Sistem kontrol pemanas ruangan Tanpa carrier fluids

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sistem kontrol pemanas ruangan Tanpa carrier fluids"

Transkripsi

1 Sstem kontrol emanas ruangan Tana carrer fluds Oleh : Hen Hndayant NIM. M00034 SRIPSI dtuls dan dajukan untuk memenuh sebagan ersyaratan memeroleh gelar Sarjana Sans Matematka FAULTAS MATEMATIA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAARTA 008

2 SRIPSI SISTEM ONTROL PEMANAS RUANGAN TANPA CARRIER FLUIDS Yang dsakan dan dsusun oleh HENI HINDAYANTI NIM. M00034 Pembmbng I, Dbmbng oleh Pembmbng II, Drs. Sutrma, M.S. Drs. Sswanto, M.S. NIP NIP telah dertahankan d dean Dewan Penguj ada har Jum at, tanggal Me 008 dan dnyatakan telah memenuh syarat. Anggota Tm Penguj Tanda Tangan. Dr. Sutanto.. NIP Sr untar, M.S.. NIP Drs. Pangad, M.S. 3. NIP Surakarta, Me 008 Dsahkan oleh Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Dekan, etua Jurusan Matematka,

3 Prof. Dr. Sutarno, M.Sc, Ph.D. Drs. artko, M.S. NIP NIP PERSEMBAHAN Skrs n kuersembahkan untuk : Alloh SWT, atas nkmat, rahmat dan hdayahnya sama detk n Baak dan buku, untuk doa, bmbngan, dukungan, dan kesabarannya Abang-abangku, Bud dan Adhy, untuk doa dan dukungannya Adk-adkku, Putry dan Ara, yang telah memberkan warna-warna dalam kehduan akakku, untuk kesabaran, krtkan, masukan dan erhatan terbaknya eluarga besar Garba Wra Bhuana, Mahasswa Pecnta Alam Unverstas Sebelas Maret Teman-teman Matematka angkatan 00, Intan, Ra, ecl, Tna, Bb, Mas Joe ATA PENGANTAR Puj syukur keada Alloh SWT yang telah melmahkan rahmat-nya sehngga enuls daat menyelesakan skrs n. Pada kesematan n, enuls mengucakan terma kash keada hakhak yang telah membantu dalam enulsan skrs n, terutama keada. Baak Drs. Sutrmo, M.S., embmbng I, yang telah membmbng enuls.. Baak Drs. Sswanto, M.S., embmbng II, yang telah memberkan koreks. 3. Baak Drs. Palgunad, M.Sc., yang telah memandu belajar enuls selama enulsan skrs. 4. eluarga besar d Magelang, Jakarta dan Lamung.

4 Akhr kata, semoga skrs daat bermanfaat, dan enuls mengucakan terma kash keada hak yang dsebut d atas dan hal-hak lan yang tdak daat dcantumkan. Surakarta, Me 008 Penuls DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN. ABSTRA.. ABSTRACT v PERSEMBAHAN...v ATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI..v DAFTAR GAMBAR..x DAFTAR TABEL...x DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL......x BAB I PENDAHULUAN.... Latar Belakang Masalah. Rumusan Masalah.3.3 Pembatasan Masalah.3.4 Tujuan Manfaat.4 BAB II LANDASAN TEORI.5. Tnjauan Pustaka..5 v

5 .. Pengertan Dasar dalam Sstem ontrol.5.. Sstem ontrol 5..3 Model ontrol PID.8. Pengertan Dasar Suhu dalam Termodnamka Transformas Lalace.3.4 erangka Pemkran...5 BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB IV PEMBAHASAN.7 4. Model Matematka dar Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds Fungs Transfer dar Persamaan Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds ontrol ada Sstem Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds ontrol Proorsonal ada Sstem ontrol Tertutu 4.3. ontrol Integral ada Sstem ontrol Tertutu ontrol Dervatf ada Sstem ontrol Tertutu ontrol Proorsonal Integral ada Sstem ontrol Tertutu ontrol Proorsonal Dervatf ada Sstem ontrol Tertutu ontrol Proorsonal Integral Dervatf ada Sstem ontrol Tertutu Alkas Penggunaan ontrol PID Fungs Transfer Model Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds ontrol Proorsonal ada Sstem Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds ontrol Integral ada Sstem Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds v

6 4.4.4 ontrol Proorsonal - Integral ada Sstem Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds ontrol Proorsonal - Dervatf ada Sstem Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds ontrol Proorsonal - Integral Dervatf ada Sstem Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds BAB V PENUTUP esmulan Saran..4 DAFTAR PUSTAA 43 LAMPIRAN...44 DAFTAR TABEL Tabel. Sfat dasar transformas Lalace Tabel 4. esalahan yang dhaslkan oleh = 7 dan = 0 Tabel 4. esalahan yang dhaslkan oleh = dan = Tabel 4.3 esalahan yang dhaslkan oleh = 7, = dan = 0, = Tabel 4.4 esalahan yang dhaslkan oleh = 7, = 4 dan = 0, = 6 Tabel 4.5 esalahan yang dhaslkan oleh = 7, =, = 4 dan = 0, =, = 4 d d d Tabel 4.6 esalahan yang dhaslkan oleh = 0, =, = 6 dan = 7, =, = 6 d d d DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL W Q : jumlah kerja sstem, : jumlah anas sstem, v

7 Q ch Q n : anas yang tersman dalam suatu sstem, : anas yang masuk ke sstem, Q out : anas yang keluar dar sstem, m c D T C : massa dar suatu bahan, : kaastas anas jens dar bahan, : erbedaan suhu dar suatu bahan, : kaastas anas suatu bahan, cd : laju erndahan anas secara konduks, k A x cv : konduktvtas lstrk sesfk, : luas enamang lntasan dar konduktor, : tebal bahan yang dlewat anas, : laju erndahan anas secara konveks, U : koefsen flm antara fluda-sold, ( Ts Tf ) - : erbedaan temeratur antara sold-fluda, r T s : laju erndahan anas secara radas dar satu hak benda anas, : temeratur absolute ermukaan, : tetaan Stefan Boltzman ysng besarnya tergantung dar satuan yang dgunakan, R(s) C(s) G(s) E(s) H sse d T : snyal masukan, : snyal keluaran, : fungs transfer sstem, : snyal kesalahan, : fungs uman balk, : kesalahan ada konds tunak, : kontrol roorsonal, : kontrol ntegral, : kontrol dervatf, : waktu ntegral, v

8 T d : waktu dervatf, { f ( t) } : transformas Lalace dar suatu fungs - { F( s )} : nvers Lalace dar suatu fungs F( s ), t s c, c 0 : waktu, f t, : varabel real aljabar dalam transformas Lalace, : konstanta sembarang, : suhu radator emanas, : suhu ruangan, : suhu dndng ruangan, m Q0 Qu : keceatan alran fluda dalam radator, t : anas yang tersman selama t akbat erndahan anas antara radator dengan udara d dalam ruangan, t : anas yang tersman dalam udara ruangan, Q( t ) : anas yang tersman dalam dndng, Qa t : anas dar udara luar ruangan (dsturbance), U 0 U U A 0 A A l m u m d c u : koefsen flm dar emukaan antara radator - udara ruangan, : koefsen flm dar ermukaan antara udara ruangan-dndng, : koefsen flm dar ermukaan antara dndng - udara luar ruangan (dsturbance), : luasan ermukaan (ermukaan antara radator - udara ruangan), : luasan ermukaan antara udara ruangan-dndng, : luasan ermukaan antara dndng - udara luar ruangan (dsturbance), : koefsen anas laten dar kondensas, : massa udara ruangan, : massa dndng, : kaastas anas jens udara ruangan, v

9 c d C C R 0 : kaastas anas jens dndng, : kaastas anas udara ruangan, : dndng ruangan, : hambatan anas konvektf untuk ermukaan antara radator udara R ruangan, : hambatan anas konvektf untuk ermukaan antara dndng udara ruangan, R : hambatan anas konvektf untuk ermukaan antara dndng - dsturbance, BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Manusa mengangga bahwa sstem kontrol adalah salah satu bagan dar erkembangan dan kemajuan teknolog dan manusa. enyataannya seta aktftas manusa sehar-har selalu dengaru oleh sstem kontrol, contohnya lemar endngn, AC, mesn cuc, tangk tolet, oma ar, dan mobl. emajuan dalam teor dan raktek kontrol daat memertngg laju roduks, memudahkan erformans sstem dan menadakan ekerjaan rutn dan membosankan yang harus dlakukan manusa. omuter dgtal msalnya, eranannya entng dalam analss, desan dan oeras sstem kontrol. Akhr-akhr n, sudah banyak enggunaan alat-alat kontrol dgtal dalam berbaga bdang, dantaranya kontrol kualtas roduk-roduk ndustr, kontrol sstem enerbangan, kontrol sstem ersenjataan, kontrol sstem transortas dan robotk. Untuk daat mengendalkan sstem, derlukan dua faktor utama, yatu mengetahu tentang sstem dan mengetahu bagamana cara kontrol yang bak. Oleh karena tu, derlukan emahaman tentang sstem dan mamu memadukan antara kerja sstem dengan kontrol. x

