dpp inkindo jawa tengah BUKU SAKU KETENTUAN HUKUM TTG SWAKELOLA PROYEK PERHITUNGAN BILLING RATE JASA KONSULTANSI PENEGASAN KETENTUAN AGUSTUS 2005
|
|
- Shinta Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 dpp inkindo jawa tengah BUKU SAKU A KETENTUAN HUKUM TTG SWAKELOLA PROYEK B PERHITUNGAN BILLING RATE JASA KONSULTANSI C PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN PPh ps.23 AGUSTUS 2005
2 KATA PENGANTAR Pada kesempatan ini DPP INKINDO Jawa Tengah mencoba merangkum beberapa informasi yang kiranya bisa dimanfaatkan para Anggota, sebagai referensi dalam melaksanakan kegiatan pelayanan jasa konsultansi. Rangkuman ini, yang kami beri nama : BUKU SAKU, berisi 3 (tiga) hal yaitu: A. Ketentuan Hukum Tentang Pelaksanaan Swakelola Proyek, B. Perhitungan Billing Rate Jasa Konsultansi, dan C. Penegasan Ketentuan Perpajakan PPh. Ps. 23. Bagian A berisi kajian tentang permasalahan pelaksanaan pekerjaan secara swakelola dikaitkan dengan ketentuan yang berlaku. Kajian ini pernah pula disampaikan kepada berbagai instansi pengelola proyek di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten /Kota se- Jawa Tengah, dan telah mendapat tanggapan positif dan beragam dari para pengguna jasa Konsultansi. Bagian B berisi 2 (dua) materi Billing Rate yang terdiri dari : 1. Billingrate berdasarkan Instruksi Gubernur( IN-GUB) tahun Billingrate berdasarkan hasil kajian DPN INKINDO, yang saat ini sudah mulai dipakai sebagai referensi beberapa negara donor, dan sedang dalam pengusulan kepada pemerintah untuk dijadikan keputusan pemerintah. Bagian C berisi dokumen hasil konsultasi DPN INKINDO dengan Direktur Jenderal Pajak, yang hasilnya berupa penegasan aturan pengenaan tarif pajak penghasilan ( PPh pasal 23)untuk kegiatan konsultansi non konstruksi. Diharapkan penegasan ini dapat meringankan para Anggota dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak penghasilan. Kami menyadari kemungkinan masih adanya kekurangan dalam menyusun Buku Saku ini, untuk itu kami sangat mengharap masukan berupa koreksi untuk penyempurnaan lebih lanjut. Hormat kami, DEWAN PENGURUS PROPINSI IKATAN NASIONAL KONSULTAN INDONESIA JAWA TENGAH Ir. DHODIT LA WARDHANA, MM Ketua Ir. R U D J I T O, MT Sekretaris
3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI A. KETENTUAN HUKUM TENTANG SWAKELOLA PROYEK - Dasar Pemikiran - Analisa Permasalahan - Kesimpulan B. PERHITUNGAN BILLING RATE JASA KONSULTANSI - Tabel 4.29A Rekomendasi Biaya Langsung Personil Minimum Staf Profesional Dengan Undangan Nasional (LCB) Tahun 2004 Provinsi Jawa Tengah - Tabel 4.29B Rekomendasi Biaya Langsung Personil Minimum Untuk Tenaga Sub Profesional dan Teknis Dengan Undangan Nasional (LCB) Tahun 2004 Provinsi Jawa Tengah - Tabel 4.29C Rekomendasi Biaya Langsung Personil Minimum Untuk Tenaga Pendukung Dengan Undangan Nasional (LCB) Tahun 2004 Provinsi Jawa Tengah - KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH Nomor : 027 / 26 / 2004 Tentang: Pemberian Ijin Penetapan Harga, Pengadaan Barang dan Biaya Langsung Personil (Billing Rate) Pekerjaan Konsultansi C. PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN PPh Ps Surat Perihal : Tindak Lanjut Permohonan Penyesuaian PPh. 23. oleh Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO) - Surat Perihal :Pemungutan PPh 23 atas Jasa Konsutansi oleh KPKN - Surat Penegasan Ditjen Perbendaharaan Negara tentang PPh 23 atas Jasa Konsultansi selain Jasa Konsultan Konstruksi. - Surat Perihal : Pemungutan PPh Pasal 23 atas Jasa Konsultan - Kewajiban Perpajakan Perusahaan Konsultan LAMPIRAN : - Susunan Pengurus DPP ININDO Jawa Tengah - Susunan Pengurus DKP INKINDO Jawa Tengah - Susunan Pengurus BPMS INKINDO Jawa Tengah - Susunan Pengurus BSNU Jakon INKINDO Jawa Tengah - Susunan Pengurus YP INKINDO Jawa Tengah - Daftar Pengurus Korwil DPP INKINDO Jawa Tengah - Susunan Pengurus KKMB INKINDO Jawa Tengah - Susunan Pengurus Advokasi INKINDO Jawa Tengah - Susunan Redaksi Buletin Consulting A. KETENTUAN HUKUM TENTANG SWAKELOLA PROYEK
4 KETENTUAN HUKUM TENTANG SWAKELOLA PROYEK DASAR PEMIKIRAN Pekerjaan Swakelola tidak diatur dalam Undang Undang Jasa Konstruksi No.18 tahun Dalam undang undang tersebut hanya mengatur adanya 2 (dua) pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi yaitu Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa. Namun dengan terbitnya Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 dimungkinkan suatu instansi pemerintah atau BUMN/BUMD untuk melakukan pekerjaan secara Swakelola. Tentunya pelaksanaan pekerjaaan secara Swakelola ini harus memenuhi oersyaratan yang diatur dalam KEPPRES tersebut. Permasalahan yang muncul adalah adanya kecenderungan sebagian instansi pemerintah ( Propinsi atau Kabupaten/ Kota) dengan beragam dalih berusaha men swakelola kan sebagian atau seluruh pekerjaan yang ada di lingkungan