Dampak Kebijakan Harga dan Impor Beras terhadap Nilai Tukar Petani di Pantai Utara Jawa Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dampak Kebijakan Harga dan Impor Beras terhadap Nilai Tukar Petani di Pantai Utara Jawa Barat"

Transkripsi

1 Trikonomika Volume 9, No. 1, Juni 2010, Hal ISSN X Dampak Kebijakan Harga dan Impor Beras terhadap Nilai Tukar Petani di Pantai Utara Jawa Barat Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo Jl. Prof. Edy Mokodompit Kampus Baru Andunuhu Kendari Sulawesi Tenggara ABSTRACT The objectives of the research aro know the impact of price policy and the import of ricoward the market level, the price of paddy in the consumer level and farmers term of trade in the Northem Coast Of West Java Province. The data used in this research is secondary and primary data in the form of time series that provided by Central Bureau of Statistic and respondents in a field survey. Analysis method used in the study is ordinary least square method with log transformation. The result of this research indicated that the price policy affected significantly and positively the price of paddy in the farm level. The price policy affected significantly and positively upon the price of price at consumer level. The import of rice affected significantly and negatively upon the price off paddy at the farm level. The import of rice significantly and negatively affected the price of rice at consumer level. The price policy affected significantly and positively upon farmers term of trade. The import of rice affected significantly and negatively upon farmers terms of trade. Keywords: rice import, rice price policy, term of trade farmers. PENDAHULUAN Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Erwidodo (1996: 1) mengutip data Susenas yang menunjukkan bahwa 98% penduduk Indonesia menkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokoknya. Sementara itu kebijakan pemerintah dalam perberasan mempunyai pengaruh yang sangat besar pada stabilitas ekonomi dan politik di Indonesia. Beras merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang menentukan tingkat inflasi pada gilirannya tingkat stabilitas perekonomian normal. Karena itu pemerintah Indonesia berusaha agar persediaan beras nasional selalu memadai dan harganya terkendali. Guna mencapai sasaran tersebut pemerintah menetapkan berbagai kebijakan perberasan dalam berbagai bidang seperti kebijakan harga. Pengadaan sarana dan prasarana produksi, investasi dalam bidang penelitian dan penyuluhan di sektor pertanian serta rekayasa kelembagaan. Berbicara tentang kebijakan harga beras sebagai salah satu instrument kebijakan perberasan pemerintah telah menetapkan kebijakan harga dasar dan harga atap beras dengan harapan dapat melindungi petani sehingga dapat mendorong produksi dan juga melindungi konsumen. Solahuddin (1998:15) mengemukakan bahwa, kebijakan harga diambil oleh pemerintah terlalu bias kepada kepentingan konsumen, melalui kebijakan harga murah, pengendalian stok, dan operasi pasar. Kebijakan ini tidak saja merugikan petani, tetapi secara langsung mengancam produksi beras nasional karena dorongan untuk produksi padi semakin berkurang. 29

2 Dalam rangka menjamin kesejahteraan petani dan agar petani mau menyimpan beras/gabah pasca panen maka pemerintah berusaha agar harga dipasar domestik selalu berada diatas harga pembelian oleh Bulog dan KUD, namun tetap dibawah harga atap. Dengan demikian tercipta kekuatan pasar (integrasi pasar) yang berimbang antara petani dan konsumen, sehingga tidak terjadi fluktuasi harga yang mencolok. Menurut Thimer (1986) kebijakan harga dan impor beras dalam jangka pendek akan mempengaruhi harga beras di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen. Di sisi lain perubahan harga beras di pasar pusat (pasar induk) akan segera berpengaruh pada harga di pasar lokal. Sementara itu harga beras di suatu negara atau daerah juga dipengaruhi oleh masuknya beras dari luar daerah (impor) dan kebijakan pemerintah. Impor beras di suatu daerah dapat mempengaruhi penawaran dan permintaan pasar. Pada gilirannya akan mempengaruhi harga dan term of trade serta tingkat kesejahteraan petani. Kebijakan harga dan penetapan harga periode menunjukan peningkatan rata-rata sebesar 33,79% per tahun dan 23,68% per tahun. Sementara masuknya beras ke wilayah Pantai Utara Jawa Barat periode menunjukan peningkatan rata-rata sebesar 117,08 % per tahun. Hal ini pada gilirannya akan berpengaruh terhadap harga beras di pasar lokal maupun harga beras di pasar konsumen. Kecenderungan terjadinya harga beras stabil akan mendorong produksi padi. Sementara produksi padi di Daerah Pantai Utara Jawa Barat pada tahun 1999 sebesar ,16 ton atau 32,98% dari total produksi Jawa Barat sebesar ton. Oleh karena itu, daerah Pantai Utara Jawa Barat merupakan lumbung padi nasional atau salah satu penyangga stok beras nasional. Di sisi lain meningkatnya produksi padi dapat meningkatkan keuntungan pengusaha tani beras, yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan petani. Tingkat kesejahteraan petani di satu pihak dapat diukur dari perbandingan harga jual yang diterima dengan harga sarana produksi dan kebutuhan hidup yang dibayar oleh petani (nilai tukar petani). Semakin baik nilai tukar petani (term of trade) semakin baik tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani dapat diukur dengan indeks yang dibayar dan indeks harga yang diterima oleh petani. Secara terperinci rata-rata indeks harga yang dibayar maupun yang diterima petani di daerah Pantai Utara Jawa Barat. Di samping itu rata-rata indeks harga yang diterima dan dibayar petani di daerah Pantai Utara Jawa Barat selama tahun menunjukan sedikit peningkatan rata-rata indeks diterima petani sebesar 1,48% per tahun dan indeks yang dibayar petani sebesar 0,9% per tahun. Sementara nilai tukar petani menunjukan peningkatan rata-rata 0,97% per tahun. Walaupun nilai tukar petani meningkat, namun dalam kenyataannya tingkat kesejahteraan petani masih rendah. Berdasarkan data Susenas tahun 2000 melaporkan bahwa, jumlah penduduk/petani miskin di daerah perdesaan Jawa Barat yaitu jiwa dengan rata-rata pendapatan Rp per kapita per bulan. Dari hal di atas dapat diketahui bahwa kebijakan harga dan masuknya impor beras ke daerah Pantai Utara Jawa Barat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani. Kebijakan harga pada prinsipnya bertujuan untuk menstabilkan harga hasil pertanian terutama pada tingkat produsen atau petani, meningkatkan petani melalui perbaikan nilai tukar petani (term of trade) dan memberikan arah atau petunjuk pada jumlah produksi beras (Mears, 1981). Selanjutnya Mears mengemukakan bahwa kebijakan harga beras di Indonesia adalah untuk mempertahankan harga maksimum dan harga minimum di pasar baik di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen. Kebijakan harga dan impor beras di Indonesia pada prinsipnya adalah untuk mencapai keamanan produksi pangan dan stabilitas harga yang pada gilirannya dapat mempertahankan stabilitas politik, ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani. Di pihak lain kebijakan harga dasar yang ditetapkan oleh pemerintah berpengaruh terhadap besar kecilnya stok yang harus dikuasai pemerintah. Di samping itu kebijakan harga beras berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran yang pada gilirannya mempengaruhi harga baik di tingkat produsen beras maupun di tingkat konsumen. Kebijakan harga merupakan penetapan harga dasar (floor price) di tingkat petani dan penetapan harga atap (ceiling price) di tingkat konsumen. Harga gabah di tingkat petani dan harga beras di tingkat konsumen ditentukan oleh penentuan atau kebijakan harga gabah di tingkat petani. Secara proporsional harga gabah di tingkat petani dirumuskan sebagai berikut: = f ( P t *,, Q t, C t, -1 ) = harga gabah di tingkat petani pada P t * = harga harapan pada 30 Trikonomika Vol. 9, No. 1, Juni 2010

3 Q t = Jumlah produksi beras pada C t = total konsumsia pada -1 = harga gabah di tingkat petani -1 Penetapan harga gabah di tingkat petani selanjutnya akan mempengaruhi harga beras di tingkat konsumen. Harga beras di tingkat konsumen juga ditentukan oleh faktor lainnya, seperti dirumuskan sebagai berikut: = f ( P t -1,, Hbd t, Q t, C t, Op t, -1 ) P t-1 = harga beras t-1 Hgt = harga gabah petani pada Hbd t = harga beras dunia pada Q t = produksi beras pada C t = total konsumsi pada Op t = operasi pasar beras pada -1 Penentapan harga beras di tingkat konsumen seringkali mengalami gangguan yang menyebabkan harga beras menjadi tidak terkendali dan merugikan konsumen. Untuk menjaga supaya harga beras tetap terkontrol pemerintah melakukan operasi pasar beras. Operasi pasar beras yang dilakukan ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: Op t = f (, Q t, S t, Ad t, Im t ) Op t = operasi pasar beras pada Q t = produksi beras pada S t = stok beras bulog pada Ad t = pengadaan beras pada Im t = impor beras pada Erwidodo, (1997:14) mengemukakan bahwa impor beras atau masuknya beras dari wilayah lain akan mempengaruhi tingkat penawaran dan harga beras yang pada gilirannya berpengaruh terhadap nilai tukar petani. Hal ini dapat diformulasikan sebagai berikut: NTP t = f ( ST t,,, Mb t ) NTP t = nilai tukar petani pada ST t = stok beras pada = harga beras/gabah di tingkat petani pada Mb t = impor beras (masuknya beras) dari luar wilayah/negara lain pada Selanjutnya Mears (1981: 6) mengemukakan bahwa kebijakan penetapan harga dalam negeri yang berkaitan dengan beras impor secara langsung akan berpengaruh terhadap harga beras di dalam negeri. Oleh kerena itu impor beras sebaiknya diperhitungkan sedemikian rupa sehingga produsen beras dan konsumen dapat memperoleh keuntungan. Jika pemerintah mengimpor beras dengan kondisi produksi dalam negeri cukup untuk kebutuhan maka produsen beras akan memperoleh kerugian dimana harga beras di pasar domestik diatas harga beras dunia. Sebaliknya jika mempertahankan impor beras dengan harga beras domestik lebih rendah maka konsumen akan diuntungkan atas beban produsen dan pemerintah. Guna terpenuhinya kebutuhan beras dalan negeri, impor beras dilakukan pada situasi harga beras dunia dibawah harga keseimbangan yang berlaku dipasar domestik. METODE Penelitian ini dilakukan di daerah Pantai Utara Jawa Barat dengan menggunakan data time series dari tahun 1970 sampai dengan tahun Model analisis yang digunakan analisis regresi transformasi log dengan time lag. Suatu model regresi dengan model distributed lag apabila variabel-variabel bebasnya terdiri dari nilai-nilai untuk waktu yang sedang berjalan dan nilai-nilai pada waktu yang lalu dengan rumus sebagai berikut: HX t In HX t = A + B ln Kh t + C ln Y t-1 + D ln Mb t Kh t Y t-1 = harga jual gabah ditingkat petani pada = kebijakan harga beras pada = harga beras ditingkat konsumen pada -1 Dampak Kebijakan Harga dan Impor Beras terhadap Nilai Tukar Petani di Pantai Utara Jawa Barat 31

