang disebutkan di atas merupakan tahapan yang harus ditempuh dalam rangka penerbitan Obligasi Daerah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.07/2012 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah. Tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan secara berurutan. Pengaturan default dalam pembayaran obligasi daerah di Indonesia hingga saat ini belum mempunyai pedoman dan aturan yang jelas. Dalam PMK No.111/PMK.07/2012 disebutkan bahwa pembayaran obligasi daerah dibebankan pada hasil pendapatan proyek yang dibiayai oleh obligasi daerah itu sendiri, 18 akan tetapi belum diatur ketentuan lebih lanjut apabila hasil pendapatan proyek tersebut tidak dapat menutup beban pembayaran obligasi daerah kepada pemegang obligasi daerah. Selain itu, ketentuan dan prosedur kepailitan juga tidak dapat diberlakukan bagi Pemerintah Daerah yang merupakan sebuah entitas publik. Dalam hal terjadinya default dalam sebuah proses pembayaran Obligasi daerah di Filipina, maka penyelesaiannya akan dilakukan sebuah lembaga penjamin yakni Local Government Unit Guarantee Corporation (LGUGC). 19 LGUGC adalah perusahaan swasta pertama yang masuk dalam bisnis penjaminan di Filipina. LGUGC didirikan pada tanggal 2 Maret 1998 dengan pemegang sahamnya yakni Bankers Association of Philippines (Asosiasi Bankir Filipina) dan Development Bank of the Philippines (Bank Pembangunan Filipina). 17 Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penerbitan Obligasi Daerah, op.cit., Bab I Penerbitan. 18 Ibid., Pasal 7 ayat (4). 19 World Bank, Municipal Finances; A Handbook for Local Government 2014 oleh Catherine Farvacque-Vitkovic dan Mihaly Kopanyi, hal. 354.

9 Pemilik LGUGC belakangan ini bertambah dengan masuknya Asian Development Bank (ADB) dalam jajaran pemegang saham. 20 Pembayaran obligasi daerah di Vietnam berasal dari anggaran provinsi dan pendapatan proyek, serta dipertanggung jawabkan secara penuh oleh DPRD Provinsi. Namun apabila anggaran daerah yang ada tidak bisa menutup pembayaran utang obligasi daerah, maka pemerintah daerah dapat melakukan program restrukturisasi utang. 21 Mengenai tata cara dan pelaksanaan program restrukturisasi utang ini diatur secara lebih jelas dalam Law on Public Debt Management No.29/2009/QH12 (Undang-Undang Manajemen Utang Publik). Dalam peraturan ini, dijelaskan lebih lanjut terkait kewenangan dari Pemerintah, Perwakilan Rakyat (DPR), Menteri Keuangan, Bank Sentral Vietnam, Menteri Perencanaan Pembangunan dalam proses pelaksanaan program restrukturisasi utang milik entitas publik. Pemerintah Jepang juga sudah mempersiapkan pengaturan secara jelas dan detil, apabila Pemerintah Daerah tidak mampu untuk melakukan pembayaran obligasi daerah dengan 2 (dua) cara, yaitu: Program Local Allocation Tax (LAT) Program LAT ini merupakan program bantuan atau hibah dana penerimaan pajak yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, yang sedang mengalami kesulitan keuangan dalam melakukan pemenuhan kewajiban pembayaran utang. Program ini diatur secara khusus dalam Local Allocation Tax Law No. 211 of 1950 (Undang-Undang Alokasi Pajak Lokal). Penerbitan aturan ini disebabkan karena tidak berlakunya ketentuan insolvency (kepailitan) bagi pemerintah daerah. Sehingga harus dibuat suatu cara untuk menyelesaikan pembayaran utang milik Pemerintah Daerah kepada pihak lain. 2. Program Local Public Financial Reconstruction (Restrukturisasi Keuangan) Program restrukturisasi utang ini diatur dalam Fiscal Consolidation of Local Government Law No. 94 of 2007 (Undang-Undang Konsolidasi Fiskal Pemerintah Daerah). 20 Local Government Unit Guarantee Corporation, Corporate Profile diunduh pada 10 Oktober Surat Keputusan Nomor 01/2011/ND-CP, op.cit., Pasal 6 ayat (7). 22 Economic and Sosial Research Institute, Cabinet Office Government of Japan, Toward Reform of Local Bond System in Japan, oleh Takero Doi dan Tomoko Hayashi September diakses pada 27 Oktober 2014 pukul