tugasnya. Upaya-upaya untuk memaksakan pen-swakelola-an pekerjaan ini diantaranya dengan cara mentafsirkan aturan aturan dalam Keppres tersebut, yang memang terkesan kurang tegas dan dapat mengundang adanya multi tafsir. Namun sebenarnya keinginan untuk melaksanakan pekerjaan secara swakelola tersebut bisa dikurangi/dihindari manakala kita mencermati Keppres RI Nomor 80 Tahun 2003 dan Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 120 tahun 2003 bahwa pengadaan barang/ jasa yang mana harus berpedoman pada Prinsip-prinsip Dasar dan Kebijaksanaan Umum, yaitu: a. Wajib menerapkan prinsip- prinsip dasar : efisien, efektif, terbuka dan bersaing, adil/ tidak diskriminatif dan akuntabel. (pasal 3 Keppres RI No. 80 Th. 2003). b. Kebijakan Umum pemerintah dalam pengadaan barang / jasa antara lain adalah : Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayaan nasional yang sasarannya adalah : memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/ jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional; Meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang / jasa; Meningkatkan penerimaan Negara melalui sektor perpajakan; Menumbuh kembangkan peran serta usaha nasional. ( Pasal 4 Keppres RI No. 80 Th. 2003). c. Pengadaan barang/jasa dengan metode penunjukan langsung dan pelaksanaan pekerjaan dengan cara swakelola sedapat mungkin agar dihindarkan ( Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 120 Tahun 2003 Bab.IV.C. 3).
5 ANALISA PERMASALAHAN. Berdasarkan beberapa peraturan di atas dapat kami sampaikan hasil kajian terhadap beberapa istilah, kriteria dan prosedur dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai berikut : 1. Tata Cara Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah. Menurut KEPPRES RI No. 80 Tahun 2003 pasal 6 : Pengadan Barang Jasa dapat dilakukan dengan : - Menggunakan Penyedia Jasa - Swakelola. 2. Persyaratan Penyedia Jasa Menurut KEPPRES RI No. 80 Tahun 2003 pasal 11 ayat 1 : Persyaratan Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan pengadaan adalah sebagai berikut : a. Memenuhi ketentuan peraturan perundangan untuk menjalankan usaha/ kegiatan sebagai penyedia barang/jasa, b. Memiliki keahlian, pengalaman/kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barang/jasa, c. Mempunyai pengalaman di bidangnya. 3. Penyedia Jasa Menurut UU RI NO.18 Tahun 1999 pasal 1 ayat 4 : Penyedia Jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi ( konsultan konstruksi). 4. Perencana Konstruksi. a. Perencana konstruksi adalah penyedia jasa orang perorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan atau bentuk fisik lainnya. ( penjelasan UU RI No.18 Tahun 1999 pasal 1 ayat 9). b. Perencana konstruksi yang berbentuk Badan usaha harus : - memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha di bidang jasa konstruksi, - memiliki sertifikat, klasifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi ( penjelasan UU RI No.18 Tahun 1999 pasal 8). 5. Badan Usaha. Badan usaha yang berbentuk badan hukum : Perseroan Terbatas (PT), Koperasi. Badan usaha tak berbentuk badan hukum : CV, Firma. ( Penjelasan UU RI No. 18 Tahun 1999 pasal 1 ayat 3). 6. Swakelola a. Pengadaan barang/jasa dengan cara swakelola secara rinci diatur dalam KEPPRES RI No.80 Tahun 2003 pasal 39. Dalam pasal ini diatur tentang: difinisi swakelola, tata cara pelaksanaan dengan cara swakelola, jenis pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan cara swakelola. b. Dari 8 (delapan) persyaratan ( butir a s/d butir h) suatu pekerjaan untuk dapat dilakukan secara swakelola, adalah butir g yang banyak digunakan sebagai dalih untuk melakukan swakelola kerjasama dengan instansi lain. c. Beberapa intansi lain menggunakan dalih penghematan biaya, dengan meniadakan biaya perencanaan dan pengawasan. Hal ini akan mempunyai konsekuensi hukum yang serius dibelakang hari, terbukti dengan banyaknya oknum yang sudah berurusan dengan aparat penegak hukum akhir akhir ini. d. Ketentuan dalam lampiran I KEPPRES RI No. 80 tahun 2003 bab III butir A.1. diatur bahwa Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh pelaksana swakelola dengan menggunakan tenga sendiri dan/atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan. Tenaga ahli tidak boleh melebihi 50% ( lima puluh persen) dari tenaga sendiri. e. Butir B.1.c. Pembayaran gaji tenaga ahli tertentu yang diperlukan dilakukan berdasarkan kontrak konsultan perorangan. Sementara untuk melakukan kontrak jasa konsultansi perorangan harus mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam lampiran I KEPPRES RI No. 80 tahun 2003 bab II butir B.5. tentang Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan. f. Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 120 Tahun 2003 Bab.IV.C : 1. Tata cara pengadaan barang dan jasa harus mendasarkan UU Nomor 18 tahun 1999, PP Nomor 29 tahun 2002, dan mengacu pada KEPPRES Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan. 2. Pengadaan barang/jasa dengan metode penunjukan langsung dan pelaksanaan pekerjaan dengan cara swakelola sedapat mungkin agar dihindarkan. KESIMPULAN 1. Dari uraian butir (1) sampai dengan butir (4) diatas dapat disimpulkan bahwa Penyedia Jasa Konsultan dalam konteks KEPPRES RI Nomor 80 tahun 2003 dan Kep. Gubernur Jawa Tengah Nomor 120 tahun 2003, adalah Badan usaha yang berbentuk badan hukum ( PT, Koperasi) atau tidak berbentuk badan hukum ( CV, Firma), yang dinyatakan ahli dan profesional di bidang jasa konsultan yang dibuktikan dengan Sertifikat Badan Usaha ( SBU) dan ijin usaha jasa konsultan. Dari kajian di atas secara tegas menunjukkan bahwa Badan Atau Lembaga selain Badan Usaha Jasa Konsultan seperti : Perguruan Tinggi (Negeri atau Swasta) dan Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) tidak masuk kategori sebagai Penyedia Jasa. 2. Mengacu pada Keppres RI Nomor 80 Tahun 2003 dan Keputusan Gubernur Jawa TengaH No. 120 tahun 2003 bahwa pengadaan barang/ jasa : a. Wajib menerapkan prinsip- prinsip dasar : efisien, efektif, terbuka dan bersaing, adil/ tidak diskriminatif dan akuntabel. (pasal 3 Keppres RI No. 80 Th. 2003). b. Kebijakan Umum pemerintah dalam pengadaan barang / jasa antara lain adalah : Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayaan nasional yang sasarannya adalah : memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/ jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional;
6 Meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang / jasa; Meningkatkan penerimaan Negara melalui sector perpajakan; Menumbuh kembangkan peran serta usaha nasional. ( Pasal 4 Keppres RI No. 80 Th. 2003). c. Pengadaan barang/jasa dengan metode penunjukan langsung dan pelaksanaan pekerjaan dengan cara swakelola sedapat mungkin agar dihindarkan ( Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 120 Tahun 2003 Bab.IV.C. 3 ) d. Kriteria tentang pekerjaan yang dapat dilakukan secara sebagaimana diatur dalam KEPPRES RI NO.80 Tahun 2003 BAB II Pasal 39, harus disikapi sesuai Prinsip Prinsip Dasar dan Kebijakan Umum Keputusan Presiden Republik Indonesia dan Keputusan Gubernur Jawa Tengah. e. Apabila terdapat peraturan multi tafsir sebaiknya diambil suatu kebijakan yang menguntungkan / menyejahterakan orang banyak, sesuai dengan kebijakan umum Pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa. f. Sebagai informasi, saat ini DPN INKINDO telah membentuk Kelompok Kerja yang menyusun usulan perubahan KEPPRES RI No. 80 tahun B. PERHITUNGAN BILLING RATE JASA KONSULTANSI
7 Sebagaimana diketahui bersama bahwa sesuai dengan Surat Edaran Bersama (SEB) antara BAPPENAS dan Departemen Keuangan RI Nomor : 123/D.II/03/2000 SE 38/A/2000 tanggal 17 Maret 2000, diterangkan bahwa besaran BLP (Biaya Langsung Personil) tidak ditentukan dan hanya komponen BLP yang ditentukan. Kalau hanya merujuk pada SEB dimaksud akan memungkinkan terjadinya persaingan atas harga personil yang tidak wajar serta tidak menghargai profesionalitas personil terkait. Untuk menghindari hal tersebut maka diusulkan rujukan dalam menentukan besaran BLP sesuai dengan pengalaman profesional Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung yang bersangkutan. Biaya langsung personil pada materi Buku Saku ini ditampilkan berdasarkan pada 2 sumber, yaitu : Instruksi Gubernur Jawa Tengah tahun 2005 dan Hasil Kajian DPN INKINDO, yang saat ini sudah mulai dipakai sebagai referensi beberapa negara donor, dan sedang dalam pengusulan kepada pemerintah untuk dijadikan keputusan pemerintah. Perhitungan Billing Rate jasa konstruksi terdiri dari : 1. Berdasarkan Instruksi Gubernur (IN-GUB) tahun Billing Rate berdasarkan hasil kajian DPN INKINDO untuk propinsi Jawa Tengah, meliputi : - Rekomendasi biaya langsung personil minimum staf professional dengan Undangan Nasional (LCB) tahun Rekomendasi biaya langsung personil minimum untuk tenaga sub profesional dan teknis dengan Undangan Nasional (LCB) tahun Rekomendasi biaya langsung personil minimum untuk tenaga pendukung dengan Undangan Nasional (LCB) tahun 2004
8
9
10 C. PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN PPh ps.23
11 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORRAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PAJAK PENGHASILAN Nomor : S1 14 /PJ.43/ Juni 2005 Sifat : Biasa : Tindak Lanjut Permohonan Penyesuaian PPh. 23. oleh Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO) Yth. Dewan Pengurus Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO) Jl. Bendungan Hillir Raya 29 Jakarta Sehubungan dengan surat Saudara Nomor 603/SKJ/DPN/V/2005 taggal 18 Mei 2005, perihal sebagaimana tersebut di atas, dengan ini dlsampaikan hal-hal sebagai berikut. 1. Merujuk beberapa surat Saudara kepada Direktorat Jenderal Pajak yang berkaitan dengan permohonan peninjauan kembali besarnya perkiraan penghasilan neto untuk jasa konsultan yang menjadi dasar perhitungan pemotongan PPh Pasal 23 serta jawaban kami bahwa proses peninjauan tersebut memerlukan proses pengkajian yang lebih mendalam karena terkait dengan proses peninjauan atas KEP-170/1)PJ/2002, Saudara menyampaikan bahwa sambil menunggu proses peninjauan atas KEP-170/PJ/2002 tersebut selesai, supaya dapat diberikan. sural keterangan/penegasan bahwa untuk jasa konsultan dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 hanya atas imbalan pemberian jasanya saja, dengan alasan sebagai berikut : a. Struktur biaya perusahaan jasa konsultan pada umumnya terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu Biaya Langsung Personil (Remunerasi), yang meliputi Biaya Langsung Personil Tenaga Ahli Profesional, Tenaga Sub Profesional dan Tenaga Pendukung, dan Biaya Langsung Non Personil (Direct Reimbursable Cost), yang merupakan biaya yang dapat dimintakan penggantinya; b. Berdasarkan Pasal 1 Ayat (2) KEP-170/PJ/2002 disebutkan bahwa jumlah imbalan bruto yang menjadi dasar pengenaan PPh Pasal 23 untuk jasa-jasa selain jasa konstruksi dan jasa ketering adalah jumlah imbalan bruto yang dibayarkan hanya untuk jasanya saja, kecuali apabila dalam kontrak tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa dengan material / barang, maka akan dikenakan atas seluruh nilai kontrak. c. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Saudara berpendapat bahwa perkiraan penghasilan neto untuk pemotongan PPh Pasal 23 jasa konsultan diperhitungkan hanya atas biaya Remunerasi TcnagaAhli Profesional saja. 2. Berdasarkan Pasal 23 Ayat (1) huruf c angka 2) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
12 dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (UU PPh) diatur bahwa atas penghasilan imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak wajib membayarkan sebesar 15% dari Perkiraan Penghasilan Neto. b. Dengan demikian, atas imbalan jasa kunsultan yang dilakukan oleh perusahaan konsultansi sebagaimana dimaksud dalam butir a tersebut di atas dipotong PPh pasal 23 sebesar 15% x 50% x Jumlah Imbalan bruto Komponen Biaya Personel (Remuneration). Demikian disampaikan untuk dimaklumi. A.n. Direktorar Jenderal 3. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-170/PJ/2002 tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Neto Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Ayal (1) Huruf C Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 diatur antara lain: a. Pasal 1, yang dimaksud dengan jumlah imbalan bruto khusus untuk jasa konstruksi dan jasa catering adalah jumlah imbalan yang dibayarkan seluruhnya, termasuk atas pemberian jasa dan pengadaan material / barangnya; b. Pasal 2, yang dimaksud dengan jumlah imbalan bruto untuk jasa lain selain jasa koustrultasi dan jasa catering adalah jumlah imbalan yang dibayarkan hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila dalam kontrak:/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa dengan material / barang akan dikenakan atas seluruh nilai kontrak; c. Lampiran II, besarnya perkiraan penghasilan neto untuk jasa konsultan, kecuali konsultan kontruksi, adalah sebesar 50% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. 4. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2005, diatur antara lain dalam Lampiran I Bab l Huruf E angka 4 Harga Perkiraan Sendiri ( (HPS) pengadaan jasa konsultan terdiri dari dua komponen pokok, yaitu Biaya Personil ( Remuneration) dan Biaya Langsung Non Personil ( Direct Reimbursable Cost ) 5. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut diatas, dengan ini ditegaskan hal-hal sebagai berikut : a. Sepanjang dalam kontrak/perjanjian penyediaan jasa konsultansi, selain jasa konsultan konstruksi, antara perusahaan jasa konsultan dengan pihak yang memberikan pekerjaan terdapat pemisahan komponen imbalati Biaya Personil (Remuneration) dan Biaya Lansung Non Personil (Direct Reimbursable Cost) serta Biaya Langsung Non Personil tersebut merupakan biaya-biaya yang dapat dimintakan penggantiannya (reimburse) berdasarkan bukti-bukti terkait kepada pihak yang memberikan pekerjaan, maka jumlah imbalan bruto yang menjadi dasar perhitungan penghasilan neto untuk pemotongan PPh Pasal. 23 bagi perusahaan jasa konsultan tersebut adalah jumlah imbalan bruto atas komponen Biaya Personil (Remuneration) saja; Tembusan: Direktorat Jenderal Pajak Sumimahar Petrus Tambunan NIP
13 Nomor : 683/SKJ/DPN/VI/2005 Jakarta, 10 Juni 2005 Lampiran: 2 (dua) Kepada Yth: di- Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan RI Jakarta Perihal : Pemungutan PPh 23 atas Jasa Konsutansi oleh KPKN Untuk itu kami mohon kiranya Direktorat Jenderal Perbendaharaan RI Departemen Keuangan menegaskan agar pelaksanaan pemungutan PPh 23 atas Jasa Konsultan selain Jasa Konsultan Konstruksi dilaksanakan oleh jajaran Bapak dapat berjalan sebagai mana mestinya. Atas segala perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih. Hormat kami, Dewan Pengurus Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Dengan hormat, Menunjuk kepada Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor : KEP-170/PJ/2002, tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Netto, sebagai pelaksanaan dari Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, pasal 23 ayat (1) dan UU No. 17 tahun 2000, maka telah ditetapkan bahwa untuk Jasa Konsultan, kecuali Jasa Konsultan Konstruksi perkiraan Penghasilan Netto sebesar 50% (lima puluh prosen) dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPn. Jumlah Bruto tidak termasuk PPn yang dimaksud diatas sesuai pasal 1 ayat 2 Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pajak tersebut diatas adalh atas pemberian jasanya saja hingga didapat perhitungan pemungutan PPh 23 sebesar = 15% X 50 X Jumlah Imbalan Bruto Komponen Biaya Personel (Remunerasi). Kristiya Kartika,M.Si Ketua Umum Tembusan: 1. Dewan Pengurus Propinsi INKINDO di seluruh Indonesia. 2. Arsip Ir. Lukman Hakim AS Sekretaris Umum Dimana hal ini telah dipertegas kembali oleh Surat Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Pajak Penghasilan No. S 114/PJ.43/2005 tanggal 8 Juni 2005, terlampir dalam surat ini. Perlu disampaikan disini bahwa Struktur biaya Imbalan Jasa Konsultan terdiri dari 2 bagian yaitu : 1. Biaya Langsung Personel (Remunerasi) 2. Biaya Langsung Non Personel. Namun selama ini dalam pelaksanaannya lembaga/instansi yang bertindak sebagai Wajib Pungut PPh 23 atas Jasa Konsultan selain Jasa Konsultan Konstruksi terutama Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) melakukan pemungutan adalah sebesar = 15 % x 50 % x Nilai Kontrak Pekerjaan di luar PPn, yang berarti melebihi dari ketentuan yang berlaku.
14 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORRAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PAJAK PENGHASILAN Nomor : S-4501/ /PB/ Juli 2005 Lampiran : - Perihal : Pemungutan PPh Pasal 23 atas Jasa Konsultan Yth. Dewan Pengurus Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indnesia (INKINDO) Jl. Bendungan Hilir Raya 29 Jakarta Nomor : 801/SKJ/DPN/VII/2005 Jakarta, 26 Juli 2005 Lampiran : - Kepada Yth Dewan Pengurus Propinsi INKINDO Seluruh Indonesia Di - Tempat. Sehubungan dengan surat Saudara Nomor 683/SKJ/DPN/VI/2005 tanggal 10 Juni 2005 perihal Sebagaimana tersebut diatas, dengan ini ditegaskan hal-hal sebagai berikut : 1. Sesuai Undang undang No. 17 Tahun 2000 pasal 23 ayat (1) dan ayat (2) serta Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep 170/PJ/2002 tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Neto, sepanjang dalam kontrak / perjanjian penyedia jasa konsultan, selain jasa konsultan konstruksi, antara perusahaan konsultan dengan pihak yang memberikan pekerjaan terdapat pemisahan yang dilakukan oleh perusahaan konsultan dipotong PPh pasal 23 sebesar 15 % X 50 % X Jumlah Imbalan Bruto Komponen Biaya Personel. 2. Dimasa mendatang, pada nilai kontrak pekerjaan jasa konsultan selain jasa konsultan konstruksi kiranya dapat dicantumkan secara tegas rincian komponen imbalan biaya personil dan biaya langsung non personil sehingga pemotongan PPh pasal 23 dapat dipungut sesuai maksdu saudara langung Non Personil sehingga pemotongan PPh pasal 23 dapat dipungut sesuai maksud saudara. Demikian disampaikan untuk dimaklumi. A.n. Direktorar Jenderal Perihal : Surat Penegasan Ditjen Perbendaharaan Negara tentang PPh 23 atas Jasa Konsultansi selain Jasa Konsultan Konstruksi. Dengan hormat, Manunjuk surat DPN INKINDO No. 683/SKJ/DPN/VI/2005 tanggal 10 Juni 2005 kepada Direktorat Jendral Perbendaharaan Departemen Keuangan RI tentang pemungutan PPh 23 atas Jasa Konsultansi, maka bersama ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Terlampir disampaikan foto copy jawaban surat Ditjen Perbendaharaan Departemen Keuangan RI yang menegaskan bahwa atas Imbalan Jasa Konsultan selain Jasa Konsultan Konstruksi dipotong PPh pasal 23 sebesar = 15%X50%X jumlah Imbalan Bruto Komponen Biaya personil (Remunerasi) dimana hal ini untuk melengkapi surat Ditjen Pajak No. S114/PJ.43/2005 tanggal 8 Juni Tembusan: Direktorat Jenderal Pajak Sumimahar Petrus Tambunan NIP Perlu disampaikan bahwa ketentuan tersebut pada point 1 berlaku sepanjang pada kontrak Pekerjaan Jasa Konsultan tersebut harus secara tegas mencantumkan rincian komponen Imbalan Biaya Langsung Personil dan Biaya Langsung Non Personil. 3. Terlampir disampaikan pula uraian Pajak Konsultan baik sebagai Wajib Pungut maupun Wajib Bayar, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita dalam melaksanakan kewajiban sebagai wajib pajak yang baik dan benar.
15 KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERUSAHAN KONSULTAN A.Sebagai Wajib Bayar (WABA) Besar harapan kami agar informasi tentang perpajakan jasa konsultan dalam surat ini dapat disebarluaskan kepada seluruh anggota INKINDO di propinsi. Atas segala perhatian dan kerjasmannya diucapkan terima kasih. Hormat kami, Dewan Pengurus Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Kristiya Kartika,M.Si Ketua Umum Ir. Lukman Hakim AS Sekretaris Umum Tembusan: 1. Dewan Pengurus Propinsi INKINDO di seluruh Indonesia. 2. Arsip
16 B. Sebagai Wajib Pungut ( WAPU)
17 LAMPIRAN DAFTAR PENGURUS
18
19
20
21
22 CATATAN :
BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di
BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT A. Pengertian dan Ruang Lingkup Jasa Konstruksi A. 1 Pengertian Jasa Konstruksi Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang
Lebih terperinciS-1081/PJ.313/2005 PENGENAAN TARIF ATAS JASA KONSTRUKSI (SE- 13/PJ.42/2002)
S-1081/PJ.313/2005 PENGENAAN TARIF ATAS JASA KONSTRUKSI (SE- 13/PJ.42/2002) Contributed by Administrator Thursday, 22 December 2005 Pusat Peraturan Pajak Online PENGENAAN TARIF ATAS JASA KONSTRUKSI (SE-13/PJ.42/2002)
Lebih terperinciA. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah
Lebih terperinciS-48/PJ.313/2006 KONFIRMASI PENGENAAN TARIF PPh PASAL 22 DAN PASAL 23
S-48/PJ.313/2006 KONFIRMASI PENGENAAN TARIF PPh PASAL 22 DAN PASAL 23 Contributed by Administrator Wednesday, 01 February 2006 Pusat Peraturan Pajak Online KONFIRMASI PENGENAAN TARIF PPh PASAL 22 DAN PASAL
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 02/PJ.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 02/PJ.03/2007 TENTANG PENEGASAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PIMPINAN DAN ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN DEWAN PENGURUS NASIONAL IKATAN NASIONAL KONSULTAN INDONESIA. /SK.DPNNll/2016. Tentang
..d...~inkjndq ~{/ ~~~~-v IKATAN NASIONAL KONSULTANINDONESIA KEPUTUSAN DEWAN PENGURUS NASIONAL IKATAN NASIONAL KONSULTAN INDONESIA NOMOR : \4 /SK.DPNNll/2016 Tentang PEDOMAN STANDAR MINIMAL TAHUN 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 mempunyai tujuan untuk menyelenggarakan tata kehidupan negara
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH.
Lampiran 1 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE- 26 /PJ.4/1998 Tanggal : 13 Agustus 1998 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH. Nomor : Sifat : Biasa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140 TAHUN 2000 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140 TAHUN 2000 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak; 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan
Lebih terperinciPutusan Nomor : Put-68238/PP/M.IVB/10/2016. Jenis Pajak : PPh Pasal 21. Tahun Pajak : 2011
Putusan Nomor : Put-68238/PP/M.IVB/1/216 Jenis Pajak : PPh Pasal 21 Tahun Pajak : 211 Pokok Sengketa Pemohon Banding Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah Koreksi
Lebih terperinci..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 40/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor :...
Lebih terperinci..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-40/PJ./2009 TENTANG : TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor
Lebih terperinciYth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)
LAMPIRAN I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-40/PJ./2009 tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Bagi Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu,.....20 1) Nomor : (2)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan dan tanggungjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga negara dalam membiayai keperluan pembangunan nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan negara kita terhadap hutang luar negeri.sektor pajak
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-02/PJ/2015 TENTANG PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN PASAL 31E AYAT (1) UNDANG- UNDANG NOMOR
Lebih terperinciLAMPIRAN I. Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak : di...
LAMPIRAN I Nomor : Lampiran : Perihal : Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak...... di... Berkenaan dengan Pasal
Lebih terperinci*38299 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 132 TAHUN 2000 (132/2000) TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS HADIAH UNDIAN
Copyright (C) 2000 BPHN PP 132/2000, PAJAK PENGHASILAN ATAS HADIAH UNDIAN *38299 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 132 TAHUN 2000 (132/2000) TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS HADIAH UNDIAN
Lebih terperinciBENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V
BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
- 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN WAJIB PAJAK CABANG/LOKASI BAGI PELAKU USAHA YANG MELAKUKAN USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN
Lebih terperinciY. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK
DEPARTEMEN KEUANGAN R I PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK BERI TANDA X DALAM (KOTAK) YANG SESUAI ISI DENGAN BENAR, LENGKAP,
Lebih terperinciRuang Lingkup Jasa Konstruksi
Jasa Konstruksi Ruang Lingkup Jasa Konstruksi Layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi Layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi Layanan jasa konsultasi pengawasan konstruksi Definisi
Lebih terperinciPENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I
BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang
Lebih terperinciTENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...