4 Mb t = harga beras impor dipasar domestik d. Ln = + ln Mb t ln Mb t-1 pada A = kostanta B,C.D atau nilai koefisien parameter Model regresi yang dianalisis adalah model regresi dengan parameter-parameter yang linier tetapi bukan berarti bahwa variable-variabel regresi ini seharusnya linier. Variabel-variabel dalam model regresi bias tidak linier, tergantung pada bentuk yang paling sesuai data emperis yang diteliti atau kerangka teori tertentu. Dalam model regresi pada mulanya tidak berbentuk linier, melalui proses transformasi log atau ln dapat dijadikan linier (Gujarati, 1991). Disamping itu transformasi model dalam logaritma dilakukan untuk mengatasi tidak terjadi heteroskedasitas. Formulasi model regresi dalam logaritma adalah sebagai berikut: a. Ln = + ln Kh t ln Kh t-1 = harga beras ditingkat petani pada Mb t Mb t-1-1 e. Ln NTP t = + ln Kh t ln Kh t-1 NTP t = nilai tukar petani pada Kh t = kebijakan harga pada Kh t-1 = kebijakan harga pada -1 = harga gabah ditingkat petani pada f. Ln NTP t = + ln Mb t ln Mb t-1 Kh t = kebijakan harga pada Kh t-1 = kebijakan harga pada -1 b. Ln = + ln Kh t ln Kh t-1 = harga beras ditingkat petani pada Kh t = kebijakan harga pada Kh t-1 = kebijakan harga pada -1 c. Ln = + ln Mb t ln Mb t-1 = harga gabah ditingkat petani pada Mb t Mb t-1-1 NTP t = nilai tukar petani pada Mb t Mb t-1-1 HASIL Pengaruh Kebijakan Harga Gabah di Tingkat Petani Nilai koefisien regresi untuk pengujian kebijakan harga terhadap harga padi ditingkat petani didaerah penelitian sebagai berikut: Ln = 0, ,192 ln Kh t + 0,268 ln Kh t-1 ( 7,47) ( 2,26) R 2 = 0,86 Variabel penetapan harga ternyata signifikan berpengaruh secara positif. Nilai koefisien determinasi R 2 = 0,86 berarti kemampuan variabel bebas secara bersama-sama dalam menerangkan variabel tak bebas sebesar 86% dan sisanya 14% ditentukan faktor lain diluar model. 32 Trikonomika Vol. 9, No. 1, Juni 2010

5 Berdasarkan hasil regresi penetapan harga beras (Kh t ) = 1,192, berarti bahwa jika penetapan harag beras naik 1%, ceteris paribus, maka harga gabah ditingkat petani naik sebesar 1,192%. Demikian pula penetapan harga tahun sebelumnya (Kh t-1 ) naik 1 persen maka harga gabah di tingkat petani naik sebesar 0,268%. Hal ini memberikan indikasi bahwa penetapan harga oleh pemerintah berpengaruh terhadap harga gabah di tingkat petani. Di satu pihak kebijakan harga gabah akan efektif di tingkat petani apabila harga gabah yang ditetapkan pemerintah setara dengan harga beras dunia atau dengan kata lain penetapan harga gabah dalam jangka panjang sama dengan harga beras dunia. Pengaruh Kebijakan Harga Terhadap Harga Beras di Tingkat Konsumen Nilai koefisien regresi untuk pengujian kebijakan harga terhadap harga beras di tingkat konsumen adalah sebagai berikut: Ln = 0, ,746 ln Kh t + 0,336 ln Kh t-1 ( 2,747) ( 1,655) R 2 = 0,750 Variabel penetapan harga oleh pemerintah ternyata berpengaruh secara bersama-sama terhadap harga beras di tingkat konsumen. Nilai koefisien determinasi, R 2 = 0,75 hal ini menunjukan bahwa perubahan-perubahan dari harga beras ditingkat konsumen dapat dijelaskan dengan penetapan harga beras oleh pemerintah. Di sisi lain bahwa peranan dari kebijakan harga terhadap harga beras ditingkat konsumen sebesar 75% dan sisanya 25 % ditentukan oleh faktor lain diluar model. Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai koefisien regresi dari penetapan harga beras (Kh t ) sebesar 0,746, berarti jika penetapan harga beras naik sebesar 1%, maka harga beras ditingkat konsumen naik sebesar 0,746%. Demikian pula penetapan harga beras lag (Kh t-1 ) sebesar 0,336 berarti apabila penetapan harga naik 1%, maka harga beras di tingkat konsumen naik sebesar 0,336%. Pengaruh Impor Beras Terhadap Harga Padi di Tingkat Petani Nilai koefisien regresi untuk pengujian impor beras terhadap harga padi di tingkat petani adalah sebagai berikut: Ln = 3,714-0,357 ln Mb t - 0, 177 ln Mb t-1 (3,283) (2,595) R 2 = 0,40 Variabel impor beras berpengaruh secara negatif terhadap harga padi ditingkat petani. Nilai koefisien determinasi R 2 = 0,40 mengandung arti bahwa kemampuan variabel bebas secara bersama-sama dapat menerangkan variasi perubahan variabel tak bebas adalah sebesar 40% dan sisanya sebesar 60% ditentukan pada faktor lain. Nilai koefisien regresi impor beras (Mb t ) = -0,357, berarti setiap impor beras naik sebesar 1%, maka harga gabah ditingkat petani turun sebesar 0,357%. Demikian pula nilai koefisien regresi impor beras lag (Mb t-1 ) = -0, 177 ini berarti bahwa setiap impor beras naik sebesar 1% maka harga gabah di tingkat petani turun sebesar 0,177%. Pengaruh Impor Beras Terhadap Harga Beras di Tingkat Konsumen Nilai koefisien regresi untuk pengujian impor beras terhadap harga beras di tingkat konsumen sebagai berikut: Ln = ,0086 ln Mb t - 0, ln Mb t-1 (2,026) (1,610) R 2 = 0,70 Variabel impor beras berpengaruh nyata secara negatif terhadap harga beras di tingkat konsumen. Nilai koefisien determinasi R 2 = 0,70 menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas secara bersamasama dapat menerangkan variasi perubahan variabel tak bebas adalah sebesar 70% dan sisanya sebesar 30% ditentukan pada faktor lain. Nilai koefisien regresi impor beras (Mb t ) = -0,00861, berarti setiap impor beras naik sebesar 1% maka harga beras di tingkat konsumen turun sebesar 0,00861%. Demikian pula nilai koefisien regresi impor beras lag (Mb t-1 ) = -0, 177 ini berarti bahwa setiap impor beras naik sebesar 1% maka harga beras ditingkat konsumen turun sebesar 0,177%. Pengaruh Kebijakan Harga Terhadap Nilai Tukar Petani Nilai koefisien regresi untuk pengujian kebijakan harga terhadap nilai tukar petani sebagai berikut. Dampak Kebijakan Harga dan Impor Beras terhadap Nilai Tukar Petani di Pantai Utara Jawa Barat 33