10 Peraturan ini mengatur mengenai ketentuan dan tata cara konsolidasi fiskal pemerintah daerah, dimana didalamnya terdapat pedoman-pedoman pelaksanaan konsolidasi, kewajiban serta kewenangan pemerintah daerah. Peraturan ini juga diterbitkan untuk menggantikan peraturan lain yang juga mengatur rekonstruksi fiskal yakni Special Measures to Promote the Reconstruction of Local Public Finances Law No. 195 of Berbeda dengan pengaturan default obligasi daerah yang belum memiliki pengaturan dan pedoman yang jelas, pengaturan default obligasi korporasi sudah diatur dalam Peraturan Nomor VI.C.4 Bapepam tentang Ketentuan Umum dan Kontrak Perwaliamanatan Efek Bersifat Utang dan Peraturan Nomor X.K.5 Bapepam tentang Keterbukaan Informasi Bagi Emiten atau Perusahaan Publik Yang Dimohonkan Pernyataan Pailit. Dalam Peraturan VI.C.4 terdapat ketentuan keadaan lalai emiten dalam menjalankan kewajiban pembayarannya. Dalam ketentuan keadaan lalai tersebut, Wali Amanat berhak untuk membuat perjanjian dengan Emiten, yang memuat: 23 a. Kewajiban pembayaran pokok dan/atau bunga Efek bersifat utang pada saat jatuh tempo. b. Fakta mengenai jaminan, keadaan atau status Emiten serta pengelolaannya tidak sesuai dengan informasi dan keterangan yang diberikan oleh Emiten. c. Kondisi Emiten yang dinyatakan lalai sehubungan dengan suatu perjanjian kredit oleh salah satu atau lebih krediturnya (cross default) d. Adanya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang e. Kewajiban lain yang tercantum dalam Kontrak Perwaliamanatan. f. Cara penyelesaian atas kondisi lalai atau Emiten dinyatakan default. Dalam Peraturan X.K.5 diatur mengenai kewajiban pelaporan atas kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan bayar oleh Emiten dan Pemberi Pinjaman, serta ketentuan pengumuman informasi default oleh Bursa Efek. Dalam menghadapi kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan bayar (default), Emiten dalam obligasi korporasi diwajibkan untuk: Departemen Keuangan, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tentang Ketentuan Umum Dan Kontrak Perwaliamanatan Efek Bersifat Utang, Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-412/BL/2010, Peraturan Nomor VI.C Departemen Keuangan, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tentang Keterbukaan Informasi Bagi Emiten Atau Perusahaan Publik Yang Dimohonkan Pernyataan Pailit, Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-46/PM/1998, Peraturan X.K.5.

11 a. Membuat laporan kepada OJK dan Bursa Efek, paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) sejak Emiten mengalami kegagalan bayar atau mengetahui ketidakmampuan menghindari kegagalan bayar. Laporan tersebut memuat: -. Rincian mengenai pinjaman tentang jumlah pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan pinjaman. -. Alasan kegagalan atau ketidakmampuan meghindari kegagalan bayar. b. Membuat laporan kepada OJK dan Bursa Efek apabila Emiten dimohonkan pailit kepada Pengadilan, diajukan paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) sejak Emiten mengetahui adanya permohonan pernyataan pailit. Laporan tersebut memuat: -. Nama pemberi pinjaman yang mengajukan pailit -. Ringkasan permohonan pernyataan pailit -. Jumlah pinjaman. Setelah melewati prosedur pelaporan default oleh Emiten dan pengumuman default oleh Bursa Efek, ketentuan dan prosedur hukum kepailitan dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang berlaku pada Emiten obligasi korporasi. Pihak yang akan menjadi pemohon dalam proses kepailitan atas Emiten adalah Wali Amanat. Pemerintah Pusat sudah selayaknya untuk mempertimbangkan skema atau proses penyelesaian jika terjadi sebuah kejadian gagal bayar pemerintah daerah dalam pembayaran obligasi daerah. Skema atau proses penyelesaian yang harus disiapkan oleh Pemerintah Pusat dapat dilakukan dengan cara membuat lembaga yang berperan sebagai penanggung pembayaran obligasi daerah, membuat peraturan perundang-undangan khusus tentang utang atau restrukturisasi utang pemerintah daerah, atau dengan jalan membuat suatu program bantuan dana khusus bagi pemerintah daerah yang mengalami kesulitan dana untuk melakukan pembayaran utangnya. Pemerintah Pusat dapat membentuk suatu lembaga baru atau memberikan kewenangan pada lembaga yang sudah ada, untuk berperan sebagai penjamin atas penyelesaian pembayaran obligasi daerah oleh pemerintah daerah kepada para Investor, seperti yang diterapkan di Filipina. Penjaminan obligasi daerah oleh suatu lembaga penjamin ini sebelumnya belum diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait obligasi daerah.

12 Sehingga nantinya kemunculan lembaga penjamin ini akan menjamin segala pembayaran obligasi daerah apabila pemerintah daerah tidak mampu melakukan pembayaran. Kemudian Pemerintah Pusat juga dapat menerbitkan suatu program bantuan dana khusus yang diberikan pada Pemerintah Daerah yang mengalami kegagalan bayar atau ketidakmampuan menghindari terjadinya gagal bayar dalam proses pembayaran utangnya, seperti yang diterapkan oleh Pemerintah Jepang dengan program LAT. Dana yang diberikan oleh Pemerintah Pusat ini dapat berbentuk pinjaman atau hibah. Sehingga nantinya pemberian dana bantuan dari Pemerintah Pusat ini akan membuat Pemerintah Daerah yang sedang mengalami kesulitan pendanaan mampu melaksanakan segala kewajiban pembayaran obligasi daerahnya. Selain itu, Pemerintah Pusat dapat menerbitkan suatu peraturan yang mengatur proses dan tata cara penyelesaian utang daerah, dengan cara restrukturisasi keuangan pemerintah daerah dengan memaksimalkan pendapatan dan memangkas sebagian pengeluaran sehingga dapat membayar kewajibannya, seperti yang sudah diterapkan di Jepang dan Vietnam. Dengan adanya peraturan ini, akan membuat pemegang obligasi daerah lebih mendapatkan rasa kepastian dan jaminan atas pelunasan utang pemerintah daerah. Kesimpulan 1. Proses penerbitan Obligasi Daerah ini pada umumnya sama dengan proses penerbitan obligasi korporasi di pasar modal yang sudah ada pengaturannya sebelumnya. Namun hal yang membedakan antara penerbitan obligasi daerah dengan obligasi korporasi adalah prinsip persetujuan dan perizinan obligasi daerah sebelum didaftarkan pada OJK, oleh DPRD dan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan. DPRD selaku perwakilan dari rakyat daerah yang bersangkutan, memberikan persetujuan bagi Pemerintah Daerah untuk menerbitkan obligasi daerah. Kemudian, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan akan melakukan penelitian dan pengkajian atas kelayakan penerbitan obligasi daerah. Persetujuan dari DPRD dan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan inilah yang menjadi pembeda utama antara obligasi daerah dengan obligasi korporasi pada umumnya. Peraturan pendukung dalam penerbitan obligasi daerah ini sudah banyak yang harus diperbaharui, mengingat beberapa peraturan yang ada masih menggunakan peraturan dari badan atau lembaga yang sudah tidak ada, contohnya Peraturan Bapepam-LK dan Peraturan Bursa Efek Surabaya.

13 2. Pengaturan dan pedoman atas terjadinya kegagalan bayar atau ketidakmampuan menghindari gagal bayar (default) yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kewajiban pembayarannya saat ini belum diatur secara jelas dalam peraturan perundang-undangan manapun. Saat ini baru terdapat ketentuan atas pengaturan default dalam obligasi korporasi, yang pada dasarnya tidak dapat dipersamakan dalam metode pembayaran obligasi daerah. Hal ini dapat menimbulkan rasa ketidakpastian bagi Investor atas jaminan pembayaran obligasi daerah oleh Pemerintah Daerah. Sudah sepatutnya bagi Pemerintah Indonesia untuk segera merumuskan kebijakan-kebijakan khusus dalam rangka penyelesaian proses gagal bayar dalam penerbitan obligasi daerah oleh Pemerintah Daerah. Saran Berdasarkan kesimpulan pada sub bab sebelumnya, Pihak Regulator dan SRO seharusnya membuat sebuah peraturan yang terbaru untuk menggantikan beberapa peraturan yang sudah seharusnya diganti seperti Peraturan Bursa Efek Surabaya, dan Peraturan Bapepam-LK. Peraturan pendukung dalam penerbitan obligasi daerah ini sudah diterbitkan sejak akhir tahun 90-an, dimana pada saat itu belum ada pengaturan terkait obligasi daerah. Sehingga sudah sepatutnya bagi para Regulator dan SRO membuat peraturan-peraturan terbaru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Pemerintah Pusat seharusnya segera berinisiatif untuk memutuskan sebuah kebijakan baru dalam rangka penyelesaian terjadinya proses gagal bayar (default) dalam pembayaran obligasi daerah oleh pemerintah daerah, sebelum tejadinya kejadian gagal bayar obligasi daerah di Indonesia. Kebijakan ini dapat diambil dengan cara membuat suatu lembaga khusus penjamin utang pemerintah daerah atau memberikan kewenangan sebagai penjamin terhadap suatu lembaga yang sudah ada seperti yang diterapkan di Filipina dengan adanya LGUGC. Pemerintah juga menerbitkan sebuah peraturan perundang-undangan khusus terkait utang pemerintah daerah yang didalamnya terdapat pengaturan restrukturisasi utang, seperti yang diterapkan di Vietnam dan Jepang. Selain itu pemerintah pusat juga dapat membuat suatu program bantuan dana khusus bagi pemerintah daerah yang mengalami kesulitan dana untuk melakukan pembayaran utangnya, dengan cara menyisipkan program bantuan dana ini dalam pengaturan perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

14 Kepustakaan Buku: A, Setiadi. Obligasi Dalam Perspektif Hukum Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Alwi, Iskandar Z. Pasar Modal teori dan Aplikasi. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, Arifin, Johar dan Muhammad Fakhrudin. Kamus Istilah Pasar Modal, Akutansi, Keuangan, dan Perbankan. Jakarta: Elex Media Komputindo, Campbell, Henry. Black s Law Dictionary, Sixth Edition, Centennial Edition C.S.T.. Kansil. Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, E.A., Koetin. Analisis Pasar Modal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Fabozzi, Frank J. Bond Markets, Analysis, and Strategies. New Jersey: Prentice Hall Inc, Irsan, Nasarudin dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana, Hendy, M Fakhruddin. Go Public : Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai Perusahaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Hinuri, Hindarmoyo, Isakayoga CH dan Joseph F.P Luhukay. Dana dan Investasi. Jakarta: Capital Market Society Of Indonesia, Mamudji, Sri. Et.al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Perkumpulan, Perseroan, dan Koperasi. Jakarta: PradnyaParamita, Purba, Victor. Peran Pasar Modal di Indonesia di Era AFTA. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Purnomo, Budi S. Obligasi Daerah: Alternatif Investasi Bagi Masyarakat dan Sumber Pendanaan Bagi Pemerintah Daerah. Bandung: Alfabeta, Purwosutjicpto, HMN. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia: Hukum Surat Berharga. Jakarta: Djambatan, Internet: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan. Buku Panduan Penerbitan Obligasi Daerah,

15 diunduh pada 5 Oktober Economic and Sosial Research Institute, Cabinet Office Government of Japan, Toward Reform of Local Bond System in Japan, oleh Takero Doi dan Tomoko Hayashi September pdf diakses pada 27 Oktober 2014 Government of Japan, Ministry of Finance DebtManagement Report 2011The Government Debt Managementand the State Public Debts. 11/ diakses pada 25 Oktober Indriani, Agni. Kenapa Obligasi Daerah Menarik Untuk Diterbitkan? si%20daerah%20menarik%20untuk%20diterbitkan%20-%20agni%20- %20OK.pdf diunduh pada 4 September Laporan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung, diunduh pada 4 September Lembaga Pemeringkat Efek di Vietnam, diakses dari situs pada 20 Oktober Local Government Unit Guarantee Corporation, Corporate Profile diunduh pada 10 Oktober Moody s Investors Service Inc, U.S Municipal Bond Defaults and Recoveries, By Merxe Tudela, Alfred Medioli, and Anne Van Praagh. October Diunduh pada 06 Oktober Peranan dan Fungsi VBMA, diakses dari situs resmi Vietnam Bond Market Association pada 21 Oktober Vietnam Bond Market Forum, diakses dari situs resmi Vietnam Bond Market Association, pada 21 Oktober World Competitiveness Online, Oleh International Institute for Management Development. diakses pada 10 Oktober 2014.

16 World Economic Forum. The Global Competitiveness Index Indonesia Oleh Klaus Schwab. September diakses pada 4 September 2014.

ANALISIS OBLIGASI DAERAH SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DAERAH

ANALISIS OBLIGASI DAERAH SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DAERAH ANALISIS OBLIGASI DAERAH SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DAERAH Dr. Perdana Wahyu Santosa Email: perdana.ws@gmail.com PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI-TAHAP 3/LANJUTAN BAGI KARYAWAN BPKD PEMPROV

Lebih terperinci

Tulisan Hukum/Nonih Rimadewi/Umum 1

Tulisan Hukum/Nonih Rimadewi/Umum 1 OBLIGASI DAERAH SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN DAERAH Sumber gambar erixonsihite.blogspot.com I. PENDAHULUAN Dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur

Lebih terperinci

Obligasi Pemerintah Daerah : Alternatif Pendapatan Daerah

Obligasi Pemerintah Daerah : Alternatif Pendapatan Daerah Obligasi Pemerintah Daerah : Alternatif Pendapatan Daerah http://ekbis.sindonews.com I. Pendahuluan II. Obligasi adalah suatu istilah yang digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan

Lebih terperinci

PENCATATAN DAN PERDAGANGAN OBLIGASI DAERAH

PENCATATAN DAN PERDAGANGAN OBLIGASI DAERAH PENCATATAN DAN PERDAGANGAN OBLIGASI DAERAH T. GUNTUR PASARIBU DIREKTUR PERDAGANGAN PT BURSA EFEK SURABAYA SOSIALISASI KEBIJAKAN PENERBITAN OBLIGASI DAERAH Hotel Aryaduta Jakarta, 7 Juni 2007 1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PERAN BPK DALAM MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN ATAS PENGELOLAAN OBLIGASI DAERAH BAB I PENDAHULUAN

PERAN BPK DALAM MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN ATAS PENGELOLAAN OBLIGASI DAERAH BAB I PENDAHULUAN PERAN BPK DALAM MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN ATAS PENGELOLAAN OBLIGASI DAERAH (market.bisnis.com) BAB I PENDAHULUAN Saat ini, pemerintah daerah masih mengandalkan sumber penerimaan daerahnya pada pendapatan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambah

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1529, 2017 KEMENKEU. LRT Jabodetabek. Pemberian Jaminan Pemerintah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.08/2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1 Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Rp LATAR BELAKANG PINJAMAN DAERAH Kebutuhan pendanaan infrastruktur sangat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 412/BL/2010 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN

Lebih terperinci

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi: https://www.cermati.com

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi: https://www.cermati.com PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH Ilustrasi: https://www.cermati.com I. Pendahuluan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mempunyai peran penting bagi Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan tugas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PETIKAN q. PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.08/2016 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR DALAM RANGKA PENUGASAN PENYEDIAAN

Lebih terperinci

Pengantar Obligasi Daerah

Pengantar Obligasi Daerah Pengantar Obligasi Daerah Dr. Ir. Perdana Wahyu Santosa, MM Email:perdana.ws@gmail.com PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI-TAHAP 3/LANJUTAN BAGI KARYAWAN BPKD PEMPROV DKI JAKARTA KERJASAMA LP3A FE UNPAD DAN PEMPROV

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No. 2024,2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberian. Jaminan. Percepatan. Jalan Tol Sumatera. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/ PMK.08/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG PENJUALAN SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA DALAM DENOMINASI YEN DI JEPANG DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH 1 of 11 1/22/2013 2:37 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank bukanlah suatu hal yang asing dalam masyarakat di suatu negara. Masyarakat sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai lembaga keuangan yang

Lebih terperinci

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1485, 2015 KEMENKEU. Jaminan Pemerintah. Infrastruktur. Pinjaman Langsung. Lembaga Keuangan Internasional. BUMN. Pelaksanaan. Pemberian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

1 of 6 21/12/ :39

1 of 6 21/12/ :39 1 of 6 21/12/2015 14:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 171

Lebih terperinci

Obligasi Daerah Dinilai Dapat Mempercepat Pembangunan Daerah

Obligasi Daerah Dinilai Dapat Mempercepat Pembangunan Daerah Obligasi Daerah Dinilai Dapat Mempercepat Pembangunan Daerah http://news.liputan6.com/read/2522548/ Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI menilai penerbitan obligasi daerah merupakan salah satu upaya yang dapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PINJAMAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PINJAMAN DAERAH BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti,2000), hal. 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti,2000), hal. 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman yang semakin modern dewasa ini isu globalisasi memang tidak dapat dihindarkan lagi, isu ini terus berkembang dan dampaknya pada perkembangan ekonomi

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG LAPORAN DAN PENGUMUMAN EMITEN PENERBIT OBLIGASI DAERAH DAN/ATAU SUKUK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26 /POJK.04/2017 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI BAGI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK YANG DIMOHONKAN PERNYATAAN PAILIT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. No.515, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK. 01/2009 TENTANG TATACARA PELAKSANAAN PEMBERIAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 67/BL/2007 TENTANG PEDOMAN MENGENAI

Lebih terperinci

2015, No Mengingat dengan cara private placement di Pasar Perdana Domestik dengan mencabut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.08/2013 tent

2015, No Mengingat dengan cara private placement di Pasar Perdana Domestik dengan mencabut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.08/2013 tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.947, 2015 KEMENKEU. Surat Utang Negara. Rupiah. Valuta Asing. Pasar perdana Domestik. Private Placement. Penjualan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

INFORMASI TAMBAHAN RINGKAS

INFORMASI TAMBAHAN RINGKAS INFORMASI TAMBAHAN RINGKAS OTORITAS JASA KEUANGAN TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI INFORMASI TAMBAHAN RINGKAS INI.

Lebih terperinci

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -100- BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 6.1. Arah Kebijakan Pendanaan Pembangunan Daerah Arah kebijakan pembangunan daerah diarahkan dengan memanfaatkan kemampuan keuangan daerah secara efektif, efesien,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

OBLIGASI DAERAH MEMBERI PELUANG MEMBANGUN PRASARANA TRANSPORTASI DALAM MEMAJUKAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

OBLIGASI DAERAH MEMBERI PELUANG MEMBANGUN PRASARANA TRANSPORTASI DALAM MEMAJUKAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA OBLIGASI DAERAH MEMBERI PELUANG MEMBANGUN PRASARANA TRANSPORTASI DALAM MEMAJUKAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA Ramli Abstrak Implementasi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1229, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Pasar Internasional. Penjualan. Pembelian Kembali. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137/PMK.08/2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PMK.08/2007 TENTANG LELANG PEMBELIAN KEMBALI OBLIGASI NEGARA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PMK.08/2007 TENTANG LELANG PEMBELIAN KEMBALI OBLIGASI NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PMK.08/2007 TENTANG LELANG PEMBELIAN KEMBALI OBLIGASI NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta No.1486, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Ketersediaan Layanan. Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur.Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.08/2015

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG DOKUMEN PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH DAN/ATAU SUKUK DAERAH

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-402/BL/2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 262/BL/2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.126, 2017 KEUANGAN OJK. Pernyataan Pailit. Emiten. Perusahaan Publik. Keterbukaan Informasi Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016 MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SAR.ANA MULTI INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH Oleh : Marsuki Disampaikan dalam acara Workshop Inn Red International dengan Tema : Manajemen Pembiayaan Infrasturktur Regional Pemerintah Daerah. Hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan Nasional Indonesia difokuskan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan Nasional Indonesia difokuskan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang saat ini sedang melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan Nasional Indonesia difokuskan terhadap usaha peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR, DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR, DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2 PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2 BAGI STAF BPKD PEMPROF DKI JAKARTA DI GEDUNG DIKLAT 23 27 MEI 2011 PERATURAN DAERAH MENGENAI OBLIGASI DAERAH DR. TETTET FITRIJANTI, MSi., Ak 1 DASAR HUKUM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.592, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Valuta Asing. Pasar Perdana. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/PMK.08/2013 TENTANG

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI

QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN DAN SUBSIDI BUNGA OLEH PEMERINTAH PUSAT DALAM RANGKA PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Globalisasi telah mendorong pergerakan ekonomi dunia berkembang semakin cepat di setiap negara. Meskipun pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis multidimensi

Lebih terperinci

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA 2.1. Latar Belakang Go Public Pesatnya perkembangan dunia usaha menimbulkan persaingan yang ketat di antara para pelaku usaha. Setiap perusahaan berlomba-lomba

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PRT/M/2016 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN OLEH PEMERINTAH PUSAT

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 68/BL/2007 TENTANG PEDOMAN MENGENAI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-135/BL/2006 TENTANG PEMERINGKATAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang No.1000, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PDN. PLN. Penerusan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 /PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENERUSAN PINJAMAN

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanju

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanju No.287, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. DAU Non Tunai. DBH. Konversi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.07/2017 /PMK.07/2015 TENTANG KONVERSI PENYALURAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 67/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007 PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 67/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007 PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH PERATURAN NOMOR IX.C.13: PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH 1. Umum a. Seluruh definisi yang tercantum dalam Peraturan Nomor IX.C.12 tentang Pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adil dan merata serta dalam rangka mengembangkan kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. adil dan merata serta dalam rangka mengembangkan kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pembangunan nasional adalah suatu pencerminan kehendak yang terus menerus dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 343 /KMK.01/2003 TENTANG LELANG PEMBELIAN KEMBALI OBLIGASI NEGARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengelolaan Surat Utang Negara sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut modal perseroan. Penyetoran dapat dilakukan dalam bentuk uang dan benda

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut modal perseroan. Penyetoran dapat dilakukan dalam bentuk uang dan benda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perseroan Terbatas mempunyai peranan penting dalam menggerakkan dan mengarahkan pembangunan ekonomi dan perdagangan. Untuk mengelola perseroan perlu adanya modal, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama bulan Januari hingga Agustus 2008, bursa saham dunia mengalami penurunan yang berdampak pada pelaku lantai bursa, dunia usaha, dan perekonomian di berbagai negara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN DAN SUBSIDI BUNGA OLEH PEMERINTAH PUSAT DALAM RANGKA PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-614/BL/2011 TENTANG TRANSAKSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2013... TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Koperasi

Lebih terperinci

KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM TERKAIT DENGAN TRANSAKSI AFILIASI DAN TRANSAKSI MATERIAL PT MODERNLAND REALTY Tbk

KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM TERKAIT DENGAN TRANSAKSI AFILIASI DAN TRANSAKSI MATERIAL PT MODERNLAND REALTY Tbk KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM TERKAIT DENGAN TRANSAKSI AFILIASI DAN TRANSAKSI MATERIAL PT MODERNLAND REALTY Tbk INFORMASI SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM KETERBUKAAN INFORMASI INI PENTING DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-712/BL/2012 TENTANG PEMERINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan

Lebih terperinci

-2- No.1927, 2015 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan N

-2- No.1927, 2015 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1927, 2015 KEMENKEU. Dana. Bagi Hasil. Alokasi Umum. Penyaluran. Konversi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 235/PMK.07/2015 TAHUN 2015 TENTANG KONVERSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. instrumen keuangan adalah memperoleh return (imbal hasil).

BAB I PENDAHULUAN. membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. instrumen keuangan adalah memperoleh return (imbal hasil). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obligasi merupakan salah satu komponen investasi dengan manfaat dan tingkat pengembalian yang relatif lebih pasti, karena pada hakekatnya obligasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767); MEMUTUSKAN: Menetap

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767); MEMUTUSKAN: Menetap No.882, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Non Tunai. Dana Bagi Hasil. Dana Alokasi Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/PMK.07/2016 TENTANG KONVERSI PENYALURAN DANA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk oleh Pemerintah sebagai agen

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

Lebih terperinci

TENTANG NILAI PASAR WAJAR DARI EFEK DALAM PORTOFOLIO REKSA DANA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN,

TENTANG NILAI PASAR WAJAR DARI EFEK DALAM PORTOFOLIO REKSA DANA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-367/BL/2012 TENTANG NILAI PASAR

Lebih terperinci

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 DIREKTORAT STRATEGI DAN PORTOFOLIO UTANG DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DESEMBER 2011 00 Pendahuluan Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

1 of 6 21/12/ :38

1 of 6 21/12/ :38 1 of 6 21/12/2015 14:38 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK. 05/2012 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA PADA PETANI PESERTA EKS PROYEK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2008 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 49 TAHUN 2011 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2008 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 49 TAHUN 2011 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2008 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 49 TAHUN 2011 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2015 KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Terproteksi. Penjaminan. Indeks. Pedoman Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5817).

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 108/PMK.08/2007 TENTANG SISTEM DEALER UTAMA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 108/PMK.08/2007 TENTANG SISTEM DEALER UTAMA MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 108/PMK.08/2007 TENTANG SISTEM DEALER UTAMA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan Sistem Dealer Utama dan untuk lebih meningkatkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.229,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.08/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA CADANGAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

PT PHILLIP SECURITIES INDONESIA

PT PHILLIP SECURITIES INDONESIA MEMORANDUM INFORMASI OBLIGASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERI ORI006 DALAM MATA UANG RUPIAH Tingkat Kupon Tetap 9,35% per tahun Jatuh Tempo 15 Agustus 2012 OBLIGASI NEGARA YANG DITAWARKAN INI SELURUHNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pemerintahan daerah dan penyelenggaraan program. pembangunan daerah memerlukan dukungan dana yang disediakan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pemerintahan daerah dan penyelenggaraan program. pembangunan daerah memerlukan dukungan dana yang disediakan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pemerintahan daerah dan penyelenggaraan program pembangunan daerah memerlukan dukungan dana yang disediakan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAW AHLUNTO

PERATURAN DAERAH KOTA SAW AHLUNTO LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO PERATURAN DAERAH KOTA SAW AHLUNTO NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PINJAM AN PEMERINT AH KOT A SAW AHLUNTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO, Menimbang

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /POJK.04/2017 TENTANG DOKUMEN PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS,

Lebih terperinci