11 2012, No.526 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 138 TAHUN 2000 (138/2000) TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciTanggal Terbit : 01 Februari 2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Perihal : PEDOMAN PELAKSANAAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) OLEH BENDAHARAWAN ATAU PENANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN PENGGUNAAN DANA BOS
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap perlakuan perpajakan dan perhitungan Pajak Penghasilan atas penghasilan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... TENTANG
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 74/PMK.03/2012 TENTANG : TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN
Lebih terperinciSE - 33/PJ/2009 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SEHUBUNGAN DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN DIREKTUR
SE - 33/PJ/2009 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SEHUBUNGAN DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN DIREKTUR Contributed by Administrator Monday, 23 March 2009 Pusat Peraturan Pajak Online 23 Maret 2009 SURAT EDARAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan Menurut Undang-Undang no. 28 th. 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2 September 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor pajak merupakan penerimaan terbesar negara. Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 sebagai perubahan keempat atas Undang- Undang Nomor 6 tahun
Lebih terperinciYth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... di...
LAMPIRAN I Nomor : Lampiran : Perihal : Penolakan Permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak......
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT45363/PP/M.II/27/2013. : Pajak Penghasilan Pasal 15 Final. Tahun Pajak : 2010
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT45363/PP/M.II/27/2013 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 15 Final Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap
Lebih terperinciSURAT EDARAN BERSAMA TENTANG RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
SURAT EDARAN BERSAMA TENTANG RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN MENTERI KEUANGAN Nomor Lampiran Perihal : 1203/D.II/03/2000 SE -38 / A / 2000 : 1 (satu) berkas : Petunjuk
Lebih terperinciSE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA
SE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA Contributed by Administrator Thursday, 20 January 2011 Pusat Peraturan Pajak Online 20 Januari 2011 SURAT
Lebih terperinciContoh pengisian SPT Tahunan PPh bagi anggota Hiswana Migas. yang menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata sebagai
Lampiran I Surat Edaran : Nomor : SE-11/PJ.41/1995 Tanggal : 28 Pebruari 1995 Contoh pengisian SPT Tahunan PPh bagi anggota Hiswana Migas yang menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata sebagai penyalur
Lebih terperinciFAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10
Lembar ke-2 : Untuk Penjual BKP/Pemberi JKP sebagai bukti Pajak Keluaran FAKTUR PAJAK Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10 Pengusaha Kena Pajak Nama : PT. Jive Entertainment Alamat : Jl. Patra Kuningan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAl PAJAK SURAT EDARAN NOMOR : SE - 02 /PJ./ 2006
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAl PAJAK Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 40-42 Jakarta 12190 Kotak Pas 124 Telepon : (021) 5250208, 5251609, 5262880 Faksimile : (021) 5262420
Lebih terperinci: bahwa Undang-undang PPN mengatur/memerintahkan Menteri Keuangan (bukan PP) untuk:
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.36258/PP/M.IV/99/2012 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : Penghapusan Sanksi Administrasi atas Surat Tagihan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang
Lebih terperinciMAKALAH PERPAJAKAN. Disusun Oleh : Florentina Rosalia Marseli UNIVERSITAS SRIWIJAYA
MAKALAH PERPAJAKAN Disusun Oleh : Florentina Rosalia Marseli UNIVERSITAS SRIWIJAYA Tahun 2016-2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di Indonesia maupun di berbagai negara lainnya, pasti memiliki kebijakan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP- 144/PJ./2005 TENTANG TATA PAJAK SECARA JABATAN OLEH KANTOR PUSAT DAN PENGHAPUSANNYA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan data yang
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum di- J A K A R T A. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005 Perihal : Penyelenggaraan
Lebih terperinciPELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia,
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember 1983 Presiden Republik Indonesia, Menimbang: Bahwa pelaksanaan Pasal 9 ayat (1) huruf b dan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pajak Penghasilan. Jasa Kontruksi. Penyetoran. Tata Cara.
No.316, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pajak Penghasilan. Jasa Kontruksi. Penyetoran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153/PMK.03/2009 TENTANG
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 47/PJ/2012 TENTANG
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 47/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN DAN PENJELASAN MENGENAI JASA TENAGA KERJA YANG TIDAK DIKENAI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DIREKTUR JENDERAL PAJAK, A. Umum Sehubungan
Lebih terperinciS-1034/PJ.322/2004 PERMOHONAN PENJELASAN PENGENAAN PPN DAN PPh ATAS KERJA SAMA OPERASIONAL BIDANG PE
S-1034/PJ.322/2004 PERMOHONAN PENJELASAN PENGENAAN PPN DAN PPh ATAS KERJA SAMA OPERASIONAL BIDANG PE Contributed by Administrator Friday, 05 November 2004 Pusat Peraturan Pajak Online PERMOHONAN PENJELASAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI E-COMMERCE MODEL
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-5/PJ/2011 TENTANG : TATA CARA PENGAJUAN DAN PENELITIAN ATAS PERMOHONAN
LAMPIRAN I Nomor :...(1)...,...(2) Lampiran :...(3) Hal : Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Yang Seharusnya Tidak Terutang Yth. Direktur Jenderal Pajak u.p. Pelayanan Pajak......
Lebih terperinciPEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA KPP PRATAMA TIMIKA MEI 2015 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa Latar
Lebih terperinciPEJABAT PENGADAAN BARANG DAN JASA SEKRETARIAT DAERAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2013
PEJABAT PENGADAAN BARANG DAN JASA SEKRETARIAT DAERAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2013 Jl. Rd. Demang Hardjakusumah Komplek Perkantoran Pemerintah Kota Cimahi Gd. B Lt. 3 BERITA ACARA HASIL PENGADAAN LANGSUNG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciPokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010
Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan 2008 Direktorat Jenderal
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERBEDAAN DASAR PENGENAAN PPH PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT
BAB IV ANALISIS PERBEDAAN DASAR PENGENAAN PPH PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT A. Analisis Perbedaan Dasar Pengenaan PPh Pasal 23 dan PPN atas EPC Project Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
Lebih terperinciNomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011
Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciSURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth, Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta Perihal: Pengadaan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan
Lebih terperinci2017, No Konsultansi Konstruksi; Mengingat: : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
No.1535, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Konstruksi. Jabatan Ahli. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK
BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi SKB CV. MMC Sehubungan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 CV. MMC merupakan perusahaan dalam bidang jasa konsultan bisnis yang berdiri pada tahun 2005. Perusahaan
Lebih terperinciNo. Nama Penyedia Jasa dan alamat Hasil evaluasi kualifikasi. PT. INTIMITRA CIPTAKARYA Seturan E-1/5 CaturTunggal, Depok, SlemanKota Cimahi
PEJABAT PENGADAAN BARANG DAN JASA KANTOR ARSIP PERPUSTAKAAN DAN PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015 Jl. Rd. Demang Hardjakusumah Komplek Perkantoran Pemerintah Kota Cimahi BERITA
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)
PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan) A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan), Anda harus mampu: 1.1 Memahami Definisi PPh Pasal 25, Subjek
Lebih terperinciSEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017 Jenis Pajak : PPh Pasal 23 Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah koreksi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciDasar-dasar Studi Kasus Perpajakan
S Modul 1 Dasar-dasar Studi Kasus Perpajakan PENDAHULUAN Suryohadi, S.H., M.M. tudi Kasus Perpajakan adalah suatu kajian mengenai masalah-masalah yang timbul atau yang terjadi di dalam masyarakat berkenaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, Menimbang : a.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan Pembangunan sektor perumahan di kota Gresik khususnya dan Jawa timur pada umumnya sedang ramai-ramainya
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG
1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENDAFTARAN WAJIB PAJAK CABANG/LOKASI BAGI PELAKU USAHA YANG MELAKUKAN USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciSE - 29/PJ/2010 PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI B
SE - 29/PJ/2010 PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI B Contributed by Administrator Monday, 01 March 2010 Pusat Peraturan Pajak Online 1 Maret 2010 SURAT EDARAN
Lebih terperinciOleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011
Pajak Penghasilan Pasal 23 Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Sub Topik 1. UU No. 36 Tahun 2008-Pasal 23 2. Pemotong
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN BIAYA KEGIATAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 34/PJ/2017
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 34/PJ/2017 TENTANG PENEGASAN PERLAKUAN PERPAJAKAN BAGI PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 9 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
Lebih terperinciBUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI
BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBuku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB V PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT (2)
109 BAB V PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT (2) PENGERTIAN Pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan antara lain melalui pemotongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 35 tahun di bidang perpajakan seperti penghitungan, pemeriksaan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Profil Perusahaan Konsultan Pajak Akuntax berada di bawah pimpinan Bp. H.A. Nur Sardjo Puspitadi yang telah mendapat izin Brevet B Negara No. S1.544/PJ./2001
Lebih terperinciFORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
2013, No.1556 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.09/2013 TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU
Lebih terperinciPerihal : Prosedur Perizinan Penyewaan Tanah Departemen Pekerjaan Umum SURAT EDARAN NOMOR : 59/SE/M/2006
REPUBLIK INDONESIA D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M Jalan Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta 12110 Telepon (021) 726-2805 Facsimile (021) 7203962 Jakarta, 14 November 2006 Kepada Yth
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : Koreksi positif atas Biaya Usaha Lainnya berupa Biaya yang dikoreksi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup rakyat, dan untuk memajukan bangsa. Pengeluaran-pengeluaran negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu negara dibutuhkan adanya sumber dana untuk membiayai pengeluaran negara dalam rangka pembangunan, memperbaiki kesejahteraan hidup rakyat, dan untuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PASURUAN
PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciSE - 95/PJ/2010 PENEGASAN PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS BARANG KENA PAJAK TERTENTU DAN/ATAU
SE - 95/PJ/2010 PENEGASAN PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS BARANG KENA PAJAK TERTENTU DAN/ATAU Contributed by Administrator Monday, 20 September 2010 Pusat Peraturan Pajak Online 20 September 2010
Lebih terperinciAccount Representative
Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Menimbang : a.
Lebih terperinciLampiran I.a. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP. 229/PJ Tanggal : 22 Maret 2001 Lembar ke-1 : Untuk Kantor
Lampiran I.a. Nomor : Lampiran : Hal : Permohonan Pengurangan Penghasilan Neto 30% dari Jumlah Penanaman Modal Yth. Kepala Kantor di Dengan ini kami : Nama Wajib Pajak Surat Ijin dari Badan Pengelola KAPET
Lebih terperinci