6 Ln NTP t = 4, ,00089ln Kh t + 0,00065 ln Kh t-1 (2,246) (2,401) R 2 = 0,717 Variabel kebijakan harga berpengaruh nyata terhadap nilai tukar petani. Nilai koefisien determinasi R 2 = 0,717 berarti bahwa kemampuan variabel bebas secara bersama-sama dapat menerangkan variasi perubahan nilai tukar petani adalah sebesar 71,70% dan sisanya sebesar 28,30% ditentukan pada faktor lain. Nilai koefisien regresi kebijakan beras (Kh t ) = 0,00089, berarti setiap penetapan harga naik sebesar 1%, maka nilai tukar petani naik sebesar 0,00089%. Demikian pula nilai koefisien regresi kebijakan harga beras lag (Kh t-1 ) = 0,00065, berarti bahwa setiap penetapan harga beras naik sebesar 1% maka nilai tukar petani meningkat sebesar 0,00065%. Pengaruh Impor Beras Terhadap Nilai Tukar Petani Nilai koefisien regresi untuk pengujian impor beras terhadap harga beras di tingkat konsumen sebagai berikut: Ln NTP t = -1,006-0,0046 ln Mb t - 0,0079 ln Mb t-1 (2,30) (2,66) R 2 = 0,654 Variabel impor beras berpengaruh nyata secara negatif terhadap harga padi ditingkat petani. Nilai koefisien determinasi R 2 = 0,654 berarti bahwa kemampuan variabel bebas secara bersama-sama dapat menerangkan variasi perubahan variabel tak bebas adalah sebesar 65,40% dan sisanya sebesar 34,60% ditentukan pada faktor lain. Nilai koefisien regresi impor beras (Mb t ) = - 0,0046 berarti setiap impor beras naik sebesar 1%, maka nilai tukar petani turun sebesar 0,0046%. Demikian pula nilai koefisien regresi impor beras lag (Mb t-1 ) = -0,0079, ini berarti bahwa setiap impor beras naik sebesar 1% maka nilai tukar petani turun sebesar 0,0079%. PEMBAHASAN Analisis Kebijakan Harga dan Impor beras Terhadap Harga di Tingkat Petani dan Harga di Tingkat Konsumen Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian statistik kebijakan harga berpengaruh nyata terhadap harga di tingkat petani maupun di tingkat konsumen. Penetapan harga beras oleh pemerintah efektif dalam keadaan produksi melimpah, dan harga keseimbangan di bawah biaya produksi. Efektivitas kebijakan harga berkaitan dengan menjaga kestabilan harga aktual mendekati harga patokan. Permintaan dan penawaran beras dengan mekanisme pasar terkontrol, akan mempengaruhi proses pembentukan harga di tingkat konsumen dan harga di tingkat produsen terintegrasi. Di sisi lain kebijakan harga dasar maupun harga pagu akan berpengaruh terhadap harga keseimbangan baik di tingkat produsen maupun harga di tingkat konsumen. Oleh karena itu kebijakan harga dasar gabah dengan memberikan subsidi kepada produsen berarti memberikan insentif untuk tetap berproduksi (Dewa, 1997). Hasil penelitian Irawan, (1997) menyimpulkan, bahwa kebijakan harga beras di Indonesia berpengaruh positif terhadap perubahan harga beras di tingkat konsumen maupun harga gabah di tingkat produsen. Hasil penelitian Irawan tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yang mengindikasikan bahwa penetapan harga dapat meningkatkan harga beras di tingkat konsumen. Efek dari kenaikan harga beras tersebut akan menyebabkan surplus konsumen berkurang. Namun kenyataan dilapangan kenaikan harga beras tidak memberatkan konsumen. Hal ini didukung oleh Arifin (2001 :5) yang mengemukakan bahwa, kebijakan harga beras di tingkat konsumen tidak efektif oleh karena sekitar 50% harga yang diterima petani jauh dibawah harga yang ditetapkan pemerintah. Di samping itu meningkatnya volume perdagangan beras melalui impor dapat menurunkan harga beras di tingkat konsumen. Dalam jangka panjang perubahan harga beras secara nasional dipengaruhi oleh perubahan impor beras. Oleh karena itu, impor beras kenegara surplus beras, ceteris paribus dapat berpengaruh terhadap harga beras dipasar domestik. Dengan perkataan lain impor beras dapat mempengaruhi harga beras turun. Mears (1984), mengemukakan bahwa, situasi penawaran dalam negeri sama dengan permintaan dalam negeri maka impor beras mempengaruhi harga beras di pasar meningkat. Di sisi lain jika pemerintah mengadakan larangan ekspor beras maka harga beras dalam negeri akan turun. Apabila pemerintah mengimpor beras dengan stok beras dalam negeri lebih cukup dimana harga beras di pasar domestik di atas harga beras dunia maka harga gabah di tingkat petani (produsen) akan meningkat. Bila harga dasar yang ditetapkan oleh 34 Trikonomika Vol. 9, No. 1, Juni 2010

7 pemerintah lebih tinggi daripada keseimbangan harga pasar maka kebijakan harga berpihak kepada perodusen (petani). Namun jika harga pasar dianggap sudah melebihi harga tertinggi, maka pemerintah akan melakukan operasi pasar untuk melindungi konsumen. Analisis Kebijakan Harga dan Impor Beras Terhadap Nilai Tukar Petani Kebijakan harga berpengaruh terhadap harga beras di pasar lokal dapat meningkatkan nilai tukar petani. Dalam jangka panjang perubahan harga gabah secara nasional akan meningkatkan pendapatan petani. Di samping itu penetapan harga beras, ceteris paribus dapat berpengaruh terhadap nilai tukar petani atau dengan perkataan lain kesejahteraan petani meningkat. Penetapan harga dasar gabah dan harga atap beras di tingkat konsumen lebih rendah daripada harga keseimbangan di pasar dengan tidak ada subsidi kepada produsen maka nilai tukar petani akan menurun. Sebaliknya kebijakan harga dan impor beras dengan permintaan dan penawaran beras dalam negeri serta luar negeri tidak berubah maka konsumen akan menikamati kesejahteraan dengan bertambahnya surplus beras, sedangkan kesejahteraan produsen berkurang dengan menurunnya surplus beras. Nilai tukar petani dipengaruhi oleh harga dasar gabah di tingkat petani, kebijakan pemerintah, harga kebutuhan pokok petani, harga komoditi non pertanian. Oleh Karena itu apabila harga-harga kebutuhan lainnya di luar beras meningkat, maka nilai tukar petani akan menurun. Di sisi lain meningkatnya volume perdagangan beras dapat menurunkan harga gabah di tingkat petani di Pantai Utara Jawa Barat. Dalam jangka panjang semua perubahan harga gabah secara nasional dipengaruhi oleh perubahan impor beras. Disamping itu impor beras ke negara surplus beras, ceteris paribus dapat berpengaruh terhadap harga beras dipasar domestik. Dengan perkataan lain impor beras dapat mempengaruhi harga gabah di tingkat petani turun. Menurunnya nilai tukar petani berindikasi bahwa tingkat pendapatan petani menurun yang pada gilirannya tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya menurun, (Prayogo,1993) Impor beras pada saat harga beras dunia di bawah harga keseimbangan yang berlaku di pasar domestik, maka harga beras di tingkat petani akan menurun, yang pada gilirannya surplus produsen menurun. Atau dengan perkataan lain impor beras dengan situasi harga keseimbangan beras dunia sama dengan harga beras domestik akan menurunkan nilai tukar petani menurun. Impor beras yang secara absolut melebihi produksi beras lokal, ceteris paribus dan diikuti dengan kenaikan harga komoditi non pertanian akan menurunkan nilai tukar petani yang pada gilirannya kesejehteraan petani akan menurun KESIMPULAN Kebijakan harga dan impor beras berpengaruh secara nyata dan positif terhadap harga beras di pasar lokal maupun harga beras di tingkat konsumen. Pengaruh impor beras terhadap harga di tingkat petani maupun harga di tingkat konsumen adalah negatif. Pengaruh positif kebijakan harga terhadap harga beras di tingkat petani maupun di tingkat konsumen disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menjamin ketersediaan dan kelangsungan produksi beras. Sementara itu pengaruh negatif impor beras terhadap harga beras, disebabkan kebijakan pemerintah mengimpor beras pada saat panen raya, permintaan pasar tidak berubah dan kurangnya informasi harga beras di tingkat petani. Kebijakan harga dan impor beras berpengaruh secara nyata terhadap nilai tukar petani. Pengaruh kebijakan harga terhadap nilai tukar petani adalah positif, sedangkan pengaruh impor beras terhadap nilai tukar petani adalah negatif. Pengaruh positif kebijakan harga terhadap nilai tukar petani disebabkan oleh penetapan harga beras atau harga gabah sering diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya. Di samping itu penetapan harga beras atau harga gabah diikuti dengan peningkatan daya beli masyarakat. Pengaruh negatif impor beras terhadap nilai tukar petani disebabkan oleh jumlah absolut beras yang masuk melebihi total produksi, kebijakan pemerintah tentang impor beras dan berfluktuasinya harga-harga komoditi pertanian atau meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok lainnya yang tidak diikuti dengan peningkatan harga gabah di tingkat petani. Dalam kaitannya dengan peningkatan pendapatan dan nilai tukar petani sebagai akibat dari kebijakan harga beras dan impor beras, maka diperlukan perencanaan yang terarah dan berjangka panjang dalam penetapan harga gabah di tingkat petani, sehingga kesejahteraan petani dalam jangka panjang terus meningkat. Untuk menjamin kelangsungan hidup petani dan keluarganya, perlu adanya jaminan asuransi komoditi untuk menghadapi kegagalan panen. Untuk menjaga kestabilan harga di tingkat petani maupun di tingkat konsumen pemerintah perlu operasi pasar setiap bulan dan mengantisipasi harga beras dunia. Dampak Kebijakan Harga dan Impor Beras terhadap Nilai Tukar Petani di Pantai Utara Jawa Barat 35

8 DAFTAR PUSTAKA Affif, Saleh dan L.A Mears An Opration Rice Pric Policy For Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Dewa, K. dan Sadra S Analisis kebijaksanaan Harga Input dan Output Tanaman Pangan. Jurnal Agro Ekonomi. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Deptan. Dewi, Ratna Sari Pengaruh Subsidi Harga Pupuk Terhadap Pendapatan Petani. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 6(1). Erwidodo Stohastic ProductionFrontier And Panel Data Measuring Economic Efficiency On Rice Farm In West Java. Jurnal Agro Ekonomi. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbang. Deptan. Gujarati, D Ekonometrika Dasar (Terjemahan Sumarno Zain). Jakarta: Penerbit Erlangga. Husni, Malian, et. al., Penerapan Tarif Impor dan Implikasi Ekonominya dalam Perdagangan Beras Di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 17(1). Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan. DepTan. Irawan, Andi Kebijakasanaan Harga Beras dan Distorsi Pasar Output di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Mears, L.A Era Baru Ekonomi Perberasan Indonesia (Terjemahan oleh Srosonata, Yogana Prasta, Sakrani dan Anas Rachman). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Mulyana, Andy Keragaman Penawaran Dan Permintaan Beras di Indonesia dan Prospek Swasembada Menuju Perdagangan Bebas. Suatu Analisis Simulasi. Disertasi Program Pascasarjana IPB. Bogor: tidak dipublikasikan. Prayogo, Utomo Alternative Kebijaksanaan Harga Untuk meningkatkan Produksi Padi sawah dan pendapatan Petani. Jurnal Agro Ekonomi. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Deptan. Bogor , Studi Kebijakan Harga dan Nilai Tukar Komoditi Pertanian. Buletin penelitian dan Pengembangan Perdagangan. Jakarta. Rahim, Manat Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmiah Himpas Sultra, 1. Saifullah, Agus Peranan Bulog Dalam kebijakan Perberasan Nasional. Tim Pengkajian Kebijakan Perberasan Nasional, Bunga Rampai Ekonomi Beras (Penyunting Achmad Suryana dan Sudi Mardianto). Jakarta: Penerbit Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI. Simatupang, P Pertumbuhan Ekonomi Dan Nilai Tukar Petani. Jurnal Agro Ekonomi. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Deptan. Bogor. Soekartawi, Supply Response Analysis of Agricultural Production. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 36. Timmer. C. P Does Bulog Stabilise Rice Price in Indonesia. Buletin of Indonesia Economic Studies, 32 (2). 36 Trikonomika Vol. 9, No. 1, Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian padi bagi Indonesia sangat penting. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar penduduk, sementara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan pustaka Tingkat kesejahteraan petani merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor pertanian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia pada umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca Bahan Makanan (NBM) Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA Wenny Mahdalena L.G*), Tavi Supriana**), Satia Negara Lubis**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN PADI DI ACEH Nurul Faridah 1 *, Mohd. Nur Syechalad 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi

TINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi berdasarkan perkembangan komponen utamanya yaitu produksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

PENGARUH SEKTOR KOMODITI BERAS TERHADAP INFLASI BAHAN MAKANAN

PENGARUH SEKTOR KOMODITI BERAS TERHADAP INFLASI BAHAN MAKANAN PENGARUH SEKTOR KOMODITI BERAS TERHADAP INFLASI BAHAN MAKANAN Dwi Widiarsih ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak sektor komoditi beras tehadap inflasi bahan makanan dan menganalisis dampak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal dari yang terpengaruh oleh volatilitas harga di pasar dunia, dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal dari yang terpengaruh oleh volatilitas harga di pasar dunia, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan komoditas strategis yang sering dikaitkan dengan aspek ekonomi dan politik di Indonesia. Hal ini disebabkan karena pangan merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAN KETERSEDIAAN BERAS DI TINGKAT NASIONAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAN KETERSEDIAAN BERAS DI TINGKAT NASIONAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAN KETERSEDIAAN BERAS DI TINGKAT NASIONAL Widodo Pascasarjana, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Korespondensi : Bulaksumur, Yogyakarta 55281, HP: 08156883794,

Lebih terperinci

TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KABUPATEN JOMBANG: PENDEKATAN NILAI TUKAR PETANI PENDAHULUAN

TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KABUPATEN JOMBANG: PENDEKATAN NILAI TUKAR PETANI PENDAHULUAN P R O S I D I N G 78 TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KABUPATEN JOMBANG: PENDEKATAN NILAI TUKAR PETANI Rosihan Asmara 1*, Nuhfil Hanani 1 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAN KETERSEDIAAN BERAS DI TINGKAT NASIONAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAN KETERSEDIAAN BERAS DI TINGKAT NASIONAL SEPA : Vol. 10 No.2 Februari 2014 : 229 238 ISSN : 1829-9946 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAN KETERSEDIAAN BERAS DI TINGKAT NASIONAL Widodo (Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Adreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No.

Adreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. KORELASI HARGA DAN DERAJAT INTEGRASI SPASIAL ANTARA PASAR DUNIA DAN PASAR DOMESTIK UNTUK KOMODITAS PANGAN DALAM ERA LIBERALISASI PERDAGANGAN (Kasus Provinsi Sulawesi Selatan) Adreng Purwoto, Handewi P.S.

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS A. Landasan Konseptual 1. Struktur pasar gabah domestik jauh dari sempurna. Perpaduan antara produksi padi yang fluktuatif, dan penawaran

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PANGAN

ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PANGAN ANALISIS TERHAAP KEBIJAKAN PEMERINTAH I BIANG PANGAN (AplikasiTeori Permintaan dan Penawaran Pangan) By : Suyatno, Ir. MKes Office : ept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health iponegoro

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA MUHAMMAD AZHAR, TAVI SUPRIANA, DIANA CHALIL Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia 47 IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia Inflasi volatile food merupakan inflasi yang berasal dari sekelompok komoditas bahan pangan. Inflasi volatile food

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV, model integrasi pasar beras Indonesia merupakan model linier persamaan simultan dan diestimasi dengan metode two stage least squares

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Harga 2.1.1 Pengertian Harga Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting yang berhubungan dengan perilaku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA TANI SAWAH DI PROVINSI ACEH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA TANI SAWAH DI PROVINSI ACEH ISSN 2302-0172 10 Pages pp. 27-36 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA TANI SAWAH DI PROVINSI ACEH Fauzul Halim ZI 1), Abubakar Hamzah 2), Sofyan 3) 1) Mahasiswa Magister Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI PROPINSI JAMBI. Edison dan Pera Nurfathiyah

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI PROPINSI JAMBI. Edison dan Pera Nurfathiyah ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI PROPINSI JAMBI Edison dan Pera Nurfathiyah Staf pengajar program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Email: edison@yahoo.com Abstrak The rice

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan: 1. Model ekonomi tanaman pangan Indonesia yang dibangun dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan pangan di sisi penyediaan saat ini adalah permintaan pangan yang tinggi seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sementara pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROPINSI ACEH. Hermansyah Putra* dan Muhammad Nasir** ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROPINSI ACEH. Hermansyah Putra* dan Muhammad Nasir** ABSTRACT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROPINSI ACEH Hermansyah Putra* dan Muhammad Nasir** ABSTRACT This study aims to determine the factors that affect the production of

Lebih terperinci

KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007

KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007 KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007 Ringkasan Kemungkinan kembali Ke Kebijakan Harga Dasar Gabah (HGD) 1. Kebijakan Kebijakan Harga Pembelian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan Prof. Ir. Ratya Anindita, MSc., Ph.D. Lab. Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Salah satu produk makanan paling penting di dunia adalah beras, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Salah satu produk makanan paling penting di dunia adalah beras, terutama di 1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Salah satu produk makanan paling penting di dunia adalah beras, terutama di benua Asia karena beras menjadi makanan pokok masyarakatnya, didukung pula oleh petani

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung dengan periodisasi tiga musim tanam jagung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan sebagai ketahanan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2017 No. 39/07/72/Th. XX, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2017 RINGKASAN Perkembangan penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2013 2017 meskipun secara absolut terlihat meningkat,

Lebih terperinci

METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1

METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1 METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1 Handewi P.S. Rachman Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 Abstrak Harga dan kaitannya dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah 15 II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai beras di Indonesia telah banyak dilakukan. Namun demikian, berikut disarikan beberapa temuan hasil penelitian yang terkait dengan konversi lahan sawah, ketersediaan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

PERMINTAAN BERAS KEPALA DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA. SUHARNO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara ABSTRACT

PERMINTAAN BERAS KEPALA DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA. SUHARNO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara ABSTRACT PERMINTAAN BERAS KEPALA DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA SUHARNO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara ABSTRACT Since 2000, the agribusiness of super rice in Kendari city has progress.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA 131 132 STABILISASI HARGA DAN PASOKAN PANGAN POKOK Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BADUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BADUNG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BADUNG IDA BAGUS NYOMAN WIRATMAJA NENGAH JAGO Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRACT This study aims to determine the factors that affect

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian setiap negara tidak selalu stabil, tetapi berubahubah akibat berbagai masalah ekonomi yang timbul. Salah satu aspek penting dari kegiatan

Lebih terperinci

Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian

Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_1 Julian Adam Ridjal, SP., MP. PS Agribisnis UNEJ website : adamjulian.net Kebijakan Yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan sektor pertanian ini sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL

MODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL 2002 Arief RM Akbar Posted 7 November, 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Oktober 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Estimasi Model Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4 sampai Lampiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH Oleh : Erizal Jamal Khairina M. Noekman Hendiarto Ening Ariningsih Andi Askin PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri beras merupakan kebutuhan pokok paling penting dimasyarakat Indonesia. Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA EPP. Vol.5.No.2.2008:28-33 28 PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA (Soybean Demand at Samarinda City) Elvina Rohana dan Nella Naomi Duakaju Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA. Theresia Wediana Pasaribu Murni Daulay

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA. Theresia Wediana Pasaribu Murni Daulay ANALISIS PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA Theresia Wediana Pasaribu Murni Daulay Abstract This research has a purpose to know the development of import demand of shallot in Indonesia and what

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI Analisis sensitivitas perlu dilakukan karena analisis dalam metode

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian memegang peranan penting dalam tatanan pembangunan nasional. Peran yang diberikan sektor pertanian antara

Lebih terperinci

1) Menjaga harga terendah, terutama di daerah-daerah produksi selama musim panen;

1) Menjaga harga terendah, terutama di daerah-daerah produksi selama musim panen; I L PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian sampai saat ini masih menjadi prioritas dalam pembangunan nasional, dimana sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama masyarakat. Dalam hal ini pemerintah menyelenggarakan pengaturan,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama masyarakat. Dalam hal ini pemerintah menyelenggarakan pengaturan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Seperti diketahui bersama, perwujudan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat. Dalam hal ini pemerintah menyelenggarakan pengaturan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB Senin, 15 Desember 2014 Beras merupakan komoditas strategis dan komoditas pangan utama. Konsumsi Beras per kapita penduduk Indonesia menurun tiap tahunnya. Tahun 2004-2013, 107

Lebih terperinci

JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN:

JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560 www.e-journal.unswagati-crb.ac.id. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN HARGA BERAS DI KABUPATEN INDRAMAYU Yayat Rahmat Hidayat (Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah negara. Peran sektor pertanian sebagai penyedia bahan makanan utama merupakan peran strategis terkait

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA. Indria Ukrita 1) ABSTRACTS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA. Indria Ukrita 1) ABSTRACTS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA Indria Ukrita 1) ABSTRACTS Coffee is a traditional plantation commodity which have significant role in Indonesian economy,

Lebih terperinci

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 Rib,, ti p., : ANALISIS ENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1 SERTAKECENDE RSI LAHAN SAWM Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOlMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 Rib,, ti p., : ANALISIS ENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1 SERTAKECENDE RSI LAHAN SAWM Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOlMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci