KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 telah dapat diterbitkan. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal bidang kesehatan di Provinsi Jawa Tengah adalah Profil Kesehatan Provinsi. Data yang digunakan dalam proses penyusunan Profil ini bersumber dari berbagai unit kerja baik lintas program dilingkungan kesehatan maupun lintas sektor dengan didukung data dari kabupaten/kota yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran data sehingga keluaran data tersebut menjadi valid, akurat dan relevan. Sebagian dari indikator yang tercantum dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 merupakan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011, kami sampaikan terima kasih. Semarang, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Dr. Anung Sugiantono, M.Kes Pembina Utama Madya NIP ii

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 telah dapat diterbitkan. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal bidang kesehatan di Provinsi Jawa Tengah adalah Profil Kesehatan Provinsi. Data yang digunakan dalam proses penyusunan Profil ini bersumber dari berbagai unit kerja baik lintas program dilingkungan kesehatan maupun lintas sektor dengan didukung data dari kabupaten/kota yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran data sehingga keluaran data tersebut menjadi valid, akurat dan relevan. Sebagian dari indikator yang tercantum dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 merupakan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011, kami sampaikan terima kasih. Semarang, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Dr. Anung Sugiantono, M.Kes Pembina Utama Madya NIP ii

3 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Tabel Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika Penyajian BAB II GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Geografi B. Keadaan Penduduk. 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk. 2. Rasio Jenis Kelamin Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur C. Keadaan Ekonomi.. 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 2. Angka Beban Tanggungan. D. Keadaan Pendidikan.. i ii iii vii x xi BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Angka Kematian.. 1. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita Angka Kematian Ibu 4. Angka Kematian Lalu Lintas B. Angka Kesakitan 1. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Acute Flaccid Paralysis (AFP) Prevalensi Tuberculosis Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA (+) Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani. 6. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan kematian karena AIDS Jumlah Kasus Baru Infeksi Menular Seksual lainnya Donor Darah Diskrining terhadap HIV Kasus Diare Ditangani Prevalensi Kusta Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue Angka Kematian Demam Berdarah Dengue Angka Kesakitan Malaria Angka Kematian Malaria iii

4 BAB IV 16. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani 17. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).. a. Difteri. b. Pertusis... c. Tetanus (Non Neonatorum)... d. Tetanus Neonatorum.. e. Campak f. Polio... g. Hepatitis B Penyakit Tidak Menular a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah 1) Hipertensi 2) Stroke. 3) Dekompensasio Kordis... b. Diabetes Melitus... c. Neoplasma... d. Penyakit paru Obstruktif Kronis... e. Asma Bronkial... C. Angka Status Gizi Masyarakat.. 1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah Persentase Balita Dengan Gizi Kurang Persentase Balita Dengan Gizi Buruk... SITUASI UPAYA KESEHATAN. A. Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Ibu... a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1... b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4... c. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan. d. Cakupan Pelayanan Nifas... e. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Pelayanan Kesehatan Anak... a. Cakupan Kunjungan Neonatus... b. Cakupan Kunjungan Bayi... c. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani... d. Cakupan Pelayanan Anak Balita... e. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat f. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat.. 3. Pelayanan Gizi... a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi... b. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita... c. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas... d. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe... e. Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif... f. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan Keluarga Miskin... g. Jumlah Balita Ditimbang iv

5 h. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan... i. Desa dengan Garam Beryodium yang Baik Pelayanan Keluarga Berencana a. Persentase Peserta KB Baru... b. Persentase Peserta KB Aktif Pelayanan Imunisasi. a. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)... b. Cakupan Imunisasi Bayi c. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak.. d. Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil. 6. Pelayanan Kesehatan Gigi.. a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap.. b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut... c. Murid SD/MI Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut.. 7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut 8. Pelayanan Gawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa.. a. Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota... b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang Ditangani <24 Jam... c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa 9. Jumlah Penyuluhan Kesehatan B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan.. 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Para Bayar Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin 4. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan.. 5. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit.. 7. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit... C. Perilaku Hidup Masyarakat Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat... D. Keadaan Lingkungan Persentase Rumah Sehat Persentase Rumah/Bangunan yg Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan 4. Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan.. 5. Persentase Keluarga dengan KepemilikanSarana Sanitasi Dasar v

6 BAB V BAB VI 6. Persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat.. 7. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. A. Sarana Kesehatan 1. Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat 2. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola. 3. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar.. 4. Posyandu menurut Strata. 5. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM). 6. Data Dasar Puskesmas.. B. Tenaga Kesehatan 1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan 2. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan 3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan 4. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan 5. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan. 6. Jumlah dan Rasio Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.. C. Pembiayaan Kesehatan. 1. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten/Kota KESIMPULAN.. A. Derajat Kesehatan.. 1. Mortalitas / Angka Kematian. 2. Morbiditas / Angka Kesakitan. 3. Status Gizi B. Upaya Kesehatan. 1. Pelayanan Kesehatan.. 2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan. 3. Perilaku Hidup Masyarakat 4. Keadaan Lingkungan. C. Sumber Daya Kesehatan.. 1. Sarana Kesehatan. 2. Tenaga Kesehatan. 3. Pembiayaan Kesehatan LAMPIRAN vi

7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15 Gambar 3.16 Gambar 3.17 Gambar 3.18 Gambar 3.19 Gambar 3.20 Gambar 3.21 Gambar 3.22 Gambar 3.23 Gambar 3.24 Gambar 3.25 Gambar 3.26 Gambar 3.27 Gambar 3.28 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Bayi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Balita di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Ibu di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun Penemuan Kasus AFP Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Penemuan TB Paru di Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kesembuhan TB Paru di Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Penanganan Kasus Pneumonia Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun Kasus HIV/AIDS dan Kematian karena AIDS di Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Kasus Baru AIDS menurut Jenis Kelamin Provinsi Jawa Tengah Tahun Grafik Cakupan Penemuan Penderita Diare Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Penderita Kusta selesai diobati Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kesakitan DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta CFR DBD Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kesakitan Malaria di Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta CFR Malaria Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Penemuan Kasus Difteri Provinsi Jawa Tengah Tahun Penemuan Kasus Pertusis Provinsi Jawa Tengah Tahun Penemuan Kasus Tetanus Non Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun Penemuan Kasus dan Kematian Tetanus Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun Kasus Campak yang Dilaporkan Provinsi Jawa Tengah Tahun Kasus Hepatitis B Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Kasus Penyakit Tidak Menular Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi Kasus Hipertensi Essensial Provinsi Jawa Tengah Tahun Tren Peningkatan Kasus Hipertensi Essensial Provinsi Jawa Tengah Tahun vii

8 Gambar 3.29 Gambar 3.30 Gambar 3.31 Gambar 3.32 Gambar 3.33 Gambar 3.34 Gambar 3.35 Gambar 3.36 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20 Gambar 4.21 Prevalensi Penyakit Stroke Hemoragik & Non Hemoragik Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi Dekompensasio Kordis Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi Penyakit Diabetes Mellitus di Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi Penyakit Kanker Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi PPOK Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi Asma Bronkial Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Bayi dengan Berat Lahir Rendah Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Kasus Balita dengan Gizi Buruk (BB/TB) Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Pelayanan Antenatal K4 di Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Kunjungan Neonatus Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Suplementasi Kapsul Vit.A pada Bayi dan Balita Tahun Cakupan Suplementasi Kapsul Vit.A pada Balita Tahun Cakupan Ibu Nifas mendapat Kapsul Vit. A Tahun Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu hamil Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Tahun Cakupan Balita yang Ditimbang Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Balita dengan Gizi Buruk Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik Tahun Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru di Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Imunisasi Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid SD Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Perawatan Gigi Murid SD di Provinsi Jawa Tengah Tahun Pelayanan Kesehatan Usia lanjut di Provinsi Jawa Tengah Tahun viii

9 Gambar 4.22 Gambar 4.23 Gambar 4.24 Gambar 4.25 Gambar 4.26 Gambar 4.27 Gambar 4.28 Gambar 4.29 Gambar 4.30 Gambar 4.31 Gambar 4.32 Gambar 4.33 Gambar 4.34 Gambar 4.35 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 5.7 Gambar 5.8 Gambar 5.9 Gambar 5.10 Gambar 5.11 Gambar 5.12 Gambar 5.13 Gambar 5.14 Gambar 5.15 Gambar 5.16 Gambar 5.17 Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat yang dapat Diakses Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Tahun Distribusi Frekuensi KLB menurut Jumlah Desa yang Terserang Provinsi Jawa Tengah Tahun Grafik Distribusi Frekuensi Desa/Kelurahan Terkena KLB yang ditangani kurang dari 24 jam Provinsi Jawa Tengah Tahun Kejadian KLB menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun Jenis KLB menurut Desa/Kelurahan Provinsi Jawa Tengah Tahun Distribusi Frekuensi Penyuluhan Kelompok yang Dilakukan, Provinsi Jawa Tengah Tahun Distribusi Frekuensi Penyuluhan Massa yang Dilakukan, Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Non Maskin Provinsi Jawa Tengah Tahun Ckupan Kepesertaan Program JPK Pra Bayar Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Rumah Sehat Provinsi Jawa Tengah Tahun Akses Air Bersih di Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Sanitasi Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Provinsi Jawa Tengah Tahun Tingkat Kecukupan Obat di Provinsi Jawa Tengah Tahun Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Posyandu Berdasarkan Strata, Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Posyandu Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Posyandu Purnama Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Posyandu Mandiri Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Puskesmas, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling, Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Dokter Spesialis Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Dokter Umum Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Dokter Gigi Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Perawat Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Bidan Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Kefarmasian Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Gizi di Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Sanitasi Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Tehnisi Medis di Provinsi Jawa Tengah Tahun ix

10 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 5.1 Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah Tahun PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah rumah Sakit di Provinsi Jawa Tengah menurut Jenis dan Pemilikan Tahun x

11 DAFTAR TABEL PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 TABEL 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 TABEL 5 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun keatas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 6 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 7 Jumlah Kematian Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 8 TABEL 9 TABEL 10 TABEL 11 TABEL 12 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus AFP (Non Polio) dan AFP Rate (Non Polio) Menurut Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus dan Kesembuhan TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 13 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 14 TABEL 15 TABEL 16 TABEL 17 TABEL 18 TABEL 19 TABEL 20 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, Dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV-AIDS Menurut Jenis Kelamin Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Tahun 2010 xi

12 TABEL 21 TABEL 22 TABEL 23 TABEL 24 TABEL 25 TABEL 26 TABEL 27 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota - Lanjutan Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 28 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/Kota. TABEL 29 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota TABEL 30 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3 Menurut Kabupaten/Kota TABEL 31 TABEL 32 TABEL 33 TABEL 34 TABEL 35 TABEL 36 TABEL 37 TABEL 38 TABEL 39 TABEL 40 TABEL 41 TABEL 42 TABEL 43 TABEL 44 TABEL 45 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil Dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita, Dan Ibu Nifas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Cakupan Imunisasi DPT, HB, Dan Campak Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Imunisasi BCG Dan Polio Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Pemberian Makanan Pendamping ASI Anak Usia 6-23 Bulan Dari Keluarga Miskin Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota xii

13 TABEL 46 TABEL 47 TABEL 48 TABEL 49 TABEL 50 TABEL 51 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Sarnan Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level 1 Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani <24 jam Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis KLB TABEL 52 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 53 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota (Lanjutan) TABEL 54 TABEL 55 TABEL 56 TABEL 57 TABEL 58 TABEL 59 TABEL 60 TABEL 61 TABEL 62 TABEL 63 TABEL 64 TABEL 65 TABEL 66 TABEL 67 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Angka Kematian di Rumah Sakit Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat Menurut Kabupaten/Kota Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Menurut Kabupaten/Kota Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih Yang Digunakan, Kabupaten/Kota Persentase Keluaga Menurut Sarana Air Minum Yang Digunakan, Kabupaten/Kota Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten/Kota Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/Kota TABEL 68 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut xiii

14 TABEL 69 TABEL 70 Kabupaten/Kota Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan TABEL 71 Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar TABEL 72 TABEL 73 TABEL 74 TABEL 75 TABEL 76 TABEL 77 TABEL 78 TABEL 79 TABEL 80 TABEL 81 TABEL 82 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kabupaten/Kota Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan Jumlah Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis di Sarana Kesehatan Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium yang Baik Jumlah Kasus Penyakit Tidak Menular Menurut Kabupaten/Kota xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam upaya mewujudkan Jawa Tengah Sehat, pembangunan kesehatan di Jawa Tengah tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan selama ini dilakukan tidak hanya oleh sektor kesehatan saja, tetapi juga tidak luput peran dari sektor non kesehatan dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya mengatasi permasalahan kesehatan. Agar proses pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan arah dan tujuan, diperlukan manajemen yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Untuk itu pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Untuk itu, peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak. Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka. Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan itu sendiri. Untuk itu pengelola program harus bisa menyediakan dan memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan dikemas secara baik, sederhana, informatif, dan tepat waktu. Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif, untuk dipakai sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah adalah gambaran situasi kesehatan yang memuat berbagai Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

16 data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun yang memuat data derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian indikator hasil pembangunan kesehatan. B. SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisi penjelasan tentang maksud, tujuan dan sistematika penyajiannya. BAB II : GAMBARAN UMUM Menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Jawa Tengah meliputi letak geografis, kependudukan, ekonomi dan pendidikan yang erat kaitannya dengan kesehatan. BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat. BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN Menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota. BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. BAB VI : KESIMPULAN Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan porgram/kegiatan berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan kesehatan serta pengambilan keputusan di Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

17 LAMPIRAN Berisi resume atau angka pencapaian kabupaten/kota dan 82 tabel data yang sebagian diantaranya merupakan Indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

18 BAB II GAMBARAN UMUM A. KEADAAN GEOGRAFI Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak cukup strategis karena berada diantara dua provinsi besar, yaitu bagian barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur. Sedangkan bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa dan bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya antara 5 40 ' ' lintang selatan dan antara ' ' bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah sebesar ,12 km², secara administratif terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota, yang tersebar menjadi 573 kecamatan dan desa/kelurahan. Wilayah terluas adalah Kabupaten Cilacap dengan luas 2.138,51 km², atau sekitar 6,57% dari luas total Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kota Magelang merupakan wilayah yang luasnya paling kecil yaitu seluas 18,12 km². Secara topografi, wilayah Provinsi Jawa Tengah terdiri dari wilayah daratan yang dibagi menjadi 4 (empat) kriteria : a. Ketinggian antara m dari permukaan air laut, seluas 53,3%, yang daerahnya berada di sepanjang pantai utara dan pantai selatan. b. Ketinggian antara m dari permukaan air laut seluas 27,4%. c. Ketinggian antara m dari permukaan air laut seluas 14,7%. d. Ketinggian diatas m dari permukaan air laut seluas 4,6%. B. KEADAAN PENDUDUK 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar jiwa, dengan luas wilayah sebesar ,12 kilometer persegi (km²), rata-rata kepadatan penduduk sebesar 995,04 jiwa untuk setiap km². Wilayah terpadat Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

19 adalah Kota Surakarta, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar jiwa per km². Wilayah terlapang adalah Kabupaten Blora, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 462 jiwa per km², dengan demikian persebaran penduduk di Jawa Tengah belum merata. Jumlah rumah tangga sebanyak , maka rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 3,72 jiwa untuk setiap rumah tangga. Penduduk terbanyak di Kabupaten Brebes jiwa (5,35%) dan paling sedikit di Kota Magelang jiwa (0,37%). Data mengenai kependudukan dapat dilihat pada lampiran Tabel Rasio Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, didapatkan jumlah penduduk laki-laki di Jawa Tengah jiwa (49,69%) dan jumlah penduduk perempuan di Jawa Tengah jiwa (50,31%). Sehingga didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 98,77 per 100 penduduk perempuan, berarti setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 98 atau 99 penduduk laki-laki. Data mengenai rasio jenis kelamin (sex ratio) dapat dilihat pada lampiran Tabel Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk Provinsi Jawa Tengah menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 3. Perbandingan komposisi proporsi penduduk menurut usia produktif dari tahun 2006 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

20 Tabel 2.1 Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah tahun Kelompok Usia (Tahun) TAHUN ,98 % 27,02 % 26,57 % 25,03 % 26,32 % ,92 % 65,21 % 65,66 % 67,87 % 66,53 % ,10 % 7,77 % 7,77 % 7,11 % 7,05 % Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi penduduk tahun 2010 bila dibandingkan dengan tahun 2009, kelompok usia produktif (15-64 tahun) mengalami penurunan, sedangkan kelompok usia belum produktif (0-14 tahun) mengalami kenaikan. Hal ini berarti bahwa angka beban tanggungan menjadi bertambah. C. KEADAAN EKONOMI 1. Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah ukuran kuantitatif dari kinerja perekonomian suatu wilayah selama satu periode waktu tertentu. PDRB merupakan total nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit-unit usaha yang beroperasi di wilayah domestik. Perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 6,0% dibanding tahun Berdasarkan hasil penghitungan triwulan I sampai dengan triwulan IV, PDRB Jawa Tengah tahun 2011 atas dasar harga berlaku meningkat sebesar Rp. 53,9 triliun, yaitu dari Rp. 444,7 triliun pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 498,6 triliun pada tahun Jika dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2011 mencapai Rp. 198,2 triliun, sedangkan pada tahun 2010 sebesar Rp. 187,0 triliun. Selama tahun 2011, semua sektor ekonomi yang membentuk PDRB mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 8,6%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,5%, sektor jasa-jasa 7,5%, sektor industri Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

21 pengolahan 6,7%, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 6,6%, sektor konstruksi 6,3%, sektor pertambangan dan penggalian 4,9%, sektor listrik, gas dan air bersih 4,3%. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan terendah pada tahun 2011 adalah sektor pertanian yaitu sebesar 1,3%. Selain itu dapat dilihat besarnya sumbangan (andil) masing-masing sektor dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi selam tahun Sektor industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan 6,7% mampu memberikan andil terbesar terhadap sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, yaitu sebesar 2,2%. Sumber pertumbuhan terbesar kedua adalah dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 1,6%. Sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi, meskipun mengalami pertumbuhan terbesar yaitu 8,4%, sektor ini hanya mampu memberikan sumbangan 0,4% terhadap sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan kontribusi nilai tambah bruto sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap PDRB Jawa Tengah relatif kecil. PDRB per kapita merupaka PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2011 angka PDRB per kapita atas dasar harga berlaku diperkirakan mencapai 15,4 juta dengan laju peningkatan sebesar 12,0% dibandingkan dengan PDRB per kapita tahun 2010 sebesar Rp. 13,7 juta. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan pada tahun 2011 sebesar Rp. 6,1 juta atau secara riil meningkat sebesar 5,9% dibandingkan dengan tahun 2010 yan gsebesar Rp. 5,8 juta. Tabel 2.2 PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun (jutaan rupiah) Tahun PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku PDRB per Kapita atas dasar harga konstan ,124 5, ,957 5, ,732 5, ,376 6,112 Sumber : PDRB Jawa Tengah Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

22 2. Angka Beban Tanggungan Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 50,31. Angka tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2009 (51,43), berarti pada tahun 2010 setiap 100 penduduk usia produktif (usia tahun) harus menanggung beban hidup sekitar 50 penduduk usia belum produktif (0 14 tahun) dan usia tidak produktif (65 tahun ke atas). D. KEADAAN PENDIDIKAN Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya. Dibandingkan dengan tahun 2009 secara umum telah terjadi peningkatan di bidang pendidikan. Peningkatan terjadi pada tingkat pendidikan SD, SMP dan Akademi/Perguruan Tinggi. Hal ini wajar terjadi mengingat semakin digalakkannya program sekolah gratis bagi jenjang SD dan SMP dan program-program pendidikan lainnya. Berikut ini disajikan tabel persentase jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah tahun Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah Tahun Tahun Blm/Tdk Pernah Sekolah Tdk punya Ijazah SD/MI SD/MI SMP SMU/SMK DIPL/AK/ PT Total ,84 26,46 31,74 15,58 12,45 5,93 100, ,33 23,03 32,01 16,58 14,64 4,41 100, ,42 22,16 32,50 17,22 15,21 4,48 100, ,13 18,91 34,55 18,11 10,48 4,93 100,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

23 Peningkatan tersebut berimbas pada kemampuan baca tulis penduduk yang tercermin dari angka melek huruf. Persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya pada tahun 2010 sebesar 91,02%, sedangkan yang buta huruf sebesar 8,98%. Bila dilihat dari jenis kelaminnya, maka penduduk laki-laki lebih banyak yang melek huruf dibandingkan dengan penduduk perempuan, angka melek penduduk laki-laki sebesar 94,28% dan perempuan sebesar 87,87%. Data mengenai angka melek huruf dapat dilihat pada lampiran Tabel 5. Demikian gambaran umum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 secara ringkas dengan penyajian tentang kependudukan, perekonomian dan pendidikan. Faktor perekonomian dan pendidikan secara bersama-sama dengan kesehatan digunakan untuk menentukan Indeks Pembangunan Manusia. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

24 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. A. ANGKA KEMATIAN Angka kematian dari waktu ke waktu menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Angka tersebut dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI dan Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas. 1. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah. AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 10,62/1.000 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

25 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah cukup baik karena telah melampaui target. Dibawah ini grafik AKB di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ,5 10 9,5 9 8, AKB 9,27 10,25 10,62 10,34 Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka kematian bayi tertinggi adalah Kabupaten Rembang sebesar 21,97/1.000 kelahiran hidup, sedangkan terendah adalah Kota Surakarta sebesar 3,63/1.000 kelahiran hidup. Kab.Rembang Kab.Temanggung Kab.Batang Kab.Banjarnegar Kab.Purw orejo Kab.Semarang Kab.Wonosobo Kab.Pemalang Kab.Blora Kab.Boyolali Kota Semarang Kab.Kendal Kab.Purbalingga Kab.Wonogiri Kab.Banyumas Kab.Jepara Kab.Klaten Kab.Cilacap Kab.Pati Kota Pekalongan Kab.Karanganyar Kab.Sukoharjo Kab.Kebumen Kab.Brebes Kab.Sragen Kab.Pekalongan Kab.Grobogan Kota Magelang Kab.Tegal Kota Salatiga Kab.Magelang Kab.Kudus Kab.Demak Kota Tegal Kota Surakarta 3,63 5,41 13,30 13,23 12,93 12,63 12,27 12,15 11,67 10,08 11,16 9,72 9,69 9,38 9,33 9,23 9,23 9,23 9,11 8,85 8,72 8,68 8,54 7,09 7,49 7,55 8,49 8,51 6,72 6,66 15,79 17,34 17,53 15,25 21,97 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

26 2. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita 0 5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan. AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 11,50/1.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 12,02/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 23/1.000 kelahiran hidup, AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah melampaui target. Dibawah ini grafik AKB di Provinsi Jawa Tengah dari tahun , , ,5 10 9, AKABA 10,12 11,6 12,02 11,5 Gambar 3.3 Angka Kematian Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun AKABA tertinggi di Kabupaten Rembang sebesar 23,74/1.000 kelahiran hidup, sedangkan terendah di Kota Surakarta sebesar 4,12/1.000 kelahiran hidup. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.4 di bawah ini. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

27 Kab.Rembang Kab.Batang Kab.Temanggung Kab.Banjarnegar Kab.Purw orejo Kota Semarang Kab.Semarang Kab.Pemalang Kab.Boyolali Kab.Blora Kab.Wonosobo Kab.Kendal Kab.Purbalingga Kab.Wonogiri Kab.Karanganyar Kab.Banyumas Kab.Jepara Kab.Klaten Kab.Sukoharjo Kota Pekalongan Kab.Sragen Kab.Cilacap Kab.Pati Kab.Kebumen Kab.Pekalongan Kota Magelang Kab.Brebes Kab.Grobogan Kab.Tegal Kab.Demak Kab.Magelang Kota Salatiga Kab.Kudus Kota Tegal Kota Surakarta Gambar 3.4 Angka Kematian Balita di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisii ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 terlalu, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

28 banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,01/ kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2010 sebesar 104,97/ kelahiran hidup. Gambar 3.5 di bawah ini tren AKI di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008 sampai dengan tahun AKI 114,42 117,02 104,97 116,01 Gambar 3.5 Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah kematian maternal terbanyak adalah di Kabupaten Tegal sebanyak 51 kematian. Sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah kematian maternal paling sedikit adalah Kota Magelang dengan 1 kematian. Kab.Tegal Kab.Pemalang Kab.Banyumas Kab.Brebes Kota Semarang Kab.Cilacap Kab.Kendal Kab.Demak Kab.Grobogan Kab.Jepara Kab.Pati Kab.Batang Kab.Blora Kab.Magelang Kab.Semarang Kab.Sragen Kab.Boyolali Kab.Pekalongan Kab.Kudus Kab.Wonosobo Kab.Purbalingga Kab.Temanggung Kab.Karanganyar Kab.Sukoharjo Kab.Banjarnegara Kab.Rembang Kab.Wonogiri Kab.Klaten Kab.Purw orejo Kota Tegal Kota Pekalongan Kab.Kebumen Kota Salatiga Kota Surakarta Kota Magelang Gambar 3.6 Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

29 Kejadian kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 48,65%, kemudian pada waktu hamil sebesar 25,75% dan pada waktu persalinan sebesar 25,60%. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 65,12%, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 28,89% dan pada kelompok umur <20 tahun sebesar 5,99%. 4. Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas Angka Kematian kecelakaan lalu lintas adalah jumlah kematian sebagai akibat dari kecelakaan lalu lintas per penduduk dalam kurun waktu satu tahun. Kabupaten/kota yang melaporkan kejadian kecelakaan lalulintas pada tahun 2011 sebanyak 25 kabupaten/kota meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 19 kabupaten/kota. Angka kecelakaan lalulintas per penduduk di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 94,80 sedangkan tahun 2010 sebesar 176,17 sementara Angka kematian kecelakaan lalu lintas tahun 2011 adalah sebesar 2,70 per penduduk di Provinsi Jawa Tengah. Dari 25 kabupaten/kota yang melaporkan, angka kematian kecelakaan lalu lintas tertinggi terjadi di Kota Magelang yaitu sebesar 21,99/ penduduk. B. ANGKA KESAKITAN 1. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Acute Flaccid Paralysis (AFP) Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit Polio, pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan surveilans AFP. Surveilans AFP merupakan pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut : Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

30 a. Melakukan pelacakan terhadap anak usia <15 tahun yang mengalami kelumpuhan mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal. b. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II >24 jam. c. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium dengan pengemasan khusus (untuk Jawa Tengah dikirim ke laboratorium Bio Farma Bandung) d. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologi adanya virus polio liar didalamnya. e. Diagnosis akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak. Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti penegakan diagnosis kasus AFP termasuk kasus polio atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. Penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2 diantara anak usia <15 tahun. Target minimal penemuan penderita AFP tahun 2011 sebanyak 164 penderita. Pada tahun 2011 Jawa Tengah menemukan 215 penderita AFP, sehingga memenuhi target. Menurut hasil pemeriksaan laboratorium, dari 215 kasus yang diperiksa semua menunjukan negatif polio (berarti tidak ditemukan virus polio liar) Kasus AFP Gambar 3.7 Penemuan Kasus AFP Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

31 2. Prevalensi Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OATyang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Prevalensi Tuberkulosis per penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 74,52. Prevalensi tuberkulosis tertinggi adalah di Kabupaten Pekalongan (205,5 per penduduk) dan terendah di Kabupaten Magelang (20,06 per penduduk). 3. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA(+) Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA(+) yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA(+) yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Pencapaian CDR di Jawa Tengah tahun 2008 s/d 2011 masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 100%. Meskipun masih dibawah target yang ditentukan, capaian CDR tahun 2011 sebesar 59,52% meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 (55,38%). CDR tertinggi di Kota Pekalongan sebesar 132,78% dan yang terendah di Kabupaten Magelang sebesar 33,04%. Terdapat empat kabupaten/kota yang sudah melampaui target 100% yaitu Kota Surakarta Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

32 (101,31%), Kabupaten Pekalongan (103,12), Kota Tegal (116,99%) dan Kota Pekalongan (132,78%) CDR TB 47,97 48,15 55,38 59,52 Gambar 3.8 Angka Penemuan TB Paru (CDR) Provinsi Jawa Tengah Tahun Untuk meningkatkan cakupan CDR dan angka kesembuhan, pada tahun 2011 telah dilakukan berbagai upaya seperti peningkatan SDM, baik tenaga medis, paramedis dan laboratorium, pertemuan jejaring antar unit pelayanan kesehatan dan asistensi ke rumah sakit. Kegiatan-kegiatan tersebut perlu dievaluasi untuk menilai apakah hasil kegiatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan sekaligus mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan untuk selanjutnya disusun rencana tindak lanjut perbaikan. 4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA(+) Evaluasi pengobatan pada penderita TB paru BTA(+) dilakukan melalui pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif satu bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan dengan hasil pemeriksaan negatif. Dinyatakan sembuh bila hasil pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya (sesudah fase awal atau satu bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya negatif. Bila pemeriksaan follow up tidak dilakukan, namun pasien telah menyelesaikan pengobatan, maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Evaluasi jumlah pasien dinyatakan sembuh dan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

33 pasien pengobatan lengkap dibandingkan jumlah pasien BTA(+) yang diobati disebut keberhasilan pengobatan (Succes Rate). Angka kesembuhan (Cure Rate) TB paru Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 85,15% sudah melebihi target nasional (85%) dan meningkat bila dibandingkan tahun 2009 (85,01%). Angka kesembuhan tertinggi di Kabupaten Karanganyar sebesar 98,17%, sedangkan terendah di Kota Tegal sebesar 47,13% , , , , CR TB 83,9 85,01 85,15 Gambar 3.9 Angka Kesembuhan TB Paru (CR) Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita tahun 2011 sebesar 25,5% dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak kasus, mengalami penurunan bila dibanding tahun 2010 yang sebesar 40,63%. Angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 sebesar 100%. Berikut ini ditampilkan persentase penemuan pneumonia balita Provinsi Jawa Tengah tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

34 Pada tingkat kabupaten/kota, ada satu kota yang mempunyai persentase cakupan diatas 100% yaitu Kota Magelang (179,6%), sementara kabupaten dengan persentase cakupan terendah adalah Kabupaten Rembang (1,9%) Pneumonia Balita 23,63 25,96 40,63 25,5 Gambar 3.10 Persentase Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia pada Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan Kematian karena AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counselling, and Testing (VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan perilaku (STBP). Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan tahun 2011 sebanyak 755 kasus, sebagian besar didapat dari hasil VCT di rumah sakit. Kasus Aquiared Immuno Devisiency Syndrome (AIDS) sebanyak 521 kasus dari laporan VCT rumah sakit, laporan rutin AIDS kab/kota serta Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM). Peningkatan infeksi HIV dan kasus AIDS ini dikarenakan upaya penemuan atau pencarian kasus yang semakin intensif melalui VCT di rumah sakit dan upaya penjangkauan oleh LSM peduli AIDS di kelompok risiko tinggi. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, artinya kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil yang ada di masyarakat. Jumlah kematian karena AIDS di Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak 89 kasus. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

35 HIV AIDS Meninggal Gambar 3.11 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan kematian karena AIDS Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 3.11 menunjukan bahwa kecenderungan (trend) kasus HIV maupun AIDS selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Penemuan kasus HIV tahun 2011 meningkat sangat tajam hampir 2 kali lipat lebih dibanding tahun Jumlah kasus baru HIV/AIDS tertinggi adalah di Kota Semarang (189/59 kasus), jumlah kematian karena AIDS terbanyak di Kabupaten Banyumas sebanyak 10 kasus. Perempuan 37% Laki-laki 63% Gambar 3.12 Persentase Kasus Baru AIDS menurut Jenis Kelamin Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Kasus Baru Infeksi Menular Seksual lainnya Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS meliputi Syphilis, Gonorhoe, Bubo, Jengger ayam, Herpes, dan lain-lain. Infeksi Menular Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

36 Seksual (IMS) yang diobati adalah kasus IMS yang ditemukan berdasarkan sindrom dan etiologi serta diobati sesuai standar. Jumlah kasus baru IMS lainnya di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 ini sebanyak kasus. Jumlah tersebut dari tahun ke tahun semakin meningkat. Meskipun demikian kemungkinan kasus yang sebenarnya di populasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Seksual mempunyai target bahwa seluruh kasus IMS yang ditemukan harus diobati sesuai standar. 8. Donor Darah Diskrining terhadap HIV Selain melakukan kegiatan serosurvei HIV dan surveilans/ pengamatan kasus AIDS, Dinas Kesehatan juga melakukan pengamatan terhadap hasil skrining/penapisan darah donor melalui UTDD PMI Jawa Tengah. Tujuan skrining ini adalah untuk mengamankan darah donor supaya bebas dari beberapa penyakit seperti Hepatitis C, Sifilis, Malaria, DBD termasuk juga bebas dari virus HIV. Pada tahun 2011 diketahui jumlah pendonor sebanyak orang, kemudian yang dilakukan pemeriksaan sampel darah sebanyak (93,81%). Dari hasil pemeriksaan sampel darah tersebut, sebanyak 415 sampel (0,13) yang positif HIV. Tabel perkembangan jumlah sampel yang diperiksa dan hasil yang positif HIV dari tahun 2008 sampai dengan 2011 sebagai berikut : Tabel 3.1 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV Provinsi Jawa Tengah Tahun Tahun Jumlah Sample Diperiksa Jumlah Positif HIV Positif HIV , , , ,13 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

37 9. Kasus Diare Ditangani Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 57,9%, mengalami peningkatan bila dibandingkan cakupan tahun 2010 (44,48%). Pada tingkat kabupaten/kota, diketahui bahwa cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi di Kota Tegal (144,2%) dan terendah di Kabupaten Purworejo (19,8%). Ada 3 kota yang mempunyai cakupan di atas 100% yaitu Kota Salatiga (106%), Kota Pekalongan (121,4%) dan Kota Tegal (144,2%) Cakupan 47,8 48,5 44,48 57,9 Gambar 3.13 Cakupan Penemuan dan Penanganan diare Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi Kusta Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut: a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa, b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

38 persentase (%) c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif) Pada tahun 2011, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Basiler sebanyak kasus dan tipe Pausi Basiler sebanyak 395 kasus dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar 7 per penduduk. Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Proporsi cacat tingkat II pada tahun 2011 sebesar 13,32%. Sedangkan proporsi anak di antara penderita baru pada tahun 2011 sebesar 10,14%. 11. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Cakupan program kusta diukur berdasarkan angka penderita kusta tipe Pauci Baciller (PB) dan Multy Baciller (MB) selesai diobati. Cakupan program kusta tipe PB tahun 2011 berdasarkan jumlah penderita baru tahun 2010 yang selesai diobati sampai dengan tahun 2011 sebesar 85% lebih rendah dari target 90%. Kusta tipe MB diambil dari data penderita baru tahun 2009 yang selesai diobati sampai dengan tahun 2011 sebesar 76% lebih rendah dari target 95%. Cakupan selama 3 tahun terakhir kusta tipe PB cenderung naik dan mulai menurun pada tahun 2009 sedangkan tipe MB cenderung menurun mulai tahun 2007 (tabel 12) PB 92,48 85,27 91,21 85 MB 90,98 87,5 87,61 76,46 Gambar 3.14 Persentase Penderita Kusta selesai diobati Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

39 Cakupan kusta tidak bisa tercapai dikarenakan masih banyak penderita yang tidak berobat teratur atau penderita yang seharusnya sudah selesai diobati (Release From Treatment - RFT), tetapi belum dicatat sudah RFT. Rendahnya cakupan penderita kusta RFT juga dikarenakan adanya ketentuan baru pengobatan untuk penderita default. Penderita PB tidak minum obat lebih dari 3 bulan dalam jangka waktu 9 bulan sudah dianggap default. Ketentuan lama penderita disebut default kalau 3 bulan berturut-turut tidak minum obat. Penderita MB tidak minum obat lebih dari 6 bulan dalam jangka waktu 18 bulan sudah disebut default. Ketentuan lama penderita MB berturut-turut 6 bulan tidak berobat baru dikatakan default. 12. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 15,27/ penduduk. Angka ini jauh menurun bila dibandingkan tahun 2010 (59,8/ penduduk) dan sudah mencapai target nasional yaitu <20/ penduduk. Angka kesakitan tertinggi di Kota Semarang sebesar 317,17/ penduduk, terendah di Kabupaten Wonogiri sebesar 4,29/ penduduk. Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemiologi di lapangan serta upaya pengendalian. Tingginya angka kesakitan DBD disebabkan karena adanya iklim tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegipty yang cukup potensial. Selain itu juga didukung dengan tidak maksimalnya kegitan PSN di masyarakat sehingga menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD di beberapa kabupaten/kota. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

40 IR DBD Target Gambar 3.15 Angka Kesakitan DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka kesakitan DBD di kabupaten/kota hampir semuanya lebih dari 20/ penduduk. Ada 6 kabupaten/kota dengan angka kesakitan kurang dari 2/ penduduk yaitu Kabupaten Wonogiri (4,29), Kabupaten Wonosobo (9,71), Kabupaten Magelang (9,72), Kabupaten Kebumen (9,95), Kabupaten Semarang (13,95) dan Kabupaten Pemalang (16,03). 13. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) Angka kematian/case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2011 sebesar 0.93%, lebih rendah bila dibandingkan CFR tahun 2010 (1,29%) dan sudah lebih rendah bila dibandingkan dengan target nasional (<1%) CFR DBD Gambar 3.16 Angka Kesakitan DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

41 Angka kematian tertinggi adalah di Kabupaten Pekalongan sebesar 6,5% dan terendah atau tidak ada kematian di 18 kabupaten/kota. Sedangkan kabupaten/kota dengan angka kematian lebih dari 1% sebanyak 12 kabupaten/kota. J A B A R Cilacap Brebes CFR DBD 0 < 1 > 1 Tegal Kota Tegal Banyumas Pekalongan Pemalang Purblg Batang Bata ng Wonosobo Bj negara Kebumen Kota Pekalongan Purworejo Kendal Demak Kota Semarang Temanggung Kota Mgl Kab. Mgl Magelan g Kab Semarang Salatiga DI. Yogyakarta Jepara Jepara Kudus Grobogan Sragen Pati Boyolali Surakarta Kr.anyar Klaten Sukoharjo Wonogiri Rembang Blora J A T I M Gambar 3.17 Peta CFR DBD kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kesakitan Malaria Penyakit malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah. Saat ini masih ditemukan desa High Case Incidence (HCI) sebanyak 31 desa yang tersebar di 5 Kabupaten yaitu Purworejo, Kebumen, Purbalingga, Banyumas dan Jepara. Angka kesakitan malaria (Annual Parasite Incidence-API) merupakan indikator untuk memantau perkembangan penyakit malaria. Jumlah kasus tahun 2011 sebanyak kasus, meningkat dibandingkan tahun 2010 (3.300 kasus) dan angka kesakitan malaria sebesar 0,11, sedikit meningkat dibandingkan tahun 2010 (0.10 ). Perkembangan insidens malaria sejak tahun 2008 dilihat pada gambar berikut. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

42 API Gambar 3.18 Angka Kesakitan Malaria Provinsi Jawa Tengah Tahun Penderita malaria tahun 2011 ditemukan di 25 kabupaten, terbanyak di Kabupaten Purworejo (1.001 penderita) dan paling sedikit di Kabupaten Karanganyar (1 penderita). 15. Angka Kematian Malaria Angka kematian/case Fatality Rate (CFR) Malaria tahun 2011 sebesar 0.03%. Angka kematian tertinggi adalah di Kota Semarang (25,0%) dan terendah atau tidak ada kematian di 30 kabupaten/kota. J A B A R Cilacap Brebes Tegal Kota Tegal Banyumas Pekalongan Pemalang Purblg Batang Bata ng Wonosobo Bj negara Kebumen Kota Pekalongan Purworejo Kendal Demak Kota Semarang Temanggung Kota Mgl Kab. Mgl Magelan g Kab Semarang Salatiga DI. Yogyakarta Jepara Jepara Kudus Grobogan Sragen Pati Boyolali Surakarta Kr.anyar Klaten Sukoharjo Wonogiri Rembang Blora J A T I M Gambar 3.19 Peta CFR Malaria kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

43 16. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani Jumlah kasus Filariasis di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin bertambah. Secara kumulatif, jumlah kasus Filariasis pada tahun 2011 sebanyak 537 penderita. Tahun 2011 ada 141 kasus baru yang ditemukan di 9 kabupaten/kota yaitu Kota Pekalongan (125 kasus), Kabupaten Banjarnegara (5 kasus), Kota Semarang (2 kasus), Kabupaten Semarang (2 kasus), Kabupaten Brebes (2 kasus), Kabupaten Boyolali (1 kasus), Kabupaten Demak (1 kasus), Kabupaten Batang (1 kasus) dan Kabupaten Pemalang (1 kasus). 17. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Yang termasuk dalam PD3I yaitu Polio, Pertusis, Tetanus Non Neonatorum, Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri dan Hepatitis B. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (Redcam) dan Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN). Saat ini telah dilaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Difteri, Tetanus Neonatorum, dan Campak). Dalam waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus PD3I yang dilaporkan adalah sebagi berikut: a. Difteri Jumlah kasus Difteri di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 8 kasus yang tersebar di 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Banyumas (1 kasus), Kabupaten Boyolali (2 kasus), Kabupaten Sukoharjo (1 kasus), Kabupaten Grobogan (2 kasus), kabupaten Temanggung (1 kasus) dan Kota Semarang (1 kasus). Jumlah kasus Difteri pada tahun 2011 sebanyak 8 kasus lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2010 (14 kasus). Hal ini dimungkinkan karena pencapaian cakupan imunisasi yang meningkat (>85%). Penemuan kasus selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

44 Kasus Difteri Gambar 3.20 Penemuan kasus Difteri Provinsi Jawa Tengah Tahun b. Pertusis Jumlah kasus Pertusis di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 4 kasus yang Berasal dari kabupaten Kudus. Jumlah kasus Difteri pada tahun 2011 menurun bila dibandingkan dengan jumlah kasus Pertusis tahun 2010 (24 kasus). Penemuan kasus selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut Kasus Pertusis Gambar 3.21 Penemuan kasus Pertusis Provinsi Jawa Tengah Tahun c. Tetanus (Non Neonatorum) Jumlah kasus Tetanus (Non Neonatorum) di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 13 kasus yang tersebar di 4 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Blora (4 kasus), Kabupaten Rembang (1 kasus), Kabupaten Kudus Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

45 (3 kasus) dan Kabupaten Pemalang (5 kasus). Jumlah kasus Tetanus pada tahun 2011 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 (3 kasus). CFR Tetanus tahun 2011 sebesar 53,8% atau dari 13 kasus yang dilaporkan 7 diantaranya meninggal. Penemuan kasus selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut Kasus Tetanus Non Neonatorum Gambar 3.22 Penemuan kasus Tetanus Non Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun d. Tetanus Neonatorum Jumlah kasus Tetanus Neonatorum di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 4 kasus yang tersebar di 4 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Rembang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Batang dan Kabupaten Brebes. Sedangkan 31 kabupaten/kota lainnya tidak ada kasus. Jumlah kasus Tetanus pada tahun 2011 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 (3 kasus). CFR Tetanus tahun 2011 sebesar 75% atau dari 4 kasus yang dilaporkan 3 diantaranya meninggal Penemuan kasus dan kematian Tetanus Neonatorum selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

46 Kasus Mati e. Campak Gambar 3.23 Penemuan kasus dan kematian Tetanus Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah kasus Campak di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak kasus, mengalami penurunan yang signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar kasus. Kasus terbanyak terdapat di Kota Semarang (285 kasus). Ada 5 Kabupaten yang tidak terdapat kasus campak yaitu Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kudus, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Tegal. Penemuan kasus campak selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut Campak Gambar 3.24 Kasus Campak yang dilaporkan Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

47 f. Polio Jumlah kasus Polio di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak 0 kasus, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebanyak 1 kasus. g. Hepatitis B Jumlah kasus Hepatitis B di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak 170 kasus, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebanyak 117 kasus. Kasus Hepatitis B terdapat di 9 kabupaten/kota yaitu di Kabupaten Temanggung (40 kasus), Kabupaten Pekalongan (28 kasus), Kabupaten Pemalang (21 kasus), Kabupaten Purworejo (19 kasus), Kota Semarang (16 kasus), Kota Tegal (16 kasus), Kabupaten Pati (11 kasus), Kabupaten Cilacap (8 kasus), Kabupaten Banjarnegara (4 kasus), Kota Salatiga (4 kasus) dan Kabupaten Boyolali (3 kasus). Penemuan kasus Hepatitis B selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut Hepatitis B Gambar 3.25 Kasus Hepatitis B Provinsi Jawa Tengah Tahun Penyakit Tidak Menular Penyakit tidak menular (PTM) yang diintervensi meliputi jantung koroner, dekompensasio kordis, hipertensi, stroke, diabetes mellitus, kanker serviks, kanker payudara, kanker hati, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronis, asma Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

48 bronkiale, dan kecelakaan lalu lintas. Penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronis dan kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu kelompok PTM utama yang mempunyai faktor risiko sama (common underlying risk factor). Faktor risiko tersebut antara lain faktor genetik merupakan faktor yang tidak dapat diubah (unchanged risk factor), dan sebagian besar berkaitan dengan faktor risiko yang dapat diubah (change risk factor) antara lain konsumsi rokok, pola makan yang tidak seimbang, makanan yang mengandung zat aditif, kurang berolah raga dan adanya kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan. Penyakit tidak menular mempunyai dampak negatif sangat besar karena merupakan penyakit kronis. Apabila seseorang menderita penyakit tidak menular, berbagai tingkatan produktivitas menjadi terganggu. Penderita ini menjadi serba terbatas aktivitasnya, karena menyesuaikan diri dengan jenis dan gradasi dari penyakit tidak menular yang dideritanya. Hal ini berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan tidak diketahui kapan sembuhnya karena memang secara medis penyakit tidak menular tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa dikendalikan. Yang harus mendapatkan perhatian lebih adalah bahwa penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian tertinggi dibanding dengan penyakit menular. Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang melaporkan data PTM tahun 2011 hanya 27 kabupaten/kota (77,1%). Hampir semua kelompok Penyakit Tidak Menular pada tahun 2011 mengalami peningkatan jumlah kasus, kecuali penyakit Asma bronkial dan Psikosis yang jumlah kasusnya lebih rendah dibanding tahun Kasus tertinggi Penyakit Tidak Menular pada tahun 2011 adalah kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari total kasus yang dilaporkan sebesar 62,43% ( kasus) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

49 PPOK 2% Asma Bronkial 13% Psikosis 5% Neoplasma 1% DM 17% Jantung & PD 62% Gambar 3.26 Persentase Kasus Penyakit Tidak Menular Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit yang mengganggu jantung dan sistem pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner (angina pektoris, akut miokard infark), dekompensasio kordis, hipertensi, stroke, penyakit jantung rematik, dan lain-lain. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2011 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit Hipertensi Esensial, yaitu sebanyak kasus (72,13 %). 1) Hipertensi Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

50 sekunder yaitu hipertensi yang muncul akibat adanya penyakit lain seperti hipertensi ginjal, hipertensi kehamilan, dll. Prevalensi kasus hipertensi essensial di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 1,96% menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 2,00%. Terdapat tiga kota dengan prevalensi sangat tinggi di atas 10% yaitu Kota Magelang (22,41%), Kota Salatiga (10,18%) dan Kota Tegal (10,36%) Prevalensi Gambar 3.27 Prevalensi Kasus Hipertensi Essensial Provinsi Jawa Tengah Tahun Penyakit Hipertensi Essensial pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan adanya penurunan kasus yang cukup tinggi, namun pada tahun 2011 terlihat mulai ada kenaikan jumlah kasus. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini Hipertensi Essensial Gambar 3.28 Tren Peningkatan Kasus Hipertensi Essensial Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

51 2) Stroke Stroke adalah suatu penyakit menurunnya fungsi syaraf secara akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak, terjadi secara mendadak dan cepat yang menimbulkan gejala dan tanda sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke disebabkan oleh kurangnya aliran darah yang mengalir ke otak, atau terkadang menyebabkan pendarahan di otak. Stroke dibedakan menjadi stroke hemoragik yaitu adanya perdarahan otak karena pembuluh darah yang pecah dan stroke non hemoragik yaitu lebih karena adanya sumbatan pada pembuluh darah otak. Prevalensi stroke hemoragik di Jawa Tengah tahun 2011 adalah 0,03% sama dengan angka tahun Prevalensi tertinggi tahun 2011 adalah di Kota Magelang sebesar 1,34%. Sedangkan prevalensi stroke non hemorargik pada tahun 2011 sebesar 0,09%, sama dengan prevalensi tahun Prevalensi tertinggi adalah di Kota Magelang sebesar 3,45% Hemoragik Non Hemoragik Gambar 3.29 Prevalensi Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik Provinsi Jawa Tengah Tahun ) Dekompensasio Kordis Dekompensasio kordis merupakan kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh atau istilah lain adalah payah jantung. Gambaran klinis dekompensasio kordis kiri adalah sesak nafas: dyspnoe d effort dan ortopne, pernafasan cheynes stokes, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

52 batuk-batuk mungkin hemoptu, sianosis, suara serak, ronchi basah halus tidak nyaring, tekanan vena jugularis masih normal. Sedangkan gambaran klinis dekompensasio kordis kanan adalah gangguan gantrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah, meteorismus dan rasa kembung di epigastrum. Selain itu terjadi pembesaran hati yang mulamula lunak, tepi tajam, nyeri tekan, lama kelamaan menjadi keras, tumpul dan tidak nyeri. Dapat juga terjadi edema pretibial, edema presakral, asites dan hidrotoraks, tekanan jugularis meningkat. Prevalensi kasus dekompensasio kordis tahun 2011 sebesar 0,12% mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2010 sebesar 0,11%. Prevalensi tertinggi adalah di Kota Magelang sebesar 1,88% Prevalensi Gambar 3.30 Prevalensi Dekompensasio Kordis Provinsi Jawa Tengah Tahun b. Diabetes Melitus Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif. Absolut artinya pankreas sama sekali tidak bisa menghasilkan insulin sehingga harus mendapatkan insulin dari luar (melalui suntikan) dan relatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan insulin yang kadarnya berbeda pada setiap orang. (Perkeni 2002) Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

53 WHO (1985) mengklasifikasikan penderita DM dalam lima golongan klinis, yaitu DM Tergantung Insulin (DMTI), DM Tidak Tergantung Insulin (DMTTI), DM berkaitan dengan malnutrisi (MRDM), DM karena Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), dan DM karena kehamilan (GDM). Di Indonesia, yang terbanyak adalah DM tidak tergantung insulin. DM jenis ini baru muncul pada usia di atas 40 tahun. DM dapat menjadi penyebab aneka penyakit seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal, katarak, glaukoma, kerusakan retina mata yang dapat membuat buta, impotensi, gangguan fungsi hati, luka yang lama sembuh mengakibatkan infeksi hingga akhirnya harus diamputasi terutama pada kaki. DM merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan, artinya sekali didiagnosa DM seumur hidup bergaul dengannya. Penderita mampu hidup sehat bersama DM, asalkan mau patuh dan kontrol teratur. Gejala khas berupa Polyuri (sering kencing), Polydipsi (sering haus), Polyfagi (sering lapar). Sedangkan gejala lain seperti Lelah/lemah, berat badan menurun drastis, kesemutan/gringgingan, gatal/bisul, mata kabur, impotensi pada pria, pruritis vulva hingga keputihan pada wanita, luka tdk sembuh-sembuh, dll. Kelompok Faktor Risiko Tinggi antara lain pola makan yang tidak seimbang, riwayat Keluarga/ada keturunan, kurang olah raga, umur Lebih dari 40th, obesitas, hipertensi, kehamilan dengan berat bayi lahir > 4 kg, kehamilan dengan hiperglikemi, gangguan toleransi glukosa, lemak dalam darah tinggi, abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati, berat badan turun drastis, mata kabur, keputihan, gatal daerah genital, dan lain-lain. Prevalensi diabetes melitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 0,09%, mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2010 sebesar 0,08%. Prevalensi tertinggi adalah di Kota Semarang sebesar 0,97%. Sedangkan prevalensi kasus DM tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan DM tipe II, mengalami penurunan dari 0,70% menjadi 0,63% pada tahun Prevalensi tertinggi adalah di Kota Magelang sebesar 7,99%. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

54 DMTI DMTTI Gambar 3.31 Prevalensi Penyakit Diabetes Mellitus Provinsi Jawa Tengah Tahun c. Neoplasma Neoplasma atau kanker adalah tumor ganas yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan abnormal dari sel-sel tubuh, yang tumbuh tanpa kontrol dan tujuan yang jelas, mendesak dan merusak jaringan normal. Di Indonesia terdapat lima jenis kanker yang banyak diderita penduduk yakni kanker rahim, kanker payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit, dan kanker rektum. Kasus penyakit kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak kasus meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak kasus, terdiri dari Ca. servik kasus (35,13%), Ca. mamae kasus (48,59%), Ca. hepar (11,42%), dan Ca. paru 954 kasus (4,86%). 0,05 0,04 0,03 0,02 0, Ca Servik 0,03 0,028 0,013 0,021 Ca Mamae 0,05 0,037 0,022 0,029 Ca Hepar 0,01 0,006 0,004 0,007 Ca Paru 0,005 0,002 0,003 0,003 Gambar 3.32 Prevalensi Penyakit Kanker di Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

55 Prevalensi kanker di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 adalah sebagai berikut : kanker serviks sebesar 0,021% dan tertinggi di Kota Semarang sebesar 0,33%; kanker payudara sebesar 0,029% dan tertinggi di Kota Magelang sebesar 0,89%; kanker hati sebesar 0,007% dan tertinggi di Kota tegal sebesar 0,39%; kanker paru 0,003% dan tertinggi di Kota Magelang sebesar 0,07%. d. Penyakit Paru Obstruktif Kronis Penyakit Paru Obtruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit yang ditandai adanya hambatan aliran pernafasan bersifat reversible sebagian dan progresif yang berhubungan dengan respon inflamsi abnormal dari paru terhadap paparan partikel atau gas berbahaya. (Global Obstructive Lung Disease 2003). Faktor risiko pencetus terjadinya PPOK adalah perokok aktif/pasif, debu dan bahan kimia, polusi udara di dalam atau di luar ruangan, infeksi saluran nafas terutama waktu anak-anak, usia, genetik, jenis kelamin, ras, defisiensi alpha-1 antitripsin, alergi dan autoimunitas. Prevalensi kasus PPOK di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan yaitu dari 0,08% pada tahun 2010 menjadi 0,09% pada tahun 2011 dan tertinggi di Kota Salatiga sebesar 4,04% Prevalensi Gambar 3.33 Prevalensi PPOK Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

56 e. Asma Bronkial Asma Bronkial terjadi akibat penyempitan jalan napas yang reversibel dalam waktu singkat oleh karena mukus kental, spasme, dan edema mukosa serta deskuamasi epitel bronkus/bronkeolus, akibat inflamasi eosinofilik dengan kepekaan yang berlebihan. Serangan asma bronkhiale sering dicetuskan oleh ISPA, merokok, tekanan emosi, aktivitas fisik, dan rangsangan yang bersifat antigen/allergen antara lain: - Inhalan yang masuk ketubuh melalui alat pernafasan misalnya debu rumah, serpih kulit dari binatang piaraan, spora jamur dll. - Ingestan yang masuk badan melalui mulut biasanya berupa makanan seperti susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dll. - Kontaktan yang masuk badan melalui kontak kulit seperti obat-obatan dalam bentuk salep, berbagai logam dalam bentuk perhiasan, jam tangan dll. Prevalensi kasus asma di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 0,55% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 0,64% dan prevalensi tertinggi di Kota Tegal sebesar 2,29% Prevalensi Gambar 3.34 Prevalensi Asma Bronkial Provinsi Jawa Tengah Tahun C. STATUS GIZI 1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

57 hamil mengalami anemia, kurang suply gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi. Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 21,184 meningkat banyak apabila dibandingkan tahun 2010 yang sebanyak Adapun persentase BBLR tahun 2011 sebesar 3,73%, meningkat bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 2,69% Prevalensi 2,08 2,81 2,69 3,73 Gambar 3.35 Persentase BBLR Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase BBLR yang ditangani di Jawa Tengah tahun 2010 seluruh Kabupaten/Kota sudah memenuhi target dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebesar 70%. 2. Persentase Balita Dengan Gizi Kurang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dab TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

58 bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization National Centre for Health Statistic (WHO- NCHS). Berdasarkan baku WHO-NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor. Persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 5,35%. Persentase balita dengan gizi kurang tertinggi di Kota Tegal (50,98%) dan terendah di Kabupaten Kebumen (0,38%). 3. Persentase Balita dengan Gizi Buruk. Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

59 Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit. Balita Gizi Buruk tahun 2011 berjumlah (0,10%) menurun apabila dibandingkan tahun 2010 sejumlah (0,18%). Demikian pula persentase Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2011 sebesar 100% jauh lebih meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 93,28%. J A B A R Cilacap Brebes Tegal Kota Tegal Banyumas Pekalongan Pemalang Purblg Batang Bata ng Wonosobo Bj negara Kebumen Keterangan : Kasus Gizi Buruk (>150 kasus) Kota Pekalongan Purworejo Kendal Demak Kota Semarang Temanggung Kota Mgl Kab. Mgl Magelan g Kab Semarang Salatiga DI. Yogyakarta Jepara Jepara Kudus Grobogan Sragen Pati Boyolali Surakarta Kr.anyar Klaten Sukoharjo Wonogiri Rembang Blora J A T I M Gambar 3.36 Peta Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

60 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan 1. Pelayanan Kesehatan Ibu a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 tahun 2011 sebesar 98,72%. Ada 11 kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai 100% yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Blora, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Brebes, Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Cakupan terendah Kabupaten Rembang 92,98%. b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal: (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian Tetanus Toxoid, (4) Tinggi fundus uteri, (5) Pemberian tablet besi 90 selama kehamilan, (6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC) Cakupan pelayanan lengkap ibu hamil (K4) di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 93,71% meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 (92,04%) tetapi masih dibawah target SPM 2015 (95%). Cakupan tertinggi (101,81 %) di Kabupaten Pekalongan dan terendah (83,36%) di Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

61 Kabupaten Klaten. Dari 35 kabupaten/kota tersebut baru 42,86% yang telah melampaui target cakupan K Cak. K4 86,92 90,14 93,39 92,04 93,71 Target Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Antenatal K4 Provinsi Jawa Tengah Tahun c. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 96,79% mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010 (93,62%). Kabupaten/Kota yang sudah melampaui target SPM 2015 sebanyak 35 ( 100%). Data cakupan mulai tahun 2007 sampai dengan 2011 secara keseluruhan di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut : Cak. Linakes 86,6 90,98 93,03 93,62 96,79 Target Gambar 4.2 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

62 Cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Pekalongan dan Kota surakarta (100%) dan terendah adalah Kabupaten Banyumas (86,05%) Dengan semakin naiknya angka cakupan pertolongan persalinan menunjukkan adanya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, adanya perencanaan persalinan yang baik dari ibu, suami maupun dukungan keluarga. d. Cakupan Pelayanan Nifas Paska persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan. Pelayanan Ibu Nifas meliputi pemberian Vitamin A dosis tinggi ibu nifas yang kedua dan pemeriksaan kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakan terjadi perdarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit dan lain-lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas kesehatan biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus. Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2011 yaitu 93,97% naik bila dibandingkan tahun 2010 (93,24%) dan sudah melampaui target SPM tahun 2015 (90%). Cakupan yang telah mencapai 100% meliputi Kabupaten Banyumas, Kabupaten Klaten, Kabupaten Pekalongan dan Kota Magelang. Kabupaten yang terendah capaiannya adalah Kota Semarang (64,68%). Dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah masih belum mencapai target SPM ada 4 Kabupaten/Kota (11,43%). e. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam kehamilan diantaranya (a) Abortus, (b) Hiperemesis Gravidarum, (c) Perdarahan per vaginam, (d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (e) Kehamilan lewat waktu, (f) ketuban pecah dini. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

63 Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a) Kelainan letak/presentasi janin, (b) Partus macet/distosia, (c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia) (d) Perdarahan pasca persalinan, (e) Infeksi berat/sepsis, (f) Kontraksi dini/persalinan premature, (g) Kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas diantaranya (a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (b) Infeksi nifas, (c) Perdarahan nifas. Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK). Jumlah komplikasi kebidanan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak (20% dari jumlah ibu hamil). Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2011 sebesar 75,28%. Perlu diketahui bahwa tahun-tahun sebelumnya yang dihitung hanya cakupan komplikasi pada ibu hamil yang ditangani. Pencapaian cakupan tahun ini masih dibawah target SPM tahun 2015 (80%), tetapi diharapkan target tersebut bisa tercapai sebelum tahun Pelayanan Kesehatan Anak a. Cakupan Kunjungan Neonatus Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/ Th tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi menjadi 3, yaitu: KN 1 adalah kunjungan pada 0-2 hari,kn 2 adalah kunjungan 2-7 hari dan KN 3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Cakupan kunjungan neonatus 1 (KN-1) di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 98,01%, dan cakupan kunjungan neonatus 3 (KN-lengkap) sebesar 95,19%. Dari 35 kabupaten/kota, cakupan KN-3 rata-rata sudah lebih dari 90%, namun masih ada Kabupaten/Kota yang cakupannya kurang dari 90 % yaitu Kabupaten Wonogiri (87,56%) dan Kota Semarang (89,84%). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

64 Untuk meningkatkan Kunjungan Neonatus di Kabupaten/Kota, pemerintah telah mengupayakan alokasi dana diantaranya melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) disamping pendanaan lainnya baik dari Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Selain itu perlu dilakukan analisis apakah jumlah tenaga kesehatan yang ada telah mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan tersebut serta tenaga kesehatan yang bertugas apakah telah melakukan pelayanan kesehatan secara optimal. Adapun cakupan kunjungan neonatus di Jawa Tengah pada tahun dapat digambarkan sebagai berikut: KN 94,33 94,66 99,37 94,86 95,19 Gambar 4.3 Cakupan Kunjungan Neonatus Provinsi Jawa Tengah Tahun Secara keseluruhan cakupan kunjungan neonatus di tingkat Provinsi Jawa Tengah sudah memenuhi target yaitu lebih dari 90%. Hal ini disebabkan adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui penambahan dan penempatan bidan di desa. Selain itu juga adanya upaya peningkatan pelayanan kesehatan dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA serta meningkatnya pengetahuan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk bayinya. b. Cakupan Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali, di luar kunjungan neonatus. Setelah umur 28 hari. Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan memantau pertumbuhan dan perkembangannya Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

65 secara teratur setiap bulan di sarana pelayanan kesehatan. Cakupan kunjungan bayi tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 92,64%, menurun apabila dibandingkan tahun 2010 (93,73%). Cakupan kunjungan bayi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah pada tahun 2011 yang masih dibawah 80% yaitu Kabupaten Boyolali 44,19%, Wonogiri 73,22% dan Kabupaten Pekalongan 70,77%. Adapun grafik cakupan bayi dapat digambarkan sebagai berikut: Kunjungan Bayi 92,76 96,04 95,07 93,73 92,64 Gambar 4.4 Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun c. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Neonatus dengan komplikasi yang ditangani merupakan neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan. Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi baru lahir. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan komplikasi. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

66 Tahun 2011 perkiraan bayi dengan komplikasi yang dihitung dari banyaknya sasaran bayi jumlahnya sebesar bayi. Jumlah perkiraan tersebut yang mendapat penanganan tenaga kesehatan di tiap jenjang pelayanan kesehatan sebesar bayi (53,25%). Cakupan Neonatus Risiko Tinggi/komplikasi yang ditangani tersebut masih jauh dari target cakupan sebesar 80%. Masih rendahnya neonatus risiko tinggi yang mendapatkan pelayanan kesehatan diantaranya disebabkan belum adanya keseragaman definisi operasional mengenai neonatal yang termasuk dalam risiko tinggi, sehingga belum semua neonatus dengan risiko tinggi/komplikasi dicatat dan dilaporkan. Disamping target neonatus komplikasi yang ditangani untuk neonatal resiko tinggi seharusnya 15 % dari jumlah sasaran bayi pertahun, namun belum semua kabupaten/kota mempunyai persepsi / pemahaman yang sama. d. Cakupan Pelayanan Anak Balita Balita adalah anak berumur dibawah 5 tahun atau umur bulan. Tidak hanya bayi yang harus mendapatkan perhatian kesehatannya tetapi balita juga perlu mendapatkan perhatian baik gizi maupun kesehatannya, karena balita adalah generasi penerus bangsa yang harus sehat, cerdas dan kuat. Jumlah balita di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak , yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak (81,02). Kabupaten yang cakupannya sudah mencapai 100% adalah Kabupaten Magelang dan Kabupaten Brebes. Sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Boyolali 34,03%. e. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar (SD) dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan terhadap murid baru kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, pemeriksaan ketajaman mata, ketajaman pendengaran, kesehatan gigi, kelainan mental emosional dan kebugaran jasmani. Pelaksanaan penjaringan kesehatan dikoordinir oleh puskesmas bersama dengan guru Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

67 sekolah dan kader kesehatan/konselor kesehatan. Setiap puskesmas mempunyai tugas melakukan penjaringan kesehatan siswa SD/MI di wilayah kerjanya dan dilakukan satu kali pada setiap awal tahun ajaran baru sekolah. Siswa SD dan setingkat ditargetkan 100 % mendapatkan pemantauan kesehatan melalui penjaringan kesehatan. Melalui penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat diharapkan dapat menapis atau menjaring anak yang sakit dan melakukan tindakan intervensi secara dini, sehingga anak yang sakit menjadi sembuh dan anak yang sehat tidak tertular menjadi sakit Cakupan 51,59 43,77 43,8 52,61 81,02 Gambar 4.5 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan / guru UKS / kader kesehatan sekolah tahun 2011 sebesar 78,72%, meningkat dibandingkan dengan cakupan tahun 2010 (52,61%). Angka cakupan terendah di Kabupaten Boyolali (15,55%) dan tertinggi (100%) dicapai oleh 7 kabupaten yaitu Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Pati, Kabupaten Sragen, Kabupaten Demak, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Purbalingga dan Kota Surakarta. f. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Jumlah siswa SD dan setingkat tahun 2011 sebanyak anak. Yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai strata UKS sebesar (42,84%). Angka cakupan terendah di Kabupaten Rembang (1,70%) dan tertinggi (100%) dicapai oleh 4 kabupaten yaitu Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Jepara dan Kabupaten Demak. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

68 3. Pelayanan Gizi a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan Nutrition Related Diseases yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Berdasarkan data yang yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota, cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi sebesar 99.08%, lebih banyak dibandingkan tahun 2010 sebesar 96,84%. Cakupan tersebut sudah melampaui target SPM sebesar 95%. Sebagian besar kabupaten/kota telah melampaui target, hanya ada 1 kabupaten yang masih di bawah target yaitu Kabupaten Pemalang (82,46%). Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi selama 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Cakupan 94,74 98,52 98,11 96,84 99,08 Gambar 4.6 Cakupan Suplementasi Kapsul Vit. A pada Bayi dan Balita Tahun b. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

69 pada Balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian). Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak. Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah anak umur bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis SI yang diberikan pada anak umur bulan dan diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus setiap tahunnya. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita tahun 2011 sebesar 98.45%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 (96.76%). Cakupan ini sudah melampaui target SPM (95%). Cakupan tertinggi (>100%) sudah dapat dicapai oleh 8 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen, Kabupaten Kendal, Kota Magelang dan Kota Semarang. Sedangkan yang masih di bawah target yaitu Kabupaten Jepara (88,62%) dan Kabupaten Pemalang (91,00%). Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita selama 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Cakupan 82,6 95,14 82,44 96,76 98,45 Gambar 4.7 Cakupan Suplementasi Kapsul Vit. A pada Balita di Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

70 c. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi ( SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2011 sebesar 96,43%, meningkat dibandingkan tahun 2010 (92.78%). Cakupan tertinggi (>100%) dicapai oleh Kabupaten Magelang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Klaten, Kota Magelang dan Kota Surakarta. Sementara cakupan terendah di Kabupaten Temanggung sebesar 84,36% Cakupan 82,73 92,94 87,31 92,78 96,43 Gambar 4.8 Cakupan Ibu Nifas mendapat Kapsul Vit. A di Provinsi Jawa Tengah Tahun Beberapa hal yang mempengaruhi fluktuasi angka cakupan pemberian vitamin A pada bayi, balita, dan bufas diantaranya: 1) Advokasi, pendekatan, dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyebarluasan informasi. 2) Forum komunikasi, yang bermanfaat sebagai wahana yang mendukung terlaksananya kegiatan KIE di berbagai sektor terkait. 3) Sosialisasi pemberian kapsul Vitamin A terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

71 4) Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit pada sasaran ibu anak. 5) Tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau. 6) Lintas program/ lintas sektor terkait (Promosi Kesehatan, Imunisasi, dll) 7) Adanya sweeping dari kader kesehatan dengan sasaran ibu anak yang belum mendapatkan kapsul Vitamin A pada bulan kapsul. d. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamill, ibu nifas, remaja putri, dan WUS (Wanita Usia Subur). Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 89,39% lebih rendah bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010 (90,25%), dan belum mencapai target SPM 2010 (90%). Cakupan tertinggi dicapai Kabupaten Pekalongan 101,53% dan terendah Kabupaten Kendal 53,12% Fe 1 92,98 93,94 92,59 95,92 95,43 Fe 3 85,91 87,06 85,62 90,25 89,39 Gambar 4.9 Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil Provinsi Jawa Tengah Tahun Dari grafik di atas dapat diihat bahwa cakupan Fe 1 dan cakupan Fe 3 sudah cukup baik dan memadai. Hal ini dapat dilihat dari tingginya prevalensi pemberian tablet Fe pada ibu hamil. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

72 e. Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satusatunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun. Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian ASI eksklusif bukan hanya isu nasional namun juga merupakan isu global. Pernyataan bahwa dengan pemberian susu formula kepada bayi dapat menjamin bayi tumbuh sehat dan kuat, ternyata menurut laporan mutakhir UNICEF (Fact About Breast Feeding) merupakan kekeliruan yang fatal, karena meskipun insiden diare rendah pada bayi yang diberi susu formula, namun pada masa pertumbuhan berikutnya bayi yang tidak diberi ASI ternyata memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menderita hipertensi, jantung, kanker, obesitas, diabetes dll. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2011 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 45,18%, meningkat dibandingkan tahun 2010 (37,18%). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

73 Cakupan tertinggi adalah Kabupaten Klaten 77,55%. Sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Rembang 6,41%. Hanya 6 kabupaten/kota saja yang telah mencapai pemberian ASI eksklusif di atas 60% yaitu Kabupaten Purworejo, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Klaten, Kabupaten Blora, Kabupaten Pati dan Kabupaten Temanggung Cakupan 27,35 28,96 40,21 37,18 45,36 Gambar 4.10 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Tahun Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah: 1). Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar. 2). Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan. 3). Faktor sosial budaya. 4). Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja. 5). Gencarnya pemasaran susu formula. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif tetap berpedoman pada Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yaitu: 1) Sarana Pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

74 2) Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan ketrampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut. 3) Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. 4) Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan yang dilakukan di ruang bersalin (inisiasi dini). Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar. 5) Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 6) Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7) Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. 8) Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui. 9) Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. 10) Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit, rumah bersalin atau sarana pelayanan kesehatan. f. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 bulan Keluarga Miskin. Anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin diberikan makanan pendamping ASI baik makanan lokal maupun pabrikan. Jumlah anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin dari 21 kabupaten/kota sebanyak anak, yang mendapatkan makanan tambahan ASI (MP-ASI) sebanyak (38,31%). Kabupaten yang cakupannya sudah mencapai 100% adalah Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Demak, Kabupaten Temanggung, Kota Salatiga dan Kota Pekalongan. Cakupan terendah adalah Kabupaten Brebes 0,40%. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

75 g. Jumlah Balita Ditimbang Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian kegiatannya dilaksanakan di Posyandu. Penimbangan terhadap bayi dan balita yang dilakukan di posyandu merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita yang dintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA, Imunisasi, Pemberantasan Penyakit). Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita. Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu tahun 2011 sebesar 78,32% menurun dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010 (89,49%). Cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Sragen 88,35% dan terendah Kabupaten Pemalang 61,43% Balita ditimbang 71,63 76,47 75,89 89,49 78,32 Gambar 4.11 Cakupan Balita Yang Ditimbang Tahun Kabupaten/kota yang belum dapat mencapai target partisipasi masyarakat sebesar 80% sebanyak 15 kabupaten/kota. Banyak hal dapat mampengaruhi tingkat pencapaian partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gizi, faktor ekonomi dan sosial budaya. Dari data yang ada menggambarkan bahwa pedesaan dan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

76 perkotaan tidak memperlihatkan perbedaan yang menyolok dalam partisipasi masyarakat tetapi yang sangat berpengaruh adalah faktor ekonomi dan sosial budaya. h. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit Jml Balita Gibur Gambar 4.12 Jumlah Balita dengan Gizi Buruk Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

77 Balita Gizi Buruk tahun 2011 berjumlah menurun apabila dibandingkan tahun 2010 (3.514). Tetapi persentase Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2011 sebesar 100% jauh lebih meningkat dibandingkan tahun 2010 (93,28%). i. Desa dengan Garam Beryodium yang Baik Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik, menggambarkan identitas mutu garam beryodium yang dikonsumsi penduduk di suatu desa/kelurahan, dimana pada tahun 2011 sebanyak 53,42% menurun dibandingkan tahun 2010 (80,15%) % Desa dg garam beryodium ,83 55,93 48,81 80,15 53,42 Gambar 4.13 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik Tahun Berdasarkan laporan yang masuk dari 33 kabupaten/kota, yang cakupannya mencapai 100% adalah Kabupaten Tegal, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga dan Kota Semarang. Sedangkan kabupaten dengan konsumsi garam beryodium terendah adalah Kabupaten Demak 9,68%. 4. Pelayanan Keluarga Berencana a. Peserta Keluarga Berencana Baru Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau PUS yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

78 Jumlah PUS Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak lebih sedikit dibanding tahun 2010 ( ). Peserta KB baru pada tahun 2011 (13,7%), menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2010 (15,20%). Peserta KB baru tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut: 1) MKJP: Tahun 2011 IUD (6,9%), MOP (0,4%), MOW (2,0%) dan Implant (12,2%). Sedangkan tahun 2010: IUD (5,99%), MOP/MOW (2,23%) dan Implant (8,97%). 2) NON MKJP: Tahun 2011 Suntik (54,2%), PIL (18,4%) dan Kondom (5,8%), sedangkan tahun 2010 : Suntik (58,13%), PIL (19,46%) dan Kondom (5,24%), PIL 18,4% Kondom 5,8% IUD 6,9% MOP 0,4% MOW 2,0% Implant 12,2% Suntik 54,2% Gambar 4.14 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi non MKJP yang membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi suntikan cukup besar yaitu 54,2%, hal tersebut dapat difahami karena akses untuk memperoleh pelayanan suntikan relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB. Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB aktif dengan mempergunakan kontrasepsi MOP (hanya 0,4%) dan kondom (hanya 5,8%), karena terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan sebagian pria masih beranggapan bahwa KB merupakan urusan ibu (istri), sehingga ibu (istri) yang menjadi sasaran. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

79 b. Peserta KB Aktif Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan PUS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS. Cakupan peserta KB aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 76,8%, mengalami penurunan dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010 (78,57%). Angka ini sudah mencapai target (70%). Cakupan tertinggi di Kota Magelang (89,5%) dan terendah di Kabupaten Tegal (44,2%). Terdapat 13 Kabupaten/kota yang telah melampaui target yaitu Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Brebes, Kota Magelang, dan Kota Surakarta Cakupan 77,79 78,09 78,37 78,57 76,8 Target Pelayanan Imunisasi Gambar 4.15 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Jawa Tengah Tahun a. Persentase Desa yang Mencapai Universal Child Immunization (UCI) Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang berdasarkan indikator cakupan DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak dengan cakupan minimal 80% dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

80 jumlah sasaran bayi di desa. Pencapaian UCI desa tahun 2011 (96,4%) mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010 (94,06%). Hasil pencapaian UCI desa tahun 2010 yang mencapai target (100%) sebanyak 18 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Magelang, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, kabupaten Kudus, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Pekalongan, kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Pekalongan dan Kota Tegal. Sedangkan kabupaten yang pencapaian UCI desa terendah di Kabupaten Batang (66,1%). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tidak tercapainya pencapaian UCI desa di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah, pada umumnya disebabkan karena penghitungan sasaran (denominator) yang melebihi dengan kondisi riil jumlah sasaran di lapangan UCI 83,64 86,83 91,95 94,58 96,4 Gambar 4.16 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Tengah Tahun Kabupaten/kota yang belum mencapai target imunisasi dasar lengkap pada bayi disebabkan antara lain : 1) Adanya perbedaan jumlah dibandingkan dengan sasaran yang ada, hal ini dikarenakan penentuan jumlah sasaran masih berdasarkan angka estimasi jumlah penduduk, bukan dari hasil pendataan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

81 2) Belum semua Puskesmas membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) imunisasi secara rutin (bulanan, tribulanan) dikarenakan banyak petugas imunisasi yang merangkap dengan tugas lain. 3) Belum dilakukan pelaksanaan sweeping atau kunjungan rumah untuk melengkapi status imunisasi pada daerah-daerah yang cakupan imunisasinya masih rendah, pada umumnya disebabkan keterbatasan sumber daya atau tenaga banyak yang merangkap dengan tugas lain. 4) Masih ada sebagian kecil orang tua yang menolak anaknya untuk diimunisasi dikarenakan keyakinan/kepercayaan agama, dan lain-lain. b. Cakupan Imunisasi bayi Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta anak balita dilaksanakan program imunisasi baik program rutin maupun program tambahan/suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan Campak. Bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, HB Uniject 1 kali dan campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi umur 9 (sembilan) bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB). Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakan program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) DT, BIAS Campak yang diberikan pada semua usia kelas I SD/MI/SDLB/SLB, sedangkan BIAS TT diberikan pada semua anak usia kelas II dan III SD/MI/SDLB/SLB, Backlog Fighting (melengkapi status imunisasi). Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Jawa Tengah dari semua antigen sudah mencapai target minimal nasional (85%), pencapaian tiap tahun cenderung menurun. Jumlah sasaran bayi pada tahun tahun 2011 adalah meningkat disbanding tahun 2010 sebanyak Sedangkan cakupan masing-masing jenis imunisasi tahun 2011 adalah Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

82 persentase (%) sebagai berikut BCG (98,0%), DPT1+HB1 (97,0%), DPT3+HB3 (95,7%), Polio 3 (94,0%) dan Campak (93,6%). Hal ini mengalami penurunan bila dibanding tahun 2010 dengan BCG (100,29%), DPT1+HB1 (99,95%), DPT3+HB3 (98,08%), Polio 3 (96.95%) dan Campak (96,29%) BCG DPT1+Hb1 DPT3+Hb3 Polio 4 Campak ,78 100,84 98,24 97,28 96, ,77 102,5 99,69 99,35 99, ,05 100,89 99,04 99,14 96, ,29 99,95 98,08 96,95 96,29 Gambar 4.17 Cakupan Imunisasi Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun c. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak Dalam rangka mencapai dan mempertahankan UCI desa, analisis PWS harus diikuti dengan tindak lanjut. Dengan grafik PWS akan terlihat dan dapat dianalisis cakupan dan kecenderungan setiap bulan, maka dapat segera diketahui kekurangan cakupan dan beban yang harus dicapai setiap bulan pada periode berikutnya. Untuk kecenderungan cakupan setiap bulan dapat diketahui dengan indikator Drop Out (DO). Sesuai kesepakatan dengan kabupaten/kota indikator DO di Jawa Tengah maksimal 5% atau (-5%). Tahun 2011 DO tingkat Jawa Tengah sebanyak 3,4%, mengalami penurunan dibanding tahun 2010 (3,67%). Sebanyak 11 kabupaten/kota (31,42%) yang DO-nya lebih dari 5% atau (-5%) yaitu Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kendal, Kabupaten Brebes, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kota Tegal. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

83 d. WUS Mendapat Imunisasi TT Imunisasi TT WUS adalah pemberian imunisasi TT pada WUS (usia th) sebanyak lima dosis dengan interval tertentu yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Data kegiatan imunisasi TT WUS saat ini akurasinya masih sangat kurang sehingga belum dapat dinalisis, hal ini disebabkan : 1) Pencatatan dan pelaporan status imunisasi lima dosis belum berjalan dengan baik karena pelaksanaan skrining status TT belum optimal. 2) Penggunaan format pelaporan yang berbeda antara kabupaten/kota ke provinsi dan puskesmas ke kabupaten/kota terutama untuk TT ibu hamil dan non ibu hamil. Jumlah ibu hamil 2011 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak , yang mendapat TT-1 sebesar 48,2%, TT-2 sebesar 48,5%, TT-3 sebesar 28,4%, TT-4 sebesar 20,7 dan TT-5 sebesar 17,2% dan TT2+ sebanyak 114,8. 6. Pelayanan Kesehatan Gigi a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian masyarakat adalah bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif, sebelum gigi tetap betul betul rusak dan harus dicabut. Pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif yang merupakan tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang pasien. Tahun 2011 jumlah tumpatan gigi tetap tahun 2011 sebanyak 127,274, sementara jumlah pencabutan gigi tetap sebanyak Data tersebut menandakan bahwa motivasi masyarakat dalam mempertahankan gigi geliginya belum maksimal, oleh karena itu masih diperlukan penyuluhan yang terus menerus agar masyarakat memeriksakan giginya secara teratur. Melalui pemeriksaan gigi ini dapat mengontrol fungsi kunyah gigi agar tetap baik, sehingga sistim pencernaan semakin bagus, yang pada akhirnya Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

84 kesehatan secara umum akan meningkat dan diharapkan di tahun-tahun mendatang jumlah pencabutan gigi tetap trennya semakin menurun. Rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap tahun 2010 sebesar 0,82, mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 yaitu 0,81. Hal menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yang melakukan pencabutan gigi dibandingkan melakukan tumpatan gigi tetap. Beberapa kabupaten/kota yang pencabutan giginya jauh lebih banyak dibandingkan tumpatan giginya (rasio rendah), menandakan bahwa masyarakat di kabupaten yang bersangkutan masih kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut dan kemungkinan frekuensi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh petugas kesehatan di setiap lini, baik yang dilakukan didalam maupun diluar gedung masih sangat minim. Kabupaten dengan rasio terendah adalah Kabupaten Rembang 0,06 (tumpatan 267, pencabutan 4.607). Kabupaten/kota yang rasionya tinggi (penumpatan lebih banyak dibandingkan dengan pencabutan) yaitu Kota Tegal (2,95). 1 0,8 0,6 0,4 0, Rasio 0,62 0,71 0,71 0,81 0,82 Gambar 4.18 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Provinsi Jawa Tengah Tahun b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan UKGS meliputi pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk mendapatkan murid Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

85 yang perlu perawatan gigi, kemudian melakukan perawatan pada murid yang memerlukan. Prosentase jumlah murid yang diperiksa untuk tahun 2011 (37,90%) lebih tinggi dibandingkan pencapaian tahun 2010 (37,59%). Beberapa kabupaten mempunyai cakupan sangat rendah, seperti Kabupaten Sragen (6,96%) dan masih ada beberapa kabupaten/kota yang belum melaporkan datanya. Kabupaten yang mempunyai cakupan 100% adalah Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Kudus, Kabupaten Kendal dan Kota Salatiga Cakupan 31,4 33,22 36,31 37,59 37,9 Gambar 4.19 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid Sekolah Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun c. Murid SD/MI Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut Cakupan perawatan gigi dan mulut murid SD/MI di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 55,30% mengalami peningkatan bila dibanding tahun 2010 (53,83%) Cakupan 56,12 62,95 54,75 53,83 55,3 Gambar 4.20 Cakupan Perawatan Gigi Murid Sekolah Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

86 7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan penduduk usia 60 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, baik di puskesmas maupun di posyandu/kelompok usia lanjut. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 51,96% menurun bila dibandingkan cakupan pada tahun 2010 sebesar 52,61%, dan masih jauh dibawah target cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut tahun 2010 (70%). Kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten banjarnegara (102,60%) dan terendah adalah Kabupaten Klaten (1,76%) Cakupan 30,51 29,36 42,27 52,61 51,96 Target Gambar 4.21 Pelayanan Kesehatan Usia lanjut Provinsi Jawa Tengah Tahun Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut dan sedikitnya kabupaten/kota yang mencapai target pelayanan kesehatan usia lanjut tahun 2011, menggambarkan bahwa kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah belum memperhatikan pelayanan kesehatan untuk kelompok pra usila dan usila yang merupakan kelompok usia berisiko. Upaya-upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pra usila dan usila adalah sbb : 1) Pertemuan koordinasi program kesehatan usila Provinsi Jawa Tengah, dengan kesepakatan identifikasi kelompok pra usila di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten/ kota dan memberikan dukungan kegiatan dan pelayanan kesehatan. 2) Advokasi ke SKPD provinsi dengan pengembangan model kelompok pra usila percontohan dan fasilitasi pelayanan kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

87 8. Pelayanan Dawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa a. Pelayanan Gawat Darurat Level I yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat merupakan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan pelayanan gawat darurat yang dimaksud adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan Resusitasi Jantung Paru Otak (Cardio Pulmonary Cebral Resucitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support/BLS) dan Bantuan Hidup Lanjut (ALS). Sarana kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah rumah bersalin, puskesmas, dan rumah sakit baik rumah sakit umum, jiwa maupun khusus. 100, , , ,5 RSU RSJ RS Khusus Pusk RI Gawat Darurat (%) 98, , Gambar 4.22 Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat yang Dapat Diakses Masyarakat Provinsi Jawa TengahTahun 2011 Puskesmas rawat inap dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak 291 puskesmas atau 100%. Jumlah Rumah Sakit Umum dengan kemampuan pelayanan gawat darurat sebanyak 98,80%, Rumah Sakit Jiwa sebanyak 100%, Rumah Sakit khusus lain sebesar 98,46%. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

88 b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang Ditangani <24 Jam Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam jangka waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Jawa Tengah. Tingginya frekuensi KLB seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Acute Flacid Paralisys (AFP), Keracunan Makanan, Difteri, Campak, Diare, bencana serta munculnya penyakit baru seperti Avian Influenza (Flu Burung), disamping menimbulkan korban kesakitan dan kematian juga berdampak pada situasi sosial ekonomi masyarakat secara umum (keresahan masyarakat, produktivitas menurun). Kondisi tersebut menuntut upaya atau tindakan secara cepat dan tepat (kurang dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan Desa/kel terkena KLB Gambar 4.23 Distribusi Frekuensi KLB menurut Jumlah Desa yang Terserang Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 4.42 di atas diketahui bahwa jumlah desa/kelurahan yang terkena KLB di Provinsi Jawa Tengah tahun mengalami fluktuasi yaitu dari 1286 desa/kelurahan pada tahun 2007 meningkat menurun menjadi 543 desa/kelurahan pada tahun 2008, tahun 2009 mengalami penurunan kembali menjadi 536 desa/kelurahan, tahun 2010 menjadi 579 desa/kelurahan dan mengalami penurunan lagi menjadi 353 desa/kelurahan pada tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

89 Data frekuensi KLB penyakit menular, keracunan makanan dan bencana selama tahun sebanyak 28 jenis kejadian di 32 Kabupaten/Kota, 292 kecamatan dan 353 desa/kelurahan yang terkena KLB mendapatkan penanganan kurang dari 24 jam oleh Puskesmas bekerjasama dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota. 100, , , ,5 Ditangani <24jam (%) ,84 99, , Gambar 4.24 Grafik Distribusi Frekuensi Desa/Kelurahan Terkena KLB yang ditangani kurang dari 24 jam Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 4.24 di atas diketahui bahwa pada tahun 2011 persentase desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani kurang dari 24 jam mengalami kenaikan menjadi 100% dibanding dengan tahun 2010 (98.45%). Gambar 4.25 Kejadian KLB Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Sebaran KLB tahun 2011 menunjukkan bahwa 3 kabupaten/kota dengan frekuensi KLB terbanyak adalah Kabupaten Klaten (49 kejadian), Kabupaten Karanganyar (28 kejadian) dan Kabupaten Temanggung (24 kejadian). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

90 Gambar 4.26 Jenis KLB Menurut Desa/Kelurahan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Tahun 2011 sejumlah 353 desa yang terkena KLB, frekuensi tertinggi adalah keracunan (105 desa/kelurahan) tersebar pada 96 kecamatan. c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa Jumlah penduduk terancam KLB tahun 2011 sebanyak jiwa. Sedangkan yang menderita akibat kejadian luar biasa tersebut sebanyak jiwa dengan attack rate atau rata-rata kejadian sebesar 33,21%. Dari sejumlah penderita tersebut, yang meninggal sebanyak 24 orang (case fatality rate/cfr: 0,64%). CFR tertinggi adalah KLB demam berdarah dengue/dbd 72,73% dan KLB Tetatus Neonatorum 75%. 9. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Kegiatan penyuluhan yang dilakukan dibagi menjadi penyuluhan kelompok dan penyuluhan massa. Penyuluhan kelompok pada tahun 2011 sebanyak kali, dengan penyuluhan terbanyak dilakukan di Kabupaten Kendal yaitu kali dan paling sedikit dilakukan di Kota Tegal sebanyak 115 kali. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

91 Kab.Cilacap Kab.Banyumas Kab.Purbalingga Kab.Banjarnegara Kab.Kebumen Kab.Purworejo Kab.Wonosobo Kab.Magelang Kab.Boyolali Kab.Klaten Kab.Sukoharjo Kab.Wonogiri Kab.Karanganyar Kab.Sragen Kab.Grobogan Kab.Blora Kab.Rembang Kab.Pati Kab.Kudus Kab.Jepara Kab.Demak Kab.Semarang Kab.Temanggung Kab.Kendal Kab.Batang Kab.Pekalongan Kab.Pemalang Kab.Tegal Kab.Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal Kota Tegal Kota Pekalongan Kota Semarang Kota Salatiga Kota Surakarta Kota Magelang Kab.Brebes Kab.Tegal Kab.Pemalang Kab.Pekalongan Kab.Batang Kab.Kendal Kab.Temanggung Kab.Semarang Kab.Demak Kab.Jepara Kab.Kudus Kab.Pati Kab.Rembang Kab.Blora Kab.Grobogan Kab.Sragen Kab.Karanganyar Kab.Wonogiri Kab.Sukoharjo Kab.Klaten Kab.Boyolali Kab.Magelang Kab.Wonosobo Kab.Purworejo Kab.Kebumen Kab.Banjarnegara Kab.Purbalingga Kab.Banyumas Kab.Cilacap 6295 Gambar 4.27 Distribusi Frekuensi Penyuluhan Kelompok yang Dilakukan di Provinsi Jawa Tengah 30000Tahun Sedangkan penyuluhan massa telah dilakukan kali, paling banyak dilakukan oleh Kabupaten Demak yaitu kali dan paling sedikit di Kabupaten Sukoharjo satu kali. Secara jelas dapat dilihat pada grafik berikut Gambar 4.28 Distribusi Frekuensi Penyuluhan Massa yang Dilakukan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

92 B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya adalah dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan. Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan dan pelayanan kesehatan yang diterima secara komprehensif. Namun disadari sampai saat ini perkembangan peserta jaminan kesehatan sedikit agak menggembirakan. Data terakhir di Provinsi Jawa Tengah menggambarkan perkembangan kepesertaan jaminan kesehatan saat ini mencapai 36,18% dari total penduduk bukan masyarakat miskin (non maskin), meningkat bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2010 (21,59%). Penduduk maskin yang belum terjamin dengan pelayanan kesehatan sebesar 63,82%. Perkembangan kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi, sampai dengan tahun 2006 terjadi peningkatan dan pada tahun 2007 merupakan titik antiklimak kepesertaan jaminan kesehatan. Tiga tahun terakhir peserta jaminan kesehatan kembali mengalami peningkatan sedikit demi sedikit. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) kemungkinan memberikan dampak negatif pada kepesertaan JPK Pra Bayar. Peserta JPK dengan Premi/Pra Bayar banyak yang mengundurkan diri dengan adanya program Jamkesmas yang membebaskan anggotanya dari segala beban iur biaya. Penurunan jumlah penduduk yang masuk dalam katagori non maskin ditengarahi akibat dampak negatif Program Jamkesmas. Masyarakat yang dulunya merasa non miskin beramai-ramai mengaku miskin supaya dapat masuk dalam Program Jamkesmas. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

93 Cakupan Gambar 4.29 Cakupan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Non Maskin Provinsi Jawa Tengah Tahun Kepesertaan program jaminan kesehatan penduduk non maskin yang diperinci menurut kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, menunjukkan angka yang bervariasi mulai dari cakupan 30,2% (Kabupaten Klaten) hingga 104,3% (Kota Salatiga). Selain jamkesmas, pada tahun 2011 sudah banyak kabupaten/kota yang menyelenggarakan jamkesda dengan tujuan agar masyarakat miskin yang belum tercakup jamkesmas bisa tercakup jamkesda. Kepesertaan jamkesda pada tahun 2011 sebesar 7,46% dari total penduduk di Jawa Tengah. Cakupan terbesar di Kota Surakarta 35,53% dan terendah di Kabupaten Brebes 0,24%. Kepesertaan jaminan kesehatan terdiri dari: Askes (13,04%), Jamsostek (3,06%), Askeskin/Jamkesmas (66,57%), Jamkesda (13,73%) dan lain-lain (3,60%) Askes Jamsostek Askeskin/Jamkesmas Jamkesda Lainnya Gambar 4.30 Cakupan Kepesertaan Program JPK Pra Bayar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 Dinas Kesehatan BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Hunting) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Dinas Kesehatan TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id e-mail : mi_jateng@yahoo.co.id;

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran

DAFTAR ISI. Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika Penyajian BAB II GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Geografi

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DINAS KESEHATAN UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI Jalan Undata No. 3 Palu - Telp.+62-451-421070-457796 http://dinkes.sulteng.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN Jl. Proklamasi No. 16 Tegal (0283) 353351 Website : http://dinkes.tegalkota.go.id PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

DAFTAR TABEL. Judul Tabel DAFTAR TABEL Tabel Judul Tabel Tabel 1 : Tabel 2 : Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kota Depok tahun 2007 Jumlah penduduk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2013 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan sekalian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN DRAFT ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2014 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2015 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat Profil Kesehatan Kabupaten BatangTahun 2015 i KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 Profil Kesehatan Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

AKI

AKI AKI 2009 2010 2011 2012 11.24 12.27 12.93 10.2 2009 2010 2011 2012 ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena Rahmat dan Hidayah-Nya, Buku Profil Kesehatan Kabupaten Pemalang

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Tim Penyusun : - Seksi Data

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 586.021

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009 Penanggung Jawab Pelaksana Tim Penyusun : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi : - dr. Muhammad

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 85 Sarkes yang memiliki Labkes 100 % C.3 Perilaku Hidup Masyarakat 86 Rumah Tangga ber-phbs 64.56 % 87 Posyandu Aktif 53.07

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 581.947

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu TIM PENYUSUN Penasehat (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu) Pengarah (Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan) Penanggung Jawab (Kepala

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN

RESUME PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 203.269 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1.581 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 3.164.800 Jiwa Tabel

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci