Kolaborasi antara Respons Pembaca dan Pilar Karakter Bangsa dalam Menggali Makna Tersirat Wacana Narasi untuk Pembentukan Karakter Siswa
|
|
- Dewi Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kolaborasi antara Respons Pembaca dan Pilar Karakter Bangsa dalam Menggali Makna Tersirat Wacana Narasi untuk Pembentukan Karakter Siswa Rita Inderawati Universitas Sriiwijaya Materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang disajikan dalam buku teks di bawah naungan kurikulum apa pun pada semua tingkat pendidikan telah menunjukkan karakteristik ke arah pembentukan karakter. Meskipun tidak tertuang secara eksplisit, materi ajar dalam buku teks tersebut dapat menggiring peserta didik dalam mengembangkan karakter. Materi ajar telah dipaparkan dalam tema atau topik yang sesuai dengan kurikulum. Berdasarkan tema atau topik dikembangkan berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat membentuk karakter peserta didik. Sebagai contoh, Bersahabat dengan Kesetiaan, topik dalam pelajaran 6 buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia 1 untuk SMP membahas kegiatan berikut: (1) menuliskan dan menyimpulkan isi wawancara, (2) kegiatan kreatif mengubah wawancara menjadi narasi, (3) memaknai cerpen, (4) mengenali tokoh, watak, dan cara penokohan, (5) mendiskusikan pelaku dan perwatakan, dan (6) berlatih membacakan cerpen sesuai isi,suasana, suara, dan kekhasan watak tokoh (Suparno, dkk., 2008). Ironisnya, antara topik dengan kegiatan-kegiatan yang dikemas di dalamnya tidak saling mendukung. Meskipun demikian, kegiatan-kegiatan pembelajaran tersebut sebenarnya telah menyiratkan upaya pembentukan karakter peserta didik. Pembentukan karakter peserta didik diharapkan mampu diwujudkan melalui pembelajaran bahasa. Berdasarkan pengamatan penulis, materi ajar dalam buku-buku teks pembelajaran bahasa dan sastra dapat mewujudkan harapan membentuk karakter generasi penerus bangsa karena kegiatankegiatannya mengindikasikan ke arah terbentuknya karakter. Namun, harapan tersebut baru sebatas tataran wacana mengingat kegiatan-kegiatan yang dirancang hanya mengadopsi perspektif efferent. Perspektif selintas tersebut hanya menajamkan aspek kognisi peserta didik. Rosenblatt (1987) menyarankan penerapan perspektif estetik yang mampu menajamkan aspek afeksi peserta didik. Dengan demikian, untuk mengarahkan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, pendidik seyogyanya dapat menerapkan perspektif estetik untuk membekali peserta didik yang tidak hanya tajam pikiran, tetapi juga perasaan. Untuk mencapai pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang berperspektif estetik, penulis telah melakukan penelitian dan pengembangan terhadap teori strategi respons pembaca dalam satu dasawarsa ini. Strategi respons pembaca telah penulis teliti dan kembangkan dengan mengolaborasinya dengan teori lainnya, seperti respons simbol visual, psikosastra, dan pembentukan karakter melalui penulisan tesis (2001), disertasi (2005), dan penelitian-penelitian dikti dimulai dari Hibah Kompetitif PHK A2 JPBS FKIP Unsri (2007), Hibah Bersaing Dikti selama dua tahun ( ), Hibah Potensi Pendidikan Dikti (2009), dan Hibah Kompetensi Dikti( ) selama tiga tahun. Berdasarkan hasil kolaborasi antara teori strategi respons pembaca dan pembentukan karakter bangsa yang ditata dalam instrumen apresiasi sastra yang valid, diharapkan peserta didik tidak hanya mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dari karya sastra, tetapi juga menggali makna yang tersirat dalam cerpen yang dibaca karena esensi dari tujuh respons pembaca adalah mencerdaskan kognisi dan afeksi siswa. Sementara itu, sembilan pilar karakter bangsa dapat dieksplorasi dari dalam diri tokoh cerita. Hasil yang diharapkan ini tidak dapat ditemukan dalam kompetensi dasar silabus KTSP. Rosenblatt dalam Rudy (2005:81) merinci pentingnya kehadiran sastra dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) sastra mendorong kebutuhan atas imajinasi dalam demokrasi, 2) sastra mengalihkan imajinasi dan perilaku, sikap emosi, dan ukuran nilai sosial serta pribadi, 3) sastra menyajikan kemungkinan perbedaan pandangan hidup, pola hubungan, dan filsafat, 4) sastra membantu pemilihan imajinasi yang berbeda melalui pengalaman mengkaji karya sastra, 5) pengalaman sastra memungkinkan pembaca memandang kepribadiannya sendiri dan masalah-masalahnya secara objektif dan
2 memecahkannya dengan lebih baik, dan 6) sastra memberikan kenyataan kepada orang dewasa sistem nilai yang berbeda sehingga mereka terbebas dari rasa takut, bersalah dan tidak pasti. Sepakat dengan rincian Rosenblatt di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek kecerdasan, kebajikan, moral, dan kebijaksanaan dapat ditingkatkan melalui sastra. Kecerdasan emosional peserta didik dapat diberdayakan dengan mengaktifkan penafsiran terhadap karya sastra secara bebas, liar, dan meronta-ronta, bukan gaya (genre) sastra, siapa tokoh cerita atau siapa pengarangnya yang menjadi motor pencerdas tersebut. Dengan kata lain, apresiasi dan interpretasi terhadap karya sastra mampu menjadi motor penggerak yang efektif untuk meningkatkan aspek-aspek tersebut. Makalah ini memaparkan kolaborasi respons pembaca dan pilar karakter bangsa dalam membentuk karakter peserta didik di sekolah menengah dengan menggali makna tersirat dalam wacana narasi. Kolaborasi Respons Pembaca dan Pilar Karakter Bangsa Manfaat pembelajaran sastra sudah sangat banyak dikemukakan para ahli sastra. Ironisnya, teoriteori yang membahas manfaat pembelajaran tersebut belum tersentuh sampai pada tataran praktis. Untuk mencapai tataran praktis, teori-teori tersebut harus dieksplorasi dan dianalisis ke arah terciptanya pembelajaran sastra yang estetik, pembelajaran yang mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembelajaran sastra yang dapat mengembangkan ketiga aspek penting tersebut telah diteliti dan dikembangkan. Rudy (2001) menemukan bahwa apresiasi sastra dengan mengaplikasikan strategi respons pembaca dapat meningkatkan kemampuan apresiasi sastra mahasiswa. Pada tahun 2005, Rudy meneliti bahwa kemampuan menulis siswa SD dapat meningkat dengan mengapresiasi karya sastra yang menggunakan respons pembaca dan simbol visual. Jejak penelitian yang mengangkat respons pembaca dan respons simbol visual sebagai paradigma baru apresiasi sastra yang mementingkan peran pembaca ketika bergaul dengan karya sastra diikuti oleh peneliti-peneliti lainnya sebagai bukti bahwa kolaborasi kedua respons efektif meningkatkan kemampuan mengapresiasi karya sastra yang tidak hanya mencerdaskan kognisi tetapi juga afeksi peserta didik. Selain itu, hasil penelitian tersebut diaplikasikan dalam pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan setidaknya oleh para peneliti lanjutan dan mahasiswa yang telah menjadi subjek penelitian. Dengan demikian, kolaborasi respons hasil penelitian menjadi obat mujarab yang ampuh (panasea) bagi pembentukan karakter peserta didik karena unsur-unsur pembangun karya sastra bukan hanya diidentifikasi tetapi dieksplorasi tanpa takut terbelenggu dalam kata-kata. Selanjutnya, strategi respons pembaca yang dikedepankan oleh Beach dan Marshall (1991) terdiri atas respons merinci isi cerita, menjelaskan tindakan tokoh cerita, memahami tindakan tokoh cerita, menafsirkan apa yang tengah terjadi, menyertakan perasaan dan pikiran terhadap apa yang dialami tokoh cerita, menilai jalan cerita dan pengarangnya, serta menghubungkan isi cerita dengan pengalaman siswa, kehidupan sosial, budaya, dan kepercayaannya. Sedangkan pilar karakter bangsa yang diusung Megawangi (2004) terdiri atas: 1) cinta tuhan dan alam semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian, 3) kejujuran, hormat dan sopan santun, 5) kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama, 6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, 8) baik dan rendah hati, dan 9) toleransi, cinta damai, dan persatuan. Kedua teori ini telah dikolaborasikan menjadi instrumen apresiasi yang valid untuk pembentukan karakter. Peserta didik dapat mengaplikasikan instrumen tersebut dalam menggali makna tersirat dari paparan dan tindakan tokoh cerita dalam wacana narasi yang tersusun dalam 10 pertanyaan berikut. 1. Berdasarkan dialog pemeran, menurut Anda siapa yang menjadi tokoh protagonis dan antagonis dalam cerita ini? Menurut Anda bagaimana tokoh protagonis tersebut dan apa yang dilakukannya sehingga ia disebut tokoh yang baik? Sukakah Anda padanya? Mengapa? 2. Adakah tokoh cerita yang anda benci? Siapa? Mengapa Anda membencinya? Sifat-sifat apa yang ada pada dirinya yang tidak Anda sukai?
3 3. Dimana cerita ini terjadi? Suka atau tidak sukakah Anda pada latar cerita? Mengapa? 4. Peristiwa apa yang Anda anggap penting dalam cerita itu? Mengapa penting? 5. Dapatkah Anda merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh cerita? Apa yang dirasakannya? Apakah Anda akan melakukan hal yang sama dilakukan tokoh cerita protagonis? Mohon dijelaskan. Dapatkah Anda membayangkan apa yang telah terjadi? Mohon beri penjelasan. 6. Sifat manakah yang muncul dalam diri tokoh cerita yang protagonis? jujur, baik dan rendah hati, dan tanggung jawab, disiplin, dan mandiri. Mengapa tokoh cerita yang bersifat protagonis bertindak demikian? Menurut Anda bagaimana tindakan tokoh protagonis dalam cerita itu? Setuju atau tidakkah tindakan yang dilakukan tokoh antagonis dalam cerita? Mengapa? 7. Pilihlah satu kata penting menurut Anda dari cerita yang telah dibaca. Mengapa kata itu sangat bermakna bagi Anda? 8. Punyakah Anda pengalaman yang serupa dengan isi cerita? (Bila tidak, Anda boleh mencoba menghubungkan isi cerita dengan yang mungkin dialami oleh saudara, orang tua, kakek, nenek, bahkan teman atau tetangga anda? Pernahkah Anda menonton film yang hampir sama dengan cerita ini atau buku cerita lain yang pernah Anda baca? Coba Anda ceritakan itu dan hubungkan dengan cerita ini. Coba Anda hubungkan cerita ini dengan kehidupan sosial, budaya, dan agama Anda. Bagaimana menghubungkannya? 9. Coba anda hubungkan atau ceritakan, bagaimana tokoh cerita yang anda anggap sebagai tokoh yang baik menunjukkan hal berikut: kasih sayang, peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, cinta Tuhan dan alam semesta, toleransi, cinta damai, dan persatuan (Bila tergambar pada diri tokoh protagonis dalam cerita, anda perlu beri alasan) 10. Menarikkah jalan ceritanya? Mohon dijelaskan. Bermanfaatkah cerita ini? Manfaat apakah yang Anda peroleh setelah membaca cerita ini? Apa pendapat Anda tentang pengarang cerita ini? Makna Tersirat Wacana Narasi dalam KTSP Memaknai cerita naratif tidak semudah memaknai cerita deskriptif. Dalam cerita naratif terdapat tiga jenis makna, yaitu: alegoris, realistis, dan simbolis. Dalam makna alegoris, kata kebenaran berkaitan dengan moral, politik, dan kepercayaan dibangun berdasarkan tokoh cerita, alur dan latar cerita. Oleh karena itu, apa yang terjadi dalam wacana alegoris tidak realistis dan tidak sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Selanjutnya, makna muncul dalam peristiwa yang sebenarnya dalam wacana narasi realistis. Rampan (1999:7) menyontohkan Perjalanan dalam Kelam sebagai sebuah narasi realistis. Sementara itu, dalam narasi simbolistis, makna terletak di antara makna alegoris dan makna realistis, seperti yang dicontohkan oleh Rampan (1999:78) yaitu Antara Kristus dan Isytar. Wacana narasi biasanya digambarkan secara tersurat oleh pengarang, namun dalam beberapa kasus pengarang menyampaikan pesan secara implisit. Pesan yang sampaikan secara implisit tersebut dapat menyulitkan peserta didik dalam memahami isi wacana. Apabila pesan dalam cerita sulit mencapai logika mereka, maka peran karya sastra sebagai menyambung rasa tidak bermakna apa-apa. Oleh karena itu, instrumen apresiasi dibutuhkan dalam mengeksplorasi makna yang tersirat dalam wacana narasi. Dalam silabus KTSP untuk siswa sekolah menengah atas, kompetensi dasar dari kegiatan membaca wacana narasi adalah menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik, juga menemukan nilai budaya, agama, dan sosial. Sementara itu, indikator dari kompetensi itu adalah mengidentifikasi unsurunsur (tema, penokohan, dan amanat) cerita pendek yang telah dibaca dan mengaitkan unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar lainnya adalah menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman, sedangkan indikatornya adalah (1) mengidentifikasi karakteristik cerita rakyat yang didengarkan, (2) menentukan isi dan atau amanat yang terdapat di dalam cerita rakyat, (3) menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat, (4) membandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan nilai-nilai masa kini dengan menggunakan kalimat yang efektif, dan (5) mengungkapkan kembali cerita rakyat dalam bentuk sinopsis. Kedua kompetensi dasar tersebut mengindikasikan bahwa wacana narasi apa pun jenisnya dapat digunakan untuk membentuk karakter peserta didik, namun bila diamati
4 secara mendalam, indikator yang berada dalam kompetensi tersebut termasuk dalam tataran perspektif efferent karena kata kunci dari perspektif itu adalah mengidentifikasi. Eksplorasi Makna Tersirat Wacana Narasi dalam Membentuk Karakter Wacana narasi memiliki muatan nilai yang sangat beragam. Nilai-nilai tercermin dalam tingkah laku, tindakan, kebiasaan, serta sikap pikiran tokoh cerita ketika ia menghadapi masalah dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Nilai-nilai tersebut biasanya digambarkan secara tersirat dalam cerita dan pembaca dalam hal ini peserta didik dapat menggali makna yang bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam cerita pendek Ebola, yang diterjemahkan oleh Soeprijadi Tomodiharjo, makna tersirat yang ingin disampaikannya tercermin dalam pertanyaan, Apakah makna Ebola yang menjadi judul cerita? Pertanyaan-pertanyaan lain seperti siapa, apakah, dan mengapa yang tersebar dalam tujuh pertanyaan setelah membaca cerpen tersebut mengindikasikan bahwa indikator dari kompetensi dasar membaca adalah mengidentifikasi apa yang tersurat dalam cerita. Pertanyaan dengan respons mengidentifikasi sulit membentuk karakter peserta didik. Sebagai perbandingan, eksplorasi makna tersirat dalam wacana narasi dengan mengaplikasi respons pembaca dan pilar karakter bangsa dapat menjadi sangat bermanfaat bagi pengembangan pikiran dan perasaan peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik dapat merinci isi cerita, memahami perilaku dan tindakan tokoh cerita, menjelaskan tingkah laku tokoh cerita, menafsirkan isi cerita, menghubungkan isi cerita dengan pengalaman, budaya, dan agama yang dianut peserta didik, menyertakan perasaan, pikiran, dan imajinasi peserta didik, serta menilai isi cerita dan pengarangnya. Sebagai contoh, setelah membaca cerpen Ebola, peserta didik dapat menghubungkan atau menceritakan tokoh cerita yang dianggap sebagai tokoh yang baik menunjukkan hal berikut: kasih sayang, peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, cinta Tuhan dan alam semesta, toleransi, cinta damai, dan persatuan (pertanyaan #9). Hasil penelitian Rudy (2010) menunjukkan bahwa pertanyaan #9 dapat dijawab dengan cukup baik oleh responden setelah membaca cerpen Sekar dan Gadisnya yang dikarang oleh L. Rieke seperti yang tertuang dalam tabel 1. Tabel 1: Ilustrasi Tokoh Cerita Protagonis No KARAKTER ILUSTRASI 1 Kasih sayang 1. Rajin menanyakan keadaan anak 2. Sayang anak dan rajin menasehati 3. Tetap mengurus anaknya 2 Peduli Peduli terhadap sifat dan masa depan anaknya 3 Kerja sama Membentuk perilaku anak 4 Percaya diri Yakin yang dikerjakan akan berhasil 5 Kreatif, kerja keras, pantang menyerah 1. Sekar ingin mendekati anaknya 2. Bekerja keras demi anaknya 6 Cinta Tuhan dan alam - 7 Toleransi, cinta damai, dan persatuan - Sumber: Rudy (2010) Tabel 1 merinci hasil eksplorasi responden terhadap tokoh cerita dalam cerpen yang dibacanya. Mereka mencoba menemukan adanya karakter yang mungkin muncul dalam diri tokoh cerita dan mengilustrasikan temuannya. Peserta didik dapat pula menggali sifat yang muncul dalam diri tokoh cerita yang protagonis, seperti jujur, baik dan rendah hati, dan tanggung jawab, disiplin, dan mandiri (pertanyaan #6), memaknai manfaat cerita ini dan mengeksplorasi manfaat yang dapat diperoleh setelah membaca cerita, serta mengungkapkan pendapat tentang pengarang cerita (pertanyaan #10), dan memilih satu kata yang menurutnya penting dan memberikan alasan (pertanyaan #7). Menjawab pertanyaan #6, tindakan tokoh
5 cerita sangat diapresiasi oleh seluruh subjek penelitian sebagai bukti bahwa kasih sayang ibu tiada tandingannya, wujud kasih sayang dan tanggung jawab ibu kepada anaknya, tokoh Sekar ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, dan ia juga tidak ingin anaknya bernasib sama dengannya. Tindakan tokoh Sekar sebagai tokoh protagonis baik, luar biasa, menarik, tanggung jawab, tepat, sayang kepada anaknya meskipun secara diam-diam, disiplin, bijaksana, cukup tegas, perhatian, teladan, bekerja keras, tegar, rendah hati, pemaaf, dan mandiri. Sementara itu, pertanyaan #10 direspons sangat bermanfaat oleh semua responden karena cerita tersebut mengingatkan wanita dalam memilih pendamping hidup, mengajarkan pembaca untuk menghormati orang tua, mengandung nilai-nilai positif, menunjukkan pentingnya keharmonisan dalam keluarga, memberi hikmah yang besar, dan membantu membentuk kepribadian. Hasil penelitian Rudy terhadap mahasiswa dalam merespons cerita dengan menggunakan kolaborasi respons pembaca dan teori pembentukan karakter dapat diaplikasikan di tingkat sekolah menengah karena materi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia sering menampilkan teks narasi yang selama ini hanya diidentifikasi oleh siswa bukan dieksplorasi. Simpulan Wacana narasi mengandung makna tersirat yang dapat digunakan peserta didik untuk membangun karakternya. Penggalian nilai-nilai yang terkandung di dalam wacana naratif dapat diwujudkan dengan mengolaborasikan respons pembaca dan pilar karakter bangsa. Respons pembaca menggiring peserta didik untuk merinci isi cerita, menjelaskan dan memahami perilaku tokoh cerita, menafsirkan isi cerita, menyertakan perasaan, pikiran, dan imajinasi, menghubungkan isi cerita dengan pengalaman, cerita lain, film yang pernah ditontonnya, kehidupan sosial dan kepercayaan, serta menilai cerita dan pengarangnya. Sementara itu, pilar karakter bangsa dapat ditemukan dalam diri tokoh cerita protagonis setelah penggalian makna dengan bantuan respons pembaca. Daftar Pustaka Beach, R.W. & J.D. Marshall Teaching Literature in the Secondary School. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Megawangi, Ratna Pendidikan Karakter: Solusi Tepat untuk Membangun Bangsa. Indonesia Heritage Foundation, dalam Sofyan Djalil dan Ratna Megawangi (2006). Peningkatan Mutu dan Pendidikan di Acehmelalui Implementasi Model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter, Orasi pada Rapat Senat Terbuka dalam Rangka Dies Natalis Universitas Syahkuala-Banda Aceh, 2 September Rampan, Korrie Layun Sekar dan Gadisnya. Aliran Jenis Cerita Pendek. Jakarta: Balai Pustaka. Rosenblatt, Louise M The Reader, the Text, the Poem: The Transactional Theory of the Literary Work. Illinois: Southern Illinois University Press Rudy, Rita Inderawati Model Respons Nonverbal dan Verbal dalam Pembelajaran Sastra untuk Mengembangkan Keterampilan Menulis Siswa SD: Studi Kuasi-Eksperimen di SD Negeri ASMI I, III, V Kota Bandung Tahun Ajaran 2003/2004. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana UPI. Rudy, Rita Inderawati, Dinar S., dan Zuraidah Model Pembelajaran Sastra dalam Pendidikan Bahasa Inggris. Lingua: Jurnal Bahasa dan Sastra. Vol 9/No.1. Rudy, Rita Inderawati Konsep Literature for All dan Literature across Curriculum dalam Mengapresiasi Karya Sastra bagi Mahasiswa Calon Guru di FKIP Universitas Sriwijaya untuk Mengembangkan Karakter Siswa. Laporan Hibah Kompetensi Tahun I. Dibiayai oleh Direktorat
6 Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Penelitian Hibah Kompetensi Nomor: 382/SP2H/PP/DP2M/VI/2010 tanggal 11 Juni 2010 Suparno, Sumadi, E.T. Priyanti, Harsiati, T., Nurhadi, Hamidah, S.C Bahasa dan Sastra Indonesia I untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: PT Bumi Aksara Tomodihardjo, Soeprijadi. Ebola, dalam Suryanto, A. & Haryanto, A Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X.
Rita Inderawati Rudy, Erlina Hamid, Ali Masri, & Ansori JPBS FKIP Universitas Sriwijaya ABSTRAK
Apresiasi Cerpen Sekar dan Gadisnya dan Persepsi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya terhadap Pentingnya Sastra dalam Mengembangkan Karakter Rita Inderawati Rudy, Erlina Hamid, Ali Masri, &
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Bab V dapatlah ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. 6.1 Simpulan Memperhatikan rumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciABSTRAK
STIMULUS KESANTUNAN BERBAHASA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK Octaria Putri Nurharyani Roch Widjatini Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: octariaputri97@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing memiliki keunikan sendiri-sendiri, demikian pula dibidang sastra, Indonesia sangat kaya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sebuah karya sastra yang bermanfaat bagi masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan buah karya dari seorang pengarang, dengan menghasilkan sebuah karya sastra pengarang mengharapkan karyanya dapat dinikmati dan dipahami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan media komunikasi yang menyajikan keindahan dan memberikan makna terhadap kehidupan dan pemberian pelepasan ke dunia imajinasi (Budianta, 2006:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam
Lebih terperincia. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum
BAB V BAHAN AJAR TEKS SASTRA DI SMP A. Dasar Pemikiran Hasil kajian struktur dan nilai-nilai moralpada cerpen-cerpensurat kabar Suara Merdeka yang telah dilakukan perlu ditindaklanjuti dengan menawarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga kehidupannya dengan bahasa sebagai media penyampaiannya. Sastra merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang harus dilaksanakan oleh guru. Guru harus dapat melaksanakan pembelajaran sastra dengan menarik.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada karya sastra, bahasa yang dipergunakan berbeda dengan karya ilmiah. Dalam karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk pengungkapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN MELALUI MOD EL D ISCOVERY LEARNING BERBASIS NILAI - NILAI KARAKTER
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cerpen atau cerita pendek merupakan salah satu genre sastra yang berbentuk prosa. Cerita yang ada di dalam cerpen dikemas dengan ringkas. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan
Lebih terperinciANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA
ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA oleh INEU NURAENI Inneu.nuraeni@yahoo.com Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciNILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan tokoh-tokoh pada novel tersebut, dapat ditemukan beberapa nilai pendidikan karakter
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Life Skills untuk Kelas Permulaan Sekolah Dasar Oleh Ketua Dr. Arju Muti'Ah, M.Pd NIDN:0012036007 Anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:
Lebih terperinciPeningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciNILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan naturalistik yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan naturalistik yang menghendaki interaksi langsung secara intensif dan mendalam terhadap sumber
Lebih terperinciBAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN
BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran
Lebih terperinciJURNAL PENELITIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI
JURNAL PENELITIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan
Lebih terperinci89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa
89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XI Semester : 1 Standar : Mendengarkan 1. Memahami berbagai informasi dari sambutan/khotbah dan 1.1 Menemukan pokok-pokok isi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel
Lebih terperinciMODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS
Lebih terperincimelibatkan imajinasinya, pengetahuannya, pengalamannya, perasaannya pada saat mereka berinteraksi dengan teks sastra. Peluang ini harus diciptakan
A. PENGANTAR Kegiatan bersastra berarti memperoleh pengalaman di bidang sastra. Pengalaman bersastra menunjukkan bagian aktivitas yang senantiasa melibatkan bagaimana proses pemahaman terus-menerus berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu
Lebih terperinciProsiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi 2012
PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN PERSPEKTIF MULTIKULTURAL: STUDI DESKRIPTIF PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS KARAKTER PADA SEKOLAH MULTIKULTURAL SD SLAMET RIYADI BANDUNG Isah Cahyani Fakultas Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciSILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks. Materi Pembelajaran.
SILABUS Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks Aspek Standar : Mendengarkan : 1. Memahami informasi melalui tuturan Dasar 1.1. Menyimpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research atau
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research atau dikenal juga dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra pada hakikatnya berisi cerita kehidupan manusia dan lingkungannya. Cerita itu ditulis berdasarkan nilai serta pengertian dan perasaan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di SMA Negeri 2 Batu, pembelajaran sastra masih kurang maksimal untuk mengapresiasi pementasan drama. Hal ini terjadi karena dengan metode memutarkan video
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,
Lebih terperinciANALISIS TOKOH UTAMA NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL, RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
ANALISIS TOKOH UTAMA NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL, RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Heri Sutrisno Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-6 Tahun merupakan usia yang sangat menentukan pembentukan karakter dan kecerdasan seorang anak.anak pada usia dini berada pada proses perkembangan yang sangat
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan pun merupakan salah satu unsur intrinsik penting yang membangun jalannya cerita.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dibahas dalam bab ini didasarkan pada temuantemuan
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas dalam bab ini didasarkan pada temuantemuan penelitian pada Bab IV. Pada dasarnya, bab ini membahas perkembangan kualitas pembelajaran
Lebih terperinciANALIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA KUMPULAN CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA
ANALIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA KUMPULAN CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Agung Prasetyo Program StudiPendidikanBahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan membaca
Lebih terperinci32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)
32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang
Lebih terperinciMenggagas Forum Literature for All yang Mensinergikan Sastra dan Bahasa dalam Membentuk Karakter Mahasiswa
Menggagas Forum Literature for All yang Mensinergikan Sastra dan Bahasa dalam Membentuk Karakter Mahasiswa Rita Inderawati Rudy JPBS FKIP Universitas Sriwijaya Palembang Surel: ritarudisaid@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR SERIBU PENA BAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XII KARANGAN PUDJI ISDRIANI TERBITAN ERLANGGA TAHUN 2009 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN 2.1 Tinjauan pustaka Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai titik tolak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan
` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.
Lebih terperinci2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs
2. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMP/MTs KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Karya sastra sebagai hasil kreatif seorang pengarang tidak dapat lepas dari masyarakatnya. Seorang pengarang ketika mencipta sebuah karya sastra
Lebih terperinciRESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR. Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin
RESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin Email: buyunga50@gmail.com ABSTRACT The problem in this research was the reception of students
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.
BAB I PENDAHULUAN Bab satu ini membahas tentang latar belakang permasalahan mengenai assesment afektif yang merupakan penilaian pada jenjang pendidikan selain penilaian kognitif dan psikomotor. Pada sub
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan
Lebih terperinciBAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
55 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yakni metode penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah karya seni merupakan suatu kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa dalam kegiatan pembelajaran. Bagi peserta didik yang sedang menuntut ilmu
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA
KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,
Lebih terperinciRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah :... Pertemuan Ke- : 1, 2, 3 Alokasi Waktu : 3 x 40 menit Standar Kompetensi : Memahami isi berita dari radio/televisi Kompetensi Dasar : 1. Menemukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum merupakan salah satu instrumen dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia diwarnai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori
BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,
Lebih terperinciANALISIS NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL ORANG CACAT DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI
ANALISIS NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL ORANG CACAT DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Oleh: Siti Ma rifatul Khoeriah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciNILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Eko Widodo Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
Lebih terperinci