10 Sstem adalah kombnas dar beberaa komonen terkat yang bekerja bersama-sama untuk mencaa tujuan/target tertentu (Ogata, 997). Sstem kontrol adalah nterkoneks dar komonen yang menyusun konfguras sstem yang menghaslkan keluaran (outut) seert yang dkehendak (Dorf, 989). Peranan kontrol dalam sstem beraneka macam, dantaranya memerceat waktu nak dan mengurang lonjakan. Jad, untuk mengetahu kontrol aa yang teat ada sstem, derlukan engkajan knerja sstem. Bag sebagan orang, sstem HVAC (Heatng, Ventlatng and Ar Condtonng) atau engaturan suhu udara lebh dkenal dengan Ar Condtonng (AC), secara sederhana dartkan dengan mendngnkan udara. Menurut Edward (989), engaturan suhu udara adalah roses menjaga standar suhu, kelembaban, kebershan, dan ergerakan udara yang dbutuhkan. Sstem kontrol yang dbuat dengan benar daat menjaga kualtas udara d dalam ruangan dan membuat nyaman dalam segala konds. Suhu udara dkontrol dengan cara memanaskan atau mendngnkan udara. elembaban udara dkontrol dengan cara menambah atau memndahkan ua ar dar udara. ebershan udara atau kualtas udara dkontrol dengan cara enyarngan, emndahan bahan-bahan yang tdak dgunakan dengan menggunakan enyarng atau ventlas. Pembuangan udara keluar angkasa dengan cara mencarkan konsentras bahan yang tercemar. Pergerakan udara mengarah ada keceatan udara dan kemana udara akan dalrkan, hal n dkontrol oleh dstrbus udara yang cocok. ombnas antara mesn emanas dan endngn udara yang menyedakan alat engontrol suhu dan kelembaban bak ada musm dngn mauun musm anas, telah lama dterakan dberbaga macam bangunan. Pengaturan suhu udara juga dgunakan untuk menyedakan konds yang derlukan dalam suatu roses. Msalnya, eralatan embuatan kan, cetakan, fotograf, ruangan komuter, eralatan meds yang memerlukan suhu dan kelembaban udara tertentu agar roses roduksnya berhasl. Pada skrs n, akan djelaskan mengena kasus sstem kontrol suhu ada emanas ruangan tana carrer fluds. Tana carrer fluds ddefnskan x

11 sebaga alran fluda sebaga embawa energ anas yang tdak dserta erndahan anas (Goal, 003). Transformas Lalace dgunakan dalam engkajan knerja sstem. Msalnya untuk menentukan fungs transfer, mengetahu kestablan sstem dan engaruh kontrol ada knerja sstem tersebut. Untuk mendaatkan suhu yang dngnkan, derlukan waktu yang cuku lama. Selan tu kemungknan terjad lonjakan ada keluaran sstem yang menyebabkan suhu menjad lebh anas, sehngga derlukan enambahan aks kontrol ada sstem n, kontrol yang dgunakan adalah kontrol PID (Proortonal Integral Dervatve). Pengaruh kontrol roorsonal ( ) ada sstem adalah menngkatkan keluaran sstem dan menurunkan sstem kontrol enguat, enguat meruakan kuanttas yang dsesuakan untuk daat memberkan reson yang dngnkan. ontrol ntegral ( ) dgunakan menghlangkan lonjakan, kontrol dervatf ( d ) dgunakan untuk mengurang lonjakan. ombnas kontrol PID dgunakan untuk menakkan tngkat koreks saat lonjakan menngkat dan memberkan reson yang ceat saat dbutuhkan.. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah daat drumuskan ermasalahan sebaga berkut. Bagamana mengkaj enurunan model matematka dar suatu sstem kontrol emanas ruangan tana carrer fluds?. Bagamana fungs transfer dar sstem kontrol tersebut? 3. Bagamana engaruh kontrol PID ada waktu nak, waktu uncak, lonjakan, dan waktu turun? 4. Bagamana smulas untuk memeroleh nla,, d yang otmum ada kontrol PID?. Pembatasan Masalah Adaun embatasan masalah dalam skrs n adalah x

12 . Sstem berua udara dalam ruangan tertutu dengan suhu tunggal.. ontrol yang dgunakan adalah kontrol PID (Proortonal Integral Dervatve). 3. aastas resstan anas dar dndng ruangan dabakan..3 Tujuan Tujuan dar enulsan skrs n adalah sebaga berkut. Daat menurunkan ulang model matematka untuk sstem kontrol emanas ruangan tana carrer fluds.. Daat menentukan fungs transfer dar sstem kontrol tersebut. 3. Daat memelajar engaruh kontrol PID ada knerja sstem tersebut. 4. Daat menentukan nla,, d terbak ada kontrol PID berdasarkan smulas.4 Manfaat Manfaat yang daat dambl dar enulsan adalah sebaga berkut. Menerakan kajan matemats suatu kasus d kehduan nyata, dalam hal n enurunan model matematka untuk kasus sstem kontrol emanas ruangan tana carrer fluds.. Mengkaj engaruh kontrol PID ada sstem dan menentukan besar nla kontrol PID agar suhu ruangan teta stabl sesua dengan aa yang dngnkan. BAB II LANDASAN TEORI Pada bagan ertama bab n dberkan tnjauan ustaka yang terdr atas defns-defns sebaga dasar engertan untuk memudahkan embahasan x

13 selanjutnya. Pada bagan kedua ada bab n dsusun kerangka emkran yang menjelaskan alur emkran dalam enulsan skrs n.. Tnjauan Pustaka Untuk memermudah embahasan dalam skrs n, berkut dsamakan beberaa engertan yang menjad dasar emahaman... Pengertan Dasar dalam Sstem ontrol Pada tahun 300SM - M teknk kontrol ertama kal dtetakan d Yunan, ada masa n mekansme elamung (regulator) mula berkembang. emudan sebuah buku yang berjudul Pneumatca yang bers mekansme elamung dublkaskan oleh Heron dar Alexandra. Penemuan besar oleh Thomas Mead ada tahun 787 berua alat engontrol keceatan angn dan ada abad ke-8 James Watt menggunakan suatu alat untuk engontrolan keceatan mesn ua. Pada abad ke-9 dalam bdang endngn, John Gerre dar Florda menemukan mesn es yang ddesan menggunakan komresor udara sebaga endngnnya. James Harrson dar Australa juga mengembangkan mesn eter sulfur, dan ada tahun 860, a menemukan nstalans eralatan endngn ertama d abrk br. Semenjak tahun 960-an, teor kontrol modern dkembangkan untuk mengatas bertambah komleksnya roses modern dengan ersyaratan keteltan, berat dan baya untuk kebutuhan mlter, ruang angkasa dan berbaga macam ndustr... Sstem ontrol Sstem meruakan bagan dar terjadnya roses, sedang sesuatu yang bukan sstem atau membatas sstem dsebut lngkungan. omonen utama dalam sstem adalah masukan, keluaran dan roses. 5 Menurut Goal (003), Masukan (nut) adalah alran energ dan atau materal yang menyebabkan roses bereaks atau bereson. Masukan n daat berua manulated nut yatu masukan yang berasal dar dalam atau dar luar lngkungan yang tdak yang tdak dharakan dan engaruhnya tdak daat dhndar. eluaran (outut) adalah varabel reson yang x

14 dharakan bererlaku sebagamana yang dharakan. Proses sstem deroleh dar fungs transfer, fungs transfer meruakan erbandngan antara transformas Lalace keluaran terhada transformas Lalace masukan dengan anggaan konds awal adalah nol (t = 0). D dalam sstem kontrol terdaat tga model sstem yatu, sstem kontrol terbuka (Oen Loo Control System), sstem kontrol tertutu (Close Loo Control System) dan sstem kontrol uman balk (Feedback Control System). Sstem kontrol terbuka adalah sstem yang menggunakan alat untuk mengontrol roses tana menggunakan uman balk, sehngga keluaran tdak berengaruh terhada snyal yang masuk kedalam roses. Sstem kontrol tertutu adalah sstem yang menggunakan engukuran dar keluaran dan membandngkan dengan keluaran yang dngnkan. Sstem kontrol uman balk adalah sstem yang memertahankan hubungan yang dtentukan antara keluaran dan beberaa masukan acuan, dengan membandngkan antara keduanya dan menggunakan antara keduanya dan menggunakan erbedaannya sebaga alat kontrol. Sstem selalu dengaruh gangguan (dsturbance) yang berasal dar luar atau dar dalam sstem, gangguan meruakan snyal yang cenderung memunya engaruh yang merugkan ada harga keluaran sstem. Sstem kontrol tertutu daat mengurang engaruh gangguan. Akbat dar adanya gangguan tersebut menyebabkan adanya snyal kesalahan (error sgnal), yatu erbedaan antara varabel masukan dengan keluaran (Dorf, 989). Untuk tu derlukan engontrol yang menerma nformas tentang nla yang dngnkan dar keluaran dan menggunakan nformas sebaga kontrol untuk varabel termanulas sebaga akbat dar efek gangguan dan mengendalkan sstem dengan memanulas snyal error, sehngga outut sstem sama dengan nut yang dberkan. Dagram blok suatu sstem adalah suatu enyajan bergambar dar fungs yang dlakukan oleh ta komonen dan alran snyalnya, Beberaa aturan aljabar dalam dagram blok adalah sebaga berkut (a) R G( s ) G = C s G s G s R s C( s ) xv

15 (b) (c) R + R( s ) + - = - C s R s R s G s - R G( s ) C G( s ) C ( s ) G s s = R s + HG s C Dengan G( s ) adalah roses dalam sstem, H adalah fungs uman balk, R( s ) dan C( s ) adalah suatu snyal. H H Dar grafk sstem daat deroleh tamlan sstem, sehngga aabla terdaat kesalahan konds tunak (sse) daat dkurang bahkan dhlangkan, kesalahan konds tunak adalah ukuran keteltan dar suatu sstem ketka suatu masukan dberkan kedalam sstem kontrol dan dnyatakan sebaga berkut lm e = lm e t = se s ss t t 0 dengan E( s ) adalah snyal kesalahan dan besarnya meruakan selsh antara nut yang dberkan dengan keluaran. Jka grafk sstem beroslas, daat dtentukan ula waktu turun, waktu nak dan waktu uncak. Waktu nak adalah waktu yang derlukan oleh reson untuk nak dar 0% menjad 00% dar nla akhr, jka sstem tdak mencaa nla akhr maka cuku dcar 90% dar nla tesebut. Waktu turun adalah waktu yang derlukan reson untuk mencaa nla akhr setelah lonjakan ertama. Waktu uncak adalah waktu yang derlukan reson untuk mencaa uncak ertama lonjakan (Ogata, 997). xv

16 ..3 Model ontrol PID Goal (003 : 39) mengemukakan beberaa model kontrol yatu kontrol roorsonal, kontrol ntegral dan kontrol dervatf.. ontrol roorsonal Dengan dagram blok kontrol roorsonal daat dsajkan dalam Gambar. + E( s ) C( s ) - Gambar. Dagram Blok dar ontrol Proorsonal Pada aks kontrol roorsonal, hubungan antara masukan kontroler u(t) dan snyal kesalahan e(t) adalah e( t) u t Dalam transformas Lalace menjad =. E U s =.. ontrol ntegral Dengan dagram blok kontrol ntegral daat dsajkan dalam Gambar. + - E( s ) s C Gambar. Dagram Blok dar ontrol Integral Pada kontrol ntegral nla masukan kontroler u(t) dubah ada laju roorsonal dar snyal kesalahan e(t), sehngga du t t = e( t) atau dt u t = ò e t dt dengan adalah konstanta yang daat dubah. Fungs transfer dar kontrol ntegral adalah 0 xv

17 U s =. E s s 3. ontrol dervatf Dengan dagram blok kontrol dervatf daat dsajkan dalam Gambar E C d s Gambar.3 Dagram Blok dar ontrol Dervatf Pada kontrol dervatf n snyal masukan dubah dengan cara mendfferensalkan snyal masukan d u( t) = d ( e( t) ). dt Dalam transformas Lalace menjad se U s =. 4. ontrol roorsonal ntegral Dengan dagram blok kontrol roorsonal ntegral daat dsajkan dalam Gambar.4 d + E - æ ö ç + è T sø C( s ) Gambar.4 Dagram Blok dar ontrol Proorsonal Integral Pada aks kontrol roorsonal ntegral snyal keluaran deroleh dar snyal masukan dengan mengubahnya menurut ersamaan yang ddefnskan oleh ersamaan t u( t) = e( t) + e( t) dt T ò. Bla dnyatakan dalam bentuk fungs transfer menjad 0 xv

18 dengan = dan T U s æ ö = ç + = + E s è Ts ø s T adalah waktu ntegral. 5. ontrol roorsonal dervatf Dengan dagram blok kontrol roorsonal dervatf daat dsajkan dalam Gambar.5 + ( - E s ( + T s) d C Gambar.5 Dagram Blok dar ontrol Proorsonal Dervatf Pada aks kontrol roorsonal dervatf snyal keluaran deroleh dar snyal masukan dengan mengubah menurut ersamaan yang ddefnskan oleh ersamaan dengan T d adalah waktu dervatf. u t = e t + T d Bla dnyatakan dalam fungs transfer menjad U s ( ) de t dt Td s d s E s = + = ombnas dar aks kontrol roorsonal ntegral dervatf Dengan dagram blok kontrol roorsonal ntegral dervatf daat dsajkan dalam Gambar.6 + (s - E( s ) æ ö ç + + Td s è T s ø C( s ) Gambar.6 Dagram Blok dar ontrol Proorsonal Integral Dervatf xv

19 Pada kombnas aks kontrol roorsonal ntegral - dervatf n ddefnskan oleh ersamaan d T 0 t de t u( t) = e( t) + ò e( t) dt+ T. dt Bla dnyatakan dalam fungs transfer menjad U s æ ö = ç + + Td s = + + d s. E s è T s ø s. Pengertan Dasar Suhu dalam Termodnamka Pada abad ke-6 Cornells Drebbel dar Belanda menemukan engatur suhu yang sudah menggunakan sstem kontrol. Setelah tu Wllam Henry (70-786) dar Lancaster, Pensylvana juga menemukan engatur suhu yang mekansme kerjanya menggunakan cerobong asa. Pada abad ke-9 seorang Inggrs bernama Benjamn Thomson yang juga dkenal sebaga Count Rumford (753-84) dengan seksama memelajar kenakan suhu yang ceat ada sebuah laras meram bla dbor. Beberaa tahun terakhr alkas ndustr HVAC yang baru telah membuka temat baru yang komaratf untuk alkas temeratur yang daat dkontrol. Ar Condtonng (AC) adalah engaturan secara smultan tentang temeratur, kelembaban, ergerakan dan kemurnan udara ada ruang tertentu. Penamaan n ertama kal dgunakan oleh Cramer yang memresentaskan suatu karya tuls ada asosas ndustr kan katun nasonal, mengena engaturan kelembaban ada suatu abrk tekstl. Istlah yarn condtonng kerakal dgunakan dan ar condtonng (engaturan udara) namaknya menjad stlah yang lebh masuk akal bag roses engaturan konds udara dalam ruangan. Ar Condtonng (AC) berlaku bak d musm anas mauun d musm dngn dan ndustr. AC memula eneraannya ada awal abad 0. Selanjutnya, sstem HVAC mengalam berbaga macam engembangan sesua dengan kebutuhan konsumen (Jordan and Prester, 98). xx

20 Menurut Djojodharjo (994), Hukum Termodnamka I menyatakan bahwa bla suatu sstem mengalam suatu sklus, maka jumlah transfer kerja W adalah sebandng dengan jumlah transfer anas Q, dnyatakan dengan Q= W atau Q- W = 0. Hukum Termodnamka II menyatakan bahwa anas mengalr dar benda yang memunya suhu tngg mengalr ke benda yang memunya suhu lebh rendah. D dalam sstem tertutu, anas yang tersman Q ch meruakan selsh antara anas yang masuk ke sstem Q n dengan anas yang keluar dar sstem Q out, dnyatakan dengan Qch = Qn - Qout. (.) Jka sstem berada dalam konds alran manta, maka tdak ada anas yang tersman atau Q = 0, ersamaan (.) menjad ch Q n = Q. out Menurut Soedjojo (986), Jumlah anas yang tersman dalam suatu bahan/medum dnyatakan dengan Q = mcd T (.) dengan Q adalah banyak anas yang tersman, m adalah massa dar bahan, c adalah kaastas anas jens dar bahan dan D T adalah erbedaan suhu dar bahan. Banyaknya anas yang derlukan untuk menakkan suhu o ada suatu benda dsebut kaastas anas C, sehngga ersamaan (.) menjad Q C= atau C= mc. DT Panas adalah energ yang merambat atau berndah karena ada erbedaan suhu, ada tga cara erndahan anas yatu :. onduks Ddefnskan sebaga erndahan anas dalam suatu medum tana dserta erndahan artkel dalam medum tersebut, laju erndahan anas secara konduks dnyatakan dengan ersamaan cd DT = ka. x xx

21 dengan cd adalah laju erndahan anas secara konduks, k adalah konduktvtas lstrk sesfk, A adalah luas enamang lntasan dar konduktor, D T adalah erbedaan temeratur, x adalah tebal bahan yang dlewat anas.. onveks Ddefnskan sebaga erndahan anas dalam suatu medum yang dserta erndahan-erndahan artkelnya, laju erndahan anas secara konveks dnyatakan dengan ersamaan dengan = UA T - T. cv s f cv adalah laju erndahan anas secara konveks, U adalah koefsen flm antara fluda-sold, A adalah luas ermukaan emanas, ( Ts Tf ) erbedaan temeratur antara sold-fluda. 3. Radas - adalah Ddefnskan sebaga erndahan anas yang tdak memerlukan medum erantara. Laju erndahan anas secara radas dnyatakan dengan ersamaan dengan r 4 = s dat. r adalah laju erndahan anas secara radas dar satu hak benda anas, da adalah komonen luas, T temeratur absolute ermukaan, s adalah tetaan Stefan Boltzman ysng besarnya tergantung dar satuan yang dgunakan..3 Transformas Lalace Menurut Goal (003 : 860), andakan ada suatu fungs f ( t ) yang daat dntegralkan, transformas Lalace dar fungs f ( t ) untuk t 0 daat dtulskan { f ( t) } meruakan fungs F s untuk s real dan drumuskan sebaga st ò e 0 dengan syarat nla ntegral tu ada. - { f ( t) } = f ( t) dt= F xx

22 Transformas Lalace bersfat lner, artnya bahwa untuk sembarang konstanta c dan c berlaku { c f ( t) c f ( t) } c { f ( t) } c { f ( t) } + = +. Sfat dasar dar transformas Lalace selanjutnya daat dsajkan dalam tabel berkut (Ogata, 997 : ). Tabel. Sfat dasar transformas Lalace f ( t ) F( s ) s, untuk s 0 t n t ( n)! s, untuk s 0 at e sn at cos at s s n s, untuk s 0 + s- a, untuk s a a + a s + a, untuk s 0, untuk s 0 = f t. Invers Lalace dar F( s ) dnyatakan dengan -{ F ( s )} Mengngat bahwa transformas Lalace bersfat lner, maka nvers transformas Lalace juga bersfat lner. Beberaa sfat dasar dar nvers transformas Lalace daat deroleh dar tabel sfat transformas Lalace sebelumnya. xx

23 .4 erangka Pemkran Dengan mengacu ada landasan teor, daat dsusun kerangka emkran dar enulsan n. Suatu sstem yang berua fluda dalam hal n udara dengan suhu tertentu d dalam ruangan yang tertutu yang memerlukan emanas ruangan yang dsesuakan dengan kebutuhan, sehngga deroleh suatu model dar sstem tersebut. Dar model sstem tersebut kemudan dtentukan fungs transfernya. Fungs transfer n dgunakan untuk melhat secara grafs tamlan dar sstem. Sstem memerlukan waktu yang lama untuk mencaa ttk kestablan, dalam hal n suhu ruangan yang dngnkan. Oleh karena tu derlukan enambahan suatu aks kontrol. Dengan enambahan aks kontrol n dharakan daat memerceat waktu nak, mengurang lonjakan dan menjaga agar sstem selalu berada dalam konds stabl dalam hal n berua suhu ruangan. ontrol yang dgunakan adalah kontrol PID (Proortonal Integral Dervatve). Untuk mendaatkan nla kontrol yang terbak dlakukan beberaa smulas. Dengan konds sstem yang stabl tersebut, dharakan memberkan kenyamanan d seluruh ruangan ada sstem tertutu tersebut. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dgunakan dalam enulsan skrs n adalah stud lteratur dengan stud kasus. asus yang dbahas dsn adalah sstem kontrol suhu dengan emanas ruangan tana carrer fluds. Stud lteratur dlakukan dengan engkajan buku-buku referens yang relevan dengan sstem kontrol suhu dengan emanas ruangan tana carrer fluds. Selan tu erhtungan dan enggambaran grafk dlakukan dengan menggunakan aket rogram Male 9,5. Adaun urutan langkah-langkahnya sebaga berkut:. Menurunkan model matematka dar sstem kontrol emanas ruangan tana carrer fluds. xx

24 . Menentukan fungs transfer dar model sstem kontrol tersebut. 3. Menyeldk engaruh kontrol PID ada suatu kasus terhada sstem kontrol tersebut ada waktu turun, waktu uncak, waktu nak dan lonjakan dengan menyajkan sstem dalam bentuk : a. ontrol tertutu b. ontrol tertutu dengan kontrol Proorsonal c. ontrol tertutu dengan kontrol Integral d. ontrol tertutu dengan kontrol Dervatf e. ontrol tertutu dengan kontrol Proorsonal - Integral f. ontrol tertutu dengan kontrol Proorsonal - Dervatf g. ontrol tertutu dengan kontrol Proorsonal - Integral - Dervatf 4. Menentukan nla,, d terbak ada kontrol PID berdasarkan smulas. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab n, dberkan hasl stud dan embahasan tentang sstem kontrol emanas ruangan tana carrer fluds. Bab n terdr dar tga bagan yatu mengkaj ulang enurunan model matematka dar emanas ruangan tana carrer fluds, menentukan fungs transfer dar ersamaan emanas ruangan tana carrer fluds, dan mengamat kontrol PID ada sstem. 4. Model Matematka dar Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds Model matematka dar sstem emanas ruangan tana carrer fluds dturunkan ulang ada bagan n (Goal, 003). Prns kerja emanas ruangan dkembangkan berdasarkan Hukum Termodnamka I dan II. Perndahan anas ada kasus emanasan ruangan adalah memndahkan energ dalam bentuk anas dar suatu ttk yang bersuhu tngg ke ttk yang bersuhu lebh rendah xxv

25 (Djojodhardjo, 985). Untuk menghangatkan ruangan dbutuhkan suatu fluda (berua ar, udara atau ua) yang danaskan d dalam heat source/boler, dalrkan melalu a, menuju radator yang berhubungan langsung dengan udara ruangan, fluda akan mengalr kembal lag ke heat source/boler untuk danaskan kembal. m Steam a 0 Condensate Gambar 4. Sstem emanas ruangan tana carrer fluds Merujuk ada Gambar 4., anas yang dgunakan untuk menghangatkan ruangan berasal dar anas laten kondensas fluda, yatu suatu anas yang dgunakan oleh ta satuan fluda untuk 7 mengubah wujudnya. Dalam kasus n, kalor yang dgunakan fluda adalah kalor ua dan kalor embun. Jka suhu ruangan sebesar, ua dar fluda akan mengalr dar boler masuk ke dalam radator dengan keceatan alran m mengalrkan anas dalam ruangan (memanaskan udara dalam ruangan). Perbedaan suhu yang ada mengakbatkan terjadnya erndahan anas antara radator yang bersuhu 0, dndng ruangan yang bersuhu, dan udara luar ruangan (dsturbance) yang bersuhu a. D dalam radator, ua mengalr dalam konds manta. Berdasarkan Hukum ekekalan Energ dalam sstem tertutu, tdak ada energ yang tersman dalam sstem, mengakbatkan anas yang masuk sstem sama dengan anas yang mennggalkan sstem. Besarnya anas ua yang mennggalkan radator adalah = - Q t U A t t t xxv

26 dengan Q 0 t adalah besarnya anas yang tersman selama t akbat erndahan anas antara radator dengan udara d dalam ruangan, U 0 adalah koefsen flm dar emukaan antara radator - udara ruangan, dan A 0 adalah luasan ermukaan (ermukaan antara radator - udara ruangan). Persamaan kesetmbangan anas untuk radator adalah m dengan l adalah koefsen anas laten dar kondensas. Q t l= Q t (4.) 0 Pendekatan yang dgunakan untuk memodelkan emanasan ruangan adalah menurunkan besarnya anas yang tersman terhada waktu dan mengacu ada hukum dasar erndahan anas Fourer. Dar ersamaan (4.) deroleh m dqm t Q0 t l = dt t l t = t - t U A. (4.) Jka hambatan anas konvektf untuk ermukaan antara radator udara ruangan dnyatakan dengan R0 =, sehngga ersamaan (4.) menjad U A 0 0 m ( t) ( 0( t) -( t) ) l =. (4.3) R Persamaan (4.3) meruakan ersamaan kesetmbangan anas untuk radator. Fluda yang dgunakan untuk menghangatkan ruangan mengalr dalam radator, mengakbatkan terjadnya erndahan anas dar radator ke udara dalam ruangan, teta fluda tdak menyerta erndahan anasnya. Perndahan nlah yang dsebut dengan erndahan anas tana carrer fkuds. Msal anas yang tersman dalam udara ruangan Q radator Q0( t ) dan anas dndng Q( t ), maka Qu u u u = - Q t Q t Q t u 0 0 t meruakan selsh antara anas t adalah ( ) m c t = U A t - t t-u A t - t t xxv

27 dengan m u adalah massa udara ruangan, c u adalah kaastas anas jens udara ruangan, U adalah koefsen flm dar ermukaan antara udara ruangan-dndng, dan A adalah luasan ermukaan antara udara ruangan-dndng. eceatan anas d dalam udara ruangan adalah d ( t) dqu t Q0 t Q t = - dt t t ( ) mucu U0 A0 0 t t UA t t dt = Jka kaastas anas udara ruangan dnyatakan C = mucu dan hambatan anas konvektf dndng - udara ruangan dnyatakan dengan R =, maka U A ersamaan kesetmbangan anas untuk udara ruangan adalah ( 0 t t ) ( ( t) ( t) ) ( t) d - - C = -. (4.4) dt R R 0 Suhu udara ruangan dengaruh oleh udara luar ruangan (dsturbance) yang mengakbatkan adanya anas yang tersman d dalam dndng. Besarnya meruakan selsh antara anas udara ruangan Q( t ) dengan udara luar ruangan Qa dengan t, yatu d = - Q t Q t Q t a ( ) m c t = U A t - t t-u A t - t t d d a m d adalah massa dndng, c d adalah kaastas anas jens dndng, U adalah koefsen flm dar ermukaan antara dndng - udara luar ruangan (dsturbance), dan A adalah luasan ermukaan antara dndng - udara luar ruangan (dsturbance). eceatan anas dndng ruangan adalah ( t) d dq t Q t Q t = - dt t t d m c U A t t U A t t dt a ( ) d d = a. xxv

28 Jka kaastas anas dndng dnyatakan C = mdcd dan hambatan anas konvektf dndng - dsturbance dnyatakan dengan R =, ersamaan U A kesetmbangan anas untuk dndng adalah C ( t) ( t t ) ( ( t) a( t) ) d - - = -. (4.5) dt R R Oleh karena alran fluda d dalam radator selalu dalam keadaan steady flow, maka kesetmbangan d dalam radator daat dabakan, sehngga dar ersamaan (4.3), (4.4) dan (4.5) deroleh sstem ersamaan : d ( t) ( t) - ( t) C = m t l- (4.6a) dt R C - - d t t t t t a = -. (4.6b) dt R R Persamaan (4.6) meruakan ersamaan model suhu dengan emanas ruangan tana carrer fluds, dengan m( t ) meruakan varabel nut terkontrol, a( t) meruakan varabel nut tak terkontrol dan ( t) meruakan varabel outut. 4. Fungs Transfer dar Persamaan Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds Pada subbab n dsajkan embahasan untuk mencar fungs transfer dar ersamaan suhu dengan emanas ruangan ada sstem kontrol tertutu dengan konds awal nol. Q m G(s) Gambar 4. Dagram Blok Sstem ontrol Terbuka Gambar 4. menunjukkan dagram blok sstem kontrol terbuka (Oen- Loo Control System) dar emanas ruangan tana carrer fluds dengan Q ( s ) adalah transformas Lalace dar masukan, adalah transformas Lalace dar keluaran dan G( s ) adalah fungs transfer sstem tana kontrol. Transformas Lalace dar ersamaan (4.6) dgunakan untuk mencar fungs transfer dar sstem m xxv

29 emanas ruangan tana carrer fluds. Transformas Lalace dar ersamaan (4.6) adalah sc s s - = m l- (4.7) R sc s s - = m l-. (4.8) R Dar ersamaan (4.8) dcar enyelesaan untuk, deroleh æ ö æ R ö ç ç R a R R RC s RC s ç + + R ç + + R è ø è ø = ç + ç. (4.9) Substtuskan ersamaan (4.9) kedalam ersamaan (4.7) dan dsederhanakan menghaslkan æ R ö ( R + R ) lç + R C s s ø m s R C R C s + R C + R C + R C s+ R + R = è æ ö + ç a RC RCs + ( RC + RC+ RC) s+ è ø. (4.0) Untuk memeroleh fungs transfer dar suatu sstem kontrol tertutu, konds awal sstem dangga nol (t = 0) yang mengakbatkan sama dengan nol, a sehngga ersamaan (4.0) menjad ( t 3s+ ) ( t s+ )( t s+ ) é ù =ê ú m s êë úû (4.) æ R ö dengan tt = RC RC, t+ t = RC + RC+ RC, t 3 =ç RC, è R + R ø = R + R l. Dar ersamaan (4.) deroleh fungs transfer G( s ) untuk sstem emanas ruangan tana carrer fluds, yatu xxx

30 G s ( t + ) ( t s+ )( t s+ ) s é s 3 = =ê ú m ë ( t 3s+ ) ( t t ) ù û = tt s + + s+. (4.) Selanjutnya dcar tansformas Lalace dar keluaran yatu = G dan nvers Lalace dar tersebut adalah m s. Untuk mengetahu knerja sstem, kemudan dbuat grafk dar keluaran ( t), setelah mengetahu grafk dar sstem, dberkan aks kontrol ada sstem tersebut dengan menggunakan beberaa model kontrol PID. t 4.3 ontrol ada Sstem Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds Pada bagan n dterakan kontrol PID ada sstem kontrol tertutu (Close-Loo Control System) emanas ruangan tana carrer fluds yang bertujuan untuk meredam dsturbance, selan tu sstem kontrol tertutu daat mengurang kesalahan sstem. ( s ) E m + - U Controller G Gambar 4.3 Dagram Blok Sstem ontrol Tertutu Gambar 4.3 menunjukkan dagram blok sstem kontrol tertutu dengan E( s ) adalah transformas Lalace dar snyal kesalahan dan U( s ) adalah transformas Lalace dar masukan controller ontrol Proorsonal ada Sstem ontrol Tertutu Merujuk Gambar 4.3, kontrol roorsonal ada sstem kontrol tertutu dsajkan dengan gambar berkut. m + - E U G xxx

31 Gambar 4.4 Dagram Blok Sstem ontrol Tertutu dengan ontrol Proorsonal Berdasarkan ada Gambar 4.4, hubungan antara keluaran dan masukan m s adalah = - E s s s m = U G E G = ( m ) = - s s s G s m G s =. (4.3) + G s Persamaan (4.3) meruakan fungs transfer dar sstem kontrol tertutu dengan kontrol roorsonal, meruakan enguat roorsonal atau dkenal dengan controller gan. ontrol roorsonal daat menurunkan waktu nak dan menurunkan kesalahan ada kesalahan konds tunak, kesalahan daat dbuat sekecl mungkn dengan menngkatkan nla. Akan teta, karena dtngkatkan maka konds sstem kontrol tertutu lebh beroslas (Goal,003). berkut ontrol Integral ada Sstem ontrol Tertutu ontrol ntegral ada sstem kontrol tertutu dsajkan dengan gambar m + - E s U G Gambar 4.5 Dagram Blok Sstem ontrol Tertutu dengan ontrol Integral xxx

32 Berdasarkan ada sstem yang dtunjukkan ada Gambar 4.5, hubungan antara keluaran dan masukan m s adalah = m- = U G E s s s s = E G ( m ) = - s s s G s s m G s =. (4.4) s + G s Persamaan (4.4) meruakan fungs transfer dar sstem kontrol tertutu dengan kontrol ntegral, meruakan enguat ntegral atau dkenal dengan ntegral gan. ontrol ntegral daat menghlangkan kesalahan ada konds tunak (Goal, 003). Akan teta, kontrol ntegral menyebabkan reson yang beroslas daat berua enambahan atau engurangan amltudo secara erlahan (Ogata, 997), sehngga erlu ertmbangan untuk menggunakan kontrol ntegral. Oleh karena tu, kontrol ntegral basanya dgunakan bersama dengan kontrol yang lan. berkut ontrol Dervatf ada Sstem ontrol Tertutu ontrol dervatf ada sstem kontrol tertutu dsajkan dengan gambar m + - E d s U( s ) G Gambar 4.6 Dagram Blok Sstem ontrol Tertutu dengan ontrol Dervatf Berdasarkan ada sstem yang dtunjukkan ada Gambar 4.6, hubungan antara keluaran dan masukan m s adalah xxx

33 = m- = U G = E sg E s s s ( m ) d = - d s s s sg s m d sg s =. (4.5) + sg s Persamaan (4.5) meruakan fungs transfer ada sstem kontrol tertutu dengan kontrol dervatf, dengan d d meruakan enguat dervatf atau dkenal dengan dervatf gan. ontrol dervatf daat menurunkan lonjakan dan ddalam sstem dgunakan bersama dengan kontrol yang lan karena kontrol dervatf tdak memengaruh kesalahan ada konds tunak (Goal, 003) ontrol Prorosonal - Integral ada Sstem ontrol Tertutu ontrol roorsonal ntegral ada sstem kontrol tertutu dsajkan dengan gambar berkut. m( s ) E s U( s ) G s Gambar 4.7 Dagram Blok ontrol Proorsonal - Integral ada Sstem ontrol Tertutu Berdasarkan ada sstem yang dtunjukkan ada Gambar 4.7, hubungan antara keluaran dan masukan m s adalah xxx

34 m = m- = U G E s s s = E + G ( m ) = - æ ö ç è s ø æ ö ç + G s = è ø æ ö + ç + G s è s ø. (4.6) Persamaan (4.6) meruakan fungs transfer dar sstem kontrol tertutu dengan kontrol roorsonal - ntegral. ontrol roorsonal - ntegral berguna untuk menghlangkan kesalahan ada konds tunak ontrol Prorosonal-Dervatf ada Sstem ontrol Tertutu ontrol roorsonal - dervatf ada sstem kontrol tertutu dsajkan dengan gambar berkut. m( s ) E s d U( s ) G s Gambar 4.8 Dagram Blok ontrol Proorsonal - Dervatf ada Sstem ontrol Tertutu Berdasarkan ada sstem yang dtunjukkan ada Gambar 4.8, hubungan antara keluaran dan masukan m s adalah = m- = U G E s s s = E( + d s) G = ( m - )( + d s) G ( d s) G ( d ) + =. (4.7) s + + s G s m xxxv

35 Persamaan (4.7) meruakan fungs transfer dar sstem kontrol tertutu dengan kontrol roorsonal - ntegral. ontrol n daat memerceat waktu nak dengan lonjakan yang kecl (Goal, 003) ontrol Proorsonal Integral - Dervatf ada Sstem ontrol Tertutu ontrol roorsonal ntegral - dervatf ada sstem kontrol tertutu dsajkan dengan gambar berkut. m( s ) E + - s + + s d U( s ) G s Gambar 4.9 Dagram Blok ontrol Proorsonal-Dervatf ada Sstem ontrol Tertutu Berdasarkan ada sstem yang dtunjukkan ada Gambar 4.9, hubungan antara keluaran dan masukan m = m- = U G E s s s s adalah = E + + s G æ ö ( m ) ç d æ s ç d è s = s - s + + s G s è s ø m æ ö ç + + d s G s = è ø æ ö + ç + + d s G s è s ø ö ø. (4.8) Persamaan (4.8) meruakan fungs transfer dar sstem kontrol tertutu dengan kombnas kontrol roorsonal-ntegral-dervatf. ontrol n daat menurunkan lonjakan, memerceat waktu nak dan menghlangkan kesalahan ada konds tunak (Goal, 003). xxxv

36 4.4 Alkas Penggunaan ontrol PID Dalam skrs n dsajkan contoh alkas enggunaan kontrol roorsonal, ntegral dan dervatf ada sstem emanas ruangan tana carrer fluds. Dberkan suatu ersamaan model emanas ruangan tana carrer fluds yang dnyatakan dengan d( t) =-,9 +,9 +, 43 dt d( t) = 0,078 ( t) - 0, ( t). dt ( t) ( t) ( t) m (4.9) Dasumskan bahwa ada ercobaan ruang tertutu dalam nterval waktu 0 sama 00 detk (Phls and Harbor, 996) Fungs Transfer Model Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds Berdasarkan ersamaan (4.9), deroleh fungs transfer dar sstem emanas ruangan yatu G s =,43 ( s +,s+ 0, 34). (4.0) Dtentukan masukan = 0, sehngga transformas Lalace dar masukan tersebut adalah { } m m m 0 s = =, sehngga deroleh 0,43s+0,86 = m G =. s s +,s+0,34 adalah Nla dar n derlukan untuk mencar grafk terhada t. Grafk tersebut dgunakan untuk mengamat karakterstk dar sstem kontrol tertutu dar sstem emanas ruangan. Invers Lalace dar adalah ( t) Male 9.5 deroleh -,060t -,060t ( t) s, dengan rogram = 4,44-4,44e cosh(0,943t) +,85e snh(0,943t). Grafk dar ( t) ada t = 0 sama dengan t = 00 dsajkan dalam gambar berkut. xxxv

37 Gambar 4.0 Reson Sstem ontrol Tertutu Gambar 4.0 menunjukkan bahwa reson ada sstem kontrol tertutu tdak memenuh suhu yang dngnkan, artnya suhu yang dhaslkan lebh anas dar yang dngnkan. Untuk memenuh suhu yang dngnkan dtambahkan aks kontrol PID ontrol Proorsonal ada Sstem Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds Persamaan (4.3) meruakan fungs transfer ada kontrol roorsonal dalam sstem kontrol tertutu. Jka dberkan = 7, ersamaan (4.3) menjad atau m = = ( s ) Invers Lalace dar adalah ( t) æ 7(,43s+0,86) 7,43s+0,86 ö s +, + 0, 34 + ç ( s +,s+ 0, 34) è ø æ 7(,43s+0,86) 40,43s+0,86. ö s( s +,s+ 0, 34) + ç ( s +,s+ 0, 34) è ø, dengan rogram Male 9.5 deroleh - s = t = 7,9-7,90e cosh(5,880t) + 5,59e snh(5,880t). -6,065t -6,065t { } Jka dberkan = 0, ersamaan (4.3) menjad xxxv

38 atau m = = ( s ) Invers Lalace dar adalah ( t) æ 0(,43s+0,86) 0,43s+0,86 ö s +, + 0, 34 + ç ( s +,s+ 0, 34) è ø æ 0(,43s+0,86) 00,43s+0,86. ö s( s +,s+ 0, 34) + ç ( s +,s+ 0, 34) è ø, dengan rogram Male 9.5 deroleh - s = t = 8,49-8,49e cosh(8,09,t) + 6,74e snh(8,09t). -8,0t -8,0t { } Grafk dar ( t) dengan kontrol roorsonal ada t = 0 sama t = 30 daat dlhat ada gambar d bawah n. Gambar 4. Reson Sstem ontrol Tertutu dengan = 7 dan = 0 Seert yang terlhat ada Gambar 4., reson yang dhaslkan oleh kontrol roorsonal belum memenuh suhu yang dngnkan. Waktu nak yang dhaslkan dengan = 7 sektar 0,46 detk, waktu uncak sektar 0,5 detk, dengan lonjakan maksmumnya 0.5%. Waktu nak yang dhaslkan dengan = 0 sektar 0,468 detk, waktu uncak sektar 0,76 detk, dengan lonjakan maksmumnya 0,06%. ontrol roorsonal n tdak daat dterakan dalam sstem n karena knerja yang dhaslkan belum memenuh suhu yang dngnkan. Besar kesalahan yang dhaslkan oleh kedua kontrol roorsonal n daat dlhat ada tabel berkut. xxxv

39 ontrol roorsonal o Suhu ( C) sse = 7 7,9 o C,093 = 0 8, 49 o C,53 Tabel 4. esalahan yang dhaslkan oleh = 7 dan = 0 Berdasarkan Tabel 4., suhu yang dhaslkan oleh kedua kontrol roorsonal tersebut belum memenuh suhu yang dngnkan. Semakn besar nla kontrol roorsonal semakn nak suhu yang dhaslkan dan kesalahan ada konds tunak semakn berkurang ontrol Integral ada Sstem Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds Persamaan (4.4) meruakan fungs transfer ada kontrol ntegral dalam sstem kontrol tertutu. Jka dberkan =, ersamaan (4.4) menjad atau (, 43s 0, 86) æ (,43 + 0, 86) + = ö ( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø m s s ( s+ ) æ (,43s+ 0, 86) 0, 43 0, 86 =. ö s( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø Invers Lalace dar adalah ( t) ( t) -, dengan rogram Male 9.5 deroleh -0,943t -0,943t -0,339t { } 4,95e cos(0,5775t) - 38,74e sn(0,5775t) ,95e = =-. Jka dberkan =, ersamaan (4.4) menjad atau ( s ) æ (,43 + 0, 86),43 + 0, 86 = m s s ö ( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø xxxx

40 ( s+ ) æ (,43s+ 0,86) 40, 43 0, 86 =. ö s( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø Invers Lalace dar adalah ( t) ( t), dengan rogram Male 9.5 deroleh { } -0, t = - = -,47639e cos(,33379t) Grafk berkut menyajkan t sama t = , t - 5,0056e sn(,33379t) -0,78373t + 0 +,476394e. dengan = dan = ada t = 0 Gambar 4. Reson Sstem ontrol Tertutu dengan = dan = Seert yang terlhat ada Gambar 4., dengan kontrol ntegral menyebabkan reson menjad lebh beroslas. Waktu nak yang dhaslkan dengan = sektar,84 detk, waktu turunnya sektar 8,68 detk, waktu uncaknya adalah 4,5 detk, lonjakan maksmum 8,49%. Waktu nak yang dhaslkan dengan = sektar,5 detk, waktu turunnya sektar 3,378 detk, waktu uncaknya adalah, detk, dan lonjakan maksmum 5,48%. Reson yang dhaslkan oleh kontrol ntegral n belum memenuh suhu yang dngnkan, karena reson sstem yang dhaslkan dharakan tdak terdaat lonjakan. Berkut adalah tabel besar kesalahan yang dhaslkan oleh = dan =. ontrol ntegral o Suhu ( C) sse xl

41 = = 0 o C 9 0 o C 5,806 Tabel 4. esalahan yang dhaslkan oleh = dan = Berdasarkan Tabel 4., suhu yang dhaslkan oleh kedua kontrol ntegral n memenuh suhu yang dngnkan ada suhu 0 o C, akan teta reson yang dhaslkan memunya kesalahan ada konds tunak. Semakn besar nla kontrol ntegral, kesalahan ada konds tunak semakn kecl. ontrol ntegral n tdak bsa dterakan ada sstem, karena menghaslkan reson sstem yang beroslas ontrol Proorsonal Integral ada Sstem Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds Persamaan (4.6) meruakan fungs transfer ada kontrol roorsonal ntegral dalam sstem kontrol tertutu. Persamaan (4.6) dengan atau = 7 dan = adalah æ 7( + )(, , 86) s 7 s+, 43s+ 0, 86 = m s s s ö ( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø ( s+ )( s+ ) æ 7( s+ )(, 43s+ 0, 86) 40, 43 0, 86 =. ö s( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø Invers Lalace dar adalah ( t) - s t, dengan rogram Male 9.5 deroleh -,04t -0,889t -0,040t { } = =- 7,95e -,476e + 0,49e + 0. Selanjutnya, konstanta = 0 dan = menyebabkan ersamaan (4.6) menjad xl

42 atau æ 0( + )(, , 86) s 0 s+, 43s+ 0, 86 = m s s s ö ( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø ( s+ )( s+ ) æ 0( s+ )(, 43s+ 0, 86) 00, 43 0, 86 =. ö s( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø Invers Lalace dar adalah ( t) - s t, dengan rogram Male 9.5 deroleh -,78994t -,999386t -0,03433t { } = = - 0,77e - 0, e + 0, e + 0. Grafk dalam Gambar 4.3 menyajkan ( t) dengan kontrol roorsonal ntegral ada t = 0 sama t = 5. Gambar 4.3 Reson Sstem ontrol Proorsonal Integral dengan = 7, = dan = 0, = Seert yang terlhat ada Gambar 4.3, suhu yang dhaslkan dengan kontrol roorsonal ntegral sesua dengan suhu yang dngnkan. Waktu nak yang dhaslkan dengan = 7, = sektar 0,867 detk, waktu uncak sektar,975 detk, waktu turun sektar 3,3443 detk, dan lonjakan maksmumnya 3,36%. Waktu nak yang dhaslkan dengan = 0, = sektar,387 detk, waktu uncaknya,40 detk, waktu turunnya sektar 3,084 detk, dan lonjakan maksmumnya 0,04%. xl

43 Reson yang dhaslkan oleh kontrol roorsonal - ntegral n memenuh suhu yang dngnkan, seert yang terlhat ada Tabel 4.3 dbawah n. ontrol roorsoanl - ntegral o Suhu ( C) = 7, = 0 C sse o 0 = 0, = 0 C o 0 Tabel 4.3 esalahan yang dhaslkan oleh = 7, = dan = 0, = Berdasarkan Tabel 4.3, suhu yang dhaslkan sesua dengan yang dngnkan, kesalahan ada konds tunak ada kontrol n daat dhlangkan dengan enambahan enguat ntegral reson menjad ceat stabl. Jad kontrol roorsonal - ntegral daat dterakan ada sstem n ontrol Proorsonal Dervatf ada Sstem Pemanas Ruangan tana Carrer Fluds Dengan konstanta = 7 dan = 4, menyebabkan ersamaan (4.7) yang meruakan fungs transfer dar kontrol roorsonal dervatf ada sstem kontrol tertutu menjad atau d ( 4 7)(, 43 0, 86) æ ( 4 + 7)(, , 86) s s+ s+ = m s s s ö ( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø ( s+ )( s+ ) æ ( 4s+ 7)(, 43s+ 0, 86) 0 4 7, 43 0, 86 =. ö s( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø Invers Lalace dar adalah ( t) - s t, dengan rogram Male 9.5 deroleh -0,9876t -0,9876t { } = = 7,9-0,889 e cosh(0,806 t) -,65e snh(0,806 t). Penambahan = 0 dan = 6 menyebabkan Persamaan (4.7) menjad d xl

44 atau ( 6 0)(, 43 0, 86) æ ( 6 + 0)(, , 86) s s+ s+ = m s s s ö ( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø ( s+ )( s+ ) æ ( 6s+ 0)(, 43s+ 0, 86) 0 6 0,43 0, 86 =. ö s( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø Invers Lalace dar adalah ( t), dengan rogram Male 9.5 deroleh - s = t = 8,49-0,5750e cosh(0,757t) -,345e snh(0,757t). -0,9466t -0,9466t { } Grafk dalam gambar 4.4 menyajkan t dengan = 7, = 4 dan d = 0, = 6 adalah sebaga berkut d Gambar 4.4 Reson Sstem ontrol Tertutu dengan = 7, = 4 dan d = 0, = 6 d Seert yang terlhat ada Gambar 4.4, dengan enambahan enguat dervatf, lonjakan reson ada konds awal daat dkurang. Waktu nak yang dhaslkan dengan = 7, = 4 sektar 5,8 detk, waktu uncaknya sektar d 0,3 detk, dan lonjakan yang dhaslkan sebesar 0,47%. Waktu nak yang xlv

45 dhaslkan dengan = 0, = 6 sebesar 8,5 detk, waktu uncak sebesar 0,34 detk, dan lonjakannya sebesar 0,34%. d Reson yang dhaslkan dengan kontrol n belum sesua dengan suhu yang dngnkan, karena suhu yang dhaslkan kurang dar 0 o C. Perhatkan Tabel 4.4 d bawah n. ontrol roorsonal - dervatf o Suhu ( C) = 7, = 4 7,9 o C,093 d sse = 0, = 6 8, 49 o C,53 d Tabel 4.4 esalahan yang dhaslkan oleh = 7, = 4 dan = 0, = 6 d d Berdasarkan Tabel 4.4, suhu yang dhaslkan dengan kontrol roorsonal dervatf tdak sesua dengan yang dngnkan. Semakn besar nla kombnas dar nla kontrol n, suhu yang dhaslkan semakn besar dan nla kesalahan ada konds tunak sstem semakn kecl. ontrol roorsoanal - dervatf n memerceat waktu turun. ontrol n tdak bsa dterakan ada sstem n ontrol Proorsonal Integral Dervatf ada Sstem Pemanas onstanta Ruangan tana Carrer Fluds d dberkan ada sstem, meskun desan telah denuh oleh kontrol roorsonal ntegral. Pengaruh kontrol roorsonal ntegral dervatf akan dseldk aakah memenuh desan yang dngnkan.. Dberkan = 7, =, = 4 d Persamaan (4.8), dengan = 7, = dan = 4 berubah menjad d ( 7s s 4)(, 43s 0, 86) æ ( )(, , 86) = m s s s s ö ( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø xlv

46 atau ( s + s+ )( s+ ) æ ( 7s + s+ 4)(, 43s+ 0, 86) 0 7 4,43 0, 86 = ö s( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø Invers Lalace dar adalah ( t) - s t, dengan rogram Male 9.5 deroleh -0,056t -0,493t -0,493t { } = = 0,5964e -,43e cos(0,6950t) - 4,564e sn(0,6950t) + 0. atau. Dberkan = 0, =, = 4 d Dengan = 0, =, = 4, ersamaan (4.8) menjad d ( 0s s 4)(, 43s 0, 86) æ ( )(, , 86) = m s s s s ö ( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø ( s + s+ )( s+ ) æ ( 0s + s+ 4)(, 43s+ 0, 86) 0 0 4, 43 0, 86 =. ö s( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø Invers Lalace dar adalah ( t) deroleh, dengan aket rogram Male 9.5 Grafk dalam Gambar 4.5 menyajkan ( t) = 7, =, = 4 dan = 0, =, = 4 adalah sebaga berkut d d dengan xlv

47 Gambar 4.5 Reson Sstem ontrol Tertutu dengan = 7, =, = 4 dan = 0, =, = 4 d d Seert yang terlhat ada Gambar 4.5, dengan enambahan kontrol PID membuat sstem menjad lebh beroslas dan butuh waktu lama untuk mencaa kestablan. Waktu nak untuk = 7, =, = 4 sektar,534 detk, waktu d uncak sektar,56 detk, dengan lonjakan maksmum sebesar 7,9%. Waktu nak untuk = 0, =, = 4 sektar 0,48 detk, waktu uncak sektar d,6 detk, dengan lonjakan maksmumnya sebesar 4,30%. Dengan enambahan kontrol PID sendr ternyata reson yang dhaslkan tdak memenuh suhu yang dngnkan. Perhatkan Tabel 4.5 d bawah n. ontrol roorsonal - ntegral - dervatf o Suhu ( C) = 7, =, = 4 0 C d = 0, =, = 4 0 C d sse o 0 o 0 Tabel 4.5 esalahan yang dhaslkan oleh = 7, =, = 4 dan = 0, =, = 4 d d Berdasarkan ada Tabel 4.5, suhu yang dhaslkan oleh kedua kontrol PID tersebut sesua dengan yang dngnkan. esalahan ada konds tunak ada sstem daat dhlangkan, teta reson yang dhaslkan kontrol n beroslas dan membuat sstem menjad tdak stabl yang mengakbatkan suhu menjad tdak nyaman dalam ruangan. ontrol PID dengan = 7, =, = 4 dan = 0, =, = 4 tdak bsa dterakan ada sstem n. d d 3. Dberkan = 0, =, = 6 d Persamaan (4.8), dengan = 0, =, = 6 menjad d xlv

48 atau ( 0s s 6)(, 43s 0, 86) æ ( )(, , 86) = m s s s s ö ( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø ( s + s+ )( s+ ) æ ( 0s + s+ 6)(, 43s+ 0, 86) 0 0 6,43 0,86 =. ö s( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø Invers Lalace dar adalah ( t) atau - s t -0, t { } = = 0, e, dengan rogram Male 9.5 deroleh -0, t -, e cos(0, t) -0, t - 3, e sn(0, t) + 4. Dberkan = 7, =, = 6 d Persamaan (4.8), dengan = 7, =, = 6 menjad d ( 7s s 6)(, 43s 0, 86) æ ( )(, , 86) = m s s s s ö ( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø ( s + s+ )( s+ ) æ ( 7s + s+ 6)(, 43s+ 0, 86) 0 7 6,43 0, 86 =. ö s( s +,s+ 0, 34) s+ ç ( s +,s+ 0, 34) è ø Invers Lalace dar adalah ( t) - s t -0, t { } = = Grafk dar t 0., dengan rogram Male 9.5 deroleh -,476e cos(0, t) -0, t - 3, e sn(0, t) , e -0, t. dengan = 0, =, = 6 dan d = 7, =, = 6 ada t = 0 sama t = 50 daat dlhat dalam Gambar 4.6. d xlv

VII AKSI DASAR PENGENDALIAN

VII AKSI DASAR PENGENDALIAN 110 VII ASI DASAR PENGENDALIAN Deskrs : Bab n memberkan gambaran tentang aks dasar engendalan dengan menggunakan engendal roorsonal, ntegral dan dervatf serta kombnasnya ada berbaga sstem kendal Objektf

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL MODEL MATEMATIA SISTEM THERMAL PENGANTAR Sstem thermal merupakan sstem yang melbatkan pemndahan panas dar bahan yang satu ke bahan yang lan. Sstem thermal dapat danalsa dalam bentuk tahanan dan kapastans,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT

PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT 06 06 PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT Tujuan: Mhs mengenal dan mamu menjelaskan sstem engendalan uman-balk lanjut dan engendalan uman-maju secara umum. Mater: 1. Alkas Pengendalan Uman Balk ada Proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111

Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATURE, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER DI PT. PETROWIDADA GRESIK Oleh (Novan Yudha A, Ir.Ronny Dw Noryat, M.Kes, Imam Abad, ST.MT) Jurusan Teknk Fska

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN BENSOL SEBAGAI BAHAN BAKAR MOTOR EMPAT LANGKAH 105 CC DENGAN VARIASI CDI TIPE STANDAR DAN RACING

TUGAS AKHIR KAJIAN TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN BENSOL SEBAGAI BAHAN BAKAR MOTOR EMPAT LANGKAH 105 CC DENGAN VARIASI CDI TIPE STANDAR DAN RACING TUGAS AKHIR KAJIAN TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN BENSOL SEBAGAI BAHAN BAKAR MOTOR EMPAT LANGKAH 105 CC DENGAN VARIASI CDI TIPE STANDAR DAN RACING Dajukan guna memenuh persyaratan untuk mencapa derajat Sarjana

Lebih terperinci

Oleh : Harifa Hanan Yoga Aji Nugraha Gempur Safar Rika Saputri Arya Andika Dumanauw

Oleh : Harifa Hanan Yoga Aji Nugraha Gempur Safar Rika Saputri Arya Andika Dumanauw Oleh : Harfa Hanan Yoga A Nugraha Gemur Safar ka Sautr Arya Andka Dumanau Dosen : Dr.rer.nat. Ded osad, S.S., M.Sc. Program Stud Statstka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Unverstas Gadah Mada

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

Review Thermodinamika

Review Thermodinamika Revew hermodnamka Hubungan hermodnamka dan Mekanka tatstk hermodnamka: deskrps fenomenologs tentang sfatsfat fss sstem makroskopk dalam kesetmbangan. Phenomenologs : mendasarkan pada pengamatan emprs terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA NGEMBAG PONOROGO SKRIPSI

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA NGEMBAG PONOROGO SKRIPSI ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA NGEMBAG PONOROGO SKRIPSI dajukan untuk memenuh tugas dan melengkap sebagan syarat-syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) Progam Stud Manajemen

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI TUGAS AKHIR ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI Oleh: Nmas Puspto Pratw Dosen Pembmbng : Dr.Gunawan Nugroho, S.T,M.T Nur Lala Hamdah, ST.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser. Fakultas Teknik Elektro 1

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser. Fakultas Teknik Elektro 1 PHOTODETECTOR NOISE Ref : Keser Fakultas Teknk Elektro 1 Nose Detektor Foto S Daya snyal dr arus foto --- = ------------------------------------------------------------------ N Daya nose detektor foto

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser PHOTODETECTOR NOISE Ref : Keser 1 Nose Detektor Foto S Daya snyal dr arus foto --- ------------------------------------------------------------------ N Daya nose detektor foto + daya nose enguat Sumber

Lebih terperinci

AHFAIZIN NIM : SKRIPSI

AHFAIZIN NIM : SKRIPSI ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PRODUKTIVITAS PEGAWAI DI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Dsusun untuk memenuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Matematka dbag menjad beberapa kelompok bdang lmu, antara lan analss, aljabar, dan statstka. Ruang barsan merupakan salah satu bagan yang ada d bdang

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF SISWA KELAS II SDN ANGKATAN LOR 02 KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN 2011 / 2012

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

I BBB TINJAUAN PUSTAKA

I BBB TINJAUAN PUSTAKA I BBB TINJAUAN PUTAKA. Pendahuluan Dalam enulsan mater okok dar skrs n derlukan beberaa teor-teor yang mendukung, yang menjad uraan okok ada bab n. Uraan dmula dengan membahas dstrbus varabel acak kontnu,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Validitas Metode Penggabungan Respon (Indeks Penampilan Tanaman, IPT)

Evaluasi Tingkat Validitas Metode Penggabungan Respon (Indeks Penampilan Tanaman, IPT) Evaluas Tngkat Valdtas Metode Penggabungan Reson (Indeks Penamlan Tanaman, IPT) 1 Gust N Adh Wbawa I Made Sumertajaya 3 Ahmad Ansor Mattjk 1 Mahasswa S3 Pascasarjana Statstka IPB,3 Staf Pengajar Deartemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen.

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ctra dgtal merupakan ctra hasl dgtalsas yang dapat dolah pada suatu komputer dgtal [12]. Ctra dgtal tersusun atas sejumlah elemen. Elemen-elemen yang menyusun ctra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG LINGKUNGAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT KELAS I SDN JAMBEAN 03 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011

Lebih terperinci

Taksiran Kurva Regresi Spline pada Data Longitudinal dengan Kuadrat Terkecil

Taksiran Kurva Regresi Spline pada Data Longitudinal dengan Kuadrat Terkecil Vol. 11, No. 1, 77-83, Jul 2014 Taksran Kurva Regres Slne ada Data Longtudnal dengan Kuadrat Terkecl * Abstrak Makalah n mengka tentang estmas regres slne khususnya enggunaan ada data longtudnal. Data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

ANALISIS PEUBAH GANDA (MULTIVARIATE ANALYSIS

ANALISIS PEUBAH GANDA (MULTIVARIATE ANALYSIS ANALISIS PEUBAH GANDA (MULTIVARIATE ANALYSIS Pengantar Analss Peubah Ganda Dr.Ir. I Made Sumertajaya, MS Deartemen Statstka-FMIPA IPB Emal : kulah_ag@yahoo.com Password: akmade Mater APG No I II III IV

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci