DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Lampiran..."

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... i i i I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI WKP PANAS BUMI BATURRADEN PADA TRIWULAN II (PERIODE APRIL-JUNI) TAHUN RANGKAIAN KEGIATAN TRIWULAN II (PERIODE APRIL-JUNI) TAHUN PERSIAPAN (PREPARATION) PROJECT MANAGEMENT... 6 III. KESIMPULAN... 9 DAFTAR GAMBAR Gambar-1 Gambar-2 Gambar-3 Peta Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Baturraden Provinsi Jawa Tengah... 2 Schedule Rencana Kegiatan Periode April-Desember 2011 Pengembangan Panas Bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden... 4 Struktur Organisasi Project Management Eksplorasi Panas Bumi WKP Panas Bumi Daerag Baturraden... 8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Lampiran B Lampiran C Lampiran D Izin Usaha Pertambangan (IUP) Panas Bumi KWP Panas Bumi Daerah Baturraden-Provinsi Jawa Tengah (Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 541.1/27/2011) Ringkasan Kegiatan Triwulan II Tahun 2011 WKP Panas Bumi Baturraden-Provinsi Jawa Tengah Dokumentasi Sosialisasi RKAB Tahun 2011 WKP Panas Bumi Baturraden-Provinsi Jawa Tengah Rencana Pengelolaan K3LL WKP Panas Bumi Baturraden-Provinsi Jawa Tengah hal. i

3 I. PENDAHULUAN Daerah Panas Bumi Baturraden Provinsi Jawa Tengah (Gambar-1) ditetapkan menjadi Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 1557.K/30/MEM/2010, dan pada bulan September 2010 dilakukan pelelangan untuk menyeleksi perusahaan yang berhak mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Panas Bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden - Provinsi Jawa Tengah. Dalam proses pelelangan tersebut, PT. Trinergy dinyatakan sebagai pemenang lelang dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 540/15/2011 tanggal 2 Maret 2011 dan berhak mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Panas Bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden - Provinsi Jawa Tengah. Salah satu persyaratan yang ditetapkan oleh panitia lelang adalah peserta lelang wajib membentuk badan usaha baru apabila menjadi pemenang lelang, maka PT Trinergy membentuk badan hukum baru yaitu PT. Sejahtera Alam Energy. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Panas Bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden diberikan kepada PT. Sejahtera Alam Energy dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 541.1/27/2011 yang ditetapkan tanggal 11 April 2011 (Lampiran A). Berdasarkan izin usaha pertambangan (IUP) ini, PT. Sejahtera Alam Energy efektif melaksanakan pengembangan panas bumi mulai tanggal 12 April Dalam pelaksanaan pengembangan panas bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Provinsi Jawa Tengah, PT. Sejahtera Alam Energy mengacu pada Pola Pengusahaan dan Konsep WKP Panas Bumi Daerah Baturraden serta Pembiayaan sesuai Capital Expenditure (CAPEX) yang telah disetujui pada tahap akhir proses pelelangan WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Provinsi Jawa Tengah. Sesuai ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi oleh pemegang izin usaha pertambangan (IUP) panas bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Provinsi Jawa Tengah Nomor : 541.1/27/2011 dan sesuai Peraturan Pemerintah nomor : 59/2007, PT. Sejahtera Alam Energy menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Tahun I (periode April- Desember 2011) yang akan menjadi kerangka kegiatan di tahun Perkembangan kemajuan kegiatan yang tersusun di RKAB tahun 2011 dilaporkan dalam bentuk laporan triwulan. Karena IUP WKP Panas Bumi Baturraden dikeluarkan pada tanggal 11 April 2011, maka laporan triwulan PT. Sejahtera Alam Energy dimulai dari triwulan II (periode April 2011 Juni 2011). Page 1

4 Gambar-1 Peta Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Baturraden Provinsi Jawa tengah Page 2

5 II. KEGIATAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI WKP PANAS BUMI BATURRADEN PADA TRIWULAN II (PERIODE APRIL JUNI) TAHUN 2011 Seperti telah dijelaskan diatas bahwa dalam pelaksanaan pengembangan panas bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden, PT. Sejahtera Alam Energy mengacu pada Pola Pengusahaan dan Konsep WKP Panas Bumi Daerah Baturraden serta dengan Pembiayaan sesuai Capital Expenditur (CAPEX) yang telah disetujui pada tahap akhir proses pelelangan WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Jawa Tengah RANGKAIAN KEGIATAN TRIWULAN II (PERIODE APRIL-JUNI) TAHUN 2011 Rangkaian kegiatan eksplorasi panas bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden dimulai tanggal 12 April Mengacu pada jadwal kegiatan tahun 2011 (Gambar- 2), rangkaian kegiatan pengembangan pada triwulan II periode April Juni 2011 (Lampiran B) adalah sebagai berikut: PERSIAPAN (PREPARATION) a. Penyiapan Sarana /prasarana dan personal Sarana/prasarana dan personal ini adalah untuk operasional kantor pusat dan kantor perwakilan lapangan termasuk perangkat serta personal untuk project management. Penyiapan sarana/prasarana kantor pusat telah selesai dilaksanakan pada bulan april, sedangkan penyiapan kantor lapangan hingga periode triwulan II ini berakhir belum dapat dilaksanakan. b. Sosialisasi Sosialisasi kegiatan pengembangan panas bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden yang telah dilaksanakan pada triwulan II adalah sosialisasi kepada: 1. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (termasuk Dinas ESDM dan Dinas Kehutanan) pada tanggal 9 Juni Pemerintah Kabupaten Banyumas dan Instansi terkait di wilayah Banyumas termasuk KPH Banyumas Barat pada tanggal 16 Juni Pemerintah Kabupaten Brebes dan instansi terkait di wilayah Brebes termasuk KPH Pekalongan Barat pada tanggal 22 Juni 2011 Dokumentasi kegiatan sosialisasi dapat dilihat di Lampiran C. Page 3

6 Gambar-2 Schedule Rencana Kegiatan Periode April Desember 2011 WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Page 4

7 c. Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk kepentingan Umum (IUKU) Izin usaha ketenagalistrikan untuk kepentingan umum (IUKU) adalah bagian dari perizinan untuk kegiatan pengembangan panas bumi pada WKP Panas Bumi Daerah Baturraden. Proses IUKU ini mengacu pada peraturan menteri ESDM nomor 0010 Tahun 2005 yang diawali dengan Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk kepentingan Umum Sementara (IUKUS). Pada periode triwulan II PT. Sejahtera Alam Energy telah menyampaikan permohonan izin IUKUS kepada menteri ESDM melalui surat no. 025/DIR- SAE/V/2011 pada tanggal 18 Mei 2011 dengan tembusan kepada Dirjen Ketenagalistrikan. Sebagai tindak lanjut dari permohonan tersebut, melalui surat No. 4526/21/630.2/2011 tanggal 17 Juni 2011, Dirjen Ketenagalistrikan meminta PT. Sejahtera Alam Energy memenuhi beberapa persyaratan untuk mendapatkan IUKUS, salah satunya adalah adanya rekomendasi dari PT. PLN (Persero). Oleh karena itu, pada tanggal 27 Juni 2011 PT. Sejahtera Alam Energy menyampaikan permohonan rekomendasi penerbitan IUKUS kepada PT. PLN Persero melalui surat no. 080/DU-SAE/VI/2011. Hingga periode triwulan II berakhir, belum ada surat balasan dari PT. PLN (persero) d. Land Acquisition Dalam rangka proses pembebasan lahan (land acquisition) yang diperlukan untuk infrastruktur diperlukan perizinan penggunaan kawasan hutan dari Kementerian Kehutanan dan perizinan penggunaan jalan / lahan di area perkebunan teh PTPN IX Kaligua dan lain-lain sesuai peraturan yang berlaku. 1. Perizinan penggunaan lahan di area kawasan hutan Proses perizinan penggunaan kawasan hutan mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 24/2010 yang ditetapkan pada bulan Februari 2010 dan disesuaikan dengan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.18/Menhut-II/2011 yang ditetapkan pada tanggal 30 Maret Untuk perizinan ini diperlukan rekomendasi dari Bupati Pemerintah Kabupaten dan Pertimbangan Teknis Direktur Jenderal EBTKE. Beberapa kegiatan terkait izin pinjam pakai lahan kawasan hutan yang telah dilakukan PT. Sejahtera Alam Energy pada periode Triwulan II antara lain : a) Melakukan presentasi di Kabupaten Banyumas pada tanggal 16 Juni 2011 dan di Kabupaten Brebes pada tanggal 22 Juni 2011 sebagai salah satu proses untuk mendapatkan rekomendasi Page 5

8 Bupati. Presentasi di kedua kabupaten tersebut dilakukan bersamaan dengan kegiatan sosialisasi. b) Menyampaikan Surat No. 072/DU-SAE/VI/2011 perihal Pertimbangan Teknis Untuk Izin Pinjam Pakai Lahan Kawasan Hutan. Surat tersebut disampaikan kepada Dirjen EBTKE pada tanggal 20 Juni c) Menyampaikan Surat No. 073/DU-SAE/VI/2011 perihal Rekomendasi Izin Penggunaan Kawasan Hutan. Surat tersebut disampaikan kepada Gubernur Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 20 Juni Perizinan penggunaan jalan dan atau lahan di area perkebunan teh PTPN IX Kaligua mengikuti peraturan yang berlaku di PTPN IX. Pada periode triwulan II tahun 2011 PT. Sejahtera Alam Energy menyampaikan surat No. 077/DU-SAE/VI/2011 perihal Izin Penggunaan Jalan atau Lahan Pada Area Perkebunan PTPN IX Kaligua, untuk Jalan Akses WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Provinsi Jawa Tengah. Surat tersebut disampaikan kepada Direktur Utama PTPN IX pada tanggal 22 Juni PROJECT MANAGEMENT a. Struktur Organisasi Rangkaian kegiatan pada triwulan II (periode April-Juni 2011) ini ditangani oleh management seperti pada struktur organisasi Gambar-3 meliputi: Board of Commisaris (BOC) : 2 orang Board of Director (BOD) : 3 orang Secretary : 1 orang Advisor : 2 orang General Manager (GM) : 1 orang Secretary/Administration : 1 orang Head of Accounting/Finance : 1 orang Accounting /Finance staff : 2 orang Support Manager : 1 orang Adminstration : 1 orang IT support : 1 orang Logistic/Purchasing : 1 orang Page 6

9 HRD/PR : 1 orang Legal/Permit : 1 orang General Assisstant : 1 orang Engineering Manager : 1 orang Administration : 1 orang Civil Engineer : 1 orang Mekanichal Engineer : 0 orang Electrical Engineer : 0 orang Yunior Engineer : 1 orang Resource Manager : 1 orang Administration : 1 orang Reservoir Engineer : 1 orang Drilling Engineer : 1 orang Site Coordinator/HSE Officer : 1 orang Site Assisstant : 1 orang Jumlah personnel project management untuk Triwulan II (periode April- Juni 2011) sebanyak = 30 orang b. Rencana Pengelolaan K3LL Kegiatan pengelolaan K3LL pada periode Triwulan II meliputi penyusunan draft dokumen rencana pengelolaan K3LL (Lampiran D). Page 7

10 Gambar-3. Struktur Organisasi Project Management Eksplorasi Panas Bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturaden Page 8

11 III. KESIMPULAN 1. Berdasarkan izin usaha pertambangan (IUP) sesuai Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Tengah nomor : 541.1/27/2011 tertanggal 11 April 2011, PT. Sejahtera Alam Energy melaksanakan Program Pengembangan Panas Bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden efektif mulai tanggal 12 April Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya pengembangan panas bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden mengacu pada Program dan Capital Budget untuk tahap eksplorasi dan tahap eksploitasi (phase-i 110 MW, phase-ii 77 MW dan Phase-III 44 MW). 3. Kegiatan diawali dengan program kegiatan Tahun I (periode April Desember 2011) yaitu rangkaian kegiatan eksplorasi meliputi persiapan, rangkaian proses land acquisition dan infrastructure engineering. 4. Anggaran biaya kegiatan Tahun I (periode April Desember 2011) mengacu pada Capital Budget untuk tahap eksplorasi dan tahap eksploitasi (phase-i). 5. Progres kegiatan Triwulan II Tahun 2011 adalah: a. Persiapan internal meliputi rekrutmen karyawan, mempersiapkan kantor Jakarta, dan Penyusunan RKAB. b. Mempersiapkan syarat teknis dan syarat administrasi untuk mendapatkan Izin Pinjam Pakai Lahan Kawasan Hutan c. Mengajukan permohonan untuk mendapatkan IUKU Sementara. d. Mempersiapkan data-data pendukung untuk UKL/UPL. e. Sosialisasi ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Banyumas, dan Pemerintah Kabupaten Brebes. 6. Rencana Periode Triwulan II Tahun 2011 adalah melanjutkan proses perizinan, UKL/UPL, kegiatan sosialisasi dan K3LL. Page 9

12 Lampiran - A Izin Usaha Pertambangan (IUP) Panas Bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden-Provinsi Jawa Tengah (Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 541.1/27/2011)

13 Page 1

14 Page 2

15 Page 3

16 Page 4

17 Page 5

18 Page 6

19 Page 7

20 Page 8

21 Page 9

22 Page 10

23 Page 11

24 Lampiran - B Ringkasan Kegiatan Triwulan II Tahun 2011 WKP Panas Bumi Baturraden-Provinsi Jawa Tengah

25 Lampiran B RINGKASAN KEGIATAN TRIWULAN II (APRIL - JUNI) TAHUN 2011 WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Provinsi Jawa Tengah PROGRAM KERJA TAHUN 2011 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Internal Perusahaan Tidak Ada Kegiatan Rekrutmen Personil Set Up Office Jakarta RKAB Rekrutmen Personil Set Up Office - Baturraden Perijinan dan Rekomendasi Tidak Ada Kegiatan IUP No. : 541.1/27/2011 Persyaratan Permohonan IUKU Sementara Permohonan Rekomendasi Bupati Kab. Banyumas dan Brebes Permohonan Izin Pinjam Pakai Lahan Kawasan Hutan Permohonan izin penggunaan jalan dan lahan PTPN IX Kaligua IUKU Sementara UKL/UPL Tidak Ada Kegiatan Persiapan data Pendukung Melanjutkan Proses UKL/UPL K3LL Tidak Ada Kegiatan Pelatihan Internal K3LL Persiapan UKL/UPL Pelatihan Internal K3LL Persiapan UKL/UPL Sosialisasi Tidak Ada Kegiatan RKAB 2011 di Kab. Banyumas RKAB 2011 di Kab. Brebes RKAB 2011 ke Kab. Tegal, Purbalingga dan Pemalang RKAB di beberapa kecamatan di Kab. Banyumas dan Kab. Brebes Pembuatan Laporan Triwulan Pembuatan Laporan Triwulan Administrasi Tidak Ada Kegiatan Perijinan Koordinasi dengan DESDM dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Banyumas, Brebes, Tegal, Purbalingga dan Pemalang serta Instansi-Instansi terkait. Page 12

26 APRIL Dikeluarkannya Keputusan Gubernur Jawa Tengah nomor : 541.1/27/2011 tentang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Panas Bumi di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi Daerah Baturraden Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah kepada PT. Sejahtera Alam Energy (SAE) pada tanggal 11 April Membuat Program Rencana Kerja Eksplorasi Tahun 2011 WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Provinsi Jawa Tengah. 3. Rekrutmen personil untuk di lapangan Baturraden Provinsi Jawa Tengah. 4. Persyaratan proses perijinan pinjam pakai lahan. MEI Main Office (Struktur Organisasi Perusahaan, Set Up Office dan Rekrutmen Personil). 2. Mengajukan Permohonan Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum (IUKU) Sementara ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, c.q. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan. 3. Persyaratan proses perijinan pinjam pakai lahan. 4. Pembuatan RKAB Persiapan UKL / UPL JUNI Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Tahun Persiapan UKL / UPL 3. Mengajukan Permohonan Rekomendasi Pinjam Pakai Lahan Kawasan Hutan Lindung dan Produksi kepada; - Gubernur Provinsi Jawa Tengah - Bupati Kabupaten Banyumas - Bupati Kabupaten Brebes 4. Sosialisasi Rencana Kerja PT. Sejahtera Alam Energy (SAE) Tahun 2011 di Pemerintahan; - Kabupaten Banyumas pada tanggal 16 Juni Kabupaten Brebes pada Tanggal 22 Juni Pengajuan Permohonan untuk pencairan dana PT. Sejahtera Alam Energy (SAE) yang akan digunakan untuk biaya kegiatan operasional (sesuai dengan jadwal aktivitas yang ada di Rencana Kerja dan Anggaran Biaya PT. SAE) yang ada pada Bank Jateng Cabang Jakarta. 6. Mengajukan Permohonan Rekomendasi Penerbitan Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum (IUKU) Sementara ke Direktur Utama PT. PLN (Persero) dan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan. Page 13

27 Lampiran - C Dokumentasi Sosialisasi RKAB Tahun 2011 WKP Panas Bumi Baturraden-Provinsi Jawa Tengah

28 DOKUMENTASI SOSIALISASI RENCANA KERJA TAHUN 2011 DI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Provinsi Jawa Tengah Periode Triwulan II Tahun 2011 Page 14

29 DOKUMENTASI SOSIALISASI RENCANA KERJA TAHUN 2011 DI KABUPATEN BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Provinsi Jawa Tengah Periode Triwulan I Tahun 2011 Pembukaan Acara Sosialisasi oleh Wakil Bupati Kabupaten Banyumas Paparan Sosialisasi Rencana Kerja Tahun 2011 oleh PT. Sejahtera Alam Energy (SAE) Peserta Acara Sosialisasi Rencana Kerja PT. Sejahtera Alam Energy Tahun 2011 di Kabupaten Banyumas yang dihadiri oleh Instansi terkait yang berada di Wilayah Pemerintahan Kabupaten Banyumas Page 15

30 DAFTAR HADIR Acara : Sosialisasi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) PT. Sejahtera Alam Energy Tahun 2011 Hari, Tanggal : Kamis, 16 Juni 2011 Tempat : Ruang Rapat Wakil Bupati Banyumas Page 16

31 DAFTAR HADIR SOSIALISASI RENCANA EKSPLORASI PENGEMBANGAN PANAS BUMI WKP PANAS BUMI BATURADEN Hari/Tanggal : Rabu, 22 Juni 2011 Waktu : Pukul WIB - Selesai Tempat : Ruang Rapat Sekda Kab. Brebes Page 18

32 DOKUMENTASI SOSIALISASI RENCANA KERJA TAHUN 2011 DI KABUPATEN BREBES PROVINSI JAWA TENGAH WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Provinsi Jawa Tengah Periode Triwulan I Tahun 2011 Pembukaan Acara Sosialisasi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Brebes Paparan Sosialisasi Rencana Kerja Tahun 2011 oleh PT. Sejahtera Alam Energy (SAE) Peserta Acara Sosialisasi Rencana Kerja PT. Sejahtera Alam Energy Tahun 2011 yang dihadiri oleh Instansi Intansi terkait yang berada di Wilayah Pemerintahan Kabupaten Brebes Page 17

33 Lampiran - D Rencana Pengelolaan K3LL WKP Panas Bumi Baturraden-Provinsi Jawa Tengah

34 RENCANA PENGELOLAAN K3LL WKP Panas Bumi Daerah Baturraden Provinsi Jawa Tengah Pada periode Triwulan II Tahun 2011, pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindungan Lingkungan (K3LL) PT. SAE masih merupakan persiapan dan penyusunan rencana pengelolaan K3LL. Semua program disusun berdasarkan konsep pengelolaan K3LL yang ada pada dokumen lelang WKP Panas Bumi Baturraden seperti uraian uraian berikut 1. Managemen K3LL 1.1. Struktur Organisasi K3LL Srategi PT. Sejahtera Alam Energy dalam mengelola K3LL adalah terpadu dalam kegiatan Operasi Pengembangan Panas bumi. Ini dapat terwujud jika struktur organisasi K3LL melekat dengan struktur organisasi operasi pengembangan, dimana pimpinan tertinggi harus merangkap sebagai Kepala Teknik Tambang. Pada Struktur Organisasi K3LL dibawah ini (Gambar-1), pimpinan tertinggi dilapangan adalah General Manager juga merangkap sebagai Kepala Teknik Tambang yang berfungsi sebagai pimpinan tertinggi dalam pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan di lapangan. Gambar-1. Struktur Organisasi K3LL Page 19

35 Job Description untuk level Manager dalam mengelola K3LL secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. General Manager sebagai Kepala Teknik Tambang: Bersama Direksi, membuat prosedur pengelolaan K3LL di lapangan yang efektif dan efisien. Memastikan Prosedur pengelolaan K3LL dilaksanakan. Melakukan Pengawasan, Penilaian dan Evaluasi Prosedur K3LL. Menyediakan dan Peralatan K3LL yang memadai. 2. Safety Officer: Mengetahui dan mengerti Peraturan dan Perundang-undangan K3LL. Mengetahui dan mengerti program dan kebijaksanaan pengelolaan K3LL. Terlibat dalam perencanaan, pengawasan dan evaluasi prosedur K3LL. Memastikan Prosedur Kerja aman dilaksanakan. Membuat laporan bulanan, triwulan dan tahunan K3LL. Memberikan program Induksi dan Pelatihan K3LL. Melakukan Inspeksi K3LL lapangan secara berkala. Melakukan Insvestigasi kecelakaan/incident. Mengkoordinir Internal & Eksternal Audit K3LL. 3. Para Manager: Terlibat dalam perencanaan, pengawasan,pelatihan, investigasi, inspeksi dan evaluasi Prosedur K3LL di daerah kontrolnya. Mengetahui dan mengerti program dan kebijaksanaan pengelolaan K3LL. Memberikan komitmen dan keteladanan K3LL. Sebagai anggota Internal Audit K3LL. Bertanggung jawab Pengelolaan K3LL di daerah kontrolnya. 4. Komite K3LL: Ada dua level komite : 1) Central Komite K3LL, dengan anggota komite terdiri dari semua para manager lapangan dipimpin oleh Kepala Teknik yang merangkap sebagai pimpinanan tertinggi kegiatan di lapangan. 2) Sub Komite K3LL, dengan anggota para supervisor dipimpin oleh Manager dibagian di bawah kontrolnya. Membantu Kepala Teknik Tambang untuk menentukan Kebijakan Pengelolaan K3LL. Melakukan pertemuan rutin untuk membahas dan mengevaluasi pengelolaan K3LL. Page 20

36 1.2. Sistem Managemen K3LL Sistem Managemen K3LL PT. Sejahtera Alam Energy (Gambar-2) dalam mengelola Keselamatan dan Kesehatan Kerja terpadu dalam Operasi Pengembangan akan selalu dinamis dalam melakukan evaluasi dan review Prosedur K3LL dalam rangka mencapai hasil yang optimal dari waktu ke waktu. Dengan adanya team Komite K3LL yang terpadu dan melibatkan semua level Manager dari setiap bagian yang ada dalam Operasi Pengembangan, maka secara berkala dilakukan Evaluasi dan Review Prosedur K3LL perusahaan. Selain itu dengan struktur K3LL yang terpadu dalam operasi pengembangan panas bumi, dalam melakukan evaluasi dan review prosedur K3LL, secara otomatis akan melibatkan level tertinggi sampai managemen terendah sehingga terjadi dua arah informasi yang efektif dan efisien dalam mengoptimalkan evaluasi dan review dari prosedur K3LL. Gambar-2. Sistem Managemen K3LL A. Komitmen/Policy PT. Sejahtera Alam Energy: Alokasi Sumber Daya Meyakinkan Pelaksanaan Prosedur K3LL Prioritas K3LL sama dengan Operasi Pengembangan B. Perencanaan yang terukur : Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku Page 21

37 Pelatihan dan Perlengkapan K3LL Objective : mencegah kecelakan/incident dalam rangka mengoptimalkan Operasi Pengembangan Panas bumi Target indikatur adalah Zero Accident dan Zero Incident C. Implementasi : Klasifikasi Personal Operasi Pengembangan Panas bumi Indentifikasi,penilaian dan pengendalian risiko Audit Performance pengelolaan K3LL Evaluasi Sistem pengelolaan K3LL D. Cheking dan Correction Action : Parameter Kerja. Evaluasi Performance K3LL secara berkala setiap 3 bulan. Review Management secara berkala minimal setiap 1 tahun sekali 1.3. Parameter Kerja A. Kategori Kecelakaan : Kecelakaan Kerja (non reportable) Kecelakaan Tambang (reportable) B. Klasifikasi Kecelakaan Tambang : Benar benar terjadi Cidera pada pekerja tambang atau yang diberi izin Akibat kegiatan usaha pengembangan pada jam kerja dalam daerah WKP C. Penggolongan Cidera : Cidera Ringan: 1 s/d 3 minggu tidak dapat kerja Cidera Berat: - lebih dari 3 minggu tidak dapat kerja - Cacat tetap - Cidera retak tulang, persendian lepas, pingsan - Kurang oksigen Mati: Mati 24 jam atau kurang setelah terjadi kecelakaan D. Buku Tambang : Diharuskan ada pada setiap tambang Disahkan oleh Kapit Page 22

38 Diberi nomor Media komunikasi antara Pit dan Kepala Teknik Tambang Disimpan di kantor tambang Duplikatnya di Kapit E. Pedoman Managemen : Managemen menentukan standard target kerja tahunan Parameter Kerja K3LL ; - Kecelakaan Tambang - Insiden Lingkungan - Penyakit karena kerja - Kerugian Property dan Produksi karena Kecelakaan Tambang - Evaluasi Peningkatan Kinerja dilakukan setiap 3 bulan F. Metoda Pengukuran Kinerja K3LL Tingkat Kekerapan Kerja : = Jumlah cedera x Jumlah jam kerja Tingkat Keparahan cedera : = Jumlah hari kerja yang hilang x Jumlah jam kerja 1.4. Implementasi Elemen Sistem Managemen Kepemimpinan Inspeksi dan Audit K3LL Pelatihan dan Kompetensi Penerimaan Dan Penempatan Personal Komunikasi Managemen Perubahan Identifikasi Sumber bahaya dan Penilaian Risiko Pertemuan Tinjauan Managemen K3LL Evaluasi Program K3LL Peraturan dan Prosedur Kerja Pengendalian Pembelian Alat Pelindung Diri Page 23

39 Kesiapsiagaan Darurat Laporan dan Investigasi kecelakaan Analisa Kecelakaan /in siden Promosi K3LL Perlindungan lingkungan hidup Pengendalian kontraktor. 2. Peraturan dan Perundang-undangan K3LL- Panasbumi Dengan adanya peraturan dan undang-undang yang terintegrasi dan komprehensif mengenai pengembangan panas bumi, maka PT. Sejahtera Alam Energy berupaya menerapkan peraturan perundangan yang ada dan mencari solusi mengenai hal-hal yang mungkin timbul dalam kerangka hukum yang ada melalui konsultasi dengan instansi-instansi pemerintah yang berwenang. PT. Sejahtera Alam Energy berupaya melakukan proses konsultasi dengan pihak Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dalam menyusun Rencana Pengembangan Panas bumi. PT. Sejahtera Alam Energy, dalam rangka membuat Prosedur Pengelolaan K3LL akan menggunakan Peraturan dan Perundang-undangan K3LL sebagai rangka sikap pentaatan perusahaan dalam segi hukum dalam mengelola kegiatan operasi pengembangan panas bumi. Daftar Peraturan dan Perundang-undangan seperti tercantum pada Tabel Pengangkatan Kepala Teknik Tambang Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.555.K/26/M.PE/1995 tentang Kelamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum: Kegiatan eksplorasi atau eksploitasi baru dapat dimulai setelah Kuasa Pertambangan memiliki Kepala Teknik Tambang yang mendapat pengesahan dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang. Pengusaha dapat mengajukan permohonan kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang untuk mengangkat lebih dari seorang Kepala Teknik Tambang apabila dianggap perlu atau berdasarkan pertimbangan tertentu dari Kepala Pelaksana Ispeksi Tambang. Pengusaha dapat mengajukan permohonan kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang untuk mengangkat satu atau lebih Wakil Kepala Teknik Tambang apabila dianggap perlu atau berdasarkan pertimbangan tertentu dari Kepala Pelaksana Ispeksi Tambang. Persyaratan Kepala Teknik Tambang untuk kegiatan Pengembangan Panas bumi, berdasarkan bobot kepekaan dan besarnya terhadap Kecelakaan dan Kesehatan Kerja serta Kecelakaan Lingkungan, adalah harus memenuhi klasifikasi Kepala Teknik Kelas I: Warga Negara Indonesia: - Lulusan Sarjana Muda/DIII, Sarjana yang telah memiliki kursus Kepala Teknik Tambang dengan pengalaman bekerja di tambang sekurang-kurangnya 10 tahun. Page 24

40 Warga Negara Asing (tenaga ahli asing): - Memiliki mining manager certifícate yang telah diakreditasi oleh Panitia Pengesahan Kepala Teknik Tambang, atau - Membuat dan mempresentasikan makalah yang ditetapkan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang. Tabel-1. Daftar Peraturan dan Perundang-undangan berkaitan dengan No Kelompok Dikeluarkan Oleh Nomor Peraturan Tahun Tentang 1 Keselamatan & Kesehatan Kerja Menteri Pertambangan & Energi Kepmen No. 555.K/26/M.PE/ Keselamatan & Kesehatan Kerja Pertambangan Umum 2 Keselamatan & Kesehatan Kerja OSHAS Project Group OSHAS Projevt Group Occupational Health and Safety Management System - Requirement 3 K3LL Panas Bumi Peraturan Pemerintah PP.59/ Kegiatan Usaha Panas Bumi 4 Lindungan Lingkungan 5 Lindungan Lingkungan 6 Lindungan Lingkungan 7 Lindungan Lingkungan 8 Lindungan Lingkungan 9 Lindungan Lingkungan 10 Lindungan Lingkungan 11 Lindungan Lingkungan 12 Lindungan Lingkungan 13 Lindungan Lingkungan 14 Lindungan Lingkungan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kepala Bapedal Mentri Negara Lingkungan Hidup Menteri Negara Lingkungan Hidup Permen No. 11 Tahun 2006 KaBapedal No. 09 Tahun 2000 Kepmen LH No. 12 Tahun 2007 Permen LH No. 13 Tahun Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL 2000 Pedoman Penyusunan AMDAL Pemerintah Indonesia PP. No. 82 Tahun Menteri Negara Lingkungan Hidup Kepmen LH No Tahun 1999 Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau kegiatan yang tidak memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup Persyaratan dan Tatacara Pengelolaan Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Serta Panas Bumi dengan cara Injeksi Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 1999 Kegiatan Wajib UKL dan UPL Pemerintah Indonesia UU No. 7 Tahun Sumber Air Menteri Negara Lingkungan Hidup Kepmen LH No. 04 Tahun Pemerintah Indonesia UU No. 32 Tahun Menteri ESDM 15 Kehutanan Presiden Menteri Negara Lingkungan Hidup 16 Kehutanan Menteri Kehutanan Permen No. 18 Tahun 2008 Kepmen LH No. 86 Tahun 2002 Kepres No. 32 Tahun 1999 Permenhut No. P.18/Menhut-II/2011 Baku Mutu bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2008 Reklamasi dan Penutupan Tambang 2002 Pedoman Pelaksanaan UKL dan UPL 1999 Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung 2011 Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan 17 Kawasan Kehutanan Pemerintah Indonesia PP No. 24 Tahun Penggunaan Kawasan Hutan Page 25

41 2.2. Pembuatan AMDAL dan / atau UKL/UPL Mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, beberapa point yang menjadi catatan penting seperti terurai di bawah ini: 1) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini. Untuk Kegiatan Pengembangan Panas bumi adalah yang lebih besar dari 55 MW yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap air, udara, flora, fauna, sosial dan budaya masyarakat disekitarnya. 2) Dalam hal skala/besaran suatu jenis rencana usaha dan/atau kegiatan lebih kecil daripada skala/besaran yang tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini akan tetapi atas dasar pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan serta tipologi ekosistem setempat diperkirakan berdampak penting terhadap lingkungan hidup, maka Bupati atau Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dapat menetapkan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut sebagai Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 3) Bupati atau Walikota atau Gubernur dan/atau masyarakat dapat mengajukan usulan secara tertulis kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini tetapi mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup, untuk ditetapkan sebagai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 4) Menteri Negara Lingkungan Hidup mempertimbangkan penetapan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup terhadap usulan sebagaimana dimaksud dalam no.(3) 5) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dapat berkurang dalam hal : a. Dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dapat ditanggulangi berdasarkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau b. Dalam kenyataannya jenis rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup. 6) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud No.5 pada huruf a dan huruf b tidak diwajibkan dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 7) Dalam menentukan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada (1) dan (2), Menteri wajib mempertimbangkan saran dan masukan dari sektor terkait dan pendapat para ahli. 8) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang dikecualikan dari jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada (1) dan (2) ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Page 26

42 9) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini dapat ditinjau kembali paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. 10) Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Peraturan lainnya yang berkaitan dengan aspek lingkungan dan perlu dicermati adalah KepBapedal No. 09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. Tahapan dalam Penyusunan AMDAL meliputi: 1. Penyusunan Kerangka Acuan (KA) a. Pengertian Kerangka Acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh Pemrakarsa/Penyusun AMDAL dan Komisi AMDAL. b. Fungsi pedoman penyusunan KA-ANDAL Pedoman penyusunan KA-ANDAL digunakan sebagai dasar bagi penyusunan KA- ANDAL baik KA-ANDAL kegiatan tunggal, KA-ANDAL kegiatan terpadu/ multisektor maupun KA-ANDAL kegiatan dalam kawasan. c. Tujuan dan fungsi KA-ANDAL - Merumuskan lingkup dan kedalaman studi ANDAL; - Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. - Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, instansi yang membidangi rencana usaha atau kegiatan, dan penyusun studi AMDAL tentang lingkup dan kedalaman studi ANDAL yang akan dilakukan; - Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen ANDAL untuk mengevaluasi hasil studi ANDAL. 2. Penyusunan Analisa Dampak Lingkungan (Andal) a. Pengertian Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan (PP Nomor 27 Tahun 1999 Pasal 1). b. Fungsi pedoman penyusunan dokumen ANDAL Pedoman penyusunan ANDAL digunakan sebagai dasar penyusunan ANDAL baik ANDAL kegiatan tunggal, ANDAL kegiatan terpadu / multisektor maupun ANDAL kegiatan dalam kawasan. 3. Penyusunan Rencana Pengelolaan Lungkungan ( RKL) a. Lingkup rencana pengelolaan lingkungan hidup Page 27

43 Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) merupakan dokumen yang memuat upaya-upaya mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak besar dan penting lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. b. Kedalaman rencana pengelolaan lingkungan hidup Mengingat dokumen AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan, maka dokumen RKL hanya akan bersifat memberikan pokok-pokok arahan, prinsip - prinsip, kriteria atau persyaratan untuk pencegahan/penanggulangan/ pengendalian dampak. Bila dipandang perlu dapat dilengkapi dengan acuan literatur tentang "basic design" untuk pencegahan/penanggulangan/ pengendalian dampak. c. Kedalaman rencana pengelolaan lingkungan hidup Rencana pengelolaan lingkungan hidup dapat berupa pencegahan dan penanggulangan dampak negatif, serta peningkatan dampak positif yang bersifat strategis. Rencana pengelolaan lingkungan hidup harus diuraikan secara jelas, sistematis. d. Pendekatan pengelolaan lingkungan hidup Untuk menangani dampak besar dan penting yang sudah diprediksi dari studi ANDAL, dapat menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan lingkungan hidup yang selama ini kita kenal seperti: teknologi, sosial ekonomi, maupun institusi. 4. Penyusunan Rencana Pemantauan Lingkungan ( RPL ) a. Lingkup rencana pemantauan lingkungan hidup Pemantauan lingkungan hidup dapat digunakan untuk memahami fenomenafenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk memahami perilaku dampak yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan), sampai ke tingkat kawasan atau bahkan regional; tergantung pada skala keacuhan terhadap masalah yang dihadapi. Disamping skala keacuhan, ada 2 (dua) kata kunci yang membedakan pemantauan dengan pengamatan secara acak atau sesaat, yakni merupakan kegiatan yang bersifat berorientasi pada data sistematik, berulang dan terencana. b. Kedalaman rencana pemantauan lingkungan hidup Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup, yakni: - Komponen/parameter lingkungan hidup yang dipantau hanyalah yang mengalami perubahan mendasar, atau terkena dampak besar dan penting. Dengan demikian tidak seluruh komponen lingkungan hidup yang harus dipantau. Hal-hal yang dipandang tidak penting atau tidak relevan tidak perlu di pantau; - Keterkaitan yang akan dijalin antara dokumen ANDAL, RKL dan RPL. Aspekaspek yang dipantau perlu memperhatikan benar dampak besar dan penting yang dinyatakan dalam ANDAL, dan sifat pengelolaan dampak lingkungan hidup yang dirumuskan dalam dokumen RKL; Page 28

44 - Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan atau terhadap komponen/parameter lingkungan hidup yang terkena dampak. Dengan memantau kedua hal tersebut sekaligus akan dapat dinilai/diuji efektifitas kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dijalankan; - Pemantauan lingkungan hidup harus layak secara ekonomi. Walau aspekaspek yang akan dipantau telah dibatasi pada hal-hal yang penting saja (seperti diuraikanpada butir (a) sampai (c )), namun biaya yang dikeluarkan untuk pemantauan perlu diperhatikan mengingat kegiatan pemantauan senantiasa berlangsung sepanjang usia usaha dan/atau kegiatan; - Rancangan pengumpulan dan analisis data aspek-aspek yang perlu dipantau, mencakup: 1) Jenis data yang dikumpulkan; 2) Lokasi pemantauan; 3) Frekuensi dan jangka waktu pemantauan; 4) Metode pengumpulan data (termasuk peralatan dan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data); 5) Metode analisis data. 5. Ringkasan Eksekutif Izin Penggunaan Kawasan Hutan Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan, beberapa point penting seperti terurai di bawah ini. 1. Penggunaan kawasan hutan hanya dapat dilakukan di dalam: a. kawasan hutan produksi; dan/atau b. kawasan hutan lindung. 2. Penggunaan kawasan hutan dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan diatur dengan peraturan Menteri. 4. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan: a. religi; b. pertambangan; c. instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru dan terbarukan; d. pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun relay televisi; e. jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api; f. sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi umum untuk keperluan pengangkutan hasil produksi; g. sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan saluran air bersih dan/atau air limbah; h. fasilitas umum; i. industri terkait kehutanan; j. pertahanan dan keamanan; k. prasarana penunjang keselamatan umum; atau Page 29

45 l. penampungan sementara korban bencana alam. 5. Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan dilakukan dengan ketentuan: a. dalam kawasan hutan produksi dapat dilakukan: 1) penambangan dengan pola pertambangan terbuka 2) penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah; b. dalam kawasan hutan lindung hanya dapat dilakukan penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah dengan ketentuan dilarang mengakibatkan: 1. turunnya permukaan tanah; 2. berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; 3. terjadinya kerusakan akuiver air tanah. Ketentuan lebih lanjut mengenai penambangan bawah tanah pada hutan lindung diatur dengan Peraturan Presiden. Izin Penggunaan Kawasan Hutan berpedoman pada Peraturan Menteri Kehutanan No. P.18/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, beberapa point penting seperti terurai di bawah ini. 1) Izin pinjam pakai kawasan hutan dapat dilakukan dengan: a. izin pinjam pakai kawasan hutan pada provinsi yang luas kawasan hutannya di bawah 30% (tiga puluh per seratus) dari luas daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi, dengan kompensasi lahan : 1) ratio 1:1 untuk nonkomersial; 2) ratio 1:2 untuk komersial; dan b. Izin pinjam pakai kawasan hutan pada provinsi yang luas kawasan hutannya di atas 30% (tiga puluh perseratus) dari luas daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi, dengan kompensasi membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan dan melakukan penanaman dalam angka rehabilitasi daerah aliran sungai, dengan ketentuan : 1. penggunaan untuk nonkomersial dikenakan kompensasi membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak Penggunaan Kawasan Hutan dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai dengan ratio 1:1; 2. penggunaan untuk komersial dikenakan kompensasi membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak Penggunaan Kawasan Hutan dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai paling sedikit dengan ratio 1:1; c. izin pinjam pakai kawasan hutan tanpa kompensasi lahan atau tanpa kompensasi membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak Penggunaan Kawasan Hutan dan tanpa melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai, dengan ketentuan hanya untuk: 1. kegiatan pertahanan negara, sarana keselamatan lalu lintas laut atau udara, cek dam, embung, sabo, dan sarana meteorologi, klimatologi, dan geofisika; 2. kegiatan survei dan eksplorasi. 3. Dalam hal kegiatan eksplorasi sebagaimana dimaksud pada dilakukan pengambilan contoh ruah sebagai uji coba tambang untuk kepentingan kelayakan ekonomi, dikenakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada (2) huruf a atau huruf b angka Ketentuan lebih lanjut mengenai ratio lahan kompensasi sebagaimana dimaksud pada (2) huruf a dan ratio penanaman dalam rangka rehabilitasi Page 30

46 daerah aliran sungai sebagaimana dimaksud pada (2) huruf b angka 2 diatur dengan peraturan Menteri. 5. Izin pinjam pakai kawasan hutan diberikan oleh Menteri berdasarkan permohonan. 6. Menteri dapat melimpahkan wewenang pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan dengan luasan tertentu kepada gubernur untuk pembangunan fasilitas umum yang bersifat nonkomersial. 7. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan wewenang diatur dengan peraturan Menteri. 8. Penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis, izin pinjam pakai kawasan hutan hanya dapat diberikan setelah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis diatur dengan peraturan Menteri setelah mendapat pertimbangan dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan Izin Penggunaan Air 1. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat 2. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. 3. Hak guna air adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan. 4. Hak guna pakai air adalah hak untuk memperoleh dan memakai air. 5. Hak guna usaha air adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air. 6. Sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 7. Penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan peraturan perundang-undangan. 8. Hak ulayat masyarakat hukum adat atas sumber daya airtetap diakui sepanjang kenyataannya masih ada dan telah dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat. 9. Hak guna air tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya. 10. Hak guna pakai air diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi. 11. Hak guna pakai air memerlukan izin apabila: a. cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air; b. ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar; atau c. digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada. Page 31

47 12. Izin sebagaimana dimaksud diberikan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. 13. Hak guna pakai air meliputi hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. 14. Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. 15. Pemegang hak guna usaha air dapat mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. 16. Persetujuan sebagaimana dimaksud dapat berupa kesepakatan ganti kerugian atau kompensasi. 17. Ketentuan mengenai hak guna air diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 18. Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah meliputi: a. mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional; b. mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara; c. membentuk Dewan Sumber Daya Air Nasional, dewan sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, dan dewan sumber daya air wilayah sungai strategis nasional; d. memfasilitasi penyelesaian sengketa antar provinsi dalam pengelolaan sumber daya air; e. menetapkan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengelolaan sumber daya air; menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional Pembuatan Rencana Community Development Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Panas bumi diamanatkan dalam PP No.59 Tahun 2007 sebagai berikut : 1. Pemegang IUP pada tahap Eksploitasi wajib melaksanakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat. 2. Program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat meliputi keikutsertaan dalam mengembangkan dan memanfaatkan potensi kemampuan masyarakat dengan cara: a. menggunakan tenaga kerja, jasa dan produk lokal sesuai dengan kompetensi/spesifikasi yang dibutuhkan; b. membantu pelayanan sosial masyarakat; c. membantu peningkatan kesehatan, pendidikan dan pelatihan masyarakat; dan/atau d. membantu pengembangan sarana dan prasarana. Dalam melakukan kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat Pemegang IUP Page 32

48 3. Rencana Kerja Pengelolaan K3LL berkoordinasi dengan pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota setempat Rencana Kerja dari PT Trinergi dalam mengelola K3LL adalah sebagai berikut: 3.1. Penyiapan Personil yang terdidik dan terlatih General Manager Sesuai dengan peraturan dari ESDM bahwa pimpinan tertinggi operasi panas bumi di lapangan harus berfungsi juga sebagai Kepala Teknik Tambang, pimpinan tertinggi yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Untuk itu General Manager harus kompeten sebagai Kepala Teknik Tambang dengan persyaratan sudah mempunyai sertifikat kursus Pengawas Operasional Utama selain seorang sarjana tambang atau sarjana teknik yang telah mempunyai pengalaman kerja di operasi penngembangan minimal 10 tahun. Untuk menjadi kompeten sebagai Kepala Teknik Tambang maka yang bersangkutan diharuskan memberikan presentasi Kepala Teknik Tambang didepan penguji dari ESDM sebagai persyaratan pengangkatan Kepala Teknik Tambang Operasi Pengembangan Panas bumi. Deputy Field Manager Untuk mengantisipasi Kepala Teknik Tambang berhalangan tidak ada di tempat, maka diperlukan seorang Wakil Kepala Teknik Tambang. Untuk posisi tersebut yang tepat adalah posisi Deputy Field Manager. Untuk mempunyai kompetensi sebagai Wakil KTT, maka yang bersangkutan harus mengikuti kursus Pengawas Operational Pertama dan Madya K3LL Oficer Persyaratan sebagai K3LL Officer selain sebagai Sarjana Teknik yang bersangkutan harus mengikuti kusus Adinintrasi K3LL, Kursus Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan kursus Managemen Lingkungan. Pada tahap Konstruksi dan Operasi Pemboran, semua staff PT. Trinergi dan Out Sourcing akan diberikan pelatihan dalam : - Fire Fighting, - First Aid, - Evacuation, - Penanggulangan gas beracun H 2 S Pembuatan AMDAL dan atau UKL/UPL Berdasarkan pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal dan Kep Bapedal No. Kep-056 tahun 1994, yaitu mengenai Prakiraan Dampak Penting sebagai dasar penentuan sistim/metode pengelolaan dan pemantauan lingkungan apakah harus dilakukan pembuatan AMDAL atau tidak wajib AMDAL. Dengan kata lain cukup dengan pembuatan UKL/UPL. Sesuai dengan dua perundang-undangan diatas sebagai dasar penentuan ukuran Prakiraan Dampak Penting adalah : Page 33

49 1) Jumlah manusia yang terkena dampak. 2) Luas wilayah persebaran dampak. 3) Intensitas dampak. 4) Lamanya dampak berlangsung 5) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan kena dampak. 6) Sifat kumulatif 7) Berbaliknya atau tidak berbaliknya dampak. Pemilihan Pembuatan AMDAL atau Penyusunan UKL/UPL, perlu dilakukan pada tahap Eksplorasi (terutama Pemboran Sumur Eksplorasi) maupun tahap Eksploitasi (terutama Pemboran Sumur Eksploitasi). Kondisi di lapangan menjadi point penting dalam menentukan perlu tidaknya pembuatan AMDAL atau cukup dengan penyusunan UKL/UPL Tahap Eksplorasi (Pemboran Sumur Eksplorasi) Kondisi dan situasi dilapangan menunjukan hal-hal berikut: 1) Jalan menuju tapak kegiatan/proyek melalui daerah perkampungan yang tidak padat, tetapi jalan masuk terakhir ± 3 km menuju daerah tapak proyek pada jalan perkebunan akan digunakan untuk jalan akses ke tapak proyek dan atau penyiapan tapak proyek itu sendiri, maka diperkirakan hanya sedikit lahan masyarakat yang diperlukan untuk dibebaskan yaitu sebagian jalan sempit yang harus diperlebar untuk memudahkan alat angkut peralatan alat-alat berat. Dengan demikian jumlah manusia yang terlibat dan luas sebaran dampak akan cukup kecil. Dengan kondisi seperti ini dampaknya dikatagorikan dampak Negatif Tidak Penting. 2) Intensitas kegiatan dampak hanya akan terjadi terutama pada periode penyiapan infrastruktur saja yang akan berdampak pada lingkungan masyarakat yang lamanya ± 3 bulan, jadi relatif tidak lama, sehingga dapat dikategorikan dampak negatif tidak penting. 3) Operasi pemboran Eksplorasi dan Uji Sumur akan menghasilkan limbah padat, cair dan udara/gas. Untuk itu akan dilakukan pengelolaan limbah limbah tersebut diatas dengan cara memasang peralatan pengolaan lingkungan terpadu pada peralatan dan atau menjadi bagian dari operasi pemboran dan uji sumur, sehingga komponen lingkungan yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak dan dampak yang bersifat berbalik akan dapat dicegah/tereliminir. KepMenNLH No.11 Tahun 2006 mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal dapat berkurang dalam hal : a. dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dapat ditanggulangi berdasarkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau b. dalam kenyataannya jenis rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian dampaknya dapat dikatagorikan dampak negatif tidak penting. 4) Jika melihat sisi lain, dengan ada kegiatan Pemboran Eksplorasi dan Uji Sumur, jika dikelola denga baik dan benar dapat mempunyai potensi besar menambah Page 34

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... i i i I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN III (JULI SEPTEMBER) TAHUN 2011... 1 2.1. KEGIATAN... 1 2.1.1. Persiapan (Preparation)...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN III TAHUN 2012

II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN III TAHUN 2012 I. PENDAHULUAN PT. Sejahtera Alam Energy efektif melaksanakan pengembangan panas bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden - Provinsi Jawa Tengah mulai tanggal 12 April 2011 berdasarkan Izin Usaha Pertambangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Laporan ini merupakan laporan triwulan III (Juli-September) tahun 2013 dengan kegiatan sebagai berikut :

Laporan ini merupakan laporan triwulan III (Juli-September) tahun 2013 dengan kegiatan sebagai berikut : I. PENDAHULUAN PT. Sejahtera Alam Energy efektif melaksanakan pengembangan panas bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden - Provinsi Jawa Tengah mulai tanggal 12 April 2011 berdasarkan Izin Usaha Pertambangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN II (DUA) TAHUN PERSIAPAN... 4

DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN II (DUA) TAHUN PERSIAPAN... 4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN II (DUA) TAHUN 2014... 4 2.1. PERSIAPAN... 4 2.1.1. Perizinan Penggunaan Kawasan Hutan... 4 2.1.2. Perizinan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN III TAHUN PERSIAPAN... 4

DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN III TAHUN PERSIAPAN... 4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN III TAHUN 2013... 4 2.1. PERSIAPAN... 4 2.1.1. Perizinan Penggunaan Kawasan Hutan... 4 2.1.2. Perizinan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Nomor : P. 14/VII-PKH/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PINJAM PAKAI KAWASAN

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Nega

2011, No Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Nega No.191, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.18/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.16/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.16/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.16/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PT. SEJAHTERA ALAM ENERGY WISMA EKA KARMA Jl. Kapten P. Tendean No. 15 Jakarta Telp. (021) Faks. (021)

PT. SEJAHTERA ALAM ENERGY WISMA EKA KARMA Jl. Kapten P. Tendean No. 15 Jakarta Telp. (021) Faks. (021) WISMA EKA KARMA Jl. Kapten P. Tendean No. 15 Jakarta 12790 Telp. (021) 794 2715 Faks. (021) 794 2714 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... i i i I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. i TRIWULAN PTPN IX. Kaligua Program

DAFTAR ISI. Hal. i TRIWULAN PTPN IX. Kaligua Program PT. SEJAHTERA ALAM ENERGY LAPORAN TRIWULAN II (APRIL JUNI) TAHUN 2013 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN II TAHUN 2013... 4 2.1. PERSIAPAN...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.18/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.18/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.18/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PP Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

PP Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DEPARTEMEN KEHUTANAN PP Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DEPARTEMEN KEHUTANAN 12/07/2010 1 Ketentuan Umum Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.16/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.16/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.16/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan. No.49, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor: P.56/Menhut-II/2008 TENTANG TATA CARA PENENTUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG Hasil Pemba hasan d PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

MATRIK PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2011

MATRIK PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2011 MATRIK PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2011 No. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2012 1. Ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Peraturan Perundangan. Pasal 33 ayat 3 UUD Pasal 4 UU 41/1999 Tentang Kehutanan. Pasal 8 Keppres 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

Peraturan Perundangan. Pasal 33 ayat 3 UUD Pasal 4 UU 41/1999 Tentang Kehutanan. Pasal 8 Keppres 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung LAMPIRAN 129 130 Lampiran 1. Peraturan Perundanga Undangan Aspek Hak Kepemilikan Terhadap Kawasan HLGD Pemantapan dan Penetapan Peraturan Perundangan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 Pasal 4 UU 41/1999 Tentang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 47,2012 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN I TAHUN PERSIAPAN... 4

DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN I TAHUN PERSIAPAN... 4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2013... 4 2.1. PERSIAPAN... 4 2.1.1. Perizinan Penggunaan Kawasan Hutan... 4 2.1.2. Perizinan Penggunaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN II (DUA) TAHUN PERSIAPAN... 4

DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN II (DUA) TAHUN PERSIAPAN... 4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN II (DUA) TAHUN 2014... 4 2.1. PERSIAPAN... 4 2.1.1. Perizinan Penggunaan Kawasan Hutan... 4 2.1.2. Perizinan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DI PROVINSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Definisi AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.224, 2014 KEMENPERIN. Izin Usaha. Izin Perluasan. Kawasan Industri. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/M-IND/PER/2/2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM... 2 BAB II LANDASAN PENGELOLAAN AIR TANAH... 3 Bagian Kesatu Umum... 3 Bagian Kedua Kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG Maret 2012 2012-1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.56/MENHUT- II/2008 TENTANG TATA CARA PENENTUAN LUAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DENGAN

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN SOLUSI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK KEGIATAN NON KEHUTANAN Disampaikan oleh : Kementerian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

2 Menteri Kehutanan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Penentuan Luas Areal Terganggu dan

2 Menteri Kehutanan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Penentuan Luas Areal Terganggu dan No. 1445, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Luas Areal Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. Pajak. Kawasan Hutan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.84/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Badan Pemeriksa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : Menetapkan : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang : a. bahwa air tanah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 8/2015 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa kelestarian fungsi Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEMENTERIAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN

DUKUNGAN KEMENTERIAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN DUKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KEMENTERIAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 1. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2012 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa air merupakan

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKAA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te No.28, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KETENAGALISTRIKAN. Tenaga Listrik. Kegiatan. Usaha. Penyediaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5281) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 8 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, 1 BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pengaturan Air Tanah dimaksudkan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 1101 K/702/M.PE/1991 DAN 436/KPTS-II/1991 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 1101 K/702/M.PE/1991 DAN 436/KPTS-II/1991 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 1101 K/702/M.PE/1991 DAN 436/KPTS-II/1991 TENTANG PEMBENTUKAN TEAM KOORDINASI TETAP DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa Minyak

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH MEMILIKI IZIN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TETAPI BELUM MEMILIKI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman. No.156, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci